Strategi Solusi Persamaan Linier dengan Dua

advertisement
28 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011
Implementasi Lesson Study Menerapkan Model STAD
Untuk Meningkatkan Interaksi, Eksplorasi, dan Motivasi Siswa
Pada Bahasan Dispersi di Kelas XII IPA SMA Negeri I Pontianak
Siti Khaeriyah, Shofiyati, Astin Maliku, Dede Yetty
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Fisika SMA/MA Kota Pontianak
Abstract
The aim of this study is to find out the implementation of lesson study
implementing STAD model to improve interaction, exploration and motivation of
student in the dispersion topic at the XII IPA class of SMA Negeri 1 Pontianak. This
research is a descriptive study that uses LKS instrumen to control the concept,
assessment questionnaire response of students towards learning and observation sheet.
Students who became the subject of this research is XII IPA 1 students of theschool
year 2011-2012. Based on discussion and reflection, we can conclude that 1) The
implementation of lesson study can improve the student’s interaction one another, 2)
The implementation of lesson study can improve the exploration by teachers to the
students, 3) Lesson study activity on the subject of disperion can enhance students’
movation.
Key words: lesson study, dispersion, interaction, exploration, motivation
Pendahuluan
Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005
pasal 19, ayat 1 yang berbunyi : proses
pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan
secara
interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa , kreativitas, sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis siswa.
Rendahnya kualitas hasil pembelajaran pada bidang studi MIPA terutama
bidang eksakta seperti fisika pada jenjang
pendidikan
menengah
bahkan
di
perguruan tinggi merupakan salah satu
masalah yang dihadapi dunia pendidikan
di Indonesia pada saat ini.
Untuk dapat mencapai kompetensi
yang telah ditetapkan tersebut, guru dituntut turut melakukan perubahan proses
pembelajaran yaitu
dari sekedar
pembelajaran untuk tahu (learning to
know) menjadi juga pembelajaran untuk
berbuat (learning to do).
Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP)
Fisika
SMA/MA
Kota
Pontianak sebagai wadah kegiatan guru
diharapkan dapat memberikan kontribusi
pada
pelaksanaan
pendidikan
di
Kalimantan Barat, khususnya di kota
Pontianak.
Diantaranya
perubahan
paradigma pembelajaran di sekolah. Oleh
karena itu dalam rangka meningkatkan
professional guru-guru fisika, MGMP
Fisika kota Pontianak menyambut baik
kerja sama Program Studi Pendidikan
Fisika FKIP UNTAN untuk mengadakan
pelatihan dan implemetasi lesson study.
Implementasi
Lesson
Study
dilaksanakan pada beberapa sekolah yang
ikut dalam MGMP kota Pontianak.
Inovasi pembelajaran dilakukan dengan
29
menerapkan pendekatan kontekstual dan
model-model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa. Diharapkan hal ini
akan dapat meningkatkan kualitas baik
hasil maupun proses pembelajaran Fisika
di sekolah.
Secara umum, masalah dalam
penelitian
ini
adalah
”Apakah
implementasi lesson study menerapkan
model STAD dapat
meningkatkan
interaksi, ekplorasi dan motivasi siswa
pada bahasan dispersi di kelas XII IPA
SMA Negeri 1 Pontianak ? dan secara
spesifik dibagi menjadi beberapa sub
masalah yaitu: 1) Apakah implementasi
lesson study dapat meningkatkan interaksi
siswa terhadap siswa?, 2) Apakah
implementasi
lesson
study
dapat
meningkatkan Eksplorasi oleh guru
terhadap siswa?, 3) Apakah kegiatan
lesson study pada bahasan dispersi dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa?
