SAP MANAJEMEN PENDIDIKAN Nama Mata Kuliah Kode / Jumlah SKS Semester Syarat/Kosyarat Dosen : : : : : Manajemen Pendidikan 3 Sks 1 Prof. Dr. Slameto, M.Pd TUJUAN Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu menguasai kemampuan teoritik tentang manajemen pendidikan di satuan pendidikan formal maupun non formal; Dengan demikian mahasiswa mampu: 1. Menganalisis masalah dan memberi solusi yang terkait dengan penentuan kebijakan dan pengelolaan pendidikan pada tingkat makro, messo, dan mikro. 2. Berkontribusi dalam upaya perbaikan dan peningkatan kinerja organisasi berdasarkan prinsip dasar bidang kajian ilmu manajemen pendidikan. 3. Membuat keputusan-keputusan strategik berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kajian teoritis dan empiris atau kontekstual. 4. Berkontribusi dalam pengembangan keilmuan melalui penelitian dengan pendekatan interdisipliner/multidisiplin menghasilkan karya ilmiah yang diakui secara nasional dan atau internasional. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata kuliah ini membahas konsep dasar, teori, prinsip, ruang lingkup, proses dan aspek manajemen pendidikan. Cakupan bahasan mata kuliah ini adalah: 1. Konsep dasar manajemen pendidikan: pengertian administrasi, organisasi dan manajemen pendidikan, hakikat, peran, fungsi dan ruang lingkup manajemen pendidikan, manajemen sebagai sistem 2. Falsafah dan tori manajemen pendidikan: falsafah manajemen, berbagai pendekatan dalam manajemen pendidikan: klasik, neo klasik dan modern, perkembangan teori manajemen 3. Standar pengelolaan dalam sistem pendidikan nasional 4. Manajemen sebagai proses penerapan fungsi-fungsi manajemen: planning, organizing, staffing, actuiting/ kepemimpinan, dan controlling 5. Bidang garapan dalam manajemen pendidikan: kurikulum atau program pendidikan, kesiswaan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana pendidikan, keuangan dan pembiayaan, manajemen sistem informasi pendidikan. 6. Kepemimpinan dalam organisasi 7. Supervisi Pendidikan 8. Teknik dan alat manajemen: pemanfaatanya dalam menghadapi perubahan, pengambilan keputusan dan untuk meningkatkan kinerja PENDEKATAN PEMBELAJARAN Pokok bahasan untuk setiap pertemuan disusun sebagaimana jadwal terlampir. Mahasiswa diharapkan telah membaca bahan yang telah ditentukan sebelum mengikuti perkuliahan. Dengan demikian mahasiswa akan siap dan dapat mengikuti kuliah dengan lebih efektif dan kontributif. Untuk mencapai tujuan perkuliahan, kegiatan perkuliahan ini lebih dikonsentrasikan pada peningkatan kemampuan belajar mandiri secara individual dalam mengikuti: ceramah, diskusi kelompok, serta analisis kasus, problem solving sehingga lebih siap dalam pembuatan tugas individu dan kelompok; Media yang digunakan dalam perkuliahan ini adalah: whiteboard, lcd, komputer, buku/materi wajib, tesis dan pedoman penulisan tesis, serta pedoman membuat kajian kritis dan best practice. Tugas individu adalah melakukan Kajian kritis atas hasil penelitian terpublikasi dalam bidang manajemen pendidikan yang sesuai ruang lingkup kajian manajemen pendidikan (contoh kajian kritis dan laporan best practise disediakan). Tugas kelompok adalah melakukan analisis praktek manajemen yang berhasil baik/good atau best; bisa hanya pada salah satu aspek manajemen atau keseluruhan manajemen di sekolah atau luar sekolah dalam menerapkan salah satu teori atau pendekatan manajemen. EVALUASI Keberhasilan mahasiswa dalam perkuliahan ini ditentukan oleh prestasi yang bersangkutan dalam: partisipasi kegiatan kelas, pembuatan dan penyajian tugas kelompok, tugas individual dan tas (20%, 30% dan 50%); tes akhir semester diselenggarakan pada akhir semester sesuai jadwal; pada tahun ini yaitu minggu ke 2 Bulan April 2014. RINCIAN MATERI DAN PERTEMUAN Pertemuan 1 Pertemuan 2-4 Pertemuan 4-5 Pertemuan 6 Pertemuan 7-8 Pertemuan 9 Pertemuan 10-11 : Orientasi Perkuliahan: Tujuan, GBPP dan SAP, Strategi perkuliahan, Tagihan/sistem penilaian sumber : Konsep dasar manajemen pendidikan: pengertian administrasi, organisasi dan manajemen pendidikan, hakikat, peran, fungsi dan ruang lingkup manajemen pendidikan, manajemen sebagai sistem : Falsafah dan tori manajemen pendidikan: falsafah manajemen, berbagai pendekatan dalam manajemen pendidikan: klasik, neo klasik dan modern, perkembangan teori manajemen : Standar pengelolaan dalam sistem pendidikan nasional : Manajemen sebagai proses penerapan fungsi-fungsi manajemen: planning, organizing, staffing, actuiting/ kepemimpinan, dan controlling : Tagihan tugas individual : Bidang garapan dalam manajemen pendidikan: kurikulum atau program pendidikan, kesiswaan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana pendidikan, keuangan dan pembiayaan, manajemen sistem informasi pendidikan, dll. Pertemuan 12 : Kepemimpinan dalam organisasi Pertemuan 13 : Supervisi Pendidikan Pertemuan 14 : Teknik dan alat manajemen: pemanfaatanya dalam menghadapi perubahan, pengambilan keputusan dan untuk meningkatkan kinerja Pertemuan 15 Pertemuan 16 : Tagihan tugas kelompok dan refleksi. : TAS. SUMBER Duke, Daniel l. & Canady R.L., 1991, Schooling Policy, New York; McGraw-Hill. Inc. Frans Mardi Hartono, 2009, Paradigma Baru Manajemen Indonesia, Bandung; Mizan Hoy. W.K. & Miskel, C.G., 2008, Educational Administration, (Theory, research, and Practice), New York ; McGraw Hill Higher Educational Lunenburg, F.C. & Irby, B.J., 2006 The Principalship, (Vision to Actiona), USA: Wadswoth Cengage Learning Macgilchrist, Barbara, etc. 2004, The Intelegent School, New Delhi; Sage Publication Nanang Fattah, 2009, Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung; PT. Remaja Rosda Karya Nanang Fattah, 2009, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung; PT. Remaja Rosda Karya Razikta & Swanson A.D. 1995, Fundamental Concepts Of Educational Leadership And Managemen, New Jersey: Merril an inprint of Prentice hall, Englewood Cliffs Rivai, V. dan Murni, S. 2009. Education Management: Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada Scheerens, Jaap, 1992, Effective Schooling, (Research, Theory and Practice), London; British Library Cataloguing in Publication Data Silver harold, 1994, Good Schools, Effective Schools, London; british Library Cataloguing in Publication Data Thomas, J. Alan, 1971, The Productive School, USA; John Wiley & Sons, Inc. Sumber-dumber lain yang relevan, seperti jurnal dan artikel dari internet Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Oleh Slameto Manajemen Pendidikan Proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok yg minimal mencakup: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi. Manajemen pendidikan sama artinya dengan administrasi pendidikan Manajemen Pendidikan Memiliki berbagai kegiatan yg kompleks & saling berhubungan. Merupakan sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pelayanan pendidikan melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan koordinasi personil, penciptaan iklim oorganisasi yang kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa depan. Serangkaian kegiatan bersama atau keseluruhan proses pengendalian usaha atas kerjasama sekelompok orang dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara terencana dan sistematis, yang diselenggarakan pada suatu lingkungan tertentu. Manajemen Pendidikan Suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama. Penataan mengandung makna: mengatur, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan. Sumber daya terdiri dari sumber daya manusia (peserta didik, pendidik, dan pemakai jasa pendidikan), sumber belajar dan kurikulum (segala sesuatu yang disediakan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan), serta fasilitas (peralatan, barang, dan keuangan yang menunjang kemungkinan terjadinya pendidikan). Tujuan pendidikan yang produktif berupa prestasi yang efektif dan susana atau proses yang efisien, sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang produktif dapat dilihat dari sudut administratif psikologis dan ekonomis. Manajemen Pendidikan Pada hakekatnya menyangkut tujuan pendidikan, manusia yang melakukan kerjasama, proses sistemik dan sistematik, serta sumbersumber-sumber yang didayagunakan. Merupakan suatu cabang ilmu manajemen yang mempelajari penataan sumber daya manusia, kurikulum, fasilitas, sumber belajar dan dana, serta upaya mencapai tujuan lembaga secara dinamis. Berimplikasi terhadap aspekaspek-aspek yang terkait dengan lingkungan pendidikan, baik secara makro, messo maupun mikro untuk mencapai tujuan. Proses manajemen pendidikan memerlukan berbagai pendekatan untuk mencapai tujuan, diantaranya adalah pendekatan sistem, dan pendekatan terpadu. Pendekatan sistem mempelajari manajemen dari sudut sistem, sub sistem, dan komponen sistem, dengan penekanan pada interaksi antar komponen didalamnya, sedangkan pendekatan manajemen terpadu dilandasi oleh norma dan keadaan yang berlaku, menelaah kemasa silam, serta berorientasi ke masa depan secara cermat. Pengertian Administrasi Administrasi Pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan penintegrasian segala sesuatu baik personal , spiritual dan material yang bdersangkut paut dengan tercapainya tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan adalah suatu proses keseleruhan kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan , pengorganisasian ,pengarahan , pengkoordinasiaan, pengawasan, pembiyaan dan pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersdia , baik opersonal , material maupun sepritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efesien dan efektif. Pengertian Administrasi Adminitrasi pendidikan adalah suatu cara bekerja dengan orang –orang dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif , yang berarti mendatangkan hasil yang baik dan tepat , sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan.atau administrasi pendidikan adalah semua kegiatan sekolah yang meliputi usahausaha -usaha besar seperti perumusan polis, pengarahan usaha , koordinasi, konsultasi, korespondensi, control dan seterusnya , sampai kepada usahausaha-usaha kecil dan sederhana seperti menjaga sekolah , menyapu halaman dan lain sebagainya . Pengertian Administrasi a. Bahwa seluruh administrasi pendidikan itu merupakan proses keseluruhan dan kegiatankegiatan-kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh semua pihak yang ada sangkut pautnya dengan tugastugas-tugas pendidikan. b. Bahwa administrasi pendidikan itu mencakup kegiatankegiatan kegiatan yang luas yang meliputi kegiatan perencanaan , pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan , khususnya dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan di sekolahsekolah-sekolah. c. Bahwa administrasi pendidikan itu bukan hanya sekedar kegiatan tata usaha seperti dilakukan di kantorkantor -kantor , inspeksi pendidikan lainnya. Pengertian Organisasi Pada dasarnya organisasi adalah tempat atau wadah dimana orangorang-orang berkumpul, kerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (sumber daya seperti uang, material, mesin, metode, lingkungan), saranasarana-parasarana, data data,, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi Tata Kerja Tata Kerja adalah cara dimana yang bertujuan untuk mencapai tingkat efesien dan maksimal dengan cara melaksanakan suatu pekerjaan dengan benar dan berhasil sesuai dengan apa yang telah direncanakan. PENGERTIAN MANAJEMEN Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur." Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal Pengertian manajemen 1. Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal Manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebbagai suatu ilmu menekankan perhatian kepada ketrampilan dan kemampun manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/ketrampilan teknikal,manusiawi dan konsepsual. 2. Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang sitematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen. 3. Manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (Style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lin untuk mencapai tujuan. Hubungan Manajemen dan Organisasi Manajemen dan Organisasi memiliki hubungan yang erat, untuk mencapai suatu tujuan maka dibutuhkan kerja team team,, ibaratkan di suatu perusahaan seorang manajer membagikan tugas kepada anggota team nya yang terdiri dari 10 orang, 2 orang pertama mempunyai tugas menulis, 2 orang berikutnya mempunyai tugas mengedit, 2 orang selanjutnya mempunyai tugas memposting dan begitu selanjutnya, hingga menjadikan kerja sama team yang solid antara manajer dan organisasi. Hubungan Manajemen dan Tata Kerja Manajemen dan Tata Kerja merupakan faktor utama dalam tercapainya target, seperti manajemen yang teroganisir dan tata kerja yang terencana dengan baik akan mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai target yang ditetapkan. Hubungan Manajemen, Organisasi dan Tata Kerja Hal ini tentang bagaimana caranya seorang manager memanajemen bawahannya melalui beberapa proses perancaan, seperti yang dikatakan Mary Parker Follet manajer harus mempersiapkan proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya. Lalu sekarang pembagian tugas yang diberikan ke organisasi, untuk mendapatkan hasil yang baik dengan cara bekerja sama, dan perencanaan tata kerja harus mencapai tingkat efesien dan maksimal. PERBEDAAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN Dalam Bahasa Inggris kata Administrasi dan Manajemen digunakan dalam konteks dan beberapa variasi pengertian. Dalam beberapa konteks keduanya mempunyai persamaan arti dengan kandungan makna to control yang berarti mengatur dan mengurus. Dalam kamus Hornby (1984) kata administration diartikan sebagai management of affairs (pengelolaan urusan), dan kata management diartikan sebagai control atau handle (mengatur atau mengurus), sedangkan Sutisna menyatakan bahwa administrasi sama artinya dengan manajemen, tetapi di bidang pendidikan, pemerintahan, rumah sakit dan kemiliteran umumnya dipakai istilah admistrasi sedangkan di bidang industri dan perusahaan menggunakan istilah manajemen (Sutisna dalam Usman, 2006:4) PERBEDAAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN Dengan mengesampingkan propro-kontra perbedaan antara administrasi dan manajemen, yang jelas keduanya mengacu kepada bagaimana mengelola suatu urusan (affairs). Bertolak dari pengertian di atas, maka penulis menggunakan istilah manajemen. Oleh karena yang dikelola adalah urusan pendidikan, maka dikenal istilah Manajemen Pendidikan. Pengertian Manajemen Pendidikan Suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengkomonikasian, pemotivasian, penggangaran, pengendalian, pengawasan, penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas. Rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pengertian Manajemen Pendidikan Kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien. Dilakukan Manajemen agar pelaksanaan suatu usaha pendidikan terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan efisien. Manajemen Pendidikan 1 Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan bagi manusia. 2 Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar--besarnya ; sebesar Tujuan kegiatan pendidikan ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu bangsa. Manajemen Pendidikan 3 Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang harmonis tanpa mengorbankan unsurunsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan pendidikan itu. 4 Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dalam hal ini meliputi tujuan yang bersifat umum (skala tujuan umum) dan yang diemban oleh tiaptiap-tiap organisasi pendidikan (skala tujuan khusus). 5 Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara efektif dan efisien. Fungsi manajemen 1. Perencanaan (Planning) Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, dan penyusunan strategi, kebijaksanaan, program, dan lainlain-lain. 2. Pengorganisasian (Organizing) Penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, menyusun organisasi atau kelompok kerja, penugasan wewenang dan tanggungjawab serta koordinasi. 3. Pengarahan (Actuating) Motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk mengarahkan karyawan mengerjakan sesuatu yang ditugaskan padanya. 4. Pengawasan (Controlling) Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan tindakan korektif 1. Fungsi dari Perencanaan a. Menjelaskan dan merinci dan tujuan yang ingin dicapai memberikan pegangan dan menetapkan kegiatankegiatan -kegiatan yang harus dilakukan untuk tujuan tersebut. b. Organisasi menperoleh standar sumber daya terbaik dan mendayagunakannya sesuai tugas pokok fungsiyang telah ditetapkan menjadi rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktivitas yang konsisten prosedur dan tujuan. c. Memberikan batas kewenangan dan tanggung jawab bagi seluruh pelaksana. d. Memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensip sehingga bisa menemukan dan memperbaiki kepemimpinan secara dini. e. Memungkinkan untuk terpeliharanya persesuain antara kegiatan internal dengan situas eksternal f. Menghindari pemborosan. 2. Fungsi Pengorganisasian Pengorganisasian sangat penting dalam manajemen karena membuat posisi orang jelas dalam struktur dan pekerjaannya dan melalui pemilihan, pengalokasian dan pendistribusian kerja yang profesional dan organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 3. Fungsi Pengarahan Pemimpin lebih menekankan pada upaya mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. 4. Fungsi Pengawasan Fungsi Pengawasan Mencakup Empat Unsur: Agar tenaga atau karyawan pada lembaga mampu mengemban tugas atau fungsinya masingmasing-masing maka harus dilakukan suatu pengawasan. Langkah--langkah dalam melakukakan pengawasan, yaitu Langkah Menetapan standard pelaksanaan, b. Mengukur performa aktual. c. Pengukuran pelaksaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, d. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar. a. Manajemen dalam sistem pendidikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang garapan garapan garapan garapan garapan garapan garapan peserta didik tenaga kependidikan. kurikulum sarana prasana keuangan kemitraan kepada masyarakat bimbingan dan pelayanan khusus. 6 langkah manajemen pendidikan 1. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalahmasalah-masalah. 2. Mengumpulkan berbagai pemecahan masalah dan mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah. 3. Memilih atau menentukan strategi pemecahan masalah dan perangkat yang memungkinkan dari berbagai alternatif tadi. 4. Melaksanakan strategi pemecahan masalah. Termasuk di dalamnya manajemen dan kontrol strategi dan perangkat yang dipilih. 5. Mengevaluasi proses pelaksanaan strategi (efektivitas). 6. Merevisi berbagai langkah atau bagian strategi yang salah atau kurang tepat atau yang memungkinkan pencapaian tujuan meleset. Sehingga pendidikan menjadi responsif, efektif dan efisien. Tujuan Manajemen Pendidikan Dilakukan Manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan efisien. TUJUAN MANAJEMEN Efektivitas Pertama, tujuan manajemen itu diupayakan dalam rangka mencapai efektivitas. Suatu program kerja dikatakan efektif apabila program kerja tersebut dapat mencapai tujuan, yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, tujuan diterapkannya manajemen pada sebuah program adalah agar program tersebut dapat mencapai tujuan. TUJUAN MANAJEMEN Efisiensi Kedua, manajemen itu dilakukan dalam rangka mencapai efisiensi dalam pelaksanaan setiap program. a. Efisisiensi ditinjau dari usaha/pelaksana program Apabila dari segi pelaksanaan, sebuah program dapat dikatak efisien apabila hasilnya dapat dicapai melalui upaya yang sekecilsekecil kecilnya dan sehematsehemat-hematnya. Upaya yang dimaksudkan adalah dalam penggunaan komponen seperti, tenaga, waktu pelaksanaan, sarana dan prasarana serta keuangan. b. Efisiensi ditinjau dari hasil program Ditinjau dari segi hasil, penyelenggaraan sebuah program dapat dikatakan efisien apabila dengan usaha tertentu memperoleh hasil yang sebanyaksebanyak- banyaknya. Upaya yang dimaksudkan adalah dalam penggunaan komponen seperti, tenaga, waktu pelaksanaan, sarana dan prasarana serta keuangan. TUJUAN MANAJEMEN Produktivitas Adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh(output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan(input) produktivitas dapat dinyatakan secara kaulitas maupun kuantitas. TUJUAN MANAJEMEN Kualitas Menunjukan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan/jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangan objektiv atas bobot dan/atau kinerja (Pfeffer end Coote, 1991). Jasa atau produk tersebut harus menyamai atau melebihi kebutuhan atau harapan pelangannya. TUJUAN DAN MANFAAT MANAJEMEN PENDIDIKAN 1) 2) 3) 4) 5) Mengetahui permasalahan dalam pendidikan Menyusun rencana dan merumuskan tujuan Mengidentifikasi kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dalam perencanaan Sebagai acuan dalam penetapan anggaran pendidikan Sebagai alat pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan Batasan Manajemen Manajemen Sebagai ILMU Suatu bidang Ilmu Pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini bermanfaat bagi kemanusiaan. Manajemen Sebagai SENI Management adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal, demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal bagi pimpinan maupun pekerja serta memberikan pelayanan yang sebagaik mungkin kepada masyarakat. Manajemen sebagai PROFESI Manajemen sebagai Profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang dilakukan oleh orang--orang yang memiliki keahlian dan ketrampilan sebagai kader, pemimpin atau orang ‘manajer’ pada suatu organisasi atau perusahaan tertentu. Manajemen sebagai PROSES Management adalah proses yang khas terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dimana dalam masing2 bidang tersebut digunakan ilmu pengetahuan & keahlian yang diikuti secara berurutan dalam usaha mencapai sasaran & tujuan yang telah ditetapkan. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan Pengantar Manajemen pendidikan secara umum memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada manajemen sekolah sekolah.. Manajemen pendidikan tidak hanya menyangkut penataan pendidikan formal (sekolah (sekolah,, madrasah dan perguruan tinggi tinggi), ), tetapi juga pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal nonformal,, Secara garis besar dapat dubagi menjadi dua kegiatan kegiatan.. Pertama, manajemen administrative Pertama, administrative.. Bidang kegiatan ini disebut juga management of administrative function, yakni kegiatan kegiatan--kegiatan yang bertujuan mengarahkan agar semua orang dalam organisasi /kelompok kerja sama mengerjakan hal hal--hal yang tepat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dicapai.. Kedua, manajemen operatif Kedua, operatif.. Bidang kegiatan ini di sebut juga managemen of operative function, yakni kegiatan kegiatan--kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan membina agar semua orang yang melaksanakan pekerjaannya yang menjadi tugas masing masing--masing dapat dengan tepat dan benar benar.. Skopa/Bidang Manj. Pendidikan Manajemen administratif, dan operasional. Bidang manajemen administratif memfokuskan pada kegiatan perencanaan, organisasi, bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan serta komunikasi. Bidang manajemen operasional memfokuskan pada kegiatan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan hubungan sekolah dengan masyarakat. Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, dan nampak dalam kegiatan manajemen operasional melalui kegiatan administratif. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan Manajemen merupakan koordinasi kegiatan dalam organisasi pendidikan, 2. Manajemen merupakan alat untuk tnengenai tujuan organisasi pendidikan, 3. Manajemen menyertakan banyak orang dalam proses pendidikan seperti: peserta didik, guru, pegawai tata usaha, dan orang tua murid, dan 4. Partisipasi guru dan orang lain dalam organisasi pendidikan. 1. Lingkup tugas kewajiban manager sekolah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Menetapkan tujuantujuan-tujuan, Membuat kebijaksanaan, Menentukan perananperanan-peranan, Mengkoordinasikan fungsifungsi-fungsi manajemen, Menganalisis efektifitas, Menggunakan sumbersumber-sumber pendidikan dari masyarakat, Bekerja dengan kepemimpinan untuk meningkatkan perbaikan dalam pendidikan Melibatkan orangorang-orang, Melakukan komunikasi. Ruang Lingkup Menajemen Pendidikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Manajemen kurikulum Manajemen ketenagaan pendidikan Manajemen peserta didik Manajemen sarana dan prasarana pendidikan Manajemen keuangan keuangan//pembiayaan pendidikan Manajemen//administrasi perkantoran Manajemen Manajemen unit unit--unit penunjang pendidikan pendidikan,, Manejemen layanan khusus pendidikan Manajemen tata lingkungan dan keamanan sekolah 10. Manejemen hubungan dengan masyarakat 1. Manajemen kurikulum Manajemen kurikulum kurikulum,, meliputi perencanaan perencanaan,, pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan tentang pendataan mata pelajaran//mata kuliah yang pelajaran diajarkan//dipasarkan diajarkan dipasarkan,, waktu jam yang tesedia,, jumlag guru beserta pembagian jam tesedia pelajaran,, jumlah kelas pelajaran kelas,, penjadwalan penjadwalan,, kegiatan belajar belajar--mengajar mengajar,, buku buku--buku yang dibutuhkan,, program semester, evaluasi dibutuhkan evaluasi,, program tahunan tahunan,, kelender pendidikan pendidikan,, perubahan kurikulum maupun inovasi inovasi--inovasi dalam pengembangan kurikulum kurikulum.. 1. Manajemen kurikulum 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mempesiapkan perumusan, tujuantujuan-tujuan kurikulum Mempersiapkan penentuan isi dan organisasi kurikulum, Menghubungkan kurikulum dengan waktu, fasilitas fisik dan personil yang tersedia, Mempersiapkan bahan, sumber, dan perlengkapan bagi program pengajaran, Mempersiapkan program supervisi pengajaran, Mempersiapkan program pendidikan dalam jabatan bagi para guru 2. Manajemen ketenagaan pendidikan Manajemen ketenagaan pendidikan (kepegawwaian kepegawwaian), ), meliputi perencanaan perencanaan,, pengorganisasian,, pelaksanaan pengorganisasian pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi kegiatan penerimaan pegawai baru baru,, mutasi mutasi,, surat keputusan,, surat tugas keputusan tugas,, berkas berkas--berkas tenaga kependidikan kependidikan,, daftar umum kepegawaian,, upaya peningkatan SDM kepegawaian serta kinerja pegawai pegawai,, dan sebagainya sebagainya.. 2. Manajemen ketenagaan pendidikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mempersiapkan rumusan kebijaksanaan personil,, personil Mempersiapkan pengambilan (recrutment recrutment)) personil,, personil Memilih dan menugasi personil personil,, Meningkatkan kesejahteraan personil Mengembangkan sistem pencatatan sipil sipil,, Mendorong dan menyediakan kesempatan bagi pertumbuhan propesional personil personil.. 3. Manajemen peserta didik Manajemen peserta didik didik,, meliputi perencanaan,, pengorganisasian perencanaan pengorganisasian,, pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan penggalangan penerimaan siswa baru,, pelaksanaan tes penerimaan siswa baru baru,, penempatan dan pembagian kelas baru kelas,, kegiatan--kegiatan kesiswaan kegiatan kesiswaan,, motivasi dan upaya peningkatan kualitas lulusan dan sebagainya.. sebagainya 3. Manajemen peserta didik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Merintis dan memelihara sistem penghitungan dan kehadiran peserta didik Mempersiapkan program orientasi bagi para peserta didik Mempersiapkan program bimbingan dan penyuluhan Mempersiapkan pelayanan kesehatan Mempersiapkan pelayanan administrasi peserta didik Mempersiapkan pelayanan informasi tentang pekerjaan dan pendidikan Mempersiapkan pelayanan penempatan pekerja dan pelayanan lanjutan bagi peserta didik Mengatur prosedur penilaian dan interpretasi pertumbuhan peserta didik secara konstinue Mengatur tata disiplin peserta didik dan Mengembangkan dan mengkoordinasikan program kegiatan murid 4. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan Manajemen sarana dan prasarana pendidikan,, meliputi perencanaan pendidikan perencanaan,, pengorganisasian,, pelaksanaan pengorganisasian pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi kegiatan pengadaan barang pembagian dan penggunaan barang (inventaris inventaris), ), perbaikan barang barang,, dan tukar tambah maupun penghapusan barang barang.. 4. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan Menentukan kebutuhan akan fasilitas fisik sekolah dan sumbersumber-sumber yang dapat dikerahkan untuk memenuhi kebutuhan itu, 2. Menyusun rencana yang konprehensif bagi pertumbuhan dan peningkatan fasilitas fisik sekolah 3. Melaksanakan rencanarencana-rencana bagai pertumbuhan dan peningkatan fisik sekolah 4. Menyusun program pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas fisik sekolah yang efisien. 1. 5. Manajemen keuangan keuangan/ / pembiayaan pendidikan Manajemen keuangan keuangan// pembiayaan pendidikan,, meliputi perencanaan pendidikan perencanaan,, pengorganisasian,, pelaksanaan pengorganisasian pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi kegiatan masuk dan keluarnya dana dana,, usaha usaha--usaha menggali sumber pendanaan sekolah seperti kegiatan koperasi serta penggunaan dana secara efisien efisien.. 5. Manajemen keuangan keuangan/ / pembiayaan pendidikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Mengatur personil tata usaha Menentukan sumber keuangan sekolah Mengatur gaji personil Mempersiapkan anggaran pembiayaan sekolah, Mengelola pembelanjaan modal dan penyelesaian piutang, Mengelola pembelian sekolah Mempertanggung jawabkan keuangan sekolah Mempertanggungjawabkan harta kekayaan sekolah Menyediakan program asumsi sekolah Menyediakan sistempertanggung jawaban intern. 6. Manajemen Manajemen/ / administrasi perkantoran Manajemen/administrasi perkantoran Manajemen/ perkantoran,, meliputi perencanaan perencanaan,, pengorganisasian pengorganisasian,, pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan kantor agar memberikan pelayanan yang terbaik kepada semua orang yang membutuhkan serta berhubungan dengan kegiatan lembaga lembaga.. 