kehidupan yang memuaskan bukan impian

advertisement
1 APRIL 201 3
34567
KEHIDUPAN YANG MEMUASKAN
BUKAN IMPIAN
34567
Jil. 134, No. 7
APRIL 1, 2013
Semimonthly
INDONESIAN
MAJALAH INI, Menara Pengawal,
memuliakan Allah Yehuwa,
Penguasa alam semesta. Majalah
ini menghibur orang dengan kabar
baik bahwa Kerajaan surgawi Allah
akan segera mengakhiri semua
kejahatan dan mengubah bumi
menjadi firdaus. Majalah ini
membantu orang beriman kepada
Yesus Kristus, yang telah mati agar
kita bisa memperoleh kehidupan
abadi dan yang kini memerintah
sebagai Raja Kerajaan Allah. Jurnal
ini terus terbit sejak 1879 dan tidak
terkait dengan politik. Majalah ini
berpaut pada Alkitab.
(
Cetakan Tiap Terbitan:
44.978.000 DALAM 205 BAHASA
1 APRIL 2013
TOPIK UTAMA
Kehidupan yang Memuaskan
—Mungkinkah? HALAMAN 3
YESUS—MENGAPA KEHIDUPANNYA MEMUASKAN 4
KEHIDUPAN YANG MEMUASKAN
—YESUS MENUNJUKKAN CARA MEMPEROLEHNYA 6
ARTIKEL LAIN
Alkitab Mengubah Kehidupan 8
Tahukah Anda? 10
Maukah Anda
mendapatkan lebih
banyak informasi atau
belajar Alkitab gratis
di rumah?
Mendekatlah kepada Allah
—”Teruslah Minta, dan Itu Akan Diberikan Kepadamu” 11
Tirulah Iman Mereka—Ia ”Berjalan dengan Allah yang Benar” 12
Pertanyaan Alkitab Dijawab 16
Kunjungi www.jw.org/id
atau kirim permintaan Anda
ke alamat di bawah ini.
Untuk AMERIKA SERIKAT:
Jehovah’s Witnesses
25 Columbia Heights
Brooklyn, NY 11201-2483
Untuk HONGKONG:
Jehovah’s Witnesses
4 Kent Road, Kowloon Tong
Kowloon
(s
BACA DI INTERNET www.jw.org/id
PERTANYAAN UMUM TENTANG
SAKSI-SAKSI YEHUWA—Apa Pelajaran
Alkitab Itu?
Untuk daftar alamat di negara lain,
lihat www.jw.org/hubungi-kami.
(Temukan di MENGENAI KAMI/PERTANYAAN UMUM)
˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙
Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan
disediakan sebagai bagian dari pekerjaan
pendidikan Alkitab sedunia yang didukung
sumbangan sukarela. Kecuali disebutkan
sumbernya, semua kutipan ayat diambil dari
Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru.
The Watchtower (ISSN 0043-1087) is published
semimonthly by Watchtower Bible and Tract
Society of New York, Inc.; L. Weaver, Jr.,
President; G. F. Simonis, Secretary-Treasurer;
25 Columbia Heights, Brooklyn, NY 11201-2483,
and in Indonesia by Saksi-Saksi Yehuwa
Indonesia, PO Box 2105, Jakarta 10001.
Periodicals Postage Paid at Brooklyn, NY, and at
additional mailing offices. POSTMASTER: Send
address changes to Watchtower, 1000 Red Mills
Road, Wallkill, NY 12589-3299. 5 2013 Watch
Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania.
Hak cipta dilindungi. Printed in Japan.
r
1 APRIL 201 3
34567
UNDUH MAJALAH INI
DALAM BERBAGAI
FORMAT
KEHIDUPAN YANG MEMUASKAN
BUKAN IMPIAN
TOPIK UTAMA
Kehidupan yang
Memuaskan—Mungkinkah?
”Masa hidup kami hanya tujuh puluh tahun, kalau
kami kuat, delapan puluh tahun. Tetapi hanya
kesukaran dan penderitaan yang kami dapat.”
—Mazmur 90:10, Bahasa Indonesia Masa Kini.
ETAPA benarnya kata-kata itu! Kehidupan ini sarat dengan ”kesukaran dan penderitaan”. Anda barangkali
ingin tahu, ’Apakah kehidupan yang memuaskan mungkin
diraih?’
Misalnya, perhatikan Maria. Semasa muda, ia sangat aktif,
namun sekarang di usia 84, ia bahkan tidak dapat keluar rumah sendirian. Ia belum pikun, tetapi tubuhnya sudah lemah.
Dengan keadaan seperti itu, bagaimana mungkin ia merasa
bahwa kehidupannya memuaskan?
Bagaimana dengan Anda? Anda mungkin pernah bertanya-tanya apakah hidup Anda memuaskan. Pekerjaan Anda
barangkali monoton, melelahkan, dan membosankan. Upaya
atau kerja keras Anda mungkin tidak dihargai. Atau, sekalipun Anda bisa dibilang sukses, Anda merasa tidak memiliki
jaminan masa depan. Ada juga saat-saat ketika Anda merasa kesepian atau tertekan. Keluarga Anda bisa jadi dirundung pertengkaran dan percekcokan. Seseorang yang Anda
sayangi mungkin meninggal. Seorang pria bernama Andre sangat dekat dengan ayahnya, namun ayahnya mendadak jatuh
sakit lalu meninggal. Andre merasa sangat terpukul, dan hal
itu menyisakan rasa hampa yang mendalam.
Tidak soal masalah yang kita alami, kita semua bertanyatanya, ’Apakah kehidupan yang memuaskan itu mungkin?’
Kita bisa mengetahui jawabannya dengan memerhatikan kehidupan seorang pria yang hidup sekitar 2.000 tahun yang
lalu—Yesus Kristus. Meski menghadapi banyak tantangan, kehidupan Yesus sangat memuaskan. Kehidupan kita pun bisa
memuaskan jika kita mengikuti teladannya.
B
1 APRIL 2013
3
Yesus
MENGAPA KEHIDUPANNYA MEMUASKAN
PAKAH kehidupan Yesus memang memuaskan? Ia dibesarkan dalam lingkungan yang
sederhana, dan tidak punya banyak harta materi sepanjang hidupnya. Malah, ia ”tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya”. (Lukas
9:57, 58) Lagi pula, Yesus dibenci, difitnah, dan
akhirnya dibunuh oleh musuh-musuhnya.
Anda mungkin berpikir, ’Itu sih bukan kehidupan yang menyenangkan!’ Namun, ada hal-hal dalam
kehidupan Yesus yang hendaknya kita renungkan.
Mari kita bahas empat aspek kehidupannya.
