BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Public Relations

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Kerangka Teori
2.1.1
Public Relations
2.1.1.1
Definisi Public Relations
Definisi public relations (PR) menurut The International Public Relations
Association (IPRA) adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan
berkesinambungan yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga
bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati dan dukungan dari
mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada hubungannya dengan jalan
menilai pendapat umum diantara mereka, untuk mengkorelasikan, sedapat mungkin,
kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan
tersebar luas, mencapai kerjasama yang lebih produktif dan pemilihan kepentingan
bersama yang lebih efisien (Effendy, 2001:21).
Sementara itu, menurut (British) Institute of Public Relations (IPR), Public
Relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan niat baik dan saling pengertian
antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. Saling pengertian yang
dimaksud dilakukan melalui komunikasi dua arah dari organisasi kepada khalayaknya
dan begitupun sebaliknya (Jeffkins, 1996:9).
10
11
Dari kedua definisi di atas PR dapat diartikan sebagai seorang individu atau tim
yang bekerja untuk orang lain secara individu atau untuk suatu organisasi atau
kelompok dengan tujuan membangun citra/image dari individu atau kelompok
tersebut secara berkesinambungan.
2.1.1.2
Khalayak Public Relations
Dalam menjalankan kegiatannya, PR mempunyai khalayak atau public.
Khalayak adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu
organisasi, baik internal dan eksternal (Jeffkins, 2002:9).
Terdapat sepuluh khalayak utama, yaitu (Jeffkins, 2002:81):
1.
Masyarakat luas
2.
Calon pegawai atau anggota
3.
Para pegawai atau anggota
4.
Pemasok jasa atau berbagai macam barang yang merupakan kebutuhan rutin dari
organisasi atau perusahaan yang bersangkutan
5.
Para investor pasar uang
6.
Para distributor
7.
Konsumen dan pemakai produk organisasi
8.
Para pemimpin pendapat umum
9.
Serikat-serikat pekerja
10. Media massa
Dengan banyaknya khalayak dari sebuah perusahaan, maka perusahaan modern
perlu untuk meningkatkan kepeduliannya dalam menangani publik yang menjadi titik
12
tumpu sebuah perusahaan untuk dapat terus berdiri. Hal yang dapat dilakukan
perusahaan yaitu dengan membentuk divisi Public Relations untuk menjalankan
tugasnya dalam membina hubungan perusahaan dengan publiknya.
2.1.1.3
Fungsi Public Relations
Khalayak-khalayak dari PR yang telah disebutkan di atas pasti mempunyai
perbedaan kepentingan. Untuk itu, perlu adanya penetapan khalayak dengan strategi
komunikasi tertentu yang sesuai dengan tujuan. Dengan adanya penetapan khalayak
yang dilakukan PR, di situ pula PR menjalankan fungsinya.
Menurut Cutlip, Center & Canfiels, Fungsi PR adalah (Rosady Ruslan,
2001:24-25):
1.
Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi
melekat pada manajemen lembaga/organisasi).
2.
Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya sebagai
khalayak sasarannya.
3.
Mengidentifikasi yang menyangkut opini, persepsi dan tanggapan masyarakat
terhadap organisasi yang diwakilinya atau sebaliknya.
4.
Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada
pemimpin manajemen demi mencapai tujuan dan manfaat bersama.
5.
Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dan mangatur arus informasi,
publikasi serta pesan dari organisasi ke publiknya atau terjadi sebaliknya demi
tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
13
Dari berbagai fungsi PR yang dikemukakan oleh Rosady Ruslan dapat
disimpulkan fungsi utama seorang PR tidak lain adalah untuk menjaga hubungan baik
perusahaan dengan masyarakat dengan membangun reputasi perusahaan yang positif.
2.1.1.4
Kegiatan Public Relations
Tony Greener (1993:4) dalam bukunya Kiat Sukses Public Relatins dalam
Pembentukan Citranya menuliskan bahwa keberadaan PR dalam organisasi
diperuntukkan:
1.
Menciptakan
reputasi
bagi
perusahaan-perusahaan
dan
oraganisasi-
organisasinya.
2.
Menciptakan reputasi para individual sebagai ahli di bidang yang dipilihnya.
3.
Meningkatkan kesadaran terhadap produk dan layanan serta pada organisasi yang
mengadakan mereka.
4.
Mempertinggi nama baik dari suatu kedudukan masyarakat atau nama baik
perusahaan.
5.
Menyelenggarakan kampanye untuk mencapai tujuan tertentu.
Ada beberapa kegiatan utama dan sasaran PR sebagai pendukung fungsi
manajemen organisasi, salah satunya adalah membangun citra perusahaan melalui
program identitas perusahaan, yaitu dengan menciptakan dan mengkomunikasikan
identitas sehingga didapat citra perusahaan yang positif serta mendukung kegiatan
komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak (Rosady Ruslan,2001:25).
Sedangkan menurut Jeffkins (1996:35) dalam bukunya Public Relations, salah
satu kegiatan departemen PR adalah mempersiapkan dan memelihara berbagai bentuk
identitas perusahaan atau ciri khasnya, seperti logo perusahaan, berikut segenap
14
komposisi warna, tipografi dan hiasannya, jenis-jenis kendaraan dinas, pakaian
seragam para pegawai, dan sebagainya.
Selain tugas-tugas PR yang diuraikan di atas, PR juga bertanggung jawab
penuh dalam menangani isu yang sedang beredar di masyarakat terkait perusahaan,
PR harus dapat mengkonfirmasikan kebenaran isu dan menyelesaikan isu tersebut
sesegera mungkin.
