sap manajemen pendidikan

advertisement
SAP MANAJEMEN PENDIDIKAN
Nama Mata Kuliah
Kode / Jumlah SKS
Semester
Syarat/Kosyarat
Dosen
:
:
:
:
:
Manajemen Pendidikan
3 Sks
1
Prof. Dr. Slameto, M.Pd
TUJUAN
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu menguasai kemampuan
teoritik tentang manajemen pendidikan di satuan pendidikan formal maupun non formal;
Dengan demikian mahasiswa mampu:
1. Menganalisis masalah dan memberi solusi yang terkait dengan penentuan kebijakan
dan pengelolaan pendidikan pada tingkat makro, messo, dan mikro.
2. Berkontribusi dalam upaya perbaikan dan peningkatan kinerja organisasi berdasarkan
prinsip dasar bidang kajian ilmu manajemen pendidikan.
3. Membuat keputusan-keputusan strategik berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kajian
teoritis dan empiris atau kontekstual.
4. Berkontribusi dalam pengembangan keilmuan melalui penelitian dengan pendekatan
interdisipliner/multidisiplin menghasilkan karya ilmiah yang diakui secara nasional dan
atau internasional.
DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini membahas konsep dasar, teori, prinsip, ruang lingkup, proses dan aspek
manajemen pendidikan. Cakupan bahasan mata kuliah ini adalah:
1. Konsep dasar manajemen pendidikan: pengertian administrasi, organisasi dan
manajemen pendidikan, hakikat, peran, fungsi dan ruang lingkup manajemen
pendidikan, manajemen sebagai sistem
2. Falsafah dan tori manajemen pendidikan: falsafah manajemen, berbagai pendekatan
dalam manajemen pendidikan: klasik, neo klasik dan modern, perkembangan teori
manajemen
3. Standar pengelolaan dalam sistem pendidikan nasional
4. Manajemen sebagai proses penerapan fungsi-fungsi manajemen: planning,
organizing, staffing, actuiting/ kepemimpinan, dan controlling
5. Bidang garapan dalam manajemen pendidikan: kurikulum atau program pendidikan,
kesiswaan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana pendidikan, keuangan dan
pembiayaan, manajemen sistem informasi pendidikan.
6. Kepemimpinan dalam organisasi
7. Supervisi Pendidikan
8. Teknik dan alat manajemen: pemanfaatanya dalam menghadapi perubahan,
pengambilan keputusan dan untuk meningkatkan kinerja
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Pokok bahasan untuk setiap pertemuan disusun sebagaimana jadwal terlampir. Mahasiswa
diharapkan telah membaca bahan yang telah ditentukan sebelum mengikuti perkuliahan.
Dengan demikian mahasiswa akan siap dan dapat mengikuti kuliah dengan lebih efektif dan
kontributif.
Untuk mencapai tujuan perkuliahan, kegiatan perkuliahan ini lebih dikonsentrasikan pada
peningkatan kemampuan belajar mandiri secara individual dalam mengikuti: ceramah,
diskusi kelompok, serta analisis kasus, problem solving sehingga lebih siap dalam pembuatan
tugas individu dan kelompok;
Media yang digunakan dalam perkuliahan ini adalah: whiteboard, lcd, komputer, buku/materi
wajib, tesis dan pedoman penulisan tesis, serta pedoman membuat kajian kritis dan best
practice.
Tugas individu adalah melakukan Kajian kritis atas hasil penelitian terpublikasi dalam bidang
manajemen pendidikan yang sesuai ruang lingkup kajian manajemen pendidikan (contoh
kajian kritis dan laporan best practise disediakan).
Tugas kelompok adalah melakukan analisis praktek manajemen yang berhasil baik/good atau
best; bisa hanya pada salah satu aspek manajemen atau keseluruhan manajemen di sekolah
atau luar sekolah dalam menerapkan salah satu teori atau pendekatan manajemen.
EVALUASI
Keberhasilan mahasiswa dalam perkuliahan ini ditentukan oleh prestasi yang bersangkutan
dalam: partisipasi kegiatan kelas, pembuatan dan penyajian tugas kelompok, tugas individual
dan tas (20%, 30% dan 50%); tes akhir semester diselenggarakan pada akhir semester sesuai
jadwal; pada tahun ini yaitu minggu ke 2 Bulan April 2014.
RINCIAN MATERI DAN PERTEMUAN
Pertemuan 1
Pertemuan 2-4
Pertemuan 4-5
Pertemuan 6
Pertemuan 7-8
Pertemuan 9
Pertemuan 10-11
: Orientasi Perkuliahan: Tujuan, GBPP dan SAP, Strategi perkuliahan,
Tagihan/sistem penilaian sumber
: Konsep dasar manajemen pendidikan: pengertian administrasi,
organisasi dan manajemen pendidikan, hakikat, peran, fungsi dan
ruang lingkup manajemen pendidikan, manajemen sebagai sistem
: Falsafah dan tori manajemen pendidikan: falsafah manajemen,
berbagai pendekatan dalam manajemen pendidikan: klasik, neo klasik
dan modern, perkembangan teori manajemen
: Standar pengelolaan dalam sistem pendidikan nasional
: Manajemen sebagai proses penerapan fungsi-fungsi manajemen:
planning, organizing, staffing, actuiting/ kepemimpinan, dan
controlling
: Tagihan tugas individual
: Bidang garapan dalam manajemen pendidikan: kurikulum atau
program pendidikan, kesiswaan, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana pendidikan, keuangan dan pembiayaan, manajemen sistem
informasi pendidikan, dll.
Pertemuan 12
: Kepemimpinan dalam organisasi
Pertemuan 13
: Supervisi Pendidikan
Pertemuan 14
: Teknik dan alat manajemen: pemanfaatanya dalam menghadapi
perubahan, pengambilan keputusan dan untuk meningkatkan kinerja
Pertemuan 15
Pertemuan 16
: Tagihan tugas kelompok dan refleksi.
: TAS.
SUMBER
Duke, Daniel l. & Canady R.L., 1991, Schooling Policy, New York; McGraw-Hill.
Inc.
Frans Mardi Hartono, 2009, Paradigma Baru Manajemen Indonesia, Bandung; Mizan
Hoy. W.K. & Miskel, C.G., 2008, Educational Administration, (Theory, research, and
Practice), New York ; McGraw Hill Higher Educational
Lunenburg, F.C. & Irby, B.J., 2006 The Principalship, (Vision to Actiona), USA:
Wadswoth Cengage Learning
Macgilchrist, Barbara, etc. 2004, The Intelegent School, New Delhi; Sage Publication
Nanang Fattah, 2009, Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung; PT. Remaja
Rosda Karya
Nanang Fattah, 2009, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung; PT. Remaja Rosda
Karya
Razikta & Swanson A.D. 1995, Fundamental Concepts Of Educational Leadership
And Managemen, New Jersey: Merril an inprint of Prentice hall, Englewood Cliffs
Rivai, V. dan Murni, S. 2009. Education Management: Analisis Teori dan Praktik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Scheerens, Jaap, 1992, Effective Schooling, (Research, Theory and Practice), London;
British Library Cataloguing in Publication Data
Silver harold, 1994, Good Schools, Effective Schools, London; british Library Cataloguing
in Publication Data
Thomas, J. Alan, 1971, The Productive School, USA; John Wiley & Sons, Inc.
Sumber-dumber lain yang relevan, seperti jurnal dan artikel dari internet
Konsep Dasar
Manajemen Pendidikan
Oleh
Slameto
Manajemen Pendidikan

Proses pengembangan kegiatan kerjasama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
ditetapkan.
 Proses pengendalian kegiatan kelompok yg
minimal mencakup: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan
(actuating), dan pengawasan (controlling)
sebagai suatu proses untuk menjadikan visi
menjadi aksi.
 Manajemen pendidikan sama artinya dengan
administrasi pendidikan
Manajemen Pendidikan



Memiliki berbagai kegiatan yg kompleks & saling
berhubungan.
Merupakan sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi
dan efektifitas pelayanan pendidikan melalui
perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku
kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya,
stimulus dan koordinasi personil, penciptaan iklim
oorganisasi yang kondusif, serta penentuan
pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik dan masyarakat di masa depan.
Serangkaian kegiatan bersama atau keseluruhan proses
pengendalian usaha atas kerjasama sekelompok orang
dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
secara terencana dan sistematis, yang diselenggarakan
pada suatu lingkungan tertentu.
Manajemen Pendidikan




Suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan
bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang
turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama.
Penataan mengandung makna: mengatur, memimpin, mengelola
atau mengadministrasikan sumber daya yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan.
Sumber daya terdiri dari sumber daya manusia (peserta didik,
pendidik, dan pemakai jasa pendidikan), sumber belajar dan
kurikulum (segala sesuatu yang disediakan lembaga pendidikan
untuk mencapai tujuan), serta fasilitas (peralatan, barang, dan
keuangan yang menunjang kemungkinan terjadinya pendidikan).
Tujuan pendidikan yang produktif berupa prestasi yang efektif dan
susana atau proses yang efisien, sedangkan keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan yang produktif dapat dilihat dari
sudut administratif psikologis dan ekonomis.
Manajemen Pendidikan





Pada hakekatnya menyangkut tujuan pendidikan, manusia
yang melakukan kerjasama, proses sistemik dan sistematik,
serta sumbersumber-sumber yang didayagunakan.
Merupakan suatu cabang ilmu manajemen yang mempelajari
penataan sumber daya manusia, kurikulum, fasilitas, sumber
belajar dan dana, serta upaya mencapai tujuan lembaga
secara dinamis.
Berimplikasi terhadap aspekaspek-aspek yang terkait dengan
lingkungan pendidikan, baik secara makro, messo maupun
mikro untuk mencapai tujuan.
Proses manajemen pendidikan memerlukan berbagai
pendekatan untuk mencapai tujuan, diantaranya adalah
pendekatan sistem, dan pendekatan terpadu.
Pendekatan sistem mempelajari manajemen dari sudut sistem,
sub sistem, dan komponen sistem, dengan penekanan pada
interaksi antar komponen didalamnya, sedangkan pendekatan
manajemen terpadu dilandasi oleh norma dan keadaan yang
berlaku, menelaah kemasa silam, serta berorientasi ke masa
depan secara cermat.
Pengertian Administrasi


Administrasi Pendidikan ialah segenap proses pengarahan
dan penintegrasian segala sesuatu baik personal ,
spiritual dan material yang bdersangkut paut dengan
tercapainya tujuan pendidikan.
Administrasi pendidikan adalah suatu proses keseleruhan
kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi
perencanaan , pengorganisasian ,pengarahan ,
pengkoordinasiaan, pengawasan, pembiyaan dan
pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan
fasilitas yang tersdia , baik opersonal , material maupun
sepritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efesien
dan efektif.
Pengertian Administrasi

Adminitrasi pendidikan adalah suatu cara bekerja dengan
orang –orang dalam rangka usaha mencapai tujuan
pendidikan yang efektif , yang berarti mendatangkan hasil
yang baik dan tepat , sesuai dengan tujuan pendidikan
yang telah ditentukan.atau administrasi pendidikan adalah
semua kegiatan sekolah yang meliputi usahausaha -usaha besar
seperti perumusan polis, pengarahan usaha , koordinasi,
konsultasi, korespondensi, control dan seterusnya ,
sampai kepada usahausaha-usaha kecil dan sederhana seperti
menjaga sekolah , menyapu halaman dan lain sebagainya
.
Pengertian Administrasi
a. Bahwa seluruh administrasi pendidikan itu merupakan
proses keseluruhan dan kegiatankegiatan-kegiatan bersama yang
harus dilakukan oleh semua pihak yang ada sangkut
pautnya dengan tugastugas-tugas pendidikan.
b. Bahwa administrasi pendidikan itu mencakup kegiatankegiatan kegiatan yang luas yang meliputi kegiatan perencanaan ,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan ,
khususnya dalam bidang pendidikan yang
diselenggarakan di sekolahsekolah-sekolah.
c. Bahwa administrasi pendidikan itu bukan hanya sekedar
kegiatan tata usaha seperti dilakukan di kantorkantor -kantor ,
inspeksi pendidikan lainnya.
Pengertian Organisasi

Pada dasarnya organisasi adalah tempat atau
wadah dimana orangorang-orang berkumpul,
kerjasama secara rasional dan sistematis,
terencana, terorganisasi, terpimpin dan
terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya
(sumber daya seperti uang, material, mesin,
metode, lingkungan), saranasarana-parasarana, data
data,,
dan lain sebagainya yang digunakan secara
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi
Tata Kerja

Tata Kerja adalah cara dimana yang
bertujuan untuk mencapai tingkat efesien
dan maksimal dengan cara melaksanakan
suatu pekerjaan dengan benar dan
berhasil sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
PENGERTIAN MANAJEMEN





Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur."
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal.
Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai
seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif
dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas
yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai
dengan jadwal
Pengertian manajemen
1. Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang
selanjutnya menjadi cikal bakal Manajemen sebagai suatu profesi.
Manajemen sebbagai suatu ilmu menekankan perhatian kepada
ketrampilan dan kemampun manajerial yang diklasifikasikan
menjadi kemampuan/ketrampilan teknikal,manusiawi dan
konsepsual.
2. Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang
sitematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen.
3. Manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (Style)
seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lin
untuk mencapai tujuan.
Hubungan Manajemen dan
Organisasi


Manajemen dan Organisasi memiliki hubungan yang
erat, untuk mencapai suatu tujuan maka dibutuhkan
kerja team
team,, ibaratkan di suatu perusahaan seorang
manajer membagikan tugas kepada anggota team nya
yang terdiri dari 10 orang, 2 orang pertama mempunyai
tugas menulis, 2 orang berikutnya mempunyai tugas
mengedit, 2 orang selanjutnya mempunyai tugas
memposting dan begitu selanjutnya, hingga menjadikan
kerja sama team yang solid antara manajer dan
organisasi.
Hubungan Manajemen dan
Tata Kerja

Manajemen dan Tata Kerja merupakan
faktor utama dalam tercapainya target,
seperti manajemen yang teroganisir dan
tata kerja yang terencana dengan baik
akan mampu menyelesaikan pekerjaan
sesuai target yang ditetapkan.
Hubungan Manajemen,
Organisasi dan Tata Kerja


Hal ini tentang bagaimana caranya seorang manager
memanajemen bawahannya melalui beberapa proses
perancaan, seperti yang dikatakan Mary Parker Follet
manajer harus mempersiapkan proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya.
Lalu sekarang pembagian tugas yang diberikan ke
organisasi, untuk mendapatkan hasil yang baik
dengan cara bekerja sama, dan perencanaan tata
kerja harus mencapai tingkat efesien dan maksimal.
PERBEDAAN ADMINISTRASI DAN
MANAJEMEN

Dalam Bahasa Inggris kata Administrasi dan Manajemen digunakan
dalam konteks dan beberapa variasi pengertian. Dalam beberapa
konteks keduanya mempunyai persamaan arti dengan kandungan
makna to control yang berarti mengatur dan mengurus.

Dalam kamus Hornby (1984) kata administration diartikan sebagai
management of affairs (pengelolaan urusan), dan kata management
diartikan sebagai control atau handle (mengatur atau mengurus),
sedangkan Sutisna menyatakan bahwa administrasi sama artinya
dengan manajemen, tetapi di bidang pendidikan, pemerintahan,
rumah sakit dan kemiliteran umumnya dipakai istilah admistrasi
sedangkan di bidang industri dan perusahaan menggunakan istilah
manajemen (Sutisna dalam Usman, 2006:4)
PERBEDAAN ADMINISTRASI DAN
MANAJEMEN



Dengan mengesampingkan propro-kontra perbedaan antara
administrasi dan manajemen, yang jelas keduanya
mengacu kepada bagaimana mengelola suatu urusan
(affairs).
Bertolak dari pengertian di atas, maka penulis
menggunakan istilah manajemen.
Oleh karena yang dikelola adalah urusan pendidikan,
maka dikenal istilah Manajemen Pendidikan.
Pengertian Manajemen
Pendidikan


Suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan
melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian,
pengkomonikasian, pemotivasian, penggangaran,
pengendalian, pengawasan, penilaian dan pelaporan secara
sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara
berkualitas.
Rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha
kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
Pengertian Manajemen
Pendidikan


Kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang
tergabug dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
efektif dan efisien.
Dilakukan Manajemen agar pelaksanaan suatu usaha
pendidikan terencana secara sistematis dan dapat
dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga
mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan
efisien.
Manajemen Pendidikan
1 Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan
yang dilakukan dari, oleh dan bagi manusia.
2 Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses
pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan pendidikan
yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan
tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar--besarnya ;
sebesar
Tujuan kegiatan pendidikan ini tidak terlepas dari tujuan
pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan oleh suatu bangsa.
Manajemen Pendidikan
3 Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok
manusia yang tergabung dalam suatu organisasi sehingga
kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang
harmonis tanpa mengorbankan unsurunsur-unsur manusia yang
terlibat dalam kegiatan pendidikan itu.
4 Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dalam hal ini
meliputi tujuan yang bersifat umum (skala tujuan umum) dan
yang diemban oleh tiaptiap-tiap organisasi pendidikan (skala
tujuan khusus).
5 Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuannya dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
Fungsi manajemen
1. Perencanaan (Planning)
Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, dan penyusunan
strategi, kebijaksanaan, program, dan lainlain-lain.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan,
menyusun organisasi atau
kelompok kerja, penugasan wewenang dan tanggungjawab serta
koordinasi.
3. Pengarahan (Actuating)
Motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk mengarahkan
karyawan mengerjakan sesuatu yang ditugaskan padanya.
4. Pengawasan (Controlling)
Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan
tindakan korektif
1. Fungsi dari Perencanaan
a. Menjelaskan dan merinci dan tujuan yang ingin dicapai memberikan
pegangan dan menetapkan kegiatankegiatan -kegiatan yang harus dilakukan untuk
tujuan tersebut.
b. Organisasi menperoleh standar sumber daya terbaik dan
mendayagunakannya sesuai tugas pokok fungsiyang telah ditetapkan
menjadi rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktivitas yang
konsisten prosedur dan tujuan.
c. Memberikan batas kewenangan dan tanggung jawab bagi seluruh
pelaksana.
d. Memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensip sehingga
bisa menemukan dan memperbaiki kepemimpinan secara dini.
e. Memungkinkan untuk terpeliharanya persesuain antara kegiatan internal
dengan situas eksternal
f. Menghindari pemborosan.
2. Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian sangat penting dalam
manajemen karena membuat posisi orang
jelas dalam struktur dan pekerjaannya dan
melalui pemilihan, pengalokasian dan
pendistribusian kerja yang profesional
dan organisasi dapat mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.
3. Fungsi Pengarahan

Pemimpin lebih menekankan pada
upaya mengarahkan dan memotivasi
para personil agar dapat melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya dengan baik.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi Pengawasan Mencakup Empat Unsur:
Agar tenaga atau karyawan pada lembaga mampu mengemban
tugas atau fungsinya masingmasing-masing maka harus dilakukan suatu
pengawasan.
Langkah--langkah dalam melakukakan pengawasan, yaitu
Langkah
Menetapan standard pelaksanaan,
b. Mengukur performa aktual.
c. Pengukuran pelaksaan nyata dan membandingkannya dengan
standar yang telah ditetapkan,
d. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan
menyimpang dari standar.
a.
Manajemen dalam sistem
pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
garapan
garapan
garapan
garapan
garapan
garapan
garapan
peserta didik
tenaga kependidikan.
kurikulum
sarana prasana
keuangan
kemitraan kepada masyarakat
bimbingan dan pelayanan khusus.
6 langkah manajemen pendidikan
1. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalahmasalah-masalah.
2. Mengumpulkan berbagai pemecahan masalah dan
mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
3. Memilih atau menentukan strategi pemecahan masalah dan
perangkat yang memungkinkan dari berbagai alternatif tadi.
4. Melaksanakan strategi pemecahan masalah. Termasuk di
dalamnya manajemen dan kontrol strategi dan perangkat
yang dipilih.
5. Mengevaluasi proses pelaksanaan strategi (efektivitas).
6. Merevisi berbagai langkah atau bagian strategi yang salah
atau kurang tepat atau yang memungkinkan pencapaian
tujuan meleset.
Sehingga pendidikan menjadi responsif, efektif dan efisien.
Tujuan Manajemen
Pendidikan

Dilakukan Manajemen agar pelaksanaan
suatu usaha terencana secara sistematis
dan dapat dievaluasi secara benar,
akurat dan lengkap sehingga mencapai
tujuan secara produktif, berkualitas,
efektif dan efisien.
TUJUAN MANAJEMEN
Efektivitas

Pertama, tujuan manajemen itu diupayakan dalam
rangka mencapai efektivitas. Suatu program kerja
dikatakan efektif apabila program kerja tersebut dapat
mencapai tujuan, yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan kata lain, tujuan diterapkannya manajemen
pada sebuah program adalah agar program tersebut
dapat mencapai tujuan.
TUJUAN MANAJEMEN
Efisiensi
Kedua, manajemen itu dilakukan dalam rangka mencapai
efisiensi dalam pelaksanaan setiap program.
a. Efisisiensi ditinjau dari usaha/pelaksana program
Apabila dari segi pelaksanaan, sebuah program dapat dikatak
efisien apabila hasilnya dapat dicapai melalui upaya yang sekecilsekecil kecilnya dan sehematsehemat-hematnya. Upaya yang dimaksudkan adalah
dalam penggunaan komponen seperti, tenaga, waktu pelaksanaan,
sarana dan prasarana serta keuangan.
b. Efisiensi ditinjau dari hasil program
Ditinjau dari segi hasil, penyelenggaraan sebuah program dapat
dikatakan efisien apabila dengan usaha tertentu memperoleh hasil
yang sebanyaksebanyak- banyaknya. Upaya yang dimaksudkan adalah dalam
penggunaan komponen seperti, tenaga, waktu pelaksanaan, sarana dan
prasarana serta keuangan.
TUJUAN MANAJEMEN
Produktivitas

Adalah perbandingan terbaik antara hasil
yang diperoleh(output) dengan jumlah
sumber yang dipergunakan(input)
produktivitas dapat dinyatakan secara
kaulitas maupun kuantitas.
TUJUAN MANAJEMEN
Kualitas
Menunjukan kepada suatu ukuran penilaian atau
penghargaan yang diberikan atau dikenakan
kepada barang (products) dan/jasa (services)
tertentu berdasarkan pertimbangan objektiv
atas bobot dan/atau kinerja (Pfeffer end Coote,
1991).
 Jasa atau produk tersebut harus menyamai atau
melebihi kebutuhan atau harapan pelangannya.

TUJUAN DAN MANFAAT
MANAJEMEN PENDIDIKAN
1)
2)
3)
4)
5)
Mengetahui permasalahan dalam pendidikan
Menyusun rencana dan merumuskan tujuan
Mengidentifikasi kelemahan, kekuatan, peluang
dan ancaman dalam perencanaan
Sebagai acuan dalam penetapan anggaran
pendidikan
Sebagai alat pengendalian dalam pelaksanaan
pembangunan pendidikan
Batasan Manajemen
Manajemen Sebagai ILMU
Suatu bidang Ilmu Pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk
memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai
tujuan dan membuat sistem kerjasama ini bermanfaat bagi kemanusiaan.
Manajemen Sebagai SENI
Management adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha
yang minimal, demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal
bagi pimpinan maupun pekerja serta memberikan pelayanan yang sebagaik mungkin
kepada masyarakat.
Manajemen sebagai PROFESI
Manajemen sebagai Profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang dilakukan oleh
orang--orang yang memiliki keahlian dan ketrampilan sebagai kader, pemimpin atau
orang
‘manajer’ pada suatu organisasi atau perusahaan tertentu.
Manajemen sebagai PROSES
Management adalah proses yang khas terdiri dari tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dimana dalam masing2 bidang
tersebut digunakan ilmu pengetahuan & keahlian yang diikuti secara berurutan dalam
usaha mencapai sasaran & tujuan yang telah ditetapkan.
Ruang Lingkup
Manajemen Pendidikan
Pengantar



Manajemen pendidikan secara umum memiliki ruang lingkup yang
lebih luas daripada manajemen sekolah
sekolah..
Manajemen pendidikan tidak hanya menyangkut penataan
pendidikan formal (sekolah
(sekolah,, madrasah dan perguruan tinggi
tinggi),
), tetapi
juga pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal
nonformal,,
Secara garis besar dapat dubagi menjadi dua kegiatan
kegiatan..
Pertama, manajemen administrative
Pertama,
administrative.. Bidang kegiatan ini disebut
juga management of administrative function, yakni kegiatan
kegiatan--kegiatan
yang bertujuan mengarahkan agar semua orang dalam organisasi
/kelompok kerja sama mengerjakan hal
hal--hal yang tepat sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai
dicapai..
Kedua, manajemen operatif
Kedua,
operatif.. Bidang kegiatan ini di sebut juga
managemen of operative function, yakni kegiatan
kegiatan--kegiatan yang
bertujuan mengarahkan dan membina agar semua orang yang
melaksanakan pekerjaannya yang menjadi tugas masing
masing--masing dapat
dengan tepat dan benar
benar..
Skopa/Bidang Manj. Pendidikan
Manajemen administratif, dan operasional.
 Bidang manajemen administratif memfokuskan pada
kegiatan perencanaan, organisasi, bimbingan,
pengarahan, koordinasi dan pengawasan serta
komunikasi.
 Bidang manajemen operasional memfokuskan pada
kegiatan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan
hubungan sekolah dengan masyarakat.
 Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, dan
nampak dalam kegiatan manajemen operasional
melalui kegiatan administratif.

Ruang Lingkup
Manajemen Pendidikan
Manajemen merupakan koordinasi kegiatan
dalam organisasi pendidikan,
2. Manajemen merupakan alat untuk
tnengenai tujuan organisasi pendidikan,
3. Manajemen menyertakan banyak orang
dalam proses pendidikan seperti: peserta
didik, guru, pegawai tata usaha, dan
orang tua murid, dan
4. Partisipasi guru dan orang lain dalam
organisasi pendidikan.
1.
Lingkup tugas kewajiban
manager sekolah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menetapkan tujuantujuan-tujuan,
Membuat kebijaksanaan,
Menentukan perananperanan-peranan,
Mengkoordinasikan fungsifungsi-fungsi manajemen,
Menganalisis efektifitas,
Menggunakan sumbersumber-sumber pendidikan dari
masyarakat,
Bekerja dengan kepemimpinan untuk
meningkatkan perbaikan dalam pendidikan
Melibatkan orangorang-orang,
Melakukan komunikasi.
Ruang Lingkup Menajemen
Pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Manajemen kurikulum
Manajemen ketenagaan pendidikan
Manajemen peserta didik
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan
Manajemen keuangan
keuangan//pembiayaan pendidikan
Manajemen//administrasi perkantoran
Manajemen
Manajemen unit
unit--unit penunjang pendidikan
pendidikan,,
Manejemen layanan khusus pendidikan
Manajemen tata lingkungan dan keamanan
sekolah
10. Manejemen hubungan dengan masyarakat
1. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum
kurikulum,, meliputi perencanaan
perencanaan,,
pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan
kegiatan tentang pendataan mata
pelajaran//mata kuliah yang
pelajaran
diajarkan//dipasarkan
diajarkan
dipasarkan,, waktu jam yang
tesedia,, jumlag guru beserta pembagian jam
tesedia
pelajaran,, jumlah kelas
pelajaran
kelas,, penjadwalan
penjadwalan,,
kegiatan belajar
belajar--mengajar
mengajar,, buku
buku--buku yang
dibutuhkan,, program semester, evaluasi
dibutuhkan
evaluasi,,
program tahunan
tahunan,, kelender pendidikan
pendidikan,,
perubahan kurikulum maupun inovasi
inovasi--inovasi
dalam pengembangan kurikulum
kurikulum..
1. Manajemen kurikulum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mempesiapkan perumusan, tujuantujuan-tujuan
kurikulum
Mempersiapkan penentuan isi dan organisasi
kurikulum,
Menghubungkan kurikulum dengan waktu,
fasilitas fisik dan personil yang tersedia,
Mempersiapkan bahan, sumber, dan
perlengkapan bagi program pengajaran,
Mempersiapkan program supervisi pengajaran,
Mempersiapkan program pendidikan dalam
jabatan bagi para guru
2. Manajemen ketenagaan
pendidikan
Manajemen ketenagaan pendidikan
(kepegawwaian
kepegawwaian),
), meliputi perencanaan
perencanaan,,
pengorganisasian,, pelaksanaan
pengorganisasian
pelaksanaan,,
pengawasan dan evaluasi kegiatan
penerimaan pegawai baru
baru,, mutasi
mutasi,, surat
keputusan,, surat tugas
keputusan
tugas,, berkas
berkas--berkas
tenaga kependidikan
kependidikan,, daftar umum
kepegawaian,, upaya peningkatan SDM
kepegawaian
serta kinerja pegawai
pegawai,, dan sebagainya
sebagainya..
2. Manajemen ketenagaan
pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mempersiapkan rumusan kebijaksanaan
personil,,
personil
Mempersiapkan pengambilan (recrutment
recrutment))
personil,,
personil
Memilih dan menugasi personil
personil,,
Meningkatkan kesejahteraan personil
Mengembangkan sistem pencatatan sipil
sipil,,
Mendorong dan menyediakan kesempatan
bagi pertumbuhan propesional personil
personil..
3. Manajemen peserta didik

Manajemen peserta didik
didik,, meliputi
perencanaan,, pengorganisasian
perencanaan
pengorganisasian,,
pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan
kegiatan penggalangan penerimaan siswa
baru,, pelaksanaan tes penerimaan siswa
baru
baru,, penempatan dan pembagian kelas
baru
kelas,,
kegiatan--kegiatan kesiswaan
kegiatan
kesiswaan,, motivasi dan
upaya peningkatan kualitas lulusan dan
sebagainya..
sebagainya
3. Manajemen peserta didik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Merintis dan memelihara sistem penghitungan dan kehadiran
peserta didik
Mempersiapkan program orientasi bagi para peserta didik
Mempersiapkan program bimbingan dan penyuluhan
Mempersiapkan pelayanan kesehatan
Mempersiapkan pelayanan administrasi peserta didik
Mempersiapkan pelayanan informasi tentang pekerjaan dan
pendidikan
Mempersiapkan pelayanan penempatan pekerja dan pelayanan
lanjutan bagi peserta didik
Mengatur prosedur penilaian dan interpretasi pertumbuhan
peserta didik secara konstinue
Mengatur tata disiplin peserta didik dan
Mengembangkan dan mengkoordinasikan program kegiatan murid
4. Manajemen sarana dan
prasarana pendidikan

Manajemen sarana dan prasarana
pendidikan,, meliputi perencanaan
pendidikan
perencanaan,,
pengorganisasian,, pelaksanaan
pengorganisasian
pelaksanaan,,
pengawasan dan evaluasi kegiatan
pengadaan barang pembagian dan
penggunaan barang (inventaris
inventaris),
),
perbaikan barang
barang,, dan tukar tambah
maupun penghapusan barang
barang..
4. Manajemen sarana dan
prasarana pendidikan
Menentukan kebutuhan akan fasilitas fisik
sekolah dan sumbersumber-sumber yang dapat
dikerahkan untuk memenuhi kebutuhan itu,
2. Menyusun rencana yang konprehensif bagi
pertumbuhan dan peningkatan fasilitas fisik
sekolah
3. Melaksanakan rencanarencana-rencana bagai
pertumbuhan dan peningkatan fisik sekolah
4. Menyusun program pengelolaan dan
pemeliharaan fasilitas fisik sekolah yang
efisien.
1.
5. Manajemen keuangan
keuangan/
/
pembiayaan pendidikan

Manajemen keuangan
keuangan// pembiayaan
pendidikan,, meliputi perencanaan
pendidikan
perencanaan,,
pengorganisasian,, pelaksanaan
pengorganisasian
pelaksanaan,,
pengawasan dan evaluasi kegiatan masuk
dan keluarnya dana
dana,, usaha
usaha--usaha
menggali sumber pendanaan sekolah
seperti kegiatan koperasi serta
penggunaan dana secara efisien
efisien..
5. Manajemen keuangan
keuangan/
/
pembiayaan pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Mengatur personil tata usaha
Menentukan sumber keuangan sekolah
Mengatur gaji personil
Mempersiapkan anggaran pembiayaan sekolah,
Mengelola pembelanjaan modal dan penyelesaian
piutang,
Mengelola pembelian sekolah
Mempertanggung jawabkan keuangan sekolah
Mempertanggungjawabkan harta kekayaan sekolah
Menyediakan program asumsi sekolah
Menyediakan sistempertanggung jawaban intern.
6. Manajemen
Manajemen/
/
administrasi perkantoran

Manajemen/administrasi perkantoran
Manajemen/
perkantoran,,
meliputi perencanaan
perencanaan,, pengorganisasian
pengorganisasian,,
pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan
kegiatan kantor agar memberikan
pelayanan yang terbaik kepada semua
orang yang membutuhkan serta
berhubungan dengan kegiatan lembaga
lembaga..
7. Manajemen unit
unit--unit
penunjang pendidikan

Manajemen unit
unit--unit penunjang
pendidikan,, meliputi perencanaan
pendidikan
perencanaan,,
pengorganisasian,, pelaksanaan
pengorganisasian
pelaksanaan,,
pengawasan ddan evaluasi kegiatan unit
unit-unit penunjang
penunjang,, misalnya bimbingan dan
konseling (BK), perpustakaan
perpustakaan,, UKS,
pramuka,, olahraga
pramuka
olahraga,, kesenian
kesenian,, dan
sebagainya..
sebagainya
8. Manejemen
layanan khusus pendidikan

Manejemen layanan khusus pendidikan
pendidikan,,
meliputi perencanaan
perencanaan,, pengorganisasian
pengorganisasian,,
pelaksanaan,, pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan
kegiatan pelayanan khusus
khusus,, misalnya
menu makanan
makanan//konsumsi
konsumsi,, layanan antar
jemput,, bimbingan khusus di rumah
jemput
rumah,, dan
sebagainya..
sebagainya
9. Manajemen tata lingkungan
dan keamanan sekolah

Manajemen tata lingkungan dan
keamanan sekolah meliputi perencanaan
perencanaan,,
pengorganisasian,, pelaksanaan
pengorganisasian
pelaksanaan,,
pengawasan dan evaluasi tata ruang
pertamanan sekolah
sekolah,, kebersihan dan
ketertiban sekolah
sekolah,, serta keamanan dan
kenyamanan lingkungan sekolah
sekolah..
10. Manejemen hubungan
dengan masyarakat

Manejemen hubungan dengan
masyarakat,, meliputi perencanaan
masyarakat
perencanaan,,
pengorganisasian,, pelaksanaan
pengorganisasian
pelaksanaan,,
pengawasan dan evaluasi kegiatan
hubungan masyarakat
masyarakat,, misalnya
pendataan alamat kantor
kantor//orang yang
dianggap perlu
perlu,, hasil kerjasama
kerjasama,, programprogramprogran humas
humas,, dan sebagainya
sebagainya..
10. Manejemen hubungan
dengan masyarakat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pembangunan hubungan kerja dengan lembagalembaga-lembaga
setempat untuk menyediakan pelayanan yang diperlukan
oleh sistem sekolah
Bekerja dengan dewan pendidikan dalam merumuskan
kebijakan dan rencanarencana-rencana sekolah
Menugasi unitunit-unit operasional yang sesuai pada sistem
sekolah,
Mengembangkan organisasi personil untuk melaksanakan
tujuan--tujuan program sekolah
tujuan
Mengatur kelompokkelompok-kelompok profesional dan orangorang-orang
yang bukan ahli guna pertisipasi dalam perencanaan
pendidikan dan kegiatan pendidikan
Mengatur kelompokkelompok-kelompok profesional dan orangorang-orang
yang bukan ahli guna pertisipasi dalam perencanaan
pendidikan dan kegiatan pendidikan lainnya.
Lingkup manajemen sesuai
prosesnya
1. Forecasting
2. Planning (Perencanaan
(Perencanaan))
3. Decision Making (Pengambilan
(Pengambilan
Keputusan))
Keputusan
4. Budgeting (Penganggaran
(Penganggaran))
5. Staffing (Pengisian
(Pengisian Staff)
6. Pelaksanaan
7. Controlling (Pengawasan
(Pengawasan))
8. Evaluasi
1. Forecasting

Forecasting adalah peramalan tentang kondisi
kondisi--kondisi di masa depan yang
mungkin akan dihadapi oleh organisasi

Arti masa depan secara sederhana dan tepat adalah perubahan
perubahan.. Masa depan
itu adalah perubahan
perubahan.. Oleh karena itu masa depan mempunyai beberapa
karakteristik,, yakni
karakteristik
yakni::
- Pasti beda dengan sekarang
sekarang..
- Penuh dengan ketidakpastian
ketidakpastian..
- Tidak dapat direkayasa
direkayasa..
- Tidak dapat dikendalikan
dikendalikan..
- Perubahan yang terjadi semakin cepat
cepat..
- Paradoks dengan keinginan manusia
manusia..