A
1. YESUS MEMILIKI TUJUAN HIDUP
—MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH.
”Makananku adalah melakukan kehendak dia
yang mengutus aku.”—Yohanes 4:34.
Melalui kata-kata dan tindakannya, Yesus berupaya memenuhi kehendak Bapak surgawinya, Yehuwa.1 Yesus mendapatkan kepuasan dalam melakukan kehendak Allah. Hal itu malah ia sebut
sebagai makanannya, sebagaimana terlihat dalam
ayat yang baru saja dikutip. Mari kita perhatikan latar ketika Yesus mengucapkan kata-kata itu.
Yesus mengucapkan kata-kata itu pada siang
hari. (Yohanes 4:6) Ia baru saja berjalan melalui per1 Yehuwa adalah nama Allah yang disebutkan dalam Alkitab.
4
MENARA PENGAWAL
bukitan Samaria sepanjang pagi, jadi ia pasti merasa lapar. Murid-muridnya bahkan mendesak dia,
”Rabi, makanlah.” (Yohanes 4:31) Tanggapan Yesus
menunjukkan bahwa melakukan kehendak Allah
membuatnya merasa sehat dan kuat. Bukankah hal
itu menunjukkan bahwa ia memiliki kehidupan
yang memuaskan?
2. YESUS SANGAT MENGASIHI BAPAKNYA.
”Aku mengasihi Bapak.”—Yohanes 14:31.
Di surga, Yesus memiliki hubungan yang sangat akrab dengan Bapaknya. Karena sangat mengasihi Allah, Yesus tergerak untuk menceritakan
banyak hal tentang Bapaknya—nama, tujuan, dan
sifat-sifat-Nya. Melalui kata-kata, tindakan, dan sikapnya, Yesus dengan sempurna mencerminkan
Bapaknya. Yesus bagaikan potret hidup dari Sang
Bapak. Itulah alasannya, sewaktu Filipus mengatakan kepada Yesus, ”Perlihatkanlah Bapak kepada
kami”, Yesus menjawab, ”Ia yang telah melihat aku
telah melihat Bapak juga.”—Yohanes 14:8, 9.
Kasih Yesus kepada Bapaknya sedemikian besar sehingga ia bersedia taat bahkan sampai mati.
(Filipi 2:7, 8; 1 Yohanes 5:3) Kasih itu membuat kehidupan Yesus benar-benar memuaskan.
3. YESUS MENGASIHI MANUSIA.
4. YESUS TAHU BAHWA BAPAKNYA MENGASIHI
DAN MEMPERKENAN DIA.
”Tidak seorang pun mempunyai kasih yang lebih
besar daripada ini, bahwa seseorang menyerah- ”Inilah Putraku, yang kukasihi, kepadanyalah
kan jiwanya demi kepentingan sahabat-sahabat- aku berkenan.”—Matius 3:17.
nya.”—Yohanes 15:13.
Yehuwa mengucapkan kata-kata itu dari surga
Sebagai manusia yang tidak sempurna, masa de- saat Yesus dibaptis. Dengan cara itu, Yehuwa sepan kita suram. Alkitab mengatakan, ”Dosa masuk cara terus terang menyatakan kasih dan perkenan
ke dalam dunia melalui satu orang [Adam] dan ke- atas Putra-Nya, Yesus. Tidak heran, Yesus dapat dematian, melalui dosa, demikianlah kematian me- ngan yakin mengatakan, ”Bapak mengasihi aku”!
nyebar kepada semua orang karena mereka semua (Yohanes 10:17) Berbekal keyakinan itu, Yesus betelah berbuat dosa.” (Roma 5:12) Dengan upaya sen- rani menghadapi tentangan dan celaan. Ia bahkan
diri, kita tidak bisa terbebas dari konsekuensi dosa, bisa tegar menghadapi kematian. (Yohanes 10:18)
Tidak diragukan, hal ini membuat kehidupan Yesus
yaitu kematian.—Roma 6:23.
Syukurlah, Yehuwa dengan pengasih menyedia- semakin memuaskan.
Yesus benar-benar menjalani kehidupan yang
kan solusinya. Ia mengizinkan Yesus, Putra-Nya
yang sempurna dan tanpa dosa, menderita dan mati memuaskan. Jelaslah, kita dapat belajar banyak
agar menjadi tebusan yang dapat membebaskan dari Yesus tentang bagaimana kita dapat meraih
manusia dari perbudakan dosa dan kematian. Kare- kehidupan yang memuaskan dan bermakna. Artina dimotivasi oleh kasih kepada Bapaknya dan ke- kel berikut akan membahas beberapa nasihat Yesus
pada manusia, Yesus rela menyerahkan kehidupan tentang caranya menjalani kehidupan.
manusianya yang sempurna demi kepentingan kita.
(Roma 5:6-8) Kasih yang rela berkorban seperti itu
membuat kehidupan Yesus memuaskan.1
1 Untuk mengetahui lebih banyak tentang nilai tebusan Yesus, lihat pasal 5 buku Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? yang diterbitkan Saksi-Saksi Yehuwa.
1 APRIL 2013
5
Kehidupan yang Memuaskan
YESUS MENUNJUKKAN CARA MEMPEROLEHNYA
”Hidup mengikuti jejak Kristus.”—1 Yohanes 2:6, Bahasa Indonesia Masa Kini.
EPERTI yang telah kita bahas dalam artikel sebelumnya, Yesus menikmati kehidupan yang
memuaskan. Jadi, jika menginginkan kehidupan
yang memuaskan, kita hendaknya mengikuti teladan Yesus dan mendengarkan nasihatnya.
Sebenarnya, itulah yang Yehuwa perintahkan, sebagaimana terlihat dalam ayat di atas. ”Hidup
mengikuti jejak Yesus” berarti menyelaraskan seluruh jalan hidup kita sesuai dengan teladan dan ajaran Yesus. Dengan demikian, kita akan diperkenan
Allah dan memiliki kehidupan yang memuaskan.
Ajaran Yesus mencakup prinsip-prinsip yang dapat membantu kita mengikuti jalan hidupnya. Banyak di antaranya ada dalam Khotbah di Gunung
yang terkenal. Mari kita ulas beberapa prinsip dan
bagaimana kita dapat menerapkannya.
S
PRINSIP: ”Berbahagialah mereka yang sadar
akan kebutuhan rohani mereka.”—Matius 5:3.
BAGAIMANA PRINSIP INI MEMBANTU: Yesus memperlihatkan bahwa manusia secara alami memiliki
kebutuhan rohani. Kita sangat ingin tahu jawaban
atas berbagai pertanyaan seperti: Untuk apa kita
hidup? Mengapa ada begitu banyak penderitaan?