Tujuan umum penelitian ini adalah
mengetahui implementasi lesson study
menerapkan
model
STAD
untuk
meningkatkan interaksi, ekplorasi dan
motivasi siswa pada bahasan dispersi di
kelas XII IPA SMA Negeri 1 Pontianak.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1) Memperoleh gambaran tentang
peningkatan interaksi antar siswa dalam
mempelajari dispersi dengan kegiatan
lesson study. 2) Memperoleh gambaran
tentang peningkatan eksplorasi oleh guru
terhadap
siswa
dalam
proses
pembelajaran
mempelajari
dispersi
dengan kegiatan lesson study. 3)
Memperoleh
pengetahuan
tentang
motivasi siswa dalam belajar dengan
dilaksanakannya kegiatan lesson study
pada bahasan dispersi.
Kegiatan lesson study merupakan
salah satu usaha untuk mengatasi masalah
pembelajaran yang dihadapi dosen dan
guru dalam pembelajaran, baik dalam
merancang juga dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Salah satu indikator
adanya masalah dalam pembelajaran
adalah dari evaluasi hasil dan proses
belajar siswa. Hasil kegiatan lesson study
selain dapat meningkatkan profesionalime
dosen dan guru Fisika juga dapat
dipergunakan sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas hasil dan proses
pembelajaran Fisika. Keberhasilan Jepang
dalam mengembangkan Lesson Study
diikuti pula oleh beberapa negara lain,
termasuk Singapura, Korea dan Amerika
Serikat.
Lesson Study bukanlah suatu
strategi atau metode dalam pembelajaran,
tetapi merupakan salah satu upaya
pembinaan
untuk
meningkatkan
keprofesionalan
pendidik
dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran.
Kegiatan dilakukan oleh sekelompok guru
secara kolaboratif dan berkesinambungan,
dalam merencanakan, melaksanakan,
mengobservasi dan melaporkan hasil
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pendapat Slamet Mulyana (2007) bahwa
Lesson Study merupakan salah satu model
pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian
pembelajaran
secara
kolaboratif
dan
berkelanjutan
berlandaskan
pada
prinsip-psrinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun
komunitas
belajar.
Sementara itu, Catherine Lewis (2002)
menyebutkan bahwa: “lesson study is a
simple idea. If you want to improve
instruction, what could be more obvious
than collaborating with fellow teachers to
plan, observe, and reflect on lessons?
While it may be a simple idea, lesson
study is a complex process, supported by
collaborative goal setting, careful data
collection on student learning, and
30 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011
protocols
that
enable
productive
discussion of difficult issues”.
Berdasarkan wawancara dengan
sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis
(2004) mengemukakan bahwa Lesson
Study sangat efektif bagi guru karena
telah memberikan keuntungan dan
kesempatan kepada para guru untuk
dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti
lagi tentang tujuan, materi tertentu yang
akan dibelajarkan kepada siswa, (2)
memikirkan secara mendalam tentang
tujuan-tujuan
pembelajaran
untuk
kepentingan masa depan siswa, misalnya
tentang arti penting sebuah persahabatan,
pengembangan perspektif dan cara
berfikir siswa, serta kegandrungan siswa
terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji
tentang hal-hal terbaik yang dapat
digunakan dalam pembelajaran melalui
belajar dari para guru lain (peserta atau
partisipan Lesson Study), (4) belajar
tentang isi atau materi pelajaran dari guru
lain
sehingga
dapat
menambah
pengetahuan tentang apa yang harus
diberikan kepada siswa, (5) untuk
mengembangkan
keahlian
dalam
mengajar, baik pada saat merencanakan
pembelajaran
maupun
selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
(6) membangun kemampuan melalui
pembelajaran kolegial, dalam arti para
guru bisa saling belajar tentang apa-apa
yang dirasakan masih kurang, baik
tentang pengetahuan dan keterampilannya
dalam membelajarkan siswa, dan (7)
mengembangkan “The Eyes to See
Students” (kodomo wo miru me), dalam
arti dengan dihadirkannya para pengamat
(obeserver), pengamatan tentang perilaku
belajar siswa bisa semakin detail dan
jelas.
