pengaruh tayangan apa kabar indonesia tvone

advertisement
PENGARUH TAYANGAN APA KABAR INDONESIA TVONE
TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI SMA PONDOK PESANTREN
DAAR EL-QOLAM II MENGENAI MAKNA RADIKALISME ISLAM
Skripsi
Diajukan Sebagai Syarat Pembuatan Skripsi untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial
(S. Sos)
Disusun oleh:
NUR FATKHINNISA FITRIA
1111051100011
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memeroleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari bukti bahwa karya saya hasil duplikasi dari karya orang
lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 17 Maret 2017
Nur Fatkhinnisa Fitria
ABSTRAK
Nur Fatkhinnisa Fitria, NIM: 1111051100011, “Pengaruh Tayangan Apa Kabar
Indonesia Tvone Terhadap Pengetahuan Santri Sma Pondok Pesantren Daar El-Qolam
II Mengenai Makna Radikalisme Islam”, di bawah bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro,
SE, M. Si
Setiap stasiun televisi berlomba menampilkan program berita paling aktual dan
faktual. Salah satu program berita tvOne adalah Apa Kabar Indonesia yang dibungkus
dalam bentuk talkshow. Dalam acara tersebut, satu topik yang sedang hangat dibahas
secara mendalam dan juga menghadirkan Narasumber yang berkaitan dengan topik
tersebut. Tayangan berita televisi merupakan praktik media massa untuk melakukan fungsi
media massa sebagai sumber informasi dan juga sebagai fungsi edukasi. Topik yang
mendapat perhatian khusus tersebut tentu meninggalkan kesan, efek atau pengaruh kepada
penontonnya.
Penjabaran di atas menimbulkan pertanyaan, Adakah hubungan antara menonton
tayangan Apa Kabar Indonesia di tvOne dengan tingkat pengetahuan penonton terhadap
makna radikalisme Islam? Apakah terdapat pengaruh menonton tayangan Apa Kabar
Indonesia di tvOne dengan tingkat pengetahuan penonton terhadap makna radikalisme
Islam? Adakah pengaruh tayangan terhadap sikap santri setelah menonton tayangan
tersebut?
Hubungan atau korelasi suatu tayangan dengan pengetahuan penonton dipengaruhi
oleh tayangan, lingkungan kehidupan dan intensitas menonton. Jika kualitas tayangan baik,
lingkungan hidup yang mendukung serta intensitas yang tinggi, maka akan ada
kemungkinan terdapat hubungan antara tayangan dan pengetahuan penonton.
S-O-R merupakan singkatan dari stimulus-organism-response. Teori ini berasal
dari ilmu psikologi. Namun kini juga digunakan pada ilmu komunikasi karena objek
materialnya sama. Kedua ilmu ini memiliki objek material manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen yang diantaranya adalah sikap, opini, kognisi, afeksi dan konasi.
Ada tidaknya pengaruh, diteliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan
metode survei. Temuan data dianalisis dengan uji normalitas Kosmogorov-Smirnov, uji
regresi linear berganda, uji F-test, uji T-test, uji korelasi berganda dan uji koefisien
determinasi.
Berpengaruh tidaknya suatu tayangan pada pengetahuan penonton bergantung pada
tayangan itu sendiri. Suatu tayangan dapat memberikan pengaruh dilihat dari host,
Narasumber yang dihadirkan, konten, durasi tayangan, waktu penayangan dan studio atau
latar. Meski tidak signifikan, tetapi keenam hal tersebut tetap memiliki pengaruh kecil
terhadap pengetahuan penonton.
Hasil penelitian ini adalah tayangan yang memiliki dimensi host, Narasumber,
konten, durasi tayangan dan waktu penayangan tidak memiliki hubungan dan pengaruh
yang signifikan dengan pengetahuan penonton. Pada dimensi studio atau latar, tidak
terdapat hubungan dan pengaruh sama sekali terhadap pengetahuan penonton.
Kata Kunci: Tayangan, Berita, Pengaruh, Pengetahuan, Radikalisme, tvOne
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk
dengan bentuk yang paling sempurna, berakal dan berjiwa. Dan juga dengan
anugerahNya telah mengizinkan penyusunan skripsi ini selesai. Dan semoga
shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada revolusioner kita, Nabi Muhammad
SAW, yang menuntun kita dari kegelapan menuju jalan yang diridhoinya.
Tiada tara rasa syukur yang penulis ucapkan dengan selesainya
penyusunan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar bahwa
banyak pihak yang turut membantu penulis. Maka dari itu,pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terimakasi kepada:
1. Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum dan
Dr. Suhaimi, M.Si sebagai Wakil Dekan II Bidang Kemahasiswaan dan
Akademik.
2. Kholis Ridho, MA selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Dra. Hj. Musfirah
Nurlaily, MA. selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik.
3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Atas
arahan, ilmu, kesabaran yang tingkat tinggi dan kebaikan hatinya dalam
meluangkan waktu untuk membimbing penulis.
ii
iii
4. Suryadi dan Rubiyanti selaku kedua orang tua yang telah memberikan
dukungan baik dalam bentuk moril dan materil juga tak henti mendoakan
penulis di setiap sujudnya.
5. Abdillah Faqih selaku adik bungsu yang senantiasa ikhlas membantu kakaknya
dalam mengoleksi camilan sambil mengerjakan skripsi.
6. Kartika Sari Dewi dan Qurrota A’yun selaku teman Jurnalistik yang
mengizinkan penulis menginap di kostan selama beberapa hari ketika
penyusunan ini dan atas pengalaman hidup mereka yang lebih dulu selesai
menyusun skripsi. Serta teman Jurnalistik Angkatan 2011 yang banyak
membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
7. Atun, An’am, Mule, Syarif, April dan teman-teman angkatan Golden Daar elQolam 2 lainnya, terimakasih atas doa, bantuan dan dukungannya.
8. Rekan-rekan Litbang Harian Kompas dan dewan Guru Yayasan Bani Yahya
Soleman yang telah memberikan kesempatan penulis untuk belajir, mencari
pengalaman sekaligus mengumpulkan pundi rupiah di sela-sela penulis
menyelesaikan skripsi.
9. Seluruh bapak dan ibu guru serta asatidz dan asatidzah yang pernah
menyalurkan ilmunya ke pada penulis dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga
ke Pendidikan Tinggi.
10.
Seluruh pihak yang membantu penulis yang tidak tercantum namanya.
Ciputat, 17 Maret 2017
Nur Fatkhinnisa Fitria
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 9
C. Batasan Masalah ........................................................................................................ 10
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 11
1. Manfaat Praktis ..................................................................................................... 11
2. Manfaat Akademis ................................................................................................ 11
F. Sistematika Penulisan ................................................................................................ 11
G. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Televisi ...................................................................................................................... 14
B. Berita Televisi ........................................................................................................... 19
C. Talk Show .................................................................................................................. 21
D. Pengaruh Media Massa.............................................................................................. 23
E. Respons...................................................................................................................... 26
1. Pengertian Respons ............................................................................................... 26
iv
v
2. Jenis Respons ........................................................................................................ 28
3. Faktor Munculnya Respons .................................................................................. 29
4. Teori Stimulus-Organism-Respons atau Stimulus-Respons ................................. 30
F. Radikalisme ............................................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian ................................................................................................. 41
B. Metode Penelitian ...................................................................................................... 42
C. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................................ 42
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................................... 43
E. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................................... 43
F. Populasi dan Sampel Penelitian................................................................................. 44
G. Variabel Penelitian .................................................................................................... 45
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 46
1. Variabel Bebas ...................................................................................................... 46
a. Definisi Operasional ........................................................................................ 46
b. Indikator Operasional ....................................................................................... 47
2. Variabel Terikat .................................................................................................... 51
a. Definisi Operasional ........................................................................................ 51
b. Indikator Operasional ....................................................................................... 51
I. Hipotesis Penelitian ................................................................................................... 52
J. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 53
K. Uji Validitas dan Uji Reabilitas................................................................................. 54
L. Teknik Pegolahan Data.............................................................................................. 56
M. Teknik Analisis Data ................................................................................................. 57
vi
1. Uji Normalitas ...................................................................................................... 57
2. Uji Korelasi Berganda .......................................................................................... 58
3. Uji Koefisien Determinasi .................................................................................... 59
4. Uji Regresi Linier Berganda ................................................................................. 60
5. Uji T-test ............................................................................................................... 60
6. Uji F-Test .............................................................................................................. 61
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Profil Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2 ................................................................ 62
1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Daar el-Qolam .............................................. 62
2. Profil Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2............................................................ 66
3. Visi dan Misi......................................................................................................... 66
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..................................................................... 67
5. Kesiswaan ............................................................................................................. 68
6. Sarana dan Prasarana ............................................................................................ 69
7. Kurikulum dan Sistem Akademik ........................................................................ 71
B. Profil tvOne ............................................................................................................... 74
1. Sejarah tvOne........................................................................................................ 74
2. Visi dan Misi tvOne .............................................................................................. 76
3. Struktur ................................................................................................................. 76
BAB V HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Uji Instrumen ............................................................................................................. 77
1. Uji Validitas .......................................................................................................... 77
2. Uji Reliabilitas ...................................................................................................... 82
vii
B. Hasil Analisa Data ..................................................................................................... 82
1. Deskripsi Profil Responden Penelitian ................................................................. 82
a. Jenis Kelamin ................................................................................................... 82
b. Usia .................................................................................................................. 83
c. Intensitas Menonton ......................................................................................... 84
2. Deskripsi Tayangan .............................................................................................. 85
3. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov .................................................................. 87
4. Uji Korelasi Berganda .......................................................................................... 87
5. Uji F-test ............................................................................................................... 91
6. Uji T-test ............................................................................................................... 92
7. Uji Regresi Linier Berganda ................................................................................. 95
8. Uji Koefisien Determinasi .................................................................................... 97
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 99
B. Saran .......................................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 102
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Populasi Penelitian ............................................................................................................. 44
Tabel 2. Blue print Variabel Tayangan (X) Sebelum Uji Validitas ..................................... 50
Tabel 3. Blue print Variabel Tayangan (X) Setelah Uji Validitas ...................................... 51
Tabel 4. Blue print Variabel Radikalisme Islam (Y) Sebelum Uji Validitas...................... 52
Tabel 5. Blue print Variabel Radikalisme Islam (Y) Setelah Uji Validitas ....................... 52
Tabel 6. Skala Likert ........................................................................................................... 54
Tabel 7. Tingkat Reabilitas Data ........................................................................................ 55
Tabel 8. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ........................................................... 59
Tabel 9. Daftar Fasilitas Penunjang Pembelajaran Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2.... 69
Tabel 10. Hasil Uji Validitas Variabel Tayangan (X) ........................................................ 78
Tabel 11. Hasil Uji Validitas Variabel Radikalisme Islam (Y) .......................................... 80
Tabel 12. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ......................................................................... 82
Tabel 13. Jenis Kelamin Responden ................................................................................... 82
Tabel 14. Usia Responden .................................................................................................. 83
Tabel 15. Intensitas Menonton Dalam Seminggu ............................................................... 84
Tabel 16. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne ....... 85
Tabel 17. Hasil Interpretasi Tayangan ................................................................................ 86
Tabel 18. Hasil One-Sample Kolmogorrov-Smirnov Test ................................................. 87
Tabel 19. Deskripsi Hasil Uji Korelasi Berganda .............................................................. 88
Tabel 20. Analisis Hasil Uji Korelasi Berganda ................................................................. 89
Tabel 21. Hasil Uji F-test .................................................................................................... 92
Tabel 22. Hasil Uji T-test.................................................................................................... 93
Tabel 23. Hasil Uji Regresi Linier Berganda...................................................................... 96
Tabel 24. Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................................................... 97
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teori S-O-R.................................................................................................................... 33
Gambar 2. Struktur Dewan Direksi tvOne .......................................................................... 76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang diberi akal
pikiran. Ini merupakan ciri yang membedakan manusia dengan ciptaan
Tuhan yang lainnya. Manusia merupakan makhluk sosial karena tidak
dapat berdiri sendiri untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Dengan
akal pikiran inilah manusia berinteraksi satu sama lain untuk saling
memenuhi fungsi kebutuhan sehari-hari. Untuk berinteraksi manusia
melakukan komunikasi.
Komunikasi sendiri merupakan unsur terpenting bagi manusia.
berbagai ilmuan memiliki pandangan berbeda terhadap mkna komunikasi.
Theodonoso and Theodornoson (1969) memberi batasan lingkup
komunikasi berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi
dari seseorang atau kelompok kepada yang lain terutama melalui simbolsimbol. Garbner (1967) mengatakan komunikasi dapat didefinisikan
sebagai interaksi sosial melalui pesan-pesan. Onong Uchyana mengatakan
proses komunikasi hakikatnya adalah proses penyampaian gagasan,
informasi, opini yang muncul dibenaknya atau keyakinan, kepastian,
1
2
keraguan, kehawatiran, kemarahan, keberanian dan sebagainya yang
timbul dari lubuk hati oleh komunikator kepada komunikan.1
Komunikasi
sendiri
memiliki
tipe-tipe,
yakni
komunikasi
interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok dan
komunikasi massa. komunikasi intrapersonal adalah ketika individu
berbicara dengan diri sendiri untuk mengembangkan pemikiran dan ideide individu tersebut. komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang
dilakukan antara dua orang atau lebih secara langsung maupun melaui
media tertentu. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukakn
dalam suatu kelompok tertentu. Komunikasi massa adalah komunikasi
yang dilakukan dengan menggunakan media massa sehingga ribuan
bahkan jutaan orang bisa menerima pesan tersebut dengan tujuan
menyampaikan informasi, menghibur atau membujuk. 2
Komunikasi massa ini sering kita lihat melalui televisi, radio,
intenet dan lain-lain selaku media massa. Menurut Denis McQuail, media
massa memiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjangkau massa
dalam jumlah besar dan luas (university of reach), bersifat publik dan
mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media
massa. Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah sarana
penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas
misalnya radio, televisi, dan surat kabar. Media massa telah menjadi acuan
1
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),
2
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008),
h. 30.
h. 450.
3
utama untuk menentukan definisi-definisi terhadap suatu perkara dan
memberikan gambaran atas realitas sosial. Media massa juga menjadi
perhatian utama masyarakat untuk mendapatkan hiburan dan menyediakan
lingkungan budaya bersama bagi semua orang.3
Media massa kini sudah menjadi kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan informasi. Melalui media massa, masyarakat dapat
megetahui hampir segala sesuatu tentang dunia di luar lingkungan
masyarakat tersebut. Orang-orang yang telah menjadi public figure
membutuhkan media massa untuk mengekspresikan ide-ide mereka ke
masyarakat luas. Media massa merupakan sumber informasi atau
penyampai berita, sumber hiburan juga forum persuasi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa gagasan-gagasan atau pesan yang
disampaikan oleh media massa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pihakpihak yang menjadi faktor atau berpengaruh terhadap pesan di media
massa adalah pemerintah, masyarakat umum, kelompok penekan, pemilik
media, pemasang iklan, audien dan internal organisasi.4 Dari ketujuh
faktor ini, berdasarkan penelitian yang pernah ada, faktor yang paling
berpengaruh terhadap isi pesan media adalah pemilik media dan pemasang
iklan. Pemilik media turut serta dalam pemilihan isu biasanya untuk
kepentingan bisnis. Namun pada prakteknya tetap dengan kebijakan
jurnalis yang harus dipatuhi. Selain itu, pemasang iklan juga berpengaruh.
Pengaruh ini terjadi karena ingin terciptanya hubungan simbiosis
3
4
Morrisan dkk, Teori Komunikasi Massa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h. 1.
Morrisan dkk, Teori Komunikasi Massa, h. 48.
4
mutualisme antara pemilik media dan pemasang iklan. Isu-isu yang dapat
merugikan pemasang iklan tentu tidak akan dipublikasikan oleh media
tersebut.5 Faktor-faktor inilah yang memengaruhi isi pesan suatu media
massa. Sehingga bisa dikatakan, faktor tersebut membuat media massa
untuk „menggiring‟ isu tertentu ke masyarakat luas.
Masyarakat sebagai konsumen media hanya menerima apa yang
disampaikan oleh media tersebut. Pesan-pesan yang disampaikan oleh
media massa diserap dan tidak jarang orang menggunakan pesan media
sebagai acuan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Masyarakat menjadi
sangat bergantung pada media massa dan apa yang dipublikasikan oleh
media massa. Tidak jarang isi pesan media massa berpengaruh pada
kehidupan suatu individu. Tiap individu memiliki persepsi tersendiri
terhadap makna pesan media massa. Tingkat bergantungan individu
terhadap media massa sebagai sumber informasi berbeda-beda. Perbedaan
tersebut disebabkan keperluan akan informasi tersebut yang berbeda juga.
Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran
informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun kenyataannya
media massa memberi efektif lain di luar fungsinya itu. Efek media massa
tidak saja memengaruhi sikap seseorang namun pula dapat memengaruhi
perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat
memengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.6
Dampak atau efek tersebut dapat terlihat secara langsung ataupun tidak.
5
Morrisan dkk, Teori Komunikasi Massa, h. 53-57.
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013), h. 321.
6
5
Masing-masing individu pun akan mengalami efek yang berbeda-beda.
Efek tersebut dapat dilihat pada perubahan perilaku, pengetahuan dan
sikap penonton setelah mengonsumsi pesan media massa.
Media massa yang paling banyak diminati masyarakat adalah
media televisi. Karena televisi merupakan media yang menggabungkan
suara dan gambar sekaligus. Sehingga masyarakat bisa menikmati
langsung tayangan tanpa perlu berimajinasi. Karena televisi menyediakan
gambar dan suara sekaligus, gambar yang bergerak ini juga kemudian
dapat memengaruhi penontonnya. Meski lahir setelah media massa cetak
dan radio, namun pada akhirnya televisilah yang paling banyak diakses
oleh masyarakat di mana pun di dunia ini.
Di Indonesia pernah dilakukan penelitian oleh Susenas pada tahun
1998 dan 2000 tentang kecenderungan masyarakat dalam menononton
televisi, mendengarkan radio dan membaca koran. Hasilnya adalah ratarata secara nasional, waktu mendengarkan radio ada penurunan dari 62,7%
pada tahun 1998 menjadi 43,3% pada tahun 2000, membaca koran dari
25,8% pada tahun 1998 menjadi 17% pada tahun 2000 dan menonton
televisi dari 79,8% pada tahun 1998 menjadi 78,9% pada tahun 2000. Ada
juga survey yang dilakukan oleh lembaga berbeda secara terpisah selama
2005-2006 diketahui bahwa kecenderungan menonton televisi telah
meningkat menjadi rata-rata 80%. Sedangkan rata-rata persentase kegiatan
membaca koran dan mendengarkan radio menjadi semakin rendah.7
7
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 12.
6
Selama ini media televisi selalu dianggap memberikan dampak
negatif kepada penontonnya. Media massa juga dianggap miskin dari
fungsi edukasi.
8
Sejatinya, tayangan berita merupakan salah satu kinerja
media massa untuk merealisasikan fungsi edukasi. Karena pada tayangan
berita mengandung informasi-informasi yang sifatnya aktual dan faktual.
Sehingga banyak penonton yang baru mengetahui informasi tersebut
setelah menonton tayangan berita.
Setiap stasiun televisi memiliki program berita yang menyajikan
kabar-kabar atau peristiwa terkini yang baru terjadi atau masih hangat
untuk diperbincangkan. Mulai dari pagi hari, siang, petang hingga malam
setiap stasiun televisi menayangkan program berita yang dikenal sebagai
warta berita atau straight news. Rata-rata durasi yang digunakan untuk
tayangan program berita adalah 30-90 menit per program berita. Meskipun
stasiun televisi sedang menayangkan program hiburan musik, film atau
talkshow, akan diselingi dengan tayangan berita yang berdurasi tidak lebih
dari lima menit. Selingan berita ini biasa dikenal sebagai breaking news.
Setiap stasiun televisi berlomba menampilkan program berita
paling aktual dan faktual. Kini program berita tidak hanya terdapat
seorang pembaca berita dan tayangan-tayangan berita, namun sudah
banyak juga yang memodifikasi tayangan berita. Salah satu bentuk
modifikasinya adalah dengan membahas lebih dalam berita atau peristiwa
yang masih hangat dengan mengundang narasumber-narasumber yang
8
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa, h. 332.
