memorandum program sanitasi

advertisement
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN BOMBANA 2015
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan dokumen kesepahaman
dan kesepakatan bersama para pemangku kepentingan dalam rangka
mempercepat pembangunan sanitasi permukiman yang terdiri dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten dan pihak non Pemerintah
lainnya yang memiliki komitmen untuk memajukan sanitasi di Indonesia.
Penyusunan dokumen Memorandum Program Sanitasi merupakan tahapan ke4
dari
enam
tahapan
pelaksanaan
Program
Nasional
Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Dokumen MPS merupakan
tindak lanjut dari dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang telah disusun
sebelumnya oleh Pokja Sanitasi.
Pada tahun sebelumnya, Pokja Sanitasi Kabupaten Bombana telah menyusun
dokumen Buku Putih dan SSK yang berisi kondisi eksisting sanitasi Kabupaten
Bombana serta visi misi dan strategi percepatan pembangunan sanitasi
permukiman Kabupaten Bombana yang tertuang dalam usulan program dan
kegiatan. Dalam dokumen MPS tahun ini, Pokja Kabupaten Bombana akan
menyusun kesepahaman dan kesepakatan bersama berbagai pihak dalam
pembangunan sanitasi Kabupaten Bombana.
Untuk sumber penganggaran Pemerintah, MPS ini akan menjadi acuan melalui
lembar kesepakatan yang akan ditindak lanjuti melalui proses penganggaran
tahunan APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN. Selain itu, MPS ini juga
berisi komitmen bagi sumber penganggaran non pemerintah baik pihak
lembaga donor, swasta maupun unsur masyarakat yang ingin bersama-sama
membangun sanitasi permukiman di Kabupaten Bombana.
Selain itu, melalui Daftar Funding Gap (program Kegiatan yang belum ada
sumber pendanaannya) yang terdapat dalam dokumen ini, dapat menjadi
acuan bagi berbagai pihak yang ingin berpartisipasi dalam pembangunan
sanitasi di Kabupaten Bombana.
1
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN BOMBANA 2015
Dokumen MPS ini diharapkan mampu menjadi kesepakatan bersama dalam
implementasi program dan kegiatan dalam pembangunan sanitasi yang tepat,
sesuai dengan prioritas dengan mempertimbangkan kemampuan daerah dan
dapat
menghimpun
pembangunan
keterlibatan
Sanitasi
berbagai
pihak
Kabupaten
yang
peduli
akan
Bombana.
2
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN BOMBANA 2015
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.1 Maksud
Maksud dari penyusunan dokumen Memorandum Program Sanitasi yaitu
tersusunnya dokumen kesepahaman dan kesepakatan yang berisi
rencana strategi pembangunan sanitasi Kabupaten Bombana dan
komitmen pendanaan sanitasi dari berbagai pihak baik itu Pemerintah
Kabupaten, Pemeritah Propinsi, Pemerintah Pusat dan pihak terkait
lainnya, untuk rancangan implementasi pembangunan sektor sanitasi
yang komprehensif untuk jangka menengah.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan Memeorandum Program Sanitasiyaitu :
1. Tersusunnya dokumen yang memberikan gambaran tentang program
prioritas,
kebutuhan
dan
kebijakan
pendanaan
sanitasi
untuk
implementasi pembangunan sanitasi Kabupaten Bombana dari tahun
2016 sampai 2019.
2. Tersusunnya dokumen yang menjadi pedoman penganggaran sanitasi
pemerintah kabupaten Bombana untuk periode pendanaan 2016
sampai 2019.
3. Tersusunnya dokumen yang menjadi pedoman penganggaran sanitasi
bagi berbagai pihak lain yaitu Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat
untuk
membantu
pemerintah
Kabupaten
Bombana
dalam
Pembangunan Sanitasi periode pendanaan 2016 sampai 2019.
4. Tersusunnya dokumen yang menjadi pedoman penganggaran sanitasi
bagi pihak non pemerintah untuk membantu pemerintah Kabupaten
Bombana dalam Pembangunan Sanitasi periode pendanaan 2016
sampai 2019.
