HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN PEMBERIAN

advertisement
Jurnal Midpro, Vol. 2 / No. 2 /Desember 2010
HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM
PADA IBU POST PARTUM
Mimatun Nasihah*
Dina Mahaijiran**
*Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan
**Mahasiswa Program Studi Diploma Kebidanan Universitas Islam Lamongan
ABSTRAK
Kolostrum sebagai gizi terbaik bagi bayi karena komposisi zat- zat gizi di
dalamnya secara optimal mampu menjamin pertumbuhan tubuh bayi. Kualitas zat
gizi juga terbaik karena mudah diserap dan dicerna oleh usus bayi. Hasil survei
awal ditemukan sebagaian besar Ibu post partum tidak memberikan kolostrum
pada bayi. Jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional Jumlah
populasi sebanyak 36 ibu post partum. sampel 33 ibu post partum dengan cara
accidental sampling. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan
primipara yang sebagian besar tidak memberikan kolostrum yaitu 17 (56%)
responden. Berdasarkan dari hasil uji Coefsien kontingensi (c) secara
komputerisasi didapatkan nilai p = 0,0 hal ini berarti p < α (0,05) yang
membuktikan bahwa H0 di tolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan
antara paritas dengan pemberian kolostrum pada ibu post partum.
Kesimpulan ada hubungan antara paritas dengan pemberian kolostrum
pada ibu post partum. Oleh karena itu ibu post partum sebaiknya memberikan ASI
pertama atau kolostrum sedini mungkin pada bayinya dan diharapkan bidan
melakukan penyuluhan tentang manfaat kolostrum kepada ibu post partum.
Kata Kunci : Pengetahuan, Manfaat kolostrum, Pemberian kolostrum
1
Jurnal Midpro, Vol. 2 / No. 2 /Desember 2010
PENDAHULUAN
Pemberian Air Susu Ibu
(ASI)
di
Indonesia
perlu
ditingkatkan, dalam “Pelestarian
Penggunaan ASI”, yang perlu
ditingkatkan adalah pemberian ASI
eksklusif, yaitu pemberian ASI (
Kolostrum) segera setelah bayi lahir
sampai umur 6 bulan. Berdasarkan
pengamatan peneliti bahwa semakin
banyak ibu di zaman sekarang ini
tidak memberikan ASI eksklusif
kolostrum kepada bayinya. Yang
mempengaruhi pola menyusui pada
masyarakat salah satu diantaranya
adalah
aspek
sosial
budaya
Pendidikan,
Pengetahuan.
Sebagaimana yang dikemukakan
bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat
sangat tergantung pada Pengetahuan,
termasuk Pengetahuan Ibu. (Roesli,
2001)
Kendala pemberian kolostrum
adalah kurangnya pengetahuan dan
kepercayaan yang salah, banyak ibu
yang
baru
melahirkan
tidak
memberikan
kolostrum
kepada
bayinya. Di berbagai daerah, air susu
pertama (kolostrum) sengaja diperah
dengan tangan dan dibuang. Mereka
percaya dan berpendapat bahwa
kolostrum akan berpengaruh buruk
terhadap kesehatan anak. Ada
anggapan
bahwa
pemberian
kolostrum perlu dihindarkan karena
mereka percaya keluarnya air susu
yang sebenarnya hanya mulai pada
hari ketiga. Paritas ada kaitannya
dengan arah pencarian informasi
tentang pengetahuan ibu dalam
menyusui.
Pengalaman
yang
diperoleh ibu dapat memperluas
pengetahuan
seseorang
dalam
pemberian ASI. Bahwa pengalaman
ibu
dalam
mengurus
anak
berpengaruh terhadap pengetahuan
tentang ASI Eksklusif (Soetjiningsih,
1997).
Berdasarkan
penelitian
dilakukan oleh 30 ibu postpartum
menurunnya
angka
pemberian
kolostrum
dan
meningkatnya
pemakaian susu formula disebabkan
antara lain rendahnya pengetahuan
para
ibu
mengenai
manfaat
colostrum dan cara menyusui yang
benar,
kurangnya
pelayanan
konseling laktasi dan dukungan dari
petugas kesehatan, persepsi sosialbudaya yang menentang pemberian
ASI, kondisi yang kurang memadai
bagi para ibu yang bekerja (cuti
melahirkan yang terlalu singkat,
tidak adanya ruang di tempat kerja
untuk menyusui atau memompa
ASI), dan pemasaran agresif oleh
perusahaan formula yang tidak saja
mempengaruhi para ibu, namun juga
para petugas kesehatan.