7
kompeten. Salah satu program berita yang demikian adalah Apa Kabar
Indonesia di TvOne.
Program berita tersebut menayangkan beberapa berita teraktual dan
membahasnya secara lebih dalam peristiwa yang paling hangat. Durasi
waktu yang digunakan untuk membahas permasalahan tertentu pun
memakan waktu hampir satu jam. Jika permasalahan tersebut masih
hangat, maka akan dibahas sampai lima hari berturut-turut. Program Apa
Kabar Indonesia tayang di pagi dan malam hari. Untuk Apa Kabar
Indonesia Pagi tayang pada pukul 06:00 WIB dan Apa Kabar Indonesia
Malam tayang pada pukul 20:00 WIB.
Sesuai dengan ungkapan Harold D. Lasswell yang mengatakan
bahwa komunikasi adalah who says what in which channel to whom with
what effect (Siapa berkata apa melalui saluran apa kepada siapa dengan
efek apa?).9 Komunikasi massa dilakukan oleh komunikator mssa kepada
khalayak melalui media massa da akan memberikan efek terhadap
khalayak tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa media massa
menampilkan tayangan-tayangan untuk memberikan dampak tertentu
kepada khalayak. Dampak yang dialami khalayak meruapakn suatu hal
yang sesuai yang disampaikan oleh komunikator sebelumnya. Pada titik
ini, komunikator mendapatkan timbal balik atau feedback dari khalayak
selaku komunikan.
9
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa, h. 293.
8
Pada tayangan Apa Kabar Indonesia, tvOne menyajikan diskusi
secara mendalam tentang suatu peristiwa yang dianggap penting untuk
dibahas kembali. Jika pada program warta berita, suatu peristiwa
ditayangkan secara ringkas, singkat dan padat. Maka pada program ini,
peristiwa ditayangkan dan dibahas secara mendalam dari berbagai aspek
yang dianggap penting. Narasumber-narasumber yang berkaitan dengan
peristiwa tersebut juga yang dianggap berkompeten untuk mngeluarkan
pendapat juga penjelasan akan dihadirkan pada program tersebut. Dari
peristiwa yang diangkat tersebut, menandakan bahwa media massa
tersebut mencoba mengangkat suatu isu agar juga dianggap penting oleh
masyarakat.
Tayangan berita televisi merupakan praktik media massa untuk
melakukan fungsi media massa sebagai sumber informasi dan juga sebagai
fungsi edukasi. Informasi-informasi yang ditayangkan merupakan kejadian
terkini yang perlu diketahui oleh masyarakat. Dalam diskusi di Apa Kabar
Indonesia
terdapat
pengetahuan-pengetahuan
atau
informasi
yang
dibagikan ke masyarakat atau penonton. Dengan pengetahuan atau
infromasi yang telah dibagikan dan ditayangkan, maka penonton dapat
menangkap pesan dan mengalami efek atau dampak tertentu dari tayangan
tersebut.
Pada awal bulan April 2015 lalu, terdapat peristiwa yang dibahas
oleh Apa Kabar Indonesia selama empat kali yakni pada Apa Kabar
Indonesia Pagi dan Malam edisi 1 April 2015, Apa Kabar Indonesia Pagi
9
edisi 2 April dan Apa Kabar Indonesia Malam edisi 5 April 2015.
Peristiwa yang dibahas itu adalah polemik pemblokiran situs Islam yang
dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
bekerja
sama
dengan
Kementrian
Komunikasi
dan
Informasi
(Menkominfo). Yang menjadi pokok bahasan penting pada bahasan
tersebut adalah tentang ajaran radikalisme yang disinyalir dilakukan oleh
22 situs Islam sehingga situs-situs Islam tersebut diblokir.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ingin meneliti pengaruh
tayangan Apa Kabar Indonesia di TvOne terhadap pengetahuan makna
radikalisme santri SMA Pondok Pesantren Daar el-Qolam II dengan judul
penelitian “PENGARUH TAYANGAN APA KABAR INDONESIA
TVONE TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI SMA PONDOK
PESANTREN
DAAR
EL-QOLAM
II
MENGENAI
MAKNA
RADIKALISME ISLAM”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, berikut adalah rumusan
masalah dari penelitian ini:
1. Bagaimana respons santri Daar el-Qolam 2 terhadap tayangan Apa
Kabar Indonesia tvOne?
2. Adakah hubungan antara menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di
tvOne dengan tingkat
radikalisme Islam?
pengetahuan penonton terhadap makna
10
3. Adakah pengaruh menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di tvOne
dengan tingkat pengetahuan penonton terhadap makna radikalisme
Islam?
C. Batasan Masalah
Untuk menghasilkan penelitian yang maksimal, peneliti membatasi
ruang lingkup kajian penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mengambil
tayangan Program Apa Kabar Indonesia Pagi edisi 1-2 April 2015 dan Apa
Kabar Indonesia Malam edisi 1 dan 5 April 2015 yang membahas tentang
pemblokiran situs Islam yang di dalamnya juga dibahas ciri-ciri
radikalisme Islam. Populasi yang dipilih adalah Santri SMA Daar elQolam II angkatan 43.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemikiran dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang respons santri Daar elQolam 2 terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne.
2. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang ada atau tidaknya
hubungan antara menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di tvOne
dengan tingkat pengetahuan penonton terhadap radikalisme Islam.
3. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang ada atau tidaknya
pengaruh tayangan Apa Kabar Indonesia di tvOne dengan tingkat
pengetahuan penonton terhadap radikalisme Islam.
11
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan untuk dapat dijadikan bahan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
b. Penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan bagi kalangan
teoritis serta praktis pada umumnya, dan terutama bagi para aktivis
maupun
mahasiswa
guna
menambah
pengetahuan
dalam
mempelajari mengenai praktik karya jurnalistik.
2. Manfaat Akademis
a. Penelitian
ini
dilakukan
guna
mengaplikasikan
teori-teori
komunikasi terutama dengan penelitian yang bersifat kuantitatif
dengan menggunakan metode deskriptif dengan teori stimulus,
organisasi dan respon.
b. Penelitian ini dilakukan guna memberikan kontribusi yang positif
dalam bidang komunikasi massa terutama bidang penelitian tentang
respons mahasiswa terhadap tayangan di televisi.
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan. Pada bab ini peneliti akan menjabarkan latar
belakang, pembatasan juga perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penelitian.
Bab II : Tinjauan teori, maka bab ini akan menjelaskan secara rinci
mengenai teori respons, radikalisme dan pengertian media massa televisi.
12
Bab III: Metode Penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan
pendekatan penelitian, penentuan lokasi penelitian, pepolasi dan sampel
penelitian, teknik pengumpulan data, subjek dan objek penelitian, definisi
operasional variabel penelitian dan metode analisis data.
Bab IV : Bab ini berisi analisis peneliti, meliputi: respons santri
SMA Pondok Pesantren Daar el-Qolam II terhadap tayangan diskusi
tentang pemblokiran situs Islam di Apa Kabar Indonesia Pagi April 2015
di tvOne.
Bab V : Bab ini berisi tentang kesimpulan atas analisis penelitian
juga kesimpulan dan saran dari permasalahan yang diangkat.
G. Tinjauan Pustaka
Skripsi yang menjadi acuan penulis adalah:
1. “Pengaruh Tayangan Kekerasan Smack Down Terhadap Perilaku
Anak” Karya Shofia Nurfitriani, Komunikasi dan Penyiaran Islam
(2008). penelitian ini meneliti tentang pengaruh tayangan
kekerasan pada acara Smack Down terhadap perilaku anak MI
Nurul Falah kelas V dan VI Depok di kehidupan sehari-hari
bersama temannya. penelitian ini sama-sama meneliti tentang
pengaruh
tayangan
dan
bersifat
kuantitatif.
Sedangkan
perbedaannya adalah pada teori yang menggunakan teori jarum
hipodermik. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
13
pengaruh tayangan SmackDown terhadap kognitif, afektif dan
behavioral responden yang merupakan anak-anak.
2. Acuan penulis yang kedua adalah “Pengaruh Tayangan Indonesia
Bagus di Net. Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Kebudayaan
Siswa-Siswi MAN Baturaja Sumatera Selatan” karya Marini,
Jurnalistik (2015). Persamaan dengan skripsi ini adalah sama-sama
meneliti pengaruh tayangan. Perbedaannya terletak pada teori dan
teknik analisa data. Hasil penelitian pada skripsi ini adalah terdapat
pengaruh antara tayangan Indonesia Bagus di Net. terhadap sikap
berbudaya pada responden. Sedangkan, tidak terdapat pengaruh
antara
tayangan
tersebut
mengenai kebudayaan.
terhadap
pengetahuan
responden
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Televisi
Pada tahun 1831, Joseph Henry dan Michael Faraday menemukan
gelombang elektromagnetik yang merupakan awal dari era komunikasi.
Gelombang ini dapat digunakan untuk mengirim informasi tanpa
menggunakan penghantar atau kawat tembaga melalui jarak tertentu.1
Setelah ditemukannya gelombang elektromagnetik, kemudian muncullah
alat-alat teknologi yang berkaitan dengan ilmu komunikasi seperti radio
dan televisi. Alat komunikasi yang pertama diciptakan dengan
menggunakan manfaat gelombang elektromagnetik adalah radio. Penemu
radio adalah Gueglielmo Marconi pada tahun 1901.
Selanjutnya pada tahun 1923, sistem televisi elektris ditemukan
Vladimir Kosmo Zworykin. Pada tahun 1930, Philo T. Farnsworth
menciptakan sistem televisi. Penemuan-penemuan dasar tersebut terus
berkembang hingga akhirnya di tahun 1935 Julius Paul Gottlieb Nipkow
menemukan televisi mekanik. Pada masa itu semua orang hanya dapat
menyaksikannya dalam format warna hitam putih. Ukuran layar televisi
1
Hidajanto Djamal dan Andi Fahrudin, Dasar-dasar Penyiaran (Sejarah, Organisasi,
Operasional dan Regulasi), (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 2.
14
15
pun hanya sekitar delapan kali sepuluh inchi saja sehingga persaingan
mekanik dan elektronik tidak begitu nyata.2
Televisis pertama kali ditampilkan di Amerika Serikat pada tahun
1939 saat berlangsungnya “World’s Fair” di New York. Namun sempat
terhenti ketika terjadi Perang Dunia II. Pada tahun 1946 kegiatan
pertelevisian sudah dimulai kembali. Dengan pesatnya perkembangan
teknologi, jumlah studio atau pemancar televisi meningkat menjadi 750
stasiun televisi di Amerika Serikat. Dan kini hampir di setiap gedung atau
rumah-rumah terdapat televisi di dalamnya.3
Di Indonesia sendiri, media massa televisi baru masuk padatahun
1960-an. Tepatnya pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia memutuskan
untuk memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek
pembangunan Asia Games IV. Pada tanggal 25 Juli 1961 Menteri
Penerangan (kini Menteri Komunikasi dan Informasi) mengeluarkan surat
keputusan (SK) Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia
Persiapan Televisi (P2T). Selanjutnya pada 23 Oktober 1961, Presiden
Soekarno dari Wina mengirimkan teleks kepada Menpen Maladi untuk
menyiapkan proyek televisi. Persiapan proyek televisi pun dijadwalkan
yakni:
1. Membangun studio di EKS AKPEN di Senayan (kini TVRI).
2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower 80
meter.
2
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006),
3
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 7.
h.7.
16
3. Memersiapkan software (program dan tenaga).4
Pada 17 Agustus 1962, TVRI mengadakan siaran percobaan
dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke 17 dari
halaman Istana Merdeka Jakarta dengan menggunakan pemancar
berkekuatan 100 watt. Pada tanggal 24 Agustus 1962, untuk pertama
kalinya TVRI mengudara dengan siaran langsung upacara pembukaan
Asian Games IV dari stadion utama Gelora Bung Karno. Sejak saat itu
stasiun TVRI mendominasi semua acara hiburan, pendidikan dan
informasi. Selama 27 tahun, penduduk Indonesia menikmati acara televisi
dari satu saluran saja yakni TVRI. Baru pada tahun 1989 Pemerintah
akhirnya mengizinkan Rajawali Citra Televisi (RCTI) sebagai stasiun
televisi swasta pertama. Tetapi hanya penduduk yang memiliki televisi
dengan antena parabola dan dekoderlah yang dapat menikmati saluran
RCTI. Baru pada tahun 1992, RCTI akhirnya dibuka untuk masyarakat
luas.5
Media
televisi
mengalami
perubahan
teknologi
seiring
perkembangannya dalam beberapa tahap. Televisi generasi pertama adalah
televisi hitam-putih. Di sini, sinar pantul setelah melewati sistem lensa
akan terbentuk gambar proyeksi hitam-putih. Gambar proyeksi ini
langsung diubah menjadi sinyal gambar proyeksi hitam putih. Maka
jadilah siaran televisi hitam putih yang dikenal Indonesia pada tahun 1960an. Selanjutnya, sinar pantul setelah dilewatkan sistem lensa, disalurkan
4
5
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 8.
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 8.
17
juga sebuah prisma atau dochroic sehingga terbentuklah tiga warna dasar.
Tiga warna dasar itu adalah merah (red), hijau (green) dan biru (blue) atau
dikenal RGB. Tiga warna dasar inilah yang selanjutnya akan
menghasilkan gambar bewarna.6
Generasi televisi kedua adalah televisi warna. Terdapat tiga sistem
di dalam televisi warna, yakni:
1. Phase Alternatig Line (PAL): 625 garis/detik-60 hertz.
2. National Televisio System Committess (NTSC): 525 garis/detik-50
hertz.
3. Sequential Colour a’Memoar (SECAM): 825 garis/detik-50 hertz.
Untuk mengubah sistem dari PAL ke NTSC, dari PAL ke SECAM, dari
NTSC ke SECAM, dari SECAM ke PAL atau sebaliknya menggunakan
convertion unit (converter). Pada generasi kedua, televisi memiliki rasio
layar 4:3. Pada generasi ketiga adalah High Definition (HD) TV. Televisi
generasi ketiga ini dapat dikatakan sebagian televisi masa depan karena
memiliki ukuran rasio layar 16:9 sehingga ukurannya lebih besar
dibanding televisi generasi sebelumnya. 7
Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society. An
incuest and Agenda” (1965), televisi mempunyai sifat istimewa dibanding
media massa lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan
sebagainya. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar.
Sifat politisnya sangat besar karena dapat menampilkan informasi, hiburan
6
7
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi, h. 8.
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi, h. 9.
18
dan pendidikan atau gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat
mata.8 Semakin bergulirnya waktu, kini setiap rumah bahkan dalam suatu
ruangan memiliki televisi. Televisi dianggap juga sebagai media
komunikasi yang paling mutahir dalam menyampaikan pesan. Karena
pesan-pesan yang disampaikan langsung memengaruhi otak, emosi,
perasaan dan sikap pemirsa.
Semakin bergulirnya waktu, kini setiap rumah bahkan dalam suatu
ruangan memiliki televisi. Televisi dianggap juga sebagai media
komunikasi yang paling mutahir dalam menyampaikan pesan. Hal tersebut
dikarenakan sajian televisi yang menggabungkan gambar dan suara
sekaligus. Kalau di radio hanya dapat mendengarkan suara, pada dengan
televisi gambar dan suara digabungkan. Sehingga khalayak dari kalangan
ekonomi menengah ke atasa maupun menengah ke bawah lebih memilih
televisi dibandingkan radio. Bahkan televisi juga kini telah menjadi teman
bagi keluarga untuk berkumpul. Dengan menonton acara yang sama yang
menghibur bersama-sama.
Kehadiran teknologi televisi memengaruhi kehidupan manusia
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan pertahanan dan
keamanan negara. Batas-batas negara pun tidak sulit untuk diterjang
karena media televisi dapat hadir di dunia maya. Sehingga jika informasi
dari media televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol maka akan
menimbulkan efek yang cukup besar. Efek tersebut dapat berupa
8
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 6.
19
penjajahan negara dalam hal informasi dan sebagainya. Hal tersebut
dikarenakan televisi menggunakan satelit sehingga cakrawala informasi
pun menjadi semakin luas. Peristiwa di suatu tempat dapat dilihat di
tempat lain melalui televisi dengan pola teknologi baru yakni “Direct
Broadcasting Satelite” atau DBS.9
Kini tayangan di televisi sangat beragam. Mulai dari tayangan
siaran berita, sinetron, kartun, siaran edukasi, kuliner, wisata, gaya hidup
dan lain-lain. Tayangan yang menjadi paling favorit adalah tayangan film.
Biasanya film yang awalnya ditayangkan di bioskop, jika sudah dalam
waktu lama, maka akan ditayangkan di televisi. Sehingga acara tersebut
dapat dijadikan sebagai alternatif hiburan keluarga di saat berkumpul
bersama.
B. Berita Televisi
Sebelum membahas tentang berita televisi, maka perlu diketahui
terlebih dahulu apa itu berita. Banyak juga para ilmuwan yang
mendefinisikan kata berita. Menurut AS Haris Sumadiria berita adalah
laporan tercepat menenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan
atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti
surat kabar, radio, televisi atau media on line internet.10 Sedangkan
menurut Andi Fachruddin berita adalah laporan tentang fakta peristiwa
atau pendapat dalam tulisan atau narasi, audiovisual, gambar, foto, peta,
grafis, baik direkam atau live yang aktual, menarik, bermanfaat dan
9
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 6.
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2011), cet ke-4, h. 65.
10
20
dipublikasikan melalui media massa periodik; surat kabar, majalah, radio
dan televisi.11
Definisi dari kedua orang di atas kurang lebih memiliki maksud
dan arti yang sama hanya tatanan bahasa yang berbeda. Seperti yang telah
dibahas di atas, berita merupakan suatu laporan menarik yang
dipublikasikan ke khalayak luas melalui media massa. Berita televisi
adalah berita yang dipublikasikan dengan menggunakan media televisi.
Sehingga tampilan laporannya berupa gambar juga suara. Tiap media
televisi memiliki tujuan masing-masing dalam memublikasikan suatu
peristiwa. Ada media televisi yang memberitakan karena kepentingan
politik keredaksian, kepentingan pasar, kepentingan kelompok, untuk
meningkatkan peringkat sehingga mengundang iklan atau juga karena
murni objektivitas dari hati nurani. Secara umum, berita televisi dalah
laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat manusia atau kedua-duanya
yang disertai gambar (visual) aktual, menarik, berguna dan disiarkan
melalui media massa televisi secara periodik.12
Seperti yang telah diketahui, kelebihan media televisi adalah
menggunakan media audiovisual yang menggabungkan gambar dan suara.
Pelaporan berita dari media televisi pun menjadi lebih mudah dipahami
karena dibarengi dengan cuplikan video kejadian atau yang berkaitan
dengan peristiwa tertentu. Sehingga khalayak dapat mengetahui apa yang
11
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumneter dan Teknik Editing, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.
48.
12
Arifin S. Harahap, Jurnalistik Televisi, (Jakarta: PT Indeks, 2007), cet. Ke-2, h. 4
21
sebenarnya terjadi melalui cuplikan video yang direkam oleh juru kamera.
Tayangan-tayangan berita inilah yang dikonsumsi oleh masyarakat dan
diserap informasinya. Suasana persidangan, pemdaman kebakaran,
demonstrasi, penggrebekkan dan lain-lain dapat langsung dilihat oleh
khalayak. Pada berita televisi, naskah narasi tidak perlu terlalu detail
karena beberapa pokok berita sudah diwakilkan dengan video yang
ditampilkan.
C. Talk Show
Banyak ahli memberikan definisi yang berbeda tentang talk show.
Menurut Naratama, talk show atau dialog atau debat atau argumentasi
adalah dimana seorang pembicara bebas membantah, moderator pun
diperbolehkan mengkritik. Bahkan, bintang tamu diperbolehkan menangis
jika memang itu diperlukan. Dalam talk show, berbicara adalah suatu yang
sangat penting.13
Sedangkan menurut Fred Wibowo, talk show adalah program
pembicaraan tiga orang atau lebih mengenai suatu permasalahan. Tokoh
yang diundang sebagai bintang tamu dapat mengungkapkan atau
mengemukakan pendapat. Sedangkan pembawa acara di sini, berfungsi
sebagai moderator. Pembawa acara yang juga sekaligus moderator ini juga
diperbolehkan melontarkan pendapat atau membagi pembicaraan.14
13
Rukmanda Naratama, Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera,
(Jakarta: Grasindo, 2006), h. 147.
