Nurhidayah dan Rony Okta Adrianto 45 PENERAPAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL UNTUK MENILAI KINERJA SAHAM NURHIDAYAH Dosen STIE AsiA Malang RONY OKTA ADRIANTO Alumni STIE AsiA Malang ABSTRAK Untuk dapat berinvestasi pada suatu sekuritas maka seorang investor perlu untuk mengetahui atau mengestimasi return dan risiko dari sekuritas yang dipilih. Untuk dapat mengestimasi suatu sekuritas dengan baik maka diperlukan suatu model estimasi. Dan CAPM adalah salah satu model estimasi yang dapat digunakan untuk mengestimasi return suatu sekuritas. Data yang digunakan didalam penelitian ini adalah data sekunder berupa harga penutupan saham bulanan (monthly closing price) dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Harga saham perusahaan subsektor properti dan realestate dan tingkat suku bunga SBI bulanan. Seluruh data dikalkulasikan dengan metode CAPM, diuji hipotesa dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dan diolah dengan menggunakan SPSS 15. Sampel penelitian terdiri dari enam saham subsektor properti dan realestate yaitu saham CTRA, JRPT, LPCK, RBMS, RDTX dan SMRA. Simpulan hasil penelitian adalah saham yang tergolong undervalued adalah CTRA, RBMS dan SMRA, sedangkan yang tergolong overvalued adalah JRPT, LPCK dan RDTX. Untuk saham-saham yang tergolong undervalued ternyata juga menghasilkan excess return yang positif atau ada return tak normal yang dikarenakan return realisasinya lebih besar dari yang diharapkan oleh para investor. Kata Kunci : Risiko, Return, Beta, CAPM, Investasi, IHSG, saham subsektor properti dan realestate. ABSTRACT To be able to invest in a security, the investor needs to know or estimate the returns and risks of securities selected. To be able to estimate a securities properly it would require an estimation model. And CAPM is one of the estimation model that can be used to estimate the return of a security. The data used in this study are secondary data from the monthly closing price of the Composite Stock Price Index (CSPI), the company's stock price and realestate property subsector and a monthly interest rate of SBI. All data calculated with the CAPM method, the hypothesis was tested using simple linear regression analysis and processed using SPSS 15. The study sample consisted of six sub-sector stocks are stocks of property and realestate CTRA, JRPT, LPCK, RBMS, RDTX and SMRA Conclusion the results of the study were classified as undervalued stocks is CTRA, RBMS and SMRA, while the relatively overvalued is JRPT, LPCK and RDTX. For stocks that are classified as undervalued apparently also produces positive excess return or no abnormal returns are due to a greater realization of the return expected by investors. Keywords: Risk, Return, Beta, CAPM, Investment, IHSG, Stock of Realestate and Property. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENELITIAN Setelah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998, berangsur-angsur namun pasti keadaan perekonomian Indonesia mulai pulih, pemulihan ini ditandai dengan stabilitas negara yang membaik sehingga iklim usaha dan investasi di Indonesia juga mengalami pertumbuhan, termasuk sektor properti yang di picu meningkatnya daya beli masyarakat dan kebutuhan akan perumahan yang cenderung meningkat. Dengan pertimbangan di atas dari sisi Demand akan properti & real estate, maka analisis memprediksikan bahwa bisnis properti dari tahun 2010-2013 akan terus menunjukkan peningkatan. Sedangkan dari sisi Supply, bisnis properti & real estate akan mengikuti Demand, terutama sektor Perumahan, Perhotelan, Kondominium dan Perkantoran, Rumah toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Rukan). Sedangkan berdasarkan siklus properti yang umumnya bergerak fluktuatif pada kurun waktu 5-7 tahun. Dan diperkirakan pada tahun 2010 hingga tahun 2013, merupakan saat yang tepat bagi para pelaku bisnis untuk memasuki pasar property, termasuk industri perbankan yang mendanai dan menyalurkan Kredit Properti, baik KPR dan Kredit Konstruksi yaitu dengan melihat bahwa pada tahun tersebut tingkat inflasi akan menurun sehingga akan menurukan juga tingkat suku bunga dan menyebabkan turunnya tingkat bunga pinjaman 46 (kredit) perumahan sehingga konsumen untuk berinvestasi. Jurnal JIBEKA Volume 8 No. 2 Agustus 2014 : 45 - 54 dapat menarik Tabel 1 Sumber : Panangian School of Property (PSP) Dari data tabel 1.terlihat bahwa saham subsektor properti mengalami fluktuasi yang sangat tinggi, bahkan di