RISET UNGGULAN STRATEGIS NASIONAL PENINGKATAN PRODUK PANGAN HEWANI*) Oleh Tien R.Muchtadi** I. PENDAHULUAN Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) merupakan salah satu dari lima program insentif Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT). Program insentif KNRT lainnya adalah Riset Dasar, Riset Terapan, Difusi dan Pemanfaatan Iptek , dan Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi yang bersifat bottom up. RUSNAS bertujuan untuk a) mengorientasikan kemampuan yang terakumulasi di lembaga penelitian dan perguruan tinggi, untuk mendorong penguasaan technology roadmap yg diperlukan dalam mendukung perkembangan sektor produksi yg strategis, b) membangun jaringan kerja sama antara sejumlah industri, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi agar dapat secara bersama-sama membentuk kemampuan mengembangkan teknologi produk dan proses produksi yg diperlukan, serta menumbuhkan kapasitas inovasi sejalan dgn kemajuan teknologi (state of the art of technologies), dan c) memfasilitasi perkembangan cluster industri, termasuk penguatan partisipasi aktif dunia usaha, dengan mengikutsertakan usaha kecil dan menengah berbasis teknologi. Untuk menjamin kestrategisannya, program RUSNAS bersifat top-down sehingga permasalahan yang akan diatasi ditentukan oleh Kementerian Ristek. Aspek yang sangat penting bagi program RUSNAS adalah pembangunan jaringan yang mengaitkan kemampuan penelitian di lembaga litbang dan perguruan tinggi sebagai penyedia iptek dan solusi teknologi (know-how & technology solution provider) dengan rantai pertambahan nilai di sektor produksi. Program RUSNAS bersifat jangka panjang dan harus dilaksanakan sebagai upaya sistematis untuk meningkatkan komplementaritas antara kegiatan litbang dan kegiatan produksi, membangun saluran transaksi untuk memfasilitasi terjadinya alih teknologi dari tahap penelitian ke tahap komersial, serta menumbuhkan kemampuan inovasi pada kegiatan bisnis. *) Disampaikan pada Seminar Hari Pangan Sedunia, Bogor, 21 Nopember 2007 **) Deputi Bidang Pengembangan Sipteknas , Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI Sejak diluncurkan tahun 2000 hingga saat ini, terdapat 8 topik RUSNAS yang sedang berjalan dan didanai oleh KNRT, yaitu Teknologi Informasi dan Mikroelektronika (TIMe), Buah-buahan tropis, Kelautan (Kerapu), Industri Kelapa Sawit, Diversifikasi Pangan Pokok, Engine Aluminum Paduan , Energi Baru dan Terbarukan serta Industri Sapi. Makalah ini akan membahas 2 Riset Unggulan Strategis Nasional yang berkaitan dengan peningkatan produk pangan hewani, yaitu RUSNAS Kelautan (Kerapu) (20002007) dan RUSNAS Industri Sapi (2006-2007), program penelitian dan pengembangannya dan capaiannya hingga saat ini. II. RUSNAS KELAUTAN (KERAPU) (2000-2007) a. Latar Belakang Kerapu merupakan ikan-ikan yang hidup di terumbu karang, yang dalam dunia internasional dikenal dengan nama groupers atau coral reef fishes. Ikan-ikan ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Ikan kerapu diperdagangkan dalam keadaan hidup, dengan harga jual yang relatif tinggi. Harga ikan kerapu tikus di tingkat nelayan dapat mencapai US$ 20 (Rp 200.000,-) untuk setiap kilogramnya. Ikan tersebut diekspor terutama ke Hongkong dengan harga jual yang berlipat kali. Pada tahun 2000, Hongkong mengimpor 