14
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, (Surabaya: Pinus Book Publisher,
2007), h. 8.
22
Menurut Morissan, talk show adalah sebuah program yang
menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik
tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara atau host. Bintang
tamu diundang merupakan orang-orang yang berpengalaman langsung
dengan peristiwa yang diperbincangkan ataupun ahli yang berkompeten
dibidangnya, sesuai dengan masalah yang sedang dibahas.15
Maka dapat disimpulkan bahwa talk show adalah suatu program
televisi yang menghadirkan dua orang atau lebih bintang tamu untuk
saling mengungkapkan pendapat tentang suatu masalah yang ditengahi
oleh seorang pembawa acara selaku moderator.
Menurut Bernard M Timberg, program talk show memiliki empat
prinsip dasar. Pertama adalah host yang bertanggung jawab atas materi,
pengarahan pembicaraan dan bentuk acara yang akan disiarkan. Prinsip
kedua adalah mengandung percakapan yang berisi pesan. Prinsip ketiga
adalah talk show merupakan suatu produk yang berkompeten dengan
produk lain. Dan prinsip ke–empat, talk show merupakan kegiatan
industry yang melibatkan produser acara, penulis naskah, pengarah acara,
piñata rias dan rambut serta melibatkan bagian marketing. Sebagai produk,
maka program ini harus bisa dijual dengan mengemasnya secara baik dan
menarik.16
15
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 217.
Bernard M Timberg, Television Talk: A History of The TV Talk Show, (Texas:
University of Texas Press, 2002), h. 5.
16
23
D. Pengaruh Media Massa
Para peneliti terdahulu percaya media massa dapat memengaruhi
audiens. Hal tersebut dikarenakan pesan-pesan yang disampaikan media
dapat membentuk opini masyarakat. Sehingga apa yang disampaikan oleh
media massa, masyarakat akan memercayainya, meyakini dan tidak
menutup kemungkinan untuk melakukan hal yang sesuai dengan pesan
yang dipublikasikan melalui media massa. Terpengaruhnya audiens juga
didasari oleh faktor-faktor pendukung tertentu.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menyelami lebih
dalam bagaimana dan seberapa jauh pengaruh media massa terhadap
audiens. Seperti teori jarum hipodermik yang meyakini bahwa media
massa secara langsung dapat memengaruhi individu. Pada penelitian
selanjutnya ditemukan bahwa terpengaruhnya audiens juga dibarengi oleh
beberapa variabel seperti dengan siapa individu tersebut menerima pesan,
kepuasan akan pesan tersebut dan sebagainya.17 Teori tersebut dikenal
sebagai Pengaruh Terbatas yang dikemukakan oleh Joseph Klapper.
Individu dianggap memiliki penolakan terhadap pesan-pesan dari media
massa. Selanjutnya muncul teori sebagai koreksi atau penelitian lebih
dalam dibanding dengan penelitian sebelumnya seperti Teori Kultivasi,
Penentuan Agenda dan lain-lain.18
17
Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss, Teori Komunikasi, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2011), Edisi 9, h. 423.
18
Werner J. Severin & James W. Tankard, Jr. , Teori Komunikasi, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011), Edisi ke-5, cet ke-5, h. 15.
24
Pengaruh dari media massa tidak hanya dapat dinilai dengan besar
atau kecilnya pengaruh. Media massa dapat memengaruhi aspek-aspek
tertentu dari seorang individu. Kembali lagi, karena faktor-faktor pengaruh
yang berbeda pada tiap individu. Dimensi-dimensi yang berhubungan
dengan pengaruh media massa terhadap individu adalah konatif, afektif
dan kognitif.19 Konatif lebih menyentuh pada bidang motivasi yang
mengarahkan keinginan individu setelah menerima pesan dari media.
Afektif menyentuh bidang emosi sehingga memengaruhi pada tingkah
laku individu setelah menerima pesan. Sedangkan kognitif menyentuh
pemikiran atau gagasan. Pada dimensi kognitif, hanya perubahan wawasan
saja yang terjadi pada individu.
Pengaruh dari media massa dapat dilihat dalam jangka waktu
pendek dan panjang.20 Pengaruh yang terjadi dalam jangka waktu pendek
merupakan pesan yang secara cepat memengaruhi individu. Pengaruh
yang terjadi dalam jangka waktu panjang dapat dilihat dari perubahan
sikap atau perilaku individu.
Denis McQuail menjelaskan pengaruh media massa memiliki
empat
tipologi21.
Pertama,
pengaruh
media
massa
yang
sudah
direncanakan oleh media massa itu sendiri ataupun orang yang memiliki
kepentingan dengan penyebaran informasi tersebut. Kedua, pengaruh
media massa yang tidak disengaja atau di luar perkiraan media massa itu
19
Werner J. Severin & James W. Tankard, Jr. , Teori Komunikasi, h. 16.
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prennada Media Group, 2013), cet ke-13, h. 321.
21
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (London: Sage Publication, 2002), Edisi ke4, h. 425-426.
20
25
sendiri terhadap peengaruh yang akan terjadi di masyarakat. Ketiga,
pengaruh media massa yang terjadi secara instant yakni cepat namun
keras. Keempat, pengaruh media massa yang terjadi dalam jangka waktu
yang panjang dan memengaruhi hal-hal yang lebih dalam lagi seperti sikap
seseorang bahkan perubahan kelembagaan dan persoalan perubahan
budaya.
1. Efek Tayangan
Tiap jenis media massa memiliki cara dan hasil efek tersendiri
bagi khalayak. Karena jenis media dan juga sifat media yang berbedabeda. Pengaruh dari media massa televisi dapat mudah dilihat dari
perubahan-perubahan pemikiran, emosi juga motivasi khalayaknya.
Terlebih lagi di Indonesia yang terdiri dari gugusan-gugusan pulau dan
bentangan laut yang luas. Dengan adanya media massa televisi seluruh
penjuru nasional dapat mengetahui secara detail suatu kejadian di suatu
daerah. Karena dengan media massa televisi, khalayak tidak perlu
menerka atau membayangkan suatu kejadian, namun cukup dengan
menonton tayangan yang ditampilkan oleh media.
Isi pesan televisi yang disampaikan dalam bentuk tayangan
memiliki peran sebagai pendidikan, hiburan, pengontrol sosial dan
penghubung wilayah secara geografis.22 Tayangan yang diterima oleh
penonton akan menghasilkan pengaruh yang berbeda-beda pada tiap
individu. Hal tersebut dikarenakan keadaan psikologi, kebutuhan dan
22
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), h. 99.
26
kondisi emosi yang berbeda pada tiap individu. Latar belakang sosial,
pendidikan dan ekonomi penonton juga memengaruhi efek media yang
didapat. Karena pemahaman dari pesan yang ditayangkan juga
kebutuhan informasi berbeda bagi tiap individu.
Wawan Kuswandi memaparkan bahwa media massa televisi
dapat menimbulkan tiga efek bagi penonton.23 Efek pertama adalah efek
kognitif. Efek ini memengaruhi pengetahuan penonton setelah
emnonton tayangan dan bergantung pada daya serap juga pemahaman
penonton itu sendiri. Efek kedua adalah peniruan. Penonton akan
menyerap informasi yang telah ditonton dan akan mengaplikasikannya
pada kehidupan nyata sehari-hari. Efek ketiga lebih dalam lagi karena
memengaruhi perilaku penonton. Efek ini memengaruhi pada
penanaman nilai-nilai sosial sosial budaya sesuai yang ditayangkan di
televisi.
E. Respons
1. Pengertian Respons
Dalam
kamus
besar
bahasa
Indonesia,
respons
berarti
tanggapan, reaksi dan jawaban.24 Dalam kamus psikologi, respons
adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh satu
perangsang ataupun salah satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi
pertanyaan tes atau satu kuesioner atau dapat diartikan sebagai suatu
23
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi, h. 100.
Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), cet. ke-3 h. 952
24
27
tingkah laku, baik yang terlihat jelas atau lahiriah maupun tersembunyi
atau tersamar.25
Respons dengan istilah feedback atau umpan balik yang
memiliki respons atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik
atau tidaknya suatu komunikasi.26 Komunikasi dinyatakan berhasil
apabila komunikan mampu memberikan umpan balik yang berbentuk
tanggapan atau respons.27 Stimulus dan respons juga rangsang dan
sambutan merupakan hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan karena
merupakan suatu kebulatan.28
Reaksi dalam suatu komunikasi juga dapat disebut dengan
tanggapan balik. Ada yang beranggapan bahwa tanggapan balik atau
umpan balik sebenarnya merupakan salah satu bentuk daripada
pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi, karena pengaruh
tidak selamanya berbalik kepada penerima, tanggapan balik dapat
dibedakan dnegan pengaruh. Tanggapan balik sangat penting karena
bisa dikatakan semua komunikasi yang menginginkan keharmonisan
memerlukan tanggapan balik.29
Respons merupakan suatu hal timbal balik karena ada aksi
sebelumnya. Seperti pada komunikasi, terdapat penyampai pesan,
25
J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),
cet. ke-14, h. 432
26
Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 81
27
Dian Wulandari, Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan, (Yogyakarta:
Nuha Medika Press, 2009), cet. ke-1, h. 6
28
Indung A Shaleh dkk, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)
h. 78
29
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), h. 10
28
pesan, penerima pesan, media dan efek. Dalam komunikasi yang
efektif, maka akan ada timbal balik dari penerima pesan. Respons
merupakan timbal balik komunikan setelah melakukan proses
komunikasi dengan komunikator. Hal yang disampaikan oleh
penyampai pesan adalah suatu rangsangan, kemudian penerima pesan
menanggapi atau merespons pesan tersebut dengan memberikan reaksi.
2. Jenis Respons
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe,
respons dibagi menjadi 3 jenis:
a. Kognitif. Respons yang berkaitan erat dengan pengetahuan
keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respons
ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau
persepsi khalayak.
b. Afektif. Respons yang berkaitan dengan perasaan yang timbul
bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau
dibenci khalayak. Berkaitan dengan emosi dan sikap atau nilai.
c. Konatif/behavioral. Respons yang merujuk pada perilaku nyata
yang dapat diamati. Meliputi tindakan, kegiatan/kebiasaan
perilaku.30
Berbeda dengan Steven M. Chaffe, Agus Sujanto membagi
jenis respons terhadap 3 aspek:
a. Respons berdasarkan indera:
30
h. 28
Jalaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),
29
1) Tanggapan auditif. Tanggapan terhadap apa-apa yang telah
didengarnya, baik berupa suara, ketukan dan lain-lain.
2) Tanggapan visual. Tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat.
3) Tanggapan perasa. Tanggapan terhadap sesuatu yang dialami
oleh dirinya.31
b. Respons berdasarkan bentuk kejadian.
1) Tanggapan
ingatan.
Tanggapan
terhadapsesuatu
yang
diingatnya dari masa lalu.
2) Tanggapan fantasi. Tanggapan terhadap masa kini atau
tanggapan terhadap sesuatu yang sedang terjadi.
3) Tanggapan fikiran. Tanggapan terhadap masa datang atau
tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi.32
c. Respons berdasarkan lingkungan.
1) Tanggapan
benda.
Tanggapan
terhadap
benda
yang
menghampirinya, berada di dekatnya atau yang ada di
sekitarnya.
2) Tanggapan kata-kata. Tanggapan seseorang terhadap ucapan
atau kata-kata yang didengar atau dilontarkan oleh lawan
bicara.33
3. Faktor Munculnya Respons
Tidak semua stimulus yang ada mendapatkan respons.
Individu merespons stimulus yang berkaitan atau menarik dirinya.
31
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), cet. ke-3, h. 64
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, h. 31
33
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, h. 32
32
30
Respons juga bergantung pada keadaan individu tersebut. Dengan
kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan
bergantung pada dua faktor:
a. Faktor internal. Faktor yang terdapat dalam diri individu. Manusia
terdiri dari jasmani dan rohani. Seseorang akan menanggapi
stimulus yang dipengaruhi oleh keadaan jasmani dan rohani
seseorang tersebut. Apabila antara jasmani dan rohani terganggu,
maka respons atau tanggapan yang dihasilkan akan berbeda antara
satu orang dengan orang lainnya.
b. Faktor eksternal. Faktor yang terdapat pada lingkungan (faktor
psikis). Faktor ini merupakan suatu intensitas atau benda yang
memberikan rangsangan. Faktor ini berhubungan dengan objek
hingga menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai indera.34
4. Teori Stimulus-Organism-Respons atau Stimulus-Respons.
S-O-R merupakan singkatan dari stimulus-organismresponse. Teori ini berasal dari ilmu psikologi. Namun kini juga
digunakan pada ilmu komunikasi karena objek materialnya sama.
Kedua ilmu ini memiliki objek material manusia yang jiwanya
meliputi komponen-komponen yang diantaranya adalah sikap, opini,
kognisi, afeksi dan konasi.35 Menurut S. Djuarsa Sendjaja, teori S-OR adalah suatu aliran komunikasi massa yang beranggapan bahwa
34
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: UGM, 1996), h. 53
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 254
35
31
media massa memiliki efek langsung yang dapat memengaruhi
individu sebagai audience (penonton/pendengar).36
Asumsi dasar dari model ini adalah media massa
menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap
komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini
menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi.
Artinya model ini mengasumsi bahwa kata-kata verbal, isyarat non
verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain
memberikan respons dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat
berlangsung secara positif atau negatif;misal jika orang tersenyum
akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika
tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi
negatif.
Respons atau perubahan sikap bergantung pada proses
terhadap
individu.
Stimulus
yang
merupakan
pesan
yang
disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak,
komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila komunikan
memberikan
perhatian
terhadap
stimulus
yang
disampaikan
kepadanya. Sampai pada proses komunikan tersebut memikirkannya
sehingga
timbul
pengertian
dan
penerimaan
atau
mungkin
sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berupa perubahan kognitif,
afektif atau behavioral.
36
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: UT, 2005), cet. ke-9, h. 5.20
32
Menurut
Hosland,
proses
perubahan
perilaku
pada
hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku
tersebut menggambarkan proses berlajar pada individu yang terdiri
dari:
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat
diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima
atau ditolak, berarti stimulus tersebut tidak efektif untuk
memengaruhi perhatian individu dan berhenti di situ. Tetapi
apabila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian
dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme, maka
ia akan mengerti stimulus tersebut dan dilanjutkan kepada proses
berikutnya.
c. Setelah itu, organisme mengolah stimulus tersebut sehigga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
(bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari
lingkungan, maka stimulus tersebut memiliki efek tindakan dari
individu tersebut (perubahan perilaku).
Hovland, Janis dan Kelley mengatakan bahwa dalam
menelaah sikap yang baru ada, perlu ada tiga variabel penting, yakni
perhatian, pengertian dan penerimaan.37
37
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, h. 225
33
Gambar 1. Teori S-O-R
Gambar diatas menerangkan bahwa dalam perubahan sikap
sangat bergantung pada proses yang terjadi pada masing-masing
individu. Stimulus yang disampaikan oleh seorang komunikator
kepada komunikan bisa saja diterima ataupun bisa saja tidak
diterima. Komunikasi yang akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan. Proses berikutnya, yang dilalui adalah kepahaman dari
komunikan. Kemampuan komunikan akan melanjutkan proses
komunikasiberikutnya. Setelah komunikan dapat mengolah dan
menerima pesan dari komunikator, terjadilah kesediaan mengubah
sikap.38
Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal yang dapat
menyebabkan dinamika tingkah lakulah yang menjadi stimulus dan
memberikan rangsangan yang dapat mengubah sikap atau perilaku
38
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 255-256
34
seseorang. Komunikator perlu memberikan tambahan stimulus
sebagai penguatan agar komunikan mau mengubah sikap sesuai yang
komunikator inginkan. Keberhasilan mengubah sikap tersebut dapat
dicapai dengan berbagai cara salah satunya memberi hukuman atau
imbalan. Dengan demikian, komunikan akan memersepsikan sabagai
suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hal
tersebut dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan tersebut
harusa dapat dimengerti dan diterima sebagai hal yang memiliki efek
langsung terhadap sikap.
Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penelitian ini
adalah :
a. Stimulus yang dimaksud adalah pesan yang disampaikan dalam
tayangan Apa Kabar Indonesia Pagi dan Malam Edisi 1 April-30
Maret 2015.
b. Organisme yang dimaksud adalah santri Pondok Pesantren Daar
el-Qolam II.
c. Respons yang dimaksud adalah respons santri Pondok Pesantren
Daar el-Qolam II terhadap diskusi pada tayangan tersebut yang
membahas tentang makna radikalisme Islam.
F. Radikalisme
Radikal berasal dari kata radic yang artinya keinginan untuk
mengubah keadaan secara mendasar. Paham radikal sendiri merupakan
gerakan keagamaan yang berusaha merombak secara total suatu tatanan
35
politis atau tatanan sosial yang ada dengan menggunakan kekerasan. 39
Sejarawan Sartono Kartodirdjo menggunakan istilah radikalisme untuk
menggambarkan gerakan protes yang menggunakan simbol agama dalam
menolak seluruh aturan dan tatanan yang ada.40 Secara umum dan dalam
ilmu politik, radikalisme adalah suatu konsep atau semangat yang
berupaya untuk mengadakan perubahan kehidupan politik secara
menyeluruh dan mendasar tanpa memerhitungkan adanya peraturanperaturan atau ketentuan-ketentuan konstitusional, politis dan sosial, yang
sedang berlaku.41
Berbeda lagi dengan Horace M. Kallen, ia mencirikan radikalisme
dalam tiga kecenderungan.42 Pertama, radikalisme merupakan respons
terhadap kondisi yang sedang berlangsung. Respons tesebut berupa
evaluasi, penolakan atau bahkan perlawanan terhadap asumsi, ide,
lembaga atau nilai-nilai yang dianggap bertanggung jawab atas kondisi
yang ditolak. Kedua, radikalisme berupaya mengganti tatanan dengan
tatanan yang lain. Pada ciri ini, menunjukkan radikalisme mengandung
suatu program atau pandangan dunia tersendiri. Ketiga, kuatnya keyakinan
kaum radikalis akan kebenaran program atau ideologi yang mereka bawa.
Secara menyeluruh, radikalisme dapat dipahami sebagai gerakan
yang diupayakan oleh kelompok tertentu terkait dengan hal yang tidak
disetujui atau kontra dengan kelompok tersebut. Semangat radikalisme
39
Sartono Kartodirdjo, Ratu Adil, (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), h. 38
Tarmizi Taher, et.al., Radikalisme Agama, (Jakarta: PPIM-Iain Jakarta, 1998), h. xvii
41
Gunung Djati Press, Masa Depan Bangsa dan Radikalisme Agama, (Bandung: 2006),
40
h. 1
42
Tarmizi Taher, et.al., Radikalisme Agama, h. xvii
36
muncul karena dorongan beberapa faktor atau motif. Faktor-faktor tersebut
adalah:
1. Faktor/Motif Nasionalisme.
Gerakan radikalisme dengan motif nasionalisme biasanya terjadi
di negara atau wilayah yang masih dalam penjajahan dan rakyat di
negara atau wilayah tersebut menilai bahwa sistem pertahanan yang
berlaku adalah sangat kejam, tidak adil dan berpendapat bahwa jalan
lain selain radikalisme tidak mungkin dapat untuk mengubah kehidupan
msayarakat menjadi lebih baik.
2. Faktor/Motif Agama.
Radikalisme yang didorong oleh faktor agama biasanya
mendasarkan aksi-aksinya atas ketentuan-ketentuan dalam agama itu
sendiri yang oleh masyarakat luas diimpretasi secara berbeda-beda.
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa Islam adalah suatu agama
yang menghendaki perdamaian. Namun ada golongan lain yang
menginterpretasikan bahwa ketentuan-ketentuan yang dalam agama
yang bersangkutan menyebutkan bahwa segala perbuatan yang tidak
diizinkan atau diridhai oleh agama tersebut adalah dilarang. Juga ada
yang berpendapat bahwa segala keadaan masyarakat yang bertentangan
dengan norma-norma agama yang dianut perlu diberantas dan
diupayakan diberantas dengan segala cara.
