1 APRIL 201 3 34567 KEHIDUPAN YANG MEMUASKAN BUKAN IMPIAN 34567 Jil. 134, No. 7 APRIL 1, 2013 Semimonthly INDONESIAN MAJALAH INI, Menara Pengawal, memuliakan Allah Yehuwa, Penguasa alam semesta. Majalah ini menghibur orang dengan kabar baik bahwa Kerajaan surgawi Allah akan segera mengakhiri semua kejahatan dan mengubah bumi menjadi firdaus. Majalah ini membantu orang beriman kepada Yesus Kristus, yang telah mati agar kita bisa memperoleh kehidupan abadi dan yang kini memerintah sebagai Raja Kerajaan Allah. Jurnal ini terus terbit sejak 1879 dan tidak terkait dengan politik. Majalah ini berpaut pada Alkitab. ( Cetakan Tiap Terbitan: 44.978.000 DALAM 205 BAHASA 1 APRIL 2013 TOPIK UTAMA Kehidupan yang Memuaskan —Mungkinkah? HALAMAN 3 YESUS—MENGAPA KEHIDUPANNYA MEMUASKAN 4 KEHIDUPAN YANG MEMUASKAN —YESUS MENUNJUKKAN CARA MEMPEROLEHNYA 6 ARTIKEL LAIN Alkitab Mengubah Kehidupan 8 Tahukah Anda? 10 Maukah Anda mendapatkan lebih banyak informasi atau belajar Alkitab gratis di rumah? Mendekatlah kepada Allah —”Teruslah Minta, dan Itu Akan Diberikan Kepadamu” 11 Tirulah Iman Mereka—Ia ”Berjalan dengan Allah yang Benar” 12 Pertanyaan Alkitab Dijawab 16 Kunjungi www.jw.org/id atau kirim permintaan Anda ke alamat di bawah ini. Untuk AMERIKA SERIKAT: Jehovah’s Witnesses 25 Columbia Heights Brooklyn, NY 11201-2483 Untuk HONGKONG: Jehovah’s Witnesses 4 Kent Road, Kowloon Tong Kowloon (s BACA DI INTERNET www.jw.org/id PERTANYAAN UMUM TENTANG SAKSI-SAKSI YEHUWA—Apa Pelajaran Alkitab Itu? Untuk daftar alamat di negara lain, lihat www.jw.org/hubungi-kami. (Temukan di MENGENAI KAMI/PERTANYAAN UMUM) ˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙ Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan sebagai bagian dari pekerjaan pendidikan Alkitab sedunia yang didukung sumbangan sukarela. Kecuali disebutkan sumbernya, semua kutipan ayat diambil dari Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru. The Watchtower (ISSN 0043-1087) is published semimonthly by Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.; L. Weaver, Jr., President; G. F. Simonis, Secretary-Treasurer; 25 Columbia Heights, Brooklyn, NY 11201-2483, and in Indonesia by Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia, PO Box 2105, Jakarta 10001. Periodicals Postage Paid at Brooklyn, NY, and at additional mailing offices. POSTMASTER: Send address changes to Watchtower, 1000 Red Mills Road, Wallkill, NY 12589-3299. 5 2013 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania. Hak cipta dilindungi. Printed in Japan. r 1 APRIL 201 3 34567 UNDUH MAJALAH INI DALAM BERBAGAI FORMAT KEHIDUPAN YANG MEMUASKAN BUKAN IMPIAN TOPIK UTAMA Kehidupan yang Memuaskan—Mungkinkah? ”Masa hidup kami hanya tujuh puluh tahun, kalau kami kuat, delapan puluh tahun. Tetapi hanya kesukaran dan penderitaan yang kami dapat.” —Mazmur 90:10, Bahasa Indonesia Masa Kini. ETAPA benarnya kata-kata itu! Kehidupan ini sarat dengan ”kesukaran dan penderitaan”. Anda barangkali ingin tahu, ’Apakah kehidupan yang memuaskan mungkin diraih?’ Misalnya, perhatikan Maria. Semasa muda, ia sangat aktif, namun sekarang di usia 84, ia bahkan tidak dapat keluar rumah sendirian. Ia belum pikun, tetapi tubuhnya sudah lemah. Dengan keadaan seperti itu, bagaimana mungkin ia merasa bahwa kehidupannya memuaskan? Bagaimana dengan Anda? Anda mungkin pernah bertanya-tanya apakah hidup Anda memuaskan. Pekerjaan Anda barangkali monoton, melelahkan, dan membosankan. Upaya atau kerja keras Anda mungkin tidak dihargai. Atau, sekalipun Anda bisa dibilang sukses, Anda merasa tidak memiliki jaminan masa depan. Ada juga saat-saat ketika Anda merasa kesepian atau tertekan. Keluarga Anda bisa jadi dirundung pertengkaran dan percekcokan. Seseorang yang Anda sayangi mungkin meninggal. Seorang pria bernama Andre sangat dekat dengan ayahnya, namun ayahnya mendadak jatuh sakit lalu meninggal. Andre merasa sangat terpukul, dan hal itu menyisakan rasa hampa yang mendalam. Tidak soal masalah yang kita alami, kita semua bertanyatanya, ’Apakah kehidupan yang memuaskan itu mungkin?’ Kita bisa mengetahui jawabannya dengan memerhatikan kehidupan seorang pria yang hidup sekitar 2.000 tahun yang lalu—Yesus Kristus. Meski menghadapi banyak tantangan, kehidupan Yesus sangat memuaskan. Kehidupan kita pun bisa memuaskan jika kita mengikuti teladannya. B 1 APRIL 2013 3 Yesus MENGAPA KEHIDUPANNYA MEMUASKAN PAKAH kehidupan Yesus memang memuaskan? Ia dibesarkan dalam lingkungan yang sederhana, dan tidak punya banyak harta materi sepanjang hidupnya. Malah, ia ”tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya”. (Lukas 9:57, 58) Lagi pula, Yesus dibenci, difitnah, dan akhirnya dibunuh oleh musuh-musuhnya. Anda mungkin berpikir, ’Itu sih bukan kehidupan yang menyenangkan!’ Namun, ada hal-hal dalam kehidupan Yesus yang hendaknya kita renungkan. Mari kita bahas empat aspek kehidupannya. A 1. YESUS MEMILIKI TUJUAN HIDUP —MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH. ”Makananku adalah melakukan kehendak dia yang mengutus aku.”—Yohanes 4:34. Melalui kata-kata dan tindakannya, Yesus berupaya memenuhi kehendak Bapak surgawinya, Yehuwa.1 Yesus mendapatkan kepuasan dalam melakukan kehendak Allah. Hal itu malah ia sebut sebagai makanannya, sebagaimana terlihat dalam ayat yang baru saja dikutip. Mari kita perhatikan latar ketika Yesus mengucapkan kata-kata itu. Yesus mengucapkan kata-kata itu pada siang hari. (Yohanes 4:6) Ia baru saja berjalan melalui per1 Yehuwa adalah nama Allah yang disebutkan dalam Alkitab. 4 MENARA PENGAWAL bukitan Samaria sepanjang pagi, jadi ia pasti merasa lapar. Murid-muridnya bahkan mendesak dia, ”Rabi, makanlah.” (Yohanes 4:31) Tanggapan Yesus menunjukkan bahwa melakukan kehendak Allah membuatnya merasa sehat dan kuat. Bukankah hal itu menunjukkan bahwa ia memiliki kehidupan yang memuaskan? 2. YESUS SANGAT MENGASIHI BAPAKNYA. ”Aku mengasihi Bapak.”