7. Manajemen unit unit--unit penunjang pendidikan Manajemen unit unit--unit penunjang pendidikan,, meliputi perencanaan pendidikan perencanaan,, pengorganisasian,, pelaksanaan pengorganisasian pelaksanaan,, pengawasan ddan evaluasi kegiatan unit unit-unit penunjang penunjang,, misalnya bimbingan dan konseling (BK), perpustakaan perpustakaan,, UKS, pramuka,, olahraga pramuka olahraga,, kesenian kesenian,, dan sebagainya.. sebagainya 8. Manejemen layanan khusus pendidikan Manejemen layanan khusus pendidikan pendidikan,, meliputi perencanaan perencanaan,, pengorganisasian pengorganisasian,, pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pelayanan khusus khusus,, misalnya menu makanan makanan//konsumsi konsumsi,, layanan antar jemput,, bimbingan khusus di rumah jemput rumah,, dan sebagainya.. sebagainya 9. Manajemen tata lingkungan dan keamanan sekolah Manajemen tata lingkungan dan keamanan sekolah meliputi perencanaan perencanaan,, pengorganisasian,, pelaksanaan pengorganisasian pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi tata ruang pertamanan sekolah sekolah,, kebersihan dan ketertiban sekolah sekolah,, serta keamanan dan kenyamanan lingkungan sekolah sekolah.. 10. Manejemen hubungan dengan masyarakat Manejemen hubungan dengan masyarakat,, meliputi perencanaan masyarakat perencanaan,, pengorganisasian,, pelaksanaan pengorganisasian pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi kegiatan hubungan masyarakat masyarakat,, misalnya pendataan alamat kantor kantor//orang yang dianggap perlu perlu,, hasil kerjasama kerjasama,, programprogramprogran humas humas,, dan sebagainya sebagainya.. 10. Manejemen hubungan dengan masyarakat 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pembangunan hubungan kerja dengan lembagalembaga-lembaga setempat untuk menyediakan pelayanan yang diperlukan oleh sistem sekolah Bekerja dengan dewan pendidikan dalam merumuskan kebijakan dan rencanarencana-rencana sekolah Menugasi unitunit-unit operasional yang sesuai pada sistem sekolah, Mengembangkan organisasi personil untuk melaksanakan tujuan--tujuan program sekolah tujuan Mengatur kelompokkelompok-kelompok profesional dan orangorang-orang yang bukan ahli guna pertisipasi dalam perencanaan pendidikan dan kegiatan pendidikan Mengatur kelompokkelompok-kelompok profesional dan orangorang-orang yang bukan ahli guna pertisipasi dalam perencanaan pendidikan dan kegiatan pendidikan lainnya. Lingkup manajemen sesuai prosesnya 1. Forecasting 2. Planning (Perencanaan (Perencanaan)) 3. Decision Making (Pengambilan (Pengambilan Keputusan)) Keputusan 4. Budgeting (Penganggaran (Penganggaran)) 5. Staffing (Pengisian (Pengisian Staff) 6. Pelaksanaan 7. Controlling (Pengawasan (Pengawasan)) 8. Evaluasi 1. Forecasting Forecasting adalah peramalan tentang kondisi kondisi--kondisi di masa depan yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi Arti masa depan secara sederhana dan tepat adalah perubahan perubahan.. Masa depan itu adalah perubahan perubahan.. Oleh karena itu masa depan mempunyai beberapa karakteristik,, yakni karakteristik yakni:: - Pasti beda dengan sekarang sekarang.. - Penuh dengan ketidakpastian ketidakpastian.. - Tidak dapat direkayasa direkayasa.. - Tidak dapat dikendalikan dikendalikan.. - Perubahan yang terjadi semakin cepat cepat.. - Paradoks dengan keinginan manusia manusia.. Perubahan dipicu oleh beberapa faktor faktor:: - Teknologi Teknologi,, kiat mengerjakan sesuatu berdasarkan logika rasional rasional.. - Ekonomi Ekonomi,, prilaku mendayagunakan sumber dalam memenuhi kebutuhan hidup (kepuasan kepuasan). ). - Sosial Sosial,, hubungan dalam masyarakat masyarakat.. - Politik Politik,, pengelolaan kekuasaan dan kekuatan kekuatan.. 2. Planning (Perencanaan (Perencanaan)) Planning adalah suatu proses penetapan tujuan yang akan dicapai dan memutuskan strategi dan taktik untuk mencapainya mencapainya.. Karakteristik tujuan yang efektif efektif:: - Spesifik dan dapat dimengerti dimengerti.. - Dapat diukur diukur.. - Punya kerangka waktu tertentu tertentu.. - Singkat Singkat.. - Standar Standar.. - Realistik Realistik.. - Fleksibel Fleksibel.. - Dapat diterima diterima.. Tujuan perencanaan perencanaan:: - Meningkatkan fokus dan fleksibelitas fleksibelitas.. - Meningkatkan koordinasi koordinasi.. - Meningkatkan kontrol kontrol.. - Memperbaiki manajemen waktu waktu.. - Agar perubahan yang terjadi di masa depan tidak terlalu berbeda dari tujuan organisasi.. organisasi - Problem Solving. 3. Decision Making (Pengambilan Keputusan Keputusan)) Decision Making adalah menentukan pilihan diantara beberapa alternatif untuk memecah--kan masalah dan mencapai memecah tujuan organisasi organisasi.. 4. Budgeting (Penganggaran Penganggaran)) Budgeting adalah anggaran pendapatan dan pengeluaran yang teratur yang meliputi semua tahap kegiatan untuk suatu jangka waktu tertentu tertentu.. 5. Staffing (Pengisian (Pengisian Staff) Staffing adalah kegiatan organisasi memenuhi sumber daya manusianya manusianya.. Secara skematis staffing dapat di gambarkan sebagai berikut berikut:: Perencanaan SDM – Rekruitmen – Seleksi – Orientasi dan Penempatan – Pengembangan – Penilaian Kinerja – Kompensasi – Hubungan Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan.. 6. Pelaksanaan Fungsi pelaksanaan seringkali dibagi dalam tiga fungsi fungsi:: 1. Pemimpinan, Pemimpinan, menyalurkan semua kemampuan individu pada aktifitas organisasi demi mencapai tujuan.. tujuan 2. Pengarahan Pengarahan,, menyelia menyelia--memotivasi memotivasi-mendelegasikan--menilai kinerja mendelegasikan kinerja.. 3. Koordinasi Koordinasi,, integrasi dari kegiatan kegiatan--kegiatan individu dan unit unit--unit ke dalam suatu usaha bersama ke arah tujuan organisasi organisasi.. 7. Controlling (Pengawasan (Pengawasan)) Controlling adalah proses pemonitoran kegiatan organisasional untuk mengetahui apakah kinerja aktual sesuai dengan standar dan tujuan yang diharapkan diharapkan.. Tahap Tahap--tahap dalam controlling: 1. 2. 3. 4. Tetapkan standar standar.. Monitor dan ukur kinerja aktual aktual.. Bandingkan hasil kinerja aktual dan standar standar.. Ambil tindakan perbaikan dan buat penyesuaian.. penyesuaian 8. Evaluasi Evaluasi adalah upaya untuk menilai proses pelaksanaan rencana berdasarkan rencana yang telah dibuat dibuat.. Objek evaluasi evaluasi:: 1. Kendala Kendala--kendala dan penyimpangan 2. Hasil Hasil.. Ruang lingkup Penelitian Manajemen Pendidikan Lingkup manajemen pendidikan teoritis 1) Teori manajemen 2) Teori kepemimpinan 3) Teori kebijakan 4) Teori perencanaan 5) Teori pengendalian, penjaminan mutu, dll Ruang lingkup Penelitian Manajemen Pendidikan b.Lingkup manajemen pendidikan teo teo-ritis praktis 1) Kepemimpinan a) Gaya/style b) Fungsi kepemimpinan c) Kepemimpinan dan teknologi d) Keterampilan memimpin, dll Ruang lingkup Penelitian Manajemen Pendidikan Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis 2) Model Model‐‐model manajemen a) Management by objective b) Technology based management c) School based management d) Community based management e) Centralizad Centralizad--decentralized management Ruang lingkup Penelitian Manajemen Pendidikan Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis 3) Berdasarkan proses manajemen a) Perencanaan b) Penyusunan staff c) Pengorganisasian d) Penggerakan e) Pengkoordinasian f) Pengkomunikasian g) Pengendalian/penjaminan h) Pengawasan/pembinaan i) Evaluasi j) Pelaporan Ruang lingkup Penelitian Manajemen Pendidikan Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis 4) Berdasarkan komponen/segi pengelolaan manajemen program pendidikan a) Manajemen kurikulum b) Manajemen pembelajaran c) Manajemen evaluasi Ruang lingkup Penelitian Manajemen Pendidikan Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis 5) Berdasarkan komponen pendidikan a) Manajemen pembinaan siswa/mahasiswa b) Manajemen penelitian dan pengembangan c) Manajemen kerjasama dan layanan pada masyarakat d) Manajemen personal e) Manajemen sarana dan prasarana f) Manajemen media dan sumber belajar g) Manjemen keuangan Ruang lingkup Penelitian Manajemen Pendidikan Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis 6) Berdasarkan lingkup penyelenggaraan a) Manjemen Sekolah/Jurusan/Fakultas/Universitas b) Manajemen pendidikan luar sekolah c) Manajemen pendidikan dasar d) Manajemen pendidikan menengah e) Manajemen pendidikan tinggi f) Manajeman pendidikan lingkup dinas Ruang lingkup Penelitian Manajemen Pendidikan Fungsi Manajemen Pendidikan Wilayah Kerja Manajemen Pendidikan Pendekatan terpadu Manaj. Pendidikan Melibatkan dimensi serta mengoptimalkan fungsi koordinasi dan pelaksanaannya ditunjang oleh konsep pengelolaan partisipatif yang memiliki dimensi: konteks, tujuan dan lingkungan. Proses manajemen merujuk pada upaya untuk mencapai tujuan, yang memerlukan berbagai keterlibatan, suasana pendukung, dan pendekatan sistem sesuai dengan karakkarak teristik organisasi, yang mempunyai visi, misi, fungsi, tujuan, dan strategi pencapaiannya. Suatu sistem pengelolaan dan penataan sumber daya pendidikan, seperti tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, kurikulum, dana (keuangan), sarana dan prasarana pendidikan, tata laksana dan lingkungan pendidikan. PANDANGAN TERHADAP MANAJEMEN PENDIDIKAN a. Manajemen sebagai suatu sistem Manajemen dipandang sebagai suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan yang diarahkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. b. Manajemen sebagai suatu proses Manajemen sebagai rangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manajemen sebagai suatu proses dapat dipelajari dari fungsi--fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh fungsi manajer. PANDANGAN TERHADAP MANAJEMEN PENDIDIKAN c. Manajemen sebagai proses pemecahan masalah Proses manajemen dalam prakteknya dapat dikaji dari proses pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh semua bagian/ komponen yang ada dalam organisasi. Secara konkrit dalam organisasi pelayanan pendidikan, seperti yang dilakukan di Dinas Pendidikan yaitu, identifikasi masalah, perumusan masalah, dilanjutkan dengan langkahlangkah-langkah pemecahan masalah. Melalui tahapan tersebut diharapkan tercapai hasil kegiatan secara efektif dan efisien. Falsafah dan Teori Manajemen Pendidikan Slameto PPS Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2014 Kerangka Konsep • • • • • • Kerangka Dasar Manajemen meliputi: Philosophy, Assumptions, Principles, and Theory, which are basic to the study of any discipline of management. Falsafah merupakan pandangan atau persepsi tentang kebenaran yang dikembangkan dari berfikir praktis. Bagi seorang manajer falsafah merupakan cara berfikir yang telah terkondisikan dengan lingkungan, perangkat organisasi, nilai-nilai dan keyakinan yang mendasari tanggung jawab seorang manajer. Falsafah seorang manajer dijadikan dasar untuk membuat asumsi-ausmi tentang lingkungan, peran organisasinya, dan dari asumsi ini lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan dengan kerangka atau garis besar untuk bertindak. Seperangkat prinsip yang berkaitan satu sama lain dikembangkan dan diuji dengan pengalaman sebelum menjadi suatu teori. Untuk seorang manajer, suatu teori tentang manajemen sangat berfungsi dalam memecahkan masalah-msalah yang timbul. Oleh karena itu, falsafah, asumsi, prinsip-prinsip, dan teori tentang manajemen merupakan landasan manajerial yang harus dipahami dan dihayati oleh manajer. Keterkaitan cara pandang tentang manajemen, falsafah, asumsi, dan prinsip, serta teori- teori dijadikan dasar kegiatan manajerial. . Esensi Falsafah Manajemen • Setiap jenis pengetahuan termasuk manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut disusun. • Ketiganya berkaitan satu sama lain (sistem). Ontologi ilmu terkait dengan epistimologi, dan epistimologi terkait dengan aksiologi dan seterusnya. • Berdasarkan landasan ontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana mengembangkan landasan epistimologi pada dasarnya bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi. • Demikian juga halnya dengan masalah yang dihadapi epistimologi, yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjadi masalah mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul. Esensi Falsafah Manajemen • Di dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan (a body related knowledge) untuk berfikir efektif dalam memecahkan masalah-msalah manajemen. • Ini merupakan hakikat manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam mengatasi masalah organisasi berdasarkan pendekatan yang intelegen. • Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi yang telah diakui, dan nilai-nilai yang telah ditentukan. • Pada akhirnya semua itu akan memberikan kepuasan dalam melakukan pendekatan yang sistematik dalam praktek manajerial. Esensi Teori Manajemen • Teori manajemen mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku orgaaisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction). • Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan: 1) mengacu pada pengalaman empirik, 2) adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain, 3) mengakui kemungkinan adanya penolakan. • Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara umum yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan mulai dikenal sebagai teori manajemen klasik. Esensi Teori Manajemen • Menurut teori klasik pilar-pilar manajemen klasik terdiri dari 4 pilar, yaitu: pembagian kerja, proses skalar fungsifungsi, struktur, rentang pengawasan. • Para ahli banyak yang mengatakan bahwa manajemen belum mempunyai teori yang standar, tetapi sebagai pendekatan. • Karena itu teori seringkali dikatakan sebagai pendekatan manajemen secara klasik, pendekatan neoklasik dan pendekatan modern. Esensi Teori Manajemen • Salah satu teori klasik yang tergolong paling tua adalah manajemen ilmiah (scientific management theory) yang dipelopori oleh Henry Fayol, yaitu: tentang Studi Waktu dan Gerak (Gilberth), Administrasi (Fayol) Birokrasi (Weber). • Teori Neoklasik seringkali dikaitkan dengan pendekatan perilaku, yaitu Teori Kebutuhan Manusia (Maslow), Teori X, Y (Mc Gregor), Teori Kepribadian, dan Organisasi (Chris Argyris). • Selanjutnya teori modern yaitu General System Theory (Barnand), Contingency pimpinan situasional (Fieldler), Hubungan bagian dalam sistem dan lingkungan (Ludwig von Bertanlanffy). Esensi Prinsip Manajemen Untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menentukan cara/metode kerja; Pemilihan peekrja dan pengembangan keahliannya; Pemilihan prosedur kerja; Menentukan batas-batas tugas; Mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas; Melakukan pendidikan dan latihan; Menentukan sistem dan besarnya imbalan. Prinsip dasar manajemen (Fayol) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pembagian kerja, Kejelasan dalam wewenang dan tanggung jawab, Disiplin, Kesatuan komando, Kesatuan arah, Lebih memprioritaskan kepentingan umum/ organisasi daripada kepentingan pribadi, 7. Pemberian kontra prestasi, 8. Sentralisasi, 9. Rantai skalar, 10. Kelompok. Kegiatan Praktik Manajerial • Praktik manajerial adalah kegiatan yang dilakukan oleh manajer. Apabila manajemen dipandang sebagai serangkaian kegiatan atau proses, maka proses itu akan mencakup bagaimana cara mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai sumber untuk mencapai tujuan organisasi (produktivitas dan kepuasan) dengan melibatkan orang, teknik, informasi, dan struktur yang telah dirancang. • Kegiatan manajerial meliputi banyak aspek, namun aspek utama dan sangat esensial yaitu perencanaan (Planning), pengorganisasian (organizing), pemimpian (leading), dan pengawasan (controlling). Kegiatan Praktik Manajerial Fayol: planning, organizing, comanding, coordinating, dan controllin, GR Terry: planning, organizing, actuating, controlling, LH Gulick: planning, organizing, stafing, directing, coordinating, reporting, bugdeting. Kontz O Donnel: planning, organizing, stafing, leading, controlling. Teori Klasik • • • • • 1. 2. 3. 4. Berasumsi behwa para pekerja atau manusia itu sifatnya rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Premisnya bahwa organisasi bekerja dalam proses yang logis dan rasional dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut struktur/anatomi organisasi. Salah satu teori klasik adalah Manajemen Ilmiah (Scientific Management) dipelopori oleh Frederik W. Taylor (1856 - 1915). Pendekatan ilmiah berpandangan bahwa sasaran menajeman adalah mendapatkan kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan karyawannya. Untuk itu manajeman harus melaksanakan prinsip-prinsip: pemilihan karyawan yang tepat sesuai dengan persyaratan kerja, perlunya dikembangkan ilmu bagi setiap tugas (pedoman gerak, implementasi kerja yang standar dan iklim kerja yang layak), perlunya pelatihan dan pemberian rangsangan, perlunya dilakukan penelitian-penelitian dan percobaan-percobaan. Teori Klasik • • • • • Prinsip Studi Waktu: semua usaha yang produktif harus diukur dengan studi waktu secara teliti (Time and Motion Study). Ukuran standar harus diberikan untuk semua pekerjaan. Dipelopori oleh Gilbreth (1911). Prinsip Hasil-Upah, yaitu upah yang diberikan harus sesuai dengan hasil yang besarnya ditentukan berdasarkan studi waktu. Pelopor klasik lainnya yaitu Henri Fayol (1916) menerbitkan lima pedoman manajeman, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan, pengkoordinasian dan pengawasan. Selanjutnya Gulick dan Urwick (1930) populer dengan akronim POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgetting) sebagai kegiatan manajerial dan merupakan proses manajemen. Prinsip-prinsip pokok menurut Fayol adalah: 1) kesatuan komando. Dianggap penting karena pembagian tugas dalam organisasi sudah sangat spesialis, 2) wewenang harus dapat didelegasikan, 3) inisiatif harus dimiliki oleh setiap manager, 4) adanya solidaritas kelompok. Teori Klasik • Aliran Max Wener (1947), sejak Perang Dunia I, menurut Weber birokrasi merupakan ciri dari pola organisasi yang strukturnya dibuat sedemikian rupa sehingga secara maksimal dapat mamanfaatkan tenaga ahli. • Organisasi harus diatur secara rasional, impersonal dan bebas dari sikap prasangka. • Karakteristik birokrasi ini ditandai dengan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Adanya pembagian tugas dan spesialis. Hubungan yang terjadi dalam organisasi adalah hubungan impersonal. Dalam organisasi ada hierarki wewenang, Administrasi selalu didasarkan dan dilaksanakan dengan dokumen tertulis. Orientasi pembinaan adalah pengembangan karier, Setiap tindakan yang diambil dalam organisasi harus selalu dikaitkan dengan besarnya sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi, sehingga dapat dicapai efisiensi yang maksimal. Teori Neo-Klasik • Teori ini timbul karena pada para manajer mendapatkan berbagai kelemahan dengan pendekatan klasik, kesulitan dan frustasi agar organisasi lebih efektif karena orang tidak harus selalu mengikuti manajer. • Beberapa ahli berusaha memperkuat teori klasik dengan wawasan sosiologi dan psikologi. • Dengan lebih berorientasi pada menusia dikenal dengan pendekatan perilaku sebagai ciri utama teori Neo-Klasik. Teori Neo-Klasik • Berasumsi bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya. Beberapa pelopor: Elton Mayo dengan studi hubungan antar manusia, atau tingkah laku manusia dalam situasi kerja terkenal dengan studi Hawthorne. Berdasarkan hasil studi ini ternyata kelompok kerja informal lingkungan sosial pekerja mempunyai pengaruh yang besar terhadap produktifitas. • Chester I Barnad (1976) menyatakan bahwa hakikat komunikasi adalah kerja sama yaitu kesediaan orang saling berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama. Individu harus bekerja sesuai dengan kehendak organisasi. Keseimbangan harus dijaga abtara imbalan yang diberikan kepada individu dan sumbangan undividu terhadap tercapainya tujuan organisasi. Dengan begitu manajemer dapat bekerja dengan efisien dan tetap hidup jika tujuan organisasi dan kebutuhan perorangan yang bekerja pada organisai itu bekerja seimbang. • Barnad (1906 – 1961) menggunakan pengalaman kerja dan hasil studi dalam bidang sosial dan filsafat untuk merumuskan teori-teorinya mengenai kehidupan organisasi. Teori Neo-Klasik • Douglas McGregor, menyatakan bahwa manajemen akan mendapatkan masalah besar bila ia menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi karyawan. • Gregor mengemukakan dua teori, yait teori X yang berasumsi bahwa karyawan tidak menyukai kerja, tidak ada ambisi, tidak bertanggungjawab, menolak perubahan dan lebih baik dipimpin daripada memimpin. • Sedangkan teori Y berisi bahwa menejer memandang bawahan bersedia bekerja, bertanggungjawab, mampu mengendalikan diri, dan berpandangan luas serta kreatif. Implikasi dari asumsi asumsi itu bila menejer mengikuti teori X cenderung banyak mengarahkan, yang akibatya tingkat kebergantungan karyawan kepada atasan sangat tinggi dan enggan bertindak. • Sedangkan menejer penganut tedri Y cenderung mendorong untuk berpartisipasi, ada kebebasan, dan bertanggungjawab dalam menyelesaikan tugasnya. • Pada akhirnya karyawan akan merasa memiliki dan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri. Teori Neo-Klasik • Vroem (Filley, et.al., 1976) dengan teori Harapan (Ekspektasi) mendasarkan pada dua asumsi. 1. Manusia biasanya meletakkan nilai kepada suatu yang diharapkan dari hasil karyanya. Oleh karena tiu ia mempunyai urutan kesenangan (preferences) diantara sekian banyak hasil yang ia harapkan. 2. Suatu usaha untuk menjelaskan tentang motivasi yang terdapat pada seseorang selain harus mempertimbangkan hasil yang dicapai, juga mempertimbangkan keyakinan orang bahwa yang di kerjakannya memberikan sumbangan terhadap tujuan yang diharapkan. • Vormm mengajukan teori tentang motivasi yang mempengaruhi prestasi. Prestasi kerja seseorang merupakan fungsi dari motivasi dikali abiliti. Motivasi sendiri merupakan fungsi perkalian dari valensi dengan ekspektasi. Valensi merupakan preferensi keinginan seseorang terhadap sesuatu yang nilainya antara 0 – 10. • Jika sesuatu oleh seseorang anggapan mempunyai nilai valensi nol, maka sesuatu itu tidak akan mempunyai daya tarik bagi orang yang bersangkutan. Sebaliknya, jika mempunyai nilai valensi satu, maka sesuatu yang ditawarkan oleh organisasi mempunyai daya tarik yang sangat tinggi. Teori Neo-Klasik Perilaku manusia dipengaruhi oleh seperangkat variabel, menurut Marwan Asri (1989) yaitu: 1. Variabel individual, mencakup faktor kemampuan dan keterampilan mental, fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur dan jenis kelamin; 2. Variabel organisasi, terdiri dari faktor sumber daya yang tersedia, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, stuktur organisasi, dan desain pekerjaan, dan; 3. Variabel psikologi terdiri atas beberapa faktor, berupa persepsi sikap, kepribadian, proses belajar dan motivasi. • Teori Neo-Klasik • Berdasarkan kajian tentang masalah perilaku, dapat disimpulkan: • Perilaku timbul karena suatu sebab; • Perilaku diarahkan untuk mencapai tujuan; • Perilaku yang dapat diamati dapat diukur; • Perilaku tidak langsung dapat diamati (misalnya berfikir) juga penting untuk mencapai tujuan; • Perilaku bermotivasi. Teori Modern • Pendekatan modern berdasarkan hal-hal yang sifatnya situsonal. Artinya orang menyesuaikan diri dengan situasi dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. • Asumsi yang dipakai ialah bahwa orang itu berlainan dan berubah baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya bergantung pada lingkungan. • Selanjutnya orang bekerja di dalam suatu sistem untuk mecapai tujuan bersama. Menurut Murdick dan Ross, sistem organisasi itu terdiri dari individu, organisasi formal, organisai informal, gaya kepemimpinan, dan perangkat fisik yang satu sama lain saling berhubungan. Teori Modern • Pendekatan sistem terhadap manajemen berusaha untuk memandang organisasi sebagai sebuah sistem yang menyatu dengan maksud tertentu yang terdiri atas bagian – bagian yang saling berhubungan. • Pendekatan sistem tidak secara terpisah berhubungan dengan berbagai bagian dari sebuah organisasi melainkan memberikan kepada manajer suatu cara untuk memandang organisasi sebagai keseluruhan dan sebagai bagian dari yang lebih besar (lingkungan ). • William A. Shrode dan D. Voich mendefinisikan sistem sebagai berikut: A sytem is a of interrelated parts, working indepently and jointly, in pursuit of common objective of the whole whithin a compleks enviroment. Teori Modern • Fizt Gerald dan Stalling, sistem diartikan: A sytem can be defined as network of enterrelated procedures that are joint together to perfroman activity or to accomplish a specific objectives. It is, ini effect, all ingredient which make up the whole. • Dari pengertian dapat diidentifikasikan bahwa sistem mempunyai makna: 1. terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu dengan lainnya; 2. bagian-bagian yang saling berhubungan itu dapat berfungsi baik secara independen maupun secara bersama-sama; 3. berfungsi bagian-bagian tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan umum secara keseluruhan, dan; 4. suatu sitem yang terdiri dari bagian – bagian itu berada dalam suatu lingkungan yang kompleks. Teori Modern • Manajemen dipandang sebagai suatu sistem didasarkan pada asumsi bahwa organisasi merupakan sistem terbuka, tujuan organisasi mempunyai kebergantuangan. Prinsip manajemen berdasarkan sistem, mencakup: 1. 2. 3. 4. 5. manajemen berdasarkan sasaran; manajemen berdasarkan teknik; manajemen berdasarkan struktur; manajemen bersadarkan orang dan; manajemen berdasarkan informasi; Teori Modern Teori Modern karakteristik sistem di bidang penddidikan, Ryans (1968) • • Berbagai subsistem, baik fasilitas fisik maupun sumber-sumber lain yang berhubungan dengan subsistem, merupakan komponen yang saling bergantung dan berhubungan. Kondisi yang perlu untuk terjadi interaksi antara elemen dari suatu sistem, adalah adanya jaringan informasi bersama (a common information network). Komunikasi antara elemen itu sangat penting dalam menjamin berfungsi-nya suatu sistem sebagai kesatuan (entity) yang terorganisasi dalam menjamin sistem itu untuk menghasilkan keluaran. Teori Modern karakteristik sistem di bidang penddidikan, Ryans (1968) • • • Berfungsinya sistem pendidikan pada dasarnya bergantung kepada berfungsinya kontrol terhadap aliran dan transformasi informasi antara elemen dalam sistem tersebut dan antara beberapa sistem yang ada di luar yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan Pengolahan informasi merupakan hal yang inherent dalam berfungsinya suatu sistem. Pengambilan informasi adalah aktivitas pengamatan (ensing), penyaringan (filtering) pengarutan dan antrian (queuing), pengklasifikasian (classifying), penyimpangan sementara (temporary storing), pensistendian (synthesizing), transformasi dan pengiriman informasi serta pengambilan keputusan dalam cara mentransformasikan informasi sehingga tujuan sistem tercapai. Teori Modern Penggunaan pend. sistem di bidang pend • • • Penggunaan pendekatan di atas sangat diperlukan oleh dunia pendidikan dengan alasan: Lembaga – lembaga pendidikan telah menjadi semakin kompleks dan semakin sulit untuk dikelola. Cara-cara tradisional dalam pengolahan / manajemen tidak mampu lagi atau kurang efektif untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sesuai dengan perkembangan pendidikan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi pendidikan semakin makin lama semakin cepat. Banyak pengelola pendidikan mengalami kesulitan mengalami perubahan dalam dunia pendidikan ini karena tidak mungkin mereka menjadi ahli dalam segala bidang, maka diperlukan pendekatan yang dapat memecahkan masalah yang semakin kompleks itu. Teori Modern Penggunaan pend. sistem di bidang pend • • • Masih langka para pengelola sistem dan satuan pendidikan yang profesional. Pada dasarnya mereka berasal dari gurur bukan manaje profesional dalam pendidikan. Dalam situasi seperti ini pendekatan sistem sangat membantu mereka dalam memecahkan merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan sistem pendidikan. Pertumbuhan pendidikan dan perkembangan yang relatif cepat disertai pertambahan anggaran yang tidak sedikit, seringkali mengurangi kesadaran bahwa terdapat kekeliruan-kekeliruan dalam merencanakan dan mengelola pendidikan. Dengan dana yang kurang memadai, kunci keberhasilan kegiatan pendidikan akan banyak bergantung pada ketetapan dan kemampuan untuk merencanakan dan mengelola kegiatan tersebut. Dalam hal ini pendekatan efisiensi dapat membantu perencana pendidikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber-sumber untuk pendidikan. Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan perlu ditingkatkan. Untuk itu diperlukan pendekatan sistem agar efektivitas dan efisiensi juga meningkat. Tanpa itu sulit terlaksana. Teori Modern Penggunaan pend. sistem di bidang pend • • • • • • Misi, sasaran dan tujuan lembaga pendidikan dapat dijabarkan lebih jelas. Program-program yang dirumuskan selalu diarahkan pada tujuan dan sasaran. Orientasi kegiatan diarahkan kepada hasil akhir. Perencanaan dipandang sebagai bagian integral dari keseluruhan operasi lembaga atau organisasi pendidikan. Sumber-sumber daya dapat dialokasikan dengan lebih fektif berdasarkan skala prioritas yang disusun menurut besarnya sumbangan terhadap pencapaian tujuan. Informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan pengambilan keputusan dapat dirancang dan dikelola secara terpadu. Teori Modern Pengembangan pend. sistem di bidang pend • • • • • • Misi, sasaran dan tujuan lembaga pendidikan dapat dijabarkan lebih jelas. Program-program yang dirumuskan selalu diarahkan pada tujuan dan sasaran. Orientasi kegiatan diarahkan kepada hasil akhir. Perencanaan dipandang sebagai bagian integral dari keseluruhan operasi lembaga atau organisasi pendidikan. Sumber-sumber daya dapat dialokasikan dengan lebih fektif berdasarkan skala prioritas yang disusun menurut besarnya sumbangan terhadap pencapaian tujuan. Informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan pengambilan keputusan dapat dirancang dan dikelola secara terpadu. Teori Modern Penggunaan pend. sistem di bidang pend • • • • • • • • Informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan pengambilan keputusan dapat dirancang dan dikelola secara terpadu. Segala kegiatan dapat difokuskan pada pencapaian sasaran,sehingga pemborosan dapat ditekan seminimal mungkin. Pimpinan pengelola dapat dinilai hasil pekerjaannya secara objektid, karena sasaran pekerjaanya jelas. Pengelola dapat mengembangkan kreativitasnya dalam batas kewenangan yang telah ditetapkan, sepanjang mereka tetap berorientasi pada tujuan akhir. Akontabilitas dapat dirumuskan secara jelas dan operasional. Umpan balik dapat diperoleh pada semua tingkat otoritas pendidikan, sehingga penyimpangan dalam usaha pencapaian tujuan dapat secara cepat diidentifikasikan. Komunikasi antar komponen dapat terbina dengan lebih baik sehingga kesalahpahaman dapat dikurangi. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dapat dilaksanakan secara lebih baik. Perkembangan Teori Manajemen 1), teori mazhab kalasik, 2), teori mazhab adminstratif klasik, 3), teori mazhab manajemen perilaku, 4), teori ilmu manajemen, 5), teori sistem, 6),teori kontingensi, 7), teori kontrol kualitas, 8), teori sistem informasi manajemen, 9), teori pengembangan organisasi dan transformasi organisasi. Teori Mazhab Klasik • Dalam teori ini individu ditempatkan sebagai “manusia organisasi”. Jika seseorang dapat didisiplinkan melalui sarana, aturan, dan waktu yang sesuai, maka akan menjadi seifisien dan seproduktif mesin. Imbalan uang cukuplah sebagai motivasi. • Teori ini memang dapat meningkatkan produktifitas, namun gagal meyadari potensi manusia dan memperlakukannya secara manusiawi, bahkan merendahkan nilainya hingga ke level mesin atau robot yang efisien. • Teori ini menganggap manusia sebagai sampah jika tidak berfungsi sebagaimana mesin yang rusak dan mati. Teori Mazhab Adminstratif Klasik • Dalam teori ini individu dipandang sebagai “manusia sosial”. Teori ini menekankan pentingnya oraganisasi dan bagaimana melalui kerjasama dan peningkatan hubungan antar sesame organisasi bisa mencapai tujuannnya. • Teori ini menghargai lingkungan kerja, namun mengabaikan personal individu anggota organisasi dan kemampuannya sebagai manusia yang memiliki bakat, talenta, kecerdasan, potensi, fitrah yang banyak, beragam dan berbeda satu dengan lainnya. Teori Mazhab Manajemen Perilaku • Teori ini sadar akan adanya kebutuhan dan motiv anggota organisasi. Teori ini menyadari bahwa kepedulian pada personal individu anggota organisasi akan mengarahkan mereka untuk memberikan komemitmen yang tinggi terhadap organisasi. Dengan demikan, produktifitas akan meningkat. • Sejumlah teori motivasi yang lahir dari teori ini termasuk pada era sekarang fokus pada motiv dan imbalan ekstrinsik maupun intrinsik. Tetapi yang menjadi masalah adalah mengenali kebutuhan yang tidak terhitung jumlahnya, berubah-ubah dari seluruh anggota organisasi merupakan pekerjaan yang mustahil. • Teori ini memfokuskan pada individu, namun dengan suatu perspektif yang terbatas, yaitu terbatas pada sisi eksistensi kemanusiaannya saja tanpa sisi lainnya sebagai makhluk yang tercipta oleh suatu dzat yang lebih dahsyat darinya, dzat yang maha tidak terbatas. Kendati demikan, setidaknya teori ini menuju kearah yang benar. Teori Ilmu Manajemen • Dalam teori ini perhatian terhadap manusia digantikan dengan penggunaan sejumlah metode kuantitaif. Oragnisasi-organisasi menjadi keranjingan menerapkan model dan teknik manajemen ilmiah dalam perspektif kuantitatif, sehingga tidak memperhatikan perubahan lingkungan dan merendahkan pentingnya kreatifitas manusia. • Tetapi teori ini tidak mumpuni menghadapi globalisasi kehidupan dengan ciri semua serba terkait. Karena terlalu fokus pada ukuran keilmiahan kuantitaif akhirnya mereka kehilangan tempat untuk memasarkan hasil produksinya. • Mahalnya beaya lantaran kehilangan banyak pasar dan tersadarinya bahwa segala sesuatu adalah saling terkait maka teori ini melaui mengarah kepada era teori sistem. Teori Sistem • teori ini merangsang para pemim;pinmanajer untuk memperlakukan organisasi sebagai sistem terbuka. Pendekatan ini memfasilitasi manajemen partisipasi pada level oraganisasi makro dan mikro. • Pemimpin/ manajer perlu memperhatikan lingkungan. Memodifikasi strategi, dan berdaptasi dengan perubahan. Dalam pandangan ini, suatu sistem disusun oleh banyak bagian yang terpisah-pisah. • Menganalissis seluruh bagian dan hubungan antara bagian tesebut dapat memfasilitasi pemahaman akan sistem keseluruhan. Miskipun teori ini mengenali vitalitas organiasi dan profesionalisme sebagai suatu sistem terbuka, namun masih mengabaikan keluasan individu sebagai suatu sistem terbuka. • Padahal, individu yang terus menerus bertukar informasi merupakan sumber kreatifitas dan kemampuan yang berlimpah. Menyadari kelemahan teori ini, teori sistem membawa pada teori manajemen kontingensi. Teori Manajemen Kontingensi • menekankan bahwa cara terbaik untuk mengelola ditentukan oleh pengenalan akan kontingensi-kontingensi yang muncul dalam situasi tertentu. Jelaslah, manjemen telah bergeser dari absolut ke relatif. • Teori kontingensi adalah suatu perpindahan radikal dari teori manajemen klasik. Cara mengelola yang terbaik mengalami perubahan paradigma, bahwa tidak ada cara optimal dalam manajemen dalam setiap situasi, sejumlah variabel kunci atau kontingensi perlu diidentifikasi dan langkah manajerial tertentu harus dijalankan. • Namun, dalam satu lingkungan multinasional dan angkatan kerja yang semakin beragam, penerapan teori manajemen kontingensi merupakan suatu tantangan besar, khususnya dalam sebuah pasar kompetitif, dimana target utamanya adalah meningkatkan pruduktiftas dengan ongkos serendah-rendahnya. Teori Kontrol Kualitas (Quality Control) • Teori kontrol kualitas (Quality Control) dan pemberlakuan kembali manajemen partisipasi komitmen. Komitmen luas organisasi terhadap proses pengembangan, persamaan tujuan, pemberdayaan karyawan, dan kepuasan pelanggan, secara berkelanjutan merupakan inti menajemen kualitas. • Kendati begitu, mayoritas pemimpin perusahaan tidak puas dengan hasil keseluruhan penerapan metode kontrol kualitas seperti TQM. Faktor yang paling kritis bagi implementasi TQM yang sukses adalah komitmen dari seluruh pekerja. • Tetapi yang menjadi masalah adalah mencapai kesediaan dan motivasi menyeluruh lewat tujuan umum dalam suatu anggota organisasi yang memiliki karakter individualistik yang kuat bukanlah persoalan ringan. Teori Sistem Informasi Manajemen (SIM) • Teori Sistem Informasi Manajemen (SIM) , teori ini menekan manajemen pada peran-peran teknologi informasi. Kita telah mengetahui bahwa kemajuan teknologi informasi dan aplikasinya dalam manajemen telah memberikan sejumlah keuntungan bagi perusahan dan organisasi yang memanfaatkannya. • Namun, faktor manusianya menderita. Pekerja baru yang berpengetahuan harus mnyepakati filsafat perusahaan yang berubah-ubah, pembelajaran yang terus-menerus, dan tanggung jawab yang lebih berat. Ia juga harus menghadapi tantangan fisik dan emosional, dan berkomitmen. Meski demikian, pencapaian titik tertinggi revolusi moral dan memiliki prinsip etis yang kuat tidak serta – merta melahirkan perubahan berarti dalam paradigma individu. • Hal ini membawa kita pada pertanyaan mendasar: kekuatan apakah yang memberdayakan dan melepaskan energi, komitmen, dan antusiasme individu?. Adakah suatu pandangan yang lebih dalam, suatu dimensi yang lebih tinggi, yang melampaui batas-batas yang dimunculkan budaya, masyarakat, ras, gender, dan etnis, yang bisa memberi kita suatu rumus agar berdaya dan dapat mengelola. Teori Pengembangan Organisasi (PO), Transformasi Organisasi (TO) • Teori pengembangan organisasi (PO), transformasi organisasi (TO) dan perubahan model-model sekarang, kita mengenal bahwa teori-teori tersebut di bangun atas konseptualitas individu sebagai seorang “ makhluk sosial”. Mereka kurang fokus pada realitas individu itu sendiri. • Pada level makro, fokusnya adalah membangun keterpaduan melalui visi perusahaan atau tujuan bersama. Kendati demikian, pendekatan-pendekatan tersebut tidak meresap hingga ke kesadaran individu agar bertransformasi dan mengubah paradigma. • Pada level mikro, fokus pada individu terbatas pada semacam pendekatan dari luar ke dalam. Stimulus, atau motivator, selalu saja berasal dari lingkungan, bukan dari individu itu sendiri. Oleh karenanya, perubahan dan transformasi personal tidak terjadi. SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Nonformal; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); 3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006; 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31/P Tahun 2007; 1 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL . Pasal 1 (1) Setiap satuan pendidikan nonformal yang memberikan ijazah atau sertifikat kepada lulusannya wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan nonformal yang berlaku secara nasional. (2) Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. Pasal 2 Satuan pendidikan nonformal yang terbukti menyelenggarakan pendidikan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diberi sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 3 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Desember 2007 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. BAMBANG SUDIBYO Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I, TTD. Muslikh, S.H. NIP 131479478 2 SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 49 TAHUN 2007 TANGGGAL 7 DESEMBER 2007 STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL A. Perencanaan Program 1. 2. Visi Satuan Pendidikan Nonformal a. Satuan pendidikan nonformal merumuskan dan menetapkan visi serta mengembangkannya. b. Visi satuan pendidikan nonformal: 1) dijadikan sebagai cita-cita bersama oleh segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang; 2) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga satuan pendidikan nonformal dan segenap pihak yang berkepentingan; 3) dirumuskan berdasarkan masukan dari warga satuan pendidikan nonformal dan pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi pendidikan nasional; 4) diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak; 5) disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan; 6) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan masyarakat. Misi Satuan Pendidikan Nonformal a. Satuan pendidikan nonformal merumuskan dan menetapkan misi serta mengembangkannya. b. Misi satuan pendidikan nonformal: 1) memberikan arah dalam mewujudkan visi satuan pendidikan nonformal sesuai dengan tujuan pendidikan nasional; 2) merupakan kegiatan yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu; 3) menjadi dasar penentuan sasaran, program, dan kegiatan pokok satuan pendidikan nonformal; 3 3. 4. 4) menekankan pada mutu layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh satuan pendidikan nonformal; 5) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program satuan pendidikan nonformal; 6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan pada penyelenggara satuan pendidikan nonformal; 7) diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak; 8) disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan; 9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat. Tujuan Satuan Pendidikan Nonformal a. Satuan pendidikan nonformal merumuskan dan menetapkan tujuan serta mengembangkannya. b. Tujuan satuan pendidikan nonformal: 1) menggambarkan pencapaian tingkat mutu yang seharusnya dicapai dalam program pembelajaran; 2) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan pemberdayaan masyarakat; 3) diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak; 4) disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan. Rencana Kerja Satuan Pendidikan Nonformal a. b. Satuan pendidikan nonformal membuat: 1) rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang seharusnya dicapai dalam rangka mendukung peningkatan mutu lulusan; 2) rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam rencana kegiatan dan anggaran satuan pendidikan nonformal berdasarkan rencana kerja jangka menengah. Rencana kerja jangka menengah dan tahunan satuan pendidikan nonformal: 1) disusun dan disetujui rapat pengelola setelah memperhatikan masukan dari berbagai pihak; 4 2) B. dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca dan dipahami oleh pihak-pihak yang terkait. c. Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengelolaan satuan pendidikan nonformal yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. d. Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai: 1) peserta didik; 2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran; 3) pendidik dan tenaga kependidikan; 4) sarana dan prasarana; 5) pendanaan; 6) peran serta masyarakat dan kemitraan; 7) rencana-rencana kerja lain yang mengarah pada peningkatan dan pengembangan mutu sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Pelaksanaan Rencana Kerja 1. Pedoman Satuan Pendidikan Nonformal a. Satuan pendidikan nonformal menetapkan pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis. b. Perumusan pedoman satuan pendidikan nonformal: c. 1) mempertimbangkan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan nonformal; 2) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pedoman pengelolaan satuan pendidikan nonformal meliputi: 1) kurikulum; 2) kalender pendidikan; 3) struktur organisasi; 4) pembagian tugas di antara pendidik dan tenaga kependidikan; 5) peraturan pembelajaran; 6) tata tertib; 7) biaya operasional. d. Pedoman pengelolaan satuan pendidikan nonformal berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional. e. Pedoman pengelolaan satuan pendidikan nonformal dievaluasi secara berkala sesuai dengan kebutuhan. 5 2. 3. Organisasi Satuan Pendidikan Nonformal a. Organisasi satuan pendidikan nonformal memuat sistem pengelolaan dan penyelenggaraan yang diuraikan secara jelas dan transparan. b. Struktur organisasi menyelenggarakan: satuan pendidikan nonformal yang 1) kursus dan pelatihan terdiri dari pengelola atau penyelenggara, pendidik, teknisi sumber belajar, tenaga perpustakaan, dan atau laboran, serta tenaga administrasi; 2) program kesetaraan terdiri dari pengelola kelompok belajar, pendidik, tenaga administrasi, dan tenaga perpustakaan; 3) program keaksaraan terdiri dari pengelola kelompok belajar, pendidik, dan tenaga administrasi; 4) kelompok bermain dan taman penitipan anak terdiri dari pengelola, pendidik, dan tenaga administrasi; 5) program pendidikan nonformal lainnya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan. c. Pendidik pada satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan terdiri atas tutor penanggung jawab kelas untuk program Paket A, tutor penanggung jawab mata pelajaran untuk program Paket B dan Paket C, dan narasumber teknis. d. Pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan keterampilan terdiri atas pengajar, pembimbing, pelatih atau instruktur, dan penguji. e. Pendidik, dan tenaga kependidikan mempunyai uraian tugas, fungsi, dan tata kerja yang jelas. f. Pedoman yang nonformal: mengatur struktur organisasi satuan pendidikan 1) memuat unsur pimpinan, staf, dan pelaksana dengan wewenang dan tanggung jawab yang jelas; 2) dievaluasi secara berkala untuk melihat efektivitas mekanisme kerja pengelolaan dan penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal; 3) ditetapkan oleh pengelola pendidikan nonformal. dan/atau penyelenggara satuan Pelaksanaan Kegiatan Satuan Pendidikan Nonformal a. Kegiatan satuan pendidikan nonformal: 1) dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan; 2) dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya. 6 4. b. Pelaksanaan kegiatan satuan pendidikan nonformal berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, dievaluasi, dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. c. Pengelola satuan pendidikan nonformal mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengelolaan kepada pihak yang berkepentingan. Bidang Peserta Didik a. Satuan pendidikan nonformal menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional proses penerimaan peserta didik yang disesuaikan dengan program-program yang diselenggarakan. b. Program-program yang diselenggarakan tersebut adalah: c. 1) pendidikan anak usia dini; 2) pendidikan kesetaraan; 3) pendidikan kecakapan hidup; 4) pendidikan ketrampilan, kursus dan pelatihan kerja; 5) pendidikan keaksaraan; 6) pendidikan pemberdayaan perempuan; 7) pendidikan kepemudaan; dan/atau 8) pendidikan lain yang sejenis. Petunjuk pelaksanaan operasional proses penerimaan peserta didik memuat: 1) persyaratan-persyaratan: a) usia sesuai dengan program; b) jenis pendidikan yang dibutuhkan peserta; c) biaya; d) penyetaraan; e) kriteria penerimaan peserta. 2) d) Prosedur penerimaan peserta didik. Penerimaan peserta didik dilakukan: 1) secara objektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam aturan satuan pendidikan nonformal; 2) tanpa diskriminasi gender, agama, etnis, status sosial, kemampuan ekonomi; 3) berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara; 4) sesuai dengan ketentuan pemerintah bagi program-program tertentu; 7 5) 5. sesuai dengan fasilitas pelayanan yang dimiliki. Bidang Kurikulum dan Rencana Pembelajaran a. b. c. Kurikulum dan/atau Rencana Pembelajaran 1) Satuan pendidikan nonformal menyusun kurikulum dan/atau rencana pembelajaran dengan memperhatikan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan; 2) Penyusunan kurikulum dan/atau rencana pembelajaran memperhatikan kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan/atau tujuan program yang diselenggarakan; 3) Pengelola satuan pendidikan nonformal bertanggung jawab atas tersusunnya kurikulum dan/atau rencana pembelajaran. Kalender Pendidikan 1) Satuan pendidikan nonformal menyusun kalender pendidikan yang disesuaikan dengan jenis program dan peserta didik. 2) Kalender pendidikan berisi serangkaian kegiatan awal belajar, hari efektif belajar, hari libur, jadwal evaluasi dalam rentang waktu pembelajaran. 3) Kalender pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan nonformal. Kegiatan Pembelajaran 1) Satuan pendidikan nonformal menjamin mutu pembelajaran untuk setiap program pembelajaran. kegiatan 2) Kegiatan pembelajaran didasarkan pada kualifikasi dan kompetensi tiap-tiap program belajar. 3) Mutu kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di satuan pendidikan nonformal dikembangkan dengan: a) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada standar proses tiap-tiap program belajar; b) melibatkan peserta didik secara aktif, kreatif, partisipatif, inovatif, motivatif, dan interaktif; c) tujuan agar peserta didik mencapai kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan tiap-tiap program belajar. 4) Setiap pendidik bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap program pembelajaran yang diampunya dengan cara: a) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir; 8 b) menggunakan metoda pembelajaran yang partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efisien, dan menyenangkan; c) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara efektif dan efisien; d) memperhatikan sifat alamiah kurikulum dan/atau program pembelajaran, kemampuan peserta didik, dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus peserta didik. 5) d. e. Pengelola satuan pendidikan nonformal terhadap mutu kegiatan pembelajaran. bertanggungjawab Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik 1) Satuan pendidikan nonformal menyusun program penilaian hasil belajar yang objektif, transparan, bertanggung jawab, dan berkesinambungan. 2) Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada standar penilaian yang ditentukan oleh tiap-tiap program dan disosialisasikan kepada pendidik dan peserta didik. 3) Satuan pendidikan nonformal menilai hasil belajar sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi tiap-tiap program pembelajaran dan diinformasikan kepada peserta didik dan didokumentasikan secara baik. 4) Penilaian meliputi semua unsur kompetensi dan materi yang diajarkan. 5) Satuan pendidikan nonformal menyusun ketentuan pelaksanaan penilaian hasil belajar sesuai dengan ketentuan tiap-tiap program belajar. 6) Satuan pendidikan nonformal memberikan informasi hasil belajar kepada pihak yang berkepentingan. Peraturan Pembelajaran 1) Satuan pendidikan nonformal menyusun dan menetapkan peraturan pembelajaran. 2) Peraturan pembelajaran memuat: a) kehadiran peserta didik untuk mengikuti pelajaran dan tugas dari pendidik yang disesuaikan dengan kriteria minimal tiap-tiap program; b) ketentuan mengenai evaluasi kelulusan sesuai dengan kriteria tiap-tiap program; c) ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik; 9 3) 6. ditetapkan oleh pengelola satuan Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Satuan pendidikan nonformal menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan. b. Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan: 1) disusun dengan memperhatikan standar kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; 2) dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan nonformal pada tiap-tiap program. c. Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. d. Satuan pendidikan nonformal melakukan: e. 7. Peraturan pembelajaran pendidikan nonformal. 1) pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan kurikulum dan satuan pendidikan nonformal; 2) pendayagunaan tenaga kependidikan disesuaikan dengan kebutuhan baik jumlah maupun kualifikasi dan kompetensinya. Satuan pendidikan nonformal mendayagunakan: 1) pengelola satuan pendidikan nonformal dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya; 2) pendidik dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai agen pembelajaran; 3) tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Bidang Sarana dan Prasarana a. Satuan pendidikan nonformal menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana. b. Program pengelolaan sarana dan prasarana memperhatikan standar sarana dan prasarana dalam hal: 1) merencanakan, memenuhi, dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan; 2) mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi dalam proses pembelajaran; 10 8. melengkapi fasilitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan tiaptiap program yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan nonformal; 4) memelihara semua fasilitas fisik dan peralatan memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan. dengan c. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik. d. Pengelolaan sarana prasarana direncanakan secara sistematis. e. Pengelolaan perpustakaan dan/atau bahan belajar satuan pendidikan nonformal menyediakan prosedur operasional standar layanan; f. Pengelolaan laboratorium dan/atau bengkel-kerja (workshop) dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dilengkapi dengan petunjuk/manual yang jelas. satuan pendidikan nonformal Bidang Pendanaan a. 9. 3) Satuan pendidikan nonformal memiliki pedoman pengelolaan pendanaan yang mengatur: 1) sumber pemasukan, pengeluaran, dan jumlah dana yang dikelola; 2) penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar dana investasi dan operasional; 3) kewenangan dan tanggung jawab pengelola satuan pendidikan nonformal dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya; 4) pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran untuk dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. b. Pedoman pengelolaan keuangan dan pembiayaan ditetapkan oleh penyelenggara satuan pendidikan nonformal dengan memperhatikan usulan dari pengelola. c. Pedoman pengelolaan keuangan dan pembiayaan satuan pendidikan nonformal disosialisasikan kepada pihak yang berkepentingan untuk menjamin tercapainya pengelolaan dana secara transparan dan akuntabel. Peranserta Masyarakat dan Kemitraan a. Satuan pendidikan nonformal mengikutsertakan warga satuan pendidikan nonformal dan masyarakat peduli pendidikan nonformal dalam mengelola pendidikan. 11 C. b. Peran serta warga satuan pendidikan nonformal dan masyarakat peduli pendidikan nonformal ditujukan pada kegiatan tertentu yang ditetapkan. c. Setiap satuan pendidikan nonformal menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan, baik lembaga pemerintah maupun swasta. d. Sistem kemitraan satuan pendidikan nonformal ditetapkan dengan perjanjian secara tertulis. Pengawasan dan Evaluasi 1. 2. Program Pengawasan a. Satuan pendidikan nonformal menyusun program pengawasan tentang pengelolaan dan program yang diselenggarakan secara objektif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan. b. Penyusunan program pengawasan pada satuan pendidikan nonformal didasarkan pada SNP. c. Program pengawasan disosialisasikan kepada seluruh warga satuan pendidikan nonformal. d. Pengawasan pengelolaan satuan pendidikan nonformal meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. e. Pemantauan dan pengawasan pengelolaan satuan pendidikan nonformal pada program kesetaraan, keaksaraan, PAUD dan program lainnya dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dan/atau pihak-pihak yang terkait. f. Pengelola satuan pendidikan nonformal melaporkan hasil evaluasi kepada penyelenggara dan pihak-pihak yang berkepentingan. g. Satuan pendidikan nonformal mendokumentasikan dan menggunakan hasil pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan. Evaluasi Diri a. Satuan pendidikan nonformal melakukan evaluasi diri terhadap program yang diselenggarakan. b. Satuan pendidikan nonformal menetapkan indikator untuk menilai kinerja dan melakukan perbaikan dalam rangka mencapai SNP. c. Satuan pendidikan nonformal melaksanakan: 1) evaluasi proses pembelajaran secara periodik sesuai dengan program yang diselenggarakan; 2) evaluasi program kerja tahunan kurangnya satu kali dalam setahun. 12 secara periodik sekurang- d. 3. Evaluasi diri program yang diselenggarakan satuan nonformal dilakukan secara periodik dan berkelanjutan. Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum dan/atau Rencana Pembelajaran Proses evaluasi dan pengembangan pembelajaran dilaksanakan secara: 4. 5. D. pendidikan kurikulum dan/atau rencana a. komprehensif dan fleksibel dalam mengadaptasi pengetahuan dan teknologi yang mutakhir; kemajuan ilmu b. berkala untuk merespons perubahan kebutuhan peserta didik dan masyarakat, perubahan sistem pendidikan, serta perubahan sosial; c. integratif sejalan dengan perubahan tingkat materi pembelajaran; d. menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. Evaluasi Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan setiap akhir tahun dalam rangka mencapai SNP. b. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan meliputi kesesuaian penugasan dengan keahlian, keseimbangan beban kerja, dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas. c. Evaluasi kinerja pendidik wajib memperhatikan pencapaian prestasi dan perubahan serta perkembangan peserta didik. Akreditasi Pendidikan Nonformal a. Satuan pendidikan nonformal menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk diakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Satuan pendidikan nonformal meningkatkan status akreditasi, dengan menggunakan program tindaklanjut hasil akreditasi sebelumnya. c. Hasil akreditasi dipergunakan untuk peningkatan pengembangan satuan pendidikan nonformal. program dan Kepemimpinan Pendidikan Nonformal 1. Setiap satuan pendidikan nonformal dipimpin oleh seorang pemimpin satuan pendidikan nonformal. 2. Kriteria untuk menjadi pemimpin satuan pendidikan nonformal sesuai dengan AD/ART penyelenggara dan/atau ketentuan yang berlaku. 3. Pemimpin satuan pendidikan nonformal: a. menjabarkan visi ke dalam misi target mutu; b. merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai; 13 c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. E. menganalisis peluang dan tantangan, kekuatan dan kelemahan, satuan pendidikan nonformal; memiliki rencana strategis dan rencana kerja tahunan untuk pelaksanaan peningkatan mutu; bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran satuan pendidikan nonformal; mengikutsertakan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan penting. berkomunikasi dengan warga satuan pendidikan nonformal dan masyarakat; menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas prestasi; menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran; bertanggung jawab atas perencanaan kegiatan pembelajaran yang partisipatif; melaksanakan program supervisi untuk meningkatkan kinerja dan mutu satuan pendidikan nonformal; memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya; memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi satuan pendidikan nonformal kedalam program pembelajaran. Sistem Informasi Manajemen 1. Satuan pendidikan nonformal: a. mengelola sistem informasi manajemen yang memadai untuk mendukung pengelolaan pendidikan yang efektif, efisien, dan akuntabel; b. menyediakan fasilitas informasi yang efisien, efektif, dan mudah diakses; c. menetapkan petugas untuk mengumpulkan, menerima, mengolah, menyediakan data, dan memberikan layanan informasi. 2. Komunikasi antarwarga satuan pendidikan nonformal berdasarkan kemitraan, kebersamaan, dan kekeluargaan. Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I, TTD. Muslikh, S.H. NIP 131479478 14 dilaksanakan MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. BAMBANG SUDIBYO Penerapan Fungsi Manajemen 1. Perencanaan ( Planning ) Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, dan penyusunan strategi, kebijaksanaan, program, dan lain-lain. 2. Pengorganisasian ( Organizing ) penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, menyusun organisasi atau kelompok kerja, penugasan wewenang dan tanggungjawab serta koordinasi. 3. Pengarahan ( Actuating ) Motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk mengarahkan karyawan mengerjakan sesuatu yang ditugaskan padanya. 