Saya Senantiasa Mengutamakan Kesehatan Penderita Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya www.rsudrsoetomo.jatimprov.go.id insert : UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Juli 2012 Vol.16 No. 3 ISSN : 14106450 Peringatan Hari Kartini – Selasa 24 April 2012 Seminar dengan tema ‘Dengan Semangat Kartini Kita Tingkatkan Kesehatan serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Oleh Dharma Wanita Persatuan RSUD Dr. Soetomo-FK. Unair serta IIDI (Ikatan Istri Dokter Indonesia) Group Paduan Suara menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini. (Tampak kiri) Pembicara dari Dinkes Kota Surabaya Vitria Dewi, drg, Msi dengan moderator Ira Poernomo Budi, dr, SpR, (tengah) Erwin Astha, dr, SpPD sebagai pembicara dari UPIPI RSUD Dr. Soetomo, (kanan) testimoni seorang ibu rumah tangga yang berjuang untuk bertahan hidup sungguh luar biasa sejak tahun 2006, enam bulan usai suaminya meninggal dia didiagnosa mengidap HIV dengan tubuh kurus kering dan berat badan turun jadi 33 Kg serta daya tahan tubuh hanya 97 sekarang menjadi meningkat daya tahan tubunya 530 dan BB 60 Kg. Ibu Rini Dodo Anondo foto bersama pembicara, moderator, ketua panitia dan peserta testimoni mantan pengidap HIV. daftar isi Juli 2012 Vol. 16 No. 3 02 04 08 KARYA BHAKTI Prof. dr. H. Sam Soeharto, SpMK Ketua Senat Universitas Airlangga ARTIKEL KESEHATAN 1. Manajemen Penatalaksanaan Identifikasi Korban Meninggal pada Bencana Massal 2. Cerita Vitamin C RUANG UNIK & LUCU kuis mimbar Pelantikan dan Serah Terima Jabatan sebagai Wakil Direktur Penunjang Medik RSUD Dr. Soetomo oleh Gubernur Jatim Soekarwo dari Dr. Usman Hadi, dr, SpPD-KPTI kepada Dra. Sri Widayati, SpFRS, Apt di Kantor Gubernur Propinsi Jatim hari Jum’at tanggal 15 Juni 2012. Dari Redaksi berita foto 1. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) 2. Pameran Batik Nusantara 3. Seminar Populer GRIU Graha Amerta 4. Peringatan HUT GRIU Graha Amerta 5. Penandatanganan MOU dengan Kejati Jatim 6. Penandatanganan MOU dengan 9 Instansi 7. Pemberian tali asih kepada karyawan perawatan 8. Sosialisasi Akreditasi RS oleh KARS 9. Bimtek PKRS & Humas 10. CRM Irna Medik 11. CRM Irna Obgyn 12. Sosialisasi Instalasi Radio Terapi 13. Workshop ‘Peran Dokter Gigi pada Deteksi Dini HIV/ Aids 14. Workshop Keselamatan pasien 15. Sertijab & Pengantar Purna Tugas 27 31 32 • Lumpur Putri Hijau • Ayam Panggang Taliwang COVER : BERITA BAGIAN Mengenal Pemasaran RSUD Dr. Soetomo 13 20 30 RUANG WANITA Mimbar Juli 2012, Vol. 16. No. 3 menyampaikan banyak artikel sebagaimana biasanya, dalam angket yang sering dipilih adalah Artikel Kesehatan yang kali ini kami memuat dua topik yang semoga menjadi tambahan pengetahuan untuk kita semua. Pada artikel Sekilas Info kami memilih 4 topik yang bermanfaat untuk kita semua berupa tips-tips yang semuanya untuk kepentingan kesehatan kita. Sebetulnya sehat itu murah, justru sakit itu yang mahal, sayangnya kita sering melupakan hidup sehat yang sebetulnya beberapa prinsip saja yaitu makan seimbang dengan benar jangan lupa cukup buah dan sayur, tidur cukup, olahraga teratur, dan tidak merokok. Selamat membaca dan selalu mengisi Sudoku obat anti pikun dan menjawab Kuis Mimbar yaitu tebak siapa dia dan angket berhadiah. Susunan Redaksi Pelindung : Dodo Anondo, dr, MPh - Direktur RSUDD Dr. Soetomo Penasehat : Drs. Pungky Hendriastjarjo, MAk - Wakil Direktur Umum dan Keuangan • Dr. Kohar Hari Santoso, dr., SpAn, KIC, KAP - Wakil Direktur Pelayanan Medik & Keperawatan • Dra. SEKILAS INFO 1. Cerita Menuju 19th WCET Biennial Congress 2. Situs Terpercaya Masalah Kesehatan 3. Memilih pasta gigi yang sesuai 4. Pilih Yang Segar. Diblender atau dijus ? 5. Tips memilih asuransi Sri Widayati, Apt, SpFRS - Wakil Direktur Penunjang Medik • Bangun Trapsila Purwaka, dr., SpOG(K) - Wakil Direktur Pendidikan Profesi & Penelitian. Pimpinan Redaksi : Sunarso Suyoso, dr., Sp.KK(K) - Kepala Instalasi PKRS & Humas Wakil Redaksi : Didi Aryono Budiyono, dr., Sp.KJ(K) - Wakil Kepala Instalasi PKRS & Humas Dewan Redaksi : Roestiniadi Djoko Soemantri, dr., Sp.THT (K) • Pranawa, dr., Sp.PD.KGH, Agus Hariyanto, dr., SpA (K), Syaiful Islam, dr., Sp.S, dra. Esti Handayani, Apt.MARS Redaksi Pelaksana : Moegiono M. Oetomo, dr., Sp.M • Rahayu Warni Kusasih, SKM • Rama Krishna, SKM • Tutik Murniati, SE. • Ruri Mustikarani, S.Sos • Yasta Dwi Amanda, SKM RUANG SENI Tata Usaha : Widyowati, Zainal Mutakin, S.Sos, Susana Shinta A. Cintai Pekerjaan Anda Alamat : Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 6 - 8 Surabaya • Telp. 5501086, 5501088, 5501123 • eMail: [email protected] • Website: www.rsudrsoetomo.jatimprov.go.id • 28 Foto-foto : ZM tokoh Sugeng Redaksi menerima sumbangan foto atau karangan, berupa tulisan ilmiah, pengalaman kerja, ide cerita, anekdot, suka duka dan lain-lain yang menyangkut kesehatan. Redaksi berhak mengurangi atau menambah, tanpa mengubah isi. juli 2012 mimbar 1 karya bhakti Prof. H. Sam Soeharto, dr., SpMK Ketua Senat Universitas Airlangga S ejak 1971 sampai sekarang Prof. Sam bekerja sebagai dosen Bagian Mikrobiologi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair). Beliau juga sempat menjadi dosen di Fakultas Farmasi Unair di tahun 1975-1984. Kemudian tahun 1984-1990 Prof. Sam menjabat sebagai Kepala Pusat Kesehatan Kawasan Industri di Surabaya. Hingga akhirnya pada tahun 1994 beliau ditetapkan sebagai Guru Besar pada FK Unair dalam bidang Mikrobiologi Klinik. Di sela-sela kesibukannya tersebut beliau dipercaya memimpin Yayasan Rumah Sakit Bersalin Pura Raharja di Surabaya (1989-2000) serta menjadi konsultan Mikrobiologi Klinik pada Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Surabaya (1989 – sekarang). Dua tahun setelah ditetapkan sebagai Guru Besar, Prof. Sam menjabat sebagai Ketua Komisi Akademik Senat (Guru Besar) Universitas dan sebagai Ketua Badan Pekerja Senat Unair di tahun 2002. Tiga tahun kemudian beliau terpilih sebagai Ketua Senat Akademik Universitas hingga sekarang. Riwayat Pendidikan Meski lahir di Madiun, namun Prof. Sam mengaku besar di Kota Pahlawan, Surabaya. Usai lulus dari Sekolah Rakyat tahun 1956, beliau melanjutkan sekokah di SMPN 1 Surabaya dan lulus tahun 1959. Kemudian tahun 1962 beliau lulus dari SMAN 2 Surabaya dan diterima kuliah di Fakultas 2 mimbar juli 2012 Kedokteran Unair. Selama kuliah beliau sering diminta untuk membantu mengajar sebagi dosen di FK Unair hingga akhirnya lulus di tahun 1971. Tahun 1978 beliau mendapat brevet Mikrobiologi Klinik & mendapat gelar spesialis Mikrobiologi Klinik di tahun 1984. Riwayat Hidup Pria kelahiran Madiun, 4 Februari 1943 ini menikah dengan Dra. Darlina Adiwinata dan dikaruniai dua orang putri : - Windiarti, ST. - Indri Novira, SE. Pengalaman Organisasi Sejak kuliah Prof. Sam aktif berkecimpung dalam berbagai organisasi dan itu berlanjut hingga kini. Waktu mahasiswa : - 1966 : Ketua KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) Universitas Airlangga - 1966–1968 : Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga - 1968–1971 : Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Airlangga Berikut beberapa jabatan yang pernah beliau emban dalam kegiatan organisasi baik Ilmiah atau Sosial politik : Kunjungan Presiden RI memberi kuliah umum Tahun 2007 Rapat dengan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Bapak Sudi Silalahi - 1972 : Ketua Hippocrates Study Club Surabaya - 1979:Wakil Ketua pengurus Pusat Perhimpunan parasitologi & Mikrobiologi Klinik Kedokteran Indonesia - 1984 : Wakil Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) - 1986: Ketua I Pengurus Pusat Perhimpunan Mikrobiologi Klinik Indonesia (PERMI) selama 3 periode - 2002 : Penasehat PAMKI - 1982–1992 : Anggota MPR RI Utusan Daerah Jawa Timur - 1992–1999 : Pimpinan Fraksi DPRD Jawa Timur - 1994:Anggota Dewan Penasehat ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) Orwil Jatim - 1998:Anggota Tim Penasehat Khusus Presiden Republik Indonesia - 1998 : Ketua Dewan Direktur CPPS (Central for Public Policy Studies) Surabaya - 2006-Sekarang : Ketua Umum Pengurus Pusat PAMKI berinteraksi dengan klinisi dalam penanganan infeksi, seperti ikut saat visite pasien dan terlibat dalam tim-tim. Pengalaman Berkesan Banyak sekali pengalaman saya yang berkesan khususnya dalam kehidupan berorganisasi yang mengisi sebagian besar perjalanan kehidupan saya, saya sampaikan di sini yang relevan dalam organisasi profesi. Di bidang profesi saya bersama beberapa teman ahli Mikrobiologi Klinik merupakan pendiri PAMKI (Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia). Saat membentuk PAMKI itu, kami berpikir bahwa peranan ahli Mikrobiologi Klinik (MK) harus ditingkatkan karena problem penyakit infeksi klinik semakin lama semakin kompleks dan tidak bisa ditegakkan hanya dengan diagnosa konvensional tapi harus dengan lebih memahami perilaku mikroba yang terjadi. Karena itu kami mengharapkan peranan ahli mirobiologi klinik itu tidak berhenti sampai di dalam diagnosa laboratoris tapi dia juga harus mampu berinteraksi dengan teman-teman klinisi. Dalam berinteraksi ini ahli MK harus bisa memberikan saran-saran yang terbaik tentang penanganan infeksi berdasarkan hasil diagnosa laboratoris. Sekarang terbukti bahwa infeksi semakin banyak yang bervariasi, ada infeksi-infeksi baru ataupun infeksi lama yang menjadi baru, misal TBC. Hal ini memerlukan penekunan terhadap apa yang terjadi dengan infeksi tersebut dan itu harus benar-benar ditelaah oleh para ahli MK. RSUD Dr. Soetomo menjadi yang pertama menerapkan hal ini. Di RS milik pemprov Jatim ini, para ahli MK telah Suka-dukanya Selama bekerja saya merasa sahabat saya semakin banyak. Hal ini menyenangkan dan lebih berarti daripada jabatan saya. Karena persahabatan itu seumur hidup sedangkan jabatan itu hanya sementara. Memiliki sahabat itu menjadi modal utama untuk melakukan pekerjaan besar dalam perubahan. Karena sahabat seringkali ada di saat kita memerlukan, menolong pada saat sulit, dan yang terpenting memberitahu dan mengingatkan saat kita salah. Suatu hal yang luar biasa saat kita bersama sahabat mengerjakan ide besar kemudian mampu memetik keberhasilan meskipun hanya sedikit namun dapat menikmatinya bersama-sama. Hal semacam itu sangat bermakna dan merupakan kebanggaan besar. Saran & Nasehat bagi Generasi Penerus Generasi ke depan harus lebih siap untuk melanjutkan langkah-langkah yg dibuat oleh generasi sebelumnya dan harus ada transfer of spirit. Ini penting karena kita membangun bukan tanpa hambatan dan kesulitan. Kesulitan ini yang menempa kita untuk mempunyai semangat. Selain itu kita tidak boleh alergi dengan ide-ide & perubahan. Meskipun perubahan pada awalnya bukan hanya tidak dimengerti, namun juga sering menimbulkan pengorbanan. Kedua, kita harus berpikir panjang. Keberhasilankeberhasilan jangka pendek yang sesaat itu seringkali memberikan dampak yang jauh lebih besar di kemudian hari. Karena berpikir jangka pendek sering kali menimbulkan komplikasi yang luas sehingga akhirnya mampu menerobos mengenai etika, moralitas, serta aturan-aturan. Sedangkan kalau berpikir jangka panjang keberhasilan yang kita dapatkan akan lebih langgeng (lama). Ketiga, jangan mengukur kesuksesan dengan materi karena ini akan menghancurkan prestasi. Kita harus memikirkan bahwa ada kebanggaan-kebanggaan batin dalam setiap keberhasilan yang kita raih. Karena dalam setiap yang kita lakukan terdapat dimensi-dimensi spiritual dan ini perlu kita hayati. Dimensi spiritual ini dapat bermacammacam, misal penghargaan orang terhadap kita bahwa kita itu adalah penolong, pengayom. Motto Tawakkal kepada Allah SWT…berusaha, bekerja & bertawakkal kepada Allah SWT. Artinya hasil apapun yang diberikan oleh Allah SWT adalah yang terbaik. juli 2012 mimbar 3 artikel kesehatan MANAJEMEN PENATALAKSANAAN IDENTIFIKASI KORBAN MENINGGAL PADA BENCANA MASSAL Oleh: Ahmad Yudianto, Departemen/SMF Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2012 B encana merupakan suatu kejadian yang mendadak yang tidak terduga, dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Bencana mengakibatkan kerusakan dan kerugian harta benda, korban manusia baik itu cedera maupun meninggal. Beberapa kejadian bencana, misalnya kecelakaan KM Senopati Nusantara di Laut Jawa di akhir tahun 2006 telah merenggut ratusan nyawa hilang, baru ini tenggelamnya kapal pengangkut imigran gelap yang terjadi di Samudra Hindia. Dalam identifikasi korban meninggal merupakan hal yang menyulitkan karena korban yang ditemukan sudah tidak utuh lagi. Dalam identifikasi bencana massal menggunakan metode Disaster Victim Identification (DVI). DVI yang telah direkomendasikan oleh Interpol. DVI merupakan prosedur yang telah ditentukan untuk mengidentifikasi korban dalam sebuah insiden atau bencana yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat serta merupakan bagian dari investigasi, rekonstruksi tentang sebab bencana. Adapun proses DVI meliputi 5 fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya, yang terdiri dari The Scene, The Mortuary, Ante Mortem Information Retrieval, Reconciliation dan Debriefing. Kata kunci : Manajemen, penanganan korban mati Pendahuluan Bencana merupakan suatu kejadian yang mendadak yang tidak terduga, dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Bencana mengakibatkan kerusakan dan kerugian harta benda, korban manusia baik itu cedera maupun meninggal. Masih jelas dalam ingatan kita, bencana tsunami di Banda Aceh yang memakan korban meninggal ratusan ribu jiwa, banjir bandang di Jember, gempa bumi di Yogyakarta dan bencana-bencana lainnya. Disamping bencana alam, kecelakaan alat transportasi juga akan membawa dampak besar jumlah korban baik meninggal maupun masih hidup. Di akhir tahun 2006, terjadi tenggelamnya KM Senopati Nusantara di Laut Jawa dengan jumlah korban ratusan orang yang hilang, serta terakhir 4 mimbar juli 2012 hilangnya pesawat Adam Air tujuan Surabaya-Menado. Serta di akhir tahun 2011 terjadi tenggelamnya kapal yang mengangkut imigran gelap dari Timur Tengah di Samudra Hindia, dengan korban meninggal 103 orang sedangkan yang hilang masih puluhan. Sehingga korban-korban meninggal dalam kasuskasus tersebut di atas perlu diidentifikasi. Oleh karena identifikasi ini penting sekali karena akan menjelaskan secara hukum masih hidup atau sudah matinya seseorang dan merupakan hak dari ahli waris korban, disamping itu juga berkaitan dengan klaim asuransi, pensiunan dan lainlainnya. Dalam penanganan identifikasi korban mati tersebut merupakan hal yang perlu dapat perhatian khusus dan memerlukan dana, sarana dan prasarana yang cukup mahal serta dibutuhkan profesionalisme dari petugas yang menangani hal tersebut. Dasar Hukum Identifikasi Korban Bencana Pada setiap bencana tentunya ada korban baik hidup maupun meninggal, penanggulangannya akan bersifat kegawatdaruratan. Identifikasi korban meninggal dianggap masih bagian dari pelayanan kesehatan mengingat ‘korban meninggal’ adalah korban juga. Dalam aspek hukum nasional kita, Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP) : Pasal 120 ayat 1 KUHAP : Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat seorang ahli atau orang memiliki keahlian khusus. Pasal 133 ayat 1 KUHAP : Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan atau mati yang diduga karena peristiwa pidana, ia berhak mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Karena pada dasarnya identifikasi korban bencana massal baik itu meninggal masih merupakan bagian dari pelayanan kesehatan mengingat korban meninggal adalah korban juga. Hal ini sesuai pada pasal 53 UU Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 dan PP Nomor 32 tahun 1996, disamping itu juga proses identifikasi tidak memerlukan/ menunggu surat permintaan dari pihak penyidik (SPVR). Sesuai dengan pasal-pasal pada KUHAP apabila pihak penyidik ingin mendapatkan pemeriksaan identifikasi berupa visum et repertum dapat dimintakan pada Dinas Kesehatan/Rumah Sakit setempat sesuai dengan prosedur yang berlaku, sedangkan informasi dan surat-surat resmi yang berkaitan dengan hasil identifikasi akan dikeluarkan oleh tim identifikasi yang ditandatangani oleh ahli-ahli terkait. Identifikasi Korban Meninggal Identifikasi merupakan upaya pengenalan kembali jati diri seseorang manusia baik yang sudah mati maupun yang sudah meninggal. Sedangkan identifikasi massal merupakan proses pengenalan jati diri korban massal yang terjadi akibat bencana. Dalam identifikasi bencana massal menggunakan metode Disaster Victim Identification (DVI). DVI yang telah direkomendasikan oleh Interpol. Keterlibatan Interpol dalam DVI dimulai pada tahun 1978 ketika terjadi ledakan di Spanyol yang menewaskan 150 orang. DVI merupakan prosedur yang telah ditentukan untuk mengidentifikasi korban dalam sebuah insiden atau bencana yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat serta merupakan bagian dari investigasi, rekonstruksi tentang sebab bencana. Adapun proses DVI meliputi 