Perubahan dipicu oleh beberapa faktor
faktor::
- Teknologi
Teknologi,, kiat mengerjakan sesuatu berdasarkan logika rasional
rasional..
- Ekonomi
Ekonomi,, prilaku mendayagunakan sumber dalam memenuhi kebutuhan
hidup (kepuasan
kepuasan).
).
- Sosial
Sosial,, hubungan dalam masyarakat
masyarakat..
- Politik
Politik,, pengelolaan kekuasaan dan kekuatan
kekuatan..
2. Planning (Perencanaan
(Perencanaan))

Planning adalah suatu proses penetapan tujuan yang akan dicapai dan memutuskan
strategi dan taktik untuk mencapainya
mencapainya..

Karakteristik tujuan yang efektif
efektif::
- Spesifik dan dapat dimengerti
dimengerti..
- Dapat diukur
diukur..
- Punya kerangka waktu tertentu
tertentu..
- Singkat
Singkat..
- Standar
Standar..
- Realistik
Realistik..
- Fleksibel
Fleksibel..
- Dapat diterima
diterima..

Tujuan perencanaan
perencanaan::
- Meningkatkan fokus dan fleksibelitas
fleksibelitas..
- Meningkatkan koordinasi
koordinasi..
- Meningkatkan kontrol
kontrol..
- Memperbaiki manajemen waktu
waktu..
- Agar perubahan yang terjadi di masa depan tidak terlalu berbeda dari tujuan
organisasi..
organisasi
- Problem Solving.
3. Decision Making
(Pengambilan Keputusan
Keputusan))

Decision Making adalah menentukan
pilihan diantara beberapa alternatif untuk
memecah--kan masalah dan mencapai
memecah
tujuan organisasi
organisasi..
4. Budgeting
(Penganggaran
Penganggaran))

Budgeting adalah anggaran pendapatan
dan pengeluaran yang teratur yang
meliputi semua tahap kegiatan untuk
suatu jangka waktu tertentu
tertentu..
5. Staffing (Pengisian
(Pengisian Staff)

Staffing adalah kegiatan organisasi
memenuhi sumber daya manusianya
manusianya..

Secara skematis staffing dapat di gambarkan
sebagai berikut
berikut::
Perencanaan SDM – Rekruitmen – Seleksi –
Orientasi dan Penempatan – Pengembangan
– Penilaian Kinerja – Kompensasi –
Hubungan Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan..
6. Pelaksanaan
Fungsi pelaksanaan seringkali dibagi dalam
tiga fungsi
fungsi::
1. Pemimpinan,
Pemimpinan, menyalurkan semua kemampuan
individu pada aktifitas organisasi demi mencapai
tujuan..
tujuan
2. Pengarahan
Pengarahan,, menyelia
menyelia--memotivasi
memotivasi-mendelegasikan--menilai kinerja
mendelegasikan
kinerja..
3. Koordinasi
Koordinasi,, integrasi dari kegiatan
kegiatan--kegiatan
individu dan unit
unit--unit ke dalam suatu usaha
bersama ke arah tujuan organisasi
organisasi..
7. Controlling (Pengawasan
(Pengawasan))
Controlling adalah proses pemonitoran
kegiatan organisasional untuk mengetahui
apakah kinerja aktual sesuai dengan standar
dan tujuan yang diharapkan
diharapkan..
 Tahap
Tahap--tahap dalam controlling:

1.
2.
3.
4.
Tetapkan standar
standar..
Monitor dan ukur kinerja aktual
aktual..
Bandingkan hasil kinerja aktual dan standar
standar..
Ambil tindakan perbaikan dan buat
penyesuaian..
penyesuaian
8. Evaluasi

Evaluasi adalah upaya untuk menilai
proses pelaksanaan rencana berdasarkan
rencana yang telah dibuat
dibuat..

Objek evaluasi
evaluasi::
1. Kendala
Kendala--kendala dan penyimpangan
2. Hasil
Hasil..
Ruang lingkup Penelitian
Manajemen Pendidikan
Lingkup manajemen pendidikan teoritis
1) Teori manajemen
2) Teori kepemimpinan
3) Teori kebijakan
4) Teori perencanaan
5) Teori pengendalian, penjaminan mutu, dll
Ruang lingkup Penelitian
Manajemen Pendidikan
b.Lingkup manajemen pendidikan teo
teo-ritis praktis
1) Kepemimpinan
a) Gaya/style
b) Fungsi kepemimpinan
c) Kepemimpinan dan teknologi
d) Keterampilan memimpin, dll
Ruang lingkup Penelitian
Manajemen Pendidikan
Lingkup manajemen pendidikan teoritis
praktis
2) Model
Model‐‐model manajemen
a) Management by objective
b) Technology based management
c) School based management
d) Community based management
e) Centralizad
Centralizad--decentralized management
Ruang lingkup Penelitian
Manajemen Pendidikan
Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis
3) Berdasarkan proses manajemen
a) Perencanaan
b) Penyusunan staff
c) Pengorganisasian
d) Penggerakan
e) Pengkoordinasian
f) Pengkomunikasian
g) Pengendalian/penjaminan
h) Pengawasan/pembinaan
i) Evaluasi
j) Pelaporan
Ruang lingkup Penelitian
Manajemen Pendidikan
Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis
4) Berdasarkan komponen/segi pengelolaan manajemen program
pendidikan
a) Manajemen kurikulum
b) Manajemen pembelajaran
c) Manajemen evaluasi
Ruang lingkup Penelitian
Manajemen Pendidikan
Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis
5) Berdasarkan komponen pendidikan
a) Manajemen pembinaan siswa/mahasiswa
b) Manajemen penelitian dan pengembangan
c) Manajemen kerjasama dan layanan pada masyarakat
d) Manajemen personal
e) Manajemen sarana dan prasarana
f) Manajemen media dan sumber belajar
g) Manjemen keuangan
Ruang lingkup Penelitian
Manajemen Pendidikan
Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis
6) Berdasarkan lingkup penyelenggaraan
a) Manjemen Sekolah/Jurusan/Fakultas/Universitas
b) Manajemen pendidikan luar sekolah
c) Manajemen pendidikan dasar
d) Manajemen pendidikan menengah
e) Manajemen pendidikan tinggi
f) Manajeman pendidikan lingkup dinas
Ruang lingkup Penelitian
Manajemen Pendidikan
Fungsi Manajemen Pendidikan
Wilayah Kerja
Manajemen Pendidikan
Pendekatan terpadu Manaj. Pendidikan