tahun 2008 sebagian besar saham di subsektor properti mengalami penurunan harga yang sangat drastis, hal ini disebabkan krisis keuangan global yang membuat para investor sangat berhati-hati dan menarik investasinya. Sehingga pasar modal Indonesia juga mengalami dampak penurunan harga tersebut. Sedangkan beberapa masalah yang membuat harga saham subsektor properti turun adalah rendahnya harga properti di Indonesia jika dibandingkan negara di Asia lainnya, sehingga sentimen investor terhadap saham sektor ini belum seantusias layaknya saham sektor konsumer atau pertambangan. Seiring dengan membaiknya perekonomian nasional dan rendahnya suku bunga, pertumbuhan kredit properti pada tahun 2011 diproyeksikan bisa meningkat 15%-18%. Walaupun begitu harga properti di Indonesia masih lebih murah jika dibandingkan dengan harga properti di luar negeri seperti di China, Hongkong atau Singapura. Permasalahan lain yang dapat menjadi hambatan pertumbuhan industri properti Indonesia adalah bahwa para pengusaha properti di Indonesia belum mampu untuk mengerjakan proyek-proyek luar negeri seperti di negara-negara afrika dan timur-tengah yang mempunyai permintaan tinggi didalam pembangunan bandara, pelabuhan, perumahan dan infrastruktur lainnya. Karena memang dibutuhkan modal yang besar sedangkan para pengusaha properti di Indonesia belum mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam hal modal, Tidak diperbolehkannya kontraktor lokal yang mendapat pekerjaan di luar negeri untuk melakukan pembiayaan di luar negeri karena dianggap pelarian modal. Ketentuan mengenai batasan dana yang akan menjadi modal investasi terhambat peraturan Bank Indonesia karena menyangkut aliran modal ke luar negeri serta Adanya masalah perpajakan sehingga akan ada pajak berganda bagi industri kontraktor yang melakukan ekspansi ke luar negeri. Selain itu Sebagian besar proyek konstruksi di negara tujuan meminta jaminan perbankan Indonesia sementara hal ini tidak diperbolehkan sehingga hal ini menimbulkan biaya provisi yang mahal ( sumber: www. Kadin-Indonesia.or.id diakses tgl 3/11/2011). Dengan adanya kendala diatas maka akan ada hambatan dan tantangan bagi pertumbuhan bisnis properti sehingga akan berpengaruh juga di dalam memperoleh tingkat keuntungan yang berdampak terhadap saham-saham di sektor properti karena mempengaruhi estimasi investor terhadap nilai investasi dan keuntungan yang diharapkan. Untuk menilai atau mengestimasi besarnya tingkat keuntungan dan risiko yang dihadapi untuk mendapatkan keuntungan terdapat beberapa model penilaian investasi diantaranya adalah Markowitz, Single Index, APT ( Arbitrage Pricing Teory) dan CAPM (Capital Asset Pricing Model), dan setiap model mempunyai keunggulan dan kelemahan karena tergantung dari asumsiasumsi yang digunakan. Namun diantara model tersebut model CAPM lebih sering digunakan didalam menilai suatu saham karena model CAPM merupakan model keseimbangan yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return secara sederhana, yang dapat menggambarkan atau memprediksi realitas di pasar yang bersifat kompleks untuk membantu investor dalam melihat hubungan antara return dan risiko. Dan juga dapat digunakan untuk menentukan harga suatu aktiva modal (capital asset) dengan segala karakteristik atau risikonya. Dengan pembentukan model-model keseimbangan umum memungkinkan untuk menentukan pengukur risiko yang relevan dan bagaimana hubungan antara risiko untuk setiap asset apabila pasar modal berada di dalam keadaan seimbang. Rumusan Masalah Ketika industri properti diramalkan akan berkembang, bagaimanakah kinerja saham industri properi dan real estate dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) ? Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis atau mengukur kinerja saham dari perusahaan dalam sektor industri industri property dan real estate dengan mengunakan metode Capitan Asset Pricing 47 Nurhidayah dan Rony Okta Adrianto Model (CAPM) apakah memberikan nilai yang baik bagi pemegang saham dan calon investor. Tinjauan Teori Dalam penelitian ini akan dijabarkan beberapa konsep teori yang mendukung penelitian ini, khususnya Model Keseimbangan Pasar Modal. 1. Keseimbangan pasar modal. Menurut Tandelilin (2010) dengan menggunakan model keseimbangan, kita akan bisa memahami bagaimana perilaku investor secara keseluruhan, serta bagaimana mekanisme pembentukan harga dan retrun pasar dalam bentuk yang lebih sederhana. Model keseimbangan juga dapat membantu kita untuk memahami bagaimana menentukan risiko yang relevan terhadap suatu asset, serta hubungan risiko dan return harapan untuk suatu asset ketika pasar dalam kondid seimbang. 