BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Internal 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengendalian Internal
2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan pengendalian internal
berdasarkan COSO yaitu pengendalian internal merupakan suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga
golongan tujuan yang terdiri dari keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan
efisiensi operasi, serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang dijalankan oleh
perusahaan guna melindungi aktiva dari kesalahan penggunaan, memastikan
bahwa informasi yang disajikan akurat dan meyakinkan bahwa hukum serta
peraturan telah patuhi.
Definisi pengendalian internal menurut COSO lebih luas daripada beberapa
definisi tradisional yang menekankan hanya pengendalian pelaporan keuangan.
COSO (Committee of Sponsoring Organization) yang dikutip oleh Amin Widjaja
Tunggal (2013:3) :
“Internal Control is a process, affected by an entity’s board of directors,
management and other personnel, designed to provide reasonable assurance
regarding the achievement of objectives in the following categories: effectiveness
and efficiency of operations, reliability of financial reporting and compliance
with applicable laws and regulations.”
Sedangkan Bambang Hartadi mengutip pengertian pengendalian menurut
AICPA(American Institute of Certified Public Accountans) yaitu, pengendalian
9
internal meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan
yang terkordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta
kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat
dipercaya meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan
perusahaan yang telah diterapkan.
Dari definisi di atas oleh AICPA, pengendalian internal di rinci menjadi
dua, yaitu :
a. Pengendalian Akuntansi
Terdiri dari struktur organisasi dan prosedur-prosedur serta catatancatatan yang berkaitan dengan pengamanan aktiva dan dapat
dipercayanya catatan keuangan, dan konsekuensinya, organisasi,
prosedur, dan catatan-catatan itu disusun untuk memberikan jaminan
yang cukup dalam arti :
1) Transaksi-transaksi
dilaksanakan
sesuai
dengan
pengesahan
(otorisasi) manajemen yang umum maupun yang khusus.
2) Transaksi-transaksi dicatat untuk memungkinkan penyusunan
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang umumnya
diterima dan menunjukkan pertanggungjawaban atas aktiva.
3) Penggunaan aktiva hanya diperbolehkan bila sesuai dengan otorisasi
manajemen.
4) Tanggung jawab atas aktiva (menurut catatan) dibandingkan dengan
aktiva yang ada setiap waktu tertentu dan diambil tindakan yang
perlu bila ada perbedaan.
10
Pengendalian akuntansi berfungsi untuk menjaga keamanan harta
milik perusahaan. Pengendalian ini disebut Preventive Control, yaitu
untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Pengendalian Administratif
Meliputi struktur organisasi dan prosedur-prosedur serta catatan-catatan
yang
berkaitan
dengan
proses
pengambilan
keputusan
yang
berhubungan dengan pengesahan (otorisasi) transaksi-transaksi oleh
manajemen. Pengendalian administratif berfungsi untuk mendorong
efisiensi, yaitu dengan mendorong dipatuhinya keputusan-keputusan
manajemen. Pengendalian ini disebut juga Feedback Control.
2.1.2 Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan pengendalian internal (control objectives) dalam setiap kategori
tidak mungkin melepaskan diri dari kelima komponen pendukung.
Sesuai dengan Standards for The Professional Practice of Internal Auditing
(Standard 300), Scope of Work, yang dikutip oleh Amin Widjaya Tunggal
(2013:4) lima tujuan utama pengendalian internal adalah untuk meyakinkan :
1. Keandalan dan integritas informasi
2. Ketaatan dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan
3. Mengamankan aktiva
4. Pemakaian sumber daya yang ekonomis dan efisien
5. Pencapaian tujuan dan sasaran operasi atau program yang ditetapkan
Tujuan pengendalian COSO berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi
operasi yang meliputi organisasi secara keseluruhan dan bermaksud untuk
mengaitkan dengan misi dasar entitas. Tujuan pengendalian menurut Standard
11
300 tercakup dalam COSO yang dikutip oleh Amin Widjaya Tunggal (2013:4)
adalah sebagai berikut :
1. Keandalan dan integritas informasi
Komponen pengendalian “Informasi dan Komunikasi” secara utuh
menjelaskan dan mencakup tujuan tersebut.