Melibatkan dimensi serta mengoptimalkan fungsi koordinasi
dan pelaksanaannya ditunjang oleh konsep pengelolaan
partisipatif yang memiliki dimensi: konteks, tujuan dan
lingkungan.
Proses manajemen merujuk pada upaya untuk mencapai
tujuan, yang memerlukan berbagai keterlibatan, suasana
pendukung, dan pendekatan sistem sesuai dengan karakkarak teristik organisasi, yang mempunyai visi, misi, fungsi, tujuan,
dan strategi pencapaiannya.
Suatu sistem pengelolaan dan penataan sumber daya
pendidikan, seperti tenaga kependidikan, peserta didik,
masyarakat, kurikulum, dana (keuangan), sarana dan
prasarana pendidikan, tata laksana dan lingkungan pendidikan.
PANDANGAN TERHADAP
MANAJEMEN PENDIDIKAN
a. Manajemen sebagai suatu sistem
Manajemen dipandang sebagai suatu kerangka kerja
yang terdiri dari berbagai bagian yang saling
berhubungan yang diarahkan dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi.
b. Manajemen sebagai suatu proses
Manajemen sebagai rangkaian tahapan kegiatan yang
diarahkan pada pencapaian tujuan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Manajemen sebagai suatu proses dapat dipelajari dari
fungsi--fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh
fungsi
manajer.
PANDANGAN TERHADAP
MANAJEMEN PENDIDIKAN
c. Manajemen sebagai proses pemecahan masalah
Proses manajemen dalam prakteknya dapat dikaji dari
proses pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh
semua bagian/ komponen yang ada dalam organisasi.
Secara konkrit dalam organisasi pelayanan pendidikan,
seperti yang dilakukan di Dinas Pendidikan yaitu,
identifikasi masalah, perumusan masalah, dilanjutkan
dengan langkahlangkah-langkah pemecahan masalah.
Melalui tahapan tersebut diharapkan tercapai hasil
kegiatan secara efektif dan efisien.
Falsafah dan Teori
Manajemen Pendidikan
Slameto
PPS Manajemen Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2014
Kerangka Konsep
•
•
•
•
•
•
Kerangka Dasar Manajemen meliputi: Philosophy, Assumptions, Principles, and
Theory, which are basic to the study of any discipline of management.
Falsafah merupakan pandangan atau persepsi tentang kebenaran yang
dikembangkan dari berfikir praktis.
Bagi seorang manajer falsafah merupakan cara berfikir yang telah terkondisikan
dengan lingkungan, perangkat organisasi, nilai-nilai dan keyakinan yang mendasari
tanggung jawab seorang manajer.
Falsafah seorang manajer dijadikan dasar untuk membuat asumsi-ausmi tentang
lingkungan, peran organisasinya, dan dari asumsi ini lahir prinsip-prinsip yang
dihubungkan dengan kerangka atau garis besar untuk bertindak.
Seperangkat prinsip yang berkaitan satu sama lain dikembangkan dan diuji dengan
pengalaman sebelum menjadi suatu teori. Untuk seorang manajer, suatu teori
tentang manajemen sangat berfungsi dalam memecahkan masalah-msalah yang
timbul.
Oleh karena itu, falsafah, asumsi, prinsip-prinsip, dan teori tentang manajemen
merupakan landasan manajerial yang harus dipahami dan dihayati oleh manajer.
Keterkaitan cara pandang tentang manajemen, falsafah, asumsi, dan prinsip, serta
teori- teori dijadikan dasar kegiatan manajerial.
.
Esensi Falsafah Manajemen
• Setiap jenis pengetahuan termasuk manajemen mempunyai ciri-ciri yang
spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk
apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut disusun.
• Ketiganya berkaitan satu sama lain (sistem). Ontologi ilmu terkait dengan
epistimologi, dan epistimologi terkait dengan aksiologi dan seterusnya.
• Berdasarkan landasan ontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana
mengembangkan landasan epistimologi pada dasarnya bagaimana
mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek
ontologi dan aksiologi.
• Demikian juga halnya dengan masalah yang dihadapi epistimologi, yakni
bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjadi masalah
mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk
meramalkan dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul.
Esensi Falsafah Manajemen
• Di dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya
menyediakan seperangkat pengetahuan (a body related
knowledge) untuk berfikir efektif dalam memecahkan
masalah-msalah manajemen.
• Ini merupakan hakikat manajemen sebagai suatu disiplin
ilmu dalam mengatasi masalah organisasi berdasarkan
pendekatan yang intelegen.
• Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang kebenaran
manajemen, asumsi yang telah diakui, dan nilai-nilai yang
telah ditentukan.
• Pada akhirnya semua itu akan memberikan kepuasan dalam
melakukan pendekatan yang sistematik dalam praktek
manajerial.
Esensi Teori Manajemen
• Teori manajemen mempunyai peran (role) atau membantu
menjelaskan perilaku orgaaisasi yang berkaitan dengan
motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction).
• Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat
dinyatakan:
1) mengacu pada pengalaman empirik,
2) adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain,
3) mengakui kemungkinan adanya penolakan.
• Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi
manajemen secara umum yang ditampilkan ke dalam
perangkat organisasi dan mulai dikenal sebagai teori
manajemen klasik.
Esensi Teori Manajemen
• Menurut teori klasik pilar-pilar manajemen klasik terdiri
dari 4 pilar, yaitu: pembagian kerja, proses skalar fungsifungsi, struktur, rentang pengawasan.
• Para ahli banyak yang mengatakan bahwa manajemen
belum mempunyai teori yang standar, tetapi sebagai
pendekatan.
• Karena itu teori seringkali dikatakan sebagai
pendekatan manajemen secara klasik, pendekatan
neoklasik dan pendekatan modern.
Esensi Teori Manajemen
• Salah satu teori klasik yang tergolong paling tua adalah
manajemen ilmiah (scientific management theory) yang
dipelopori oleh Henry Fayol, yaitu: tentang Studi Waktu dan
Gerak (Gilberth), Administrasi (Fayol) Birokrasi (Weber).
• Teori Neoklasik seringkali dikaitkan dengan pendekatan
perilaku, yaitu Teori Kebutuhan Manusia (Maslow), Teori X, Y
(Mc Gregor), Teori Kepribadian, dan Organisasi (Chris Argyris).
• Selanjutnya teori modern yaitu General System Theory
(Barnand), Contingency pimpinan situasional (Fieldler),
Hubungan bagian dalam sistem dan lingkungan (Ludwig von
Bertanlanffy).
Esensi Prinsip Manajemen
Untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Menentukan cara/metode kerja;
Pemilihan peekrja dan pengembangan keahliannya;
Pemilihan prosedur kerja;
Menentukan batas-batas tugas;
Mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas;
Melakukan pendidikan dan latihan;
Menentukan sistem dan besarnya imbalan.
Prinsip dasar manajemen
(Fayol)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pembagian kerja,
Kejelasan dalam wewenang dan tanggung jawab,
Disiplin,
Kesatuan komando,
Kesatuan arah,
Lebih memprioritaskan kepentingan umum/ organisasi
daripada kepentingan pribadi,
7. Pemberian kontra prestasi,
8. Sentralisasi,
9. Rantai skalar,
10. Kelompok.
Kegiatan Praktik Manajerial
• Praktik manajerial adalah kegiatan yang dilakukan oleh
manajer. Apabila manajemen dipandang sebagai serangkaian
kegiatan atau proses, maka proses itu akan mencakup
bagaimana cara mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
berbagai sumber untuk mencapai tujuan organisasi
(produktivitas dan kepuasan) dengan melibatkan orang,
teknik, informasi, dan struktur yang telah dirancang.
• Kegiatan manajerial meliputi banyak aspek, namun aspek
utama dan sangat esensial yaitu perencanaan (Planning),
pengorganisasian (organizing), pemimpian (leading), dan
pengawasan (controlling).
Kegiatan Praktik Manajerial
Fayol: planning, organizing, comanding,
coordinating, dan controllin,
GR Terry: planning, organizing, actuating,
controlling,
LH Gulick: planning, organizing, stafing,
directing, coordinating, reporting, bugdeting.
Kontz O Donnel: planning, organizing, stafing,
leading, controlling.
Teori Klasik
•
•
•
•
•
1.
2.
3.
4.
Berasumsi behwa para pekerja atau manusia itu sifatnya rasional, berfikir
logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan.
Premisnya bahwa organisasi bekerja dalam proses yang logis dan rasional
dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut struktur/anatomi
organisasi.
Salah satu teori klasik adalah Manajemen Ilmiah (Scientific Management)
dipelopori oleh Frederik W. Taylor (1856 - 1915).
Pendekatan ilmiah berpandangan bahwa sasaran menajeman adalah
mendapatkan kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan karyawannya.
Untuk itu manajeman harus melaksanakan prinsip-prinsip:
pemilihan karyawan yang tepat sesuai dengan persyaratan kerja,
perlunya dikembangkan ilmu bagi setiap tugas (pedoman gerak, implementasi kerja yang standar dan iklim kerja yang layak),
perlunya pelatihan dan pemberian rangsangan,
perlunya dilakukan penelitian-penelitian dan percobaan-percobaan.
Teori Klasik
•
•
•
•
•
Prinsip Studi Waktu: semua usaha yang produktif harus diukur dengan
studi waktu secara teliti (Time and Motion Study). Ukuran standar harus
diberikan untuk semua pekerjaan. Dipelopori oleh Gilbreth (1911).
Prinsip Hasil-Upah, yaitu upah yang diberikan harus sesuai dengan hasil
yang besarnya ditentukan berdasarkan studi waktu.
Pelopor klasik lainnya yaitu Henri Fayol (1916) menerbitkan lima
pedoman manajeman, yaitu: perencanaan, pengorganisasian,
pengkomandoan, pengkoordinasian dan pengawasan.
Selanjutnya Gulick dan Urwick (1930) populer dengan akronim
POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,
Reporting, Budgetting) sebagai kegiatan manajerial dan merupakan
proses manajemen.
Prinsip-prinsip pokok menurut Fayol adalah: 1) kesatuan komando.
Dianggap penting karena pembagian tugas dalam organisasi sudah
sangat spesialis, 2) wewenang harus dapat didelegasikan, 3) inisiatif
harus dimiliki oleh setiap manager, 4) adanya solidaritas kelompok.
Teori Klasik
• Aliran Max Wener (1947), sejak Perang Dunia I, menurut Weber
birokrasi merupakan ciri dari pola organisasi yang strukturnya
dibuat sedemikian rupa sehingga secara maksimal dapat
mamanfaatkan tenaga ahli.
• Organisasi harus diatur secara rasional, impersonal dan bebas
dari sikap prasangka.
• Karakteristik birokrasi ini ditandai dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Adanya pembagian tugas dan spesialis.
Hubungan yang terjadi dalam organisasi adalah hubungan impersonal.
Dalam organisasi ada hierarki wewenang,
Administrasi selalu didasarkan dan dilaksanakan dengan dokumen tertulis.
Orientasi pembinaan adalah pengembangan karier,
Setiap tindakan yang diambil dalam organisasi harus selalu dikaitkan dengan
besarnya sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi, sehingga dapat
dicapai efisiensi yang maksimal.
Teori Neo-Klasik
• Teori ini timbul karena pada para manajer
mendapatkan berbagai kelemahan dengan
pendekatan klasik, kesulitan dan frustasi agar
organisasi lebih efektif karena orang tidak harus
selalu mengikuti manajer.
• Beberapa ahli berusaha memperkuat teori klasik
dengan wawasan sosiologi dan psikologi.
• Dengan lebih berorientasi pada menusia dikenal
dengan pendekatan perilaku sebagai ciri utama teori
Neo-Klasik.
Teori Neo-Klasik
• Berasumsi bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan
dirinya. Beberapa pelopor: Elton Mayo dengan studi hubungan antar
manusia, atau tingkah laku manusia dalam situasi kerja terkenal dengan
studi Hawthorne. Berdasarkan hasil studi ini ternyata kelompok kerja
informal lingkungan sosial pekerja mempunyai pengaruh yang besar
terhadap produktifitas.
• Chester I Barnad (1976) menyatakan bahwa hakikat komunikasi adalah
kerja sama yaitu kesediaan orang saling berkomunikasi dan berinteraksi
untuk mencapai tujuan yang sama. Individu harus bekerja sesuai dengan
kehendak organisasi. Keseimbangan harus dijaga abtara imbalan yang
diberikan kepada individu dan sumbangan undividu terhadap tercapainya
tujuan organisasi. Dengan begitu manajemer dapat bekerja dengan efisien
dan tetap hidup jika tujuan organisasi dan kebutuhan perorangan yang
bekerja pada organisai itu bekerja seimbang.
• Barnad (1906 – 1961) menggunakan pengalaman kerja dan hasil studi
dalam bidang sosial dan filsafat untuk merumuskan teori-teorinya
mengenai kehidupan organisasi.
Teori Neo-Klasik
• Douglas McGregor, menyatakan bahwa manajemen akan mendapatkan
masalah besar bila ia menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan
aktualisasi karyawan.
• Gregor mengemukakan dua teori, yait teori X yang berasumsi bahwa
karyawan tidak menyukai kerja, tidak ada ambisi, tidak bertanggungjawab,
menolak perubahan dan lebih baik dipimpin daripada memimpin.
• Sedangkan teori Y berisi bahwa menejer memandang bawahan bersedia
bekerja, bertanggungjawab, mampu mengendalikan diri, dan berpandangan
luas serta kreatif. Implikasi dari asumsi asumsi itu bila menejer mengikuti
teori X cenderung banyak mengarahkan, yang akibatya tingkat
kebergantungan karyawan kepada atasan sangat tinggi dan enggan
bertindak.
• Sedangkan menejer penganut tedri Y cenderung mendorong untuk
berpartisipasi, ada kebebasan, dan bertanggungjawab dalam menyelesaikan
tugasnya.
• Pada akhirnya karyawan akan merasa memiliki dan mempunyai kesempatan
untuk mengembangkan diri.
Teori Neo-Klasik
• Vroem (Filley, et.al., 1976) dengan teori Harapan (Ekspektasi) mendasarkan
pada dua asumsi.
1. Manusia biasanya meletakkan nilai kepada suatu yang diharapkan dari hasil
karyanya. Oleh karena tiu ia mempunyai urutan kesenangan (preferences)
diantara sekian banyak hasil yang ia harapkan.
2. Suatu usaha untuk menjelaskan tentang motivasi yang terdapat pada
seseorang selain harus mempertimbangkan hasil yang dicapai, juga
mempertimbangkan keyakinan orang bahwa yang di kerjakannya
memberikan sumbangan terhadap tujuan yang diharapkan.
• Vormm mengajukan teori tentang motivasi yang mempengaruhi prestasi.
Prestasi kerja seseorang merupakan fungsi dari motivasi dikali abiliti.
Motivasi sendiri merupakan fungsi perkalian dari valensi dengan ekspektasi.
Valensi merupakan preferensi keinginan seseorang terhadap sesuatu yang
nilainya antara 0 – 10.
• Jika sesuatu oleh seseorang anggapan mempunyai nilai valensi nol, maka
sesuatu itu tidak akan mempunyai daya tarik bagi orang yang bersangkutan.
Sebaliknya, jika mempunyai nilai valensi satu, maka sesuatu yang ditawarkan
oleh organisasi mempunyai daya tarik yang sangat tinggi.
Teori Neo-Klasik
Perilaku manusia dipengaruhi oleh seperangkat variabel,
menurut Marwan Asri (1989) yaitu:
1. Variabel individual, mencakup faktor kemampuan dan
keterampilan mental, fisik, latar belakang keluarga, tingkat
sosial, pengalaman, umur dan jenis kelamin;
2. Variabel organisasi, terdiri dari faktor sumber daya yang
tersedia, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, stuktur
organisasi, dan desain pekerjaan, dan;
3. Variabel psikologi terdiri atas beberapa faktor, berupa
persepsi sikap, kepribadian, proses belajar dan motivasi.
•
Teori Neo-Klasik
• Berdasarkan kajian tentang masalah perilaku,
dapat disimpulkan:
• Perilaku timbul karena suatu sebab;
• Perilaku diarahkan untuk mencapai tujuan;
• Perilaku yang dapat diamati dapat diukur;
• Perilaku tidak langsung dapat diamati
(misalnya berfikir) juga penting untuk
mencapai tujuan;
• Perilaku bermotivasi.
Teori Modern
• Pendekatan modern berdasarkan hal-hal yang
sifatnya situsonal. Artinya orang menyesuaikan diri
dengan situasi dihadapi dan mengambil keputusan
sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan.
• Asumsi yang dipakai ialah bahwa orang itu berlainan
dan berubah baik kebutuhannya, reaksinya,
tindakannya yang semuanya bergantung pada
lingkungan.
• Selanjutnya orang bekerja di dalam suatu sistem
untuk mecapai tujuan bersama. Menurut Murdick
dan Ross, sistem organisasi itu terdiri dari individu,
organisasi formal, organisai informal, gaya
kepemimpinan, dan perangkat fisik yang satu sama
lain saling berhubungan.
Teori Modern
• Pendekatan sistem terhadap manajemen berusaha untuk
memandang organisasi sebagai sebuah sistem yang menyatu
dengan maksud tertentu yang terdiri atas bagian – bagian
yang saling berhubungan.
• Pendekatan sistem tidak secara terpisah berhubungan dengan
berbagai bagian dari sebuah organisasi melainkan
memberikan kepada manajer suatu cara untuk memandang
organisasi sebagai keseluruhan dan sebagai bagian dari yang
lebih besar (lingkungan ).
• William A. Shrode dan D. Voich mendefinisikan sistem sebagai
berikut: A sytem is a of interrelated parts, working indepently
and jointly, in pursuit of common objective of the whole
whithin a compleks enviroment.
Teori Modern
• Fizt Gerald dan Stalling, sistem diartikan: A sytem can be
defined as network of enterrelated procedures that are joint
together to perfroman activity or to accomplish a specific
objectives. It is, ini effect, all ingredient which make up the
whole.
• Dari pengertian dapat diidentifikasikan bahwa sistem
mempunyai makna:
1. terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu dengan
lainnya;
2. bagian-bagian yang saling berhubungan itu dapat berfungsi
baik secara independen maupun secara bersama-sama;
3. berfungsi bagian-bagian tersebut ditujukan untuk mencapai
tujuan umum secara keseluruhan, dan;
4. suatu sitem yang terdiri dari bagian – bagian itu berada dalam
suatu lingkungan yang kompleks.
Teori Modern
• Manajemen dipandang sebagai suatu sistem
didasarkan pada asumsi bahwa organisasi
merupakan sistem terbuka, tujuan organisasi
mempunyai kebergantuangan. Prinsip
manajemen berdasarkan sistem, mencakup:
1.
2.
3.
4.
5.
manajemen berdasarkan sasaran;
manajemen berdasarkan teknik;
manajemen berdasarkan struktur;
manajemen bersadarkan orang dan;
manajemen berdasarkan informasi;
Teori Modern
Teori Modern
karakteristik sistem di bidang penddidikan,
Ryans (1968)
•
•
Berbagai subsistem, baik fasilitas fisik maupun
sumber-sumber lain yang berhubungan dengan
subsistem, merupakan komponen yang saling
bergantung dan berhubungan.
Kondisi yang perlu untuk terjadi interaksi antara
elemen dari suatu sistem, adalah adanya jaringan
informasi bersama (a common information network).
Komunikasi antara elemen itu sangat penting dalam
menjamin berfungsi-nya suatu sistem sebagai
kesatuan (entity) yang terorganisasi dalam menjamin
sistem itu untuk menghasilkan keluaran.
Teori Modern
karakteristik sistem di bidang penddidikan,
Ryans (1968)
•
•
•
Berfungsinya sistem pendidikan pada dasarnya bergantung
kepada berfungsinya kontrol terhadap aliran dan
transformasi informasi antara elemen dalam sistem
tersebut dan antara beberapa sistem yang ada di luar yang
berpengaruh terhadap sistem pendidikan
Pengolahan informasi merupakan hal yang inherent dalam
berfungsinya suatu sistem.
Pengambilan informasi adalah aktivitas pengamatan
(ensing), penyaringan (filtering) pengarutan dan antrian
(queuing), pengklasifikasian (classifying), penyimpangan
sementara (temporary storing), pensistendian (synthesizing),
transformasi dan pengiriman informasi serta pengambilan
keputusan dalam cara mentransformasikan informasi
sehingga tujuan sistem tercapai.
Teori Modern
Penggunaan pend. sistem di bidang pend
•
•
•
Penggunaan pendekatan di atas sangat diperlukan oleh
dunia pendidikan dengan alasan:
Lembaga – lembaga pendidikan telah menjadi semakin
kompleks dan semakin sulit untuk dikelola. Cara-cara
tradisional dalam pengolahan / manajemen tidak mampu
lagi atau kurang efektif untuk menyelesaikan tugas-tugas
yang sesuai dengan perkembangan pendidikan.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi
pendidikan semakin makin lama semakin cepat. Banyak
pengelola pendidikan mengalami kesulitan mengalami
perubahan dalam dunia pendidikan ini karena tidak
mungkin mereka menjadi ahli dalam segala bidang, maka
diperlukan pendekatan yang dapat memecahkan masalah
yang semakin kompleks itu.
Teori Modern
Penggunaan pend. sistem di bidang pend
•
•
•
Masih langka para pengelola sistem dan satuan pendidikan yang
profesional. Pada dasarnya mereka berasal dari gurur bukan manaje
profesional dalam pendidikan. Dalam situasi seperti ini pendekatan
sistem sangat membantu mereka dalam memecahkan merencanakan,
mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan sistem pendidikan.
Pertumbuhan pendidikan dan perkembangan yang relatif cepat disertai
pertambahan anggaran yang tidak sedikit, seringkali mengurangi
kesadaran bahwa terdapat kekeliruan-kekeliruan dalam merencanakan
dan mengelola pendidikan. Dengan dana yang kurang memadai, kunci
keberhasilan kegiatan pendidikan akan banyak bergantung pada
ketetapan dan kemampuan untuk merencanakan dan mengelola
kegiatan tersebut. Dalam hal ini pendekatan efisiensi dapat membantu
perencana pendidikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber-sumber untuk pendidikan.
Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan perlu
ditingkatkan. Untuk itu diperlukan pendekatan sistem agar efektivitas
dan efisiensi juga meningkat. Tanpa itu sulit terlaksana.
Teori Modern
Penggunaan pend. sistem di bidang pend
•
•
•
•
•
•
Misi, sasaran dan tujuan lembaga pendidikan dapat
dijabarkan lebih jelas.
Program-program yang dirumuskan selalu diarahkan pada
tujuan dan sasaran.
Orientasi kegiatan diarahkan kepada hasil akhir.
Perencanaan dipandang sebagai bagian integral dari
keseluruhan operasi lembaga atau organisasi pendidikan.
Sumber-sumber daya dapat dialokasikan dengan lebih fektif
berdasarkan skala prioritas yang disusun menurut besarnya
sumbangan terhadap pencapaian tujuan.
Informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan dapat dirancang dan dikelola
secara terpadu.
Teori Modern
Pengembangan pend. sistem di bidang pend
•
•
•
•
•
•
Misi, sasaran dan tujuan lembaga pendidikan dapat
dijabarkan lebih jelas.
Program-program yang dirumuskan selalu diarahkan pada
tujuan dan sasaran.
Orientasi kegiatan diarahkan kepada hasil akhir.
Perencanaan dipandang sebagai bagian integral dari
keseluruhan operasi lembaga atau organisasi pendidikan.
Sumber-sumber daya dapat dialokasikan dengan lebih fektif
berdasarkan skala prioritas yang disusun menurut besarnya
sumbangan terhadap pencapaian tujuan.
Informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan dapat dirancang dan dikelola
secara terpadu.
Teori Modern
Penggunaan pend. sistem di bidang pend
•
•
•
•
•
•
•
•
Informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan dapat dirancang dan dikelola secara terpadu.
Segala kegiatan dapat difokuskan pada pencapaian sasaran,sehingga
pemborosan dapat ditekan seminimal mungkin.
Pimpinan pengelola dapat dinilai hasil pekerjaannya secara objektid,
karena sasaran pekerjaanya jelas.
Pengelola dapat mengembangkan kreativitasnya dalam batas
kewenangan yang telah ditetapkan, sepanjang mereka tetap berorientasi
pada tujuan akhir.
Akontabilitas dapat dirumuskan secara jelas dan operasional.
Umpan balik dapat diperoleh pada semua tingkat otoritas pendidikan,
sehingga penyimpangan dalam usaha pencapaian tujuan dapat secara
cepat diidentifikasikan.
Komunikasi antar komponen dapat terbina dengan lebih baik sehingga
kesalahpahaman dapat dikurangi.
Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dapat dilaksanakan
secara lebih baik.
Perkembangan Teori Manajemen
1), teori mazhab kalasik,
2), teori mazhab adminstratif klasik,
3), teori mazhab manajemen perilaku,
4), teori ilmu manajemen,
5), teori sistem,
6),teori kontingensi,
7), teori kontrol kualitas,
8), teori sistem informasi manajemen,
9), teori pengembangan organisasi dan transformasi
organisasi.
Teori Mazhab Klasik
• Dalam teori ini individu ditempatkan sebagai “manusia
organisasi”. Jika seseorang dapat didisiplinkan melalui
sarana, aturan, dan waktu yang sesuai, maka akan menjadi
seifisien dan seproduktif mesin. Imbalan uang cukuplah
sebagai motivasi.
• Teori ini memang dapat meningkatkan produktifitas,
namun gagal meyadari potensi manusia dan
memperlakukannya secara manusiawi, bahkan
merendahkan nilainya hingga ke level mesin atau robot
yang efisien.
• Teori ini menganggap manusia sebagai sampah jika tidak
berfungsi sebagaimana mesin yang rusak dan mati.
Teori Mazhab Adminstratif Klasik
• Dalam teori ini individu dipandang sebagai
“manusia sosial”. Teori ini menekankan
pentingnya oraganisasi dan bagaimana melalui
kerjasama dan peningkatan hubungan antar
sesame organisasi bisa mencapai tujuannnya.
• Teori ini menghargai lingkungan kerja, namun
mengabaikan personal individu anggota
organisasi dan kemampuannya sebagai manusia
yang memiliki bakat, talenta, kecerdasan, potensi,
fitrah yang banyak, beragam dan berbeda satu
dengan lainnya.
Teori Mazhab Manajemen Perilaku
• Teori ini sadar akan adanya kebutuhan dan motiv anggota
organisasi. Teori ini menyadari bahwa kepedulian pada personal
individu anggota organisasi akan mengarahkan mereka untuk
memberikan komemitmen yang tinggi terhadap organisasi. Dengan
demikan, produktifitas akan meningkat.
• Sejumlah teori motivasi yang lahir dari teori ini termasuk pada era
sekarang fokus pada motiv dan imbalan ekstrinsik maupun intrinsik.
Tetapi yang menjadi masalah adalah mengenali kebutuhan yang
tidak terhitung jumlahnya, berubah-ubah dari seluruh anggota
organisasi merupakan pekerjaan yang mustahil.
• Teori ini memfokuskan pada individu, namun dengan suatu
perspektif yang terbatas, yaitu terbatas pada sisi eksistensi
kemanusiaannya saja tanpa sisi lainnya sebagai makhluk yang
tercipta oleh suatu dzat yang lebih dahsyat darinya, dzat yang maha
tidak terbatas. Kendati demikan, setidaknya teori ini menuju kearah
yang benar.
Teori Ilmu Manajemen
• Dalam teori ini perhatian terhadap manusia digantikan
dengan penggunaan sejumlah metode kuantitaif.
Oragnisasi-organisasi menjadi keranjingan menerapkan
model dan teknik manajemen ilmiah dalam perspektif
kuantitatif, sehingga tidak memperhatikan perubahan
lingkungan dan merendahkan pentingnya kreatifitas
manusia.
• Tetapi teori ini tidak mumpuni menghadapi globalisasi
kehidupan dengan ciri semua serba terkait. Karena terlalu
fokus pada ukuran keilmiahan kuantitaif akhirnya mereka
kehilangan tempat untuk memasarkan hasil produksinya.
• Mahalnya beaya lantaran kehilangan banyak pasar dan
tersadarinya bahwa segala sesuatu adalah saling terkait
maka teori ini melaui mengarah kepada era teori sistem.
Teori Sistem
• teori ini merangsang para pemim;pinmanajer untuk memperlakukan
organisasi sebagai sistem terbuka. Pendekatan ini memfasilitasi
manajemen partisipasi pada level oraganisasi makro dan mikro.
• Pemimpin/ manajer perlu memperhatikan lingkungan. Memodifikasi
strategi, dan berdaptasi dengan perubahan. Dalam pandangan ini, suatu
sistem disusun oleh banyak bagian yang terpisah-pisah.
• Menganalissis seluruh bagian dan hubungan antara bagian tesebut dapat
memfasilitasi pemahaman akan sistem keseluruhan. Miskipun teori ini
mengenali vitalitas organiasi dan profesionalisme sebagai suatu sistem
terbuka, namun masih mengabaikan keluasan individu sebagai suatu
sistem terbuka.
• Padahal, individu yang terus menerus bertukar informasi merupakan
sumber kreatifitas dan kemampuan yang berlimpah. Menyadari
kelemahan teori ini, teori sistem membawa pada teori manajemen
kontingensi.
Teori Manajemen Kontingensi
• menekankan bahwa cara terbaik untuk mengelola ditentukan oleh
pengenalan akan kontingensi-kontingensi yang muncul dalam
situasi tertentu. Jelaslah, manjemen telah bergeser dari absolut ke
relatif.
• Teori kontingensi adalah suatu perpindahan radikal dari teori
manajemen klasik. Cara mengelola yang terbaik mengalami
perubahan paradigma, bahwa tidak ada cara optimal dalam
manajemen dalam setiap situasi, sejumlah variabel kunci atau
kontingensi perlu diidentifikasi dan langkah manajerial tertentu
harus dijalankan.
• Namun, dalam satu lingkungan multinasional dan angkatan kerja
yang semakin beragam, penerapan teori manajemen kontingensi
merupakan suatu tantangan besar, khususnya dalam sebuah pasar
kompetitif, dimana target utamanya adalah meningkatkan
pruduktiftas dengan ongkos serendah-rendahnya.
Teori Kontrol Kualitas
(Quality Control)
• Teori kontrol kualitas (Quality Control) dan pemberlakuan
kembali manajemen partisipasi komitmen. Komitmen luas
organisasi terhadap proses pengembangan, persamaan
tujuan, pemberdayaan karyawan, dan kepuasan pelanggan,
secara berkelanjutan merupakan inti menajemen kualitas.
• Kendati begitu, mayoritas pemimpin perusahaan tidak puas
dengan hasil keseluruhan penerapan metode kontrol
kualitas seperti TQM. Faktor yang paling kritis bagi
implementasi TQM yang sukses adalah komitmen dari
seluruh pekerja.
• Tetapi yang menjadi masalah adalah mencapai kesediaan
dan motivasi menyeluruh lewat tujuan umum dalam suatu
anggota organisasi yang memiliki karakter individualistik
yang kuat bukanlah persoalan ringan.
Teori Sistem Informasi Manajemen
(SIM)
• Teori Sistem Informasi Manajemen (SIM) , teori ini menekan manajemen
pada peran-peran teknologi informasi. Kita telah mengetahui bahwa
kemajuan teknologi informasi dan aplikasinya dalam manajemen telah
memberikan sejumlah keuntungan bagi perusahan dan organisasi yang
memanfaatkannya.
• Namun, faktor manusianya menderita. Pekerja baru yang berpengetahuan
harus mnyepakati filsafat perusahaan yang berubah-ubah, pembelajaran
yang terus-menerus, dan tanggung jawab yang lebih berat. Ia juga harus
menghadapi tantangan fisik dan emosional, dan berkomitmen. Meski
demikian, pencapaian titik tertinggi revolusi moral dan memiliki prinsip etis
yang kuat tidak serta – merta melahirkan perubahan berarti dalam
paradigma individu.
• Hal ini membawa kita pada pertanyaan mendasar: kekuatan apakah yang
memberdayakan dan melepaskan energi, komitmen, dan antusiasme
individu?. Adakah suatu pandangan yang lebih dalam, suatu dimensi yang
lebih tinggi, yang melampaui batas-batas yang dimunculkan budaya,
masyarakat, ras, gender, dan etnis, yang bisa memberi kita suatu rumus
agar berdaya dan dapat mengelola.
Teori Pengembangan Organisasi
(PO), Transformasi Organisasi (TO)
• Teori pengembangan organisasi (PO), transformasi organisasi
(TO) dan perubahan model-model sekarang, kita mengenal
bahwa teori-teori tersebut di bangun atas konseptualitas
individu sebagai seorang “ makhluk sosial”. Mereka kurang
fokus pada realitas individu itu sendiri.
• Pada level makro, fokusnya adalah membangun keterpaduan
melalui visi perusahaan atau tujuan bersama. Kendati
demikian, pendekatan-pendekatan tersebut tidak meresap
hingga ke kesadaran individu agar bertransformasi dan
mengubah paradigma.
• Pada level mikro, fokus pada individu terbatas pada semacam
pendekatan dari luar ke dalam. Stimulus, atau motivator,
selalu saja berasal dari lingkungan, bukan dari individu itu
sendiri. Oleh karenanya, perubahan dan transformasi
personal tidak terjadi.
SALINAN
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 49 TAHUN 2007
TENTANG
STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN
OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Nonformal;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4496);
3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun
2006;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 31/P Tahun 2007;
1
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN
OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL
.
Pasal 1
(1)
Setiap satuan pendidikan nonformal yang memberikan ijazah atau sertifikat kepada
lulusannya wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan oleh satuan
pendidikan nonformal yang berlaku secara nasional.
(2)
Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan nonformal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Satuan pendidikan nonformal yang terbukti menyelenggarakan pendidikan tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diberi sanksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Desember 2007
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
Salinan sesuai dengan aslinya.
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan
Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,
TTD.
Muslikh, S.H.
NIP 131479478
2
SALINAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 49 TAHUN 2007 TANGGGAL 7 DESEMBER 2007
STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN
OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL
A.
Perencanaan Program
1.
2.
Visi Satuan Pendidikan Nonformal
a.
Satuan pendidikan nonformal merumuskan dan menetapkan visi serta
mengembangkannya.
b.
Visi satuan pendidikan nonformal:
1)
dijadikan sebagai cita-cita bersama oleh segenap pihak yang
berkepentingan pada masa yang akan datang;
2)
mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga
satuan pendidikan nonformal dan segenap pihak yang
berkepentingan;
3)
dirumuskan berdasarkan masukan dari warga satuan pendidikan
nonformal dan pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi
pendidikan nasional;
4)
diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan
nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak;
5)
disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan;
6)
ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan masyarakat.
Misi Satuan Pendidikan Nonformal
a.
Satuan pendidikan nonformal merumuskan dan menetapkan misi serta
mengembangkannya.
b.
Misi satuan pendidikan nonformal:
1)
memberikan arah dalam mewujudkan visi satuan pendidikan
nonformal sesuai dengan tujuan pendidikan nasional;
2)
merupakan kegiatan yang akan dilakukan dalam kurun waktu
tertentu;
3)
menjadi dasar penentuan sasaran, program, dan kegiatan pokok
satuan pendidikan nonformal;
3
3.
4.
4)
menekankan pada mutu layanan peserta didik dan mutu lulusan
yang diharapkan oleh satuan pendidikan nonformal;
5)
memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan
program satuan pendidikan nonformal;
6)
memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan
pada penyelenggara satuan pendidikan nonformal;
7)
diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan
nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak;
8)
disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan;
9)
ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan
masyarakat.
Tujuan Satuan Pendidikan Nonformal
a.
Satuan pendidikan nonformal merumuskan dan menetapkan tujuan serta
mengembangkannya.
b.
Tujuan satuan pendidikan nonformal:
1)
menggambarkan pencapaian tingkat mutu yang seharusnya dicapai
dalam program pembelajaran;
2)
mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta
relevan dengan kebutuhan pemberdayaan masyarakat;
3)
diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan
nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak;
4)
disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan.
Rencana Kerja Satuan Pendidikan Nonformal
a.
b.
Satuan pendidikan nonformal membuat:
1)
rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang
seharusnya dicapai dalam rangka mendukung peningkatan mutu
lulusan;
2)
rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam rencana kegiatan
dan anggaran satuan pendidikan nonformal berdasarkan rencana
kerja jangka menengah.
Rencana kerja jangka menengah dan tahunan satuan pendidikan
nonformal:
1)
disusun dan disetujui rapat pengelola setelah memperhatikan
masukan dari berbagai pihak;
4
2)
B.
dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca dan dipahami oleh
pihak-pihak yang terkait.
c.
Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengelolaan satuan pendidikan
nonformal yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan, dan akuntabilitas.
d.
Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai:
1)
peserta didik;
2)
kurikulum dan kegiatan pembelajaran;
3)
pendidik dan tenaga kependidikan;
4)
sarana dan prasarana;
5)
pendanaan;
6)
peran serta masyarakat dan kemitraan;
7)
rencana-rencana kerja lain yang mengarah pada peningkatan dan
pengembangan mutu sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Pelaksanaan Rencana Kerja
1.
Pedoman Satuan Pendidikan Nonformal
a.
Satuan pendidikan nonformal menetapkan pedoman yang mengatur
berbagai aspek pengelolaan secara tertulis.
b.
Perumusan pedoman satuan pendidikan nonformal:
c.
1)
mempertimbangkan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan
nonformal;
2)
ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan masyarakat.
Pedoman pengelolaan satuan pendidikan nonformal meliputi:
1)
kurikulum;
2)
kalender pendidikan;
3)
struktur organisasi;
4)
pembagian tugas di antara pendidik dan tenaga kependidikan;
5)
peraturan pembelajaran;
6)
tata tertib;
7)
biaya operasional.
d.
Pedoman pengelolaan satuan pendidikan nonformal berfungsi sebagai
petunjuk pelaksanaan operasional.
e.
Pedoman pengelolaan satuan pendidikan nonformal dievaluasi secara
berkala sesuai dengan kebutuhan.
5
2.
3.
Organisasi Satuan Pendidikan Nonformal
a.
Organisasi satuan pendidikan nonformal memuat sistem pengelolaan
dan penyelenggaraan yang diuraikan secara jelas dan transparan.
b.
Struktur
organisasi
menyelenggarakan:
satuan
pendidikan
nonformal
yang
1)
kursus dan pelatihan terdiri dari pengelola atau penyelenggara,
pendidik, teknisi sumber belajar, tenaga perpustakaan, dan atau
laboran, serta tenaga administrasi;
2)
program kesetaraan terdiri dari pengelola kelompok belajar,
pendidik, tenaga administrasi, dan tenaga perpustakaan;
3)
program keaksaraan terdiri dari pengelola kelompok belajar,
pendidik, dan tenaga administrasi;
4)
kelompok bermain dan taman penitipan anak terdiri dari pengelola,
pendidik, dan tenaga administrasi;
5)
program pendidikan nonformal lainnya disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan.
c.
Pendidik pada satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
pendidikan kesetaraan terdiri atas tutor penanggung jawab kelas untuk
program Paket A, tutor penanggung jawab mata pelajaran untuk program
Paket B dan Paket C, dan narasumber teknis.
d.
Pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan keterampilan terdiri atas
pengajar, pembimbing, pelatih atau instruktur, dan penguji.
e.
Pendidik, dan tenaga kependidikan mempunyai uraian tugas, fungsi, dan
tata kerja yang jelas.
f.
Pedoman yang
nonformal:
mengatur
struktur
organisasi
satuan
pendidikan
1)
memuat unsur pimpinan, staf, dan pelaksana dengan wewenang
dan tanggung jawab yang jelas;
2)
dievaluasi secara berkala untuk melihat efektivitas mekanisme kerja
pengelolaan dan penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal;
3)
ditetapkan oleh pengelola
pendidikan nonformal.
dan/atau
penyelenggara
satuan
Pelaksanaan Kegiatan Satuan Pendidikan Nonformal
a.
Kegiatan satuan pendidikan nonformal:
1)
dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan;
2)
dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan yang didasarkan
pada ketersediaan sumber daya.
6
4.
b.
Pelaksanaan kegiatan satuan pendidikan nonformal berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan, dievaluasi, dan dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan.
c.
Pengelola satuan pendidikan nonformal mempertanggungjawabkan
pelaksanaan pengelolaan kepada pihak yang berkepentingan.
Bidang Peserta Didik
a.
Satuan pendidikan nonformal menyusun dan menetapkan petunjuk
pelaksanaan operasional proses penerimaan peserta didik yang
disesuaikan dengan program-program yang diselenggarakan.
b.
Program-program yang diselenggarakan tersebut adalah:
c.
1)
pendidikan anak usia dini;
2)
pendidikan kesetaraan;
3)
pendidikan kecakapan hidup;
4)
pendidikan ketrampilan, kursus dan pelatihan kerja;
5)
pendidikan keaksaraan;
6)
pendidikan pemberdayaan perempuan;
7)
pendidikan kepemudaan; dan/atau
8)
pendidikan lain yang sejenis.
Petunjuk pelaksanaan operasional proses penerimaan peserta didik
memuat:
1)
persyaratan-persyaratan:
a) usia sesuai dengan program;
b) jenis pendidikan yang dibutuhkan peserta;
c) biaya;
d) penyetaraan;
e) kriteria penerimaan peserta.
2)
d)
Prosedur penerimaan peserta didik.
Penerimaan peserta didik dilakukan:
1)
secara objektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang
dalam aturan satuan pendidikan nonformal;
2)
tanpa diskriminasi gender, agama, etnis, status sosial, kemampuan
ekonomi;
3)
berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara;
4)
sesuai dengan ketentuan pemerintah bagi program-program
tertentu;
7
5)
5.
sesuai dengan fasilitas pelayanan yang dimiliki.
Bidang Kurikulum dan Rencana Pembelajaran
a.
b.
c.
Kurikulum dan/atau Rencana Pembelajaran
1)
Satuan pendidikan nonformal menyusun kurikulum dan/atau
rencana pembelajaran dengan memperhatikan Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan;
2)
Penyusunan
kurikulum
dan/atau
rencana
pembelajaran
memperhatikan kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja dan/atau tujuan program yang
diselenggarakan;
3)
Pengelola satuan pendidikan nonformal bertanggung jawab atas
tersusunnya kurikulum dan/atau rencana pembelajaran.
Kalender Pendidikan
1)
Satuan pendidikan nonformal menyusun kalender pendidikan yang
disesuaikan dengan jenis program dan peserta didik.
2)
Kalender pendidikan berisi serangkaian kegiatan awal belajar, hari
efektif belajar, hari libur, jadwal evaluasi dalam rentang waktu
pembelajaran.
3)
Kalender pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan nonformal.
Kegiatan Pembelajaran
1)
Satuan pendidikan nonformal
menjamin mutu
pembelajaran untuk setiap program pembelajaran.
kegiatan
2)
Kegiatan pembelajaran didasarkan pada kualifikasi dan kompetensi
tiap-tiap program belajar.
3)
Mutu kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di satuan
pendidikan nonformal dikembangkan dengan:
a) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada standar
proses tiap-tiap program belajar;
b) melibatkan peserta didik secara aktif, kreatif, partisipatif, inovatif,
motivatif, dan interaktif;
c) tujuan agar peserta didik mencapai kualifikasi dan kompetensi
sesuai dengan tiap-tiap program belajar.
4)
Setiap pendidik bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan
pembelajaran untuk setiap program pembelajaran yang diampunya
dengan cara:
a) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir;
8
b) menggunakan metoda pembelajaran yang partisipatif, aktif,
inovatif, kreatif, efisien, dan menyenangkan;
c) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia
secara efektif dan efisien;
d) memperhatikan sifat alamiah kurikulum dan/atau program
pembelajaran, kemampuan peserta didik, dan pengalaman
belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus
peserta didik.
5)
d.
e.
Pengelola satuan pendidikan nonformal
terhadap mutu kegiatan pembelajaran.
bertanggungjawab
Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
1)
Satuan pendidikan nonformal menyusun program penilaian hasil
belajar yang objektif, transparan, bertanggung jawab, dan
berkesinambungan.
2)
Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada
standar penilaian yang ditentukan oleh tiap-tiap program dan
disosialisasikan kepada pendidik dan peserta didik.
3)
Satuan pendidikan nonformal menilai hasil belajar sesuai dengan
kualifikasi dan kompetensi tiap-tiap program pembelajaran dan
diinformasikan kepada peserta didik dan didokumentasikan secara
baik.
4)
Penilaian meliputi semua unsur kompetensi dan materi yang
diajarkan.
5)
Satuan pendidikan nonformal menyusun ketentuan pelaksanaan
penilaian hasil belajar sesuai dengan ketentuan tiap-tiap program
belajar.
6)
Satuan pendidikan nonformal memberikan informasi hasil belajar
kepada pihak yang berkepentingan.
Peraturan Pembelajaran
1)
Satuan pendidikan nonformal menyusun dan menetapkan peraturan
pembelajaran.
2)
Peraturan pembelajaran memuat:
a) kehadiran peserta didik untuk mengikuti pelajaran dan tugas dari
pendidik yang disesuaikan dengan kriteria minimal tiap-tiap
program;
b) ketentuan mengenai evaluasi kelulusan sesuai dengan kriteria
tiap-tiap program;
c) ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik;
9
3)
6.
ditetapkan
oleh
pengelola
satuan
Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a.
Satuan pendidikan nonformal menyusun program pendayagunaan
pendidik dan tenaga kependidikan.
b.
Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan:
1)
disusun dengan memperhatikan standar kualifikasi dan kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan;
2)
dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan nonformal
pada tiap-tiap program.
c.
Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan dilaksanakan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.
d.
Satuan pendidikan nonformal melakukan:
e.
7.
Peraturan pembelajaran
pendidikan nonformal.
1)
pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan
kebutuhan kurikulum dan satuan pendidikan nonformal;
2)
pendayagunaan tenaga kependidikan disesuaikan dengan
kebutuhan baik jumlah maupun kualifikasi dan kompetensinya.
Satuan pendidikan nonformal mendayagunakan:
1)
pengelola satuan pendidikan nonformal dalam pelaksanaan tugas
dan tanggung jawabnya;
2)
pendidik dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
agen pembelajaran;
3)
tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya.
Bidang Sarana dan Prasarana
a.
Satuan pendidikan nonformal menetapkan kebijakan program secara
tertulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana.
b.
Program pengelolaan sarana dan prasarana memperhatikan standar
sarana dan prasarana dalam hal:
1)
merencanakan, memenuhi, dan mendayagunakan sarana dan
prasarana pendidikan;
2)
mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana
agar tetap berfungsi dalam proses pembelajaran;
10
8.
melengkapi fasilitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan tiaptiap program yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
nonformal;
4)
memelihara semua fasilitas fisik dan peralatan
memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.
dengan
c.
Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta
didik.
d.
Pengelolaan sarana prasarana
direncanakan secara sistematis.
e.
Pengelolaan perpustakaan dan/atau bahan belajar satuan pendidikan
nonformal menyediakan prosedur operasional standar layanan;
f.
Pengelolaan
laboratorium
dan/atau
bengkel-kerja
(workshop)
dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dilengkapi dengan petunjuk/manual yang jelas.
satuan
pendidikan
nonformal
Bidang Pendanaan
a.
9.
3)
Satuan pendidikan nonformal memiliki pedoman pengelolaan pendanaan
yang mengatur:
1)
sumber pemasukan, pengeluaran, dan jumlah dana yang dikelola;
2)
penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di
luar dana investasi dan operasional;
3)
kewenangan dan tanggung jawab pengelola satuan pendidikan
nonformal dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai
dengan peruntukannya;
4)
pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan
anggaran
untuk
dilaporkan
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan.
b.
Pedoman pengelolaan keuangan dan pembiayaan ditetapkan oleh
penyelenggara satuan pendidikan nonformal dengan memperhatikan
usulan dari pengelola.
c.
Pedoman pengelolaan keuangan dan pembiayaan satuan pendidikan
nonformal disosialisasikan kepada pihak yang berkepentingan untuk
menjamin tercapainya pengelolaan dana secara transparan dan
akuntabel.
Peranserta Masyarakat dan Kemitraan
a.
Satuan pendidikan nonformal mengikutsertakan warga satuan
pendidikan nonformal dan masyarakat peduli pendidikan nonformal
dalam mengelola pendidikan.
11
C.
b.
Peran serta warga satuan pendidikan nonformal dan masyarakat peduli
pendidikan nonformal ditujukan pada kegiatan tertentu yang ditetapkan.
c.
Setiap satuan pendidikan nonformal menjalin kemitraan dengan lembaga
lain yang relevan, baik lembaga pemerintah maupun swasta.
d.
Sistem kemitraan satuan pendidikan nonformal ditetapkan dengan
perjanjian secara tertulis.
Pengawasan dan Evaluasi
1.
2.
Program Pengawasan
a.
Satuan pendidikan nonformal menyusun program pengawasan tentang
pengelolaan dan program yang diselenggarakan secara objektif,
bertanggung jawab, dan berkelanjutan.
b.
Penyusunan program pengawasan pada satuan pendidikan nonformal
didasarkan pada SNP.
c.
Program pengawasan disosialisasikan kepada seluruh warga satuan
pendidikan nonformal.
d.
Pengawasan pengelolaan satuan pendidikan nonformal meliputi
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil
pengawasan.
e.
Pemantauan dan pengawasan pengelolaan satuan pendidikan nonformal
pada program kesetaraan, keaksaraan, PAUD dan program lainnya
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dan/atau pihak-pihak yang
terkait.
f.
Pengelola satuan pendidikan nonformal melaporkan hasil evaluasi
kepada penyelenggara dan pihak-pihak yang berkepentingan.
g.
Satuan pendidikan nonformal mendokumentasikan dan menggunakan
hasil pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan.
Evaluasi Diri
a.
Satuan pendidikan nonformal melakukan evaluasi diri terhadap program
yang diselenggarakan.
b.
Satuan pendidikan nonformal menetapkan indikator untuk menilai kinerja
dan melakukan perbaikan dalam rangka mencapai SNP.
c.
Satuan pendidikan nonformal melaksanakan:
1)
evaluasi proses pembelajaran secara periodik sesuai dengan
program yang diselenggarakan;
2)
evaluasi program kerja tahunan
kurangnya satu kali dalam setahun.
12
secara
periodik sekurang-
d.
3.
Evaluasi diri program yang diselenggarakan satuan
nonformal dilakukan secara periodik dan berkelanjutan.
Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum dan/atau Rencana Pembelajaran
Proses evaluasi dan pengembangan
pembelajaran dilaksanakan secara:
4.
5.
D.
pendidikan
kurikulum
dan/atau
rencana
a.
komprehensif dan fleksibel dalam mengadaptasi
pengetahuan dan teknologi yang mutakhir;
kemajuan
ilmu
b.
berkala untuk merespons perubahan kebutuhan peserta didik dan
masyarakat, perubahan sistem pendidikan, serta perubahan sosial;
c.
integratif sejalan dengan perubahan tingkat materi pembelajaran;
d.
menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.
Evaluasi Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a.
Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan
setiap akhir tahun dalam rangka mencapai SNP.
b.
Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan meliputi
kesesuaian penugasan dengan keahlian, keseimbangan beban kerja,
dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas.
c.
Evaluasi kinerja pendidik wajib memperhatikan pencapaian prestasi dan
perubahan serta perkembangan peserta didik.
Akreditasi Pendidikan Nonformal
a.
Satuan pendidikan nonformal menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan
untuk diakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b.
Satuan pendidikan nonformal meningkatkan status akreditasi, dengan
menggunakan program tindaklanjut hasil akreditasi sebelumnya.
c.
Hasil akreditasi dipergunakan untuk peningkatan
pengembangan satuan pendidikan nonformal.
program
dan
Kepemimpinan Pendidikan Nonformal
1.
Setiap satuan pendidikan nonformal dipimpin oleh seorang pemimpin satuan
pendidikan nonformal.
2.
Kriteria untuk menjadi pemimpin satuan pendidikan nonformal sesuai dengan
AD/ART penyelenggara dan/atau ketentuan yang berlaku.
3.
Pemimpin satuan pendidikan nonformal:
a.
menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
b.
merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai;
13
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
E.
menganalisis peluang dan tantangan, kekuatan dan kelemahan, satuan
pendidikan nonformal;
memiliki rencana strategis dan rencana kerja tahunan untuk pelaksanaan
peningkatan mutu;
bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran satuan
pendidikan nonformal;
mengikutsertakan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan
keputusan penting.
berkomunikasi dengan warga satuan pendidikan nonformal dan
masyarakat;
menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan
atas prestasi;
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran;
bertanggung jawab atas perencanaan kegiatan pembelajaran yang
partisipatif;
melaksanakan program supervisi untuk meningkatkan kinerja dan mutu
satuan pendidikan nonformal;
memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya;
memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi
satuan pendidikan nonformal kedalam program pembelajaran.
Sistem Informasi Manajemen
1.
Satuan pendidikan nonformal:
a. mengelola sistem informasi manajemen yang memadai untuk
mendukung pengelolaan pendidikan yang efektif, efisien, dan akuntabel;
b. menyediakan fasilitas informasi yang efisien, efektif, dan mudah diakses;
c. menetapkan petugas untuk mengumpulkan, menerima, mengolah,
menyediakan data, dan memberikan layanan informasi.
2.
Komunikasi antarwarga satuan pendidikan nonformal
berdasarkan kemitraan, kebersamaan, dan kekeluargaan.
Salinan sesuai dengan aslinya.
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Bagian Penyusunan Rancangan
Peraturan
Perundang-undangan
dan
Bantuan Hukum I,
TTD.
Muslikh, S.H.
NIP 131479478
14
dilaksanakan
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
Penerapan Fungsi Manajemen
1.
Perencanaan ( Planning )
Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, dan penyusunan strategi,
kebijaksanaan, program, dan lain-lain.
2. Pengorganisasian ( Organizing )
penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, menyusun
organisasi atau kelompok kerja, penugasan wewenang dan
tanggungjawab serta koordinasi.
3. Pengarahan ( Actuating )
Motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk mengarahkan karyawan
mengerjakan sesuatu yang ditugaskan padanya.
4. Pengawasan ( Controlling )
Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan tindakan
korektif
PERENCANAAN
• Penetapan sejumlah pekerjaan yang akan dilaksanakan
kemudian. Perencanaan merupakan aktivitas untuk memilih
dan menghubungkan fakta serta aktivitas membuat rencana
mengenai kegiatan-kegitan apa yang akan dilakukan di masa
depan.
• Maka seorang manajer dituntut untuk dapat membuat
rencana terlebih dahulu tentang kegiatan yang akan
dilakukan. Proses perencanaan sangat penting dilaksanakan
sebagai pedoman atau pegangan dalam pengerjaan aktivitas
selanjutnya.
• Adapun beberapa aktivitas perencanaan adalah peramalan,
pengembangan tujuan-tujuan, pengembangan strategistrategi, pemrograman, penjadwalan, penganggaran,
pengembangan kebijakan-kebijakan, dan pengembangan
prosedur-prosedur.
Pengertian Perencanaan
• Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan
serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan di masa
yang akan datang yang diarahkan kepada tercapainya
tujuan-tujuan dengan sarana yang optimal
• Perencanaan ini menyangkut apa yang akan
dilaksanakan, kapan dilaksanakan, oleh siapa, di mana dan
bagaimana dilaksanakannya.
• Perencanaan dapat ditinjau dari dua hal yaitu menurut
luas sempitnya masalah yang akan diselesaikan yang dapat
berarti pula menurut dekat jauhnya mencapai tujuan dan
menurut jangka waktu penyelesaian.
• Apakah hasil proses perencanaan?
Mengapa Ada Perencanaan?
• Berkerja tanpa rencana ibarat melamun sepanjang masa.
Akibatnya tentu dapat diramalkan, hasilnya tidak menentu dan
biaya yang dikeluarkan tidak terkontrol.
• Beberapa manfaat adanya perencanaan adalah :
1). menghasilkan rencana yang dapat dijadikan kerangka kerja
dan pedoman penyelesaian.
2). rencana menentukan proses yang paling efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan.
3). dengan adanya rencana setiap langkah dapat diukur atau
dibandingkan dengan hasil yang seharusnya dicapai.
4). mencegah pemborosan uang, tenaga dan waktu.
5). mempersempit kemungkinan timbulnya gangguan atau
hambatan.
Fungsi dari Perencanaan
a. Menjelaskan dan merinci dan tujuan yang ingin dicapai
memberikan pegangan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan untuk tujuan tersebut.
b. Organisasi menperoleh standar sumber daya terbaik dan
mendayagunakannya sesuai tugas pokok fungsiyang telah
ditetapkan menjadi rujukan anggota organisasi dalam
melaksanakan aktivitas yang konsisten prosedur dan tujuan.
c. Memberikan batas kewenangan dan tanggung jawab bagi seluruh
pelaksana.
d. Memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensip
sehingga bisa menemukan dan memperbaiki kepemimpinan secara
dini.
e. Memungkinkan untuk terpeliharanya persesuain antara kegiatan
internal dengan situas eksternal
f. Menghindari pemborosan.
Cara Melakukan Perencanaan
Oleh karena rencana itu akan dijadikan pedoman bekerja, maka harus
memenuhi persyaratan-persyaratan antara lain :
1). perencanaan harus dijabarkan dari tujuan yang telah ditetapkan dan
dirumuskan secara jelas.
2). perencanaan tidak perlu muluk-muluk, tetapi sederhana saja, realistik,
praktis hingga dapat dilaksanakan.
3) dijabarkan secara terperinci, memuat uraian kegiatan dan urutan atau
rangkaian tindakan.
4). diupayakan agar memiliki fleksibilitas, sehingga memungkinkan untuk
dimodifikasikan.
5) ada petunjuk mengenai urgensi dan atau tingkat kepentingan untuk bagian
bidang atau kegiatan.
6) disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya pemanfaatan
segala sumber yang ada sehingga efisien dalam tenaga, biaya dan waktu.
7) diusahakan agar tidak terdapat duplikasi pelaksanaan.
ORGANIZING
• Pengorganisasian adalah usaha yang dilakukan untuk
menciptakan hubungan kerja antar personal dalam
organisasi dengan cara mengelompokan orang-orang
beserta penetapan tugas-tugas, fungsi-fungsi, wewenang,
dan tanggung jawab masing-masing agar tercapainya
tujuan bersama melalui aktivitas-aktivitas yang berdaya dan
berhasil guna karena dilakukan secara efektif dan efisien.
• Pengorganisasian sangat penting dalam manajemen
karena membuat posisi orang jelas dalam struktur dan
pekerjaannya dan melalui pemilihan, pengalokasian dan
pendistribusian kerja yang profesional dan organisasi
dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Pengertian
• Dalam definisi manajemen disebutkan adanya usaha bersama oleh
sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada
agar dicapai hasil yang efektif dan efisien.
• Pendayagunaan sumber-sumber yang ada inilah yang disebut
manajemen, sedangkan usaha untuk mewujudkan kerjasama antar
manusia yang terlibat kerjasama ini adalah pengorganisasian. Banyak
orang mengartikan manajemen sebagai pengaturan, dan memang
inilah arti yang populer.
• Di dalam manajemen terdapat adanya kepemimpinan, yaitu
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar
bersedia menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk mencapai
tujuan bersama.
• Dalam pengorganisasian terdapat suatu arti penyatuan atau
penghimpunan pikiran dan tenaga orang-orang yang tergabung
dalam organisasi.
Pengertian
• Agar pencapaian tujuan dapat tuntas dan pendayagunaan sumber dapat maksimal maka uraian kegiatan yang
telah dijabarkan dalam perencanaan, dalam langkah
pertama diujudkan dalam bidang-bidang yang di dalam
organisasi usaha merupakan unit-unit yang ditangani
secara khusus oleh orang-orang yang menguasai
masalahnya.
• Pembidangan, peng-unitan, dan pembagian tugas inilah
yang akhirnya melahirkan sebuah susunan kesatuankesatuan kecil yang membentuk satu kesatuan besar
dan dikenal dengan nama struktur organisasi yang
menggambarkan posisi setiap unit yang menunjukkan
keseluruhan dengan bagian-bagiannya.
Mengapa Perlu Pengorganisasian?
• Pengorganisasian adalah penyatuan dan penghimpunan
sumber manusia dan sumber lain dalam sebuah struktur
organisasi.
• Dengan adanya pembidangan dan pengunitan tersebut
diketahui manfaatnya :
1) antara bidang yang satu dengan bidang yang lain dapat
diketahui batas-batas- nya, serta dapat dirancang bagaimana
antar bagian dapat melakukan kerja-sama sehingga tercapai
sinkronisasi tugas.
2) dengan penugasan yang jelas terhadap orang-orangnya,
masing-masing mengetahui wewenang dan kewajibannya.
3) dengan digambarkannya unit-unit kegiatan dalam sebuah
struktur organisasi dapat diketahui hubungan vertikal dan
horisontal, baik dalam jalur struktural maupun jalur fungsional.
Cara Pengorganisasian
• Agar tujuan usaha bersama dapat tercapai dalam tata
kerja yang baik, maka sebuah organisasi harus
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
1). Memiliki tujuan yang jelas yang dipahami dan diterima
oleh seluruh anggota sehingga dalam organisasi
tersebut hanya terdapat satu kesatuan arah.
Tujuan seperti ini lazim disebut sebagai visi, berasal
dari bahasa Inggris vision, yaitu hasil yang dicitacitakan. Sementara orang mengatakan bahwa rumusan
visi ini harus yang umum dan abstrak
Cara Pengorganisasian
2). Memiliki struktur organisasi yang:
a) menggambarkan adanya satu perintah, adanya
keseimbangan tugas, wewenang dan tanggungjawab.
b) sederhana agar mempermudah jalur dan tidak terlalu
banyak orang yang terlibat dalam tanggungjawab.
c)semua kegiatan terbagi habis sehingga tidak satupun
kegiatan yang tidak tertangani, sebaliknya tidak ada
satu kegiatan yang mendapat penanganan rangkap.
PENGARAHAN
a. Pengertian
• Yang dimaksud dengan pengarahan adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk
memberikan penjelasan, petunjuk serta bimbingan
kepada orang-orang yang menjadi bawahannya
sebelum dan selama melaksanakan tugas.
• Pemimpin lebih menekankan pada upaya
mengarahkan dan memotivasi para personil agar
dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
dengan baik.
Pengarahan
b. Mengapa Perlu Pengarahan?
• Walaupun dalam pengorganisasian telah ditentukan
pembidangan serta penentuan unit-unit kerja tetapi masih
diperlukan adanya penjelasan, petunjuk dan pembimbingan
terhadap para petugas yang terlibat baik struktural maupun
fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.
• Pengarahan yang dilakukan sebelum memulai bekerja berguna
untuk menekankan hal-hal yang perlu ditangani, urutan prioritas,
prosedur kerja dan lain-lainnya agar pelaksanaan pekerjaan dapat
efektif dan efisien.
• Pengarahan yang dilakukan selama melaksanakan tugas bagi orangorang yang terlibat dimaksudkan untuk mengingatkan (refreshing)
ataupun meluruskan apabila terjadi penyelewengan atau
penyimpangan.
Pengarahan
c. Cara Pengarahan
• Pengarahan dapat dilakukan oleh pimpinan sendiri maupun
wakil-wakil yang ditunjuk dengan cara antara lain :
1). mengadakan orientasi sebelum seseorang memulai melaksanakan
tugas untuk mengenal tempat, situasi, alat-alat kerja, kawan dan
sebagainya.
2) memberikan petunjuk dan penjelasan mengenai pekerjaan yang
akan dilakukan dengan secara lisan maupun tertulis (menjelaskan
peraturan atau tatakerja tertulis).
3) memberikan kesempatan untuk berpartisipasi berupa pemberian
sumbangan pikiran demi peningkatan usaha bersama.
4). mengikut sertakan pegawai dalam membuat perencanaan.
5). memberikan nasehat apabila seorang pegawai mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugas.
PENGKOORDINASIAN
a. Pengertian
• Yang dimaksud dengan pengkoordinasian
adalah suatu usaha yang dilakukan pimpinan
untuk mengatur, menyatukan, menserasikan,
mengintegrasikan semua kegiatan yang
dilakukan oleh bawahan.
b. Mengapa Ada Pengkoordinasian?
• Kegiatan pengkoordinasian perlu dilakukan
pimpinan agar :
1) diperoleh kekuatan yang menyatu dan integral
sehingga gerak organisasi bisa harmonis dan saling
menunjang dan tercapai hasil secara efektif dan
efisien.
2) tidak terdapat kesimpang-siuran kegiatan baik dalam
bentuk, arah dan waktu pelaksanaan kerja.
3) tidak terdapat konkurensi antar bagian dan sebaliknya
terjalin hubungan yang sehat dan saling membantu.
C. Cara Pengorganisasian
• Pimpinan dapat melakukan pengkoordinasian dengan berbagai cara,
baik yang bentuknya langsung pada kegiatan melaksanakan tugas
maupun secara tidak langsung berupa kondisi yang menunjang. Bentuk
antara lain :
1) menciptakan kondisi rukun antar pegawai (lebih baik lagi
disertai keluarga) agar dalam lembaga kerja para pegawai merasa
seperti dengan famili atau kerabat.
2) membiasakan adanya kerja saling membantu.
3) mengadakan pertemuan berkala untuk membicarakan kemajuan
kerja, kesulitan, pengajuan ide atau gagasan dan sebagainya.
4) memberikan contoh kerjasama dengan pimpinan sekolah lain atau
dengan lembaga-lembaga lain sedemikian rupa rukun dan tampak
adanya nilai keuntungan sehingga staf sekolah yang lain merasa
ingin meniru.
KEPEMIMPINAN/LEADING
• Kegitan yang berhubungan dengan pemberian perintah
dan saran agar para bawahan dapat mengerjakan tugas
yang dikehendaki manajer.
• Kegiatannya meliputi mengambil keputusan,
mengadakan komunikasi antara manajer dan bawahan
agar ada rasa saling pengertian, memberikan
semangat, motivasi ataupun dorongan kepada
bawahan dalam melaksanakan tugasnya, memilih
orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk
bergabung dalam kelompoknya, dan memperbaiki
pengetahuan serta sikap bawahan agar terampil dalam
mengerjakan pekerjaan.
KEPEMIMPINAN
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu
situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah
pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.
2. Kepemimpinan adalah pembentukkan awal serta pemeliharaan struktur
dalam harapan dan interaksi
3. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan
berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi
4. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok
yang diorganisasi kea rah pencapaian tujuan
5. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang
berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk
melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran
6. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi
yang efektif terhadap orde social dan yang diharapkan dan dipersepsikan
melakukannya
7. Kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh social yang dalam hal ini
pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk
menstruktur aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan sebuah kelompok
atau organisasi
Fungsi Kepemimpinan
1. Pemimpin sebagai eksekutif ( executive Leader)
