28 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011 Implementasi Lesson Study Menerapkan Model STAD Untuk Meningkatkan Interaksi, Eksplorasi, dan Motivasi Siswa Pada Bahasan Dispersi di Kelas XII IPA SMA Negeri I Pontianak Siti Khaeriyah, Shofiyati, Astin Maliku, Dede Yetty Musyawarah Guru Mata Pelajaran Fisika SMA/MA Kota Pontianak Abstract The aim of this study is to find out the implementation of lesson study implementing STAD model to improve interaction, exploration and motivation of student in the dispersion topic at the XII IPA class of SMA Negeri 1 Pontianak. This research is a descriptive study that uses LKS instrumen to control the concept, assessment questionnaire response of students towards learning and observation sheet. Students who became the subject of this research is XII IPA 1 students of theschool year 2011-2012. Based on discussion and reflection, we can conclude that 1) The implementation of lesson study can improve the student’s interaction one another, 2) The implementation of lesson study can improve the exploration by teachers to the students, 3) Lesson study activity on the subject of disperion can enhance students’ movation. Key words: lesson study, dispersion, interaction, exploration, motivation Pendahuluan Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 19, ayat 1 yang berbunyi : proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa , kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Rendahnya kualitas hasil pembelajaran pada bidang studi MIPA terutama bidang eksakta seperti fisika pada jenjang pendidikan menengah bahkan di perguruan tinggi merupakan salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia pada saat ini. Untuk dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan tersebut, guru dituntut turut melakukan perubahan proses pembelajaran yaitu dari sekedar pembelajaran untuk tahu (learning to know) menjadi juga pembelajaran untuk berbuat (learning to do). Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fisika SMA/MA Kota Pontianak sebagai wadah kegiatan guru diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pelaksanaan pendidikan di Kalimantan Barat, khususnya di kota Pontianak. Diantaranya perubahan paradigma pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan professional guru-guru fisika, MGMP Fisika kota Pontianak menyambut baik kerja sama Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTAN untuk mengadakan pelatihan dan implemetasi lesson study. Implementasi Lesson Study dilaksanakan pada beberapa sekolah yang ikut dalam MGMP kota Pontianak. Inovasi pembelajaran dilakukan dengan 29 menerapkan pendekatan kontekstual dan model-model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Diharapkan hal ini akan dapat meningkatkan kualitas baik hasil maupun proses pembelajaran Fisika di sekolah. Secara umum, masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah implementasi lesson study menerapkan model STAD dapat meningkatkan interaksi, ekplorasi dan motivasi siswa pada bahasan dispersi di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Pontianak ? dan secara spesifik dibagi menjadi beberapa sub masalah yaitu: 1) Apakah implementasi lesson study dapat meningkatkan interaksi siswa terhadap siswa?, 2) Apakah implementasi lesson study dapat meningkatkan Eksplorasi oleh guru terhadap siswa?, 3) Apakah kegiatan lesson study pada bahasan dispersi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa? Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui implementasi lesson study menerapkan model STAD untuk meningkatkan interaksi, ekplorasi dan motivasi siswa pada bahasan dispersi di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Pontianak. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1) Memperoleh gambaran tentang peningkatan interaksi antar siswa dalam mempelajari dispersi dengan kegiatan lesson study. 2) Memperoleh gambaran tentang peningkatan eksplorasi oleh guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran mempelajari dispersi dengan kegiatan lesson study. 3) Memperoleh pengetahuan tentang motivasi siswa dalam belajar dengan dilaksanakannya kegiatan lesson study pada bahasan dispersi. Kegiatan lesson study merupakan salah satu usaha untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi dosen dan guru dalam pembelajaran, baik dalam merancang juga dalam melaksanakan proses pembelajaran. Salah satu indikator adanya masalah dalam pembelajaran adalah dari evaluasi hasil dan proses belajar siswa. Hasil kegiatan lesson study selain dapat meningkatkan profesionalime dosen dan guru Fisika juga dapat dipergunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hasil dan proses pembelajaran Fisika. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk Singapura, Korea dan Amerika Serikat. Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan keprofesionalan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Slamet Mulyana (2007) bahwa Lesson Study merupakan salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa: “lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and 30 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011 protocols that enable productive discussion of difficult issues”. Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis (2004) mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) untuk mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan dan keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas. Cerbin & Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi. Dalam pelaksanaannya, lesson study meliputi tiga bagian kegiatan, yaitu perencanaan (plan), implementasi (do) dan refleksi (see) 1) Tahapan Perencanaan (Plan). Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran yang dihadapi sampai mendiskusikan alternatif kegiatan 31 untuk mengatasi masalah tersebut. Diskusi dapat menghasilkan suatu rencana pembelajaran beserta perangkat lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran. Perencanaan lesson study dapat dimulai dari identifikasi masalah pembelajaran yang meliputi materi ajar, teaching materials (hands on), strategi pembelajaran, dan siapa yang akan berperan menjadi guru model. Perencanaan yang matang diharapkan dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan. Hal lain yang juga penting dalam perencanaan adalah menentukan pihak-pihak yang akan diundang sebagai observer, diantaranya pimpinan lembaga ataupun pejabat dan masyarakat lain sebagai pemerhati pendidikan. 2) Tahapan Pelaksanaan (Do). Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, diharapkan dilakukan pertemuan singkat untuk menjelaskan secara garis besar kegiatan yang akan dilakukan. Penjelasan disampaikan oleh pimpinan dengan guru model, agar observer dapat merancang rencana observasi yang akan dilakukannya. Pada pertemuan ini juga disampaikan agar observer tidak mengganggu kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang akan berlangsung. Pada saat guru model melaksanakan pembelajaran, observer diharapkan dapat menetapkan apa yang menjadi fokus perhatiannya dalam melaksanakan pengamatan. Perhatian dapat diarahkan pada aktifitas siswa tertentu, interaksi siswa dalam kelompok ataupun cara siswa dalam merespon kegiatan yang dilakukan guru. Observer diharapkan melakukan pengamatan secara teliti dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan sebelumnya. Observasi dapat dilakukan juga dengan merekam kegiatan pembelajaran yang berlangsung baik dengan tape recorder ataupun dengan handycam. Rekaman ini sangat penting sebagai bahan untuk melakukan refleksi kegiatan. 3) Tahapan Refleksi (See) Tahapan ketiga yaitu refleksi proses pembelajaran dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar semua kejadian penting yang telah terjadi tidak terlupakan dalam melakukan refleksi. Kegiatan ini merupakan tahapan yang sangat penting karena merupakan upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh pimpinan atau peserta lainnya yang ditunjuk sebagai fasilitator. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru model yang melaksanakan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan baik secara umum maupun khusus atas proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Guru 32 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011 diharapkan dapat menyampaikan apa yang telah sesuai dengan rencana dan kejadian apa yang belum sesuai dengan harapan, serta kegiatan apa yang berubah dari rencana semula. Kegiatan berikutnya dalam refleksi adalah masukan dari para observer tentang hasil pengamatan atas pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung. Masukan yang diberikan dapat disertai bukti yang ada tentang halhal yang diamati dan tidak berdasarkan opininya. Kegiatan refleksi diharapkan dapat memberi masukan yang produktif bagi observer maupun guru model, dan dapat bermanfaat bagi perencanaan pembelajaran berikutnya. Jika ada tenaga ahli, pada bagian akhir diharapkan dapat merangkum atau menyimpulkan hasil diskusi yang dilakukan. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) pertamatama diusulkan oleh John Dewey (Blanchard,2001) yang pada tahun 1916 mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengalaman pembelajar. Pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan (University of Washington, 2001). Driver & Bell (dalam Sutrisno, 1994) mengemukakan beberapa prinsip dasar dari pembelajaran dengan konstruktivisme. Pertama, hasil belajar tergantung pada lingkungan belajar dan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar. Kedua, belajar merupakan pembentukan ‘meaning’ dengan cara membangun hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki dan pengetahuan yang sedang dipelajari. Ketiga, proses ini berlangsung terus menerus dan aktif. Keempat, belajar juga menyangkut kesediaan pembelajar untuk menerima pengetahuan yang sedang dipelajari, sehingga pembelajar bertanggung jawab tentang belajarnya. Kelima, pengalaman pembelajar dan kemampuan bahasa berpengaruh pada pola ‘meaning’ yang dibangun. Terdapat beberapa model pembelajaran yang berlandaskan kepada pendekatan kontekstual, diantaranya Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Adapun sintaks model pembelajaran kooperatif adalah adanya 6 fase pembelajaran yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; (2) menyajikan informasi; (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar; (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar; (5) evaluasi; dan (6) memberikan penghargaan 33 Metodologi Pengembangan pembelajaran pada mata pelajaran Fisika ini dilaksanakan melalui kegiatan Lesson Study di SMA Negeri 1 Pontianak oleh guru-guru Fisika SMA/MA yang aktif dalam kegiatan MGMP (sebagai pelaksana) dan dosendosen dari prodi pendidikan Fisika (sebagai pembimbing dan pelaksana). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan instrumen LKS untuk penguasaan konsep, penilaian Angket Respon siswa terhadap pembelajaran serta Lembar observasi. Siswa yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA 1 tahun Pelajaran 2011-2012. Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti tahapan atau prosedur penelitian sebagai berikut: Tahap Plan: Membuat lesson plan (Mendisain pembelajaran agar lebih baik) Tahap Do: Seorang guru model mengajar; Guru lain dan dosen pembimbing mengamati. Tahap See: Guru dan dosen pembimbing bersamasama merefleksi pembelajaran. Hasil dan Pembahasan Hasil Implementasi lesson study Pembelajaran fisika menggunakan model STAD untuk meningkatkan interaksi, eksplorasi dan motivasi siswa pada bahasan dispersi di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Pontianak sebagai berikut : 1. Interaksi antar siswa meningkat, terbukti semua siswa berinteraksi dalam diskusi kelompok (8 kelompok). Hasil pengamatan : tiap siswa di kelompok 2. Eksplorasi yang dilakukan siswa meningkat, karena melalui LKS yang didesain oleh guru siswa tampak berpikir kritis, berkreativitas, dan bekerja sama 3. melakukan percobaan dispersi tanpa harus diberikan penjelasan materinya lebih dulu. Hasil kesimpulan dari percobaan yang dilakukan tiap kelompok diperoleh : 7 kelompok sangat baik dan 1 kelompok baik (kelompok no. 5 ). Motivasi siswa dalam proses pembelajaran meningkat, tampak siswa semangat dan senang dalam diskusi kelompok, melakukan percobaan, menyelesaikan pertanyaan dan presentasi di depan kelas. 1. Tahap Perencanaan (Plan) Pada tahap perencanaan ini, dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan pada tanggal 2 September 2011. Pada tahap perencanaan pertama para guru dan dosen Fisika melakukan refleksi awal tentang proses pembelajaran dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi untuk menentukan materi yang akan mengimplementasikan lesson study. Dari diskusi yang dilakukan teridentifikasi beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran, penentuan materi yang sesuai dengan waktu pelaksanaan lesson study. Gelombang cahaya merupakan salah satu materi yang dianggap menarik untuk diimplementasikan dalam pelaksanaan Lesson study. Dari hasil diskusi bersama oleh tim guru Fisika yang berasal dari beberapa SMA di kota Pontianak, terungkap bahwa konsep dispersi dan sudut deviasi termasuk essensial jadi sangat penting dikuasai oleh siswa dalam mempelajari materi selanjutnya. Setelah menentukan materi, kemudian ditentukan guru model yaitu Hj.Siti Khaeriyah, S.Pd yang merupakan ketua MGMP Fisika SMA/MA Kota Pontianak dan berasal dari SMAN 1 Pontianak. Dari permasalahan yang ditemukan di atas, kemudian para guru dan dosen Fisika melakukan diskusi untuk mencari 34 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011 solusi pembelajaran yang lebih baik yang akan diterapkan pada pelaksanaan pembelajaran siklus pertama. Melalui diskusi yang dilakukan disepakati untuk