3
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN BOMBANA 2015
1.3 WILAYAH PERENCANAAN
1.3.1 Gambaran Umum Kabupaten Bombana
Secara geografis Kabupaten Bombana terletak pada koordinat 121º27’
46,7” - 122º11` 9,4” Bujur Timur dan 4º22’ 59,4” - 5º28’ 26,7” Lintang
Selatan, dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut :

Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kabupaten Kolaka dan
Konawe Selatan

Sebelah Selatan


Sebelah Barat
Sebelah Timur
: berbatasan dengan Kabupaten Muna dan
Kabupaten Buton
: berbatasan dengan Teluk Bone
: berbatasan dengan Laut Flores
Berdasarkan ketinggian, titik tertinggi di Kabupaten Bombana berada di
Kecamatan Matausu dengan ketinggian 165 meter diatas permukaan laut,
dan titik terendah berada di Kecamatan Masaloka Raya 9 m diatas
permukaan laut sedangkan Ibukota Kabupaten yaitu Wilayah Kota
Rumbia berada pada ketinggian 24 meter di atas permukaan laut (mean
sea level).
Kabupaten Bombana memiliki luas wilayah 3.316,16 Km2, terdiri dari 22
Kecamatan dan 139 desa/ Kelurahan. Kecamatan yang paling luas
2
daerahnya adalah Kecamatan Matausu dengan luas 456,17 km atau
13,76
persen
terhadap
total
luas
daerah
Kabupaten
Bombana.
Sedangkan Kecamatan yang paling kecil daerahnya adalah Kecamatan
2
Kepulauan Masaloka Raya dengan luas hanya 2,66 km atau 0,08 persen
dari total luas Kabupaten Bombana.
4
MEMORANDUMPROGRAMSANITASI
KABUPATENBOMBANA2015
Peta1.3-1PetaAdministrasiKabupatenBombana
5
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN BOMBANA 2015
1.3.2 Arah Pengembangan Kabupaten Bombana
Secara garis besar rencana system perkotaan wilayah Kabupaten
Bombana dirumuskan berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu kondisi
objektif hirarki pusat-pusat permukiman eksisting dan RTRW Kabupaten
Bombana
tahun
2007,
kebijakan
penataan
ruang
provinsi
yang
menempatkan Kota Kasipute sebagai PKL.
Salah satu peranan rencana penataan ruang adalah untuk menciptakan
keseimbangan pengembangan pembangunan antar wilayah (kecamatan)
dan
sekaligus
mengantisipasi
pertumbuhan
pembangunan
yang
terkontaminasi pada pusat kota (ibukota kabupaten), atau kawasan
tertentu saja. Hal ini juga berkenaan dengan penciptaan system pusatpusat kota yang berjenjang sehingga terbangun suatu system perkotaan
yang efektif dan efisien. Oleh Karena itu, terdapat pusat-pusat
permukiman yang perlu didorong pertumbuhannya da nada pula yang
hanya cukup dikendalikan sesuai potensinya, bahkan mungkin dibatasi,
untuk system pusat perkotaan Bombana, pusat-pusat perkotaannya yang
perlu didorong ataupun dikendalikan pertumbuhannya adalah:
a. Waemputang,
adalah
ibukota
Kecamatan
Poleang
Selatan
direncanakan akan dibangun Bandar udara, Selain itu, perkotaan
Waemputang direncanakan menjadi PKL di proyeksikan akan terjadi
pergerakan yang tinggi dalam upaya percepatan pembangunan
Kabupaten Bombana.
b. Hirarki pusat-pusat permukiman saat ini memperlihatkan konsentrasi
penduduk terfokus 2 kawasan yaitu Boepinang (Poleang) dan
Kasipute
(Rumbia)
sedangkan
penyebaran
penduduk
lainnya
terkonsentrasi pada masing-masing ibukota kecamatan.
c. Rarowatu Utara (Aneka Marga) adalah salah satu pusat permukiman
yang bertumbuh cukup baik sehingga kedepan diperkirakan akan
dapat bertumbuh secara mandiri.
d. Kebijakan nasional dan komitmen pemerintah kabupaten Bombana
yang sesuai dengan tyujuan penataan ruang ingin menciptakan
6
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN BOMBANA 2015
pembangunan yang berkelajutan, maka bagian wilayah Rarowatu dan
Lantari Jaya perkembangannya perlu dikendalikan sehingga mampu
mendukung fungsidan kelestarian Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai
e. Untuk mendukung kegiatan pariwisata, mitigasi bencana, mobilisasi
hasil produksi laut, pertanian, perkebunan dan kehutanan dan
komoditas
unggulan
lainnya
perlu
dilakukan
percepatan
pembangunan prasarana transportasi utara dan laut.
Adapun Visi Kabupaten Bombana yang ditetapkan adalah: “Mewujudkan
Bombana Sejahtera (Munaja) 2016”.