Cerbin & Kopp mengemukakan
bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat)
tujuan utama, yaitu untuk : (1)
memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang bagaimana siswa belajar dan guru
mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil
tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh
para guru lainnya, di luar peserta Lesson
Study; (3) meningkatkan pembelajaran
secara
sistematis
melalui
inkuiri
kolaboratif. (4) membangun sebuah
pengetahuan pedagogis, dimana seorang
guru dapat menimba pengetahuan dari
guru lainnya.
Terkait dengan penyelenggaraan
Lesson Study, Slamet Mulyana (2007)
mengetengahkan tentang dua tipe
penyelenggaraan Lesson Study, yaitu
Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson
Study berbasis MGMP. Lesson Study
berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua
guru dari berbagai bidang studi dengan
kepala sekolah yang bersangkutan.
dengan tujuan agar kualitas proses dan
hasil pembelajaran dari semua mata
pelajaran di sekolah yang bersangkutan
dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan
Lesson Study berbasis MGMP merupakan
pengkajian tentang proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh kelompok guru
mata
pelajaran
tertentu,
dengan
pendalaman kajian tentang proses
pembelajaran pada mata pelajaran
tertentu, yang dapat dilaksanakan pada
tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin
bisa lebih diperluas lagi.
Dalam pelaksanaannya, lesson
study meliputi tiga bagian kegiatan, yaitu
perencanaan (plan), implementasi (do)
dan refleksi (see)
1) Tahapan Perencanaan (Plan).
Dalam tahap perencanaan, para guru yang
tergabung
dalam
Lesson
Study
berkolaborasi untuk mengidentifikasi
masalah pembelajaran yang dihadapi
sampai mendiskusikan alternatif kegiatan
31
untuk mengatasi masalah tersebut.
Diskusi dapat menghasilkan suatu
rencana pembelajaran beserta perangkat
lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pembelajaran.
Perencanaan lesson study dapat
dimulai
dari
identifikasi
masalah
pembelajaran yang meliputi materi ajar,
teaching materials (hands on), strategi
pembelajaran, dan siapa yang akan
berperan
menjadi
guru
model.
Perencanaan yang matang diharapkan
dapat mengoptimalkan proses dan hasil
belajar siswa sesuai yang diharapkan. Hal
lain yang juga penting dalam perencanaan
adalah menentukan pihak-pihak yang
akan
diundang
sebagai
observer,
diantaranya pimpinan lembaga ataupun
pejabat dan masyarakat lain sebagai
pemerhati pendidikan.
2) Tahapan Pelaksanaan (Do).
Pada tahapan yang kedua, terdapat
dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
oleh salah seorang guru yang disepakati
atau atas permintaan sendiri untuk
mempraktikkan RPP yang telah disusun
bersama, dan (2) kegiatan pengamatan
atau observasi yang dilakukan oleh
anggota atau komunitas Lesson Study
yang lainnya.
Sebelum melaksanakan proses
pembelajaran, diharapkan dilakukan
pertemuan singkat untuk menjelaskan
secara garis besar kegiatan yang akan
dilakukan. Penjelasan disampaikan oleh
pimpinan dengan guru model, agar
observer dapat merancang rencana
observasi yang akan dilakukannya. Pada
pertemuan ini juga disampaikan agar
observer tidak mengganggu kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang akan
berlangsung.
Pada saat guru model melaksanakan
pembelajaran, observer diharapkan dapat
menetapkan apa yang menjadi fokus
perhatiannya
dalam
melaksanakan
pengamatan. Perhatian dapat diarahkan
pada aktifitas siswa tertentu, interaksi
siswa dalam kelompok ataupun cara
siswa dalam merespon kegiatan yang
dilakukan guru. Observer diharapkan
melakukan pengamatan secara teliti
dengan menggunakan instrumen yang
telah disiapkan sebelumnya. Observasi
dapat dilakukan juga dengan merekam
kegiatan pembelajaran yang berlangsung
baik dengan tape recorder ataupun
dengan handycam. Rekaman ini sangat
penting sebagai bahan untuk melakukan
refleksi kegiatan.
