KELEMBAGAAN DAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI DI SUMATERA Tujuan dari aliansi monitoring Tujuan akhir dari aliansi monitoring ini adalah untuk memberikan jaminan bahwa monitoring terhadap keanekaragaman hayati mempunyai makna penting bagi masa depan strategi konservasi dan dihargai sebagai suatu yang mempunyai makna penting di dalam memprioritaskan dan perencanaan konservasi di Sumatera. Secara umum lokakarya di tersebut dapat dikatakan berhasil memfasilitasi dan membangun sebuah konsensus untuk topik yang berhubungan dengan implementasi dan pemeliharaan serta standarisasi kerjasama koordinasi jangka panjang bagi penentuan prioritas (priority setting) konservasi serta program monitoring keanekaragaman hayati di Sumatera. Upaya untuk membangun kemitraan ini terbentuk untuk dua tujuan: Pertama, untuk memberikan masukan supaya memungkinkan bagi para mitra tersebut untuk menyerap dan memperoleh data yang penting sekaligus mempertelakan dan memilah 62 Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati (KBA) di seluruh Sumatera. Kedua lokakarya tersebut telah pula memberikan kesempatan bagi jaringan guna memperbaiki KBA yang telah ada dengan cara menggabungkan komentar dan data tambahan dari para mitra yang bekerja di kawasan penting tersebut. Kelompok kerja Sumatera Tengah di Lokakarya Monitoring Keanekaragamanhayati di Padang. © CI –CABS / Kellee Koenig Kegiatan ini dilakukan melalui beberapa tahap, berupa pertemuan dengan para mitra baik secara formal maupun informal dan juga termasuk tiga lokakarya besar. Pertemuan pertama, melibatkan para ahli taksonomi dan ilmuwan yang diadakan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada bulan November 2005 dalam rangka menelaah dan memperoleh data awal spesies terancam punah di Sumatera. Kemudian menyusul di bulan Januari 2006, diadakan dua lokakarya di Padang dan Banda Aceh untuk membahas berbagai data temuan dari lapangan. Pertemuan ini melibatkan organisasi konservasi dan pemerintah dari tingkat daerah, provinsi hingga tingkat nasional. Universitas Andalas, yang merupakan universitas terbesar di Sumatera bagian Selatan dan Tengah menjadi tuan rumah untuk lokakarya pertama di Padang Sumatra Barat. Lokakarya kedua diadakan di Banda Aceh, bekerjasama dengan Universitas Syiah Kuala, sebuah universitas yang memegang kunci untuk kegiatan riset di Sumatera Bagian Utara. Mitra-mitra yang lain yang terlibat dalam membantu dan menyokong lokakarya ini antara lain: LIPI, Departemen Kehutanan, Wildlife Conservation Society (WCS), Flora and Fauna International (FFI), Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Taman Nasional Siberut (TNS), Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), dan Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF). Sebagai hasil dari proyek, satu peta dipublikasikan untuk mengidentifikasi 62 Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati di seluruh Sumatera. J a l a n Pe j a t e n B a r a t 1 6 A Ke m a n g , J a k a r t a , 1 2 5 5 0 I N D O N E S I A + 6 2 2 1 7 8 8 3 2 5 6 4 © CI – Indonesia Lokakarya ini juga memungkinkan kita dalam pemutakhiran suatu program monitoring yang berkelanjutan dengan cara mencocokkan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing mitra secara spesifik. Misalnya, Universitas Andalas dan Universitas Syiah Kuala, telah dikenal sebagai sebagai pusat kajian informasi keanekaragaman hayati untuk memfasilitasi jaringan sebagai pengambil data, dan juga dapat bertindak sebagai penyebaran data. Lokakarya ini, sama halnya dengan upaya untuk membangun kemitraan, telah memberikan pemahaman yang jelas tentang organisasi mana saja yang telah berbuat dan bagaimana sumber yang mereka miliki dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Aliansi dari beberapa organisasi ini memungkinkan kita mempunyai fokus bersama tentang peningkatan kapasitas dan kebutuhan dana yang harus berikan untuk memperoleh pengumpulan data, pengelolaan, analisis dan pelaporan keanekaragaman hayati secara © CI Tahun 2005 hingga 2007, Conservation International memperkuat kerjasama dengan para mitranya agar dapat mengidentifikasi secara sistematis target konservasi keanekaragaman hayati Sumatera dan menetapkan data dasar untuk kepentingan monitoring jangka panjang. Peran para mitra dalam program ini sangatpenting terutama keterlibatan pemerintah terkait dan universitas. Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), Indonesia. w w w . c o n s e r v a t i o n . o r .id berkelanjutan. Nantinya, penguatan jaringan, kemitraan ini akan dilengkapi dengan keahlian kolektif yang diperlukan untuk membuat rencana aksi dan mekanisme koordinasi guna menciptakan inisiatif monitoring keanekaragaman hayati jangka panjang. INDIKATOR KEANEKARAGAMAN HAYATI SUMATERA Hasil dari program ini, sekarang telah dijumpai suatu portfolio data awal yang menjadi patokan dan dapat digunakan sebagai satu platform kedepan guna melakukan monitoring keanekaragaman hayati di seluruh Sumatera. Data awal sudah dapat dikumpulkan untuk empat indikator yang masing-masing dibentuk guna mengukur perkembangan pencapaian konservasi pada tingkat spesies, daerah dan pada skala bentang alam (landscape) yaitu: • • • • Perubahan status keterancaman spesies dengan menggunakan Daftar Indeks Data pada Buku Merah IUCN. Perubahan status perlindungan dalam Kawasan Kunci Keanekaragaman Hayati. Perubahan perluasan habitat di Kawasan Kunci Keanekaragaman Hayati. Perubahan fragmentasi didalam Konservasi Koridor Keanekaragaman Hayati. Indikator-indikator diatas, berpasangan dengan ukuran spesifik pada tingkat regional, agar para pengambil keputusan dapat mencapai hasil di segala tingkatan termasuk perencana konservasi yang prospektif. Tolok ukur sistematik untuk indikator ini akan membawa pada capaian data yang dapat digunakan untuk menyokong lima keperluan regional: • • • • • Laporan tentang status keanekaragaman hayati dalam jangka waktu tertentu, bersamaan dengan komitmen regional untuk melindungi dan menjaga spesies, daerah dan bentang alam yang mempunyai nilai keanekaragaman hayati signifikan secara global. Memungkinkan untuk pengadaan pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati sesuai dengan kondisi dan dengan cara mengadopsi perkembangan strategi konservasi dan penyesuaian yang disesuaikan denangn keakuratan data tentang spesies, daerah dan bentangan alam. Bertindak sebagai wahana informasi platform keanekaragaman hayati untuk menuntun investasi dalam konservasi keanekaragaman hayati di tingkat spesies, habitat hingga bentang alam yang mempunyai makna global dalam keanekaragaman hayati. Mempengaruhi pemerintah dalam mengambil kebijakan dan pembentukan undangundang. Mengevaluasi program dan kontribusi Sumatera untuk memenuhi target Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) 2010 dalam upaya mencegah kepunahan keanekaragam hayati. MEMELIHARA JARINGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SUMATERA Aliansi kemitraan yang muncul di Sumatera harus di tingkatkan dan dipelihara baik di tingkat koordinasi, pengakuan, pemonitor, pengumpul dan penyebar data keanekaragaman hayati. Hal ini memerlukan kerjasama berkesinambungan antara inisiatif yang sedang berjalan, meningkatkan pertukaran informasi, mendefinisikan peran yang jelas dan mendefinisikan tugas dan kewajiban diantara para pihak yang terkait. Jaringan seperti ini nantinya akan menjadi suatu katalisator untuk membuat cetak biru strategi pencarian dana yang fokus pada kapasitas sesungguhnya dalam hal sumberdaya yang harus dialokasikan untuk menjamin adanya monitoring yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Tujuan akhir dari aliansi monitoring ini adalah untuk memberikan jaminan bahwa monitoring terhadap keanekaragaman hayati mempunyai makna penting bagi masa depan strategi konservasi dan dihargai sebagai suatu yang mempunyai makna penting di dalam membuat prioritas dan merencanakan konservasi di Sumatera. Tentu saja diperlukan suatu kelompok kerja (Pokja) yang bisa mewakili semua pihak di atas. Dalam kondisi dimana sumber daya dan pendanaan sangat terbatas, dibarengi dengan keinginan untuk meningkatkan akuntabilitas, maka hal yang paling kritis adalah cara kerja yang praktis untuk upaya konservasi yang ada di Sumatera. J a l a n Pe j a t e n B a r a t 1 6 A Ke m a n g , J a k a r t a , 1 2 5 5 0 I N D O N E S I A + 6 2 2 1 7 8 8 3 2 5 6 4 U P D A T E D 0 9/ 0 7 Program Defining, Refining, and Monitoring Outcomes untuk Sumatera didanai oleh Dana Kerjasama Ekosistem Kritis (CEPF). CEPF adalah inisiatif bersama Pemuliharaan Antarabangsa, Badan Perkembangan Perancis, Kemudahan Alam Sekitar Global, Kerajaan Jepun, Yayasan MacArthur dan Bank Dunia. Matlamat asas adalah untuk memastikan masyarakat awam terlibat dalam pemuliharaan biodiversiti. Silahkan Jika anda ingin mendapatkan informasi lanjutan tentang Jaringan Monitoring Keanekaragaman Hayati untuk Sumatra, silahkan e-mail Ermayanti di Conservation International ([email protected]). w w w . c o n s e r v a t i o n . o r .id