Kolostrum dianjurkan segera
diberikan pada bayi selambatnya 30
menit setelah lahir. Pada saat itu susu
ibu menghasilkan kolostrum, susu
jolong atau susu awal. Kolostrum
akan muncul lagi 30 jam kemudian.
Itu artinya kalau bayi tidak segera
mendapat kolostrum pertama akan
menyebabkan, bayi kehilangan zat
bergizi tinggi dari ibunya (Roesli,
2001).
Dampak
yang
akan
ditimbulkan pada bayi jika tidak
diberikan kolostrum adalah terjadi
icterus yang bisa mengakibatkan
kematian pada bayi. Bayi yang tidak
diberikan ASI Eksklusif selama 13
minggu
pertama
dalam
kehidupannya
memiliki
tingkat
infeksi pernafasan dan infeksi
saluran cerna yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi-bayi lain
yang diberikan ASI. Menurunnya
tingkat infeksi saluran cerna ini tetap
bertahan bahkan sesudah selesai
2
Jurnal Midpro, Vol. 2 / No. 2 /Desember 2010
masa pemberian ASI dan berlanjut
hingga tahun-tahun pertama dalam
kehidupan anak.
Bidan dapat meningkatkan
pengetahuan ibu post partum dengan
cara memberikan konseling pada ibu
tentang bagaimana pentingnya ASI
bagi bayi sejak ibu hamil.
Mengajarkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara agar ASI bisa
keluar lancar dan bayi nya juga bisa
menerima
ASI
dengan
baik.
Melakukan IMD ( Inisiasi Menyusu
Dini) segera setelah lahir agar
kolostrum tidak terbuang. Kolostrum
mengandung sel
darah putih
(leukosit) dalam jumlah besar yang
dapat melawan bakteri dan virus,
melindungi bayi dari diare karena
kolostrum
mengandung
zat
kekebalan tubuh 10-17 kali lebih
banyak dibanding susu matang
(mature) (Hendrawan, 2005).
TUJUAN PENELITIAN
Menganalisis hubungan antara
paritas dengan pemberian kolostrum
pada ibu post partum.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Post Partum
Masa Post partum adalah
masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat–alat
kandungan kembali seperti pra–
hamil, lama masa nifas ini 6 – 8
minggu (Saifudin, 2006). Kala
puerperium berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari. Merupakan
waktu yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan pada
keadaan yang normal.
Perubahan-Perubahan Yang Terjadi
Selama Post Partum
1. Uterus
Involusi uterus melibatkan
pengorganisasian
dan
pengguguran
deciduas
atau
endometrium serta pengelupasan
situs
placenta
sebagaimana
diperlihatkan segera
setelah
kelahiran bayi, placenta dan
membran,
beratnya
adalah
kirakira 1100 gram dengan
panjang kira-kira 15 cm, lebar 12
cm, serta 8 sampai 10 cm
tebalnya.
2. Involusi tempat plasenta
Ekstrusi lengkap tempat
plasenta perlu waktu sampai 6
minggu. Proses ini mempunyai
kepentingan klinik yang amat
besar, karena kalau proses ini
terganggu,
mungkin
terjadi
pendarahan nifas yang lama.
Segera setelah kelahiran, tempat
plasenta
kira-kira
berukuran
sebesar telapak tangan, tetapi
dengan
cepat
ukurannya
mengecil.
3. Pembuluh darah uterus
Di dalam uterus sebagian
besar pembuluh darah mengalami
obliterasi
dengan
perubahan
hialain, dan pembuluh yang lebih
kecil
tumbuh
ditempat
mereka. Reasorbsi residu yang
mengalami
hialinisasi
diselesaikan dengan proses yang
serupa dengan yang di temukan di
ovarium setelah ovulasi dan
pembentukan korpus luteum.
4. Laktasi
Pembentukan
dan
pengeluaran ASI, ASI terbentuk
dalam sel accini dan terkumpul
dalam alveoli. Keluar melalui
ductus laktiferus mayor keampula
mamae. Disimpan sementara
sebelum diisap bayi. keadaan
buah dada pada dua hari post
partum sama dengan keadaaan
pada masa kehamilan hanya
mengandung colostrum / cairan
kuning, berat jenis 1.030 - 1035.