3) Tahapan Refleksi (See)
Tahapan ketiga yaitu refleksi proses
pembelajaran dilaksanakan segera setelah
pelaksanaan pembelajaran. Hal ini
dimaksudkan agar semua kejadian
penting yang telah terjadi tidak terlupakan
dalam melakukan refleksi. Kegiatan ini
merupakan tahapan yang sangat penting
karena merupakan upaya perbaikan
proses pembelajaran selanjutnya akan
bergantung dari ketajaman analisis para
perserta
berdasarkan
pengamatan
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Kegiatan refleksi dilakukan dalam
bentuk diskusi yang diikuti seluruh
peserta Lesson Study yang dipandu oleh
pimpinan atau peserta lainnya yang
ditunjuk sebagai fasilitator. Diskusi
dimulai dari penyampaian kesan-kesan
guru
model
yang
melaksanakan
pembelajaran, dengan menyampaikan
komentar atau kesan baik secara umum
maupun khusus atas proses pembelajaran
yang
telah
dilakukannya.
Guru
32 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011
diharapkan dapat menyampaikan apa
yang telah sesuai dengan rencana dan
kejadian apa yang belum sesuai dengan
harapan, serta kegiatan apa yang berubah
dari rencana semula.
Kegiatan berikutnya dalam refleksi
adalah masukan dari para observer
tentang
hasil
pengamatan
atas
pelaksanaan pembelajaran yang telah
berlangsung. Masukan yang diberikan
dapat disertai bukti yang ada tentang halhal yang diamati dan tidak berdasarkan
opininya. Kegiatan refleksi diharapkan
dapat memberi masukan yang produktif
bagi observer maupun guru model, dan
dapat bermanfaat bagi perencanaan
pembelajaran berikutnya. Jika ada tenaga
ahli, pada bagian akhir diharapkan dapat
merangkum atau menyimpulkan hasil
diskusi yang dilakukan.
Penerapan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL) pertamatama diusulkan oleh John Dewey
(Blanchard,2001) yang pada tahun 1916
mengusulkan suatu kurikulum dan
metodologi pengajaran yang dikaitkan
dengan
minat
dan
pengalaman
pembelajar. Pembelajaran kontekstual
memungkinkan siswa dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik
mereka dalam berbagai macam tatanan
dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat
memecahkan masalah-masalah dunia
nyata atau masalah-masalah yang
disimulasikan (University of Washington,
2001).
Driver & Bell (dalam Sutrisno,
1994) mengemukakan beberapa prinsip
dasar
dari
pembelajaran
dengan
konstruktivisme. Pertama, hasil belajar
tergantung pada lingkungan belajar dan
pengetahuan
yang
telah
dimiliki
pembelajar. Kedua, belajar merupakan
pembentukan ‘meaning’ dengan cara
membangun
hubungan
antara
pengetahuan yang telah dimiliki dan
pengetahuan yang sedang dipelajari.
Ketiga, proses ini berlangsung terus
menerus dan aktif. Keempat, belajar juga
menyangkut kesediaan pembelajar untuk
menerima pengetahuan yang sedang
dipelajari,
sehingga
pembelajar
bertanggung jawab tentang belajarnya.
Kelima, pengalaman pembelajar dan
kemampuan bahasa berpengaruh pada
pola ‘meaning’ yang dibangun.
Terdapat
beberapa
model
pembelajaran yang berlandaskan kepada
pendekatan kontekstual, diantaranya
Student Teams Achievement Division
(STAD) merupakan salah satu metode
atau pendekatan dalam pembelajaran
kooperatif yang sederhana dan baik untuk
guru yang baru mulai menggunakan
pendekatan kooperatif dalam kelas,
STAD juga merupakan suatu metode
pembelajaran kooperatif yang efektif.
