Skripsi ini terdiri dari 5 bab yang memiliki kaitan erat antara satu bab dengan bab yang lainnya. Secara garis besar, isi dari masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, memaparkan mengenai latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. BabII Kajian Pustaka, menguraikan teori-teori dan konsep yang mendasari dan mendukung pokok masalah yang diperoleh dari berbagai literatur yang berhubungan dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini juga menguraikan hipotesis yang merupakan jawaban atau dugaan sementara dari permasalahan dalam penelitian ini serta pembahasan hasil penelitian sebelumnya. Bab III Metode Penelitian, menguraikan tentang lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, tahap-tahap dalam pengambilan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV Pembahasan, menguraikan mengenai gambaran umum Kota Denpasar, serta analisis hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran, memuat simpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya dan memuat saran-saran yang diharapkan akan bermanfaat. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 78 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pasar Pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli barang dan jasa, dimana antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan jual-beli yang mempunyai syarat adanya barang yang diperjualbelikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun (Anonym, 2009). Lebih lanjut dikatakan ada beberapa pengertian pasar, diantaranya. 1. Pengertian secara sempit Pasar adalah suatu tempat pertemuan penjual dan pembeli untuk melakukan transasksi jual beli dan jasa. 2. Pengertian secara luas Pasar adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang memiliki uang untuk membeli barang dengan harga tertentu. Dengan demikian, syarat-syarat terjadinya pasar adalah : (1) Ada tempat untuk berniaga (2) Ada barang dan jasa yang akan diperdagangkan. (3) Terdapat penjual barang tertentu (4) Adanya pembeli barang (5) Adanya hubungan dalam transaksi jual beli. 3. Pengertian pasar secara khusus bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Sebagai sarana distribusi 79 Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya pada konsumen. b. Sebagai pembentuk harga Di pasar terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga terbentuklahharga. c. Sebagai sarana promosi Dengan berbagai macam cara para produsen memperkenalkan hasil produksi kepada konsumen sehingga para konsumen berniat membeli barang tersebut. Menurut Tjiptono (1997:59), definisi pasar adalah permintaan yang dibuat oleh sekelompok pembeli potensial terhadap suatu barang atau jasa. Secara umum, pasar merupakan tempat bertemunya penjual dengan pembeli. Menurut Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007 (Anonym, 2007), pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Berdasarkan definisi diatas, maka ada empat hal penting yang menonjol yang menandai terbentuknya pasar, yaitu: (1) ada penjual dan pembeli, (2) mereka bertemu di sebuah tempat tertentu, (3) terjadi kesepakatan di antara penjual dan pembeli, sehingga terjadi jual beli atau tukar menukar, dan (4) antara penjual dan pembeli kedudukannya sederajat. 2.1.2 Fungsi pasar 80 Keberadaan pasar mempunyai fungsi yang sangat penting. Bagi konsumen, adanya pasar akan mempermudah memperoleh barang dan jasa kebutuhan sehari-hari. Adapun bagi produsen, pasar menjadi tempat untuk mempermudah proses penyaluran barang hasil produksi. Secara umum, pasar mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai sarana distribusi, pembentukan harga, dan sebagai tempat promosi (Anonym, 2008). 1) Pasar sebagai Sarana Distribusi Pasar sebagai sarana distribusi, berfungsi memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen. Pasar dikatakan berfungsi baik jika kegiatan distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen berjalan lancar. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak berfungsi baik, jika kegiatan distribusi seringkali macet. 2) Pasar sebagai Pembentuk Harga Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Di pasar tersebut penjual menawarkan barang-barang atau jasa kepada pembeli. Pembeli yang membutuhkan barang atau jasa akan berusaha menawar harga dari barang atau jasa tersebut, sehingga terjadilah tawar-menawar antara kedua belah pihak. Setelah terjadi kesepakatan, maka terbentuklah harga. Dengan demikian, pasar berfungsi sebagai pembentuk harga. Harga yang telah menjadi kesepakatan tersebut, tentunya telah diperhitungkan oleh penjual dan pembeli. Penjual tentu telah memperhitungkan laba yang diinginkannya, 81 sedangkan pembeli telah memperhitungkan manfaat barang atau jasa serta keadaan keuangannya. 