2.1.1.5
Kaitan Public Relations dengan Event
Event merupakan salah satu tools public relations (PR) di samping kegiatan
lain, seperti identitas perusahaan, piblisitas, website, dan sebagainya. Sebagai tools
PR, event dapat digunakan sebagai sarana melakukan perannya (Wahyuni Pudjiastuti,
2010).
Salah satu peran utama public relations adalah sebagai komunikator
perusahaan, lembaga, atau perorangan untuk menyampaikan informasi tentang
perusahaan, lembaga, atau perorangan yang diwakilinya kepada publiknya, baik
internal maupun eksternal. Saat ini keberadaan PR tidak hanya dibutuhkan perusahaan
dan lembaga, tetapi juga perorangan.
Publisitas
Cyber PR
Identitas perusahan CSR Komunikasi langsung Kegiatan PR
Sponsorship
Special event
Media inggriya Gambar 2.1 : Kegiatan Public Relations
Wahyuni Pudjiastuti (2010)
15
PR dapat menyampaikan berbagai informasi tentang perusahaan, lembaga, atau
perorangan melalui sebuah event, seperti pameran, roadshow dari satu tempat ke
tempat lain, kompetisi, pertunjukan music, dan event lainnya. Di sini PR dapat
berinteraksi langsung dengan publiknya sehingga dapat lebih mampu meyakinkan
publik berkaitan dengan informasi yang disampaikan.
Peran PR yang lain adalah sebagai image maker, yaitu menciptakan citra
positif atau citra yang baik bagi perusahaan, lembaga, atau perorangan. Sebuah event
yang dirancang dengan baik akan memberikan kesan mendalam pada setiap publik
yang terlibat ataupun pihak media massa. Di sini akan terjadi proses word of mouthmeraka yang terlibat dalam suatu event akan bercerita kepada pihak lain tentang
kehebatan event yang diadakan suatu perusahaan atau lembaga.
2.1.2
Event Management
Event management adalah bagian dari ilmu manajemen yang menciptakan dan
mengembangkan sebuah kegiatan dengan tujuan untuk mengumpulkan orang-oran di
satu tempat, melakukan serangkaian aktivitas yang teratur untuk memperoleh suatu
informasi atau menyaksikan suatu kejadian (Kennedy, 2009:1). Sebagian orang
menyebut event management sebagai bagian dari project management. Namun
terlepas dari hal itu, dengan melihat kegiatannya yang melibatkan banyak orang dan
dilihat dari sisi perusahaan, maka event termasuk dalam kelompok kegiatan
departemen pemasaran. Event management perlu dipelajari karena kegiatannya
dipengaruhi oleh kualitas komunikasi, yaitu strategi visual dan pesan, komunikasi
16
antarindividu, seleksi dan penempatan media, publisitas dan promosi, serta beberapa
kegiatan lainnya.
2.1.2.1
Definisi Event
Sebelum dimulainya era perdangangan bebas mungkin kita sudah sering
mendengar isitlah event, namun kata itu tidak atau belum sepopuler saat ini, saat ini
kita sering sekali mendengar orang atau bagian dari perusahaan manapun,
menyebutkan kata event. Tidak heran, karena banyak perusahaan besar yang
memanfaatkan sebuah event sebagai sarana memperkenalkan produknya kepada
khalayak, baik sebagai penyelenggara acara, peserta acara, maupun sponsor
penyelenggara acara-acara sederhana maupun besar yang berpotensi menarik
perhatian khalayak.
Joe Goldblatt dalam bukunya Special Event yang dikutip Wahyuni Pudjiastuti
(2010) mendefinisikan Ajang Khusus sebagai situasi istimewa yang dirayakan dengan
rangkaian upacara (perayaan) dan ritual untuk mendapatkan kepuasan atas kebutuhan
tertentu.
I defined special event as a unique moment in time celebrated
with ceremony and ritual to satisfy specific needs. (Goldblatt,
2002)
Yaverbaum (2000) mengemukakan bahwa Ajang khusus adalah media
publisitas yang efektif karena dapat membantu dalam memasarkan perusahaan dan
produk jasa kepada publik, sangat bersifat promosi, serta mampu mendapatkan
publisitas banyak dari pihak media massa.
17
Special event are effective vehicles publicity because they
help market your company, product or service to the public,
and they promotable and can get you a lot of press coverage.
Pengertian Event menurut Jim Macnamara (1996) yang dikutip Rosady Ruslan
(1999) dalam bukunya Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsep
dan Aplikasi, adalah sebuah ajang yang biasanya dilaksanakan untuk medapatkan
perhatian dari media, klien, perusahaan, atau produk (Wahyuni Pudjiastuti, 2010).
Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa event adalah sebuah alat
komunikasi pemasaran yang sangat bermanfaat apabila digunakan untuk membentuk
citra dan mewujudkan reputasi positif perusahaan.
2.1.2.2
Event dan Komunikasi Pemasaran
Event termasuk kegiatan pemasaran dan komunikasi. Komunikasi pemasaran
adalah aplikasi komunikasi yang bertujuan untuk membantu kegiatan pemasaran dari
sebuah perusahaan. Hubungan antara event dan komunikasi pemasaran diistilahkan
sebagai bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) (Kennedy,
2009:4) oleh Kotler (2000), termasuk Promosi sebagai bagian dari 4P, dan fungsi
promosi ini dilakukan oleh bidang kajian promosi penjualan.
