bab iii sistem kelistrikan tiga fasa

advertisement
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
16
BAB III
SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
Di dalam jaringan listrik ada 2 sistem jaringan, yaitu jaringan 1 fasa dan
jaringan 3 fasa. Jaringan 1 fasa atau disebut juga JTR (Jaringan Tegangan
Rendah), jaringan ini hanya melayani rumah–rumah saja dan tegangan yang
melalui ini hanya 220 Volt. Jaringan 3 fasa atau sebut saja JTM (Jaringan
Tegangan Menengah), jaringan ini menampung beban tinggi dan untuk pengaliran
tegangan saja. Setiap sistem jaringan, baik jaringan 1 fasa ataupun 3 fasa
mempunyai kekurangan dan kelebihan masing – masing.

Kekurangan dan kelebihan jaringan 1 fasa:
1. Kekurangan sistem 1 fasa:

Hanya terdiri dari 2 penghanatar saja yaitu Fasa R dan Netral

Beban yang besar di tampung oleh 1 penghantar saja

Pada generator 1 fasa, generator menjadi lebih besar.
2. Kelebihan sistem 1 fasa:


Lebih simpel karena terdiri hanya 2 Penghantar saja dalam jaringan

Ekonomis
Kekurangan dan kelebihan sistem 3 fasa
1. Kekurangan sistem 3 fasa

Mahal

Waktu yang di perlukan lebih lama
2. Kelebihan sistem 3 fasa:

tegangan yang besar mampu di bagi menjadi 3 Penghantar yaitu R,S,T
dan N

Genertaror yang menggunakan sistem ini ukuranya lebih kecil

Simple

dalam sistem 3 fasa beda setiap fasanya 1200
Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
3.1
17
Sistem Satu Fasa
Sistem kelistrikan satu fasa dihasilkan oleh generator satu fasa, yang
akan menimbulkan gaya gerak listrik (GGL) satu fasa juga. GGL ini
dihasilkan dari kumparan yang berputar dengan kecepatan konstan didalam
sebuah medan magnet, dimana poros putaran tegak lurus dengan garis–garis
medan magnet (Magnetic Lines/Flux). Kemudian dari hasil penelitian GGL
tersebut membentuk gelombang sinusoida seperti gambar dibawah ini:
Gambar 3.1 Gelombang Sinusoida
Dari gambar diatas, dapat ditulis persamaan untuk tegangan ( V ) :
V = v0 Sin 2π f.t ………………………………..
(1)
Dimana: f = 50 Hz, untuk di Indonesia
Frekuensi ( f ) adalah jumlah putaran per detik
Perioda ( T ) adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu
putaran
f.T = 1 ……………………………………….
f=1/T
(2)
atau T = 1 / f
2 π.f = w radian / detik …………………………..
(3)
Selanjutnya, dapat dilihat bahwa nilai tegangan positif dan nilai
tegangan negatif adalah sama besarnya sehingga nilai rata – rata tegangan
untuk satu putaran adalah sama dengan nol. Keadaan ini berlaku untuk
tegangan dan arus ( i ). Untuk menghitung arus atau tegangan bolak balik
(AC) adalah dengan cara mengkwadratkan arus dan tegangan, karena i2 dan
v2 tidak sama dengan nol dan hasilnya selalu positif. Setelah melalui proses
perhitungan, di dapatkan hasil dari rata – rata tegangan v2 adalah
Universitas Mercu Buana Jakarta
18
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
( v2 ) = 1/2 vo2 ...…………………………..
(4)
Hasil perhitungan ini disebut dengan nilai efektif atau rms (root mean
square)
√ v2 ≡ V ≡ v rms =
…………………
(5)
Nilai – nilai ini yang ditunjukan oleh Ampermeter dan Voltmeter AC.
Dengan menggunakan nilai rms dari tegangan dan arus, rumus – rumus dari
arus searah (DC) dapat digunakan. Sebagai contoh, nilai daya melalui
sebuah tahanan (R) adalah :
P = ( I2 R) = ( I2 ) R ≡ I2 rms R ≡ I2 R Watt ……….......
(6)
Jadi, rumus P = I2 R pada arus searah (DC) dapat dipergunakan juga
untuk arus bolak – balik, bilamana rumus rms yang dipergunakan.
3.2
Sistem tiga fasa
Pembangkitan dan transmisi tenaga listrik akan lebih efisien bila
menggunakan sistem fasa jamak (polyphase) yang menggunakan dua, tiga
atau lebih tegangan sinusoida.
Hampir semua tanaga listrik yang dibangkitkan di dunia ini
merupakan fasa jamak dengan frekuensi 50 atau 60 Hertz. Frekuensi baku
yang dipakai di Indonesia adalah 50 Hertz. Pada umumnya sistem fasa
jamak tersebut menggunakan tiga tegangan setimbang yang sama besarnya
dan berbeda fasa antara tegangan yang satu dengan yang lain sebesar 1200.
Sumber – sumber tegangan fasa tunggal yang telah dibahas merupakan
bagian dari suatu sistem fasa tiga setimbang itu. Tiga tegangan fasa tunggal
itu nampak terhubung
dalam bentuk Y ; dimungkinkan juga untuk
menyusun ketiga tegangan fasa tunggal itu dalam bentuk Δ. Ketiga tegangan
fasa tunggal itu dibangkitkan oleh sebuah medan fluks berputar yang
dimiliki bersama dalam tiga kumparan identik yang terpisah 1200 antara
yang satu dengan yang lain dalam suatu generator listrik tiga fasa. Untuk
Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
19
lebih jelas dapat dibuat diagram fasor system tegangan tiga fasa seperti
terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.2 Diagram fasor
Biasanya dalam sistem tiga fasa untuk membedakan fasa – fasanya
menggunakan huruf – huruf sebagai berikut : R,S,T atau U,V,W. kemudian
dapat pula digambar gelombang sinusoidanya yang berbeda fasa sebesar
1200 seperti gambar di bawah ini :
Gambar 3.3 Gelombang sinusoida fasa R, S, dan T
3.3
PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR
Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC
(direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau
accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi
yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup.
Universitas Mercu Buana Jakarta
20
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating
current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu
perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Pada
tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier
mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu
daya yang ter-regulasi.
3.4
PENYEARAH (RECTIFIER)
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada
gambar 3.4 berikut ini. Transformator (T1) diperlukan untuk menurunkan
tegangan AC dari jala-jala listrik pada kumparan primernya menjadi
tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.
Gambar 3.4 Rangkaian penyearah sederhana
Pada rangkaian ini, dioda (D1) berperan hanya untuk merubah dari
arus AC menjadi DC dan meneruskan tegangan positif ke beban R1. Ini
yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave). Untuk
mendapatkan
penyearah gelombang
penuh
(full
wave)
transformator dengan center tap (CT) seperti pada gambar 3.5 :
Gambar 3.5 Rangkaian penyearah gelombang penuh
Universitas Mercu Buana Jakarta
diperlukan
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
21
Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan
phasa yang berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT
transformator sebagai common ground. Dengan demikian beban R1
mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk
beberapa aplikasi seperti misalnya untuk mencatu motor dc yang kecil atau
lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup memadai.
Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih
sangat besar.
Gambar 3.6 Rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter C
Gambar 3.6 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan
filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini
bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata. Gambar 3.7
menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah
setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis
lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk
beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah
garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.
Gambar 3.7 Bentuk gelombang dengan filter kapasitor
Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
22
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus (I) yang mengalir ke
beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk
garis horizontal. Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan kurva bc akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji
dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :
Vr = VM -VL ..................................................
dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2 ...............................
(7)
(8)
Rangkaian discharge penyearah yang baik adalah rangkaian yang
memiliki tegangan ripple (Vr) paling kecil. VL adalah tegangan atau
pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :
VL = VM e -T/RC .............................................
(9)
Jika persamaan (9) disubsitusi ke rumus (7), maka diperole
Vr = VM (1 - e -T/RC ) ...................................... (10)
Jika T << RC, dapat ditulis : e -T/RC 1 - T/RC ……………………….. (11)
Sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (10) dapat diperoleh persamaan yang
lebih sederhana :
Vr = VM(T/RC) ……………………………. (12)
VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan
antara beban arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr.
Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai tegangan ripple yang
diinginkan.
Vr = I T/C ......................................................... (13)
Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
23
Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka
tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin
besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan biasanya
dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik
yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz,
maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah
gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh, tentu saja frekuensi
gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan
menambahkan kapasitor pada rangkaian gambar 3.5. Bisa juga dengan
menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4
dioda seperti pada gambar 3.8 berikut ini.
Gambar 3.8 Rangkaian penyearah gelombang penuh
dengan filter C
Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang
penuh dari catu jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar
0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga rangkaian ini
memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus (13)
dibolak-balik maka diperoleh.
C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF ........................ (14)
Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang
memiliki polaritas dan tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja
kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari tegangan keluaran catu
daya. Anda barangkali sekarang paham mengapa rangkaian audio yang anda
buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu daya
yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika
Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
24
dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan
memparalel dua atau tiga buah kapasitor.
3.5
VOLTAGE REGULATOR
Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya
kecil, namun ada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka
tegangan outputnya juga akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di
atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut turun.
Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu,
sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan
keluaran ini menjadi stabil.
Regulator Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai
dengan keinginan. Oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply,
IC Regulator tegangan ini selalu dipakai untuk stabilnya outputan tegangan.
Berikut susunan kaki IC regulator tersebut :
Gambar 3.9 Susunan kaki IC regulator
Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan +5 volt,
7812 regulator tegangan +12 volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX
misalnya adalah 7905 dan 7912 yang berturut-turut adalah regulator
tegangan -5 dan -12 volt.
Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang
tegangannya dapat diatur. Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang
Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
25
dikemas dalam satu IC misalnya LM317 untuk regulator variable positif dan
LM337 untuk regulator variable negatif. Bedanya resistor R1 dan R2 ada di
luar IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal
tersebut.
Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar
3.10. Pada rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga
menghasilkan tegangan output yang sama dengan tegangan zener atau Vout
= Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih
dari 50mA.
Gambar 3.10 Regolator zener
Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator,
salah satu ciri khasnya adalah komponen regulator yang paralel dengan
beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah rentan terhadap short-circuit.
Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya tetap I
= Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan
regulator seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian pada gambar
3.11 berikut ini. Pada rangkaian ini tegangan keluarannya adalah:
Vout = VZ + VBE ...........................................
(15)
VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya
antara 0.2 - 0.7 volt tergantung dari jenis transistor yang digunakan. Dengan
mengabaikan arus IB yang mengalir pada base transistor, dapat dihitung
besar tahanan R2 yang diperlukan adalah :
R2 = (Vin - Vz)/Iz .........................................
Universitas Mercu Buana Jakarta
(16)
26
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
Gambar 3.11 Regulator zener follower
Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base
IB pada rangkaian di atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang
diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus terhadap arus IB atau
dirumuskan dengan IC = IB. Untuk keperluan itu, transistor Q1 yang
dipakai bisa diganti dengan transistor Darlington yang biasanya memiliki
nilai yang cukup besar. Dengan transistor Darlington, arus base yang
kecil bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar.
Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan OpAmp untuk men-drive transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 3.12.
Dioda zener disini tidak langsung memberi umpan ke transistor Q,
melainkan sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada
pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu :
Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout ...................................
(17)
Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan
menaik sampai tegangan ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian
sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya karena suplai arus
ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik referensi Vz
dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Opamp menjaga kestabilan :
Vin(-) = Vz ……………………………
Universitas Mercu Buana Jakarta
(18)
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
27
Gambar 3.12 Regulator dengan Op-amp
Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi
rumus (17) ke dalam rumus (16) maka diperoleh hubungan matematis :
Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz .....................................
(19)
Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1
dan R2.
Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp,
transistor dan komponen lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator
seperti di atas. Karena rangkaian semacam ini sudah dikemas menjadi satu
IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri
78XX sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX yang
merupakan regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini
biasanya sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan juga
pembatas suhu (thermal shutdown). Komponen ini hanya tiga pin dan
dengan menambah beberapa komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian
catu daya yang teregulasi dengan baik
Universitas Mercu Buana Jakarta
28
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
Gambar 3.13 Regulator dengan IC 78XX / 79XX
Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC
tersebut bisa bekerja, tegangan input harus lebih besar dari tegangan output
regulatornya. Biasanya perbedaan tegangan Vin terhadap Vout yang
direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen tersebut. Pemakaian
heatshink (aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai
untuk men-catu arus yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini
maksimum bisa dilewati arus mencapai 1A.
3.6
Integrated Circuit
Sirkuit terintegrasi atau yang biasa juga disebut sebagai IC merupakan
komponen elektronika yang terbuat dari kumpulan puluhan, ratusan, hingga
ribuan transistor, resistor, diode dan komponen elektronika lainnya.
Kumpulan
komponen-komponen
tersebut
dikemas
dengan
kompak
sedemikian rupa hingga ukurannya tidak terlalu besar. IC dibuat untuk
memiliki fungsi tertentu, misalnya seperti penguat audio (audio amplifier),
regulator tegangan, penerima gelombang radio, dan lain sebagainya.
Sirkuit terintegrasi pada umumnya memiliki jumlah kaki lebih dari
tiga buah. Lalu bagaimana mengidentifikasi kaki pertama, kedua, ketiga,
dan seterusnya pada sebuah sirkuit terintegrasi / IC. Caranya adalah dengan