—Yohanes 14:31. Di surga, Yesus memiliki hubungan yang sangat akrab dengan Bapaknya. Karena sangat mengasihi Allah, Yesus tergerak untuk menceritakan banyak hal tentang Bapaknya—nama, tujuan, dan sifat-sifat-Nya. Melalui kata-kata, tindakan, dan sikapnya, Yesus dengan sempurna mencerminkan Bapaknya. Yesus bagaikan potret hidup dari Sang Bapak. Itulah alasannya, sewaktu Filipus mengatakan kepada Yesus, ”Perlihatkanlah Bapak kepada kami”, Yesus menjawab, ”Ia yang telah melihat aku telah melihat Bapak juga.”—Yohanes 14:8, 9. Kasih Yesus kepada Bapaknya sedemikian besar sehingga ia bersedia taat bahkan sampai mati. (Filipi 2:7, 8; 1 Yohanes 5:3) Kasih itu membuat kehidupan Yesus benar-benar memuaskan. 3. YESUS MENGASIHI MANUSIA. 4. YESUS TAHU BAHWA BAPAKNYA MENGASIHI DAN MEMPERKENAN DIA. ”Tidak seorang pun mempunyai kasih yang lebih besar daripada ini, bahwa seseorang menyerah- ”Inilah Putraku, yang kukasihi, kepadanyalah kan jiwanya demi kepentingan sahabat-sahabat- aku berkenan.”—Matius 3:17. nya.”—Yohanes 15:13. Yehuwa mengucapkan kata-kata itu dari surga Sebagai manusia yang tidak sempurna, masa de- saat Yesus dibaptis. Dengan cara itu, Yehuwa sepan kita suram. Alkitab mengatakan, ”Dosa masuk cara terus terang menyatakan kasih dan perkenan ke dalam dunia melalui satu orang [Adam] dan ke- atas Putra-Nya, Yesus. Tidak heran, Yesus dapat dematian, melalui dosa, demikianlah kematian me- ngan yakin mengatakan, ”Bapak mengasihi aku”! nyebar kepada semua orang karena mereka semua (Yohanes 10:17) Berbekal keyakinan itu, Yesus betelah berbuat dosa.” (Roma 5:12) Dengan upaya sen- rani menghadapi tentangan dan celaan. Ia bahkan diri, kita tidak bisa terbebas dari konsekuensi dosa, bisa tegar menghadapi kematian. (Yohanes 10:18) Tidak diragukan, hal ini membuat kehidupan Yesus yaitu kematian.—Roma 6:23. Syukurlah, Yehuwa dengan pengasih menyedia- semakin memuaskan. Yesus benar-benar menjalani kehidupan yang kan solusinya. Ia mengizinkan Yesus, Putra-Nya yang sempurna dan tanpa dosa, menderita dan mati memuaskan. Jelaslah, kita dapat belajar banyak agar menjadi tebusan yang dapat membebaskan dari Yesus tentang bagaimana kita dapat meraih manusia dari perbudakan dosa dan kematian. Kare- kehidupan yang memuaskan dan bermakna. Artina dimotivasi oleh kasih kepada Bapaknya dan ke- kel berikut akan membahas beberapa nasihat Yesus pada manusia, Yesus rela menyerahkan kehidupan tentang caranya menjalani kehidupan. manusianya yang sempurna demi kepentingan kita. (Roma 5:6-8) Kasih yang rela berkorban seperti itu membuat kehidupan Yesus memuaskan.1 1 Untuk mengetahui lebih banyak tentang nilai tebusan Yesus, lihat pasal 5 buku Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? yang diterbitkan Saksi-Saksi Yehuwa. 1 APRIL 2013 5 Kehidupan yang Memuaskan YESUS MENUNJUKKAN CARA MEMPEROLEHNYA ”Hidup mengikuti jejak Kristus.”