9.827 ton ikan kerapu hidup, dengan pemasok utama China, Thailand, Philipina, Indonesia, Australia dan Malaysia. Pangsa Indonesia hanya sekitar 9,39% dari semua pemasok ikan kerapu ke Hongkong. Tingginya harga jual telah mendorong kegiatan eksploitasi sumberdaya kerapu secara tidak terkendali dan lebih jauh lagi membahayakan ekosistem perairan khususnya terumbu karang. Banyak nelayan yang menggunakan bahan peledak atau racun sianida untuk menangkap kerapu, sehingga menghancurkan terumbu karang dan berakibat menurunnya jumlah populasi ikan kerapu yang pada akhirnya dapat menyebabkan kepunahan secara permanen. WWF melaporkan bahwa kondisi terumbu karang Indonesia hanya 6% yang masih dalam kondisi baik, 24% dalam kondisi normal, 28% dalam kondisi rusak dan 42% kondisi rusak parah. Meskipun di beberapa daerah kegiatan eksploitasi seperti di atas telah berkurang/dapat dicegah, akan tetapi dampak dari kerusakan terumbu karang yang ditimbulkan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memulihkannya. Untuk menghindarkan terjadinya kepunahan terhadap populasi ikan kerapu di alam dan mempertahankan terumbu karang serta tetap dapat mengisi permintaan pasar yang 2 terus meningkat, maka upaya mengalihkan usaha penangkapan ke usaha budidaya merupakan langkah strategis yang perlu dilakukan. Indonesia belum banyak berkembang. Kegiatan budidaya kerapu di Dewasa ini di Indonesia baru terdapat 4 pembenihan kerapu milik pemerintah (Lampung, Situbondo, Takalar dan Gondol), dan satu pembenihan milik swasta di Lampung. Kalaupun ada maka lebih bersifat penangkaran atau penggemukan ikan hasil tangkapan alam yang masih berukuran kecil hingga ukuran konsumsi. Hingga saat ini, usaha pembenihan masih menghadapi sejumlah masalah, terutama rendahnya tingkat hidup (survival rate) sehingga diperlukan dukungan iptek. Oleh karena itu KNRT pada tahun 2000 meluncurkan program RUSNAS Kelautan (Kerapu). b. Tujuan RUSNAS Kelautan (Kerapu) Meningkatkan produksi kerapu hasil budidaya melalui pengembangan teknologi pemuliaan untuk menghasilkan induk kerapu unggul, teknologi pakan, produksi vaksin dan obat, serta teknologi budidaya dan pascapanen. c. Pengelolaan RUSNAS Kelautan (Kerapu) RUSNAS Kelautan (Kerapu) dikelola oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian, BPPT. Lembaga penelitian yang terlibat dalam RUSNAS Kelautan (Kerapu) antara lain adalah IPB, UGM, UNIBRAW , dan Departemen Kelautan dan Perikanan. d. Roadmap Teknologi Kelautan (Kerapu) Technology roadmap adalah suatu diagram yang menggambarkan keterkaitan antara perkembangan aplikasi produk (produk, proses produksi dan jasa) di suatu sektor produksi dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung pengembangan dan produksi aplikasi tersebut. Roadmap teknologi kerapu terdiri dari beberapa roadmap sesuai dengan klaster teknologi dan produk yang perlu dikembangkan dalam mendukung pengembangan industri kerapu secara keseluruhan. Gambar 1 memberikan gambaran menyeluruh tentang klaster-klaster teknologi dan produk yang perlu dikembangkan dalam mendukung pembangunan industri kerapu nasional. Klaster teknologi tersebut adalah (1) teknologi produksi induk unggul, (2) produksi pakan (3) produksi vaksin dan obat-obatan, dan (4) alat mesin hatchery, budidaya dan pascapanen. 