PENGARUH TAYANGAN APA KABAR INDONESIA TVONE TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI SMA PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM II MENGENAI MAKNA RADIKALISME ISLAM Skripsi Diajukan Sebagai Syarat Pembuatan Skripsi untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Disusun oleh: NUR FATKHINNISA FITRIA 1111051100011 KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memeroleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari bukti bahwa karya saya hasil duplikasi dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 17 Maret 2017 Nur Fatkhinnisa Fitria ABSTRAK Nur Fatkhinnisa Fitria, NIM: 1111051100011, “Pengaruh Tayangan Apa Kabar Indonesia Tvone Terhadap Pengetahuan Santri Sma Pondok Pesantren Daar El-Qolam II Mengenai Makna Radikalisme Islam”, di bawah bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M. Si Setiap stasiun televisi berlomba menampilkan program berita paling aktual dan faktual. Salah satu program berita tvOne adalah Apa Kabar Indonesia yang dibungkus dalam bentuk talkshow. Dalam acara tersebut, satu topik yang sedang hangat dibahas secara mendalam dan juga menghadirkan Narasumber yang berkaitan dengan topik tersebut. Tayangan berita televisi merupakan praktik media massa untuk melakukan fungsi media massa sebagai sumber informasi dan juga sebagai fungsi edukasi. Topik yang mendapat perhatian khusus tersebut tentu meninggalkan kesan, efek atau pengaruh kepada penontonnya. Penjabaran di atas menimbulkan pertanyaan, Adakah hubungan antara menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di tvOne dengan tingkat pengetahuan penonton terhadap makna radikalisme Islam? Apakah terdapat pengaruh menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di tvOne dengan tingkat pengetahuan penonton terhadap makna radikalisme Islam? Adakah pengaruh tayangan terhadap sikap santri setelah menonton tayangan tersebut? Hubungan atau korelasi suatu tayangan dengan pengetahuan penonton dipengaruhi oleh tayangan, lingkungan kehidupan dan intensitas menonton. Jika kualitas tayangan baik, lingkungan hidup yang mendukung serta intensitas yang tinggi, maka akan ada kemungkinan terdapat hubungan antara tayangan dan pengetahuan penonton. S-O-R merupakan singkatan dari stimulus-organism-response. Teori ini berasal dari ilmu psikologi. Namun kini juga digunakan pada ilmu komunikasi karena objek materialnya sama. Kedua ilmu ini memiliki objek material manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen yang diantaranya adalah sikap, opini, kognisi, afeksi dan konasi. Ada tidaknya pengaruh, diteliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode survei. Temuan data dianalisis dengan uji normalitas Kosmogorov-Smirnov, uji regresi linear berganda, uji F-test, uji T-test, uji korelasi berganda dan uji koefisien determinasi. Berpengaruh tidaknya suatu tayangan pada pengetahuan penonton bergantung pada tayangan itu sendiri. Suatu tayangan dapat memberikan pengaruh dilihat dari host, Narasumber yang dihadirkan, konten, durasi tayangan, waktu penayangan dan studio atau latar. Meski tidak signifikan, tetapi keenam hal tersebut tetap memiliki pengaruh kecil terhadap pengetahuan penonton. Hasil penelitian ini adalah tayangan yang memiliki dimensi host, Narasumber, konten, durasi tayangan dan waktu penayangan tidak memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan dengan pengetahuan penonton. Pada dimensi studio atau latar, tidak terdapat hubungan dan pengaruh sama sekali terhadap pengetahuan penonton. Kata Kunci: Tayangan, Berita, Pengaruh, Pengetahuan, Radikalisme, tvOne i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk dengan bentuk yang paling sempurna, berakal dan berjiwa. Dan juga dengan anugerahNya telah mengizinkan penyusunan skripsi ini selesai. Dan semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada revolusioner kita, Nabi Muhammad SAW, yang menuntun kita dari kegelapan menuju jalan yang diridhoinya. Tiada tara rasa syukur yang penulis ucapkan dengan selesainya penyusunan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar bahwa banyak pihak yang turut membantu penulis. Maka dari itu,pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasi kepada: 1. Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum dan Dr. Suhaimi, M.Si sebagai Wakil Dekan II Bidang Kemahasiswaan dan Akademik. 2. Kholis Ridho, MA selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik. 3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Atas arahan, ilmu, kesabaran yang tingkat tinggi dan kebaikan hatinya dalam meluangkan waktu untuk membimbing penulis. ii iii 4. Suryadi dan Rubiyanti selaku kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik dalam bentuk moril dan materil juga tak henti mendoakan penulis di setiap sujudnya. 5. Abdillah Faqih selaku adik bungsu yang senantiasa ikhlas membantu kakaknya dalam mengoleksi camilan sambil mengerjakan skripsi. 6. Kartika Sari Dewi dan Qurrota A’yun selaku teman Jurnalistik yang mengizinkan penulis menginap di kostan selama beberapa hari ketika penyusunan ini dan atas pengalaman hidup mereka yang lebih dulu selesai menyusun skripsi. Serta teman Jurnalistik Angkatan 2011 yang banyak membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 7. Atun, An’am, Mule, Syarif, April dan teman-teman angkatan Golden Daar elQolam 2 lainnya, terimakasih atas doa, bantuan dan dukungannya. 8. Rekan-rekan Litbang Harian Kompas dan dewan Guru Yayasan Bani Yahya Soleman yang telah memberikan kesempatan penulis untuk belajir, mencari pengalaman sekaligus mengumpulkan pundi rupiah di sela-sela penulis menyelesaikan skripsi. 9. Seluruh bapak dan ibu guru serta asatidz dan asatidzah yang pernah menyalurkan ilmunya ke pada penulis dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga ke Pendidikan Tinggi. 10. Seluruh pihak yang membantu penulis yang tidak tercantum namanya. Ciputat, 17 Maret 2017 Nur Fatkhinnisa Fitria DAFTAR ISI ABSTRAK ......................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 9 C. Batasan Masalah ........................................................................................................ 10 D. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 10 E. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 11 1. Manfaat Praktis ..................................................................................................... 11 2. Manfaat Akademis ................................................................................................ 11 F. Sistematika Penulisan ................................................................................................ 11 G. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 12 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Televisi ...................................................................................................................... 14 B. Berita Televisi ........................................................................................................... 19 C. Talk Show .................................................................................................................. 21 D. Pengaruh Media Massa.............................................................................................. 23 E. Respons...................................................................................................................... 26 1. Pengertian Respons ............................................................................................... 26 iv v 2. Jenis Respons ........................................................................................................ 28 3. Faktor Munculnya Respons .................................................................................. 29 4. Teori Stimulus-Organism-Respons atau Stimulus-Respons ................................. 30 F. Radikalisme ............................................................................................................... 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian ................................................................................................. 41 B. Metode Penelitian ...................................................................................................... 42 C. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................................ 42 D. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................................... 43 E. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................................... 43 F. Populasi dan Sampel Penelitian................................................................................. 44 G. Variabel Penelitian .................................................................................................... 45 H. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 46 1. Variabel Bebas ...................................................................................................... 46 a. Definisi Operasional ........................................................................................ 46 b. Indikator Operasional ....................................................................................... 47 2. Variabel Terikat .................................................................................................... 51 a. Definisi Operasional ........................................................................................ 51 b. Indikator Operasional ....................................................................................... 51 I. Hipotesis Penelitian ................................................................................................... 52 J. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 53 K. Uji Validitas dan Uji Reabilitas................................................................................. 54 L. Teknik Pegolahan Data.............................................................................................. 56 M. Teknik Analisis Data ................................................................................................. 57 vi 1. Uji Normalitas ...................................................................................................... 57 2. Uji Korelasi Berganda .......................................................................................... 58 3. Uji Koefisien Determinasi .................................................................................... 59 4. Uji Regresi Linier Berganda ................................................................................. 60 5. Uji T-test ............................................................................................................... 60 6. Uji F-Test .............................................................................................................. 61 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2 ................................................................ 62 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Daar el-Qolam .............................................. 62 2. Profil Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2............................................................ 66 3. Visi dan Misi......................................................................................................... 66 4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..................................................................... 67 5. Kesiswaan ............................................................................................................. 68 6. Sarana dan Prasarana ............................................................................................ 69 7. Kurikulum dan Sistem Akademik ........................................................................ 71 B. Profil tvOne ............................................................................................................... 74 1. Sejarah tvOne........................................................................................................ 74 2. Visi dan Misi tvOne .............................................................................................. 76 3. Struktur ................................................................................................................. 76 BAB V HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Uji Instrumen ............................................................................................................. 77 1. Uji Validitas .......................................................................................................... 77 2. Uji Reliabilitas ...................................................................................................... 82 vii B. Hasil Analisa Data ..................................................................................................... 82 1. Deskripsi Profil Responden Penelitian ................................................................. 82 a. Jenis Kelamin ................................................................................................... 82 b. Usia .................................................................................................................. 83 c. Intensitas Menonton ......................................................................................... 84 2. Deskripsi Tayangan .............................................................................................. 85 3. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov .................................................................. 87 4. Uji Korelasi Berganda .......................................................................................... 87 5. Uji F-test ............................................................................................................... 91 6. Uji T-test ............................................................................................................... 92 7. Uji Regresi Linier Berganda ................................................................................. 95 8. Uji Koefisien Determinasi .................................................................................... 97 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................................ 99 B. Saran .......................................................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 102 LAMPIRAN viii DAFTAR TABEL Tabel 1. Populasi Penelitian ............................................................................................................. 44 Tabel 2. Blue print Variabel Tayangan (X) Sebelum Uji Validitas ..................................... 50 Tabel 3. Blue print Variabel Tayangan (X) Setelah Uji Validitas ...................................... 51 Tabel 4. Blue print Variabel Radikalisme Islam (Y) Sebelum Uji Validitas...................... 52 Tabel 5. Blue print Variabel Radikalisme Islam (Y) Setelah Uji Validitas ....................... 52 Tabel 6. Skala Likert ........................................................................................................... 54 Tabel 7. Tingkat Reabilitas Data ........................................................................................ 55 Tabel 8. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ........................................................... 59 Tabel 9. Daftar Fasilitas Penunjang Pembelajaran Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2.... 69 Tabel 10. Hasil Uji Validitas Variabel Tayangan (X) ........................................................ 78 Tabel 11. Hasil Uji Validitas Variabel Radikalisme Islam (Y) .......................................... 80 Tabel 12. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ......................................................................... 82 Tabel 13. Jenis Kelamin Responden ................................................................................... 82 Tabel 14. Usia Responden .................................................................................................. 83 Tabel 15. Intensitas Menonton Dalam Seminggu ............................................................... 84 Tabel 16. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne ....... 85 Tabel 17. Hasil Interpretasi Tayangan ................................................................................ 86 Tabel 18. Hasil One-Sample Kolmogorrov-Smirnov Test ................................................. 87 Tabel 19. Deskripsi Hasil Uji Korelasi Berganda .............................................................. 88 Tabel 20. Analisis Hasil Uji Korelasi Berganda ................................................................. 89 Tabel 21. Hasil Uji F-test .................................................................................................... 92 Tabel 22. Hasil Uji T-test.................................................................................................... 93 Tabel 23. Hasil Uji Regresi Linier Berganda...................................................................... 96 Tabel 24. Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................................................... 97 ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Teori S-O-R.................................................................................................................... 33 Gambar 2. Struktur Dewan Direksi tvOne .......................................................................... 76 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang diberi akal pikiran. Ini merupakan ciri yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia merupakan makhluk sosial karena tidak dapat berdiri sendiri untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Dengan akal pikiran inilah manusia berinteraksi satu sama lain untuk saling memenuhi fungsi kebutuhan sehari-hari. Untuk berinteraksi manusia melakukan komunikasi. Komunikasi sendiri merupakan unsur terpenting bagi manusia. berbagai ilmuan memiliki pandangan berbeda terhadap mkna komunikasi. Theodonoso and Theodornoson (1969) memberi batasan lingkup komunikasi berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seseorang atau kelompok kepada yang lain terutama melalui simbolsimbol. Garbner (1967) mengatakan komunikasi dapat didefinisikan sebagai interaksi sosial melalui pesan-pesan. Onong Uchyana mengatakan proses komunikasi hakikatnya adalah proses penyampaian gagasan, informasi, opini yang muncul dibenaknya atau keyakinan, kepastian, 1 2 keraguan, kehawatiran, kemarahan, keberanian dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati oleh komunikator kepada komunikan.1 Komunikasi sendiri memiliki tipe-tipe, yakni komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. komunikasi intrapersonal adalah ketika individu berbicara dengan diri sendiri untuk mengembangkan pemikiran dan ideide individu tersebut. komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih secara langsung maupun melaui media tertentu. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukakn dalam suatu kelompok tertentu. Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa sehingga ribuan bahkan jutaan orang bisa menerima pesan tersebut dengan tujuan menyampaikan informasi, menghibur atau membujuk. 2 Komunikasi massa ini sering kita lihat melalui televisi, radio, intenet dan lain-lain selaku media massa. Menurut Denis McQuail, media massa memiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan luas (university of reach), bersifat publik dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa. Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah sarana penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya radio, televisi, dan surat kabar. Media massa telah menjadi acuan 1 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 2 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 30. h. 450. 3 utama untuk menentukan definisi-definisi terhadap suatu perkara dan memberikan gambaran atas realitas sosial. Media massa juga menjadi perhatian utama masyarakat untuk mendapatkan hiburan dan menyediakan lingkungan budaya bersama bagi semua orang.3 Media massa kini sudah menjadi kebutuhan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasi. Melalui media massa, masyarakat dapat megetahui hampir segala sesuatu tentang dunia di luar lingkungan masyarakat tersebut. Orang-orang yang telah menjadi public figure membutuhkan media massa untuk mengekspresikan ide-ide mereka ke masyarakat luas. Media massa merupakan sumber informasi atau penyampai berita, sumber hiburan juga forum persuasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa gagasan-gagasan atau pesan yang disampaikan oleh media massa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pihakpihak yang menjadi faktor atau berpengaruh terhadap pesan di media massa adalah pemerintah, masyarakat umum, kelompok penekan, pemilik media, pemasang iklan, audien dan internal organisasi.4 Dari ketujuh faktor ini, berdasarkan penelitian yang pernah ada, faktor yang paling berpengaruh terhadap isi pesan media adalah pemilik media dan pemasang iklan. Pemilik media turut serta dalam pemilihan isu biasanya untuk kepentingan bisnis. Namun pada prakteknya tetap dengan kebijakan jurnalis yang harus dipatuhi. Selain itu, pemasang iklan juga berpengaruh. Pengaruh ini terjadi karena ingin terciptanya hubungan simbiosis 3 4 Morrisan dkk, Teori Komunikasi Massa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h. 1. Morrisan dkk, Teori Komunikasi Massa, h. 48. 4 mutualisme antara pemilik media dan pemasang iklan. Isu-isu yang dapat merugikan pemasang iklan tentu tidak akan dipublikasikan oleh media tersebut.5 Faktor-faktor inilah yang memengaruhi isi pesan suatu media massa. Sehingga bisa dikatakan, faktor tersebut membuat media massa untuk „menggiring‟ isu tertentu ke masyarakat luas. Masyarakat sebagai konsumen media hanya menerima apa yang disampaikan oleh media tersebut. Pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa diserap dan tidak jarang orang menggunakan pesan media sebagai acuan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Masyarakat menjadi sangat bergantung pada media massa dan apa yang dipublikasikan oleh media massa. Tidak jarang isi pesan media massa berpengaruh pada kehidupan suatu individu. Tiap individu memiliki persepsi tersendiri terhadap makna pesan media massa. Tingkat bergantungan individu terhadap media massa sebagai sumber informasi berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan keperluan akan informasi tersebut yang berbeda juga. Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun kenyataannya media massa memberi efektif lain di luar fungsinya itu. Efek media massa tidak saja memengaruhi sikap seseorang namun pula dapat memengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat memengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.6 Dampak atau efek tersebut dapat terlihat secara langsung ataupun tidak. 5 Morrisan dkk, Teori Komunikasi Massa, h. 53-57. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 321. 6 5 Masing-masing individu pun akan mengalami efek yang berbeda-beda. Efek tersebut dapat dilihat pada perubahan perilaku, pengetahuan dan sikap penonton setelah mengonsumsi pesan media massa. Media massa yang paling banyak diminati masyarakat adalah media televisi. Karena televisi merupakan media yang menggabungkan suara dan gambar sekaligus. Sehingga masyarakat bisa menikmati langsung tayangan tanpa perlu berimajinasi. Karena televisi menyediakan gambar dan suara sekaligus, gambar yang bergerak ini juga kemudian dapat memengaruhi penontonnya. Meski lahir setelah media massa cetak dan radio, namun pada akhirnya televisilah yang paling banyak diakses oleh masyarakat di mana pun di dunia ini. Di Indonesia pernah dilakukan penelitian oleh Susenas pada tahun 1998 dan 2000 tentang kecenderungan masyarakat dalam menononton televisi, mendengarkan radio dan membaca koran. Hasilnya adalah ratarata secara nasional, waktu mendengarkan radio ada penurunan dari 62,7% pada tahun 1998 menjadi 43,3% pada tahun 2000, membaca koran dari 25,8% pada tahun 1998 menjadi 17% pada tahun 2000 dan menonton televisi dari 79,8% pada tahun 1998 menjadi 78,9% pada tahun 2000. Ada juga survey yang dilakukan oleh lembaga berbeda secara terpisah selama 2005-2006 diketahui bahwa kecenderungan menonton televisi telah meningkat menjadi rata-rata 80%. Sedangkan rata-rata persentase kegiatan membaca koran dan mendengarkan radio menjadi semakin rendah.7 7 Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 12. 6 Selama ini media televisi selalu dianggap memberikan dampak negatif kepada penontonnya. Media massa juga dianggap miskin dari fungsi edukasi. 8 Sejatinya, tayangan berita merupakan salah satu kinerja media massa untuk merealisasikan fungsi edukasi. Karena pada tayangan berita mengandung informasi-informasi yang sifatnya aktual dan faktual. Sehingga banyak penonton yang baru mengetahui informasi tersebut setelah menonton tayangan berita. Setiap stasiun televisi memiliki program berita yang menyajikan kabar-kabar atau peristiwa terkini yang baru terjadi atau masih hangat untuk diperbincangkan. Mulai dari pagi hari, siang, petang hingga malam setiap stasiun televisi menayangkan program berita yang dikenal sebagai warta berita atau straight news. Rata-rata durasi yang digunakan untuk tayangan program berita adalah 30-90 menit per program berita. Meskipun stasiun televisi sedang menayangkan program hiburan musik, film atau talkshow, akan diselingi dengan tayangan berita yang berdurasi tidak lebih dari lima menit. Selingan berita ini biasa dikenal sebagai breaking news. Setiap stasiun televisi berlomba menampilkan program berita paling aktual dan faktual. Kini program berita tidak hanya terdapat seorang pembaca berita dan tayangan-tayangan berita, namun sudah banyak juga yang memodifikasi tayangan berita. Salah satu bentuk modifikasinya adalah dengan membahas lebih dalam berita atau peristiwa yang masih hangat dengan mengundang narasumber-narasumber yang 8 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa, h. 332. 7 kompeten. Salah satu program berita yang demikian adalah Apa Kabar Indonesia di TvOne. Program berita tersebut menayangkan beberapa berita teraktual dan membahasnya secara lebih dalam peristiwa yang paling hangat. Durasi waktu yang digunakan untuk membahas permasalahan tertentu pun memakan waktu hampir satu jam. Jika permasalahan tersebut masih hangat, maka akan dibahas sampai lima hari berturut-turut. Program Apa Kabar Indonesia tayang di pagi dan malam hari. Untuk Apa Kabar Indonesia Pagi tayang pada pukul 06:00 WIB dan Apa Kabar Indonesia Malam tayang pada pukul 20:00 WIB. Sesuai dengan ungkapan Harold D. Lasswell yang mengatakan bahwa komunikasi adalah who says what in which channel to whom with what effect (Siapa berkata apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa?).9 Komunikasi massa dilakukan oleh komunikator mssa kepada khalayak melalui media massa da akan memberikan efek terhadap khalayak tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa media massa menampilkan tayangan-tayangan untuk memberikan dampak tertentu kepada khalayak. Dampak yang dialami khalayak meruapakn suatu hal yang sesuai yang disampaikan oleh komunikator sebelumnya. Pada titik ini, komunikator mendapatkan timbal balik atau feedback dari khalayak selaku komunikan. 9 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa, h. 293. 8 Pada tayangan Apa Kabar Indonesia, tvOne menyajikan diskusi secara mendalam tentang suatu peristiwa yang dianggap penting untuk dibahas kembali. Jika pada program warta berita, suatu peristiwa ditayangkan secara ringkas, singkat dan padat. Maka pada program ini, peristiwa ditayangkan dan dibahas secara mendalam dari berbagai aspek yang dianggap penting. Narasumber-narasumber yang berkaitan dengan peristiwa tersebut juga yang dianggap berkompeten untuk mngeluarkan pendapat juga penjelasan akan dihadirkan pada program tersebut. Dari peristiwa yang diangkat tersebut, menandakan bahwa media massa tersebut mencoba mengangkat suatu isu agar juga dianggap penting oleh masyarakat. Tayangan berita televisi merupakan praktik media massa untuk melakukan fungsi media massa sebagai sumber informasi dan juga sebagai fungsi edukasi. Informasi-informasi yang ditayangkan merupakan kejadian terkini yang perlu diketahui oleh masyarakat. Dalam diskusi di Apa Kabar Indonesia terdapat pengetahuan-pengetahuan atau informasi yang dibagikan ke masyarakat atau penonton. Dengan pengetahuan atau infromasi yang telah dibagikan dan ditayangkan, maka penonton dapat menangkap pesan dan mengalami efek atau dampak tertentu dari tayangan tersebut. Pada awal bulan April 2015 lalu, terdapat peristiwa yang dibahas oleh Apa Kabar Indonesia selama empat kali yakni pada Apa Kabar Indonesia Pagi dan Malam edisi 1 April 2015, Apa Kabar Indonesia Pagi 9 edisi 2 April dan Apa Kabar Indonesia Malam edisi 5 April 2015. Peristiwa yang dibahas itu adalah polemik pemblokiran situs Islam yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan Kementrian Komunikasi dan Informasi (Menkominfo). Yang menjadi pokok bahasan penting pada bahasan tersebut adalah tentang ajaran radikalisme yang disinyalir dilakukan oleh 22 situs Islam sehingga situs-situs Islam tersebut diblokir. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ingin meneliti pengaruh tayangan Apa Kabar Indonesia di TvOne terhadap pengetahuan makna radikalisme santri SMA Pondok Pesantren Daar el-Qolam II dengan judul penelitian “PENGARUH TAYANGAN APA KABAR INDONESIA TVONE TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI SMA PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM II MENGENAI MAKNA RADIKALISME ISLAM”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, berikut adalah rumusan masalah dari penelitian ini: 1. Bagaimana respons santri Daar el-Qolam 2 terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne? 2. Adakah hubungan antara menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di tvOne dengan tingkat radikalisme Islam? pengetahuan penonton terhadap makna 10 3. Adakah pengaruh menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di tvOne dengan tingkat pengetahuan penonton terhadap makna radikalisme Islam? C. Batasan Masalah Untuk menghasilkan penelitian yang maksimal, peneliti membatasi ruang lingkup kajian penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mengambil tayangan Program Apa Kabar Indonesia Pagi edisi 1-2 April 2015 dan Apa Kabar Indonesia Malam edisi 1 dan 5 April 2015 yang membahas tentang pemblokiran situs Islam yang di dalamnya juga dibahas ciri-ciri radikalisme Islam. Populasi yang dipilih adalah Santri SMA Daar elQolam II angkatan 43. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pemikiran dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang respons santri Daar elQolam 2 terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne. 2. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang ada atau tidaknya hubungan antara menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di tvOne dengan tingkat pengetahuan penonton terhadap radikalisme Islam. 3. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang ada atau tidaknya pengaruh tayangan Apa Kabar Indonesia di tvOne dengan tingkat pengetahuan penonton terhadap radikalisme Islam. 11 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan untuk dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. b. Penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan bagi kalangan teoritis serta praktis pada umumnya, dan terutama bagi para aktivis maupun mahasiswa guna menambah pengetahuan dalam mempelajari mengenai praktik karya jurnalistik. 2. Manfaat Akademis a. Penelitian ini dilakukan guna mengaplikasikan teori-teori komunikasi terutama dengan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif dengan teori stimulus, organisasi dan respon. b. Penelitian ini dilakukan guna memberikan kontribusi yang positif dalam bidang komunikasi massa terutama bidang penelitian tentang respons mahasiswa terhadap tayangan di televisi. F. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan. Pada bab ini peneliti akan menjabarkan latar belakang, pembatasan juga perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penelitian. Bab II : Tinjauan teori, maka bab ini akan menjelaskan secara rinci mengenai teori respons, radikalisme dan pengertian media massa televisi. 12 Bab III: Metode Penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan pendekatan penelitian, penentuan lokasi penelitian, pepolasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, subjek dan objek penelitian, definisi operasional variabel penelitian dan metode analisis data. Bab IV : Bab ini berisi analisis peneliti, meliputi: respons santri SMA Pondok Pesantren Daar el-Qolam II terhadap tayangan diskusi tentang pemblokiran situs Islam di Apa Kabar Indonesia Pagi April 2015 di tvOne. Bab V : Bab ini berisi tentang kesimpulan atas analisis penelitian juga kesimpulan dan saran dari permasalahan yang diangkat. G. Tinjauan Pustaka Skripsi yang menjadi acuan penulis adalah: 1. “Pengaruh Tayangan Kekerasan Smack Down Terhadap Perilaku Anak” Karya Shofia Nurfitriani, Komunikasi dan Penyiaran Islam (2008). penelitian ini meneliti tentang pengaruh tayangan kekerasan pada acara Smack Down terhadap perilaku anak MI Nurul Falah kelas V dan VI Depok di kehidupan sehari-hari bersama temannya. penelitian ini sama-sama meneliti tentang pengaruh tayangan dan bersifat kuantitatif. Sedangkan perbedaannya adalah pada teori yang menggunakan teori jarum hipodermik. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 13 pengaruh tayangan SmackDown terhadap kognitif, afektif dan behavioral responden yang merupakan anak-anak. 2. Acuan penulis yang kedua adalah “Pengaruh Tayangan Indonesia Bagus di Net. Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Kebudayaan Siswa-Siswi MAN Baturaja Sumatera Selatan” karya Marini, Jurnalistik (2015). Persamaan dengan skripsi ini adalah sama-sama meneliti pengaruh tayangan. Perbedaannya terletak pada teori dan teknik analisa data. Hasil penelitian pada skripsi ini adalah terdapat pengaruh antara tayangan Indonesia Bagus di Net. terhadap sikap berbudaya pada responden. Sedangkan, tidak terdapat pengaruh antara tayangan tersebut mengenai kebudayaan. terhadap pengetahuan responden BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Televisi Pada tahun 1831, Joseph Henry dan Michael Faraday menemukan gelombang elektromagnetik yang merupakan awal dari era komunikasi. Gelombang ini dapat digunakan untuk mengirim informasi tanpa menggunakan penghantar atau kawat tembaga melalui jarak tertentu.1 Setelah ditemukannya gelombang elektromagnetik, kemudian muncullah alat-alat teknologi yang berkaitan dengan ilmu komunikasi seperti radio dan televisi. Alat komunikasi yang pertama diciptakan dengan menggunakan manfaat gelombang elektromagnetik adalah radio. Penemu radio adalah Gueglielmo Marconi pada tahun 1901. Selanjutnya pada tahun 1923, sistem televisi elektris ditemukan Vladimir Kosmo Zworykin. Pada tahun 1930, Philo T. Farnsworth menciptakan sistem televisi. Penemuan-penemuan dasar tersebut terus berkembang hingga akhirnya di tahun 1935 Julius Paul Gottlieb Nipkow menemukan televisi mekanik. Pada masa itu semua orang hanya dapat menyaksikannya dalam format warna hitam putih. Ukuran layar televisi 1 Hidajanto Djamal dan Andi Fahrudin, Dasar-dasar Penyiaran (Sejarah, Organisasi, Operasional dan Regulasi), (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 2. 14 15 pun hanya sekitar delapan kali sepuluh inchi saja sehingga persaingan mekanik dan elektronik tidak begitu nyata.2 Televisis pertama kali ditampilkan di Amerika Serikat pada tahun 1939 saat berlangsungnya “World’s Fair” di New York. Namun sempat terhenti ketika terjadi Perang Dunia II. Pada tahun 1946 kegiatan pertelevisian sudah dimulai kembali. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, jumlah studio atau pemancar televisi meningkat menjadi 750 stasiun televisi di Amerika Serikat. Dan kini hampir di setiap gedung atau rumah-rumah terdapat televisi di dalamnya.3 Di Indonesia sendiri, media massa televisi baru masuk padatahun 1960-an. Tepatnya pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asia Games IV. Pada tanggal 25 Juli 1961 Menteri Penerangan (kini Menteri Komunikasi dan Informasi) mengeluarkan surat keputusan (SK) Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T). Selanjutnya pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno dari Wina mengirimkan teleks kepada Menpen Maladi untuk menyiapkan proyek televisi. Persiapan proyek televisi pun dijadwalkan yakni: 1. Membangun studio di EKS AKPEN di Senayan (kini TVRI). 2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower 80 meter. 2 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), 3 Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 7. h.7. 16 3. Memersiapkan software (program dan tenaga).4 Pada 17 Agustus 1962, TVRI mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke 17 dari halaman Istana Merdeka Jakarta dengan menggunakan pemancar berkekuatan 100 watt. Pada tanggal 24 Agustus 1962, untuk pertama kalinya TVRI mengudara dengan siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion utama Gelora Bung Karno. Sejak saat itu stasiun TVRI mendominasi semua acara hiburan, pendidikan dan informasi. Selama 27 tahun, penduduk Indonesia menikmati acara televisi dari satu saluran saja yakni TVRI. Baru pada tahun 1989 Pemerintah akhirnya mengizinkan Rajawali Citra Televisi (RCTI) sebagai stasiun televisi swasta pertama. Tetapi hanya penduduk yang memiliki televisi dengan antena parabola dan dekoderlah yang dapat menikmati saluran RCTI. Baru pada tahun 1992, RCTI akhirnya dibuka untuk masyarakat luas.5 Media televisi mengalami perubahan teknologi seiring perkembangannya dalam beberapa tahap. Televisi generasi pertama adalah televisi hitam-putih. Di sini, sinar pantul setelah melewati sistem lensa akan terbentuk gambar proyeksi hitam-putih. Gambar proyeksi ini langsung diubah menjadi sinyal gambar proyeksi hitam putih. Maka jadilah siaran televisi hitam putih yang dikenal Indonesia pada tahun 1960an. Selanjutnya, sinar pantul setelah dilewatkan sistem lensa, disalurkan 4 5 Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 8. Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 8. 17 juga sebuah prisma atau dochroic sehingga terbentuklah tiga warna dasar. Tiga warna dasar itu adalah merah (red), hijau (green) dan biru (blue) atau dikenal RGB. Tiga warna dasar inilah yang selanjutnya akan menghasilkan gambar bewarna.6 Generasi televisi kedua adalah televisi warna. Terdapat tiga sistem di dalam televisi warna, yakni: 1. Phase Alternatig Line (PAL): 625 garis/detik-60 hertz. 2. National Televisio System Committess (NTSC): 525 garis/detik-50 hertz. 3. Sequential Colour a’Memoar (SECAM): 825 garis/detik-50 hertz. Untuk mengubah sistem dari PAL ke NTSC, dari PAL ke SECAM, dari NTSC ke SECAM, dari SECAM ke PAL atau sebaliknya menggunakan convertion unit (converter). Pada generasi kedua, televisi memiliki rasio layar 4:3. Pada generasi ketiga adalah High Definition (HD) TV. Televisi generasi ketiga ini dapat dikatakan sebagian televisi masa depan karena memiliki ukuran rasio layar 16:9 sehingga ukurannya lebih besar dibanding televisi generasi sebelumnya. 