2. Ketaatan dengan kebijakan, rencana dan prosedur organisasi
Komponen pengendalian “aktivitas pengendalian” menunjukkan bahwa
penetapan dan ketaatan yang diperkuat terhadap kebijakan dan prosedur
perlu untuk mempertahankan organisasi dalam alur terhadap pencapaian
tujuan.
3. Mengamankan harta
Pemakaian sumber daya yang ekonomis dan efisien serta pencapaian
tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Ketiga tujuan tersebut secara
langsung dinyatakan dalam dalam halaman pertama Executive Summary
COSO: “Kategori pertama (efektivitas dan efisiensi operasi) menyatakan
tujuan utama dari entitas, termasuk kinerja dan tujuan kemampulabaan
dan pengamanan sumber daya.”
Menurut Putra (2007) dalam jurnal, tujuan pengendalian internal adalah :
1. Keandalan laporan keuangan
Pengendalian ini dilakukan untuk tujuan laporan keuangan yang di
publikasikan adalah andal dan dapat dipercaya.
2. Efisiensi dan efektivitas operasional
Direksi dan manajemen mendapat pemahaman akan arah pencapaian
tujuan perusahaan, dengan meliputi pencapaian tujuan atau target
12
perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan
sumber daya (aset) perusahaan.
3. Ketaatan kepada hukum dan peraturan
Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah
ditaati dan dipatuhi dengan semestinya.
2.1.3 Komponen Pengendalian Internal
Dalam framework COSO, yang dikutip oleh Amin Widjaya Tunggal
(2013:8) kelima komponen pengendalian semuanya harus ada dan berfungsi
untuk menyimpulkan bahwa pengendalian internal efektif dalam setiap kategori
tujuan. Keberhasilan sistem pengendalian ditentukan oleh lima komponen, yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Meliputi integritas pegawai, nilai etika dan kompetensi dari pegawai yang
ada, filosofi manajemen, cara manajemen menetapkan wewenang dan
tanggung jawab, mengorganisasikan dan mengembangkan pegawai, serta
melaksanakan arahan yang diberikan oleh dewan komisaris dan direksi.
Terdapat tujuh faktor lingkungan pengendalian, yaitu :
1) Integritas dan nilai etis (ethical values). Manajamen perlu menetapkan
setandar etis dan perilaku yang dikomunikasikan kepada karyawan dan
diperkuat dengan praktik.
2) Komitmen terhadap kompetensi. Manajemen harus menspesifikasikan
tingkat kompetensi untuk pekerjaan tertentu dan menjabarkan kompetensi
kedalam tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
3) Dewan Komisaris dan partisipasi panitia audit. Dewan komisaris dan
panitia audit adalah orang-orang yang terpercaya dan secara aktif
mengawasi akuntansi entitas, kebijakan dan prosedur pelaporan.
13
4) Filosofi manajemen dan gaya operasi. Menetapkan, mempertahankan, dan
memonitor pengendalian internal suatu entitas merupakan tanggung
jawab manajemen. Filosofi manajemen dan gaya operasi dapat secara
signifikan mempengaruhi mutu pengendalian internal. Karakteristik
seperti berikut dapat memberi isyarat informasi yang penting kepada
auditor mengenai filosofi manajemen dan gaya operasi : pendekatan
manajemen dalam mengambil dan memonitor resiko bisnis, sikap dari
tindakan
manajemen
terhadap
pelaporan
keuangan,
serta
sikap
manajemen terhadap pengolahan informasi, fungsi dan personil akuntansi.
5) Struktur organisasi. Mendefinisikan bagaimana wewenang dan tanggung
jawab didelegasikan dan dimonitor.
6) Pemberian wewenang dan tanggung jawab. Mencakup kebijakan yang
berkaitan dengan praktik bisnis yang dapat diterima, pengetahuan dan
pengalaman
personil,
dan
sumber
daya
yang
diberikan
untuk
melaksanakan kewajiban.
7) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. Entitas harus mempunyai
kebijakan personil yang baik untuk penerimaan, pelatihan, evaluasi,
konseling, promosi, kompensasi, dan tindakan perbaikan. Contohnya,
dalam menerima karyawan, standar-standar yang menekankan mencari
individual yang paling berkualifikasi, dengan penekanan pada latar
belakang pendidikan, pengalaman kerja sebelumnya, dan bukti integritas
dan
perilaku
etis
yang
menyatakan
komitmen
entitas
untuk
mempekerjakan orang yang kompeten dan dapat dipercaya.
2. Pemahaman dan Penilaian Risiko (Risk Assessment)
14
Merupakan proses pengidentifikasian dan analisa risiko
yang ada
hubungannya dengan pencapaan tujuan, pembentukan dasar penetapan
bagaimana
risiko
harus
dikelola.
Proses
penilaian
risiko
harus
mempertimbangkan kejadian dan keadaan ekstern dan intern yang mungkin
timbul dan secara tidak baik mempengaruhi kemampuan entitas untuk
mencatat, mengolah, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan
konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan.
Risiko bisnis klien dapat muncul atau berubah karena keadaan-keadaan
sebagai berikut :
1) Perubahan dalam lingkungan operasi
Perubahan-perubahan
dalam
lingkungan
peraturan
operasi
dapat
mengubah tekanan kompetitif dan menetapkan risiko yang secara
signifikan berbeda.
2) Personil yang baru
Personil baru mungkin mempunyai pemahaman yang berbeda mengenai
pengendalian internal.
3) Sistem informasi baru atau berubah
Perubahan yang signifikan dan cepat dalam sistem informasi dapat
mengubah risiko yang berkaitan dengan pengendalian internal.
4) Pertumbuhan yang cepat
Ekspansi operasi yang signifikan dan cepat dapat membebani
pengendalian dan meningkatkan risiko tidak berjalannya pengendalian.
5) Teknologi baru
15
Menggabungkan teknologi baru ke dalam proses produksi atau sistem
informasi dapat mengubah risiko yang berkaitan dengan pengendalian
internal.
6) Lini, produk, atau aktivitas yang baru
Memasuki area bisnis atau transaksi yang suatu entitas mempunyai sedikit
pengalaman dapat memperkenalkan risiko baru yang berkaitan dengan
pengendalian internal.
7) Restrukturisasi korporat (corporate restructuring)
Restrukturisasi mungkin diikuti oleh pengurangan staf dan perubahan
dalam supervisi dan pemisahan kewajiban yang dapat mengubah risiko
yang berkaitan dengan pengendalian internal.
8) Operasi luar negeri
Ekspansi atau akuisisi operasi luar negeri membawa risiko yang baru dan
sering unik dan dapat mempengaruhi pengendalian internal.
9) Pernyataan akuntansi
Mengadopsi prinsip-prinsip akuntansi yang baru atau prinsip-prinsip
akuntansi yang berubah dapat mempengaruhi risiko yang tersangkut
dalam penyiapan laporan keuangan.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Merupakan pengambilan berbagai tindakan yang diperlukan untuk mengelola
risiko terhadap pencapaian tujuan perusahaan yang mencakup pengesahan,
kewenangan, verifikasi, pengkajian ulang kinerja usaha, pengamanan aktiva
dan pemisahan tugas.
Aktivitas pengendalian yang relevan terhadap audit mencakup :
1) Penelaahan kinerja (Performance appraisal)
16
Sistem akuntansi yang baik harus mempunyai pengendalian yang secara
independen memeriksa kinerja individu atau proses dalam sistem.
2) Pengolahan informasi (Information processing)
Terdapat dua kategori luas dari aktivitas pengendalian sistem informasi,
yaitu pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum
berkaitan dengan pengolahan informasi secara keseluruhan meliputi
pengendalian terhadap operasi pusat data, akuisisi dan pemeliharaan
parangkat lunak sistem, access security, pengembangan dan pemeliharaan
pengembangan sistem. Pengendalian aplikasi berlaku pada pengolahan
aplikasi individual dan membantu untuk meyakinkan kelengkapan dan
akurasi pengolahan transaksi, otorisasi, dan validitas.
3) Pengendalian fisik (Physical controls)
Pengendalian fisik meliputi pengamanan yang memadai, seperti
keamanan fasilitas, otorisasi untuk akses ke program komputer dan arsip
data,
dan penghitungan aktiva berkala,
seperti persediaan dan
perbandingan dengan catatan pengendalian.