3 Roadmap teknologi untuk produksi induk unggul digambarkan pada Gambar 2. Pada diagram ini dapat dilihat bahwa produk akhir yang ingin dihasilkan adalah Indukinduk unggul yang mampu menghasilkan benih yang tahan terhadap penyakit, pertumbuhan pesat dan keunggulan lainnya. Kegiatan riset yang dilakukan adalah karakterisasi terhadap induk-induk dan ikan yang terdapat di 3 lokasi pembenihan milik pemerintah, yaitu di Lampung, Situbondo dan Takalar. Melalui karakterisasi ini maka akan dapat dilakukan peningkatan mutu melalui proses breeding secara selektif, atau melakukan pengkayaan genetika melalui cross breeding. Dari hasil breeding tersebut akan diperoleh populasi dasar (base population). Dari populasi dasar ini akan dapat dihasilkan keturunan kedua yang merupakan populasi yang lebih baik (advance) mutunya. Roadmap teknologi untuk produksi pakan digambarkan pada Gambar 3. Dalam diagram tersebut digambarkan roadmap tentang pengembangan industri pakan untuk kerapu. Produk pakan untuk kerapu hingga saat ini belum ditemukan di pasaran, sehingga diperlukan penelitian dan pengembangan. Langkah-langkah pengembangan diawali dengan proses analisa terhadap formula pakan ikan yang ada di pasaran. Selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan nutrisi ikan kerapu dan pengembangan ingredients sesuai dengan kebutuhan ikan kerapu. Pengembangan formula pakan yang cocok dilakukan melalui ujicoba pemberian pakan. Pengembangan pakan ini diarahkan pada produk pakan larva, pakan induk dan pakan pembesaran. e. Program RUSNAS Kelautan (Kerapu) (2000-2007) Program RUSNAS Kelautan (Kerapu) meliputi riset dasar, riset terapan dan difusi. Riset tersebut dilakukan pada tiga aspek yaitu Genetik, Pakan dan Vaksin. Riset Dasar : GENETIK • Karakterisasi morfologi, biologi dan genetika kerapu tikus • Karakterisasi sequence gen GH kerapu tikus sbg transgen dlm proses produksi kerapu super- G • Karakterisasi promotor ß-actin ikan kerapu sebagai promoto pada proses produksi ikan kerapu Super- G 4 PAKAN • Riset bahan baku untuk formula pakan ikan kerapu macan VAKSIN • Karakterisasi dan identifikasi bakteri Vibrio sp dan virus VNN (Viral Nervous Necrosis) Riset Terapan GENETIK • Penerapan tehnik selective breeding pada ikan kerapu tikus • Penerapan teknologi produksi ikan kerapu Super-G PAKAN • Formulasi pakan ikan kerapu stadia deder sampai dengan pembesaran • Uji lapang pakan buatan untuk ikan kerapu untuk stadium pendederan s/d pembesaran • Pengkayaan pakan alami untuk larva ikan kerapu • Formulasi pakan induk ikan VAKSIN • Formulasi dan aplikasi vaksin vibrio pada ikan kerapu • Formulasi vaksin VNN Difusi : GENETIK Penerapan teknologi selective breeding untuk mendapatkan calon induk kerapu tikus bekerjasama dengan BBPBL Lampung, BBAP Situbondo dan PT SOLAR SAHARA USAHA MINA, Bali. PAKAN Penerapan formula pakan RUSNAS untuk induk kerapu, kerjasama dengan BBPBL Lampung-DKP 5 Penerapan pakan alami (rotifer) untuk larva ikan kerapu, kerjasama dengan BBPBL Lampung-DKP Penerapan formulasi pakan ikan kerapu stadia pembesaran kerjasama dgn PT Matahari Sakti dan pembudidaya ikan kerapu di Lampung VAKSIN Pengembangan Vaksin Vibrio untuk Ikan Kerapu Produksi Vaksin Vibrio, kerjasama dengan CV Pesona Scientifica (tahap pendaftaran di DKP) Penerapan vaksin vibrio pada ikan kerapu dalam rangka uji coba