• Sering kali disebut sebagai administrator atau manajer. Fungsinya
adalah menerjemahkan kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan, dia
memempin dan mengawasi tindakan orang-orang yang menjadi
bawahannya. Dan membuat keputusan-keputusan yang kemudian
memerintahkannya untuk dilaksanakan. Kepemimpinan ini banyak
ditemukan didalam masyarakat dan biasanya bersifat
kepemerintahan, mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah
memerlukkan fungsi tersebut.
2. Pemimpin sebagai penengah
• Dalam masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di
tangan pemimpin dengan keahliaanya yang khas dan ditunjuk
secara khusus. Ini dikenal dengan pengadilan. Dan bidang lainnya,
umpamanya dalam bidang olahraga, terdapat wasit yang
mempunyai tugas sebagai wasit.
Fungsi Kepemimpinan
3. Pemimpin sebagai penganjur
•
Sebagai propagandis, sebagai juru bicara, atau sebagai pengarah opini merupakkan orangorang penting dalam masyarakat. Mereka bergerak dalam bidang komunikasi dan publistik
yang menguasai ilmu komunikasi. Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi
inspirasi kepada orang lain. Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih
berbicara.
4. Pemimpin sebagai ahli
•
Pemimpin sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau seorang juru penerang,
berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya dengan unit sosial dimana dia bekerja.
Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta.
Termasuk dalam kategori ini adalah guru, petugas sosial, dosen, dokter, ahli hukum, dan
sebagainya yang mencapai dan memelihara pengaruhnya karena mereka mempunyai
pengetahuan untuk diberikkan kepada orang lain
5. Pemimpin diskusi
•
Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan kepemimpinan yang
demokratis dimana komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Seseorang yang
secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima
peranannya sebagai pemimpin diskusi.
Ciri – ciri Kepemimpinan
1. Persepsi Sosial
• Persepsi sosial dapat diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan
memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok.
Kecakapan ini sangat dibutuhkan untuk memenuhi tugas kepemimpinan.
Persepsi sosial ini terutama diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk
dapat melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan dan patokkan
yang menyeluruh dari keadaan-keadaan didalam dan diluar kelompok.
2. Kemampuan berpikir abstrak
• Kemampuan berpikir abstrak dapat menjadikkan indikasi bahw seseorang
mempunyai kecerdasan yang tinggi. Kemampuan abstrak yang sebenarnya
merupakan salah satu segi dari struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh
seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan kecenderungankecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan keadaan umum diluar
kelompok dalam hubungannya degan tujuan kelompok.
• Ini berarti bahwa ketajaman persepsi dan kemampuan menganalisis
didampingi oleh kemampuan abstrak dan mengintegrasikan fakta-fakta
interaksi sosial didalam dan diluar kelompok. Kemampuan tersebut
memerlukan taraf intelegensia yang tinggi pada seorang pemimpin yang
harus diarahkan oleh persepsi sosial yang telah diterangkan diatas.
Ciri – ciri Kepemimpinan
3. Keseimbangan emosional
• Merupakan faktor paling penting dalam kepemimpinan. Jelasnya,
pada diri seorang pemimpin harus terdapat kematangan emoional
yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhankebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam perasaan, serta
pengintegrasian kesemuanya itu kedalam suatu kepribadian yang
harmonis. Dan ini bukanlah suatu kepribadian harmoni yang beku
dan statis, melainkan suatu harmoni dalam ketegangan-ketegangan
emosional, suatu keseimbangan yang dinamis, yang dapat bergerak
kemana-mana, tetapi mempunyai dasar yang matang dan stabil.
• Kematangan emosional ini diperlukkan oleh seorang pemimpin
untuk dapat turut merasakan keinginan dan cita-cita anggota
kelompok dalam rangka melaksanakan tugas kepemimpinan dengan
sukses.
Syarat pemimpin yang baik
a) Memiliki inteligensi yang tinggi dan pendidikan umum yang luas
b) Bersifat ramah tamah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan
c) Berwibawa dan memiliki daya tarik
d) Sehat jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental)
e) Kemampuan analistis
f) Memiliki daya ingat yang kuat
g) Mempunyai kapasitas integratif
h) Keterampilan berkomunikasi
i) Keterampilan mendidik
j) Personalitas dan objektivitas
k) Jujur (terhadap diri sendiri, atasan, bawahan, sesama pegawai)
Pengkomuikasian atau Komunikasi
a. Pengertian
• Yang dimaksud dengan komunikasi adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh pimpinan lembaga untuk menyebarluaskan
informasi yang terjadi di dalam maupun hal-hal di luar lembaga
yang ada kaitannya dengan kelancaran tugas mencapai tujuan
bersama.
b. Mengapa Perlu Komunikasi?
• Jika dalam kelompok manusia tidak dimungkinkan adanya
komunikasi maka antar mereka akan terjadi saling mencurigai,
saling menutup diri. Akibatnya di samping akan menghambat
pekerjaan juga akan terdapat kesimpangsiuran kerja.
• Komunikasi erat hubungannya dengan usaha pengarahan dan
pengkoordinasian, karena komunikasi yang baik bukan hanya terjadi
satu arah dari atasan, tetapi juga datang dari bawah ke atas atau
antar kawan kerja.
Cara Komunikasi
• Cara-cara yang digunakan untuk media komunikasi
dalam suatu lembaga dapat bersifat lisan maupun
tertulis. Ujudnya antara lain :
1) memberi pengumuman yang ditempel di papan
pengumuman atau secara lisan pada waktu rapat atau
upacara bendera.
2) dengan menerbitkan buletin yang memuat informasi baik
yang bersifat “berita keluarga” maupun kedinasan. Buletin
ini dapat dimanfaatkan untuk sarana mengemukakan ideide baru bagi para karyawan maupun berita- berita penting
untuk memajukan usaha.
3) dengan pertemuan rutin yang bersifat kekeluargaan
maupun kedinasan.
PENGAWASAN
a. Pengertian
• Agar tenaga atau karyawan pada lembaga mampu mengemban tugas
atau fungsinya masing-masing maka harus dilakukan suatu pengawasan.
• Yang dimaksud dengan pengawasan adalah usaha pimpinan untuk
mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya
untuk mengetahui kelancaran kerja para pegawai dalam melakukan tugas
mencapai tujuan. Kegiatan pengawasan sering juga disebut kontrol,
penilaian, penilikan, monitoring, supervisi dan sebagainya. Tujuan utama
pengawasan adalah agar dapat diketahui tingkat pencapaian tujuan dan
menghindarkan terjadinya penyelewengan. Oleh karena itu pengawasan
dapat diartikan sebagai pengendalian.
• Melalui aktivitas pengendalian, manajer harus mengevaluasi dan menilai
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan bawahannya untuk mengetahui apakah
pekerjaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau
tidak. Pengendalian tidaklah bermaksud untuk mencari kesalahan bawahan.
Namun pengendalian dilakukan bertujuan untuk mencari penyimpangan
yang terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan kea rah yang lebih baik.
Pengawasan
b. Mengapa Perlu Pengawasan?
• Pengawasan itu perlu dilakukan agar jalannya pelaksanaan kerja
dapat diketahui tingkat penyampainnya ke tujuan dan agar
tidak terjadi penyimpangan, atau toh sudah terjadi, tidak
berlarut-larut.
• Pengawasan sebagai kontrol bertujuan untuk mengukur tingkat
efektifitas kegiatan kerja yang sudah dilaksanakan dan tingkat
efisiensi penggunaan komponen, yang jika hal ini dilaksanakan
dalam pendidikan, melihat efisiensi penggunaan komponen
pendidikan dan juga komponen lain yang menyertainya dalam
proses pendidikan. Jelasnya, kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah strategi, metode dan teknik yang telah
ditetapkan dalam perencanaan sudah cukup cocok dengan
langkah penyampaian tujuan dan dengan resiko yang sekecilkecilnya.
Pengawasan
Cara Mengadakan Pengawasan
1. Bahwa pekerjaan pengawasan tidak boleh dilakukan sebagai
pekerjaan semata-mata tetapi harus terbuka, terang-terangan.
2. Dilakukan terhadap semua bawahan, tidak pilih-pilih.
3. Harus objektif, tidak disertai rasa sentimen pribadi.
4. Dilakukan bukan hanya dengan pengamatan melalui mata, tetapi
juga dengan indera-indera yang lain.
5. Dilakukan di segala tempat dan setiap waktu.
6. Menggunakan catatan secermat mungkin agar data yang
terkumpul dapat lengkap, hal ini penting untuk menghindari
subjektivitas.
7. Jika ternyata diketemukan adanya penyimpangan, harus segera
ditangani.
Pengawasan
Langkah-langkah pengawasan
a. Menetapan standard pelaksanaan,
b. Mengukur performa aktual.
c. Pengukuran pelaksaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan,
d. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila
pelaksanaan menyimpang dari standar.
Bidang Garapan dalam Manajemen
Pendidikan
a. Manajemen pembelajaran
b. Manajemen kesiswaan
c. Manajemen kepegawaian
d. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan
e. Manajemen keuangan
f. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
dan
g. Manajemen layanan khusus
Manajemen Pembelajaran
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
a. Analisis materi pelajaran (AMP)
b. Penyusunan kalender pendidkan
c. Penyusunan program tahunan
(prota) dengan memperhatikan
kalender pendidkan dan hasil analisis
materi pelajaran
d. Penyusunan program catur wulan
atau semester atau program
tahunan yang telah di susun
e. Penyusunan program satuan
belajaran (PSP)
f. Penyusunan program pembelajaran
(RP)
g. Penyusunan rencana bimbingan dan
penyuluhan
a. Pembagian tugas mengajar dan tugas
lain
b. Penyusunan jadwal pelajaran
c. Penyusuna jadwal kegiatan perbaikan
d. Penyusunan jadwal kegiatan
pengayaan
e. Penyusunan jadwal kegiatan
ekstrakurikuler
f. Penyusunan jadwal kegiatan
bimbingan dan penyuluhan
Manajemen Pembelajaran
3. Pengerahan
4. Pengawasan
a. Pengaturan pelaksanaan
kegiatan pembukaan tahun
ajaran baru b. Pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan
penyuluhan.
c. Supervisi pelaksanaan
pembelajaran
d. Supervisi pelaksanaan dan
bimbingan dan penyuluhan.
a. Supervisi pelaksanaan
pembelajaran
b. Supervisi pelaksanaan
bimbingan dan
penyuluhan
c. Evaluasi proses dan hasil
kegiatan pembelajaran
d. Evaluasi proses dan hasil
kegiatan bimbingan dan
penyuluhan
Manajemen Kesiswaan
1. Perencanaan
3. Pengerahan
a. Sensus anak usia pra-sekolah
b. Perencanaan daya tampung
c. Perencanaan penerimaan
siswa baru
d. Penerimaan siswa baru
a.
2. Pengorganisasian
d.
a. Pengelompokan siswa
berdasarkan pola tertentu
4. Pengawasan
a. Pemantauan siswa
b. Penilaian siswa
b.
c.
Pembinaan disiplin belajar
siswa
Pencatatan penghadiran
siswa
Pengaturan permindahan
siswa
Pengaturan kelulusan siswa.
Manajemen kepegawaian
1. Perencanaan
a. Analisis pekerjaan di sekolah
b. Penyusunan prmasi guru dan pegawai
c. Perencanaan dan pengadaan guru dan
pegawai baru
2. Pengorganisasian
a. Pembagian tugas guru dan pegawai
3. Pengerahan
a. Pembinaan profesialisme guru dan
pegawai
b. Penggunaan karir guru dan pegawai
c. Pembinaan kesejahteraan guru dan
pegawai
d. Pengaturan perpindahan guru dan pegawai
e. Pengaturan pemberhentian guru dan
pegawai
4. Pengawasan
a. Pemantauan kinerja guru dan pegawai
b. Penilaian kinerja pemberhentian guru dan
pegawai
c. Manajemen dan Sarana/ Prasarana
Manajemen Sarana dan Prasarana
1. Perencanaan
a. Alisis kebutuhan sarana dan
prasarana sekolah
b. Perencanaan dan pengadaan sarana
dan prasana sekolah.
2. Pegorganisasian
a. Pendistribusian sarana dan prasarana
sekolah
b. Penataan sarana dan prasarana
sekolah
3. Pengerahan
a. Pemanfaatan sarana dan prasarana
sekolah secara efektif dan efesien
b. Pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah
c. Inventarisasi sarana dan prasarana
sekolah
d. Penghapusan sarana dan prasrana
sekolah
4. Pengawasan
a. Pemantauan kinerja penggunaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah
b. Penilaian kinerja penggunaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah
Manajemen Keuangan
1. Perencanaan
a. Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Sekolah (RAPBS)
3. Pengerahan
a. Pelaksanaan anggaran
sekolah
b. Pembukuan keuangan
sekolah
c. Pertanggung jawaban
keuangan sekolah
2. Pengorganisasian
a. Pengadaan dan
pengalokasian anggaran
berdasarkan
4. Pengawasan
a. Pemantauan keuangan
sekolah
b. Penilaian kinerja manajemen
keuangan sekolah
Manajemen Humas
1. Perencanaan
a.
b.
Analisis kebutuhan
keterlibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan
sekolah
Penyusunan program
hubungan sekolah dengan
masyarakat
2. Pengorganisasian
a. Pembagian tugas
melaksanakan program
hubungan sekolah dengan
masyarakat
3. Pengerahan
a. Menciptakan hubungan sekolah dengan
orang tua siswa
b. Mendorong orang tua menyediakan
lingkungan belajar yang efektif
c. Mengadakan komunikasi dengan tokoh
masyarakat
d. Mengadakan kerja sama dengan instansi
pemerintah dan swasta
e. Mengadakan kerja sama dengan organisasi
social keagamaan
4. Pengawasaan
a. Pemantauan hubungan sekolah dengan
masyarakat
b. Penilaian kinerja hubungan sekolah dengan
masyarakat
Manajemen Layanan Khusus
1. Perencanaan
a. Analisis kebutuhan program
layanan khusus bagi warga
sekolah
b. Penyususnan program
layanan khusus bagi warga
sekolah
2. Pengorganisasian
Pembagian tugas
melaksanakan program
layanan khusus bagi warga
sekolah
3. Pengerahan
a. Pengaturan pelaksanaan antar
jemput siswa
b. Pengaturan pelaksanaan asrama
siswa
c. Pengaturan pelaksanaan makan
siang siswa
d. Pengaturan pelaksanaan program
koperasi sekolah
e. Pengaturan pelaksanaan program
layanan khusus lainnya
4. Pengawasan
a. Pemantauan program layanan
khusus
b. Penilaian kinerja program layanan
khusus bagi warga sekolah
Manajemen dan
Kepemimpinan
Pendidikan
Pengampu
Slameto
S2 MP FKIP UKSW
Salatiga
2014
Sistem
KEPEMIMPINAN
V
I
s
I
P
o
l
a
&
K
e
g
I
a
t
a
n
M
I
s
i
ORGANISASI
Sekumpulan Orang/Kelompok
Deskripsi Singkat
Mata Kuliah ini membahas pengertian /dasar-dasar
kepemimpinan , kepemimpinan, kepemimpinan vs
manajemen, kekuasan, politik, legitimasi, dan jenis
kepemim pinan efektif serta penerapannya sesuai
dengan situasional.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti perkuliahan ini,
peserta mampu menjelaskan penerapan
prinsip-prinsip dasar kepemimpinan dalam
organisasi secara efektif
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta
mampu:
Menjelaskan pengertian/dasar –dasar kepemimpinan
Menguraikan kekuasaan, dan legitimasi pemimpin
Menjelaskan politik dan konflik dalam kepemimpinan
Menjelaskan jenis-jenis kepemimpinan efektif
Menerapakan gaya kepemimpinan efektif sesuai
situasional
POKOK BAHASAN
1. Pengertian dan prinsip-prinsip
dasar kepemimpinan
2. Pengaruh kekuasaan dan
legitimasi pemimpin
3. Pengertian politik dan konflik
dalam kepemimpinan
4. Pengertian, jenis, dan penerapan
kepemimpinan efektif
PENDAHULUAN
Perkembangan IPTEK
Era Globalisasi
Era Teknologi Informasi
Virtual Teams
Peranan dan Tujuan
Kepemimpinan (understanding,
predicting, influencing)
• Pentingnya Kepemimpinan
• Organisasi
•
•
•
•
•
PANDANGAN TERHADAP
KEPEMIMPINAN
• SEBAGAI SUATU ILMU
• KEMAMPUAN PRIBADI SESEORANG
• SUATU PROSES
PENDEKATAN STUDI
KEPEMIMPINAN
IDENTIFIKASI BERBAGAI SIFAT
PARA PEMIMPIN
BERBAGAI PERILAKU PEMIMPIN
PENDEKATAN KONTINGENSI
MERUMUSKAN EFEKTIVITAS
PEMIMPIN YANG DI ANALISIS DARI
BERBAGAI SUDUT PANDANG
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
(LEADERSHIP)
KAMUS BAHASA INDONESIA (B.P.-1994):
“perihal pemimpin ; cara memimpin “
House et.Al,1999,h.184 :
“ Kemampuan individu untuk mempengaruhi,
memotivasi, dan membuat orang lain
mampu memberikan kontribusinya demi
efektivitas dan keberhasilan organisasi….”
Drath & Palus, 1994,h.4:
“ Proses untuk membuat orang memahami
bekerja bersama orang lain, sehingga mereka
paham dan mau melakukannya “
Jacob & Jaques,1990,h.281:
“ Proses memberikan tujuan(arahan yang berarti) ke
usaha kolektif, yang menyebabkan adanya usaha
yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan “
Rauch & Behling, 1984,h.46:
“ Proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang
terorganisir untuk mencapai sasaran “
H.Koonz and Cyril O Donnel ,(1982):
“ Suatu seni/proses mempengaruhi sekelompok
orang, sehingga mau bekerjasama dengan
sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompok “
Stephen P. Robin, (1996):
“ Kemampuan mempengaruhi suatu
kelompok, kearah pencapaian tujuan “
Cribbin, (1982):
“ Kemampuan memperoleh konsensus
dan keikatan pada sasaran bersama
melampaui syarat-syarat organisasi,
yang dicapai dengan pengalaman,
sumbangan dan kepuasan kelompok kerja “
KESIMPULAN DARI
DEFINISI-DEFINISI
• Merupakan tindakan seorang
pemimpin , dalam memimpin
anggota/kelompok dibawahnya untuk
mencapai tujuan bersama yang
ditentukan
• Sebagai seni mempengaruhi orang
lain/kelompok, untuk bekerja
bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama kearah tujuan organisasi
PENTINGNYA KEPEMIMPINAN
• Kehidupan Organisasional (kenegaraan,
politik, keagamaan,
bisnis/kewirausahaan)
• Organisasi Sosial
• Semua jenis organisasi terlepas dari:
tujuan, bentuk, sifat&besar/kecilnya
• Penggabungan teoritikal & empiris
• Menyentuh berbagai segi kehidupan
manusia
PEMIMPIN FORMAL
VS
PEMIMPIN INFORMAL
Pemimpin Formal
Pemimpin Tidak Formal
-
- Tidak legitimasi
- Ditunjuk masyarakat
- Tidak ada dukungan
formal(tak ada atasan)
- Tidak ada (sukarela)
- Tak ada prmosi
- Respek masyarakat
Pengaruh positif/negatif
Legalitas formal
Diangkat dgn persyratan
Organisasi formal (ada atasan)
Ada balas jasa
Promosi
Ada sanksi hukum
Kekuasaan & wewenang
KEPEMIMPINAN
VS
MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN
- Keg.mempengaruhi orang2
dlm mencapai tujuan
- Agak luas dari manajemen
- Dibatasi tatakrama, birokrasi
MANAJEMEN
- Suatu proses pencapaian
tujuan organisasi dgn fungsi
fungsi
- Pemikiran khusus
kepemimpinan=> untuk
mencapai tujuan
- Fungsi2 manajemen setiap
pembahasan
KEKUASAAN (POWER)
• KEPEMIMPINAN terkait KEKUASAAN
(hubungan erat sekali)
• KEKUASAAN PEMIMPIN  sebagai alat
untuk mempengaruhi perilaku pengikut
• KEKUASAAN DIGUNAKAN SILIH
BERGANTI: untuk mempengaruhi (influence)
dan otoritas (kekuasaan yang
disahkan/legimatized)
• POWER: kemampuan untuk menggerakkan
sumber, mendapatkan, dan menggunakan
sumber apa saja , yang diperlukan orang
untuk mencapai tujuan
• KEPEMIMPINAN: setiap usaha untuk
mempengaruhi
• KEKUASAAN: sebagi suatu potensi
pengaruh dari seorang pemimpin
BASIS KEKUASAAN
(menurut French & Raven)
1. Coersive Power (kekuasaan paksaan)
2. Expert Power (kekuasaan keahlian)
3. Legitimate Power (kekuasaan legitimasi)
4. Reward Power (kekuasaan penghargaan)
5. Referent Power (kekuasaan referensi)
6. Information Power (kekuasaan informasi)
7. ConnectionPower (kekuasaan hubungan)
No. 1,3,4,6,7 = position power
No. 2,5
= personal power
POLITIK
• PENGERTIAN: cara bertindak dalam menghadapi
atau menangani suatu masalah
• PERILAKU: gaya, cara, teknik, metoda, strategi =
SEGALA CARA DIPAKAI  TUJUAN KEKUASAAN
• PERILAKU POLITIK: untuk tujuan “kekuasaan”
• TUJUAN KEKUASAAN: untuk pengikut/kelompok,
pribadi/keuntungan
• MAKA: cara bertindak yang diambil dalam
menghadapi masalah = TUJUAN KEKUASAAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU POLITIK:
•
•
•
•
Tujuan Kekuasaan (pengikut, pribadi)
Cara Bertindak(tindakan yg diambil => masalah)
Perilaku yang Terkait (gaya, cara, teknik,metoda)
JUMLAH KEKUASAAN: tergantung jumlah
sasaran, cekatan memakai kekuasaan
LEGITIMACY(LEGITIMASI)
HAK KEKUASAAN
• KONSEP LEGITIMASI: konsep pengesahan
berdasarkan Undang-Undang
• SEHINGGA: konsep legitimasi merupakan suatu
konsep pengesahan seorang pemimpin sesuai
dengan Undang-Undang (sah berdasarkan UndangUndang)
• PENGESAHAN: dikaitkan dengan undang-undang
(PP,SK Mentreri, SK Dirjen dst.)
• INSTITUSIONAL LEGITIMASI: lembaga yang dibentuk
untuk mengesahkan berdasarkan undang-undang
• PERSONAL LEGITIMACY: pribadi yang memperoleh
pengesahan, sebagai hasil usaha mempengaruhi
sehingga: komitmen, kepatuhan,kekuasaan
KONFLIK
PENGERTIAN:
segala macam pertentangan(interaksi
antagonis)  segala macam bentuk
hubungan manusia yang mengandung sifat
berlawanan
SUMBER KONFLIK DALAM ORGANISASI:
• Manusia & Perilakunya
• Struktur Organisasi
• Komunikasi
PANDANGAN KONFLIK:
-Pandangan Tradisional (semua konflik bahaya & harus
dihindarkan)
- Pandangan Aliran Hubungan Manusia(lumrah, alami,
tdk dapat dihindari)
- Pandangan Interaksionis (harus terjadi, menimbulkan
semangat, kreativitas,
JENIS KONFLIK:
KONFLIK FUNGSIONAL:
- Dampak konflik positip dan negatip
- Tergantung memanajemeni konflik
- Bermanfaat & pengaruh positif terhadap kinerja
KONFLIK DISFUNGSIONAL:
-Sangat mengganggu, merusak, menghalangi
pencapaian tujuan
-Dipandang negatif
KONFLIK IBARAT PEDANG BERMATA DUA
Satu sisi: bermanfaat digunakan untuk pekerjaan
produktif
Sisi lain : merugikan, bencana, membunuh orang
KEPEMIMPINAN EFEKTIF
1. PENDEKATAN TEORI SIFAT
2. PENDEKATAN TEORI PERILAKU
3. PENDEKATAN TEORI KONTINGENSI:
• Model Keputusan “Vroom-Yetton”
• Model Fiedler (LPC-Model)
• Model Jalan Kecil Tujuan “House Path Goal Model”
• Model Paul Hersey dan Blanchard
4. KEPEMIMPINAN KHARISMATIK
5. KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
I. PENDEKATAN TEORI SIFAT
• Dikenal: Trait Theory, The Great Man
• Seseorang dilahirkan menjadi pemimpin
• SIFAT-SIFAT YANG DIKAITKAN DENGAN
KEPEMIMPINAN EFEKTIF: kecerdasan,
kepribadian, kemampuan
• KELEMAHAN: sulit mengukur masing2 sifat,
kondisi kepemimpinan tertentu diperlukan sifat2
tertentu, tdk selalu ada relevansi antara sifat2
yang dianggap unggul dgn efektivitas pemimpin
• Teori Sifat sangat diperlukan oleh Kepemimpinan yang
menerapkan prinsip “ Keteladanan/Panutan” karena:
• Prinsip keteladanan pemimpin sebagai panutan
• Tokoh panutan diikuti, dituruti, memberi contoh positip
• Contoh positip sifat2 dapat dirasa & dilihat pengikut
• Sifat2 dianut & diikuti  ada kelebihan dan sifat bawahan
• Sifat Unggul Pemimpin kecakapan, daya tangkap,
pengetahuan, daya ingat, keyakinan, ketekunan dsb
• Dengan Keunggulan  wibawa dipertahankan, bawahan taat
• Prinsip Keteladanan berhasil: prinsip teori sifat dilaksanakan
TEORI PERILAKU
Tingkah laku apa yang dilakukan pemimpin ? Lebih
dekat hubungan dengan proses kepemimpinan
TEORI PERILAKU MENURUT:
1. OHIO STATE UNIVERSITY
2. MICHIGAN UNIVERSITY
3. MANAGERIAL GRID (Blake & Mouton)
(1) OHIO STATE UNIVERSITY
Ada 2 dimensi utama Perilaku Pemimpin:
• Iniating Structure (Struktur inisiasi = tujuan
organisasi)
• Consideration (konsiderasi = kepentingan
bawahan)
GAMBAR OHIO STATE
UNIVERSITY
C
O
N
S
I
D
E
R
A
T
I
O
N
C
C
IS
IS
Initiating Structure
C
C
IS
IS
(2) MICHIGAN UNIVERSITY
Ada 2 dimensi /kecenderungan Perilaku
Pemimpin:
• Production Oriented (berorientasi produksi)
• Employed Centered (berorientasi karyawan)
• Kedua macam kecendrungan Perilaku
Kepemimpinan tidk lepas dari:
• Masalah Fungsi:berkait tugas/task related (fungsi
pemecahan masalah
• Pemeliharaan kelompok(group maintenance)
fungsi sosial/ social function
• Gaya Kepemimpinan:  hubungan pemimpin dgn
bawahan
GAMBAR MICHIGAN
MICHIGAN
GAMBAR
UNIVERSITY
UNIVERSITY
E
M
P
L
O
Y
E
D
C
E
N
T
E
R
E
D
EC
PO
EC
PO
Production Oriented
EC
EC
PO
PO
(3) MANAGERIAL GRID
Grafik Kepemimpinan Perilaku setiap pemimpin
dapat diukur melalui 2 dimensi yaitu:
• Concern of Production (tugas/hasil)
• Concern of People (bawahan/hubungan kerja)
KELEMAHAN TEORI PERILAKU:
• Ada 2 dimensi saja indikator tugas/hasil dan
bawahan
• Tiap waktu , dimungkinkan berbeda-beda perilaku
GAMBAR MICHIGAN
GAMBARUNIVERSITY
MANAGERIAL GRID
C
O
N
C
E
R
N
CP
PO
CP
Team
Country club
O
F
P
E
O
P
L
E
PO
Midle of the road
CP
PO
Imporeshed
CP
Task
Concern of Production
PO
PENDEKATAN KONTINGENSI
1. MODEL KEPUTUSAN “Vroom-Yetton”
2. MODEL FIEDLER
3. MODEL JALAN KECIL TUJUAN (House!s Path
Goal Model)
4. MODEL PAUL HERSEY DAN BLANCHARD
•
•
•
•
•
Dikenal juga: “Teori Kepemimpinan Situasional”
Konteks Kepemimpinan Efektif:
Keputusan mempengaruhi orang lainTujuan
Memahami situasi kondisi
Untuk berhasil guna (dapat membawa hasil)
FAKTOR SITUASI:
benar2 dikelola, untuk berhasil guna sesuai
tujuan kepemimpinan yaitu “efektif dalam tujuan”
DIAGNOSA THD SITUASI:
Pemimpin mengubah-ubah perilaku sesuai situasi
Pemimpin memperlakukan bawahan sesuai dengan
kebutuhan & motif2 yang berbeda
(1) MODEL KEPUTUSAN
(VROOM-YETTON)
• Hubungan Perilaku Pemimpin-Partisipasi  dengan “
Pengambilan Keputusan Normatif”
• Perilaku pemimpin , menyesuaikan diri 
mencerminkan struktur tugas
• MAKA: banyak ragam mengambil keputusan dalam
situasi yang berlainan
• Ada 5 Perilaku/Gaya Pemimpin dapat dipakai dalam
satu situasi:
1. AI (otokratik I): dlm memecahkan masalah
mengambil keputusan sendiri dgn informasi saat
ini
2. AII (otokratikII): informasi bawahan-putuskan
sendiri-pemecahan masalah (peran bawahan
pemberi informasi)
3.CI (konsultatif I): berbagi masalah dgn bawahan
yg relevan(individual)-ngambil keputusan-tdk
cerminkan pengaruh bawahan
4. CII (konsultatif II): berbagi masalah dgn bawahan
(satu klmpk/kolektif)-ngambil keputusan tdk
mencerminkan pengaruh bawahan
5. GII (kelompok II): berbagi masalah dgn
bawahan(kelompok)-sama2 lahirkan-evaluasi
alternatif-capai kesepakatan-pemecahan
EFEKTIVITAS KEPUTUSAN TERGANTUNG:
• Kualitas keputusan (pengaruhi kinerja)
• Penerimaan keputusan(dilaksanakan, motivasi
kerja)
• Situasional (merubah langkah mengambil
keputusan krn tiap waktu spesifik, berlainan)
(3) MODEL JALAN KECIL-TUJUAN
(Housels Path-Goal Model)
• Bagaimana Perilaku Pemimpin mempengaruhi
pengharapan² mempengaruhi prestasi kerja
pengikut
• PERILAKU PEMIMPIN: meningkatkan prestasi
bawahan kalau memenuhi kebutuhan bawahan
dan memberi pelatihan, bimbingan, dukungan
 yg dibutuhkan bawahan
• PERILAKU PEMIMPIN DITERIMA BAWAHAN:
krn sumber kepuasan segera dan sarana
kepuasan Y.A.D.
• Perilaku/Gaya Kepemimpinan ada 4:
Perilaku Kepemimpinan ada 4:
1. DIREKTIF : autokratis
2. SUPORTIF: pendukung (ramah, perhatian
pd bawahan dsb)
3. PARTISIPATIF: partisipatif (harap saran
pendapat anggota, konsultasi pd bawahan)
4. ORIENTASI PRESTASI: orientasi pada
keberhasilan (percaya pd bawahan capa
tujuan & prestasi yg baik)
FAKTOR SITUASIONAL: karakter pengikut &
karakter lingkungan
(4) MODEL KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Hersey dan Blanchard)
• Memusatkan perhatian: pada kesiapan
pengikut/bawahan
• Memilih gaya kepemimpinan yang tepat pada tingkat
kesiapan /kedewasaan/maturity para pengikut
• KEEFEKTIFAN: tergantung tindakan dari pengikut
• KESIAPAN/READINESS = kemampuan & kesediaan
pengikut menyelesaikan tugas2
• Kepemimpinan situasional dua dimensi: perilaku
tugas dan hubungan
Masing2 dimensi (tinggi/rendah) + digabung 
menjadi 4 Perilaku/Gaya Pemimpin:
1. Telling (S1) = mengatakan (orientasi tugas tinggi dan
hubungan rendah)
2. Selling (S2) = menjual (tugas tinggi, hubungan tinggi)
3. Participating (S3) = berperan serta (tugas rendah hub.
Tinggi)
4. Delegating (S4) = mendelegasikan (tugas rendah, hub
rendah)
•
•
•
•
R1 =
R2 =
R3 =
R4 =
4 TAHAP KESIAPAN PENGIKUT:
tidak mampu dan tidak bersedia
tidak mampu dan bersedia
mampu dan tidak bersedia
mampu dan bersedia
KEDEWASAAN /MATURITY BAWAHAN SBB:
•
•
•
•
Rasa Tanggungjawab:
Kemauan (motivasi)
Kemampuan (kompetensi)
Kombinasi antara kemampuan &
kemauan/kesediaan (R1 s.d R4)
• Pendidikan dan pengalaman
• Tingkat kedewasaan berbeda-beda tergantug
tugas, fungsi
IV. KEPEMIMPINAN
KHARISMATIK
PENGERTIAN:
• Kharisma (bhs Yunani) = karunia diinspirasi ilahi
(mukjizat, prediksi peristiwa y.a.d.)
• Pengikut membuat atribusi/penghubungan dari
kemampuan pemimpin heroik/luarbiasa dari perilaku2
tertentu
PENDAPAT “MAX WEBER”:
kemampuan yang luar biasa terjadi karena “krisis
sosial” (kemampuan pribadi luar biasa, visi radikal,
menarik perhatian pengikut& percaya/visi pemimpin
luar biasa), perlu mendirikan organiasi baru (gerakan
politik, ordo keagamaan , perusahaan baru)
KONTROVERSI:
• Kharisma sebagai hasil
• Dari Atribut seorang pemimpin
• Kondisi situasional (proses interkasi pemimpinpengikut)
PEMAHAMAN KEPEMIMPINAN KHARISMATIK:
• Hasil persepsi pengikut
• Atribut2 yang dipengaruhi oleh: kemampuan
aktual , perilaku pemimpin
• Dalam: situasi kepemimpinan, kebutuhan
individual , kolektif para pengikut
CIRI-CIRI NYA:
• Kebutuhan tinggi akan kekuasaan
• Rasa Percaya Diri (PD)
• Pendirian dlm keyakinan + cita2 (thd visi, sbg
agen perubahan , kepekaan lingkungan,
perilaku diluar aturan
PERILAKU KEPEMIMPINAN KHARISMATIK
• Kompeten
• Menekankan tujuan idiologis
• Menetapakan contoh perilaku mereka sendiri
• Komunikasikan harapan2 kinerja yang tinggi ttg
kinerja pengikut  saat bersamaan
• Mengekspresikan rasa percaya thd pengikut
• Berperilaku  dgn cara menimbulkan motivasi
yang relevan bagi misi kelompok
MUNCULNYA KEPEMIMPINAN KHARISMATIK:
• Organisasi yg punya misi dihubungkan dgn nilai2
dan identifikasi pengikut
• Pekerjaan tidak terstruktur
• Organisasi dalam kesulitan besar
PERBEDAAN ANTARA KEPEMIMPINAN
KHARISMATIK DGN NON KHARISMATIK
• Segi ciri (keb. Kekuasaan, P.D., pendirian kuat&
cita2)
•
•
•
•
Perilaku
Proses mempengaruhi
Munculnya kepemimpinan
Sisi gelap kepemp. Kharismatik (+, -)
V. KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL &
TRANSAKSIONAL
TAHUN 1980 AN: peneliti manajemen, tertarik cara
pemimpin, menghidupkan organisasi
KONSEP KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL:
• Membangun Komitmen thd sasaran organisasi,
memberi kepercayaan pada pengikut mencapai
sasaran
• Mempelajari Cara Pemimpin: mengubah budaya,
struktur organisasi agar lebih konsisten
• Dengan strategi manajemen  untuk mencapai
sasaran organisasional
Konsep Kepemimpinan Transformasional
“ Burn” (1978):
• Sebagai proses pemimpin & pengikut saling
menaikkan diri ke tingkat moralitas, motivasi yang
tinggi
• Mencoba menimbulkan kesadaran pengikut 
dan menyerukan cita2(tinggi) dan nilai2 moral spt
kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan
• Menggerakkan kebutuhan ketingkat lebih tinggi
(Maslow)
• Pengikut dinaikan diri: “ diri sehari-hari ke diri lebih
baik
• Kepemimpinan yg menstransformasi dapat
diperlihatkan siapa saja ?, Dalam organisasi apa saja ?
Pendapat Bass:
• Diukur efek hubungan antara pemimpin thd pengikut
• Pengikut merasa ada kepercayaan, kekaguman,
kesetian, hormat pada pemimpin, termotivasi
• Pemimpin mentransformasi, memotivasi pengikut
dgn: membuat sadar, mendorong, mengaktifkan
KONSEP AWAL “ Kepemimpinan Transaksional”:
• Pemimpin memandu, memotivasi pengikut
kepentingan diri sendiri
• Mengarah ketujuan yang ditetapkan
• Memperjelas peran & tuntutan tugas
• Sebagai hasil memperhatikan teori2: Ohio, Fiedler,
Jalur Tujuan, model partsipasi pemimpin
DEFINISI Kepemimpinan Transformasional:
Pemimpin yang memberikan (pertimbangan,
rangsangan intelektual) yang diindividualkan dan
memiliki kharisma
DEFINISI Kepemimpinan Transaksional:
Pemimpin yang memandu /memotivasi pengikut
mereka, dlm arah tujuan yg ditegakan, dgn
memperjelas peran & tuntutan tugas
Ciri-ciri Kepem. Transformasional:
•
Kharisma, rangsangan intelektual , pertimbangan
/perhatian yg diindividualkan, motivasi inspirasional
Ciri-ciri Kepem. Transaksional:
• Imbalan, manajemen dgn pengecualian (aktif, pasif),
laisser-faire
CATATAN:
• Pemimpin Transformasional lebih efektif
• Kepem. Transf. & Transak.  tdk boleh dipandang
pendekatan berlawanan
• Pemimpin Transf. lebih erat dgn tingkat keluar
karyawan rendah, produktivitas tinggi, kepuasan
karyawan besar
• Pemimpin Transf. lebih dp kharisma
• Pemimpin yang sama dpt memakai 2 jenis
kepemimpinan pd situasi dan wkatu yg
berbeda
• Pemp. Transformasional dibangun di atas puncak
Kepem. Transaksional
Atribut Kepem. Kharismatik dgn
Kepem. Transformasional
Kepem. Kharismatik
• Bagian penting
K..Transf.
• Individu kharismatik (tdk
ada transf pd
pengikut)mis:
selebriti,atlit
• Orang termotivasi untuk
transf
• Kebalikan transf
(pengikut lemah,
tgt,puja/menyembah
Kepem.Transformasional
• Kharisma tdk cukup
• Pengaruh pengikut
timbulkan “emosi” =>dpt
mentransformasi peran
pengikut (guru,dosen
dsb)
• Mencoba memberikan
kekuasaan & tinggikan
pengikut
• Diterima pd semua
organisasi
ATRIBUT PEMIMPIN
TRANSFORMASIONAL
•
•
•
•
Agen perubahan
Pengambil resiko (hati2)
Yakin pada orang dan sangat peka thd kebutuhan
Mampu mengartikulasikan sejumlah nilai inti 
yg membimbing perilaku mereka
• Flexibel & terbuka
• Mempunyai ketrampilan kognitif(pemikiran
disiplin –analisis hati2)
• Mempunyai visi, percaya pd intuisi
Faktor-faktor Mengembangkan
Kepem. Transformasional
• Memformulasikan sebuah visi
• Mengembangkan komitmen antara para
stakeholder internal &eksternal
• Melaksanakan strategimencapai visi tsb
• Menanamkan nilai2 baru serta asumsi2 dlm
budaya organisasi
SUPERVISI
PENDIDIKAN
Slameto,
Slameto,
PGSD FKIP UKSW
Salatiga
2014
20
14
1
LATAR BELAKANG