Komunikasi pemasaran dinyatakan sebagai kegiatan komunikasi yang
ditujukan untuk menyampaikan pesan kepada pasar atau khalayak sasaran melalui
berbagai saluran (media), dengan harapan komunikasi yang dijalankan dapat
mencapai tiga tahap perubahan, yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan
perubahan tindakan. Adapun jenis media yang digunakan adalah folder, poster,
baliho, selebaran, televisi, radio, majalah, surat kabar, dan lain-lain.
18
Media-media itu digunakan pula untuk menarik perhatian orang agar datang ke
tempat event diselenggarakan, di mana juga terjadi beragam komunikasi bermedia dan
komunikasi tatap muka.
Dalam komunikasi pemasaran digunakan teknik-teknik komunikasi yang
bertujuan untuk memberi persuasi untuk meraih tujuan perusahaan, yaitu terjadinya
peningkatan pendapatan atas penggunaan jasa atau pembelian produk yang
ditawarkan. Jika sebuah event dilakukan dengan teknik komunikasi ini, peserta tentu
berharap produknya dapat dikenal dan dipahami fungsi serta kegunaannya. Transaksi
bisnis terjadi dalam kegiatan ini karena adanya komunikasi tatap muka, upaya
persuasive, dan negosiasi hingga akhirnya mereka yang terlibat
dalam proses
komunikasi itu dapat mengambil kata sepakat dalam aktivitas bisnis mereka.
Berbicara dengan orang yang tepat dan menggunakan pesan serta visual yang
tepat adalah poin penting dalam suatu kegiatan, karena pertemuan ini mungkin hanya
terjadi sekali dalam satu periode waktu. Keberhasilannya sangat ditentukan oleh
penguasaan teknik dan media-media komunikasi yang mendukung upaya-upaya itu.
2.1.2.3
Bentuk-Bentuk Event
Bowdin (2006) yang dikutip Wahyuni Pudjiastuti (2010), dalam bukunya
Events Management, mengatakan bahwa sebuah Ajang khusus dapat diklasifikasikan
berdasarkan besar dan isinya.
19
LOCAL EVENT SIZE
MAJOR EVENT MEGA EVENT EVENT HALMARK EVENT CONTENT
CULTURE EVENT SPORT EVENT BUSINESS EVENT Gambar 2.2
Klasifikasi Ajang Khusus
Bentuk Event sangatlah beragam. Menurut Kotler (1999) dikutip Wahyuni
Pudjiastuti (2010) antara lain news conference, seminars, outings, exhibits, contest
and competitions, anniversaries, sport and cultural sponsorships. Menurut Joe
Goldblatt (2002) dikutip Wahyuni Pudjiastuti (2010), selain komponen celebration,
education, marketing dan reunion, ada beberapa subbidang yang digolongkan
berdasarkan tujuan dan kebutuhan khusus. Menurutnya, Sebuah Event dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1.
Civic Event
Bentuk event yang banyak menuntut kreativitas seperti parade atau iring-iringan.
Karakteristik event dalam bentuk parade antara lain (Wahyuni Pudjiastuti
2010:112) :
a. Menggunakan alat transportasi untuk beriring-iringan, seperti mobil, delman,
becak, sepeda, atau mungkin dengan jalan kaki.
20
b. Alat transportasi didekorasi sedemikian rupa agar mampu menarik perhatian
khalayak. Hiasan yang digunakan dalam dekorasi harus diperhitungkan
dengan baik agar tetap bertahan sejak dari tempat awal (start) sampai ke
tempat tujuan (finish).
c. Menyertakan sejumlah artis untuk duduk, berdiri, atau menari-nari di atas alat
transportasi dapat menambah daya tarik parade.
d. Tidak ada alat komunikasi interaktif antara peserta dan khalayak, di satu
pihak peserta mempertontonkan paradenya dan di pihak lain khalayak hanya
menonton.
e. Waktu pelaksanaannya biasanya hari libur, selama satu hari penuh.
f. Tujuannya antara lain untuk meningkatkan awareness dan pengetahuan
audience berkaitan dengan produk atau perusahaan yang diparadekan.
2.
Expositions
Bentuk event yang diselenggarakan oleh kelompok tertentu dan merupakan ajang
khusus yang paling efektif bagi perusahaan untuk memperkenalkan produknya
kepada khalayak.
Pameran merupakan salah satu bentuk ajang khusus yang paling banyak dipilih
perusahaan trade industry yang bersifat komersial. Suatu perusahaan dapat saja
mengadakan
pameran
sendiri
atau
tergabung
dalam
pameran
yang
diselenggarakan pihak lain. Pameran juga bisa bersifat lokal, nasional, ataupun
internasional.
Manfaat diadakannya suatu pameran menurut Lidya Eveline (2005) dalam buku
Widya Pudjiastuti (2010:119) antara lain:
21
a. Supaya orang mendapatkan informasi yang benar mengenai produk yang
baru diluncurkan yang sifatnya memperkenalkan secara langsung kepada
konsumen.
b. Menunjukkan eksistensi dan keberadaan produk atau jasa yang terus ada dan
terjaga kontinuitasnya. Di samping itu, untuk memperlihatkan kekuatan
perusahaan di mata perusahaan pesaing.
c. Menjaga image produk. Dengan seringnya berpameran, masyarakat semakin
paham positioning produk ataupun jasa perusahaan. Dengan image yang
tertanam dan terus-menerus ditanamkan di benak khalayak, produk dan jasa
tersebut tidak mudah terlupakan yang akhirnya tidak tergeser oleh
pesaingnya.
3.