7 Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society. An incuest and Agenda” (1965), televisi mempunyai sifat istimewa dibanding media massa lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Sifat politisnya sangat besar karena dapat menampilkan informasi, hiburan 6 7 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi, h. 8. Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi, h. 9. 18 dan pendidikan atau gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata.8 Semakin bergulirnya waktu, kini setiap rumah bahkan dalam suatu ruangan memiliki televisi. Televisi dianggap juga sebagai media komunikasi yang paling mutahir dalam menyampaikan pesan. Karena pesan-pesan yang disampaikan langsung memengaruhi otak, emosi, perasaan dan sikap pemirsa. Semakin bergulirnya waktu, kini setiap rumah bahkan dalam suatu ruangan memiliki televisi. Televisi dianggap juga sebagai media komunikasi yang paling mutahir dalam menyampaikan pesan. Hal tersebut dikarenakan sajian televisi yang menggabungkan gambar dan suara sekaligus. Kalau di radio hanya dapat mendengarkan suara, pada dengan televisi gambar dan suara digabungkan. Sehingga khalayak dari kalangan ekonomi menengah ke atasa maupun menengah ke bawah lebih memilih televisi dibandingkan radio. Bahkan televisi juga kini telah menjadi teman bagi keluarga untuk berkumpul. Dengan menonton acara yang sama yang menghibur bersama-sama. Kehadiran teknologi televisi memengaruhi kehidupan manusia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan pertahanan dan keamanan negara. Batas-batas negara pun tidak sulit untuk diterjang karena media televisi dapat hadir di dunia maya. Sehingga jika informasi dari media televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol maka akan menimbulkan efek yang cukup besar. Efek tersebut dapat berupa 8 Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 6. 19 penjajahan negara dalam hal informasi dan sebagainya. Hal tersebut dikarenakan televisi menggunakan satelit sehingga cakrawala informasi pun menjadi semakin luas. Peristiwa di suatu tempat dapat dilihat di tempat lain melalui televisi dengan pola teknologi baru yakni “Direct Broadcasting Satelite” atau DBS.9 Kini tayangan di televisi sangat beragam. Mulai dari tayangan siaran berita, sinetron, kartun, siaran edukasi, kuliner, wisata, gaya hidup dan lain-lain. Tayangan yang menjadi paling favorit adalah tayangan film. Biasanya film yang awalnya ditayangkan di bioskop, jika sudah dalam waktu lama, maka akan ditayangkan di televisi. Sehingga acara tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif hiburan keluarga di saat berkumpul bersama. B. Berita Televisi Sebelum membahas tentang berita televisi, maka perlu diketahui terlebih dahulu apa itu berita. Banyak juga para ilmuwan yang mendefinisikan kata berita. Menurut AS Haris Sumadiria berita adalah laporan tercepat menenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media on line internet.10 Sedangkan menurut Andi Fachruddin berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat dalam tulisan atau narasi, audiovisual, gambar, foto, peta, grafis, baik direkam atau live yang aktual, menarik, bermanfaat dan 9 Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, h. 6. AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), cet ke-4, h. 65. 10 20 dipublikasikan melalui media massa periodik; surat kabar, majalah, radio dan televisi.11 Definisi dari kedua orang di atas kurang lebih memiliki maksud dan arti yang sama hanya tatanan bahasa yang berbeda. Seperti yang telah dibahas di atas, berita merupakan suatu laporan menarik yang dipublikasikan ke khalayak luas melalui media massa. Berita televisi adalah berita yang dipublikasikan dengan menggunakan media televisi. Sehingga tampilan laporannya berupa gambar juga suara. Tiap media televisi memiliki tujuan masing-masing dalam memublikasikan suatu peristiwa. Ada media televisi yang memberitakan karena kepentingan politik keredaksian, kepentingan pasar, kepentingan kelompok, untuk meningkatkan peringkat sehingga mengundang iklan atau juga karena murni objektivitas dari hati nurani. Secara umum, berita televisi dalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat manusia atau kedua-duanya yang disertai gambar (visual) aktual, menarik, berguna dan disiarkan melalui media massa televisi secara periodik.12 Seperti yang telah diketahui, kelebihan media televisi adalah menggunakan media audiovisual yang menggabungkan gambar dan suara. Pelaporan berita dari media televisi pun menjadi lebih mudah dipahami karena dibarengi dengan cuplikan video kejadian atau yang berkaitan dengan peristiwa tertentu. Sehingga khalayak dapat mengetahui apa yang 11 Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumneter dan Teknik Editing, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 48. 12 Arifin S. Harahap, Jurnalistik Televisi, (Jakarta: PT Indeks, 2007), cet. Ke-2, h. 4 21 sebenarnya terjadi melalui cuplikan video yang direkam oleh juru kamera. Tayangan-tayangan berita inilah yang dikonsumsi oleh masyarakat dan diserap informasinya. Suasana persidangan, pemdaman kebakaran, demonstrasi, penggrebekkan dan lain-lain dapat langsung dilihat oleh khalayak. Pada berita televisi, naskah narasi tidak perlu terlalu detail karena beberapa pokok berita sudah diwakilkan dengan video yang ditampilkan. C. Talk Show Banyak ahli memberikan definisi yang berbeda tentang talk show. Menurut Naratama, talk show atau dialog atau debat atau argumentasi adalah dimana seorang pembicara bebas membantah, moderator pun diperbolehkan mengkritik. Bahkan, bintang tamu diperbolehkan menangis jika memang itu diperlukan. Dalam talk show, berbicara adalah suatu yang sangat penting.13 Sedangkan menurut Fred Wibowo, talk show adalah program pembicaraan tiga orang atau lebih mengenai suatu permasalahan. Tokoh yang diundang sebagai bintang tamu dapat mengungkapkan atau mengemukakan pendapat. Sedangkan pembawa acara di sini, berfungsi sebagai moderator. Pembawa acara yang juga sekaligus moderator ini juga diperbolehkan melontarkan pendapat atau membagi pembicaraan.14 13 Rukmanda Naratama, Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 147. 14 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, (Surabaya: Pinus Book Publisher, 2007), h. 8. 22 Menurut Morissan, talk show adalah sebuah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara atau host. Bintang tamu diundang merupakan orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa yang diperbincangkan ataupun ahli yang berkompeten dibidangnya, sesuai dengan masalah yang sedang dibahas.15 Maka dapat disimpulkan bahwa talk show adalah suatu program televisi yang menghadirkan dua orang atau lebih bintang tamu untuk saling mengungkapkan pendapat tentang suatu masalah yang ditengahi oleh seorang pembawa acara selaku moderator. Menurut Bernard M Timberg, program talk show memiliki empat prinsip dasar. Pertama adalah host yang bertanggung jawab atas materi, pengarahan pembicaraan dan bentuk acara yang akan disiarkan. Prinsip kedua adalah mengandung percakapan yang berisi pesan. Prinsip ketiga adalah talk show merupakan suatu produk yang berkompeten dengan produk lain. Dan prinsip ke–empat, talk show merupakan kegiatan industry yang melibatkan produser acara, penulis naskah, pengarah acara, piñata rias dan rambut serta melibatkan bagian marketing. Sebagai produk, maka program ini harus bisa dijual dengan mengemasnya secara baik dan menarik.16 15 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 217. Bernard M Timberg, Television Talk: A History of The TV Talk Show, (Texas: University of Texas Press, 2002), h. 5. 16 23 D. Pengaruh Media Massa Para peneliti terdahulu percaya media massa dapat memengaruhi audiens. Hal tersebut dikarenakan pesan-pesan yang disampaikan media dapat membentuk opini masyarakat. Sehingga apa yang disampaikan oleh media massa, masyarakat akan memercayainya, meyakini dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan hal yang sesuai dengan pesan yang dipublikasikan melalui media massa. Terpengaruhnya audiens juga didasari oleh faktor-faktor pendukung tertentu. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menyelami lebih dalam bagaimana dan seberapa jauh pengaruh media massa terhadap audiens. Seperti teori jarum hipodermik yang meyakini bahwa media massa secara langsung dapat memengaruhi individu. Pada penelitian selanjutnya ditemukan bahwa terpengaruhnya audiens juga dibarengi oleh beberapa variabel seperti dengan siapa individu tersebut menerima pesan, kepuasan akan pesan tersebut dan sebagainya.17 Teori tersebut dikenal sebagai Pengaruh Terbatas yang dikemukakan oleh Joseph Klapper. Individu dianggap memiliki penolakan terhadap pesan-pesan dari media massa. Selanjutnya muncul teori sebagai koreksi atau penelitian lebih dalam dibanding dengan penelitian sebelumnya seperti Teori Kultivasi, Penentuan Agenda dan lain-lain.18 17 Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss, Teori Komunikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), Edisi 9, h. 423. 18 Werner J. Severin & James W. Tankard, Jr. , Teori Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Edisi ke-5, cet ke-5, h. 15. 24 Pengaruh dari media massa tidak hanya dapat dinilai dengan besar atau kecilnya pengaruh. Media massa dapat memengaruhi aspek-aspek tertentu dari seorang individu. Kembali lagi, karena faktor-faktor pengaruh yang berbeda pada tiap individu. Dimensi-dimensi yang berhubungan dengan pengaruh media massa terhadap individu adalah konatif, afektif dan kognitif.19 Konatif lebih menyentuh pada bidang motivasi yang mengarahkan keinginan individu setelah menerima pesan dari media. Afektif menyentuh bidang emosi sehingga memengaruhi pada tingkah laku individu setelah menerima pesan. Sedangkan kognitif menyentuh pemikiran atau gagasan. Pada dimensi kognitif, hanya perubahan wawasan saja yang terjadi pada individu. Pengaruh dari media massa dapat dilihat dalam jangka waktu pendek dan panjang.20 Pengaruh yang terjadi dalam jangka waktu pendek merupakan pesan yang secara cepat memengaruhi individu. Pengaruh yang terjadi dalam jangka waktu panjang dapat dilihat dari perubahan sikap atau perilaku individu. Denis McQuail menjelaskan pengaruh media massa memiliki empat tipologi21. Pertama, pengaruh media massa yang sudah direncanakan oleh media massa itu sendiri ataupun orang yang memiliki kepentingan dengan penyebaran informasi tersebut. Kedua, pengaruh media massa yang tidak disengaja atau di luar perkiraan media massa itu 19 Werner J. Severin & James W. Tankard, Jr. , Teori Komunikasi, h. 16. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prennada Media Group, 2013), cet ke-13, h. 321. 21 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (London: Sage Publication, 2002), Edisi ke4, h. 425-426. 20 25 sendiri terhadap peengaruh yang akan terjadi di masyarakat. Ketiga, pengaruh media massa yang terjadi secara instant yakni cepat namun keras. Keempat, pengaruh media massa yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang dan memengaruhi hal-hal yang lebih dalam lagi seperti sikap seseorang bahkan perubahan kelembagaan dan persoalan perubahan budaya. 1. Efek Tayangan Tiap jenis media massa memiliki cara dan hasil efek tersendiri bagi khalayak. Karena jenis media dan juga sifat media yang berbedabeda. Pengaruh dari media massa televisi dapat mudah dilihat dari perubahan-perubahan pemikiran, emosi juga motivasi khalayaknya. Terlebih lagi di Indonesia yang terdiri dari gugusan-gugusan pulau dan bentangan laut yang luas. Dengan adanya media massa televisi seluruh penjuru nasional dapat mengetahui secara detail suatu kejadian di suatu daerah. Karena dengan media massa televisi, khalayak tidak perlu menerka atau membayangkan suatu kejadian, namun cukup dengan menonton tayangan yang ditampilkan oleh media. Isi pesan televisi yang disampaikan dalam bentuk tayangan memiliki peran sebagai pendidikan, hiburan, pengontrol sosial dan penghubung wilayah secara geografis.22 Tayangan yang diterima oleh penonton akan menghasilkan pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu. Hal tersebut dikarenakan keadaan psikologi, kebutuhan dan 22 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 99. 26 kondisi emosi yang berbeda pada tiap individu. Latar belakang sosial, pendidikan dan ekonomi penonton juga memengaruhi efek media yang didapat. Karena pemahaman dari pesan yang ditayangkan juga kebutuhan informasi berbeda bagi tiap individu. Wawan Kuswandi memaparkan bahwa media massa televisi dapat menimbulkan tiga efek bagi penonton.23 Efek pertama adalah efek kognitif. Efek ini memengaruhi pengetahuan penonton setelah emnonton tayangan dan bergantung pada daya serap juga pemahaman penonton itu sendiri. Efek kedua adalah peniruan. Penonton akan menyerap informasi yang telah ditonton dan akan mengaplikasikannya pada kehidupan nyata sehari-hari. Efek ketiga lebih dalam lagi karena memengaruhi perilaku penonton. Efek ini memengaruhi pada penanaman nilai-nilai sosial sosial budaya sesuai yang ditayangkan di televisi. E. Respons 1. Pengertian Respons Dalam kamus besar bahasa Indonesia, respons berarti tanggapan, reaksi dan jawaban.24 Dalam kamus psikologi, respons adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh satu perangsang ataupun salah satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuesioner atau dapat diartikan sebagai suatu 23 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi, h. 100. Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. ke-3 h. 952 24 27 tingkah laku, baik yang terlihat jelas atau lahiriah maupun tersembunyi atau tersamar.25 Respons dengan istilah feedback atau umpan balik yang memiliki respons atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.26 Komunikasi dinyatakan berhasil apabila komunikan mampu memberikan umpan balik yang berbentuk tanggapan atau respons.27 Stimulus dan respons juga rangsang dan sambutan merupakan hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan karena merupakan suatu kebulatan.28 Reaksi dalam suatu komunikasi juga dapat disebut dengan tanggapan balik. Ada yang beranggapan bahwa tanggapan balik atau umpan balik sebenarnya merupakan salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi, karena pengaruh tidak selamanya berbalik kepada penerima, tanggapan balik dapat dibedakan dnegan pengaruh. Tanggapan balik sangat penting karena bisa dikatakan semua komunikasi yang menginginkan keharmonisan memerlukan tanggapan balik.29 Respons merupakan suatu hal timbal balik karena ada aksi sebelumnya. Seperti pada komunikasi, terdapat penyampai pesan, 25 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), cet. ke-14, h. 432 26 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 81 27 Dian Wulandari, Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan, (Yogyakarta: Nuha Medika Press, 2009), cet. ke-1, h. 6 28 Indung A Shaleh dkk, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982) h. 78 29 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 10 28 pesan, penerima pesan, media dan efek. Dalam komunikasi yang efektif, maka akan ada timbal balik dari penerima pesan. Respons merupakan timbal balik komunikan setelah melakukan proses komunikasi dengan komunikator. Hal yang disampaikan oleh penyampai pesan adalah suatu rangsangan, kemudian penerima pesan menanggapi atau merespons pesan tersebut dengan memberikan reaksi. 2. Jenis Respons Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe, respons dibagi menjadi 3 jenis: a. Kognitif. Respons yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau persepsi khalayak. b. Afektif. Respons yang berkaitan dengan perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Berkaitan dengan emosi dan sikap atau nilai. c. Konatif/behavioral. Respons yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati. Meliputi tindakan, kegiatan/kebiasaan perilaku.30 Berbeda dengan Steven M. Chaffe, Agus Sujanto membagi jenis respons terhadap 3 aspek: a. Respons berdasarkan indera: 30 h. 28 Jalaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), 29 1) Tanggapan auditif. Tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan dan lain-lain. 2) Tanggapan visual. Tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat. 3) Tanggapan perasa. Tanggapan terhadap sesuatu yang dialami oleh dirinya.31 b. Respons berdasarkan bentuk kejadian. 1) Tanggapan ingatan. Tanggapan terhadapsesuatu yang diingatnya dari masa lalu. 2) Tanggapan fantasi. Tanggapan terhadap masa kini atau tanggapan terhadap sesuatu yang sedang terjadi. 3) Tanggapan fikiran. Tanggapan terhadap masa datang atau tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi.32 c. Respons berdasarkan lingkungan. 1) Tanggapan benda. Tanggapan terhadap benda yang menghampirinya, berada di dekatnya atau yang ada di sekitarnya. 2) Tanggapan kata-kata. Tanggapan seseorang terhadap ucapan atau kata-kata yang didengar atau dilontarkan oleh lawan bicara.33 3. Faktor Munculnya Respons Tidak semua stimulus yang ada mendapatkan respons. Individu merespons stimulus yang berkaitan atau menarik dirinya. 31 Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), cet. ke-3, h. 64 Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, h. 31 33 Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, h. 32 32 30 Respons juga bergantung pada keadaan individu tersebut. Dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada dua faktor: a. Faktor internal. Faktor yang terdapat dalam diri individu. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Seseorang akan menanggapi stimulus yang dipengaruhi oleh keadaan jasmani dan rohani seseorang tersebut. Apabila antara jasmani dan rohani terganggu, maka respons atau tanggapan yang dihasilkan akan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. b. Faktor eksternal. Faktor yang terdapat pada lingkungan (faktor psikis). Faktor ini merupakan suatu intensitas atau benda yang memberikan rangsangan. Faktor ini berhubungan dengan objek hingga menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai indera.34 4. Teori Stimulus-Organism-Respons atau Stimulus-Respons. S-O-R merupakan singkatan dari stimulus-organismresponse. Teori ini berasal dari ilmu psikologi. Namun kini juga digunakan pada ilmu komunikasi karena objek materialnya sama. Kedua ilmu ini memiliki objek material manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen yang diantaranya adalah sikap, opini, kognisi, afeksi dan konasi.35 Menurut S. Djuarsa Sendjaja, teori S-OR adalah suatu aliran komunikasi massa yang beranggapan bahwa 34 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: UGM, 1996), h. 53 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254 35 31 media massa memiliki efek langsung yang dapat memengaruhi individu sebagai audience (penonton/pendengar).36 Asumsi dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsi bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respons dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif;misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Respons atau perubahan sikap bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak, komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila komunikan memberikan perhatian terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya. Sampai pada proses komunikan tersebut memikirkannya sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berupa perubahan kognitif, afektif atau behavioral. 