3) Pasar sebagai Sarana Promosi Pasar sebagai sarana promosi artinya pasar menjadi tempat memperkenalkan dan menginformasikan suatu barang/jasa tentang manfaat, keunggulan, dan kekhasannya pada konsumen. Promosi dilakukan untuk menarik minat pembeli terhadap barang atau jasa yang diperkenalkan. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, memasang spanduk, menyebarkan brosur, pameran, dan sebagainya. Banyaknya cara promosi yang dilakukan oleh produsen, membuat konsumen lebih selektif dalam memilih barang yang akan dibeli. Biasanya produsen yang menawarkan barang dengan harga murah dan kualitasnya bagus akan menjadi pilihan konsumen. 2.1.3 Macam-macam pasar Secara garis besar, pasar dapat dikelompokkan menjadi enam macam, yaitu: pasar menurut jenis barang yang diperjualbelikan, waktu bertemunya penjual dan pembeli, luas kegiatan distribusi, fisik pasar serta menurut bentuk dan strukturnya. 1) Pasar Menurut Barang yang Diperjualbelikan Pasar menurut barang yang diperjualbelikan dibedakan menjadi dua, yaitu pasar barang konsumsi dan pasar faktor produksi. (1) Pasar Barang Konsumsi Pasar barang konsumsi adalah pasar yang memperjualbelikan barangbarang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Barang yang 82 diperjualbelikan pada pasar barang konsumsi dapat langsung digunakan oleh konsumen. Contoh pasar barang konsumsi yaitu pasar beras, pasar tekstil, pasar sayur-mayur, pasar buah-buahan, dan pasar kelontong. (2) Pasar Faktor Produksi Pasar barang produksi adalah pasar yang memperjualbelikan beberapa faktor produksi yang berguna bagi kelancaran proses produksi, seperti tembakau, beras, kopi, minyak bumi, tembaga, balai latihan kerja, mesin cetak, mesin tekstil, dan bursa efek. Pada pasar ini, para pemilik usaha (pengusaha) berperan sebagai pembeli, sedangkan penjualnya adalah pemilik faktor produksi. Berdasarkan pemilikan faktor produksi, pasar barang produksi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pasar faktor produksi alam, pasar faktor produksi tenaga kerja, dan pasar faktor produksi modal. 2) Pasar faktor produksi alam Pasar faktor produksi alam adalah kegiatan pertemuan antara calon penjual dan calon pembeli faktor produksi alam. Pasar ini berupa pasar abstrak, barang yang diperdagangkan tidak berada di tempat. Mereka bertemu hanya untuk mengadakan perjanjian jual beli. Misalnya pasar tembakau di Bremen (Jerman), pasar kopi di Sao Paulo (Brasil), dan pasar karet di New York (Amerika Serikat). 3) Pasar faktor produksi tenaga kerja Pasar faktor produksi tenaga kerja adalah pasar yang menyediakan jasa tenaga kerja. Jasa itu diberikan kepada para pengusaha yang membutuhkan tenaga 83 kerja dan denganmemberi imbalan upah atau gaji. Pasar tenaga kerja terjadi apabila pemilik perusahaan menggunakan jasa tenaga kerja dan terjadi perjanjian-perjanjian kerja antara pemilik perusahaan, tenaga kerja, dan serikat kerja. Misalnya bursa tenaga kerja. 4) Pasar faktor produksi modal Pasar faktor produksi modal adalah pasar yang mempertemukan antara penjual dan pembeli atas modal yang berjangka waktu panjang. Modal yang diperdagangkan di pasar modal berbentuk surat berharga. Surat berharga dapat berupa saham dan obligasi. Contoh pasar faktor produksi modal yaitu Bursa Efek Indonesia gabungan antara BEJ dengan BES. 5) Pasar Menurut Waktu Bertemunya Penjual dan Pembeli Pasar menurut waktu bertemunya penjual dan pembeli dibedakan menjadi lima macam, yaitu : (1) Pasar Kaget Pasar kaget adalah pasar sesaat yang terjadi ketika terdapat sebuah keramaian atau perayaan. Contoh pasar kaget antara lain pada saat merayakan ulang tahun suatu daerah terdapat pasar malam, dan sebagainya. (2) Pasar Harian Pasar harian adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli yang berlangsung setiap hari dan barang-barang yang diperjualbelikan merupakan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Contoh pasar sayurmayur, pasar beras, pasar buah, dan pasar daging. 