4. Pengawasan ( Controlling ) Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan tindakan korektif PERENCANAAN • Penetapan sejumlah pekerjaan yang akan dilaksanakan kemudian. Perencanaan merupakan aktivitas untuk memilih dan menghubungkan fakta serta aktivitas membuat rencana mengenai kegiatan-kegitan apa yang akan dilakukan di masa depan. • Maka seorang manajer dituntut untuk dapat membuat rencana terlebih dahulu tentang kegiatan yang akan dilakukan. Proses perencanaan sangat penting dilaksanakan sebagai pedoman atau pegangan dalam pengerjaan aktivitas selanjutnya. • Adapun beberapa aktivitas perencanaan adalah peramalan, pengembangan tujuan-tujuan, pengembangan strategistrategi, pemrograman, penjadwalan, penganggaran, pengembangan kebijakan-kebijakan, dan pengembangan prosedur-prosedur. Pengertian Perencanaan • Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan di masa yang akan datang yang diarahkan kepada tercapainya tujuan-tujuan dengan sarana yang optimal • Perencanaan ini menyangkut apa yang akan dilaksanakan, kapan dilaksanakan, oleh siapa, di mana dan bagaimana dilaksanakannya. • Perencanaan dapat ditinjau dari dua hal yaitu menurut luas sempitnya masalah yang akan diselesaikan yang dapat berarti pula menurut dekat jauhnya mencapai tujuan dan menurut jangka waktu penyelesaian. • Apakah hasil proses perencanaan? Mengapa Ada Perencanaan? • Berkerja tanpa rencana ibarat melamun sepanjang masa. Akibatnya tentu dapat diramalkan, hasilnya tidak menentu dan biaya yang dikeluarkan tidak terkontrol. • Beberapa manfaat adanya perencanaan adalah : 1). menghasilkan rencana yang dapat dijadikan kerangka kerja dan pedoman penyelesaian. 2). rencana menentukan proses yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. 3). dengan adanya rencana setiap langkah dapat diukur atau dibandingkan dengan hasil yang seharusnya dicapai. 4). mencegah pemborosan uang, tenaga dan waktu. 5). mempersempit kemungkinan timbulnya gangguan atau hambatan. Fungsi dari Perencanaan a. Menjelaskan dan merinci dan tujuan yang ingin dicapai memberikan pegangan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk tujuan tersebut. b. Organisasi menperoleh standar sumber daya terbaik dan mendayagunakannya sesuai tugas pokok fungsiyang telah ditetapkan menjadi rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktivitas yang konsisten prosedur dan tujuan. c. Memberikan batas kewenangan dan tanggung jawab bagi seluruh pelaksana. d. Memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensip sehingga bisa menemukan dan memperbaiki kepemimpinan secara dini. e. Memungkinkan untuk terpeliharanya persesuain antara kegiatan internal dengan situas eksternal f. Menghindari pemborosan. Cara Melakukan Perencanaan Oleh karena rencana itu akan dijadikan pedoman bekerja, maka harus memenuhi persyaratan-persyaratan antara lain : 1). perencanaan harus dijabarkan dari tujuan yang telah ditetapkan dan dirumuskan secara jelas. 2). perencanaan tidak perlu muluk-muluk, tetapi sederhana saja, realistik, praktis hingga dapat dilaksanakan. 3) dijabarkan secara terperinci, memuat uraian kegiatan dan urutan atau rangkaian tindakan. 4). diupayakan agar memiliki fleksibilitas, sehingga memungkinkan untuk dimodifikasikan. 5) ada petunjuk mengenai urgensi dan atau tingkat kepentingan untuk bagian bidang atau kegiatan. 6) disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya pemanfaatan segala sumber yang ada sehingga efisien dalam tenaga, biaya dan waktu. 7) diusahakan agar tidak terdapat duplikasi pelaksanaan. ORGANIZING • Pengorganisasian adalah usaha yang dilakukan untuk menciptakan hubungan kerja antar personal dalam organisasi dengan cara mengelompokan orang-orang beserta penetapan tugas-tugas, fungsi-fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing agar tercapainya tujuan bersama melalui aktivitas-aktivitas yang berdaya dan berhasil guna karena dilakukan secara efektif dan efisien. • Pengorganisasian sangat penting dalam manajemen karena membuat posisi orang jelas dalam struktur dan pekerjaannya dan melalui pemilihan, pengalokasian dan pendistribusian kerja yang profesional dan organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pengertian • Dalam definisi manajemen disebutkan adanya usaha bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada agar dicapai hasil yang efektif dan efisien. • Pendayagunaan sumber-sumber yang ada inilah yang disebut manajemen, sedangkan usaha untuk mewujudkan kerjasama antar manusia yang terlibat kerjasama ini adalah pengorganisasian. Banyak orang mengartikan manajemen sebagai pengaturan, dan memang inilah arti yang populer. • Di dalam manajemen terdapat adanya kepemimpinan, yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bersedia menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk mencapai tujuan bersama. • Dalam pengorganisasian terdapat suatu arti penyatuan atau penghimpunan pikiran dan tenaga orang-orang yang tergabung dalam organisasi. Pengertian • Agar pencapaian tujuan dapat tuntas dan pendayagunaan sumber dapat maksimal maka uraian kegiatan yang telah dijabarkan dalam perencanaan, dalam langkah pertama diujudkan dalam bidang-bidang yang di dalam organisasi usaha merupakan unit-unit yang ditangani secara khusus oleh orang-orang yang menguasai masalahnya. • Pembidangan, peng-unitan, dan pembagian tugas inilah yang akhirnya melahirkan sebuah susunan kesatuankesatuan kecil yang membentuk satu kesatuan besar dan dikenal dengan nama struktur organisasi yang menggambarkan posisi setiap unit yang menunjukkan keseluruhan dengan bagian-bagiannya. Mengapa Perlu Pengorganisasian? • Pengorganisasian adalah penyatuan dan penghimpunan sumber manusia dan sumber lain dalam sebuah struktur organisasi. • Dengan adanya pembidangan dan pengunitan tersebut diketahui manfaatnya : 1) antara bidang yang satu dengan bidang yang lain dapat diketahui batas-batas- nya, serta dapat dirancang bagaimana antar bagian dapat melakukan kerja-sama sehingga tercapai sinkronisasi tugas. 2) dengan penugasan yang jelas terhadap orang-orangnya, masing-masing mengetahui wewenang dan kewajibannya. 3) dengan digambarkannya unit-unit kegiatan dalam sebuah struktur organisasi dapat diketahui hubungan vertikal dan horisontal, baik dalam jalur struktural maupun jalur fungsional. Cara Pengorganisasian • Agar tujuan usaha bersama dapat tercapai dalam tata kerja yang baik, maka sebuah organisasi harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut : 1). Memiliki tujuan yang jelas yang dipahami dan diterima oleh seluruh anggota sehingga dalam organisasi tersebut hanya terdapat satu kesatuan arah. Tujuan seperti ini lazim disebut sebagai visi, berasal dari bahasa Inggris vision, yaitu hasil yang dicitacitakan. Sementara orang mengatakan bahwa rumusan visi ini harus yang umum dan abstrak Cara Pengorganisasian 2). Memiliki struktur organisasi yang: a) menggambarkan adanya satu perintah, adanya keseimbangan tugas, wewenang dan tanggungjawab. b) sederhana agar mempermudah jalur dan tidak terlalu banyak orang yang terlibat dalam tanggungjawab. c)semua kegiatan terbagi habis sehingga tidak satupun kegiatan yang tidak tertangani, sebaliknya tidak ada satu kegiatan yang mendapat penanganan rangkap. PENGARAHAN a. Pengertian • Yang dimaksud dengan pengarahan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan penjelasan, petunjuk serta bimbingan kepada orang-orang yang menjadi bawahannya sebelum dan selama melaksanakan tugas. • Pemimpin lebih menekankan pada upaya mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Pengarahan b. Mengapa Perlu Pengarahan? • Walaupun dalam pengorganisasian telah ditentukan pembidangan serta penentuan unit-unit kerja tetapi masih diperlukan adanya penjelasan, petunjuk dan pembimbingan terhadap para petugas yang terlibat baik struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar. • Pengarahan yang dilakukan sebelum memulai bekerja berguna untuk menekankan hal-hal yang perlu ditangani, urutan prioritas, prosedur kerja dan lain-lainnya agar pelaksanaan pekerjaan dapat efektif dan efisien. • Pengarahan yang dilakukan selama melaksanakan tugas bagi orangorang yang terlibat dimaksudkan untuk mengingatkan (refreshing) ataupun meluruskan apabila terjadi penyelewengan atau penyimpangan. Pengarahan c. Cara Pengarahan • Pengarahan dapat dilakukan oleh pimpinan sendiri maupun wakil-wakil yang ditunjuk dengan cara antara lain : 1). mengadakan orientasi sebelum seseorang memulai melaksanakan tugas untuk mengenal tempat, situasi, alat-alat kerja, kawan dan sebagainya. 2) memberikan petunjuk dan penjelasan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan dengan secara lisan maupun tertulis (menjelaskan peraturan atau tatakerja tertulis). 3) memberikan kesempatan untuk berpartisipasi berupa pemberian sumbangan pikiran demi peningkatan usaha bersama. 4). mengikut sertakan pegawai dalam membuat perencanaan. 5). memberikan nasehat apabila seorang pegawai mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas. PENGKOORDINASIAN a. Pengertian • Yang dimaksud dengan pengkoordinasian adalah suatu usaha yang dilakukan pimpinan untuk mengatur, menyatukan, menserasikan, mengintegrasikan semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahan. b. Mengapa Ada Pengkoordinasian? • Kegiatan pengkoordinasian perlu dilakukan pimpinan agar : 1) diperoleh kekuatan yang menyatu dan integral sehingga gerak organisasi bisa harmonis dan saling menunjang dan tercapai hasil secara efektif dan efisien. 2) tidak terdapat kesimpang-siuran kegiatan baik dalam bentuk, arah dan waktu pelaksanaan kerja. 3) tidak terdapat konkurensi antar bagian dan sebaliknya terjalin hubungan yang sehat dan saling membantu. C. Cara Pengorganisasian • Pimpinan dapat melakukan pengkoordinasian dengan berbagai cara, baik yang bentuknya langsung pada kegiatan melaksanakan tugas maupun secara tidak langsung berupa kondisi yang menunjang. Bentuk antara lain : 1) menciptakan kondisi rukun antar pegawai (lebih baik lagi disertai keluarga) agar dalam lembaga kerja para pegawai merasa seperti dengan famili atau kerabat. 2) membiasakan adanya kerja saling membantu. 3) mengadakan pertemuan berkala untuk membicarakan kemajuan kerja, kesulitan, pengajuan ide atau gagasan dan sebagainya. 4) memberikan contoh kerjasama dengan pimpinan sekolah lain atau dengan lembaga-lembaga lain sedemikian rupa rukun dan tampak adanya nilai keuntungan sehingga staf sekolah yang lain merasa ingin meniru. KEPEMIMPINAN/LEADING • Kegitan yang berhubungan dengan pemberian perintah dan saran agar para bawahan dapat mengerjakan tugas yang dikehendaki manajer. • Kegiatannya meliputi mengambil keputusan, mengadakan komunikasi antara manajer dan bawahan agar ada rasa saling pengertian, memberikan semangat, motivasi ataupun dorongan kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya, memilih orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk bergabung dalam kelompoknya, dan memperbaiki pengetahuan serta sikap bawahan agar terampil dalam mengerjakan pekerjaan. KEPEMIMPINAN 1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. 2. Kepemimpinan adalah pembentukkan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi 3. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi 4. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi kea rah pencapaian tujuan 5. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran 6. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi yang efektif terhadap orde social dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya 7. Kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh social yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan sebuah kelompok atau organisasi Fungsi Kepemimpinan 1. Pemimpin sebagai eksekutif ( executive Leader) • Sering kali disebut sebagai administrator atau manajer. Fungsinya adalah menerjemahkan kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan, dia memempin dan mengawasi tindakan orang-orang yang menjadi bawahannya. Dan membuat keputusan-keputusan yang kemudian memerintahkannya untuk dilaksanakan. Kepemimpinan ini banyak ditemukan didalam masyarakat dan biasanya bersifat kepemerintahan, mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah memerlukkan fungsi tersebut. 2. Pemimpin sebagai penengah • Dalam masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan pemimpin dengan keahliaanya yang khas dan ditunjuk secara khusus. Ini dikenal dengan pengadilan. Dan bidang lainnya, umpamanya dalam bidang olahraga, terdapat wasit yang mempunyai tugas sebagai wasit. Fungsi Kepemimpinan 3. Pemimpin sebagai penganjur • Sebagai propagandis, sebagai juru bicara, atau sebagai pengarah opini merupakkan orangorang penting dalam masyarakat. Mereka bergerak dalam bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi. Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi kepada orang lain. Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih berbicara. 4. Pemimpin sebagai ahli • Pemimpin sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau seorang juru penerang, berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya dengan unit sosial dimana dia bekerja. Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta. Termasuk dalam kategori ini adalah guru, petugas sosial, dosen, dokter, ahli hukum, dan sebagainya yang mencapai dan memelihara pengaruhnya karena mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikkan kepada orang lain 5. Pemimpin diskusi • Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan kepemimpinan yang demokratis dimana komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Seseorang yang secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi. Ciri – ciri Kepemimpinan 1. Persepsi Sosial • Persepsi sosial dapat diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. Kecakapan ini sangat dibutuhkan untuk memenuhi tugas kepemimpinan. Persepsi sosial ini terutama diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan dan patokkan yang menyeluruh dari keadaan-keadaan didalam dan diluar kelompok. 2. Kemampuan berpikir abstrak • Kemampuan berpikir abstrak dapat menjadikkan indikasi bahw seseorang mempunyai kecerdasan yang tinggi. Kemampuan abstrak yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan kecenderungankecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan keadaan umum diluar kelompok dalam hubungannya degan tujuan kelompok. • Ini berarti bahwa ketajaman persepsi dan kemampuan menganalisis didampingi oleh kemampuan abstrak dan mengintegrasikan fakta-fakta interaksi sosial didalam dan diluar kelompok. Kemampuan tersebut memerlukan taraf intelegensia yang tinggi pada seorang pemimpin yang harus diarahkan oleh persepsi sosial yang telah diterangkan diatas. Ciri – ciri Kepemimpinan 3. Keseimbangan emosional • Merupakan faktor paling penting dalam kepemimpinan. Jelasnya, pada diri seorang pemimpin harus terdapat kematangan emoional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhankebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam perasaan, serta pengintegrasian kesemuanya itu kedalam suatu kepribadian yang harmonis. Dan ini bukanlah suatu kepribadian harmoni yang beku dan statis, melainkan suatu harmoni dalam ketegangan-ketegangan emosional, suatu keseimbangan yang dinamis, yang dapat bergerak kemana-mana, tetapi mempunyai dasar yang matang dan stabil. • Kematangan emosional ini diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat turut merasakan keinginan dan cita-cita anggota kelompok dalam rangka melaksanakan tugas kepemimpinan dengan sukses. Syarat pemimpin yang baik a) Memiliki inteligensi yang tinggi dan pendidikan umum yang luas b) Bersifat ramah tamah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan c) Berwibawa dan memiliki daya tarik d) Sehat jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental) e) Kemampuan analistis f) Memiliki daya ingat yang kuat g) Mempunyai kapasitas integratif h) Keterampilan berkomunikasi i) Keterampilan mendidik j) Personalitas dan objektivitas k) Jujur (terhadap diri sendiri, atasan, bawahan, sesama pegawai) Pengkomuikasian atau Komunikasi a. Pengertian • Yang dimaksud dengan komunikasi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan lembaga untuk menyebarluaskan informasi yang terjadi di dalam maupun hal-hal di luar lembaga yang ada kaitannya dengan kelancaran tugas mencapai tujuan bersama. b. Mengapa Perlu Komunikasi? • Jika dalam kelompok manusia tidak dimungkinkan adanya komunikasi maka antar mereka akan terjadi saling mencurigai, saling menutup diri. Akibatnya di samping akan menghambat pekerjaan juga akan terdapat kesimpangsiuran kerja. • Komunikasi erat hubungannya dengan usaha pengarahan dan pengkoordinasian, karena komunikasi yang baik bukan hanya terjadi satu arah dari atasan, tetapi juga datang dari bawah ke atas atau antar kawan kerja. Cara Komunikasi • Cara-cara yang digunakan untuk media komunikasi dalam suatu lembaga dapat bersifat lisan maupun tertulis. Ujudnya antara lain : 1) memberi pengumuman yang ditempel di papan pengumuman atau secara lisan pada waktu rapat atau upacara bendera. 2) dengan menerbitkan buletin yang memuat informasi baik yang bersifat “berita keluarga” maupun kedinasan. Buletin ini dapat dimanfaatkan untuk sarana mengemukakan ideide baru bagi para karyawan maupun berita- berita penting untuk memajukan usaha. 3) dengan pertemuan rutin yang bersifat kekeluargaan maupun kedinasan. PENGAWASAN a. Pengertian • Agar tenaga atau karyawan pada lembaga mampu mengemban tugas atau fungsinya masing-masing maka harus dilakukan suatu pengawasan. • Yang dimaksud dengan pengawasan adalah usaha pimpinan untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk mengetahui kelancaran kerja para pegawai dalam melakukan tugas mencapai tujuan. Kegiatan pengawasan sering juga disebut kontrol, penilaian, penilikan, monitoring, supervisi dan sebagainya. Tujuan utama pengawasan adalah agar dapat diketahui tingkat pencapaian tujuan dan menghindarkan terjadinya penyelewengan. Oleh karena itu pengawasan dapat diartikan sebagai pengendalian. • Melalui aktivitas pengendalian, manajer harus mengevaluasi dan menilai pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan bawahannya untuk mengetahui apakah pekerjaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. Pengendalian tidaklah bermaksud untuk mencari kesalahan bawahan. Namun pengendalian dilakukan bertujuan untuk mencari penyimpangan yang terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan kea rah yang lebih baik. Pengawasan b. Mengapa Perlu Pengawasan? • Pengawasan itu perlu dilakukan agar jalannya pelaksanaan kerja dapat diketahui tingkat penyampainnya ke tujuan dan agar tidak terjadi penyimpangan, atau toh sudah terjadi, tidak berlarut-larut. • Pengawasan sebagai kontrol bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas kegiatan kerja yang sudah dilaksanakan dan tingkat efisiensi penggunaan komponen, yang jika hal ini dilaksanakan dalam pendidikan, melihat efisiensi penggunaan komponen pendidikan dan juga komponen lain yang menyertainya dalam proses pendidikan. Jelasnya, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah strategi, metode dan teknik yang telah ditetapkan dalam perencanaan sudah cukup cocok dengan langkah penyampaian tujuan dan dengan resiko yang sekecilkecilnya. Pengawasan Cara Mengadakan Pengawasan 1. Bahwa pekerjaan pengawasan tidak boleh dilakukan sebagai pekerjaan semata-mata tetapi harus terbuka, terang-terangan. 2. Dilakukan terhadap semua bawahan, tidak pilih-pilih. 3. Harus objektif, tidak disertai rasa sentimen pribadi. 4. Dilakukan bukan hanya dengan pengamatan melalui mata, tetapi juga dengan indera-indera yang lain. 5. Dilakukan di segala tempat dan setiap waktu. 6. Menggunakan catatan secermat mungkin agar data yang terkumpul dapat lengkap, hal ini penting untuk menghindari subjektivitas. 7. Jika ternyata diketemukan adanya penyimpangan, harus segera ditangani. Pengawasan Langkah-langkah pengawasan a. Menetapan standard pelaksanaan, b. Mengukur performa aktual. c. Pengukuran pelaksaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, d. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar. Bidang Garapan dalam Manajemen Pendidikan a. Manajemen pembelajaran b. Manajemen kesiswaan c. Manajemen kepegawaian d. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan e. Manajemen keuangan f. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat dan g. Manajemen layanan khusus Manajemen Pembelajaran 1. Perencanaan 2. Pengorganisasian a. Analisis materi pelajaran (AMP) b. Penyusunan kalender pendidkan c. Penyusunan program tahunan (prota) dengan memperhatikan kalender pendidkan dan hasil analisis materi pelajaran d. Penyusunan program catur wulan atau semester atau program tahunan yang telah di susun e. Penyusunan program satuan belajaran (PSP) f. Penyusunan program pembelajaran (RP) g. Penyusunan rencana bimbingan dan penyuluhan a. Pembagian tugas mengajar dan tugas lain b. Penyusunan jadwal pelajaran c. Penyusuna jadwal kegiatan perbaikan d. Penyusunan jadwal kegiatan pengayaan e. Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler f. Penyusunan jadwal kegiatan bimbingan dan penyuluhan Manajemen Pembelajaran 3. Pengerahan 4. Pengawasan a. Pengaturan pelaksanaan kegiatan pembukaan tahun ajaran baru b. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan. c. Supervisi pelaksanaan pembelajaran d. Supervisi pelaksanaan dan bimbingan dan penyuluhan. a. Supervisi pelaksanaan pembelajaran b. Supervisi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan c. Evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran d. Evaluasi proses dan hasil kegiatan bimbingan dan penyuluhan Manajemen Kesiswaan 1. Perencanaan 3. Pengerahan a. Sensus anak usia pra-sekolah b. Perencanaan daya tampung c. Perencanaan penerimaan siswa baru d. Penerimaan siswa baru a. 2. Pengorganisasian d. a. Pengelompokan siswa berdasarkan pola tertentu 4. Pengawasan a. Pemantauan siswa b. Penilaian siswa b. c. Pembinaan disiplin belajar siswa Pencatatan penghadiran siswa Pengaturan permindahan siswa Pengaturan kelulusan siswa. Manajemen kepegawaian 1. Perencanaan a. Analisis pekerjaan di sekolah b. Penyusunan prmasi guru dan pegawai c. Perencanaan dan pengadaan guru dan pegawai baru 2. Pengorganisasian a. Pembagian tugas guru dan pegawai 3. Pengerahan a. Pembinaan profesialisme guru dan pegawai b. Penggunaan karir guru dan pegawai c. Pembinaan kesejahteraan guru dan pegawai d. Pengaturan perpindahan guru dan pegawai e. Pengaturan pemberhentian guru dan pegawai 4. Pengawasan a. Pemantauan kinerja guru dan pegawai b. Penilaian kinerja pemberhentian guru dan pegawai c. Manajemen dan Sarana/ Prasarana Manajemen Sarana dan Prasarana 1. Perencanaan a. Alisis kebutuhan sarana dan prasarana sekolah b. Perencanaan dan pengadaan sarana dan prasana sekolah. 2. Pegorganisasian a. Pendistribusian sarana dan prasarana sekolah b. Penataan sarana dan prasarana sekolah 3. Pengerahan a. Pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah secara efektif dan efesien b. Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah c. Inventarisasi sarana dan prasarana sekolah d. Penghapusan sarana dan prasrana sekolah 4. Pengawasan a. Pemantauan kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah b. Penilaian kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah Manajemen Keuangan 1. Perencanaan a. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) 3. Pengerahan a. Pelaksanaan anggaran sekolah b. Pembukuan keuangan sekolah c. Pertanggung jawaban keuangan sekolah 2. Pengorganisasian a. Pengadaan dan pengalokasian anggaran berdasarkan 4. Pengawasan a. Pemantauan keuangan sekolah b. Penilaian kinerja manajemen keuangan sekolah Manajemen Humas 1. Perencanaan a. b. Analisis kebutuhan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah Penyusunan program hubungan sekolah dengan masyarakat 2. Pengorganisasian a. Pembagian tugas melaksanakan program hubungan sekolah dengan masyarakat 3. Pengerahan a. Menciptakan hubungan sekolah dengan orang tua siswa b. Mendorong orang tua menyediakan lingkungan belajar yang efektif c. Mengadakan komunikasi dengan tokoh masyarakat d. Mengadakan kerja sama dengan instansi pemerintah dan swasta e. Mengadakan kerja sama dengan organisasi social keagamaan 4. Pengawasaan a. Pemantauan hubungan sekolah dengan masyarakat b. Penilaian kinerja hubungan sekolah dengan masyarakat Manajemen Layanan Khusus 1. Perencanaan a. Analisis kebutuhan program layanan khusus bagi warga sekolah b. Penyususnan program layanan khusus bagi warga sekolah 2. Pengorganisasian Pembagian tugas melaksanakan program layanan khusus bagi warga sekolah 3. Pengerahan a. Pengaturan pelaksanaan antar jemput siswa b. Pengaturan pelaksanaan asrama siswa c. Pengaturan pelaksanaan makan siang siswa d. Pengaturan pelaksanaan program koperasi sekolah e. Pengaturan pelaksanaan program layanan khusus lainnya 4. Pengawasan a. Pemantauan program layanan khusus b. Penilaian kinerja program layanan khusus bagi warga sekolah Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Pengampu Slameto S2 MP FKIP UKSW Salatiga 2014 Sistem KEPEMIMPINAN V I s I P o l a & K e g I a t a n M I s i ORGANISASI Sekumpulan Orang/Kelompok Deskripsi Singkat Mata Kuliah ini membahas pengertian /dasar-dasar kepemimpinan , kepemimpinan, kepemimpinan vs manajemen, kekuasan, politik, legitimasi, dan jenis kepemim pinan efektif serta penerapannya sesuai dengan situasional. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti perkuliahan ini, peserta mampu menjelaskan penerapan prinsip-prinsip dasar kepemimpinan dalam organisasi secara efektif TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu: Menjelaskan pengertian/dasar –dasar kepemimpinan Menguraikan kekuasaan, dan legitimasi pemimpin Menjelaskan politik dan konflik dalam kepemimpinan Menjelaskan jenis-jenis kepemimpinan efektif Menerapakan gaya kepemimpinan efektif sesuai situasional POKOK BAHASAN 1. Pengertian dan prinsip-prinsip dasar kepemimpinan 2. Pengaruh kekuasaan dan legitimasi pemimpin 3. Pengertian politik dan konflik dalam kepemimpinan 4. Pengertian, jenis, dan penerapan kepemimpinan efektif PENDAHULUAN Perkembangan IPTEK Era Globalisasi Era Teknologi Informasi Virtual Teams Peranan dan Tujuan Kepemimpinan (understanding, predicting, influencing) • Pentingnya Kepemimpinan • Organisasi • • • • • PANDANGAN TERHADAP KEPEMIMPINAN • SEBAGAI SUATU ILMU • KEMAMPUAN PRIBADI SESEORANG • SUATU PROSES PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN IDENTIFIKASI BERBAGAI SIFAT PARA PEMIMPIN BERBAGAI PERILAKU PEMIMPIN PENDEKATAN KONTINGENSI MERUMUSKAN EFEKTIVITAS PEMIMPIN YANG DI ANALISIS DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG PENGERTIAN KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP) KAMUS BAHASA INDONESIA (B.P.