2. Capital Assets Pricing Model (CAPM) CAPM di temukan terpisah oleh William Sharpe (1964), John Lintner dan Jan Mossin antara tahun (1964-1966). Dengan tujuan untuk memprediksi hubungan antara risiko suatu asset dengan pengembalian yang diharapkan. untuk memahami penggunaan model CAPM ini, maka harus memahami asumsi-asumsi yang melandasi model ini walaupun dianggap tidak realistis. Jogiyanto (2010:488,489) mengemukakan bahwa telah terjadi beberapa pelepasan asumsi yang dilakukan oleh beberapa penelitian supaya model CAPM lebih realistis tetapi hasilnya tidak banyak merubah hasil prediksi dari CAPM. Dan hasil dari pelepaan asumsiasumsi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Semua investor mempunyai cakrawala waktu satu periode yang sama. Investor memaksimumkan kekayaannya dengan memaksimumkan utiliti harapan dalam satu periode yang sama. 2) Semua investor melakukan pengambilan keputusan investasi berdasarkan pertimbangan antara nilai return ekspektasi dan deviasi standar return dari portofolionya. 3) Semua investor mempunyai harapan yang seragam (homogeneous expectation) terhadap faktor-faktor input yang digunakan untuk keputusan portofolio. 4) Semua investor dapat meminjamkan sejumlah dananya atau meminjam sejumlah dana dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas resiko. 5) Penjualan pendek (short sale) diijinkan. 6) Semua aktiva dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dengan tidak terbatas. 7) Semua aktiva dapat dipasarkan secara likuid sempurna. 8) Tidak ada biaya transaksi. 9) Tidak terjadi inflasi. 10) Tidak ada pajak pendapatan pribadi. 11) Investor adalah penerima harga (price-takers). 12) Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium. Ekuilibrium pasar terjadi jika harga-harga dari aktiva berada di suatu tingkat yang tidak dapat memberikan insentip lagi untuk melakukan perdagangan spekulatip (Jones, 1995) dalam Jogiyanto (2010:489). Keadaan ekuilibrium pasar yang menyangkut return ekspektasi dan resiko dapat digambarkan oleh Garis Pasar Modal (GPM) atau Capital Market Line (CML). Apabila Garis Pasar Modal (GPM) menunjukan hubungan antara risiko dan return ekspektasi untuk portofolio efisien, maka garis yang menunjuakan hubungan risiko dan return ekspektasi sekuritas individual adalah Garis Pasar Sekuritas (GPS) atau security market line (SML) yang juga menggambarkan secara grafis model dari CAPM. Seperti diketahui sebelumnya bahwa suatu risiko tidak sistematik dapat dihilangkan dengan cara diversivikasi sehingga resiko yang relevan adalah risiko sitematik yang digambarkan dengan beta. Beta dari portofolio pasar adalah 1, jika suatu sekuritas mempunyai nilai beta lebih kecil (besar) dari 1 dapat dikatakan berisiko lebih kecil (besar) dari risiko portofolio pasar sehingga return ekspektasinya juga lebih kecil (besar) dari return ekspektasi portofolio pasar. Gambar 1. Garis Pasar Sekuritas Sumber: Jogiyanto (2010) Dari gambar diatas akan dapat dibuat persamaan garis pasar sekuritas: Σ(Rj) = RBR + βi*[Σ(RM) – RBR Dimana: E(Rj) = Required Return 48 RBR Rate βi E(RM) Jurnal JIBEKA Volume 8 No. 2 Agustus 2014 : 45 - 54 = Tingkat Aset Bebas Risiko / Risk Free = Risiko Sistematis / Systematic Risk = Return Pasar / Market Return Persamaan yang sederhana diatas disebut sebagai Capita Asset Pricing Model (CAPM). Elton dan Gruber (1995) didalam Jogiyanto (2010) menganggap persamaan ini sebagai penemuan terpenting dibidang keuangan, dengan persamaan ini maka return ekspektasi dari suatu portofolio atau sebuah sekuritas individual dapat ditentukan. Kerangka Konseptual: 1. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian adalah perusahaan subsektor industri properti & real estate yang listing di BEI berjumlah 40 perusahaan, sementara itu teknik pengambilan sample yaitu purposive sampling dengan kriteria pengambilan sample kelengkapan data laporan keuangan dan perusahaaan haruslah perusahaan disektor industri sub-sektor properti seperti perumahan, ruko serta rukan dan tidak termasuk perusahaan konstruksi bangunan, hal ini dilakukan untuk menghindari bias karena adanya perbedaan jenis usaha. Jumlah sample perusahaan subsektor properti dapat dilihat pada tabel berikut ini : No 1 2 3 4 5 6 Hipotesis H0: Diduga tidak ada korelasi antara risiko dengan return saham dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). H1: Diduga ada korelasi antara risiko dengan return saham dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Metode penelitian Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, dimana pendekatan ini digunakan untuk menganalisis data agar dapat memberikan gambaran yang teratur suatu peristiwa dengan observasi yang dinyatakan dengan angka-angka kemudian dianalisis dengan teknik statistik. Kode CTRA JRPT LPCK RBMS RDTX SMRA Nama Emiten PT. Citra Development Tbk Jaya Raya Real Property Tbk Lippo Cikarang Tbk Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk Roda Vivatex Tbk Summarecon Agung Tbk Definisi dan Pengukuran Variabel a. Return Saham / Stock Return (Ri) Merupakan tingkat return yang diperoleh pada penanaman sejumlah dana dalam suatu investasi tertentu yang terlihat pada masingmasing harga saham perusahaan. b. Expected Stock Return [E(Ri)] Merupakan tingkat return rata-rata saham yang diharapkan akan diperoleh investor saham tertentu selama periode tertentu. c. Return Pasar / Market Return (Rm) Market return secara kasar yang akan diperoleh investor dari investasi pada sahamsaham yang tercermin dari perubahan indeks harga untuk periode tertentu. Indeks harga yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) d. Expected Market Return [E(Rm)] Merupakan tingkat return rata-rata pasar modal dalam periode tertentu, yang dinilai dari rata-rata Index Harga Saham Gabungan (IHSG) e. Indeks Pasar / Market Index Merupakan pencerminan dari Indeks Harga Saham Saham Gabungan (IHSG). f. Tingkat Aset Bebas Risiko / Risk Free Rate (RBR) Merupakan tingkat return yang diperoleh dari investasi pada aktiva bebas risiko (riskless asset). Di Indonesia yang dijadikan dasar 49 Nurhidayah dan Rony Okta Adrianto H : Tidak ada korelasi yang nyata antara 0 risiko dan return saham H : Ada korelasi nyata antara risiko dan 1 return saham. keputusan : bila nilai signifikan < 0.05 maka Aturan Tolak H 0. Tinggi rendahnya hubungan antara risiko dan return saham dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2: Tabel tingkat koefisien korelasi Koefisien Korelasi 0.0 – 0.19 0.2 – 0.39 0.4 – 0.59 0.6 – 0.79 0.8 – 1.00 Tingkat hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sumber : Nisfiannoor (2009) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Data dan Uji Hipotesis. Capital Assets Pricing Model (CAPM) merupakan Suatu model keseimbangan untuk menentukan hubungan antara risiko dan return yang diperoleh investor. Tingkat risiko dan return yang layak dalam metode analisis CAPM dinyatakan memiliki korelasi yang positif dan linear. Nilai β yang diperhitungkan adalah β yang signifikan. Sehingga digunakan analisis regresi linear sederhana sesuai dengan persamaan CAPM untuk menguji linearitas dan signifikan saham. Pengujian dilakukan dengan Correlation, R Square, f test, dan t test Untuk dapat mengetahui apakah regresi yang digunakan adalah model regresi linear atau tidak, maka terlebih dahulu kita perlu melihat bentuk diagram pencar (scatterplot) dari variabel-variabel yang diamati. Apabila plot data yang diamati mendekati pola garis lurus maka kita dapat menggunakan model regresi linear. Salah satu hipotesa dalam pengujian CAPM adalah return saham dan β yang mempunyai hubungan yang linear. Scatterplot dari hasil pengujian adalah dengan β sebagai sumbu X nya dan return saham [E(Rj)] sebagai sumbu Y. Gambar 1 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: expected return 1.0 Expected Cum Prob untuk menghitung RBR adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). g. Risiko Sistematis / Systematic Risk (β) Merupakan risiko yang berkaitan dengan keadaan pasar dan tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi yang dihitung dari kovarian return antara sekuritas ke-i dengan return pasar dan varian dari pasar. h. Required Return [E(Rj)] Merupakan besarnya tingkat return yang dibutuhkan oleh investor dalam berinvestasi dengan tingkat risiko yang ada. Tingkat return yang dibutuhkan ini akan melebihi RBR ditambah dengan besarnya kompensasi untuk menanggung risiko investasi pada saham tertentu. i. Excess Return [E(R)] Merupakan selisih antara Expected Stock Return dengan Required Return , yang menentukan pengambilan keputusan bagi investor pada saat pembelian saham. 2. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis. Di dalam penelitian ini digunakan alat bantu statistik, yaitu metode analisis regresi sederhana dengan program SPSS 15 yang digunakan untuk mencari korelasi risiko dan return serta menilai signifikan atau tidaknya β yang diperoleh. Dengan ketentuan level of significance (α) adalah sebesar 5%. Adapun persamaan regresi sederhana yang digunakan adalah persamaan CAPM, yaitu: Σ(Rj)= RBR + βi*[Σ(Rm) – RBR] Dimana : Σ(Rj)= Tingkat return yang layak untuk sekuritas i (variabel dependen / Y) R = Tingkat return dari investasi bebas risiko BR (konstanta/α) Σ(Rm) -R = Premium Risk (variabel independen / BR X) β = Beta (ukuran risiko) sekuritas i Untuk mencari dan menilai korelasi antara risk (β) dan return (Rj) saham dapat dilihat pada output tabel correlations. Jika angka koefisien korelasi yang dihasilkan bernilai positif (+) maka terdapat hubungan yang searah antara risiko dan return. Artinya, bila return mengalami peningkatan maka risiko pun akan naik, dan sebaliknya. Jika angka koefisien korelasi yang dihasilkan bernilai negatif (-) maka terdapat hubungan yang berlawanan antara risiko dan return. Artinya, bila return meningkat akan diikuti oleh penurunan risiko, dan sebaliknya. Pengujian apakah terjadi hubungan yang nyata antara risiko dan return saham yang dilakukan sesuai hipotesa berikut: 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 Observed Cum Prob 0.8 1.0 50 Jurnal JIBEKA Volume 8 No. 2 Agustus 2014 : 45 - 54 Sumber: Data Diolah Gambar 1 Diagram Pencar (Scatterplot) β dan E (Rj) Seluruh Sampel Perusahaan Berdasarkan bentuk Scatterplot di atas, plot data yang diamati berada di dekat garis lurus, sehingga dapat diambil kesimpulan sementara bahwa hubungan antara β dan E (Rj) adalah linear. Dengan demikian, kita dapat menggunakan analisis regresi linear. Penentuan apakah seluruh sampel perusahaan termasuk dalam saham yang signifikan dalam teori CAPM, dilakukan suatu uji hipotesa dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Regresi linear sederhana digunakan sesuai dengan persamaan CAPM yang linear dengan 1 variabel dependen (terikat) dan 1 variabel independen (bebas). Adapun persamaan CAPM tersebut adalah sebagai berikut : (Σ)Rj = RBR + βi*[(Σ)Rm – RBR] Dimana : R = Tingkat keuntungan yang layak f untuk sekuritas i R = Tingkat keuntungan dari investasi f bebas risiko R = Tingkat keuntungan pasar m β = Beta (ukuran risiko) sekuritas i i a) Uji normalitas dan korelasi (β) dengan (Rj) Tabel 1 Data Uji normalitas dan korelasi (β) dengan (Rj) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test expected return N Normal Parameters(a,b) 6 .029250 .857417 .0290915 . 442190 3 .312 .312 Positive .312 .243 Negative Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Beta 6 Absolute -.243 -.312 Kolmogorov-Smirnov Z .764 .764 Asymp. Sig. (2-tailed) .603 .604 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Correlations expected return Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N beta Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N expected return 1 6 -1.000** .000 6 beta -1.000** .000 6 1 6 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). b) Uji regresi sederhana antara dua variabel yaitu variabel Y (Ri–RBR) dengan variabel X (Rm-RBR) Tabel 3 Data hasil regresi (Ri – RBR) dengan (Rm – RBR) Pembahasan Investasi adalah kegiatan menunda konsumsi sekarang untuk dimasukan kedalam aktifa-aktifa yang produktif. Salah satu jenis investasi adalah berinvestasi dalam asset keuangan dalam hal ini adalah saham. Didalam berinvestasi didalam saham return yang didapatkan oleh seorang investor adalah berasal dari capital gain dan deviden. Bagi seorang investor spekulan return dari capital gain adalah yang terutama karena memberikan return yang lebih cepat yaitu dengan melihat selisih dari harga jual dan beli yang didalam pasar bursa dalam terjadi dalam hitungan detik. Salah satu saham dari perusahaan go publik yang sedang berkembang adalah pada subsektor properti dan real estate. Yaitu dengan melihat perkembangan dan pertumbuhan pembangunan kawasan hunian/perumahaan, ruko, rukan, apartemen dan lain-lain. Hal ini ditunjang dengan keadaan ekonomi secara nasional yang meninggkat pula yaitu kemampuan daya beli masyarakat untuk menjadi pembeli yang potensial sebagai sisi permintaan. Dengan adanya permintaan yang besar dari masyarakat sebagai konsumen akan kebutuhan 51 Nurhidayah dan Rony Okta Adrianto hunian, maka juga menjanjikan penjualan dan keuntungan yang meningkat bagi para produsen properti dan realestate, bagi para investor atau pemegang saham hal ini merupakan kabar yang baik untuk dapat memiliki