84 (3) Pasar Mingguan Pasar mingguan adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli yang berlangsung seminggu sekali. Contoh pasar mingguan yaitu pasar kliwon, pasar pon, pasar wage, pasar pahing, dan pasar legi. (4) Pasar Bulanan Pasar bulanan adalah pasar yang diselenggarakan satu kali dalam satu bulan dan biasanya menjual barang-barang tertentu. Pasar jenis ini sudah jarang ditemukan. Meskipun ada itu hanya terdapat pada daerah tertentu saja. Contoh: pasar hewan dan sebagainya. (5) Pasar Tahunan Pasar tahunan adalah pasar yang diselenggarakan satu kali dalam satu tahun, dan biasanya bertujuan untuk memperkenalkan produk baru. Biasanya pasar ini dilakukan pada saat menjelang hari-hari besar. Contoh pasar tahunan yaitu Pekan Raya Jakarta, Pasar Malam Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta, dan Pekan Semalam dilaksanakan setiap bulan Syawal. 6) Pasar Menurut Luasnya Kegiatan Distribusi Pembagian pasar menurut luasnya kegiatan distribusi disebabkan beberapa hal yaitu sifat barang, kelancaran transportasi dan jumlah serta penyebaran konsumen yang membutuhkan barang-barang. Pasar menurut luasnya kegiatan distribusi dibedakan menjadi empat macam, yaitu pasar setempat, pasar daerah, pasar nasional, dan pasar internasional. (1) Pasar Setempat 85 Pasar setempat adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli yang hanya meliputi tempat tertentu. Barang-barang yang diperjualbelikan di pasar tersebut berupa barang-barang konsumsi atau barang-barang keperluan seharihari. Pasar setempat disebut juga pasar lokal atau pasar tradisional. Contoh: pasar sayur-mayur di Tawangmangu, pasar ikan di tempat pelelangan ikan, dan pasar buah di Malang. (2) Pasar Daerah Pasar daerah adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli yang meliputi wilayah tertentu, misalnya wilayah kabupaten atau provinsi. Pedagang-pedagang yang ada di pasar daerah biasanya para pedagang besar yang melayani pedagang-pedagang eceran. Barang yang diperdagangkan sebagian besar adalah barang konsumsi dari hasil industri seperti perlengkapan mandi, alat-alat dapur, pakaian, dan kebutuhan perlengkapan sekolah. (3) Pasar Nasional Pasar nasional adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli yang meliputi wilayah suatu negara. Barang-barang yang dikonsumsi masyarakat seluruh negara seperti barang konsumsi, barang produksi, surat berharga, saham, valuta asing, dan modal. Contoh: pasar modal, pasar valas, dan pasar bahan mentah. (4) Pasar Internasional Pasar internasional adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli dari berbagai negara di seluruh 86 dunia. Barang-barang yang diperdagangkan di pasar tersebut berupa komoditi yang diminati konsumen internasional. Contoh: pasar karet di New York, pasar tembakau di Bremen, pasar intan di Amsterdam, pasar minyak bumi di Uni Emirat Arab, dan pasar kopi di Sao Paulo. 7) Pasar Menurut Fisik Pasar Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasar konkrit dan pasar abstrak. a. Pasar Konkrit (Pasar Nyata) Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi jual beli (tawar menawar). Barang-barang yang diperjualbelikan di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Contoh pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan swalayan. Namun ada juga pasar konkrit yang menjual satu jenis barang. Misalnya pasar buah hanya menjual buah-buahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual sayurmayur. Pasar konkrit pada kenyataannya dapat dikelompokkan menjadi berbagai bentuk yaitu pasar konkrit berdasarkan manajemen pengelolaan, manajemen pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan ragam barang yang dijual. b. Pasar Abstrak (Pasar Tidak Nyata) Pasar abstrak (pasar tidak nyata) adalah pasar yang kegiatan jual beli barang atau jasa yang diperdagangkannya dilakukan berdasarkan contoh- 87 contoh yang kualitasnya sudah ditentukan. Barang yang dijualnya pun tidak tersedia di tempat. Transaksi yang dilakukan antara penjual dan pembeli juga tidak harus bertemu secara langsung. Mereka dapat melakukannya melalui telepon, surat, internet, dan telegram. Contoh dan bentuk barang bisa dilihat melalui brosur, internet, televisi, majalah, koran, tabloid, dan lain-lain. 8) Berdasarkan manajemen pengelolaan (1) Pasar tradisional Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar. Para pengelolanya bermodal kecil. Contoh pasar tradisional antara lain Pasar Lawang (Malang) dan Pasar Senen (Jakarta). (2) Pasar modern Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli sangat diutamakan. Biasanya 88 penjual memasang label harga pada setiap barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hypermart, dan shopping centre. 