-1994): “perihal pemimpin ; cara memimpin “ House et.Al,1999,h.184 : “ Kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi….” Drath & Palus, 1994,h.4: “ Proses untuk membuat orang memahami bekerja bersama orang lain, sehingga mereka paham dan mau melakukannya “ Jacob & Jaques,1990,h.281: “ Proses memberikan tujuan(arahan yang berarti) ke usaha kolektif, yang menyebabkan adanya usaha yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan “ Rauch & Behling, 1984,h.46: “ Proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir untuk mencapai sasaran “ H.Koonz and Cyril O Donnel ,(1982): “ Suatu seni/proses mempengaruhi sekelompok orang, sehingga mau bekerjasama dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompok “ Stephen P. Robin, (1996): “ Kemampuan mempengaruhi suatu kelompok, kearah pencapaian tujuan “ Cribbin, (1982): “ Kemampuan memperoleh konsensus dan keikatan pada sasaran bersama melampaui syarat-syarat organisasi, yang dicapai dengan pengalaman, sumbangan dan kepuasan kelompok kerja “ KESIMPULAN DARI DEFINISI-DEFINISI • Merupakan tindakan seorang pemimpin , dalam memimpin anggota/kelompok dibawahnya untuk mencapai tujuan bersama yang ditentukan • Sebagai seni mempengaruhi orang lain/kelompok, untuk bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama kearah tujuan organisasi PENTINGNYA KEPEMIMPINAN • Kehidupan Organisasional (kenegaraan, politik, keagamaan, bisnis/kewirausahaan) • Organisasi Sosial • Semua jenis organisasi terlepas dari: tujuan, bentuk, sifat&besar/kecilnya • Penggabungan teoritikal & empiris • Menyentuh berbagai segi kehidupan manusia PEMIMPIN FORMAL VS PEMIMPIN INFORMAL Pemimpin Formal Pemimpin Tidak Formal - - Tidak legitimasi - Ditunjuk masyarakat - Tidak ada dukungan formal(tak ada atasan) - Tidak ada (sukarela) - Tak ada prmosi - Respek masyarakat Pengaruh positif/negatif Legalitas formal Diangkat dgn persyratan Organisasi formal (ada atasan) Ada balas jasa Promosi Ada sanksi hukum Kekuasaan & wewenang KEPEMIMPINAN VS MANAJEMEN KEPEMIMPINAN - Keg.mempengaruhi orang2 dlm mencapai tujuan - Agak luas dari manajemen - Dibatasi tatakrama, birokrasi MANAJEMEN - Suatu proses pencapaian tujuan organisasi dgn fungsi fungsi - Pemikiran khusus kepemimpinan=> untuk mencapai tujuan - Fungsi2 manajemen setiap pembahasan KEKUASAAN (POWER) • KEPEMIMPINAN terkait KEKUASAAN (hubungan erat sekali) • KEKUASAAN PEMIMPIN sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku pengikut • KEKUASAAN DIGUNAKAN SILIH BERGANTI: untuk mempengaruhi (influence) dan otoritas (kekuasaan yang disahkan/legimatized) • POWER: kemampuan untuk menggerakkan sumber, mendapatkan, dan menggunakan sumber apa saja , yang diperlukan orang untuk mencapai tujuan • KEPEMIMPINAN: setiap usaha untuk mempengaruhi • KEKUASAAN: sebagi suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin BASIS KEKUASAAN (menurut French & Raven) 1. Coersive Power (kekuasaan paksaan) 2. Expert Power (kekuasaan keahlian) 3. Legitimate Power (kekuasaan legitimasi) 4. Reward Power (kekuasaan penghargaan) 5. Referent Power (kekuasaan referensi) 6. Information Power (kekuasaan informasi) 7. ConnectionPower (kekuasaan hubungan) No. 1,3,4,6,7 = position power No. 2,5 = personal power POLITIK • PENGERTIAN: cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah • PERILAKU: gaya, cara, teknik, metoda, strategi = SEGALA CARA DIPAKAI TUJUAN KEKUASAAN • PERILAKU POLITIK: untuk tujuan “kekuasaan” • TUJUAN KEKUASAAN: untuk pengikut/kelompok, pribadi/keuntungan • MAKA: cara bertindak yang diambil dalam menghadapi masalah = TUJUAN KEKUASAAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU POLITIK: • • • • Tujuan Kekuasaan (pengikut, pribadi) Cara Bertindak(tindakan yg diambil => masalah) Perilaku yang Terkait (gaya, cara, teknik,metoda) JUMLAH KEKUASAAN: tergantung jumlah sasaran, cekatan memakai kekuasaan LEGITIMACY(LEGITIMASI) HAK KEKUASAAN • KONSEP LEGITIMASI: konsep pengesahan berdasarkan Undang-Undang • SEHINGGA: konsep legitimasi merupakan suatu konsep pengesahan seorang pemimpin sesuai dengan Undang-Undang (sah berdasarkan UndangUndang) • PENGESAHAN: dikaitkan dengan undang-undang (PP,SK Mentreri, SK Dirjen dst.) • INSTITUSIONAL LEGITIMASI: lembaga yang dibentuk untuk mengesahkan berdasarkan undang-undang • PERSONAL LEGITIMACY: pribadi yang memperoleh pengesahan, sebagai hasil usaha mempengaruhi sehingga: komitmen, kepatuhan,kekuasaan KONFLIK PENGERTIAN: segala macam pertentangan(interaksi antagonis) segala macam bentuk hubungan manusia yang mengandung sifat berlawanan SUMBER KONFLIK DALAM ORGANISASI: • Manusia & Perilakunya • Struktur Organisasi • Komunikasi PANDANGAN KONFLIK: -Pandangan Tradisional (semua konflik bahaya & harus dihindarkan) - Pandangan Aliran Hubungan Manusia(lumrah, alami, tdk dapat dihindari) - Pandangan Interaksionis (harus terjadi, menimbulkan semangat, kreativitas, JENIS KONFLIK: KONFLIK FUNGSIONAL: - Dampak konflik positip dan negatip - Tergantung memanajemeni konflik - Bermanfaat & pengaruh positif terhadap kinerja KONFLIK DISFUNGSIONAL: -Sangat mengganggu, merusak, menghalangi pencapaian tujuan -Dipandang negatif KONFLIK IBARAT PEDANG BERMATA DUA Satu sisi: bermanfaat digunakan untuk pekerjaan produktif Sisi lain : merugikan, bencana, membunuh orang KEPEMIMPINAN EFEKTIF 1. PENDEKATAN TEORI SIFAT 2. PENDEKATAN TEORI PERILAKU 3. PENDEKATAN TEORI KONTINGENSI: • Model Keputusan “Vroom-Yetton” • Model Fiedler (LPC-Model) • Model Jalan Kecil Tujuan “House Path Goal Model” • Model Paul Hersey dan Blanchard 4. KEPEMIMPINAN KHARISMATIK 5. KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL I. PENDEKATAN TEORI SIFAT • Dikenal: Trait Theory, The Great Man • Seseorang dilahirkan menjadi pemimpin • SIFAT-SIFAT YANG DIKAITKAN DENGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF: kecerdasan, kepribadian, kemampuan • KELEMAHAN: sulit mengukur masing2 sifat, kondisi kepemimpinan tertentu diperlukan sifat2 tertentu, tdk selalu ada relevansi antara sifat2 yang dianggap unggul dgn efektivitas pemimpin • Teori Sifat sangat diperlukan oleh Kepemimpinan yang menerapkan prinsip “ Keteladanan/Panutan” karena: • Prinsip keteladanan pemimpin sebagai panutan • Tokoh panutan diikuti, dituruti, memberi contoh positip • Contoh positip sifat2 dapat dirasa & dilihat pengikut • Sifat2 dianut & diikuti ada kelebihan dan sifat bawahan • Sifat Unggul Pemimpin kecakapan, daya tangkap, pengetahuan, daya ingat, keyakinan, ketekunan dsb • Dengan Keunggulan wibawa dipertahankan, bawahan taat • Prinsip Keteladanan berhasil: prinsip teori sifat dilaksanakan TEORI PERILAKU Tingkah laku apa yang dilakukan pemimpin ? Lebih dekat hubungan dengan proses kepemimpinan TEORI PERILAKU MENURUT: 1. OHIO STATE UNIVERSITY 2. MICHIGAN UNIVERSITY 3. MANAGERIAL GRID (Blake & Mouton) (1) OHIO STATE UNIVERSITY Ada 2 dimensi utama Perilaku Pemimpin: • Iniating Structure (Struktur inisiasi = tujuan organisasi) • Consideration (konsiderasi = kepentingan bawahan) GAMBAR OHIO STATE UNIVERSITY C O N S I D E R A T I O N C C IS IS Initiating Structure C C IS IS (2) MICHIGAN UNIVERSITY Ada 2 dimensi /kecenderungan Perilaku Pemimpin: • Production Oriented (berorientasi produksi) • Employed Centered (berorientasi karyawan) • Kedua macam kecendrungan Perilaku Kepemimpinan tidk lepas dari: • Masalah Fungsi:berkait tugas/task related (fungsi pemecahan masalah • Pemeliharaan kelompok(group maintenance) fungsi sosial/ social function • Gaya Kepemimpinan: hubungan pemimpin dgn bawahan GAMBAR MICHIGAN MICHIGAN GAMBAR UNIVERSITY UNIVERSITY E M P L O Y E D C E N T E R E D EC PO EC PO Production Oriented EC EC PO PO (3) MANAGERIAL GRID Grafik Kepemimpinan Perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui 2 dimensi yaitu: • Concern of Production (tugas/hasil) • Concern of People (bawahan/hubungan kerja) KELEMAHAN TEORI PERILAKU: • Ada 2 dimensi saja indikator tugas/hasil dan bawahan • Tiap waktu , dimungkinkan berbeda-beda perilaku GAMBAR MICHIGAN GAMBARUNIVERSITY MANAGERIAL GRID C O N C E R N CP PO CP Team Country club O F P E O P L E PO Midle of the road CP PO Imporeshed CP Task Concern of Production PO PENDEKATAN KONTINGENSI 1. MODEL KEPUTUSAN “Vroom-Yetton” 2. MODEL FIEDLER 3. MODEL JALAN KECIL TUJUAN (House!s Path Goal Model) 4. MODEL PAUL HERSEY DAN BLANCHARD • • • • • Dikenal juga: “Teori Kepemimpinan Situasional” Konteks Kepemimpinan Efektif: Keputusan mempengaruhi orang lainTujuan Memahami situasi kondisi Untuk berhasil guna (dapat membawa hasil) FAKTOR SITUASI: benar2 dikelola, untuk berhasil guna sesuai tujuan kepemimpinan yaitu “efektif dalam tujuan” DIAGNOSA THD SITUASI: Pemimpin mengubah-ubah perilaku sesuai situasi Pemimpin memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan & motif2 yang berbeda (1) MODEL KEPUTUSAN (VROOM-YETTON) • Hubungan Perilaku Pemimpin-Partisipasi dengan “ Pengambilan Keputusan Normatif” • Perilaku pemimpin , menyesuaikan diri mencerminkan struktur tugas • MAKA: banyak ragam mengambil keputusan dalam situasi yang berlainan • Ada 5 Perilaku/Gaya Pemimpin dapat dipakai dalam satu situasi: 1. AI (otokratik I): dlm memecahkan masalah mengambil keputusan sendiri dgn informasi saat ini 2. AII (otokratikII): informasi bawahan-putuskan sendiri-pemecahan masalah (peran bawahan pemberi informasi) 3.CI (konsultatif I): berbagi masalah dgn bawahan yg relevan(individual)-ngambil keputusan-tdk cerminkan pengaruh bawahan 4. CII (konsultatif II): berbagi masalah dgn bawahan (satu klmpk/kolektif)-ngambil keputusan tdk mencerminkan pengaruh bawahan 5. GII (kelompok II): berbagi masalah dgn bawahan(kelompok)-sama2 lahirkan-evaluasi alternatif-capai kesepakatan-pemecahan EFEKTIVITAS KEPUTUSAN TERGANTUNG: • Kualitas keputusan (pengaruhi kinerja) • Penerimaan keputusan(dilaksanakan, motivasi kerja) • Situasional (merubah langkah mengambil keputusan krn tiap waktu spesifik, berlainan) (3) MODEL JALAN KECIL-TUJUAN (Housels Path-Goal Model) • Bagaimana Perilaku Pemimpin mempengaruhi pengharapan² mempengaruhi prestasi kerja pengikut • PERILAKU PEMIMPIN: meningkatkan prestasi bawahan kalau memenuhi kebutuhan bawahan dan memberi pelatihan, bimbingan, dukungan yg dibutuhkan bawahan • PERILAKU PEMIMPIN DITERIMA BAWAHAN: krn sumber kepuasan segera dan sarana kepuasan Y.A.D. • Perilaku/Gaya Kepemimpinan ada 4: Perilaku Kepemimpinan ada 4: 1. DIREKTIF : autokratis 2. SUPORTIF: pendukung (ramah, perhatian pd bawahan dsb) 3. PARTISIPATIF: partisipatif (harap saran pendapat anggota, konsultasi pd bawahan) 4. ORIENTASI PRESTASI: orientasi pada keberhasilan (percaya pd bawahan capa tujuan & prestasi yg baik) FAKTOR SITUASIONAL: karakter pengikut & karakter lingkungan (4) MODEL KEPEMIMPINAN SITUASIONAL Hersey dan Blanchard) • Memusatkan perhatian: pada kesiapan pengikut/bawahan • Memilih gaya kepemimpinan yang tepat pada tingkat kesiapan /kedewasaan/maturity para pengikut • KEEFEKTIFAN: tergantung tindakan dari pengikut • KESIAPAN/READINESS = kemampuan & kesediaan pengikut menyelesaikan tugas2 • Kepemimpinan situasional dua dimensi: perilaku tugas dan hubungan Masing2 dimensi (tinggi/rendah) + digabung menjadi 4 Perilaku/Gaya Pemimpin: 1. Telling (S1) = mengatakan (orientasi tugas tinggi dan hubungan rendah) 2. Selling (S2) = menjual (tugas tinggi, hubungan tinggi) 3. Participating (S3) = berperan serta (tugas rendah hub. Tinggi) 4. Delegating (S4) = mendelegasikan (tugas rendah, hub rendah) • • • • R1 = R2 = R3 = R4 = 4 TAHAP KESIAPAN PENGIKUT: tidak mampu dan tidak bersedia tidak mampu dan bersedia mampu dan tidak bersedia mampu dan bersedia KEDEWASAAN /MATURITY BAWAHAN SBB: • • • • Rasa Tanggungjawab: Kemauan (motivasi) Kemampuan (kompetensi) Kombinasi antara kemampuan & kemauan/kesediaan (R1 s.d R4) • Pendidikan dan pengalaman • Tingkat kedewasaan berbeda-beda tergantug tugas, fungsi IV. KEPEMIMPINAN KHARISMATIK PENGERTIAN: • Kharisma (bhs Yunani) = karunia diinspirasi ilahi (mukjizat, prediksi peristiwa y.a.d.) • Pengikut membuat atribusi/penghubungan dari kemampuan pemimpin heroik/luarbiasa dari perilaku2 tertentu PENDAPAT “MAX WEBER”: kemampuan yang luar biasa terjadi karena “krisis sosial” (kemampuan pribadi luar biasa, visi radikal, menarik perhatian pengikut& percaya/visi pemimpin luar biasa), perlu mendirikan organiasi baru (gerakan politik, ordo keagamaan , perusahaan baru) KONTROVERSI: • Kharisma sebagai hasil • Dari Atribut seorang pemimpin • Kondisi situasional (proses interkasi pemimpinpengikut) PEMAHAMAN KEPEMIMPINAN KHARISMATIK: • Hasil persepsi pengikut • Atribut2 yang dipengaruhi oleh: kemampuan aktual , perilaku pemimpin • Dalam: situasi kepemimpinan, kebutuhan individual , kolektif para pengikut CIRI-CIRI NYA: • Kebutuhan tinggi akan kekuasaan • Rasa Percaya Diri (PD) • Pendirian dlm keyakinan + cita2 (thd visi, sbg agen perubahan , kepekaan lingkungan, perilaku diluar aturan PERILAKU KEPEMIMPINAN KHARISMATIK • Kompeten • Menekankan tujuan idiologis • Menetapakan contoh perilaku mereka sendiri • Komunikasikan harapan2 kinerja yang tinggi ttg kinerja pengikut saat bersamaan • Mengekspresikan rasa percaya thd pengikut • Berperilaku dgn cara menimbulkan motivasi yang relevan bagi misi kelompok MUNCULNYA KEPEMIMPINAN KHARISMATIK: • Organisasi yg punya misi dihubungkan dgn nilai2 dan identifikasi pengikut • Pekerjaan tidak terstruktur • Organisasi dalam kesulitan besar PERBEDAAN ANTARA KEPEMIMPINAN KHARISMATIK DGN NON KHARISMATIK • Segi ciri (keb. Kekuasaan, P.D., pendirian kuat& cita2) • • • • Perilaku Proses mempengaruhi Munculnya kepemimpinan Sisi gelap kepemp. Kharismatik (+, -) V. KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL & TRANSAKSIONAL TAHUN 1980 AN: peneliti manajemen, tertarik cara pemimpin, menghidupkan organisasi KONSEP KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL: • Membangun Komitmen thd sasaran organisasi, memberi kepercayaan pada pengikut mencapai sasaran • Mempelajari Cara Pemimpin: mengubah budaya, struktur organisasi agar lebih konsisten • Dengan strategi manajemen untuk mencapai sasaran organisasional Konsep Kepemimpinan Transformasional “ Burn” (1978): • Sebagai proses pemimpin & pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas, motivasi yang tinggi • Mencoba menimbulkan kesadaran pengikut dan menyerukan cita2(tinggi) dan nilai2 moral spt kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan • Menggerakkan kebutuhan ketingkat lebih tinggi (Maslow) • Pengikut dinaikan diri: “ diri sehari-hari ke diri lebih baik • Kepemimpinan yg menstransformasi dapat diperlihatkan siapa saja ?, Dalam organisasi apa saja ? Pendapat Bass: • Diukur efek hubungan antara pemimpin thd pengikut • Pengikut merasa ada kepercayaan, kekaguman, kesetian, hormat pada pemimpin, termotivasi • Pemimpin mentransformasi, memotivasi pengikut dgn: membuat sadar, mendorong, mengaktifkan KONSEP AWAL “ Kepemimpinan Transaksional”: • Pemimpin memandu, memotivasi pengikut kepentingan diri sendiri • Mengarah ketujuan yang ditetapkan • Memperjelas peran & tuntutan tugas • Sebagai hasil memperhatikan teori2: Ohio, Fiedler, Jalur Tujuan, model partsipasi pemimpin DEFINISI Kepemimpinan Transformasional: Pemimpin yang memberikan (pertimbangan, rangsangan intelektual) yang diindividualkan dan memiliki kharisma DEFINISI Kepemimpinan Transaksional: Pemimpin yang memandu /memotivasi pengikut mereka, dlm arah tujuan yg ditegakan, dgn memperjelas peran & tuntutan tugas Ciri-ciri Kepem. Transformasional: • Kharisma, rangsangan intelektual , pertimbangan /perhatian yg diindividualkan, motivasi inspirasional Ciri-ciri Kepem. Transaksional: • Imbalan, manajemen dgn pengecualian (aktif, pasif), laisser-faire CATATAN: • Pemimpin Transformasional lebih efektif • Kepem. Transf. & Transak. tdk boleh dipandang pendekatan berlawanan • Pemimpin Transf. lebih erat dgn tingkat keluar karyawan rendah, produktivitas tinggi, kepuasan karyawan besar • Pemimpin Transf. lebih dp kharisma • Pemimpin yang sama dpt memakai 2 jenis kepemimpinan pd situasi dan wkatu yg berbeda • Pemp. Transformasional dibangun di atas puncak Kepem. Transaksional Atribut Kepem. Kharismatik dgn Kepem. Transformasional Kepem. Kharismatik • Bagian penting K..Transf. • Individu kharismatik (tdk ada transf pd pengikut)mis: selebriti,atlit • Orang termotivasi untuk transf • Kebalikan transf (pengikut lemah, tgt,puja/menyembah Kepem.Transformasional • Kharisma tdk cukup • Pengaruh pengikut timbulkan “emosi” =>dpt mentransformasi peran pengikut (guru,dosen dsb) • Mencoba memberikan kekuasaan & tinggikan pengikut • Diterima pd semua organisasi ATRIBUT PEMIMPIN TRANSFORMASIONAL • • • • Agen perubahan Pengambil resiko (hati2) Yakin pada orang dan sangat peka thd kebutuhan Mampu mengartikulasikan sejumlah nilai inti yg membimbing perilaku mereka • Flexibel & terbuka • Mempunyai ketrampilan kognitif(pemikiran disiplin –analisis hati2) • Mempunyai visi, percaya pd intuisi Faktor-faktor Mengembangkan Kepem. Transformasional • Memformulasikan sebuah visi • Mengembangkan komitmen antara para stakeholder internal &eksternal • Melaksanakan strategimencapai visi tsb • Menanamkan nilai2 baru serta asumsi2 dlm budaya organisasi SUPERVISI PENDIDIKAN Slameto, Slameto, PGSD FKIP UKSW Salatiga 2014 20 14 1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi dewasa ini tantangan yang paling berat bagi bangsa Indonesia adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul, dan berdaya saing di tingkat regional maupun global. Upaya pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu telah banyak dilakukan, namun kenyataan menunjukkan pendidikan yang bermutu itu masih seperti fatamorgana. Hal ini dapat dilihat dari hasil UAN tahun yang masih memprihatinkan. Salah satu faktor yang penting dan strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah guru, karena guru inilah merupakan pelaksana terdepan dalam proses pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Oleh karena itu berhasil dan tidaknya mutu pendidikan tergangtung pada profesionalisme guru. Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui supervisi pendidikan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah/ Pengawas Sekolah . 2 PENGERTIAN SUPERVISI Supervisi pengajaran dianggap sebagai sistem tingkah laku formal yang dipersiapkan oleh lembaga untuk menyiapkan interaksi dengan sistem perilaku pengajar dengan cara memelihara, mengubah dan memperbaiki rencana serta aktualisasi kesempatan belajar siswa. Dalam uraian tentang supervisi di atas berfokus pada: a. perilaku supervisor b. dalam membantu guru c. tujuan akhirnya untuk mengangkat harapan belajar siswa 3 PENGERTIAN SUPERVISI 2. 3. Supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guruguru baik secara individual maupun secara berkelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. kata kunci supervisi adalah pemberian layanan dan bantuan. Supervisi yang dimaksud adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf Sekolah Dasar agar mereka dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. 4 TUJUAN Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesionalisme. 5 PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI 6 1. Ilmian (scientific) Dalam melaksanakan supervisi hendaknya dilaksanakan secara ilmiah. Hal ini pelaksanaannya harus: a. Sistematis, teratur, terprogram, dan kontinyu. b. Obyektif, berdasarkan pada data informasi. c. Menggunakan instrumen (alat) yang dapat memberikan data/informasi yang akurat, dapat dianalisis, dan dapat mengukur ataupun menilai terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar. 2. Demokratis Dalam melaksanakan supervisi hendaknya dapat menjunjung tinggi azas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta menghargai dan sanggup menerima pendapat orang lain. Lanjutan: 7 3. Kooperatif Dalam melaksanakan supervisi hendaknya dapat mengembangkan usaha bersama untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. 4. Konstruktif dan Kreatif Dalam melaksanakan supervisi hendaknya dapat membina inisiatif guru serta mendorong untuk aktif dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. SASARAN Supervisi ditujukan kepada siituasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan secara optimal. Untuk itu sasaran supervisi adalah: a. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar. 1) Penyusunan program pengajaran 2) Pelaksanaan proses belajar mengajar 3) Pelaksanaan program penilaian 4) Menganalisis hasil penilaian 5) Pelaksanaan program tindak lanjut b. Hal Hal--hal yang menunjang terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar seperti pengelolaan kelas, pengelolaan sekolah, pengelolaan administrasi, pelaksanaan BK, kebersihan, ketertiban, pelaksanaan ekstrakurikuler seperti UKS, Pramuka, dsb. 8 Diagram Paradigma Kategori Guru (Glickman, 1981) 9 4 tipe guru 1. Guru drop out, kuadran I. Guru yang mempunyai tingkatan komitmen rendah dan tingkatan abstraksi rendah. Dalam membina guru pada kategori ini dapat menggunakan orientasi direktif. 2. Guru kerjanya tak terarah (unfocused worker), kuadran II. Guru yang Tingkat komitmennya tinggi,namun tingkatan abstraksinya rendah. Kepala Sekolah dapat menggunakan orientasi kolaboratif dengan titik tekan pada presentasi. 3. Guru pengamat analisis (analytic obsever), kuadran III. Guru yang tinggi tingkat abstraksinya tinggi tetapi rendah tingkat komitmenya dapat menggunakan orientasi kolaboratif dengan titik tekan pada negosiasi. 4. Guru profesional sebagainama pada kuadran IV yang mempunyai tingkat komitmen dan abstraksi tinggi, kepala sekolah dapat menggukan orientasi non direktif. 10 Orientasi Direktif • Orientasi direktif didasarkan pada psikologi behavioristik tentang belajar. • Jika tanggung jawab guru dalam mengembangkan dirinya sangat rendah, maka dibutuhkan keterlibatan yang tinggi dari KS. Dengan demikian guru akan dapat dikondisikan sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengebangkan dirinya dengan baik. • KS yang berorientasi direktif menampilkan perilakuperilaku yaitu: klarifikasi, persentasi, demonstrasi, penegas­an, standarisasi dan penguatan. • Hasil akhir dari pembinaan dengan orientasi ini berupa tugas guru. • Pengkondisian guru melalui lingkungan yang dibangun oleh KS diharapkan memunculkan perilaku guru sebagaimana yang diharapkan. 11 Orientasi nondirektif • Dibangun dari pikologi humanistik tentang belajar dan mengajar, bahwa belajar harulah dilakukan denganpenemuan sendiri oleh siswa. Dengan demikian tingkat tanggung jawab guru rendah, sementara tanggung jawab siwa tinggi. • Dalam orientasi nondirektif, tanggung jawab guru dalam mengembangkan dan membina dirinya sendiri adalah tinggi, sedangkan tanggung jawab Kepala Sekolah dalam membina guru adalah rendah. • Dengan demikian kedaulatan lebih banyak ditangan guru dan Kepala Sekolah sekedar sebagai fasilitator saja. • Perilaku pokok Kepala Sekolah dalam orientasi nondirektif ini adalah: mendengarkan, mengklarifikasi, mendorong, mempersentasikan, dan bernegosiasi. • Sedangkan target akhir yang diinginkan adalah rencana oleh guru itu sendiri. 12 Orientasi kolaboratif • Mendasarkan asumsi-asumsi yang digunakan psikologi kognitif. belajar merupakan konvergensi antara kontrol instrumen lingkungan dan usaha penemuan diri sendiri. Karena itu tanggung jawab antara guru dengan siswa seimbang dan pada tingkat sedang. • Pandangan kolaoratif dalam supervisi guru juga ada kedaulatan yang seimbang antara Kepala Sekolah dan guru. Tanggung jawab mereka masing-masing yaitu sebagai guru dan sebagai Kepala Sekolah samasama sedang. • Dalam orientasi kolaboratif perilaku pokok Kepala Sekolah adalah: mendengarkan, mempersentasikan, memecahkan masalah dan negosiasi. • Target akhir yang ingin dicapai adalah terdapatnya kontrak antara Kepala Sekolah dengan guru. 13 Orientasi direct 1. pengawasan dilakukan oleh atau atas dasar kewenangan seseorang yang memiliki posisi dalam hierarki organisasi; 2. pengawasan dilakukan oleh orang yang berpangkat lebih tinggi dan lebih ahli, orang yang pangkatnya lebih rendah mestinya dievaluasi oleh orang yang pangkatnya lebih tinggi; 3. bekerja itu sifatnya rasional, sehingga dalam supervisi tidak perlu membicarakan perasaan dan hubungan pribadi; 4. untuk menolong guru tidak perlu mendengarkan/ memperhatikan; 5. penghargaan yang penting adalah eksternal, terutama dari atasan; 6. pada prinsip­nya mengajar merupakan ketrampilan yang dapat dikatakan sa;lah atau benar; dan 7. belajar yang terbaik adalah mendengarkan apa yang seharusnya dikerjakan. 14 Orientasi Indirect 1. pengawasan terhadap situasi tergantung pada tuntunan masalah; 2. keahlian pada dasarnya didasarkan pada ilmu dan pegalaman, bukan pada jabatan; 3. hasil karya guru merupakan alat evaluasi terbaik bagi pengukuran performasi; 4. penghargaan intrinsik adalah penting, disamping penghargaan eksrtrinsik; 5. belajar yang terbaik adalah dengan dihadapkan pada situasi dan dibantu menemikan cara pemecahanya sendir; 6. guru harus didengar dan di pahami oleh supervisor; 7. bekerja tidak hanya rasional tetapi juga emosional; 8. perlu menyelesaikan masalah secara kolaboratif; dan 9. mengajar itu suatu proses yang kompleks, berbeda dengan orang yang satu dengan yang lainnya sehingga sifatnya eksperimantal. 15 Pendekatan Humanistik • Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. • Guru bukan mesin, bukan benda mati yang bisa diatur dan diprogram sesuai dengan kehendak supervisor. • Guru merupakan mahluk hidup yang terus menerus berkembang dan selalu berinteraksi dengan lingkungan. • Oleh karena itu, supervisi harus dirancang sedemikian rupa mengikuti pola perkembangan manusia tersebut. 16 Pendekatan Humanistik • Kepala Sekolah terutama bertugas membimbing guru agar semakin hari semakin mampu berdiri sendiri, bertindak mandiri dengan penuh tanggung jawab. • Guru harus didorong untuk terus menerus belajar atas kesadaran sendiri, mencari pengalaman sendiri yang akan meningkatkan kemampuan profesionalnya. • Kepala Sekolah lebih berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan potensi yang dimiliki guru, guru dipandang mampu memecahkan berbagai persoalan yang berkaitan dengan tugas-tugasnya sebagai guru. • Mungkin KS hanya melakukan observasi tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin dia hanya mendengar tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin dia hanya mendengar tanpa membuat observasi atau mengatur penataran dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan belajar yang diminta guru. 17 Tahap Pendekatan Humanistik 1. Pembicaraan awal. KS memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. 2. Observasi . jika guru perlu bantuan, KS mengadakan observasi kelas; masuk kelas dan duduk di belakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan kelas. 3. Analisis dan interpretasi. Sesudah melakukan observasi, KS kembali ke kantor memikirkan kemungkinan kekeliruan/kekurangan guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, jika guru telah menemukan jawaban maka KS tidak akan memberi nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasihat oleh guru, KS hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya, KS akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang kiranya tepat dalam upaya mengatasi kesulitannya. 4. Pembicaraan akhir. Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu guru dan KS mengadakan pembicaraan akhir.Dalam pembicaraan akhir ini, KS berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kalau-kalau guru perlu bantuan lagi. 5. Laporan. Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasar­kan judgment KS. Laporan ini ditulis untuk guru, untuk bahan perbaikan selanjutnya. 18 Pendekatan Kompetensi • Pendekatan ini berpendapat bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai guru. • Supervisi diarahkan untuk mengembangkan kompetensi guru yang dimiliki oleh seorang guru. • Guru yang tidak memiliki kompetensi dipandang tidak akan bekerja secara efektif. • Kompetensi itu juga berkembang mengikuti perkembangan lingkungan pendidikan yang ada. • KS dalam pendekatan ini bertugas menentukan kompetensikompetensi (secara terstruktur) apa yang harus dimiliki oleh guru. 19 Instrumen Pendekatan Kompetensi 1. Tujuan Supervisi, 2. Target yang Akan Dicapai, 3. Tugas KS dan Guru Untuk Memperbaiki Unjuk Kerja Guru, 4. Kriteria Pencapaian Target, 5. Pengumpulan Data Monitoring, dan 6. Evaluasi dan Tindak Lanjut. 20 Teknik supervisi Pendekatan Kompetensi 1. Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikehendaki. Tupoksi yang harus dilakukan oleh guru dirinci dan dispesifikasikan dg jelas. Misalnya: membuat persiapan mengajar, mengelola kelas, bertanya, menjelaskan pelajaran, bagaimana guru harus menyusun evaluasi dan sebagainya. 2. Menetapkan target unjuk kerja, setelah KS dan guru mengetahui dan menganalisis kemampuannya kemudian bersama-sama menentukan target yang akan dicapai dalam supervisi, dan secara garis besar bagaimana pengukuran prestasi itu harus dilakukan; 3. Menentukan aktivitas unjuk kerja, setelah tujuan ditentukan kemudian mendiskusikan bagaimana cara mencapai, kegiatannya apa, personilnya siapa, jadwalnya kapan, sumber dananya berapa dan sebagainya. 4. Monitoring kegaitan untuk mengetahui unjuk kerja. KS mengumpulkan data dan mengolah data sehingga bisa diketahui pencapaian target yang telah ditentukan. KS dan guru harus sepakat data apa yang akan dikumpulkan, kapan dan bagaimana data dikumpulkan. 5. Menilai hasil monitoring, hasil monitoring dinilai bersama-sama oleh KS dan guru untuk mengetahui sejauh mana target telah dicapai. 6. Pembicaraan akhir, KS dan guru membicarakan tentang kegiatan yang telah dilakukan dan bagaimana langkah selanjutnya agar unjuk kerja guru semakin meningkat. 21 TEHNIK SUPERVISI 1. Kunjungan Kelas Kunjungan kelas dapat dilaksanakan secara berencana untuk memperoleh gambaran tentang proses belajar mengajardan pengelolaan kelas yang dilaksanakan guru . Kunjungan kelas ini dapat dilaksanakan dengan cara: a. Memberitahukan terlebih dulu b. Tanpa memberitahukan terlebih dulu c. Atas undangan guru Pada kunjungan kelas ini supervisor dapat melihat: a. Pelaksanaan KBM b. Pengelolaan kelas c. Melihat hasil belajar siswa d. Hal-hal yang menunjang pelaksanaan KBM. 22 TEHNIK SUPERVISI 2. 3. Observasi Kelas (Classroom Observation) Observasi Kelas dapat dilaksanakan untuk mengetahui usaha serta kegiatan siswa dan guru dalam proses KBM yang mencakup: a. penguasaan bahan/materi b. penguasaan metode c. pengorganisasian kelas d. penggunaan media/alat peraga e. Faktor penunjang yang lain. Percakapan pribadi Percakapan pribadi dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu untuk masalahmasalah khusus. Percakapan pribadi ini bertujuan untuk: a. Mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan guru. b. Mendorong guru mengatasi segi-segi kelemahannya dalam mengajar dan mengelola kelasnya. c. Mengurangi keragu-raguan guru dalam menghadapi masalah pada waktu mengajar. 23 TEHNIK SUPERVISI 4. 5. Kunjungan antar kelas atau antar sekolah Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menukar pengalaman serta hal-hal lain yang menyangkut usaha untuk menunjang pelaksanaan interaksi belajar mengajar untuk menambah pengalaman mengajar atau mengikuti rekan guru lain yang sedang memberi contoh mengajar yang baik. Rapat Rutin Kegiatan ini dilaksanakan antar pembina dengan para guru di sekolah. Hal ini dilaksanakan dalam rangka menyampaikan pembicaraan yang bersifat umum. 24 TEHNIK SUPERVISI 6. 7. 8. 9. 10. 11. Pertemuan Gugus/KKG Pertemuan-pertemuan gugus dilaksanakan pada kelompok kerja seperti KKG, KKKS, KKPS, dan Pertemuan di PKG. Pertemuan-pertemuan tersebut dapat dilaksanakan oleh masing-masing kelompok atau gabungan dari beberapa kelompok kerja yang bertujuan untuk menginventarisasi dan merumuskan masalah-masalah yang ditemui serta mencari alternatif pemecahannya. Kunjungan antar KKG, KKKS, KKPS Sistem Magang Penataran Karya Wisata Melalui pengumuman, brosur, edaran, media masa seperti: surat kabar, majalah, buletin, RRI, TV, dsb. 25 SKEMATIK TEHNIK SUPERVISI No Teknik Supervisi 1 Observasi Kelas 2 Pertemuan/percakapan Pribadi 3 Rapat rutin 4 Kunjungan Kelas 5 Kunjungan antar Kelas Pelaksanaan Tujuan Mengobservasi Pelaksanaan PBM di kelas Berdialog langsung dengan guru - Mengetahui cara guru melaksanakan KBM - Memberi bantuan/layanan khusus untuk masalah masalah yang bersifat khusus Pertemuan antara kepala sekolah dengan guru-guru Tanpa pemberitahuan terlebih dulu Dengan pemberitahuan terlebih dahulu Diundang oleh guru - Memberi bantuan secara umum Guru saling mengunjungi antar kelas dlm satu sek maupun antar sekolah - Untuk mengetahui keadaan sebenarnya. - Agar guru mengetahui maksud dan tujuan kunjungan terlebih dahulu. - Guru meninjukkan hasil kerjanya. - Saling mrlihat dan memberi saran - Saling mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing. 26 NO 6 TEKNIK SUPERVISI Pertemuan KKG/KKKS/KKPS PELAKSANAAN -Simulasi praktek mengajar -Diskusi pemecahan masalah 7 Sistem magang 8 Kunjungan antar KKG/KKKS/KKPS 9 Penataran tingkat lokal 10 11 -Guru/KS belajar dari guru/ KS SD lain selama beberapa hari. -Pengurus/anggota saling mengunjungi dengan kelompok kerja yang lain. -Pemandu mapel TUJUAN -Menyepakati cara mengajar yang baik. -Memecahlan masalah- masalah yang ada di kelas/sekolah dalam pelaksanaan KBM - Belajar melaksanakan dan mengelola KBM beserta penunjangnya -Saling tukar menukar pengalaman. -Tukar menukar tutor. Karya wisata Penataran mini 1-3 hari tingkat KKG. Mengunjungi sumber-sumber Belajar seperti museum -Memenuhi kebutuhan guru secara perorangan. -Untuk menambah wawasan tentang sumber belajar. Melalui pengumuman, brosur, majalah, koran, TV, Radio dll. Membaca, melihat, dan mendengarkan tayangan. -Untuk mengetahui perkembangan atau kebijakan pendidikan. 