siklus pertama digunakan penerapan pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual. Adapun model yang dipilih adalah model pembelajaran Kooperatif Type Team Achievement Division (STAD). Pemilihan model kooperatif dimaksudkan untuk membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri secara aktif tentang Gelombang Cahaya. Pemilihan model ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar Fisika dengan cara mengkaitkan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Model kooperatif juga dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa belajar secara kelompok. Langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dibuat secara bersama-sama. Pemilihan model kooperatif dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa belajar secara kelompok dan meningkatkan minat siswa dalam belajar Dispersi dengan cara mengkaitkan dengan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Langkah pembelajaran dalam Rencana pembelajaran dibuat secara bersama-sama. Berikutnya mendiskusikan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/hand-out, LKS Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disusun oleh guru model. Pertemuan ini juga dimaksudkan untuk memantapkan RPP. 2. Tahap Pelaksanaan (Do) Pelaksanaa implementasi lesson study dalam penelitian ini dilakukan pada bulan puasa hari selasa, 9 Agustus 2011, di Laboratorium Fisika SMA Negeri 1 Pontianak pada jam pelajaran ke 3-4 yaitu pukul 08.10 – 09.20 WIB. Siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Pontianak. Pelaksanaa implementasi lesson study dihadiri oleh guru-guru peserta MGMP, Kepala SMAN 1 Pontianak, pengawas dari Dinas Pendidikan Kota Pontianak, Kepala Seksi Pembinaan SMA dari Dinas pendidikan Kota Pontianak, serta dosen Fisika FKIP Pontianak . Pada tahap ini dilakukan pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, guru model diberi kesempatan menyampaikan secara ringkas rencana yang akan dilakukannya pada suatu pertemuan singkat. Hal ini dimaksudkan agar observer dapat merencanakan pengamatan yang akan dilakukan. Pada pertemuan singkat ini juga disampaikan instrumen pedoman observasi pembelajaran yang dapat dijadikan penekanan aspek pengamatan yang akan dilakukan. Pada awal pembelajaran guru berusaha memotivasi siswa dengan menunjukkan animasi fenomena pelangi sebagai akibat terjadinya Dispersi gelombang Cahaya. Kemudian guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menanyakan kepada siswa sebab-sebab terjadinya pelangi. Kegiatan berikutnya guru menyampaikan informasi tentang materi dan tujuan pembelajaran. Kemudian guru membagi siswa menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa. Anggota kelompok dipilih berdasarkan kemampuan akademik (Pandai, sedang dan rendah), jenis kelamin, latar belakang sosial serta sifat siswa yang berbeda yaitu pendiam dan aktif. Kemudian siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan alat percobaan untuk masing-masing kelompok. Sebelum siswa mulai bekerja dalam kelompoknya, guru terlebih dahulu menyampaikan aturan dalam implementasi pembelajaran Kooperatif dengan teknik STAD serta beberapa hal penting dalam melaksanakan percobaan dengan menggunakan LKS. Guru 35 membimbing siswa dalam melakukan percobaan,dengan cara berkeliling sambil meminta siswa menyelesaikan tugasnya dalam kelompok secara bertanggung jawab. Guru kemudian meminta perwakilan tiap kelompok untuk menyampaikan hasil kerjanya di papan tulis dengan mendapat masukan dari kelompok lain. Berdasarkan hasil presentasi kelompok guru membimbing siswa tentang konsep dispersi gelombang cahaya. Pada bagian akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dan rangkuman dari materi yang telah dipelajari, kemudian memberi penugasan berupa lembar PR. Kemudian guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya dan mengingatkan siswa untuk mempelajari materi sebelum diskusi di kelas. 3. Tahap Refleksi (See) Dari hasil tindakan (Do) dan pengamatan para observer, diperoleh gambaran secara umum bahwa guru model telah berupaya melaksanakan pembelajaran dengan baik yang dapat meningkatkan aktivitas dan minat siswa dalam proses pembelajaran. Focus observasi diarahkan pada proses pembelajaran siswa. Beberapa hal yang menjadi fokus pengamatan adalah : 1. Interaksi antara siswa dengan siswa, Interaksi antara siswa sudah berjalan dengan cukup baik, khususnya pada saat melakukan percobaan dan mambahas hasil percobaan tersebut. Namun masih ada siswa yang terlihat agak pasif pada salah satu kelompok yaitu pada kelompok 6, karena ada 2 siswa yang terlihat tidak aktif melakukan pengamatan hasil percobaan serta dalam mendiskusikan hasilnya. 