4) Pemisahan fungsi (Segregation of duties)
Entitas penting untuk memisahkan otorisasi transaksi, pencatatan
transaksi, dan penyimpanan aktiva yang berkaitan. Kinerja independen
dari setiap fungsi tersebut mengurangi kesempatan bagi setiap orang
dalam posisi melakukan dan menyembunyikan kesalahan atau kecurangan
dalam tugas normalnya.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi yang dapat diidentifikasi, direkam dan dikomunikasikan dalam
bentuk rentang waktu dan memungkinkan semua pihak yang terkait untuk
17
melaksanakan tanggung jawabnya. Komunikasi meliputi sejauh mana
personil memahami bagaimana aktivitas mereka dalam sistem informasi
pelaporan keuangan berkaitan dengan pekerjaan dari yang lain. Komunikasi
dapat dilakukan secara lisan atau melalui tindakan manajemen.
5. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan merupakan suatu proses yang menilai mutu pengendalian
internal sepanjang waktu. Kegiatan ini mencakup personil yang tepat untuk
menilai desain dan operasi pengendalian dengan dasar yang tepat waktu dan
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Pemantauan dapat dilakukan
atas aktivitas yang sedang berjalan atau evaluasi terpisah.
Pasal 22 Ayat (2) Keputusan Menteri BUMN No.117 Tahun 2002 tentang
Good Corporate Governance, komponen sistem pengendalian internal tersebut
mencakup :
1. Lingkungan pengendalian internal dalam perusahaan yang disiplin dan
terstruktur yang terdiri : (a) integritas, nilai etika, dan kompetensi karyawan;
(b) filosofi dan gaya kepemimpinan; (c) cara yang ditempuh manajemen
dalam
melaksanakan
kewenangan
dan
tanggung
jawabnya;
(d)
pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia; dan (e) perhatian
dan arahan yang dilakukan direksi.
2. Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha yaitu suatu proses untuk
mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan mengelola risiko usaha relevan.
3. Aktivitas pengendalian yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam suatu
proses pengendalian terhadap kegiatan perusahaan pada setiap tingkat dan
unit dalam struktur organisasi BUMN antara lain mengenai kewenangan,
18
otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian
tugas dan keamanan terhadap aset perusahaan.
4. Sistem informasi dan komunikasi suatu proses penyajian laporan mengenai
kegiatan operasional, financial dan ketaatan atas ketentuan dan peraturan
yang berlaku pada BUMN.
5. Monitoring yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian
internal termasuk fungsi audit internal pada setiap tingkat dan unit struktur
organisasi BUMN, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal dengan
ketentuan bahwa penyimpangan yang terjadi dilaporkan kepada direksi dan
tembusannya disampaikan kepada Komite Audit.
2.1.4 Keterbatasan Pengendalian Internal
Menurut Weygant, Kieso, & Kimmel (2005:324), keterbatasan dari
pengendalian internal adalah :
1. Unsur manusia (Human element)
Suatu sistem yang baik bisa menjadi tidak efektif akibat kelemahan
karyawan, kecerobohan, dan ketidakpedulian.
2. Ukuran bisnis (Size of the business)
Ukuran bisnis suatu entitas juga menentukan keterbatasan dari pengendalian
internal. Sebagai contoh, di perusahaan menengah yang memiliki karyawan
terbatas sulit untuk melakukan pemisahan tugas.
Menurut Boynton, Johnson, & Kell (2006) keterbatasan dari pengendalian
internal adalah :
1. Kesalahan dalam pertimbangan (Poor Judgement)
19
Manajemen dan personel lainnya dapat melakukan kesalahan dalam
pertimbangan pengambilan keputusan atau melaksanakan tugas karena
informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya.
2. Gangguan
Kemacetan atau gangguan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi
ketika personel salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat
kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan.
3. Kolusi (Collusion)
Individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu
pengendalian penting bertindak bersama dengan karyawan lain, konsumen,
atau pemasok, dapat melakukan sekaligus menutupi kecurangan sehingga
tidak dapat dideteksi oleh pengendalian internal.