5 fase, di mana setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya, yang terdiri dari The Scene, The Mortuary, Ante Mortem Information Retrieval, Reconciliation dan Debriefing. The Scene atau tempat kejadian perkara (TKP) merupakan tempat terjadinya peristiwa dan akibat yang ditimbulkan peristiwa tersebut, atau tempat-tempat lain ditemukannya korban dan barang-barang bukti yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. The Mortuary merupakan pengumpalan data-data post mortem yang data-data hasil pemeriksaan forensik yang ditemukan pada jenazah korban. Tahapan ini merupakan pemeriksaan bagi korban meninggal, semua ciri yang khas dicatat dan difoto serta difile dengan baik sehingga memudahkan proses selanjutnya. Dalam pelaksanaan pemeriksaan dikerjakan secara tim kerja yang meliputi berbagai disiplin ilmu, yakni : • Ahli Kedokteran Forensik • Ahli Odontologi Forensik • Ahli Antropologi fisik • Ahli Fotografi • Ahli Sidik Jari Ante mortem information merupakan pengumpalan data-data yang penting dari korban sebelum kejadian atau pada waktu korban masih hidup, termasuk di sini data vital tubuh, data gigi, data sidik jari dan data kepemilikan yang dipakai/dibawa. Reconciliation merupakan pencocokan data-data dengan berbagai metode identifikasi melalui tahap sebagai berikut: Identifikasi Primer • Sidik Jari • Catatan gigi • DNA • Identifikasi Sekunder • Ilmu kedokteran (medis) dan fotografi • Harta benda milik korban (property) Sedangkan tahap debrief merupakan evaluasi dari pelakksanaan DVI. ALUR KERJA Tata Laksana Disaster Victim Identification (DVI) Struktur Operasional DVI Penanganan di TKP (Fase1): Kegiatan : 1. Memberi tanda dan label di TKP • Membuat sektor-sektor/zona pada TKP dengan ukuran 5 x 5 m yang sesuai dengan situasi dan kondisi geografis • Memberikan tanda pada setiap sector • Memberikan label orange pada jenazah dan potongan jenazah, label diikat pada tubuh/ibu jari kanan jenazah • Menentukan label putih pada barang-barang pemilih yang tercecer • Membuat sketsa dan foto tiap sektor 2. Evakuasi dan tranasportasi jenazah dan barang • Memasukkan jenazah dan potongan jenazah dalam kantong jenazah dan diberi label sesuai label jenazah • Memasukkan barang-barang yang terlepas dari tubuh korban dan diberi label sesuai nama jenazah Diangkut ke tempat pemeriksaan dan penyimpanan jenazah dan dibuat berita acara penyerahan kolektif. juli 2012 mimbar 5 artikel kesehatan Penanganan di unit post mortem (Fase 2) : Fungsi • Menampung dan menyimpan sisa tubuh • Mencatat dan menyimpan properti • Tempat melaksanakan pengujian terhadap sisa tubuh • Tempat kordinasi untuk pemisahan sisa tubuh Kegiatan • Menerima jenazah/potongan dan barang dari unit TKP • Registrasi ulang dan megelompokkan kiriman tersebut berdasarkan jenazah utuh, tidak utuh, potongan jenazah dan barang-barang • Membuat foto jenazah • Mencatat ciri-ciri korban sesuai formulir yang tersedia • Mengambil sidik jari korban dan golongan darah • Mencatat gigi-geligi korban • Mebuat roentgen jika perlu • Melakukan otopsi • Mengambil data-data ke unit pembanding data Penanganan Unit Ante Mortem (Fase 3): Fungsi • Mendapatkan, menganalisa serta mencocokkan data orang • Mengetahui data orang hilang • Mendapatka informasi DNA • Mendapatkan informasi properti dalam formulir Ante Mortem Kegiatan • Mengumpulkan data-data korban semasa hidup seperti foto dan lain-lainnya dikumpulkan dari instansi tempat korban bekerja, keluarga/kenalan, dokter-dokter gigi pribadi, polisi (sidik jari). • Memasukkan data-data yang ada/masuk dalam formulir yang tersedia • Megelompokkan data-data ante mortem berdasarkan : jenis kelamin dan umur • Mengirimkan data-data yang telah diperoleh ke unit pembanding data. Data-data ante mortem : • Umum: Nama, umur, BB-TB, pakaian, perhiasan serta kepemilikan lainnya • Medis: warna kulit, warna-jenis rambut, mata, cacat, 6 mimbar juli 2012 tattoo, tanda khusus lainnya, golongan darah serta catatan medis lainnya Penanganan Unit Pembanding data (Reconcilition)(Fase 4): Fungsi • Membandingkan data ante mortem dan data post mortem • Penetapan dari suatu Identifikasi Kegiatan • Mengkoordinasikan rapat-rapat penentuan identitas korban antara unit TKP, unit data ante mortem dan unit post mortem • Mengumpulkan data-data korban yang dikenal untuk dikirim ke tim identifikasi • Mengumpulkan data-data tambahan dari unit TKP, post mortem dan ante mortem untuk korban yang belum dikenal. Debriefing (Fase 5) : Kegunaan • Meninjau kembali pelaksanaan DVI • Mengenali dampak positive dan negative operasi DVI • Menentukan keefektifan persiapan tim DVI secara physikologi • Melaporkan temuan serta memberikan masukan untuk meningkatkan operasi berikutnya Pada identifikasi bencana masal telah ditentukan metode identifikais yang dipakai yaitu : 1. primer/Utama : a. gigi b. Sidik jari c. DNA 2. sekunder/pendukung : a. medis + visual b. Property KEPUSTAKAAN Budi Sampurna, Identifikasi Korban Bnecana Massal. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Interpol Disaster Victim Identification, National DVI Standards.Version 2. August 2002 Slamet Poernomo, Identifikasi Medik. Lembaga Kedokteran Kepolisian. Jakarta 1996. DEPKES RI – POLRI, Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati pada bencana Massal, Disaster Victim Identification.Cetakan ke dua.Jakarta Depkes, 2006 --------------, Disaster Victim Identification Workshop, Bandung, November 25-27th, 2006. Cerita Vitamin C S Oleh : Nono Tri Nugroho, Nutrisionis Pelaksana Lanjutan – Instalasi Gizi RSUD Dr Soetomo yahdan, dahulu kala para penjelajah dunia mengarungi samudra senantiasa mempunyai musuh yang selalu siap menyerang. Musuh itu bernama sariawan. Sampai akhirnya pelaut-pelaut itu menyadari bahwa dengan membawa persediaan jeruk, mereka dapat terbebas dari musuh tersebut. Bahkan, angkatan laut Inggris selalu membawa tong-tong berisi perasan air jeruk sebagai logistik mereka. Akhirnya setelah bertahun-tahun baru diketahui bahwa zat ajaib dalam jeruk itu bernama vitamin C. Mungkin, jika di Inggris banyak terdapat juwet mereka akan membawa perasan juwet karena kandungan vitamin C nya sangat tinggi. Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang sangat penting bagi manusia. Pada umumnya tumbuhan dan binatang kecuali kera dapat mensintesa vitamin C sedangkan manusia tidak dapat mensintesanya dikarenakan ketiadaan enzim gulonolakton oksidase. Vitamin C memberikan keuntungan diantaranya sebagai anti oksidan, anti atherogenik, anti karsinogenik, immunomodulator sehingga manusia mutlak memerlukan asupan vitamin C melalui makanan terutama buah dan sayur. Orang dewasa memerlukan sekitar 100 – 120 mg vitamin C setiap hari. Bagi yang tidak suka sayur dan buah mungkin kebutuhan vitamin C dapat dipenuhi melalui produk suplemen vitamin C sintetis yang dijual dipasar dalam bentuk tablet, kapsul, bubuk Kristal, maupun cair. Produsen suplemen vitamin C menyediakan vitamin C dalam dosis kecil sampai besar. Vitamin C mudah diserap melalui transport aktif didalam usus. 80 – 90% terserap ketika jumlah yang masuk sekitar 100 mg/hari. Saat asupan lebih besar (500 mg/hari) tingkat efisiensi penyerapannya menurun. Vitamin C sangat sensitif terhadap udara, cahaya, dan mudah rusak oleh penyimpanan yang lama maupun pengolahan makanan yang berlebihan. Meskipun vitamin C mudah terserap tetapi ia mempunyai kapasitas simpan didalam tubuh terbatas. Rata-rata orang dewasa mempunyai simpanan vitamin C sebesar 1.5 gram. Pada keadaan kekurangan vitamin C dari makanan maka simpanan tersebut dipakai dengan rata-rata pemakaian 3% sehari. Simpanan vitamin C diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan untuk jangka waktu sekitar 3 bulan. Vitamin C dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Vitamin C secara umum tidak bersifat toksik tetapi pada dosis tinggi (2 – 6 gram/hari) dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal atau diare. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan sariawan, kulit kering, kelelahan, kegagalan proses ‘wound healing’ dan depresi. Vitamin C berperan penting dalam sintesa kolagen. Kolagen adalah suatu bentuk protein yang banyak tersebar pada jaringan tubuh terutama tulang dan jaringan ikat yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Vitamin C diperlukan untuk menjaga agar enzim prolyl dan lysyl hidroksilase tetap dalam bentuk aktifnya sehingga terbentuk asam amino hidroksiprolin dan hidroksilisin yang terdapat pada struktur polipeptida kolagen. Hidroksilasi prolin dan lisin diangkut oleh enzim prolyl hidroksilase dengan menggunakan vitamin C sebagai kofaktor. Kekurangan vitamin C akan menurunkan hidroksilasi prolin dan lisin sehingga berpengaruh pada sintesa kolagen. Vitamin C juga berperan sebagai kofaktor untuk hidroksilasi di dalam sintesa karnitin. Karnitin diperlukan untuk mengangkut asam lemak kedalam mitokondria dimana ia akan digunakan untuk memproduksi energi. Selain itu vitamin C ikut berperan dalam proses deaminasi asam amino sehingga asam amino tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi. Vitamin C juga penting untuk mentransformasi kolesterol menjadi asam empedu sebagai modulator mikrosomal 7 α-hidroksilasi yang akan membatasi reaksi katabolisme kolesterol didalam hati. Jika kita kekurangan vitamin C maka akan terjadi hiperkolesterolemia. Vitamin C juga diketahui meningkatkan ketersediaan dan absorbsi Fe dari sumber Fe non heme. Vitamin C diduga dapat mereduksi ion ferri menjadi ion ferro yang merupakan suatu bentuk zat besi yang mudah diserap. Vitamin C juga membantu mencegah bentuk tereduksi folasin dari proses oksidasi. Pada keadan kekurangan vitamin C maka tetrahidrofolasin akan tereduksi sehingga aktifitasnya sebagai koenzim terganggu dimana keadaan ini dapat menimbulkan suatu gejala kelainan pada sel darah merah. Peroksidasi lemak dan modifikasi oksidatif dari LDL (Low Density Lipoproteins) berimplikasi dalam perkembangan aterosklerosis. Vitamin C berperan menjaga oksidasi LDL. terutama oleh radikal bebas dan ROS (reaktif oksigen spesies). Peran ini membuat vitamin C dapat dikatakan sebagai anti atherogenik. Selain itu beberapa peneliti percaya bahwa vitamin C dapat mencegah kanker melalui netralisasi radikal bebas sebelum radikal bebas itu merusak DNA dan memicu pertumbuhan tumor. Beberapa bahan makanan sumber vitamin C yang dilansir oleh persatuan ahli gizi pada tahun 2009 diantaranya sebagai berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 Sayuran Daun pepaya Daun katuk Daun singkong Sawi putih Kol Gambas Kacangpanjang Vitamin C 140 mg 104 mg 103 mg 102 mg 69 mg 50 mg 46 mg No 1 2 3 4 5 6 7 Buah Vitamin C Jambumonyet 197 mg Juwet 130 mg Jambu biji 116 mg Pepaya 78 mg Mangga golek 65 mg Lemon 50 mg Jeruk manis 49 mg Per 100 gr bahan Jika melihat tabel di atas maka untuk mencukupi kebutuhan vitamin C setiap hari kita hanya memerlukan sekitar 2 – 3 kali makan buah dan sayur. Jika kita dapat memenuhi asupan vitamin C setiap hari melalui makanan maka suplementasi mungkin tidak terlalu diperlukan. juli 2012 mimbar 7 berita bagian MENGENAL PEMASARAN RSUD Dr. SOETOMO Kepala Seksi Pemasaran : Rahayu Warni Kusasih, SKM, MM S eksi Pemasaran berada dalam struktur organisasi RSUD Dr. Soetomo sejak 22 Desember 2008 sesuai Perda tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah Provinsi Jawa Timur. Sampai sekarang di lingkungan internal RSUD Dr. Soetomo sendiri masih sulit membedakan antara tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) Seksi Pemasaran dengan Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Humas (PKRS & Humas). Sering muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: untuk kegiatan pameran, mana yang menangani? Pemasaran atau PKRS? Kalau company profile, bagian mana yang membuat? Bikin poster, leaflet, brosur kemana? Belum lagi Pemasaran dengan bagian lain, seperti dengan bagian TU dan Bidang Diklat mengenai kunjungan tamu ke RSUD Dr. Soetomo, dengan IKPK mengenai kerjasama pembiayaan kesehatan dengan perusahaan, atau dengan Sub Bagian Rumah Tangga mengenai petunjuk arah, dll. Sebagai unit yang baru terbentuk seksi Pemasaran berkewajiban untuk mensosialisasikan Tupoksi dan kegiatannya sehingga internal RSUD Dr. Soetomo dapat memahami dan dapat memanfaatkan sarana dan kegiatan yang ada pada Seksi Pemasaran, khususnya dalam menunjang program Pemasaran jasa kesehatan yang ada di unit kerja di RSUD Dr. Soetomo. Berikut ini akan diuraikan tentang Tupoksi Seksi Pemasaran dari Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 11 tahun 2008 sebagai berikut : 1. Menyusun perencanaan program dan kegiatan Seksi Pemasaran 2. Menyiapkan bahan koordinasi Pemasaran 3. Menghimpun, mengelola, menganalisa dan menyusus usulan rencana kegiatan Pemasaran 4. Menghimpun, mengelola, menganalisa dan menyusun usulan pengembangan manajemen Pemasaran Rumah Sakit 5. Menghimpun, mengelola, menganalisa dan menyusun standar kebutuhan peralatan, sarana, prasarana dan SDM Pemasaran 6. Pemantauan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan Pemasaran 7. Menghimpun, mengelola, menganalisa dan menyusun biaya satuan Pemasaran 8. Menyelenggarakan pengukuran kinerja Seksi Pemasaran 9. Menyiapkan bahan-bahan perumusan Kebijakan 10.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang. Seksi Pemasaran bersama Seksi Rekam Medik merupakan seksi di bawah Bidang Pemasaran dan Rekam Medik. Kedua seksi tersebut bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pemasaran dan Rekam Medik, dengan rentang kendali pada Wakil Direktur Penunjang Medik. Pemasaran dan Rekam Medik menempati ruang di depan mushala sebelah timur lapangan parkir dalam/tempat upacara, menggunakan nomor telepon (031) 5501035, 1076,1335 dan fax : (031) 5501335. Tugas utama Pemasaran yang tercantum dalam Rencana Strategi (Renstra) RSUD Dr. Soetomo adalah berperan serta dalam menciptakan citra positif RSUD Dr. Soetomo dan menggali pasar potensial dengan meningkatkan kunjungan pasien, khususnya pasien umum dan menengah atas. Berbagai program dan kegiatan sebagian besar sudah ditangani oleh unit kerja yang terlebih dahulu lahir dan ada dalam struktur organisasi RSUD Dr. Soetomo, oleh karenanya Seksi Pemasaran berusaha mencari celah beberapa program dan kegiatan agar tidak over laping dengan unit kerja lain. Untuk itu Seksi Pemasaran menyusun kegiatan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian visi dan misi RSUD Dr. Soetomo melalui rencana strategi tersebut diatas. Beberapa kegiatan yang ditangani di Seksi Pemasaran adalah : 1. Koordinator Pameran 2. Fasilitator CRM (Customer Relationship Manajemen) 3. Pengadaan Materi Siaran Informasi 4. Pengadaan Media Informasi 5. Siaran melalui Media Masa 6. Pelayanan Studi Banding antar Rumah Sakit 7. Fasilitator Lomba Persi Award 8. Pengadaan Souvenir/Cinderamata RSUD Dr. Soetomo Kegiatan Pameran Jatim Fair Tahun 2011 di Grand City 8 mimbar juli 2012 1. Koordinator Pameran Pemasaran memfasilitasi berbagai pelayanan yang perlu dipromosikan dengan pertimbangan : Pelayanan tersebut merupakan pelayanan unggulan, belum banyak dikenal masyarakat, cakupan pelayanan cenderung menurun, atau pengembangan pelayanan baru yang sedang dipersiapkan. Tentunya pelayanan yang dipromosikan harus sudah siap secara internal dari sisi tempat, sarana, prasarana, SDM, tarif pelayanan, sistem pelayanan (struktur organisasi, alur pasien, rujukan, pembayaran, dll) sehingga tidak mengecewakan pasien yang akan memanfaatkannya. Dalam satu tahun rata-rata pemasaran mengikuti 3 – 4 kali Pameran, yaitu pameran yang diselenggarakan oleh PERSI, oleh Pemerintah Kota Surabaya, oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur, dan lain-lain. Sedang khusus untuk Pameran dalam rangka Pelayanan Publik dikelola oleh Instalasi PKRS dan Humas. Kepala unit kerja yang merasa perlu untuk mempromosikan pelayanan yang ada di unit kerjanya dapat mengajukan surat usulan ke Bidang Pemasaran dan Rekam Medik agar dapat ditindak lanjuti. 2. Fasilitator CRM (Customer Relationship Manajemen) CRM adalah merupakan kegiatan untuk membina hubungan dengan pelanggan dengan cara mengundang para pasien dan keluarganya atau institusi lain, untuk berkumpul dan diberikan informasi tentang pelayanan yang ada di unit kerja tersebut. Dalam kesempatan itu biasanya dapat digali pendapat audience tentang mutu pelayanan di RSUD Dr. Soetomo, apakah sudah sesuai dengan harapan pelanggan atau belum. Juga menampung saran atau usul dari mereka mengenai pelayanan dan fasilitas apa yang mereka butuhkan. Tujuan dari CRM ini adalah untuk meningkatkan loyalitas pelanggan agar mereka tetap mempercayai RSUD Dr. Soetomo bila mempunyai masalah kesehatan, dengan cara menjalin silaturahmi dan keakraban antara pasien dengan petugas kesehatan. Kegiatan ini pendanaannya difasilitasi oleh Seksi Pemasaran. Unit kerja yang membutuhkan kegiatan CRM dapat mengajukan usulan pada Seksi Pemasaran Bidang Pemasaran dan Rekam Medik. 