9) Berdasarkan manajemen pelayanan (1) Pasar swalayan (supermarket) Pasar swalayan adalah pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barang-barang yang dijual barang kebutuhan sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging, perlengkapan mandi sampai radio dan televisi. (2) Pertokoan (shopping centre) Pertokoan (shopping centre) adalah bangunan pertokoan yang berderetderet di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa. (3) Mall/plaza/supermall Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih besar yang dimiliki/disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu masyarakat, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran, gedung bioskop, dan seterusnya. 10) Pasar menurut jumlah barang yang dijual. (1) Pasar eceran 89 Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima, pedagang asongan, dan sebagainya. (2) Pasar grosir Pasar grosir adalah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai besar, misalnya lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan lain-lain. Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang eceran. Contoh: Alfa gudang rabat, pusat-pusat grosir, makro, dan sebagainya. (3) Pasar uang Pasar uang adalah pasar yang memperjualbelikan surat berharga jangka pendek (jangka waktunya kurang dari satu tahun), seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), sertifikat deposito, interbank call money, bankers acceptance, commercial paper, treasury bills repurchase agreement, dan foreign exchangemarket. (4) Pasar modal Pasar modal adalah tempat perdagangan saham, yaitu bukti kepemilikan dari sebuah perusahaan. Biasanya saham berbentuk surat, sehingga sering disebut surat berharga. Saham atau surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal disebut efek. Efek sebenarnya sebuah istilah yang penggunaannya sangat luas. Semua yang termasuk surat berharga biasa disebut efek seperti surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, right 90 issue, waran, opsi, dan produk-produk lainnya yang ditetapkan sebagai efek oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Pelaksanaan perdagangan di pasar modal terdapat pialang (broker). Tugas dari broker adalah penghubung atau perantara perdagangan antara penjual dan pembeli. (5) Pasar barang berjangka Pasar barang berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk kegiatan jual beli (6) Komoditi berdasarkan kontrak berjangka seperti Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Bursa Berjangka Jakarta dikenal dengan Jakarta Futures Exchange (JFE). Barang yang dijual di JFE adalah kelapa sawit, minyak goreng, kopi, kedelai, dan gula. (7) Pasar tenaga kerja Pasar tenaga kerja atau bursa tenaga kerja adalah suatu kegiatan untuk mempertemukan antara pencari kerja dengan yang membutuhkan pekerjaan. Hal-hal yang berkaitan dengan tenaga kerja di bawah naungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang bertugas mendaftar dan menyalurkan pencari kerja supaya penghidupan pencari kerja lebih layak. Selain Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, ada biro-biro jasa yang bergerak dalam penyaluran tenaga kerja. Pasar tenaga kerja berperan sebagai tempat untuk penyaluran tenaga kerja dan untuk memperoleh informasi lowongan pekerjaan di dalam negeri maupun luar negeri. 91 11) Pasar valuta asing Pasar valuta asing sering disebut bursa valuta asing yaitu tempat kegiatan memperjualbelikan valuta asing. Pada perdagangan valuta asing dikenal istilah kurs. Kurs adalah nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan nilai mata uang negara lain. Kurs terdiri atas kurs jual dan kurs beli. Selisih antara kurs jual dan kurs beli menjadi keuntungan untuk para penjual valuta asing. 2.1.4 Pasar tradisional Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007 (Anonym, 2007) definisi pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Beberapa hal yang melatarbelakangi dirampungkannya peraturan presiden tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern yakni. 1) Dengan semakin berkembangnya usaha perdagangan eceran dalam skala kecil dan menengah, usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka pasar tradisional perlu diberdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan. 2) Untuk membina pengembangan industri dan perdagangan barang dalam negeri serta kelancaran distribusi barang, perlu memberikan pedoman bagi 92 penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubunganantara pemasok barangdengan toko modern serta pengembangan kemitraan dengan usaha kecil, sehingga tercipta tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, took modern dan konsumen. Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas pemerintah perlu menetapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Perpres ini sebenarnya sangat ditunggu para pedagang kecil dan menengah serta pedagang pengguna pasar tradisional. Pasalnya, dengan menjamurnya pasar modern, seperti supermarket dan hipermarket, dinilai oleh berbagai kalangan telah menyudutkan bahkan secara perlahan, mematikan keberadaan pasar tradisional. Perpres ini menerbitkan regulasi tentang pengaturan pasar modern dengan substansi masalah, antara lain peraturan zonasi, hari dan jam buka, serta program kemitraan wajib antara pasar modern dan UMKM (Usaha Menengah Kecil Mikro). Perpres juga menyebutkan bentuk toko modern adalah minimarket, supermarket, department store, hypermarket dan grosir yang berbentuk perkulakan. Untuk pengaturan zonasinya, supermarket dan department store tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam kota/perkotaan. Jalan lingkungan adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Jalan arteri adalah jalan umum yang 93 berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi dan berdaya guna. Jalan kolektor yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan yang masuk dibatasi. Khusus untuk minimarket berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota. Perpres pun menyebutkan bahwa pasar tradisional boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jalan lokal atau jalan lingkungan pada pelayanan bagian kabupaten/kota atau lokal, maupun lingkungan perumahan di dalam kabupaten/kota. 2.1.5 Revitalisasi pasar tradisional Berdasarkan penelitian AC Nielsen pada tahun 2005-2006 (Anonym, 2011) keberadaan pasar tradisional terus mengalami penurunan sebesar 8,1 persen karena terdesak oleh pasar modern yang tumbuh hingga 31,4persen. Agar keberadaan pasar tradisional tetap bisa bertahan, pemerintah melalui Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah melakukan revitalisasi pasar tradisional sudah mulai dirintis sejak awal tahun 2003. Pada tahun 2008, Departemen Perdagangan telah merevitalisasi 104 pasar dengan dana Rp 167 miliar. Menurut Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, selama tahun 2009, pasar tradisionalyang ditangani Departemen Perdagangan mencapai 57 unit dengan nilai Rp 100 miliar. Adapun stimulus untuk pasar tradisional sebanyak 37 unit bernilai Rp 215 miliar. Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Suryadharma Ali menjelaskan, anggaran stimulus fiskal sesuai dengan 94 daftar isian pelaksanan anggaran (DIPA) tahun 2009 sebesar Rp 100 miliar telah digunakan untuk membangun 91 unit pasar tradisional di 86 kabupaten/kota dan 13 sarana pedagang kaki lima di 13 kabupaten/kota, proyek ini diharapkan dapat menyerap 37.400 tenaga kerja. Program ini bertujuan memberikan kesempatan pada para pengusaha koperasi UKM, pedagang kecil, pemerintah daerah, pembeli, dan lain-lain untuk melaksanakan praktek ekonomi. Revitalisasi pasar tradisional adalah program utama 100 hari kerja pemerintah dan telah berhasil dilaksanakan. Pentingnya program ini untuk pasar tradisional karena bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dimana sasaran utama program tersebut, menurut Menteri Negara Koperasi dan UKM Syarief Hasan, adalah para masyarakat menengah ke bawah sehingga pasar tradisional betul-betul dikehendaki oleh rakyat. Kemudian, pasar tradisional bisa menumbuhkan perekonomian rakyat dalam tatanan ekonomi salah satunya ekonomi mikro bisa terangkat dan pemerintah daerah bisa mendapatkan APBD. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah. Pertama, revitalisasi pasar tradisional yang dilakukan tidak boleh hanya memerhatikan kondisi pasar, volume perdagangan, ketersediaan lahan untuk perbaikan pasar, dan desain rencana perbaikan pasar, melainkan juga perlu membatasi pertumbuhan pasar modern. Revitalisasi pasar tradisional tanpa membatasi pertumbuhan pasar modern tidak ada gunanya. Ketika program revitalisasi pemerintah hanya dalam bentuk fisik tanpa memperbaiki regulasi dalam menekan jumlah pasar modern, program ini hanya akan semakin mematikan sektor usaha 95 riil masyarakat kecil. Kedua, pemerintah daerah juga harus berani menata keberadaan pasar modern. Pendirian pasar modern harus jauh dari keberadaan pasar tradisional. Ketiga, pemerintah perlu memerhatikan persaingan harga. Persaingan harga perlu dikelola dengan baik agar tidak merugikan pihak lain. Pedagang kecil yang selama ini menggunakan pasar tradisional bisa kehilangan pelanggannya, karena mereka lebih