4. Penolakan manajemen (management override)
Manajemen mengesampingkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan
tidak sah. Praktik penolakan termasuk membuat penyajian yang salah dengan
sengaja kepada auditor dan lainnya seperti menerbitkan dokumen palsu untuk
mendukung pencatatan trasaksi penjualan fiktif.
5. Biaya versus manfaat (Cost versus benefit)
Biaya pengendalian internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat
yang diharapkan untuk diperoleh. Manajemen harus membuat baik estimasi
kuantitatif maupun kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan
manfaat, karena pengukuran yang tepat baik dari biaya dan manfaat biasanya
tidak menungkinkan.
20
Melalui pendekatan audit berbasis COSO yang dikutip oleh Amin Widjaja
Tunggal (2013:26) keterbatasan pengendalian internal dapat disebabkan antara
lain :
1. Manajemen mengesampingkan pengendalian internal
Pengendalian
internal
suatu
entitas
mungkin
dikesampingkan
oleh
manajemen. Sebagai contoh, seorang manajer tingkat senior dapat meminta
seorang karyawan tingkat yang lebih rendah untuk mencatat ayat-ayat jurnal
dalam catatan akuntansi yang tidak konsisten dengan substansi transaksi dan
melanggar pengendalian entitas. Aktivitas–aktivitas seperti ini dapat
menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas manajemen.
2. Kesalahan yang tidak disengaja oleh personil
Sistem pengendalian internal hanya efektif apabila personil yang menerapkan
dan melaksanakan pengendalian juga efektif. Karyawan mungkin dapat salah
memahami instruksi atau membuat kesalahan pertimbangan, melakukan
kesalahan karena ketidaktelitian pribadi, kebingungan, atau kelelahan.
Auditor harus berhati–hati mempertimbangkan mutu dari personil entitas
ketika menilai pengendalian internal.
3. Kolusi
Efektivitas pemisahan fungsi terletak pada pelaksanaan individual atas tugas–
tugas yang diberikan kepada mereka atau pelaksanaan pekerjaan seseorang
diperiksa oleh orang lain. Sering terdapat suatu resiko bahwa kolusi antar
individual akan merusak efektivitas pemisahan fungsi.
21
2.2 Penerimaan Kas
2.2.1 Pengertian penerimaan kas
Penerimaan kas merupakan hasil dari berbagai aktivitas, sebagai contoh,
kas diterima dari trasaksi pendapatan, pinjaman jangka pendek dan jangka
panjang, penerbitan modal saham, dan penjualan sekuritas, investasi jangka
panjang, serta aktiva lainnya. Pada intinya, penerimaan kas perusahaan berasal
dari dua sumber utama yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan
kas dari piutang.
Menurut
Warren
et.al
yang
diterjemahkan
oleh
Farahmita
A,
Amanugrahani, dan Hendrawan T (2008:291), perusahaan menerima kas dari dua
sumber utama, yaitu penerimaan kas dari pelanggan dan penerimaan wesel atau
kiriman uang dari pelanggan yang melakukan pembayaran atas utang usaha.
2.2.2 Dokumen dan Catatan Umum dalam Sistem Penerimaan Kas
Menurut Boynton & Johnson (2006), dokumen dan catatan penting yang
digunakan dalam pemrosesan penerimaan kas adalah :
1. Bukti penerimaan uang
Dokumen yang dikirim ke pelanggan bersama dengan faktur penjualan, yang
kemudian dikembalikan bersama pembayaran yang menunjukkan nama
pelanggan, nomor akun, nomor faktur, dan jumlah yang dibayarkan.
2. Pradaftar
Daftar penerimaan kas yang diterima melalui pos.
3. Lembar perhitungan kas
Daftar kas dan cek dalam register kas yang digunakan dalam merekonsiliasi
total penerimaan dengan total yang dicetak oleh register kas.
4. Ikhtisar kas harian
22
Laporan yang menunjukkan total penerimaan melalui kasir (over-the-counter)
atau pos yang diterima oleh kasir sebagai setoran.