—1 Yohanes 2:6, Bahasa Indonesia Masa Kini. EPERTI yang telah kita bahas dalam artikel sebelumnya, Yesus menikmati kehidupan yang memuaskan. Jadi, jika menginginkan kehidupan yang memuaskan, kita hendaknya mengikuti teladan Yesus dan mendengarkan nasihatnya. Sebenarnya, itulah yang Yehuwa perintahkan, sebagaimana terlihat dalam ayat di atas. ”Hidup mengikuti jejak Yesus” berarti menyelaraskan seluruh jalan hidup kita sesuai dengan teladan dan ajaran Yesus. Dengan demikian, kita akan diperkenan Allah dan memiliki kehidupan yang memuaskan. Ajaran Yesus mencakup prinsip-prinsip yang dapat membantu kita mengikuti jalan hidupnya. Banyak di antaranya ada dalam Khotbah di Gunung yang terkenal. Mari kita ulas beberapa prinsip dan bagaimana kita dapat menerapkannya. S PRINSIP: ”Berbahagialah mereka yang sadar akan kebutuhan rohani mereka.”—Matius 5:3. BAGAIMANA PRINSIP INI MEMBANTU: Yesus memperlihatkan bahwa manusia secara alami memiliki kebutuhan rohani. Kita sangat ingin tahu jawaban atas berbagai pertanyaan seperti: Untuk apa kita hidup? Mengapa ada begitu banyak penderitaan? Apakah Allah memedulikan kita? Adakah kehidupan setelah kematian? Agar kehidupan kita memuaskan, kita perlu mengetahui jawaban pertanyaanpertanyaan itu. Yesus tahu bahwa hanya ada satu sumber tepercaya yang dapat memberikan jawaban —Firman Allah. Dalam doa kepada Bapaknya, Yesus mengatakan, ”Firmanmu adalah kebenaran.” (Yohanes 17:17) Apakah Firman Allah memang bisa memuaskan kebutuhan rohani kita? CONTOH NYATA: Sebagai vokalis utama grup musik rock terkenal, popularitas Esa kian menanjak. Namun, Esa merasa ada yang kurang. ”Walaupun karier musik memberi saya kesenangan, saya mendambakan kehidupan yang lebih bermakna 6 MENARA PENGAWAL dan memuaskan,” katanya. Belakangan, Esa bertemu dengan seorang Saksi Yehuwa. Ia mengakui, ”Saya menghujani dia dengan pertanyaan. Jawaban-jawabannya yang logis dan berdasarkan Alkitab membuat saya berpikir, jadi saya setuju untuk belajar Alkitab dengannya.” Apa yang Esa pelajari menyentuh hatinya dan menggerakkan dia untuk membaktikan kehidupan kepada Yehuwa. ”Dulu, masalah dan kesulitan datang silih berganti,” katanya. ”Sekarang, saya punya tujuan hidup yang jelas.”1 PRINSIP: ”Berbahagialah yang berbelaskasihan.”—Matius 5:7. BAGAIMANA PRINSIP INI MEMBANTU: Berbelaskasihan mencakup beriba hati, berbaik hati, dan bertimbang rasa kepada orang lain. Yesus memperlihatkan belas kasihan kepada mereka yang membutuhkan. Karena beriba hati, Yesus berinisiatif untuk meringankan penderitaan orang lain. (Matius 14:14; 20:30-34) Jika kita meniru Yesus, hidup kita akan semakin memuaskan, karena orang yang berbelaskasihan kepada orang lain akan mendapat kebahagiaan. (Kisah 20:35) Kita dapat memperlihatkan belas kasihan melalui kata-kata dan perbuatan kita yang akan menghibur orang yang membutuhkan. Apakah berbelaskasihan memang akan membuat kita merasa puas? CONTOH NYATA: Maria dan suaminya, Carlos, memperlihatkan belas kasihan. Ayah Maria seorang duda, dan beberapa tahun belakangan ini terbaring sakit. Maria dan Carlos mengajaknya untuk tinggal di rumah mereka dan merawatnya. Mereka berdua sering tidak tidur, bahkan harus melarikannya ke rumah sakit jika diabetes sang ayah kambuh. Mereka mengakui bahwa kadang mereka 1 Anda dapat membaca kisah hidup Esa selengkapnya di halaman 8-9. Maria dan Carlos 4:31, 32) Ia percaya bahwa dengan suka damai, ia bisa memiliki hubungan baik dengan anggota