PUBLIKASI JURNAL MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN TARI KUPU-KUPU DI PAUD UMMUSSABRI KENDARI Siti Salma1), La Taena2), I Ketut Suardika3) 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana UHO 2. Dosen Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana UHO 3. Dosen Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana UHO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 i MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN TARI KUPU-KUPU DI PAUD UMMUSSABRI KENDARI Siti Salma1), La Taena2), I Ketut Suardika3) 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana UHO 2. Dosen Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana UHO 3. Dosen Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana UHO Siti Salma (G2P114 001). Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Tari Kupu-Kupu di PAUD Ummusshabri Kendari. Program Studi Pendidikan Seni , Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari . Dibimbing oleh Prof. Dr. LA Taena, M.Si dan Dr. I Ketut Suardika, S.Pd., M.Si. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan tari kupu-kupu dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik anak di PAUD Ummusshabri Kendari. Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas serta yang terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan evaluasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dan teknik pengumpulan melaui observasi serta wawancara langsung dan dokumentasi. Langkah untuk analisis data terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, meyajikan data dan mengambil kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: pada pembelajaran siklus pertama Kecerdasan kinestetik anak secara klasikal dalam pembelajaran hanya mencapai 50% dan pada dilanjutkan pada pembelajaran atau siklus II secara klasikal ketuntasan meningkat mencapai 88%. penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu dapat meningkatkan hasil belajar anak, yang mana pada pembelajaran siklus pertama Kecerdasan kinestetik anak secara klasikal dalam pembelajaran hanya mencapai 50% dan pada dilanjutkan pada pembelajaran atau siklus II secara klasikal ketuntasan meningkat mencapai 88%. Aktivitas mengajar guru pada pembelajaran siklus satu mencapai 50% dan meningkat pada siklus kedua dengan persentase 87,5% mencapai krteria yang telah ditetapkan. Aktivitas anak pada pembelajaran siklus pertama penerapan pembelajaran tari kupu-kupu sebesar 50% dan meningkat menjadi 87,5 % pada siklus kedua sehingga proses pembelajaran mencapai kriteria yang telah ditetapkan. Melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu di paud ummusshabri anak didik di PAUD Ummusshabri terstimuli dengan pembelajaran tari kupu-kupu yang mana anak didik terlihat aktif dalam kegiatan menari, seperti mampu menggerakan otot-otot tubuh, mengkoordinasikan gerakan kaki dan tangan, melatih keseimbangan dan kelincahan dan mengerakan jari-jari tangan agar menjadi lentur mengikuti gerakan tari kupu-kupu sesuai irama musik lagu kupu-kupu serta anak mangekspresikan idenya dalam bergerak. Kata kunci: Kecerdasan Kinestetik, Metode Demonstrasi, Pembelajaran Tari Kupu-Kupu. 1 yang mencakup pengalaman emosional, intelektual, estetik dan perseptual melalui bahasa ungkap yang berbeda, seperti bahasa rupa, bahasa bunyi dan gerak sesuai karakter perkembangan seni anak pada masa prasekolah. Howard Gardner tahun 1983 mengemukakan teori yang disebut sebagai Multiple Intelegences dalam bukunya Frames Of Mind. Multiple Intelegences, Gardner membaginya dalam delapan kecerdasan yaitu: Word Smart, Logic Smart, Body Smart, Piture Smar, Music Smart and Nature Smart (Gardner, 1983). Menurut Rezimar (2013 : 66) dari kedelapan jenis kecerdasan tersebut, setiap orang hanya berpotensi menguasai dua kecerdasan. Namun, bagi peneliti pendapat tersebut harus dibuktikan dengan sebuah penelitian, karena setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini memiliki potensi kecerdasan, tergantung bagaimana stimulus yang diberikan kepada anak tersebut. Berkenaan dengan stimulus terhadap kecerdasan kinestetik pada anak usia dini (usia 4-6 tahun ), mulai dari Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK) tahun 2004, hingga kurikulum 2013 menegaskan bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda, oleh karena itu, hal ini perlu dipahami guru dengan baik. Perbedaan anak dapat dilihat dari pola pikir, daya imajinasi, fantasi (pengandaian), dan hasil-hasil karyanya yang merupakan aspek penting dalam mengembangkan potensi pada anak usia dini. Oleh sebab itu, kegiatan belajar perlu dirancang dengan baik, termasuk pemilihan dan penerapan metode belajar melalui bermain yang efektif sesuai dengan tema-tema yang ada, agar dapat memberikan kesempatan dan kebebasan yang luas bagi anak dalam berkreasi secara aktif dan kreatif, serta dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mengoptimalkan pengembangan potensi kecerdasan kinestetiknya atau kecerdasan yang lain. Dalam kurikulum 2013, muatan pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Pendahuluan Pendidikan memberikan kemungkinan pada anak untuk memperoleh “kesempatan”, “harapan” dan pengetahuan agar anak dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan tergantung pada kualitas pendidikan yang diperoleh. Pendidikan mencakup usaha sadar untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan perkembangan optimal dari potensi yang dibawa lahir peserta didik sejak dini. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai bagian dari seluruh usaha sadar melaksanakan pembangunan manusia seutuhnya, sejak dekade terakhir telah mengambil tempat yang sentral dalam membangun masyarakat Indonesia. Pada dasarnya tujuan pendidikan usia dini itu sama yakni membentuk peserta didik mengembangkan berbagai kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini secara terminologi disebut sebagai anak usia pra sekolah atau Taman Kanak-kanak. Sejumlah riset membuktikan bahwa perkembnagan kecerdasan anak pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Keberhasilan pembelajaran kesenian dapat terwujud apabila kegiatan belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi belajar dan bermakna bagi anak. Faktor pembangkit motivasi belajar yang efektif adalah keingitahuan dan kenyakinan akan kemampuan diri. Setiap anak memiliki rasa ingin tahu. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami potensi yang dimiliki oleh setiap anak didik untuk menyalurkan rasa ingin tahu anak melalui cara belajar aktif dan kreatif yang menyenangkan sesuai minat dan kemampuan anak. Keberhasilan belajar pengetahuan, apresiasi, dan keterampilan kesenian tidak dapat terlepas dari usaha-usaha guru dalam menumbuhkan dan mengembangkan sensivitas, presepsi dan indriawi serta berbagai pengalaman kreatif 2 Dini (PAUD), berisi materi-materi yang dikenalkan kepada anak sesuai dengan program pengembangan. Adapun program pengembangan pembelajaran tersebut, sebagai berikut: (1) Pengembangan nilai agama, moral dan prilaku baik melalui program rutinitas untuk memunculkan pembiasaanpembiasaan prilaku baik. (2) Pengembangan motorik mencakup stimulasi terencana untuk mengembangkan kekuatan otot kasar, otot halus dan prilaku sehat. Pengembangan motorik dilakukan melalui berbagai aktivitas kegiatan bermain dan pembiasaan. (3) Pengembangan kognitif sebagai program fasilitasi agar anak mengenal dunia dengan cara eksplorasi dan bermain aktif sehingga anak memiliki pengalaman yang menunjang kematangan berpikir kritis, analisis dan problem solving. (4) Pengembangan bahasa merupakan program untuk meningkatkan kemampuan untuk memahami bahasa yang disampaikan (reptif) dan pengenalan keaksarahan awal melalui interaksi aktif anak dengan anak, anak dengan orang tua. (5) Pengembangan sosial-emosional mencakup berwujudan untuk tumbuh kembangnya sikap dan keterampilan dalam konteks bermain. (6) Pengembangan seni mencakup perwujudan untuk tumbuh kembangnya apresiasi seni dalam konteks bermain (Direktorat PAUD, 2014 : 17). Pembelajaran pada anak usia dini bukan bertujuan untuk membuat anak mampu menghasilkan keterampilan khusus, tetapi lebih pada membantu anak untuk mampu mengungkapkan apa yang mereka ketahui dan yang mereka rasakan, serta anak mulai mengungkapkan diri melalui seni. Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai pada pembelajaran seni yaitu menyajikan berbagai karya dalam bentuk gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh dan lain-lain tentang lingkungan alam (hewan, tanam, cuaca). Pembelajaran seni tari (menari) pada anak usia dini bukan hal baru. Namun, masi banyak sekolah yang belum melaksanakan kegiatan tersebut, hal ini disebabkan karena tidak adanya tenaga pengajar khusus dibidang tari, sehingga kegiatan tesebut tidak terlaksana. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa setiap anak yang lahir memiliki potensi yang berbeda-beda, serta ada delapan kecerdasan dalam diri seseorang yang membutuhkan stimulus agar dapat berkembang optimal. PAUD Ummusshabri merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia dini di kota Kendari yang memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam membantu perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu, pengelolah PAUD Ummusshabri berupaya memberikan pelayanan pendidikan yang baik dalam rangka membantu mengembangkan kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Salah satu kegiatan pembelajaran di PAUD Ummusshabri adalah kegiatan Ekstra Kurikuler (Eskul). Tujuan dari kegiatan Eskul tersebut adalah untuk membantu anak didik mengembangkan potensi-potensi yang mereka miliki. Pembelajaran tari merupakan salah satu yang diprogramkan dalam kegiatan eskul di PAUD Ummusshabri Kendari. Bahan Buku seni tari adalah gerak tubuh manusia. Kita ketahui bahwa anak usia dini khususnya usia 4 – 6 tahun memiliki aktivitas bergerak yang sangat tinggi (dominan), dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa 70 – 80 % anak melakukan gerak dalam proses belajarnya, gerakan-gerakan tubuh yang tidak terarah. Kelebihan-kelebihan gerak yang dilakukan oleh anak didik dalam proses pembelajaran, tidak jarang mengganggu proses kegiatan 3 belajar mengajar, sehingga sering kali menimbulkan kegaduhan. Melihat kenyataan tersebut timbul pertanyaan dalam benak peneliti, apakah anak-anak yang memiliki kelebihan gerak, sebenarnya mereka memilki kemampuan atau kecerdasan kinestetik yang belum tersentuh (terstimulasi). Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang pendiam, pemalu, apakah mereka tidak memiliki kemampuan atau kecerdasan Kinestetik. Pemberian stimulus terhadap prilaku prilaku tersebut perlu dirancang dalam bentuk pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berinisiatif untuk menyalurkan kelebihan gerak, sifat pemalu, pendiam yang dimiliki oleh anak didik PAUD Ummusshabri kearah yang positif dalam bentuk pembelajaran tari. Adapun jenis tarian yang akan diterapkan dalam pembelajaran tari adalah tari kreasi kupu kupu. Alasan mengapa tari kupu-kupu menjadi pilihan dalam pembelajaran tari di PAUD Ummusshabri Kendari, yaitu: pertama, menyesuaikan dengan tema pembelajaran, kedua pilihan anak didik, ketiga syair lagunya sangat akrab dengan anak-anak, keempat tari kreasi kupu-kupu merupakan hasil ide dan kreativitas peneliti. Berdasarkan uraian-uraian tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Melalui Metode Demonstarsi Pada Pembelajaran Tari KupuKupu di PAUD Ummusshabri Kendari”. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas mengarahkan penulis untuk merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: menggunakan metode demonstrasi sehingga meningkatkan kecerdasan kinestetik di PAUD Ummussabri Kendari? (3) Apakah melalui metode demonstrasi hasil belajar anak di PAUD Ummussabri Kendari dapat meningkat? Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu di PAUD Ummusshabri Kendari. (2) Untuk mengetahui pembelajaran tari kupu-kupu dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode demonstrasi sehingga meningkatkan kecerdasan kinestetik di PAUD Ummussabri Kendari. STUDI PUSTAKA Proses Belajar Mengajar Teori Social and Emancipator Contructivism, Vygotsky menyatakan bahwa belajar merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil dari pemikiran individu dan melalui interaksi dalam suatu konteks sosial. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Sudjana 2001: 6). Belajar merupakan Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Sutikno 2013: 3). (1) Apakah melalui metode demonstarsi pada pembelajaran tari kupu-kupu dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik di PAUD Ummusshabri Kendari? (2) Apakah pembelajaran tari kupu-kupu dapat dilaksanakan dengan Ahmad dan Bagja (2007:2) mengemukakan bahwa mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi anak didik untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan 4 yang telah dirumuskan. Sasaran akhir dari proses pembelajaran adalah anak didik belajar dengan upaya disengaja dan penuh rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan. Pengertian Seni Seni, Antara lain dinyatakan bahwa “ Art is expression of impressions” (seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan). Exprression adalah sama dengan intuis dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayalan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images) dengan demikian, pengungkapan itu berwujud berbagai gambaran angan-angan seperti image warna, dan garis. Pengalaman estetis seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan, dan bahwasannya penciptaan karya seni itu merupakan transformasi dari kenyataan ke dalam bahan. Angan-angan yang terwujud berdasarkan kenyataan menjelma sebagai suatu ide, yang kemudian menyatu dengan teknik untuk mewujudkan suatu karya seni http://studiotari.blogspot.com/2009/03/senima n-dan-karya-tari.htm Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik 2008: 57). Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru membelajarkan anak didik dalam belajar, bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan keterampilan dan sikap. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh guru untuk belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dilakukan secara sadar dan sengaja (Ngatimin 2009: 10). Pembelajaran adalah proses interaksi antara anak didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu kondisi yang sengaja diciptakan agar terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dimaksud menyangkut perubahan yang terjadi secara sadar, kontinyu dan fungsional, bersifat positif dan aktif serta tidak bersifat sementara, memiliki tujuan atau terarah dan perubahan mencangkup seluruh aspek dan tingkah laku (Jazuli 2008: 165). Menurut Sudaryanto (2006: 1) seni adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk menciptakan berbagai gerak hati yang melalui salah satu unsur panca indera atau mungkin juga melalui kombinasi dari berbagai unsur panca indera, menyentuh rasa halus manusia lain disekitarnya, sehingga lahir penghargaan terhadap nilai-nilai keindahan. Hakikat Anak Usia Dini Pengertian Tari Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya (Yuliani, 2009: 5). Lebih lanjut Yuliani mengemukakan bahwa anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun, dimana proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus meperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. Tari adalah bentuk gerak yang indah, lahir dari tubuh yang bergerak, berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan tari (Jazuli 2008: 7). Tari merupakan sebuah aktivitas alamiah dari berbagai bentuk yang telah berkembang di dunia bergantung pada pola budaya dan ritual (Salim 2008: 7). Soedarsono (1992: 4) menjelaskan bahwa tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat dilihat melalui gerak gerak yang indah. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah (Herlinah 20O6 : 223). Tari adalah gerak indah oleh anggota tubuh manusia yang 5 mempunyai maksud dan sesuai dengan iringan musik pengiring. dengan apa yang pernah dilihatnya. Dari gerak-gerak yang pernah dilihat dan diamati oleh anak maka dapat dijadikan suatu tema. Tema-tema yang pada umumnya disenangi oleh anak-anak Usia Dini diantaranya adalah tingkah laku binatang seperti : kucing, anjing, burung, kupu-kupu, bebek dan lain-lain. Anak juga menirukan tingkah laku manusia seperti : ayah, ibu, dokter, insinyur dan lain-lain. 2) Bentuk Gerak Bentuk gerak yang sesuai dengan karakteristik tari anak-anak, pada umumnya gerak-gerak yang dilakukannya tidaklah terlalu sulit dan sangat sederhana sekali. Mengingat pada dasarnya imajinasi anak Usia Dini tinggi dan mempunyai daya kreativitas yang tinggi pula. Dan bentukbentuk gerak yang biasa dilakukan adalah bentuk gerak-gerak yang lincah, cepat dan seakan menggambarkan kegembiraannya. 3) Bentuk Iringan dilihat dari karakteristik anak yang senang bergerak dengan gembira, anak Usia Dini biasanya menyenangi musik iringan yang menggambarkan kesenangan dan kegembiraan. Terutama lagu-lagu anak yang mudah diingat, misalnya : lagu kelinciku, kebunku, kupu-kupuku dan lainlain. 