5. Slip deposit yang disahkan
Daftar yang dibuat oleh penyetor dan distempel oleh bank yang menunjukkan
tanggal serta total setoran yang diterima bank dan rincian penerimaan dalam
setoran tersebut.
6. File transaksi penerimaan kas
File komputer atas transaksi penerimaan kas yang telah disahkan yang
diterima untuk pemrosesan.
7. Jurnal penerimaan kas
Jurnal berisi daftar penerimaan kas dari penjualan tunai dan penagihan
piutang usaha.
2.2.3 Fungsi yang Terkait dalam Sistem Penerimaan Kas
Menurut Boynton & Johnson (2006), fungsi penerimaan kas yang meliputi
pemrosesan penerimaan penjualan tunai dan kredit, adalah sebagai berikut :
1. Menerima penerimaan kas
Dalam hal ini, prosedur pengendalian harus memberikan kepastian yang
layak bahwa dokumentasi penetapan tanggung jawab telah dibuat pada
saat kas diterima dan kas telah disimpan di tempat yang aman.
a) Penerimaan melalui kasir (over-the-counter). Untuk penerimaan
melalui kasir, penggunaan register kas sangat diperlukan. Kas, lembar
perhitungan, dan register atau total yang dicetak oleh register kas
kemudian diserahkan ke departemen kasir untuk selanjutnya diproses
dan disetorkan ke bank.
23
b) Penerimaan melalui pos (mail receipts). Alat ini merupakan kotak surat
yang dikendalikan oleh bank perusahaan. Dalam perusahaan, petugas
bagian pos harus segera membatasi pengesahan cek hanya untuk
setoran. Dan membuat daftar cek-cek pada berbagai salinan pradaftar.
Bukti penerimaan uang yang diterima bersama dengan cek telah
dimasukkan ke akuntansi piutang uasaha untuk digunakan dalam
memperbaiki akun pelanggan.
2. Menyetorkas kas ke bank
Seluruh penerimaan kas disetorkan secara utuh setiap hari (deposited
intact daily). Kata utuh berarti, semua pengeluaran kas tidak boleh
dilakukan dengan penerimaan yang belum disetorkan. Penerimaan kas
secara over-the-counter atau melalui pos diterima oleh kasir, maka
pengecekan
yang
independen
harus
dilakukan
untuk
menetukan
kesesuaiannya dengan lembar perhitungan kas dan pradaftar.
3. Mencatat penerimaan kas
Fungsi ini meliputi pembuatan jurnal penerimaan kas secara over-thecounter dan melalui pos serta posting penerimaan kas melalui pos ke akun
pelanggan. Pengendalian harus menjamin bahwa hanya penerimaan yang
sah yang dimasukkan dan bahwa seluruh penerimaan aktual telah
dimasukkan pada jumlah yang benar.
2.2.4 Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Penerimaan Kas
Menurut Weygant, Kieso, Kimmel yang diterjemahkan oleh Ali, Wasilah,
Rangga (2007:463) dalam bukunya mengungkapkan penerapan prinsip-prinsip
pengendalian internal pada penerimaan kas, sebagai berikut :
1. Pembentukan tanggung jawab
24
Penerimaan kas hanya ditujukan kepada pihak yang memiliki wewenang
untuk menerima kas.
2. Pemisahan tugas
Pemisahan tugas antara individu yang menerima kas, mencatat penerimaan
kas, dan memegang kas.
3. Prosedur dokumentasi
Menggunakan remittance advice (slip pembayaran), pita mesin kas, dan
slip setoran.
4. Pengendalian fisik, mekanik, dan elektronik
Menyimpan kas di tempat yang aman dan dijaga oleh bank, membatasi
akses ke area penyimpanan, serta gunakan mesin kas.
5. Verifikasi internal independen
Supervisor
menghitung
penerimaan
kas
harian,
bendahara
membandingkan total penerimaan dengan setoran bank harian.
6. Pengendalian lainnya
Melakukan pemantauan pada pihak yang memegang kas dan setoran ke
bank secara harian.