Pada era globalisasi dewasa ini tantangan yang paling berat bagi bangsa
Indonesia adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas,
unggul, dan berdaya saing di tingkat regional maupun global.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu telah banyak
dilakukan, namun kenyataan menunjukkan pendidikan yang bermutu itu
masih seperti fatamorgana. Hal ini dapat dilihat dari hasil UAN tahun yang
masih memprihatinkan.
Salah satu faktor yang penting dan strategis dalam meningkatkan mutu
pendidikan adalah guru, karena guru inilah merupakan pelaksana terdepan
dalam proses pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik.
Oleh karena itu berhasil dan tidaknya mutu pendidikan tergangtung pada
profesionalisme guru.
Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui
supervisi pendidikan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah/ Pengawas Sekolah
.
2
PENGERTIAN SUPERVISI
Supervisi pengajaran dianggap sebagai sistem tingkah
laku formal yang dipersiapkan oleh lembaga untuk
menyiapkan interaksi dengan sistem perilaku pengajar
dengan cara memelihara, mengubah dan memperbaiki
rencana serta aktualisasi kesempatan belajar siswa.
Dalam uraian tentang supervisi di atas berfokus pada:
a. perilaku supervisor
b. dalam membantu guru
c. tujuan akhirnya untuk mengangkat harapan belajar
siswa
3
PENGERTIAN SUPERVISI
2.
3.
Supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guruguru baik secara individual maupun secara berkelompok
dalam usaha memperbaiki pengajaran.
kata kunci supervisi adalah pemberian layanan dan
bantuan.
Supervisi yang dimaksud adalah pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf Sekolah Dasar agar mereka
dapat meningkatkan kemampuannya untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik.
4
TUJUAN
Tujuan supervisi adalah mengembangkan
situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui
pembinaan dan peningkatan profesionalisme.
5
PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI
6
1.
Ilmian (scientific) Dalam melaksanakan supervisi hendaknya dilaksanakan
secara ilmiah. Hal ini pelaksanaannya harus:
a. Sistematis, teratur, terprogram, dan kontinyu.
b. Obyektif, berdasarkan pada data informasi.
c. Menggunakan instrumen (alat) yang dapat memberikan data/informasi
yang akurat, dapat dianalisis, dan dapat mengukur ataupun menilai
terhadap pelaksanaan proses
belajar mengajar.
2.
Demokratis Dalam melaksanakan supervisi hendaknya dapat menjunjung
tinggi azas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta
menghargai dan sanggup menerima pendapat orang lain.
Lanjutan:
7
3.
Kooperatif Dalam melaksanakan supervisi hendaknya
dapat mengembangkan usaha bersama untuk
menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
4.
Konstruktif dan Kreatif Dalam melaksanakan supervisi
hendaknya dapat membina inisiatif guru serta
mendorong untuk aktif dalam menciptakan situasi
belajar mengajar yang lebih baik.
SASARAN
Supervisi ditujukan kepada siituasi belajar mengajar yang memungkinkan
tercapainya tujuan pendidikan secara optimal. Untuk itu sasaran supervisi
adalah:
a. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
1) Penyusunan program pengajaran
2) Pelaksanaan proses belajar mengajar
3) Pelaksanaan program penilaian
4) Menganalisis hasil penilaian
5) Pelaksanaan program tindak lanjut
b. Hal
Hal--hal yang menunjang terhadap pelaksanaan kegiatan
belajar
mengajar seperti pengelolaan kelas, pengelolaan
sekolah,
pengelolaan administrasi, pelaksanaan BK, kebersihan, ketertiban,
pelaksanaan ekstrakurikuler seperti UKS, Pramuka, dsb.
8
Diagram Paradigma Kategori Guru (Glickman, 1981)
9
4 tipe guru
1. Guru drop out, kuadran I. Guru yang mempunyai tingkatan komitmen
rendah dan tingkatan abstraksi rendah. Dalam membina guru pada
kategori ini dapat menggunakan orientasi direktif.
2. Guru kerjanya tak terarah (unfocused worker), kuadran II. Guru yang
Tingkat komitmennya tinggi,namun tingkatan abstraksinya rendah.
Kepala Sekolah dapat menggunakan orientasi kolaboratif dengan titik
tekan pada presentasi.
3. Guru pengamat analisis (analytic obsever), kuadran III. Guru yang tinggi
tingkat abstraksinya tinggi tetapi rendah tingkat komitmenya dapat
menggunakan orientasi kolaboratif dengan titik tekan pada negosiasi.
4. Guru profesional sebagainama pada kuadran IV yang mempunyai
tingkat komitmen dan abstraksi tinggi, kepala sekolah dapat menggukan
orientasi non direktif.
10
Orientasi Direktif
• Orientasi direktif didasarkan pada psikologi behavioristik
tentang belajar.
• Jika tanggung jawab guru dalam mengembangkan dirinya
sangat rendah, maka dibutuhkan keterlibatan yang tinggi
dari KS. Dengan demikian guru akan dapat dikondisikan
sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengebangkan
dirinya dengan baik.
• KS yang berorientasi direktif menampilkan perilakuperilaku yaitu: klarifikasi, persentasi, demonstrasi,
penegas­an, standarisasi dan penguatan.
• Hasil akhir dari pembinaan dengan orientasi ini berupa
tugas guru.
• Pengkondisian guru melalui lingkungan yang dibangun
oleh KS diharapkan memunculkan perilaku guru
sebagaimana yang diharapkan.
11
Orientasi nondirektif
• Dibangun dari pikologi humanistik tentang belajar dan mengajar, bahwa
belajar harulah dilakukan denganpenemuan sendiri oleh siswa. Dengan
demikian tingkat tanggung jawab guru rendah, sementara tanggung jawab
siwa tinggi.
• Dalam orientasi nondirektif, tanggung jawab guru dalam mengembangkan
dan membina dirinya sendiri adalah tinggi, sedangkan tanggung jawab
Kepala Sekolah dalam membina guru adalah rendah.
• Dengan demikian kedaulatan lebih banyak ditangan guru dan Kepala
Sekolah sekedar sebagai fasilitator saja.
• Perilaku pokok Kepala Sekolah dalam orientasi nondirektif ini adalah:
mendengarkan, mengklarifikasi, mendorong, mempersentasikan, dan
bernegosiasi.
• Sedangkan target akhir yang diinginkan adalah rencana oleh guru itu
sendiri.
12
Orientasi kolaboratif
• Mendasarkan asumsi-asumsi yang digunakan psikologi kognitif. belajar
merupakan konvergensi antara kontrol instrumen lingkungan dan usaha
penemuan diri sendiri. Karena itu tanggung jawab antara guru dengan
siswa seimbang dan pada tingkat sedang.
• Pandangan kolaoratif dalam supervisi guru juga ada kedaulatan yang
seimbang antara Kepala Sekolah dan guru. Tanggung jawab mereka
masing-masing yaitu sebagai guru dan sebagai Kepala Sekolah samasama sedang.
• Dalam orientasi kolaboratif perilaku pokok Kepala Sekolah adalah:
mendengarkan, mempersentasikan, memecahkan masalah dan negosiasi.
• Target akhir yang ingin dicapai adalah terdapatnya kontrak antara Kepala
Sekolah dengan guru.
13
Orientasi direct
1. pengawasan dilakukan oleh atau atas dasar kewenangan seseorang yang
memiliki posisi dalam hierarki organisasi;
2. pengawasan dilakukan oleh orang yang berpangkat lebih tinggi dan lebih
ahli, orang yang pangkatnya lebih rendah mestinya dievaluasi oleh orang
yang pangkatnya lebih tinggi;
3. bekerja itu sifatnya rasional, sehingga dalam supervisi tidak perlu
membicarakan perasaan dan hubungan pribadi;
4. untuk menolong guru tidak perlu mendengarkan/ memperhatikan;
5. penghargaan yang penting adalah eksternal, terutama dari atasan;
6. pada prinsip­nya mengajar merupakan ketrampilan yang dapat dikatakan
sa;lah atau benar; dan
7. belajar yang terbaik adalah mendengarkan apa yang seharusnya
dikerjakan.
14
Orientasi Indirect
1. pengawasan terhadap situasi tergantung pada tuntunan masalah;
2. keahlian pada dasarnya didasarkan pada ilmu dan pegalaman, bukan
pada jabatan;
3. hasil karya guru merupakan alat evaluasi terbaik bagi pengukuran
performasi;
4. penghargaan intrinsik adalah penting, disamping penghargaan eksrtrinsik;
5. belajar yang terbaik adalah dengan dihadapkan pada situasi dan dibantu
menemikan cara pemecahanya sendir;
6. guru harus didengar dan di pahami oleh supervisor;
7. bekerja tidak hanya rasional tetapi juga emosional;
8. perlu menyelesaikan masalah secara kolaboratif; dan
9. mengajar itu suatu proses yang kompleks, berbeda dengan orang yang
satu dengan yang lainnya sehingga sifatnya eksperimantal.
15
Pendekatan Humanistik
• Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru
tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata untuk
meningkatkan kualitas belajar mengajar.
• Guru bukan mesin, bukan benda mati yang bisa diatur dan
diprogram sesuai dengan kehendak supervisor.
• Guru merupakan mahluk hidup yang terus menerus
berkembang dan selalu berinteraksi dengan lingkungan.
• Oleh karena itu, supervisi harus dirancang sedemikian rupa
mengikuti pola perkembangan manusia tersebut.
16
Pendekatan Humanistik
• Kepala Sekolah terutama bertugas membimbing guru agar semakin hari
semakin mampu berdiri sendiri, bertindak mandiri dengan penuh tanggung
jawab.
• Guru harus didorong untuk terus menerus belajar atas kesadaran sendiri,
mencari pengalaman sendiri yang akan meningkatkan kemampuan
profesionalnya.
• Kepala Sekolah lebih berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan
potensi yang dimiliki guru, guru dipandang mampu memecahkan berbagai
persoalan yang berkaitan dengan tugas-tugasnya sebagai guru.
• Mungkin KS hanya melakukan observasi tanpa melakukan analisis dan
interpretasi, mungkin dia hanya mendengar tanpa melakukan analisis dan
interpretasi, mungkin dia hanya mendengar tanpa membuat observasi
atau mengatur penataran dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan
belajar yang diminta guru.
17
Tahap Pendekatan Humanistik
1. Pembicaraan awal. KS memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan.
Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta
dibantu, maka proses supervisi akan berhenti.
2. Observasi . jika guru perlu bantuan, KS mengadakan observasi kelas; masuk kelas dan
duduk di belakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan kelas.
3. Analisis dan interpretasi. Sesudah melakukan observasi, KS kembali ke kantor
memikirkan kemungkinan kekeliruan/kekurangan guru dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar, jika guru telah menemukan jawaban maka KS tidak akan memberi
nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasihat oleh guru, KS hanya melukiskan
keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat
dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya, KS
akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang kiranya tepat
dalam upaya mengatasi kesulitannya.
4. Pembicaraan akhir. Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu guru dan KS
mengadakan pembicaraan akhir.Dalam pembicaraan akhir ini, KS berusaha
membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan
menanyakan kalau-kalau guru perlu bantuan lagi.
5. Laporan. Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasar­kan
judgment KS. Laporan ini ditulis untuk guru, untuk bahan perbaikan selanjutnya.
18
Pendekatan Kompetensi
• Pendekatan ini berpendapat bahwa guru harus mempunyai
kompetensi tertentu untuk dapat melaksanakan tugasnya
sebagai guru.
• Supervisi diarahkan untuk mengembangkan kompetensi guru
yang dimiliki oleh seorang guru.
• Guru yang tidak memiliki kompetensi dipandang tidak akan
bekerja secara efektif.
• Kompetensi itu juga berkembang mengikuti perkembangan
lingkungan pendidikan yang ada.
• KS dalam pendekatan ini bertugas menentukan kompetensikompetensi (secara terstruktur) apa yang harus dimiliki oleh
guru.
19
Instrumen Pendekatan Kompetensi
1. Tujuan Supervisi,
2. Target yang Akan Dicapai,
3. Tugas KS dan Guru Untuk Memperbaiki
Unjuk Kerja Guru,
4. Kriteria Pencapaian Target,
5. Pengumpulan Data Monitoring, dan
6. Evaluasi dan Tindak Lanjut.
20
Teknik supervisi
Pendekatan Kompetensi
1. Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikehendaki. Tupoksi yang harus dilakukan
oleh guru dirinci dan dispesifikasikan dg jelas. Misalnya: membuat persiapan
mengajar, mengelola kelas, bertanya, menjelaskan pelajaran, bagaimana guru harus
menyusun evaluasi dan sebagainya.
2. Menetapkan target unjuk kerja, setelah KS dan guru mengetahui dan menganalisis
kemampuannya kemudian bersama-sama menentukan target yang akan dicapai
dalam supervisi, dan secara garis besar bagaimana pengukuran prestasi itu harus
dilakukan;
3. Menentukan aktivitas unjuk kerja, setelah tujuan ditentukan kemudian
mendiskusikan bagaimana cara mencapai, kegiatannya apa, personilnya siapa,
jadwalnya kapan, sumber dananya berapa dan sebagainya.
4. Monitoring kegaitan untuk mengetahui unjuk kerja. KS mengumpulkan data dan
mengolah data sehingga bisa diketahui pencapaian target yang telah ditentukan. KS
dan guru harus sepakat data apa yang akan dikumpulkan, kapan dan bagaimana
data dikumpulkan.
5. Menilai hasil monitoring, hasil monitoring dinilai bersama-sama oleh KS dan guru
untuk mengetahui sejauh mana target telah dicapai.
6. Pembicaraan akhir, KS dan guru membicarakan tentang kegiatan yang telah
dilakukan dan bagaimana langkah selanjutnya agar unjuk kerja guru semakin
meningkat.
21
TEHNIK SUPERVISI
1.
Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas dapat dilaksanakan secara berencana untuk
memperoleh gambaran tentang proses belajar mengajardan pengelolaan
kelas yang dilaksanakan guru .
Kunjungan kelas ini dapat dilaksanakan dengan cara:
a. Memberitahukan terlebih dulu
b. Tanpa memberitahukan terlebih dulu
c. Atas undangan guru
Pada kunjungan kelas ini supervisor dapat melihat:
a. Pelaksanaan KBM
b. Pengelolaan kelas
c. Melihat hasil belajar siswa
d. Hal-hal yang menunjang pelaksanaan KBM.
22
TEHNIK SUPERVISI
2.
3.
Observasi Kelas (Classroom Observation)
Observasi Kelas dapat dilaksanakan untuk mengetahui usaha serta kegiatan siswa
dan guru dalam proses KBM yang mencakup:
a. penguasaan bahan/materi
b. penguasaan metode
c. pengorganisasian kelas
d. penggunaan media/alat peraga
e. Faktor penunjang yang lain.
Percakapan pribadi
Percakapan pribadi dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu untuk masalahmasalah khusus. Percakapan pribadi ini bertujuan untuk:
a. Mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan guru.
b. Mendorong guru mengatasi segi-segi kelemahannya dalam mengajar dan mengelola
kelasnya.
c. Mengurangi keragu-raguan guru dalam menghadapi masalah pada waktu mengajar.
23
TEHNIK SUPERVISI
4.
5.
Kunjungan antar kelas atau antar sekolah
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menukar
pengalaman serta hal-hal lain yang menyangkut usaha
untuk menunjang pelaksanaan interaksi belajar mengajar
untuk menambah pengalaman mengajar atau mengikuti
rekan guru lain yang sedang memberi contoh mengajar
yang baik.
Rapat Rutin
Kegiatan ini dilaksanakan antar pembina dengan para guru
di sekolah. Hal ini dilaksanakan dalam rangka
menyampaikan pembicaraan yang bersifat umum.
24
TEHNIK SUPERVISI
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Pertemuan Gugus/KKG
Pertemuan-pertemuan gugus dilaksanakan pada kelompok kerja seperti
KKG, KKKS, KKPS, dan Pertemuan di PKG.
Pertemuan-pertemuan tersebut dapat dilaksanakan oleh masing-masing
kelompok atau gabungan dari beberapa kelompok kerja yang bertujuan
untuk menginventarisasi dan merumuskan masalah-masalah yang ditemui
serta mencari alternatif pemecahannya.
Kunjungan antar KKG, KKKS, KKPS
Sistem Magang
Penataran
Karya Wisata
Melalui pengumuman, brosur, edaran, media masa seperti: surat kabar,
majalah, buletin, RRI, TV, dsb.
25
SKEMATIK TEHNIK SUPERVISI
No
Teknik Supervisi
1
Observasi Kelas
2
Pertemuan/percakapan
Pribadi
3
Rapat rutin
4
Kunjungan Kelas
5
Kunjungan antar Kelas
Pelaksanaan
Tujuan
Mengobservasi Pelaksanaan
PBM di kelas
Berdialog langsung dengan
guru
- Mengetahui cara guru
melaksanakan KBM
- Memberi bantuan/layanan khusus
untuk masalah masalah yang
bersifat khusus
Pertemuan antara kepala
sekolah dengan guru-guru
Tanpa pemberitahuan
terlebih dulu
Dengan pemberitahuan
terlebih dahulu
Diundang oleh guru
- Memberi bantuan secara umum
Guru saling mengunjungi
antar kelas dlm satu sek
maupun antar sekolah
- Untuk mengetahui keadaan
sebenarnya.
- Agar guru mengetahui maksud dan
tujuan kunjungan terlebih dahulu.
- Guru meninjukkan hasil kerjanya.
- Saling mrlihat dan memberi saran
- Saling mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing.
26
NO
6
TEKNIK SUPERVISI
Pertemuan
KKG/KKKS/KKPS
PELAKSANAAN
-Simulasi praktek mengajar
-Diskusi pemecahan masalah
7
Sistem magang
8
Kunjungan antar
KKG/KKKS/KKPS
9
Penataran tingkat lokal
10
11
-Guru/KS belajar dari guru/
KS SD lain selama
beberapa hari.
-Pengurus/anggota saling
mengunjungi dengan
kelompok kerja yang lain.
-Pemandu mapel
TUJUAN
-Menyepakati cara mengajar yang
baik.
-Memecahlan masalah- masalah
yang ada di kelas/sekolah dalam
pelaksanaan KBM
- Belajar melaksanakan dan
mengelola KBM beserta
penunjangnya
-Saling tukar menukar
pengalaman.
-Tukar menukar tutor.
Karya wisata
Penataran mini 1-3 hari tingkat
KKG.
Mengunjungi sumber-sumber
Belajar seperti museum
-Memenuhi kebutuhan guru
secara perorangan.
-Untuk menambah wawasan
tentang sumber belajar.
Melalui pengumuman,
brosur, majalah, koran, TV,
Radio dll.
Membaca, melihat, dan
mendengarkan tayangan.
-Untuk mengetahui
perkembangan atau kebijakan
pendidikan.
27
LANGKAH PELAKSANAAN DAN INSTRUMENNYA
A.
Perencanaan
Kepala Sekolah sebelum mengadakan supervisi perlu membuat perencanaan
yang baik. Perencanaan tersebut memuat tujuan, materi dan tehnik yang
digunakan, sasaran, dan pelaksanaannya.
Perencanaan ini berfungsi sebagai pedoman kerja bagi kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi di kelas.
Sebagai penjabaran program supervisi tahunan tersebut disusun program
supervisi yang lebih operasional .
B.
Persiapan
Sebelum mengadakan supervisi perlu persiapan. Hal-hal yang harus
dipersiapkan yaitu:
a. Format / Instrumen supervisi
b. Materi Pembinaan/Supervisi
c. Buku catatan
d. Data supervisi sebelumnya, dll.
28
LANGKAH PELAKSANAAN DAN INSTRUMENNYA
C. Pelaksanaan
Sebagaimana sasaran supervisi di atas, pelaksanaan supervisi diarahkan pada pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dan hal-hal yang menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam rangka
pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.
Pelaksanaan supervisi tersebut disesuaikan dengan tehnik-tehnik supervisi sebagaimana diterangkan di
atas. Langkah-langkah pelaksanaannya sbb:
1. Temu awal
Kepala sekolah mengadakan rapat untuk menyampaikan hal-hal yang akan
disupervisi kepada guru, baik supervisi oleh pengawasa maupun oleh kepala
sekolah.
2. Observasi administrasi
a. Observasi administrasi kesiswaan
b. Observasi administrasi perlengkapan barang
c. Observasi administrasi program pengajaran
d. Observasi administrasi keuangan
e. Observasi administrasi ketenagaan
f. Observasi administrasi Humas, dll.
29
LANGKAH PELAKSANAAN DAN INSTRUMENNYA
3.
Observasi PBM
a. Program (tahunan, semester, bulanan)
b. Persiapan mengajar dan pelaksanaannya.
c. Hasil belajar/prestasi siswa klasikal/individual
d. Program BK
e. Program tindak lanjut, perbaikan dan pengayaan.
4.
Observasi UAS
a. Kepanitiaan UAS
b. Pengaturan ruangan
c. Denah kelas
d. Daftar peserta
e. Kartu peserta
f. Daftar Pengawas
g. Daftar Korektor
h. Tata tertib pengawas/peserta
i. Jadwal
k. Kesekretariatan
30
LANGKAH PELAKSANAAN DAN INSTRUMENNYA
6. Wawancara
Setelah pelaksanaan supervisi perlu diselingi atau dilengkapi dengan
wawancara, guna melengkapi informasi tentang semua masalah yang
dihadapi untuk mencari alternatif pemecahan dan pembinaan lebih lanjut.
7. Temu akhir
a. Setiap kegiatan supervisi diakhiri dengan menyampaikan laporan
temuan dan mencari alternatif penanggulangan.
b. Hasil akhir supervisi perlu ditandatangani oleh supervisor, kepala
sekolah, dan guru yang disupervisi
c. Temuan-temuan umum disampaikan secara umum / rapat
sekolah.
d. Temuan tehnis khusus dibicarakan langsung dengan guru yang
disupervisi/pertemuan pribadi.
31
Tindak Lanjut Supervisi
Hasil dari supervisi perlu adanya tindak lanjut. Tindak lanjut ini merupakan
pembinaan dan perbaikan dari hasil temuan pada waktu pelaksanaan supervisi.
Temuan-temuan tersebut menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan:
1. Siswa
Temuan yang berhubungan dengan kesiswaan dalam KBM
misalnya:
a. Siswa yang kurang pandai disarankan agar diberikan:
1) Bimbingan baik individual/kelompok
2) Latihan-latihan/pekerjaan rumah
3) Perbaikan pengajaran (remedial)
b. Siswa yang pandai:
Bagi siswa yang pandai diberikan pengayaan baik
secara individu/kelompok.
32
Tindak Lanjut Supervisi
2. Guru
Temuan yang diperoleh tentang guru:
a. Guru yang profesional
Guru yang profesional dapat dimintakan sebagai pemandu
mapel dan nara sumber dalam kegiatan KKG.
b. Guru yang belum prosefional
Guru yang belum profesional perlu mendapat pembinaan
dan penanganan khusus agar menjadi guru yang profesional . Untuk itu perlu
dilibatkan dalam:
1) Pelatihan-pelatihan
2) Penataran-penataran
3) Membuat dan mempergunakan alat peraga
4) Studi banding
5) Rapat-rapat, pertemuan-pertemuan lainnya.
33
Tindaklanjut
Analisis hasil supervisi dapat
dimanfaatkan sebagai
pedoman pembinaan dan
penyempurnaan instrumen.
1. Pembinaan
a. Pembinaan langsung
b. Pembinaan Tidak langsung
Beberapa cara membina guru untuk meningkatkan
kemampuan proses pembelajaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Menggunakan buku panduan/petunjuk guru
Menggunakan buku teks secara efektif
Menggunakan praktek pembelajaran
Mengembangkan tehnik pembelajaran
Menggunakan metodologi yang luwes
Merespon kebutuhan dan kemampuan individual siswa
Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu pembelajaran
Mengelompokan siswa secara lebih efektif
Mengevaluasi siswa dengan lebih akurat
Bekewrjasama dengan guru lain agar lebih berasil
Mengikut sertakan masyarakat dalam mengelola kelas
Pemantapan Instrumen Supervisi
a. Persiapan
Mengajar Guru
b. Instrumen
Supervisi KBM
c. Komponen
dan
kelengkapan
instrumen
Cara melaksanakan Tindak lanjut
1. Mengkaji rangkuman hasil penilaian
2. Jika tujuan belum tercapai ,maka dapat dilakukan penilaian ulang
3. Pergunakan PDCA proses
4. Membuat Rencana Aksi supervisi
5. Mengimplementasikan rencana aksi tersebut.
Sistematika PDCA
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Judul
Rasional/alasan
Tujuan/kompetensi/kinerja yang akan ditingkatkan
Sasaran dan waktu pelaksanaan
Pendekatan dan Kegiatan
Metode/materi/alat
Evaluasi keberhasilan
Tindak lanjut
Legalitas
Tugas Guru
The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.
Tugas utama
seorang guru adalah
mengatur
lingkungan
Pembelajaran
Guru bertugas sebagai Instruktur
Guru bertugas sebagai fasilitator
The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.
Guru bertugas sebagai nara sumber
Melakukan semua tugas secara bersamaan
The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.
O.H.P
Teaching delivery
skills
Knowledge of
subject matter
Session
planning
skills
games
handouts
Teaching
resources
Teacher Toolkit
Evaluation
skills
Guru Biasa
menceritakan
Guru yang
Baik
menjelaskan
Guru
Superior
menunjukan
Guru yang
Hebat
menginspirasi
THE CAN DO ATTITUDE
• You CAN DO everything, but not all at once.
• You CAN DO everything, if it’s important enough
for you to do.
• You CAN DO everything, but you may not be the
best at everything.
• You CAN DO everything, but there will be
limitations.
• You CAN DO everything, but you’ll need help.
Kontak/sumber
[email protected]
Teori_Manajemen_Pendidikan_PPS_MMP_Gatotkaca_942008XX
48
Teknik dan Alat Manajemen:
Pemanfaatanya dalam menghadapi perubahan, Pengambilan
Keputusan dan untuk meningkatkan kinerja
Prof Slameto
MMP FKIP UKSW
2014
A. RELEVANSI TAM TERHADAP KOMPETENSI
PEMIMPIN
1. Memahaman visi, misi, tujuan dan
sasaran.
2. Merencanakan kinerja organisasi
3. Menumbuhkan motivasi pegawai
4. Menyusun alternatif pemecahan
5. masalah
6. Menentukan rencana aksi
2
B. MANFAAT ANALISIS
1. mengambilan keputusan.
2. menetapkan/ pengkajian ulang visi, misi
tujuan dan sasaran.
3. memilih tindakan yang akan dilakukan
4. mengalokasikan atau pemberdayaan
sumberdaya.
5. menyesuaikan konsep kebijakan yang
telah atau akan diterapkan.
6. menentukan strategi dan rencana aksi.
7. menyusun Kertas Kerja
3
Manajemen Perubahan
Pengertian
• Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk
mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya
perubahan dalam organisasi. Perubahan dapat terjadi
karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari
luar organisasi tersebut.
• Manajemen perubahan merupakan suatu hal yang penting
dalam suatu organisasi. Dengan adanya manajemen
perubahan, suatu organisasi dapat menjadi lebih dinamis
dalam menghadapi perkembangan jaman dan kemajuan
teknologi.
Manajemen Perubahan
Pengertian
1. Menurut Wibowo,
• Manajemen perubahan adalah suatu proses secara
sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan
sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi
perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari
proses tersebut.
2. Menurut Prof. Dr. J. Winardi
• Manajemen perubahan adalah upaya yang ditempuh
manajer untuk memanajemen perubahan secara efektif,
dimana diperlukan pemahaman tentang persoalan motivasi,
kepemimpinan, kelompok, konflik, dan komunikasi.
Tujuan Perubahan
1. Mempertahankan keberlangsungan hidup organisasi baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan
internal yang meliputi perubahan strategi korporasi, tenaga
kerja, teknologi dan peralatan yang digunakan dan sikapsikap karyawan, maupun lingkungan eksternal organisasi
seperti perubahan pasar konsumen, teknologi, peraturan
dan hukum pemerintah serta lingkup ekonomi global.
3. Memperbaiki efektivitas di dalam organisasi agar mampu
bersaing di pasar ekonomi modern yang meliputi perbaikan
efektivitas tim kerja dan perbaikan struktur dan sistem
organisasi dalam hal ini terkait implementasi strategi.
Tipe Perubahan
• Perubahan terdiri dari 3 tipe yang berbeda, dimana
setiap tipe memerlukan strategi manajemen
perubahan yang berbeda pula.
1. Perubahan Rutin, dimana telah direncanakan dan
dibangun melalui proses organisasi.
2. Perubahan Peningkatan, yang mencakup keuntungan
atau nilai yang telah dicapai organisasi.
3. Perubahan Inovatif, yang mencakup cara bagaimana
organisasi memberikan pelayanannya.
Konsep Manajemen Perubahan
1. Teori Force Field: teori ini mengemukakan bahwa perubahan terjadi
karena munculnya tekanan- tekanan terhadap organisasi, individu
ataupun kelompok, dimana kekuatan tekanan (driving forces) berhadapan
dengan keengganan (resistances) untuk berubah sehingga agar terjadi
perubahan maka harus memperkuat driving forces dan
memperlemah resistances.
2. Teori Motivasi: dalam teori ini perubahan akan terjadi kalau adasejumlah
syarat tertentu yang menguntungka. Namun dengan memiliki motivasi
untuk berubah maka yang perlu dilakukan adalah fokus ke depan dengan
cara membuang sikap pesimis, menciptakan kepatuhan, serta mengurangi
ketidakpuasan.
3. Teori Alfa, Beta, Gamma: dalam teori ini perubahan Alfa adalah
perubahan tingkat kepercayaan yang terjadi, perubahan Beta adalah
perubahan yang terjadi dalam menilai kepercayaan, sementara
perubahan Gamma adalah perubahan yang terjadi karena kelompok
melihat adanya faktor lain yang lebih penting.
Konsep Manajemen Perubahan
4. Teori Contingency: dalam teori ini yang diamati adalah tingkat
keberhasilan pengambilan keputusan yang ditentukan oleh gaya yang
dianut dalam mengelola perubahan serta sejumlah kemungkinan.
5. Teori Kerja Sama: teori kerja sama mempelajari bahwa perubahan tidak
bisa berjalan tanpa adanya kerja sama semua pihak.
6. Teori Mengatasi Resistensi Dalam Perubahan: teori ini membahas
mengenai teknik yang dipakai dalam mengatasi resistensi seperti
komunikasi, partisipasi, fasilitasi, negosiasi, manipulasi hingga teknik
paksa.
7. Model Accounting-turnaround: teori ini melihat bahwa untuk dapat
diselamatkan sebuah korporat harus memiliki sejumlah syarat seperti
dukungan stakeholders, ada core business yang mampu
mendatangkancashflow, tim manajemen yang solid, serta sumber- sumber
pembiayaan terutama untuk jangka panjang. Biasanya perusahaan yang
melakukan turnaround adalah perusahaan yang mengalami penurunan
akibat kerugian terus menerus atau salah manajemen.
Tahap-Tahap Manajemen Perubahan
Tahap 1, yang merupakan tahap identifikasi perubahan, diharapkan
seseorang dapat mengenal perubahan apa yang akan dilakukan
/terjadi. Dalam tahap ini seseorang atau kelompok dapat mengenal
kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe perubahan.
Tahap 2, adalah tahap perencanaan perubahan. Pada tahap ini harus
dianalisis mengenai diagnostik situasional tehnik, pemilihan strategi
umum, dan pemilihan. Dalam proses ini perlu dipertimbangkan adanya
factor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi dengan baik.
Tahap 3, merupakan tahap implementasi perubahan dimana terjadi proses
pencairan, perubahan dan pembekuan yang diharapkan. Apabila suatu
perubahan sedang terjadi kemungkinan timbul masalah. Untuk itu perlu
dilakukan monitoring perubahan.
Tahap 4, adalah tahap evaluasi dan umpan balik. Untuk melakukan evaluaasi
diperlukan data, oleh karena itu dalam tahap ini dilakukan pengumpulan
data dan evaluasi data tersebut. Hasil evaluasi ini dapat di umpan balik
kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada perubahan yang
diinginkan berikutnya.
Hambatan dan Tantangan Perubahan
• Tantangan yang dihadapi dalam perubahan, muncul
ketika individu maupun organisasi memiliki:
1. Rasa takut terhadap perubahan
2. Resiko terhadap penolakan, kegagalan, dan kerugian
3. Kesulitan mendapatkan apa yang diperlukan untuk
memutuskan dan mencoba perubahan
Mengatasi Penolakan Perubahan
1. Pendidikan dan Komunikasi
• Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan,
akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak.
Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah,
diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.
2. Partisipasi
• Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan
hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan
anggota organisasi yang mengambil keputusan.
3. Memberikan kemudahan dan dukungan
• Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan
terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu,
namun akan mengurangi tingkat penolakan.
Mengatasi Penolakan Perubahan
4. Negosiasi
• Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan
pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang
menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan
serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan
mereka.
5. Manipulasi dan Kooptasi
• Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya
memlintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan
hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan
dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan
penentang perubahan dalam mengambil keputusan.
6. Paksaan
• Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman
bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan
TEKNIK
ANALISIS MANAJEMEN (TAM)
14
ANALISIS
OPINI
KEPUTUSAN
15
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
James AF Stoner
Pengambilan keputusan
merupakan serangkaian proses
mengidentifikasi dan memilih
tindakan untuk menghadapi
masalah tertentu atau mengambil
keuntungan dari suatu
kesempatan.
16
R. Wayne Mondy
Pengambilan keputusan
merupakan proses inventarisir
dan menilai alternatif-alternatif
dan menentukan pilihan di antara
alternatif-alternatif tersebut.
17
ENAM CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
(Fremon E. Kast dan James R. Rosenweig)
1. Kekuatan supra natural
2. Kekuatan naluri
3. Pengetahuan awam
4. Kekuasaan (otoritas)
5. Metode ilmiah
6. Metode rasional.
18
MAKNA ANALISIS MANAJEMEN
1. Mencapai Keunggulan
Mengidentifikasi:
• Kekuatan
• Kelemahan
2. Memuaskan Stakeholders
3. Mencapai Tujuan
4. Mengembangkan
Kemampuan Organisasi
19
KONSEP DASAR ANALISIS MANAJEMEN
1. Menganalisis Keadaan Internal
 peta kekuatan/ sumberdaya organisasi
 kebutuhan sumber daya
 Menganalisis keterkaitan antar faktor.
2. Menganalisis Keadaan Eksternal
20
3. Menganalisis Perubahan
a. Perubahan keadaan lingkungan
b. Perubahan kebutuhan pelanggan.
c. Perubahan kekuatan organisasi
4. Mengambil Keputusan
21
PENGERTIAN TEKNIK ANALISIS MANAJEMEN
Teknik:
cara
metode
prosedur
Analisis:
1. Proses menguraikan/ menelaah
2. Kajian ilmiah untuk mencari kebenaran.
3. Pemahaman pokok kajian.
22
Teknik – Teknik Analisis
suatu cara penerapan berbagai teknik atau
metode ilmiah dalam melakukan suatu
kegiatan analisis.
23
Kegiatan analisis meliputi:
1. menentukan aspek yang akan dianalisis
2. menginventarisir, memilah-milah,
mengkait-kaitkan
3. menilai faktor-faktor internal/ eksternal.
4. menentukan faktor-faktor unggulan/
dominan
5. menyusun alternatif strategi
6. menentukan strategi untuk mencapai
keunggulan organisasi.
24
Analisis Manajemen, merupakan
kegiatan:
1. penelusuran keadaan/ kinerja organisasi,
2. penelusuran ketersediaan sumber daya
3. penelusuran kemampuan pengelolaan sumber
daya
4. penelusuran kemampuan pengendalian faktor
eksternal
5. penilaian sumber daya
6. penilaian faktor eksternal
7. penentukan faktor kunci sukses.
8. penyusunan alternatif strategi
9. penentuan strategi dalam mencapai tujuan.
25
ANALISIS/URAIAN DENGAN MENJAWAB PERTANYAAN 5 W DAN 1H
(Menguraikan kondisi/ kejadian riil di lapangan dan kondisi/ kejadian seharusnya secara
rinci dan kuantitatif), dengan menjawab pertanyaan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Apa masalahnya/ sasarannya
Apa dampak masalah tersebut
Apa keadaan-keadaan (faktor-faktor pendorong/ penghambat) yang mempengaruhi masalah
Dimana faktor tersebut terjadi
Berapa sering faktor tersebut muncul
Bagaimana rincian faktor tersebut
Bagaimana keterkaitan masing-masing faktor tersebut
Siapa yang bertanggung jawab/ terkait dengan faktor tersebut
Kapan faktor tersebut muncul
Mengapa faktor tersebut muncul
Mengapa faktor tersebut mendorong/ menghambat
Berapa kuat faktor tersebut mendorong/ menghambat
Bagaimana kondisi faktor tersebut dibandingkan dengan seharusnya (wajar, baik, cukup, dsb)
Apakah faktor tersebut sesuai dengan harapan stake holders
Usaha-usaha apa yang TELAH DILAKUKAN untuk memperkuat faktor pendorong dan memperlemah/
meniadakan faktor penghambat.
16. Dsb. Usahakan dilengkapi dengan ANGKA-ANGKA, TABEL, GRAFIK, DAN DIAGRAM.
Analisis yang Baik Merupakan Uraian Tentang Kondisi Seharuanya dan Kondisi Riil di Lapangan Secara Rinci
dan Kuantitatif.
26
Teknik-Teknik Analisis Manajemen
Merupakan suatu cara penerapan berbagai teknik atau
metode ilmiah dalam mengidentifikasi, dan menilai faktorfaktor eksternal dan internal, serta menentukan faktorfaktor unggulan dan strategi yang tepat untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
27
Yang lebih urgen bukan hanya pada
pemilihan metode analisis
Tetapi Juga
Pada “kemampuan” dalam mengidentifikasi
dan menilai keadaan, menentukan faktorfaktor dominan, menyusun alternatif strategi,
dan memilih strategi yang tepat.
28
KERANGKA KERJA ANALISIS
Menentukan bidang aspek yang akan di analisis
Identifikasi faktor-faktor yg berpengaruh
terhadap topik
Menilai faktor-faktor
Menentukan faktor-faktor kunci
Mencari keunggulan faktor-faktor kunci
Menyusun alternatif strategi
29
KERANGKA KERJA
MANAJEMEN TRADISIONAL
KERANGKA KERJA MGT STRATEGIS
VISI
VISI
MISI
ANALISIS INTERNAL & EKSTERNAL
MISI
TUJUAN
TUJUAN
FAKTOR STRATEGI
RENCANA KEGIATAN
STRATEGI
RENCANA KEGIATAN
HASIL
PELAKSANAAN
PEMANTAUAN & EVALUASI
30
31
MANFAAT ANALISIS SWOT
 Menganalisis visi
 Menganalisis suatu kebijakan
 Menganalisis kinerja organisasi
 Menganalisis kemampuan bersaing
32
1. Menganalisis faktor-faktor internal
(Strenghs & Weaknesess)
2. Menganalisis faktor-faktor eksternal
(Opportunities & Threaths)
3. Memadukan faktor-faktor internal dan
faktor-faktor eksternal dalam
penyusunan strategi.
33
Barang siapa yang mengetahui medan kekuatan dan
kelemahan lawan dan diri sendiri akan memenangkan
perjuangan
Barang siapa yang dapat memadukan atau menciptakan
interaksi efektif antara kekuatan (strenghts) dengan peluang
(opprotunities) dan meminimalkan kelemahan (weaknesses)
dengan ancaman (threats) akan memiliki keunggulan meraih
sukses.
34
ANALISIS SWOT
BERBAGAI
PELUANG = O
STRATEGI WO
3. Mendukung strategi
Turn arround
STRATEGI SO
1. Mendukung Strategi
agresif.
KELEMAHAN
INTERNAL = W
STRATEGI WT
4. Mendukung strategi
defensif
KEKUATAN
INTERNAL = S
BERBAGAI
ANCAMAN = T
STRATEGI ST
2. Mendukung Strategi
diversifikasi
35
MATRIK SWOT
KEKUATAN
INTERNAL.
STRENGTHS (S)
Tentukan 5-10 faktor
kekuatan internal
WEAKNESSES (W)
Tentukan 5 – 10 faktor
kelemahan internal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan
kekuatan untuk
mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
KEKUATAN
EKSTERNAL.
OPPORTUNITY (O)
Tentukan 5- 10 faktor
peluang eksternal
THEATHS (T)
Tentukan 5 – 10 faktor
ancaman eksternal
36
FAKTOR INTERNAL
A. Unsur dan Fungsi Manajemen:
1.
2.
3.
4.
5.
Men
Money
Methods
Materials
Machines
6.Perencanaan
7.Pengorganisasian
8.Pengendalian
37
B. PRIMO-F
(Penelitian Durham University Business
School)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
People
Resources
Innovation & Ideas
Markets
Operations
Finance
38
HASIL PENELITIAN
Org. Growth Eff = Perform to date x Protential for the future
Performance to date:
1.
2.
3.
Finance
Marketing
Operations
(FiMO)
Potential for the future:
1.
2.
3.
4.
5.
Resources
Experiences
Control and systems
Innovation
Lederships
(RECoIL)
39
1. People:
a. Pengalaman:
 Pengalaman memimpin
 Pengalaman mengelola pinjaman,
 Pengalaman pengembangan produk
 Pengalaman pasar
 Pengalaman pemilihan agen penjualan,
pengalaman pemilihan lokasi usahs
 Dsb.
b. Kemampuan memimpinan,
c. Kemampuan merencanakan
d. Kemampuan megorganisasikan
e. Kemampuan mengendalikan
40
Kemampuan manajerial:
 Keterlibatan dengan senior manajemen
 Lama menjabat sebagai manajer
 Kesejajaran antara tujuan individu dengan visi
organisasi
 Tingkat pendidikan dan pelatihan
 Kemampuan mengembangkan staf
 Gaya kepemimpinan,
 Kemampuan merespon perubahan
 Kemampuan merespon strategi lingkungan
 Keberhasilan dalam berkeluarga
41
2. Sumber-Sumber (Resources):