36 S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: UT, 2005), cet. ke-9, h. 5.20 32 Menurut Hosland, proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses berlajar pada individu yang terdiri dari: a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak, berarti stimulus tersebut tidak efektif untuk memengaruhi perhatian individu dan berhenti di situ. Tetapi apabila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme, maka ia akan mengerti stimulus tersebut dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c. Setelah itu, organisme mengolah stimulus tersebut sehigga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan, maka stimulus tersebut memiliki efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Hovland, Janis dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada, perlu ada tiga variabel penting, yakni perhatian, pengertian dan penerimaan.37 37 S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, h. 225 33 Gambar 1. Teori S-O-R Gambar diatas menerangkan bahwa dalam perubahan sikap sangat bergantung pada proses yang terjadi pada masing-masing individu. Stimulus yang disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan bisa saja diterima ataupun bisa saja tidak diterima. Komunikasi yang akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, yang dilalui adalah kepahaman dari komunikan. Kemampuan komunikan akan melanjutkan proses komunikasiberikutnya. Setelah komunikan dapat mengolah dan menerima pesan dari komunikator, terjadilah kesediaan mengubah sikap.38 Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal yang dapat menyebabkan dinamika tingkah lakulah yang menjadi stimulus dan memberikan rangsangan yang dapat mengubah sikap atau perilaku 38 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 255-256 34 seseorang. Komunikator perlu memberikan tambahan stimulus sebagai penguatan agar komunikan mau mengubah sikap sesuai yang komunikator inginkan. Keberhasilan mengubah sikap tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara salah satunya memberi hukuman atau imbalan. Dengan demikian, komunikan akan memersepsikan sabagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hal tersebut dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan tersebut harusa dapat dimengerti dan diterima sebagai hal yang memiliki efek langsung terhadap sikap. Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penelitian ini adalah : a. Stimulus yang dimaksud adalah pesan yang disampaikan dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Pagi dan Malam Edisi 1 April-30 Maret 2015. b. Organisme yang dimaksud adalah santri Pondok Pesantren Daar el-Qolam II. c. Respons yang dimaksud adalah respons santri Pondok Pesantren Daar el-Qolam II terhadap diskusi pada tayangan tersebut yang membahas tentang makna radikalisme Islam. F. Radikalisme Radikal berasal dari kata radic yang artinya keinginan untuk mengubah keadaan secara mendasar. Paham radikal sendiri merupakan gerakan keagamaan yang berusaha merombak secara total suatu tatanan 35 politis atau tatanan sosial yang ada dengan menggunakan kekerasan. 39 Sejarawan Sartono Kartodirdjo menggunakan istilah radikalisme untuk menggambarkan gerakan protes yang menggunakan simbol agama dalam menolak seluruh aturan dan tatanan yang ada.40 Secara umum dan dalam ilmu politik, radikalisme adalah suatu konsep atau semangat yang berupaya untuk mengadakan perubahan kehidupan politik secara menyeluruh dan mendasar tanpa memerhitungkan adanya peraturanperaturan atau ketentuan-ketentuan konstitusional, politis dan sosial, yang sedang berlaku.41 Berbeda lagi dengan Horace M. Kallen, ia mencirikan radikalisme dalam tiga kecenderungan.42 Pertama, radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang berlangsung. Respons tesebut berupa evaluasi, penolakan atau bahkan perlawanan terhadap asumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai yang dianggap bertanggung jawab atas kondisi yang ditolak. Kedua, radikalisme berupaya mengganti tatanan dengan tatanan yang lain. Pada ciri ini, menunjukkan radikalisme mengandung suatu program atau pandangan dunia tersendiri. Ketiga, kuatnya keyakinan kaum radikalis akan kebenaran program atau ideologi yang mereka bawa. Secara menyeluruh, radikalisme dapat dipahami sebagai gerakan yang diupayakan oleh kelompok tertentu terkait dengan hal yang tidak disetujui atau kontra dengan kelompok tersebut. Semangat radikalisme 39 Sartono Kartodirdjo, Ratu Adil, (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), h. 38 Tarmizi Taher, et.al., Radikalisme Agama, (Jakarta: PPIM-Iain Jakarta, 1998), h. xvii 41 Gunung Djati Press, Masa Depan Bangsa dan Radikalisme Agama, (Bandung: 2006), 40 h. 1 42 Tarmizi Taher, et.al., Radikalisme Agama, h. xvii 36 muncul karena dorongan beberapa faktor atau motif. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Faktor/Motif Nasionalisme. Gerakan radikalisme dengan motif nasionalisme biasanya terjadi di negara atau wilayah yang masih dalam penjajahan dan rakyat di negara atau wilayah tersebut menilai bahwa sistem pertahanan yang berlaku adalah sangat kejam, tidak adil dan berpendapat bahwa jalan lain selain radikalisme tidak mungkin dapat untuk mengubah kehidupan msayarakat menjadi lebih baik. 2. Faktor/Motif Agama. Radikalisme yang didorong oleh faktor agama biasanya mendasarkan aksi-aksinya atas ketentuan-ketentuan dalam agama itu sendiri yang oleh masyarakat luas diimpretasi secara berbeda-beda. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa Islam adalah suatu agama yang menghendaki perdamaian. Namun ada golongan lain yang menginterpretasikan bahwa ketentuan-ketentuan yang dalam agama yang bersangkutan menyebutkan bahwa segala perbuatan yang tidak diizinkan atau diridhai oleh agama tersebut adalah dilarang. Juga ada yang berpendapat bahwa segala keadaan masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma agama yang dianut perlu diberantas dan diupayakan diberantas dengan segala cara. 37 3. Faktor Globalisasi. Hubungan dengan faktor ini adalah dampak dari kemajuankemajuan teknologi di negara maju yang hasilnya mengalur ke seluruh pelosok dunia di mana negara berkembang sebagai penerima yang belum tentu siap menerima aliran-aliran hasil kemajuan teknologi tersebut. masyarakat menilai bahwa apa yang “diberikan” kepada negara lain dengan dalih “bantuan” akan menambah kesenjangan dan jurang antara golongan kaya dan golongan miskin dan ketergantungan negara miskin terhadap negara kaya.43 1. Radikalisme Islam Banyak gerakan radikalisme yang mengatasnamakan agama sehingga kini lebih marak dikenal radikalisme agama. Radikalisme umumnya dikaitkan dengan pertentangan secara tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan oleh kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang mapan pada saat itu.44 Tarmizi Taher menggunakan istilah radikalisme untuk mengasosiasikan gerakan-gerakan keagamaan khususnya dalam Islam yang cenderung menolak model keberagaman konservatif serta sistem nilai sosialpolitik sekuler. Gerakan tersebut dicirikan oleh keinginan untuk menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh dalam kehidupan keluarga, ekonomi, politik dan budaya.45 43 Gunung Djati Press, Masa Depan Bangsa dan Radikalisme Agama, h. 2-5 Zainuddin Fananie, et.al.,Radikalisme Keagamaan dan Perubahan Sosial, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002), h. 1 45 Tarmizi Taher, et.al., Radikalisme Agama, h. xxii 44 38 Kaum radikalis memiliki sikap teguh atas keyakinannya dan susah berkompromi dengan kaum yang bersifat mainstream. Simbol-simbol keagamaan seringkali bersinggungan dengan masalah politik dan budaya. Sehingga bagi kelompok yang menganut suatu agama yang memiliki pemahaman tersendiri terhadap ajaran agamanya, akan berupaya untuk menerapkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari keluarga, ekonomi, politik dan budaya akan diupayakan untuk dilaksanakan berdasarkan ajaran agama. Hal tersebut disebabkan oleh keinginan kelompok tersebut untuk mendapatkan kehidupan yang benar-benar sesuai dengan ajaran agamanya. Menurut kaum radikalisme Islam, Islam merupakan ajaran yang sempurna yang bersifat total yang telah menyiapkan segala aturan yang dapat digunakan oleh umat sepanjang zaman. Artinya, Al-Qur’an dan Sunnah harus diletakkan di atas kekuasaan manusia dalam seluruh institusi masyarakat dan hanya Allah yang memiliki wewenang untuk menentukan kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh manusia. Pola pikir tersebut sering dikenal sebagai prinsip hakimiyyah. Berdasarkan keyakinan ini, Islam dimunculkan sebagai ideologi yang self-sufficient, sehingga cenderung memperlakukan ideologi atau praktik kehidupan yang berbeda sebagai musuh. Contohnya adalah mengkafirkan kalangan lain yang tidak sejalan dengan pendirian kaum radikal.46 46 Zainuddin Fananie, et.al.,Radikalisme Keagamaan dan Perubahan Sosial, h. 22-23 39 Prinsip radikalisme yang ingin mengganti tatanan sosialpolitik yang ada dengan hukum syari’at Islam sebenarnya tidak ditemui dalam khazanah Islam klasik. Prinsip tersebut kebanyakan berasal dari fenomena modern. Kaum radikalis kebanyakan membahas tentang negara Islam, sedangkan konsep negara atau bangsa baru lahir dalam masyarakat Muslim pada akhir masa penjajahan Eropa. Dengan demikian, Bruce B. Lawrence menyimpulkan bahwa radikalisme dalam Islam merupakan fenomena modern karena lahir dari akibat modernitas dan berdiri sebagai antitesis modernisme. Sehingga bisa dikatakan, kaum radikalis pada dasarnya modern, tetapi menolak modernisme.47 Radikaslime keagamaan muncul ketika masyarakat memasuki modernisasi yang rasional sehingga sebagian masyarakat merasa terancam karena nilai-nilai agama tidak lagi menjadi acuan menata kehidupan.48 Mark Juergensmeyer menyatakan bahwa radikalisme dalam Islam muncul karena kegagalan nasionalisme sekuler dalam mengakomodasi aspirasi kalangan agamawan. Kalangan radikalis menerima modernitas dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi menolak ideologi sekularisme dan materialisme di balik ideologi modernitas. Ira M. Lapidus menyimpulkan bahwa kalangan radikalis tidak sedang berusaha mengubah tatanan sosial sesuai dengan yang terdapat di sejarah Islam, tetapi berusaha merumuskan tatanan sosial 47 48 Zainuddin Fananie, et.al.,Radikalisme Keagamaan dan Perubahan Sosial, h. 31 Gunung Djati Press, Masa Depan Bangsa dan Radikalisme Agama, h. 52 40 dan politik baru yang ditarik dari ajaran-ajaran agama. Kalangan radikalis lebih memersoalkan nilai-nilai yang menjadi landasan tatanan sosial daripada bentuk institusi atau pencapaian yang dihasilkan.49 Pada kalangan dengan paham radikalisme Islam, pedoman agama digunakan sebagai pembenaran dan pendorong aksi tersebut. Terlebih lagi bagi kalangan yang memaknai jihad dalam tindak kekerasan dan perang suci, maka penyerangan terhadap kelompok lain yang menentang aturan Islam atau bertindak berlawanan dengan syariat Islam merupakan suatu tindakan yang benar.50 Contoh bentuk kekerasan yang didorong oleh makna jihad adalah terorisme, penyerangan terhadap tempat-tempat maksiat dan sebagainya. David C. Rapoport menyebutkan bahwa aksi kekerasan dalam bentuk terorisme ini dengan teror suci atau sakral yang dibedakan dengan teror politik atau sekuler.51 49 Tarmidzi Taher, et.al, Radikalisme Agama, h. 31-32 Abd. Muin M, dkk, Pendidikan Pesantren dan Potensi Radikalisme, (Jakarta: Prasasti, 2007), h. 259 51 David C. Rapoport, Teror Suci: Contoh Terkini Dari Islam, (Jakarta: Grafindo, 2003), h. 132 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma positivisme. Menurut Lexy J. Moleong yang mengutip peryataan Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.1 Paradigma positivisme memiliki pandangan bahwa realitas yang terjadi merupakan realitas yang bersifat objektif dan sudah ada dan hadir sebelum wartawan meliput realitas tersebut.2 Paradigma ini berpandangan bahwa suatu realitas merupakan fakta yang sungguhan atau riil. Fakta tersebut merupakan fakta yang diatur oleh kaidah-kaidah secara universal. Sehingga sebuah media massa merupakan penyalur informasi yang netral kepada orang banyak atau masyarakat. Sehingga apa yang disampaikan oleh media massa terhadap suatu peristiwa merupakan apa yang sesungguhnya terjadi pada kehidupan nyata. 1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997), h. 30. 2 Eriyanto, Analisi Framing: Konstruksi, ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2005), cet ke-3, h. 19 41 42 B. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah survei. Metode survei menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Metode survei yang digunakan adalah survei deskriptif. Jenis survei ini bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan populasi yang sedang diteliti. Metode ini dilakukan untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel.3 C. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan pendekatan yang kuantitatif. digunakan Pendekatan dalam penelitian kuantitatif ini adalah bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerik terhadap variasi angka-angka.4 Rachmat kriyantono menyebutkan bahwa riset dengan pendekatan kuantitatif adalah riset yang mementingkan keluasan data representatif untuk menggambarkan suatu populasi5 Jenis penelitian ini adalah eksplanatif. Penelitian bertujuan untuk menghubungkan dan mencari kausalitas antara dua atau lebih variabel yang akan diteliti. Penelitian ini membutuhkan definisi konsep, kerangka 3 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. ke-6, h. 59 4 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), h. 31 5 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 55 43 konseptual dan kerangka teori. Periset perlu melakukan kegiatan berteori untuk menghasilkan hipotesis awal antara variabel satu dengan variabel lainnya. Variabel penelitian ini merupakan konsep yang dapat diukur.6 D. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Modern Daar elQolam II yang beralamat diJl. Raya Serang KM. 35 Pasir Gintung, Jayanti, Tangerang, Banten. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2015 sampai November 2016. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah: 1. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui efek tayangan terhadap santri. 2. Lokasi penelitian cukup strategis, mudah dijangkau dan hemat biaya. 3. Peneliti juga mudah untuk mengakses data yang dibutuhkan. E. Subjek dan Objek Penelitian Subjek adalah responden yang memahami objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Sedangkan objek adalah sasaran penelitian.7 Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah Santri SMA Daar el-Qolam II yang menonton tayangan Apa Kabar Indonesia. Sedangkan objek penelitiannya adalah pengaruh secara kognitif, konatif dan afektif yang terjadi pada santri setelah menonton tayangan diskusi tentang pemblokiran situs Islam di tayangan Apa Kabar Indonesia. 6 7 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 69 Burhan Bungin, Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 76 44 F. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan objek atau fenomena yang diteliti. Sugiyono menyebut bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari kemudian ditarik suatu kesimpulan.8 Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Santri SMA Daar el-Qolam II angkatan 43 yang berjumlah 232 orang. Tabel 1. Populasi Penelitian Jurusan Laki-laki Perempuan Jumlah IPA 69 76 145 IPS 50 37 87 Total 232 Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.9 Pada umumnya, peneliti tidak bisa mengadakan penelitian kepada seluruh anggota dari suatu populasi karena terlalu banyak. Adapun yang perlu dilakukan adalah mengambil beberapa representatif dari suatu populasi kemudian diteliti. Representatif dari populasi ini yang dimaksud dengan sampel.10 8 Burhan Bungin, Penelitian Kuantitatif, h. 153 Ronny Kountur, Metode Penelitian, (Jakarta: CV Taruna Gravica, 2003), h. 137 10 Ronny Kountur, Metode Penelitian, h. 138 9 45 Untuk penentuan ukuran sampel, peneliti menggunakan cluster sampling. Peneliti mengambil sampel dengan menggunakan rumus Slovin. Rumusnya adalah:11 n= Keterangan: n : Ukuran Sampel N : Ukuran Populasi e : kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir. Batas yang ditolerir ini antara 1%, 2%, 3%, 4%, 5% atau 10%. Pada penelitian ini, nilai batas kelonggaran adalah 10%. Maka cara menghitungnya adalah sebagai berikut: n= = = = = 69,89 = 70. Maka sampel yang peneliti ambil adalah 70 santri terdiri dari 35 santriwan dan 35 santriwati. G. Variabel Penelitian Variabel merupakan konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional. Suatu variabel adalah konsep tingkat rendah yang acuanacuannya relatif mudah diidentifikasikan dan diobservasi serta mudah diklasifikasi, diurut dan diukur.12 Pada penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel 11 12 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 164 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 20 46 lainnya. Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya.13 Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang dapat memengaruhi variabel terikat. Sesuai tujuan dari penelitian, maka berikut adalah klasifikasi varibel dari penelitian ini: 1. Variabel bebas (X): Tayangan talk show tentang pemblokiran situs Islam yang membahas tentang radikalisme Islam di Apa Kabar Indonesia tvOne edisi 1-5 April 2015 2. Variabel terikat (Y): Respon Santri SMA Daar el-Qolam II angkatan 43 terhadap tayangan tersebut. H. Definisi Operasional Variabel Penelitian Seperti yang telah disebutkan di atas, pada penelitian ini variabel dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Variabel bebas a. Definisi Operasional Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan. Definisi operasional tayangan adalah tayangan diskusi tentang pemblokiran situs Islam yang membahas tentang radikalisme Islam di Apa Kabar Indonesia tvOne edisi 1-5 April 2015 berdasarkan narasumber, konten tayangan, durasi dan waktu tayang. Dalam penelitian ini, tayangan merupakan suatu stimulus yang merangsang perkembangan 13 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 21 47 pengetahuan santri terhadap makna radikalisme Islam. Kualitas tayangan tersebut dilihat dari narasumber, konten tayangan, durasi dan waktu tayang. b. Indikator Operasional 1) Host atau pembawa acara Host atau pembawa acara merupakan keharusan untuk setiap program acara. Host berperan sebagai pemandu acara yang mengarahkan ke mana acara terebut akan dibawa. Host merupakan bagian terpenting dalam acara talk show karena berperan sebagai pemandu sekaligus moderator. Pada program Apa Kabar Indonesia tvOne, Arief Fadhil muncul sebagai pembawa acara sekaligus moderator. Pada dimensi host atau pembawa acara, maka diartikan sebagai orang yang membawakan acara sekaligus menjadi moderator sehingga orang yang bertugas sebagai pembawa acara ini harus memiliki gaya bicara dan penampilan yang baik dan menarik. 2) Narasumber Pada acara talkshow, narasumber merupakan bagian terpenting. Narasumber adalah orang tertentu yang dimintai informasi melalui kegiatan wawancara secara khusus.14 Biasanya Narasumber merupakan para pemangku kebijakan, pengamat politik maupun masyarakat umum. Sehingga dengan semestinya, 14 h. 65 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Rekatama, 2006), 48 seorang narasumber adalah orang yang ahli, memiliki kapabilitas dan dapat dipercaya dalam menyampaikan informasi berkaitan dengan isu yang dibahas. Pada tayangan Apa Kabar Indonesia menghadirkan dua hingga lebih narasumber untuk dimintai informasi sekaligus berdiskusi mengenai isu yang sedang dibahas. Dalam penelitian ini, dimensi narasumber diartikan sebagai orang yang muncul dalam talkshow yang informasinya dapat dipercaya. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber dapat memengaruhi pengetahuan penontonnya. 3) Materi atau Konten Tayangan Pada dimensi ini dilihat dari kelengkapan, pengemasan tayangan, keseimbangan dan keobjektifan tayangan. Kelengkapan suatu tayangan berdasarkan pada unsur berita yaitu 5W+1H atau who (siapa), what (apa), when (kapan), where (dimana), why (mengapa) dan how (bagaimana).15 Maka dalam penelitian ini, indikator konten tayangan dilihat dari bagaimana pengemasan berita sehingga menarik bagi penonton, kelengkapan dalam membahas suatu isu, objektifitas pemberitaan sehingga tidak berpihak pada pihak tertentu. 15 32 Usman KS, Televisi News, Reporting and Writing, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h. 49 4) Durasi Tayang Suatu tayangan memiliki berbagai macam durasi, tergantung pada kedalaman masalah yang dibahas. Suatu program kebanyakan memiliki durasi 30-120 menit. Untuk topik atau isu yang sedang hangat, biasanya menghabiskan durasi tayangan hingga 60 menit. Untuk program Apa Kabar Indonesia ini memiliki durasi total 120 menit. Untuk satu isu khusus yang terhangat, diskusi atau pemberitaan akan menghabiskan waktu selama 60 menit. Dengan demikian durasi tayangan dalam penelitian ini diartikan sebagai jumlah waktu yang dihabiskan pada suatu tayangan dalam hitungan menit. 5) Waktu Penayangan Pada dimensi ini, dapat dilihat dari pukul berapa tayangan tersebut tayang di televisi. Pada waktu prime time akan lebih banyak orang yang menonton karena berkenaan dengan waktu santai atau waktu istirahat. Beda halnya dengan tayangan yang tayang pada waktu dini hari, di mana waktu tersebut mayoritas orang menggunakannya untuk tidur. Sehingga waktu tayang suatu tayangan dapat memengaruhi jumlah penonton yang menonton tayangan tersebut. Pada penelitian ini, indikator waktu tayang dilihat dari waktu tayang Apa Kabar Indonesia tvOne yakni pada pagi dengan 50 rentan waktu antara pukul 06:00 sampai pukul 10:00 wib dan malam dengan rentan waktu antara pukul 20:00-24:00 wib. 6) Studio atau panggung acara Pada setiap program televisi, penting untuk membahas mengenai studio atau latar acara. Seperti yang sudah diketahui, televisi merupakan media komunikasi massa yang bersifat audiovisual. Selain kejernihan suara, tampilan gambar pun harus memanjakan mata penonton agar menarik dan tidak membosankan. Pada program Apa Kabar Indonesia ini, latar yang sering digunakan adalah outdoor atau di luar studio. Sehingga ada sisi menarik tersendiri dibandingkan menggunakan studio sebagai latar. Namun tentu ada nilai tambah dan kurangnya. Pada dimensi ini maka responden diminta menilai tata ruang dan tempat yang digunakan pada program Apa Kabar Indonesia tvOne ini. Berdasarkan pada indikator operasional tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne, berikut ini adalah tabel blue print dari variabel tayangan: Tabel 2. Blue Print Variabel Tayangan (X) Sebelum Uji Validitas Tayangan Host Narasumber Materi atau Konten Tayangan Durasi Tayangan Favorable 1, 2, 3, 4 5, 6, 7, 8 9, 10, 11, 12 Unfavorable Jumlah 4 4 4 13, 14, 15, 16 - 4 51 Tayangan Favorable Unfavorable Jumlah Waktu Penayangan 17, 18, 19, 20 - 4 - 4 Studio atau Latar 21, 22, 23, 24 tempat Jumlah butir soal sebelum uji validitas 24 Tabel 3. Blue Print Variabel Tayangan (X) Setelah Uji Validitas Tayangan Host Narasumber Materi atau Konten Tayangan Durasi Tayangan Favorable 1, 3, 4 5, 6, 7, 8 9, 10, 11, 12 Unfavorable Jumlah 3 4 4 13, 14, 15, 16 - 4 Waktu Penayangan 17, 18, 19, 20 - 4 Studio atau Latar 22, 23, 24 tempat Jumlah butir soal setelah uji validitas - 3 22 2. Variabel terikat a. Definisi Operasional Variabel terikat pada penelitian ini adalah pengetahuan Santri SMA Daar el-Qolam II terhadap makna radikalisme Islam. Pengetahuan ini dilihat dari bagaimana penyerapan informasi dan perubahan secara kognitif, afektif dan behavioral setelah menonton tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne. b. Indikator Indikator operasional yang dapat diketahui adanya perubahan secara kognitif, afektif dan behavioral pada seseorang dilihat dari pemahaman tentang radikalisme Islam berdasarkan 52 tayangan, peminatan menonton tayangan tersebut dan efek yang dirasakan setelah menonton tayangan tersebut. Berdasarkan pada indikator operasional pengetahuan tentang makna radikalisme Islam, berikut ini adalah tabel blue print dari variabel radikalisme Islam: Tabel 4. Blue Print Variabel Radikalisme Islam (Y) Sebelum Uji Validitas Radikalisme Islam Favorable Unfavorable Jumlah 1 , 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23 - 23 Jumlah butir soal sebelum uji validitas 23 Tabel 5. Blue Print Variabel Radikalisme Islam (Y) Setelah Uji Validitas Radikalisme Islam Favorable Unfavorable Jumlah 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23 - 18 Jumlah butir soal setelah uji validitas 18 I. Hipotesis Penelitian Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “hupo” yang memiliki arti sementara dan “thesis” berarti pernyataan atau teori. Hipotesis merupakan pernyataan awal yang masih lemah sehingga harus diuji kebenarannya. Secara singkat, hipotesis adalah dugaan sementara 53 yang perlu diuji secara empiris.16 Maka hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha: Terdapat pengaruh antara tayangan dengan tingkat pengetahuan santri mengenai makna radikalisme Islam. Ho: Tidak ada pengaruh antara tayangan dengan tingkat pengetahuan santri mengenai makna radikalisme Islam. J. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data-data yang menunjang penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni: 1. Dokumentasi. Teknik ini merupakan strategi yang digunakan dengan cara mengumpulkan buku-buku, makalah, bulletin, suarat kabar, majalah dan dokumen tertulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian.17 Sehingga peneliti mengumpulkan literatur, buku yang berkaitan juga video dan transkrip tayangan Apa Kabar Indonesia edisi 1-5 April 2015 khusus pembahasan tentang pemblokiran situs Islam. 2. Wawancara. Menurut Berger wawancara adalah percakapan antara peneliti dan informan.18 Teknik ini dilakukan dengan menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian dengan narasumber yang berkompeten untuk menjawab setiap pertanyaan tersebut. dalam hal ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan 16 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 65 17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bina Usaha, 1989), h.62 18 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 100 54 responden terpilih dari Santri SMA Daar el-Qolam II angkatan 43 tentang tayangan Apa Kabar Indonesia edisi 1-5 April 2015 khusus pembahasan tentang pemblokiran situs Islam. 3. Kuesioner atau angket. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden.19 Peneliti menggunakan angket tertutup yakni peneliti menyediakan pilihan jawaban atas pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Setelah responden mengisi kuesioner atau angket, maka jawaban dari responden kemudian diukur dengan Skala Likert. Skala ini merupakan teknik pengukuran sikap untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan responden terhadap masing-masing pertanyaan.20 Tabel 6. Skala Likert No 1 2 4 5 Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Positif Negatif 4 1 3 2 2 3 1 4 K. Uji Validitas dan Uji Reabilitas Validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (valid measure if it successfully measure the phenomenon).21 Dalam suatu penelitian yang 19 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 97 Juliasyah Noor, Metode Penelitian Skripsi, Tesis dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 128 21 Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta; Rajagrafindo, 2010) h. 162 20 55 bersifat deskriptif, maupun eksplanatif yang melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung masalah validitas tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai empiris (indikator), namun bagaimana tidak suatu instrument penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya.22 Uji validitas adalah suatu ukuran yang berguna untuk menentukan tingkat valid atau kurang valid suatu penelitian. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur.23 Uji reabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.24 Nilai reliabilitas yang semakin tinggi dapat menandakan hasil ukur yang semakin terpercaya atau reliabel. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik ukur Reabilitas Alpha Cronbach dalam uji realibilitas. Pengukuran realibilitas menggunakan nilai alpha dalam skala 0-1 yang dikelompokkan dalam lima kelas. Berikut adalah lima kelas tingkat realibilitas Alpha Cronbach: Tabel 7. Tingkat Reabilitas Data25 Alpha Tingkat Reabilitas 0,02-0,20 Kurang Reliabel 0,201-0,40 Agak Reliabel 22 23 Sofyan Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, h.162 Husein Umar, Metode Riset Bisnis, (Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama, 2003), h. 103 24 Husein Umar, Metode Riset Bisnis, h. 115 Yohanes Anton Nugroho, It’s Easy: Olah Data dengan SPSS, (Yogykarta: Skripta Media Kreatif, 2011), h. 33 25 56 Alpha Tingkat Reabilitas 0,401-0,60 Cukup Reliabel 0,601-0,80 Reliabel 0,801-1,00 Sangat Reliabel L. Teknik Pengolahan Data Langkah ini merupakan suatu proses dalam memeroleh data ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumusan tertentu.26 Pegolahan data meliputi langkah sebagai berikut:27 1. Editing Pada tahap ini, peneliti melakukan pemeriksaan terhadap data yang telah didapat dari lapangan agar terhindar dari kekeliruan. Hal-hal yang meliputi proses editing adalah pegambilan sampel, kejelasan data, kelengkapan isian dan keserasian jawaban. 2. Coding Selanjutnya peneliti memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data. Kode sendiri merupakan isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf untuk membedakan antara data atau identitas data yang akan dianalisis. 26 27 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 125 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 126-128 57 3. Tabulasi Langkah selanjutnya adalah tabulasi atau penempatan kode dalam bentuk tabel. Tabel dibuat seringkas mungkin agar memudahkan proses analisis data. M. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahui pengetahuan juga pendapat Santri SMA Daar el-Qolam II terhadap tayangan tentang pemblokiran 22 situs Islam di Apa Kabar Indonesia tvOne. Data yang didapat dari kuesioner dihitung dengan menggunakan pengujian mean atau menghitung rata-rata, analisis korelasi sederhana dan analisis regresi sederhana. Tujuan dari perhitungan ini agar dapat diketahui apakah antar variabel memiliki hubungan pengaruh atau tidak. Berikut rumus yang digunakan dalam perhitungan data: 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah suatu pengujian sekelompok data untuk mengetahui distribusi suatu data membentuk kurva normal atau tidak. Teori statistika yang bersifat memperkirakan atau menaksir, seperti memperkirakan parameter populasi berdasarkan parameter sampel, dibutuhkan asumsi distribusi data berbentuk kurva normal. Pengujian normalitas dilakukan kepada setiap kelompok data yang dimiliki 58 peneliti. Ada beberapa cara untuk melakukan uji normalitas, salah satunya dengan uji normalitas Kolmogorov-Sminov.28 Prinsip kerja uji normalitas Kolmogorov-Sminov adalah dengan membandingkan frekuensi kumulatif distribusi teoretik dengan frekuensi kumulatif distribusi empirik (observasi).29 Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dapat diterapkan dalam dua keadaan: a. Menguji apakah suatu sampel mengikuti suatu bentuk distribusi populasi teoritis b. Menguji apakah dua buah sampel berasal dari dua populasi yang identik. Berikut ini adalah hipotesis yang berlaku jika distribusi normal: a. Ho: Data berasal dari populasi berdistribusi normal. b. Ha: Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal. Selanjutnya, berikut ini merupakan kaidah pengujian hipotesis: a. Jika > , maka Ho diterima dan Ha ditolak. b. Jika < , maka Ho ditolak dan Ha diterima.30 2. Uji Korelasi Berganda Uji ini merupakan analisis data yang bertujuan mengetahui kekuatan juga bentuk arah hubungan di antara tiga variabel atau lebih 28 Yusri, Statistika Sosial: Aplikasi dan Interpretasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 29 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 153 Yohanes Anton Nugroho, It’s Easy: Olah Data dengan SPSS, h. 34-35. 139 30 59 serta untuk mengetahui kontribusi yang diberikan secara simultan oleh variabel , , , dan terhadap variabel Y.31 Rumus: ( √ Keterangan )( )( )( ) : : koefisien korelasi multipel : variabel bebas ke-1 : variabel bebas ke-2 : variabel bebas ke-3 : variabel bebas ke-4 Y : variabel bebas 3. Uji Koefisien Determinasi Kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dapat dilihat melalui nilai koefisien korelasi.32 Tabel 8. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan No. 1 2 3 4 5 31 32 Nilai Korelasi (r) 0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,00 Tingkat Hubungan Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 351 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 337 60 4. Uji Regresi Linier Berganda Uji regresi linier berganda adalah alat untuk mengukur atau mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji ini untuk dua atau lebih variabel bebas dan satu variabel terikat.33 Rumus: Keterangan: Variabel terikat Variabel bebas pertama Variabel bebas kedua Variabel bebas ketiga Variabel bebas keempat dan konstanta 5. Uji T-test Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi atau dampak yang timbul dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Untuk mengetahuinya maka dilakukan perbandingan antara . Kaidah pengujiannya adalah:34 Jika Jika 33 34 , maka Ho diterima , maka Ho ditolak Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 406 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 410 dan 61 6. Uji F-test Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah Ho ditolak atau diterima. Untuk mengetahuinya maka dilakukan perbandingan antara dan . Kaidah pengujiannya adalah:35 Jika , maka Ho diterima Jika , maka Ho ditolak Cara menghitung dan : a. Menghitung nilai ( ) ( ) b. Menghitung nilai 35 Keterangan : dka : jumlah variabel bebas (pembilang) dkb : n-m-1 (penyebut) Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, h. 409 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Daar el-Qolam Pondok Pesantren Daar el-Qolam adalah sebuah pesantren yang berlokasi di Desa Pasir Gintung, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Pesantren ini didirikan pada tanggal 20 Januari 1968 oleh Drs. K.H. Ahmad Rifai Arief (1942-1997) atas gagasan dari sang ayah H. Qasad Mansyur. K.H. Ahmad Rifa'i Arief adalah seorang alumnus Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur pada tahun 1964. Sebelum mendirikan pesanten Daar elQolam, beliau sempat mengajar di almamaternya selama dua tahun dan mengkaji beberapa kitab klasik di beberapa pondok pesantren tradisional. Satu-satunya fasilitas atau infrastruktur pendidikan di awal berdirinya Daar el-Qolam pada waktu itu hanyalah sebuah dapur tua milik neneknya, Hj. Pengki yang direnovasi menjadi sebuah ruangan untuk belajar, yang juga mewakafkan tanah seluas satu hektar. Masa awal pendidikan pondok dilalui dengan berbagai kesulitan dan keterbatasan sarana. Namun keterbatasan itu tidak menghalang Rifa’i untuk terus berbuat dan tetap konsisten dengan niatnya. Daar elQolam mulai menampakkan perkembangannya, pada tahun 1983. Jalinan silaturahminya dengan K.H. Muhammad Natsir, seorang ulama kharismatik Indonesia, banyak membantu Rifai, terutama dalam 62 63 mendapatkan bantuan dana dari Arab Saudi. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memberikan bantuan uang sebesar 64 juta rupiah yang kemudian digunakan untuk membangun asrama putra yang diberi nama Gedung al-Saudi. Sebagian uang yang lain, dibelikan tanah untuk ekspansi/perluasan wilayah pondok. Pada dekade 1980-an hingga sekarang, Daar el-Qolam semakin mendapatkan kepercayaan masyarakat luas yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia. Sistem pendidikannya yang modern, penerapan disiplin hidup dan beribadah menjadi alasan para orang tua untuk mendidik anaknya di Daar el-Qolam. Pada ulang tahunnya yang ke-25 yang diselenggarakan pada tahun 1994, beberapa orang pejabat Indonesia datang ke Daar elQolam, di antaranya adalah Dr. Tarmizi Taher (yang kala itu menjabat sebagai Menteri Agama), Prof. Dr. Haryono Suyono (Mentri Koordinator BKKBN), Hayono Isman (Menteri Negara Pemuda dan Olahraga), Harmoko (Menteri Penerangan), dan Mayjen TNI A.M. Hendropriyono (Pangdam Jaya). Peringatan ulang tahun tersebut menjadikan Daar el-Qolam semakin dikenal oleh khalayak di Indonesia. Kepedulian Ahmad Rifa’i Arief terhadap dunia pendidikan tidak hanya terbatas pada Daar el-Qolam saja. Pada tahun 1989 dicanangkan berdirinya Pondok Pesantren La Tansa yang proses pendidikannya dimulai pada tahun 1991. Seiring dengan tuntutan zaman, Daar elQolam kembali melebarkan sayap dengan mendirikan Sekolah Tinggi 64 Agama Islam, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi La Tansa Mashira di Rangkasbitung. Dilanjutkan dengan pendirian Pondok Pesantren Wisata Sakinah La Lahwa di Pantai Kemuning, Labuan, Banten yang pembangunan fisiknya dimulai pada tahun 1996. Setelah K.H. Ahmad Rifa'i Arief meninggal dunia pada tanggal 15 Juni 1997, pondok ini dilanjutkan oleh K.H. Drs. Ahmad Syahiduddin (adik), Hj. Enah Huwaenah (adik), dan K.H. Adrian Mafatihullah Karim (anak) yang kini memimpin Pondok Pesantren La Tansa di daerah Rangkasbitung. Kedua lembaga pendidikan Islam ini adalah model integrasi antara sistem pendidikan pondok dengan sistem pendidikan madrasah dan sekolah. Pesantren Daar el-Qolam mulai melakukan ekspansi yang signifikan di bawah kepemimpinan K.H. Ahmad Syahiduddin. Luas tanah pesantren yang tadinya sekitar 15 hektar kini meluas hingga mencapai 29 hektar. Hal ini didukung dengan banyak ide yang datang untuk meningkatkan kualitas, khususnya datang dari para alumni. Ekspansi dimulai dengan mendirikan program kelas unggulan atau Program Excellent Class, pada tahun ajaran 2007/2008 atau yang sekarang dikenal dengan Daar el-Qolam 2. Program ini kemudian diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, H. Maftuh Basyuni pada tanggal 21 Januari 2008, bersamaan dengan peringatan hari jadi (milad) Pesantren Daar el-Qolam yang ke-40. Program 65 Excellent Class ini kemudian diproyeksikan sebagai Sekolah Bertaraf Internasional yang berbentuk pesantren. Selanjutnya Kyai Ahmad Syahiduddin juga telah mengembangkan pesantren cabang Daar el-Qolam, yang dikhususkan untuk menangani santri tingkat Sekolah Menengah Pertama, dari luar atau yang bukan dari pondok pesantren di Desa Pangkat, yang jaraknya tidak sampai 1 km dari komplek Daar el-Qolam 1 dan 2, yang pembangunannya selesai sekitar tahun 2009 atau dikenal dengan Daar el-Qolam 3. Hingga Juli 2012, Pondok Pesantren Daar el-Qolam merupakan pondok pesantren terbesar sedaerah Banten, dengan jumlah kurang lebih 5000 jiwa. Perluasan Daar el-Qolam ini didasari oleh cita-cita pendiri pondok, Ahmad Rifa’I Arif yang ingin mendirikan tiga hingga empat pondok pesantren agar pesantren menjadi budaya pendidikan di Indonesia. Hal ini juga didorong oleh jumlah santri dan pendaftar yang semakin meningkat setiap tahunnya, serta keinginan untuk mengembangkan Daar el-Qolam menjadi lembaga pendidikan Islam yang mampu bersaing dengan sekolah-sekolah unggulan lainnya di Indonesia. Sifat Pondok Pesantren Daar el-Qolam adalah “Berdiri di atas dan untuk semua Golongan“. Artinya pesantren tidak terikat dengan satu aliran tertentu, atau golongan organisasi masyarakat sosial (ormas) tertentu, atau salah satu golongan politik tertentu. Pondok 66 Pesantren Daar el-Qolam hanya ingin berperan untuk mengajarkan nilai-nilai keislaman yang santun, moderat, toleran, dan inklusif. 