2. Interaksi antara siswa dengan guru, Interaksi yang terjadi sudah berupa interaksi dua arah yaitu dari guru ke siswa dan siswa ke guru sehingga kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan pendapat, ide atau gagasan sudah terbuka. Guru juga sudah berusaha membagi perhatian pada seluruh siswa, walaupun ternyata masih ditemukan ada siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan percobaan yaitu masih bingung menentukan titik datang dari cahaya serta dalam mengukur besarnya i dan r. 3. Eksplorasi yang dilakukan siswa dan guru. Proses eksplorasi pemahaman materi ajar dibuka dengan baik oleh guru, sehingga siswa menanggapi dengan cukup baik, namun masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan memahami dan melakukan percobaan tentang gelombang cahaya. 4. Manfaat yang diperoleh oleh guru model dan observer, kegiatan lesson study memotivasi guru model dan observer untuk merencanakan pembelajaran dengan kreatif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik, khususnya pada materi-materi abstrak. Selain menggunakan alat–alat praktikum juga dibantu media pembelajaran menggunakan animasi-animasi menarik sehingga siswa tertarik. Media pembelajaran sudah cocok dengan bahan ajar dan mendukung pembelajaran, sehingga dapat di adopsi dan dimodifikasi. Secara umum observer berpendapat bahwa kegiatan lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. . Kegiatan lesson study memotivasi guru model dan observer untuk merencanakan pembelajaran dengan kreatif sehingga pembelajaran menjadi menarik, khususnya pada materi-materi abstrak. Media pembelajaran menggunakan animasi-animasi menarik 36 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011 sehingga siswa tertarik. Selain itu media pembelajaran sudah cocok dengan bahan ajar dan mendukung pembelajaran, sehingga dapat di adopsi dan dimodifikasi. Secara umum observer berpendapat bahwa kegiatan lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Rekomendasi dari Refleksi Berdasarkan pada refleksi yang telah dilakukan maka terdapat rekomendasi untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya. Disediakan kertas manila dan spidol bagi tiap kelompok, agar hasil diskusi dapat terbaca jelas dalam ruang kelas saat presentasi. Formasi tempat duduk kelompok diskusi direncanakan dengan baik, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan berdiskusi dengan nyaman dan menyenangkan. Simpulan Berdasarkan pembahasan dan refleksi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Implementasi lesson study dapat meningkatkan interaksi siswa terhadap siswa. 2. Implementasi lesson study dapat meningkatkan Eksplorasi oleh guru terhadap siswa. 3. Kegiatan lesson study pada bahasan dispersi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Saran Berdasarkan pembahasan di atas dapat disarankan hal-hal berikut bagi guru Fisika: 1. Mencermati kelebihan-kelebihan yang diperoleh ketika siswa melakukan percobaan secara berkelompok 2. Mencermati manfaat yang diperoleh guru-guru observer melalui kegiatan lesson study. Disarankan kepada guru-guru untuk sesering mungkin melihat pembelajaran yang dilakukan oleh guru lain, dan memotivasi siswa untuk mengasah keterampilan proses sains. 3. Di tahun mendatang perlu dilakukan lagi Lesson Study di jenjang kelas lain atau pada bahasan lain agar pembelajaran lebih memberdayakan siswa untuk aktif mempelajari dan menguasai konsep dan lebih memberdayakan guru agar lebih mampu menciptakan proses pembelajaran yang kondusif Dafar Pustaka Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson Study Project. online: http://www.uwlax.edu/sotl/lsp/inde x2.htm Catherine Lewis (2002) Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Online: http://www.sowionline.de /journal/20041/lesson_lewis.htm Hendayana, dkk. 2006. Lesson study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik. Bandung: UPI PRESS. Hendayana, S dkk. (2007). Lesson Study Suatu Strategi Untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman Imstep-Jica). Bandung : FPMIPA UPI dan JICA. Rustaman, N dkk.(2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang. Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat Sriyati, S. (2005). Reformasi Sekolah melalui Lesson Study. Makalah pada seminar Nasional Pendidikan 37 IPA II dengan tema Membangun Pendidikan IPA Masa Depan yang Kompetitif. 22-23 Juli 2005 di FPMIPA UPI Bandung. Suderajat, (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika. 38 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011