Tigkat likwiditas
Ketersediaan dana
Kecangihan teknologi yang dipergunakan
Aset-Aset
Akses kepada pihak luar
42
3. Inovasi dan Ide




Jumlah ide yang muncul
Kwalitas ide
Keberhasilan penerapan ide
kreativitas
43
FAKTOR EKSTERNAL
1. Kondisi politik
2. Kondisi ekonomi
3. Kondisi sosial budaya
4. Kondisi keamanan
5. Pesaing
6. Tuntutan masyarakat
7. Bencana alam
8. Iklim
9. Perkembangan teknologi
10.Kebijakan/ intervensi pemerintah
11.Intervensi negara
12.Kemajuan teknologi
13.Dsb.
44
PEST
1. P = Politik
2. E = Ekonomi
3. S = Sosial
4. T = Teknologi
5. Lingkungan
6. Legal
45
46
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL
KEKUATAN (S)
1. Budaya kwalitas
2. Pengalaman top
manajer
3. Integrasi vertikal
4. Hubungan baik SDM
5. Memiliki oreientasi
internasional.
KELEMAHAN (W)
1. Proses produksi (R & D)
2. Saluran distribusi
3. Dukungan kondisi
keuangan
4. Posisi global sangat
kurang
5. Fasilitas manufaktur
47
FAKTOR EKSTERNAL
PELUANG (O)
1. Integrasi ekonomi
Eropa.
2. Perubahan struktur
demografi
3. Pembangunan
ekonomi di Asia
4. Kecenderungan
superstores
ANCAMAN (T)
1. Meningkatnya
peraturan pemerintah
2. Meningkatnya
persaingan
3. Whirlpool dan
Elektroluk menjadi
global (pesaing)
4. Berkembangnya
perusahaan Jepang
(pesaing
48
MATRIK SWOT
STRENGTHS (S)
1.
Budaya kwalitas
2.
Manajer yg
berpengalaman
3.
Integrasi vertikal
4.
Orientasi Internasional
WEAKNESSES (W)
1.
Orientasi proses R & D
2.
Saluran sdistribusi.
3.
Posisi keuangan
4.
Posisi global
5.
Fasilitas manufaktur
OPPORTUNITY (O)
1.
Integrasi EEC
2.
Kondisi demografi
3.
Pembangunan Ekonomi
Asia
4.
Hubungan terbuka dengan
Eropa Timur
5.
Kecenderungan super store
STRATEGI SO
STRATEGI WO
1.
Menggunakan saluran
distribusi yang telah
establish
1.
Mningkatan kualitas dan
minimize cost distribusi/
manufaktur
2.
Joint Venture dengan
Eropa Timur dan Asia
2.
Mngembangkan saluran
superstore
THREATHS (T)
1.
Peraturan pemerintah
2.
Persaingan
3.
Teknologi baru
4.
Perusahaan Jepang
STRATEGI ST
1.
Meningkatkan market
share.
2.
Merger dengan
perusahaan Jepang
FAKTOR
INTERNAL
FAKTOR
EKSTERNAL
STRATEGI WT
1.
Kurangi utang dengan
menjual salah satu divisi.
2.
Cost reduction untuk
menurunkan BEP
49
50
FORCE FIELD ANALYSIS/
ANALISIS MEDAN KEKUATAN
(Kurt Levin)
Force field Analysis (Analisis Medan Kekuatan),
merupakan teknik mengidentifikasi dan menganalisis
secara visual tentang tekanan/ kekuatan (forces) yang
mempengaruhi rencana perubahan dalam organisasi.
51
KONSEP DASAR ANALISIS MEDAN KEKUATAN
• Dipergunakan untuk mengelola perubahan
• Keadaan sekarang dilihat sebagai equilibrium
sementara
• Dalam setiap melakukan perubahan terdapat faktor
pendorong dan faktor penghambat
• Strategi: dengan memperkuat pendorong dan
memperlemah penghabat.
52
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERUBAHAN DALAM ORGANISASI
1. Adanya tekanan (keinginan kuat) dari luar organisasi
untuk berubah.
2. Ketidak-puasan stakeholders terhadap kinerja/ keadaan
sekarang.
3. Adanya kekuatan dari dalam organisasi untuk berubah.
4. Adanya dorongan dari manajemen dan konsultan
5. Rasa ketakutan/ ancaman akan ketidak pastian
53
DIAGRAM MEDAN KEKUATAN
P
E
N
G
H
A
M
B
A
T
P
E
N
D
O
R
O
N
G
0
54
3. POHON MASALAH
Untuk Mencari akar masalah
Terdapat 3 tingkatan masalah:
a. Masalah Utama
b. Masalah Pokok
c. Masalah Spesifik
55
KONSEP DASAR POHON MASALAH
1. Masalah pokok merupakan penyebab
masalah utama
2. Masalah spesifik merupakan penyebab
masalah pokok
3. Dengan mengetahui penyebab/ akar
masalah maka akan dapat ditentukan
solusi.
56
Diagram Pohon Masalah
AKIBAT
SEBAB
AKIBAT
Masalah Utama
Masalah Pokok/
Penyebab
Masalah Spesifik/
Penyebab
57
4. FISHBONE ANALYSIS/ ANALISIS TULANG IKAN
KONSEP DASAR:
1.
2.
Penyebab
Penyebab
SEPERTI ANALISIS POHON MASALAH
MENGGUNAKAN MODEL TULANG IKAN
Penyebab
MASALAH
Penyebab
58
5. CAUSAL MAP ANALYSIS/ ANALISIS PETA SEBAB AKIBAT
Dipergunakan untuk mencari penyebab masalah
PENYEBAB
PENYEBAB
MASALAH
PENYEBAB
PENYEBAB
PENYEBAB
59
Alat bantu analisis
*
1. Check Sheet
Dipergunakan untuk:
a. mengidentifikasi kejadian-kejadian
b. mencatat frekuensi kejadian
c. pengujian perkiraan/ asumsi/ opini suatu kejadian
(misal hasil sumbang saran)
60
Contoh Matrik Check Sheet: Kecelakaan Lalu Lintas
Faktor – faktor
penyebab
1. Pengemudi kurang
disiplin
2. Kendaraan mogok
3. Ruas jalan untuk
jualan
4. Lapu lalu lintas
rusak
5. Ruas jalan rusak
6. Marka jalan rusak
Jan
Feb
Mar
Total
IIII
III
IIIII
12
III
IIIII
IIIII
IIIII
IIIII
IIIII
13
15
III
III
III
9
14
IIIIII IIIII
0
0
III
0
0
61
2. STRATIFIKASI
Merupakan metode untuk mengklasifikasi/
mengelompokkan masalah-masalah yang telah
teridentifiksi.
(lihat Check Sheet).
62
CONTOH STRATIFIKASI KECELAKAAN LALU LINTAS
Faktor Penyebab/ Penghambat
1.
2.
3.
Prasarana jalan
a. Ruas jalan untuk jualan
b. Ruas jalan rusak
c. Marka Jalan rusak
Sarana rusak
a. Kendaraan mogok
b. Lampu lalu lintas rusak
Total Frek
Rata2/Bln
%
% Kum
15
14
0
5
4,66
0
23,82
22,20
0
23,82
46,02
0
13
9
4, 33
3
20,62
14,31
66,64
80,95
12
4
19,05
100
Pengemudi kurang disiplin
Jumlah
63
63
3. SKALA NILAI
Adalah penilaian faktor dengan skala
Penilaian.
Dapat dibuat dengan skala 1 – 5; skala 1 –
10, dsb
Semakin besar skalanya semakin akurat/ teliti.
64
CONTOH SKALA NILAI.
KEMAMPUAN PEGAWAI
ANGKA
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
PREDIKAT
Istimewa
Baik sekali
Baik
Cukup
Sedang
Kurang
Kurang sekali
Rendah
Sangat rendah
Rendah sekali
65
4. USG
U=Urgent, S = Serious, G = Growth
USG, merupakan metode untuk menyusun urutan
prioritas masalah/penyebab berdasarkan:
tingkat urgensi (U),
tingkat keseriusan (S), dan
kemungkinan dampak/ perkembangan
masalah/penyebab (G).
66
MATRIK USG
No.
1.
2.
3.
Masalah
Masalah I
Masalah II
Masalah III
U
5
4
4
S
3
4
5
G
3
4
5
Total
11
12
14
Ket: Semakin Urgen, semakin tinggi nilainya
Semakin Serius, semakin tinggi nilainya
Semakin berkembang masalahnya, semakin tinggi nilainya.
Masalah prioritan/dominan adalah masalah yang total nilainya besar
67
5. PARETO
Diagram Pareto adalah salah satu alat statistik yang
dapat digunakan untuk memilih/ menentukan
prioritas faktor, seperti faktor kunci sukses, dan faktor
penyebab.
68
DALIL PARETO
Dengan mengendalikan yang sedikit (20%) dapat
dengan cepat menguasai yang lebih besar (80%
lainnya)
.
ATAU
Menyelesaikan sedikit masalah dominan, akan dapat
diperoleh manfaat yang besar.
69
Diagram Pareto
100%/ kumulatif
85,59
66,54
45,02
Data
15
12
23,82
22,0
20,62
19,05
23, 82
14.31
9
6
3
1a 1b 2a 2b
3
Faktor Penghambat
70
6. Metode Problem Priority/Problem Prioritas
Digunakan untuk menyusun prioritas
masalah dengan cara memberikan ranking
71
CONTOH MATRIK PROBLEM PRIORITAS
Masalah
Ranking
Manfaat
Ranking
Usaha
Extended
Valeu
Urutan
Prioritas
Masalah A
3
2
6
III
Masalah B
2
1
2
I
1
3
3
II
Masalah C
Ket:
 semakin besar bermanfaatnya semakin kecil rankingnya.
 semakin sedikit/kecil usaha/pengorbanannya semakin kecil rankingnya.
 masalah prioritas adalah masalah dengan extended value terkecil (ranking I).
72
7. METODE KOMPARASI
Dipergunakan untuk menentukan tingkat urgensi suatu
faktor/ penyebab terhadap masalah, dengan cara
membandingkan tingkat urgensi/ kepentingan antara
faktor satu degan faktor lainnya.
Matrik urgensi dapat dikelompokkan berdasarkan
faktor internal dan faktor eksternal.
73
CONTOH MATRIK URGENSI FAKTOR INTERNAL
PELAYANAN ANGKUTAN UMUM
FAKTOR YANG LEBIH URGEN
NO
FAKTOR INTERNAL
a
b
c
d
e
f
Total
a.
b.
c.
STRENGTHS/ KEKUATAN
Prasarana terminal memadai
Lampu lalu litas berfungsi
Sarana pengujian kendaraan
x
a
a
a
x
c
a
c
x
a
b
c
a
b
c
a
f
c
5
2
4
5/15 x 100% =
2/15 x 100% =
4/15 x 100% =
d.
e.
f
WEAKNESSES/ KELEMAHAN
Sarana operasi terbatas
Pemantauan LL kurang
Petugas tidak konsisten
a
a
a
b
b
f
c
c
c
x
d
f
d
x
f
f
f
x
1
0
3
1/15 x 100% = %
1/15 x 100 % = %
3/15 x 100% = %
15
BOBOT
%
%
%
100%
74
8. MATRIK COST BENEFIT RATIO
Dipergunakan untuk memilih alternatif solusi
CONTOH MATRIK COST BENEFIT RATIO
Alternatif
Solusi
Manfaat
Biaya
Ratio
Alternatif 1
9
6
1,5
Alternatif 2
8
4
2
Ket:
 Semakin tinggi manfaatnya, semakin tinggi nilainya.
 Semakin tinggi biayanya, semakin tinggi nilainya.
 Alternatif solusi terpilih adalah alternatif yang mempunyai rasio terbesar.
75
9. MATERIK TAPISAN
Dipergunakan untuk memilih alternatif solusi.
CONTOH MATRIK TAPISAN
Alternatif
Solusi
Tapisan
Biaya
kelayakan
Kontribusi
Alternatif A
4
5
3
12
Alternatif B
4
4
2
10
Alternatif C
3
3
5
11
Total
76
Teori Pengambilan Keputusan
Pola dasar berpikir dlm konteks organisasi:
1. Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi
pertanyaan “apa yg terjadi?”
2. Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebabakibat
3. Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola
berpikir mengambil pilihan
4. Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis):
didasarkan pada perhatian kita mengenai peristiwa masa
depan, mengenai peristiwa yg mungkin terjadi & yg dapat
terjadi
Inti pengambilan keputusan
berarti memilih alternatif, yg jelas harus alternatif yg
terbaik (the best alternative)
terletak dlm perumusan berbagai alternatif tindakan
sesuai dg yg sedang dlm perhatian & dlm pemilihan
alternatif yg tepat, setelah suatu evaluasi/penilaian
mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan yg
dikehendaki pengambil keputusan
Lingkungan situasi keputusan
1. lingkungan eksternal:
- sosial
- budaya
- ekonomi
- politik
- alam
- pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota”
2. lingkungan internal:
- mutu barang rendah
- kurangnya promosi
- pelayanan konsumen tdk memuaskan
- sales/agen tdk bergairah
Beberapa teknik yg digunakan dlm pengambilan keputusan:
Situasi keputusan
Pemecahan
Teknik
Ada kepastian
(Certainty)
Deterministik
- Linear Programming
- Model Transportasi
- Model Penugasan
- Model Inventori
- Model Antrian
- Model “network”
Ada risiko (Risk)
Probabilistik
- Model keputusan probabilistik
- Model Inventori probabilistik
- Model Antrian probabilistik
Tdk ada kepastian
(Uncertainty)
Tak diketahui
Analisis keputusan dlm keadaan
ketidakpastian
Ada konflik
(Conflict)
Tergantung tindakan
lawan
Teori permainan (game theory)
 Certainty:
Jika semua informasi yg diperlukan untuk membuat keputusan
diketahui secara sempurna & tdk berubah
 Risk:
Jika informasi sempurna tidak tersedia, tetapi seluruh peristiwa yg
akan terjadi besarta probabilitasnya diketahui
 Uncertainty:
Jika seluruh informasi yg mungkin terjadi diketahui, tetapi tanpa
mengetahui probabilitasnya masing-masing
Certainty
Risk
Uncertainty
Conflict:
Jika kepentingan dua/lebih pengambil keputusan berada dlm
pertarungan aktif diantara kedua belah pihak, sementara
keputusan certainty, risk & uncertainty yg aktif hanya pengambil
keputusan
Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis):
Mengidentifikasi apa yg harus dikerjakan, mengembangkan
kriteria khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yg
tersedia yg berhubungan dg kriteria & mengidentifikasi risiko yg
melekat pd keputusan tsb
Unsur-unsur analisis keputusan:
1. pernyataan keputusan
2. sasaran bagi keputusan
3. alternatif
4. konsekuensi pilihan
Langkah-langkah dlm pengambilan keputusan manajemen:
1. Rumuskan / definisikan persoalan keputusan
2. Kumpulkan informasi yg relevan
3. Cari alternatif tindakan
4. Analisis alternatif yg feasible
5. Memilih alternatif yg terbaik
6. Laksanakan keputusan & evaluasi hasilnya
Peranan ilmu manajemen dlm pengambilan keputusan disebabkan oleh
beberapa faktor:
1. Teknologi yg digunakan suatu perusahaan semakin lama semakin canggih
2. Makin berkurangnya persediaan energi & material kritis lainnya, sehingga
perlu dikelola secara efisien
3. Persoalan manajemen sangat kompleks, mencakup banyak faktor (ex:
produksi & pengendalian mutu, manajemen modal kerja, alokasi modal,
pengolahan informasi konsumen, dll)
4. Persoalan manajemen bukan hanya kompleks, bahkan menjadi sangat
penting
5. Persoalan yg dihadapi manajer sering baru sama sekali, tidak ada
hubungannya dg pengalaman sebelumnya
6. Penekanan pd perencanaan & pencapaian tujuan jangka panjang
memerlukan pengambilan keputusan dg data hasil ramalan (forecast data)
Management Science akan berperan dlm hal:
1. Pengambilan keputusan berdasarkan tujuan
2. Pengambilan keputusan berdasarkan informasi & analisis
3. Pengambilan keputusan untuk tujuan ganda
4. Penekanan yg meningkat pd produktivitas:
- produktivitas SDM
- manajemen modal & material yg efektif
- proses pengambilan keputusan yg efisien
5. Peningkatan perhatian pd perilaku kelompok
6. Manajemen modal, energi & material yg efisien
7. Manajemen ttg segala kemungkinan yg lebih sistematis
8. Lebih beraksi dg faktor eksternal (ex: pemerintah, situasi internasional,
faktor sosial, ekonomi, lingkungan, perubahan situasi pasar, selera
konsumen, pesaing, dll)
KEPUTUSAN DALAM UNCERTAINTY (KETIDAKPASTIAN)
Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan
suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak
diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian
pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam
bermacam-macam peristiwa, namun pengambil keputusan tidak
dapat menetapkan probabilitas peristiwa.
Kriteria-kriteria yang digunakan
A.
B.
Kriteria MAXIMIN / WALD (Abraham Wald)
Kriteria untuk memilih keputusan yang mencerminkan nilai maksimum dari
hasil yang minimum
Asumsi: pengambil keputusan adalah pesimistik /konservatif/risk avoider
tentang masa depan
Kelemahan: tidak memanfaatkan seluruh informasi yang ada, yang merupakan
cirri pengambil keputusan modern
Kriteria MAXIMAX (Vs MAXIMIN)
Krietria untuk memilih alternatif yang merupakan nilai maksimum dari pay off
yang maksimum
Asumsi: pengambil keputusan adalah optimistic, cocok bagi investor yang risk
taker
Kelemahan: mengabaikan banyak informasi yang tersedia
C.
D.
E.
Kriteria MINIMAX REGRET / PENYESALAN (L.J. Savage)
Kriteria untuk menghindari penyesalan yang timbul setelah memilih keputusan yang meminimumkan
maksimum penyesalan/keputusan yang menghindari kekecewaan terbesar, atau memilih nilai
minimum dari regret maksimum, dimana:
Jumlah regret/opportunity loss =
Pay off max – pay off alternatif pd peristiwa tertentu
Kriteria HURWICZ / kompromi antara MAXIMAX dan MAXIMIN (Leonid Hurwicz)
Kriteria dimana pengambil keputusan tidak sepenuhnya optimis dan pesimis sempurna, sehingga
hasil keputusan dikalikan dengan koefisien optimistic untuk mengukur optimisme pengambil
keputusan, dimana koefisien optimisme (a) = 0  a  1
Dengan a: 1, berarti optimis total (MAXIMAX)
a: 0, berarti sangat pesimis/optimis 0 (MAXIMIN)
Atau
a: optimis
1-a: pesimis
Kelemahan:
- sulit menentukan nilai a yang tepat
- mengabaikan beberapa informasi yang tersedia (ex: prospek ekonomi sedang
diabaikan)
Kriteria LAPLACE / BOBOT YANG SAMA (Equal Likelihood)
Asumsi: semua peristiwa mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi
KEPUTUSAN DALAM SUASANA RISK
(DENGAN PROBABILITA)
Tahap-tahap:
1. Diawali dengan mengidentifikasikan bermacammacam tindakan yang tersedia dan layak
2. Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas
terjadinya harus dapat diduga
3. Pay off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu
ditentukan
Teknik yang digunakan
a.
b.
c.
Expected Value (Nilai Ekspektasi)
Expected Opportunity Loss (EOL)
Untuk meminimumkan kerugian yang disebabkan karena pemilihan
alternatif keputusan tertentu. Keputusan yang direkomendasikan criteria
expected value dan expected opportunity loss adalah sama, dan ini bukan
suatu kebetulan karena kedua metode ini selalu memberikan hasil yang
sama, sehingga cukup salah satu yang dipakai, tergantung tujuannya.
Hanya criteria ini sangat tergantung pada perkiraan probabilita yang
akurat.
Expected Value of Perfect Information (EVPI)
Merupakan perluasan dari criteria EV dan EOL, atau dengan kata lain
informasi yang didapat pengambil keputusan dapat mengubah suasana
risk menjadi certainty (membeli tambahan informasi untuk membantu
pembuat keputusan). EVPI sama dengan EOL minimum (terbaik), karena
EOL mengukur selisih EV terbaik keputusan dalam suasana risk dan
certainty.
d.
e.
1.
2.
Expected Value of Sample Information (EVSI)
Merupakan harapan yang diinginkan dengan tambahan informasi untuk dapat
mengubah /memperbaiki keputusan, dengan menggunakan teori Bayes.
Kriteria Utility dalam suasana risk EV max / EOL min tidak selalu digunakan
sebagai pedoman dalam mengambil keputusan, hal ini terjadi karena:
Orang lebih memilih terhindar dari musibah potensial daripada mewujudkan
keuntungan dalam jangka panjang
Orang lebih memilih mendapatkan/memperoleh rejeki nomplok daripada
mempertahankan sedikit yang dimiliki
GAME THEORY
(Pengambilan Keputusan Dalam Suasana Konflik)
Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana
konflik dimana pengambil keputusan menghadapi
berbagai peristiwa yang aktif untuk bersaing dengan
pengambil keputusan lainnya, yang rasional, tanggap
dan bertujuan memenangkan persaingan/kompetisi.
Pengelompokan Game Theory
1. berdasarkan Jumlah Pemain:
a. Two-persons games
b. N-persons games
2. Berdasarkan Jumlah Pay off:
a. Zero and constan sum games
b. Non zero and non constan sum games
3. Berdasarkan Strategi yang dipilih:
a. Cooperative games
b. Non cooperative games
4. Fokus pembahasan:
5. Two-persons, zero and constan sum games
6. Asumsi dalam game theory:
a. Setiap pemain mengetahui dengan tepat pay off setiap kemungkinan
kombinasi strategi yang tersedia.
Caranya:
1.
Prinsip Maximin dan Minimax
Karena nilai maximin = minimax, maka disebut matriks games mempunyai saddle point
atau value of games senilai saddle point tersebut. Bila setiap pemain tidak berkeinginan
merubah satu strategi yang telah dipilih, maka games itu merupakan “pure strategy”
2.
Peranan Dominasi
Suatu strategi dikatakan mendominasi apabila selalu menghasilkan pay off lebih tinggi
dibandingkan dengan strategi yang lain. Strategi yang didominasi dapat dibuang dari
matriks pay off karena pemain tidak pernah memilihnya. Konsep dominasi berguna untuk
matriks pay off ukuran besar. Aturan dominasi dapat diterapkan untuk mengurangi ukuran
matriks sebelum analisis terakhir untuk menentukan solusi optimum.
3.
Mixed Strategy
Menentukan probabilitas (kemungkinan) strategi yang ada yang digunakan dalam
pertarunngan (kalau tidak ada “pure strategy/tidak ada saddle point”)
Caranya:
a. Pendekatan EV / EG (expected Gain)
b. Pendekatan EOL
c. Menentukan nilai permainan
ANALISIS MARKOV
Analisis ini tidak memberikan keputusan rekomendasi, tetapi
memberikan informasi probabilita situasi keputusan yang dapat
membantu pengambil keputusan untuk membuat keputusannya,
dengan kata lain bahwa analisis markov bukan merupakan teknik
optimasi, tetapi merupakan teknik deskriptif yang menghasilkan
informasi probabilita.
Asumsi:
1. Probabilita baris berjumlah sama dengan 0
2. Probabilita berlaku bagi setiap siapa saja dalam system
3. Probabilita konstan sepanjang waktu
4. Merupakan kejadian-kejadian yang berdiri sendiri (independen)
KINERJA ORGANISASI
Bernadin dan Russel
“Performance is defined as the record of outcome produced on a
specified function of activity during a specified time period”
Agus Surya Prawito Sentono
Performance adalah hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika.
Kesimpulan Pengertian Kinerja
Kinerja organisasi adalah hasil yang dapat dicapai atas pelaksanaan tugas
yang menjadi tanggung jawab organsasi melalui hasil kerja seseorang
dan atau kelompok orang dalam suatu organisasi dalam kurun waktu
tertentu dengan cara yang benar.
96
KINERJA = HASIL = OUTPUT =
PERFORMANCE
Kinerja organisasi merupakan kumulatif kinerja
individu dan kelompok kerja.
Hasil kerja dan nilai tambah suatu barang diperoleh
dari adanya kegiatan/ proses.
97
CARA MEWUJUDKAN KINERJA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menentukan sasaran kinerja
Identifikasi faktor internal dan faktor eksternal
Menilai tiap faktor
Memilih faktor kunci sukses
Menyusun alternatif strategi
Memilih strategi yang tepat
Menyusun rencana kegiatan
Melaksanakan kegiatan
Memantau dan mengevaluasi kegiatan
98
TUJUAN ORGANISASI DAN UKURAN
KINERJA
Tujuan (goal) merupakan keinginan yang akan dicapai.
Tujuan dirinci menjadi sasaran-sasaran.
Sasaran (objective):
1. Sasaran adalah suatu pernyataan hasil yang akan
dicapai dalam kurun waktu 1 – 12 bulan.
2. Sasaran menjadi pedoman rencana kegiatan dan
alokasi sumberdaya
99
KRITERIA SASARAN
1. Merupakan hasil yang dapat dicapai dalam kurun
waktu 1 – 12 bulan
2. Menantang, logis dan realistis.
3. Memberikan kontribusi yang tinggi terhadap tujuan.
4. Terkait dengan visi dan misi
5. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
100
SASARAN HENDAKNYA SMART
S = Specific
M = Measurable
A = Attainable/ Achievable
R = Relevant
T = Time related.
101
SASARAN
• specific lebih memungkinkan untuk dicapai dari pada sasaran yang lebih
•
•
•
•
luas. Harus jelas siapa yang terlibat, apa yang akan dicapai, dimana
lokasinya, dan apa alasan menetapkan sasaran tersebut.
measurable, setiap tahapan proses harus menunjukkan perkembangan
yang dapat diukur, dengan menanya-kan berapa banyak, dan bagaimana
mengukurnya
attainable, kelayakan sumber daya yang tersedia dengan sasran yang
akan dicapai, dengan mengembangkan perilaku dan kompetensi yang
diperlukan.
realistic, sasaran sesuai dengan tujuan, harapan, kesanggupan dan
kesiapan untuk mencapainya
timely, sasaran dengan target waktu yang jelas akan dapat diketahui
waktu kritis/ urgen, dan juga waktu yang mungkin yang masih banyak
tersisa sebagai peluang
BEST PRACTICE
Pengertian, Ciri-ciri, Ruang
Lingkup, dan Penulisannya
Menjadi Karya Ilmiah
Prof. Slameto
[email protected]
081325107010
Pengantar
• Praktek terbaik merupakan suatu ide/langkah-langkah baru yang
memberikan kontribusi luar biasa, berkesinambungan, dan inovatif
dalam memperbaiki pengembangan proses dan kualitas sekolah.
• Best practic dipertimbangkan oleh beberapa pakar sebagai konsep
istimewa yang biasa digunakan untuk menggambarkan proses
perkembangan manajemen dan mengikuti tata cara standar yang
telah ditetapkan dalam melakukan berbagai hal yang dapat
digunakan oleh berbagai organisasi untuk kepentingan menajemen,
kebijakan dan terutama sistem pembinaan.
• Dengan demikian ’’Praktek Terbaik‘’ juga merupakan refleksi
akumulasi tingkat kompetensi SDM kependidikan, dalam merespon
tuntutan perubahan lingkungan dan dinamika permasalahan yang
dihadapi sekolah di abad globalisasi ini.
Apa Bast Practice/Praktik Terbaik?
• Praktik terbaik merupakan konsep manajemen
yang dimaksudkan bahwa ada cara tertentu
untuk melakukan sesuatu lebih baik daripada
cara lain.
• Idenya adalah bahwa praktek terbaik yang
sudah teruji dan terbukti dapat membantu
meningkatkan mutu dan menghindari
komplikasi masalah yang tak terduga.
Pengertian dan Ciri
• Best practice adalah suatu ide atau gagasan mengenai suatu
prosedur, teknik, metode, proses, aktivitas, insentip yang lebih
efektif dalam mencapai keberhasilan luar biasa di bandingkan
dengan tehnik, metode, proses lain.
• Praktek terbaik juga didefinisikan sebagai metode yang paling
efektif dan efisien menyelesaikan tugas.
• Praktik terbaik mendasarkan validitas dan reliabilitas/ keandalan
sesuai rekam jejak/track record
• Sebuah metode atau teknik yang secara konsisten menunjukkan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan cara lain, dan dapat
digunakan sebagai standar atau teladan.
• Ide atau gagasan yang dengan pengawasan, dan pengujian yang
sesuai, dapat memberikan hasil yang diharapkan dengan lebih
sedikit permasalahan dan keruwetan
Pengertian dan Ciri
• Sebagai cara yang paling efisien [memerlukan usaha
minimum] dan paling efektif [menghasilkan hasil
terbaik] untuk menyelesaikan suatu tugas/ pekerjaan,
berdasarkan prosedur yang berulang-ulang
[disampaikan di berbagai tempat] dengan memberikan
bukti nyata yang dapat mengubah perilaku sejumlah
orang.
• Sebagai metode unggul atau praktek inovatif yang
memberikan kontribusi untuk peningkatan kinerja
organisasi, biasanya diakui sebagai yang terbaik oleh
organisasi rekan lainnya.
• Praktek terbaik sebagai "kegiatan dapat digunakan
kembali atau proses yang terus menerus memberi nilai
tambah
Pengertian dan Ciri
• Praktek terbaik sebagai "kebijakan, sistem, proses dan prosedur
yang, pada suatu waktu tertentu, umumnya dianggap oleh rekanrekan sebagai praktek yang memberikan hasil yang optimal,
sehingga mereka layak mengadopsi."
• Praktik terbaik yang diterima dapat muncul dalam berbagai
pengaturan, termasuk hubungan kerja, desain template dan cara
di mana metodologi yang digunakan dapat diimplementasikan
ditempat lain.
• Lembaga pendidikan dapat juga mengembangkan sendiri praktik
terbaik mereka tentang metodologi yang terbukti memiliki
kesuksesan yang lebih besar, terutama ketika mereka
menggabungkan praktik terbaik mereka sendiri dan Lesson
Learned dari kegiatan lain.
Implementasi dan faktor yg
mempengaruhi
• Praktik terbaik adalah metode atau teknik ketika dimasukkan ke dalam
proses operasional /manajerial mengakibatkan peningkatan kepuasan
pelanggan,
• Bergantung pada lima faktor, organisasi harus:
1. Mengenali dan memuji praktek yang baik.
2. Mempertahankan praktek-praktek yang baik dan memperluas ke seluruh lini
organisasi.
3. Tentukan solusi untuk masalah yang dihadapi.
4. Menghasilkan rencana aksi untuk implementasi solusi.
5. Melacak kemajuan pelaksanaan dengan umpan balik yang berkelanjutan.
• Praktek terbaik ditentukan oleh pemangku kepentingan dan produsen dan
mungkin melibatkan banyak kriteria subjektif. Misalnya, kecepatan dan teknik
mengganti ban pada mobil balap bukan praktik dipindahtangankan terbaik untuk kendaraan
penumpang.
CIRI-CIRI BEST PRACTICE
Pengembangan praktik pengelolaan pendidikan;
Didiseminasikan di berbagai tempat secara berulang-ulang;
Peningkatan kualitas pendidikan;
Meingkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah, dan atau pengawas dalam
pengelolaan pendidikan;
5. Mengubah hambatan dan ancaman menjadi kekuatan dan peluang untuk berinovasi
secara kreatif;
6. Menghasilkan output yang lebih bermanfaat bagi banyak pihak (siswa, guru, kepala
sekolah, pengawas, orang tua, komite, dan masyarakat pada umumnya);
7. Terkendali, kejelasan program baik jangka pendek, menengah, maupun panjang;
8. Berdasarkan temuan masalah nyata yang terjadi di lapangan;
9. Dapat dilakukan dalam berbagai bentuk (bimbingan dan konseling, supervisi klinis,
supervisi manajerial, kunjungan kelas, lesson studi, dll);
10. Mengacu pada program sekolah untuk mencapai visi dan tujuan yang dicanangkan;
11. Adanya pengakuan bahwa keberhasilan tersebut bisa ditiru, diadopsi oleh fihak lain;
12. Meningkatkan kualitas, mudah, murah, bisa dilaksanakan, memotivasi, memberikan
hasil yang bermanfaat, dan berkelanjutan.
1.
2.
3.
4.
Format Tulisan
FEATURE
Karena, feature adalah sebuah tulisan yang lebih luwes, lebih fokus dan informatif
daripada cerita, serta lebih deskriptif daripada berita/straight news.
1. What = Apa
• Apa bentuk kegiatan Best Practice tersebut. keprihatinan apa yang membuat
praktek terbaik dan termasuk nilai-nilai seperti kegunaan, relevansi dan
kebutuhan? Apakah termasuk ke dalam kategori kegiatan manajemen pendidikan,
manfaat, nilai atau pentingnya dipelajari? memberikan wawasan baru? memiliki
aplikasi yang lebih luas dari kegiatan ini? memperkuat informasi sudah ada atau itu
bertentangan? Apakah membantu mengelola kegiatan serupa di masa depan?
apakah mampu menjelaskan sehingga orang lain memahami/mengadopsinya?
• Terkait dengan dampak: Apa yang berjalan dengan baik dalam kegiatan ini dan
mengapa? Apa yang tidak berjalan dengan baik dan mengapa? Apa yang harus
dilakukan secara berbeda dan mengapa?
Format Tulisan
2. Where = Di mana
• Di mana tempat kegiatan Best Practice berlangsung? konteks kegiatan dijelaskan,
melihat situasi, koneksi lokasi dan aplikasi-spesifik, termasuk kajian pasca
implementasi? Dengan demikian, nama dan tempat harus dijelaskan secara
detail. Akurasi data sangat penting agar informasi diterima secara lengkap oleh
khalayak, sehingga memudahkan para peduli yang mungkin membaca tulisan ini
turut berpartisipasi di wilayah bersangkutan.
3. Why = Mengapa
• Ini juga penting diketahui, agar khalayak mengerti faktor-faktor apa saja yang
memotivasi personal hingga mencetuskan kegiatan tersebut, hingga akhirnya
masuk ke dalam kategori Best Practice: letak/alamat keunikan, perbedaan dan
inovasinya?
Format Tulisan
4. Who = Siapa
• Siapa saja para pelaku penggerak kegiatan Best Practice ini, Tokoh kunci? Kelompok
Peduli?) Setidaknya, jati diri “siapa” ini ditulis lengkap meliputi kriteria seperti
pelaku, kredibilitas dan pengalaman dll minimal satu paragraf.
5. When = Kapan
• Kapan periode pelaksanaan kegiatan. menguraikan ketika praktik terbaik mulai
bergerak dan melibatkan aspek seperti pelaksanaan, durasi dan berakhirnya ;
Ungkapkan pula mengenai proses dan periode proses tersebut, mulai dari rembug,
penyusunan program, hingga pelaksanaan kegiatan. Yang lebih penting lagi, masih
berlanjutkah kegiatan tersebut? Bagaimana caranya melestarikan tindak lanjut
kegiatan?
6. How = Bagaimana
• Ini berkaitan dengan kapan/periode di atas, mengeksplorasi metodologi, prosedur
dan proses; Yaitu, bagaimana cara fihak kunci me-maintain (mengelola) sampai
setelah kegiatan rampung dilaksanakan, sehingga hasil kegiatan tersebut terus
lestari dan bertahan.
Rincian Lain
• Hal penting berikutnya adalah menyertakan foto
kegiatan Best Practice dan keterangannya dalam
tulisan. Gunanya, agar pembaca lebih mengerti dan
“terlibat secara emosi” dengan tulisan. Foto (di-scan)
yang dimuat sebaiknya menggambarkan “sebelum,
sedang, dan sesudah” kegiatan.
• Lebih lanjut, dan merupakan poin terpenting adalah
bagaimana dan apa perbedaan antara sebelum
adanya kegiatan, dengan sesudah kegiatan
diselesaikan. Best Practice adalah suatu kegiatan yang
demikian hebatnya “membawa perbedaan” untuk
wilayah tertentu. Maka, sangat penting untuk
mengungkapkan perubahan tersebut.
Kerangka Tulisan Laporan untuk Tesis
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
2. Permasalahan
3. Tujuan dan manfaat
Bab II Kajian Pustaka
1. Kajian teori: manajemen pendidikan, aspek/dimensi manajemen, prinsip dan prosedur inovasinya
2. Kajian best practice atau penelitian sejenis terdahulu/sebelumnya
3. Kerangka pikir
Bab III Metode/Cara Kerja
1. Subyek dan karakter subyek yg dikaji
2. Pengukuran variabel kajian dan instrumen yang digunakan
3. Metode/Teknis analisis data
Bab IV Pelaksanaan, Hasil dan Pembahasan
1.
2.
3.
Strategi pemecahan masalah: alasan pemilihan strategi pemecahan masalah, deskripsikan strategi pemecahan masalah yang dipilih,
jelaskan tahapan operasional pelaksanaannya
Hasil yang diperoleh: hasil dan dampak yang dicapai dari strategi yang dipilih, kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
startegi yang dipilih, faktor-faktor pendukung, alternatif pengembangan dan keberlanjutannya
Pembahasan
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi Operasional
1. Rumusan simpulan secara luas dan cermat
2. Rumusan rekomendasi operasional untuk implementasi temuan
Daftar Pustaka
Lampiran (lengkapi laporan best practice diatas dengan menampilkan data atau angka peningkatan/perkembangan subyek, foto
kegiatan dan testimoni dari pihak-pihak yang dapat mengambil manfaatnya)
Contoh Riel
Laporan Best Practice
Bagaiman Cara Membuat Kajian
Secara Kritis
Prof Slameto
.
Melakukan Kajian Kritis
• Kemampuan melakukan kajian kritis sangat diperlukan oleh
seorang guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah
terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan tugas dan
tanggung jawabnya, seperti kajian kritis terhadap
kurikulum, strategi pembelajaran, artikel dan tulisan ilmiah
lainnya.
• Kemampuan melakukan kajian kritis, dapat digunakan
untuk membuat laporan dan memilih materi atau bahan
ajar, membuat laporan
• Tujuan melakukan kajian kritis terhadap suatu sumber
belajar yaitu menilai dan memberi masukan terhadap
tulisan dan memperoleh informasi sesuai dengan apa yang
ditulis.
Kemampuan mengkaji literatur meliputi
1. Kemampuan berpikir kritis (critical thinking),
2. Membaca kritis (critical reading), dan
3. Melakukan kajian kritis (critical review)
• Kajian kritis merupakan suatu kegiatan membaca,
menelaah, menganalisis suatu bacaan/artikel
untuk memperoleh ide-ide, penjelasan, data-data
yang mendukung pokok pikiran utama, serta
memberikan komentar terhadap isi bacaan secara
keseluruhan dari sudut pandang kepentingan
pengkaji untuk mendapatkan gagasan yang baru.
Bagaimana Cara Membaca Secara Kritis?
Langkah-langkah membaca kritis suatu artikel dapat dikemukakan sebagai
berikut.
1. Menganalisis pokok pikiran setiap alinea/paragraf pada setiap sub bab.
2. Menangkap ide-ide cemerlang beserta makna pesan yang terkandung
dalam artikel yang dibaca
3. Meyakini dan/atau menyangkal kebenaran isi bacaan dengan melakukan
evaluasi berdasar sudut pandang/filosofi tertentu. Ini merupakan langkah
yang sulit dari membaca kritis karena pembaca harus memiliki
kemampuan menjustifikasi.
4. Menemukan/mendata informasi yang akurat dan kurang akurat yang
disampaikan oleh penulis, komentar dan saran pengkaji?.
5. Menemukan kelebihan dan kelemahan yang terkandung dari bacaan
beserta dalam aplikasi/penggunaan serta implikasinya, komentar dan
saran pengkaji?.
6. Menemukan kelebihan dan kelemahan dalam hal penggunaan bahasa
oleh penulis.
7. Mencermati sumber rujukan yang digunakan oleh penulis.
Tiga Prinsip Kajian Kritis
a) Kajian ilmiah/objektif berupa:
1) penyajian data, fakta dan opini secara objektif dan logis,
2) pernyataan dalam kalimat tulus, benar, sesuai aturan dan norma yang
berlaku serta sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku, dan
3) tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta, tidak
emosional atau menonjolkan emosi;
b) Sikap ilmiah/prediktif, ada beberapa sikap kritis dalam bentuk sikap
ilmiah yang meliputi:
1) sikap ingin tahu, kritis, terbuka, dan objektif,
2) menghargai karya orang lain,
3) berani mempertahankan kebenaran, dan
4) mempunyai pandangan luas dan jauh ke depan; dan
c) Sistematis menuntut kajian dilakukan secara berurutan dan terpadu
sehingga satu aspek dengan aspek lainnya membentuk suatu
keseluruhan yang tertata rapi.
Struktur kajian kritis
a) Pendahuluan yang berisi menerangkan judul apa, siapa
pengarang, penjelasan umum mengenai topik artikel, tujuan
penulisan artikel, ringkasan mengenai apa yang disimpulkan
dari artikel, argumentasi serta alasannya, serta diakhiri dengan
pernyataan umum mengenai penilaian terhadap artikel.
Umumnya bagian pendahuluan menghabiskan satu halaman
b) Rangkuman yang berisikan point-point pokok artikel beserta
contoh-contohnya.
Selain itu, kajian kritis dapat juga memuat penjelasan mengenai
maksud penulis artikel dan bagaimana artikel
disusun/diorganisasi.
Panjang bagian rangkuman artikel sekitar sepertiga dari tulisan kajian kritis
Struktur kajian kritis
c) Kritik yang berisi pemaparan hasil membaca kritis (seperti slide 2)
yang harus seimbang antara diskusi dengan penilaian terhadap
kelebihan, kelemahan, dan hal-hal krusial (penting) dari kajian kritis
artikel.
Dasar pertimbangan pada kriteria yang khusus, dan sertakan
literatur lain untuk mendukung penilaian saudara;
d) Simpulan yang berisi beberapa paragraf saja. Paparkan kembali
secara umum keseluruhan penilaian terhadap artikel dan nyatakan
secara umum rekomendasi yang saudara usulkan. Jika perlu,
beberapa penjelasan tentang penilaian saudara dapat ditulis
sehingga tampak bahwa kritik saudara cukup adil dan beralasan
e) Referensi jika menggunakan sumber kepustakaan lain dalam kajian
tersebut, maka harus dinyatakan sebagai daftar pustaka pada
bagian ini secara jelas.
Pelajari juga contoh berikut!
Contoh Kajian Kritis
Judul Artikel “Semangat Kerja Guru-guru SMK Negeri 1 Tondano di Kabupaten Minahasa”
Penulis: Femmy M. Lampa
Dikritisi oleh Teuku Alamsyah
1. Pendahuluan
Artikel yang berjudul “Semangat Guru-guru SMK Negeri Tondano di Kabupaten Minahasa” merupakan artikel hasil