skala lapang, kerjasama dengan Balai-balai di lingkungan DKP : BBAP Situbondo, Loka BL Lombok, BBPBL Lampung, BBL Batam dan Pembudidaya Optimasi kinerja Hatchery di Batam Perbaikan sarana dan prasarana hatchery Optimasi penerapan teknologi pembenihan ikan kerapu f. Hasil dan Capaian RUSNAS Kelautan (Kerapu) (2000-2007) Selama kurun waktu 7 tahun, RUSNAS Kelautan (Kerapu) telah menghasilkan produk dan teknologi untuk mendukung budidaya kerapu. Hasil dan capaian RUSNAS Kelautan (Kerapu) adalah sebagai berikut : 1. Satu unit hatchery 2. Induk ikan : kerapu tikus (20 ekor) dan macan 28 ekor) dari alam 3. Calon induk F1 ( 187 ekor, 2 cohort ) dan F2 ( 300 ekor, 1 cohort ) ikan kerapu tikus (selective breeding) 4. Sekuen gen penyandi hormon pertumbuhan pada ikan kerapu tikus (ktGH) 5. Sekuen promotor –actin ikan kerapu tikus (pktBp) 6. Konstruksi gen “All Grouper” yang dibuat dengan komponen gen target GH ikan kerapu tikus (ktGH) dan 7. promotor b-actin ikan kerapu tikus (pktBp) 8. 3 SOP : kultur murni zooplankton dan phytoplankton (pakan alami), seleksi induk F1 dan induk F2 9. Formula pakan ikan kerapu (pendederan s/d pembesaran) 10. Formula pakan induk kerapu untuk mempercepat pematangan gonad 11. Pakan alami yang diperkaya untuk pakan larva ikan kerapu 12. Vaksin untuk ikan kerapu – penyakit vibriosis : vaksinas 13. Protein rekombinan sebagai kandidat vaksin VNN 6 14. 3 Aplikasi paten (dalam proses) : sekuen cDNA hormon pertumbuhan ikan kerapu tikus , sekuen promotor 15. β-actin, polivalen vaksin 16. 17 Buah Publikasi ilmiah ( 9 Nasional, 8 Internasional) 7 GENERAL ROADMAP: KERAPU MARKET TREND Kerapu Hidup Hasil Budidaya Kerapu Hidup Hasil Tangkapan Kerapu Ukuran Konsumsi Transportasi Ikan Hidup Pembesaran Kerapu PRODUCT & PRODUCTION PROCESS Benih Pembenihan Induk Penangkapa n Kerapu INDUK TECHNOLOGY PATH Rekayasa Genetika Outbreeding Breeding R & D PROJECT (SCIENCE) Pakan buatan Vaksin/obat- Formulasi pakan Teknologi proses Alsin Pascapanen Alsin Hatchery Pakan alami PAKAN Alsin Budidaya PENYAKIT Immunostimulant Sistem Deteksi Dini Kultur pakan alami ALAT & MESIN Imotilasi elektrik Imotilasi anastetik Kontrol Otomatis • Karakterisasi stok alam & • Kajian kebutuhan nutrisi • Kajian jenis dan • Kajian metoda hatchery Pengemb. Genetic Marker Survey potensi induk dan benih kerapu Sex Reversal Isolasi Gen Spesifik Teknik Transfer Gen Manajemen Induk ikan; • Kajian sumber dan kelayakan bahan baku pakan • Identifikasi, isolasi dan kultur murni pakan alami • Manajemen pakan karakteristik penyakit • Formula immunostimulant • Manajemen Kualitas Air imotilasi • Rancang bangun alat angkut ikan hidup • Rancang bangun kapal angkut ikan hidup • Rancangbangun alat kontrol otomat h t h • • • • • 8 BREEDING ROADMAP FOR HUMPBACK GROUPER LOCAL DAN GLOBAL MARKET MARKET F1 SELECTED BROODSTOCK PRODUCT & PRODUCTION PROCESS F2 SELECTED BROODSTOCK SELECTIVE BREEDING SELECTIVE BREEDING BASE POPULATION TECHNOLOGY PATHS F3SELECTED BROODSTOCK ADVANCE IMPROVED POPULATION CROSSING DNA MARKER ANALYSIS GENETIC INHERITANCE CHARACTERIZATION R&D PROJECT (SCIENCE) YEAR G - E INTERACTION NATURAL STOCKS COLLECTION AND MAINTENANCE : 3 LOCATIONS 0 =R&D 2 = Technology 4 = Prod. for Research 6 8 = Product 10 = Market 9 ROADMAP TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN M a rk