Fairs and Festivals
Bentuk event yang lebih banyak bertujuan memberikan hiburan bagi audien-nya,
baik dalam bentuk kesenian, budaya, permainan, maupun penjualan produk.
Karakteristik fair dan festival (Wahyuni Pudjiastuti, 2010:122) antara lain:
a. Melibatkan banyak peserta.
b. Tujuan utamanya memberikan hiburan kepada khalayak dan bagi peserta
untuk menunjukkan eksistensi perusahaan atau produknya.
c. Aneka hiburan dan permainan bisa disajikan sekaligus dalam acara yang
berbentuk fair.
d. Pada festival biasanya ada satu tema yang diangkat.
e. Fair dan festival sering kali diadakan bersama untuk saling mendukung.
f. Khalayak sasaran spesifik.
22
4.
Hallmark Event
Bentuk event yang digelar untuk menandai berbagai hal seperti memberikan
tanda telah dibukanya suatu perusahaan, penggantian logo atau identitas
perusahaan serta kegiatan launching produk baru.
Karakteristik hallmark event (Wahyuni Pudjiastuti, 2010:127) antara lain:
a. Bertujuan untuk memberikan tanda telah dibukanya suatu kegiatan,
perusahaan, atau diluncurkannya suatu produk baru.
b. Lama pelaksanaan sangat pendek, satu sampai beberapa jam saja, dan
dilaksanakan di lokasi objek yang dibuka.
c. Khalayak tertentu dan cenderung terbatas.
d. Pembukaan ini akan ditandai dengan pemukulan gong, pengguntingan pita,
pembukaan tirai, atau dengan penyulutan petasan dan kembang api.
e. Sesuatu yang baru biasanya akan menarik perhatian pihak media massa.
5.
Hospitality
Bentuk event yang biasanya dilakukan perusahaan perhotelan, dengan tujuan
mengadakan ramah-tamah dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan
hotel.
Karakteristik Ajang Khusus berupa hospitality ini (Wahyuni Pudjiastuti,
2010:129) antara lain:
a. Tempat pelaksanaannya di hotel yang strategis bagi peserta.
b. Pesertanya stakeholders perusahaan atau pihak-pihak yang tertarik dengan
topik yang sedang dibahas, yang umumnya berasal dari luar kota sehingga
memerlukan penginapan.
c. Diadakan pada hari kerja selama 2-3 hari atau lebih.
23
d. Tujuan diadakannya ajang ini terutama untuk membahas satu topik penting
yang tidak mungkin diselesaikan sendiri oleh perusahaan.
e. Selain disajikan dalam bentuk formal, event ini akan dilengkapi dengan
hiburan, city tour, atau ramah tamah untuk menghilangkan kejenuhan.
6.
Meeting and Conference
Bentuk event yang relatif lebih sederhana dibandingkan yang lainnya seperti
seminar dan konferensi.
Karakteristik seminar atau konferensi (Wahyuni Pudjiastuti, 2010:132) antara
lain:
a. Peserta umumnya adalah ahli, pengamat, atau pihak yang peduli terhadap
tema yang diangkat.
b. Bersifat interaktif yang mengedepankan cara diskusi untuk membahas tema
yang diangkat.
c. Menghasilkan temuan baru dan sejumlah usulan perbaikan untuk kebijakan
terkait dengan tema yang diangkat.
d. Peserta bisa bersifat lokat, nasional, atau international.
e. Lokasi pelaksanaannya strategis dan mudah dijangkau khalayak.
7.
Retail Event
Bentuk event yang bertujuan menarik konsumen untuk langsung membeli produk
perusahaan yang ditawarkan di tempat berlangsungnya event
Karakteristik retail event (Wahyuni Pudjiastuti, 2010:135) antara lain:
a. Pesertanya perusahaan ritel. Khalayak sasaran konsumen atau calon
konsumen potensial.
24
b. Diadakan ditempat yang strategis, yang mudah dijangkau khalayak sasaran.
Bisa diadakan oleh satu perusahaan atau gabungan beberapa perusahaan
dengan produk yang sama atau berbeda-beda.
c. Tujuannya adalah agar khalayak datang ke acaranya dan kemudian membeli
produk yang ditawarkan.
d. Karena tujuannya untuk membuat penjualan sebanyak-banyaknya, acara ini
akan diadakan selama beberapa hari agar semakin banyak khalayak yang
datang, yang berarti semakin banyak kesempatan untuk meningkatkan
penjualan produk.
e. Acaranya dirancang dalam bentuk hiburan yang bisa merangsang khalayak
potensial untuk datang.
8.
Social Life Cycle Event
Event yang biasanya dirancang dalam bentuk prosesi seperti upacara-upacara
adat keagamaan, dan sebagainya.
Karakteristik dari ajang khusus ini (Wahyuni Pudjiastuti, 2010:138) antara lain:
a. Acara ini berbentuk upacara yang dilaksanakan tahap demi tahap, mengikuti
langkah-langkah tertentu, mulai dari awal pelaksanaan sampai akhir
pelaksanaan.
b. Dekorasi, music pengiring, keruntutan acara, suasana yang diciptakan, dan
properti yang digunakan akan sangat menentukan berkesan tidaknya prosesi
yang dilakukan.
c. Bentuknya yang berupa runtutan acara membuat durasi liputan media relative
lebih lama.
25
d. Suatu prosesi bisa menjadi ajang khusus apabila menyangkut orang yang
terkenal, unik, dan menarik perhatian orang banyak.
e. Lokasi pelaksanaan sangat bergantung pada bentuk acaranya.