2. Profil Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2 Merupakan program kelas unggulan (Program Excellent Class) yang dibangun pada tahun ajaran 2007/2008. Program pendidikan SMP dan SMA ini berorientasi pada pembinaan bibit unggul. Terdapat 2 aspek penekanan yang diberikan kepada peserta didik program ini. Pertama, Peningkatan kualitas penguasaan Bahasa Inggris & Bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi resmi dalam kehidupan keseharian santri. Kedua, Program pengembangan riset dan penulisan ilmiah. Untuk mendukung program tersebut, maka kelas ini telah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas modern yang memadai. 3. Visi dan Misi Pesantren a. Visi Mempersiapkan kader yang mu’min (beriman), muttaqin (bertakwa) dan rasikhina fil ilmi (berilmu). b. Misi 1) Menjiwai panca jiwa dan motto pondok 2) Panca jiwa pondok: Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah, Kebebasan. 3) Motto Pondok: Berbudi luhur, Berpengetahuan Luas, Berpikir Bebas. Berbadan Sehat, 67 4) Menyiapkan kader muslim yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. 5) Memerluas medan juang santri. 4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Guru di Pondok Pesantren Daar el-Qolam atau biasa dipanggil dengan gelar “Ustâdz” atau “Ustâdzah” adalah tenaga pendidik yang berpengalaman dalam dunia pendidikan pondok pesantren (alumni pondok pesantren). Mereka mendidik dan mengajar materi-materi/kajian keislaman yang menjadi ciri khas sebuah Pondok Pesantren. Untuk materi umum, diasuh oleh guru yang berasal dari lulusan perguruan tinggi baik negeri ataupun swasta.1 Semua guru tinggal dan hidup bersama santri, dalam satu kawasan pondok pesantren. Para guru dan santri berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, sehingga tampak sebuah komunitas yang majemuk, pluralis, dan multikultural. Saat ini jumlah tenaga pengajar di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2 sebanyak 93 orang.2 Fungsi guru di Pondok Pesantren Daar el-Qolam ada dua macam, yakni mereka berfungsi formal-akademik, yaitu kedudukan guru sebagai tenaga pendidik dan fungsi organisasi. Dalam konteks 1 Administrator, Tenaga Pendidik Pondok Pesantren Daar elQolamhttp://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/tenaga-pendidik-pengajar/) Diakses pada tanggal 21 Desember 2016 2 Database Tenaga Pendidik dan Kependidikan Pondok Pesantren Daar el-Qolam. 68 fungsi organisasi, setiap guru Pondok Pesantren Daar el-Qolam (tak terkecuali) berperan aktif dalam organisasi dan kepanitian internal pesantren, sehingga setiap guru memiliki tanggung jawab ajar dan asuh terhadap seluruh santri. Tugas ajar di dalam kelas, dan tugas asuh di dalam organisasi. Seperti disebutkan, semua guru Pondok Pesantren Daar el-Qolam berdomisili di dalam komplek pesantren, tidak diperbolehkan untuk tinggal di luar asrama komplek Pondok Pesantren. Hal ini agar setiap guru dapat melaksanakan tugas ajar dan tugas asuhnya secara maksimal, karena setiap hari mereka selalu berada di tengah-tengah santri. 5. Kesiswaan Seluruh santri di Daar el-Qolam harus tinggal selama 24 jam di dalam lingkungan pesantren untuk mengikuti seluruh sistem dan program pembelajaran pesantren. Semuanya wajib mengikuti rangkaian disiplin pesantren yang telah ditentukan, dengan pola hidup yang sangat berdisiplin dan terpola secara sistemik diharapkan seluruh santri dapat mengatur pola hidupnya. Hal ini senafas dengan salah satu poin panca jiwa pesantren yaitu jiwa kemandirian (berdikari). Pondok Pesantren Daar el-Qolam dengan potensi lingkungan edukatif yang dimiliki berusaha terus menciptakan atmosfir akademik yang kondusif dengan melakukan dinamisasi terhadap seluruh lini kehidupan pesantren secara sinergis dan berkesinambungan, sehingga kehidupan para santri terpola secara 69 sistemik, dan pada akhirnya tujuan paripurna dari idealisme luhur pendidikan Pondok Pesantren Daar el-Qolam pun dapat terwujud.3 Hingga saat ini, data terakhir Tahun Ajaran 2016/2017 menyebutkan bahwa jumlah santri di Daar el-Qolam 2 mencapai kurang lebih 1.175 orang santri Daar el-Qolam 2.4 6. Sarana dan Prasarana Setelah berdri dan berkembang selama 46 tahun, Daar elQolam kini berdiri luas lahan sekitar 34 hektar dengan berbagai fasilitasnya yang pembangunannya masih terus dilakukan dari awal pendirian hingga saat ini. Adapun berbagai gedung serta fasilitas yang terdapat di Daar el-Qolam adalah sebagai berikut. Tabel 9. Daftar Fasilitas Penunjang Pembelajaran Pondok Pesantren Daar el-Qolam 25 No. Jumlah Fungsi Ruang DQ 2 1. Ruang Belajar 1 gedung 2. Aula pertemuan 1 gedung 3. Asrama Putri 1 gedung 4. Asrama Putra 2 gedung 3 Administrator, Kesiswaan Pondok Pesantren Daar el-Qolam (http://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/kesiswaan/) Diakses pada tanggal 21 Desember 2016 4 Lampiran Data Santri Daar el-Qolam. 5 Administrator, Kesiswaan Pondok Pesantren Daar el-Qolam (http://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/kesiswaan/) Diakses pada tanggal 21 Desember 2016 70 No. Jumlah Fungsi Ruang DQ 2 5. Masjid 1 unit 6. Perpustakaan 1 unit 7. Laboratorium Komputer 8. Ruang olahraga 1 unit 9. Ruang Kesenian 1 unit 10. Ruang Kegiatan Ilmiah 1 unit 11. Ruang Musik 1 unit 1 ruang Dari tabel di atas terlihat apa saja sarana dan fasilitas penunjang pembelajaran di Daar el-Qolam, namun berhubung data tersebut bersumber dari website data tersebut hanya menampilkan sarana dan prasarana inti atau utama, dan sepertinya belum diperbarui. Data sarana dan prasarana yang lengkap ada di database masing-masing program dan jumlahnya sangat banyak dan bervariasi. Hal tersebut dikarenakan saat penelitian di sana, peneliti mengamati banyak fasilitas dan sarana prasarana lain yang tidak tercantum di tabel tersebut. Antara lain yaitu Laptop Center (tempat penyimpanan laptop santri) dan ruang ATK, Tabungan siswa, Kantor Bagian Pengajaran, Ruang Tata Usaha, Sekretariat, Ruang Guru, Ruang Direktorat, perumahan guru, wisma untuk wali santri, koperasi, berbagai lapangan olahraga, dan lain sebagainya. 71 7. Kurikulum dan Sistem Akademik Pondok Pesantren Daar el-Qolam menyelenggarakan kurikulum yang memadukan Bidang Studi Umum (Kurikulum yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama), dan Bidang Studi Agama (Kurikulum Pesantren) dalam satu sistem yang terpadu. Kurikulum yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Daar el-Qolam terbagi atas kurikulum intrakurikuler, ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.6 a. Kurikulum Intrakurikuler Proses belajar-mengajar yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk in-class session program, di mana tenaga pengajar terlibat secara langsung dengan sistem klasikal. Secara umum, muatan materi yang diberikan adalah materi pelajaran yang mengkolaborasikan antara kurikulum pesantren, kurikulum Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional. Dengan masa pendidikan 6 tahun untuk lulusan SD atau yang sederajat dan 3 tahun untuk lulusan SMP atau yang sederajat. Dalam perjalanannya, kurikulum Pondok Pesantren Daar el-Qolam senantiasa mengikuti dan mengadaptasikan diri dengan perkembangan kurikulum nasional, seperti telah dilaksanakannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang hingga kini 6 Administrator, Kesiswaan Pondok Pesantren Daar el-Qolam (http://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/kesiswaan/) Diakses pada tanggal 21 Desember 2016 72 telah berjalan selama 2 tahun pelajaran. Selain itu, dengan menyandangnya Daar el-Qolam sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), pondok pesantren ini juga sedang mengembangkan kurikulum bertaraf internasional yang berkiblat kepada Cambridge International Examinations (CIE) meski hingga saat ini kami belum merampungkannya. b. Kegiatan Kokurikuler Kegiatan Kokurikuler merupakan kegiatan tambahan santri (muatan lokal) yang wajib diikuti, meski tidak mesti berada di dalam kelas. Berikut ini adalah beberapa kurikulum kokurikuler: 1) Kegiatan Latihan Pidato dalam 3 bahasa, yaitu Bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia (muhâdharah). Khusus untuk kelas akhir, juga diperkenalkan kegiatan latihan presentasi, dan juga kegiatan debating. 2) Kajian kitab-kitab salafiyah, yang biasa dilakukan pagi hari. 3) Pembinaan Pembacaan al-Quran 4) Disiplin dalam penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari. 5) Kepramukaan dan Keputrian 6) Tahfizhu-’l-Qur’ân (beberapa surat tertentu) sebagai syarat kelulusan pada kelas 6. 7) Disiplin Hidup 8) Disiplin dalam melaksanakan ritual `ubudiah (ibadah) 73 9) Pendidikan Manajemen Kepemimpinan (leadership) melalui Ikatan Santri Madrasatul Mu`allimien al-Islamiyah (ISMI), baik Putra maupun Putri. c. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan Ekstrakurikuler adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dalam bentuk off-class session, meski juga melibatkan guru ataupun pelatih. Kegiatan ini berupaya untuk menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat santri dalam berbagai bidang. Para santri bisa memilih kegiatan ekstrakurikuler mereka dengan tidak menyampingkan tugas utamanya yakni belajar dalam kegiatan intrakurikuler dan juga kokurikuler. Berikut ini adalah beberapa kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Daar el-Qolam: 1) Diskusi dan Penelitian Ilmiah, dalam sebuah organisasi “KIS”– Kelompok Ilmiah Santri 2) Pengembangan Olahraga. 3) Pengembangan Seni musik melalui band “DMC – Daar elQolam Music Club“, Marching Band Nasyid-Q “Nada Syiar Daar el-Qolam”, Qashidah, Hadroh, dan Marawis. 4) Pengembangan Seni Beladiri (Tapak Suci, Karate, dan Taekwondo); 5) Tahsînu-’l-Quran melalui Jam`iyyatu-l-Qurra (JMQ) 74 6) Tahfîzu-l-Qur’ân melalui Jam`iyyatu Huffazhi-’l-Qur’ân (JHQ) 7) Pengembangan jurnalistik dan publisitas. 8) Pengembangan Teater dan Pentas Seni. B. Profil tvOne 1. Sejarah tvOne tvOne awal berdiri menggunakan nama Lativi pada tanggal 30 Juli 2002. Lativi berdiri dibawah Alatief Corporation yang dipimpin oleh Abdul Latief. Namun pada tahun 2006, Grup Bakrie mulai memiliki sebagian saham di Lativi. Hingga kemudian pada tanggal 14 Februari 2008, secara resmi Lativi berganti nama menjadi tvOne, hingga sekarang.7 Dengan komposisi tayangan 70% berita dan sisanya gabungan dari program olahraga dan hiburan. Perubahan nama ini adalah upaya strategi manajemen untuk memberikan sesuatu yang berbeda di industri pertelevisian Indonesia. Peresmian dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, tvOne menjadi stasiun tv pertama di Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk diresmikan dari Istana Presiden Republik Indonesia. Pada tahun 2014, tvOne juga memiliki hak siar dalam ajang sepak bola bergengsi di dunia Piala Dunia FIFA 2014 bersama antv. tvOne secara progresif menginspirasi masyarakat Indonesia yang 7 https://id.wikipedia.org/wiki/TvOne diakses pada 26 November 2016 75 berusia 15 tahun ke atas agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri serta masyarakat sekitar melalui berbagai program News and Sports baik Nasional dan Internasional yang dimilikinya. Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori NEWS, Current Affairs dan SPORTS, tvOne membuktikan keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program. Diawal tahun berdirinya, tvOne mempunyai Tag Line "MEMANG BEDA", karena menyajikan berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan penyajian yang berbeda dan belum pernah ada sebelumnya seperti Apa Kabar Indonesia, yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi dan malam hari dari studio luar tvOne. Program berita hardnews tvOne dikemas dengan judul sebagai berikut: Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam.8 a. Apa Kabar Indonesia Program ini merupakan tayangan berita yang memadukan pola news konvensional dengan kreativitas pada on air presentation. Mengangkat isu-isu aktual yang berkaitan langsung dengan kehidupan publik. Disiarkan langsung dari Lobby gedung wisma 8 http://www.tvonenews.tv/profil diakses pada 26 November 2016 76 BAB V HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Uji Instrumen 1. Uji Validitas Uji validitas adalah untuk mengetahui apakah butir pertanyaan atau kuesioner dapat merepresentasikan atau mendefinisikan suatu vaiabel penelitian. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.1 Instrumen penelitian dinyatakan valid jika r hitung lebih besar daripada nilai r tabel ( ). Jumlah responden yang digunakan untuk uji validitas adalah 30 orang dengan taraf signifikansi 5%. Sehingga didapatkan nilai adalah 0,361. Dari 47 butir pertanyaan, setelah dilakukan uji validitas maka 40 butir pertanyaan dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar daripada nilai r tabel. Sedangkan 7 butir lain tidak valid karena r hitung lebih kecil daripada nilai r tabel. Berikut adalah tabel hasil uji validitas instrumen penelitian: 1 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), cet-5, h. 52. 77 78 Tabel 10. Hasil Uji Validitas Variabel Tayangan (X) Indikator Nomor Soal Hasil Uji Validitas Nomor Soal Setelah Validitas 1 Valid 1 2 Tidak Valid Drop 3 Valid 2 4 Valid 3 5 Valid 4 6 Valid 5 7 Valid 6 8 Valid 7 9 Valid 8 Tayangan berita berpihak kepada pihak tertentu. 10 Valid 9 Informasi yang disampaikan lengkap. Tayangan berita bersifat netral. 11 Valid 10 12 Valid 11 Valid 12 Pertanyaan Host selalu berpenampilan rapih dan menarik Host (X1) Host memandu acara dengan cara yang menarik Host sering memojokkan bintang tamu atau narasumber Host memandu acara dengan cara yang baik dan interaktif Program tersebut menghadirkan narasumber yang kompeten dengan peristiwa yang dibahas. Program tersebut menghadirkan narasumber yang berkaitan dengan Narasumber peristiwa yang dibahas. (X2) Narasumber adalah tokoh nasional yang dikenal banyak orang. Narasumber yang dihadirkan menyampaikan informasi yang dapat dipercaya. Tayangan membahas peristiwa penting dan menarik Materi atau Konten Tayangan (X3) Durasi Tayangan (X4) Durasi tayangan (60-120 menit) terlalu lama untuk suatu program tayangan. 13 79 Nomor Soal Hasil Uji Validitas Nomor Soal Setelah Validitas 14 Valid 13 15 Valid 14 16 Valid 15 17 Valid 16 18 Valid 17 19 Valid 18 20 Valid 19 Latar acara outdoor membuat acara tampil beda 21 Tidak Valid Drop Latar acara outdoor sering Studio atau membuat noise (suara bising) Latar Acara (X6) Latar acara outdoor tampak menarik 22 Valid 20 23 Valid 21 Latar acara outdoor membuat tampilan gambar lebih segar 24 Valid 22 Indikator Pertanyaan Durasi Tayangan (X4) Durasi tayangan (60-120 menit) kurang untuk suatu program tayangan. Durasi tayangan progam Apa Kabar Indonesia Pagi dan malam cukup untuk membahas secara mendalam suatu masalah Durasi tayangan progam Apa Kabar Indonesia Pagi dan malam membosankan untuk membahas secara mendalam suatu masalah Menonton progam Apa Kabar Indonesia Pagi setiap hari (jam 5-10) Menonton progam Apa Waktu Kabar Indonesia Malam Penayangan setiap hari (jam 20-24) (X5) Mengisi waktu luang SAYA dengan menonton tayangan berita. Tayangan berita tayang di waktu santai SAYA. 80 Tabel 11. Hasil Uji Validitas Variabel Radikalisme Islam (Y) Nomor Soal Tayangan diskusi di televisi adalah favorit saya. Menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di televisi dapat menambah wawasan. Menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di televisi dapat memerbaharui informasi. 1 Tidak Valid Nomor Soal Setelah Uji Validitas Drop 2 Valid 1 3 Valid 2 Radikalisme berbahaya bagi nasionalisme. 4 Valid 3 Anarkisme adalah tindakan terorisme. 5 Valid 4 Radikalisme berbahaya bagi pancasila. Tindakan terorisme adalah ciri-ciri radikalisme. Beberapa kelompok atau organisasi masyarakat di Indonesia berpaham radikalisme. ISIS adalah contoh gerakan paham radikalisme. Hukum Islam adalah hukum yang tepat untuk diterapkan di Indonesia sebagai hukum resmi Nilai-nilai agama Islam harus menjadi landasan tatanan sosial di Indonesia Al-Qur’an dan Sunnah harus dijadikan sebagai pedoman institusi masyarakat Indonesia Bom bunuh diri adalah salah satu bentuk jihad 6 Valid 5 7 Valid 6 8 Tidak Valid Drop 9 Tidak Valid Drop 10 Valid 7 11 Valid 8 12 Valid 9 13 Valid 10 Pertanyaan Hasil Uji Validitas 81 Nomor Soal Pertanyaan Hasil Uji Validitas Nomor Soal Setelah Uji Validitas Semua orang di Indonesia yang melakukan hal yang tidak sesuai ajaran Islam harus dibunuh/diperangi Seluruh kegiatan di Indonesia yang tidak sesuai dengan ajaran Islam harus diberhentikan/diberantas (contoh: judi, dugem, dll) Kehidupan keluarga di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam Kehidupan politik di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam Kehidupan ekonomi di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam Kehidupan budaya di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam 14 Valid 11 15 Tidak Valid Drop 16 Valid 12 17 Valid 13 18 Valid 14 19 Valid 15 Bom bunuh diri adalah bentuk terorisme Pemerintahan Indonesia harus dijalankan sesuai ajaran Islam Al-Qur'an dan Sunnah harus dijadikan pedoman setiap masyarakat Indonesia Al-Qur'an dan Sunnah harus dijadikan landasan pemerintahan Indonesia 20 Tidak Valid Drop 21 Valid 16 22 Valid 17 23 Valid 18 82 2. Uji Reliabilitas Tabel 12. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Cronbach's Alpha N of Items ,435 40 Berdasarkan tabel di atas, hasil uji reliabilitas instrumen terhadap 40 butir pertanyaan adalah 0,435. Dibandingkan dengan tabel tingkat reliabilitas, maka hasil uji reliabilitas instrumen menunjukkan tingkat reliabilitas yang cukup reliabel. B. Hasil Analisa Data 1. Deskripsi Profil Responden Penelitian Berdasarkan hasil analisis deskriptif mengenai profil responden, maka diperoleh data responden sampel dalam penelitian ini mencakup jenis kelamin, usia dan intensitas menonton dalam seminggu. Berikut data responden penelitian ini: a. Jenis Kelamin Berikut adalah data responden berdasarkan jenis kelamin: Tabel 13. Jenis Kelamin Responden Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent Laki-Laki 35 50 50 50 Perempuan 35 50 50 100,0 Total 70 100,0 100,0 83 Tabel di atas menunjukkan bahwa 50% atau 35 responden merupakan responden yang berjenis kelamin laki-laki. Begitu juga 50% atau 35 responden berjenis kelamin perempuan. Sehingga dapat dilihat, dalam penelitian ini jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki sama banyak dengan jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan. b. Usia Berikut adalah data responden berdasarkan usia: Tabel 14. Usia Responden Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent 15 tahun 10 14,3 14,3 14,3 16 tahun 46 65,7 65,7 80 17 tahun 14 20 20 100,0 Total 70 100,0 100,0 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden berusia 16 tahun yaitu sebanyak 46 orang atau 65,7% , kemudian responden berusia 15 tahun sebanyak 10 orang atau 14,3% dan responden berusia 17 tahun sebanyak 14 orang atau 20%. Sehingga dapat dilihat, jumlah responden yang berusia 16 tahun merupakan yang terbanyak berpartisipasi dalam pengisian kuesioner. 