Apakah Allah memedulikan kita? Adakah kehidupan setelah kematian? Agar kehidupan kita memuaskan, kita perlu mengetahui jawaban pertanyaanpertanyaan itu. Yesus tahu bahwa hanya ada satu
sumber tepercaya yang dapat memberikan jawaban
—Firman Allah. Dalam doa kepada Bapaknya, Yesus
mengatakan, ”Firmanmu adalah kebenaran.” (Yohanes 17:17) Apakah Firman Allah memang bisa memuaskan kebutuhan rohani kita?
CONTOH NYATA: Sebagai vokalis utama grup musik rock terkenal, popularitas Esa kian menanjak. Namun, Esa merasa ada yang kurang. ”Walaupun karier musik memberi saya kesenangan, saya
mendambakan kehidupan yang lebih bermakna
6
MENARA PENGAWAL
dan memuaskan,” katanya. Belakangan, Esa bertemu dengan seorang Saksi Yehuwa. Ia mengakui,
”Saya menghujani dia dengan pertanyaan. Jawaban-jawabannya yang logis dan berdasarkan Alkitab membuat saya berpikir, jadi saya setuju untuk
belajar Alkitab dengannya.” Apa yang Esa pelajari
menyentuh hatinya dan menggerakkan dia untuk
membaktikan kehidupan kepada Yehuwa. ”Dulu,
masalah dan kesulitan datang silih berganti,” katanya. ”Sekarang, saya punya tujuan hidup yang
jelas.”1
PRINSIP: ”Berbahagialah yang
berbelaskasihan.”—Matius 5:7.
BAGAIMANA PRINSIP INI MEMBANTU: Berbelaskasihan mencakup beriba hati, berbaik hati, dan
bertimbang rasa kepada orang lain. Yesus memperlihatkan belas kasihan kepada mereka yang membutuhkan. Karena beriba hati, Yesus berinisiatif untuk meringankan penderitaan orang lain. (Matius
14:14; 20:30-34) Jika kita meniru Yesus, hidup kita
akan semakin memuaskan, karena orang yang berbelaskasihan kepada orang lain akan mendapat kebahagiaan. (Kisah 20:35) Kita dapat memperlihatkan belas kasihan melalui kata-kata dan perbuatan
kita yang akan menghibur orang yang membutuhkan. Apakah berbelaskasihan memang akan membuat kita merasa puas?
CONTOH NYATA: Maria dan suaminya, Carlos, memperlihatkan belas kasihan. Ayah Maria seorang
duda, dan beberapa tahun belakangan ini terbaring sakit. Maria dan Carlos mengajaknya untuk
tinggal di rumah mereka dan merawatnya. Mereka berdua sering tidak tidur, bahkan harus melarikannya ke rumah sakit jika diabetes sang ayah
kambuh. Mereka mengakui bahwa kadang mereka
1 Anda dapat membaca kisah hidup Esa selengkapnya di halaman 8-9.
Maria dan Carlos
4:31, 32) Ia percaya bahwa dengan suka damai, ia
bisa memiliki hubungan baik dengan anggota
keluarga dan orang lain.
sangat letih. Namun seperti kata Yesus, mereka merasa senang dan sangat puas karena bisa memenuhi
semua kebutuhan ayah Maria.
PRINSIP: ”Berbahagialah yang suka damai.”
—Matius 5:9.
BAGAIMANA PRINSIP INI MEMBANTU: Kata ”suka
damai” secara harfiah berarti ”pembawa damai”.
Bagaimana menjadi pembawa damai dapat membuat kehidupan lebih memuaskan? Salah satunya,
kita akan memiliki hubungan yang lebih baik dengan mereka. Kita hendaknya menaati nasihat Alkitab, ”Jika mungkin, sejauh itu bergantung padamu,
hendaklah kamu suka damai dengan semua orang.”
(Roma 12:18) ”Semua orang” mencakup anggota keluarga dan orang lain yang tidak sepaham. Dapatkah hal ini membuat kehidupan kita memuaskan?
CONTOH NYATA: Coba perhatikan pengalaman seorang wanita bernama Nair. Selama bertahun-tahun, ia telah menghadapi berbagai tekanan yang
membuatnya sulit menjaga perdamaian, khususnya dalam keluarganya. Sejak suaminya meninggalkan dia sekitar 15 tahun lalu, ia membesarkan
anak-anak sendirian. Salah
satu putranya kecanduan
Nair
narkoba dan sering lepas
kendali serta mengancam
Nair dan putrinya. Nair
percaya bahwa apa yang telah ia pelajari dari Alkitab
memberinya kekuatan untuk bersikap suka damai,
bahkan dalam kondisi seperti itu. Ia berupaya untuk tidak berbantah atau
bertengkar. Ia mencoba untuk tetap baik, bersimpati,
dan berpengertian. (Efesus
BAGAIMANA DENGAN MASA DEPAN?
Jika kita menaati nasihat Yesus yang bijaksana,
kita akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan
dalam hidup. Namun, agar kepuasan itu lebih lengkap, kita harus memiliki jaminan masa depan. Bagaimanapun, jika di masa depan kita hanya menjadi tua, sakit, dan mati, mana mungkin kehidupan
kita bisa benar-benar memuaskan? Kenyataannya,
itulah yang kita hadapi sekarang.
Namun, ada berita baik! Yehuwa telah mempersiapkan banyak berkat bagi mereka yang berupaya ”hidup mengikuti jejak Kristus”. Yehuwa berjanji bahwa Ia akan segera mewujudkan dunia baru,
di mana manusia yang beriman akan hidup selamanya dan menikmati kesehatan yang sempurna, sesuai dengan kehendak Yehuwa. Firman-Nya
mengatakan, ”Lihat! Kemah Allah ada di tengahtengah umat manusia, dan ia akan berdiam bersama mereka, dan mereka akan menjadi umatnya.
Dan Allah akan ada bersama mereka. Dan ia akan
menghapus segala air mata dari mata mereka, dan
kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada
lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit. Perkara-perkara yang terdahulu telah berlalu.”—Penyingkapan (Wahyu) 21:3, 4.
Maria, wanita berusia 84 tahun yang disebutkan di artikel pertama dalam seri ini, merasa bahagia karena tahu bahwa kata-kata itu akan menjadi kenyataan. Bagaimana dengan Anda? Apakah
Anda ingin tahu lebih banyak tentang ”kehidupan yang sebenarnya”—yang akan diwujudkan Kerajaan Allah? (1 Timotius 6:19) Jika Anda berminat, Anda bisa bertanya kepada Saksi-Saksi Yehuwa
atau menghubungi penerbit majalah ini.1 ˇ
1 Buku Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? yang diterbitkan
Saksi-Saksi Yehuwa, telah membantu banyak orang mempelajari
topik-topik Alkitab.