saham dari perusahaan subsektor properti dan realestate. Untuk menganalisis perkembangan saham tersebut maka digunakan alat analisis CAPM, untuk mengetahui apakah return yang diharapkan oleh seorang investor sesuai dengan yang diharapkan. Didalam komponen alat analisa CAPM yang perlu diperhatikan adalah tingkat return asset bebas risiko dalam hal ini adalah tingkat suku bunga bank, sebagai alternatif investasi yang mempunyai risiko rendah. Yang kedua adalah return pasar yang diwakili oleh indeks harga saham dan yang ketiga adalah risiko dari investasi tersebut yang diwakili oleh Beta. Antara periode 2006-2010 rata-rata return tingkat suku bunga adalah 9%, tetapi dalam kurun waktu tersebut tingkat suku bunga bank mengalami penurunan dari 13% menjadi 7%. Karena tingkat suku bunga adalah kebijakan pemerintah didalam mengendalikan tingkat inflasi dan perekonomian nasional. Sehingga bila keadaan ekonomi stabil justru tingkat suku bunga akan lebih rendah dengan maksud untuk lebih meningkatkan investasi yang lebih produktif. Sedangkan didalam perkembangan indeks saham dalam hal ini adalah Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) sebagai acuan untuk mengamati pergerakan harga saham, selama periode 2006-2010 mengalami fluktuasi yaitu selama tahun 2006 mengalami kenaikan dari 1,232.32 menjadi 2,721.94 pada bulan Februari 2008. Namun dengan adanya krisis keuangan global maka mengakibatkan penurunan yang tajam akibat sikap hati-hati para investor dengan menarik investasinya sehingga harga IHSG turun sampai 1,285.48 pada bulan Februari 2009, yang pada akhirnya menguat kembali pada bulan-bulan berikutnya sampai bulan Agustus 2010 dengan harga 3,081.88. sehingga tingkat pengembalian rata-rata return pasar adalah sebesar 0,020 atau 2%, jika dibandingkan dengan tingkat asset bebas risiko mempunyai selisih 7% ( 9% - 2%). Untuk return dari saham dari perusahaan subsektor properti juga mengalami fluktuasi. Walaupun masing-masing perusahaan mengalami peningkatan harga saham pada tahun 2006-2007 tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan sebagai akibat dampak krisis keuangan global. Dengan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) maka akan didapat return ekspektasi atau yang diharapkan dari seorang investor untuk menilai nilai saham yang sesungguhnya sehingga dapat menjadi bahan informasi bagi investor untuk berinvestasi pada saham-saham perusahaan subsektor properti dan realestate. Gambar 2: Grafik RBR, E(Rm), E(Ri), E(Rj) dan E(R) saham CTRA 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 RBR E(Rm) E(Ri) E(Rj) (ER) Pada saham Ciputra Development. Tbk (CTRA), Beta yang dihasilkan adalah 1.1637 (β>1) sehingga termasuk sebagai saham agresif. Dengan tingkat return pasar sebesar 0.20% dan asset bebas risiko sebesar 9% dengan metode CAPM didapat return ekspektasi sebesar 0.09% dan jika dibandingkan dengan return realisasi dari saham CTRA sebesar 0.015% maka dapat dikatakan bahwa saham tersebut adalah overvalued (mahal) karena return realisasi lebih besar dari yang diharapkan. sehingga ada return tak normal yaitu sebesar 0.01% yang mungkin disebabkan adanya suatu peristiwa tertentu seperti respon positif terhadap krisis keuangan global atau peristiwa lain seperti pertumbuhan perusahaan, risiko perusahaan, pengumuman laba. Gambar 3 Grafik RBR, E(Rm), E(Ri), E(Rj) dan E(R) saham JRPT 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 -0.02RBR E(Rm) E(Ri) E(Rj) (ER) -0.04 % Pada saham Jaya Raya Property. Tbk (JRPT), Beta yang dihasilkan adalah 0.7325 (β<1) sehingga tergolong sebagai saham yang defensif. Dengan tingkat return pasar sebesar 0.20% dan asset bebas risiko sebesar 9% dengan metode CAPM didapat 52 Jurnal JIBEKA Volume 8 No. 2 Agustus 2014 : 45 - 54 return ekspektasi sebesar 0.037% dan jika dibandingkan dengan return realisasi dari saham JRPT sebesar 0.010% maka dapat dikatakan bahwa saham tersebut adalah undervalued (murah) karena return realisasi lebih kecil dari yang diharapkan. Dan tidak ada return tidak normal karena exces return yang dihasilkan bernilai negatif. Gambar 4 Grafik RBR, E(Rm), E(Ri), E(Rj) dan E(R) saham LPCK 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 -0.02 Gambar 6 Grafik RBR, E(Rm), E(Ri), E(Rj) dan E(R) saham RDTX 0.1 % 0.05 Pada saham Lippo Cikarang. Tbk (LPCK), Beta yang dihasilkan adalah 1.0469 (β>1) sehingga tergolong sebagai saham yang agresif. Dengan tingkat return pasar sebesar 0.20% dan asset bebas risiko sebesar 9% dengan