4) Jenis Tari Apabila suatu karya cipta gerak tari sudah tersusun dan menjadi satu kesatuan tari anak, maka dibentuklah menjadi satu bentuk tari dan sebuah jenis tari yang sesuai dengan karakteristik dan sifat anak Usia Dini yang memiliki sifat kegembiraan atau kesenangan, geraknya yang lincah dan sederhana, dan iringan musiknya pun mudah dipahami oleh anak. Ruang lingkup mata pelajaran tari meliputi pengetahuan tari, wiraga, wirama, wirasa (Syafii 2003: 8). Tari merupakan salah satu cabang kesenian yang berkaitan dengan unsur gerak. Tari adalah gerak yang ritmis. Definisi yang sangat singkat itu dikemukakan oleh Curt Sachs dalam Jazuli (2008:6), seorang ahli sejarah dan musik jerman dalam bukunya World History Of The Dance. Kesimpulan dari penjelasan diatas bahwa tari adalah ungkapan perasaan/ ekspresi jiwa manusia yang dituangkan kedalam gerak tubuh agar dapat dinikmati nilai keindahannya. Pembelajaran Seni Tari Anak Usia Dini Pembelajaran seni Menurut (Zaini 2008: 132) adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman seni seseorang dalam berinteraksi dengan lingkunganya untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran seni adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan sikap dan tingkah laku sebagai hasil pengalaman berkesenian dan berinteraksi dengan budaya lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu (Jazuli 2008: 139). Menurut Aminuddin (1987: 37) pembelajaran seni haruslah mengembangkan apresiasi anak didik terhadap karya seni, seperti seni tari. Kemampuan Dan Karakteristik Tari Anak Usia Dini Tari Kupu-kupu Widia (2009: 179) Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat memberikan tari yang sesuai dengan karakteristik anak Usia Dini yaitu ada beberapa butir yang harus diketahui antara lain : 1) Tema Bahwa pada umumnya anakanak selalu menyenangi apa yang pernah dia lihat. Dari apa yang dilihatnya secara tidak disadari atau disadari dengan spontan. Anak akan menirukan gerak-gerak yang sesuai Tari kupu-kupu adalah tari kreasi baru yang menggambarkan ketentraman dan kedamaian hidup sekelompok kupu-kupu yang dengan riangnya berpidah pindah dari satu bunga ke bunga yang lain. Secara filosofi tari kupu-kupu adalah penggambaran keindahan kupu-kupu. Gerakan yang gemulai dengan komposisi gerak yang dinamis dan menawan. 6 Tari kupu-kupu yang akan digunakan dalam penerapan pembelajaran tari di PAUD Ummusshabri Kendari adalah tari kupu-kupu yang dikreasi oleh peneliti sendiri. Pada tahun 2011 peneliti menciptakan tari kreasi kupukupu untuk keperluan lomba tari anak se Kota Kendari yang diselengarakan oleh HMPSPG- PAUD Universitas Muhammadiyyah Kendari dan menjadi juara ke tiga dari dua puluh peserta, yang dibawakan oleh PAUD Asoka kota Kendari, kemudian pada tahun 2012 kembali dipentaskan dalam acara pagelaran tari anak yang diselenggarakan oleh Studio 28, pimpinan bapak Ocktrisman Balagi, dan menjadi juara pertama. Pada tahun 2013, peneliti menggarap ulang dalam versi dewasa dan menjadi juara pertama porseni guru Taman Kanak-Kanak Se-Kota Kendari yang diselenggarakan oleh IGTKI (Ikatan Guru TamanKanak-kanak Indonesia). berasal dari bahasa latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia” Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia. Intelegensi menurut Gardner (2002: 34), merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya atau komunitas tertentu yang terdiri dari Sembilan macam intelegensi. Meskipun demikian, Garner menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tetapi jelas bukan hanya satu kapasitas mental. Pertanyaan mengapa individu memili berada berada pada peran-peran yang berbeda (ahli fisika, petani, penari) memerlukan kerja berbagai kecerdasan sebagai suatu kombinasi, dalam penjelasannya. Kecerdasan menutnya, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan tergantung pada konteks, tugas serta tuntunan yang diajukan oleh kehidupan kita dan bukan tergantung pada konteks, tugas serta tuntunan yang diajukan oleh kehidupan kita dan bukan tergantung pada nilai IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergensi. Metode Demonstrasi Yuyanto (2006: 73) berpendapat bahwa metode adalah cara menyampaikan/mentransfer ilmu yang tepat sesuai dengan anak usia TK sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi anak didik. Metode demonstrasi adalah cara memperagakan atau mempertunjukkan sesuatu atau proses dari suatu kejadian atau peristiwa. Metode demonstrasi dapat di pergunakan untuk memenuhi dua fungsi.Pertama, dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjalankan informasi kepada anak. Melalui metode ini kegiatan menjadilebih menarik karena mereka dapat melihat langsung bagaimana suatu proses berlangsung. Kedua, metode demonstrasi dapat membantu mengingatkan daya piker anak TK terutama daya pikir dalam meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat dan daya pikir anak. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan adalah penelitian yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Seni Tari Melalui Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 10 Moramo Utara. Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh Mikra Karlina dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan yaitu: 1) Berorientasi pada pembelajaran tari yang subjeknya adalah anak usia dini. 2) Metode yang digunakan adalah metode Demonstrasi Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan atau intelegensi berasal dari bahasa Inggri “Intelligence” yang juga 7 3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam hal ini kecerdasan kinestetik. peneliti belum memastikan ada berapa tahapan yang akan digunakan. Sebelum pelaksanaan tindakan terlebih dahulu diberikan tes awal yaitu untuk melihat kemampuan awal anak didik mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari tahapan kegiatan: 1) perencanaan; 2) pelaksaaan tindakan; 3) observasi dan evaluasi, serta 4) refleksi (Hopkins, 1993). METODE PENELITIAN Setting Penelitian Jenis penelitian ini, termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun waktu dan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2016 semester II Tahun ajaran 2015-2016. Subyek penelitian ini adalah anak kelompok B PAUD Ummusshabri Kendari Tahun ajaran 2015-2016 di PAUD Ummusshabri Kendari. Dengan jumlah anak didik 16 orang. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data adalah anak didik kelas B di PAUD Ummusshabri Kendari yang berjumlah 16 orang anak didik dan 1 orang guru. Data dalam penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diambil dengan menggunakan tes hasil belajar, sedangkan data kualitatif diambil dengan menggunakan lembar observasi dan jurnal refleksi diri. Faktor yang Diteliti Untuk lebih memudahkan dalam pemecahan masalah, ada beberapa faktor yang akan diteliti antara lain: 1. Faktor anak didik, yaitu; akan dilakukan pemantauan dengan memperhatikan perkembangan kemampuan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu di PAUD Ummusshabri Kendari. 