2.3 Pengeluaran Kas
2.3.1 Pengertian Pengeluaran Kas
Kas dikeluarkan untuk berbagai macam tujuan, seperti untuk membayar
beban dan kewajiban, atau untuk membeli aset (Boynton&Johnson). Pengeluaran
kas dilakukan untuk berbagai macam tujuan yang menimbulkan berkurangnya
kas perusahaan. Pengeluaran dilakukan dengan menggunakan cek kecuali untuk
pembayaran dalam jumlah kecil biasanya dilakukan melalui dana kas kecil. Dana
kas kecil merupakan uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran25
pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan
cek.
2.3.2 Dokumen dan Catatan Umum dalam Sistem Pengeluaran Kas
Menurut Boynton & Johnson (2006), dokumen dan catatan yang digunakan
dalam pemrosesan transaksi pengeluaran kas dengan cek meliputi berikut ini :
1. Cek
Dokumen yang berisi perintah resmi kepada bank untuk membayarkan
sejumlah uang yang ditunjukkan pada perintah tersebut kepada payee.
2. Ikhtisar Cek
Laporan total cek yang diterbitkan selama hari-hari bersangkutan.
3. File Transaksi Pengeluaran Kas
Dokumen yang berisi informasi tentang pengeluaran dengan cek kepada
pemasok dan pihak lainnya. File ini digunakan untuk pemostingan ke file
induk hutang usaha dan buku besar.
4. Jurnal Pengeluaran kas atau register cek
Catatan akuntansi formal mengenai cek yang diterbitkan kepada pemasok dan
pihak lainnya.
2.3.3 Fungsi yang Terkait dalam Sistem Pengeluaran Kas
Fungsi pengeluaran kas adalah proses dimana perusahaan akan memberikan
pertimbangan atas penerimaan barang dan jasa. Fungsi pengeluaran kas meliputi
pembayaran secara serempak dan pancatatan pengeluaran kas.
Menurut Boynton & Johnson (2006), fungsi penerimaan kas yang meliputi
pemrosesan pengeluaran kas, adalah :
1. Pembayaran kewajiban
26
Bendahara atau fungsi menajemen kas bertanggung jawab untuk
menentukan tagihan yang belum dibayar agar diproses pembayarannya
pada tanggal jatuh temponya. Semua pembayaran harus dilakukan dengan
cek. Setelah tagihan tertentu diidentifikasi sebagai tagihan yangharus
dibayar, maka komputer akan mencocokkan informasi tentang cek dengan
informasi pendukung, melaksanakan program pengendalian aplikasi
terprogram, member tanda bahwa tagihan telahdibayar, dan mencatat
transaksi dalam file transaksi pengeluaran kas.
2. Pencatatan pengeluaran
File transaksi pengeluaran kas dibuat ketika cek yang telah dibuat
digunakan untuk memperbaharui file induk hutang usaha dan akun buku
besar. Pada akhirnya akan menghasilkan jurnal pengeluaran dan ikhtisar
buku besar yang akan diteruskan ke bagian akuntansi.
Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek
adalah:
1. Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas
Apabila suatu fungsi memerlukan pengeluaran kas (misalnya untuk
pembelian jasa dan untuk biaya perjalanan dinas), fungsi yang bersangkutan
mengajukan permintaan cek kepada fungsi pencatat utang (fungsi akuntansi).
Jika perusahaan menggunakan voucher payable system. Bagian Akuntansi
kemudian membuat bukti kas keluar (voucher) untuk memungkinkan Bagian
Kasa mengisi cek sejumlah permintaan yang diajukan oleh fungsi yang
memerlukan pengeluaran kas.
2. Fungsi Kas
27
Dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek, fungsi ini bertanggung
jawab dalam mengisi cek, memintakan otorisasi atas cek, dan mengirimkan
cek kepada kreditur via pos atau membayarkan langsung kepada kreditur.
3. Fungsi Akuntansi
Dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek, fungsi akuntansi
bertanggung jawab atas:
a. Pencatatan pengeluaran kas yang menyangkut biaya dan persediaan
b. Pencatatan transaksi pengeluaran kas dalam jurnal pengeluaran kas atau
register cek
c. Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada fungsi kas
dalam mengeluarkan cek sebesar yang tercantum dalam dokumen
tersebut. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi
kelengkapan dan keabsahan dokumen pendukung yang dipakai sebagai
dasar pembuatan bukti kas keluar.