metode CAPM didapat return ekspektasi sebesar 0.017% dan jika dibandingkan dengan return realisasi dari saham LPCK sebesar 0.012% maka dapat dikatakan bahwa saham tersebut adalah undervalued (murah) karena return realisasi lebih kecil dari yang diharapkan. tetapi tidak terdapat return tidak normal karena excess return bernilai negatif. Gambar 5 Grafik RBR, E(Rm), E(Ri), E(Rj) dan E(R) saham RBMS 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 RBR Pada saham Ristia Bintang Mahkotasejati. Tbk (RBMS), Beta yang dihasilkan adalah 1.0221 (β>1) sehingga tergolong saham yang agresif. Dengan tingkat return pasar sebesar 0.20% dan asset bebas risiko sebesar 9% dengan metode CAPM didapat return ekspektasi sebesar 0.018% dan jika dibandingkan dengan return realisasi dari saham RBMS sebesar 0.025% maka dapat dikatakan bahwa saham tersebut adalah overvalued (mahal) karena return realisasi lebih besar dari yang diharapkan. Dan terdapat return tidak normal sebesar 0.006% yang dikarenakan suatu peristiwa tertentu seperti respon negatif terhadap krisis keuangan global atau peristiwa lain seperti pertumbuhan perusahaan, risiko perusahaan, pengumuman laba. E(Rm) E(Ri) % E(Rj) (ER) 0 -0.05RBR E(Rm) E(Ri) E(Rj) (ER) -0.1 % Pada saham Roda Vivatex. Tbk (RDTX), Beta yang dihasilkan sangat rendah yaitu sebesar 0.0144 (β<1) sehingga tergolong saham yang difensif. Dengan tingkat return pasar sebesar 0.20% dan asset bebas risiko sebesar 9% dengan metode CAPM didapat return ekspektasi sebesar 0.085% dan jika dibandingkan dengan return realisasi dari saham LPCK sebesar 0.025% maka dapat dikatakan bahwa saham tersebut adalah undervalued (murah) karena return realisasi lebih kecil dari yang diharapkan. Dan tidak terdapat return tidak normal karena excess return yang dihasilkan bernilai negatif Gambar 4.7 Grafik RBR, E(Rm), E(Ri), E(Rj) dan E(R) saham SMRA Nurhidayah dan Rony Okta Adrianto 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 RBR E(Rm) E(Ri) E(Rj) (ER) % Pada saham Summarecon Agung. Tbk (SMRA), Beta yang dihasilkan sebesar 1.1649 (β>1) sehingga tergolong saham yang agresif. Dengan tingkat return pasar sebesar 0.20% dan asset bebas risiko sebesar 9% dengan metode CAPM didapat return ekspektasi sebesar 0.009% dan jika dibandingkan dengan return realisasi dari saham SMRA sebesar 0.012% maka dapat dikatakan bahwa saham tersebut adalah overvalued (mahal) karena return realisasi lebih besar dari yang diharapkan. Dan terdapat return tidak normal sebesar 0.0026% yang dikarenakan suatu peristiwa tertentu. Sedangkan didalam pengujian Beta, scater plot yang dihasilkan menunjukan bahwa ada hubungan linier antara tingkat risiko dengan return dan signifikan. Tetapi didalam pengujian beta dengan tingkat return terdapat hubungan yang signifikan tetapi berkorelasi negatif. Karena secara umum CAPM adalah model untuk return ekspektasi yaitu suatu nilai yang belum terjadi yang belum dapat diobsevasi sehingga tidak dapat diuji. Sebagai model teoritis, slope dari Garis Pasar Sekuritas (GPS) harus bernilai positif sehingga mempunyai arti bahwa semakin tinggi tingkat risiko, maka semakin tinggi pula return ekspektasi yang diharapkan oleh investor. Sedangkan pada model secara nyata (ex post) yang merupakan model empiris, garis pasar modal dapat bernilai nol maupun negatif yang berarti semakin tinggi risiko return yang didapat belum tentu juga tinggi, dapat berupa nol maupun negatif atau rugi (Jogiyanto, 2010). Atau mungkin adanya faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh dari pada Beta di dalam CAPM yang lebih mempengaruhi tingkat return seperti ukuran perusahaan, seasonality effect (January effect) melalui studi Banz dan Reinganum (1981) dan juga Keim (1985) dalam (Jogiyanto, 2010). Dan juga bertepatan dengan peristiwa krisis keuangan global yang mengakibatkan bangkrutnya beberapa perusahaan keuangan atau pendanaan internasional yang mempengaruhi pasar bursa secara keseluruhan sehingga membuat sentimen 53 negatif bagi para investor, bahkan menarik investasinya di pasar modal untuk menghindari kerugian. Tetapi ada sebagian dari investor yang justru memanfaatkan informasi peristiwa tersebut untuk berspekulan dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di luar keuntungan normal. Penyebab lainnya yang perlu diperhatikan adalah adanya bias dalam perhitungan Beta. Faktor utamanya penyebab biasnya perhitungan Beta adalah perdagangan yang tidak singkron yang terjadi karena jarangnya transaksi perdagangan