84 c. Intensitas Menonton Berikut adalah data responden berdasarkan intensitas menonton Apa Kabar Indonesia di tvOne dalam seminggu: Tabel 15. Intensitas Menonton Dalam Seminggu Frequency Percent 6-7 kali 0 Valid Cumulative Percent Percent 0 0 0 65,7 65,7 65,7 18,6 18,6 84,3 15,7 15,7 100,0 100,0 100,0 seminggu 4-5 kali 46 seminggu 2-3 kali 13 seminggu 1 kali 11 seminggu Total 70 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang menonton tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne 4-5 kali dalam seminggu sebanyak 46 orang atau 65,7%, lalu responden yang menonton tayangan tersebut 2-3 kali seminggu sebanyak 13 orang atau 18,6%, responden yang menonton tayangan 1 kali seminggu sebanyak 11 orang atau 15,7% dan tidak ada responden yang menonton tayangan 6-7 kali dalam seminggu. Sehingga dapat dilihat, bahwa mayoritas responden menonton tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne sebanyak 4-5 kali dalam seminggu. 85 2. Deskripsi Tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne Dalam melihat hasil persepsi responden terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia TvOne, penulis mengelompokkan ke dalam tiga kelompok. Pembagian tersebut berdasarkan pada nilai mean dan standar deviasi dari vaiabel tayangan (X). Berikut adalah tabel hasil analisis deskriptif variabel (X): Tabel 16. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne Descriptive Statistics N X Minimum 70 Valid N (listwise) 62,00 Maximum 79,00 Mean 69,0702 Std. Deviation 3,57001 70 Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa nilai mean sebesar 69,07 dan standar deviasi sebesar 3,57. Maka peneliti menentukan tingkat persepsi responden terhadap tayangan Apa kabar Indonesia tvOne dengan kriteria sebagai berikut: a. Persepsi tayangan dinyatakan tinggi jika nilai total skor responden lebih besar (>) daripada nilai mean yang dijumlah dengan nilai standar deviasi. b. Persepsi tayangan dinyatakan rendah jika nilai total skor responden lebih kecil (<) daripada nilai mean yang dikurang dengan nilai standar deviasi. 86 c. Persepsi tayangan dinyatakan sedang atau cukup jika nilai total skor responden berada antara persepsi yang tinggi dan yang rendah. Tabel 17. Hasil Interpretasi Tayangan Hasil Jumlah Dalam Persen Kategori Interpretasi Total skor > 17 responden 24,2% Tinggi skor < 5 responden 7,1% Rendah 68,7% Sedang 72,64 Total 65,5 65,5≤ total skor 48 responden ≥ 72,64 atau cukup Berdasarkan pada tabel 8, dapat dilihat bahwa terdapat 17 responden yang memiliki jumlah skor nilai di atas 72,64. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 24,2% responden memiliki persepsi yang tinggi terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne. Untuk persepsi rendah, terdapat 5 responden atau sebanyak 7,1% dari total responden yang memiliki persepsi rendah terhadap tayangan tersebut. Sisanya sebanyak 48 responden atau 68,7 % memiliki persepsi yang sedang atau terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne. Dilihat dari hasil interpretasi di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki persepsi yang sedang atau cukup terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne. Indikator tayangan Apa 87 Kabar Indonesia tvOne berdasarkan pada penilaian terhadap Host, Narasumber, konten, durasi, waktu penayangan dan studio atau latar tayangan tersebut. 3. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Berikut adalah hasil output SPSS 22.0 for Windows dalam uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov: Tabel 18. Hasil One-Sample Kolmogorrov-Smirnov Test Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic Y .077 df Shapiro-Wilk Sig. 70 .200 Statistic * .974 df Sig. 70 .263 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Tabel di atas menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0,077. Nilai signifikansi inilah yang disebut . Sedangkan nilai yang diperoleh melalui tabel Kolmogorrov-Smirnov pada tingkat signifikansi 5% (0,05) dan jumlah sampel 50 adalah sebesar 0.0143. dengan demikian dapat dilihat bahwa lebih besar daripada yakni 0,077 > 0.0143. sehingga data berdistribusi normal. Untuk data berdistribusi norml, maka dilakukan uji statistik berjenis parametrik. 4. Uji Korelasi Berganda Uji ini merupakan analisis data yang bertujuan mengetahui kekuatan juga bentuk arah hubungan di antara tiga variabel atau lebih 88 serta untuk mengetahui kontribusi yang diberikan secara simultan oleh variabel , , , dan terhadap variabel Y Tabel 19. Deskripsi Hasil Uji Korelasi Berganda Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N Host 17.3104 2.32345 70 Narasumber 19.2807 1.92497 70 18.5263 2.07110 70 Durasi Tayangan 16.9474 1.57459 70 Waktu Penayangan 14.3158 1.63836 70 Studio atau Latar 14.0124 1.38762 70 Radikalisme Islam 68.3333 8.68359 70 Materi atau Konten Tayangan Berdasarkan tabel di atas, variabel Host (X1) memiliki nilai ratarata 17,3 dengan standar deviasi 2. Variabel Narasumber (X2) memiliki nilai rata-rata 19,2 dengan standar deviasi 2. Variabel Materi atau konten tayangan (X3) memiliki nilai rata-rata 18,5 dengan standar deviasi 2,1. Variabel Durasi tayangan (X4) memiliki nilai rata-rata 17 dengan standar deviasi 1,6. Variabel waktu penayangan memiliki nilai rata-rata 14,3 dengan standar deviasi 1,6. Variabel Studio atau latar memiliki nilai rata-rata sebesar 14 dengan standar deviasi 8,6. Kemudian untuk variabel radikalisme Islam (Y) memiliki nilai rata-rata 68,3 dengan standar deviasi 8,6. 89 Tabel 20. Analisis Hasil Uji Korelasi Berganda Correlations Studio Host Host Naras Konten Durasi Waktu atau Radikalis umber Tayangan Tayangan Tayang Latar me Islam ** -.273 -.122 -.327 .257** .044 .000 .073 .000 .431 .153 70 70 70 70 70 ** -.254 -.131 -.457 .031 .000 .056 .333 .000 .817 70 70 70 70 70 70 ** 1 ** -.155 -.212 .373 .002 .249 .184 .199 70 707 70 70 70 ** 1 ** -.033 .206 .003 .005 .124 70 70 70 70 ** 1 .587 .161 Pearson Correlati 1 .439 on Sig. (2- .301 tailed) N Narasu Pearson mber Correlati 70 70 ** 1 .439 .459 on Sig. (2- .301 tailed) N Konten Pearson Tayanga Correlati n 70 -.273 .000 tailed) N .000 70 70 -.122 -.254 .073 .056 .002 70 70 70 -.327 -.131 -.155 .000 .333 .249 .003 70 70 70 70 Pearson Tayanga Correlati n -.408 on Sig. (2- Durasi .459 -.408 .387 on Sig. (2tailed) N Waktu Pearson Tayang Correlati .387 on Sig. (2tailed) N .012 70 70 .233 70 90 Studio Host Studio Naras Konten Durasi Waktu atau Radikalis umber Tayangan Tayangan Tayang Latar me Islam ** -.457 -.212 -.033 .587 .431 .000 .184 .005 .012 70 70 70 70 70 70 70 .044 -.031 .373 .206 .161 -.458 1 .153 .817 .199 .124 .233 .000 70 70 70 70 70 Pear son Corr .257 ** 1 -.458 elati on Sig. (2tailed .000 ) N Radikalisme Pear Islam son Corr elati on Sig. (2taile d) N 70 70 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa korelasi atau hubungan antara variabel host (X1) dengan radikalisme Islam (Y) memiliki hubugan yang lemah yaitu sebesar 0,44. Korelasi atau hubungan antara variabel narasumber (X2) dengan radikalisme Islam (Y) memiliki hubungan yang lemah yaitu sebesar 0,31. Korelasi atau hubungan antara variabel Materi atau konten tayangan (X3) dengan radikalisme Islam (Y) memiliki hubungan yang lemah yaitu sebesar 0,373. Korelasi 91 atau hubungan antara variabel durasi tayangan (X4) dengan radikalisme Islam (Y) memiliki hubungan yang lemah yaitu sebesar 0,206. Korelasi atau hubungan antara variabel waktu penayangan (X5) dengan radikalisme Islam (Y) memiliki hubungan yang lemah yaitu sebesar 0,161. Dan korelasi atau hubungan antara variabel studio atau latar (X6) dengan radikalisme Islam (Y) tidak memiliki hubungan sama sekali yaitu sebesar -0,458. Dengan demikian, berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara host, Narasumber, konten tayangan, durasi tayangan dan waktu penayangan dengan pengetahuan tentang makna radikalisme Islam. Dan tidak ada hubungan sama sekali antara studio atau latar acara dengan pengetahuan tentang makna radikalisme Islam. 5. Uji F-test Setelah dilakukan pengujian serentak F-test, diketahui bahwa secara simultan (bersama-sama) koefision regresi variabel tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne (X) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel pengetahuan tentang radikalisme Islam (Y). Berikut merupakan penyajian tabel hasil output SPSS 22.0 for windows untuk uji F-test. 92 Tabel 21. Hasil Uji F-test a ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square 273,085 4 68,271 Residual 3949,582 52 75,954 Total 4222,667 56 F Sig. ,899 ,471 b a. Dependent Variable: Radikalisme Islam b. Predictors: (Constant), Host, Waktu Tayang, Narasumber, Durasi Tayangan, Konten Tayangan, Studio atau Latar Acar Tabel di atas menunjukkan nilai yang didapat sebesar 0,899 dan signifikansi 0,471. Sedangkan yang diperoleh melalui rumus yang terdapat pada halaman 62 memiliki nilai sebesar 2,214. Dengan nilai-nilai yang didapat tersebut dapat dikatakan bahwa nilai karena nilai nilai sebesar 0,899 lebih kecil daripada sebesar 2,214. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan kata lain tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X1 sampai X6) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Y). 6. Uji T-test Dalam uji T-test (parsial) masing-masing variabel akan berpengaruh jika nilai lebih besar daripada ). Dengan menentukan ( dari jumlah sampel (n) sama dengan 70 dan taraf signifikansi 0,05 atau 5% diketahui nilai adalah 1,684. Maka berdasarkan output SPSS 22.0 for Windows dalam uji T-test adalah sebagai berikut: 93 Tabel 22. Hasil Uji T-test Coefficients a Model 1 (Constant) Host Narasumber Unstandardized Coefficients Std. B Error 52,615 23,898 Standardized Coefficients Beta t 2,202 Sig. ,032 -,455 ,563 ,115 ,122 ,134 1,358 ,684 ,079 ,524 ,603 Konten Tayangan ,589 ,673 ,141 1,876 ,385 Durasi Tayangan ,723 ,870 ,131 ,832 ,409 Waktu Penayangan ,522 ,772 ,089 ,676 ,502 -,710 ,87 a. Dependent Variable: Radikalisme Islam ,131 -,832 ,409 Studio atau Latar a. Variabel host (X1) menunjukkan hasil Sehingga dapat dilihat sebesar 0,122. lebih kecil dari , 0,22 < 1,684. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai yang positif menandakan bahwa terdapat pengaruh positif dari variabel host dengan pengetahuan tentang makna radikalisme Islam, namun tidak signifikan. b. Variabel narasumber (X2) menunjukkan hasil Sehingga dapat dilihat sebesar 0,524. lebih kecil dari , 0,876 < 1,684. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai yang positif menandakan bahwa terdapat pengaruh positif dari variabel narasumber dengan pengetahuan tentang makna radikalisme Islam. 94 c. Variabel materi atau konten tayangan (X3) menunjukkan hasil sebesar 0,876. Sehingga dapat dilihat lebih besar dari , 1,876 > 1,684. Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Nilai yang positif menandakan bahwa terdapat pengaruh positif dari variabel materi atau konten tayangan dengan pengetahuan tentang makna radikalisme Islam, namun tidak signifikan. d. Variabel durasi tayangan (X4) menunjukkan hasil 0,832. Sehingga dapat dilihat sebesar lebih kecil dari , 0,832 < 1,684. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai yang positif menandakan bahwa terdapat pengaruh positif dari variabel durasi tayangan dengan pengetahuan tentang makna radikalisme Islam, namun tidak signifikan. e. Variabel waktu penayangan (X5) menunjukkan hasil sebesar 0,676. Sehingga dapat dilihat lebih kecil dari , 0,676 < 1,684. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai yang positif menandakan bahwa terdapat pengaruh positif dari variabel waktu penayangan dengan pengetahuan tentang makna radikalisme Islam, namun tidak signifikan. f. Variabel studio atau latar acara (X6) menunjukkan hasil sebesar -0,832. Sehingga dapat dilihat lebih kecil dari , -0,832 < 1,684. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai yang negatif menandakan bahwa terdapat pengaruh negatif 95 dari variabel studio atau latar dengan pengetahuan tentang makna radikalisme Islam, namun tidak signifikan. Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada variabel yang berpengaruh secara signifikan namun positif terhadap variabel pengetahuan tentang radikalisme Islam. Dari keenam variabel, terdapat satu variabel yang memberikan pengaruh negatif terhadap variabel pengetahuan tentang radikalisme Islam yaitu variabel studio atau latar acara (X6). Hasil analisa ini menunjukkan, bahwa variabelvariabel pada tayangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan santri tentang makna radikalisme Islam. 7. Regresi Linier Berganda Uji regresi linier berganda dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh tayangan (X) dengan pengetahuan tentang radikalisme Islam (Y). Berikut adalah hasil output SPSS 22.0 for Windows dalam ujiregresi linier berganda: 96 Tabel 23. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficients a Model 1 (Constant) Host Narasumber Unstandardized Coefficients Std. B Error 52,615 23,898 Standardized Coefficients Beta t 2,202 Sig. ,032 -,455 ,563 ,115 ,122 ,134 1,358 ,684 ,079 ,524 ,603 Konten Tayangan ,589 ,673 ,141 1,876 ,385 Durasi Tayangan ,723 ,870 ,131 ,832 ,409 Waktu Penayangan ,522 ,772 ,089 ,676 ,502 -,710 ,87 a. Dependent Variable: Radikalisme Islam ,131 -,832 ,409 Studio atau Latar Berdasarkan hasil data yang terdapat pada tabel di atas, maka diperoleh persamaan seperti berikut: Y=52,615+(-0,455)X1+1.358X2+0,589X3+0,723X4+0,522X5+(-0,710)X6 Melalui persamaan tersebut dapat dilihat bahwa setiap ada penambahan variabel Host (X1) sebesar 1 (satuan), maka respon positif pada pengetahuan tentang Radikalisme Islam (Y) akan berkurang sebesar 0,455. Setiap ada penambahan variabel narasumber (X2) sebesar 1 (satuan), maka respon positif pada pengetahuan tentang Radikalisme Islam (Y) akan bertambah sebesar 1,358. Setiap ada penambahan variabel materi atau konten tayangan (X3) sebesar 1 (satuan), maka respon positif pada pengetahuan tentang Radikalisme Islam (Y) akan bertambah sebesar 0,589. Setiap ada penambahan 97 variabel durasi tayang (X4) sebesar 1 (satuan), maka respon positif pada pengetahuan tentang Radikalisme Islam (Y) akan bertambah sebesar 0,723. Setiap ada penambahan variabel waktu penayangan (X5) sebesar 1 (satuan), maka respon positif pada pengetahuan tentang Radikalisme Islam (Y) akan bertambah sebesar 0,522. Sedangkan setiap ada penambahan variabel studio atau latar (X6) sebesar 1 (satuan), maka respon positif pada pengetahuan tentang Radikalisme Islam (Y) akan berkurang sebesar 0,710. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel host dan studio tidak memiliki pengaruh sama sekali pada tingkat pengetahuan santri. Sedangkan variabel narasumber, materi atau konten tayangan, durasi tayangan dan waktu penayangan masih memiliki hubungan dengan bertambah tidaknya tingkat pengetahuan santri. 8. Uji Koefisien Determinasi Berikut adalah output SPSS 22.0 for Windows dalam uji koefisien determinasi: Tabel 24. Hasil Uji Koefisien Determinasi b Model Summary Std. Model 1 R ,254 a Change Statistics Adjusted Error of R R the R Square F Square Square Estimate Change Change ,065 -,007 8,71513 ,065 ,899 Sig. F df1 df2 4 Change 52 a. Predictors: (Constant), Host, Waktu Tayang, Narasumber, Durasi Tayangan, Konten Tayangan, Studio atau Latar Acara ,471 98 b. Dependent Variable: Radikalisme Islam Pada tabel di atas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi R2 (R Square) adalah 0,065. Hal tersebut menunjukkan keragaman nilai positif pada pengetahuan terhadap makna radikalisme Islam mampu dipengaruhi oleh Host, Waktu Tayang, Narasumber, Durasi Tayangan, Konten Tayangan dan Studio atau Latar Acara sebesar 6,5%. Sisanya (100%-6,5%) 93,5% pengetahuan tentang makna radikalisme Islam dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat pada penelitian ini. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan serangkaian uji statistik pada pengaruh tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne terhadap pengetahuan santri Daar el-Qolam II pada makna radikalisme Islam, maka didapatlah kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 68,7% responden memiliki respons yang sedang atau cukup terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne, 24,2% responden memiliki respon yang tinggi terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne dan sebanyak 7,1% responden memiliki respons yang rendah terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne. 2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel host, narasumber, materi atau konten tayangan, durasi tayangan dan waktu penayangan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan santri pada makna radikalisme Islam. Dan variabel studio atau latar acara tidak memiliki hubungan sama sekali terhadap pengetahuan santri pada makna radikalisme Islam. 3. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa variabel host dan studio tidak memiliki pengaruh apapun pada tingkat pengetahuan santri. Sedangkan variabel narasumber, materi atau konten tayangan, durasi tayangan dan waktu penayangan masih memiliki 99 100 pengaruh terhadap tingkat pengetahuan santri meskipun tidak terlalu signifikan. Hal ini bisa terjadi karena pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menggunakan metode pembelajaan sorogan dan bandongan. Kedua metode ini pembelajaran berada dibawah pengawasan kyai atau ustadz/ah secara langsung.1 Meskipun terdapat fasilitas televisi di setiap kelas dan laptop untuk setiap santri (dibawa oleh masing-masing santri), di pesantren, kesetiaan dan rasa hormat kepada kyai atau guru spiritual merupakan hal yang paling penting.2 Sehingga meski menerima terpaan informasi dari media, tetaplah petuah atau perkataan kyai dan ustadz/ah yang diserap dan dijalankan di kehidupan seharihari. B. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran yang dapat diberikan, yaitu: 1. Bagi akademisi, penulis menyarankan agar terus melakukan penelitian seberapa jauh pengaruh suatu tayangan terhadap pengetahuan santri yang notabene menjalani pendidikan pesantren di lingkungan pesantren. Dimenasi tayangan yang 1 Mamud, Model-model Pembelajaran di Pesantren, (Tangerang Selatan: Media Nusantara, 206), h. 51 2 Greg Barton, Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, (Yogyakarta: LkiS Group, 2012), cet. Ke-2, h. 55. 101 digunakan juga dapat berupa dimensi lainnya yang disebutkan oleh ahli lain. 2. Bagi praktisi, agar sebaiknya lebih memerhatikan konten tayangan agar informasi yang disebarkan tersimpan di memori penonton dan dapat berpengaruh dengan positif. Karena hakikatnya media menyebarluaskan suatu informasi untuk memberikan pengaruh atau efek kepada penontonnya baik efek kognitif, afektif maupun behavioral. DAFTAR PUSTAKA Buku: Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Usaha. 1989. Badjuri, Adi. Jurnalistik Televisi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010. Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2006. Barton, Greg. Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid. Yogyakarta: LkiS Group. 2012. Bungin, Burhan. Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010. Sosiologi Media dan komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2013. Chaplin, J. P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011. Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2005. Djamal, Hidajanto dan Andi Fahrudin. Dasar-dasar Penyiaran (Sejarah, Organisasi, Operasional dan Regulasi). Jakarta: Kencana. 2011. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2003. Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta. 2005. Fachruddin, Andi. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumneter dan Teknik Editing. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012. Fananie, Zainuddin., Sabardila, Atiqa., Purnanto, Dwi.,. Radikalisme Keagamaan dan Perubahan Sosial. Surakarta: Muhammadiyah University Press. 2002. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2011. 