Seperti
telah
disebutkan
sebelumnya
bahwa
pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdiri lima
komponen utama, yaitu penyajian kelas,
belajar
kelompok,
kuis,
skor
pengembangan
dan
penghargaan
kelompok. Selain itu STAD juga terdiri
dari siklus kegiatan pengajaran yang
teratur.
Adapun sintaks model pembelajaran
kooperatif adalah adanya 6 fase
pembelajaran yaitu: (1) menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa; (2)
menyajikan
informasi;
(3)
mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar;
(4)
membimbing kelompok bekerja dan
belajar; (5) evaluasi; dan (6) memberikan
penghargaan
33
Metodologi
Pengembangan pembelajaran pada
mata pelajaran Fisika ini dilaksanakan
melalui kegiatan Lesson Study di SMA
Negeri 1 Pontianak oleh guru-guru Fisika
SMA/MA yang aktif dalam kegiatan
MGMP (sebagai pelaksana) dan dosendosen
dari prodi pendidikan Fisika
(sebagai pembimbing dan pelaksana).
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yang menggunakan instrumen
LKS untuk penguasaan konsep, penilaian
Angket
Respon
siswa
terhadap
pembelajaran serta Lembar observasi.
Siswa yang menjadi subyek penelitian
adalah siswa kelas XII IPA 1 tahun
Pelajaran 2011-2012.
Penelitian ini dilakukan dengan
mengikuti
tahapan
atau
prosedur
penelitian sebagai berikut:
Tahap Plan:
Membuat lesson plan (Mendisain
pembelajaran agar lebih baik)
Tahap Do:
Seorang guru model mengajar; Guru lain
dan dosen pembimbing mengamati.
Tahap See:
Guru dan dosen pembimbing bersamasama merefleksi pembelajaran.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Implementasi lesson study
Pembelajaran fisika menggunakan model
STAD untuk meningkatkan interaksi,
eksplorasi dan motivasi siswa pada
bahasan dispersi di kelas XII IPA 1 SMA
Negeri 1 Pontianak sebagai berikut :
1. Interaksi antar siswa meningkat,
terbukti semua siswa berinteraksi
dalam diskusi
kelompok (8
kelompok). Hasil pengamatan :
tiap siswa di kelompok
2. Eksplorasi yang dilakukan siswa
meningkat, karena melalui LKS
yang didesain oleh guru siswa
tampak
berpikir
kritis,
berkreativitas, dan bekerja sama
3.
melakukan percobaan dispersi
tanpa harus diberikan penjelasan
materinya lebih dulu. Hasil
kesimpulan dari percobaan yang
dilakukan
tiap
kelompok
diperoleh : 7 kelompok sangat
baik dan 1 kelompok baik
(kelompok no. 5 ).
Motivasi siswa dalam proses
pembelajaran meningkat, tampak
siswa semangat dan senang
dalam
diskusi
kelompok,
melakukan
percobaan,
menyelesaikan pertanyaan dan
presentasi di depan kelas.
1. Tahap Perencanaan (Plan)
Pada tahap perencanaan ini,
dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan
pada tanggal 2 September 2011. Pada
tahap perencanaan pertama para guru dan
dosen Fisika melakukan refleksi awal
tentang proses pembelajaran
dan
mengidentifikasi masalah yang dihadapi
untuk menentukan materi yang akan
mengimplementasikan lesson study. Dari
diskusi yang dilakukan teridentifikasi
beberapa masalah yang terjadi dalam
proses pembelajaran, penentuan materi
yang sesuai dengan waktu pelaksanaan
lesson study.