37
3. Faktor Globalisasi.
Hubungan dengan faktor ini adalah dampak dari kemajuankemajuan teknologi di negara maju yang hasilnya mengalur ke seluruh
pelosok dunia di mana negara berkembang sebagai penerima yang
belum tentu siap menerima aliran-aliran hasil kemajuan teknologi
tersebut. masyarakat menilai bahwa apa yang “diberikan” kepada
negara lain dengan dalih “bantuan” akan menambah kesenjangan dan
jurang antara golongan kaya dan golongan miskin dan ketergantungan
negara miskin terhadap negara kaya.43
1. Radikalisme Islam
Banyak gerakan radikalisme yang mengatasnamakan
agama sehingga kini lebih marak dikenal radikalisme agama.
Radikalisme umumnya dikaitkan dengan pertentangan secara tajam
antara nilai-nilai yang diperjuangkan oleh kelompok agama tertentu
dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang mapan pada saat itu.44
Tarmizi Taher menggunakan istilah radikalisme untuk mengasosiasikan
gerakan-gerakan keagamaan khususnya dalam Islam yang cenderung
menolak model keberagaman konservatif serta sistem nilai sosialpolitik sekuler. Gerakan tersebut dicirikan oleh keinginan untuk
menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh dalam kehidupan keluarga,
ekonomi, politik dan budaya.45
43
Gunung Djati Press, Masa Depan Bangsa dan Radikalisme Agama, h. 2-5
Zainuddin Fananie, et.al.,Radikalisme Keagamaan dan Perubahan Sosial, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2002), h. 1
45
Tarmizi Taher, et.al., Radikalisme Agama, h. xxii
44
38
Kaum radikalis memiliki sikap teguh atas keyakinannya
dan susah berkompromi dengan kaum yang bersifat mainstream.
Simbol-simbol keagamaan seringkali bersinggungan dengan masalah
politik dan budaya. Sehingga bagi kelompok yang menganut suatu
agama yang memiliki pemahaman tersendiri terhadap ajaran agamanya,
akan berupaya untuk menerapkan ajaran tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Mulai dari keluarga, ekonomi, politik dan budaya akan
diupayakan untuk dilaksanakan berdasarkan ajaran agama. Hal tersebut
disebabkan oleh keinginan kelompok tersebut untuk mendapatkan
kehidupan yang benar-benar sesuai dengan ajaran agamanya.
Menurut kaum radikalisme Islam, Islam merupakan ajaran
yang sempurna yang bersifat total yang telah menyiapkan segala aturan
yang dapat digunakan oleh umat sepanjang zaman. Artinya, Al-Qur’an
dan Sunnah harus diletakkan di atas kekuasaan manusia dalam seluruh
institusi masyarakat dan hanya Allah yang memiliki wewenang untuk
menentukan kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh manusia.
Pola pikir tersebut sering dikenal sebagai prinsip hakimiyyah.
Berdasarkan keyakinan ini, Islam dimunculkan sebagai ideologi yang
self-sufficient, sehingga cenderung memperlakukan ideologi atau
praktik kehidupan yang berbeda sebagai musuh. Contohnya adalah
mengkafirkan kalangan lain yang tidak sejalan dengan pendirian kaum
radikal.46
46
Zainuddin Fananie, et.al.,Radikalisme Keagamaan dan Perubahan Sosial, h. 22-23
39
Prinsip radikalisme yang ingin mengganti tatanan sosialpolitik yang ada dengan hukum syari’at Islam sebenarnya tidak ditemui
dalam khazanah Islam klasik. Prinsip tersebut kebanyakan berasal dari
fenomena modern. Kaum radikalis kebanyakan membahas tentang
negara Islam, sedangkan konsep negara atau bangsa baru lahir dalam
masyarakat Muslim pada akhir masa penjajahan Eropa. Dengan
demikian, Bruce B. Lawrence menyimpulkan bahwa radikalisme dalam
Islam merupakan fenomena modern karena lahir dari akibat modernitas
dan berdiri sebagai antitesis modernisme. Sehingga bisa dikatakan,
kaum radikalis pada dasarnya modern, tetapi menolak modernisme.47
Radikaslime
keagamaan
muncul
ketika
masyarakat
memasuki
modernisasi yang rasional sehingga sebagian masyarakat merasa
terancam karena nilai-nilai agama tidak lagi menjadi acuan menata
kehidupan.48
Mark Juergensmeyer menyatakan bahwa radikalisme dalam
Islam
muncul
karena
kegagalan
nasionalisme
sekuler
dalam
mengakomodasi aspirasi kalangan agamawan. Kalangan radikalis
menerima modernitas dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi menolak ideologi sekularisme dan materialisme di balik ideologi
modernitas. Ira M. Lapidus menyimpulkan bahwa kalangan radikalis
tidak sedang berusaha mengubah tatanan sosial sesuai dengan yang
terdapat di sejarah Islam, tetapi berusaha merumuskan tatanan sosial
47
48
Zainuddin Fananie, et.al.,Radikalisme Keagamaan dan Perubahan Sosial, h. 31
Gunung Djati Press, Masa Depan Bangsa dan Radikalisme Agama, h. 52
40
dan politik baru yang ditarik dari ajaran-ajaran agama. Kalangan
radikalis lebih memersoalkan nilai-nilai yang menjadi landasan tatanan
sosial daripada bentuk institusi atau pencapaian yang dihasilkan.49
Pada kalangan dengan paham radikalisme Islam, pedoman
agama digunakan sebagai pembenaran dan pendorong aksi tersebut.
Terlebih lagi bagi kalangan yang memaknai jihad dalam tindak
kekerasan dan perang suci, maka penyerangan terhadap kelompok lain
yang menentang aturan Islam atau bertindak berlawanan dengan syariat
Islam merupakan suatu tindakan yang benar.50 Contoh bentuk
kekerasan yang didorong oleh makna jihad adalah terorisme,
penyerangan terhadap tempat-tempat maksiat dan sebagainya. David C.
Rapoport menyebutkan bahwa aksi kekerasan dalam bentuk terorisme
ini dengan teror suci atau sakral yang dibedakan dengan teror politik
atau sekuler.51
49
Tarmidzi Taher, et.al, Radikalisme Agama, h. 31-32
Abd. Muin M, dkk, Pendidikan Pesantren dan Potensi Radikalisme, (Jakarta: Prasasti,
2007), h. 259
51
David C. Rapoport, Teror Suci: Contoh Terkini Dari Islam, (Jakarta: Grafindo, 2003),
h. 132
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma positivisme.
Menurut Lexy J. Moleong yang mengutip peryataan Bogdan dan Biklen
menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah
asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan
cara berpikir dan penelitian.1 Paradigma positivisme memiliki pandangan
bahwa realitas yang terjadi merupakan realitas yang bersifat objektif dan
sudah ada dan hadir sebelum wartawan meliput realitas tersebut.2
Paradigma ini berpandangan bahwa suatu realitas merupakan fakta
yang sungguhan atau riil. Fakta tersebut merupakan fakta yang diatur oleh
kaidah-kaidah secara universal. Sehingga sebuah media massa merupakan
penyalur informasi yang netral kepada orang banyak atau masyarakat.
Sehingga apa yang disampaikan oleh media massa terhadap suatu
peristiwa merupakan apa yang sesungguhnya terjadi pada kehidupan
nyata.
1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 1997), h. 30.
2
Eriyanto, Analisi Framing: Konstruksi, ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2005), cet ke-3, h. 19
41
42
B. Metode Penelitian
Metode
yang
digunakan
adalah
survei.
Metode
survei
menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Tujuannya
adalah untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang
dianggap mewakili populasi tertentu. Metode survei yang digunakan
adalah survei deskriptif. Jenis survei ini bertujuan untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan populasi yang sedang diteliti. Metode ini dilakukan
untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan
hubungan antar variabel.3
C. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan
pendekatan
yang
kuantitatif.
digunakan
Pendekatan
dalam
penelitian
kuantitatif
ini
adalah
bertujuan
untuk
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol fenomena sosial melalui
pengukuran objektif dan analisis numerik terhadap variasi angka-angka.4
Rachmat kriyantono menyebutkan bahwa riset dengan pendekatan
kuantitatif adalah riset yang mementingkan keluasan data representatif
untuk menggambarkan suatu populasi5
Jenis penelitian ini adalah eksplanatif. Penelitian bertujuan untuk
menghubungkan dan mencari kausalitas antara dua atau lebih variabel
yang akan diteliti. Penelitian ini membutuhkan definisi konsep, kerangka
3
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012), cet. ke-6, h. 59
4
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2002), h. 31
5
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 55
43
konseptual dan kerangka teori. Periset perlu melakukan kegiatan berteori
untuk menghasilkan hipotesis awal antara variabel satu dengan variabel
lainnya. Variabel penelitian ini merupakan konsep yang dapat diukur.6
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Modern Daar elQolam II yang beralamat diJl. Raya Serang KM. 35 Pasir Gintung, Jayanti,
Tangerang, Banten. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2015
sampai November 2016. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah:
1. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui efek tayangan terhadap santri.
2. Lokasi penelitian cukup strategis, mudah dijangkau dan hemat biaya.
3. Peneliti juga mudah untuk mengakses data yang dibutuhkan.
E. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek adalah responden yang memahami objek penelitian sebagai
pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Sedangkan
objek adalah sasaran penelitian.7 Pada penelitian ini, yang menjadi subjek
penelitian adalah Santri SMA Daar el-Qolam II yang menonton tayangan
Apa Kabar Indonesia. Sedangkan objek penelitiannya adalah pengaruh
secara kognitif, konatif dan afektif yang terjadi pada santri setelah
menonton tayangan diskusi tentang pemblokiran situs Islam di tayangan
Apa Kabar Indonesia.
6
7
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 69
Burhan Bungin, Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 76
44
F. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek atau fenomena yang diteliti.
Sugiyono menyebut bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari kemudian ditarik
suatu kesimpulan.8
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Santri SMA
Daar el-Qolam II angkatan 43 yang berjumlah 232 orang.
Tabel 1. Populasi Penelitian
Jurusan Laki-laki Perempuan Jumlah
IPA
69
76
145
IPS
50
37
87
Total
232
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.9 Pada
umumnya, peneliti tidak bisa mengadakan penelitian kepada seluruh
anggota dari suatu populasi karena terlalu banyak. Adapun yang perlu
dilakukan adalah mengambil beberapa representatif dari suatu populasi
kemudian diteliti. Representatif dari populasi ini yang dimaksud dengan
sampel.10
8
Burhan Bungin, Penelitian Kuantitatif, h. 153
Ronny Kountur, Metode Penelitian, (Jakarta: CV Taruna Gravica, 2003), h. 137
10
Ronny Kountur, Metode Penelitian, h. 138
9
45
Untuk penentuan ukuran sampel, peneliti menggunakan cluster
sampling. Peneliti mengambil sampel dengan menggunakan rumus Slovin.
Rumusnya adalah:11
n=
Keterangan:
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
e : kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolerir.
Batas yang ditolerir ini antara 1%, 2%, 3%, 4%, 5% atau 10%. Pada penelitian
ini, nilai batas kelonggaran adalah 10%. Maka cara menghitungnya adalah
sebagai berikut:
n=
=
=
=
= 69,89 = 70.
Maka sampel yang peneliti ambil adalah 70 santri terdiri dari 35 santriwan dan 35
santriwati.
G. Variabel Penelitian
Variabel merupakan konsep dalam bentuk konkret atau konsep
operasional. Suatu variabel adalah konsep tingkat rendah yang acuanacuannya relatif mudah diidentifikasikan dan diobservasi serta mudah
diklasifikasi, diurut dan diukur.12 Pada penelitian ini terdapat dua jenis
variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah
variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel
11
12
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 164
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 20
46
lainnya. Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau
yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya.13 Sehingga dapat
dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang dapat memengaruhi
variabel terikat. Sesuai tujuan dari penelitian, maka berikut adalah
klasifikasi varibel dari penelitian ini:
1. Variabel bebas (X): Tayangan talk show tentang pemblokiran situs
Islam yang membahas tentang radikalisme Islam di Apa Kabar
Indonesia tvOne edisi 1-5 April 2015
2. Variabel terikat (Y): Respon Santri SMA Daar el-Qolam II angkatan 43
terhadap tayangan tersebut.
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Seperti yang telah disebutkan di atas, pada penelitian ini variabel
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Variabel bebas
a. Definisi Operasional
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan. Definisi
operasional tayangan adalah tayangan diskusi tentang pemblokiran
situs Islam yang membahas tentang radikalisme Islam di Apa Kabar
Indonesia tvOne edisi 1-5 April 2015 berdasarkan narasumber,
konten tayangan, durasi dan waktu tayang. Dalam penelitian ini,
tayangan merupakan suatu stimulus yang merangsang perkembangan
13
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 21
47
pengetahuan santri terhadap makna radikalisme Islam. Kualitas
tayangan tersebut dilihat dari narasumber, konten tayangan, durasi
dan waktu tayang.
b. Indikator Operasional
1) Host atau pembawa acara
Host atau pembawa acara merupakan keharusan untuk
setiap program acara. Host berperan sebagai pemandu acara yang
mengarahkan ke mana acara terebut akan dibawa. Host
merupakan bagian terpenting dalam acara talk show karena
berperan sebagai pemandu sekaligus moderator.
Pada program Apa Kabar Indonesia tvOne, Arief Fadhil
muncul sebagai pembawa acara sekaligus moderator. Pada
dimensi host atau pembawa acara, maka diartikan sebagai orang
yang membawakan acara sekaligus menjadi moderator sehingga
orang yang bertugas sebagai pembawa acara ini harus memiliki
gaya bicara dan penampilan yang baik dan menarik.
2) Narasumber
Pada acara talkshow, narasumber merupakan bagian
terpenting. Narasumber adalah orang tertentu yang dimintai
informasi melalui kegiatan wawancara secara khusus.14 Biasanya
Narasumber merupakan para pemangku kebijakan, pengamat
politik maupun masyarakat umum. Sehingga dengan semestinya,
14
h. 65
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Rekatama, 2006),
48
seorang narasumber adalah orang yang ahli, memiliki kapabilitas
dan dapat dipercaya dalam menyampaikan informasi berkaitan
dengan isu yang dibahas.
Pada tayangan Apa Kabar Indonesia menghadirkan dua
hingga lebih narasumber untuk dimintai informasi sekaligus
berdiskusi mengenai isu yang sedang dibahas. Dalam penelitian
ini, dimensi narasumber diartikan sebagai orang yang muncul
dalam talkshow yang informasinya dapat dipercaya. Sehingga
informasi yang disampaikan oleh narasumber dapat memengaruhi
pengetahuan penontonnya.
3) Materi atau Konten Tayangan
Pada dimensi ini dilihat dari kelengkapan, pengemasan
tayangan, keseimbangan dan keobjektifan tayangan. Kelengkapan
suatu tayangan berdasarkan pada unsur berita yaitu 5W+1H atau
who (siapa), what (apa), when (kapan), where (dimana), why
(mengapa) dan how (bagaimana).15 Maka dalam penelitian ini,
indikator konten tayangan dilihat dari bagaimana pengemasan
berita sehingga menarik bagi penonton, kelengkapan dalam
membahas suatu isu, objektifitas pemberitaan sehingga tidak
berpihak pada pihak tertentu.
15
32
Usman KS, Televisi News, Reporting and Writing, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h.
49
4) Durasi Tayang
Suatu
tayangan
memiliki
berbagai
macam
durasi,
tergantung pada kedalaman masalah yang dibahas. Suatu program
kebanyakan memiliki durasi 30-120 menit. Untuk topik atau isu
yang sedang hangat, biasanya menghabiskan durasi tayangan
hingga 60 menit. Untuk program Apa Kabar Indonesia ini
memiliki durasi total 120 menit. Untuk satu isu khusus yang
terhangat, diskusi atau pemberitaan akan menghabiskan waktu
selama 60 menit.
Dengan demikian durasi tayangan dalam penelitian ini
diartikan sebagai jumlah waktu yang dihabiskan pada suatu
tayangan dalam hitungan menit.
5) Waktu Penayangan
Pada dimensi ini, dapat dilihat dari pukul berapa tayangan
tersebut tayang di televisi. Pada waktu prime time akan lebih
banyak orang yang menonton karena berkenaan dengan waktu
santai atau waktu istirahat. Beda halnya dengan tayangan yang
tayang pada waktu dini hari, di mana waktu tersebut mayoritas
orang menggunakannya untuk tidur. Sehingga waktu tayang suatu
tayangan dapat memengaruhi jumlah penonton yang menonton
tayangan tersebut.
Pada penelitian ini, indikator waktu tayang dilihat dari
waktu tayang Apa Kabar Indonesia tvOne yakni pada pagi dengan
50
rentan waktu antara pukul 06:00 sampai pukul 10:00 wib dan
malam dengan rentan waktu antara pukul 20:00-24:00 wib.
6) Studio atau panggung acara
Pada setiap program televisi, penting untuk membahas
mengenai studio atau latar acara. Seperti yang sudah diketahui,
televisi merupakan media komunikasi massa yang bersifat audiovisual. Selain kejernihan suara, tampilan gambar pun harus
memanjakan
mata
penonton
agar
menarik
dan
tidak
membosankan.
Pada program Apa Kabar Indonesia ini, latar yang sering
digunakan adalah outdoor atau di luar studio. Sehingga ada sisi
menarik tersendiri dibandingkan menggunakan studio sebagai
latar. Namun tentu ada nilai tambah dan kurangnya. Pada dimensi
ini maka responden diminta menilai tata ruang dan tempat yang
digunakan pada program Apa Kabar Indonesia tvOne ini.
Berdasarkan pada indikator operasional tayangan Apa Kabar
Indonesia tvOne, berikut ini adalah tabel blue print dari variabel
tayangan:
Tabel 2. Blue Print Variabel Tayangan (X) Sebelum Uji Validitas
Tayangan
Host
Narasumber
Materi atau Konten
Tayangan
Durasi Tayangan
Favorable
1, 2, 3, 4
5, 6, 7, 8
9, 10, 11, 12
Unfavorable Jumlah
4
4
4
13, 14, 15, 16
-
4
51
Tayangan
Favorable
Unfavorable Jumlah
Waktu Penayangan
17, 18, 19, 20
-
4
-
4
Studio atau Latar 21, 22, 23, 24
tempat
Jumlah butir soal sebelum uji validitas
24
Tabel 3. Blue Print Variabel Tayangan (X) Setelah Uji Validitas
Tayangan
Host
Narasumber
Materi atau Konten
Tayangan
Durasi Tayangan
Favorable
1, 3, 4
5, 6, 7, 8
9, 10, 11, 12
Unfavorable Jumlah
3
4
4
13, 14, 15, 16
-
4
Waktu Penayangan
17, 18, 19, 20
-
4
Studio atau Latar 22, 23, 24
tempat
Jumlah butir soal setelah uji validitas
-
3
22
2. Variabel terikat
a. Definisi Operasional
Variabel terikat pada penelitian ini adalah
pengetahuan
Santri SMA Daar el-Qolam II terhadap makna radikalisme Islam.
Pengetahuan ini dilihat dari bagaimana penyerapan informasi dan
perubahan secara kognitif, afektif dan behavioral setelah menonton
tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne.
b. Indikator
Indikator
operasional
yang
dapat
diketahui
adanya
perubahan secara kognitif, afektif dan behavioral pada seseorang
dilihat dari pemahaman tentang radikalisme Islam berdasarkan
52
tayangan, peminatan menonton tayangan tersebut dan efek yang
dirasakan setelah menonton tayangan tersebut.
Berdasarkan pada indikator operasional pengetahuan tentang
makna radikalisme Islam, berikut ini adalah tabel blue print dari
variabel radikalisme Islam:
Tabel 4. Blue Print Variabel Radikalisme Islam (Y) Sebelum Uji Validitas
Radikalisme
Islam
Favorable
Unfavorable
Jumlah
1 , 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18,
19, 20, 21, 22, 23
-
23
Jumlah butir soal sebelum uji validitas
23
Tabel 5. Blue Print Variabel Radikalisme Islam (Y) Setelah Uji Validitas
Radikalisme
Islam
Favorable
Unfavorable
Jumlah
2, 3, 4, 5, 6, 7, 10,
11, 12, 13, 14, 16,
17, 18, 19, 21, 22,
23
-
18
Jumlah butir soal setelah uji validitas
18
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “hupo”
yang memiliki arti sementara dan “thesis” berarti pernyataan atau teori.