1 APRIL 2013
7
ALKITAB MENGUBAH KEHIDUPAN
”Perilaku saya
brutal”
SEBAGAIMANA DICERITAKAN
OLEH ESA LEINONEN
LAHIR:
1960
NEGERI ASAL:
FINLANDIA
RIWAYAT:
MUSISI HEAVY-METAL
5 Kaj Ewart
8
MENARA PENGAWAL
MASA LALU SAYA: Saya dibesarkan di lingkungan buruh di
kota pelabuhan bernama Turku. Ayah saya seorang juara tinju, jadi saya dan adik akrab dengan tinju. Di sekolah, saya sering ditantang berkelahi, dan saya tidak segan menggunakan
kekerasan. Sewaktu remaja, saya bergabung dengan geng
terkenal, yang membuat saya semakin sering terlibat perkelahian. Saya pun mulai mengenal musik heavy-metal dan
berangan-angan menjadi bintang.
Saya membeli seperangkat drum, membentuk grup musik, dan menjadi vokalis utama grup itu. Saya suka beraksi
liar di panggung. Karena grup kami agresif dan berpenampilan ekstrem, kami mulai terkenal. Jumlah penonton kami
makin banyak. Kami membuat beberapa rekaman, dan yang
terakhir ternyata mendapat sambutan positif. Pada akhir
1980-an, kami pergi ke Amerika Serikat untuk mempromosikan grup kami. Beberapa kali kami tampil di New York
dan Los Angeles, dan sebelum kembali ke Finlandia, kami
diperkenalkan kepada beberapa tokoh industri musik.
Walaupun karier musik memberi saya kesenangan, saya
mendambakan kehidupan yang lebih bermakna dan memuaskan. Saya kecewa dengan kerasnya industri musik dan
kesal dengan gaya hidup saya yang ugal-ugalan. Saya merasa bahwa saya bukan orang baik, dan saya takut disiksa di
neraka. Saya mencoba mencari jawaban dalam segala macam
buku spiritual, dan saya juga sering berdoa memohon bantuan Allah, walaupun saya merasa tidak layak.
BAGAIMANA ALKITAB MENGUBAH KEHIDUPAN SAYA: Untuk menunjang kehidupan sehari-hari, saya bekerja di kantor pos. Suatu saat, saya mendengar bahwa teman kerja saya
adalah Saksi Yehuwa. Saya menghujani dia dengan pertanyaan. Jawaban-jawabannya yang logis dan berdasarkan Alkitab membuat saya berpikir, jadi saya setuju untuk belajar
Alkitab dengannya. Setelah belajar selama beberapa minggu,
grup saya ditawari kontrak rekaman yang menggiurkan, dan
album kami mungkin akan dirilis di Amerika Serikat. Saya
merasa bahwa ini adalah kesempatan yang tidak akan datang dua kali.
”Bapak Surgawi kita
berbelaskasihan, dan Ia ingin
menyembuhkan luka orang
yang bertobat”
Saya memberi tahu Saksi Yehuwa yang mengajar saya kalau saya ingin sekali membuat satu album lagi dan setelah itu, saya akan serius menerapkan prinsip Alkitab. Ia tidak berkomentar; ia hanya
meminta saya membaca kata-kata Yesus di Matius
6:24. Ayat itu mengatakan, ”Tidak seorang pun dapat bekerja bagaikan budak untuk dua majikan.”
Saya tertegun ketika menyadari arti kata-kata Yesus
itu. Namun beberapa hari kemudian, giliran guru
Alkitab saya yang tertegun! Saya memberitahunya
bahwa karena ingin mengikuti Yesus, saya keluar
dari grup musik saya!
Alkitab bagaikan cermin yang menyingkapkan
semua kekurangan saya. (Yakobus 1:22-25) Saya
sadar bahwa perilaku saya brutal, saya sombong,
penuh ambisi serakah. Saya berbahasa kotor,
suka berkelahi, merokok, dan minum-minum. Ketika menyadari bahwa gaya hidup saya sangat menyimpang dari prinsip-prinsip Alkitab, saya merasa frustrasi dengan diri sendiri. Namun, saya siap
membuat perubahan yang diperlukan.—Efesus
4:22-24.
Terutama pada awalnya, saya dihantui perasaan
bersalah karena masa lalu saya yang kelam. Namun, Saksi yang mengajar saya sangat membantu.
Ia menunjukkan kata-kata di Yesaya 1:18, ”Walaupun dosa-dosamu seperti bahan berwarna merah
marak, itu akan dibuat putih seperti salju.” Ayat itu
dan beberapa ayat Alkitab lainnya meyakinkan saya
bahwa Bapak Surgawi kita berbelaskasihan dan
ingin menyembuhkan luka orang yang bertobat.
Setelah mengenal dan mengasihi Yehuwa sebagai Pribadi nyata, saya ingin membaktikan diri kepada-Nya. (Mazmur 40:8) Saya dibaptis pada 1992
di kebaktian internasional Saksi-Saksi Yehuwa di
St. Petersburg, Rusia.
MANFAAT YANG SAYA PEROLEH: Saya punya banyak teman akrab di kalangan penyembah Yehuwa.
Sesekali, kami berkumpul untuk bermain musik
yang menyenangkan dan menikmati karunia Allah
ini. (Yakobus 1:17) Berkat istimewa lainnya adalah
perkawinan saya dengan istri tercinta, Kristina. Dengannya, saya telah berbagi banyak hal—suka duka
kehidupan, juga perasaan-perasaan saya yang terdalam.
Seandainya saya tidak menjadi Saksi Yehuwa,
saya mungkin sudah mati. Dulu, masalah dan kesulitan datang silih berganti. Sekarang, saya punya tujuan hidup yang jelas, dan saya merasa puas dengan
kehidupan saya. ˇ
1 APRIL 2013
9
TAHUKAH ANDA?
Mengapa Niniwe kuno disebut
”kota penumpahan darah”?
Niniwe adalah ibu kota Imperium Asiria. Kota itu sangat kuat serta memiliki banyak istana dan kuil yang megah, jalan yang besar, juga tembok yang kokoh. Nabi Nahum menyebutnya sebagai ”kota penumpahan darah”.—Nahum 3:1.
Sebutan itu cocok, karena pahatan pada dinding istana Sanherib
di Niniwe membuktikan kekejaman orang Asiria. Salah satunya menggambarkan seorang tawanan yang dilumpuhkan ke tanah lalu lidahnya dicabut. Ada inskripsi yang membanggakan kisah bagaimana para
tawanan digiring dengan tali yang dikaitkan pada hidung atau bibir.