memilih berbelanja ke pasar moderndengan harga lebih murah. Pasar tradisional dianggap sebagai roh perdagangan bangsa Indonesia, dimana terdapat interaksi antara pedagang dan pembeli, yang tidak dapat ditemui di dalam pasar modern yakni proses tawar-menawar, canda riang yang sesekali diselingi merupakan bagian dari budaya masyarakat Indonesia yang semakin asing di tengah semakin banyaknya masyarakat berbelanja di pasar modern. Maka dari itu, revitalisasi pasar tradisional pada dasarnya bukan hanya persoalan teknis, melainkan bagaimana mengubah cara pandang masyarakat. Masyarakat harus disadarkan bahwa berbelanja di pasar tradisional bukan berarti kuno atau ketinggalan zaman. Berbelanja di pasar tradisional merupakan bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan menguji kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Maka pada akhirnya, keberadaan pasar tradisional sudah saatnya dilestarikan (Anonym, 2010). 2.1.6 Pendapatan Pendapatan adalah balas jasa yang diterima seseorang atas keikut sertaannya dalam proses produksi barang dan jasa. Pendapatan ini disebut pendapatan dari kerja (labor income), sedangkan pendapatan yang dilakukan tidak 96 dari kerja diantaranya adalah pemberian orang lain, pendapatan bunga, pendapatan dari usaha yang dijalankan orang lain, dan pendapatan persewaan kamar/rumah (Yasa, 1993:163). Selanjutnya menurut Sukirno (2000:43), pendapatan individu merupakan pendapatan yang diterima seluruh rumah tangga dalam perekonomian dari pembayaran ke atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan dari sumber lain. Menurut Mulyanto Sumardi (1985:16), pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan. Konsep perhitungan pendapatan menurut Putong (2000:13) dapat dilakukan melalui tiga pendapatan yaitu: 1) Pendekatan produksi (production approach), yaitu dengan menghitung seluruh nilai tambah produksi barang atau jasa yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu. 2) Pendekatan pendapatan (income approach), yaitu dengan menghitung seluruh nilai balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi dalam kurun waktu tertentu. 3) Pendekatan pengeluaran (expenditures approach), yaitu dengan menghitung seluruh pengeluaran dalam kurun waktu tertentu. Pada umumnya manusia merasakan bahwa penghasilan atau pendapatan yang diterima saat ini masih kurang dan menjadi masalah yang tidak akan pernah terselesaikan. Secara umum dapat diterangkan bahwa usaha untuk dapat meningkatkan penghasilan dapat digunakan beberapa cara antara lain: 97 1) Pemanfaatan waktu luang Individu mampu memanfaatkan waktu luang yang tersisa dari pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya menjadi kesempatan yang baru untuk menambah penghasilan. 2) Melakukan kreatifitas dan inovasi Individu harus mampu berpikir kreatif dan inovatif menciptakan terobosan-terobosan yang berarti untuk dapat mencapai kebutuhan yang dirasakan masih kurang. Pendapatan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan ekonomi masayarakat yang sering digunakan dalam melihat keberhasilan suatu proses pembangunan. Pada penelitian ini, pendapatan para pedagang di Pasar Intaran Sanur akan tercipta melalui selera pasar konsumen yang menginginkan pasar yang bersih, dan memberikan kemudahan sehingga adanya kenyamanan dalam berbelanja. Masalah kebersihan dan penataan lingkungan pasar menjadi prioritas utama dalam program ini yakni untuk pedagang di los ditata sesuai dengan jenis dagangan yang dijual sehingga masyarakat lebih mudah untuk berbelanja, dimana ke depannya keberadaan Pasar Intaran diharapkan mampu menghilangkan kesan kumuh pasar tradisional sehingga mampu meningkatkan pendapatan para pedagang. 2.1.7 Efektivitas program revitalisasi pasar tradisional Menurut Sugiono (2000:23), efektivitas adalah kesesuaian antara output dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas dalam hal ini 98 menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan program yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Dalam menentukan tingkat efektivitas program revitalisasi pasar tradisional dipergunakan kriteria efektivitas dari Litbang Depdagri 1991 (Prapta, 2007:28), seperti yang terlihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut. Tabel 2.1 Kriteria Efektivitas Kriteria Keterangan Koefisien efektivitas bernilai kurang dari 40% Sangat tidak efektif Koefisien efektivitas bernilai 40%-59,99% Tidak efektif Koefisien efektivitas bernilai 60%-79,99% Cukup efektif Koefisien efektivitas bernilai diatas 