Hipotesis merupakan pernyataan awal yang masih lemah sehingga harus
diuji kebenarannya. Secara singkat, hipotesis adalah dugaan sementara
53
yang perlu diuji secara empiris.16 Maka hipotesis untuk penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Ha: Terdapat pengaruh antara tayangan dengan tingkat pengetahuan santri
mengenai makna radikalisme Islam.
Ho: Tidak ada pengaruh antara tayangan dengan tingkat pengetahuan
santri mengenai makna radikalisme Islam.
J. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang menunjang penelitian ini,
peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni:
1. Dokumentasi. Teknik ini merupakan strategi yang digunakan dengan
cara mengumpulkan buku-buku, makalah, bulletin, suarat kabar,
majalah dan dokumen tertulis lainnya yang berkaitan dengan
penelitian.17 Sehingga peneliti mengumpulkan literatur, buku yang
berkaitan juga video dan transkrip tayangan Apa Kabar Indonesia edisi
1-5 April 2015 khusus pembahasan tentang pemblokiran situs Islam.
2. Wawancara. Menurut Berger
wawancara adalah percakapan antara
peneliti dan informan.18 Teknik ini dilakukan dengan menanyakan
pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian dengan
narasumber yang berkompeten untuk menjawab setiap pertanyaan
tersebut. dalam hal ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan
16
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 65
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bina
Usaha, 1989), h.62
18
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 100
54
responden terpilih dari Santri SMA Daar el-Qolam II angkatan 43
tentang tayangan Apa Kabar Indonesia edisi 1-5 April 2015 khusus
pembahasan tentang pemblokiran situs Islam.
3. Kuesioner atau angket. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus
diisi oleh responden.19 Peneliti menggunakan angket tertutup yakni
peneliti menyediakan pilihan jawaban atas pertanyaan yang harus diisi
oleh responden.
Setelah responden mengisi kuesioner atau angket, maka jawaban
dari responden kemudian diukur dengan Skala Likert. Skala ini merupakan
teknik pengukuran sikap untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan atau
ketidaksetujuan responden terhadap masing-masing pertanyaan.20
Tabel 6. Skala Likert
No
1
2
4
5
Alternatif Jawaban
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Positif Negatif
4
1
3
2
2
3
1
4
K. Uji Validitas dan Uji Reabilitas
Validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (valid measure if it
successfully measure the phenomenon).21 Dalam suatu penelitian yang
19
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 97
Juliasyah Noor, Metode Penelitian Skripsi, Tesis dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana,
2011), h. 128
21
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta; Rajagrafindo, 2010) h.
162
20
55
bersifat deskriptif, maupun eksplanatif yang melibatkan variabel/konsep
yang tidak bisa diukur secara langsung masalah validitas tidak sederhana,
di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis
sampai empiris (indikator), namun bagaimana tidak suatu instrument
penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya.22 Uji validitas adalah
suatu ukuran yang berguna untuk menentukan tingkat valid atau kurang
valid suatu penelitian. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur.23
Uji reabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.24 Nilai
reliabilitas yang semakin tinggi dapat menandakan hasil ukur yang
semakin terpercaya atau reliabel.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik ukur Reabilitas
Alpha
Cronbach
dalam
uji
realibilitas.
Pengukuran
realibilitas
menggunakan nilai alpha dalam skala 0-1 yang dikelompokkan dalam lima
kelas. Berikut adalah lima kelas tingkat realibilitas Alpha Cronbach:
Tabel 7. Tingkat Reabilitas Data25
Alpha
Tingkat Reabilitas
0,02-0,20
Kurang Reliabel
0,201-0,40
Agak Reliabel
22
23
Sofyan Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, h.162
Husein Umar, Metode Riset Bisnis, (Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama, 2003), h.
103
24
Husein Umar, Metode Riset Bisnis, h. 115
Yohanes Anton Nugroho, It’s Easy: Olah Data dengan SPSS, (Yogykarta: Skripta
Media Kreatif, 2011), h. 33
25
56
Alpha
Tingkat Reabilitas
0,401-0,60
Cukup Reliabel
0,601-0,80
Reliabel
0,801-1,00
Sangat Reliabel
L. Teknik Pengolahan Data
Langkah ini merupakan suatu proses dalam memeroleh data
ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumusan tertentu.26
Pegolahan data meliputi langkah sebagai berikut:27
1. Editing
Pada tahap ini, peneliti melakukan pemeriksaan terhadap data
yang telah didapat dari lapangan agar terhindar dari kekeliruan. Hal-hal
yang meliputi proses editing adalah pegambilan sampel, kejelasan data,
kelengkapan isian dan keserasian jawaban.
2. Coding
Selanjutnya peneliti memberikan kode tertentu pada tiap-tiap
data. Kode sendiri merupakan isyarat yang dibuat dalam bentuk angka
atau huruf untuk membedakan antara data atau identitas data yang akan
dianalisis.
26
27
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 125
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 126-128
57
3. Tabulasi
Langkah selanjutnya adalah tabulasi atau penempatan kode dalam
bentuk tabel. Tabel dibuat seringkas mungkin agar memudahkan proses
analisis data.
M. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode deskriptif. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahui
pengetahuan juga pendapat Santri SMA Daar el-Qolam II terhadap
tayangan tentang pemblokiran 22 situs Islam di Apa Kabar Indonesia
tvOne.
Data yang didapat dari kuesioner dihitung dengan menggunakan
pengujian mean atau menghitung rata-rata, analisis korelasi sederhana dan
analisis regresi sederhana. Tujuan dari perhitungan ini agar dapat diketahui
apakah antar variabel memiliki hubungan pengaruh atau tidak. Berikut
rumus yang digunakan dalam perhitungan data:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah suatu pengujian sekelompok data untuk
mengetahui distribusi suatu data membentuk kurva normal atau tidak.
Teori statistika yang bersifat memperkirakan atau menaksir, seperti
memperkirakan parameter populasi berdasarkan parameter sampel,
dibutuhkan asumsi distribusi data berbentuk kurva normal. Pengujian
normalitas dilakukan kepada setiap kelompok data yang dimiliki
58
peneliti. Ada beberapa cara untuk melakukan uji normalitas, salah
satunya dengan uji normalitas Kolmogorov-Sminov.28
Prinsip kerja uji normalitas Kolmogorov-Sminov adalah dengan
membandingkan frekuensi
kumulatif distribusi
teoretik dengan
frekuensi kumulatif distribusi empirik (observasi).29 Uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov dapat diterapkan dalam dua keadaan:
a. Menguji apakah suatu sampel mengikuti suatu bentuk distribusi
populasi teoritis
b. Menguji apakah dua buah sampel berasal dari dua populasi yang
identik.
Berikut ini adalah hipotesis yang berlaku jika distribusi normal:
a. Ho: Data berasal dari populasi berdistribusi normal.
b. Ha: Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
Selanjutnya, berikut ini merupakan kaidah pengujian hipotesis:
a. Jika
>
, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Jika
<
, maka Ho ditolak dan Ha diterima.30
2. Uji Korelasi Berganda
Uji ini merupakan analisis data yang bertujuan mengetahui
kekuatan juga bentuk arah hubungan di antara tiga variabel atau lebih
28
Yusri, Statistika Sosial: Aplikasi dan Interpretasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
29
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 153
Yohanes Anton Nugroho, It’s Easy: Olah Data dengan SPSS, h. 34-35.
139
30
59
serta untuk mengetahui kontribusi yang diberikan secara simultan oleh
variabel
,
,
, dan
terhadap variabel Y.31
Rumus:
(
√
Keterangan
)(
)(
)(
)
:
: koefisien korelasi multipel
: variabel bebas ke-1
: variabel bebas ke-2
: variabel bebas ke-3
: variabel bebas ke-4
Y
: variabel bebas
3. Uji Koefisien Determinasi
Kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dapat dilihat
melalui nilai koefisien korelasi.32
Tabel 8. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
No.
1
2
3
4
5
31
32
Nilai Korelasi (r)
0,00-0,199
0,20-0,399
0,40-0,599
0,60-0,799
0,80-1,00
Tingkat Hubungan
Sangat Lemah
Lemah
Cukup
Kuat
Sangat Kuat
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 351
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 337
60
4. Uji Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda adalah alat untuk mengukur atau
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji ini
untuk dua atau lebih variabel bebas dan satu variabel terikat.33
Rumus:
Keterangan:
Variabel terikat
Variabel bebas pertama
Variabel bebas kedua
Variabel bebas ketiga
Variabel bebas keempat
dan
konstanta
5. Uji T-test
Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi atau
dampak yang timbul dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
Untuk mengetahuinya maka dilakukan perbandingan antara
. Kaidah pengujiannya adalah:34
Jika
Jika
33
34
, maka Ho diterima
, maka Ho ditolak
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 406
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 410
dan
61
6. Uji F-test
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah Ho ditolak atau
diterima. Untuk mengetahuinya maka dilakukan perbandingan antara
dan
. Kaidah pengujiannya adalah:35
Jika
, maka Ho diterima
Jika
, maka Ho ditolak
Cara menghitung
dan
:
a. Menghitung nilai
(
)
(
)
b. Menghitung nilai
35
Keterangan
:
dka
: jumlah variabel bebas (pembilang)
dkb
: n-m-1 (penyebut)
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 409
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2
1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Daar el-Qolam
Pondok Pesantren Daar el-Qolam adalah sebuah pesantren yang
berlokasi di Desa Pasir Gintung, Kecamatan Jayanti, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Pesantren ini didirikan pada tanggal 20
Januari 1968 oleh Drs. K.H. Ahmad Rifai Arief (1942-1997) atas
gagasan dari sang ayah H. Qasad Mansyur. K.H. Ahmad Rifa'i Arief
adalah seorang alumnus Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo,
Jawa Timur pada tahun 1964. Sebelum mendirikan pesanten Daar elQolam, beliau sempat mengajar di almamaternya selama dua tahun dan
mengkaji beberapa kitab klasik di beberapa pondok pesantren
tradisional. Satu-satunya fasilitas atau infrastruktur pendidikan di awal
berdirinya Daar el-Qolam pada waktu itu hanyalah sebuah dapur tua
milik neneknya, Hj. Pengki yang direnovasi menjadi sebuah ruangan
untuk belajar, yang juga mewakafkan tanah seluas satu hektar.
Masa awal pendidikan pondok dilalui dengan berbagai kesulitan
dan keterbatasan sarana. Namun keterbatasan itu tidak menghalang
Rifa’i untuk terus berbuat dan tetap konsisten dengan niatnya. Daar elQolam mulai menampakkan perkembangannya, pada tahun 1983.
Jalinan silaturahminya dengan K.H. Muhammad Natsir, seorang ulama
kharismatik Indonesia, banyak membantu Rifai, terutama dalam
62
63
mendapatkan bantuan dana dari Arab Saudi. Pemerintah Kerajaan Arab
Saudi memberikan bantuan uang sebesar 64 juta rupiah yang kemudian
digunakan untuk membangun asrama putra yang diberi nama Gedung
al-Saudi.
Sebagian
uang
yang
lain,
dibelikan
tanah
untuk
ekspansi/perluasan wilayah pondok. Pada dekade 1980-an hingga
sekarang,
Daar
el-Qolam
semakin
mendapatkan
kepercayaan
masyarakat luas yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia.
Sistem pendidikannya yang modern, penerapan disiplin hidup dan
beribadah menjadi alasan para orang tua untuk mendidik anaknya di
Daar el-Qolam.
Pada ulang tahunnya yang ke-25 yang diselenggarakan pada
tahun 1994, beberapa orang pejabat Indonesia datang ke Daar elQolam, di antaranya adalah Dr. Tarmizi Taher (yang kala itu menjabat
sebagai Menteri Agama), Prof. Dr. Haryono Suyono (Mentri
Koordinator BKKBN), Hayono Isman (Menteri Negara Pemuda dan
Olahraga), Harmoko (Menteri Penerangan), dan Mayjen TNI A.M.
Hendropriyono (Pangdam Jaya). Peringatan ulang tahun tersebut
menjadikan Daar el-Qolam semakin dikenal oleh khalayak di Indonesia.
Kepedulian Ahmad Rifa’i Arief terhadap dunia pendidikan tidak
hanya terbatas pada Daar el-Qolam saja. Pada tahun 1989 dicanangkan
berdirinya Pondok Pesantren La Tansa yang proses pendidikannya
dimulai pada tahun 1991. Seiring dengan tuntutan zaman, Daar elQolam kembali melebarkan sayap dengan mendirikan Sekolah Tinggi
64
Agama Islam, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi La Tansa Mashira di
Rangkasbitung. Dilanjutkan dengan pendirian Pondok Pesantren Wisata
Sakinah La Lahwa di Pantai Kemuning, Labuan, Banten yang
pembangunan fisiknya dimulai pada tahun 1996.
Setelah K.H. Ahmad Rifa'i Arief meninggal dunia pada tanggal
15 Juni 1997, pondok ini dilanjutkan oleh K.H. Drs. Ahmad
Syahiduddin (adik), Hj. Enah Huwaenah (adik), dan K.H. Adrian
Mafatihullah Karim (anak) yang kini memimpin Pondok Pesantren La
Tansa di daerah Rangkasbitung. Kedua lembaga pendidikan Islam ini
adalah model integrasi antara sistem pendidikan pondok dengan sistem
pendidikan madrasah dan sekolah.
Pesantren Daar el-Qolam mulai melakukan ekspansi yang
signifikan di bawah kepemimpinan K.H. Ahmad Syahiduddin. Luas
tanah pesantren yang tadinya sekitar 15 hektar kini meluas hingga
mencapai 29 hektar. Hal ini didukung dengan banyak ide yang datang
untuk meningkatkan kualitas, khususnya datang dari para alumni.
Ekspansi dimulai dengan mendirikan program kelas unggulan atau
Program Excellent Class, pada tahun ajaran 2007/2008 atau yang
sekarang dikenal dengan Daar el-Qolam 2. Program ini kemudian
diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, H. Maftuh
Basyuni pada tanggal 21 Januari 2008, bersamaan dengan peringatan
hari jadi (milad) Pesantren Daar el-Qolam yang ke-40. Program
65
Excellent Class ini kemudian diproyeksikan sebagai Sekolah Bertaraf
Internasional yang berbentuk pesantren.
Selanjutnya
Kyai
Ahmad
Syahiduddin
juga
telah
mengembangkan pesantren cabang Daar el-Qolam, yang dikhususkan
untuk menangani santri tingkat Sekolah Menengah Pertama, dari luar
atau yang bukan dari pondok pesantren di Desa Pangkat, yang jaraknya
tidak sampai 1 km dari komplek Daar el-Qolam 1 dan 2, yang
pembangunannya selesai sekitar tahun 2009 atau dikenal dengan Daar
el-Qolam 3. Hingga Juli 2012, Pondok Pesantren Daar el-Qolam
merupakan pondok pesantren terbesar sedaerah Banten, dengan jumlah
kurang lebih 5000 jiwa.
Perluasan Daar el-Qolam ini didasari oleh cita-cita pendiri
pondok, Ahmad Rifa’I Arif yang ingin mendirikan tiga hingga empat
pondok pesantren agar pesantren menjadi budaya pendidikan di
Indonesia. Hal ini juga didorong oleh jumlah santri dan pendaftar yang
semakin
meningkat
setiap
tahunnya,
serta
keinginan
untuk
mengembangkan Daar el-Qolam menjadi lembaga pendidikan Islam
yang mampu bersaing dengan sekolah-sekolah unggulan lainnya di
Indonesia. Sifat Pondok Pesantren Daar el-Qolam adalah “Berdiri di
atas dan untuk semua Golongan“. Artinya pesantren tidak terikat
dengan satu aliran tertentu, atau golongan organisasi masyarakat sosial
(ormas) tertentu, atau salah satu golongan politik tertentu. Pondok
66
Pesantren Daar el-Qolam hanya ingin berperan untuk mengajarkan
nilai-nilai keislaman yang santun, moderat, toleran, dan inklusif.
2. Profil Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2
Merupakan program kelas unggulan (Program Excellent
Class) yang dibangun pada tahun ajaran 2007/2008. Program
pendidikan SMP dan SMA ini berorientasi pada pembinaan bibit
unggul. Terdapat 2 aspek penekanan yang diberikan kepada peserta
didik program ini. Pertama, Peningkatan kualitas penguasaan Bahasa
Inggris & Bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi resmi dalam
kehidupan keseharian santri. Kedua, Program pengembangan riset
dan penulisan ilmiah. Untuk mendukung program tersebut, maka
kelas ini telah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas modern yang
memadai.
3. Visi dan Misi Pesantren
a. Visi
Mempersiapkan kader yang mu’min (beriman), muttaqin
(bertakwa) dan rasikhina fil ilmi (berilmu).
b. Misi
1) Menjiwai panca jiwa dan motto pondok
2) Panca jiwa pondok: Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari,
Ukhuwah Islamiyah, Kebebasan.
3) Motto
Pondok:
Berbudi
luhur,
Berpengetahuan Luas, Berpikir Bebas.
Berbadan
Sehat,
67
4) Menyiapkan kader muslim yang menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi.
5) Memerluas medan juang santri.
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Guru di Pondok Pesantren Daar el-Qolam atau biasa
dipanggil dengan gelar “Ustâdz” atau “Ustâdzah” adalah tenaga
pendidik yang berpengalaman dalam dunia pendidikan pondok
pesantren (alumni pondok pesantren). Mereka mendidik dan
mengajar materi-materi/kajian keislaman yang menjadi ciri khas
sebuah Pondok Pesantren. Untuk materi umum, diasuh oleh guru
yang berasal dari lulusan perguruan tinggi baik negeri ataupun
swasta.1
Semua guru tinggal dan hidup bersama santri, dalam satu
kawasan pondok pesantren. Para guru dan santri berasal dari
berbagai provinsi di Indonesia, sehingga tampak sebuah komunitas
yang majemuk, pluralis, dan multikultural. Saat ini jumlah tenaga
pengajar di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2 sebanyak 93 orang.2
Fungsi guru di Pondok Pesantren Daar el-Qolam ada dua
macam, yakni mereka berfungsi formal-akademik, yaitu kedudukan
guru sebagai tenaga pendidik dan fungsi organisasi. Dalam konteks
1
Administrator, Tenaga Pendidik Pondok Pesantren Daar elQolamhttp://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/tenaga-pendidik-pengajar/) Diakses pada
tanggal 21 Desember 2016
2
Database Tenaga Pendidik dan Kependidikan Pondok Pesantren Daar el-Qolam.
68
fungsi organisasi, setiap guru Pondok Pesantren Daar el-Qolam (tak
terkecuali) berperan aktif dalam organisasi dan kepanitian internal
pesantren, sehingga setiap guru memiliki tanggung jawab ajar dan
asuh terhadap seluruh santri. Tugas ajar di dalam kelas, dan tugas
asuh di dalam organisasi. Seperti disebutkan, semua guru Pondok
Pesantren Daar el-Qolam berdomisili di dalam komplek pesantren,
tidak diperbolehkan untuk tinggal di luar asrama komplek Pondok
Pesantren. Hal ini agar setiap guru dapat melaksanakan tugas ajar
dan tugas asuhnya secara maksimal, karena setiap hari mereka selalu
berada di tengah-tengah santri.
5. Kesiswaan
Seluruh santri di Daar el-Qolam harus tinggal selama 24 jam
di dalam lingkungan pesantren untuk mengikuti seluruh sistem dan
program pembelajaran pesantren. Semuanya wajib mengikuti
rangkaian disiplin pesantren yang telah ditentukan, dengan pola
hidup yang sangat berdisiplin dan terpola secara sistemik diharapkan
seluruh santri dapat mengatur pola hidupnya. Hal ini senafas dengan
salah satu poin panca jiwa pesantren yaitu jiwa kemandirian
(berdikari). Pondok Pesantren Daar el-Qolam dengan potensi
lingkungan edukatif yang dimiliki berusaha terus menciptakan
atmosfir akademik yang kondusif dengan melakukan dinamisasi
terhadap seluruh lini kehidupan pesantren secara sinergis dan
berkesinambungan, sehingga kehidupan para santri terpola secara
69
sistemik, dan pada akhirnya tujuan paripurna dari idealisme luhur
pendidikan Pondok Pesantren Daar el-Qolam pun dapat terwujud.3
Hingga saat ini, data terakhir Tahun Ajaran 2016/2017
menyebutkan bahwa jumlah santri di Daar el-Qolam 2 mencapai
kurang lebih 1.175 orang santri Daar el-Qolam 2.4
6. Sarana dan Prasarana
Setelah berdri dan berkembang selama 46 tahun, Daar elQolam kini berdiri luas lahan sekitar 34 hektar dengan berbagai
fasilitasnya yang pembangunannya masih terus dilakukan dari awal
pendirian hingga saat ini. Adapun berbagai gedung serta fasilitas
yang terdapat di Daar el-Qolam adalah sebagai berikut.