Kepala para raja yang kalah dikalungkan ke leher para pejabat yang
ditawan.
Pakar kebudayaan Asiria Archibald Henry Sayce menggambarkan kebiadaban yang biasa terjadi setelah suatu penaklukan, ”Kepala manusia ditumpuk di jalan yang dilewati sang penakluk; anak-anak lelaki
dan perempuan dibakar hidup-hidup atau dieksekusi dengan cara yang
lebih sadis; pria-pria disula, dikuliti hidup-hidup, dibutakan, tangan dan
kakinya dibuntungi, atau telinga dan hidungnya dipotong.” ˇ
PAHATAN PRAJURIT YANG MENENTENG
KEPALA MUSUH DAN MENUMPUKNYA
Erich Lessing/Art Resource, NY
Mengapa orang Yahudi membangun
pagar tembok di sekeliling atap mereka?
Allah memerintahkan orang Yahudi, ”Apabila engkau membangun rumah baru, engkau harus membuat pagar tembok yang rendah untuk
atap rumahmu, agar engkau tidak mendatangkan utang darah atas rumahmu bila seseorang jatuh dari situ.” (Ulangan 22:8) Pagar ini merupakan standar keselamatan yang penting karena keluarga-keluarga Yahudi
pada zaman Alkitab melakukan banyak aktivitas di atap rumah mereka.
Kebanyakan rumah orang Israel beratap datar. Atap, atau sotoh,
adalah tempat yang ideal untuk menikmati hangatnya matahari dan
udara yang segar, atau melakukan pekerjaan rumah tangga. Di musim
panas, orang dapat tidur dengan nyaman di situ. (1 Samuel 9:26) Selain
itu, seorang petani biasa menjemur rami dan biji-bijian sebelum digiling
atau mengeringkan buah ara dan anggur di atap.—Yosua 2:6.
Atap rumah juga digunakan untuk beribadat, kepada Allah yang benar maupun kepada berhala. (Nehemia 8:16-18; Yeremia 19:13) Rasul
Petrus naik ke atap di siang hari untuk berdoa. (Kisah 10:9-16) Jika
dinaungi tanaman anggur atau daun palem, atap rumah bisa menjadi
tempat istirahat yang menyenangkan.
Buku The Land and the Book mengatakan bahwa di rumah orang
Israel, ada tangga menuju atap yang letaknya ”di luar, namun masih di halaman rumah”. Jadi, seseorang dapat turun dari atap tanpa
perlu masuk ke rumah. Hal ini selaras dengan peringatan Yesus untuk
segera pergi dari kota yang akan dihancurkan, ”Hendaklah orang yang
ada di sotoh rumah tidak turun untuk mengambil barang-barang dari
rumahnya.”—Matius 24:17. ˇ
10
MENARA PENGAWAL
MENDEKATLAH KEPADA ALLAH
”Teruslah Minta, dan Itu
Akan Diberikan Kepadamu”
Seorang murid meminta kepada Yesus, ”Tuan, ajarlah
kami cara berdoa.” (Lukas 11:1) Dalam jawabannya, Yesus menceritakan dua perumpamaan yang mengajar
kita caranya berdoa agar didengar Allah. Jika Anda pernah bertanya-tanya, ’Apakah doa saya didengar Allah?’
Anda pasti tertarik dengan jawaban Yesus.—Baca Lukas
11:5-13.
Perumpamaan pertama menyoroti orang yang berdoa. (Lukas 11:5-8) Dikisahkan bahwa seorang pria kedatangan tamu pada tengah malam dan tidak punya
apa-apa untuk dihidangkan. Ini adalah masalah mendesak bagi pria tersebut karena pada zaman itu, menerima tamu dianggap sebagai tugas suci. Jadi walaupun
sudah larut, sang pria pergi ke rumah sahabatnya untuk
meminjam roti.1 Awalnya, sang sahabat enggan bangun
karena ia dan keluarganya sudah tidur. Selain itu, jika
mereka miskin, seluruh keluarga tidur di lantai dalam
satu ruangan. Namun, pria itu tanpa malu terus meminta dengan gigih, sampai sang sahabat akhirnya bangun
dan meminjamkan apa yang dibutuhkan.
Apa yang diajarkan perumpamaan Yesus ini tentang
doa? Yesus memberi tahu bahwa kita perlu gigih—terus meminta, mencari, dan mengetuk. (Lukas 11:9, 10)
Mengapa? Apakah Yesus memberi kesan bahwa saat
kita berdoa, Allah enggan menjawab? Tidak. Inti perumpamaan Yesus adalah bahwa Allah tidak sama dengan
sahabat yang ogah-ogahan tersebut. Sebaliknya, Allah
ingin sekali mengabulkan permintaan orang yang berdoa dengan iman, asalkan itu pantas dan sesuai
dengan kehendak-Nya. Iman kita bisa terlihat dari kegigihan kita. Dengan berulang kali meminta, kita menunjukkan bahwa kita sangat memerlukan apa yang kita
minta dan bahwa kita sungguh-sungguh percaya bahwa
Allah dapat memenuhinya—jika Ia menghendaki.—Markus 11:24; 1 Yohanes 5:14.
Perumpamaan yang kedua menyoroti Sang ”Pendengar doa”, Yehuwa. (Mazmur 65:2) Yesus bertanya, ”Ba1 Sebuah keluarga biasa memanggang cukup banyak roti dalam
sehari, jadi pinjam-meminjam roti sudah umum jika persediaan mereka habis.
pak mana di antara kamu yang, jika putranya meminta
ikan, mungkin akan memberinya ular sebaliknya daripada ikan? Atau jika ia juga meminta telur, akan memberinya kalajengking?” Jawabannya jelas—ayah yang baik tidak akan memberikan sesuatu yang berbahaya kepada
anaknya. Kemudian, Yesus menjelaskan perumpamaan
itu: Jika ayah manusia yang tidak sempurna ”memberikan pemberian yang baik” kepada anak-anaknya, ”terlebih lagi Bapak di surga akan memberikan roh kudus”
—hadiah yang terbaik—kepada manusia yang meminta
kepada-Nya!1—Lukas 11:11-13; Matius 7:11.