e t T re n d E n v ir o n m e n ta lly F r ie n d ly D ie t A r tific ia l D ie t P ro d u ct & P r o d u c t io n P ro c e s s D ie t f o r B r o o d s to c k D ie t f o r G r o w in g L e s s P o llu ta n t D ie t D ie t fo r L a r v a e M icro D iet P ellet T e c h n o lo g y P a th s M ix in g E x tru sio n C o m p ressed P ellet M ix in g P ellet M ix in g M ix in g 1 s t D iet F o rm u la o f G ro u p er 2 n d F o rm u la o f G ro u p e r F o rm u la o f O th er M a rin e fish es Lo w p h o s p h o ru s o r A s h In g re d ie n ts ; F is h m e a l & F is h o il A lte rn a t ive s N u trie n t R e q u ire m e n t O f G ro u p e r R&D P ro je c t In g re d ie n ts D e ve lo p m e n t F e e d in g M a n a g e m e n t Year 0 1 2 3 4 5 10 III. RUSNAS PENGEMBANGAN INDUSTRI SAPI (2006-2007) a. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan modal dasar dan utama pembangunan nasional. Berdasarkan data UNDP (2006) kualitas SDM Indonesia masih rendah, berada diperingkat 112 dari 147 negara. Salah satu upaya untuk peningkatan kualitas SDM adalah dengan melakukan perbaikan gizi melalui peningkatan konsumsi daging dan susu. Konsumsi protein hewani terutama susu dan daging masyarakat Indonesia masih relatif rendah yaitu 3,7 dan 9,1 kg/kapita/tahun, dibandingkan dengan negara maju seperti AS (119 dan 122 kg/kapita/tahun dan Jepang (42,8 dan 42,1 kg/kapita/tahun) dan negara tetangga Malaysia (24,4 kg dan 52,3 kg/kapita/tahun). Di sisi lain, produksi susu dan daging dalam negeri hingga saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan domestik sehingga masih harus impor. Ada kecenderungan impor meningkat dari tahun ke tahun yang menghabiskan devisa negara dan berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional. Peningkatan produksi daging dan susu merupakan langkah strategis untuk mengatasi kekurangan pasokan pangan asal ternak dan pada gilirannya akan meningkatkan konsumsi daging dan susu yang penting bagi peningkatan kualitas SDM. Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut diatas, Kementerian Negara Riset dan Teknologi meluncurkan program RUSNAS industri Sapi pada tahun 2006. Program RUSNAS pengembangan industri sapi berbasis sumber daya lokal merupakan kegiatan penelitian dan pengembangan jangka panjang, terintegrasi dan berkesinambungan. RUSNAS sapi dirancang sebagai upaya penguatan mata rantai dukungan teknologi bidang agribisnis industri sapi guna meningkatkan produksi dan kualitas produk akhir yaitu daging dan susu. b.Tujuan RUSNAS Sapi Meningkatkan produksi sapi bibit dan daging untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan industri pangan nasonal melalui pengembangan teknologi pembibitan, reproduksi ternak, pengendalian penyakit ternak (kesehatan hewan), teknologi pakan dan nutrisi ternak berbasis sumberdaya lokal serta teknologi pascapanen. 