Gelombang cahaya merupakan
salah satu materi yang dianggap menarik
untuk
diimplementasikan
dalam
pelaksanaan Lesson study. Dari hasil
diskusi bersama oleh tim guru Fisika
yang berasal dari beberapa SMA di kota
Pontianak, terungkap bahwa konsep
dispersi dan sudut deviasi termasuk
essensial jadi sangat penting dikuasai
oleh siswa dalam mempelajari materi
selanjutnya. Setelah menentukan materi,
kemudian ditentukan guru model yaitu
Hj.Siti Khaeriyah, S.Pd yang merupakan
ketua MGMP Fisika SMA/MA Kota
Pontianak dan berasal dari SMAN 1
Pontianak.
Dari permasalahan yang ditemukan
di atas, kemudian para guru dan dosen
Fisika melakukan diskusi untuk mencari
34 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011
solusi pembelajaran yang lebih baik yang
akan diterapkan pada pelaksanaan
pembelajaran siklus pertama. Melalui
diskusi yang dilakukan disepakati untuk
siklus pertama digunakan penerapan
pembelajaran Fisika dengan pendekatan
kontekstual. Adapun model yang dipilih
adalah model pembelajaran Kooperatif
Type Team Achievement Division
(STAD).
Pemilihan
model
kooperatif
dimaksudkan untuk membantu siswa
dalam
membangun
pengetahuannya
sendiri secara aktif tentang Gelombang
Cahaya. Pemilihan model ini juga
dimaksudkan untuk meningkatkan minat
siswa dalam belajar Fisika dengan cara
mengkaitkan dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Model kooperatif juga dimaksudkan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa belajar secara kelompok.
Langkah pembelajaran dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dibuat secara
bersama-sama.
Pemilihan
model
kooperatif
dimaksudkan
untuk
memberikan kesempatan kepada siswa
belajar
secara
kelompok
dan
meningkatkan minat siswa dalam belajar
Dispersi dengan cara mengkaitkan dengan
penerapannya dalam kehidupan seharihari.
Langkah pembelajaran dalam
Rencana pembelajaran dibuat secara
bersama-sama. Berikutnya mendiskusikan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)/hand-out, LKS Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang telah disusun oleh guru
model. Pertemuan ini juga dimaksudkan
untuk memantapkan RPP.
2. Tahap Pelaksanaan (Do)
Pelaksanaa implementasi lesson
study dalam penelitian ini dilakukan pada
bulan puasa hari selasa, 9 Agustus 2011,
di Laboratorium Fisika SMA Negeri 1
Pontianak pada jam pelajaran ke 3-4 yaitu
pukul 08.10 – 09.20 WIB. Siswa kelas
XII IPA 1 SMA Negeri 1 Pontianak.
Pelaksanaa implementasi lesson
study dihadiri oleh guru-guru peserta
MGMP, Kepala SMAN 1 Pontianak,
pengawas dari Dinas Pendidikan Kota
Pontianak, Kepala Seksi Pembinaan SMA
dari Dinas pendidikan Kota Pontianak,
serta dosen Fisika FKIP Pontianak . Pada
tahap ini dilakukan pembelajaran sesuai
dengan perangkat pembelajaran yang
telah dibuat pada tahap perencanaan.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran,
guru
model
diberi
kesempatan
menyampaikan secara ringkas rencana
yang akan dilakukannya pada suatu
pertemuan singkat. Hal ini dimaksudkan
agar observer dapat merencanakan
pengamatan yang akan dilakukan. Pada
pertemuan singkat ini juga disampaikan
instrumen
pedoman
observasi
pembelajaran yang dapat dijadikan
penekanan aspek pengamatan yang akan
dilakukan.
Pada awal pembelajaran guru
berusaha memotivasi siswa dengan
menunjukkan animasi fenomena pelangi
sebagai akibat terjadinya Dispersi
gelombang Cahaya. Kemudian guru
menggali pengetahuan awal siswa dengan
menanyakan kepada siswa sebab-sebab
terjadinya pelangi.