penelitian Femmy M. Lampa, dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado. Artikel tersebut dimuat dalam Jurnal Pendidikan,
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Manado, Volume 13 No. 1 April 2009. Jurnal yang memuat artikel itu berstatus ISSN
dengan nomor 1410.0711.
Isi artikel terdiri atas judul, nama penulis, abstrak dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, kata
kunci, bagian pendahuluan, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran, dan daftar pustaka.
Secara garis besar artikel tersebut membahas tentang SMK, tujuan SMK, siswa SMK, mutu pendidikan SMK, dan kinerja guru
SMK. Selain itu dibahas pula peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan atau tepatnya sebagai pemimpin organisasi
kerja di bidang pendidikan.
Untuk mempertegas peran kepala sekolah, Femmy mengutip pendapat Dirawat (1976:23) yang menyatakan bahwa
kemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,
menuntun, menggerakkan dan jika perlu memaksa orang lain agar dapat menerima pengaruh itu. Selanjutnya berbuat sesuatu
yang maksud atau tujuan tertentu. Jika dilihat dari batasan ini, ternyata seorang pemimpin harus mampu melakukan segala
sesuatu untuk mencapai tujuan.
Berkenaan dengan guru SMK, Femmy mengemukakan bahwa saat ini untuk menjadi guru SMK harus minimal telah
menyelesaikan pendidikan D-III (Kepmen No. 0212/U/1982). Dikemukakan pula bahwa guru-guru SMK di SMK Negeri 1 Tondano,
Minahasa latar belakang pendidikannya sangat beragam. Artikel hasil penelitian Femmi tentang semangat kerja guru-guru SMK
Negeri 1 Tondano, Minahasa memang penting dan menarik untuk dicermati.
2. Rangkuman
Penelitian yang berjudul “Semangat Kerja Guru-guru SMK Negeri 1 Tondano di Kabupaten Minahasa” bertujuan untuk
mengetahui semangat kerja guru di SMK Negeri 1 Tondano, Minahasa. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Tondano, Minahasa.
Sampel penelitian berjumlah 192 orang yang ditetapkan secara acak. Dasar pemikiran dilaksanakannya penelitian tersebut adalah
SMK mendapat sorotan dari masyarakat karena lulusan SMK kualitasnya cenderung rendah. SMK belum mampu menghasilkan
lulusan yang siap pakai di dunia kerja. Tuntutan terhadap lulusan SMK adalah tenaga kerja yang siap pakai. Terhadap hal
tersebut, apa saja yang telah dilakukan oleh guru SMK sehingga lulusannya benar-benar berkualitas.
Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik angket
tertutup. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis persentase dan teknik analisis varians yang didahului dengan uji
persyaratan analisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kecenderungan semangat kerja para guru SMK Negeri 1 Tondano, Minahasa
masih belum memuaskan yang terlihat dari 62% semangat semangat kerja guru berada pada kategori cukup dan hanya 18% yang
memiliki semangat kerja tinggi, (2) hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada semangat kerja
guru bila dilihat dari tingkat pendidikan, (3) hasil analisis varians pada kelompok tipe kepemimpinan kepala sekolah secara
keseluruhan menunjukkan perbedaan yang signifikan pada semangat kerja guru. Hal ini dibuktikan dengan harga F sebesar 2,89
dengan p < 0,05 sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Rangkuman uji-t Antar Kelompok Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah
Sumber
t
P
Otoriter-demokrasi
-3,04
<0,05
Demokrasi-laisser-faire
3,86
<0,05
Otoriter-laisser-faire
1,19
>0,05
Penjelasan terhadap tabel tersebut adalah tipe kepemimpinan demokrasi akan lebih dapat meningkatkan semangat kerja guru jika
dibandingkan dengan tipe kepemimpinan otoriter dan laisser-faire.
Pada bagian simpulan penelitian, Fammi mengemukakan bahwa semangat kerja guru SMK Negeri 1 Tondano di
Kabupaten Minahasa masih belum memuaskan. Tingkat pendidikan turut menentukan tinggi rendahnya semangat kerja yang
dimiliki oleh para guru. Tipe kepemimpinan kepala sekolah juga mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja yang dimiliki guru
dan dengan tipe kepemimpinan yang demokratis akan diperoleh semangat kerja yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tipe
kepemimpinan otoriter dan laisser-faire.
Pada bagian akhir artikel, Fammy menyarankan agar setiap guru berusaha meningkatkan tingkat pendidikannya. Kepala
Sekolah diharapkan dapat menjalin komunikasi timbal balik dengan para guru dan selalu memperhatikan kebutuhan para guru
tanpa harus menggurui.
3. Hasil Penilaian (Hasil Telaah Kritis)
Hasil penilaian ataupun hasil telaah kritis terhadap artikel Fammy. M. Lampa dapat dikemukakan sebagai berikut.
1) Artikel hasil penelitian Fammy telah ikut memperkaya hasil-hasil penelitian terhadap guru dan kinerjanya. Penelitian ini
menjadi penting karena pembaca mendapat masukan terhadap hal atau aspek apa saja yang berkaitan dengan guru telah
diteliti. Selain itu, penelitian Fammy masih terbuka untuk ditindaklanjuti sebagai penelitian lanjutan meskipun dalam artikelnya
itu, Fammy tidak mengemukakan secara eksplisit bahwa penelitiannya perlu ditindaklanjuti oleh peneliti lain sehingga hasilnya
dapat lebih akurat.
2) Seorang dosen fakultas teknik meneliti kinerja guru kiranya sangat patut dihargai karena selama ini, menyangkut penelitian
terhadap guru umumnya dilakukan oleh dosen-dosen fakultas keguruan (LPTK). Hanya dalam artikel tersebut tidak dijelaskan
secara lebih detail Program Study atau Jurusan, tempat Fammy mengabdi sebagai dosen.
3) Salah satu ciri penelitian kuantitatif yang membedakannya dengan penelitian kualitatif adalah hasilnya dapat digeneralisasikan
(Sugiyono, 2005; Moleong, 2007; Masyuri dan Zainuddin, M., 2008; Sukmadinata, 2006). Artinya, hasil penelitian Fammy
terhadap 192 sampel juga berlaku untuk populasi. Dalam artikelnya Fammy tidak menyebutkan jumlah populasi. Pada
dasarnya sampel dalam sebuah penelitian adalah perwakilan dari populasi. Hasil penelitian terhadap sampel berlaku untuk
populasi (Sukmadinata, 2006:250-252).
4) Berkenaan dengan sampel dan teknik penarikan sampel, Fammy tidak mengemukakan berapa jumlah sekolah yang diteliti,
berapa jumlah guru pada setiap sekolah, yang dijadikan sampel apakah juga termasuk guru bakti, guru kontrak, ataupun guru
yang belum PNS. Dengan dasar itu, pembaca akan lebih mudah memahami teknik penentuan sampel yang dilakukan secara
acak. Penentuan sampel secara acak artinya semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
Pengambilan sampel dilakukan tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dan ini dilakukan bila populasi cukup
homogen (Sugiyono, 2008:80).
5) Berkenaan dengan bagian awal tulisan, yaitu bagian pendahuluan cenderung terlalu umum dan kurang tajam untuk
menggiring pembaca dan menunjukkan kepada pembaca bahwa masalah tersebut memang sangat penting untuk diteliti.
6) Alur penelitian juga sulit diikuti oleh pembaca karena pembahasan cenderung kurang fokus pada satu hal, tetapi merambah
ke hal-hal lain. Yang ingin diteliti adalah semangat kerja guru, tetapi kepala sekolah juga merupakan variabel penelitian.
Padahal, pada judul penelitian, kepala sekolah sebagai variabel penelitian sama sekali tidak tergambarkan.
7) Dari segi format artikel hasil penelitian yang dimuat di jurnaljika kita merujuk kepada jurnal yang terakreditasi, tulisan Fammy
sudah memenuhi kriteria, yaitu pendahuluan berisi pembahasan kepustakaan dan tujuan penelitian, metode penelitian, hasil,
pembahasan, simpulan dan saran, dan daftar rujukan. Akan tetapi, dalam jurnal terakreditasi disebutkan bahwa pada
pendahuluan (tanpa menggunakan subbab) (Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Pengajarannya, Tahun 37, Nomor 1, Februari
2009). Dengan demikian, sebuah masukan untuk Fammy bahwa kata PENDAHULUAN sebagai subbab tidak perlu ditulis.
8) Sumber rujukan untuk sebuah karya tulis ilmiah disarankan yang terkini (5 tahun terakhir). Rujukan atau sumber pustaka
dalam penelitian Fammy semuanya bukan yang 5 tahun terakhir. Sebagai contoh dapat ditunjukkan
(1) Oemar Hamalik, 1990
(2) Soewaji, 1984,
(3) Depnaker, 1976
(4) Dirawat, 1976
(5) Purwanto, 1987
(6) Davis, 1981
(7) Amijaya, 1981
(8) Thoha, 1983 (Silakan cermati bagian Daftar Pustaka)
9) Hal lain yang kiranya juga cukup penting untuk dicermati adalah teknik penulisan ilmiah, yaitu berkenaan dengan menulis
nama sumber rujukan dalam kutipan dan daftar pustaka.
Aturan ilmiah yang berlaku untuk kedua hal tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Jika nama penulis yang dirujuk lebih dari dua kata, yang ditulis dalam rujukan hanya nama akhir. Dengan demikian,
rujukan yang berasal dari buku Ngalim Purwanto cukup ditulis Purwanto (tahun:halaman).
(2) Demkian juga dalam penulisan daftar pustaka, jika nama pengarang lebih dari dua kata, urutan penulisan dalam daftar
pustaka adalah nama akhir diikuti tanda koma dan nama awal.
(3) Judul buku digaris bawah atau dimiringkan (dalam Alamsyah, 2010).
Dengan demikian, perbaikan terhadap daftar pustaka yang termuat dalam artikel Fammy adalah sebagai berikut.
Amidjaya. 1981. Pedoman Pelaksanaan Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kerja Kependidikan di Indonesia. Buku II.
Jakarta: Depdikbud.
Purwanto, Ngalim. 1987. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV Mutiara.
Hamalik, Oemar. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
4. Simpulan
Simpulan yang dapat dikemukakan sehubungan dengan telaah kritis terhadap artikel hasil penelitian Fammy M. Lampa,
dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado adalah sebagai berikut.
1) Penelitian terhadap kinerja guru memang penting untuk dicermati mengingat peran guru sebagai ujung tombak dalam
pencerdasan anak bangsa. Terlepas dari kelemahan yang ada, hasil penelitian Fammy terhadap 192 guru SMK sebagai
sampel mengenai semangat kerja guru SMKN 1 Manado, Minahasa tetap memberikan urunan yang berarti bagi pembaca.
Adanya penelitian tersebut diharapkan pembaca, yang sebagian besar guru, dapat termotivasi untuk mengadakan penelitian
lanjutan tentang guru pada aspek-aspek yang lain.
2) Akan sangat baik seandainya penelitian Fammy hanya difokuskan pada guru sebagai variabel utama tanpa melibatkan kepala
sekolah karena pada dasarnya yang ingin diteliti adalah semangat kerja guru. Meskipun hal tersebut tidak terlepas dari
pengaruh kepala sekolah sebagai pimpinan, variabel kepala sekolah tetap tidak menjadi variabel utama.
3) Mungkin perlu dipertimbangkan bahwa penelitian Fammy lebih pada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap
semangat kerja guru—sebuah studi kasus di SMK 1 Tondano, Minahasa.
5. Referensi
Alamsyah, Teuku. 2010. Bahasa Indonesia MKU untuk Mahasiswa. Modul digunakan untuk kalangan sendiri, tidak diterbitkan.
Fakultas Sastra UM. 2009. Petunjuk Bagi Penulis. Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Tahun 37, Nomor 1, Februari
2009.
Lampa, Femmy M. 2009. Semangat Kerja Guru-guru SMK Negeri 1 Tondano di Kabupaten Minahasa. Jurnal Pendidikan Volume
13, Nomor 1, 2009.
Masyhuri dan Zainuddin, M. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Malang: PT Reflika Aditama.
Moleong, Lexy j. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
-0-
CONTOH HASIL KAJIAN KRITIS TERHADAP SUATU TULISAN/ARTIKEL
Tulisan yang Dikaji
Belajar Bahasa Indonesia dengan Diskusi
Oleh: A.M. Slamet Soewandi
Universitas Sanata Dharma
1. Pendahuluan
Pembelajaran (learning) bahasa harus dibedakan dengan pemerolehan mempelajari
bahasa berdasarkan ciri-ciri seperti yang terjadi pada pemerolehan bahasa itulah yang secara
khusus disebut mempelajari bahasa dengan pendekatan komunikatif. Tujuan pokok dari
belajar bahasa dengan pendekatan itu adalah dicapainya kemampuan berkomunikasi pada
diri pembelajar. Oleh karena itu, fungsi-fungsi bahasa menjadi pandom (penuntun) pemilihan
variasi-variasi bahasa, yang meliputi variasi ucapan, pilihan kosa kata, pilihan bentuk kata,
pilihah frasa, klausa, jenis kalimat, urutan unsur-(acquiring) bahasa. Jika pemerolehan bahasa
terjadi secara tidak disengaja, maka pembelajaran bahasa diperoleh dengan sengaja. Jika
pemerolehan bahasa terjadi karena kehendak kuat untuk menjadi bagian (bersosialisasi
dengan) atau kehendak kuat untuk dianggap sebagai warga pemilik bahasa itu, maka
pembelajaran bahasa terjadi karena "keinginan" untuk mengenali kehidupan orang-orang
yang mempergunakan bahasa itu. Jika pemerolehan bahasa terjadi secara tidak direncanakan,
dirancang, disistematisasikan, maka pembelajaran bahasa terjadi karena pihak lain
merancangnya tahap demi tahap, bahan demi bahan, dan tujuan demi tujuan. Rancangan dari
pihak lain dapat saja wujud konkretnya menjadi suatu modul atau program pembelajaran,
yang tanpa bantuan orang lain--tanpa guru-- dapat dikuasainya. Jika pemerolehan bahasa
terjadi melalui intake (bahan bahasa yang meaningful/contextual/functional), maka
pembelajaran bahasa dapat saja terjadi melalui bahan-bahan bahasa tanpa konteks.
Karena diketahui hasilnya sangat efektif, maka cara memperoleh (acquiring) bahasa
seperti disebutkan di atas diadopsi ke dalam pembelajaran (learning) bahasa. Oleh karena itu,
muncul cara pembelajaran kontekstual, di mana materi bahasa dirakit dalam suatu konteks,
dipilih sesuai dengan tingkat keseringan kemunculannya, dan dipilih berdasarkan konteks
fungsional. Itulah sebabnya, pemilihan materi bahasa harus juga mendasarkan faktor
sosiolinguistis dan pragmatis. Faktor sosiaolinguistis menentukan pilihan-pilihan variasi
sosiolinguistis: siapa mitra bicara, dalam konteks apa berbicara, saluran apa yang dipilih,
tujuan apa yang dicapai. Faktor pragmatis menentukan pilihan-pilihan variasi kebahasaan
berdasarkan tingkat keresmian komunikasi.
Mempelajari bahasa berdasarkan ciri-ciri seperti yang terjadi pada pemerolehan
bahasa itulah yang secara khusus disebut mempelajari bahasa dengan pendekatan
komunikatif. Tujuan pokok dari belajar bahasa dengan pendekatan itu adalah dicapainya
kemampuan berkomunikasi pada diri pembelajar. Oleh karena itu, fungsi-fungsi bahasa
menjadi pandom (penuntun) pemilihan variasi-variasi bahasa, yang meliputi variasi ucapan,
pilihan kosa kata, pilihan bentuk kata, pilihah frasa, klausa, jenis kalimat, urutan unsur- unsur
kalimat, bahkan pilihan jenis wacana tertentu. Karena fungsi bahasa harus menuntun pilihan
variasi bahasa, maka mau tidak mau konteks ( wacana) menjadi pandon penting.
2. Tujuan Belajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing
Mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa asing (termasuk mempelajari bahasa
lain sebagai bahasa asing) memiliki tujuan, yaitu tercapainya keterampilan berbahasa pada
diri pembelajar (learner). Ia menjadi dapat berbahasa, dapat berhubungan dengan masyarakat
pemakai bahasa tersebut. Namun demikian, perlu dibedakan adanya dua jenis tujuan, yaitu
1
umum dan khusus. Jika seseorang mempelajari bahasa asing semata-mata untuk dapat
berkomunikasi keseharian dengan penutur bahasa itu, maka tujuan yang tercapai adalah
tujuan umum. Tercapainya tujuan umum seperti ini mempersyaratkan tercapainya
keterampilan yang disebut BICS (basic interpersonal communication skills). Oleh karena itu,
tekanan penguasaan adalah bahasa sehari-hari sehingga dapat dipergunakan untuk
kepentingan praktis, misalnya bagaimana pembelajar menyapa, menawar, menolak,
mempersilakan, mengucapkan terima kasih, menyatakan penyesalan, mengajak, meminta
izin, memintakan izin, menyela, menyudahi percakapan, berpamitan, memperkenalkan diri,
memperkenalkan temannya, mengeluh, memuji, memberi dan membalas salam, berobat,
menelepon, pergi ke bank, dan sebagainya.
Sebaliknya, jika seseorang ingin mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
diungkapkan dalam bahasa itu, maka tujuan yang tercapai adalah tujuan khusus. Misalnya, ia
ingin mempelajari kepercayaan yang dianut suatu suku bangsa, atau mempelajari kebudayaan
suatu suku bangsa. Tercapainya tujuan seperti ini mempersyaratkan tercapainya keterampilan
yang disebut CALP (cognitive/academic language proficiency).
Tentu saja, bahan yang diajarkan untuk dua jenis tujuan itu berbeda meskipun
pendekatan yang dipergunakan sama; bahkan ciri-ciri kebahasaan bahasa Indonesia yang
diajarkan juga berbeda. Soewandi (1993) menyingkat ciri khas bahasa untuk tujuan
tercapainya BICS menjadi lima kecenderungan: (1) dipergunakannya bentuk- bentuk kata
yang tidak formal, (2) dipergunakannya kosa kata tidak baku, (3) dihilangkannya imbuhanimbuhan kata (afiks) dan kata-kata tugas yang tidak menimbulkan salah tafsir, (4) penulisan
yang tidak baku, dan (5) dipakainya susunan kalimat yang sederhana dan lebih cenderung
tidak lengkap. Sebaliknya, ciri khas bahasa untuk tujuan tercapainya CALP ada lima
kecenderungan, yaitu ditekankannya penggunaan: (1) bentuk-bentuk kata yang baku, (2) kosa
kata teknis dan baku, (3) imbuhan dan kata-kata tugas secara lengkap, (4) kaidah-kaidah
penulisan, dan (5) susunan kalimat yang
baku, lengkap unsurnya, dan pada umumnya lebih kompleks.
Pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dapat memilih salah satu dari
kedua tujuan itu meskipun dapat saja keduanya. Hanya saja, untuk dapat menguasai CALP,
dituntut dimilikinya BICS lebih dahulu. Mengapa? Karena mereka yang mempelajari bahasa
dengan tujuan CALP pada umunya mereka yang ingin mendalami salah satu aspek dari
kegiatan manusia Indonesia, entah mendalami kebudayaannya, kehidupan sosialnya, atau
politiknya, atau manusianya sebagai paguyuban tertentu (antropologis). Untuk dapat
mencapai tujuan itu, secara metodologis ia harus menjadi bagian dari kehidupan yang ingin
dikenali. Oleh karena itu, mau tidak mau, penguasaan BICS menjadi penolong yang penting
dalam penemuan data yang diinginkan. Karena pada umumnya pembelajaran bahasa
dibedakan menjadi tiga tingkat--permulaan, tengahan dan lanjutan--kiranya pembelajaran
dengan diskusi hanya cocok diterapkan pada pembelajaran bahasa dengan tujuan tercapainya
CALP; berarti hanya cocok bagi mereka yang sudah ada di tingkat lanjutan.
Judul makalah itu mengacu, tentu saja, pada tercapainya tujuan belajar bahasa pada
tingkat CALP. Mengapa? Karena belajar dengan diskusi mengandaikan "penguasaan bahasa"
sudah terpenuhi. Pada tingkat CALP ini, pada umumnya kursus-kursus bahasa Indonesia
bagi orang asing menuntut tercapainya profil kompetensi : (1) mampu berbicara tentang
topik-topik tertentu sesuai dengan bidang minatnya dengan bahasa Indonesia yang baik dan
benar; (2) mampu mendengarkan pembicaraan dalam seminar, mendengarkan berita-berita
dari radio dan televisi; (3) mampu membaca teks-teks asli (di majalah, atau surat kabar,
terutama untuk memahami ide-ide yang ada di dalamnya), dan (4) mampu mengungkapkan
gagasannya secara tertulis dalam bentuk karangan ilmiah. Jika pembelajaran pada tingkat
BICS pembelajar masih lebih berkutat pada penguasaan bahasa sebagai bekalnya, maka
tekanan pembelajaran pada tingkat CALP lebih-lebih pada bagaimana dengan bekal
2
bahasanya itu ia dapat memahami dan mengungkapkan idenya kepada mitra diskusi. Ini tidak
berarti bahwa bekal bahasanya sudah dikuasainya secara sempurna. Si belajar masih tetap
mempelajari bahasanya, tetapi boleh dikatakan sudah pada tingkat menyempurnakan/
memperbaiki".
3. Diskusi sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Bahasa Asing
Istilah diskusi di sini berupa suatu konstruk yang oleh penulis diisi pengertian yang
sedikit berbeda dengan istilah diskusi dalam kaitannya dengan debat, dan diskusi dalam
kaitannya dengan bentuk pembelajaran pada umumnya. Pengertian umum diskusi adalah
membicarakan suatu masalah oleh para peserta diskusi dengan tujuan untuk menemukan
pemecahan yang paling baik berdasarkan berbagai masukan. Sebaliknya, debat adalah
pembicaraan tentang suatu masalah dengan tujuan untuk memenangkan atau mempertahankan pendapat yang dimiliki oleh peserta debat. Sangat mungkin, pendapat yang dimenangkan
bukan yang terbaik.
Diskusi sebagai suatu bentuk pembelajaran umum adalah suatu cara pembelajaran di
mana peserta didik (murid, mahasiswa) mendiskusikan (membicarakan, mencari jawaban
bersama) dengan cara saling memberikan pendapatnya, kemudian disaring untuk ditemukan
kesimpulan. Tentu saja persyaratan terjadinya pembelajaran dengan diskusi adalah bahwa
bahasa benar-benar sudah sangat dikuasai oleh peserta didik. Guru tidak lagi memberikan
perhatian pada bahasa, melainkan pada isi atau materi diskusi.
Diskusi di dalam makalah ini diberi pengertian sebagai bentuk pembelajaran bahasa
asing, di mana para peserta diskusi mengemukakan pendapatnya tentang suatu masalah
(topik). Seseorang mempersiapkan pendapatnya secara tertulis dalam bentuk karangan
pendek, kemudian disajikan di kelas. Yang lain memberikan tanggapan secara lesan.
Kebenaran pendapat yang disampaikan, baik oleh penyaji makalah maupun teman-temannya,
memang perlu diperhatikan, tetapi yang lebih ditekankan adalah bahasa yang dipergunakan
benar atau tidak. Di samping itu, kesimpulan pendapat tidak perlu dituntut. Oleh karena itu,
tugas guru (instruktur) lebih pada merekam (mencatat) kesalahan-kesalahan bahasa apa saja
yang dibuat oleh peserta diskusi.
Konteks diskusi di dalam makalah ini mirip dengan apa yang terjadi pada
pelaksanaan perkuliahan seminar bahasa dan sastra, atau perkuliahan seminar pengajaran
bahasa dan sastra di program studi atau jurusan bahasa dan sastra. Dalam pelaksanaan
perkuliahan jenis ini, di samping diperhatikan tercapainya kompetensi sebagai pemakalah
dalam menulis makalah, menyajikan makalah, menjawab pertanyaan; dan tercapainya
kompetensi sebagai pemandu, penambat, dan pembahas tertunjuk, juga masih diperhatikan
bagaimana pembahasaan.
Mengapa bentuk diskusi cocok untuk pencapaian bahasa tingkat CALP? Menurut
pengalaman, belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dengan bentuk diskusi memiliki
keuntungan-keuntungan berikut. Pertama, dengan diskusi, memang materi bahasa bagi
pembelajar "tidak" menjadi fokus perhatian mereka. (Materi bahasa menjadi perhatian pada
waktu persiapan (cara mengungkapkan dengan bahasa) dalam makalah, bagaimana
pemakaian bahasa dalam bertanya jawab, dan menuliskan tambatan.
Pembelajaran bahasa asing dengan diskusi jarang terjadi hanya dengan satu
ertemuan, tanpa didahului oleh pertemuan-pertemuan pendahuluan. Mengapa? Karena untuk
dapat berdiskusi diperlukan bahan diskusi. Oleh karena itu, sebelum bentuk pembelajaran
diskusi dapat diterapkan perlu ada pembelajaran-pembelajaran dengan bentuk pembelajaran
lain untuk tujuan membekali bahan, baik bahan diskusi maupun bahan bahasanya sebagai alat
diskusi. Menurut pengalaman, dalam suatu kursus bahasa---berarti terjadi secara terencana,
dari pertemuan ke pertemuan yang lain--pelaksanaan pembelajaran bahasa asing dengan
3
diskusi menjadi efektif jika diawali dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya dengan topiktopik yang berhubungan; baru pada awal pertemuan-pertemuan berikutnya (konkretnya
pada awal minggu berikutnya) dilaksanakan pembelajaran dengan diskusi. Bahan diskusi
berupa perpaduan (ramuan atau olahan) dari topik-topik yang dipelajari pada pertemuanpertemuan sebelumnya.
Mengapa bentuk diskusi cocok untuk pencapaian bahasa tingkat CALP? Menurut
pengalaman, belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dengan bentuk diskusi memiliki
keuntungan-keuntungan berikut. Pertama, dengan diskusi, memang materi bahasa bagi
pembelajar "tidak" menjadi fokus perhatian mereka. (Materi bahasa menjadi perhatian pada
waktu persiapan diskusi, yaitu pada waktu pertemuan-pertemuan pendahuluan). Yang
menjadi fokusnya justru bagaimana pembelajar mengemukakan pendapatnya dengan logika,
data, dan gagasannya. Bagi pembelajar tingkat lanjutan, berarti pada tingkat dicapainya
CALP, kemampuan berbahasa "sudah" mereka miliki. Jadi, rasa takut salah dalam berbahasa
sudah berkurang, atau bahkan dapat dihindari. Kedua, dengan diskusi, pembelajar "dipaksa"
mengemukakan pendapatnya. Keterpaksaan itu justru mendorong pembelajar--tanpa "takut"
salah dalam berbahasa--dengan sekuat tenaga dan sebanyak yang dimiliki untuk digunakan
pada waktu menjadi pemakalah, atau pembahas, atau pemandu, atau notulis (penambat).
Ketiga, semua keterampilan--mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis--dipelajari.
Keempat, bagi pembelajar lanjut, yang pada umumnya adalah mereka yang duduk di
perguruan tinggi, karena terjadinya transfer of learning, apa yang pernah diperolehnya-dalam hal ini penguasaan tentang aturan-aturan membuat makalah, dan sebagainya-- dengan
mudah dapat dimanfaatkan.
4. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa dengan Diskusi
Dengan memakai pengalaman mengajar beberapa tahun yang lalu, maka pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dengan diskusi perlu melalui pertemuan-pertemuan
pendahuluan dengan materi diskusi yang saling berkaitan, dan dengan materi bahasa yang
berkelanjutan. Pada pelaksanaan diskusinya sendiri terdapat kegiatan sebagai berikut. Seseorang ditunjuk menyajikan apa yang ditulis. Sebelumnya karangan yang disusunnya
dibagikan kepada teman-temannya, dan kepada guru atau instrukturnya.
Karena diskusi di sini merupakan bentuk pembelajaran dan masih tetap ditekankan
pada penyempurnaan penguasaan bahasa, maka tidak diperlukan pemandu khusus. Instruktur
sendiri yang mengatur jalannya "diskusi", di samping tugasnya yang pokok, yaitu mencatat-syukur dapat merekam-- kesalahan yang dibuat, baik oleh pemakalah maupun oleh yang lain,
terutama kesalahan pada pemilihan kosa kata, penulisan kata, pemakaian dan pemilihan
bentuk kata, pengucapan kata dan kalimat, penyusunan kata menjadi kalimat, dan menjadi
paragraf. Kesalahan-kesalahan bahasa yang dibicarakan lebih ditekankan pada penyimpangannya dari kebakuan bahasa seperti yang diuraikan di muka sebagai ciri diperolehnya
kompetensi CALP. Unsur sosiolinguistis dan pragmatis dari penggunaan bahasa itu juga
perlu diperhatikan. Jika dianggap perlu dapat ditambahkan cultural notes dan etika
berdiskusi. Tentu saja, karena dalam kursus-kursus bahasa asing terkandung unsur promosi,
instruktur perlu juga bercerita sebagai pelengkap (pengayaan) terhadap topik-topik itu.
Poedjosoedarmo (2001) memberikan data yang menarik, yang terjadi di Amerika
serikat sebagai berikut.
“ To attain an advanced level of competence, for example in the USA, where English is a
native language, in most universities students are required to take a test on English, and it
means a test on writing essay. This is why, books on Essay Writing and Thesaurus are
important for college students. Students need to consult to a dictionary of synonyms or a
thesaurus to make them able to choose the right words in their essays. In Indonesia, to well
known intellectuals also spent a lot of times publishing their writings before they become
4
famous. Good writing skill seems to be very important in developing advanced language
competence”.
5. Penutup
Benang merah gagasan di muka dapat disampaikan sebagai berikut. Pertama,
mempelajari BI sebagai bahasa asing memiliki dua tujuan: umum dan khusus. Kompetensi
yang akan diperoleh oleh keduanya berbeda. Mempelajari BI dengan tujuan umum ingin
memperoleh BICS, sedangkan dengan tujuan khusus ingin memperoleh CALP. Bagi mereka
yang mempelajari BI dengan tujuan khusus, tentu saja, perlu memiliki kompetensi
kebahasaan dalam tingkat BICS juga sebagai sarana untuk, misalnya, memperoleh data.
Kedua, Kebahasaan untuk tingkat BICS cenderung bercirikan sebagai bahasa yang tidak
standar, sebaliknya untuk tingkat CALP bercirikan sebagai bahasa standar. Ketiga, diskusi
sebagai suatu bentuk pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing tidak sama
pengertiannya dengan diskusi sebagai bentuk pembelajaran pada umumnya, dan tidak sama
dengan pengertian dengan istilah diskusi dalam pasangannya dengan debat. Tujuan yang
ingin dicapai terutama adalah tercapainya kompetensi kebahasaan, lebih-lebih pada tingkat
CALP. Oleh karena itu, bentuk pembelajaran ini kiranya cocok untuk pembelajaran bahasa
asing pada tingkat lanjut. Keempat, karena pembelajaran bahasa tidak terjadi hanya dengan
satu pertemuan, melainkan dari pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam periode
terttentu, maka bentuk pembelajaran dengan diskusi hanya mungkin dilaksanakan setelah
pembelajar memperoleh bahan diskusi dan bertambah penguasaan bahasanya. Oleh karena
itu, seyogyanya embelajaran dengan diskusi perlu didahului oleh pembelajaran-pembelajaran
dengan bentuk lain dengan materi yang saling berkaitan.
Daftar Pustaka
Poedjosoedarmo, Soepomo. 2001. Language Teaching Approaches and Advanced Level of
Language Competence. Makalah dalam Seminar on Language and Culture, Sanata Dharma
University, August 25.
Soewandi, A.M. Slamet. 1994. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing: Tujuan,
Pendekatan, Bahan Pengajaran dan Pengurutannya. Makalah pada Konferensi
Internasional Pengajaran bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di Universitas
Kristen satya Wacana, 20-23 Januari.
------------. 1993. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Program SEASSI, di Seattle, University
of Washington.
5
Contoh Laporan Hasil Kajian Kritis atas Tulisan/Artikel
Belajar Bahasa Indonesia dengan Diskusi
Karya A. M. Slamet Soewandi (Universitas Sanata Darma)
Oleh: NN
I. PENDAHULUAN
Secara umum kajian kritis ini bertujuan menelusuri tulisan tertentu untuk keperluan
pengembangan gagasan dalam sebuah PTK. Secara khusus kajian kritis ini bertujuan untuk
pemerkayaan konsep dan model-model pengembangan gagasan yang telah dilakukan oleh
penulis tertentu. Pilihan tulisan jatuh kepada tulisan A. M. Slamet Soewandi dari Universitas
Sanata Darma dengan judul Belajar Bahasa Indonesia dengan Diskusi. Tulisan ini diperoleh
dari hasil download dari internet pada tanggal 31 Desember 2008 pukul 5.41. Alasan pemilihan tulisan ini adalah topik yang disajikan bersifat sederhana dan telah lumrah dikenali
oleh guru, bahkan sudah biasa mereka lakukan. Tulisan Soewandi ini dapat memberi kesempatan kepada kita untuk mengaitkan antara bentuk diskusi yang selama ini dilakukan
dengan isi tulisan ini.
Sejumlah manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan kajian kritis pada tulisan
Soewandi adalah (1) bagi peserta kegiatan BERMUTU yang belum memiliki topik PTK,
hasil kajian kritis ini dapat membentangkan jalan menuju identifikasi masalah, (2) bagi
mereka yang sedang menulis, hasil kajian kritis ini dapat menjadi sumber pengembangan
gagasan dalam pengembangan kajian pustaka, dan (3) bagi mereka yang telah melaksanakan
penelitian dan sedang dalam proses mengembangkan laporan, kajian kritis ini dapat menjadi
bahan perbandingan temuannya.
II. KAJIAN KRITIS
1. Performansi
Tulisan Soewandi dibagi ke dalam lima bagian, yaitu (1) Pendahuluan, (2) Tujuan
Belajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing, (3) Diskusi sebagai Salah Satu Bentuk
Pembelajaran Bahasa Asing, (4) Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa dengan Diskusi, dan (5)
penutup. Tulisan disajikan dalam sembilan halaman dengan spasi satu tipe huruf font 12
times new roman.
2. Pengembangan gagasan
Soewandi mengembangkan tulisan ini dengan sejumlah tipe pengembangan gagasan,
Setidaknya ada empat model pengembangan gagasan yang digunakan Beliau. Pola pengembangan yang digunakannya adalah perbandingan, analisis, perincian, definisi, dan
ilustrasi. Pola analisis di temukan pada paragraf kedua, ketiga, dan ketigabelas, dan ketujuh
belas. Pola perincian ditemukan pada paragraf kelima dan kesembilan. Pola definisi
ditemukan pada paragraf kesepuluh. Pola ilustrasi ditemukan pada paragraf kedelapan belas.
Paragraf yang variatif yang digunakan Soewandi dalam tulisan ini membuat tulisan ini
menjadi menarik.
3. Fokus Pembahasan
Bagian awal tulisan ini membedakan dua hal dalam penguasaan keterampilan
berbahasa. Pertama, penguasaan melalui pemerolehan dan penguasaan melalui pembelajaran.
Tulisan ini mengurai lebih lanjut mengenai pembelajaran. Dua tujuan yang berbeda yang
ingin dicapai bagi mereka yang belajar bahasa melalui pembelajaran, yaitu tujuan BICS
(basic interpersonal communication skills) dan tujuan CALP Cognitif/academic language
proficiency). BICS bertujuan mempelajari bahasa asing untuk dapat berkomunikasi
6
keseharian dengan penutur bahasa, sedangkan CALP bertujuan untuk mempelajari budaya
dalam masyarakat bahasa yang dipelajari. Kedua tujuan memiliki ciri masing-masing, BICS
bercirikan bahasa yang tidak formal sedangkan CALP bersifat formal.
Selanjutnya, Soewandi mengurai penerapan strategi diskusi sebagai salah satu bentuk
pembelajaran bahasa asing. Strategi ini diurai sebagai penjabaran lebih lanjut dari tujuan
CALP.
Pembelajaran bahasa Indonesia di Indonesia merupakan pembelajaran bahasa asing
karena peserta didik sebelumnya telah menguasai bahasa daerah sebagai bahasa pertamanya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa tulisan Soewandi ini sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Pikiran yang disajikan Beliau cocok diterapkan di Indonesia.
Soewandi memberi pengertian diskusi sebagai bentuk pembelajaran bahasa asing, di
mana para peserta diskusi mengemukakan pendapatnya tentang suatu masalah. Dalam
diskusi kompetensi yang dilatihkan adalah kompetensi menulis makalah, menyajikan
makalah, menulis tambatan, dan menjawab pertanyaan. Selain itu dilatihkan pula kompetensi
sebagai pemandu, penambat, dan pembahas tertunjuk, Penyajian strategi diskusi disajikan
dalam lebih dari satu pertemuan. Pertemuan pertama berupa persiapan yang diisi dengan
penyediaan wacana dan kesepakatan pembagian tugas dalam diskusi. Dengan cara ini proses
diskusi dapat berlangsung dengan lancar.
Soewandi menambahkan bahwa proses diskusi dimaksudkan untuk penekanan
penyempurnaan penguasaan bahasa. Kesalahan bahasa dicatat sebaik-baiknya untuk
dibenarkan nantinya, utamanya kesalahan dari sudut kebakuan bahasa sesuai dengan tujuan
kompetensi CALP.
Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa strategi diskusi jika dilakukan sesuai
rambu-rambu yang dikemukakan oleh Soewandi akan dapat membawa peserta didik ke
pembelajaran bahasa dengan tingkat praktik berbahasa yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
prinsip pembelajaran bahasa Indonesia di Indonesia yang menekankan kepada penguasaan
keterampilan berbahasa.
Tulisan Soewandi di atas lebih bersifat teoretis. Tulisan ini belum didukung oleh data
yang menunjukkan bahwa strategi diskusi benar-benar dapat meningkatkan keterampilan
berbahasa peserta didik. Gagasan yang dibangun dalam tulisan ini sudah terstruktur dengan
baik. Beberapa paragraf yang ada dapat digunakan dalam membangun teori yang ada dalam
sebuah kajian teori suatu penelitian. Hal-hal yang layak dipertimbangkan adalah pemilahan
tujuan belajar bahasa, pengertian diskusi, dan tahapan diskusi.
Menindaklanjuti tulisan Soewandi ini dipandang penting untuk mencobakannya
dalam sebuah penelitian. Perlu diperoleh informasi secara nyata melalui fakta lapangan
sejauhmana konsep-konsep strategi diskusi ini dapat diimplementasikan dengan baik di
dalam kelas. Tawaran Soewandi yang menyekat strategi diskusi ke dalam beberapa
pertemuan menarik untuk dicobakan. Selama ini diskusi hanya didesain dalam satu kali
pertemuan saja. Dengan menyekat ke dalam beberapa kali pertemuan dapat melahirkan
kualitas berbahasa secara terpadu dapat dicapai. Pelaksanaan diskusi yang diawali dengan
pelatihan penulisan bahan diskusi dalam bentuk makalah, desain diskusi dalam bentuk
penyiapan personalitas yang terlibat dan pengamatan praktik berbahasa dalam proses diskusi
serta diakhiri dengan penyusunan laporan diskusi membawa peserta didik benar-benar
memiliki kompetensi berbahasa yang holistik.
III. PENUTUP
Berdasarkan kajian terhadap tulisan Soewandi di atas dapat ditarik suatu manfaat,
yakni perlunya diadakan sebuah PTK dengan topik peningkatan kemampuan berbahasa
secara holistik melalui penerapan strategi diskusi.
7
Download