pada bursa efek, yang biasanya terjadi pada pasar modal yang sedang berkembang. Yang dapat dilihat pada harga daftar harga saham setiap perusahaan, nampak tidak adanya kegiatan transaksi pada saham perusahaan tersebut terutama pada tahun 2008 (krisis keuangan global) sehingga harga dari saham tidak mencerminkan harga waktu yang berlaku ( periode ke t), yang berbeda dengan harga indeks pasar yang selalu bertransaksi. Kesimpulan. Dengan metode CAPM dihasilkan tingkat asset bebas risiko lebih tinggi dari return indeks pasar, Sehingga selama periode tersebut akan lebih menguntungkan bila berinvestasi pada asset-asset bebas risiko. Sedangkan untuk masing-masing saham perusahaan subsektor properti dan realestate yang tergolong sebagai saham agresif adalah CTRA, LPCK, RBMS, dan SMRA. Saham yang tergolong defensif adalah JRPT dan RDTX. Jika dibandingkan antara return realisasi dan yang diharapkan maka saham yang tergolong overvalued adalah CTRA, RBMS dan SMRA, sedangkan yang tergolong undervalued adalah JRPT, LPCK dan RDTX. Untuk saham-saham yang tergolong overvalued ternyata juga menghasilkan excess return yang positif atau ada return tak normal yang dikarenakan return realisasinya lebih besar dari yang diharapkan oleh para investor. Saran. 1. Bagi Emiten Dengan adanya fenomena ketidak percayaan para investor terhadap kinerja pasar modal khususnya pada saham-saham subsektor properti maka disarankan untuk memperkuat risiko tidak sistematis yaitu dengan memperkuat fundamental perusahaan, sehingga ketika terjadi krisis global maka perusahaan tetap memiliki laporan kinerja yang baik, sebagai bukti bahwa saham yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut menguntungkan dari segi yield nya. Dengan ini diharapkan para investor tetap percaya untuk memiliki saham dari perusahaan tersebut. 54 Jurnal JIBEKA Volume 8 No. 2 Agustus 2014 : 45 - 54 2. Bagi Investor. Jika dilihat dari hasil perhitungan tersebut maka disarankan untuk lebih memilih berinvestasi pada asset bebas risiko, yang walaupun setiap tahun mengalami penurunan tetapi return yang dihasilkan masih lebih tinggi dari return berinvestasi pada saham-saham subsektor properti dan realestate. Namun jika ingin berinvestasi pada saham-saham tersebut maka disarankan memilih saham yang agresif dan overvalued, karena return saham yang dihasilkan lebih besar dari return pasar dan yang diharapkan (expected return) dan memberikan return tidak normal. 3. Bagi Peneliti lain. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian analisis saham dengan metode CAPM maka disarankan memilih data perusahaan paling lengkap dalam satu periode. Menghindari periode yang mengalami kejadian khusus seperti krisis global sehingga hasil perhitungan yang diperoleh normal. Selain itu pada metode CAPM hanya melihat hubungan required return dan tingkat risiko sehingga tidak dapat memberikan suatu prediksi bagi investor tentang harga saham dimasa depan sehingga untuk lebih bermanfaat perlu ditambahkan variabel lain sebagai pendukung. Daftar Pustaka 1. 2. Hartono, Jogiyanto. 2010 (ed. Ketujuh). Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. BPFEYogyakarta. Yogyakarta. Husnan, Suan. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. AMP YKPN. Yogyakarta. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Suharyadi, dan S.K, Purwanto. 2003. Statistika Untuk Ekonomi & Keuanan Modern. Salemba empat. Jakarta. Yulianti (ed). 2009. Pengantar keuangan perusahaan buku 1 edisi 8. Salemba empat. Jakarta. Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid 1. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta. Nisifiannoor, Muhammad. 2009. pendekatan statistika modern untuk ilmu sosial. Salemba empat. Jakarta. Yohanti,. Yesica. 2009. Penggunaan Metode CAPM Dalam Menilai Risiko Dan Nilai Return Saham Untuk Menentukan Pilihan Berinvestsi Pada Saham Jakarta Islamic Index Periode Januari 2004-Desember 2008 Di Bursa Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Dipublikasikan, Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Susilo, FAP. 2006. Penilaian Kinerja Portofolio Reksadana Dengan Menggunakan Metode CAPM Pada PT Trimegah Securitas. Tbk Tahun 2005. Skripsi. Tidak dipublikasikan, Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.. Muslih. M.Imam. 2008. Perbandingan Modela CAPM Dengan APT Dalam Memprediksi Imbalan Saham Industri Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Dipublikasikan, Jakarta. Program studi akuntansi, ABFI institute PERBANAS.