Kegiatan
berikutnya
guru
menyampaikan informasi tentang materi
dan tujuan pembelajaran. Kemudian guru
membagi siswa menjadi 8 kelompok yang
terdiri dari 4 orang siswa. Anggota
kelompok
dipilih
berdasarkan
kemampuan akademik (Pandai, sedang
dan rendah), jenis kelamin, latar belakang
sosial serta sifat siswa yang berbeda yaitu
pendiam dan aktif. Kemudian siswa
dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
alat percobaan untuk masing-masing
kelompok.
Sebelum siswa mulai bekerja dalam
kelompoknya, guru terlebih dahulu
menyampaikan
aturan
dalam
implementasi pembelajaran Kooperatif
dengan teknik STAD serta beberapa hal
penting dalam melaksanakan percobaan
dengan menggunakan LKS. Guru
35
membimbing siswa dalam melakukan
percobaan,dengan cara berkeliling sambil
meminta siswa menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok secara bertanggung
jawab.
Guru
kemudian
meminta
perwakilan
tiap
kelompok
untuk
menyampaikan hasil kerjanya di papan
tulis dengan mendapat masukan dari
kelompok lain. Berdasarkan hasil
presentasi kelompok guru membimbing
siswa tentang konsep dispersi gelombang
cahaya.
Pada bagian akhir pembelajaran,
guru membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan dan rangkuman dari materi
yang telah dipelajari, kemudian memberi
penugasan berupa lembar PR. Kemudian
guru menyampaikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya dan
mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi sebelum diskusi di kelas.
3. Tahap Refleksi (See)
Dari hasil tindakan (Do) dan
pengamatan para observer, diperoleh
gambaran secara umum bahwa guru
model telah berupaya melaksanakan
pembelajaran dengan baik yang dapat
meningkatkan aktivitas dan minat siswa
dalam proses pembelajaran. Focus
observasi
diarahkan
pada
proses
pembelajaran siswa.
Beberapa hal yang menjadi fokus
pengamatan adalah :
1. Interaksi antara siswa dengan siswa,
Interaksi antara siswa sudah
berjalan dengan cukup baik,
khususnya pada saat melakukan
percobaan dan mambahas hasil
percobaan tersebut. Namun masih
ada siswa yang terlihat agak pasif
pada salah satu kelompok yaitu
pada kelompok 6, karena ada 2
siswa yang terlihat tidak aktif
melakukan
pengamatan
hasil
percobaan
serta
dalam
mendiskusikan hasilnya.
2. Interaksi antara siswa dengan guru,
Interaksi yang terjadi sudah berupa
interaksi dua arah yaitu dari guru ke
siswa dan siswa ke guru sehingga
kesempatan siswa untuk bertanya
dan memberikan pendapat, ide atau
gagasan sudah terbuka. Guru juga
sudah berusaha membagi perhatian
pada seluruh siswa, walaupun
ternyata masih ditemukan ada siswa
yang mengalami kesulitan dalam
melakukan percobaan yaitu masih
bingung menentukan titik datang
dari cahaya serta dalam mengukur
besarnya i dan r.
3. Eksplorasi yang dilakukan siswa
dan guru. Proses eksplorasi
pemahaman materi ajar dibuka
dengan baik oleh guru, sehingga
siswa menanggapi dengan cukup
baik, namun masih ada beberapa
siswa yang mengalami kesulitan
memahami
dan
melakukan
percobaan
tentang
gelombang
cahaya.
4. Manfaat yang diperoleh oleh guru
model dan observer, kegiatan lesson
study memotivasi guru model dan
observer
untuk
merencanakan
pembelajaran
dengan
kreatif
sehingga
proses
pembelajaran
menjadi lebih menarik, khususnya
pada materi-materi abstrak. Selain
menggunakan alat–alat praktikum
juga dibantu media pembelajaran
menggunakan
animasi-animasi
menarik sehingga siswa tertarik.
Media pembelajaran sudah cocok
dengan bahan ajar dan mendukung
pembelajaran, sehingga dapat di
adopsi dan dimodifikasi. Secara
umum observer berpendapat bahwa
kegiatan lesson study dapat
meningkatkan
kualitas
pembelajaran.