Tabel 9. Daftar Fasilitas Penunjang Pembelajaran
Pondok Pesantren Daar el-Qolam 25
No.
Jumlah
Fungsi Ruang
DQ 2
1.
Ruang Belajar
1 gedung
2.
Aula pertemuan
1 gedung
3.
Asrama Putri
1 gedung
4.
Asrama Putra
2 gedung
3
Administrator,
Kesiswaan
Pondok
Pesantren
Daar
el-Qolam
(http://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/kesiswaan/) Diakses pada tanggal 21 Desember
2016
4
Lampiran Data Santri Daar el-Qolam.
5
Administrator,
Kesiswaan
Pondok
Pesantren
Daar
el-Qolam
(http://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/kesiswaan/) Diakses pada tanggal 21 Desember
2016
70
No.
Jumlah
Fungsi Ruang
DQ 2
5.
Masjid
1 unit
6.
Perpustakaan
1 unit
7.
Laboratorium Komputer
8.
Ruang olahraga
1 unit
9.
Ruang Kesenian
1 unit
10.
Ruang Kegiatan Ilmiah
1 unit
11.
Ruang Musik
1 unit
1 ruang
Dari tabel di atas terlihat apa saja sarana dan fasilitas
penunjang pembelajaran di Daar el-Qolam, namun berhubung data
tersebut bersumber dari website data tersebut hanya menampilkan
sarana dan prasarana inti atau utama, dan sepertinya belum
diperbarui. Data sarana dan prasarana yang lengkap ada di database
masing-masing program dan jumlahnya sangat banyak dan
bervariasi. Hal tersebut dikarenakan saat penelitian di sana, peneliti
mengamati banyak fasilitas dan sarana prasarana lain yang tidak
tercantum di tabel tersebut. Antara lain yaitu Laptop Center (tempat
penyimpanan laptop santri) dan ruang ATK, Tabungan siswa, Kantor
Bagian Pengajaran, Ruang Tata Usaha, Sekretariat, Ruang Guru,
Ruang Direktorat, perumahan guru, wisma untuk wali santri,
koperasi, berbagai lapangan olahraga, dan lain sebagainya.
71
7. Kurikulum dan Sistem Akademik
Pondok
Pesantren
Daar
el-Qolam
menyelenggarakan
kurikulum yang memadukan Bidang Studi Umum (Kurikulum yang
dibuat oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian
Agama), dan Bidang Studi Agama (Kurikulum Pesantren) dalam
satu sistem yang terpadu. Kurikulum yang diselenggarakan di
Pondok
Pesantren
Daar
el-Qolam
terbagi
atas
kurikulum
intrakurikuler, ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.6
a. Kurikulum Intrakurikuler
Proses belajar-mengajar yang pada umumnya dilakukan
dalam bentuk in-class session program, di mana tenaga pengajar
terlibat secara langsung dengan sistem klasikal. Secara umum,
muatan materi yang diberikan adalah materi pelajaran yang
mengkolaborasikan antara kurikulum pesantren, kurikulum
Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional.
Dengan masa pendidikan 6 tahun untuk lulusan SD atau yang
sederajat dan 3 tahun untuk lulusan SMP atau yang sederajat.
Dalam perjalanannya, kurikulum Pondok Pesantren Daar
el-Qolam senantiasa mengikuti dan mengadaptasikan diri dengan
perkembangan kurikulum nasional, seperti telah dilaksanakannya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang hingga kini
6
Administrator,
Kesiswaan
Pondok
Pesantren
Daar
el-Qolam
(http://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/kesiswaan/) Diakses pada tanggal 21 Desember
2016
72
telah berjalan selama 2 tahun pelajaran. Selain itu, dengan
menyandangnya Daar el-Qolam sebagai Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), pondok pesantren ini juga
sedang mengembangkan kurikulum bertaraf internasional yang
berkiblat kepada Cambridge International Examinations (CIE)
meski hingga saat ini kami belum merampungkannya.
b. Kegiatan Kokurikuler
Kegiatan Kokurikuler merupakan kegiatan tambahan santri
(muatan lokal) yang wajib diikuti, meski tidak mesti berada di
dalam kelas. Berikut ini adalah beberapa kurikulum kokurikuler:
1) Kegiatan Latihan Pidato dalam 3 bahasa, yaitu Bahasa Arab,
Inggris, dan Indonesia (muhâdharah). Khusus untuk kelas
akhir, juga diperkenalkan kegiatan latihan presentasi, dan juga
kegiatan debating.
2) Kajian kitab-kitab salafiyah, yang biasa dilakukan pagi hari.
3) Pembinaan Pembacaan al-Quran
4) Disiplin dalam penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
dalam percakapan sehari-hari.
5) Kepramukaan dan Keputrian
6) Tahfizhu-’l-Qur’ân (beberapa surat tertentu) sebagai syarat
kelulusan pada kelas 6.
7) Disiplin Hidup
8) Disiplin dalam melaksanakan ritual `ubudiah (ibadah)
73
9) Pendidikan Manajemen Kepemimpinan (leadership) melalui
Ikatan Santri Madrasatul Mu`allimien al-Islamiyah (ISMI),
baik Putra maupun Putri.
c. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah proses belajar mengajar
yang dilakukan dalam bentuk off-class session, meski juga
melibatkan guru ataupun pelatih. Kegiatan ini berupaya untuk
menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat santri dalam
berbagai bidang. Para santri bisa memilih kegiatan ekstrakurikuler
mereka dengan tidak menyampingkan tugas utamanya yakni
belajar dalam kegiatan intrakurikuler dan juga kokurikuler.
Berikut ini adalah beberapa kegiatan ekstrakurikuler di Pondok
Pesantren Daar el-Qolam:
1) Diskusi dan Penelitian Ilmiah, dalam sebuah organisasi “KIS”–
Kelompok Ilmiah Santri
2) Pengembangan Olahraga.
3) Pengembangan Seni musik melalui band “DMC – Daar elQolam Music Club“, Marching Band Nasyid-Q “Nada Syiar
Daar el-Qolam”, Qashidah, Hadroh, dan Marawis.
4) Pengembangan Seni Beladiri (Tapak Suci, Karate, dan
Taekwondo);
5) Tahsînu-’l-Quran melalui Jam`iyyatu-l-Qurra (JMQ)
74
6) Tahfîzu-l-Qur’ân
melalui
Jam`iyyatu
Huffazhi-’l-Qur’ân
(JHQ)
7) Pengembangan jurnalistik dan publisitas.
8) Pengembangan Teater dan Pentas Seni.
B. Profil tvOne
1. Sejarah tvOne
tvOne awal berdiri menggunakan nama Lativi pada tanggal 30
Juli 2002. Lativi berdiri dibawah Alatief Corporation yang dipimpin
oleh Abdul Latief. Namun pada tahun 2006, Grup Bakrie mulai
memiliki sebagian saham di Lativi. Hingga kemudian pada tanggal 14
Februari 2008, secara resmi Lativi berganti nama menjadi tvOne,
hingga sekarang.7 Dengan komposisi tayangan 70% berita dan sisanya
gabungan dari program olahraga dan hiburan.
Perubahan nama ini adalah upaya strategi manajemen untuk
memberikan sesuatu yang berbeda di industri pertelevisian Indonesia.
Peresmian dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo
Bambang Yudhoyono, tvOne menjadi stasiun tv pertama di Indonesia
yang mendapatkan kesempatan untuk diresmikan dari Istana Presiden
Republik Indonesia.
Pada tahun 2014, tvOne juga memiliki hak siar dalam ajang
sepak bola bergengsi di dunia Piala Dunia FIFA 2014 bersama antv.
tvOne secara progresif menginspirasi masyarakat Indonesia yang
7
https://id.wikipedia.org/wiki/TvOne diakses pada 26 November 2016
75
berusia 15 tahun ke atas agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan
bagi diri sendiri serta masyarakat sekitar melalui berbagai program
News and Sports baik Nasional dan Internasional yang dimilikinya.
Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori NEWS,
Current Affairs dan SPORTS, tvOne membuktikan keseriusannya dalam
menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang
inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program.
Diawal tahun berdirinya, tvOne mempunyai Tag Line
"MEMANG BEDA", karena menyajikan berbagai informasi yang
dibutuhkan masyarakat dengan penyajian yang berbeda dan belum
pernah ada sebelumnya seperti Apa Kabar Indonesia, yang merupakan
program informasi dalam bentuk diskusi ringan dengan topik-topik
terhangat bersama para narasumber dan masyarakat, disiarkan secara
langsung pada pagi dan malam hari dari studio luar tvOne. Program
berita hardnews tvOne dikemas dengan judul sebagai berikut: Kabar
Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan
Kabar Malam.8
a. Apa Kabar Indonesia
Program ini merupakan tayangan berita yang memadukan
pola news konvensional dengan kreativitas pada on air presentation.
Mengangkat isu-isu aktual yang berkaitan langsung dengan
kehidupan publik. Disiarkan langsung dari Lobby gedung wisma
8
http://www.tvonenews.tv/profil diakses pada 26 November 2016
76
BAB V
HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui apakah butir pertanyaan
atau kuesioner dapat merepresentasikan atau mendefinisikan suatu
vaiabel penelitian. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
akan diukur oleh kuesioner tersebut.1 Instrumen penelitian dinyatakan
valid jika r hitung lebih besar daripada nilai r tabel (
).
Jumlah responden yang digunakan untuk uji validitas adalah 30 orang
dengan taraf signifikansi 5%. Sehingga didapatkan nilai
adalah
0,361. Dari 47 butir pertanyaan, setelah dilakukan uji validitas maka 40
butir pertanyaan dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar
daripada nilai r tabel. Sedangkan 7 butir lain tidak valid karena r hitung
lebih kecil daripada nilai r tabel. Berikut adalah tabel hasil uji validitas
instrumen penelitian:
1
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), cet-5, h. 52.
77
78
Tabel 10. Hasil Uji Validitas Variabel Tayangan (X)
Indikator
Nomor
Soal
Hasil Uji
Validitas
Nomor
Soal
Setelah
Validitas
1
Valid
1
2
Tidak
Valid
Drop
3
Valid
2
4
Valid
3
5
Valid
4
6
Valid
5
7
Valid
6
8
Valid
7
9
Valid
8
Tayangan berita berpihak
kepada pihak tertentu.
10
Valid
9
Informasi yang disampaikan
lengkap.
Tayangan berita bersifat
netral.
11
Valid
10
12
Valid
11
Valid
12
Pertanyaan
Host selalu berpenampilan
rapih dan menarik
Host (X1)
Host memandu acara dengan
cara yang menarik
Host sering memojokkan
bintang tamu atau
narasumber
Host memandu acara dengan
cara yang baik dan interaktif
Program tersebut
menghadirkan narasumber
yang kompeten dengan
peristiwa yang dibahas.
Program tersebut
menghadirkan narasumber
yang berkaitan dengan
Narasumber
peristiwa yang dibahas.
(X2)
Narasumber adalah tokoh
nasional yang dikenal banyak
orang.
Narasumber yang dihadirkan
menyampaikan informasi
yang dapat dipercaya.
Tayangan membahas
peristiwa penting dan
menarik
Materi atau
Konten
Tayangan
(X3)
Durasi
Tayangan
(X4)
Durasi tayangan (60-120
menit) terlalu lama untuk
suatu program tayangan.
13
79
Nomor
Soal
Hasil Uji
Validitas
Nomor
Soal
Setelah
Validitas
14
Valid
13
15
Valid
14
16
Valid
15
17
Valid
16
18
Valid
17
19
Valid
18
20
Valid
19
Latar acara outdoor membuat
acara tampil beda
21
Tidak
Valid
Drop
Latar acara outdoor sering
Studio atau
membuat noise (suara bising)
Latar Acara
(X6)
Latar acara outdoor tampak
menarik
22
Valid
20
23
Valid
21
Latar acara outdoor membuat
tampilan gambar lebih segar
24
Valid
22
Indikator
Pertanyaan
Durasi
Tayangan
(X4)
Durasi tayangan (60-120
menit) kurang untuk suatu
program tayangan.
Durasi tayangan progam Apa
Kabar Indonesia Pagi dan
malam cukup untuk
membahas secara mendalam
suatu masalah
Durasi tayangan progam Apa
Kabar Indonesia Pagi dan
malam membosankan untuk
membahas secara mendalam
suatu masalah
Menonton progam Apa
Kabar Indonesia Pagi setiap
hari (jam 5-10)
Menonton progam Apa
Waktu
Kabar Indonesia Malam
Penayangan setiap hari (jam 20-24)
(X5)
Mengisi waktu luang SAYA
dengan menonton tayangan
berita.
Tayangan berita tayang di
waktu santai SAYA.
80
Tabel 11. Hasil Uji Validitas Variabel Radikalisme Islam (Y)
Nomor Soal
Tayangan diskusi di televisi
adalah favorit saya.
Menonton tayangan Apa
Kabar Indonesia di televisi
dapat menambah wawasan.
Menonton tayangan Apa
Kabar Indonesia di televisi
dapat memerbaharui
informasi.
1
Tidak Valid
Nomor Soal
Setelah Uji
Validitas
Drop
2
Valid
1
3
Valid
2
Radikalisme berbahaya bagi
nasionalisme.
4
Valid
3
Anarkisme adalah tindakan
terorisme.
5
Valid
4
Radikalisme berbahaya bagi
pancasila.
Tindakan terorisme adalah
ciri-ciri radikalisme.
Beberapa kelompok atau
organisasi masyarakat di
Indonesia berpaham
radikalisme.
ISIS adalah contoh gerakan
paham radikalisme.
Hukum Islam adalah hukum
yang tepat untuk diterapkan
di Indonesia sebagai hukum
resmi
Nilai-nilai agama Islam harus
menjadi landasan tatanan
sosial di Indonesia
Al-Qur’an dan Sunnah harus
dijadikan sebagai pedoman
institusi masyarakat
Indonesia
Bom bunuh diri adalah salah
satu bentuk jihad
6
Valid
5
7
Valid
6
8
Tidak Valid
Drop
9
Tidak Valid
Drop
10
Valid
7
11
Valid
8
12
Valid
9
13
Valid
10
Pertanyaan
Hasil Uji
Validitas
81
Nomor Soal
Pertanyaan
Hasil Uji
Validitas
Nomor Soal
Setelah Uji
Validitas
Semua orang di Indonesia
yang melakukan hal yang
tidak sesuai ajaran Islam
harus dibunuh/diperangi
Seluruh kegiatan di Indonesia
yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam harus
diberhentikan/diberantas
(contoh: judi, dugem, dll)
Kehidupan keluarga di
Indonesia seluruhnya harus
sesuai dengan ajaran Islam
Kehidupan politik di
Indonesia seluruhnya harus
sesuai dengan ajaran Islam
Kehidupan ekonomi di
Indonesia seluruhnya harus
sesuai dengan ajaran Islam
Kehidupan budaya di
Indonesia seluruhnya harus
sesuai dengan ajaran Islam
14
Valid
11
15
Tidak Valid
Drop
16
Valid
12
17
Valid
13
18
Valid
14
19
Valid
15
Bom bunuh diri adalah
bentuk terorisme
Pemerintahan Indonesia
harus dijalankan sesuai ajaran
Islam
Al-Qur'an dan Sunnah harus
dijadikan pedoman setiap
masyarakat Indonesia
Al-Qur'an dan Sunnah harus
dijadikan landasan
pemerintahan Indonesia
20
Tidak Valid
Drop
21
Valid
16
22
Valid
17
23
Valid
18
82
2. Uji Reliabilitas
Tabel 12. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Cronbach's Alpha
N of Items
,435
40
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji reliabilitas instrumen
terhadap 40 butir pertanyaan adalah 0,435. Dibandingkan dengan tabel
tingkat reliabilitas, maka hasil uji reliabilitas instrumen menunjukkan
tingkat reliabilitas yang cukup reliabel.
B. Hasil Analisa Data
1. Deskripsi Profil Responden Penelitian
Berdasarkan hasil analisis deskriptif mengenai profil responden,
maka diperoleh data responden sampel dalam penelitian ini mencakup
jenis kelamin, usia dan intensitas menonton dalam seminggu. Berikut
data responden penelitian ini:
a. Jenis Kelamin
Berikut adalah data responden berdasarkan jenis kelamin:
Tabel 13. Jenis Kelamin Responden
Frequency
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Laki-Laki
35
50
50
50
Perempuan
35
50
50
100,0
Total
70
100,0
100,0
83
Tabel di atas menunjukkan bahwa 50% atau 35 responden
merupakan responden yang berjenis kelamin laki-laki. Begitu juga
50% atau 35 responden berjenis kelamin perempuan. Sehingga dapat
dilihat, dalam penelitian ini jumlah responden dengan jenis kelamin
laki-laki sama banyak dengan jumlah responden dengan jenis
kelamin perempuan.
b. Usia
Berikut adalah data responden berdasarkan usia:
Tabel 14. Usia Responden
Frequency Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
15 tahun
10
14,3
14,3
14,3
16 tahun
46
65,7
65,7
80
17 tahun
14
20
20
100,0
Total
70
100,0
100,0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden
berusia 16 tahun yaitu sebanyak 46 orang atau 65,7% , kemudian
responden berusia 15 tahun sebanyak 10 orang atau 14,3% dan
responden berusia 17 tahun sebanyak 14 orang atau 20%. Sehingga
dapat dilihat, jumlah responden yang berusia 16 tahun merupakan
yang terbanyak berpartisipasi dalam pengisian kuesioner.
84
c. Intensitas Menonton
Berikut adalah data responden berdasarkan intensitas menonton
Apa Kabar Indonesia di tvOne dalam seminggu:
Tabel 15. Intensitas Menonton Dalam Seminggu
Frequency Percent
6-7
kali 0
Valid
Cumulative
Percent
Percent
0
0
0
65,7
65,7
65,7
18,6
18,6
84,3
15,7
15,7
100,0
100,0
100,0
seminggu
4-5
kali 46
seminggu
2-3
kali 13
seminggu
1
kali 11
seminggu
Total
70
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang
menonton tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne 4-5 kali dalam
seminggu sebanyak 46 orang atau 65,7%, lalu responden yang
menonton tayangan tersebut 2-3 kali seminggu sebanyak 13 orang
atau 18,6%, responden yang menonton tayangan 1 kali seminggu
sebanyak 11 orang atau 15,7% dan tidak ada responden yang
menonton tayangan 6-7 kali dalam seminggu. Sehingga dapat dilihat,
bahwa mayoritas responden menonton tayangan Apa Kabar
Indonesia tvOne sebanyak 4-5 kali dalam seminggu.
85
2. Deskripsi Tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne
Dalam melihat hasil persepsi responden terhadap tayangan Apa
Kabar Indonesia TvOne, penulis mengelompokkan ke dalam tiga
kelompok. Pembagian tersebut berdasarkan pada nilai mean dan standar
deviasi dari vaiabel tayangan (X). Berikut adalah tabel hasil analisis
deskriptif variabel (X):
Tabel 16. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Tayangan Apa Kabar
Indonesia tvOne
Descriptive Statistics
N
X
Minimum
70
Valid N
(listwise)
62,00
Maximum
79,00
Mean
69,0702
Std.
Deviation
3,57001
70
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa nilai mean sebesar 69,07
dan standar deviasi sebesar 3,57. Maka peneliti menentukan tingkat
persepsi responden terhadap tayangan Apa kabar Indonesia tvOne
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Persepsi tayangan dinyatakan tinggi jika nilai total skor responden
lebih besar (>) daripada nilai mean yang dijumlah dengan nilai
standar deviasi.
b. Persepsi tayangan dinyatakan rendah jika nilai total skor responden
lebih kecil (<) daripada nilai mean yang dikurang dengan nilai
standar deviasi.
86
c. Persepsi tayangan dinyatakan sedang atau cukup jika nilai total
skor responden berada antara persepsi yang tinggi dan yang rendah.