melihat tanda–tanda khusus yang diberikan pada sebuah IC, tanda khusus
ini bisa berupa titik, logo perusahaan, lengkungan, dan lain sebagainya.
Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
29
3.6.1 IC 40106
IC 40106 adalah CMOS schimit trigger gerbang NOT, IC 40106
mempunyai persamaan dengan 74C14, 40016, dan 74HC14. Komponen ini
berisikan 6 CMOS schimit trigger yang masing – masing berdiri sendiri,
yang kesemuanya adalah fungsi Boolean Y=Not (A). Schimit trigger
berfungsi untuk membuat sinyal sinus atau sinyal tidak beraturan menjadi
sinyal kotak.
Gambar 3.14 Sinyal Masukan dan Sinyal keluaran Schimitt Trigger 40106
Diasumsikan kondisi pertama input sinyal dimulai dari di bawah VL
(2,2V), selama sinyal input belum mencapai VT (3.0V) input gerbang
berlogika “0” dan output berlogika “1”. Bila kemudian sinyal mencapai VT
(3.0V)input gerbang beralaih dari logika “0” menjadi logika “1” dan output
secara cepat beralih dari logika “1” ke logika “0”. Pada saat ini perubahan
sinyal input tidak akan mempengaruhi output bila sinyal input tidak turun
sampai VL (2,2V). Bila sinyal input turun sampai VL (2,2V), input gerbang
berubah menjadi logika “0” dan output secara cepat berubah dari “1” ke “0”.
Perubahan sinyal input tidak akan mempengaruhi output bila sinyal input
tidak mencapai VT (3.0V).
Hal inilah yang membuat schimitt trigger dapat merubah sinyal tidak
beraturan menjadi gelombang kotak yang beraturan sesuai dengan VT dan
VL schimitt trigger tersebut.
Universitas Mercu Buana Jakarta
30
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
Tabel 3.1 Tabel kebenaran 40106
(a)
(b)
Gambar 3.15 Diagram Block IC 40106
3.6.2 IC NE555
IC NE555 yang mempunyai 8 pin (kaki) ini merupakan salah satu
komponen elektronika yang cukup terkenal, sederhana, serba guna dengan
ukurannya yang kurang dari 1/2 cm3 dan harganya di pasaran sangat murah.
Pada dasarnya aplikasi utama IC NE555 ini digunakan sebagai Timer
(Pewaktu) dengan operasi rangkaian monostable dan Pulse Generator
(Pembangkit Pulsa) dengan operasi rangkaian astable. Selain itu, dapat juga
digunakan sebagai Time Delay Generator dan Sequential Timing.
Gambar 3.16 Konfigurasi Pin IC NE555
Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
31
Fungsi masing-masing pin IC 555 :
Pin 1(Ground). Pin input dari sumber tegangan DC paling negative. Pin ini
merupakan titik referensi untuk seluruh sinyal dan tegangan pada rangkaian
555, baik rangkaian intenal maupun rangkaian eksternalnya.
Pin 2(Trigger). Input negative dari lower komparator (komparator B) yang
menjaga osilasi tegangan terendah kapasitor pada 1/3 Vcc dan mengatur RS
flip-flop
Pin 3(Output). Pin keluaran dari IC 555. Output mempunyai 2 keadaan,
yaitu High dan Low
Pin 4(Reset). Pin yang berfungsi untuk me reset latch didalam IC yang akan
berpengaruh untuk me-reset kerja IC. Pin ini tersambung ke suatu gate
(gerbang) transistor bertipe PNP, jadi transistor akan aktif jika diberi logika
low. Biasanya pin ini langsung dihubungkan ke Vcc agar tidak terjadi reset
Pin 5(Voltage Control). Pin ini berfungsi untuk mengatur kestabilan
tegangan referensi input negative (komparator A). pin ini bisa dibiarkan
tergantung (diabaikan), tetapi untuk menjamin kestabilan referensi
komparator A, biasanya dihubungkan dengan kapasitor berorde sekitar 10
nF ke pin ground
Pin 6(Threshold). Pin ini terhubung ke input positif (komparator A) yang
akan me-reset RS flip-flop ketika tegangan pada pin ini mulai melebihi 2/3
Vcc
Pin 7(Discharge). Pin ini terhubung ke open collector transistor internal
(Tr) yang emitternya terhubung ke ground. Switching transistor ini
berfungsi untuk meng-clamp node yang sesuai ke ground pada timing
tertentu
Pin 8 (Vcc). Pin ini untuk menerima supply DC voltage. Biasanya akan
bekerja optimal jika diberi 5V s/d 15V. Supply arusnya dapat dilihat di
datasheet, yaitu sekitar 10mA s/d 15mA.
Universitas Mercu Buana Jakarta
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
32
Gambar 3.17 Rangkaian IC NE555
3.6.3 IC 4066
Pengunaan IC ini digunakan sebagai fungsi switch, dan IC ini
merupakan IC yang berfungsi untuk switch transmisi atau multiplexing
sinyal Analog mupun sinyal Digital. IC ini mempunyai kemampuan switch
antara crosstalk sebesar 50dB dan frekunsi nya 0.9 Mhz. Resitansi dari IC
ini memiliki keadan tetap pada saat signal-input range nya dalam keadan
penuh.
Gambar 3.18 Rangkaian IC 4066
IC 4066 ini memiliki 4 switch elektronik didalamnya, dan switch
didalamnya memiliki fungsi yang sama, untuk tiap switch memiliki pin
control yang berbeda, untuk melewatkan sinyal pada switch A terdapat
pada pin 13, switch B terdapat pada pin 5, switch C terdapat pada pin 6 dan
switch D terdapat pada pin 12. Konfigurasi pin lebih jelasnya terdapat pada
gambar 3.19.
Universitas Mercu Buana Jakarta
33
BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA
Pin-pin kontrol yang dijelaskan diatas merupakan pin-pin yang akan
mengaktifkan switch yang mana akan digunakan untuk memutus dan
menyambungkan jalur. Cara melakukan switch adalah apabila pin kontrol
diberi masukan low maka jalur in dan out tidak tersambung dan sebaliknya
apabila diberi high maka jalur in dan out tersambung.
(a)
(b)
Gambar 3.19 (a) Block Diagram IC 4066
(b) Konfigurasi Pin IC 4066
Universitas Mercu Buana Jakarta
Download