2. Faktor guru, yaitu; akan dilakukan pemantauan dan memperhatikan guru dalam menyajikan materi pelajaran dalam perningkatan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu di PAUD Ummusshabri Kendari. 3. Faktor sumber pelajaran, yaitu; dengan melihat sumber atau bahan pelajaran yang digunakan apakah sudah sesuai dengan tujuan, relevansi materi yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Teknik pengumpulan data yaitu data tentang pelaksanaan meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu di PAUD Ummusshabri Kendari. sedangkan data tentang hasil prestasi belajar anak didik diperoleh melalui tes hasil belajar anak didik. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data dan memberi penilaian pada setiap indikator aspek pengamatan dalam penelitian tindakan ini, peneliti menggunakan kriteria bentuk penilaian yang selama ini digunakan TK untuk menilai peroses pembelajaran. Hasil yang diperoleh kemudian dicatat dan diakumulasi dalam tabel nilai kemampuan anak. Indikator Keberhasilan Kinerja Adapun indikator keberhasilan tindakan yang ditetapkan pada penelitian ini ditentukan bahwa jika sejumlah indikator anak dalam kelas telah dinyatakan tuntas dalam memenuhi tagihan sejumlah indikator Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang pelaksanaannya secara bertahap, dalam hal ini 8 penilaiannya. Selain itu, indikator lainnya yakni jika aspek pengamatan kegiatan berhasil dilaksanakan oleh guru secara optimal. Tabel 1. Kriteria Kemampuan Belajar Anak Didik Secara Individu Dan Klasikal Kemampuan Ketercapaian Keterangan Belajar mengisi waktu luang anak dengan berbagai kegiatan dibidang keagamaan. Di samping itu, pendidik PAUD Ummusshabri juga mengikuti kegiatan berbagai workshop yang berbaur dalam dunia pendidikan dan keagamaan dan mengenalkan peserta didik dengan berbagai kesenian. PAUD Ummusshabri didirikan pada bulan Juni tahun 2012 di bawah naungan Yayasan Ummusshabri dengan tujuan utama mengembangkan potensi anak usia dini dengan di landasi oleh ajaran-ajaran nilai agama. Oleh karena itu dikembangkan pembelajaran dengan prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan) sehingga potensi bakat dan minat anak dapat tergali secara optimal. Perkembangan kondisi rombongan belajar anak didik juga mengalami perubahan PAUD Ummusshabri memiliki jumlah peserta didik sebanyak 123 anak yang dibagi menjadi 6 kelas sesuai dengan usia, yaitu kategori usia 3-4 tahun berada pada kelompok Playgrop, usia 4- 5 tahun kelompok A dan 5-6 tahun berada pada usia kelompok B. Setelah diterapkannya pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum kelembagaan yang mengacu pada Permendiknas No. 58 Tahun 2009. Saat ini Peserta didik PAUD Ummusshabri memiliki peningkatan setiap tahunnya secara signifikan. Adapun sarana dan prasarana PAUD Ummusshabri cukup memadai mulai dari gedung kelas, sarana dan prasarana permainan dalm dan luar kelas (APE). PAUD Ummusshabri melaksanakan pembelajaran 6 kali dalam seminggu mulai dari jam 07.30 - 16 Wita. Kepala PAUD Ummusshabri adalah Ibu Rohoniati, S.Pd.,M.Pdi, dibantu dengan 7 pendidik. PAUD Ummusshabri terletak di jalan Ahmad Yani No. 3 Kendari. PAUD Ummusshabri ini belum lama berdiri, namun PAUD Ummusshabri telah banyak mengalami kemajuan dalam dunia pendidikan, di mana PAUD Ummusshabri juga menjadi Taman Pendidikan Anak Usia Dini yang dipercaya dan diminati oleh masyarakat yang ada di kota Kendari. PAUD Ummusshabri lebih dikenal dengan Pendidikan Anak Usia Dini yang berbasis agama yang sudah mempunyai izin resmi dari DIKNAS No. 385/KPTS/2013 dan diperkuat dengan akta notaries No. 01 / 2011. PAUD Ummusshabri Seiring dengan kemajuan sering dijadikan model penelitian pada penerapan pembelajaran berbagai kegiatan dari peserta didik diantaranya Tenaga pendidik pada PAUD Ummussbari Kendari memiliki standar pendidikan S1 (Sarjana PAUD) yaitu sebanyak 8 (delapan) orang guru dan 1 (satu) Admin, serta 1 (satu) orang guru dalam masa studi S2 Program Magister (Pasca Sarjana). PAUD Ummusshabri bekerjasama dengan instansi pemerintah antara lain Puskesmas berupa pemeriksaan kegiatan dan psikologi yang dikaitkan untuk program parenting yang sedang digalakan pemerintah, Pemerintah Kota dan provinsi, dan instansi lainnya. PAUD Ummusshabri mempunyai 6 ruangan belajar, ruang tamu, gudang, ruang kepala sekolah dan ruang aula dengan ukuran yang berbeda. Untuk kelompok usia 3 – 4 tahun menempati ruangan yang cukup luas dengan Individu 2,50 – 4,00 Mampu Klasikal 75% Berhasil HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian 9 ukuran 6 x 10m2, sekaligus digunakan untuk pembelajaran seni dan kegiatan lain yang membutuhkan tempat luas. Fasilitas di PAUD Ummusshabri cukup memadai baik dari APE (Alat Permainan Edukatif) outdoor maupun indoor. Pembelajaran ekstra kurikuler dilakakan setiap hari sabtu yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didik. terkait aktifitas anak. Beberapa aktivitas anak pada siklus I seperti uraian berikut: a) Sebagian besar anak belum bisa mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh guru dan anak juga belum mampu mengikuti gerakan-gerakan dalam proses belajar sedang berlangsung. b) Sebagian besar anak belum aktif dalam pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung, hal ini disebabkan karena kegiatan pengajaran yang diberikan masih baru kemudian anak belum bisa beradaptasi dan terbiasa dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Evaluasi Pada tahap ini setelah dilaksanakan tindakan penelitian dalam rangka meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu di PAUD Ummusshabri, maka peneliti mengadakan evaluasi penilaian perkembangan pemahaman anak didik. Berdasarkan kegiatan tersebut maka berikut ini adalah daftar skor kemampuan meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupukupu di PAUD Ummusshabri tahun ajaran 2015/ 2016. Tabel 2. Deskriptif perhitungan secara klasikal kegiatan pembelajaran meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu di PAUD Ummusshabri, berdasarkan hasil perolehan belajar anak tahapan evaluasi akhir tindakan siklus I tahun ajaran 2016. Kegiatan Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas dilakukan sebanyak dua siklus, secara keseluruhan diawali dengan tes awal yaitu pengajaran yang berlangsung secara ilmiah kemudian analisis refleksi untuk membentuk tindakan yang mengajarkan pada kegiatan kemampuan bercerita anak. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menuju sasaran yang diharapkan maka peneliti melaksanakan 4 tahapan dalam setiap siklus yaitu: 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3. Observasi, 4. Refleksi. Pada penelitian ini refleksi dapat dilakukan sampai pada pelaksanaan tindakan yang kedua. Sedangkan analisis, tindakan, observasi dan refleksi diungkapkan di setiap siklus pembelajaran melalui tes awal anak tentang peningkatan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupukupu di PAUD Ummusshabri. 1) Tindakan Siklus I Perencanaan Pelaksanaan tindakan Observasi Berdasarkan hasil tabel di atas diperoleh persentasi pencapaian aktivitas anak pada siklus I hanya mencapai 50 %. Dari delapan poin yang ada, hanya sebanyak 4 item yang mencapai kriteria dan juga sebanyak 4 item dikategorikan tidak tuntas. Hasil pencapaian tersebut merupakan pencapaian yang dianggap belum tuntas. Berdasarkan pencatatan hasil observasi tersebut, berikut dapat disebutkan beberpa poin yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan siklus pertama 10 Deskriptif Frekuen si (Jumlah Anak) Persenta se Banyaknya anak didik yang 3 19% diterapkan. Berdasarkan hasil observasi, maka dilihat bahwa terdapat beberapa kelemahankelemahan dalam meningkatkan kecerdasankinestetik anak melalui pembelajaran tari kupu-kupu. 1) Guru belum mendapatkan cara yang optimal agar anak dapat meniru gerakan tari kupu-kupu dalam meningkatkan kecerdaskan kinestetik anak . 2) Guru belum memberikan contoh gerakan yang baik seperti yang diharapkan anak dalam proses pembelajaran, dalam hal ini guru langsung menari dari awal sampai akhir (tidak secara bertahap dalam tiaptiap gerakan) 3) Guru belum membiasakan metode demonstrasi kepada anak dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik pada pembelajaran tari kupu-kupu di PAUD Ummusshabri. Adapun kelemahan-kelemahan yang diperoleh tersebut selain pada guru, kelemahan tersebut diperoleh dari anak juga yaitu anak yang belum memahami materi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, masih sebagian besar anak yang ragu dalam pelaksanaan pembelajaran, seperti anak belum mampu untuk mencontoh gerakan-gerakan yang ada di depan guru. Kemudian kegiatan yang diberikan pada anak masih baru sehingga anak merasa kaku dan asing dengan media yang digunakan. Maka pada siklus I ini akan ditindak lanjuti pada siklus berikutnya, sampai tujuan yang diharapkan dapat dicapai. memperoleh nilai BSB (nilai Persentase 3,50 – 4,00) Banyaknya anak didik yang memperoleh 5 31 % nilai BSH (nilai Persentase 2,50 – 3,49) Banyaknya anak yang memperoleh 5 31% nilai MB (1,50 – 2,49) Banyaknya anak yang memeproleh 3 19% nilai BB (Nilai Konversi ) Jumlah seluruh anak didik dalam kelas 16 100% kelompok B (Subjek dalam penelitian) Sumber : Hasil Analisa Data PTK 2016 Hasil penilaian menunjukkan bahwa secara klasikal 50% anak kelompok B PAUD Ummusshabri memperoleh nilai BSB/BSH (Berkembang Sangat Baik dan Berkembang Sesuai Harapan) berarti dipandang telah mampu menyelesaikan kemampuan dalam meniru gerakan kupu-kupu sesuai indikator penilaian melalui metode demonstrasi. 2) Tindakan Siklus II Perencanaan Pelaksanaan tindakan Observasi Hasil observasi terhadap guru pada siklus kedua di atas telah mencapai kriteria yang ditentukan. Guru telah melaksanakan 7 poin dengan persentase 87,5 % dari sebanyak 8 poin yang ada. Meski pada beberapa bagian penerapan metode demonstrasi sesekali terhenti ketika guru menegur siswa yang tidak Refleksi Kegiatan yang dilaksanakan pada tahapan ini adalah mengidentifikasi atau mendiskusikan temuan-temuan baru berupa kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I, mulai dari tahapan observasi sampai evaluasi yang dilaksanakan pada tindakan penelitian dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalui pembelajaran tari kupu-kupu pelaksanaanya kurang optimal 11 memperhatikan pelajaran sebagaimana uraian berikut: a) Guru mendapatkan cara yang optimal agar anak dapat meniru gerakan tari kupu-kupu dalam meningkatkan kecerdaskan kinestetik anak . b) Guru memberikan contoh gerakan yang baik seperti yang diharapkan anak dalam proses pembelajaran, dalam hal ini guru menari dari awal sampai akhir (dilakukan secara bertahap dalam tiap-tiap gerakan/berulang-ulang). c) Guru membiasakan metode demonstrasi kepada anak dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik anak ( hampir setiap hari diberikan gerakan-gerakan tari kupu-kupu lewat kegiatan motorik kasar/olahraga) Hasil observasi terhadap media pengajaran (sumber pelajaran), yang digunakan oleh guru sudah sesuai dengan tujuan dan relevan dengan materi yang hendak dicapai dalam pembelajaran, sehingga anak belajar sesuai dengan pemahaman, kemauan serta anak sendiri mampu mengutarakan apa yang ingin diucapkan. Media yang digunakan sesuai dengan tema dan gambar-gambar yang terdapat pada properti menarik bagi anak dan memiliki berbagai sumber untuk dijadikan percakapan bagi guru dan anak itu sendiri. Selanjutnya dapat disimak hasil observasi terhadap anak menunjukkan bahwa anak yakni siswa mulai antusias yakni terdapat keseriusan anak dalam mengikuti proses pembelajaran tari kupu-kupu. Berikut data perolehan hasil observasi terhadap aktivitas siswa. a. Evaluasi Pada tahap ini setelah dilaksanakan tindakan penelitian dalam rangka meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu di PAUD Ummusshabri, maka peneliti mengadakan evaluasi penilaian perkembangan kemampuan pemahaman anak didik. Berdasarkan kegiatan tersebut maka berikut ini adalah daftar skor kemampuan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu di PAUD Ummusshabri tahun ajaran 2015/ 2016. Tabel 3. Deskriptif perhitungan secara klasikal kegiatan pembelajaran meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu di PAUD Ummusshabri, berdasarkan basil perolehan belajar anak tahapan evaluasi akhir tindakan siklus II tahun ajaran 2016. Frekuen Pers si Deskriptif enta (Jumlah se Anak) Banyaknya anak didik yang memperoleh nilai 7 44 % BSB (nilai Persentase 3,50 – 4,00) Banyaknya anak didik yang memperoleh nilai 7 44 % BSH (nilai Persentase 2,50 – 3,49) Banyaknya anak yang memperoleh nilai MB 1 6% (1,50 – 2,49) Banyaknya anak yang memeproleh nilai BB 1 6% (Nilai Konversi ) Jumlah seluruh anak didik dalam kelas 100 16 kelompok B (Subjek % dalam penelitian) Sumber : Hasil analisis data PTK, 2016 Menyimak data hasil perhitungan seperti yang ditampilkan pada tabel di atas, maka dapat dikemukakan suatu kesimpulan bahwa secara klasikal taraf keberhasilan anak didik PAUD Ummusshabri saat terakhir mencapai rata-rata 88% dengan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB). 12 Hasil Pembahasan Refleksi Kegiatan refleksi pada tindakan siklus II menunjukkan hasil yang meningkat dibandingkan dengan siklus I. Dari hasil tahapan observasi sampai evaluasi yang dilaksanakan pada tindakan penelitian dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu di PAUD Ummusshabri pelaksanaanya sudah optimal diterapkan. Dimana kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I telah teratasi di siklus II, berikut ini ada beberapa kelemahankelemahan yang telah teratasi di siklus II sebagai berikut: a) Guru mendapatkan cara yang optimal agar anak dapat meniru gerakan tari kupu-kupu dalam meningkatkan kecerdaskan kinestetik anak . b) Guru memberikan contoh gerakan yang baik seperti yang diharapkan anak dalam proses pembelajaran, dalam hal ini guru menari dari awal sampai akhir (dilakukan secara bertahap dalam tiap-tiap gerakan/berulang-ulang). c) Guru membiasakan metode demonstrasi kepada anak dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik anak ( hampir setiap hari diberikan gerakan-gerakan tari kupu-kupu lewat kegiatan motorik kasar/olahraga). Dari hasil tes yang diperoleh nilai klasikal pada tindakan siklus I mencapai 50%, kemudian pada siklus II yang diperoleh secara klasikal 88% dari jumlah anak 16 orang yang ada. Sehingga siklus II dijadikan sebagai siklus terakhir dari penelitian ini. Karena sudah memenuhi nilai yang telah ditetapkan. Adapun kelemahan-kelemahan yang diperoleh tersebut selain pada guru, kelemahan tersebut diperoleh dari anak juga yaitu ada beberapa anak yang belum memahami materi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, dan masih ada beberapa anak yang bermain dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan sebanyak dua kali. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dan dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan kelas. Setelah dilakukan dua kali pertemuan maka dilakukan evaluasi pada akhir kegiatan, yang ada pada setiap siklus dan berakhir setelah pelaksanaan evaluasi tindakan siklus II, karena dari hasil yang diperoleh telah menunjukkan hasil yang telah mencapai indikator keberhasilan sebagai mana yang telah ditetapkan dan ingin dicapai dalam penelitian. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan di PAUD Ummusshabri pada anak kelompok B berdasarkan kemampuan anak dalam melakukan pembelajaran tari kupu-kupu melalui metode demonstrasi memiliki karakteristik sifat yang kurang menarik, dirasakan baginya kurang menarik sehingga, kadang tidak serius untuk mengikuti program kegiatan tersebut. Hal ini perlu diatasi karena anak merupakan unsur penting yang harus ditumbuhkan, dinilai dan ditingkatkan pada setiap anak sebagai bekal kelanjutan pendidikannya. Melalui kegiatan permainan menari anak diharapkan terlatih untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi ppada pembelajaran tari kupu-kupu dan melatih perkembangan motorik anak. Pada pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh hasil ketentuan belajar anak secara klasikal sebesar yakni 50% anak yang berhasil kemudian dilakukan siklus ke II menjadi 88% anak didik yang telah memperoleh nilai ketuntasan belajar. Kenaikan hasil belajar meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu dari siklus I ke siklus II ini, disebabkan karena semakin terarahnya pelaksanaan skenario kegiatan tindakan pembelajaran yang dilakukan guru yang berkolaborasi dengan peneliti melalui 13 metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu. Tampak pula semakin fokusnya perhatian dan minat anak dengan permainan metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu yang diterapkan oleh guru, serta mampu memberi gerakan-gerakan yang mudah dicerna anak. Karena indikator keberhasilan kinerja yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini telah terpenuhi, yakni minimal secara klasikal 80% dari sejumlah anak didik dalam kelas yang menjadi subyek penelitian ini terdiri dari 16 orang anak nampak telah berhasil dalam proses kegiatan pembelajaran dalam bidang kecerdasan kinestetik anak dengan perolehan nilai 88% maka penelitian ini dapat dihentikan. Kegiatan yang telah dirumuskan dalam penelitian tindakan kelas ini, dapat dikatakan telah terjawab yaitu meningkatkan kemampuan bercerita anak melalui permainan celemek bercerita, maka potensi meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupukupu di PAUD Ummusshabri dapat dikembangkan ke tingkat yang lebih berhasil dengan rata-rata nilai yaitu BSH dengan simbol ( Berkembang Sesuai Harapan). adalah kecerdasan intelektual anak dengan bekerja bersama, menggerakkan tubuhnya, anak akan merasa gembira dalam kegiatan menari tari kupu-kupu. Hal ini terbukti bahwa stimulasi tari kupu-kupu dalam mengembangkan kinestetik anak di PAUD Ummusshabri Kendari terliahat pada kemampuan untuk mengontrol dan menafsirkan aneka gerakan tubuhnya sendiri. Kecerdasan lain yang muncul dari gerakan tari kupu-kupu pada anak PAUD Ummusshabri adalah termasuk kecerdasan sosial seperti mampu tampil di depan umum juga bekerjasama dalam melakukan tarian kupukupu. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan judul peneliti yaitu “Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Tari Kupu-Kupu di PAUD Ummusshabri” peneliti menarik kesimpulan bahwa: 1. penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupu-kupu dapat meningkatkan hasil belajar anak, yang mana pada pembelajaran siklus pertama Kecerdasan kinestetik anak secara klasikal dalam pembelajaran hanya mencapai 50% dan pada dilanjutkan pada pembelajaran atau siklus II secara klasikal ketuntasan meningkat mencapai 88%. 2. Aktivitas mengajar guru pada pembelajaran siklus satu mencapai 50% dan meningkat pada siklus kedua dengan persentase 87,5% mencapai krteria yang telah ditetapkan. 3. Aktivitas anak pada pembelajaran siklus pertama penerapan pembelajaran tari kupu-kupu sebesar 50% dan meningkat menjadi 87,5 % pada siklus kedua sehingga proses pembelajaran mencapai kriteria yang telah ditetapkan. Dari beberapa gambar dapat disimpulkan bahwa kecerdasan kinestetik anak dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi pada pembelajaran tari kupukupu. Pada kegiatan menari anak dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik dengan keindahan seekor kupu-kupu, dan terbayang dengan kebun bunga, tebaran bau wangi sebuah taman, alam bebas dan elok dengan pesona alam yang dipancarkan. Kupu-kupu adalah binatang cantik dengan pesona sayap tergurat indah, yang hidup bebas di alam raya beterbangan dari satu kuntum bunga ke bunga lainnya, hal ini mampu menginspirasi anak PAUD Ummusshabri untuk melakukan setiap gerakan. Beberapa kecerdasan yang ditimbulkan dari tari kupu-kupu ini adalah selain kecerdasan body kinestetik juga beberapa kecerdasan lainya. Salah satunya 14 Golberg, Merryl. 1997. Arts and learning An Integrated approach to Teaching and learning in Multicultural and Multilingual settings. Newyork: Longman. Herlinah. 2006. Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Seni Tari Pada Anak didik SMP Melalui Kegiatan Apresiasi Seni. Imaji. Uny. Vol.4, No.2. Hal 223. Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara Jazuli, M. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Unesa University Press. -----. 2011. Model Pembelajaran Tari Pendidikan pada anak didik SD/MI semarang”. Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. X/2:133. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. ----- 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Kraus, Richar.1969. History of The Dance In Art And Education. New Jersey: Prentice Hall inc. Englewod Cliffs. Moleong, Lexy. J. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Makmun, Abin Syamsudi. 2001. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ngatimin. 2009. Proses Pembelajaran Ekstrakurikuler Seni Tari. Semarang : Fbs sendratasik. Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara Sayodih, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rodaskarya. Saran Dari hasil penelitian penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Bagi rekan-rekan guru Seni untuk meningkatkan penerapan pembelajaran yang dapat meningkatkan kecerdasan anak, bukan hanya kecerdasan kinestetik tapi kecerdasan-kecerdasan lainnya. Sehingga dapat merangsang imajinasi siswa dalam menciptakan karya. 2. Bagi siswa atau peserta didik, jangan takut untuk selalu berkarya suatu saat pasti bisa. DAFTAR PUSTAKA Aminudin. 1987. Pengajaran Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Cahyaningrum, Nilam. 2014. Pembelajaran Tari Dolanan Anak Di TK Mekarsari Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang. sekripsi. FBS SENDRATASIK.UNNES Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta Depdikbud. 1999. Konsep Pendidikan Kesenian, Panduan Teknis Sebagai Pelengkap Penataran Pendidikan Kesenian Bagi Guru Taman Kanakkanak dan guru USIA DINI di Jakarta. Jakarta: Depdikbud. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kebijakan dan Strategi Direktorat PADU dalam Pembinaan anak usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan anak Usia Dini. Depdiknas. 2005. Pendidikan Seni. Jakarta: Depdiknas. Fraser Diane Lynch. (1991). Playdancing. Pennington: Princeton Book Company Publishers. 15 Sudjana. N. 2001. Teori Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensido. Suprayekti, dkk. 2009. Pembaharuan Pembelajaran Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Seto, Yusuf Aryo. 2010. Musik dan lagu Anak Usia Dini. Semarang: Unnes Press. Sudaryanto dkk. 2006. Jaran Kepang Museum Jawa Tengah Ronggowarsito. Semarang Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta. -----. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta. Sutikno, Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT RefikaAditama. -----. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica. Salim, Agus. 2008. Tubuh, Seni, Olah Raga (Ensiklopedi). Jember Syafii, Djatmiko. 2003. Materi dan Pembelajaran Kertakes. Pusat Penerbit UT Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Usman. Moh. Uzer. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Widia Pekerti, dkk. 2009. Metode Pengembangan Seni. Jakarta Universitas Terbuka. Warni Teti. 2010. “Studi Komparatif Hasil Belajar Anak didik Antara Penggunaan Metode Cooperative Learning dengan Konvensional dalam Pembelajaran Tari di SMP Negeri 1 Payakumbuh”. Padang: FBS UNP. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Yani, Ahmad dan Waluyo, Bagja. 2007. Handout Mata Kuliah Media Pembelajaran Geografi. Bandung:UPI Yuliani Nurani, Sujiono. 2004. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka. ............, 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta PT Indeks 16