Tabel 17. Hasil Interpretasi Tayangan
Hasil
Jumlah
Dalam Persen
Kategori
Interpretasi
Total
skor
> 17 responden
24,2%
Tinggi
skor
< 5 responden
7,1%
Rendah
68,7%
Sedang
72,64
Total
65,5
65,5≤ total skor 48 responden
≥ 72,64
atau
cukup
Berdasarkan pada tabel 8, dapat dilihat bahwa terdapat 17
responden yang memiliki jumlah skor nilai di atas 72,64. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa 24,2% responden memiliki persepsi
yang tinggi terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne. Untuk
persepsi rendah, terdapat 5 responden atau sebanyak 7,1% dari total
responden yang memiliki persepsi rendah terhadap tayangan tersebut.
Sisanya sebanyak 48 responden atau 68,7 % memiliki persepsi yang
sedang atau terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne.
Dilihat dari hasil interpretasi di atas, dapat dilihat bahwa
mayoritas responden memiliki persepsi yang sedang atau cukup
terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne. Indikator tayangan Apa
87
Kabar Indonesia tvOne berdasarkan pada penilaian terhadap Host,
Narasumber, konten, durasi, waktu penayangan dan studio atau latar
tayangan tersebut.
3. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Berikut adalah hasil output SPSS 22.0
for Windows dalam uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov:
Tabel 18. Hasil One-Sample Kolmogorrov-Smirnov Test
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Y
.077
df
Shapiro-Wilk
Sig.
70
.200
Statistic
*
.974
df
Sig.
70
.263
*. This is a lower bound of the true significance.
a.
Lilliefors Significance Correction
Tabel di atas menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0,077.
Nilai signifikansi inilah yang disebut
. Sedangkan nilai
yang diperoleh melalui tabel Kolmogorrov-Smirnov pada tingkat
signifikansi 5% (0,05) dan jumlah sampel 50 adalah sebesar 0.0143.
dengan demikian dapat dilihat bahwa
lebih besar daripada
yakni 0,077 > 0.0143. sehingga data berdistribusi normal.
Untuk data berdistribusi norml, maka dilakukan uji statistik berjenis
parametrik.
4. Uji Korelasi Berganda
Uji ini merupakan analisis data yang bertujuan mengetahui
kekuatan juga bentuk arah hubungan di antara tiga variabel atau lebih
88
serta untuk mengetahui kontribusi yang diberikan secara simultan oleh
variabel
,
,
, dan
terhadap variabel Y
Tabel 19. Deskripsi Hasil Uji Korelasi Berganda
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
Host
17.3104
2.32345
70
Narasumber
19.2807
1.92497
70
18.5263
2.07110
70
Durasi Tayangan
16.9474
1.57459
70
Waktu Penayangan
14.3158
1.63836
70
Studio atau Latar
14.0124
1.38762
70
Radikalisme Islam
68.3333
8.68359
70
Materi atau Konten
Tayangan
Berdasarkan tabel di atas, variabel Host (X1) memiliki nilai ratarata 17,3 dengan standar deviasi 2. Variabel Narasumber (X2) memiliki
nilai rata-rata 19,2 dengan standar deviasi 2. Variabel Materi atau
konten tayangan (X3) memiliki nilai rata-rata 18,5 dengan standar
deviasi 2,1. Variabel Durasi tayangan (X4) memiliki nilai rata-rata 17
dengan standar deviasi 1,6. Variabel waktu penayangan memiliki nilai
rata-rata 14,3 dengan standar deviasi 1,6. Variabel Studio atau latar
memiliki nilai rata-rata sebesar 14 dengan standar deviasi 8,6.
Kemudian untuk variabel radikalisme Islam (Y) memiliki nilai rata-rata
68,3 dengan standar deviasi 8,6.
89
Tabel 20. Analisis Hasil Uji Korelasi Berganda
Correlations
Studio
Host
Host
Naras
Konten
Durasi
Waktu
atau
Radikalis
umber
Tayangan
Tayangan
Tayang
Latar
me Islam
**
-.273
-.122
-.327
.257**
.044
.000
.073
.000
.431
.153
70
70
70
70
70
**
-.254
-.131
-.457
.031
.000
.056
.333
.000
.817
70
70
70
70
70
70
**
1
**
-.155
-.212
.373
.002
.249
.184
.199
70
707
70
70
70
**
1
**
-.033
.206
.003
.005
.124
70
70
70
70
**
1
.587
.161
Pearson
Correlati
1
.439
on
Sig. (2-
.301
tailed)
N
Narasu
Pearson
mber
Correlati
70
70
**
1
.439
.459
on
Sig. (2-
.301
tailed)
N
Konten
Pearson
Tayanga Correlati
n
70
-.273
.000
tailed)
N
.000
70
70
-.122
-.254
.073
.056
.002
70
70
70
-.327
-.131
-.155
.000
.333
.249
.003
70
70
70
70
Pearson
Tayanga Correlati
n
-.408
on
Sig. (2-
Durasi
.459
-.408
.387
on
Sig. (2tailed)
N
Waktu
Pearson
Tayang
Correlati
.387
on
Sig. (2tailed)
N
.012
70
70
.233
70
90
Studio
Host
Studio
Naras
Konten
Durasi
Waktu
atau
Radikalis
umber
Tayangan
Tayangan
Tayang
Latar
me Islam
**
-.457
-.212
-.033
.587
.431
.000
.184
.005
.012
70
70
70
70
70
70
70
.044
-.031
.373
.206
.161
-.458
1
.153
.817
.199
.124
.233
.000
70
70
70
70
70
Pear
son
Corr
.257
**
1
-.458
elati
on
Sig.
(2tailed
.000
)
N
Radikalisme Pear
Islam
son
Corr
elati
on
Sig.
(2taile
d)
N
70
70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa korelasi atau hubungan
antara variabel host (X1) dengan radikalisme Islam (Y) memiliki
hubugan yang lemah yaitu sebesar 0,44. Korelasi atau hubungan antara
variabel narasumber (X2) dengan radikalisme Islam (Y) memiliki
hubungan yang lemah yaitu sebesar 0,31. Korelasi atau hubungan
antara variabel Materi atau konten tayangan (X3) dengan radikalisme
Islam (Y) memiliki hubungan yang lemah yaitu sebesar 0,373. Korelasi
91
atau hubungan antara variabel durasi tayangan (X4) dengan radikalisme
Islam (Y) memiliki hubungan yang lemah yaitu sebesar 0,206. Korelasi
atau hubungan antara variabel waktu penayangan (X5) dengan
radikalisme Islam (Y) memiliki hubungan yang lemah yaitu sebesar
0,161. Dan korelasi atau hubungan antara variabel studio atau latar (X6)
dengan radikalisme Islam (Y) tidak memiliki hubungan sama sekali
yaitu sebesar -0,458.
Dengan demikian, berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara host, Narasumber,
konten tayangan, durasi tayangan dan waktu penayangan dengan
pengetahuan tentang makna radikalisme Islam. Dan tidak ada hubungan
sama sekali antara studio atau latar acara dengan pengetahuan tentang
makna radikalisme Islam.
5. Uji F-test
Setelah dilakukan pengujian serentak F-test, diketahui bahwa
secara simultan (bersama-sama) koefision regresi variabel tayangan
Apa Kabar Indonesia tvOne (X) tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan variabel pengetahuan tentang radikalisme Islam (Y).
Berikut merupakan penyajian tabel hasil output SPSS 22.0 for windows
untuk uji F-test.
92
Tabel 21. Hasil Uji F-test
a
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
273,085
4
68,271
Residual
3949,582
52
75,954
Total
4222,667
56
F
Sig.
,899
,471
b
a. Dependent Variable: Radikalisme Islam
b. Predictors: (Constant), Host, Waktu Tayang, Narasumber, Durasi Tayangan, Konten Tayangan,
Studio atau Latar Acar
Tabel di atas menunjukkan nilai
yang didapat sebesar
0,899 dan signifikansi 0,471. Sedangkan
yang diperoleh melalui
rumus yang terdapat pada halaman 62 memiliki nilai sebesar 2,214.
Dengan nilai-nilai yang didapat tersebut dapat dikatakan bahwa nilai
karena nilai
nilai
sebesar 0,899 lebih kecil daripada
sebesar 2,214. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak
dan Ho diterima. Dengan kata lain tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas (X1 sampai X6) secara bersama-sama
terhadap variabel terikat (Y).
6. Uji T-test
Dalam uji T-test (parsial) masing-masing variabel akan
berpengaruh jika nilai
lebih besar daripada
). Dengan menentukan
(
dari jumlah sampel (n) sama
dengan 70 dan taraf signifikansi 0,05 atau 5% diketahui nilai
adalah 1,684. Maka berdasarkan output SPSS 22.0 for Windows dalam
uji T-test adalah sebagai berikut:
93
Tabel 22. Hasil Uji T-test
Coefficients
a
Model
1
(Constant)
Host
Narasumber
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
52,615
23,898
Standardized
Coefficients
Beta
t
2,202
Sig.
,032
-,455
,563
,115
,122
,134
1,358
,684
,079
,524
,603
Konten
Tayangan
,589
,673
,141
1,876
,385
Durasi
Tayangan
,723
,870
,131
,832
,409
Waktu
Penayangan
,522
,772
,089
,676
,502
-,710
,87
a. Dependent Variable: Radikalisme Islam
,131
-,832
,409
Studio atau
Latar
a. Variabel host (X1) menunjukkan hasil
Sehingga dapat dilihat
sebesar 0,122.
lebih kecil dari
, 0,22 < 1,684.
Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai
yang positif
menandakan bahwa terdapat pengaruh positif dari variabel host
dengan pengetahuan tentang makna radikalisme Islam, namun tidak
signifikan.
b. Variabel narasumber (X2) menunjukkan hasil
Sehingga dapat dilihat
sebesar 0,524.
lebih kecil dari
, 0,876 < 1,684.
Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai
yang positif
menandakan bahwa terdapat pengaruh positif dari variabel
narasumber dengan pengetahuan tentang makna radikalisme Islam.
94
c. Variabel materi atau konten tayangan (X3) menunjukkan hasil
sebesar 0,876. Sehingga dapat dilihat
lebih besar dari
, 1,876 > 1,684. Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Nilai
yang positif menandakan bahwa terdapat pengaruh positif
dari variabel materi atau konten tayangan dengan pengetahuan
tentang makna radikalisme Islam, namun tidak signifikan.
d. Variabel durasi tayangan (X4) menunjukkan hasil
0,832. Sehingga dapat dilihat
sebesar
lebih kecil dari
, 0,832 <
1,684. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai
yang
positif menandakan bahwa terdapat pengaruh positif dari variabel
durasi tayangan dengan pengetahuan tentang makna radikalisme
Islam, namun tidak signifikan.
e. Variabel waktu penayangan (X5) menunjukkan hasil
sebesar 0,676. Sehingga dapat dilihat
lebih kecil dari
, 0,676 < 1,684. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai
yang positif menandakan bahwa terdapat pengaruh positif
dari variabel waktu penayangan dengan pengetahuan tentang
makna radikalisme Islam, namun tidak signifikan.
f. Variabel studio atau latar acara (X6) menunjukkan hasil
sebesar -0,832. Sehingga dapat dilihat
lebih kecil dari
, -0,832 < 1,684. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai
yang negatif menandakan bahwa terdapat pengaruh negatif
95
dari variabel studio atau latar dengan pengetahuan tentang makna
radikalisme Islam, namun tidak signifikan.
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada
variabel yang berpengaruh secara signifikan namun positif terhadap
variabel pengetahuan tentang radikalisme Islam. Dari keenam variabel,
terdapat satu variabel yang memberikan pengaruh negatif terhadap
variabel pengetahuan tentang radikalisme Islam yaitu variabel studio
atau latar acara (X6). Hasil analisa ini menunjukkan, bahwa variabelvariabel pada tayangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pengetahuan santri tentang makna radikalisme Islam.
7. Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda dilakukan untuk menguji hipotesis
penelitian mengenai pengaruh tayangan (X) dengan pengetahuan
tentang radikalisme Islam (Y). Berikut adalah hasil output SPSS 22.0
for Windows dalam ujiregresi linier berganda:
96
Tabel 23. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficients
a
Model
1
(Constant)
Host
Narasumber
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
52,615
23,898
Standardized
Coefficients
Beta
t
2,202
Sig.
,032
-,455
,563
,115
,122
,134
1,358
,684
,079
,524
,603
Konten
Tayangan
,589
,673
,141
1,876
,385
Durasi
Tayangan
,723
,870
,131
,832
,409
Waktu
Penayangan
,522
,772
,089
,676
,502
-,710
,87
a. Dependent Variable: Radikalisme Islam
,131
-,832
,409
Studio atau
Latar
Berdasarkan hasil data yang terdapat pada tabel di atas, maka
diperoleh persamaan seperti berikut:
Y=52,615+(-0,455)X1+1.358X2+0,589X3+0,723X4+0,522X5+(-0,710)X6
Melalui persamaan tersebut dapat dilihat bahwa setiap ada
penambahan variabel Host (X1) sebesar 1 (satuan), maka respon positif
pada pengetahuan tentang Radikalisme Islam (Y) akan berkurang
sebesar 0,455. Setiap ada penambahan variabel narasumber (X2)
sebesar 1 (satuan), maka respon positif pada pengetahuan tentang
Radikalisme Islam (Y) akan bertambah sebesar 1,358. Setiap ada
penambahan variabel materi atau konten tayangan (X3) sebesar 1
(satuan), maka respon positif pada pengetahuan tentang Radikalisme
Islam (Y) akan bertambah
sebesar 0,589. Setiap ada penambahan
97
variabel durasi tayang (X4) sebesar 1 (satuan), maka respon positif pada
pengetahuan tentang Radikalisme Islam (Y) akan bertambah sebesar
0,723. Setiap ada penambahan variabel waktu penayangan (X5) sebesar
1 (satuan), maka respon positif pada pengetahuan tentang Radikalisme
Islam (Y) akan bertambah sebesar 0,522. Sedangkan setiap ada
penambahan variabel studio atau latar (X6) sebesar 1 (satuan), maka
respon positif pada pengetahuan tentang Radikalisme Islam (Y) akan
berkurang sebesar 0,710.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel host dan studio tidak
memiliki pengaruh sama sekali pada tingkat pengetahuan santri.
Sedangkan variabel narasumber, materi atau konten tayangan, durasi
tayangan dan waktu penayangan masih memiliki hubungan dengan
bertambah tidaknya tingkat pengetahuan santri.
8. Uji Koefisien Determinasi
Berikut adalah output SPSS 22.0 for Windows dalam uji
koefisien determinasi:
Tabel 24. Hasil Uji Koefisien Determinasi
b
Model Summary
Std.
Model
1
R
,254
a
Change Statistics
Adjusted
Error of
R
R
the
R Square
F
Square
Square
Estimate
Change
Change
,065
-,007
8,71513
,065
,899
Sig. F
df1 df2
4
Change
52
a. Predictors: (Constant), Host, Waktu Tayang, Narasumber, Durasi Tayangan, Konten
Tayangan, Studio atau Latar Acara
,471
98
b. Dependent Variable: Radikalisme Islam
Pada tabel di atas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi R2
(R Square) adalah 0,065. Hal tersebut menunjukkan keragaman nilai
positif pada pengetahuan terhadap makna radikalisme Islam mampu
dipengaruhi oleh Host, Waktu Tayang, Narasumber, Durasi Tayangan,
Konten Tayangan dan Studio atau Latar Acara sebesar 6,5%. Sisanya
(100%-6,5%) 93,5% pengetahuan tentang makna radikalisme Islam
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat pada penelitian ini.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan serangkaian uji statistik pada pengaruh tayangan
Apa Kabar Indonesia tvOne terhadap pengetahuan santri Daar el-Qolam II
pada makna radikalisme Islam, maka didapatlah kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 68,7% responden memiliki
respons yang sedang atau cukup terhadap tayangan Apa Kabar
Indonesia tvOne, 24,2% responden memiliki respon yang tinggi
terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne dan sebanyak 7,1%
responden memiliki respons yang rendah terhadap tayangan Apa
Kabar Indonesia tvOne.
2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel host,
narasumber, materi atau konten tayangan, durasi tayangan dan
waktu penayangan tidak memiliki hubungan yang signifikan
terhadap pengetahuan santri pada makna radikalisme Islam. Dan
variabel studio atau latar acara tidak memiliki hubungan sama
sekali terhadap pengetahuan santri pada makna radikalisme Islam.
3. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa variabel host dan
studio tidak memiliki pengaruh apapun pada tingkat pengetahuan
santri. Sedangkan variabel narasumber, materi atau konten
tayangan, durasi tayangan dan waktu penayangan masih memiliki
99
100
pengaruh terhadap tingkat pengetahuan santri meskipun tidak
terlalu signifikan. Hal ini bisa terjadi karena pesantren merupakan
lembaga pendidikan yang menggunakan metode pembelajaan
sorogan dan bandongan. Kedua metode ini pembelajaran berada
dibawah pengawasan kyai atau ustadz/ah secara langsung.1
Meskipun terdapat fasilitas televisi di setiap kelas dan laptop untuk
setiap santri (dibawa oleh masing-masing santri), di pesantren,
kesetiaan dan rasa hormat kepada kyai atau guru spiritual
merupakan hal yang paling penting.2 Sehingga meski menerima
terpaan informasi dari media, tetaplah petuah atau perkataan kyai
dan ustadz/ah yang diserap dan dijalankan di kehidupan seharihari.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran
yang dapat diberikan, yaitu:
1. Bagi akademisi, penulis menyarankan agar terus melakukan
penelitian seberapa jauh pengaruh suatu tayangan terhadap
pengetahuan santri yang notabene menjalani pendidikan
pesantren di lingkungan pesantren. Dimenasi tayangan yang
1
Mamud, Model-model Pembelajaran di Pesantren, (Tangerang Selatan: Media
Nusantara, 206), h. 51
2
Greg Barton, Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid,
(Yogyakarta: LkiS Group, 2012), cet. Ke-2, h. 55.
101
digunakan juga dapat berupa dimensi lainnya yang disebutkan
oleh ahli lain.
2. Bagi praktisi, agar sebaiknya lebih memerhatikan konten
tayangan agar informasi yang disebarkan tersimpan di memori
penonton dan dapat berpengaruh dengan positif. Karena
hakikatnya media menyebarluaskan suatu informasi untuk
memberikan pengaruh atau efek kepada penontonnya baik efek
kognitif, afektif maupun behavioral.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bina Usaha. 1989.
Badjuri, Adi. Jurnalistik Televisi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.
Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
2006.
Barton, Greg. Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman
Wahid. Yogyakarta: LkiS Group. 2012.
Bungin, Burhan. Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
2010.
Sosiologi Media dan komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2013.
Chaplin, J. P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2011.
Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
2005.
Djamal, Hidajanto dan Andi Fahrudin. Dasar-dasar Penyiaran (Sejarah,
Organisasi, Operasional dan Regulasi). Jakarta: Kencana. 2011.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti. 2003.
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta:
LkiS Yogyakarta. 2005.
Fachruddin, Andi. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature,
Laporan Investigasi, Dokumneter dan Teknik Editing. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2012.
Fananie, Zainuddin., Sabardila, Atiqa., Purnanto, Dwi.,. Radikalisme Keagamaan
dan Perubahan Sosial. Surakarta: Muhammadiyah University Press. 2002.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2011.
102
103
Gunung Djati Press. Masa Depan Bangsa dan Radikalisme Agama. Bandung:
Gunung Djati Press. 2005.
Harahap, Arifin S. Jurnalistik Televisi. Jakarta: PT Indeks. 2007.
Kadir, Abdul. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi. 2003.
Kartodirdjo, Sartono. Ratu Adil. Jakarta: Sinar Harapan. 1985.
Kountor, Ronny. Metode Penelitian. Jakarta: CV Taruna Gravica. 2003.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2012.
KS, Usman. Televisi News, Reporting and Writing. Bogor: Ghalia Indonesia.
2009.
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi. Jakarta:
Rineka Cipta. 1996.
Littlejohn, Stephen W. Dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi, (Jakarta: Salemba
Humanika. 2011.
M, Abd Muin, Faiqoh, Wakhid Khozin da, Husen Hasan Basri. Pendidikan
Pesantren dan Potensi Radikalisme. Jakarta: Prasasti. 2007.