3
Jurnal Midpro, Vol. 2 / No. 2 /Desember 2010
Mengandung protein dan garam
euglobin
yang
mengandung
antibodi.
5. Vagina dan Perineum
Segera setelah persalinan,
vagina dalam keadaan menegang
dengan disertai adanya edema dan
memar, dengan keadaan masih
terbuka. Dalam satu atau dua hari
edema vagina akan berkurang.
6. Payudara
Konsentrasi hormon yang
menstimulasi
perkembangan
payudara selama wanita hamil,
(estrogen, progesteron, human
chorionic gonadotropin, prolaktin,
kortisol, dan insulin) menurun
dengan cepat setelah bayi lahir.
7. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah biasanya
stabil dan normal, temperatur
biasanya kembali normal dari
kenaikannya yang sedikit selama
periode melahirkan dan menjadi
stabil dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan. Denyut nadi
biasanya normal kecuali bila ada
keluhan persalinan yang lama dan
sulit atau kehilangan banyak
darah
Konsep Dasar Kolostrum
Kolostrum adalah cairan
emas, cairan pelindung yang kaya zat
anti infeksi dan berprotein tinggi
yang keluar dari hari pertama sampai
hari ke-4/ke-7 (Roesli, 2001). Pada
hari pertama dan kedua, beberapa ibu
mengatakan bahwa ASI nya belum
keluar. Sebenarnya, meski ASI yang
keluar pada hari tersebut sedikit
menurut ukuran kita,tetapi volume
kolostrum yang ada dalam payudara
mendekati kapasitas lambung bayi
yang berusia 1-2 hari.
Mekanisme Pengeluaran Kolostrum
Terdapat dua hormon terpenting
yang berperan dalam laktasi, yaitu
prolaktin yang merangsang produksi
air susu dan oksitosin yang berperan
dalam penyemprotan (ejeksi) susu.
1. Prolaktin
Pengisapan puting payudara
oleh
bayi
menyebabkan
dilepaskannya impuls aferen
melalui kolumna anterolateral
korda spinalis ke batang otak dan
hipotalamus.
2. Oksitosin
Refleks penyemprotan susu (milk
ejection reflek), yang bertanggung
jawab menyalurkan susu dari
payudara
kepada
bayi,
dikendalikan oleh kadar oksitosin.
Terdapat
beberapa
manfaat
kolostrum, bagi bayi antara lain:
1. Kolostrum “Cairan emas”
Adalah cairan yang seringkali
berwarna kuning atau dapat pula
jernih ini lebih menyerupai darah
dari pada susu, mengandung selsel hidup yang menyerupai sel
darah putih untuk membunuh
kuman penyakit.
2. Merupakan pencahar
Adalah pembersih usus bayi
yang membersihkan mekonium
sehingga mukosa usus bayi baru
lahir segera bersih dan siap
menerima
ASI.
Hal
ini
menyebabkan
bayi
yang
mendapat ASI pada minggu ke-1
sering
defekasi
dan
feses
berwarna hitam. Kolostrum juga
mengeluarkan kelebihan bilirubin
sehingga bayi tidak mengalaimi
jaundice
(kuning)
dimana
kolostrum
mempunyai
efek
laktasif (pencahar).
3. Kandungan protein
Di dalam kolostrum jauh
lebih tinggi daripada ASI.
Komposisi ini menguntungkan
4
Jurnal Midpro, Vol. 2 / No. 2 /Desember 2010
4.
5.
6.
7.
8.
bayi baru lahir karena dengan
mendapatkan sedikit kolostrum
sudah mendapat protein yang
cukup banyak dan memenuhi
kebutuhan bayi pada minggu
pertama. Pada minggu pertama
bayi melakukan adaptasi.
Kandungan
tertinggi
dalam
kolostrum
Adalah antibodi yang siap
melindungi bayi ketika kondisi
bayi
masih sangat
lemah.
Mengandung zat anti infeksi 1017 kali lebih banyak dibandingkan
dengan ASI matur.