keluarga dan orang lain. sangat letih. Namun seperti kata Yesus, mereka merasa senang dan sangat puas karena bisa memenuhi semua kebutuhan ayah Maria. PRINSIP: ”Berbahagialah yang suka damai.” —Matius 5:9. BAGAIMANA PRINSIP INI MEMBANTU: Kata ”suka damai” secara harfiah berarti ”pembawa damai”. Bagaimana menjadi pembawa damai dapat membuat kehidupan lebih memuaskan? Salah satunya, kita akan memiliki hubungan yang lebih baik dengan mereka. Kita hendaknya menaati nasihat Alkitab, ”Jika mungkin, sejauh itu bergantung padamu, hendaklah kamu suka damai dengan semua orang.” (Roma 12:18) ”Semua orang” mencakup anggota keluarga dan orang lain yang tidak sepaham. Dapatkah hal ini membuat kehidupan kita memuaskan? CONTOH NYATA: Coba perhatikan pengalaman seorang wanita bernama Nair. Selama bertahun-tahun, ia telah menghadapi berbagai tekanan yang membuatnya sulit menjaga perdamaian, khususnya dalam keluarganya. Sejak suaminya meninggalkan dia sekitar 15 tahun lalu, ia membesarkan anak-anak sendirian. Salah satu putranya kecanduan Nair narkoba dan sering lepas kendali serta mengancam Nair dan putrinya. Nair percaya bahwa apa yang telah ia pelajari dari Alkitab memberinya kekuatan untuk bersikap suka damai, bahkan dalam kondisi seperti itu. Ia berupaya untuk tidak berbantah atau bertengkar. Ia mencoba untuk tetap baik, bersimpati, dan berpengertian. (Efesus BAGAIMANA DENGAN MASA DEPAN? Jika kita menaati nasihat Yesus yang bijaksana, kita akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup. Namun, agar kepuasan itu lebih lengkap, kita harus memiliki jaminan masa depan. Bagaimanapun, jika di masa depan kita hanya menjadi tua, sakit, dan mati, mana mungkin kehidupan kita bisa benar-benar memuaskan? Kenyataannya, itulah yang kita hadapi sekarang. Namun, ada berita baik! Yehuwa telah mempersiapkan banyak berkat bagi mereka yang berupaya ”hidup mengikuti jejak Kristus”. Yehuwa berjanji bahwa Ia akan segera mewujudkan dunia baru, di mana manusia yang beriman akan hidup selamanya dan menikmati kesehatan yang sempurna, sesuai dengan kehendak Yehuwa. Firman-Nya mengatakan, ”Lihat! Kemah Allah ada di tengahtengah umat manusia, dan ia akan berdiam bersama mereka, dan mereka akan menjadi umatnya. Dan Allah akan ada bersama mereka. Dan ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit. Perkara-perkara yang terdahulu telah berlalu.”—Penyingkapan (Wahyu) 21:3, 4. Maria, wanita berusia 84 tahun yang disebutkan di artikel pertama dalam seri ini, merasa bahagia karena tahu bahwa kata-kata itu akan menjadi kenyataan. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda ingin tahu lebih banyak tentang ”kehidupan yang sebenarnya”—yang akan diwujudkan Kerajaan Allah? (1 Timotius 6:19) Jika Anda berminat, Anda bisa bertanya kepada Saksi-Saksi Yehuwa atau menghubungi penerbit majalah ini.1 ˇ 1 Buku Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? yang diterbitkan Saksi-Saksi Yehuwa, telah membantu banyak orang mempelajari topik-topik Alkitab. 