Allah ingin sekali mengabulkan
permintaan orang yang berdoa
dengan iman
Apa yang diajarkan perumpamaan ini tentang Yehuwa, Sang ”Pendengar doa”? Yesus ingin agar kita menganggap Yehuwa sebagai Bapak penyayang yang ingin
sekali memenuhi kebutuhan anak-anak-Nya. Jadi, para
penyembah Yehuwa dapat dengan leluasa mendekatiNya untuk menyampaikan permohonan. Dan, karena
mengetahui bahwa Allah menginginkan apa yang terbaik, mereka akan dengan lapang hati menerima jawaban Allah, sekalipun hal itu tidak seperti yang mereka harapkan.2 ˇ
1 Yesus sering menggunakan alur penalaran ”terlebih lagi”
—membandingkan satu hal dengan hal lain yang jauh lebih besar.
Seorang pakar menjelaskan, ”Argumennya adalah, ’Jika A saja benar, apalagi B.’ ”
2 Untuk mengetahui lebih banyak tentang caranya berdoa agar didengar Allah, lihat pasal 17 buku Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? yang diterbitkan Saksi-Saksi Yehuwa.
SARAN PEMBACAAN UNTUK APRIL
Lukas 7-21
TIRULAH IMAN MEREKA NUH
Ia ”Berjalan dengan
Allah yang Benar”
UH meluruskan punggungnya dan meregangkan otot-ototnya yang pegal. Bayangkan Nuh
duduk di sebuah balok kayu besar, beristirahat sejenak sembari memandang rangka bahtera raksasa di hadapannya. Ia dapat mencium bau ter panas
yang menusuk dan mendengar dentang peralatan
beradu dengan kayu. Ia bisa melihat putra-putranya sibuk mengerjakan berbagai bagian dari struktur kayu yang besar itu. Ketiga putranya dan istri
mereka serta istrinya yang tercinta telah bekerja keras membantunya selama puluhan tahun. Sudah banyak yang mereka selesaikan, tetapi masih ada banyak pekerjaan yang menanti!
Penduduk sekitar menganggap Nuh dan keluarganya bodoh. Semakin kelihatan bentuk bahtera
itu, orang-orang malah semakin menertawakan peringatan Nuh tentang banjir besar yang akan melanda seluruh bumi. Bencana itu terdengar dibuatbuat, sesuatu yang tidak mungkin terjadi! Mereka
tidak habis pikir kenapa ada orang yang mau menyia-nyiakan kehidupannya—dan kehidupan keluarganya—untuk sesuatu yang tidak masuk akal. Namun, Allah yang Nuh sembah, Yehuwa, sama sekali
tidak menganggap Nuh bodoh.
Firman Allah mengatakan, ”Nuh berjalan dengan
Allah yang benar.” (Kejadian 6:9) Apa maksudnya?
Itu tidak mengartikan Allah berjalan di bumi, atau
Nuh pergi ke surga. Maksudnya, Nuh begitu menaati dan mengasihi Allah sehingga ia seolah-olah
berjalan dengan Yehuwa seperti dua orang sahabat.
Ribuan tahun kemudian, Alkitab mengatakan tentang Nuh, ’Melalui imannya, ia menghukum dunia.’
(Ibrani 11:7) Bagaimana Nuh melakukan hal itu?
Apa yang bisa kita pelajari dari imannya?
N
12
MENARA PENGAWAL
PRIA YANG LURUS DALAM DUNIA YANG BENGKOK
Nuh hidup dalam dunia yang situasinya kian
memburuk. Pada zaman Henokh, kakek buyut Nuh
yang juga berjalan dengan Allah, keadaannya sudah
parah. Henokh telah menubuatkan hari penghakiman yang akan menimpa orang-orang jahat. Sekarang, pada zaman Nuh, moral orang-orang jauh lebih bejat. Malah, Yehuwa menganggap bahwa dunia
telah rusak karena sarat kekerasan. (Kejadian 5:22;
6:11; Yudas 14, 15) Apa yang membuat situasinya sedemikian memprihatinkan?
Ada persoalan besar di antara putra-putra rohani Allah, para malaikat. Seorang malaikat telah
memberontak melawan Yehuwa dan menjadi Setan
Si Iblis dengan memfitnah Allah serta menggoda
Adam dan Hawa untuk berbuat dosa. Pada zaman
Nuh, malaikat-malaikat lain ikut memberontak. Mereka meninggalkan tugas di surga, pergi ke bumi,
menjelma menjadi manusia, dan mengawini wanita-wanita cantik. Para malaikat durhaka yang sombong dan egois itu memberikan pengaruh yang
sangat buruk bagi manusia di bumi.—Kejadian 3:1-5;
6:1, 2; Yudas 6, 7.
Perkawinan yang menyalahi kodrat antara para
wanita dan jelmaan malaikat menghasilkan keturunan hibrida yang tinggi besar dan sangat
kuat. Alkitab menyebut mereka Nefilim, yang berarti ”Para Penumbang”—orang yang suka menyerang orang lain. Kaum Nefilim yang beringas dan
suka menindas ini memperparah situasi dunia
yang kejam. Tidak heran, Sang Pencipta menganggap bahwa ”kejahatan manusia sangat banyak di
bumi dan setiap kecenderungan niat hatinya selalu jahat semata-mata”. Yehuwa menetapkan bahwa
masyarakat fasik itu akan dibinasakan 120 tahun
lagi.—Kejadian 6:3-5.
Bayangkan sulitnya membina keluarga dalam
lingkungan seperti itu! Namun, Nuh berhasil melakukannya. Ia menemukan istri yang baik. Setelah Nuh berusia 500 tahun, ia memiliki tiga putra
—Sem, Ham, dan Yafet.1 Bersama istrinya, ia harus
melindungi anak-anak mereka dari pengaruh buruk. Anak lelaki cenderung mengagumi ”orangorang perkasa” dan ”pria-pria yang termasyhur”
—dan seperti itulah kaum Nefilim. Nuh dan istrinya
pasti tidak bisa menutup-nutupi semua sepak terjang para raksasa itu, tetapi mereka dapat mengajarkan kebenaran yang menarik tentang Allah Yehuwa,
Pribadi yang membenci kefasikan. Mereka harus
membantu anak-anak mengerti bahwa semua kekerasan dan pemberontakan melukai hati Yehuwa.
—Kejadian 6:6.
Orang tua dewasa ini dapat memahami perasaan
Nuh dan istrinya. Dunia kita juga marak dengan kekerasan dan pemberontakan. Hal-hal itu bahkan sudah meracuni hiburan anak-anak. Orang tua yang
bijak berupaya semampu mereka untuk melawan
pengaruh negatif itu dengan mengajar anak-anak
tentang Yehuwa, Allah kedamaian yang akan mengakhiri semua kekerasan. (Mazmur 11:5; 37:10, 11)
Mereka bisa berhasil, seperti Nuh dan istrinya. Putra-putra Nuh tumbuh menjadi pria-pria yang baik,
dan mereka menikah dengan wanita-wanita yang
juga mengutamakan Allah Yehuwa dalam kehidupan.