Mamud. Model-model Pembelajaran di Pesantren. Tangerang Selatan: Media
Nusantara. 2006.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa Edisi 4. Jakarta: Salemba Humanika.
2002.
Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku 2. Jakarta: Salemba
Humanika. 2011.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya. 1997.
Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya. 2002.
Morrisan, et. al. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia. 2013.
Nasrullah, Rulli. Cyber Media. Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta. 2013.
104
Noor, Juliasyah . Metode Penelitian Skripsi, Tesis dan Karya Ilmiah. Jakarta:
Kencana. 2011.
Nugroho, Yohanes Anton. It’s Easy: Olah Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Skripta Media Kreatif. 2011.
Rachmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
1999.
Rapoport, David C. Teror Suci: Contoh Terkini Dari Islam. Jakarta: Grafindo.
2003.
Sendjaja, S. Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta: UT. 2005.
Severin, Werner J., dan James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2011.
Shaleh, Indung A; et.al. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Usaha Nasional.
1982.
Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi
Aksara. 2013.
Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta; Rajagrafindo.
2010.
Subandi, Ahmad. Psikologi Sosial. Jakarta: Bulan Bintang. 1982.
Sujanto, Agus. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rineka Cipta. 1992.
Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2011.
Taher, Tarmidzi; et.al. Radikalisme Agama. Jakarta: PPIM-IAIN Jakarta. 1998.
Tamburaka, Apriadi. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 2012.
Umar, Husein. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama. 2003.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Prenada Media Group. 2008.
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: UGM. 1996.
Wulandari, Dian. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika Press. 2009.
105
Yusri. Statistika Sosial: Aplikasi dan Interpretasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.
Skripsi, Tesis dan Jurnal:
Pratiwi, Dewi. “Respons Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah Terhadap Fatwa
Haram Infotainment oleh Nahdlatul Ulama”. Skripsi S1, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Marini. “Pengaruh Tayangan Indonesia Bagus di Net. Terhadap Tingkat
Pengetahuan Tentang Kebudayaan Siswa-Siswi MAN Baturaja Sumatera
Selatan”. Skripsi S1, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2015.
Nurfitriani, Shofia. “Pengaruh Tayangan Smack Down Terhadap Perilaku Anak”.
Skripsi S1, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008.
Sumber Internet:
http://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/tenaga-pendidik-pengajar/
pada tanggal 21 Desember 2016
Diakses
http://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/kesiswaan/ Diakses pada tanggal 21
Desember 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/TvOne/ diakses pada 26 November 2016
http://www.tvonenews.tv/profil/ diakses pada 26 November 2016
http://www.tvonenews.tv/program/apa_kabar_indonesia/
November 2016
diakses
pada
26
Data Responden Penelitian
Responden
Ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
29
30
Nama
ASTRY HASNA FIRHANI
DHURRIAH ZAIN
LENIA DWI STIYANI
RATU MAULIDAH FITRIYAH
ARDITA MAHARANI
INTAN SHOHAINI
ANNIDA LUTHFIYAH
NABILAH RAMADHANI
NADHIRA RACHIMA
PUTRI NUR AINI
SALIMAH
WANDA RIKA MEILENA
YUMNIA
RUSMIYATI
SIVA NUR SAMROTISSA'ADAH
HAYA HUWAIDAH
SITI AISAH
LUSY CHAIRUNNISA
TASYA ELSA SABILLAH
TASYA AULIA PUTRI
NISRIN
SINTA KUSUMAWATI
TISSIE AQMARINA
TRISNINDA DWI
AYU NOVIANTI
MARLIA
WARDHANI ALIA
MELISA ALFI
SRI RATU AYUNINGSIH
TRIFANIA ANINDYA
RAHMALIA FITRI
SEPTYANINGSIH WULAN
IRMA NADYHA PUTRI
LAYLA FAJRI
PUTRIANA SELFI OKTORA
AJI FIRMANSYAH
MUHAMMAD TARQIB
MUHAMMAD FADHIILAH
31 DJUNAIDI
JK
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
L
L
L
Usia
16
16
16
16
16
16
16
16
16
15
16
16
16
16
16
16
15
16
15
17
15
15
16
16
16
16
16
16
16
16
17
17
17
16
16
16
16
Intensitas Menonton
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
2-3 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
1 kali seminggu
1 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
2-3 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
1 kali seminggu
1 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
16 4-5 kali seminggu
Responden
Ke32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
Nama
ACHMAD FARIZ NURWAHID
MUHAMMAD IQBAL DARUSMAN
M. DHAFIR FADHLURRAHMAN
NUR MAHMUDI ABDILLAH
GAMAL AVEROS
RAYHAN RIFKI GHIFARY
A'LIE ILHAM AL-MASHURI
ADE AHMAD BAIHAQI
ILHAM BUDHI PRASETYA
MUHAMMAD RIZKY
FEBRIANSYAH
AFDHAL ZIKRI
MUHAMMAD IQBAL
RIFQI FAVIAN
FAIZ RIZA RIZKULLAH
ROYHAN KAMAL
HAFIDZ FATHAN SILMI
ANUNG NUSANTO
HADIYATULLAH
M. FADIL ADE PRATAMA
ABDUL ROZAK SIDIQ
AHMAD SULTAN RAMADHAN
TUBAGUS MUHAMMAD RACHMAN
DIKA
FIQRI HAIKAL
PRATAMA MAULANA SYAHPUTRA
RIZKY ALDY NUGROHO
MUHAMMAD SENA INDRA
PRADANA
SHAFWAN NIZOMI
FAKHRI NURILLAH
WAWAN ALAMSYAH
M. IQBAL SAUBARI
FAIRUZ RIZKY
DWI PUTRA ADIYANSYAH
SEPTIAN EKA CAHYA
SEPTIAN DWI CAHYA
ABDUL AKBAR
RIZAL FIKRI
RIZAL AKBARIANSYAH
JK
L
L
L
L
L
L
L
L
L
Usia
16
16
17
15
16
16
16
16
16
Intensitas Menonton
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
L
L
L
L
L
L
L
16
16
16
16
16
17
16
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
1 kali seminggu
2-3 kali seminggu
2-3 kali seminggu
L
L
L
L
16
16
16
16
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
L
L
L
L
16
15
17
17
2-3 kali seminggu
2-3 kali seminggu
4-5 kali seminggu
2-3 kali seminggu
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
15
16
16
16
17
17
17
16
17
16
16
17
4-5 kali seminggu
2-3 kali seminggu
2-3 kali seminggu
4-5 kali seminggu
2-3 kali seminggu
4-5 kali seminggu
2-3 kali seminggu
4-5 kali seminggu
4-5 kali seminggu
2-3 kali seminggu
2-3 kali seminggu
4-5 kali seminggu
Responden
Ke68
69
70
Nama
FAIZAL OKTARIAN
REZA FAHLEVI
FARUQ AZIZI
JK
L
L
L
Usia
16
17
17
Intensitas Menonton
4-5 kali seminggu
2-3 kali seminggu
4-5 kali seminggu
(Sebelum Uji Validitas)
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Saya Nur Fatkhinnisa Fitria, Mahasiswi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang
mengadakan penelitian tentang pengaruh tayangan program Apa Kabar Indonesia Pagi dan
Malam terhadap pengetahuan santri mengenai radikalisme Islam. Sebelumnya saya ucapkan
banyak terimakasih atas kesediaan Anda untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini.
A. DATA RESPONDEN
Nama
:
Umur
:
th
Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki
Alamat
2. Perempuan
:
Seberapa seringkah anda menonton Apa Kabar Indonesia Pagi dan Malam di tvOne
dalam seminggu?
1. Setiap hari (6-7 kali seminggu)
2. Sering (4-5 kali seminggu)
3. Jarang (2-3 kali seminggu)
4. 1 kali seminggu
B. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Bacalah dengan teliti setiap butir pertanyaan agar mengerti maksud
pertanyaan.
2. Berilah tanda √ pada kolom pilihan jawaban.
SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
CS
: Cukup Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
3. Pastikan setiap butir pertanyaan diisi.
4. Selamat mengisi! ☺
Variabel X: Tayangan
No
Pertanyaan
1
Host selalu berpenampilan rapih dan menarik
2
Host memandu acara dengan cara yang menarik
3
Host sering memojokkan bintang tamu atau narasumber
Host memandu acara dengan cara yang baik dan
interaktif
Program tersebut menghadirkan narasumber yang
kompeten dengan peristiwa yang dibahas.
Program tersebut menghadirkan narasumber yang
berkaitan dengan peristiwa yang dibahas.
4
5
6
7
Narasumber adalah tokoh nasional yang dikenal banyak
orang.
8
Narasumber yang dihadirkan menyampaikan informasi
yang dapat dipercaya.
9
Tayangan membahas peristiwa penting dan menarik
Tayangan berita berpihak kepada pihak tertentu.
10
11
12
19
Informasi yang disampaikan lengkap.
Tayangan berita bersifat netral.
Durasi tayangan (60-120 menit) terlalu lama untuk
suatu program tayangan.
Durasi tayangan (60-120 menit) kurang untuk suatu
program tayangan.
Durasi tayangan progam Apa Kabar Indonesia Pagi dan
malam cukup untuk membahas secara mendalam suatu
masalah
Durasi tayangan progam Apa Kabar Indonesia Pagi dan
malam membosankan untuk membahas secara
mendalam suatu masalah
Menonton progam Apa Kabar Indonesia Pagi setiap hari
(jam 5-10)
Menonton progam Apa Kabar Indonesia Malam setiap
hari (jam 20-24)
Mengisi waktu luang SAYA dengan menonton tayangan
berita.
20
Tayangan berita tayang di waktu santai SAYA.
21
22
23
Latar acara outdoor membuat acara tampil beda
Latar acara outdoor sering membuat noise (suara
bising)
Latar acara outdoor tampak menarik
24
Latar acara outdoor membuat tampilan gambar lebih
segar
13
14
15
16
17
18
SS
S
CS
TS
STS
Variabel Y: Radikalisme Islam
No Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Tayangan diskusi di televisi adalah favorit saya.
Menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di televisi
dapat menambah wawasan.
Menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di televisi
dapat memerbaharui informasi.
Radikalisme berbahaya bagi nasionalisme.
Anarkisme adalah tindakan terorisme.
Radikalisme berbahaya bagi pancasila.
Tindakan terorisme adalah ciri-ciri radikalisme.
Beberapa kelompok atau organisasi masyarakat di
Indonesia berpaham radikalisme.
ISIS adalah contoh gerakan paham radikalisme.
Hukum Islam adalah hukum yang tepat untuk
diterapkan di Indonesia sebagai hukum resmi
Nilai-nilai agama Islam harus menjadi landasan tatanan
sosial di Indonesia
Al-Qur’an dan Sunnah harus dijadikan sebagai
pedoman institusi masyarakat Indonesia
Bom bunuh diri adalah salah satu bentuk jihad
Semua orang di Indonesia yang melakukan hal yang
tidak sesuai ajaran Islam harus dibunuh/diperangi
Seluruh kegiatan di Indonesia yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam harus diberhentikan/diberantas (contoh:
judi, dugem, dll)
Kehidupan keluarga di Indonesia seluruhnya harus
sesuai dengan ajaran Islam
Kehidupan politik di Indonesia seluruhnya harus
sesuai dengan ajaran Islam
Kehidupan ekonomi di Indonesia seluruhnya harus
sesuai dengan ajaran Islam
Kehidupan budaya di Indonesia seluruhnya harus
sesuai dengan ajaran Islam
Bom bunuh diri adalah bentuk terorisme
Pemerintahan Indonesia harus dijalankan sesuai ajaran
Islam
Al-Qur'an dan Sunnah harus dijadikan pedoman setiap
masyarakat Indonesia
Al-Qur'an dan Sunnah harus dijadikan landasan
pemerintahan Indonesia
SS
S
CS
TS
STS
(Setelah Uji Validitas)
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Saya Nur Fatkhinnisa Fitria, Mahasiswi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang
mengadakan penelitian tentang pengaruh tayangan program Apa Kabar Indonesia Pagi dan
Malam terhadap pengetahuan santri mengenai radikalisme Islam. Sebelumnya saya ucapkan
banyak terimakasih atas kesediaan Anda untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini.
A. DATA RESPONDEN
Nama
:
Umur
:
th
Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki
Alamat
2. Perempuan
:
Seberapa seringkah anda menonton Apa Kabar Indonesia Pagi dan Malam di tvOne
dalam seminggu?
1. Setiap hari (6-7 kali seminggu)
2. Sering (4-5 kali seminggu)
3. Jarang (2-3 kali seminggu)
4. 1 kali seminggu
B. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Bacalah dengan teliti setiap butir pertanyaan agar mengerti maksud
pertanyaan.
2. Berilah tanda √ pada kolom pilihan jawaban.
SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
CS
: Cukup Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
3. Pastikan setiap butir pertanyaan diisi.
4. Selamat mengisi! ☺
Variabel X: Tayangan
No
Pertanyaan
1
Host selalu berpenampilan rapih dan menarik
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Host sering memojokkan bintang tamu atau
narasumber
Host memandu acara dengan cara yang baik
dan interaktif
Program tersebut menghadirkan narasumber
yang kompeten dengan peristiwa yang
dibahas.
Program tersebut menghadirkan narasumber
yang berkaitan dengan peristiwa yang dibahas.
Narasumber adalah tokoh nasional yang
dikenal banyak orang.
Narasumber yang dihadirkan menyampaikan
informasi yang dapat dipercaya.
Tayangan membahas peristiwa penting dan
menarik
Tayangan berita berpihak kepada pihak
tertentu.
Informasi yang disampaikan lengkap.
Tayangan berita bersifat netral.
Durasi tayangan (60-120 menit) terlalu lama
untuk suatu program tayangan.
Durasi tayangan (60-120 menit) kurang untuk
suatu program tayangan.
Durasi tayangan progam Apa Kabar Indonesia
Pagi dan malam cukup untuk membahas
secara mendalam suatu masalah
Durasi tayangan progam Apa Kabar Indonesia
Pagi dan malam membosankan untuk
membahas secara mendalam suatu masalah
Menonton progam Apa Kabar Indonesia Pagi
setiap hari (jam 5-10)
Menonton progam Apa Kabar Indonesia
Malam setiap hari (jam 20-24)
Mengisi waktu luang SAYA dengan
menonton tayangan berita.
Tayangan berita tayang di waktu santai
SAYA.
Latar acara outdoor sering membuat noise
(suara bising)
Latar acara outdoor tampak menarik
Latar acara outdoor membuat tampilan
gambar lebih segar
SS
S
CS
TS
STS
Variabel Y: Radikalisme Islam
No
3
Pertanyaan
Menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di
televisi dapat menambah wawasan.
Menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di
televisi dapat memerbaharui informasi.
Radikalisme berbahaya bagi nasionalisme.
4
Anarkisme adalah tindakan terorisme.
5
Radikalisme berbahaya bagi pancasila.
1
2
6
7
8
9
10
Tindakan terorisme adalah ciri-ciri
radikalisme.
Hukum Islam adalah hukum yang tepat
untuk diterapkan di Indonesia sebagai
hukum resmi
Nilai-nilai agama Islam harus menjadi
landasan tatanan sosial di Indonesia
Al-Qur’an dan Sunnah harus dijadikan
sebagai pedoman institusi masyarakat
Indonesia
Bom bunuh diri adalah salah satu bentuk
jihad
11
Semua orang di Indonesia yang melakukan
hal yang tidak sesuai ajaran Islam harus
dibunuh/diperangi
12
Kehidupan keluarga di Indonesia
seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam
13
Kehidupan politik di Indonesia seluruhnya
harus sesuai dengan ajaran Islam
14
Kehidupan ekonomi di Indonesia
seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam
15
16
17
18
Kehidupan budaya di Indonesia
seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam
Pemerintahan Indonesia harus dijalankan
sesuai ajaran Islam
Al-Qur'an dan Sunnah harus dijadikan
pedoman setiap masyarakat Indonesia
Al-Qur'an dan Sunnah harus dijadikan
landasan pemerintahan Indonesia
SS
S
CS
TS
STS
DESCRIPTIVES VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y
/SAVE
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.
Descriptives
Notes
Output Created
17-OCT-2016 12:33:53
Comments
Input
Data
E:\Olah data.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
Missing Value Handling
57
Definition of Missing
User defined missing values are treated as missing.
Cases Used
All non-missing data are used.
Syntax
DESCRIPTIVES VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y
/SAVE
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.
Resources
Variables Created or Modified
Processor Time
00:00:00,08
Elapsed Time
00:00:00,12
StdZ01
Zscore(X1) Host
StdZ02
Zscore(X2) Narasumber
StdZ03
Zscore(X3) Konten Tayangan
StdZ04
Zscore(X4) Durasi Tayang
StdZ05
Zscore(X5) Waktu Penayangan
StdZ06
Zscore(X6) Latar Acara
StdZ07
Zscore(Y) Radikalisme Islam
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Host
70
15,00
25,00
17.3104
2.32345
Narasumber
70
13,00
25,00
19.2807
1.92497
Konten Tayangan
70
11,00
21,00
18.5263
2.07110
Durasi Tayangan
70
7,00
18,00
16.9474
1.57459
Waktu Penayangan
70
46,00
84,00
14.3158
1.63836
Latar Acara
70
5,00
16,00
14.0124
1.38762
Radikalisme Agama
70
21,00
75,00
68.3333
8.68359
Valid N (listwise)
70
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.07) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 X5 X6.
Regression
Notes
Output Created
17-OCT-2016 12:34:13
Comments
Input
Data
E:\Olah data.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
Missing Value Handling
57
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.07) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 X5 X6.
Resources
Processor Time
00:00:00,06
Elapsed Time
00:00:00,16
Memory Required
2588 bytes
Additional Memory Required for Residual
Plots
Variables Entered/Removed
Model
1
Variables Entered
a
Variables Removed
Host, Waktu Tayang, Durasi Tayangan,
Narasumber, Konten Tayangan, Latar Acara
0 bytes
b
Method
. Enter
a. Dependent Variable: Radikalisme Islam
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model
1
R
,257
R Square
a
,066
Adjusted R Square
-,006
Std. Error of the Estimate
8,70885
a. Predictors: (Constant), Waktu Tayang, Durasi Tayangan, Narasumber, Konten Tayangan,
Host, Latar Acara.
ANOVAa
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
273,085
4
68,271
Residual
3949,582
52
75,954
Total
4222,667
56
F
,899
Sig.
,471
b
a. Dependent Variable: Radikalisme Islam
b. Predictors: (Constant), Host, Waktu Tayang, Narasumber, Durasi Tayangan, Konten Tayangan,
Studio atau Latar Acar
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Beta
23,898
-,455
,563
Narasumber
Standardized Coefficients
Std. Error
52,615
Host
a
t
Sig.
2,202
,032
,115
,122
,134
1,358
,684
,079
,524
,603
Konten
Tayangan
,589
,673
,141
1,876
,385
Durasi
Tayangan
,723
,870
,131
,832
,409
Waktu
Penayangan
,522
,772
,089
,676
,502
Studio atau
Latar
-,710
,87
,131
-,832
,409
a. Dependent Variable: Radikalisme Islam
RELIABILITY
/VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Reliability
Notes
Output Created
17-OCT-2016 12:55:33
Comments
Input
Data
E:\Olah data.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
57
Matrix Input
Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on all cases with valid data for all variables in the procedure.
Syntax
RELIABILITY
/VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Resources
Processor Time
00:00:00,06
Elapsed Time
00:00:00,06
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
70
100,0
0
,0
70
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
,435
N of Items
40
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 3. Suasana Santri 5 IPS B Saat Menonton Ulang Tayangan
Apa Kabar Indonesia tvOne
Gambar 4. Suasana Santriwati 5 IPS B Saat Mengisi Kuesioner
Gambar 5. Suasana Santriwan 5 IPS B Saat Mengisi Kuesioner
Gambar 6. Foto Bersama Santriwan & Santriwati 5 IPS B
Gambar 7. Suasana Santri 5 IPA B Saat Menonton Ulang Tayangan Apa Kabar
Indonesia
Gambar 8. Suasana Santriwati 5 IPA B Saat Mengisi Kuesioner
Gambar 9. Suasana Santriwan 5 IPA B Saat Mengisi Kuesioner
Gambar 10. Foto Bersama Santriwan & Santriwati 5 IPA B
Download