9.
Sport Event
Bentuk event yang mempertontonkan pertandingan, perlombaan, atau kontes
kegiatan olahraga. Bentuk ajang ini sangat potensial menarik pihak sponsor.
Khalayak cenderung terbatas, yaitu penggemar jenis olahraga yang dipilih.
Karakteristik sport event (Wahyuni Pudjiastuti, 2010:144) antara lain:
a. Khalayak utamanya adalah penggemar olahraga tertentu.
b. Biasanya bersifat kompetisi, ada perlombaan dan permainan sehingga harus
ada wasit/juri, pemenang, dan sejumlah hadiah yang disiapkan.
c. Melibatkan beberapa kelompok peserta.
d. Tempat pelaksanaannya di arena olahraga sesuai dengan jenis olahraganya.
e. Acara dikemas sporty dan biasanya sangat sederhana kecuali pada upacara
pembukaan atau penutupan.
f. Lama pelaksanaan bisa satu hari, satu minggu, atau bahkan sampai berbulanbulan.
10. Tourism
Bentuk event yang biasanya lebih menonjolkan unsur seni dan budaya yang
relatif unik dan tidak dijumpai di tempat lain.
Karakteristik ajang khusus ini (Wahyuni Pudjiastuti, 2010:148) antara lain:
a. Lebih menonjolkan unsur seni dan budaya yang masih erat dengan unsur
tradisional yang unik dan menarik.
b. Khalayak sasarannya turis mancaneara dan turis lokal.
26
c. Biasanya diselenggarakan pada musim liburan.
d. Diadakan di tempat-tempat yang banyak dikunjungi turis.
e. Tujuannya untuk menarik perhatian turis, lokal dan mancanegara,
mempromosikan seni budaya bangsa, serta melestarikannya.
Selain sepuluh bentuk Event yang dipaparkan Joe Goldblatt (2002), Wahyuni
Pudjiastuti dalam bukunya yang berjudul Special Event (2010) menyebutkan ada
sepuluh tambahan event yang seperti:
1.
Roadshow
2.
Contest and Competition
3.
Permainan
4.
Demonstration
5.
Debat
6.
Launching
7.
Media Conference
8.
Media Tour
9.
Gathering
10. Reunion
Event Gathering merupakan event yang biasanya paling sering dilakukan
perusahaan besar, khususnya yang bergerak di bidang properti. Khalayak bisa dari
publik internal (karyawan, pemegang saham, atau investor) dan bisa juga dari publik
eksternal (distributor, media, pemerintah, konsumen, supplier, dan sebagainya),
Ajang ini biasanya dirancang dalam bentuk hiburan, ramah-tamah, acara makan
27
bersama, atau diskusi ringan mengenai sesuatu (produk yang ditawarkan perusahaan
misalnya). Selain bertujuan untuk mengakrabkan hubungan antarpeserta (Wahyuni,
2010) Event Gathering juga menjadi alat untuk mengenalkan publik eksternal akan
misi perusahaan dan tidak lepas juga dari tujuan penjualan produk.
Karakteristik Event Gathering (Wahyuni Pudjiastuti, 2010:171) antara lain:
a.
Dikemas secara informal yang biasanya sarat dengan hiburan
b.
Khalayak tertentu dan terbatas, misalnya customer saja, karyawan saja, investor
saja, dan seterusnya.
c.
Gathering dapat dilaksanakan indoor (aula, restoran, hotel, auditorium) ataupun
outdoor (taman, tempat rekreasi, pantai, dll)
d.
Tujuan diadakannya gathering adalah untuk menjalin hubungan baik antara
perusahaan dengan segenap stakeholders-nya dan dapat dimanfaatkan juga untuk
penjualan.
e.
Waktu pelaksanaannya bisa hari libur atau hari biasa sesuai dengan waktu yang
paling tepat bagi stakeholders. Untuk customer mungkin lebih tepat jika acaranya
diadakan pada hari libur, karena pada saat itulah calon customer memliki waktu
diluar kesibukannya bekerja sehari-hari.
2.1.2.4
Fungsi dan Tujuan Event
Fungsi event yang dikutip Wahyuni Pudjiastuti (2010) dikemukakan Rosady
Ruslan, antara lain sebagai berikut:
28
1.
Memberikan informasi secara langsung (tatap muka) dan mendapatkan timbal
balik yang positif dari publiknya.
2.
Menjadi media komunikasi sekaligus mendapatkan publikasi sehingga pada
akhirnya publik sebagai target sasaran akan memperoleh pengenalan,
pengetahuan, dan pengertian mendalam.
3.
Terciptanya citra positif perusahaan atau produk yang diwakilinya.
Tujuan diadakannya Ajang khusus (event) adalah untuk memengaruhi
khalayak, proses publikasi, niat baik perusahaan, promosi, memecahkan masalah,
merumuskan kebijakan-kebijakan, dan menciptakan citra baik atau citra positif
(Wahyuni Pudjiastuti, 2010)
2.1.2.5
Proses Event Management
Sebuah event bukanlah kegiatan biasa yang dapat dilakukan kapan saja dalam
waktu singkat dan tanpa perencanaan. Sebuah event membuthukan manajemen yang
baik agar pelaksanaanya dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Banyak Sekali
event-event yang sudah direncanakan dengan baik jauh-jauh hari sebelum
pelaksanaan-nya, namun pada saat pelaksanaan-nya, yang terjadi justru kekacauan.