27 LANGKAH PELAKSANAAN DAN INSTRUMENNYA A. Perencanaan Kepala Sekolah sebelum mengadakan supervisi perlu membuat perencanaan yang baik. Perencanaan tersebut memuat tujuan, materi dan tehnik yang digunakan, sasaran, dan pelaksanaannya. Perencanaan ini berfungsi sebagai pedoman kerja bagi kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi di kelas. Sebagai penjabaran program supervisi tahunan tersebut disusun program supervisi yang lebih operasional . B. Persiapan Sebelum mengadakan supervisi perlu persiapan. Hal-hal yang harus dipersiapkan yaitu: a. Format / Instrumen supervisi b. Materi Pembinaan/Supervisi c. Buku catatan d. Data supervisi sebelumnya, dll. 28 LANGKAH PELAKSANAAN DAN INSTRUMENNYA C. Pelaksanaan Sebagaimana sasaran supervisi di atas, pelaksanaan supervisi diarahkan pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hal-hal yang menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Pelaksanaan supervisi tersebut disesuaikan dengan tehnik-tehnik supervisi sebagaimana diterangkan di atas. Langkah-langkah pelaksanaannya sbb: 1. Temu awal Kepala sekolah mengadakan rapat untuk menyampaikan hal-hal yang akan disupervisi kepada guru, baik supervisi oleh pengawasa maupun oleh kepala sekolah. 2. Observasi administrasi a. Observasi administrasi kesiswaan b. Observasi administrasi perlengkapan barang c. Observasi administrasi program pengajaran d. Observasi administrasi keuangan e. Observasi administrasi ketenagaan f. Observasi administrasi Humas, dll. 29 LANGKAH PELAKSANAAN DAN INSTRUMENNYA 3. Observasi PBM a. Program (tahunan, semester, bulanan) b. Persiapan mengajar dan pelaksanaannya. c. Hasil belajar/prestasi siswa klasikal/individual d. Program BK e. Program tindak lanjut, perbaikan dan pengayaan. 4. Observasi UAS a. Kepanitiaan UAS b. Pengaturan ruangan c. Denah kelas d. Daftar peserta e. Kartu peserta f. Daftar Pengawas g. Daftar Korektor h. Tata tertib pengawas/peserta i. Jadwal k. Kesekretariatan 30 LANGKAH PELAKSANAAN DAN INSTRUMENNYA 6. Wawancara Setelah pelaksanaan supervisi perlu diselingi atau dilengkapi dengan wawancara, guna melengkapi informasi tentang semua masalah yang dihadapi untuk mencari alternatif pemecahan dan pembinaan lebih lanjut. 7. Temu akhir a. Setiap kegiatan supervisi diakhiri dengan menyampaikan laporan temuan dan mencari alternatif penanggulangan. b. Hasil akhir supervisi perlu ditandatangani oleh supervisor, kepala sekolah, dan guru yang disupervisi c. Temuan-temuan umum disampaikan secara umum / rapat sekolah. d. Temuan tehnis khusus dibicarakan langsung dengan guru yang disupervisi/pertemuan pribadi. 31 Tindak Lanjut Supervisi Hasil dari supervisi perlu adanya tindak lanjut. Tindak lanjut ini merupakan pembinaan dan perbaikan dari hasil temuan pada waktu pelaksanaan supervisi. Temuan-temuan tersebut menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan: 1. Siswa Temuan yang berhubungan dengan kesiswaan dalam KBM misalnya: a. Siswa yang kurang pandai disarankan agar diberikan: 1) Bimbingan baik individual/kelompok 2) Latihan-latihan/pekerjaan rumah 3) Perbaikan pengajaran (remedial) b. Siswa yang pandai: Bagi siswa yang pandai diberikan pengayaan baik secara individu/kelompok. 32 Tindak Lanjut Supervisi 2. Guru Temuan yang diperoleh tentang guru: a. Guru yang profesional Guru yang profesional dapat dimintakan sebagai pemandu mapel dan nara sumber dalam kegiatan KKG. b. Guru yang belum prosefional Guru yang belum profesional perlu mendapat pembinaan dan penanganan khusus agar menjadi guru yang profesional . Untuk itu perlu dilibatkan dalam: 1) Pelatihan-pelatihan 2) Penataran-penataran 3) Membuat dan mempergunakan alat peraga 4) Studi banding 5) Rapat-rapat, pertemuan-pertemuan lainnya. 33 Tindaklanjut Analisis hasil supervisi dapat dimanfaatkan sebagai pedoman pembinaan dan penyempurnaan instrumen. 1. Pembinaan a. Pembinaan langsung b. Pembinaan Tidak langsung Beberapa cara membina guru untuk meningkatkan kemampuan proses pembelajaran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Menggunakan buku panduan/petunjuk guru Menggunakan buku teks secara efektif Menggunakan praktek pembelajaran Mengembangkan tehnik pembelajaran Menggunakan metodologi yang luwes Merespon kebutuhan dan kemampuan individual siswa Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu pembelajaran Mengelompokan siswa secara lebih efektif Mengevaluasi siswa dengan lebih akurat Bekewrjasama dengan guru lain agar lebih berasil Mengikut sertakan masyarakat dalam mengelola kelas Pemantapan Instrumen Supervisi a. Persiapan Mengajar Guru b. Instrumen Supervisi KBM c. Komponen dan kelengkapan instrumen Cara melaksanakan Tindak lanjut 1. Mengkaji rangkuman hasil penilaian 2. Jika tujuan belum tercapai ,maka dapat dilakukan penilaian ulang 3. Pergunakan PDCA proses 4. Membuat Rencana Aksi supervisi 5. Mengimplementasikan rencana aksi tersebut. Sistematika PDCA • • • • • • • • • Judul Rasional/alasan Tujuan/kompetensi/kinerja yang akan ditingkatkan Sasaran dan waktu pelaksanaan Pendekatan dan Kegiatan Metode/materi/alat Evaluasi keberhasilan Tindak lanjut Legalitas Tugas Guru The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again. Tugas utama seorang guru adalah mengatur lingkungan Pembelajaran Guru bertugas sebagai Instruktur Guru bertugas sebagai fasilitator The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again. Guru bertugas sebagai nara sumber Melakukan semua tugas secara bersamaan The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again. O.H.P Teaching delivery skills Knowledge of subject matter Session planning skills games handouts Teaching resources Teacher Toolkit Evaluation skills Guru Biasa menceritakan Guru yang Baik menjelaskan Guru Superior menunjukan Guru yang Hebat menginspirasi THE CAN DO ATTITUDE • You CAN DO everything, but not all at once. • You CAN DO everything, if it’s important enough for you to do. • You CAN DO everything, but you may not be the best at everything. • You CAN DO everything, but there will be limitations. • You CAN DO everything, but you’ll need help. Kontak/sumber [email protected] Teori_Manajemen_Pendidikan_PPS_MMP_Gatotkaca_942008XX 48 Teknik dan Alat Manajemen: Pemanfaatanya dalam menghadapi perubahan, Pengambilan Keputusan dan untuk meningkatkan kinerja Prof Slameto MMP FKIP UKSW 2014 A. RELEVANSI TAM TERHADAP KOMPETENSI PEMIMPIN 1. Memahaman visi, misi, tujuan dan sasaran. 2. Merencanakan kinerja organisasi 3. Menumbuhkan motivasi pegawai 4. Menyusun alternatif pemecahan 5. masalah 6. Menentukan rencana aksi 2 B. MANFAAT ANALISIS 1. mengambilan keputusan. 2. menetapkan/ pengkajian ulang visi, misi tujuan dan sasaran. 3. memilih tindakan yang akan dilakukan 4. mengalokasikan atau pemberdayaan sumberdaya. 5. menyesuaikan konsep kebijakan yang telah atau akan diterapkan. 6. menentukan strategi dan rencana aksi. 7. menyusun Kertas Kerja 3 Manajemen Perubahan Pengertian • Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi. Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut. • Manajemen perubahan merupakan suatu hal yang penting dalam suatu organisasi. Dengan adanya manajemen perubahan, suatu organisasi dapat menjadi lebih dinamis dalam menghadapi perkembangan jaman dan kemajuan teknologi. Manajemen Perubahan Pengertian 1. Menurut Wibowo, • Manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses tersebut. 2. Menurut Prof. Dr. J. Winardi • Manajemen perubahan adalah upaya yang ditempuh manajer untuk memanajemen perubahan secara efektif, dimana diperlukan pemahaman tentang persoalan motivasi, kepemimpinan, kelompok, konflik, dan komunikasi. Tujuan Perubahan 1. Mempertahankan keberlangsungan hidup organisasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan internal yang meliputi perubahan strategi korporasi, tenaga kerja, teknologi dan peralatan yang digunakan dan sikapsikap karyawan, maupun lingkungan eksternal organisasi seperti perubahan pasar konsumen, teknologi, peraturan dan hukum pemerintah serta lingkup ekonomi global. 3. Memperbaiki efektivitas di dalam organisasi agar mampu bersaing di pasar ekonomi modern yang meliputi perbaikan efektivitas tim kerja dan perbaikan struktur dan sistem organisasi dalam hal ini terkait implementasi strategi. Tipe Perubahan • Perubahan terdiri dari 3 tipe yang berbeda, dimana setiap tipe memerlukan strategi manajemen perubahan yang berbeda pula. 1. Perubahan Rutin, dimana telah direncanakan dan dibangun melalui proses organisasi. 2. Perubahan Peningkatan, yang mencakup keuntungan atau nilai yang telah dicapai organisasi. 3. Perubahan Inovatif, yang mencakup cara bagaimana organisasi memberikan pelayanannya. Konsep Manajemen Perubahan 1. Teori Force Field: teori ini mengemukakan bahwa perubahan terjadi karena munculnya tekanan- tekanan terhadap organisasi, individu ataupun kelompok, dimana kekuatan tekanan (driving forces) berhadapan dengan keengganan (resistances) untuk berubah sehingga agar terjadi perubahan maka harus memperkuat driving forces dan memperlemah resistances. 2. Teori Motivasi: dalam teori ini perubahan akan terjadi kalau adasejumlah syarat tertentu yang menguntungka. Namun dengan memiliki motivasi untuk berubah maka yang perlu dilakukan adalah fokus ke depan dengan cara membuang sikap pesimis, menciptakan kepatuhan, serta mengurangi ketidakpuasan. 3. Teori Alfa, Beta, Gamma: dalam teori ini perubahan Alfa adalah perubahan tingkat kepercayaan yang terjadi, perubahan Beta adalah perubahan yang terjadi dalam menilai kepercayaan, sementara perubahan Gamma adalah perubahan yang terjadi karena kelompok melihat adanya faktor lain yang lebih penting. Konsep Manajemen Perubahan 4. Teori Contingency: dalam teori ini yang diamati adalah tingkat keberhasilan pengambilan keputusan yang ditentukan oleh gaya yang dianut dalam mengelola perubahan serta sejumlah kemungkinan. 5. Teori Kerja Sama: teori kerja sama mempelajari bahwa perubahan tidak bisa berjalan tanpa adanya kerja sama semua pihak. 6. Teori Mengatasi Resistensi Dalam Perubahan: teori ini membahas mengenai teknik yang dipakai dalam mengatasi resistensi seperti komunikasi, partisipasi, fasilitasi, negosiasi, manipulasi hingga teknik paksa. 7. Model Accounting-turnaround: teori ini melihat bahwa untuk dapat diselamatkan sebuah korporat harus memiliki sejumlah syarat seperti dukungan stakeholders, ada core business yang mampu mendatangkancashflow, tim manajemen yang solid, serta sumber- sumber pembiayaan terutama untuk jangka panjang. Biasanya perusahaan yang melakukan turnaround adalah perusahaan yang mengalami penurunan akibat kerugian terus menerus atau salah manajemen. Tahap-Tahap Manajemen Perubahan Tahap 1, yang merupakan tahap identifikasi perubahan, diharapkan seseorang dapat mengenal perubahan apa yang akan dilakukan /terjadi. Dalam tahap ini seseorang atau kelompok dapat mengenal kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe perubahan. Tahap 2, adalah tahap perencanaan perubahan. Pada tahap ini harus dianalisis mengenai diagnostik situasional tehnik, pemilihan strategi umum, dan pemilihan. Dalam proses ini perlu dipertimbangkan adanya factor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi dengan baik. Tahap 3, merupakan tahap implementasi perubahan dimana terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan yang diharapkan. Apabila suatu perubahan sedang terjadi kemungkinan timbul masalah. Untuk itu perlu dilakukan monitoring perubahan. Tahap 4, adalah tahap evaluasi dan umpan balik. Untuk melakukan evaluaasi diperlukan data, oleh karena itu dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data tersebut. Hasil evaluasi ini dapat di umpan balik kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada perubahan yang diinginkan berikutnya. Hambatan dan Tantangan Perubahan • Tantangan yang dihadapi dalam perubahan, muncul ketika individu maupun organisasi memiliki: 1. Rasa takut terhadap perubahan 2. Resiko terhadap penolakan, kegagalan, dan kerugian 3. Kesulitan mendapatkan apa yang diperlukan untuk memutuskan dan mencoba perubahan Mengatasi Penolakan Perubahan 1. Pendidikan dan Komunikasi • Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya. 2. Partisipasi • Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang mengambil keputusan. 3. Memberikan kemudahan dan dukungan • Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan. Mengatasi Penolakan Perubahan 4. Negosiasi • Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka. 5. Manipulasi dan Kooptasi • Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memlintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan. 6. Paksaan • Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan TEKNIK ANALISIS MANAJEMEN (TAM) 14 ANALISIS OPINI KEPUTUSAN 15 PENGAMBILAN KEPUTUSAN James AF Stoner Pengambilan keputusan merupakan serangkaian proses mengidentifikasi dan memilih tindakan untuk menghadapi masalah tertentu atau mengambil keuntungan dari suatu kesempatan. 16 R. Wayne Mondy Pengambilan keputusan merupakan proses inventarisir dan menilai alternatif-alternatif dan menentukan pilihan di antara alternatif-alternatif tersebut. 17 ENAM CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN (Fremon E. Kast dan James R. Rosenweig) 1. Kekuatan supra natural 2. Kekuatan naluri 3. Pengetahuan awam 4. Kekuasaan (otoritas) 5. Metode ilmiah 6. Metode rasional. 18 MAKNA ANALISIS MANAJEMEN 1. Mencapai Keunggulan Mengidentifikasi: • Kekuatan • Kelemahan 2. Memuaskan Stakeholders 3. Mencapai Tujuan 4. Mengembangkan Kemampuan Organisasi 19 KONSEP DASAR ANALISIS MANAJEMEN 1. Menganalisis Keadaan Internal peta kekuatan/ sumberdaya organisasi kebutuhan sumber daya Menganalisis keterkaitan antar faktor. 2. Menganalisis Keadaan Eksternal 20 3. Menganalisis Perubahan a. Perubahan keadaan lingkungan b. Perubahan kebutuhan pelanggan. c. Perubahan kekuatan organisasi 4. Mengambil Keputusan 21 PENGERTIAN TEKNIK ANALISIS MANAJEMEN Teknik: cara metode prosedur Analisis: 1. Proses menguraikan/ menelaah 2. Kajian ilmiah untuk mencari kebenaran. 3. Pemahaman pokok kajian. 22 Teknik – Teknik Analisis suatu cara penerapan berbagai teknik atau metode ilmiah dalam melakukan suatu kegiatan analisis. 23 Kegiatan analisis meliputi: 1. menentukan aspek yang akan dianalisis 2. menginventarisir, memilah-milah, mengkait-kaitkan 3. menilai faktor-faktor internal/ eksternal. 4. menentukan faktor-faktor unggulan/ dominan 5. menyusun alternatif strategi 6. menentukan strategi untuk mencapai keunggulan organisasi. 24 Analisis Manajemen, merupakan kegiatan: 1. penelusuran keadaan/ kinerja organisasi, 2. penelusuran ketersediaan sumber daya 3. penelusuran kemampuan pengelolaan sumber daya 4. penelusuran kemampuan pengendalian faktor eksternal 5. penilaian sumber daya 6. penilaian faktor eksternal 7. penentukan faktor kunci sukses. 8. penyusunan alternatif strategi 9. penentuan strategi dalam mencapai tujuan. 25 ANALISIS/URAIAN DENGAN MENJAWAB PERTANYAAN 5 W DAN 1H (Menguraikan kondisi/ kejadian riil di lapangan dan kondisi/ kejadian seharusnya secara rinci dan kuantitatif), dengan menjawab pertanyaan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Apa masalahnya/ sasarannya Apa dampak masalah tersebut Apa keadaan-keadaan (faktor-faktor pendorong/ penghambat) yang mempengaruhi masalah Dimana faktor tersebut terjadi Berapa sering faktor tersebut muncul Bagaimana rincian faktor tersebut Bagaimana keterkaitan masing-masing faktor tersebut Siapa yang bertanggung jawab/ terkait dengan faktor tersebut Kapan faktor tersebut muncul Mengapa faktor tersebut muncul Mengapa faktor tersebut mendorong/ menghambat Berapa kuat faktor tersebut mendorong/ menghambat Bagaimana kondisi faktor tersebut dibandingkan dengan seharusnya (wajar, baik, cukup, dsb) Apakah faktor tersebut sesuai dengan harapan stake holders Usaha-usaha apa yang TELAH DILAKUKAN untuk memperkuat faktor pendorong dan memperlemah/ meniadakan faktor penghambat. 16. Dsb. Usahakan dilengkapi dengan ANGKA-ANGKA, TABEL, GRAFIK, DAN DIAGRAM. Analisis yang Baik Merupakan Uraian Tentang Kondisi Seharuanya dan Kondisi Riil di Lapangan Secara Rinci dan Kuantitatif. 26 Teknik-Teknik Analisis Manajemen Merupakan suatu cara penerapan berbagai teknik atau metode ilmiah dalam mengidentifikasi, dan menilai faktorfaktor eksternal dan internal, serta menentukan faktorfaktor unggulan dan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. 27 Yang lebih urgen bukan hanya pada pemilihan metode analisis Tetapi Juga Pada “kemampuan” dalam mengidentifikasi dan menilai keadaan, menentukan faktorfaktor dominan, menyusun alternatif strategi, dan memilih strategi yang tepat. 28 KERANGKA KERJA ANALISIS Menentukan bidang aspek yang akan di analisis Identifikasi faktor-faktor yg berpengaruh terhadap topik Menilai faktor-faktor Menentukan faktor-faktor kunci Mencari keunggulan faktor-faktor kunci Menyusun alternatif strategi 29 KERANGKA KERJA MANAJEMEN TRADISIONAL KERANGKA KERJA MGT STRATEGIS VISI VISI MISI ANALISIS INTERNAL & EKSTERNAL MISI TUJUAN TUJUAN FAKTOR STRATEGI RENCANA KEGIATAN STRATEGI RENCANA KEGIATAN HASIL PELAKSANAAN PEMANTAUAN & EVALUASI 30 31 MANFAAT ANALISIS SWOT Menganalisis visi Menganalisis suatu kebijakan Menganalisis kinerja organisasi Menganalisis kemampuan bersaing 32 1. Menganalisis faktor-faktor internal (Strenghs & Weaknesess) 2. Menganalisis faktor-faktor eksternal (Opportunities & Threaths) 3. Memadukan faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dalam penyusunan strategi. 33 Barang siapa yang mengetahui medan kekuatan dan kelemahan lawan dan diri sendiri akan memenangkan perjuangan Barang siapa yang dapat memadukan atau menciptakan interaksi efektif antara kekuatan (strenghts) dengan peluang (opprotunities) dan meminimalkan kelemahan (weaknesses) dengan ancaman (threats) akan memiliki keunggulan meraih sukses. 34 ANALISIS SWOT BERBAGAI PELUANG = O STRATEGI WO 3. Mendukung strategi Turn arround STRATEGI SO 1. Mendukung Strategi agresif. KELEMAHAN INTERNAL = W STRATEGI WT 4. Mendukung strategi defensif KEKUATAN INTERNAL = S BERBAGAI ANCAMAN = T STRATEGI ST 2. Mendukung Strategi diversifikasi 35 MATRIK SWOT KEKUATAN INTERNAL. STRENGTHS (S) Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal WEAKNESSES (W) Tentukan 5 – 10 faktor kelemahan internal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman KEKUATAN EKSTERNAL. OPPORTUNITY (O) Tentukan 5- 10 faktor peluang eksternal THEATHS (T) Tentukan 5 – 10 faktor ancaman eksternal 36 FAKTOR INTERNAL A. Unsur dan Fungsi Manajemen: 1. 2. 3. 4. 5. Men Money Methods Materials Machines 6.Perencanaan 7.Pengorganisasian 8.Pengendalian 37 B. PRIMO-F (Penelitian Durham University Business School) 1. 2. 3. 4. 5. 6. People Resources Innovation & Ideas Markets Operations Finance 38 HASIL PENELITIAN Org. Growth Eff = Perform to date x Protential for the future Performance to date: 1. 2. 3. Finance Marketing Operations (FiMO) Potential for the future: 1. 2. 3. 4. 5. Resources Experiences Control and systems Innovation Lederships (RECoIL) 39 1. People: a. Pengalaman: Pengalaman memimpin Pengalaman mengelola pinjaman, Pengalaman pengembangan produk Pengalaman pasar Pengalaman pemilihan agen penjualan, pengalaman pemilihan lokasi usahs Dsb. b. Kemampuan memimpinan, c. Kemampuan merencanakan d. Kemampuan megorganisasikan e. Kemampuan mengendalikan 40 Kemampuan manajerial: Keterlibatan dengan senior manajemen Lama menjabat sebagai manajer Kesejajaran antara tujuan individu dengan visi organisasi Tingkat pendidikan dan pelatihan Kemampuan mengembangkan staf Gaya kepemimpinan, Kemampuan merespon perubahan Kemampuan merespon strategi lingkungan Keberhasilan dalam berkeluarga 41 2. Sumber-Sumber (Resources): Tigkat likwiditas Ketersediaan dana Kecangihan teknologi yang dipergunakan Aset-Aset Akses kepada pihak luar 42 3. Inovasi dan Ide Jumlah ide yang muncul Kwalitas ide Keberhasilan penerapan ide kreativitas 43 FAKTOR EKSTERNAL 1. Kondisi politik 2. Kondisi ekonomi 3. Kondisi sosial budaya 4. Kondisi keamanan 5. Pesaing 6. Tuntutan masyarakat 7. Bencana alam 8. Iklim 9. Perkembangan teknologi 10.Kebijakan/ intervensi pemerintah 11.Intervensi negara 12.Kemajuan teknologi 13.Dsb. 44 PEST 1. P = Politik 2. E = Ekonomi 3. S = Sosial 4. T = Teknologi 5. Lingkungan 6. Legal 45 46 FAKTOR-FAKTOR INTERNAL KEKUATAN (S) 1. Budaya kwalitas 2. Pengalaman top manajer 3. Integrasi vertikal 4. Hubungan baik SDM 5. Memiliki oreientasi internasional. KELEMAHAN (W) 1. Proses produksi (R & D) 2. Saluran distribusi 3. Dukungan kondisi keuangan 4. Posisi global sangat kurang 5. Fasilitas manufaktur 47 FAKTOR EKSTERNAL PELUANG (O) 1. Integrasi ekonomi Eropa. 2. Perubahan struktur demografi 3. Pembangunan ekonomi di Asia 4. Kecenderungan superstores ANCAMAN (T) 1. Meningkatnya peraturan pemerintah 2. Meningkatnya persaingan 3. Whirlpool dan Elektroluk menjadi global (pesaing) 4. Berkembangnya perusahaan Jepang (pesaing 48 MATRIK SWOT STRENGTHS (S) 1. Budaya kwalitas 2. Manajer yg berpengalaman 3. Integrasi vertikal 4. Orientasi Internasional WEAKNESSES (W) 1. Orientasi proses R & D 2. Saluran sdistribusi. 3. Posisi keuangan 4. Posisi global 5. Fasilitas manufaktur OPPORTUNITY (O) 1. Integrasi EEC 2. Kondisi demografi 3. Pembangunan Ekonomi Asia 4. Hubungan terbuka dengan Eropa Timur 5. Kecenderungan super store STRATEGI SO STRATEGI WO 1. Menggunakan saluran distribusi yang telah establish 1. Mningkatan kualitas dan minimize cost distribusi/ manufaktur 2. Joint Venture dengan Eropa Timur dan Asia 2. Mngembangkan saluran superstore THREATHS (T) 1. Peraturan pemerintah 2. Persaingan 3. Teknologi baru 4. Perusahaan Jepang STRATEGI ST 1. Meningkatkan market share. 2. Merger dengan perusahaan Jepang FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL STRATEGI WT 1. Kurangi utang dengan menjual salah satu divisi. 2. Cost reduction untuk menurunkan BEP 49 50 FORCE FIELD ANALYSIS/ ANALISIS MEDAN KEKUATAN (Kurt Levin) Force field Analysis (Analisis Medan Kekuatan), merupakan teknik mengidentifikasi dan menganalisis secara visual tentang tekanan/ kekuatan (forces) yang mempengaruhi rencana perubahan dalam organisasi. 51 KONSEP DASAR ANALISIS MEDAN KEKUATAN • Dipergunakan untuk mengelola perubahan • Keadaan sekarang dilihat sebagai equilibrium sementara • Dalam setiap melakukan perubahan terdapat faktor pendorong dan faktor penghambat • Strategi: dengan memperkuat pendorong dan memperlemah penghabat. 52 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN DALAM ORGANISASI 1. Adanya tekanan (keinginan kuat) dari luar organisasi untuk berubah. 2. Ketidak-puasan stakeholders terhadap kinerja/ keadaan sekarang. 3. Adanya kekuatan dari dalam organisasi untuk berubah. 4. Adanya dorongan dari manajemen dan konsultan 5. Rasa ketakutan/ ancaman akan ketidak pastian 53 DIAGRAM MEDAN KEKUATAN P E N G H A M B A T P E N D O R O N G 0 54 3. POHON MASALAH Untuk Mencari akar masalah Terdapat 3 tingkatan masalah: a. Masalah Utama b. Masalah Pokok c. Masalah Spesifik 55 KONSEP DASAR POHON MASALAH 1. Masalah pokok merupakan penyebab masalah utama 2. Masalah spesifik merupakan penyebab masalah pokok 3. Dengan mengetahui penyebab/ akar masalah maka akan dapat ditentukan solusi. 56 Diagram Pohon Masalah AKIBAT SEBAB AKIBAT Masalah Utama Masalah Pokok/ Penyebab Masalah Spesifik/ Penyebab 57 4. FISHBONE ANALYSIS/ ANALISIS TULANG IKAN KONSEP DASAR: 1. 2. Penyebab Penyebab SEPERTI ANALISIS POHON MASALAH MENGGUNAKAN MODEL TULANG IKAN Penyebab MASALAH Penyebab 58 5. CAUSAL MAP ANALYSIS/ ANALISIS PETA SEBAB AKIBAT Dipergunakan untuk mencari penyebab masalah PENYEBAB PENYEBAB MASALAH PENYEBAB PENYEBAB PENYEBAB 59 Alat bantu analisis * 1. Check Sheet Dipergunakan untuk: a. mengidentifikasi kejadian-kejadian b. mencatat frekuensi kejadian c. pengujian perkiraan/ asumsi/ opini suatu kejadian (misal hasil sumbang saran) 60 Contoh Matrik Check Sheet: Kecelakaan Lalu Lintas Faktor – faktor penyebab 1. Pengemudi kurang disiplin 2. Kendaraan mogok 3. Ruas jalan untuk jualan 4. Lapu lalu lintas rusak 5. Ruas jalan rusak 6. Marka jalan rusak Jan Feb Mar Total IIII III IIIII 12 III IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII 13 15 III III III 9 14 IIIIII IIIII 0 0 III 0 0 61 2. STRATIFIKASI Merupakan metode untuk mengklasifikasi/ mengelompokkan masalah-masalah yang telah teridentifiksi. (lihat Check Sheet). 62 CONTOH STRATIFIKASI KECELAKAAN LALU LINTAS Faktor Penyebab/ Penghambat 1. 2. 3. Prasarana jalan a. Ruas jalan untuk jualan b. Ruas jalan rusak c. Marka Jalan rusak Sarana rusak a. Kendaraan mogok b. Lampu lalu lintas rusak Total Frek Rata2/Bln % % Kum 15 14 0 5 4,66 0 23,82 22,20 0 23,82 46,02 0 13 9 4, 33 3 20,62 14,31 66,64 80,95 12 4 19,05 100 Pengemudi kurang disiplin Jumlah 63 63 3. SKALA NILAI Adalah penilaian faktor dengan skala Penilaian. Dapat dibuat dengan skala 1 – 5; skala 1 – 10, dsb Semakin besar skalanya semakin akurat/ teliti. 64 CONTOH SKALA NILAI. KEMAMPUAN PEGAWAI ANGKA 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 PREDIKAT Istimewa Baik sekali Baik Cukup Sedang Kurang Kurang sekali Rendah Sangat rendah Rendah sekali 65 4. USG U=Urgent, S = Serious, G = Growth USG, merupakan metode untuk menyusun urutan prioritas masalah/penyebab berdasarkan: tingkat urgensi (U), tingkat keseriusan (S), dan kemungkinan dampak/ perkembangan masalah/penyebab (G). 66 MATRIK USG No. 1. 2. 3. Masalah Masalah I Masalah II Masalah III U 5 4 4 S 3 4 5 G 3 4 5 Total 11 12 14 Ket: Semakin Urgen, semakin tinggi nilainya Semakin Serius, semakin tinggi nilainya Semakin berkembang masalahnya, semakin tinggi nilainya. Masalah prioritan/dominan adalah masalah yang total nilainya besar 67 5. PARETO Diagram Pareto adalah salah satu alat statistik yang dapat digunakan untuk memilih/ menentukan prioritas faktor, seperti faktor kunci sukses, dan faktor penyebab. 68 DALIL PARETO Dengan mengendalikan yang sedikit (20%) dapat dengan cepat menguasai yang lebih besar (80% lainnya) . ATAU Menyelesaikan sedikit masalah dominan, akan dapat diperoleh manfaat yang besar. 69 Diagram Pareto 100%/ kumulatif 85,59 66,54 45,02 Data 15 12 23,82 22,0 20,62 19,05 23, 82 14.31 9 6 3 1a 1b 2a 2b 3 Faktor Penghambat 70 6. Metode Problem Priority/Problem Prioritas Digunakan untuk menyusun prioritas masalah dengan cara memberikan ranking 71 CONTOH MATRIK PROBLEM PRIORITAS Masalah Ranking Manfaat Ranking Usaha Extended Valeu Urutan Prioritas Masalah A 3 2 6 III Masalah B 2 1 2 I 1 3 3 II Masalah C Ket: semakin besar bermanfaatnya semakin kecil rankingnya. semakin sedikit/kecil usaha/pengorbanannya semakin kecil rankingnya. masalah prioritas adalah masalah dengan extended value terkecil (ranking I). 72 7. METODE KOMPARASI Dipergunakan untuk menentukan tingkat urgensi suatu faktor/ penyebab terhadap masalah, dengan cara membandingkan tingkat urgensi/ kepentingan antara faktor satu degan faktor lainnya. Matrik urgensi dapat dikelompokkan berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal. 73 CONTOH MATRIK URGENSI FAKTOR INTERNAL PELAYANAN ANGKUTAN UMUM FAKTOR YANG LEBIH URGEN NO FAKTOR INTERNAL a b c d e f Total a. b. c. STRENGTHS/ KEKUATAN Prasarana terminal memadai Lampu lalu litas berfungsi Sarana pengujian kendaraan x a a a x c a c x a b c a b c a f c 5 2 4 5/15 x 100% = 2/15 x 100% = 4/15 x 100% = d. e. f WEAKNESSES/ KELEMAHAN Sarana operasi terbatas Pemantauan LL kurang Petugas tidak konsisten a a a b b f c c c x d f d x f f f x 1 0 3 1/15 x 100% = % 1/15 x 100 % = % 3/15 x 100% = % 15 BOBOT % % % 100% 74 8. MATRIK COST BENEFIT RATIO Dipergunakan untuk memilih alternatif solusi CONTOH MATRIK COST BENEFIT RATIO Alternatif Solusi Manfaat Biaya Ratio Alternatif 1 9 6 1,5 Alternatif 2 8 4 2 Ket: Semakin tinggi manfaatnya, semakin tinggi nilainya. Semakin tinggi biayanya, semakin tinggi nilainya. Alternatif solusi terpilih adalah alternatif yang mempunyai rasio terbesar. 75 9. MATERIK TAPISAN Dipergunakan untuk memilih alternatif solusi. CONTOH MATRIK TAPISAN Alternatif Solusi Tapisan Biaya kelayakan Kontribusi Alternatif A 4 5 3 12 Alternatif B 4 4 2 10 Alternatif C 3 3 5 11 Total 76 Teori Pengambilan Keputusan Pola dasar berpikir dlm konteks organisasi: 1. Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?” 2. Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebabakibat 3. Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan 4. Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian kita mengenai peristiwa masa depan, mengenai peristiwa yg mungkin terjadi & yg dapat terjadi Inti pengambilan keputusan berarti memilih alternatif, yg jelas harus alternatif yg terbaik (the best alternative) terletak dlm perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dg yg sedang dlm perhatian & dlm pemilihan alternatif yg tepat, setelah suatu evaluasi/penilaian mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan yg dikehendaki pengambil keputusan Lingkungan situasi keputusan 1. lingkungan eksternal: - sosial - budaya - ekonomi - politik - alam - pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota” 2. lingkungan internal: - mutu barang rendah - kurangnya promosi - pelayanan konsumen tdk memuaskan - sales/agen tdk bergairah Beberapa teknik yg digunakan dlm pengambilan keputusan: Situasi keputusan Pemecahan Teknik Ada kepastian (Certainty) Deterministik - Linear Programming - Model Transportasi - Model Penugasan - Model Inventori - Model Antrian - Model “network” Ada risiko (Risk) Probabilistik - Model keputusan probabilistik - Model Inventori probabilistik - Model Antrian probabilistik Tdk ada kepastian (Uncertainty) Tak diketahui Analisis keputusan dlm keadaan ketidakpastian Ada konflik (Conflict) Tergantung tindakan lawan Teori permainan (game theory) Certainty: Jika semua informasi yg diperlukan untuk membuat keputusan diketahui secara sempurna & tdk berubah Risk: Jika informasi sempurna tidak tersedia, tetapi seluruh peristiwa yg akan terjadi besarta probabilitasnya diketahui Uncertainty: Jika seluruh informasi yg mungkin terjadi diketahui, tetapi tanpa mengetahui probabilitasnya masing-masing Certainty Risk Uncertainty Conflict: Jika kepentingan dua/lebih pengambil keputusan berada dlm pertarungan aktif diantara kedua belah pihak, sementara keputusan certainty, risk & uncertainty yg aktif hanya pengambil keputusan Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis): Mengidentifikasi apa yg harus dikerjakan, mengembangkan kriteria khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yg tersedia yg berhubungan dg kriteria & mengidentifikasi risiko yg melekat pd keputusan tsb Unsur-unsur analisis keputusan: 1. pernyataan keputusan 2. sasaran bagi keputusan 3. alternatif 4. konsekuensi pilihan Langkah-langkah dlm pengambilan keputusan manajemen: 1. Rumuskan / definisikan persoalan keputusan 2. Kumpulkan informasi yg relevan 3. Cari alternatif tindakan 4. Analisis alternatif yg feasible 5. Memilih alternatif yg terbaik 6. Laksanakan keputusan & evaluasi hasilnya Peranan ilmu manajemen dlm pengambilan keputusan disebabkan oleh beberapa faktor: 1. Teknologi yg digunakan suatu perusahaan semakin lama semakin canggih 2. Makin berkurangnya persediaan energi & material kritis lainnya, sehingga perlu dikelola secara efisien 3. Persoalan manajemen sangat kompleks, mencakup banyak faktor (ex: produksi & pengendalian mutu, manajemen modal kerja, alokasi modal, pengolahan informasi konsumen, dll) 4. Persoalan manajemen bukan hanya kompleks, bahkan menjadi sangat penting 5. Persoalan yg dihadapi manajer sering baru sama sekali, tidak ada hubungannya dg pengalaman sebelumnya 6. Penekanan pd perencanaan & pencapaian tujuan jangka panjang memerlukan pengambilan keputusan dg data hasil ramalan (forecast data) Management Science akan berperan dlm hal: 1. Pengambilan keputusan berdasarkan tujuan 2. Pengambilan keputusan berdasarkan informasi & analisis 3. Pengambilan keputusan untuk tujuan ganda 4. Penekanan yg meningkat pd produktivitas: - produktivitas SDM - manajemen modal & material yg efektif - proses pengambilan keputusan yg efisien 5. Peningkatan perhatian pd perilaku kelompok 6. Manajemen modal, energi & material yg efisien 7. Manajemen ttg segala kemungkinan yg lebih sistematis 8. Lebih beraksi dg faktor eksternal (ex: pemerintah, situasi internasional, faktor sosial, ekonomi, lingkungan, perubahan situasi pasar, selera konsumen, pesaing, dll) KEPUTUSAN DALAM UNCERTAINTY (KETIDAKPASTIAN) Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas peristiwa. Kriteria-kriteria yang digunakan A. B. Kriteria MAXIMIN / WALD (Abraham Wald) Kriteria untuk memilih keputusan yang mencerminkan nilai maksimum dari hasil yang minimum Asumsi: pengambil keputusan adalah pesimistik /konservatif/risk avoider tentang masa depan Kelemahan: tidak memanfaatkan seluruh informasi yang ada, yang merupakan cirri pengambil keputusan modern Kriteria MAXIMAX (Vs MAXIMIN) Krietria untuk memilih alternatif yang merupakan nilai maksimum dari pay off yang maksimum Asumsi: pengambil keputusan adalah optimistic, cocok bagi investor yang risk taker Kelemahan: mengabaikan banyak informasi yang tersedia C. D. E. Kriteria MINIMAX REGRET / PENYESALAN (L.J. Savage) Kriteria untuk menghindari penyesalan yang timbul setelah memilih keputusan yang meminimumkan maksimum penyesalan/keputusan yang menghindari kekecewaan terbesar, atau memilih nilai minimum dari regret maksimum, dimana: Jumlah regret/opportunity loss = Pay off max – pay off alternatif pd peristiwa tertentu Kriteria HURWICZ / kompromi antara MAXIMAX dan MAXIMIN (Leonid Hurwicz) Kriteria dimana pengambil keputusan tidak sepenuhnya optimis dan pesimis sempurna, sehingga hasil keputusan dikalikan dengan koefisien optimistic untuk mengukur optimisme pengambil keputusan, dimana koefisien optimisme (a) = 0 a 1 Dengan a: 1, berarti optimis total (MAXIMAX) a: 0, berarti sangat pesimis/optimis 0 (MAXIMIN) Atau a: optimis 1-a: pesimis Kelemahan: - sulit menentukan nilai a yang tepat - mengabaikan beberapa informasi yang tersedia (ex: prospek ekonomi sedang diabaikan) Kriteria LAPLACE / BOBOT YANG SAMA (Equal Likelihood) Asumsi: semua peristiwa mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi KEPUTUSAN DALAM SUASANA RISK (DENGAN PROBABILITA) Tahap-tahap: 1. Diawali dengan mengidentifikasikan bermacammacam tindakan yang tersedia dan layak 2. Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga 3. Pay off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan Teknik yang digunakan a. b. c. Expected Value (Nilai Ekspektasi) Expected Opportunity Loss (EOL) Untuk meminimumkan kerugian yang disebabkan karena pemilihan alternatif keputusan tertentu. Keputusan yang direkomendasikan criteria expected value dan expected opportunity loss adalah sama, dan ini bukan suatu kebetulan karena kedua metode ini selalu memberikan hasil yang sama, sehingga cukup salah satu yang dipakai, tergantung tujuannya. Hanya criteria ini sangat tergantung pada perkiraan probabilita yang akurat. Expected Value of Perfect Information (EVPI) Merupakan perluasan dari criteria EV dan EOL, atau dengan kata lain informasi yang didapat pengambil keputusan dapat mengubah suasana risk menjadi certainty (membeli tambahan informasi untuk membantu pembuat keputusan). EVPI sama dengan EOL minimum (terbaik), karena EOL mengukur selisih EV terbaik keputusan dalam suasana risk dan certainty. d. e. 1. 2. Expected Value of Sample Information (EVSI) Merupakan harapan yang diinginkan dengan tambahan informasi untuk dapat mengubah /memperbaiki keputusan, dengan menggunakan teori Bayes. Kriteria Utility dalam suasana risk EV max / EOL min tidak selalu digunakan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan, hal ini terjadi karena: Orang lebih memilih terhindar dari musibah potensial daripada mewujudkan keuntungan dalam jangka panjang Orang lebih memilih mendapatkan/memperoleh rejeki nomplok daripada mempertahankan sedikit yang dimiliki GAME THEORY (Pengambilan Keputusan Dalam Suasana Konflik) Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana konflik dimana pengambil keputusan menghadapi berbagai peristiwa yang aktif untuk bersaing dengan pengambil keputusan lainnya, yang rasional, tanggap dan bertujuan memenangkan persaingan/kompetisi. Pengelompokan Game Theory 1. berdasarkan Jumlah Pemain: a. Two-persons games b. N-persons games 2. Berdasarkan Jumlah Pay off: a. Zero and constan sum games b. Non zero and non constan sum games 3. Berdasarkan Strategi yang dipilih: a. Cooperative games b. Non cooperative games 4. Fokus pembahasan: 5. Two-persons, zero and constan sum games 6. Asumsi dalam game theory: a. Setiap pemain mengetahui dengan tepat pay off setiap kemungkinan kombinasi strategi yang tersedia. Caranya: 1. Prinsip Maximin dan Minimax Karena nilai maximin = minimax, maka disebut matriks games mempunyai saddle point atau value of games senilai saddle point tersebut. Bila setiap pemain tidak berkeinginan merubah satu strategi yang telah dipilih, maka games itu merupakan “pure strategy” 2. Peranan Dominasi Suatu strategi dikatakan mendominasi apabila selalu menghasilkan pay off lebih tinggi dibandingkan dengan strategi yang lain. Strategi yang didominasi dapat dibuang dari matriks pay off karena pemain tidak pernah memilihnya. Konsep dominasi berguna untuk matriks pay off ukuran besar. Aturan dominasi dapat diterapkan untuk mengurangi ukuran matriks sebelum analisis terakhir untuk menentukan solusi optimum. 3. Mixed Strategy Menentukan probabilitas (kemungkinan) strategi yang ada yang digunakan dalam pertarunngan (kalau tidak ada “pure strategy/tidak ada saddle point”) Caranya: a. Pendekatan EV / EG (expected Gain) b. Pendekatan EOL c. Menentukan nilai permainan ANALISIS MARKOV Analisis ini tidak memberikan keputusan rekomendasi, tetapi memberikan informasi probabilita situasi keputusan yang dapat membantu pengambil keputusan untuk membuat keputusannya, dengan kata lain bahwa analisis markov bukan merupakan teknik optimasi, tetapi merupakan teknik deskriptif yang menghasilkan informasi probabilita. Asumsi: 1. Probabilita baris berjumlah sama dengan 0 2. Probabilita berlaku bagi setiap siapa saja dalam system 3. Probabilita konstan sepanjang waktu 4. Merupakan kejadian-kejadian yang berdiri sendiri (independen) KINERJA ORGANISASI Bernadin dan Russel “Performance is defined as the record of outcome produced on a specified function of activity during a specified time period” Agus Surya Prawito Sentono Performance adalah hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kesimpulan Pengertian Kinerja Kinerja organisasi adalah hasil yang dapat dicapai atas pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab organsasi melalui hasil kerja seseorang dan atau kelompok orang dalam suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu dengan cara yang benar. 96 KINERJA = HASIL = OUTPUT = PERFORMANCE Kinerja organisasi merupakan kumulatif kinerja individu dan kelompok kerja. Hasil kerja dan nilai tambah suatu barang diperoleh dari adanya kegiatan/ proses. 97 CARA MEWUJUDKAN KINERJA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Menentukan sasaran kinerja Identifikasi faktor internal dan faktor eksternal Menilai tiap faktor Memilih faktor kunci sukses Menyusun alternatif strategi Memilih strategi yang tepat Menyusun rencana kegiatan Melaksanakan kegiatan Memantau dan mengevaluasi kegiatan 98 TUJUAN ORGANISASI DAN UKURAN KINERJA Tujuan (goal) merupakan keinginan yang akan dicapai. Tujuan dirinci menjadi sasaran-sasaran. Sasaran (objective): 1. Sasaran adalah suatu pernyataan hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu 1 – 12 bulan. 2. Sasaran menjadi pedoman rencana kegiatan dan alokasi sumberdaya 99 KRITERIA SASARAN 1. Merupakan hasil yang dapat dicapai dalam kurun waktu 1 – 12 bulan 2. Menantang, logis dan realistis. 3. Memberikan kontribusi yang tinggi terhadap tujuan. 4. Terkait dengan visi dan misi 5. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab 100 SASARAN HENDAKNYA SMART S = Specific M = Measurable A = Attainable/ Achievable R = Relevant T = Time related. 101 SASARAN • specific lebih memungkinkan untuk dicapai dari pada sasaran yang lebih • • • • luas. Harus jelas siapa yang terlibat, apa yang akan dicapai, dimana lokasinya, dan apa alasan menetapkan sasaran tersebut. measurable, setiap tahapan proses harus menunjukkan perkembangan yang dapat diukur, dengan menanya-kan berapa banyak, dan bagaimana mengukurnya attainable, kelayakan sumber daya yang tersedia dengan sasran yang akan dicapai, dengan mengembangkan perilaku dan kompetensi yang diperlukan. realistic, sasaran sesuai dengan tujuan, harapan, kesanggupan dan kesiapan untuk mencapainya timely, sasaran dengan target waktu yang jelas akan dapat diketahui waktu kritis/ urgen, dan juga waktu yang mungkin yang masih banyak tersisa sebagai peluang BEST PRACTICE Pengertian, Ciri-ciri, Ruang Lingkup, dan Penulisannya Menjadi Karya Ilmiah Prof. Slameto [email protected] 081325107010 Pengantar • Praktek terbaik merupakan suatu ide/langkah-langkah baru yang memberikan kontribusi luar biasa, berkesinambungan, dan inovatif dalam memperbaiki pengembangan proses dan kualitas sekolah. • Best practic dipertimbangkan oleh beberapa pakar sebagai konsep istimewa yang biasa digunakan untuk menggambarkan proses perkembangan manajemen dan mengikuti tata cara standar yang telah ditetapkan dalam melakukan berbagai hal yang dapat digunakan oleh berbagai organisasi untuk kepentingan menajemen, kebijakan dan terutama sistem pembinaan. • Dengan demikian ’’Praktek Terbaik‘’ juga merupakan refleksi akumulasi tingkat kompetensi SDM kependidikan, dalam merespon tuntutan perubahan lingkungan dan dinamika permasalahan yang dihadapi sekolah di abad globalisasi ini. Apa Bast Practice/Praktik Terbaik? • Praktik terbaik merupakan konsep manajemen yang dimaksudkan bahwa ada cara tertentu untuk melakukan sesuatu lebih baik daripada cara lain. • Idenya adalah bahwa praktek terbaik yang sudah teruji dan terbukti dapat membantu meningkatkan mutu dan menghindari komplikasi masalah yang tak terduga. Pengertian dan Ciri • Best practice adalah suatu ide atau gagasan mengenai suatu prosedur, teknik, metode, proses, aktivitas, insentip yang lebih efektif dalam mencapai keberhasilan luar biasa di bandingkan dengan tehnik, metode, proses lain. • Praktek terbaik juga didefinisikan sebagai metode yang paling efektif dan efisien menyelesaikan tugas. • Praktik terbaik mendasarkan validitas dan reliabilitas/ keandalan sesuai rekam jejak/track record • Sebuah metode atau teknik yang secara konsisten menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan cara lain, dan dapat digunakan sebagai standar atau teladan. • Ide atau gagasan yang dengan pengawasan, dan pengujian yang sesuai, dapat memberikan hasil yang diharapkan dengan lebih sedikit permasalahan dan keruwetan Pengertian dan Ciri • Sebagai cara yang paling efisien [memerlukan usaha minimum] dan paling efektif [menghasilkan hasil terbaik] untuk menyelesaikan suatu tugas/ pekerjaan, berdasarkan prosedur yang berulang-ulang [disampaikan di berbagai tempat] dengan memberikan bukti nyata yang dapat mengubah perilaku sejumlah orang. • Sebagai metode unggul atau praktek inovatif yang memberikan kontribusi untuk peningkatan kinerja organisasi, biasanya diakui sebagai yang terbaik oleh organisasi rekan lainnya. • Praktek terbaik sebagai "kegiatan dapat digunakan kembali atau proses yang terus menerus memberi nilai tambah Pengertian dan Ciri • Praktek terbaik sebagai "kebijakan, sistem, proses dan prosedur yang, pada suatu waktu tertentu, umumnya dianggap oleh rekanrekan sebagai praktek yang memberikan hasil yang optimal, sehingga mereka layak mengadopsi." • Praktik terbaik yang diterima dapat muncul dalam berbagai pengaturan, termasuk hubungan kerja, desain template dan cara di mana metodologi yang digunakan dapat diimplementasikan ditempat lain. • Lembaga pendidikan dapat juga mengembangkan sendiri praktik terbaik mereka tentang metodologi yang terbukti memiliki kesuksesan yang lebih besar, terutama ketika mereka menggabungkan praktik terbaik mereka sendiri dan Lesson Learned dari kegiatan lain. Implementasi dan faktor yg mempengaruhi • Praktik terbaik adalah metode atau teknik ketika dimasukkan ke dalam proses operasional /manajerial mengakibatkan peningkatan kepuasan pelanggan, • Bergantung pada lima faktor, organisasi harus: 1. Mengenali dan memuji praktek yang baik. 2. Mempertahankan praktek-praktek yang baik dan memperluas ke seluruh lini organisasi. 3. Tentukan solusi untuk masalah yang dihadapi. 4. Menghasilkan rencana aksi untuk implementasi solusi. 5. Melacak kemajuan pelaksanaan dengan umpan balik yang berkelanjutan. • Praktek terbaik ditentukan oleh pemangku kepentingan dan produsen dan mungkin melibatkan banyak kriteria subjektif. Misalnya, kecepatan dan teknik mengganti ban pada mobil balap bukan praktik dipindahtangankan terbaik untuk kendaraan penumpang. CIRI-CIRI BEST PRACTICE Pengembangan praktik pengelolaan pendidikan; Didiseminasikan di berbagai tempat secara berulang-ulang; Peningkatan kualitas pendidikan; Meingkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah, dan atau pengawas dalam pengelolaan pendidikan; 5. Mengubah hambatan dan ancaman menjadi kekuatan dan peluang untuk berinovasi secara kreatif; 6. Menghasilkan output yang lebih bermanfaat bagi banyak pihak (siswa, guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, komite, dan masyarakat pada umumnya); 7. Terkendali, kejelasan program baik jangka pendek, menengah, maupun panjang; 8. Berdasarkan temuan masalah nyata yang terjadi di lapangan; 9. Dapat dilakukan dalam berbagai bentuk (bimbingan dan konseling, supervisi klinis, supervisi manajerial, kunjungan kelas, lesson studi, dll); 10. Mengacu pada program sekolah untuk mencapai visi dan tujuan yang dicanangkan; 11. Adanya pengakuan bahwa keberhasilan tersebut bisa ditiru, diadopsi oleh fihak lain; 12. Meningkatkan kualitas, mudah, murah, bisa dilaksanakan, memotivasi, memberikan hasil yang bermanfaat, dan berkelanjutan. 1. 2. 3. 4. Format Tulisan FEATURE Karena, feature adalah sebuah tulisan yang lebih luwes, lebih fokus dan informatif daripada cerita, serta lebih deskriptif daripada berita/straight news. 1. What = Apa • Apa bentuk kegiatan Best Practice tersebut. keprihatinan apa yang membuat praktek terbaik dan termasuk nilai-nilai seperti kegunaan, relevansi dan kebutuhan? Apakah termasuk ke dalam kategori kegiatan manajemen pendidikan, manfaat, nilai atau pentingnya dipelajari? memberikan wawasan baru? memiliki aplikasi yang lebih luas dari kegiatan ini? memperkuat informasi sudah ada atau itu bertentangan? Apakah membantu mengelola kegiatan serupa di masa depan? apakah mampu menjelaskan sehingga orang lain memahami/mengadopsinya? • Terkait dengan dampak: Apa yang berjalan dengan baik dalam kegiatan ini dan mengapa? Apa yang tidak berjalan dengan baik dan mengapa? Apa yang harus dilakukan secara berbeda dan mengapa? Format Tulisan 2. Where = Di mana • Di mana tempat kegiatan Best Practice berlangsung? konteks kegiatan dijelaskan, melihat situasi, koneksi lokasi dan aplikasi-spesifik, termasuk kajian pasca implementasi? Dengan demikian, nama dan tempat harus dijelaskan secara detail. Akurasi data sangat penting agar informasi diterima secara lengkap oleh khalayak, sehingga memudahkan para peduli yang mungkin membaca tulisan ini turut berpartisipasi di wilayah bersangkutan. 3. Why = Mengapa • Ini juga penting diketahui, agar khalayak mengerti faktor-faktor apa saja yang memotivasi personal hingga mencetuskan kegiatan tersebut, hingga akhirnya masuk ke dalam kategori Best Practice: letak/alamat keunikan, perbedaan dan inovasinya? Format Tulisan 4. Who = Siapa • Siapa saja para pelaku penggerak kegiatan Best Practice ini, Tokoh kunci? Kelompok Peduli?) Setidaknya, jati diri “siapa” ini ditulis lengkap meliputi kriteria seperti pelaku, kredibilitas dan pengalaman dll minimal satu paragraf. 5. When = Kapan • Kapan periode pelaksanaan kegiatan. menguraikan ketika praktik terbaik mulai bergerak dan melibatkan aspek seperti pelaksanaan, durasi dan berakhirnya ; Ungkapkan pula mengenai proses dan periode proses tersebut, mulai dari rembug, penyusunan program, hingga pelaksanaan kegiatan. Yang lebih penting lagi, masih berlanjutkah kegiatan tersebut? Bagaimana caranya melestarikan tindak lanjut kegiatan? 6. How = Bagaimana • Ini berkaitan dengan kapan/periode di atas, mengeksplorasi metodologi, prosedur dan proses; Yaitu, bagaimana cara fihak kunci me-maintain (mengelola) sampai setelah kegiatan rampung dilaksanakan, sehingga hasil kegiatan tersebut terus lestari dan bertahan. Rincian Lain • Hal penting berikutnya adalah menyertakan foto kegiatan Best Practice dan keterangannya dalam tulisan. Gunanya, agar pembaca lebih mengerti dan “terlibat secara emosi” dengan tulisan. Foto (di-scan) yang dimuat sebaiknya menggambarkan “sebelum, sedang, dan sesudah” kegiatan. • Lebih lanjut, dan merupakan poin terpenting adalah bagaimana dan apa perbedaan antara sebelum adanya kegiatan, dengan sesudah kegiatan diselesaikan. Best Practice adalah suatu kegiatan yang demikian hebatnya “membawa perbedaan” untuk wilayah tertentu. Maka, sangat penting untuk mengungkapkan perubahan tersebut. Kerangka Tulisan Laporan untuk Tesis Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah 2. Permasalahan 3. Tujuan dan manfaat Bab II Kajian Pustaka 1. Kajian teori: manajemen pendidikan, aspek/dimensi manajemen, prinsip dan prosedur inovasinya 2. Kajian best practice atau penelitian sejenis terdahulu/sebelumnya 3. Kerangka pikir Bab III Metode/Cara Kerja 1. Subyek dan karakter subyek yg dikaji 2. Pengukuran variabel kajian dan instrumen yang digunakan 3. Metode/Teknis analisis data Bab IV Pelaksanaan, Hasil dan Pembahasan 1. 2. 3. Strategi pemecahan masalah: alasan pemilihan strategi pemecahan masalah, deskripsikan strategi pemecahan masalah yang dipilih, jelaskan tahapan operasional pelaksanaannya Hasil yang diperoleh: hasil dan dampak yang dicapai dari strategi yang dipilih, kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan startegi yang dipilih, faktor-faktor pendukung, alternatif pengembangan dan keberlanjutannya Pembahasan Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi Operasional 1. Rumusan simpulan secara luas dan cermat 2. Rumusan rekomendasi operasional untuk implementasi temuan Daftar Pustaka Lampiran (lengkapi laporan best practice diatas dengan menampilkan data atau angka peningkatan/perkembangan subyek, foto kegiatan dan testimoni dari pihak-pihak yang dapat mengambil manfaatnya) Contoh Riel Laporan Best Practice Bagaiman Cara Membuat Kajian Secara Kritis Prof Slameto . Melakukan Kajian Kritis • Kemampuan melakukan kajian kritis sangat diperlukan oleh seorang guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya, seperti kajian kritis terhadap kurikulum, strategi pembelajaran, artikel dan tulisan ilmiah lainnya. • Kemampuan melakukan kajian kritis, dapat digunakan untuk membuat laporan dan memilih materi atau bahan ajar, membuat laporan • Tujuan melakukan kajian kritis terhadap suatu sumber belajar yaitu menilai dan memberi masukan terhadap tulisan dan memperoleh informasi sesuai dengan apa yang ditulis. Kemampuan mengkaji literatur meliputi 1. Kemampuan berpikir kritis (critical thinking), 2. Membaca kritis (critical reading), dan 3. Melakukan kajian kritis (critical review) • Kajian kritis merupakan suatu kegiatan membaca, menelaah, menganalisis suatu bacaan/artikel untuk memperoleh ide-ide, penjelasan, data-data yang mendukung pokok pikiran utama, serta memberikan komentar terhadap isi bacaan secara keseluruhan dari sudut pandang kepentingan pengkaji untuk mendapatkan gagasan yang baru. Bagaimana Cara Membaca Secara Kritis? Langkah-langkah membaca kritis suatu artikel dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Menganalisis pokok pikiran setiap alinea/paragraf pada setiap sub bab. 2. Menangkap ide-ide cemerlang beserta makna pesan yang terkandung dalam artikel yang dibaca 3. Meyakini dan/atau menyangkal kebenaran isi bacaan dengan melakukan evaluasi berdasar sudut pandang/filosofi tertentu. Ini merupakan langkah yang sulit dari membaca kritis karena pembaca harus memiliki kemampuan menjustifikasi. 4. Menemukan/mendata informasi yang akurat dan kurang akurat yang disampaikan oleh penulis, komentar dan saran pengkaji?. 5. Menemukan kelebihan dan kelemahan yang terkandung dari bacaan beserta dalam aplikasi/penggunaan serta implikasinya, komentar dan saran pengkaji?. 6. Menemukan kelebihan dan kelemahan dalam hal penggunaan bahasa oleh penulis. 7. Mencermati sumber rujukan yang digunakan oleh penulis. Tiga Prinsip Kajian Kritis a) Kajian ilmiah/objektif berupa: 1) penyajian data, fakta dan opini secara objektif dan logis, 2) pernyataan dalam kalimat tulus, benar, sesuai aturan dan norma yang berlaku serta sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku, dan 3) tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta, tidak emosional atau menonjolkan emosi; b) Sikap ilmiah/prediktif, ada beberapa sikap kritis dalam bentuk sikap ilmiah yang meliputi: 1) sikap ingin tahu, kritis, terbuka, dan objektif, 2) menghargai karya orang lain, 3) berani mempertahankan kebenaran, dan 4) mempunyai pandangan luas dan jauh ke depan; dan c) Sistematis menuntut kajian dilakukan secara berurutan dan terpadu sehingga satu aspek dengan aspek lainnya membentuk suatu keseluruhan yang tertata rapi. Struktur kajian kritis a) Pendahuluan yang berisi menerangkan judul apa, siapa pengarang, penjelasan umum mengenai topik artikel, tujuan penulisan artikel, ringkasan mengenai apa yang disimpulkan dari artikel, argumentasi serta alasannya, serta diakhiri dengan pernyataan umum mengenai penilaian terhadap artikel. Umumnya bagian pendahuluan menghabiskan satu halaman b) Rangkuman yang berisikan point-point pokok artikel beserta contoh-contohnya. Selain itu, kajian kritis dapat juga memuat penjelasan mengenai maksud penulis artikel dan bagaimana artikel disusun/diorganisasi. Panjang bagian rangkuman artikel sekitar sepertiga dari tulisan kajian kritis Struktur kajian kritis c) Kritik yang berisi pemaparan hasil membaca kritis (seperti slide 2) yang harus seimbang antara diskusi dengan penilaian terhadap kelebihan, kelemahan, dan hal-hal krusial (penting) dari kajian kritis artikel. Dasar pertimbangan pada kriteria yang khusus, dan sertakan literatur lain untuk mendukung penilaian saudara; d) Simpulan yang berisi beberapa paragraf saja. Paparkan kembali secara umum keseluruhan penilaian terhadap artikel dan nyatakan secara umum rekomendasi yang saudara usulkan. Jika perlu, beberapa penjelasan tentang penilaian saudara dapat ditulis sehingga tampak bahwa kritik saudara cukup adil dan beralasan e) Referensi jika menggunakan sumber kepustakaan lain dalam kajian tersebut, maka harus dinyatakan sebagai daftar pustaka pada bagian ini secara jelas. Pelajari juga contoh berikut! Contoh Kajian Kritis Judul Artikel “Semangat Kerja Guru-guru SMK Negeri 1 Tondano di Kabupaten Minahasa” Penulis: Femmy M. Lampa Dikritisi oleh Teuku Alamsyah 1. Pendahuluan Artikel yang berjudul “Semangat Guru-guru SMK Negeri Tondano di Kabupaten Minahasa” merupakan artikel hasil penelitian Femmy M. Lampa, dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado. Artikel tersebut dimuat dalam Jurnal Pendidikan, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Manado, Volume 13 No. 1 April 2009. Jurnal yang memuat artikel itu berstatus ISSN dengan nomor 1410.0711. Isi artikel terdiri atas judul, nama penulis, abstrak dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, kata kunci, bagian pendahuluan, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran, dan daftar pustaka. Secara garis besar artikel tersebut membahas tentang SMK, tujuan SMK, siswa SMK, mutu pendidikan SMK, dan kinerja guru SMK. Selain itu dibahas pula peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan atau tepatnya sebagai pemimpin organisasi kerja di bidang pendidikan. Untuk mempertegas peran kepala sekolah, Femmy mengutip pendapat Dirawat (1976:23) yang menyatakan bahwa kemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan jika perlu memaksa orang lain agar dapat menerima pengaruh itu. Selanjutnya berbuat sesuatu yang maksud atau tujuan tertentu. Jika dilihat dari batasan ini, ternyata seorang pemimpin harus mampu melakukan segala sesuatu untuk mencapai tujuan. Berkenaan dengan guru SMK, Femmy mengemukakan bahwa saat ini untuk menjadi guru SMK harus minimal telah menyelesaikan pendidikan D-III (Kepmen No. 0212/U/1982). Dikemukakan pula bahwa guru-guru SMK di SMK Negeri 1 Tondano, Minahasa latar belakang pendidikannya sangat beragam. Artikel hasil penelitian Femmi tentang semangat kerja guru-guru SMK Negeri 1 Tondano, Minahasa memang penting dan menarik untuk dicermati. 2. Rangkuman Penelitian yang berjudul “Semangat Kerja Guru-guru SMK Negeri 1 Tondano di Kabupaten Minahasa” bertujuan untuk mengetahui semangat kerja guru di SMK Negeri 1 Tondano, Minahasa. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Tondano, Minahasa. Sampel penelitian berjumlah 192 orang yang ditetapkan secara acak. Dasar pemikiran dilaksanakannya penelitian tersebut adalah SMK mendapat sorotan dari masyarakat karena lulusan SMK kualitasnya cenderung rendah. SMK belum mampu menghasilkan lulusan yang siap pakai di dunia kerja. Tuntutan terhadap lulusan SMK adalah tenaga kerja yang siap pakai. Terhadap hal tersebut, apa saja yang telah dilakukan oleh guru SMK sehingga lulusannya benar-benar berkualitas. Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik angket tertutup. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis persentase dan teknik analisis varians yang didahului dengan uji persyaratan analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kecenderungan semangat kerja para guru SMK Negeri 1 Tondano, Minahasa masih belum memuaskan yang terlihat dari 62% semangat semangat kerja guru berada pada kategori cukup dan hanya 18% yang memiliki semangat kerja tinggi, (2) hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada semangat kerja guru bila dilihat dari tingkat pendidikan, (3) hasil analisis varians pada kelompok tipe kepemimpinan kepala sekolah secara keseluruhan menunjukkan perbedaan yang signifikan pada semangat kerja guru. Hal ini dibuktikan dengan harga F sebesar 2,89 dengan p < 0,05 sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Tabel 1. Rangkuman uji-t Antar Kelompok Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah Sumber t P Otoriter-demokrasi -3,04 <0,05 Demokrasi-laisser-faire 3,86 <0,05 Otoriter-laisser-faire 1,19 >0,05 Penjelasan terhadap tabel tersebut adalah tipe kepemimpinan demokrasi akan lebih dapat meningkatkan semangat kerja guru jika dibandingkan dengan tipe kepemimpinan otoriter dan laisser-faire. Pada bagian simpulan penelitian, Fammi mengemukakan bahwa semangat kerja guru SMK Negeri 1 Tondano di Kabupaten Minahasa masih belum memuaskan. Tingkat pendidikan turut menentukan tinggi rendahnya semangat kerja yang dimiliki oleh para guru. Tipe kepemimpinan kepala sekolah juga mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja yang dimiliki guru dan dengan tipe kepemimpinan yang demokratis akan diperoleh semangat kerja yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tipe kepemimpinan otoriter dan laisser-faire. Pada bagian akhir artikel, Fammy menyarankan agar setiap guru berusaha meningkatkan tingkat pendidikannya. Kepala Sekolah diharapkan dapat menjalin komunikasi timbal balik dengan para guru dan selalu memperhatikan kebutuhan para guru tanpa harus menggurui. 3. Hasil Penilaian (Hasil Telaah Kritis) Hasil penilaian ataupun hasil telaah kritis terhadap artikel Fammy. M. Lampa dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Artikel hasil penelitian Fammy telah ikut memperkaya hasil-hasil penelitian terhadap guru dan kinerjanya. Penelitian ini menjadi penting karena pembaca mendapat masukan terhadap hal atau aspek apa saja yang berkaitan dengan guru telah diteliti. Selain itu, penelitian Fammy masih terbuka untuk ditindaklanjuti sebagai penelitian lanjutan meskipun dalam artikelnya itu, Fammy tidak mengemukakan secara eksplisit bahwa penelitiannya perlu ditindaklanjuti oleh peneliti lain sehingga hasilnya dapat lebih akurat. 2) Seorang dosen fakultas teknik meneliti kinerja guru kiranya sangat patut dihargai karena selama ini, menyangkut penelitian terhadap guru umumnya dilakukan oleh dosen-dosen fakultas keguruan (LPTK). Hanya dalam artikel tersebut tidak dijelaskan secara lebih detail Program Study atau Jurusan, tempat Fammy mengabdi sebagai dosen. 