1 Manusia kala itu umurnya jauh lebih panjang daripada kita sekarang, mungkin karena mereka hidup lebih dekat dengan kesempurnaan dan kesehatan yang semula dimiliki Adam dan Hawa.
”BUATLAH BAGIMU SEBUAH BAHTERA”
Suatu hari, hidup Nuh berubah. Yehuwa berbicara kepada hamba yang Ia kasihi ini dan memberi tahu bahwa Ia akan menghukum dunia kala
itu. Allah memerintahkan Nuh, ”Buatlah bagimu
sebuah bahtera dari kayu pohon yang bergetah.”
—Kejadian 6:14.
Berbeda dengan anggapan beberapa orang, bentuk bahtera ini tidak seperti kapal. Bahtera ini tidak memiliki haluan dan buritan atau pun lunas
dan kemudi. Bentuk badan bahtera juga tidak melengkung seperti kapal. Pada dasarnya, bahtera
itu adalah kotak kayu raksasa. Yehuwa memberikan perincian yang cermat soal ukuran dan rancangan bahtera itu, juga petunjuk untuk melapisi
bagian dalam dan luarnya dengan ter. Ia memberitahukan alasannya kepada Nuh, ”Aku akan mendatangkan air bah ke atas bumi . . . Segala yang
ada di bumi akan mati.” Namun, Allah memberikan perintah kepada Nuh, ”Engkau harus masuk ke
dalam bahtera itu, engkau bersama putra-putramu,
istrimu, dan istri putra-putramu.” Nuh juga harus
membawa masuk dua ekor dari setiap jenis binatang. Hanya mereka yang ada dalam bahtera yang
dapat selamat dari Air Bah!—Kejadian 6:17-20.
Sebuah megaproyek menanti Nuh. Bahtera itu
sangat besar—panjangnya 133 meter, lebarnya
22 meter, dan tingginya 13 meter. Itu jauh lebih besar daripada kapal kayu mana pun, bahkan yang
dibuat pada zaman modern. Apakah Nuh mencoba mengelak, mengeluh bahwa itu terlalu sulit, atau
mengubah perinciannya agar lebih mudah dikerjakan? Alkitab mengatakan, ”Nuh melakukannya
Nuh dan istrinya
harus melindungi
anak-anak
mereka dari
pengaruh buruk
menurut semua yang Allah perintahkan. Ia melakukannya tepat seperti itu.”—Kejadian 6:22.
Pekerjaan itu memakan waktu puluhan tahun,
mungkin 40 sampai 50 tahun. Mereka harus menebang pohon lalu mengangkut, memotong, membentuk, kemudian menyambung kayu-kayunya.
Bahtera itu bertingkat tiga, dan memiliki sejumlah
ruangan serta sebuah pintu di salah satu sisinya.
Ada juga jendela-jendela di sekeliling bagian atas.
Atapnya dibuat agak miring dan sedikit menjorok
supaya air hujan bisa turun.—Kejadian 6:14-16.
Seraya tahun-tahun berlalu dan bahtera mulai
terbentuk, Nuh pasti sangat menghargai dukungan keluarganya. Namun, ada tugas lain yang kemungkinan bahkan lebih sulit daripada membangun bahtera. Alkitab memberi tahu kita bahwa
Nuh adalah ”pemberita keadilbenaran”. (2 Petrus
2:5) Ia dengan berani memperingatkan orang-orang
dalam masyarakat yang bejat itu bahwa pembinasaan akan segera datang. Apa tanggapan mereka? Yesus belakangan menyebutkan bahwa orang-orang
kala itu ”tidak memberikan perhatian”. Ia mengatakan bahwa mereka begitu sibuk dengan urusan sehari-hari—makan, minum, dan menikah—sampai-sampai mereka tidak menggubris Nuh. (Matius
24:37-39) Banyak orang juga mengejek Nuh dan keluarganya. Ada yang bahkan mengancam dan menyerang dia. Namun, Nuh dan keluarganya tidak
menyerah.
Segala sesuatu dalam dunia waktu itu membuat
prioritas hidup Nuh dan keluarganya, yaitu membangun bahtera, kelihatan bodoh, aneh, dan sia-sia.
Meskipun demikian, mereka terus bekerja. Keluarga Kristen dewasa ini bisa banyak belajar dari
iman Nuh dan keluarganya. Bukankah kita juga hidup pada ”hari-hari terakhir” sistem ini? (2 Timotius 3:1) Yesus mengatakan bahwa masa hidup kita
mirip dengan masa ketika Nuh membangun bahtera. Jika orang-orang bersikap apatis terhadap berita tentang Kerajaan Allah, mengejek, atau bahkan
menindas kita, ingatlah Nuh. Kita bukanlah yang
pertama mengalami itu semua.
”MASUKLAH . . . KE DALAM BAHTERA ITU”
Puluhan tahun telah berlalu, dan bahtera itu
hampir rampung. Nuh kini berusia kira-kira 600 tahun, dan ia telah kehilangan beberapa orang yang
14
MENARA PENGAWAL
dikasihinya. Ayahnya, Lamekh, meninggal.1 Lima
tahun kemudian, kakek Nuh, Metuselah, meninggal pada usia 969—dan dialah manusia tertua dalam sejarah Alkitab. (Kejadian 5:27) Metuselah dan
Lamekh pernah hidup sezaman dengan manusia
pertama, Adam.
Pada tahun yang sama, Nuh menerima instruksi
lagi dari Allah Yehuwa, ”Masuklah, engkau dan seluruh rumah tanggamu, ke dalam bahtera itu.” Allah
juga memberi tahu Nuh untuk membawa semua jenis binatang ke dalam bahtera—yang bisa digunakan
untuk korban sebanyak tujuh ekor, dan selebihnya
dua ekor.—Kejadian 7:1-3.
Itu pastilah pemandangan yang tak terlupakan!
Ratusan binatang—dengan segala ukuran, bentuk,
dan sifat—berbondong-bondong datang. Ada yang
berjalan, terbang, melata, dan merayap. Kita hanya
bisa membayangkan betapa sulitnya Nuh membujuk, menarik, dan mendorong semua binatang itu
agar masuk ke tempat mereka dalam bahtera. Alkitab mengatakan bahwa ”masuklah mereka . . . kepada Nuh ke dalam bahtera”.—Kejadian 7:9.