Banyak event yang dilaksanakan dengan spektakuler, menelan banyak biaya, waktu
dan tenaga, namun tujuan yang diharapkan tidak tercapai. Masih banyak hal lain yang
menyebabkan gagalnya suatu event. Penyebab utamanya adalah buruknya
manajemen.
29
Sebuah event adalah salah satu tools PR yang banyak dilakukan. Menurut
Cutlip, dkk. (2000) dikutip oleh Wahyuni Pudjiastuti (2010), ada empat tahap yang
harus dilakukan PR dalam manajemen PR. Keempat tahap itu adalah:
a.
Defining the problem (or opportunity)
Adalah tahap untuk mendapatkan data dan fakta berkaitan dengan kegiatan yang
akan dilakukan, baik melalui opinion research maupun motivation research, atau
melalui metode penelitian lain.
b.
Planning and programming
Adalah tahap perencanaan, yaitu membuat proposal kegiatan. Proposal yang
disusun harus berpijak pada data dan fakta yang diperoleh pada saat penelitian
dan perlu dipikirkan dengan matang karena perencanaan ini nantinya akan
menjadi pedoman pada saat pelaksanaan.
c.
Taking action and communicating
Adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan yang telah disusun. Tahap ini sering
juga disebut tahap komunikasi karena sebagian aktivitas yang dilakukan hampir
selalu berkaitan dengan komunikasi.
d.
Evaluating the program
Adalah program yang dilakukan untuk megetahui apakah kegiatan dilaksanakan
berdasarkan pada perencanaan yang telah dibuat untuk melihat seberapa jauh
tujuan program dapat tercapai.
30
Menurut Goldblatt (2002) yang dikutip Wahyuni Pudjiastuti (2010), ada lima
tahap yang harus dilakukan untuk menghasilkan event yang efektif dan efisien, yaitu
penelitian, desain, perencanaan, koordinasi, dan evaluasi.
a.
Research
Penelitian yang dilakukan dengan baik akan mengurangi resiko kegagalan dalam
pelaksanaan event. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kebutuhan,
keinginan, dan ekspektasi khalayak sasaran. Jadi, mereka diharapkan tertarik
untuk hadir pada ajang yang diadakan. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian
terhadap khalayak sasaran ini harus dilakukan dengan teliti dan komprehensif
sehingga dapat mengurangi resiko ketidakhadiran.
b.
Design
Event yang spektakuler memerlukan kreatifitas yang luar biasa dari pelaksanaannya. Kemampuan showmanship mereka dalam menciptakan gerakan, suara,
pemain warna, cahaya, mendesain area, dan sebagainya diperlukan secara
komprehensif dan penuh pertimbangan untuk menciptakan kesan yang mendalam
bagi para pengunjung atau tamu undangan.
c.
Planning
Planning event dilakukan setelah analisis situasi dilakukan bersamaan dengan
designing. Dua kegiatan ini memerlukan waktu yang paling panjang dibanding
tahap kegiatan lainnya. Banyak hal yang harus dipertimbangkan pada saat
perencanaan sehingga susunan perencanaan sering kali mengalami perubahan,
penambahan, atau pengurangan sesuai ketersediaan sumberdaya yang ada.
Perubahan-perubahan eksternal di luar kemampuan perencanaan juga sering kali
31
berujung
pada
perubahan
perencanaan,
misalnya
perubahan
peraturan
pemerintah, kondisi politik, kondisi cuaca, dan sebagainya.
d.
Coordinating
Event memerlukan berbagai keahlian agar menjadi acara yang sukses dan
kemudian mampu mengangkat citra perusahaan. Pihak-pihak yang akan terlibat
dalam event adalah bagian catering, bagian pemasaran, penulis, bagian hiburan,
bagian musik, bagian grafik, dan bagian dekorasi. Seorang manajer sebuah acara
harus mampu mengoordinasi pihak-pihak ini agar dapat bekerja secara simlutan
dengan satu tujuan yang sama, yaitu menghasilkan acara yang sukses.
e.
Evaluation
Pada dasarnya setiap kegiatan harus dievaluasi untuk melihat tingkat
keberhasilan acara yang telah dilakukan. Namun, tahap ini sering kali diabaikan
pelaksana. Begitu acara selesai, kegiatan dianggap telah berakhir, padahal masih
ada tahap evaluasi yang harus dilakukan. Evaluasi yang baik akan menghasilkan
data dan fakta yang sangat berharga, khususnya untuk mendukung kegiatan yang
akan dilakukan pada masa yang akan datang.
2.1.2.6
Riset Event
Dalam perencanaan sebuah Event, ada lima elemen penting yang harus
diperhatikan, yaitu 5 W, yang terdiri atas why, who, when, where, dan what.
Mengingat elemen-elemen ini harus ada dan sangat menentukan sukses tidaknya
sebuah event, penelitian terhadap kelima elemen ini mutlak harus dilakukan.
32
RESEARCH WHERE WHEN WHO WHY WHAT Gambar 2.3: Lima Elemen Penting Ajang Khusus
Wahyuni Pudjiastuti (2010:2)
Who berkaitan dengan setiap personel yang akan terlibat dalam kegiatan ini.
Why berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai dalam acara ini, khususnya dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. When berkaitan dengan waktu yang
paling tepat untuk penyelenggaraan acara. Where berkaitan dengan tempat
penyelenggaraan acara yang paling tepat untuk khalayak sasaran. What berkaitan
dengan bagaimana mengemas event ini agar menarik bagi khalayak sasaran
(Goldblatt, 2002) dikutip oleh (Wahyuni, 2010).