79,99% Sangat efektif Sumber: Prapta, 2007 Apabila koefisien efektivitas bernilai lebih kecil dari 40 persen berarti program yang dilakukan sangat tidak efektif.Apabila koefisien efektivitas memiliki nilai 40 – 59,99 persen, maka ini berarti program yang dilakukan tidak efektif.Apabila koefisien efektivitas memiliki nilai 60 – 79,99 persen, maka ini berarti program yang dilakukan dapat dikatakan cukup efektif, dan apabila lebih dari 79,99 persen dapat dikategorikan dalam sangat efektif. Selanjutnya untuk mengukur tingkat efektivitas program revitalisasi pasar tradisional terhadap pendapatan pedagang di Pasar Intaran Sanur, perlu disiapkan jumlah pedapatan yang merupakan target untuk mengetahui efektivitas program. Jumlah pendapatan tersebut adalah jumlah pendapatan para pedagang yang memperoleh bantuan program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Intaran Sanur. 99 2.1.8 Dampak program revitalisasi pasar tradisional terhadap pendapatan pedagang Menurut Biro Analisis Pelaksanaan Program BKKBN pusat (Dwipoyono, 2009), dampak program merupakan akibat dan pengaruh kepada masyarakat yang berdampak terhadap pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat meningkat sebanyak tambahan pembelanjaan agregat. Pertambahan pendapatan masyarakat akan mendorong pertambahan konsumsi (Sukirno, 2000). Hal ini pada akhirnya akan mendorong peningkatan pendapatan secara berkesinambungan. Subagyo (2000:23) menyebutkan, ada dua dampak utama dari bantuan dana, yakni peningkatan pendapatan pedagang dan penciptaan peluang usaha atau kerja. Dampak program revitalisasi pasar tradisional dalam penelitian ini akan dikaji dari satu sisi yaitu dampak program terhadap pendapatan pedagang. Dalam penelitian ini, untuk menganalisis dampak program revitalisasi pasar tradisional terhadap peningkatan pendapatan pedagang digunakan uji beda rata-rata pengamatan berpasangan. Dengan uji ini akan diketahui apakah terdapat peningkatan pendapatan sesudah pelaksanaan program revitalisasi di Pasar Intaran Sanur. Peningkatan pendapatan sesudah pelaksanaan program revitalisasi pasar, akan menunjukkan adanya dampak positif dari pelaksanaan program tersebut 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Anak Agung Ketut Ayuningsasi (2010) dengan judul penelitian “Analisis Pendapatan Pedagang Sebelum Dan Sesudah Program Revitalisasi Pasar Tradisional Di Kota Denpasar (Studi Kasus Pasar Sudha Merta Desa Sidakarya)”, memiliki tujuan untuk menganalisis pendapatan pedagang di 100 pasar Sudha Merta Sidakarya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang terdiri dari pendapatan pedagang sebelum dan sesudah adanya program revitalisasi pasar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan pedagang sebelum dan sesudah revitalisasi mengalami perbedaan yang signifikan. Untuk meningkatkan pendapatan pedagang disarankan untuk tidak hanya mebenahi lingkungan pasar tradisional, tetapi distribusi barang, manajemen pasar, dan teknik pemasaran. Pada penelitian Aswitari (2007) dengan judul penelitian “ Efektivitas Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Kabupaten Klungkung “ yang diteliti adalah mengenai efektivitas program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) terhadap kelompok keluarga UPPKS di Kabupaten Klungkung dengan menggunakan 2 metode analisis, yaitu analisis matematika dan statistik sederhana, dan analisis statistik uji beda rata-rata. Dalam penelitian tersebut disebutkan, bahwa secara umum tingkat efektivitas program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Kabupaten Klungkung adalah cukup efektif dan terjadi peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja keluarga sesudah mengikuti program UPPKS di Kabupaten Klungkung. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah samasama meneliti efektivitas program pemerintah daerah. Perbedaannya terletak pada program pemerintah daerah yang diteliti. Selain itu, variable output dalam penelitian sebelumnya terdiri dari pendapatan keluarga dan jam kerja, sedangkan variable output dalam penelitian ini hanya tingkat pendapatan pedagang. I Gusti Bagus Krisno Dwipoyono (2009), dengan judul penelitian Efektivitas Penyaluran dan Dampak Bantuan Penanggulangan Kemiskinan 101 Perkotaan (P2KP) Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Di Kota Denpasar yang bertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya Program Penanggulangan Kemisikinan Perkotaan (P2KP) di Kota Denpasar dengan identifikasi tiga variable yaitu variabel input yang terdiri