11 c. Pengelolaan RUSNAS Industri Sapi RUSNAS Industri Sapi dikelola oleh Universitas Brawijaya Malang untuk pengembangan Sapi potong dan Institut Pertania Bogor untuk pengembangan sapi perah. Dalam pelaksanaan Litbangnya, semua stakeholders terlibat baik dari Perguruan Tinggi, lembaga litbang departemen, LPND dan swasta. d. Roadmap Teknologi RUSNAS Industri Sapi Roadmap teknologi RUSNAS sapi terdiri dari dua roadmap umum yaitu Roadmap Teknologi Sapi perah (Gambar 4) dan Roadmap teknologi Sapi potong (Gambar 5). e. Program RUSNAS Industri Sapi (2006-2007) Program RUSNAS Industri Sapi meliputi penelitian dan pengembangan teknologi di bidang pemuliaan, pengendalian penyakit dan teknologi pakan dengan rincian sebagai berikut : Pemuliaan: 1. Identifikasi Gen Pengontrol Produksi dan Kualitas Susu pada Sapi Perah di Indonesia 2. Penggunaan Sifat Bobot dan Morfometrik Tubuh untuk menseleksi Sapi Betina Bibit Pengendalian Penyakit: 1. Pengembangan Kit Uji Untuk Deteksi Mastitis Sub Klinis 2. Penelitian Pemberantasan Brucellosis pada Sapi Perah 3. Evaluasi Prevelensi Brucellosis pada Sapi Perah di Kawasan Peternakan Bandung 4. Identifikasi Gen Bovine Leucocyte Adhesion Defficiency (BLAD) Pada Calon Pejantan Friesian-Honstein di BIB Lembang Teknologi Pakan: 1. Pengembangan Penyediaan Pakan Sapi Perah Khusus Musim Kering 2. Pabrikasi Silase Ransum Komplit, Bakteri Asam Laktat dan Asam Organik dalam Satu Alur Produksi untukMewujudkan Ketahanan Pakan Sapi Perah 3. Produksi Cr-Organik dari Kapang dan Jamur dalam Upaya Perbaikan Kualitas Pakan dan Efisiensi Metabolisme pada Sapi Perah di Musim Kemarau 12 4. Suplemen Protein berbasis daun Singkong sebagai Bahan Pakan Sumber Protein Berkualitas f. Hasil dan Capaian RUSNAS Industri Sapi (2006-2007) Hasil dan capaian RUSNAS Industri sapi tahun 2006-2007 adalah sebagai berikut : 1. 1 paket Kit diagnostik Mastitis 2. 1 paket Kit diagnostik Brucellosis 3. 1 alat perah higienis lokal 4. 1 paket software untuk recording dan aplikasi breeding (perangkat lunak untuk seleksi bibit sapi potong) 5. 1 paket marka gen kandidat untuk pertumbuhan dan kualitas daging IV. PENUTUP RUSNAS Kerapu sejak diluncurkan tahun 2001 telah menghasilkan beberapa produk atau teknologi yang dapat dimanfaatkan industri kerapu antara lain teknologi selective breeding, beberapa formula pakan, dan vaksin vibrio. KNRT akan mendorong hasil RUSNAS kerapu dapat segera didifusikan secara luas ke masyarakat sehingga dapat meningkatkan produksi kerapu hasil budidaya yang pada gilirannya akan meningkatkan perolehan devisa dari ekspor dan meningkatkan kualitas SDM melalui peningkatan konsumsi ikan. RUSNAS Sapi yang belum lama diluncurkan (tahun 2006) diharapkan dalam waktu 3-5 tahun dapat menghasilkan produk atau teknologi yang dapat meningkatkan produksi daging dan susu yang penting bagi peningkatan kualitas SDM, pengurangan impor, pertumbuhan industri pangan dan pembukaan peluang ekspor. KNRT terus berupaya mendorong tumbuh kembangnya inovasi dan riset sejalan dengan kebutuhan pembangunan nasional dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi global melalui berbagai program insentif (riset dasar, riset terapan, RUSNAS, riset difusi dan pemanfaatan iptek dan riset peningkatan kapasitas iptek sistem produksi). Diharapkan luaran Riset dapat memperkuat daya dukung teknologi (technology supply chain) bagi peningkatan daya saing industri dan ekonomi nasional. 13 Gambar 4. Roadmap Teknologi Industri Sapi perah 14 Gambar 5. Roadmap Teknologi Sapi Potong 15 PUSTAKA Fakultas Peternakan UNIBRAW . 2006. Rencana Induk RUSNAS Pengembangan Industri Sapi. Malang. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian, BPPT. 2002. Rencana Induk RUSNAS Pengembangan Teknologi Kelautan (RUSNAS Kerapu). Jakarta. 16