Berdasarkan berbagai definisi dan perencanaan riset event di atas, peneliti
menerapkan lima elemen penting dalam riset event yang dikemukakan oleh Goldblatt
dalam penelitian yang bertujuan melihat dampak event pada citra perusahaan yang
meliputi lima elemen yaitu Who, What, Where, Why, dan When.
33
2.1.3
Teori Citra (Image Theory)
2.1.3.1
Definisi Citra
Konsep citra di dalam dunia bisnis telah berkembang dan menjadi perhatian
para pengusaha. Citra yang baik dari suatu organisasi akan mempunyai dampak yang
menguntungkan, sedangkan citra yang jelek akan merugikan organisasi.
Webster (1993) dikutip oleh M. Linggar Anggoro (2001) mendefinisikan citra
sebagai gambaran mental atau konsep akan sesuatu. Kotler (1995) dikutip oleh M.
Linggar Anggoro (2001) secara lebih luas mendefinisikan citra sebagai jumlah dari
keyakinan-keyakinan, gambaran-gambaran, kesan-kesan yang dimiliki seseorang
pada suatu objek. Objek yang dimaksud bisa berupa orang, organisasi, kelompok
orang atau yang lainnya yang dia ketahui (Sutisna, 2003) dikutip oleh M. Linggar
Anggoro (2001).
Menurut M. Linggar Anggoro dalam bukunya Teori & Profesi Kehumasan
(2001:59-68) mengatakan ada beberapa definisi citra yaitu:
a.
Citra Bayangan (Mirror image) : Citra ini melekat pada orang dalam atau
anggota organisasi, biasanya adalah pemimpinnya, mengenai anggapan pihak
luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra
yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap
organisasinya.
b.
Citra yang berlaku (Current image) : Kebalikan dari citra bayangan, citra yag
berlaku ini adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar
mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra
34
tidak berlaku selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan karena
semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar
yang biasanya serba terbatas.
c.
Citra harapan (Wish image) :
Suatu
citra
yang
diinginkan
oleh
pihak
manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya
citra yang diharapkan itu lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra
yang ada; walaupun dalam keadaan tertentu, citra yang terlalu baik juga bias
merepotkan.
d.
Citra Perusahaan (Corporate image) :
Citra dari suatu organisasi secara
keseluruhan, bukan sekedar citra atas produk atau pelayanannya. Citra
perusahaan ini terbentuk dari banyak hal, seperti sejarah atau riwayat hidup
perusahaan yang gemilang, keberhasilan dan stabilitas keuangan, kualitas
produk, keberhasilan ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai
pencipta lapangan kerja, kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial, dan
komitmen mengadakan riset.
e.
Citra majemuk (Multiple image) : Banyaknya jumlah pegawai, cabang, atau
perwakilan dari sebuah oragnisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum
tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.
Dari berbagai definisi citra di atas dapat dikatakan citra merupakan
penghargaan yang yang didapat oleh perusahaan karena adanya keunggulankeunggulan yang ada pada perusahaan tersebut, seperti kemampuan yang dimiliki
oleh perusahaan, sehingga perusahaan akan terus dapat mengembangkan dirinya
untuk terus dapat menciptakan hal-hal baru demi pemenuhan kebutuhan konsumen.
35
2.1.3.2
Peran Citra Bagi Perusahaan
Citra merupakan aset penting dalam suatu perusahaan atau organisasi. Sebagai
penjelasan lebih lanjut, Gronroos (1990) dikutip oleh M. Linggar Anggoro (2001)
menyatakan ada empat peran citra bagi suatu perusahaan atau organisasi, yaitu
sebagai berikut :
a.
Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye permasaran eksternal,
seperti periklanan, penjualan pribadi dan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra
yang positif lebih memudahkan bagi organisasi untuk berkomunikasi secara
efektif, dan membuat orang-orang lebih mudah mengerti dengan komunikasi
dari mulut ke mulut.
b.
Citra sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan
perusahaan, kualitas teknis dan khususnya kualitas fungsional. Artinya, jika
suatu waktu terdapat kesalahan kecil dalam fungsi suatu produk (dan tidak
berakibat fatal pada pengguna), biasanya image perusahaan masih mampu
menjadi pelindung dari kesalahan tersebut. Namun jika kesalahan-kesalahan
kecil sering terjadi, citra akan berubah menjadi negatif.
c.
Citra adalah fungsi dari pengalaman dan juga harapan dari konsumen. Ketika
konsumen membangun harapan dan realitas pengalaman dalam bentuk kualitas
pelayanan teknis dan fungsional, kualitas pelayanan yang dirasakan
menghasilkan perubahan citra. Jika kualitas pelayanan yang dirasakan
memenuhi citra atau melebihi citra, maka citra akan mendapat penguatan
bahkan meningkat.
36
d.
Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen (citra mempunyai dampak
internal). Citra yang negatif dan tidak jelas akan berpengaruh negatif pada
kinerja karyawan dan pada hubungan dengan konsumen dan kualitas.
(Sutisna,2003) dikutip oleh M. Linggar Anggoro (2001).
2.1.3 .3 Proses Pembentukan Citra
Berdasarkan penjelasan dari peneliti sebelumnya, dikatakan bahwa citra adalah
kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang
fakta-fakta atau kenyataan.Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek
dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Efek kognitif dari komunikasi
sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk
berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.
Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung
mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan (Soemirat &
Ardianto dalam Elvinaro Ardianto 2010).