dari ketepatan sasaran, tujuan dan sosialisasi P2KP. Variabel proses terdiri dari ketepatan penggunaan dana, prosedur perolehan bantuan, respon pemerintah daerah/petugas terhadap keluhan penerimaan P2KP, pengawasan dari pemerintah/petugas. Variabel output terdiri dari kondisi ekonomi setelah menerima P2KP dan pendapatan keluarga, kesempatan kerja,usaha produktif dan asset usaha setelah menerima P2KP. Selain itu penelitian juga bertujuan untuk mengetahui dampak program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Denpasar dalam meningkatnya penghasilan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah adanya program. Hasil penelitian menunjukan bahwa program pemberian bantuan (P2KP) di Kota Denpasar dikatakan sangat efektif dengan tingkat efektivitas sebesar 93,50 persen, dan variabel inputnya sebesar 94,00 persen, variabel proses sebesar 92,75 persen,dan variabel outputnya sebesar 93,75 persen. Berdasarkan uji statistikparametrik dua sample berpasangan tampak program bantuan P2KP memberikan dampak peningkatan pendapatan dan peningkatan jumlah tenaga kerja pada rumah tangga miskin di Kota Denpasar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada objek penelitiannya, karena penelitian objek penelitian ini adalah Rumah Tangga Miskin (RTM) dan persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menghitung efektivitas dan dampak bantuan program. 102 Penelitian pendapatan pedagang di Pasar tradisional dilakukan oleh Galih Suryananto (2005), di Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini ingin mengetahui penagruh jam berdagang, modal dagang, pengalaman berdagang terhadap pendapatan pedagang konveksi di Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta baik secara parsial maupun simultan. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa modal dagang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang konveksi. Karena modal adalah faktor yang sangat penting bagi pedagang konveksi semakin banyak modal yang digunakan maka dagangan akan semakin bermacam dan semakin banyak pula pendapatan yang akan diperoleh, Jam berdagang tidak berpengaruh atau signifikan terhadap pendapatan pedagang konveksi. Hal ini disebabkan karena didalam pasar seorang pedagang satu dengan yang lain berbeda dalam membuka dagangannya mungkin ada yang membuka pada waktu pengunjung ramai dan ada juga yang mungkin pedagang pada waktu membuka dagangnnya pada waktu sepi, Juga semakin lama pedagang membuka dagangannya maka semakin mungkin banyak pendapatan yang akan diperoleh, maka jam berdagang tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang. Serta pengalaman berdagang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang konveksi. Hal ini disebabkan dengan pengalaman berdagang yang semakin lama maka pedagang akan semakin mengetahui karakter dan perilaku konsumen, sehingga relatif lebih baik dalam menawarkan barang dagangannnya dan akan meningkatkan pandapatan bagi pedagang. Maka secara bersama modal dagang, jam berdagang dan pengalaman berdagang sangat mempengaruhi pendapatan pedagang konveksi atau secara 103 serentak berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang konveksi. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Anggiat Pardede, Abdul Ghani Salleh, dan Subhilhar (2005) dengan judul pengaruh perluasan jalan terhadap pendapatan pedagang tradisional pasar melati medan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ternyata sebagian besar pendapatan pedagang sebelum ruas jalan diperluas sebanyak 86,06% pedagang berpenghasilan di bawah Rp 50.000,- per hari, penghasilan Rp 51.000,- sampai Rp 99.000,- sebanyak 6,97%, berpenghasilan Rp 100.000,- sampai Rp 149.000,- sebanyak 2,32%, berpenghasilan Rp 15.000,sampai Rp 200.000,- sebanyak 4,65%. Namun setelah jalan diperluas penghasilan pedagang di bawah Rp 50.000,- sebanyak 88,39%, penghasilan Rp 51.000,sampai Rp 99.000,- sebanyak 4,65%, berpenghasilan Rp 100.000,- sampai Rp 150.000,- sebanyak 3,48%, berpenghasilan Rp 150.000,- sampai Rp 200.000,sebanyak 3,48%. Berdasarkan hasil empiris menunjukkan tidak terdapat hubungan yang berarti antara perluasan jalan terhadap peningkatan pendapatan para pedagang tradisional yang diperlihatkan dengan tingkat signifikan 95%. 2.3 Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kajian pustaka ataupun dari hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Terjadi peningkatan pendapatan pedagang sesudah mengikuti program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Intaran Sanur. 104