Orang yang skeptis mungkin bertanya, ’Mana
mungkin itu terjadi? Mana bisa semua binatang itu
hidup damai dalam ruang terbatas?’ Coba renungkan: Apakah Pencipta alam semesta tidak mampu mengendalikan binatang ciptaan-Nya, mungkin
menjinakkan mereka jika perlu? Ingatlah, Yehuwa
1 Lamekh menamai putranya Nuh—mungkin berarti ”Istirahat;
Penghiburan”—dan bernubuat bahwa sesuai dengan namanya, Nuh
akan membuat manusia beristirahat dari kerja keras menggarap tanah yang terkutuk. (Kejadian 5:28, 29) Lamekh tak sempat melihat
nubuat ini tergenap.
Walaupun Allah jelas-jelas memberkati Nuh, orang-orang mengejek dia dan mengabaikan beritanya
adalah Allah yang juga membelah Laut Merah dan
membuat matahari berhenti. Jadi, Ia pasti sanggup melaksanakan semua yang digambarkan dalam
kisah Nuh. Dan, itulah yang terjadi!
Memang, Allah dapat menggunakan cara lain untuk menyelamatkan binatang-binatang itu. Namun,
dengan bijaksana Allah memilih cara yang mengingatkan kita akan tugas yang awalnya Ia berikan
kepada manusia untuk mengurus semua makhluk
hidup di bumi. (Kejadian 1:28) Banyak orang tua dewasa ini bisa menggunakan cerita Nuh untuk mengajar anak-anak mereka bahwa Yehuwa menghargai
manusia dan binatang ciptaan-Nya.
Yehuwa memberi tahu Nuh bahwa Air Bah akan
datang tujuh hari lagi. Pastilah itu minggu tersibuk bagi keluarga Nuh. Bayangkan repotnya menempatkan semua binatang dan pakan dengan rapi
serta membawa masuk barang-barang mereka sendiri. Istri dan para menantu Nuh kemungkinan sibuk mempersiapkan tempat tinggal yang nyaman di
dalam bahtera.
Sementara itu, bagaimana dengan orang-orang
di sekitarnya? Mereka tetap ”tidak memberikan
perhatian”—sekalipun dapat melihat di depan mata
bahwa Yehuwa jelas-jelas memberkati semua upaya Nuh. Ratusan hewan yang berduyun-duyun masuk ke bahtera pasti juga menarik perhatian mereka.
Namun, kita tidak usah heran dengan sikap apatis mereka. Orang-orang dewasa ini tidak memerhatikan banyak bukti yang menunjukkan bahwa kita
hidup pada hari-hari terakhir sistem ini. Dan, seperti yang dinubuatkan rasul Petrus, akan datang
pengejek-pengejek yang mengolok-olok orang yang
mengindahkan peringatan Allah. (2 Petrus 3:3-6)
Pada zaman Nuh, orang-orang pasti juga mengejek
Nuh dan keluarganya.
Kapan ejekan itu berhenti? Catatan Alkitab menceritakan bahwa setelah Nuh sekeluarga dan binatang-binatang ada dalam bahtera, ”Yehuwa menutup pintu di belakangnya”. Jika para pengejek ada di
dekat bahtera pada saat itu, mereka pasti terdiam
melihat tindakan Allah tersebut. Kalau itu belum
mempan, hujan yang datang setelahnya pasti membungkam mereka! Dan, hujan deras terus tercurah
tanpa henti—sehingga akhirnya bumi pun terendam,
tepat seperti apa yang Yehuwa katakan.—Kejadian
7:16-21.
Apakah Yehuwa senang akan kematian orang fasik? Tidak! (Yehezkiel 33:11) Ia telah memberikan
banyak kesempatan bagi mereka untuk bertobat
dan melakukan apa yang benar. Apakah mereka sebenarnya bisa menaati Allah? Haluan hidup Nuh
menjadi jawabannya. Nuh menunjukkan bahwa keselamatan bisa diperoleh apabila kita berjalan dengan Allah dan menaati semua perintah-Nya. Dalam pengertian itulah imannya menghukum dunia
kala itu; iman Nuh dengan jelas menunjukkan bahwa masyarakat di sekitarnya layak dihukum karena
sangat fasik. Iman Nuh juga menyelamatkan keluarganya. Jika kita meniru iman Nuh, kita pun dapat
menyelamatkan diri kita dan juga orang-orang yang
kita sayangi. Seperti Nuh, Anda dapat berjalan dengan Yehuwa, seperti dengan seorang sahabat. Dan,
persahabatan itu bisa bertahan selamanya!
1 APRIL 2013
15
PERTANYAAN ALKITAB DIJAWAB
Mungkinkah kita
memahami Alkitab?
Alkitab adalah Firman Allah. Itu bagaikan sepucuk surat dari ayah yang penyayang. (2 Timotius 3:16) Dalam
Alkitab, Allah menjelaskan bagaimana kita dapat menyenangkan Dia, mengapa Ia membiarkan kejahatan,
dan apa yang akan Ia lakukan bagi manusia di masa
depan. Namun, para guru agama telah memutarbalikkan ajaran Alkitab, sehingga banyak orang berpikir
bahwa mereka tidak akan pernah bisa memahami isi
Alkitab.—Kisah 20:29, 30.
Allah Yehuwa ingin agar kita mengetahui kebenaran tentang Dia. Oleh karena itu, Ia memberi kita buku
yang dapat dipahami.—Baca 1 Timotius 2:3, 4.
Bagaimana kita dapat
memahami Alkitab?
Selain memberi kita Alkitab, Yehuwa menyediakan
bantuan untuk memahaminya. Ia mengutus Yesus
untuk mengajar kita. (Lukas 4:16-21) Yesus membantu para pendengarnya memahami Alkitab dengan
mengutip berbagai ayat.—Baca Lukas 24:27, 32, 45.
Yesus mendirikan sidang jemaat Kristen agar pekerjaan yang telah ia mulai bisa berlanjut. (Matius
28:19, 20) Dewasa ini, para pengikut Yesus yang sejati membantu orang-orang memahami apa yang Alkitab ajarkan tentang Allah. Jika Anda ingin memahami
Alkitab, Saksi-Saksi Yehuwa akan dengan senang hati
membantu Anda.—Baca Kisah 8:30, 31.
Untuk keterangan lebih lanjut,
lihat pasal 2 buku ini,
diterbitkan Saksi-Saksi Yehuwa
APA YANG
Sebenarnya
ALKITAB AJARKAN?
DAPATKAN JAWABAN BERBAGAI
PERTANYAAN ALKITAB DI WEB
s
n
o
Unduhan gratis majalah
ini dan terbitan
sebelumnya
m
q
Artikel dan kegiatan
untuk orang tua, remaja,
dan anak-anak
p
Alkitab online dalam
kira-kira 50 bahasa
wp13 04/01-IN
Download