3. Pengadaan Materi Siaran Informasi Seperti diketahui IPSM telah memasang jalur siaran informasi ke semua IRNA, yaitu IRNA Obsgyn, Medik, Bedah, Anak dan Jiwa. Siaran informasi ini menyiarkan tentang waktu sholat, doa untuk orang sakit, anjuran minum obat dan makan teratur serta larangan merokok di wilayah rumah sakit. Materi siaran tersebut diproduksi oleh Seksi Pemasaran, rencana ke depan akan terus dikembangkan dengan menyiarkan Visi, Misi dan nilai organisasi, lagu-lagu RSUD Dr. Soetomo, pengumuman Leaflet RSUD Dr. Soetomo untuk karyawan, hari ulang tahun karyawan, hari libur atau cuti bersama, berita duka cita atau hal-hal lain yang perlu diketahui oleh karyawan dan pengunjung RSUD Dr. Soetomo. Apabila ada kekurang nyamanan mengenai siaran informasi tersebut, baik itu volume suara yang terlalu keras atau mati, atau gangguan siaran dapat memberikan informasi kepada Seksi Pemasaran telp 1035, 1076 atau IPSM telp 1552, Saran dan usul tentang revisi materi, maupun penambahan materi siaran informasi dapat disampaikan ke seksi Pemasaran RSUD Dr. Soetomo. 4. Pengadaan Media Informasi Yang dimaksud dengan media informasi di sini adalah: Leaflet, booklet, brosur, poster, stiker maupun banner. Dalam hal ini Seksi Pemasaran membuat kesepakatan dengan instalasi PKRS bahwa Media informasi yang di fasilitasi oleh Seksi Pemasaran adalah khusus informasi mengenai produk pelayanan kesehatan (jenis pelayanan, alur, jam buka, SDM, biaya pelayanan, dll) yang perlu diketahui oleh masyarakat umum. Sedangkan media informasi untuk promosi/penyuluhan kesehatan (patologi, gejala, penanganan, pencegahan penyakit) dikelola oleh instalasi PKRS & Humas bertujuan untuk memberikan penyuluhan pada penderita penyakit tertentu. Usulan mengenai media infomasi yang dibutuhkan bila mengenai layanan kesehatan dapat melalui Seksi Pemasaran, sedang mengenai penyuluhan penyakit melalui Instalasi PKRS & Humas. Kegiatan Study Banding RS Muwardi Tahun 2010 5. Siaran melalui Media Masa Siaran informasi dapat pula dilakukan pada media masa, misalnya media cetak dan media elektronik. namun sesuai dengan Peraturan menteri Kesehatan RI nomor 1787/ Menkes/Per/XII/2010, tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan dan etika Pariwara Indonesia, maka informasi pelayanan kesehatan tidak dengan cara beriklan secara vulgar tetapi dikemas dalam bentuk iklan layanan masyarakat. Seksi Pemasaran sangat membatasi sekali Iklan melalui media cetak, juli 2012 mimbar 9 berita bagian Rombongan dan Finalis Persi Award 2011 kecuali khusus untuk majalah atau direktori organisasi kesehatan, namun apabila merupakan berita kesehatan, promosi kesehatan dan informasi yang memang perlu diketahui oleh masyarakat masih dimungkinkan. Siaran informasi melalui media televisi akan dikembangkan di tahun mendatang dengan dikoordinir oleh Pemasaran. Unit kerja yang membutuhkan untuk mensosialisasikan pelayanan kesehatan melalui media televisi dapat mengusulkan melalui Seksi Pemasaran. 6. Pelayanan Studi Banding Antar Rumah Sakit Kunjungan tamu ke RSUD Dr. Soetomo mempunyai tujuan yang bermacam-macam, sehingga antara Bidang Diklat, Bagian TU dan Bidang Pemasaran & Rekam Medik, membuat kesepakatan bahwa kunjungan yang berkaitan dengan birokrasi, dari Pemda, DPRD atau Kemenkes (tamu dari Pusat) ditangani oleh Bagian TU, kunjungan dari sekolah/Perguruan Tinggi kesehatan dan keperluan magang, studi tour dan pelatihan ditangani oleh Bidang Diklat, sedang kunjungan untuk keperluan studi banding dari rumah sakit ditangani oleh Bidang Pemasaran dan Rekam Medik. Semua kunjungan diwajibkan satu pintu melalui surat permohonan kepada Direktur. dan bagian TU akan mendisposisi sesuai bagian masing-masing. Berikut adalah alat kerja pelayanan studi banding ke RSUD Dr. Soetomo. 7. Fasilitator Lomba Persi Award Persi award diselenggarakan sejak tahun 2006, semula fasilitator lomba Persi Award ini ditangani oleh Instalasi PKRS & Humas, namun sejak tahun 2010 disepakati untuk dikelola oleh Pemasaran. Lomba ini diselenggarakan oleh PERSI Pusat dalam rangka pertemuan tahunan Kongres Persi. Persi award adalah merupakan suatu penghargaan untuk rumah sakit yang mempunyai penemuan baru atau pelayanan khusus atau sistem pelayanan tertentu yang aplikatif sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat. Biasanya lomba ini diselenggarakan satu tahun sekali dengan mengirimkan karya tulis pada babak penyisihan. Bila dapat masuk babak final (lima besar) peserta akan diundang untuk mempresentasikan karya tulisnya dihadapan dewan juri di Jakarta. Pemenang akan mewakili Indonesia pada ajang ASIAN HOSPITAL MANAGEMENT AWARD pada tahun berikutnya. Bila ada karyawan atau unit kerja yang berminat untuk mengikuti 10 mimbar juli 2012 dapat menghubungi Seksi Pemasaran. Pengadaan Souvenir/Cinderamata RSUD Dr. 8. Soetomo Dalam rangka peningkatan citra positif RSUD Dr. Soetomo maka seksi Pemasaran telah menyediakan cinderamata berupa plakat dan merchandise berciri RSUD Dr. Soetomo. Plakat dan cinderamata tersebut diperuntukan bagi: 1. Tamu yang berkunjung ke RSUD Dr. Soetomo 2. Sebagai cinderamata bagi institusi yang di kunjungi pejabat RSUD Dr. SOetomo 3. Undangan HUT RSUD Dr. Soetomo dan eventevent penting lainya 4. Pengunjung pameran pemasaran pelayanan kesehatan dan pameran pelayanan publik 5. Lain-lain Cinderamata RSUD Dr. Soetomo Demikian sepintas mengenai kegiatan ruang lingkup kegiatan pemasaran, sedangkan untuk papan petunjuk arah, Pemasaran pernah membantu Bagian Tata usaha untuk mendesign bentuk papan petunjuk arah, namun sesuai Tupoksinya maka sejak tahun 2012 usulan papan petunjuk arah dapat langsung ditujukan kepada Bagian Tata Usaha, tembusan Sub Bagian Rumah Tangga. Mengenai permohonan kerjasama pembiayaan kesehatan dari perusahaan tetap ditangani oleh IKPK (Instalasi Kerjasama Pembiayaan Kesehatan). Semoga bermanfaat. seputar soetomo Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Klub Bunga, Batu – Malang, 6 – 7 Juli 2012 Direktur RSUD Dr. Soetomo, Dodo Anondo, dr., MPH, membuka acara Musrenbang 2012 secara simbolik dengan pemukulan gong. Tampak kanan peserta Musrenbang. Tampak kiri Manager Graha Amerta, Prof. Heru Santoso, dr.,Sp.OG (K), memeriahkan suasana saat sesi santai. Tampak kanan peserta Musrenbang senam pagi sebelum memulai aktivitas di hari kedua. Musrenbang dihadiri BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) yang juga sebagai pembicara. Penandatanganan Kesepakatan Kinerja dengan IBP (Instalasi Bedah Pusat), Bidang Diklat, dan IKPK (Instalasi Kerjasama Pembiayaan Kesehatan) di akhir acara. juli 2012 mimbar 11 seputar soetomo Pameran Batik Nusantara Dalam rangka HUT ke 9 GRIU Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo Lobby GRIU Graha Amerta, 1-10 Mei 2012 Pengguntingan bunga Melati oleh ibu Rini Dodo Anondo sebagai tanda pembukaan pameran didampingi Direktur RSUD Dr. Soetomo dan Kepala GRIU Graha Amerta sekaligus belajar mencanting. Tampak bawah para pasien terapi okupasi dengan mencanting. Penandatanganan Berita Acara Penyerahan Anak dari RSUD Dr. Soetomo kepada Dinas Sosial UPT Pelayanan Sosial Pelayanan Asuhan Balita Sidoarjo 27 Juni 2012 Perwakilan Dinas Sosial sebagai saksi menandatangani berita acara penyerahan seorang anak yang selama ini dirawat di IRNA Bersalin II RSUD Dr. Soetomo. Tampak kanan sang anak, Windi, digendong perawat IRNA Bersalin II. 12 mimbar juli 2012 Seminar Populer GRIU Graha Amerta Sabtu, 26 Mei 2012 Dalam rangka HUT GRIU Graha Amerta ke-9 diadakan Seminar Populer ”Perjuangan Tak Kenal Lelah Mengatasi Infertilitas” dengan narasumber para pakar Infertilitas yang tergabung dalam Klinik Fertilitas GRIU Graha Amerta. Peringatan HUT GRIU Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo ke-9 Minggu , 27 Mei 2012 Setelah jalan sehat Direktur RSUD Dr. Soetomo dr. Dodo Anondo, MPH memotong tumpeng diserahkan kepada Kepala GRIU Graha Amerta Prof. Heru Santoso, dr, SpOG(K). Tampak Kanan, Direktur RSUD Dr. Soetomo beserta Kepala GRIU Graha Amerta berfoto bersama karyawan GRIU Graha Amerta yang memasuki masa pensiun usai menyerahkan cinderamata kepada mereka. Tampak kiri salah satu peserta mendapatkan doorprize mesin cuci yang diserahkan oleh Prof. H.Abdus Sjukur,dr, SpB-KBD mantan Direktur RSUD Dr. Soetomo periode Tahun 2002-2003 dan kanan para pemenang lomba tenis meja foto bersama Kepala Bagian Pemasaran GRIU Graha Amerta, Yudha Haryono, dr, SpS juli 2012 mimbar 13 seputar soetomo Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Bidang Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara antara RSUD Dr. Soetomo dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur di Kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Rabu 9 Mei 2012. Penandatanganan MOU dengan 9 instansi baik swasta maupun pemerintah. Kesembilan instansi tersebut adalah KPRI, RSUD Haji Surabaya, Dinkes Kota Surabaya, PT. Human Resources Provider, CV. Sinergi Agung Lestari, CV. Shandaka Utama, PT. Enseval Putera Mega Trading, Tbk., CV. Safety Parking, dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Probolinggo. Sosialisasi Penataan Kelembagaan Pola Hubungan Kerja pada Senin 2 Juli 2012 menampilkan narasumber dari Kementerian Kesehatan RI dan diikuti oleh Pejabat Struktural, Ka. Instalasi, serta Ka. SMF/Dept. di lingkungan RSUD Dr. Soetomo. Pemberian tali asih kepada karyawan perawatan yang purna tugas untuk periode Mei 2011 s/d April 2012. Tali asih diserahkan langsung oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo Dodo Anondo, dr., MPH. 14 mimbar juli 2012 Sosialisasi Akreditasi RS oleh KARS Tanggal 3 Mei 2012 di GDC lantai 7 Dalam Rangka mempersiapkan Akreditasi RS diadakan Sosialisasi Akreditasi RS dengan narasumber dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yang diikuti oleh Jajaran Struktural, Kepala Bidang/ Bagian/ Instalasi/ SMF/ Departemen. Sosialisasi ini membahas tentang akreditasi RS tingkat Nasional yang mengarah pada akreditasi JCI (Joint Commission International). Bimbingan Teknis PKRS & Humas – Tahap XXV Angakatan I, Tanggal 29-30 Mei & Angkatan II, Tanggal 5-6 Juni 2012 Peserta angkatan I foto bersama Wakil Instalasi PKRS & Humas Didi Aryono Budiyono, dr, SpKJ(K) untuk tahun ini jumlah peserta paling banyak. Angkatan I diikuti 103 peserta, dari RSUD Dr. Soetomo 64 peserta dan 39 peserta dari RS di Surabaya, Jawa Timur, RSAB Harapan Kita Jakarta, RSUP Sanglah, RS BLU RSUP Prof. Dr.R.D.Kandow, RSUD Ulin Banjarmasin, RS Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat, RS Dr. R. Soedjono Lombok Timur, RSUD Ali Hanafiah Batusangkar Sumbar, dan paling jauh dari RSUD Abepura Propinsi Papua. Jumlah peserta Angkatan II 114 orang, dari RSUD Dr. Soetomo 75 peserta dan 39 peserta dari RS di Jawa Timur, RS Hasan Sadikin Bandung, RS H. Boejasin Pelaihari Kalsel, RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang. Tampak kiri peserta sedang berdiskusi, tengah peserta dari RSAB Harapan Kita Jakarta sedang memberikan kesan-kesan selama mengikuti Bimtek dan kanan Kepala Instalasi PKRS & Humas menyerahkan sertifikat secara simbolis kepada peserta angkatan II. juli 2012 mimbar 15 seputar soetomo CRM IRNA Medik – Rabu 2 Mei 2012 (Tampak kiri) Ka.Subid. Pemasaran, Rahayu Warni Kosasih,SKM, MM, Kabid. Keperawatan, Hermin Tumini, SKM, SPd, MM,Kes., dan Kepala IRNA Medik, Diah Mira Indramaya, dr, SpKK, menjadi narasumber dalam CRM IRNA Medik. (Tengah) Pasien bersama perawat memperagakan Cara Cuci Tangan yang benar. Dan (kanan) Obet Soegiono, SKM memberikan cinderamata kepada para peserta. Para peserta CRM foto bersama Kepala Bidang Perawatan dan Kepala Irna Medik. CRM IRNA OBSGYN – Selasa, 29 Mei 2012 PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR Acara dibuka oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo dan para peserta juga foto bersama. 16 mimbar juli 2012 Sosialisasi Instalasi Radio Terapi RSUD Dr. Soetomo Sabtu, 28 April 2012 Tampak Kiri Direktur RSUD Dr. Soetomo menghadiri acara Sosialisasi Instalasi Radioterapi yang diadakan pada Sabtu, 28 April 2012. Tampak Kanan para peserta Sosialisasi diantaranya Prof. Dr. Roem Soedoko, dr., Sp.PA, salah satu tokoh di bidang pencegahan dan pengobatan Kanker. Acara ini juga dihadiri oleh para undangan yang terdiri dari perwakilan beberapa rumah sakit di Surabaya serta Dinas Kesehatan Surabaya. Tampak kiri salah satu undangan bertanya saat sesi diskusi. Tampak Kanan para peserta dan para undangan diajak Tim Instalasi Radioterapi tour keliling ruangan yang ada di Instalasi Radioterapi RSUD Dr. Soetomo. Saat tour peserta dan para undangan tampak serius memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh Kepala Instalasi Radioterapi, Diah Erawati, dr., Sp.Rad. juli 2012 mimbar 17 seputar soetomo Workshop ‘Peran Dokter Gigi pada Deteksi Dini HIV/ AIDS sebagai upaya menurunkan Stigma & Diskriminasi menuju ‘Patient and Doctor Safety’ Surabaya, 24-25 Mei 2012 Acara dibuka oleh Wadir Penunjang Medik, Dr. Usman Hadi, dr, SpPD-KPTI (atas) dan bawah peserta foto bersama sebelum acara dimulai. Workshop Keselamatan Pasien dengan tema ‘Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien Kita Bangun Budaya Menuju RS Kelas Dunia’ Oleh Komite Keselamatan Pasien (KPRS), Selasa 22 Mei 2012 Diikuti oleh perawat-perawat RSUD Dr. Soetomo dengan pembicara Hardiono,dr, SpAnKIC sebagai Ketua KPRS dan Tim KPRS. 18 mimbar juli 2012 SERAH TERIMA JABATAN DAN PENGANTAR PURNA TUGAS PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN RSUD Dr. SOETOMO Surabaya, Rabu 4 Juli 2012 Direktur RSUD Dr. Soetomo memberikan cindera mata kepada para Purna Tugas Dr. Usman Hadi, dr, SpPD-KPT, Sri Rochani Imajinah, drg, M.Kes dan Diana Yuntari, drg, M.Kes. NO JABATAN NAMA LAMA BARU 1 Dra. Sri Widayati, Apt, SpFRS Kepala Bagian Kepegawaian Wakil Direktur Penunjang Medik 2 Edison Siregar, drg, M.Pd.I Kepala Seksi Pendidikan dan Latihan Profesi Kepala Bagian Kepegawaian 3 Drs. Heru Mistiyono Kepala Sub Bagian Perlengkapan & Aset Kepala Bagian Tata Usaha 4 Dra. Tri Hartatie Kepala Seksi Penelitian Kepala Seksi Pendidikan Klinik 5 Florentina Joestandari, drg, MMT Kepala Seksi pelayanan Rawat Darurat, Intensif dan Invasif Kepala Seksi Penelitian 6 Dr. Esti Handayani, dra, Apt, MARS Kepala Seksi Pendidikan Klinik Kepala Seksi pelayanan Diagnosyik 7 Lily Lidya, drg Staf pada RSUD Dr. Soetomo Kepala Seksi pelayanan Rawat Darurat, Intensif dan Invasif 8 Poetri Srioetari Soetoyo, drg Staf pada RSUD Dr. Soetomo Kepala Seksi Pendidikan dan Latihan Profesi 9 Choirul Wangit, ST Staf pada RSUD Dr. Soetomo Kepala Sub Bagian Perlengkapan & Aset juli 2012 mimbar 19 sekilas info Cerita Menuju 19th WCET Biennial Congress di Adelaide South Australia Oleh : Erfandi Ekaputra S.Kep.NS.ETN B enar kata pepatah “Berakit rakit ke hulu Berenang ke tepian, Bersakit sakit dahulu Bersenang kemudian. Hal ini tidak dapat dipungkiri, terkadang apa yang kita harapkan baik cita-cita, ide, motivasi dan semangat yang harapannya untuk kemaslahatan orang banyak mesti akan mengalami suatu tantangan. Hal itu merupakan garis natural yang harus kita pahami bersama. Suatu cita-cita tanpa adanya suatu proses yang sulit dan terjal tidak akan mendapatkan suatu kenikmatan apabila tujuan itu sudah tercapai. Percayalah bahwa setiap adanya kesulitan pasti adanya suatu kemudahan. Sejak menggeluti suatu bidang spesialisasi perawatan luka, stoma dan incontinensia, keinginan dan cita-cita saya untuk mengikuti kongres dunia merupakan suatu harapan dan tekad dalam mengembangkan ilmu dan wawasan dalam kancah gejolak modernisasi di era globalisasi. Pengembangan ilmu harus terus-menerus berubah mengikuti dinamika waktu yang berpacu, tanpa kita peduli hal itu kita akan tertinggal jauh oleh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan yang baru. Salah satu wadah untuk pengembangkan ilmu dan wawasan adalah mengikuti kongres. Panggilan Abstrak untuk Congress Bermula dari sebuah informasi di internet tentang adanya congress luka, stoma dan incontinensia di adelaide Australia Selatan, dimana Call Abstract merupakan suatu 20 mimbar juli 2012 keinginan utama yang diharapkan oleh panitia congress bagi setiap delegasi/peserta untuk saling berbagi/ sharing tentang beberapa pengalaman dan hasil inovasi yang telah dilakukan dan berhasil dilaksanakan di instusi masing-masing. Sebagai seorang perawat luka, stoma dan incontinensia di Rumah sakit Dr. Soetomo selama hampir lima tahun, telah banyak pengalaman yang didapat untuk mengatasi permasalahan dengan luka, stoma dan incontinensia tersebut. Maka dari itu saya mempunyai tekad dan keinginan kuat mengikuti panggilan abstrak tersebut untuk tujuan membagi pengalaman tentang perawatan luka, stoma dan incontinensia dan juga untuk memperkenalkan Rumah Sakit Dr. Soetomo di kancah internasional. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Rumah Sakit Dr. Soetomo menuju “World Class Hospital”. Dan inilah sebuah titik balik awalnya keinginan saya untuk mengirim abstract pada ajang congress tersebut. Pada awalnya saya mengirim 2 abstract yaitu: Metode terapi tekanan negatif pada proses penyembuhan luka (Teknologi) dan suatu metode pembelajaran (The Bed Side Teaching) untuk mahasiswa perawat (Education), dan yang diterima dalam congress adalah The bed side teaching for the nurse dalam katagori education dengan presentasi poster. Cerita Perjuangan Menuju Congress Apa yang kita pikirkan terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Itulah kata yang tepat yang selama ini saya rasakan untuk menuju ke congress. Perjalanan menuju Congress Adelaide di Australia Selatan, bagi saya merupakan pengalaman pertama, menarik, penuh lika-liku pelik serta menyenangkan. Mari coba uraikan pengalaman indah tersebut. Pengalaman pertama dalam mengikuti congres mempunyai banyak kesan dan cerita, mulai dari persiapan pembuatan proposal untuk pengajuan dana berangkat ke congress, sampai pengajuan proposal ke rumah sakit, yang memang banyak mengalami kendala dalam proses keputusan pemberian dana tersebut. Dan sampai pada suatu keputusan untuk tidak berangkat dan hanya poster saja yang dipresentasikan di congress, karena khawatir kurangnya dana yang ada. Sampai akhirnya keluar juga dana dari rumah sakit walaupun hanya untuk biaya registrasi, yang nantinya untuk presentasi poster di area eksebisi congress dan itu juga rencananya saya akan titipkan pada teman yang akan berangkat ke sana. Memang yang namanya jodoh tidak akan lepas dari pasangannya, itu juga sudah terbukti dengan apa yang saya alami saat itu. Setelah keinginan untuk menitipkan poster pada teman, ternyata banyak komentar dan simpati dari seluruh teman-teman sesama profesi ETN, yang menyatakan sangat disayangkan kalau saya tidak hadir pada congress tersebut, karena perwakilan dari Indonesia hanya dua orang, termasuk saya yang abstraknya lolos pada seleksi untuk congress. Sehingga mereka siap untuk membantu dan mengharapkan saya tetap hadir dalam congress tersebut. Dengan adanya keputusan tersebut ada semangat dan keinginan lagi untuk tetap berusaha untuk tetap menggalang dana, dengan tujuan agar supaya tidak merepotkan teman-teman dan organisasi dalam membantu untuk terselenggaranya keberangkatan ke kongres. Hal ini tentunya diperlukan usaha keras dalam upaya mewujudkan, yang dimulai dengan mengajukan beberapa proposal lagi ke beberapa divisi instalasi bedah yang terkait dengan bidang luka, stoma dan incontinensia dan juga Graha Amerta, dimana selama ini memang bidang saya juga banyak diaplikasikan di sana, terutama jika ada konsulan dari dokter bedah digestive. Ya alhamdulillah sebagian besar menyambut dengan baik, walaupun juga ada sebagian yang masih belum menyadari pentingnya pengembangan ilmu atau memang benar-benar belum ada dana. Selain itu juga kita mendapatkan dana dari beberapa sponsor. Maka melalui majalah Mimbar ini saya mengucapkan, sekali lagi, banyak terima kasih kepada para donasi dan sponsor atas perhatian dan supportnya sehingga acara ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses, walaupun melalui proses yang sulit. Cerita tentang Poster Congress selama perjalanan Dalam perjalanan ke Australia, poster merupakan obyek yang sangat fenomenal yang selalu membuat pusing saya dan teman rombongan. Saat di Jakarta poster tertinggal di bandara, tetapi dalam pencarian yang menegangkan akhirnya poster ketemu. Tidak selasai sampai di sini saja, poster di bandara Sidney hilang lagi, hal ini karena poster tidak boleh di bawa ke kabin dan harus di bagasi. Kejadian ini membuat saya tidak enak sama teman-teman satu rombongan, sehingga penerbangan ke Adelaide tertunda dari waktu yang ditentukan. Tetapi keberuntungan ternyata masih berpihak kepada saya lagi, dimana poster ditemukan lagi. Dan Akhirnya penyimpanan poster di bagasi untuk penerbangan ke Adelaide diletakkan secara khusus untuk mengantisipasi agar tidak hilang. Ternyata benar sesampainya di Adelaide poster langsung terpantau dengan baik, tetapi sebaliknya sekarang tas koper teman saya yang berisi baju/costum adat untuk acara parade delegasi pada pembukaan congress tertinggal di Sidney, semuanya tertawa ha....ha...ha truss saya bilang, “Itu bukan karena poster saya khannn .......?" Dan Alhamdulillah, pada acara eksibisi poster di Adelaide Conventional Center, poster kita dengan Tema dengan setting Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya berhasil dipresentasikan di congress Australia dan mendapat apresiasi sangat menarik dari beberapa delegasi congress. Cerita tentang pengalaman Congress luka, stoma dan incontinensia Beinnial Congress ke-19 WCET (Weaving Culture Education & Technology) Di Adelaide South Australia mulai tanggal 19 – 23 April 2012 dengan tema “Weaving Culture Education & Technology into a Brilliant Blend” merupakan sarana ajang saling sharing beberapa pengalaman ilmu tentang luka, stoma dan incontensia oleh perawat Enterostomal Therapy dari beberapa negara. Bagi saya mengikuti congress di luar negeri merupakan hal yang pertama selama karir saya menjadi perawat. Dari segi ilmu pengetahuan, ada suatu strategi baru dari hasil penelitian, studi kasus, inovasi yang nantinya dapat diaplikasikan di tempat masingmasing. Selain itu kita dapat belajar bagaimana kita berkomunikasi, bersosialisasi dengan banyak orang yang mempunyai budaya dan karakter sifat yang berbeda dan ini merupakan suatu proses pembelajaran. Apalagi congres kali ini temanya sangat cocok yaitu misalnya salah satunya mengenai budaya, bagimana suatu budaya akan dapat mempengaruhi pada pola kehidupan seseorang yang nantinya akan berdampak pada kesehatan orang tersebut. Hal ini sangat cocok diterapkan di negara kita, dimana sejak dulu kita memang dikenal sebagai bangsa yang mempunyai bermacam budaya. Dari segi teknologi dan edukasi, ada sebuah presentasi yang sangat menarik bagi saya dan mungkin juga peserta lain yaitu bagaimana dia melakukan proses belajar mengajar yang berani, berbeda dan menarik, dimana dia seorang pengajar yang berdiri di depan muridnya dia berperan sebagai pasien lengkap dengan memakai baju pasien serta membawa kateter yang berisi urin dan berperilaku serta berbicara sebagaimana layaknya pasien dengan menggunakan technologi masker/ topeng yang lengkap dengan aksesorisnya. Selama proses mengajar sang dosen/guru tetap berinteraksi dengan muridnya seolah di suatu ruangan rumah sakit. Ini suatu yang baru yaitu untuk menghindari kebosanan mahasiswa dalam melakukan proses belajar mengajar. Dan memang hasilnya sangat efisien dan efektif. Sebenarnya masih banyak yang harus diceritakan tentang pengalaman saya selama mengikuti congress di Australia, tetapi mungkin yang diulas di atas sudah mewakili dari sekian banyak pengalaman yang didapat. Tetapi pada prinsipnya “Selagi kita masih bisa dan mampu lakukanlah kalau memang itu yang terbaik, karena kesempatan hanya datangnya satu kali saja”. “Salam Antusias Perawat Indonesia” juli 2012 mimbar 21 sekilas info Situs Terpercaya Masalah Kesehatan Belajar Jadi Pasien Cerdas Sebelum ke dokter, pasien sebaiknya membekali diri dengan informasi dari sumber yang tepercaya, seperti : 1. http://www.idai.or.id/ Ini situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Berisi informasi terkini panduan penanganan kesehatan anak, imunisasi, perlindungan anak, perkembangan anak, dan sebagainya. 4. www.aap.org Situs resmi American Academy Pediatrics (AAP), organisasi profesional dokter anak di Amerika. Berisi penangangan kesehatan praktis untuk anak sampai remaja. Situs ini merupakan rujukan dokter-dokter anak seluruh dunia. 2. http://milissehat.web.id/ Situs ini dikelola komunitas PESAT, berisi pedoman praktis kesehatan anak dalam bahasa populer. Sebagian isi situs ini diterbitkan oleh Intisari di buku <BayikuAnakku> dan <Q & A Smart Parent for Healthy Children>. Sebagian besar tulisan di situs ini merupakan hasil diskusi di milis <sehat@ yahoogroups.com> 5. www.mayoclinic.com Situs rujukan kesehatan yang lengkap di Amerika Serikat. Berisi penelitan terbaru, tren penanganan kesehatan praktis, resep sehat dan sebagainya. Mayo Clinic sendiri merupakan klinik swasta terkenal di Amerika sejak tahun 1800-an yang menyatukan ribuan dokter di dunia. Sebagian dari isi situs ini telah dibukukan dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Intisari dalam seri buku “Mayo MA Clinic Family Health Book”. 3. www.who.int Situs resmi Badan Kesehatan Dunia WHO. Berisi panduan penanganan penyakit pada anak, penyakit knonis, gizi, kesehatan lingkungan, kesehatan reproduksi dan banyak lagi. Situs ini juga merupakan referensi utama untuk penanganan penyakit yang sedang mewabah, misalnya flu H5N1. 22 mimbar juli 2012 6. www.webmd.com Disajikan dalam bahasa populer portal kesehatan yang cukup popular di Amerika Serikat ini pernah mendapat berbagai penghargaan karena kelengkapan dan kredibilitasnya setara dengan situs tepercaya seperti National Geographic dan BBC. Sumber : Intisari-Online.com – Intisari Extra Sehat 2012, edisi Pebruari 2012, hal 52 Memilih Pasta Gigi Yang sesuai Oleh : Dian Savitri Bagaimana memilih pasta gigi yang bagus? Pertanyaan itu selalu muncul saat kita ada sedemikian banyak pilihan pasta gigi. Pilih mana: yang berfluoride atau untuk mengendalikan plak gigi, yang berbentuk gel atau krim? Yang manapun tidak masalah. P ada dasarnya semua pasta gigi mengandung bahan dasar yang mirip. Pasta gigi umumnya mengandung sejenis bahan yang bersifat abrasif, seperti silikat clan kalsium karbonat. Kedua bahan tersebut bertugas untuk menghilangkan sisa-sisa makanan dan bakteri dari mulut. Pasta gigi juga memiliki bahan pengental, misalnya rumput taut dan semacam getah. Semuanya membuat gigi tampil Iebih menarik. Odol juga mengandung sedikit deterjen, misalnya sodium lauril sulfat (sodium lauryl sulfate), yang akan membuatnya berbusa ketika dipakai. Sebagai tambahan, pasta gigi dan juga yang berbentuk gel mengandung gliserol atau sejenisnya yang membantu agar mulut tetap Iembab. Yang terakhir adalah pemanis, misalnya sakarin, yang membuat pasta gigi terasa enak. Namun, pemanis tersebut tidak punya peran dalam membersihkan gigi. Fluoride Paling Penting Menurut situs Teeth Braces Reviews, fluoride adalah bahan terpenting yang harus ada dalam setiap pasta gigi. Fluoride adalah mineral yang secara efektif mengurangi risiko terjadinya pembusukan gigi. Caranya dengan memperkuat enamell gigi dan membalik proses perusakan yang disebabkan asam yang dihasilkan oleh bakteri. Membersihkan gigi dengan odol berfluoride jauh Iebih menguntungkan, bila dibandingkan dengan mengonsumsi fluoride melalui air yang mengandung mineral tersebut. Apa pun jenis pasta gigi yang Anda pilih, pastikan pilih produk yang telah mendapat izin BPOM. Komponen Lain dalam Pasta Gigi • Antibakteri Biasanya adalah trikiosan atau yang bernama lain zinc chloride. Bahan tersebut mencegah penyakit pada gusi serta membantu mengurangi plak dan bau rnuIu. • Perasa Produk pasta gigi sangat beraneka warna dan rasa. Perasa paling umum adalah peppermint, spearmint, dan wintergreen. Meski demikian ada juga pasta gigi yang tidak dilengkapi dengan rasa. • Remineralisasi Maksudnya adalah pernbentukan kembali enamel gigi. Untuk keperluan tersebut, bahan yang harus ada dalam pasta gigi adalah hydroxyapatite nanocrystals dan kalsium fosfat. • Bahan-bahan lain Bahan ini biasanya ditambahkan agar pasta gigi tidaK berubah bentuk menjadi bubuk. Bahan tersebut adalah beragam turunan alkohol, gula, seperti gliserol, sorbitol, dan xylitol. Untuk Gigi Sensitif Gigi sensitif dapat ditangani dengan menggunakan formula khusus, pasta gigi yang mengandung strontium chloride dan potasium nitrat. Kedua bahan kimia itu menghambat jalan yang menuju ke saraf ke gigi, sehingga mengurangi sensitivitasnya. Pemutih Banyak pasta gigi yang mengklaim dapat memutihkan gigi Pasta gigi tersebut mengandung peroksida, yang bersifat memutihkan tulang dan sejenisnya. Sitat abrasif (mengikis) dalam pasta gigi menghilangkan noda pada gigi, bukan peroksida. Pasta gigi berpemutih tidak dapat mengubah warna alami gigi atau mengubah hilangnya warna gigi akibat pembusukan dan noda yang dapat menembus gigi. Untuk menghi!angkan noda gigi pada permukaan gigi, gunakan pasta gigi yang mengandung bahan pengikis yang lembut membersihkan gigi dan/atau bahan tambahan seperti sodium tripolifosfat, yang dapat menghancurkan atau melarutkan noda. Jika anda rnenggosok gigi dua kali sehari, pemutih akan membutuhkan waktu dua hingga empat pekan agar membuat gigi tampak lebih putih. Pasta gigi berpemutih biasanya aman dipakai seharihari. Namun, jika dipakai berlebihan, tentu saja akan rnenimbukan bahava, misalnya rusaknya enamel. Mouthwash Beberapa produsen mouthwash yakin bahwa produk mereka bersifat antiseptik dan antiplak yang dapat membunuh bakteri penyebab plak. Plak menyebabkan gigi berlubang, penyakit pada gusi (gingivitis), dan bau mulut. Jika telah menggunakan mouthwash, bukan berarti anda bebas dari kewajiban gosok gigi. Sebab, dengan menggosok gigi secara teratur, mouthwash tidak lagi dibutuhkan. Sumber : Gaya Hidup Sehat edisi 6-12 April 2012. Tahun XIII No. 2. juli 2012 mimbar 23 sekilas info PILIH YANG SEGAR ATAU DIBLENDER ATAU DIJUS ? M. Sholekhudin Semua ahli gizi sepakat bahwa serat buah dan sayur kaya manfaat. Persoalannya, buah dan sayur bisa dimakan segar, bisa juga disayur, diblender, atau dijus. Mana yang lebik baik? P ertama-tama, sebelum menjawab pertanyaan di atas, kita mesti memahami apa itu serat dan bagaimana sifat kimianya. Serat adalah bagian dari tanaman (dalam hal ini, buah dan sayuran) yang tidak dapat dicerna oleh enzim di dalam saluran pencernaan manusia. Serat dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu serat larut air dan serat tidak larut air. Serat tidak larut air contohnya serat kasar yang biasa kita lihat sebagai ampas ketika kita membuat sari buah dengan menggunakan juicer. Serat golongan ini contohnya selulosa, hemiselulosa, atau lignin. Ketiganya tidak larut dalam air dan menjadi ampas saat kita membuat sari buah. Serat larut air misalnya serat yang bisa kita jumpai di dalam produk-produk suplemen serat yang banyak diiklankan di teve. Saat belum ditambah air, serat ini tampak sebagai bubuk seperti tepung. Tapi begitu diaduk dengan air, “tepung” ini larut dan tak lagi tampak oleh mata. Serat larut air ini contohnya pectin, mucilago dan gom. Jika dilarutkan air, serat-serat ini menyebabkan cairan menjadi kental. Persis seperti larutan suplemen serat yang banyak dijual bebas itu. “Serat larut dan tidak larut mempunyai manfaat berbeda tetapi keduanya bekerja saling menlengkapi,” kata ahli gizi dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpKG. Di dalam lambung, serat yang larut air akan menimbulkan rasa kenyang dan menyebabkan makanan tinggal lebih lama. Sedangkan serat tidak larut air, selain menimbukan rasa kenyang, juga bermanfaat menjaga kesehatan usus besar serta mencegah timbulnya tumor dan kanker. Serat Halus dalam Kondisi Khusus Dalam keadaan tertentu, kata Luciana, ada kalanya konsumsi serat yang sudah dihaluskan lebih dianjurkan daripada serat dalam bentuk utuh. Ini misalnya terjadi pada masa bayi, pada orang yang mengalami gangguan gigi-geligi, atau kasus kesulitan menelan. Pada kondisi itu, konsumsj buah dan sayuran Iebih dianjurkan dalam keadaan halus, misalnya diblender lebih dulu Lebih dari itu, data mengonsumsi makanan, tentu kita tidak hanya memperhitungkan matematika gizi, tapi juga mempertimbangkan kenikmatannya. Buah dan sayur tidak harus selalu dikonsumsi dalam keadaan utuh. Sekali waktu kita juga perlu variasi dalam bentuk jus atau diblender. Satu jenis buah dan sayuran biasanya mengandung dua jenis serat ini. Kadarnya berbeda-beda antar buah dan sayuran. Kedua jenis serat ini tidak dicerna oleh enzim pencernaan dan akan keluar bersama feses. Konsumsi serat utuh dan serat halus masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Tiap proses pengolahan buah dan sayuran juga punya kelebihan dan kekurangan. 