Agar suatu citra dapat terbentuk, maka diperlukan suatu proses. Proses
pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan sistem komunikasi
dijelaskan oleh John S. Nimpoeno dikutip oleh Elvinaro Adianto, sebagai berikut:
37
Gambar 2.4: Model Pembentukan Citra
Sumber: (Elvinaro Ardianto 2010)
Pengalaman mengenai stimulus
Kognisi Stimulus Persepsi Sikap Respon Perilaku Motivasi Berdasarkan model pembentukan citra diatas, dapat dilihat bahwa ada empat
komponen di dalam citra, yaitu :
1.
Persepsi
Adalah hasil pengamatan terhadap untusr lingkungan yang dikaitkandengan
suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain individu akan memberikan makna
terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang.
2.
Kognisi
Adalah suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini
akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga
individu harus memberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat
mempengaruhi perkembangan kognisinya.
38
3.
Motif
Adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.
4.
Sikap
Adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi atau nilai.Sikap bukan prilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.
(Soemirat & Ardianto dalam Elvinaro Ardianto 2010)
Dalam mengukur corporate image, Spector (dalam buku Picton & Broderick,
2001:28) menemukan bahwa terdapat enam faktor utama yang digunakan untuk
megukur dimensi utama yang digunakan publik dalam mengekspresikan citra dari
suatu organisasi, yaitu:
1.
Dynamic: pioneering, attention-getting, active, goal-oriented
2.
Cooperative: friendly, well-liked, eager to please good relations
3.
Business: wise, smart, persuade, well-organized
4.
Character: ethical, reputable, respectable
5.
Successful: financial performance, self-confident
6.
Withdrawn: aloof, secretive, cautious
39
1.
Dinamis: perintis, menarik perhatian, aktif, berorientasi pada tujuan
2.
Bekerja sama: ramah, disukai, memiliki hubungan baik dengan orang lain
3.
Bisnis: bijak, pintar, meyakinkan, terorganisir dengan baik
4.
Karakter: etis, bereputasi baik, terhormat
5.
Sukses: kinerja keuangan yang menonjol, percaya diri
6.
Menahan diri: ketat, menjaga rahasia, berhati-hati
Citra perusahaan merupakan sebuah gambaran yang dimiliki khalayak tentang
organisasi melalui akumulasi semua pesan yang diterima. Pesan yang diterima dengan
sengaja maupun tidak secara terus menerus, akan membentuk sebuah gambaran akan
perusahaan oleh publiknya, kesesuaian harapan citra yang terbentuk dengan
kenyataan citra yang terbentuk di publik belum tentu sama.
Dengan adanya berbagai definisi dan pengertian citra di atas, maka dapat
dibuat kesimpulan bahwa citra adalah cerminan dari perusahaan yang ditangkap
secara berbeda-beda oleh setiap stakeholdersnya.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengukur citra perusahaan dan melihat
pengaruh event gathering terhadap citra perusahaan. Peneliti menggunakan empat (4)
dari enam (6) konsep citra perusahaan yang dikemukakan oleh Spector, yaitu:
1.
Dinamis: perintis, menarik perhatian, aktif, berorientasi pada tujuan
2.
Bekerja sama: ramah, disukai, memiliki hubungan baik dengan orang lain
3.
Bisnis: bijak, pintar, meyakinkan, terorganisir dengan baik
4.
Karakter: etis, bereputasi baik, terhormat
40
Peneliti hanya menggunakan empat (4) dari enam (6) konsep citra perusahaan
yang dikemukan oleh Spector dikarenakan konsep kelima dan keenam yang
dikemukakan Spector yaitu sukses dan menahan diri belum dapat dijadikan alat ukur
dalam penelitian sebab Agung Sedayu termasuk perusahaan yang cenderung tidak
menampilkan konsep sukses dan menahan diri beserta komponennya dalam
menampilkan citra perusahaan.
2.2
Kerangka Pemikiran
2.2.1
Hubungan Antar Variabel
Event gathering merupakan salah satu metode promosi yang perlu untuk
dilakukan dalam bisnis properti, mengingat persaingan bisnis properti yang ketat
dalam satu dekade terakhir ini, penting bagi perusahaan untuk menciptakan sebentuk
citra positif perusahaan.
Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan perusahaan melalui event gathering
semakin besar kemungkinan publik mengenal perusahaan tersebut dan dengan
peningkatan interaksi dengan perusahaan itulah maka citra positif perusahaan dapat
terbentuk sesuai dengan harapan perusahaan.
Secara garis besar, konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengaruh event gathering terhadap citra perusahaan. Event gathering itu sendiri
merupakan salah satu media promosi perusahaan yang dalam penelitian ini diukur
melalui lima dimensi. Variabel independen pada penelitian ini adalah event gathering
dan yang menjadi variabel dependennya adalah citra perusahaan.
41
Hubungan antar variabel-variabel pada penelitian ini bersifat bivariat dan
multivariat. Pada bivariat peneliti mengukur apakah variabel independen seperti yang
dikemukakan di atas berpengaruh pada variabel dependen. Lalu, untuk multivariat
peneliti mencari berapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
2.2.2
Model Hubungan Antar Varibel
Gambar 2.5 : Model Hubungan Antar Variabel
Event gathering Agung Sedayu
diadakan setiap hari Minggu
_____________________________
● What● Who● When● Where●Why
(Wahyuni Pudjiastuti, 2010) Citra perusahaan Agung Sedayu ● Dinamis
● Bisnis
● Karakter
● Bekerja sama
(Spector (dalam buku
Picton & Broderick,
2001:28))
Download