4. Fungsi Pemeriksaan Intern
Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan penghitungan kas secara
periodik dan mencocokkan hasil perhitungannya dengan saldo kas menurut
catatan akuntansi. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan
pemeriksaan secara mendadak (surprise audit) terhadap saldo kas ditangan
dan membuat rekonsiliasi bank secara periodik.
2.3.4 Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Pengeluaran Kas
Menurut Weygant, Kieso, Kimmel yang diterjemahkan oleh Ali, Wasilah,
Rangga (2007:463) dalam bukunya mengungkapkan penerapan prinsip-prinsip
pengendalian internal pada pengeluaran kas, sebagai berikut :
1. Pembentukan tanggung jawab
28
Pengeluaran kas hanya dilakukan oleh pihak yang memiliki wewenang
untuk menandatangani cek (bendahara).
2. Pemisahan tugas
Dilakukan oleh individu yang berbeda antara mengesahkan dan melakukan
pembayaran, penandatanganan cek, serta mencatat pengeluaran.
3. Prosedur dokumentasi
Gunakan cek yang diberi penomoran sebelumnya (pre-numbered) dan
diurutkan, dan setiap cek harus memiliki tagihan yang disetujui.
4. Pengendalian fisik, mekanik, dan elektronik
Simpan cek kosong di tempat yang aman dengan akses terbatas dan tulis
jumlah cek dengan menggunakan tinta yang tidak bisa dihapus.
5. Verifikasi internal independen
Bandingkan cek dengan faktur dan rekonsiliasikan laporan bank secara
bulanan.
6. Pengendalian lainnya
Berikan stempel “Lunas” pada faktur.
Menurut Boynton & Johnson (2006), pengendalian atas pengeluaran kas
meliputi hal-hal berikut :
1. Total membandingkan saldo awal file pengeluaran kas ditambah transaksi,
dengan saldo akhir yang diperkirakan dalam file transaksi pengeluaran kas
yang telah di perbaharui serta file induk hutang usaha.
2. Pengecekan independen atas kesesuaian total cek yang diterbitkan dengan
total tagihan yang diproses untuk pembayaran.
29
3. Pengecekan independen oleh supervisor akuntansi atas kesesuaian jumlah
yang dijurnal dan dibukukan ke hutang usaha dengan ikhtisar cek yang
diterima dari bendahara.
4. Rekonsiliasi bank secara independen.
2.4 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, terdapat penelitian yang
menjadi acuan dalam penulisan skripsi ini, yaitu mengenai pengendalian internal
yang dilakukan oleh :
1. Atika Harlia Sakira (2012). Dalam penelitiannya yang berjudul Evaluasi
Pengendalian Internal Atas Aktivitas Keuangan, Operasi, dan
Pemasaran pada PT. Menara Kadin, diperoleh kesimpulan bahwa masih
terdapat kelemahan pengendalian internal pada perusahaan diantaranya
karyawan yang kurang memiliki integritas, tidak adanya pembagian
tugas, serta invoice yang tidak bernomor urut.
2. Shelvyana Octavia (2011). Dalam penelitiannya yang berjudul Evaluasi
Sistem Pengendalian Intern atas Penjualan Kredit, Piutang, dan
Penerimaan Kas pada PT. Haskarma Prakarsa, diperoleh kesimpulan
bahwa perusahaan tidak menerapkan kebijakan tertulis mengenai
wewenang dan tanggungjawab karyawan, tidak adanya pemisahan tugas
yang jelas antara fungsi pencatatan dan penerimaan, dan tidak adanya
auditor internal yang secara periodik melakukan pemeriksaan.
Dari beberapa penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat
perusahaan yang memiliki kelemahan dalam sistem pengendalian internal
sehingga menimbulkan kemungkinan terjadinya kecurangan terutama pada kas
30
karena masih ada pemisahan tugas yang tidak jelas antara bagian penerimaan dan
pencatatan. Dari kelemahan-kelemahan tersebut dapat diusulkan saran bagi
perusahaan guna meningkatkan keyakinan memadai bagi pihak yang memiliki
kepentingan bahwa perusahaan memiliki pengendalian internal yang efektif dan
efisien.
31
Download