24 mimbar juli 2012 Sekadar contoh, pengolahan dengan menggunakan blender akan menghasilkan ’jus’ yang berbeda dari ’jus’ yang dihasilkan (juice extractor). Minum Selagi Segar Dalam keadaan segar, belum diproses, buah dan sayuran punya kemampuan menyimpan vitamin-vitamin di dalam sel dan daging buah. Setelah dipotong, kemampuan menyimpan vitamin ini hilang. Semakin kecil potongannya, semakin banyak bagian dari buah atau sayur yang terpapar udara dan sinar. Akibatnya, akan lebih banyak kerusakan yang terjadi, terutama pada vitamin B dan C. Itu sebabnya jus atau sari buah sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan segar alias baru dibuat. Jika disimpan terlalu lama, kandungan vitaminnya akan menurun drastis. Kandungan vitamin, misalnya vitamin C, dalam bahan makanan menurun sangat drastis pada penyimpanan dan pemrosesan. Vitamin ini bisa rusak karena reaksi dengan oksigen (udara), ion logam, pemanasan, dan larutan yang basa. Itu sebabnya vitamin C banyak hilang pada proses masak, terutama lagi pada bahan makanan yang direbus, karena vitamin C sangat tidak stabil di dalam air. JUS VS SMOOTHIE Selama ini, kita biasa menyebut keduanya dengan nama yang sama, yaitu ’jus’. Tanpa memperhatikan bahwa kadar serat dalam kedua jenis jus itu sebetulnya berbeda. Dalam bahasa Inggris, istilah ’jus’ (juice) hanya digunakan untuk hasil akhir proses penyarian buah atau sayuran menggunakan juicer (juice extractor). Sedangkan hasil akhir dari proses pemblenderan disebut dengan istilah smoothie. Istilah keduanya berbeda karena memang keduanya punya perbedaan dalam hal kandungan serat, terutama serat tak larut air. (Ini hanya perkara bahasa. Kalau kita makan di kantin, lalu pesan smoothie mangga, mungkin saja penjualnya akan mengeryitkan dahi). Kulum di Mulut Lebih Dulu Dr. B. Jensen’s, dalam bukunya Terapi jus, Menuju Hidup Sehat dan Panjang Umur (terbitan Bhuana Ilmu Popuer), mengatakan, bubur buah atau sayur hasil blenderan harus dianggap sebagal makanan padat. Seperti bubur, jangan diangap sebagai minuman. Meskipun bentuknya sudah halus, makanan ini harus tetap dikunyah terlebih dahulu supaya tercampur dengan air ludah. Pencampuran dengan air ludah ini akan membantu proses pencernaan karena di dalam Iudah terdapat enzim cema. Pada proses pemblenderan, serat buah atau sayuran hanya mengalami proses pengecilan ukuran. Cuma dihaluskan saja. Saat keluar dari blender, jumlah kandungan seratnya sama dengan saat masuk blender. Tapi pada juicer, buah atau sayuran tidak hanya mengalami proses penghalusan serat melainkan juga penyaringan. Ini memang fungsi utama juicer. Alat ini memang didisain untuk mengambil sari buah dan sayuran kemudian membuang ampasnya. Hasil akhirya berupa sari dalam bentuk cairan yang encer. Ampasnya, yang tak lain tak bukan adalah serat, dibuang ke kotak sampah. Tidak Rusak Saat Dimasak Serat punya sifat kimia yang stabil. Ia berbeda dengan vitamin, misalnya. Kebetulan kedua bahan ini merupakan kandungan utama buah dan sayuran. Jika dimasak dengan suhu tinggi, vitamin (terutama vitamin larut air, seperti vitamin B dan C) mudah rusak karena sifatnya yang labil terhadap panas. Tapi serat tidak. Secara kimia, strukturnya tidak berubah meskipun ia direbus, dikukus, atau ditumis. Karena itu, proses pemanasan tidak mengurangi manfaat serat buat kesehatan. Serat Jus Lebih Sedikit Ketika buah dan sayuran dimasak atau dihaluskan menggunakan blender, jumlah kandungan seratnya tidak berubah. Yang berubah hanya ukurannva. Perubahan ukuran ini akan berpengaruh terhadap efek yang ditimbulkan di lambung dalam keadaan halus, misalnva setelah diblender, serat hanya akan mampir sebentar di lambung. Itu sebabnya rasa kenyang yang ditimbulkan juga tidak lama. Jika ukuran serat lebih besar, maka ia akan tinggal lebih lama di lambung. Sehingga efek kenyang yang ditimbulkan juga lebih lama. Itu sebabnya, jika kita menginginkan efek kenyang lebih lama, kita sebaiknya mengonsumsi serat buah dan sayur dalam keadaan utuh, bukan serat halus setelah diblender. Fungsi serat sebagai pengenyang seperti ini diperlukan, misalnya, oleh mereka yang sedang menjalani diet agar tidak banyak makan karena cepat lapar. Jangan Lupa Vitaminnya Di dalam jus (juice, sari buah atau sayuran) memang masih terdapat serat, tapi berupa serat larut air. Serat tak larut air akan terbuang sebagai ampas. Itu sebabnya, jika kita menginginkan manfaat serat kasar dari buah dan sayuran, pemblenderan Iebih dianjurkan daripada penyarian dengan juicer. Apakah itu berarti smoothie pasti lebih baik daripada jus? Tidak selalu. Sebab, ada kondisi tertentu ketika buah dan sayuran Iebih dianjurkan dikonsumsi sebagai jus. Ini misalnya pada orang yang sedang menjalani terapi jus. Pada terapi jus, bentuk saripati dianjurkan karena memang bagian utama yang dimanfaatkan bukan seratnya, melainkan kandungan gizi lain. Misalnya vitamin, mineral, enzim, flavonoid, antioksidan, dan bahan-bahan fitokimia lainnya yang banyak terdapat di dalam buah dan sayuran. Dalam bentuk saripati (jus), konsentrasi bahan-bahan ini Iebih tinggi jika dibandingkan di dalam smoothie. Ketika kita mengonsumsi buah dan sayuran, yang perlu diperhatikan bukan hanya perkara serat. Tujuannya jelas, memperoleh manfaat maksimal dari makanan ini. Jika kita terpaku pada serat, mungkin saja kita akan melupakan mikronutrien penting seperti vitamin dan kandungan fitokimia lainnya. Ini penting diperhatikan karena proses pengolahan buah dan sayuran kadang mengorbankan kandungan vitaminnya. Ini memang bukan perkara serat. Tapi tetap perlu diperhatikan supaya kita tidak terjebak: mengonsumsi serat tapi melupakan vitamin. Seni Bikin Jus & Smoothie Agar jus dan smoothie menarik untuk dikonsumsi, ada beberapa tips yang mungkin bisa dicoba. • PiIih kualitas buah dan sayuran yang bagus. Jika mungkin pilih yang organik. Cuci bersih sebelum diblender atau dijus. • Jika kulitnya bisa dimakan dan tidak terlalu keras, bagian ini tidak perlu dikupas. Kecuali jika khawatir terhadap, misalnya, lapisan tilin atau sisa pestisida (Buah tertentu misalnya apel impor sering mengandung lapisan lilin untuk menjaga kesegarannya) • Jika rasanya kurang enak, kita bisa mengkombinasikannya dengan buah lain. Misalnya dengan cara ditambah sari jeruk nipis. Jika ingin tampilannya lebih menarik secara visual, kita bisa mengombinasikan beberapa macam buah dan sayur yang warna-warni. • Jika mungkin, tak usah ditambah gula. Sajikan dalam keadaan segar. Sumber : Intisari-Online.com – Intisari Extra Sehat 2012, edisi Pebruari 2012, hal 15-23. juli 2012 mimbar 25 sekilas info TIPS MEMILIH ASURANSI Pilih Asuransi Sesuai Kebutuhan • Pahami terlebih dahulu jenis asuransi yang ditawarkan, apakah asuransi jiwa, pendidikan, asuransi hari tua, ataukah tabungan jangka panjang. • Kumpulkan informasi produk asuransi dan perusahaannya. Caranya, datangi langsung agen penjualan di kantor atau cabang terdekat. • Jelaskan kepada agen semua hal terkait kemampuan dan kebutuhan Anda kemudian mintalah agen membuat analisisnya. • Teliti sebelum membeli. Cari informasi agen asuransi di dua atau tiga perusahaan, pelajari masing-masing dan cari tahu Iebih detail. Soalnya, agen asuransi kadang memberi penjelasan dengan menutup-nutupi sisi kekurangan asuransi yang ditawarkan. • Cobalah bandingkan satu agen asuransi dengan agen lainnya agar tahu yang terbaik. • Cari berita di internet tentang perusahaan asuransi yang akan Anda pilih. Sebuah perusahaan yang kelihatan mentereng bisa saja tiba-tiba kolaps, seperti yang sering kita baca beritanya. • Cari tahu bagaimana pelayanan yang diberikan agen asuransi karena ini rnenyangkut investasi jangka panjang. • Cari second opinion kepada teman, keluarga atau sahabat tentang asuransi yang mereka ikuti, bagaimana pelayanannya, dan lain-lain. Cara ini sangat berguna buat kita yang tak punya hanyak waktu mempelajari asuransi. • Baca dengan baik aturan dan polisnya. Hanyak sekali orang yang mengahaikan hal ini. Bahkan setelah tercatat sebagai pemegang polis, mereka tidak membaca dengan baik hak dan kewajiban. • Selalu monitor perkembangan investasinya. Pastikan Anda mengenal dengan baik agen asuransi. Jika sewaktu-waktu ada yang perlu ditanyakan, Anda bisa menghubunginya dengan mudah dan cepat. • Bersikaplah realistis. Jangan ikut-ikutan menjadi nasabah asuransi padahal sebetulnya Anda tidak membutuhkan. Sumber : Intisari-Online.com – Intisari Extra Sehat 2012, edisi Pebruari 2012, hal 226 PENINGKATAN KONSUMSI HORTIKULTURA JAWA TIMUR SESUAI PERATURAN GUBERNUR JATIM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PRODUK IMPOR HORTIKULTURA DAN PEMBERDAYAAN USAHA HORTIKULTURA DI JAWA TIMUR 1. BANGSA YANG MAJU ADALAH BANGSA YANG CERDAS, ORANG CERDAS PILIH PRODUK HORTIKULTURA DALAM NEGERI. AYO CERDASKAN BANGSA, RAKYAT CERDAS INDONESIA SEMAKIN DI DEPAN!! 2. TIADA HARI TANPA SAYUR DAN BUAH, ORANG CERDAS PILIH SAYUR DAN BUAH NEGERI SENDIRI 26 mimbar juli 2012 3.JADILAH ORANG CERDAS YANG MENGKONSUMSI PRODUK HORTIKULTURA DALAM NEGERI 4.KONSUMSI BUAH DAN SAYUR DALAM NEGERI, JADIKAN TUBUH PENUH GIZI DAN BANGSA TUMBUH MANDIRI 5. KONSUMSI PRODUK HORTIKULTURA DALAM NEGERI, JADIKAN TUBUH PENUH GZI, BANGSA TUMBUH CERDAS DAN MANDIRI 6. CINTAILAH AKU PRODUK LOKAL LEBIH SEHAT DAN SEGAR ruang seni CINTAI PEKERJAAN ANDA Bila Anda tidak mencintai pekerjaan Anda Maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana Rasakan kegembiraan dari pertemuan itu Dan pekerjaan pun jadi menyenangkan Bila Anda tidak bisa mencintai rekan-rekan kerja Anda Maka cintailah suasana gedung kantor Anda Ini mendorong gairah untuk berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi Bila toh Anda tidak bisa melakukannya Cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja Anda Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga Namun bila anda tidak menemukan kesenangan di sana Maka cintailah apa pun yang bisa Anda cintai Tanaman penghias meja, cicak di atas dinding atau gumpalan awan dari balik jendela Bila Anda tidak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan Anda Maka, mengapa Anda di situ ? Tidak ada alasan bagi Anda untuk tetap bertahan Cepat pergi dan carilah apa yang Anda cintai Lalu bekerjalah di sana Hidup hanya sekali Tak ada yang lebih indah selain melakukannya dengan rasa cinta yang tulus Tulus bekerja adalah ibadah Namun... ingatkanlah diri kita..... bahwa...... Bekerja bukan semata-mata ibadah Bekerja adalah Amanah Sekecil apa pun tak kan bisa luput dari pertanggungjawaban di akhirat kelak M. KHAERUL ANAM, S.Kep.,Ns, (Pelaksana Keperawatan R, Seruni) juli 2012 mimbar 27 tokoh Tokoh kali ini menampilkan sosok Bapak Sugeng yang tiap hari nya bertugas di IRD Dr. Soetomo. SUGENG Bagian IPS-IRD RSUD Dr. Soetomo Riwayat Pekerjaan: - Mulai bekerja pada tanggal 1 agustus 1985 di RSUD Kabupaten Magetan, sebagai tenaga pembantu perawat di R. Bedah. Kemudian di pindah ke R. penyakit dalam laki-laki dan pada tanggal 30 juni 1989 diberi kepercayaan untuk merangkap sebagai tenaga petugas pemeriksa mayat & rontgen. - Pada akhir tahun 1989 pak Sugeng mengajukan permohonan untuk dapat pindah dan bekerja di Surabaya dengan alasan agar dapat berkumpul dengan keluarga. Pada tanggal 7 Januari 1990 berhasil pindah dan mulai bekerja di RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Awalnya beliau ditempatkan di IPS RSUD Dr. Soetomo di bagian office (operation room). Kemudian pada 9 september 1995 kepala IPS (yang menjabat saat itu, red) memberi kesempatan untuk mengikuti training operator boiler steam selama satu setengah 28 mimbar juli 2012 - bulan di Jakarta, sejak saat itulah pak Sugeng mulai bertugas sebagai mekanik. Pada tanggal 30 Agustus 2000 pak Sugeng ditugaskan di IRD Dr.Soetomo, untuk melaksanakan pemeliharaan sarana khusus di IRD. Pekerjaannya sebagai mekanik di IRD dijalani hingga sekarang, saat jam kerja pak Sugeng dapat ditemui di ruang IPS IRD atau dapat pula di bengkel. Pengalaman selama bekerja di RSUD Dr.Soetomo: Selama 22 tahun bekerja di RSUD Dr.Soetomo, tentu banyak pengalaman yang diperoleh. Berikut pengalaman-pengalaman yang paling berkesan bagi Pak Sugeng: - Bekerja dibagian IPS sangat menyenangkan bagi pak Sugeng, terlebih lagi saat diberi kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan alat rumah sakit yang seluruhnya dilaksanakan di Jakarta. Pak sterilisator yang harus siap 24 jam, maka mau tidak Sugeng merasa diberi kesempatan untuk menambah ilmu dan mengembangkan kemampuannya sebagai mau harus segera ke RS dan segera dikerjakan. “Tidak perduli saat tengah malam ataupun hari libur seorang mekanik. Selama ini beliau sudah 3 kali mengikuti pelatihan alat Boiller Steam, Generating Set, tetap harus berangkat, namanya juga tugas,” kata pak Sugeng. dan Gas Medis. - Menggerindra, merupakan pengalaman yang tidak terlupakan bagi pak Sugeng. Biasanya tugas khususnya ini dilakukan pada pasien kecelakaan kerja Pesan-pesan: Berikut pesan-pesan yang diberikan Pak sugeng yang akan pensiun 4 tahun lagi: ataupun pasien yang anggota tubuhnya terjebak dengan benda. Sudah banyak kasus-kasus seperti - Bekerjalah dengan dasar tanggung jawab, ikhlas, dan jujur. “Karena kita sebagai pekerja di Rumah ini terjadi. Pasien pertama yang ditolong adalah orang gila dari Kediri, pak Sugeng menggerindra Sakit tidak hanya bekerja untuk uang tapi juga untuk menolong orang lain (pasien, red), jadi kalau bekerja klaker yang di cincinkan ke alat vitalnya. Sedang jangan pamrih , percaya Allah akan membalas hal kasus yang paling berkesan adalah saat pak sugeng menolong pekerja pabrik bakso yang tangannya yang baik dengan yang baik.” ujar Pak Sugeng. - Selalu semangatlah dalam bekerja, harus yakin kita terjebak di alat penggiling daging, tangan pasien ini terancam diamputasi. Tapi beruntung alat itu dapat bisa menyelesaikan pekerjaan itu. “Bila ada rasa malas, harus ingat pasien yang sedang membutuhkan dihancurkan dan tangan pasien dapat terselamatkan, sehingga pasien dengan ekonomi rendah ini pun dapat menggunakan tanganya kembali untuk alat yang sedang rusak, jadi ada semangat untuk memperbaiki alat itu.” kata pak sugeng. menghidupi keluarga. “Tugas khusus” pak sugeng ini sempat menarik perhatian wartawan sehingga profilnya juga sempat dimuat di koran Jawa Pos. Suka dan Duka Selama Bekerja di RSUD Dr.Soetomo: Semua hal selalu ada dua sisi, sama hal nya dengan pekerjaan pasti ada suka dan duka. Namun apa pun itu pekerjaan tetaplah tanggung jawab yang harus dipenuhi. Suka dan duka selama melaksanakan tugas: a. Suka: - Bila atasan memberi tanggung jawab, maka sangat senang sekali bila dapat mengerjakannya dengan baik, maksimal, dan tepat waktu. - Pihak IRD Dr.Soetomo memperhatikan pekaryanya dan tidak segan untuk memberikan tanda terimakasih atas loyalitas pekaryanya, sehingga hal ini dapat memacu pekaryanya untuk mempertahankan dan meningkatkan loyalitas. “Contohnya ini..”ujar pak Sugeng sambil menunjukkan piagam penghargaan pegawai teladan 2007 yang diberikan oleh pihak IRD Dr.Soetomo. a. Duka: - Bila ada tugas yang urgent dari IRD seperti listrik padam, rusaknya alat-alat medis maupun Riwayat Pendidikan: - SDN Bronggalan (6 tahun) - Sekolah Teknik Yayasan Pembangunan (3 Tahun) - Sekolah Teknik Menengah Yayasan Pembangunan (3 Tahun) - Pelatihan Anatomi dan Bedah Mayat - Pelatihan – pelatihan peralatan Rumah sakit Riwayat Hidup: Pak Sugeng lahir di Surabaya tanggal 28 Desember 1960. Merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara. Anak dari bapak Kaprawi (alm.) dan ibu Sarmi ini sangat dipercaya oleh keluarganya terutama saat mengambil keputusan dalam permasalahan, meskipun usia nya paling muda diantara saudara-saudara nya. Pada tanggal 17 Maret 1989, menikah dengan Minarsih yang bekerja di Inna Simpang Surabaya. Dari pernikahan tersebut telah dikaruniai 2 orang putri dan 1 orang putra: - Santy Yulia Subekti, putri pertama yang sedang menempuh Tugas akhir S1 Farmasi di Universitas Jember. - Intan Kukuh Kinasih, alumni SMF Surabaya dan sekarang bekerja di RS. Husada Utama. - Pochik Try Walachirin, kelas 3 di SMAN 3 Surabaya dan baru saja menyelesaikan UNAS SMA. juli 2012 mimbar 29 ruang wanita AYAM PANGGANG TALIWANG (Untuk 10 porsi) Eko Dwi Martini, DCN – Unit Gizi GRIU Graha Amerta BAHAN : - 1 ekor ayam kampung yang muda, buang kepala dan kaki - 1 sdm garam - 2 sdm minyak untuk menumis - 2 sdm air jeruk LUMPUR PUTRI HIJAU (Untuk 10 porsi) Eko Dwi Martini, DCN – Unit Gizi GRIU Graha Amerta Bahan : Kulit: • 100 gr tepung terigu • 2 butir telur • 180 cc santan encer • 1 ikat daun suji, peras ambil sarinya • Secukupnya garam Isi: • 50 gr tepung beras • 4 sdm tepung maizena • 100 cc santan encer • Secukupnya garam Cara membuat : Adonan isi: 1. Encerkan tepung maizena dengan air dingin. 2. Campur tepung beras dengan santan encer dan garam secukupnya,masak di atas api kecil, aduk hingga rata. 3. Tambahkan larutan tepung maizena, aduk perlahan hingga matang. Adonan dadar: 1. Letakkan tepung terigu dalam mangkuk, lalu pecahkan telur ditengahnya. 2. Aduk perlahan hingga tercampur. 3. Tuangi santan sedikit demi sedikit, tambahkan perasan daun suji dan aduk sampai adonan licin. 4. Letakkan adonan di atas cetakan kue lumpur, panggang di atas api kecil, ratakan sesuai cetakan. 5. Letakkan adonan isi didalam adonan dadar, ratakan. 