Mineral
Adalah terutama natrium,
kalium, dan klorida dalam
kolostrum
lebih
tinggi
dibandingkan susu matur. Pada
susu
formula
kandungan
mineralnya jauh lebih tinggi,
misalnya fosfor. Hal ini dapat
menyebabkan timbunan fosfor
yang berlebih dan memudahkan
terjadinya rangsangan kejang.
Lemak
Pada kolostrum lebih banyak
mengandung kolesterol dan lisotin
sehingga bayi sejak dini sudah
terlatih mengolah kolesterol.
Kolesterol ini dalam tubuh bayi
membangun
enzim
yang
mencerna kolesterol.
Adanya tripsin inhibitor
Hal
ini
sangat
menguntungkan bayi karena dapat
melindungi bayi. Bila ada protein
asing yang masuk, akan terhambat
sehingga tidak menimbulkan
reaksi alergi.
Kadar laktosa
Kadar Laktosa dalam
kolostrum dan ASI tidak jauh
berbeda, tapi bila dibandingkan
dengan susu formula sangat kecil
dan kurang dari separuhnya. Hal
ini disebabkan oleh laktosa dalam
kolostrum
berperan
sebagai
nutrisi, pemicu adanya faktor
bifidus dalam usus bayi dan juga
sebagai media pembiakan kuman
dan memproduksi vitamin yang
sangat dibutuhkan bayi baru lahir.
Hubungan
Paritas
Dengan
Pemberian Kolostrum Pada Ibu
Post Partum
Paritas ada kaitannya dengan
arah pencarian informasi tentang
pengetahuan ibu dalam menyusui.
Pengalaman yang diperoleh ibu
dapat memperluas pengetahuan
seseorang dalam pemberian ASI.
Bahwa pengalaman ibu dalam
mengurus anak berpengaruh terhadap
pengetahuan tentang ASI Eksklusif
(Soetjiningsih. 1997 ). Pada saat itu
susu ibu menghasilkan kolostrum,
susu jolong, atau susu awal.
Kolostrum akan muncul lagi 30 jam
kemudian. Itu artinya kalau bayi
tidak segera mendapat kolostrum
pertama, bayi kehilangan zat bergizi
tinggi dari ibunya. Kesiapan fisik
dan psikologis ibu Fisik dan
psikologi
ibu
harus
sudah
dipersiapkan
dari
awal
kehamilannya, konseling dalam
pemberian
informasi
mengenai
inisiasi Menyusu Dini bisa diberikan
selama pemeriksaan kehamilan.
HIPOTESIS
Ada hubungan paritas dengan
pemberian kolostrum pada ibu post
partum.
METODE PENELITIAN
Penelitian analitik korelasional
dengan pendekatan cross sectional.
Populasi sebesar 36 ibu post partum.
Teknik sampling menggunakan
accidental sampling. uji coeifisien
kontingensi
dengan
tingkat
kemaknaan dalam penelitian ini
adalah p  0,05 artinya bila nilai p 
5
Jurnal Midpro, Vol. 2 / No. 2 /Desember 2010
0,05 maka H0 ditolak berarti ada
singnifikan atau hubungan yang
bermakna antara variabel yang
diukur. Kuatnya hubungan korelasi
positif terbesar = 1 dan koefisien
korelasi
negarif
terbesar
=1.
Sedangkan yang terkecil adalah 0.
Bila hubungan antara dua variabel
atau lebih itu mempunyai koefisien
korelasi = 1 atau -1 maka hubungan
tersebut sempurna.
HASIL DAN PENELITIAN
Hasil
penelitian
bahwa
responden dengan primipara yang
sebagian besar tidak memberikan
kolostrum yaitu 17 (56%) responden
sedangkan sebagian kecil ibu
grandemulti memberikan kolostrum
yaitu 7 (21 %) responden.
Berdasarkan dari hasil uji
Coefsien kontingensi (c)
secara
komputerisasi didapatkan nilai p =
0,000 hal ini berarti p < α (0,05)
yang membuktikan bahwa H0 di
tolak dan H1 diterima yang berarti
terdapat hubungan antara paritas
dengan pemberian kolostrum pada
ibu post partum. Bedasarkan hasil C
= 0,582 maka menunjukkan bahwa
kekuatan hubungan korelasi bersifat
sedang dan arah korelasi bersifat
negatif, sehingga dapat diasumsikan
bahwa semakin banyak anak
semakin sadar ibu post partum untuk
memberikan kolostrum.