102 103 Gunung Djati Press. Masa Depan Bangsa dan Radikalisme Agama. Bandung: Gunung Djati Press. 2005. Harahap, Arifin S. Jurnalistik Televisi. Jakarta: PT Indeks. 2007. Kadir, Abdul. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi. 2003. Kartodirdjo, Sartono. Ratu Adil. Jakarta: Sinar Harapan. 1985. Kountor, Ronny. Metode Penelitian. Jakarta: CV Taruna Gravica. 2003. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012. KS, Usman. Televisi News, Reporting and Writing. Bogor: Ghalia Indonesia. 2009. Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi. Jakarta: Rineka Cipta. 1996. Littlejohn, Stephen W. Dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi, (Jakarta: Salemba Humanika. 2011. M, Abd Muin, Faiqoh, Wakhid Khozin da, Husen Hasan Basri. Pendidikan Pesantren dan Potensi Radikalisme. Jakarta: Prasasti. 2007. Mamud. Model-model Pembelajaran di Pesantren. Tangerang Selatan: Media Nusantara. 2006. McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa Edisi 4. Jakarta: Salemba Humanika. 2002. Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika. 2011. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 1997. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2002. Morrisan, et. al. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia. 2013. Nasrullah, Rulli. Cyber Media. Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta. 2013. 104 Noor, Juliasyah . Metode Penelitian Skripsi, Tesis dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana. 2011. Nugroho, Yohanes Anton. It’s Easy: Olah Data dengan SPSS. Yogyakarta: Skripta Media Kreatif. 2011. Rachmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1999. Rapoport, David C. Teror Suci: Contoh Terkini Dari Islam. Jakarta: Grafindo. 2003. Sendjaja, S. Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta: UT. 2005. Severin, Werner J., dan James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011. Shaleh, Indung A; et.al. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Usaha Nasional. 1982. Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara. 2013. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta; Rajagrafindo. 2010. Subandi, Ahmad. Psikologi Sosial. Jakarta: Bulan Bintang. 1982. Sujanto, Agus. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rineka Cipta. 1992. Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2011. Taher, Tarmidzi; et.al. Radikalisme Agama. Jakarta: PPIM-IAIN Jakarta. 1998. Tamburaka, Apriadi. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2012. Umar, Husein. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama. 2003. Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Prenada Media Group. 2008. Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: UGM. 1996. Wulandari, Dian. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Press. 2009. 105 Yusri. Statistika Sosial: Aplikasi dan Interpretasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009. Skripsi, Tesis dan Jurnal: Pratiwi, Dewi. “Respons Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah Terhadap Fatwa Haram Infotainment oleh Nahdlatul Ulama”. Skripsi S1, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Marini. “Pengaruh Tayangan Indonesia Bagus di Net. Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Kebudayaan Siswa-Siswi MAN Baturaja Sumatera Selatan”. Skripsi S1, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2015. Nurfitriani, Shofia. “Pengaruh Tayangan Smack Down Terhadap Perilaku Anak”. Skripsi S1, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Sumber Internet: http://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/tenaga-pendidik-pengajar/ pada tanggal 21 Desember 2016 Diakses http://daarelqolam.ac.id/program-pendidikan/kesiswaan/ Diakses pada tanggal 21 Desember 2016 https://id.wikipedia.org/wiki/TvOne/ diakses pada 26 November 2016 http://www.tvonenews.tv/profil/ diakses pada 26 November 2016 http://www.tvonenews.tv/program/apa_kabar_indonesia/ November 2016 diakses pada 26 Data Responden Penelitian Responden Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 29 30 Nama ASTRY HASNA FIRHANI DHURRIAH ZAIN LENIA DWI STIYANI RATU MAULIDAH FITRIYAH ARDITA MAHARANI INTAN SHOHAINI ANNIDA LUTHFIYAH NABILAH RAMADHANI NADHIRA RACHIMA PUTRI NUR AINI SALIMAH WANDA RIKA MEILENA YUMNIA RUSMIYATI SIVA NUR SAMROTISSA'ADAH HAYA HUWAIDAH SITI AISAH LUSY CHAIRUNNISA TASYA ELSA SABILLAH TASYA AULIA PUTRI NISRIN SINTA KUSUMAWATI TISSIE AQMARINA TRISNINDA DWI AYU NOVIANTI MARLIA WARDHANI ALIA MELISA ALFI SRI RATU AYUNINGSIH TRIFANIA ANINDYA RAHMALIA FITRI SEPTYANINGSIH WULAN IRMA NADYHA PUTRI LAYLA FAJRI PUTRIANA SELFI OKTORA AJI FIRMANSYAH MUHAMMAD TARQIB MUHAMMAD FADHIILAH 31 DJUNAIDI JK P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P L L L Usia 16 16 16 16 16 16 16 16 16 15 16 16 16 16 16 16 15 16 15 17 15 15 16 16 16 16 16 16 16 16 17 17 17 16 16 16 16 Intensitas Menonton 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 2-3 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 1 kali seminggu 1 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 2-3 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 1 kali seminggu 1 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 16 4-5 kali seminggu Responden Ke32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 Nama ACHMAD FARIZ NURWAHID MUHAMMAD IQBAL DARUSMAN M. DHAFIR FADHLURRAHMAN NUR MAHMUDI ABDILLAH GAMAL AVEROS RAYHAN RIFKI GHIFARY A'LIE ILHAM AL-MASHURI ADE AHMAD BAIHAQI ILHAM BUDHI PRASETYA MUHAMMAD RIZKY FEBRIANSYAH AFDHAL ZIKRI MUHAMMAD IQBAL RIFQI FAVIAN FAIZ RIZA RIZKULLAH ROYHAN KAMAL HAFIDZ FATHAN SILMI ANUNG NUSANTO HADIYATULLAH M. FADIL ADE PRATAMA ABDUL ROZAK SIDIQ AHMAD SULTAN RAMADHAN TUBAGUS MUHAMMAD RACHMAN DIKA FIQRI HAIKAL PRATAMA MAULANA SYAHPUTRA RIZKY ALDY NUGROHO MUHAMMAD SENA INDRA PRADANA SHAFWAN NIZOMI FAKHRI NURILLAH WAWAN ALAMSYAH M. IQBAL SAUBARI FAIRUZ RIZKY DWI PUTRA ADIYANSYAH SEPTIAN EKA CAHYA SEPTIAN DWI CAHYA ABDUL AKBAR RIZAL FIKRI RIZAL AKBARIANSYAH JK L L L L L L L L L Usia 16 16 17 15 16 16 16 16 16 Intensitas Menonton 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu L L L L L L L 16 16 16 16 16 17 16 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 1 kali seminggu 2-3 kali seminggu 2-3 kali seminggu L L L L 16 16 16 16 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu L L L L 16 15 17 17 2-3 kali seminggu 2-3 kali seminggu 4-5 kali seminggu 2-3 kali seminggu L L L L L L L L L L L L 15 16 16 16 17 17 17 16 17 16 16 17 4-5 kali seminggu 2-3 kali seminggu 2-3 kali seminggu 4-5 kali seminggu 2-3 kali seminggu 4-5 kali seminggu 2-3 kali seminggu 4-5 kali seminggu 4-5 kali seminggu 2-3 kali seminggu 2-3 kali seminggu 4-5 kali seminggu Responden Ke68 69 70 Nama FAIZAL OKTARIAN REZA FAHLEVI FARUQ AZIZI JK L L L Usia 16 17 17 Intensitas Menonton 4-5 kali seminggu 2-3 kali seminggu 4-5 kali seminggu (Sebelum Uji Validitas) Assalamu’alaikum Wr. Wb Saya Nur Fatkhinnisa Fitria, Mahasiswi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian tentang pengaruh tayangan program Apa Kabar Indonesia Pagi dan Malam terhadap pengetahuan santri mengenai radikalisme Islam. Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih atas kesediaan Anda untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini. A. DATA RESPONDEN Nama : Umur : th Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki Alamat 2. Perempuan : Seberapa seringkah anda menonton Apa Kabar Indonesia Pagi dan Malam di tvOne dalam seminggu? 1. Setiap hari (6-7 kali seminggu) 2. Sering (4-5 kali seminggu) 3. Jarang (2-3 kali seminggu) 4. 1 kali seminggu B. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Bacalah dengan teliti setiap butir pertanyaan agar mengerti maksud pertanyaan. 2. Berilah tanda √ pada kolom pilihan jawaban. SS : Sangat Setuju S : Setuju CS : Cukup Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju 3. Pastikan setiap butir pertanyaan diisi. 4. Selamat mengisi! ☺ Variabel X: Tayangan No Pertanyaan 1 Host selalu berpenampilan rapih dan menarik 2 Host memandu acara dengan cara yang menarik 3 Host sering memojokkan bintang tamu atau narasumber Host memandu acara dengan cara yang baik dan interaktif Program tersebut menghadirkan narasumber yang kompeten dengan peristiwa yang dibahas. Program tersebut menghadirkan narasumber yang berkaitan dengan peristiwa yang dibahas. 4 5 6 7 Narasumber adalah tokoh nasional yang dikenal banyak orang. 8 Narasumber yang dihadirkan menyampaikan informasi yang dapat dipercaya. 9 Tayangan membahas peristiwa penting dan menarik Tayangan berita berpihak kepada pihak tertentu. 10 11 12 19 Informasi yang disampaikan lengkap. Tayangan berita bersifat netral. Durasi tayangan (60-120 menit) terlalu lama untuk suatu program tayangan. Durasi tayangan (60-120 menit) kurang untuk suatu program tayangan. Durasi tayangan progam Apa Kabar Indonesia Pagi dan malam cukup untuk membahas secara mendalam suatu masalah Durasi tayangan progam Apa Kabar Indonesia Pagi dan malam membosankan untuk membahas secara mendalam suatu masalah Menonton progam Apa Kabar Indonesia Pagi setiap hari (jam 5-10) Menonton progam Apa Kabar Indonesia Malam setiap hari (jam 20-24) Mengisi waktu luang SAYA dengan menonton tayangan berita. 20 Tayangan berita tayang di waktu santai SAYA. 21 22 23 Latar acara outdoor membuat acara tampil beda Latar acara outdoor sering membuat noise (suara bising) Latar acara outdoor tampak menarik 24 Latar acara outdoor membuat tampilan gambar lebih segar 13 14 15 16 17 18 SS S CS TS STS Variabel Y: Radikalisme Islam No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Tayangan diskusi di televisi adalah favorit saya. Menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di televisi dapat menambah wawasan. Menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di televisi dapat memerbaharui informasi. Radikalisme berbahaya bagi nasionalisme. Anarkisme adalah tindakan terorisme. Radikalisme berbahaya bagi pancasila. Tindakan terorisme adalah ciri-ciri radikalisme. Beberapa kelompok atau organisasi masyarakat di Indonesia berpaham radikalisme. ISIS adalah contoh gerakan paham radikalisme. Hukum Islam adalah hukum yang tepat untuk diterapkan di Indonesia sebagai hukum resmi Nilai-nilai agama Islam harus menjadi landasan tatanan sosial di Indonesia Al-Qur’an dan Sunnah harus dijadikan sebagai pedoman institusi masyarakat Indonesia Bom bunuh diri adalah salah satu bentuk jihad Semua orang di Indonesia yang melakukan hal yang tidak sesuai ajaran Islam harus dibunuh/diperangi Seluruh kegiatan di Indonesia yang tidak sesuai dengan ajaran Islam harus diberhentikan/diberantas (contoh: judi, dugem, dll) Kehidupan keluarga di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam Kehidupan politik di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam Kehidupan ekonomi di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam Kehidupan budaya di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam Bom bunuh diri adalah bentuk terorisme Pemerintahan Indonesia harus dijalankan sesuai ajaran Islam Al-Qur'an dan Sunnah harus dijadikan pedoman setiap masyarakat Indonesia Al-Qur'an dan Sunnah harus dijadikan landasan pemerintahan Indonesia SS S CS TS STS (Setelah Uji Validitas) Assalamu’alaikum Wr. Wb Saya Nur Fatkhinnisa Fitria, Mahasiswi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian tentang pengaruh tayangan program Apa Kabar Indonesia Pagi dan Malam terhadap pengetahuan santri mengenai radikalisme Islam. Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih atas kesediaan Anda untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini. A. DATA RESPONDEN Nama : Umur : th Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki Alamat 2. Perempuan : Seberapa seringkah anda menonton Apa Kabar Indonesia Pagi dan Malam di tvOne dalam seminggu? 1. Setiap hari (6-7 kali seminggu) 2. Sering (4-5 kali seminggu) 3. Jarang (2-3 kali seminggu) 4. 1 kali seminggu B. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Bacalah dengan teliti setiap butir pertanyaan agar mengerti maksud pertanyaan. 2. Berilah tanda √ pada kolom pilihan jawaban. SS : Sangat Setuju S : Setuju CS : Cukup Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju 3. Pastikan setiap butir pertanyaan diisi. 4. Selamat mengisi! ☺ Variabel X: Tayangan No Pertanyaan 1 Host selalu berpenampilan rapih dan menarik 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Host sering memojokkan bintang tamu atau narasumber Host memandu acara dengan cara yang baik dan interaktif Program tersebut menghadirkan narasumber yang kompeten dengan peristiwa yang dibahas. Program tersebut menghadirkan narasumber yang berkaitan dengan peristiwa yang dibahas. Narasumber adalah tokoh nasional yang dikenal banyak orang. Narasumber yang dihadirkan menyampaikan informasi yang dapat dipercaya. Tayangan membahas peristiwa penting dan menarik Tayangan berita berpihak kepada pihak tertentu. Informasi yang disampaikan lengkap. Tayangan berita bersifat netral. Durasi tayangan (60-120 menit) terlalu lama untuk suatu program tayangan. Durasi tayangan (60-120 menit) kurang untuk suatu program tayangan. Durasi tayangan progam Apa Kabar Indonesia Pagi dan malam cukup untuk membahas secara mendalam suatu masalah Durasi tayangan progam Apa Kabar Indonesia Pagi dan malam membosankan untuk membahas secara mendalam suatu masalah Menonton progam Apa Kabar Indonesia Pagi setiap hari (jam 5-10) Menonton progam Apa Kabar Indonesia Malam setiap hari (jam 20-24) Mengisi waktu luang SAYA dengan menonton tayangan berita. Tayangan berita tayang di waktu santai SAYA. Latar acara outdoor sering membuat noise (suara bising) Latar acara outdoor tampak menarik Latar acara outdoor membuat tampilan gambar lebih segar SS S CS TS STS Variabel Y: Radikalisme Islam No 3 Pertanyaan Menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di televisi dapat menambah wawasan. Menonton tayangan Apa Kabar Indonesia di televisi dapat memerbaharui informasi. Radikalisme berbahaya bagi nasionalisme. 4 Anarkisme adalah tindakan terorisme. 5 Radikalisme berbahaya bagi pancasila. 1 2 6 7 8 9 10 Tindakan terorisme adalah ciri-ciri radikalisme. Hukum Islam adalah hukum yang tepat untuk diterapkan di Indonesia sebagai hukum resmi Nilai-nilai agama Islam harus menjadi landasan tatanan sosial di Indonesia Al-Qur’an dan Sunnah harus dijadikan sebagai pedoman institusi masyarakat Indonesia Bom bunuh diri adalah salah satu bentuk jihad 11 Semua orang di Indonesia yang melakukan hal yang tidak sesuai ajaran Islam harus dibunuh/diperangi 12 Kehidupan keluarga di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam 13 Kehidupan politik di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam 14 Kehidupan ekonomi di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam 15 16 17 18 Kehidupan budaya di Indonesia seluruhnya harus sesuai dengan ajaran Islam Pemerintahan Indonesia harus dijalankan sesuai ajaran Islam Al-Qur'an dan Sunnah harus dijadikan pedoman setiap masyarakat Indonesia Al-Qur'an dan Sunnah harus dijadikan landasan pemerintahan Indonesia SS S CS TS STS DESCRIPTIVES VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y /SAVE /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX. Descriptives Notes Output Created 17-OCT-2016 12:33:53 Comments Input Data E:\Olah data.sav Active Dataset DataSet1 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File Missing Value Handling 57 Definition of Missing User defined missing values are treated as missing. Cases Used All non-missing data are used. Syntax DESCRIPTIVES VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y /SAVE /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX. Resources Variables Created or Modified Processor Time 00:00:00,08 Elapsed Time 00:00:00,12 StdZ01 Zscore(X1) Host StdZ02 Zscore(X2) Narasumber StdZ03 Zscore(X3) Konten Tayangan StdZ04 Zscore(X4) Durasi Tayang StdZ05 Zscore(X5) Waktu Penayangan StdZ06 Zscore(X6) Latar Acara StdZ07 Zscore(Y) Radikalisme Islam Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Host 70 15,00 25,00 17.3104 2.32345 Narasumber 70 13,00 25,00 19.2807 1.92497 Konten Tayangan 70 11,00 21,00 18.5263 2.07110 Durasi Tayangan 70 7,00 18,00 16.9474 1.57459 Waktu Penayangan 70 46,00 84,00 14.3158 1.63836 Latar Acara 70 5,00 16,00 14.0124 1.38762 Radikalisme Agama 70 21,00 75,00 68.3333 8.68359 Valid N (listwise) 70 REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.07) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT Y /METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 X5 X6. Regression Notes Output Created 17-OCT-2016 12:34:13 Comments Input Data E:\Olah data.sav Active Dataset DataSet1 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File Missing Value Handling 57 Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing. Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used. Syntax REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.07) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT Y /METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 X5 X6. Resources Processor Time 00:00:00,06 Elapsed Time 00:00:00,16 Memory Required 2588 bytes Additional Memory Required for Residual Plots Variables Entered/Removed Model 1 Variables Entered a Variables Removed Host, Waktu Tayang, Durasi Tayangan, Narasumber, Konten Tayangan, Latar Acara 0 bytes b Method . Enter a. Dependent Variable: Radikalisme Islam b. All requested variables entered. Model Summary Model 1 R ,257 R Square a ,066 Adjusted R Square -,006 Std. Error of the Estimate 8,70885 a. Predictors: (Constant), Waktu Tayang, Durasi Tayangan, Narasumber, Konten Tayangan, Host, Latar Acara. ANOVAa Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square 273,085 4 68,271 Residual 3949,582 52 75,954 Total 4222,667 56 F ,899 Sig. ,471 b a. Dependent Variable: Radikalisme Islam b. Predictors: (Constant), Host, Waktu Tayang, Narasumber, Durasi Tayangan, Konten Tayangan, Studio atau Latar Acar Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Beta 23,898 -,455 ,563 Narasumber Standardized Coefficients Std. Error 52,615 Host a t Sig. 2,202 ,032 ,115 ,122 ,134 1,358 ,684 ,079 ,524 ,603 Konten Tayangan ,589 ,673 ,141 1,876 ,385 Durasi Tayangan ,723 ,870 ,131 ,832 ,409 Waktu Penayangan ,522 ,772 ,089 ,676 ,502 Studio atau Latar -,710 ,87 ,131 -,832 ,409 a. Dependent Variable: Radikalisme Islam RELIABILITY /VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA. Reliability Notes Output Created 17-OCT-2016 12:55:33 Comments Input Data E:\Olah data.sav Active Dataset DataSet1 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File 57 Matrix Input Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing. Cases Used Statistics are based on all cases with valid data for all variables in the procedure. Syntax RELIABILITY /VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA. Resources Processor Time 00:00:00,06 Elapsed Time 00:00:00,06 Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases Valid a Excluded Total % 70 100,0 0 ,0 70 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,435 N of Items 40 DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 3. Suasana Santri 5 IPS B Saat Menonton Ulang Tayangan Apa Kabar Indonesia tvOne Gambar 4. Suasana Santriwati 5 IPS B Saat Mengisi Kuesioner Gambar 5. Suasana Santriwan 5 IPS B Saat Mengisi Kuesioner Gambar 6. Foto Bersama Santriwan & Santriwati 5 IPS B Gambar 7. Suasana Santri 5 IPA B Saat Menonton Ulang Tayangan Apa Kabar Indonesia Gambar 8. Suasana Santriwati 5 IPA B Saat Mengisi Kuesioner Gambar 9. Suasana Santriwan 5 IPA B Saat Mengisi Kuesioner Gambar 10. Foto Bersama Santriwan & Santriwati 5 IPA B