BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan minyak bumi yang terjadi saat ini mendorong pengguna bahan bakar minyak untuk beralih ke biodiesel. Pembuatan biodiesel sendiri terbilang bukan usaha yang mudah. Hal ini disebabkan oleh keterlibatan katalis yang menyertai reaksi pengubahan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Pemilihan katalis yang akan digunakan dalam proses produksi juga harus memperhatikan dampak pemakaiannya terhadap lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, biokatalis menjadi pilihan utama dalam hal ini, dan biokatalis yang dimanfaatkan untuk produksi biodiesel adalah enzim lipase. Lipase (E.C.3.1.1.3) merupakan kelompok enzim yang secara umum berfungsi dalam hidrolisis lemak, mono-, di-, dan trigliserida untuk menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol (Putranto et al., 2006). Lipase juga mampu berperan sebagai katalis reaksi kebalikan dari hidrolisis pada pembentukan ester dari alkohol dan asam lemak atau lewat transesterifikasi (Leow et al., 2004). Saat ini, lipase telah memiliki peran penting seiring perkembangan bioteknologi dengan beraneka kharakteristik yang dimiliki (tergantung sumber lipase) menjadikannya banyak ditemukan di berbagai aplikasi proses industri, seperti teknologi pangan, deterjen, industri bahan kimia, dan ilmu biomedis (Gupta et al., 2004), di samping pemanfaatannya dalam produksi biodiesel dan biopolimer (Joseph et al., 2007). Ketersediaan lipase di alam sangat melimpah, di mana sumbernya berasal dari tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Enzim mikrobial atau yang berasal dari bakteri lebih menguntungkan daripada yang dihasilkan dari tanaman atau hewan. Hal ini disebabkan karena enzim mikrobial memiliki stabilitas yang baik, rendemen tinggi, mudah dimanipulasi secara genetika, mudah didapatkan, dan dapat tumbuh pada media yang murah (Dahiya dan Purkayastha, 2011). Oleh karena itu, para peneliti kini terus mengembangkan ilmu bioteknologi tentang bagaimana cara isolasi dan karakterisasi enzim lipase dari bakteri, sehingga pemanfaatannya sebagai biokatalis dapat menghemat waktu, biaya, dan energi. 1 2 Contoh bakteri yang telah terkarakterisasi mampu menghasilkan lipase diantaranya adalah Bacillus subtilis (Sadeghi et al., 2006), Pseudomonas aeruginosa (Saeed et al., 2006), Bacillus pumilus (Heravi et al., 2008), Psychrobacter sp. G (Xuezheng et al., 2010), dan Geobacillus thermodenitrificans IBRL-nra (Balan et al., 2012). Mengingat pentingnya enzim lipase pada kehidupan sehari-hari, salah satunya pada kegiatan industri, maka tidak cukup jika hanya mengembangkan dan memproduksi lipase dari bakteribakteri yang telah diketahui dapat menghasilkan enzim tersebut. Sehingga dibutuhkan alternatif lain dalam upaya eksplorasi sumber baru dari bakteri penghasil lipase terutama yang berasal dari kekayaan nusantara. Indonesia dengan keanekaragaman hayatinya sangat berpotensi untuk mengembangkan lipase yang berasal dari bakteri. Bakteri merupakan salah satu mikroba yang dapat menghasilkan enzim lipase, karena memiliki kemampuan hidup di berbagai lingkungan yang terdapat kandungan makanan atau nutrisi yang kompleks (Lestari et al, 2009). Salah satunya yaitu bakteri penambat nitrogen Azospirillum sp. Bakteri ini banyak ditemukan di dalam tanah, mereka berkoloni pada akar tanaman biji-bijian (seperti padi atau jagung) dan menghasilkan hormon pertumbuhan melalui beberapa mekanisme termasuk di dalamnya adalah dengan menambat nitrogen dan mensekresikan phytohormone atau hormon tanaman (Kaneko et al., 2010). Beberapa penelitian membuktikan bahwa Azospirillum sp. mampu menghasilkan enzim lipase. Salah satunya adalah Azospirillum sp. JG3. Nurosid et al. (2008) mengungkapkan bahwa Azospirillum sp. JG3 mampu menghasilkan lipase dengan aktivitas 0,266 U/menit dalam kurun waktu inkubasi selama 96 jam. Sedangkan Lestari et al. (2009) mengkarakterisasi bakteri yang sama menunjukkan bahwa ekstrak kasar lipase dari bakteri Azospirillum sp. JG3 mempunyai suhu optimum 40 ᵒC, pH optimum 7, merupakan metaloenzim dengan kofaktornya adalah Ca2+, dan aktivitas spesifik 5,61 U/mg protein. Akan tetapi dari keduanya belum ditunjukkan bahwa Azospirillum sp. memiliki kode genetik atau urutan DNA yang mengisyaratkan bakteri tersebut mampu menghasilkan lipase atau bukan. Sehingga dengan mengkarakterisasi urutan DNA gen pengkode 3 lipase dari Azospirillum sp. JG3 menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk sebuah tujuan menghasilkan lipase yang mempunyai kualitas unggul. Hal ini dikaitkan dengan kemudahan enzim-enzim yang dihasilkan oleh bakteri untuk usaha rekayasa genetika, salah satunya adalah teknik kloning atau ekspresi gen pada sel inang seperti Escherichia coli. Tercatat lebih dari 20.000 urutan nukleotida penuh atau sebagian dari DNA pengkode lipase yang ada di NCBI. Gen lipase merupakan kunci dalam sintesis enzim lipase baik pada organisme prokariotik maupun eukariotik. Untuk Azospirillum sp. terdapat strain yang sudah lengkap urutan gen lipasenya yaitu Azospirillum sp. B510. Gen pengkode enzim lipase pada bakteri tersebut terletak pada plasmid pAB510c (Kaneko et al., 2010). Azospirillum sp. B510 merupakan bakteri tanah sama halnya dengan Azospirillum sp. JG3. Hal ini memungkinkan kemiripan urutan gen pengkode lipase yang dimiliki keduanya cukup tinggi. Dalam hal ini pendekatan dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) dapat dilakukan dengan menggunakan primer yang didesain berdasarkan urutan gen lipase dari bakteri Azospirillum sp. B510 yang telah dipublikasikan di genebank NCBI. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang muncul pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah urutan nukleotida pengkode asilgliserol lipase dari Azospirillum sp. B510 dapat digunakan untuk mendesain primer PCR? 2. Apakah gen lipase pada Azospirillum sp. JG3 dapat diamplifikasi dengan menggunakan primer PCR hasil desain? 3. Bagaimana persentase kemiripan urutan nukleotida fragmen hasil amplifikasi dengan gen lipase Azospirillum sp. B510 maupun gen lipase dari spesies lain? 4 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendesain primer berdasarkan urutan nuklotida pengkode enzim lipase milik Azospirillum sp. B510. 2. Mengamplifikasi gen lipase pengkode enzim lipase dengan menggunakan PCR untuk mengetahui urutan gen lipase dari Azospirillum sp. JG3. 3. Mendapatkan urutan gen pengkode lipase dan menganalisis kemiripan hasil sekuensing DNA Azospirillum sp. JG3 dengan DNA pengkode enzim lipase lain dalam satu genus. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah berupa urutan gen lipase dari bakteri Azospirillum sp.JG3 yang dapat digunakan sebagai informasi awal pada tahap kloning gen lipase dari bakteri ini. Dengan demikian, enzim lipase yang dihasikan merupakan produk unggul yang mampu disesuaikan karakteristiknya sesuai dengan kebutuhan (pH, stabilitas, tahan terhadap suhu tinggi, stabil pada pelarut organik) baik untuk aplikasi produksi biodiesel maupun kegiatan industri dan sintesis senyawa kimia lainnya dalam skala besar.