PEMBAHASAN
Data paritas ibu post partum
Hasil penelitian data paritas
menunjukkan
sebagian
besar
responden primipara yaitu 17 (51 %)
responden dan sebagian kecil
multipara 9 ( 27 %) dan grandemulti
7 ( 22 %) responden. Pada rentang
usia 20-35 tahun kemungkinan
pengalaman terhadap aplikasi seharihari terlampaui karena semakin
cukup usia, tingkat kematangan akan
berkembang secara optimal termasuk
didalamnya
pengalaman
serta
kekuatan seseorang dalam berfikir
dan bekerja.
Data pemberian kolostrum pada
ibu post partum
Hasil penelitian sebagian
besar tidak memberikan kolostrum
yaitu 21 (64 %) responden dan
sebagian
kecil
memberikan
kolostrum yaitu 12 (36 %)
responden.
Petugas
kesehatan
mempunyai
peranan
dalam
memberikan
informasi
tentang
manfaat kolostrum, Paritas, Seorang
ibu dengan bayi pertama mungkin
akan mengalami masalah ketika
menyusui yang sebetulnya hanya
karena tidak tahu cara menyusui
yang sebenarnya, serta faktor
ekonomis: dengan memberikan
kolostrum yang langsung kepada
bayi setelah lahir, ibu tidak perlu
mengeluarkan
biaya
sehingga
menghemat pengeluaran.
Hubungan antara paritas dengan
pemberian kolostrum pada ibu
post partum
Responden dengan primipara
yang
sebagian
besar
tidak
memberikan kolostrum
yaitu 17
(56%)
responden
sedangkan
sebagian kecil ibu grandemulti
memberikan kolostrum yaitu 7 (21
%) responden.
Paritas
berkaitan
dengan
pencarian
informasi
tentang
pengetahuan ibu dalam menyusui.
Pengalaman yang diperoleh ibu
dapat memperluas pengetahuan
seseorang dalam pemberian ASI.
Kesiapan fisik dan psikologis ibu
Fisik dan psikologi ibu harus sudah
dipersiapkan
dari
awal
6
Jurnal Midpro, Vol. 2 / No. 2 /Desember 2010
kehamilannya, konseling dalam
pemberian
informasi
mengenai
Inisiasi
Menyusu Dini
bisa
diberikan
selama
pemeriksaan
kehamilan. Pemeliharaan puting
payudara dan cara massase payudara
juga perlu di ajarkan agar ibu lebih
siap menghadapi persalinan dan
dapat langsung memberikan ASI
pada bayinya, rasa cemas, tidak
nyaman dan nyeri selama proses
persalinan sangat mempengaruhi ibu
untuk menyusui bayinya untuk itu
perlu adanya konseling.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ada
hubungan
antara
pemberian kolostrum pada ibu
postpartum di Rumah Sakit Islam
Nashrul Ummah Lamongan Tahun
2014 dengan hasil didapatkan nilai p
= 0,000 hal ini berarti p < α (0,05)
yang membuktikan bahwa H0 di
tolak dan H1 diterima yang berarti
terdapat hubungan antara paritas
dengan pemberian kolostrum pada
ibu post partum.
Nursalam., 2008. Konsep dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Penerbit: Salemba Medika,
Jakarta
Saifuddin, AB, dkk., 2006. Buku
Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan
Maternal
dan
Neonatal. Penerbit: YBP-SP,
Jakarta
Soekidjo, N., 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Cetakan
ketiga Penerbit: Rineka Cipta,
Jakarta
Soetjiningsih., 1997. ASI : Petunjuk
Untuk Tenaga Kesehatan.
Penerbit: EGC, Jakarta
Utami, R., 2001. Mengenal ASI
Eksklusif.
Penerbit:
EGC,
Jakarta
Saran
Bidan diharapkan mampu
melakukan KIE tentang pentingnya
kolostrum pada bayi baru lahir
dengan cara memberikan konseling
pada ibu dan mengajari ibu
bagaimana cara menyusui yang
benar.
DAFTAR PUSTAKA
Handrawan, N., 2005. Makanan
Sehat Untuk Bayi. Penerbit :
Puspa Swara, Jakarta
Muchtadi, D., 1996. Gizi Untuk Bayi,
ASI, Susu Formula dan
Makanan Tambahan. Penerbit:
Penebar Swadaya, Jakarta
7
Download