Kebijakan & Strategi Penataan
Ruang Wilayah Kabupaten Bombana dalam upaya mewujudkan Bombana
Sejahtera yaitu:
1. pengembangan
sistem
pusat pelayanan perkotaan dan
pusat
pelayanan desa secara hirarki
2. peningkatan kualitas pelayanan dasar dalam rangka pemerataan
pelayanan masyarakat
3. pengembangan sistem agropolitan untuk meningkatkan hasil produksi
dan produktifitas pertanian dalam arti luas
4. Pemantapan fungsi hutan
5. Pengembangan kawasan pertambangan yang ramah lingkungan
6. pengembangan potensi kelautan dan perikanan
7. Pengembangan kawasan pariwisata yang ramah lingkungan
8. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara
7
Peta1.3-2RencanaStrukturRuangKabupatenBombana
Sumber : RTRW Kabupaten Bombana
8
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN BOMBANA 2015
1.4 METODOLOGI
1.4.1 Metodologi Penyusunan Dokumen
Metodologi dalam penyusunan MPS terdiri dari beberapa tahapan antara
lain sebagai berikut:
1. Melakukan Review SSK khususnya untuk Kerangka Logis, Program,
Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritasi Program.
Review SSK merupakan tahapan paling awal dalam penyusunan MPS,
karena dalam tahapan ini, Pokja melakukan review dokumen SSK
Kabupaten Bombana,melihat kembali kerangka kerja logis terutama
strategi yang ada apakah sudah menjawab permasalahan sanitasi,
kemudian mereview program dan kegiatan dalam SSK apakah sudah
menjawab strategi sanitasi yang ada. Yang tidak kalah pentingnya yaitu
melakukan tinjauan terhadap target dan volume kegiatan yang ada,
agar usulan program dan kegiatan sudah sesuai dengan kebutuhan.
Setelah itu ditinjau kembali urutan SIDLACOM dan besaran
penganggaran yang ada.
2. Melakukan konsultasi kepada SKPD terkait di Kab./Kota
Setelah melakukan Review SSK, langkah selanjutnya yaitu melakukan
Konsultasi program dan kegiatan kepada SKPD terkaitdn Memastikan
Program dan kegiatan yang diusulkan dalam MPS untuk penganggaran
APBD Kabupaten Bombana telah disetujui dan telah dimasukkan
dalam Renstra SKPD terkait gar dapat ditindaklanjuti dalam proses
penganggaran Pemerintah daerah
3. Melakukan konsultasi teknis kepada Pokja Provinsi dan Satker terkait.
Untuk usulan penganggaran yang bersumber dari APBD Provinsi dan
APBN, Pokja melakukan konsultasi Teknis kepada Pokja Provinsi yang
akan memfasilitasi usulan MPS untuk program kegiatan dengan
sumber pendanaan APBD Provinsi, selanjutnya konsultasi ke Pihak
Satker terkait untuk sumber penganggaran APBN
4. Melakukan pertemuan dengan sumber-sumber alternatif non
pemerintah ditingkat Kab./Kota
Pertemuan dengan pihak non pemerintah dilakukan Pokja untuk
memperoleh sumber pendanaan alternatif lainnya yang dapat
bersumber dari pihak swasta, BUMD atau BUMN maupun pihak donor
5. Melakukan pengawalan kepada mekanisme penganggaran.
Dalam tahapan ini, pokja melakukan pengawalan ususlan program dan
kegiatan MPS dalam seluruh rangkaian mekanisme penganggaran.
9
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
KABUPATEN BOMBANA 2015
1.4.2 Sistematika Penyajian
Adapun Sistematika penyajian dalam dokumen MPS terdiri dari 5 bab
yaitu sebagai berikut:
1. Bab pertama berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar
belakang, maksud dan tujuan penyusunan MPS, metode penyusunan
dan sistematika dokumen.
2. Bab kedua menyajikan hasil review SSK yang menyangkut kondisi
eksisting sanitasi, Prioritasi Program, kerangka logis.
3. Bab ketiga berisi tentang rencana implementasi program dan kegiatan,
perhitungan volume kebutuhan infrastruktur dan non infrastruktur.
4. Bab
keempat
berisi
tentang
rencana
kebutuhan
biaya
untuk
implementasi dan sumber pendanaan bagi masing-masing kegiatan.
Disamping itu dalam bab ini juga menguraikan rencana antisipasi
bilamana terjadi funding gap.
5. Bab kelima berisi inventarisasi status kesiapan dari masing-masing
kegiatan, langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi
kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan rencana Monev
10
Download