6. Panggang hingga matang, angkat dan dinginkan Kandungan Zat Gizi per porsi : Energi : 115,21 kalori Protein : 3,44gram : 4,38gram Lemak : 15,5gram Karbohidrat 30 mimbar juli 2012 Bumbu yang dihaluskan : - 10 butir bawang merah - 3 siung bawang putih - 200 gr tomat - 1 sdt terasi Cara membuat : - Belah dada ayam jangan sampai putus, lalu tekan-tekan ayam supaya terbuka dengan baik. - Lumuri ayam dengan garam dan minyak, sisihkan. - Panggang ayam selama 5 menit dengan api kecil, olesi ayam dengan campuran air jeruk dan bumbu halus sampai rata. - Panggang ayam di atas api kecil sampai matang sambil sesekali di balik dan diolesi bumbu. - Tumis bumbu sampai matang dan sajikan bersama ayam panggang. Kandungan Zat Gizi per porsi : Energi : 164 kalori Protein :9,3 gram Lemak : 13,6gram Karbohidrat : 0,84gram ruang unik & lucu BUKANYA JAM 9 !! Pada suatu hari di GPDT ada seorang bapak bertanya pada satpam . Bapak : Kulo badhe dateng lantai kalih miyos pundi nggih? Satpam : kalau mau ke lantai 2 lewat sini (sambil menunjuk kearah lift) Bapak tersebut beijalan menuju pintu lift kemudian mengetuk-ngetuk pintu lift sambil berteriak "Assalamu'alaikum" Suster : Bapak sabar ya ... nanti pintunya akan terbuka sendiri Bapak tersebut tetap membuka pintu lift dengan paksa. Bapak : Pintunya kok mboten dibuka nggih sus? (sambil garuk-garuk kepala dan seperti mengingatingat sesuatu) Oo . . . bukanya jam 9 Suster ... ??? Yuniana Primawanti - Irna Obgyn/R. Cendrawasih IDOLAKU Ada kejadian nyata yang terjadi di R.SEJAHTERA, pada waktu pasien makan siang. Ada seorang pasien perempuan yang tidak mau makan karena ingin bertemu dengan bapak SBY dulu dan pasien tersebut bertanya kepada perawat. " Suster mana bapak SBY? Kok sudah lama saya tidak bertemu dengannya". Jawab perawat : " Beliau sudah pensiun Bu". Kemudian lewatlah seorang Perawat laki-¬laki, tiba-tiba pasien mengatakan dengan sangat gembira : " Lho, disini ternyata ada M. Safee Salitoh. Dia salah satu pemain sepak bola dari Malaysia. Suster M.Safee Sall itu idolaku lho…” Lalu pasien berkata pada suster yang merawat: " Oke suster! Saya mau makan, karena saya sangat senang sekali hari ini bisa bertemu dengan idola saya yaitu: M. Safee Sali". Walaupun bapak SBY tidak kemari , yang penting ada idolaku M. Safee Sali, hatiku sudah terobati. Kemudian si pasien mau makan dengan lahab sekali, karena pasien merasa senang bertemu dengan sang idolanya. Setelah itu perawat kembali ketempat R. Perawat, lalu menceritakan kejadian tersebut kepada teman- teman perawat R. sejahtera yang dinas pada waktu itu. Kemudian semuanya tertawa ha.. . ha... ha.. . Yang dimaksud bapak SBY adalah perawat laki-laki yang mirip dengan bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono, yaitu : Bpk. Guntur Supriyanto, S.St. Sekarang beliau sudah pension. Yang dimaksud M. Safee Sall adalah perawat laki — laki yang mirip dengan M. Safee Sali pemain timnas sepak bola Malaysia, yaitu: Zaenal Abidin,Amd.Kep. Eko Lesmono K.Amd.PK - TU R.Sejahtera Baju Baru ........ Alhamdulilah Yah .... Hari senin saat pertama kalinya karyawan dr Soetomo memakai seragam baru. Dengan lagak sok jadi wartawan investigasi, perawat C menanyai sejawatnya. Perawat C : Bagaimana perasaan anda memakai baju baru? Perawat Y :Waduh deg-degan aku seperti saat pertama kali ketemu suamiku dulu Perawat C : ??? heeeeee Bagaimana dengan anda perawat I soalnya Perawat I : semriwing (sambil tersenyum) jeroannya keliatan Perawat C : (Tersenyum) Kalau anda perawat M? Perawat M : Alhamdulilah yah ......sesuatu.......(versi syahrini) Perawat C : hahahaha iya ...... Subhanallah yah ...... (Aneh-aneh aja jawaban dari teman-teman) Chilmiati Aris Tsania, S. Kep. NS - SMF Penyakit Paru SALTUM alias Salah Konstum Ada pegawai di Instalasi Radioterapi RSUD Dr. Soetomo – P – bersemangat memakai seragam dinas PNS (warna khaki/coklat) yang baru diambilnya dari penjahit. Dengan bangganya dia ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah PN yang tertib, teladan dan patut dicontoh. Dengan rasa percaya diri yang tinggi berangkatlah dia ke Unit Kepegawaian untuk mengurus SK CPNS-nya dengan mengenakan seragam dinas tersebut Di Unit Kepegawaian... P : Selamat pagi Pak... UP : Ada perlu apa Mas, Ada yang bisa saya bantu ? P : Mau mengambil SK CPNS Pak. UP : Sampeyan pegawai mana mas'? P : Saya pegawai RSUD Dr. Soetomo Pak. UP : Ah, masa' si Mas... saya ga' percaya kalo Mas pegawai sini. P : Lha saya kan pakai seragam Soetomo nih Pak. UP : (sambil melihat dari atas sampai ke bawah, dan mengernyitkan alis dan menahan tawa sambil menjawab) Semua orang juga bisa pakai seragam kaya Mas.... P : Masa' Bapak ga percaya sih sama saya, ini lho keplek pegawai saya. (sambil setengah berteriak. si-P ngotot) UP:Nah... kalo itu baru saya bisa percaya, tapi kalo masalah seragam sebaiknya Mas ngaca dulu ama orang-orang di sekeliling. P : .... (agak bingung, dan melihat sekelilingnya yang semuanya menahan tawa) UP: Semangat sih boleh – boleh saja Mas... tapi inget-inget hari donk... Masa' hari Jum'at pakai seragam Coklat..kan harusnya Batik. Hehehe (akhirnya ketawa setelah menahan cukup lama diikuti oleh semua orang di ruangan Unit Kepegawaian) Akhirnya si-P mengambil langkah seribu meninggalkan ruang Unit kepegawaian dengan menahan malu. Chintya - Instalasi Radioterapi DIMASUKKAN BUBUR Pagi hari di ruang interna wanita, seorang pasien dengan konstipasi diberikan resep pencahar suppositoria. Resep dibawa oleh keluarga pasien dan dilayani oleh asisten apoteker di UPF ruangan. Pada saat penyerahan obat, asisten apoteker menyerahkafl 2 Suppositoria sambil rnenjelaskan : "Pak, ini nanti dimasukkan ke dalam dubur ya". Siangnya pasien kembali ke UPF dan kebetulan bertemu dengan apoteker supervisor ruangan. Keluarga Pasien : "Mbak, ibu Sava itu tidak dapat bubur mbak" Apoteker : "Loh, terus apa masalahnya pak" Keluarga pasien: "Katanya mba,(-nya tadi, obat ini dimasukkan dalam bubur pak" Apoteker : "Loh pak, ini buat pencahar. Bukan dimasukkan dalam bubur tapi dimasukkan dalam dubur" Keluarga pasien : "Dubur itu apa pak?" Apoteker : "Dubur itu si** * ituloh pak, kan ini biar gampang buang air besar" Keluarga pasien : "Ow, saya kira ini dimasukkan bubur pak" Apoteker :"Ya sudah pak, dimasukkan sekarang ke duburnya. Nanti kalau sudah lancar buang air besar nggak usah dipakai lagi" Untung keluarga pasien tadi bertanya. Kalau benar-benar dimasukkan bubur, bagaimana rasa buburnya ya? Halim P. Jaya, Apt – Instalasi Farmasi juli 2012 mimbar 31 kuis mimbar Tebak Siapa Dia ? ? ? Tulis nama lengkap dan unit kerjanya !!! ak : bat 6 minggu eja redaksi paling lam dim ai mp sa hir ak ter • Jawaban terbitan setelah terbit. majalah “Mimbar” mumkan pada diu ng na me Pe • berikutnya. di ganggu gugat. mutlak tidak dapat njukkan • Keputusan juri sendiri dengan menu mengambil hadiah rus ha ng na me Pe • 88 kartu identitas. PKRS Telp. 1086-10 di kantor Instalasi il mb dia t pa da h • Hadia pada Jam kerja. . 75.000,Hadiah sebesar Rp Ketentuan meneb Su Doku Teka-Teki abad ini : Kita dipersilahkan mengisi kotak-kotak itu dengan angka mulai dari 1 sampai 9. Syaratnya tidak boleh ada pengulangan angka di dalam satu kolom, juga di dalam satu baris, serta didalam setiap kotak parsial 3 x 3. Sebagai patokan awal, beberapa kotak telah diisi dengan angka-angka pembuka, kita kemudian melanjutkan. Jawaban Su Doku 9 1 6 8 5 4 2 3 8 4 2 1 7 3 6 9 8 8 7 3 6 2 9 1 4 5 7 9 8 3 6 2 4 5 1 1 2 4 9 8 5 7 6 3 3 6 5 7 4 1 9 8 2 6 3 9 2 1 8 5 7 4 4 8 1 5 9 7 3 2 6 2 5 7 4 3 6 8 1 9 2 7 6 9 1. Catur Endra K Analis Medis Lab. Mikrobiologi RSUD Dr. Soetomo Sby 2. Dewi Rachmawati Farmasi Bapenkar RSUD Dr. Soetomo Sby Jawaban “Kuis Mimbar” Vol. 16, No.2 : Tebak Siapa Dia: 9 1 3 5 6 Pemenang Su Doku : Pemenangnya : 4 8 7 5 5 4 8 9 8 6 5 6 7 9 2 2 7 9 4 Angket Berhadiah Dolaji, A.Md.Kep. Kepala Ruangan Rosela I RSUD Dr. Soetomo Surabaya Artikel apa yang paling anda senangi pada edisi Mimbar edisi ini : 1. ...................................................................... ...................................................................... Pemenangnya : 2. ...................................................................... ...................................................................... 1. Djoko Apendi Ruang Isolasi Khusus RSUD Dr. Soetomo Sby 2. Ruri Dwistya NP Sub Bag Akuntansi RSUD Dr. Soetomo Surabaya 32 mimbar juli 2012 1 Pemenang Angket Berhadiah : Yunanik CV Nusa Perkasa Lantai 7 (Artikel Ruang Seni & R. Keluarga) Seminar Nasional Perumahsakitan serta Surabaya Hospital Expo VIII Shangrila Hotel, 18-20 April 2012 (Tampak kiri) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PD Persi dan Polda Jatim dan (kanan) Gubernur Jatim Ir. Soekarwo memukul gong sebagai tanda Seminar dan Hospex dibuka. Direktur RSUD Dr. Soetomo, Dodo Anondo, dr., MPH foto di stan pameran RSUD Dr. Soetomo bersama para peserta seminar & panitia. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia, Menimbang :a.bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya; b. bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya; c. bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu mengatur Rumah Sakit dengan UndangUndang; d.bahwa pengaturan mengenai rumah sakit belum cukup memadai untuk dijadikan landasan hukum dalam penyelenggaraan rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d serta untuk memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan Rumah Sakit, perlu membentuk Undang-Undang tentang Rumah Sakit; Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG SAKIT RUMAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 2. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. 3. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 4. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit. 5. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 6. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. juli 2012 mimbar i Pasal 3 Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan: a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit; c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit. BAB III TUGAS DAN FUNGSI Pasal 4 Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pasal 5 Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit; b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis; c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan; BAB IV TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH Pasal 6 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk : a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat; b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; c. membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit; d. memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab; e. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; f. menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah Sakit sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat; g. menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat; h. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat bencana dan kejadian luar biasa; i. menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan j. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi tinggi dan bernilai tinggi. (2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ii mimbar juli 2012 dilaksanakan berdasarkan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan BAB V PERSYARATAN Bagian Kesatu Umum Pasal 7 (1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. (2) Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta. (3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Bagian Kedua Lokasi Pasal 8 (1) Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit. (2) Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut Upaya Pemantauan Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan dan/atau dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) Ketentuan mengenai tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. (4) Hasil kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada studi kelayakan dengan menggunakan prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi dan efektivitas, serta demografi. Bagian Ketiga Bangunan Pasal 9 Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi : a. persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan b. persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. Pasal 10 (1) Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. (2) Bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas ruang: a. rawat jalan; b. ruang rawat inap; c. ruang gawat darurat; d. ruang operasi; e. ruang tenaga kesehatan; f. ruang radiologi; g. ruang laboratorium; h. ruang sterilisasi; i. ruang farmasi; j. ruang pendidikan dan latihan; k. ruang kantor dan administrasi; l. ruang ibadah, ruang tunggu; m. ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; n. ruang menyusui; o. ruang mekanik; p. ruang dapur; q. laundry; r. kamar jenazah; s. taman; t. pengolahan sampah; dan u. pelataran parkir yang mencukupi. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kelima Sumber Daya Manusia Pasal 12 (1) Persyaratan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) yaitu Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan. (2) Jumlah dan jenis sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit. (3) Rumah Sakit harus memiliki data ketenagaan yang melakukan praktik atau pekerjaan dalam penyelenggaraan Rumah Sakit. (4) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Bagian Keempat Prasarana Pasal 11 (1) Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dapat meliputi: a. instalasi air; b. instalasi mekanikal dan elektrikal; c. instalasi gas medik; d. instalasi uap; e. instalasi pengelolaan limbah; f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran; g. petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat; h. instalasi tata udara; i. sistem informasi dan komunikasi; dan j. ambulan. (2) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit (3) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik. (4) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya. (5) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 14 (1) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga kesehatan asing sesuai dengan kebutuhan pelayanan. (2) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan alih teknologi dan ilmu pengetahuan serta ketersediaan tenaga kesehatan setempat. (3) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan bagi tenaga kesehatan asing yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Praktik (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan tenaga kesehatan asing pada ayat (1) ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 13 (1) Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di Rumah Sakit wajib memiliki Surat Izin Praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien. (4) Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Keenam Kefarmasian Pasal 15 (1) Persyaratan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau. (2) Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti standar pelayanan kefarmasian. (3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu. (4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah Sakit harus wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang ditetapkan Pemerintah. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan juli 2012 mimbar iii kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Ketujuh Peralatan Pasal 16 (1) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai. (2) Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. (3) Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang. (4) Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien. (5) Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya. (6) Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan (7) Ketentuan mengenai pengujian dan/atau kalibrasi peralatan medis, standar yang berkaitan dengan keamanan, mutu, dan manfaat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 17 Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit. BAB VI JENIS DAN KLASIFIKASI Bagian Kesatu Jenis Pasal 18 Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Pasal 19 (1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. (2) Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. (3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Pasal 20 (1) Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat. (2) Rumah Sakit publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. (3) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. iv mimbar juli 2012 (4) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat. Pasal 21 Rumah Sakit privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero. Pasal 22 (1) Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan. (2) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan. Pasal 23 (1) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya. (2) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring Rumah Sakit Pendidikan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Bagian Kedua Klasifikasi Pasal 24 (1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit. (2) Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : a. Rumah Sakit umum kelas A; b. Rumah Sakit umum kelas B c. Rumah Sakit umum kelas C; d. Rumah Sakit umum kelas D. (3) Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : a. Rumah Sakit khusus kelas A; b. Rumah Sakit khusus kelas B; c. Rumah Sakit khusus kelas C. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. BAB VII PERIZINAN Pasal 25 (1) Setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib memiliki izin. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari izin mendirikan dan izin operasional. (3) Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun. (4) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan. (5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan setelah memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Pasal 26 (1) Izin Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi. (2) Izin Rumah Sakit penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapat rekomendasi dari instansi yang melaksanakan urusan penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri. (3) Izin Rumah Sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. (4) Izin Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Pasal 27 Izin Rumah Sakit dapat dicabut jika: a. habis masa berlakunya; b. tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar; c. terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan; dan/atau d. atas perintah pengadilan dalam rangka penegakan hukum. Pasal 28 Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dengan Peraturan Menteri. BAB VIII KEWAJIBAN DAN HAK Bagian Kesatu Kewajiban Pasal 29 (1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban : a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat; b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit; c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya; d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya; e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin; f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/ miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan; g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien; h. menyelenggarakan rekam medis; i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia; j. melaksanakan sistem rujukan; k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundangundangan; l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien; m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien; n. melaksanakan etika Rumah Sakit; o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana; p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional; q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya; r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws); s. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan t. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok. (2) Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi admisnistratif berupa: a. teguran; b. teguran tertulis; atau c. denda dan pencabutan izin Rumah Sakit. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kedua Hak Rumah Sakit Pasal 30 (1) Setiap Rumah Sakit mempunyai hak: a. menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit; b. menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan; d. menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; e. menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian; f. mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan; g. mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan h. mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai promosi layanan kesehatan sebagaimana dmaksud pada ayat (1) huruf g diatur dengan Peraturan Menteri. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif pajak sebagaimana dmaksud pada ayat (1) huruf h diatur dengan Peraturan Pemerintah. Bagian Ketiga Kewajiban Pasien Pasal 31 (1) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya. juli 2012 mimbar v (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Keempat Hak Pasien Pasal 32 Setiap pasien mempunyai hak: a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien; c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi; f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan; g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit; i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya; j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan; k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya; l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis; m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya; n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit; o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya; p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya; q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IX PENYELENGGARAAN Bagian Kesatu Pengorganisasian Pasal 33 (1) Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel. (2) Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. vi mimbar juli 2012 Pasal 34 (1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. (2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia. (3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit. Pasal 35 Pedoman organisasi Rumah Sakit ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Bagian Kedua Pengelolaan Klinik Pasal 36 Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan tata kelola Rumah Sakit dan tata kelola klinis yang baik. Pasal 37 (1) Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah Sakit harus mendapat persetujuan pasien atau keluarganya. (2) Ketentuan mengenai persetujuan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 38 (1) Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran. (2) Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, atas persetujuan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 39 (1) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit harus dilakukan audit. (2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa audit kinerja dan audit medis. (3) Audit kinerja dan audit medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan secara internal dan eksternal. (4) Audit kinerja eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan oleh tenaga pengawas. (5) Pelaksanaan audit medis berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri. Bagian Ketiga Akreditasi Pasal 40 (1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali. (2) Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang berlaku. (3) Lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Keempat Jejaring dan Sistem Rujukan Pasal 41 (1) Pemerintah dan asosiasi Rumah Sakit membentuk jejaring dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan. (2) Jejaring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi informasi, sarana prasarana, pelayanan, rujukan, penyediaan alat, dan pendidikan tenaga. Pasal 42 (1) Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal, maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan. (2) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban merujuk pasien yang memerlukan pelayanan di luar kemampuan pelayanan rumah sakit. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kelima Keselamatan Pasien Pasal 43 (1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien. (2) Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan. (3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Menteri. (4) Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat secara anonim dan ditujukan untuk mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Keenam Perlindungan Hukum Rumah Sakit Pasal 44 (1) Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada publik yang berkaitan dengan rahasia kedokteran. (2) Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit dan menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum. (3) Penginformasian kepada media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan kewenangan kepada Rumah Sakit untuk mengungkapkan rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit. Pasal 45 (1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif. (2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia. Bagian Ketujuh Tanggung jawab Hukum Pasal 46 Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit. Bagian Kedelapan Bentuk Pasal 47 (1) Rumah Sakit dapat berbentuk Rumah Sakit statis, Rumah Sakit bergerak, dan Rumah Sakit lapangan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan Rumah Sakit bergerak dan Rumah Sakit lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. BAB X PEMBIAYAAN Pasal 48 (1) Pembiayaan Rumah Sakit dapat bersumber dari penerimaan Rumah Sakit, anggaran Pemerintah, subsidi Pemerintah, anggaran Pemerintah Daerah, subsidi Pemerintah Daerah atau sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2)Ketentuan lebih lanjut mengenai subsidi atau bantuan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 49 (1) Menteri menetapkan pola tarif nasional. (2) Pola tarif nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan komponen biaya satuan pembiayaan dan dengan memperhatikan kondisi regional. (3) Gubernur menetapkan pagu tarif maksimal berdasarkan pola tarif nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berlaku untuk rumah sakit di Provinsi yang bersangkutan. (4) Penetapan besaran tarif rumah sakit harus berdasarkan pola tarif nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pagu tarif maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Pasal 50 (1) Besaran tarif kelas III Rumah Sakit yang dikelola Pemerintah ditetapkan oleh Menteri. (2) Besaran tarif kelas III Rumah Sakit yang dikelola Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (3) Besaran tarif kelas III Rumah Sakit selain rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit dengan memperhatikan besaran tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pasal 51 Pendapatan Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah digunakan seluruhnya secara langsung untuk biaya operasional Rumah Sakit dan tidak dapat dijadikan pendapatan negara atau Pemerintah Daerah. BAB XI PENCATATAN DAN PELAPORAN Pasal 52 (1) Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah juli 2012 mimbar vii Sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. (2) Pencatatan dan pelaporan terhadap penyakit wabah atau penyakit tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah, dan pasien penderita ketergantungan narkotika dan/ atau psikotropika dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 53 (1) Rumah Sakit wajib menyelenggarakan penyimpanan terhadap pencatatan dan pelaporan yang dilakukan untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pemusnahan atau penghapusan terhadap berkas pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB XII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Umum Pasal 54 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Rumah Sakit dengan melibatkan organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan organisasi kemasyaratan lainnya sesuai dengan tugas dan fungsi masingmasing. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk : a. pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat; b. peningkatan mutu pelayanan kesehatan; c. keselamatan pasien ; d. pengembangan jangkauan pelayanan; dan e. peningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit. (3) Dalam melaksanakan tugas pengawasan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengangkat tenaga pengawas sesuai kompetensi dan keahliannya. (4) Tenaga pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melaksanakan pengawasan yang bersifat teknis medis dan teknis perumahsakitan. (5) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat mengambil tindakan administratif berupa: a. teguran; b. teguran tertulis; dan/atau c. denda dan pencabutan izin. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 55 (1) Pembinaan dan pengawasan nonteknis perumahsakitan yang melibatkan unsur masyarakat dapat dilakukan secara internal dan eksternal. (2) Pembinaan dan pengawasan secara internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Dewan Pengawas Rumah Sakit. (3) Pembinaan dan pengawasan secara eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia. viii mimbar juli 2012 Bagian Kedua Dewan Pengawas Rumah Sakit Pasal 56 (1) Pemilik Rumah Sakit dapat membentuk Dewan Pengawas Rumah Sakit. (2) Dewan Pengawas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan suatu unit nonstruktural yang bersifat independen dan bertanggung jawab kepada pemilik Rumah Sakit. (3) Keanggotaan Dewan Pengawas Rumah Sakit terdiri dari unsur pemilik Rumah Sakit, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh masyarakat. (4) Keanggotaan Dewan Pengawas Rumah Sakit berjumlah maksimal 5 (lima) terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan 4 (empat) orang anggota. (5) Dewan Pengawas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas : a. menentukan arah kebijakan Rumah Sakit; b. menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana strategis; c. menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran; d. mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya; e. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien; f. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah Sakit; dan g. mengawasi kepatuhan penerapan etika Rumah Sakit, etika profesi, dan peraturan perundangundangan; (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Dewan Pengawas Rumah Sakit diatur dengan Peraturan Menteri Bagian Ketiga Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia Pasal 57 (1) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia bertanggung jawab kepada Menteri. (3) Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia merupakan unit nonstruktural di Kementerian yang bertanggung jawab dibidang kesehatan dan dalam menjalankan tugasnya bersifat independen. (4) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia berjumlah maksimal 5 (lima) orang terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan 4 (empat) orang anggota. (5) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia terdiri dari unsur pemerintah, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh masyarakat. (6) Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia dalam melaksanakan tugasnya dibantu sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretaris. (7) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja negara. Pasal 58 Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia bertugas: a. membuat pedoman tentang pengawasan Rumah Sakit untuk digunakan oleh Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi; b. membentuk sistem pelaporan dan sistem informasi yang merupakan jejaring dari Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia dan Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi; dan c. Melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk digunakan sebagai bahan pembinaan. Pasal 59 (1) Badan Pengawas Rumah Sakit dapat dibentuk di tingkat provinsi oleh Gubernur dan bertanggung jawab kepada Gubernur. (2) Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi merupakan unit nonstruktural pada Dinas Kesehatan Provinsi dan dalam menjalankan tugasnya bersifat independen. (3) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi terdiri dari unsur pemerintah, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh masyarakat. (4) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi berjumlah maksimal 5 (lima) terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan 4 (empat) orang anggota. (5) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pasal 60 Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) bertugas : a. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien di wilayahnya; b. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah Sakit di wilayahnya; c. mengawasi penerapan etika Rumah Sakit, etika profesi, dan peraturan perundang-undangan; d. melakukan pelaporan hasil pengawasan kepada Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia; e. melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah untuk digunakan sebagai bahan pembinaan; dan f. menerima pengaduan dan melakukan upaya penyelesaian sengketa dengan cara mediasi. Pasal 61 Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia dan Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi diatur dengan Peraturan Pemerintah. BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 62 Setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan Rumah Sakit tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00(lima milyar rupiah). Pasal 63 (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 (2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa: a. pencabutan izin usaha; dan/atau b. pencabutan status badan hukum. BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 64 (1) Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua Rumah Sakit yang sudah ada harus menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang ini, paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan. (2) Pada saat undang-undang ini berlaku, Izin penyelenggaraan Rumah Sakit yang telah ada tetap berlaku sampai habis masa berlakunya. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 65 Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini berlaku semua peraturan perundang-undangan yang mengatur Rumah Sakit tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini. Pasal 66 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Disahkan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 2009 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 2009 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. PATRIALIS AKBAR LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 153 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat, Wisnu Setiawan juli 2012 mimbar ix PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT I. UMUM Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem kesehatan nasional. Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit. Pada hakekatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Dari aspek pembiayaan bahwa Rumah Sakit memerlukan biaya operasional dan investasi yang besar dalam pelaksanaan kegiatannya, sehingga perlu didukung dengan ketersediaan pendanaan yang cukup dan berkesinambungan. Antisipasi dampak globalisasi perlu didukung dengan peraturan perundang-undangan yang memadai. Peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar penyelenggaraan Rumah Sakit saat ini masih pada tingkat Peraturan Menteri yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan. Dalam rangka memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk meningkatkan, mengarahkan dan memberikan dasar bagi pengelolaan Rumah Sakit diperlukan suatu perangkat hukum yang mengatur Rumah Sakit secara menyeluruh dalam bentuk Undang-Undang. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 x mimbar juli 2012 Cukup jelas. Pasal 2 Yang dimaksud dengan ”nilai kemanusiaan” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit dilakukan dengan memberikan perlakuan yang baik dan manusiawi dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama, status sosial, dan ras. Yang dimaksud dengan ”nilai etika dan profesionalitas” adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki etika profesi dan sikap profesional, serta mematuhi etika rumah sakit. Yang dimaksud dengan ”nilai manfaat” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Yang dimaksud dengan ”nilai keadilan” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang bermutu. Yang dimaksud dengan ”nilai persamaan hak dan anti diskriminasi” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit tidak boleh membedakan masyarakat baik secara individu maupun kelompok dari semua lapisan. Yang dimaksud dengan ”nilai pemerataan” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Yang dimaksud dengan ”nilai perlindungan dan keselamatan pasien” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien. Yang dimaksud dengan “nilai keselamatan pasien” adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit selalu mengupayakan peningkatan keselamatan pasien melalui upaya majamenen risiko klinik. Yang dimaksud dengan “fungsi sosial rumah sakit” adalah bagian dari tanggung jawab yang melekat pada setiap rumah sakit, yang merupakan ikatan moral dan etik dari rumah sakit dalam membantu pasien khususnya yang kurang/tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan Pasal 3 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety” adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Yang dimaksud dengan sumber daya manusia di Rumah Sakit adalah semua tenaga yang bekerja di Rumah Sakit baik tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Pasal 4 Yang dimaksud dengan Pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan memulihkan kesehatan. Pasal 5 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Penapisan teknologi dimaksudkan dalam rangka perlindungan terhadap keamanan dan keselamatan pasien. Pasal 6 Ayat (1) Huruf a Penyediaan Rumah Sakit didasarkan pada perhitungan rasio tempat tidur dan jumlah penduduk. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Informasi meliputi jumlah dan jenis pelayanan, hasil pelayanan, ketersediaan tempat tidur, ketenagaan, serta tarif. Huruf h Yang dimaksud dengan bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak/tidak terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu manusia beserta lingkungannya. Yang dimaksud dengan Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/ kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Huruf i Cukup jelas. Huruf j Yang dimaksud berteknologi tinggi dan bernilai tinggi adalah teknologi masa depan dan teknologi baru yang mempunyai aspek kemanfaatan yang tinggi dalam pelayanan kesehatan. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Kegiatan usaha hanya bergerak di bidang perumahsakitan dimaksudkan untuk melindungi usaha rumah sakit agar terhindar dari risiko akibat kegiatan usaha lain yang dimiliki oleh badan hukum pemilik rumah sakit. Pasal 8 Ayat (1) Kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit meliputi kajian terhadap kebutuhan akan pelayanan Rumah Sakit, kajian terhadap kebutuhan sarana, prasarana, peralatan, dana dan tenaga yang dibutuhkan untuk pelayanan yang diberikan, dan kajian terhadap kemampuan pembiayaan. Studi kelayakan Rumah Sakit merupakan suatu kegiatan perencanaan Rumah Sakit secara fisik dan nonfisik agar Rumah Sakit berfungsi secara optimal pada kurun waktu tertentu. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan lokasi dan tata ruang adalah jika dalam satu wilayah sudah ada Rumah Sakit, maka pendirian Rumah Sakit baru tidak menjadi prioritas, termasuk dalam hal pemekaran wilayah. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 9 Huruf a Bangunan Rumah Sakit merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah yang berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pelayanan. juli 2012 mimbar xi Huruf b Persyaratan teknis bangunan untuk penyandang cacat, anakanak dan orang usia lanjut memiliki karakteristik sendiri. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Termasuk catu daya pengganti atau generator. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Pengelolaan limbah di rumah sakit dilaksanakan meliputi pengelolaan limbah padat, cair, bahan gas yang bersifat infeksius, bahan kimia beracun dan sebagian bersifat radioaktif, yang diolah secara terpisah. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas. Huruf i Cukup jelas. Huruf j Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 12 Ayat (1) Yang dimaksud dengan tenaga tetap adalah tenaga yang bekerja secara purna waktu. Yang dimaksud dengan tenaga nonkesehatan antara lain tenaga administratif, tenaga kebersihan, dan tenaga keamanan. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Yang dimaksud dengan kemampuan meliputi kemampuan dana dan pelayanan Rumah Sakit. Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas. xii mimbar juli 2012 Ayat (2) Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan tertentu adalah tenaga perawat, bidan, perawat gigi, apoteker, asisten apoteker, fisioterapis, refraksionis optisien, terapis wicara, radiografer, dan okupasi terapis. Yang dimaksud dengan izin adalah izin kerja atau izin praktik bagi tenaga kesehatan tersebut. Ayat (3) Yang dimaksud dengan standar profesi adalah batasan kemampuan (capacity) meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap profesional (professional attitude) yang minimal harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi. Yang dimaksud dengan standar pelayanan Rumah Sakit adalah pedoman yang harus diikuti dalam menyelenggarakan Rumah Sakit antara lain Standar Prosedur Operasional, standar pelayanan medis, dan standar asuhan keperawatan. Yang dimaksud dengan standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. Standar prosedur operasional memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi. Yang dimaksud dengan etika profesi adalah kode etik yang disusun oleh asosiasi atau ikatan profesi. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Yang dimaksud dengan alat kesehatan adalah bahan, instrumen, aparatus, mesin, serta implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/ atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan “instalasi farmasi” adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Rumah Sakit. Yang dimaksud dengan sistem satu pintu adalah bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium pengadaan, dan pendistribusian alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien. Ayat (4) Informasi harga obat (perbekalan farmasi) harus transparan atau dicantumkan di dalam buku daftar harga yang dapat diakses oleh pasien. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 16 Ayat (1) Yang dimaksud dengan peralatan medis adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan diagnosa, terapi, rehabilitasi dan penelitian medik baik secara langsung maupun tidak langsung. Yang dimaksud dengan peralatan nonmedis adalah peralatan yang digunakan untuk mendukung keperluan tindakan medis. Yang dimaksud dengan standar peralatan medis disesuaikan dengan standar yang mengikuti standar industri peralatan medik. Ayat (2) Yang dimaksud dengan pengujian adalah keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk membandingkan alat yang diukur dengan standar, atau untuk menentukan besaran atau kesalahan pengukuran. Yang dimaksud dengan kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk menentukan kebenaran nilai penunjukkan alat ukur dan/atau bahan ukur. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7) Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan kekhususan lainnya adalah jenis pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan bidang kedokteran. Pasal 20 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Dalam ayat ini yang dimaksud dengan badan hukum nirlaba adalah badan hukum yang sisa hasil usahanya tidak dibagikan kepada pemilik, melainkan digunakan untuk peningkatan pelayanan, yaitu antara lain Yayasan, Perkumpulan dan Perusahaan Umum. Ayat (3) Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah Pemerintah Pusat termasuk TNI dan POLRI. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar. Ayat (3) Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap. Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas. Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal. Ayat (4) Cukup jelas. juli 2012 mimbar xiii Pasal 25 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan izin mendirikan adalah ijin yang diberikan untuk mendirikan rumah sakit setelah memenuhi persyaratan untuk mendirikan. Yang dimaksud dengan izin operasional adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan standar. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Yang dimaksud dengan standar pelayanan rumah sakit adalah semua standar pelayanan yang berlaku di rumah sakit, antara lain Standar Prosedur Operasional, standar pelayanan medis, standar asuhan keperawatan. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Yang dimaksud dengan ”pasien tidak mampu atau miskin” adalah pasien yang memenuhi persyaratan yang diatur dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Yang dimaksud dengan penyelenggaraan rekam medis dalam ayat ini adalah dilakukan sesuai dengan standar yang secara bertahap diuapayakan mencapai standar internasional Huruf i Cukup jelas. Huruf j Cukup jelas. Huruf k Cukup jelas. Huruf l Cukup jelas. xiv mimbar juli 2012 Huruf m Cukup jelas. Huruf n Cukup jelas. Huruf o Rumah Sakit dibangun serta dilengkapi dengan sarana, prasarana dan peralatan yang dapat difungsikan serta dipelihara sedemikian rupa untuk mendapatkan keamanan, mencegah kebakaran/ bencana dengan terjaminnya keamanan, kesehatan dan keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan lingkungan Rumah Sakit. Huruf p Cukup jelas Huruf r Yang dimaksud dengan peraturan internal Rumah Sakit (Hospital bylaws) adalah peraturan organisasi Rumah Sakit (corporate bylaws) dan peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff bylaw) yang disusun dalam rangka menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Dalam peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff bylaw) antara lain diatur kewenangan klinis (Clinical Privilege). Huruf s Cukup jelas. Huruf t Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Ayat (1) Kewajiban pasien yang dimaksud dalam ayat ini antara lain mematuhi ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit, memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku, memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada tenaga kesehatan di Rumah Sakit, dan mematuhi kesepakatan dengan Rumah Sakit. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 32 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas. Huruf i Cukup jelas. Huruf j Cukup jelas. Huruf k Yang dimaksud dengan pemberian persetujuan atau penolakan atas tindakan kedokteran atau kedokteran gigi dapat berupa seluruh tindakan yang akan dilakukan atau dapat berupa tindakan tertentu yang disetujui. Huruf l Cukup jelas. Huruf m Cukup jelas. Huruf n Cukup jelas. Huruf o Cukup jelas. Huruf p Cukup jelas. Huruf q Cukup jelas. Huruf r Cukup jelas. Pasal 33 Ayat (1) Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit dengan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance). Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 34 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Pimpinan yang harus berkewarganegaraan Indonesia adalah direktur utama, direktur medis dan keperawatan, serta direktur sumber daya manusia. Ayat (3) Yang dimaksud dengan pemilik Rumah Sakit antara lain komisaris perusahaan, pendiri yayasan, atau pemerintah daerah. Yang dimaksud dengan kepala Rumah Sakit adalah pimpinan tertinggi dengan jabatan Direktur Utama (Chief Executive Officer) termasuk Direktur Medis. Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Tata kelola rumah sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen rumah sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip tranparansi, akuntabilitas, independensi dan responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran. Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan profesional, dan akreditasi rumah sakit. Pasal 37 Ayat (1) Setiap tindakan kedokteran harus memperoleh persetujuan dari pasien kecuali pasien tidak cakap atau pada keadaan darurat. Persetujuan tersebut diberikan secara lisan atau tertulis. Persetujuan tertulis hanya diberikan pada tindakan kedokteran berisiko tinggi. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 38 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “rahasia kedokteran” adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang ditemukan oleh dokter dan dokter gigi dalam rangka pengobatan dan dicatat dalam rekam medis yang dimiliki pasien dan bersifat rahasia. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 39 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Audit kinerja adalah pengukuran kinerja berkala yang meliputi kinerja pelayanan dan kinerja keuangan. Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis Ayat (3) Audit medis internal dilakukan oleh Komite Medik rumah sakit Audit kinerja internal dilakukan oleh Satuan Pemeriksaan Internal. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas . Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43 Ayat (1) Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient juli 2012 mimbar xv safety) adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Ayat (2) Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah kesalahan medis (medical error), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss). Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 44 Cukup jelas. Pasal 45 Ayat (1) Pasien berhak menolak atau menghentikan pengobatan. Pasien yang menolak pengobatan karena alasan finansial harus diberikan penjelasan bahwa pasien berhak memperoleh jaminan dari Pemerintah. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 46 Cukup jelas. Pasal 47 Cukup jelas. Pasal 48 Cukup jelas. Pasal 49 Ayat (1) Pola Tarif Nasional adalah pedoman dasar yang berlaku secara nasional dalam pengaturan dan perhitungan untuk menetapkan besaran tarif rumah sakit yang berdasarkan komponen biaya satuan (unit cost). Ayat (2) Yang dimaksud dengan ”biaya satuan (unit cost)” adalah hasil perhitungan total biaya operasional pelayanan yang diberikan Rumah Sakit. Yang dimaksud kondisi regional termasuk didalamnya indeks kemahalan setempat Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. xvi mimbar juli 2012 Pasal 50 Cukup jelas. Pasal 51 Cukup jelas. Pasal 52 Cukup jelas. Pasal 53 Cukup jelas. Pasal 54 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Yang dimaksud dengan pengawasan teknis medis adalah audit medis Yang dimaksud dengan pengawasan teknis perumahsakitan adalah audit kinerja rumah sakit. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 55 Cukup jelas. Pasal 56 Cukup jelas. Pasal 57 Cukup jelas. Pasal 58 Cukup jelas. Pasal 59 Cukup jelas. Pasal 60 Cukup jelas. Pasal 61 Cukup jelas. Pasal 62 Cukup jelas. Pasal 63 Cukup jelas. Pasal 64 Cukup jelas. Pasal 65 Cukup jelas. Pasal 66 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5072