.
Kegiatan lesson study memotivasi
guru model dan observer untuk
merencanakan pembelajaran dengan
kreatif sehingga pembelajaran menjadi
menarik, khususnya pada materi-materi
abstrak.
Media
pembelajaran
menggunakan animasi-animasi menarik
36 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011
sehingga siswa tertarik. Selain itu media
pembelajaran sudah cocok dengan bahan
ajar dan mendukung pembelajaran,
sehingga
dapat
di
adopsi
dan
dimodifikasi. Secara umum observer
berpendapat bahwa kegiatan lesson study
dapat
meningkatkan
kualitas
pembelajaran.
Rekomendasi dari Refleksi
Berdasarkan pada refleksi yang
telah
dilakukan
maka
terdapat
rekomendasi untuk perbaikan pada
penelitian selanjutnya. Disediakan kertas
manila dan spidol bagi tiap kelompok,
agar hasil diskusi dapat terbaca jelas
dalam ruang kelas saat presentasi.
Formasi tempat duduk kelompok
diskusi direncanakan dengan baik,
sehingga siswa dapat melakukan kegiatan
berdiskusi
dengan
nyaman
dan
menyenangkan.
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan
dan
refleksi yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Implementasi lesson study dapat
meningkatkan interaksi
siswa
terhadap siswa.
2. Implementasi lesson study dapat
meningkatkan Eksplorasi oleh guru
terhadap siswa.
3. Kegiatan lesson study pada bahasan
dispersi
dapat
meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Saran
Berdasarkan pembahasan di atas
dapat disarankan hal-hal berikut bagi guru
Fisika:
1. Mencermati
kelebihan-kelebihan
yang diperoleh ketika siswa
melakukan
percobaan
secara
berkelompok
2. Mencermati manfaat yang diperoleh
guru-guru observer melalui kegiatan
lesson study. Disarankan kepada
guru-guru untuk sesering mungkin
melihat
pembelajaran
yang
dilakukan oleh guru lain, dan
memotivasi siswa untuk mengasah
keterampilan proses sains.
3. Di
tahun
mendatang
perlu
dilakukan lagi Lesson Study di
jenjang kelas lain atau pada bahasan
lain agar pembelajaran lebih
memberdayakan siswa untuk aktif
mempelajari dan menguasai konsep
dan lebih memberdayakan guru
agar lebih mampu menciptakan
proses pembelajaran yang kondusif
Dafar Pustaka
Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief
Introduction to College Lesson
Study. Lesson Study Project.
online:
http://www.uwlax.edu/sotl/lsp/inde
x2.htm
Catherine Lewis (2002) Does Lesson
Study Have a Future in the United
States?. Online: http://www.sowionline.de
/journal/20041/lesson_lewis.htm
Hendayana, dkk. 2006. Lesson study:
Suatu Strategi untuk Meningkatkan
Keprofesionalan
Pendidik.
Bandung: UPI PRESS.
Hendayana, S dkk. (2007). Lesson Study
Suatu Strategi Untuk Meningkatkan
Keprofesionalan
Pendidik
(Pengalaman Imstep-Jica). Bandung
: FPMIPA UPI dan JICA.
Rustaman, N dkk.(2005). Strategi Belajar
Mengajar
Biologi.
Malang:
Universitas Negeri Malang.
Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study
(Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa
Barat
Sriyati, S. (2005). Reformasi Sekolah
melalui Lesson Study. Makalah
pada seminar Nasional Pendidikan
37
IPA II dengan tema Membangun
Pendidikan IPA Masa Depan yang
Kompetitif. 22-23 Juli 2005 di
FPMIPA UPI Bandung.
Suderajat, (2004). Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Bandung: CV.
Cipta
Cekas
Grafika.
38 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2. No. 2.Agustus 2011
Download