3) Salah satu ciri penelitian kuantitatif yang membedakannya dengan penelitian kualitatif adalah hasilnya dapat digeneralisasikan (Sugiyono, 2005; Moleong, 2007; Masyuri dan Zainuddin, M., 2008; Sukmadinata, 2006). Artinya, hasil penelitian Fammy terhadap 192 sampel juga berlaku untuk populasi. Dalam artikelnya Fammy tidak menyebutkan jumlah populasi. Pada dasarnya sampel dalam sebuah penelitian adalah perwakilan dari populasi. Hasil penelitian terhadap sampel berlaku untuk populasi (Sukmadinata, 2006:250-252). 4) Berkenaan dengan sampel dan teknik penarikan sampel, Fammy tidak mengemukakan berapa jumlah sekolah yang diteliti, berapa jumlah guru pada setiap sekolah, yang dijadikan sampel apakah juga termasuk guru bakti, guru kontrak, ataupun guru yang belum PNS. Dengan dasar itu, pembaca akan lebih mudah memahami teknik penentuan sampel yang dilakukan secara acak. Penentuan sampel secara acak artinya semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Pengambilan sampel dilakukan tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dan ini dilakukan bila populasi cukup homogen (Sugiyono, 2008:80). 5) Berkenaan dengan bagian awal tulisan, yaitu bagian pendahuluan cenderung terlalu umum dan kurang tajam untuk menggiring pembaca dan menunjukkan kepada pembaca bahwa masalah tersebut memang sangat penting untuk diteliti. 6) Alur penelitian juga sulit diikuti oleh pembaca karena pembahasan cenderung kurang fokus pada satu hal, tetapi merambah ke hal-hal lain. Yang ingin diteliti adalah semangat kerja guru, tetapi kepala sekolah juga merupakan variabel penelitian. Padahal, pada judul penelitian, kepala sekolah sebagai variabel penelitian sama sekali tidak tergambarkan. 7) Dari segi format artikel hasil penelitian yang dimuat di jurnaljika kita merujuk kepada jurnal yang terakreditasi, tulisan Fammy sudah memenuhi kriteria, yaitu pendahuluan berisi pembahasan kepustakaan dan tujuan penelitian, metode penelitian, hasil, pembahasan, simpulan dan saran, dan daftar rujukan. Akan tetapi, dalam jurnal terakreditasi disebutkan bahwa pada pendahuluan (tanpa menggunakan subbab) (Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Pengajarannya, Tahun 37, Nomor 1, Februari 2009). Dengan demikian, sebuah masukan untuk Fammy bahwa kata PENDAHULUAN sebagai subbab tidak perlu ditulis. 8) Sumber rujukan untuk sebuah karya tulis ilmiah disarankan yang terkini (5 tahun terakhir). Rujukan atau sumber pustaka dalam penelitian Fammy semuanya bukan yang 5 tahun terakhir. Sebagai contoh dapat ditunjukkan (1) Oemar Hamalik, 1990 (2) Soewaji, 1984, (3) Depnaker, 1976 (4) Dirawat, 1976 (5) Purwanto, 1987 (6) Davis, 1981 (7) Amijaya, 1981 (8) Thoha, 1983 (Silakan cermati bagian Daftar Pustaka) 9) Hal lain yang kiranya juga cukup penting untuk dicermati adalah teknik penulisan ilmiah, yaitu berkenaan dengan menulis nama sumber rujukan dalam kutipan dan daftar pustaka. Aturan ilmiah yang berlaku untuk kedua hal tersebut adalah sebagai berikut. (1) Jika nama penulis yang dirujuk lebih dari dua kata, yang ditulis dalam rujukan hanya nama akhir. Dengan demikian, rujukan yang berasal dari buku Ngalim Purwanto cukup ditulis Purwanto (tahun:halaman). (2) Demkian juga dalam penulisan daftar pustaka, jika nama pengarang lebih dari dua kata, urutan penulisan dalam daftar pustaka adalah nama akhir diikuti tanda koma dan nama awal. (3) Judul buku digaris bawah atau dimiringkan (dalam Alamsyah, 2010). Dengan demikian, perbaikan terhadap daftar pustaka yang termuat dalam artikel Fammy adalah sebagai berikut. Amidjaya. 1981. Pedoman Pelaksanaan Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kerja Kependidikan di Indonesia. Buku II. Jakarta: Depdikbud. Purwanto, Ngalim. 1987. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV Mutiara. Hamalik, Oemar. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 4. Simpulan Simpulan yang dapat dikemukakan sehubungan dengan telaah kritis terhadap artikel hasil penelitian Fammy M. Lampa, dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado adalah sebagai berikut. 1) Penelitian terhadap kinerja guru memang penting untuk dicermati mengingat peran guru sebagai ujung tombak dalam pencerdasan anak bangsa. Terlepas dari kelemahan yang ada, hasil penelitian Fammy terhadap 192 guru SMK sebagai sampel mengenai semangat kerja guru SMKN 1 Manado, Minahasa tetap memberikan urunan yang berarti bagi pembaca. Adanya penelitian tersebut diharapkan pembaca, yang sebagian besar guru, dapat termotivasi untuk mengadakan penelitian lanjutan tentang guru pada aspek-aspek yang lain. 2) Akan sangat baik seandainya penelitian Fammy hanya difokuskan pada guru sebagai variabel utama tanpa melibatkan kepala sekolah karena pada dasarnya yang ingin diteliti adalah semangat kerja guru. Meskipun hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh kepala sekolah sebagai pimpinan, variabel kepala sekolah tetap tidak menjadi variabel utama. 3) Mungkin perlu dipertimbangkan bahwa penelitian Fammy lebih pada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap semangat kerja guru—sebuah studi kasus di SMK 1 Tondano, Minahasa. 5. Referensi Alamsyah, Teuku. 2010. Bahasa Indonesia MKU untuk Mahasiswa. Modul digunakan untuk kalangan sendiri, tidak diterbitkan. Fakultas Sastra UM. 2009. Petunjuk Bagi Penulis. Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Tahun 37, Nomor 1, Februari 2009. Lampa, Femmy M. 2009. Semangat Kerja Guru-guru SMK Negeri 1 Tondano di Kabupaten Minahasa. Jurnal Pendidikan Volume 13, Nomor 1, 2009. Masyhuri dan Zainuddin, M. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Malang: PT Reflika Aditama. Moleong, Lexy j. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. -0- CONTOH HASIL KAJIAN KRITIS TERHADAP SUATU TULISAN/ARTIKEL Tulisan yang Dikaji Belajar Bahasa Indonesia dengan Diskusi Oleh: A.M. Slamet Soewandi Universitas Sanata Dharma 1. Pendahuluan Pembelajaran (learning) bahasa harus dibedakan dengan pemerolehan mempelajari bahasa berdasarkan ciri-ciri seperti yang terjadi pada pemerolehan bahasa itulah yang secara khusus disebut mempelajari bahasa dengan pendekatan komunikatif. Tujuan pokok dari belajar bahasa dengan pendekatan itu adalah dicapainya kemampuan berkomunikasi pada diri pembelajar. Oleh karena itu, fungsi-fungsi bahasa menjadi pandom (penuntun) pemilihan variasi-variasi bahasa, yang meliputi variasi ucapan, pilihan kosa kata, pilihan bentuk kata, pilihah frasa, klausa, jenis kalimat, urutan unsur-(acquiring) bahasa. Jika pemerolehan bahasa terjadi secara tidak disengaja, maka pembelajaran bahasa diperoleh dengan sengaja. Jika pemerolehan bahasa terjadi karena kehendak kuat untuk menjadi bagian (bersosialisasi dengan) atau kehendak kuat untuk dianggap sebagai warga pemilik bahasa itu, maka pembelajaran bahasa terjadi karena "keinginan" untuk mengenali kehidupan orang-orang yang mempergunakan bahasa itu. Jika pemerolehan bahasa terjadi secara tidak direncanakan, dirancang, disistematisasikan, maka pembelajaran bahasa terjadi karena pihak lain merancangnya tahap demi tahap, bahan demi bahan, dan tujuan demi tujuan. Rancangan dari pihak lain dapat saja wujud konkretnya menjadi suatu modul atau program pembelajaran, yang tanpa bantuan orang lain--tanpa guru-- dapat dikuasainya. Jika pemerolehan bahasa terjadi melalui intake (bahan bahasa yang meaningful/contextual/functional), maka pembelajaran bahasa dapat saja terjadi melalui bahan-bahan bahasa tanpa konteks. Karena diketahui hasilnya sangat efektif, maka cara memperoleh (acquiring) bahasa seperti disebutkan di atas diadopsi ke dalam pembelajaran (learning) bahasa. Oleh karena itu, muncul cara pembelajaran kontekstual, di mana materi bahasa dirakit dalam suatu konteks, dipilih sesuai dengan tingkat keseringan kemunculannya, dan dipilih berdasarkan konteks fungsional. Itulah sebabnya, pemilihan materi bahasa harus juga mendasarkan faktor sosiolinguistis dan pragmatis. Faktor sosiaolinguistis menentukan pilihan-pilihan variasi sosiolinguistis: siapa mitra bicara, dalam konteks apa berbicara, saluran apa yang dipilih, tujuan apa yang dicapai. Faktor pragmatis menentukan pilihan-pilihan variasi kebahasaan berdasarkan tingkat keresmian komunikasi. Mempelajari bahasa berdasarkan ciri-ciri seperti yang terjadi pada pemerolehan bahasa itulah yang secara khusus disebut mempelajari bahasa dengan pendekatan komunikatif. Tujuan pokok dari belajar bahasa dengan pendekatan itu adalah dicapainya kemampuan berkomunikasi pada diri pembelajar. Oleh karena itu, fungsi-fungsi bahasa menjadi pandom (penuntun) pemilihan variasi-variasi bahasa, yang meliputi variasi ucapan, pilihan kosa kata, pilihan bentuk kata, pilihah frasa, klausa, jenis kalimat, urutan unsur- unsur kalimat, bahkan pilihan jenis wacana tertentu. Karena fungsi bahasa harus menuntun pilihan variasi bahasa, maka mau tidak mau konteks ( wacana) menjadi pandon penting. 2. Tujuan Belajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing Mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa asing (termasuk mempelajari bahasa lain sebagai bahasa asing) memiliki tujuan, yaitu tercapainya keterampilan berbahasa pada diri pembelajar (learner). Ia menjadi dapat berbahasa, dapat berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Namun demikian, perlu dibedakan adanya dua jenis tujuan, yaitu 1 umum dan khusus. Jika seseorang mempelajari bahasa asing semata-mata untuk dapat berkomunikasi keseharian dengan penutur bahasa itu, maka tujuan yang tercapai adalah tujuan umum. Tercapainya tujuan umum seperti ini mempersyaratkan tercapainya keterampilan yang disebut BICS (basic interpersonal communication skills). Oleh karena itu, tekanan penguasaan adalah bahasa sehari-hari sehingga dapat dipergunakan untuk kepentingan praktis, misalnya bagaimana pembelajar menyapa, menawar, menolak, mempersilakan, mengucapkan terima kasih, menyatakan penyesalan, mengajak, meminta izin, memintakan izin, menyela, menyudahi percakapan, berpamitan, memperkenalkan diri, memperkenalkan temannya, mengeluh, memuji, memberi dan membalas salam, berobat, menelepon, pergi ke bank, dan sebagainya. Sebaliknya, jika seseorang ingin mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang diungkapkan dalam bahasa itu, maka tujuan yang tercapai adalah tujuan khusus. Misalnya, ia ingin mempelajari kepercayaan yang dianut suatu suku bangsa, atau mempelajari kebudayaan suatu suku bangsa. Tercapainya tujuan seperti ini mempersyaratkan tercapainya keterampilan yang disebut CALP (cognitive/academic language proficiency). Tentu saja, bahan yang diajarkan untuk dua jenis tujuan itu berbeda meskipun pendekatan yang dipergunakan sama; bahkan ciri-ciri kebahasaan bahasa Indonesia yang diajarkan juga berbeda. Soewandi (1993) menyingkat ciri khas bahasa untuk tujuan tercapainya BICS menjadi lima kecenderungan: (1) dipergunakannya bentuk- bentuk kata yang tidak formal, (2) dipergunakannya kosa kata tidak baku, (3) dihilangkannya imbuhanimbuhan kata (afiks) dan kata-kata tugas yang tidak menimbulkan salah tafsir, (4) penulisan yang tidak baku, dan (5) dipakainya susunan kalimat yang sederhana dan lebih cenderung tidak lengkap. Sebaliknya, ciri khas bahasa untuk tujuan tercapainya CALP ada lima kecenderungan, yaitu ditekankannya penggunaan: (1) bentuk-bentuk kata yang baku, (2) kosa kata teknis dan baku, (3) imbuhan dan kata-kata tugas secara lengkap, (4) kaidah-kaidah penulisan, dan (5) susunan kalimat yang baku, lengkap unsurnya, dan pada umumnya lebih kompleks. Pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dapat memilih salah satu dari kedua tujuan itu meskipun dapat saja keduanya. Hanya saja, untuk dapat menguasai CALP, dituntut dimilikinya BICS lebih dahulu. Mengapa? Karena mereka yang mempelajari bahasa dengan tujuan CALP pada umunya mereka yang ingin mendalami salah satu aspek dari kegiatan manusia Indonesia, entah mendalami kebudayaannya, kehidupan sosialnya, atau politiknya, atau manusianya sebagai paguyuban tertentu (antropologis). Untuk dapat mencapai tujuan itu, secara metodologis ia harus menjadi bagian dari kehidupan yang ingin dikenali. Oleh karena itu, mau tidak mau, penguasaan BICS menjadi penolong yang penting dalam penemuan data yang diinginkan. Karena pada umumnya pembelajaran bahasa dibedakan menjadi tiga tingkat--permulaan, tengahan dan lanjutan--kiranya pembelajaran dengan diskusi hanya cocok diterapkan pada pembelajaran bahasa dengan tujuan tercapainya CALP; berarti hanya cocok bagi mereka yang sudah ada di tingkat lanjutan. Judul makalah itu mengacu, tentu saja, pada tercapainya tujuan belajar bahasa pada tingkat CALP. Mengapa? Karena belajar dengan diskusi mengandaikan "penguasaan bahasa" sudah terpenuhi. Pada tingkat CALP ini, pada umumnya kursus-kursus bahasa Indonesia bagi orang asing menuntut tercapainya profil kompetensi : (1) mampu berbicara tentang topik-topik tertentu sesuai dengan bidang minatnya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar; (2) mampu mendengarkan pembicaraan dalam seminar, mendengarkan berita-berita dari radio dan televisi; (3) mampu membaca teks-teks asli (di majalah, atau surat kabar, terutama untuk memahami ide-ide yang ada di dalamnya), dan (4) mampu mengungkapkan gagasannya secara tertulis dalam bentuk karangan ilmiah. Jika pembelajaran pada tingkat BICS pembelajar masih lebih berkutat pada penguasaan bahasa sebagai bekalnya, maka tekanan pembelajaran pada tingkat CALP lebih-lebih pada bagaimana dengan bekal 2 bahasanya itu ia dapat memahami dan mengungkapkan idenya kepada mitra diskusi. Ini tidak berarti bahwa bekal bahasanya sudah dikuasainya secara sempurna. Si belajar masih tetap mempelajari bahasanya, tetapi boleh dikatakan sudah pada tingkat menyempurnakan/ memperbaiki". 3. Diskusi sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Bahasa Asing Istilah diskusi di sini berupa suatu konstruk yang oleh penulis diisi pengertian yang sedikit berbeda dengan istilah diskusi dalam kaitannya dengan debat, dan diskusi dalam kaitannya dengan bentuk pembelajaran pada umumnya. Pengertian umum diskusi adalah membicarakan suatu masalah oleh para peserta diskusi dengan tujuan untuk menemukan pemecahan yang paling baik berdasarkan berbagai masukan. Sebaliknya, debat adalah pembicaraan tentang suatu masalah dengan tujuan untuk memenangkan atau mempertahankan pendapat yang dimiliki oleh peserta debat. Sangat mungkin, pendapat yang dimenangkan bukan yang terbaik. Diskusi sebagai suatu bentuk pembelajaran umum adalah suatu cara pembelajaran di mana peserta didik (murid, mahasiswa) mendiskusikan (membicarakan, mencari jawaban bersama) dengan cara saling memberikan pendapatnya, kemudian disaring untuk ditemukan kesimpulan. Tentu saja persyaratan terjadinya pembelajaran dengan diskusi adalah bahwa bahasa benar-benar sudah sangat dikuasai oleh peserta didik. Guru tidak lagi memberikan perhatian pada bahasa, melainkan pada isi atau materi diskusi. Diskusi di dalam makalah ini diberi pengertian sebagai bentuk pembelajaran bahasa asing, di mana para peserta diskusi mengemukakan pendapatnya tentang suatu masalah (topik). Seseorang mempersiapkan pendapatnya secara tertulis dalam bentuk karangan pendek, kemudian disajikan di kelas. Yang lain memberikan tanggapan secara lesan. Kebenaran pendapat yang disampaikan, baik oleh penyaji makalah maupun teman-temannya, memang perlu diperhatikan, tetapi yang lebih ditekankan adalah bahasa yang dipergunakan benar atau tidak. Di samping itu, kesimpulan pendapat tidak perlu dituntut. Oleh karena itu, tugas guru (instruktur) lebih pada merekam (mencatat) kesalahan-kesalahan bahasa apa saja yang dibuat oleh peserta diskusi. Konteks diskusi di dalam makalah ini mirip dengan apa yang terjadi pada pelaksanaan perkuliahan seminar bahasa dan sastra, atau perkuliahan seminar pengajaran bahasa dan sastra di program studi atau jurusan bahasa dan sastra. Dalam pelaksanaan perkuliahan jenis ini, di samping diperhatikan tercapainya kompetensi sebagai pemakalah dalam menulis makalah, menyajikan makalah, menjawab pertanyaan; dan tercapainya kompetensi sebagai pemandu, penambat, dan pembahas tertunjuk, juga masih diperhatikan bagaimana pembahasaan. Mengapa bentuk diskusi cocok untuk pencapaian bahasa tingkat CALP? Menurut pengalaman, belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dengan bentuk diskusi memiliki keuntungan-keuntungan berikut. Pertama, dengan diskusi, memang materi bahasa bagi pembelajar "tidak" menjadi fokus perhatian mereka. (Materi bahasa menjadi perhatian pada waktu persiapan (cara mengungkapkan dengan bahasa) dalam makalah, bagaimana pemakaian bahasa dalam bertanya jawab, dan menuliskan tambatan. Pembelajaran bahasa asing dengan diskusi jarang terjadi hanya dengan satu ertemuan, tanpa didahului oleh pertemuan-pertemuan pendahuluan. Mengapa? Karena untuk dapat berdiskusi diperlukan bahan diskusi. Oleh karena itu, sebelum bentuk pembelajaran diskusi dapat diterapkan perlu ada pembelajaran-pembelajaran dengan bentuk pembelajaran lain untuk tujuan membekali bahan, baik bahan diskusi maupun bahan bahasanya sebagai alat diskusi. Menurut pengalaman, dalam suatu kursus bahasa---berarti terjadi secara terencana, dari pertemuan ke pertemuan yang lain--pelaksanaan pembelajaran bahasa asing dengan 3 diskusi menjadi efektif jika diawali dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya dengan topiktopik yang berhubungan; baru pada awal pertemuan-pertemuan berikutnya (konkretnya pada awal minggu berikutnya) dilaksanakan pembelajaran dengan diskusi. Bahan diskusi berupa perpaduan (ramuan atau olahan) dari topik-topik yang dipelajari pada pertemuanpertemuan sebelumnya. Mengapa bentuk diskusi cocok untuk pencapaian bahasa tingkat CALP? Menurut pengalaman, belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dengan bentuk diskusi memiliki keuntungan-keuntungan berikut. Pertama, dengan diskusi, memang materi bahasa bagi pembelajar "tidak" menjadi fokus perhatian mereka. (Materi bahasa menjadi perhatian pada waktu persiapan diskusi, yaitu pada waktu pertemuan-pertemuan pendahuluan). Yang menjadi fokusnya justru bagaimana pembelajar mengemukakan pendapatnya dengan logika, data, dan gagasannya. Bagi pembelajar tingkat lanjutan, berarti pada tingkat dicapainya CALP, kemampuan berbahasa "sudah" mereka miliki. Jadi, rasa takut salah dalam berbahasa sudah berkurang, atau bahkan dapat dihindari. Kedua, dengan diskusi, pembelajar "dipaksa" mengemukakan pendapatnya. Keterpaksaan itu justru mendorong pembelajar--tanpa "takut" salah dalam berbahasa--dengan sekuat tenaga dan sebanyak yang dimiliki untuk digunakan pada waktu menjadi pemakalah, atau pembahas, atau pemandu, atau notulis (penambat). Ketiga, semua keterampilan--mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis--dipelajari. Keempat, bagi pembelajar lanjut, yang pada umumnya adalah mereka yang duduk di perguruan tinggi, karena terjadinya transfer of learning, apa yang pernah diperolehnya-dalam hal ini penguasaan tentang aturan-aturan membuat makalah, dan sebagainya-- dengan mudah dapat dimanfaatkan. 4. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa dengan Diskusi Dengan memakai pengalaman mengajar beberapa tahun yang lalu, maka pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dengan diskusi perlu melalui pertemuan-pertemuan pendahuluan dengan materi diskusi yang saling berkaitan, dan dengan materi bahasa yang berkelanjutan. Pada pelaksanaan diskusinya sendiri terdapat kegiatan sebagai berikut. Seseorang ditunjuk menyajikan apa yang ditulis. Sebelumnya karangan yang disusunnya dibagikan kepada teman-temannya, dan kepada guru atau instrukturnya. Karena diskusi di sini merupakan bentuk pembelajaran dan masih tetap ditekankan pada penyempurnaan penguasaan bahasa, maka tidak diperlukan pemandu khusus. Instruktur sendiri yang mengatur jalannya "diskusi", di samping tugasnya yang pokok, yaitu mencatat-syukur dapat merekam-- kesalahan yang dibuat, baik oleh pemakalah maupun oleh yang lain, terutama kesalahan pada pemilihan kosa kata, penulisan kata, pemakaian dan pemilihan bentuk kata, pengucapan kata dan kalimat, penyusunan kata menjadi kalimat, dan menjadi paragraf. Kesalahan-kesalahan bahasa yang dibicarakan lebih ditekankan pada penyimpangannya dari kebakuan bahasa seperti yang diuraikan di muka sebagai ciri diperolehnya kompetensi CALP. Unsur sosiolinguistis dan pragmatis dari penggunaan bahasa itu juga perlu diperhatikan. Jika dianggap perlu dapat ditambahkan cultural notes dan etika berdiskusi. Tentu saja, karena dalam kursus-kursus bahasa asing terkandung unsur promosi, instruktur perlu juga bercerita sebagai pelengkap (pengayaan) terhadap topik-topik itu. Poedjosoedarmo (2001) memberikan data yang menarik, yang terjadi di Amerika serikat sebagai berikut. “ To attain an advanced level of competence, for example in the USA, where English is a native language, in most universities students are required to take a test on English, and it means a test on writing essay. This is why, books on Essay Writing and Thesaurus are important for college students. Students need to consult to a dictionary of synonyms or a thesaurus to make them able to choose the right words in their essays. In Indonesia, to well known intellectuals also spent a lot of times publishing their writings before they become 4 famous. Good writing skill seems to be very important in developing advanced language competence”. 5. Penutup Benang merah gagasan di muka dapat disampaikan sebagai berikut. Pertama, mempelajari BI sebagai bahasa asing memiliki dua tujuan: umum dan khusus. Kompetensi yang akan diperoleh oleh keduanya berbeda. Mempelajari BI dengan tujuan umum ingin memperoleh BICS, sedangkan dengan tujuan khusus ingin memperoleh CALP. Bagi mereka yang mempelajari BI dengan tujuan khusus, tentu saja, perlu memiliki kompetensi kebahasaan dalam tingkat BICS juga sebagai sarana untuk, misalnya, memperoleh data. Kedua, Kebahasaan untuk tingkat BICS cenderung bercirikan sebagai bahasa yang tidak standar, sebaliknya untuk tingkat CALP bercirikan sebagai bahasa standar. Ketiga, diskusi sebagai suatu bentuk pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing tidak sama pengertiannya dengan diskusi sebagai bentuk pembelajaran pada umumnya, dan tidak sama dengan pengertian dengan istilah diskusi dalam pasangannya dengan debat. Tujuan yang ingin dicapai terutama adalah tercapainya kompetensi kebahasaan, lebih-lebih pada tingkat CALP. Oleh karena itu, bentuk pembelajaran ini kiranya cocok untuk pembelajaran bahasa asing pada tingkat lanjut. Keempat, karena pembelajaran bahasa tidak terjadi hanya dengan satu pertemuan, melainkan dari pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam periode terttentu, maka bentuk pembelajaran dengan diskusi hanya mungkin dilaksanakan setelah pembelajar memperoleh bahan diskusi dan bertambah penguasaan bahasanya. Oleh karena itu, seyogyanya embelajaran dengan diskusi perlu didahului oleh pembelajaran-pembelajaran dengan bentuk lain dengan materi yang saling berkaitan. Daftar Pustaka Poedjosoedarmo, Soepomo. 2001. Language Teaching Approaches and Advanced Level of Language Competence. Makalah dalam Seminar on Language and Culture, Sanata Dharma University, August 25. Soewandi, A.M. Slamet. 1994. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing: Tujuan, Pendekatan, Bahan Pengajaran dan Pengurutannya. Makalah pada Konferensi Internasional Pengajaran bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di Universitas Kristen satya Wacana, 20-23 Januari. ------------. 1993. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Program SEASSI, di Seattle, University of Washington. 5 Contoh Laporan Hasil Kajian Kritis atas Tulisan/Artikel Belajar Bahasa Indonesia dengan Diskusi Karya A. M. Slamet Soewandi (Universitas Sanata Darma) Oleh: NN I. PENDAHULUAN Secara umum kajian kritis ini bertujuan menelusuri tulisan tertentu untuk keperluan pengembangan gagasan dalam sebuah PTK. Secara khusus kajian kritis ini bertujuan untuk pemerkayaan konsep dan model-model pengembangan gagasan yang telah dilakukan oleh penulis tertentu. Pilihan tulisan jatuh kepada tulisan A. M. Slamet Soewandi dari Universitas Sanata Darma dengan judul Belajar Bahasa Indonesia dengan Diskusi. Tulisan ini diperoleh dari hasil download dari internet pada tanggal 31 Desember 2008 pukul 5.41. Alasan pemilihan tulisan ini adalah topik yang disajikan bersifat sederhana dan telah lumrah dikenali oleh guru, bahkan sudah biasa mereka lakukan. Tulisan Soewandi ini dapat memberi kesempatan kepada kita untuk mengaitkan antara bentuk diskusi yang selama ini dilakukan dengan isi tulisan ini. Sejumlah manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan kajian kritis pada tulisan Soewandi adalah (1) bagi peserta kegiatan BERMUTU yang belum memiliki topik PTK, hasil kajian kritis ini dapat membentangkan jalan menuju identifikasi masalah, (2) bagi mereka yang sedang menulis, hasil kajian kritis ini dapat menjadi sumber pengembangan gagasan dalam pengembangan kajian pustaka, dan (3) bagi mereka yang telah melaksanakan penelitian dan sedang dalam proses mengembangkan laporan, kajian kritis ini dapat menjadi bahan perbandingan temuannya. II. KAJIAN KRITIS 1. Performansi Tulisan Soewandi dibagi ke dalam lima bagian, yaitu (1) Pendahuluan, (2) Tujuan Belajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing, (3) Diskusi sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Bahasa Asing, (4) Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa dengan Diskusi, dan (5) penutup. Tulisan disajikan dalam sembilan halaman dengan spasi satu tipe huruf font 12 times new roman. 2. Pengembangan gagasan Soewandi mengembangkan tulisan ini dengan sejumlah tipe pengembangan gagasan, Setidaknya ada empat model pengembangan gagasan yang digunakan Beliau. Pola pengembangan yang digunakannya adalah perbandingan, analisis, perincian, definisi, dan ilustrasi. Pola analisis di temukan pada paragraf kedua, ketiga, dan ketigabelas, dan ketujuh belas. Pola perincian ditemukan pada paragraf kelima dan kesembilan. Pola definisi ditemukan pada paragraf kesepuluh. Pola ilustrasi ditemukan pada paragraf kedelapan belas. Paragraf yang variatif yang digunakan Soewandi dalam tulisan ini membuat tulisan ini menjadi menarik. 3. Fokus Pembahasan Bagian awal tulisan ini membedakan dua hal dalam penguasaan keterampilan berbahasa. Pertama, penguasaan melalui pemerolehan dan penguasaan melalui pembelajaran. Tulisan ini mengurai lebih lanjut mengenai pembelajaran. Dua tujuan yang berbeda yang ingin dicapai bagi mereka yang belajar bahasa melalui pembelajaran, yaitu tujuan BICS (basic interpersonal communication skills) dan tujuan CALP Cognitif/academic language proficiency). BICS bertujuan mempelajari bahasa asing untuk dapat berkomunikasi 6 keseharian dengan penutur bahasa, sedangkan CALP bertujuan untuk mempelajari budaya dalam masyarakat bahasa yang dipelajari. Kedua tujuan memiliki ciri masing-masing, BICS bercirikan bahasa yang tidak formal sedangkan CALP bersifat formal. Selanjutnya, Soewandi mengurai penerapan strategi diskusi sebagai salah satu bentuk pembelajaran bahasa asing. Strategi ini diurai sebagai penjabaran lebih lanjut dari tujuan CALP. Pembelajaran bahasa Indonesia di Indonesia merupakan pembelajaran bahasa asing karena peserta didik sebelumnya telah menguasai bahasa daerah sebagai bahasa pertamanya. Kondisi ini menunjukkan bahwa tulisan Soewandi ini sesuai dengan kondisi di Indonesia. Pikiran yang disajikan Beliau cocok diterapkan di Indonesia. Soewandi memberi pengertian diskusi sebagai bentuk pembelajaran bahasa asing, di mana para peserta diskusi mengemukakan pendapatnya tentang suatu masalah. Dalam diskusi kompetensi yang dilatihkan adalah kompetensi menulis makalah, menyajikan makalah, menulis tambatan, dan menjawab pertanyaan. Selain itu dilatihkan pula kompetensi sebagai pemandu, penambat, dan pembahas tertunjuk, Penyajian strategi diskusi disajikan dalam lebih dari satu pertemuan. Pertemuan pertama berupa persiapan yang diisi dengan penyediaan wacana dan kesepakatan pembagian tugas dalam diskusi. Dengan cara ini proses diskusi dapat berlangsung dengan lancar. Soewandi menambahkan bahwa proses diskusi dimaksudkan untuk penekanan penyempurnaan penguasaan bahasa. Kesalahan bahasa dicatat sebaik-baiknya untuk dibenarkan nantinya, utamanya kesalahan dari sudut kebakuan bahasa sesuai dengan tujuan kompetensi CALP. Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa strategi diskusi jika dilakukan sesuai rambu-rambu yang dikemukakan oleh Soewandi akan dapat membawa peserta didik ke pembelajaran bahasa dengan tingkat praktik berbahasa yang tinggi. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran bahasa Indonesia di Indonesia yang menekankan kepada penguasaan keterampilan berbahasa. Tulisan Soewandi di atas lebih bersifat teoretis. Tulisan ini belum didukung oleh data yang menunjukkan bahwa strategi diskusi benar-benar dapat meningkatkan keterampilan berbahasa peserta didik. Gagasan yang dibangun dalam tulisan ini sudah terstruktur dengan baik. Beberapa paragraf yang ada dapat digunakan dalam membangun teori yang ada dalam sebuah kajian teori suatu penelitian. Hal-hal yang layak dipertimbangkan adalah pemilahan tujuan belajar bahasa, pengertian diskusi, dan tahapan diskusi. Menindaklanjuti tulisan Soewandi ini dipandang penting untuk mencobakannya dalam sebuah penelitian. Perlu diperoleh informasi secara nyata melalui fakta lapangan sejauhmana konsep-konsep strategi diskusi ini dapat diimplementasikan dengan baik di dalam kelas. Tawaran Soewandi yang menyekat strategi diskusi ke dalam beberapa pertemuan menarik untuk dicobakan. Selama ini diskusi hanya didesain dalam satu kali pertemuan saja. Dengan menyekat ke dalam beberapa kali pertemuan dapat melahirkan kualitas berbahasa secara terpadu dapat dicapai. Pelaksanaan diskusi yang diawali dengan pelatihan penulisan bahan diskusi dalam bentuk makalah, desain diskusi dalam bentuk penyiapan personalitas yang terlibat dan pengamatan praktik berbahasa dalam proses diskusi serta diakhiri dengan penyusunan laporan diskusi membawa peserta didik benar-benar memiliki kompetensi berbahasa yang holistik. III. PENUTUP Berdasarkan kajian terhadap tulisan Soewandi di atas dapat ditarik suatu manfaat, yakni perlunya diadakan sebuah PTK dengan topik peningkatan kemampuan berbahasa secara holistik melalui penerapan strategi diskusi. 7