1 APRIL 2013 7 ALKITAB MENGUBAH KEHIDUPAN ”Perilaku saya brutal” SEBAGAIMANA DICERITAKAN OLEH ESA LEINONEN LAHIR: 1960 NEGERI ASAL: FINLANDIA RIWAYAT: MUSISI HEAVY-METAL 5 Kaj Ewart 8 MENARA PENGAWAL MASA LALU SAYA: Saya dibesarkan di lingkungan buruh di kota pelabuhan bernama Turku. Ayah saya seorang juara tinju, jadi saya dan adik akrab dengan tinju. Di sekolah, saya sering ditantang berkelahi, dan saya tidak segan menggunakan kekerasan. Sewaktu remaja, saya bergabung dengan geng terkenal, yang membuat saya semakin sering terlibat perkelahian. Saya pun mulai mengenal musik heavy-metal dan berangan-angan menjadi bintang. Saya membeli seperangkat drum, membentuk grup musik, dan menjadi vokalis utama grup itu. Saya suka beraksi liar di panggung. Karena grup kami agresif dan berpenampilan ekstrem, kami mulai terkenal. Jumlah penonton kami makin banyak. Kami membuat beberapa rekaman, dan yang terakhir ternyata mendapat sambutan positif. Pada akhir 1980-an, kami pergi ke Amerika Serikat untuk mempromosikan grup kami. Beberapa kali kami tampil di New York dan Los Angeles, dan sebelum kembali ke Finlandia, kami diperkenalkan kepada beberapa tokoh industri musik. Walaupun karier musik memberi saya kesenangan, saya mendambakan kehidupan yang lebih bermakna dan memuaskan. Saya kecewa dengan kerasnya industri musik dan kesal dengan gaya hidup saya yang ugal-ugalan. Saya merasa bahwa saya bukan orang baik, dan saya takut disiksa di neraka. Saya mencoba mencari jawaban dalam segala macam buku spiritual, dan saya juga sering berdoa memohon bantuan Allah, walaupun saya merasa tidak layak. BAGAIMANA ALKITAB MENGUBAH KEHIDUPAN SAYA: Untuk menunjang kehidupan sehari-hari, saya bekerja di kantor pos. Suatu saat, saya mendengar bahwa teman kerja saya adalah Saksi Yehuwa. Saya menghujani dia dengan pertanyaan. Jawaban-jawabannya yang logis dan berdasarkan Alkitab membuat saya berpikir, jadi saya setuju untuk belajar Alkitab dengannya. Setelah belajar selama beberapa minggu, grup saya ditawari kontrak rekaman yang menggiurkan, dan album kami mungkin akan dirilis di Amerika Serikat. Saya merasa bahwa ini adalah kesempatan yang tidak akan datang dua kali. ”Bapak Surgawi kita berbelaskasihan, dan Ia ingin menyembuhkan luka orang yang bertobat” Saya memberi tahu Saksi Yehuwa yang mengajar saya kalau saya ingin sekali membuat satu album lagi dan setelah itu, saya akan serius menerapkan prinsip Alkitab. Ia tidak berkomentar; ia hanya meminta saya membaca kata-kata Yesus di Matius 6:24. Ayat itu mengatakan, ”Tidak seorang pun dapat bekerja bagaikan budak untuk dua majikan.” Saya tertegun ketika menyadari arti kata-kata Yesus itu. Namun beberapa hari kemudian, giliran guru Alkitab saya yang tertegun! Saya memberitahunya bahwa karena ingin mengikuti Yesus, saya keluar dari grup musik saya! Alkitab bagaikan cermin yang menyingkapkan semua kekurangan saya. (Yakobus 1:22-25) Saya sadar bahwa perilaku saya brutal, saya sombong, penuh ambisi serakah. Saya berbahasa kotor, suka berkelahi, merokok, dan minum-minum. Ketika menyadari bahwa gaya hidup saya sangat menyimpang dari prinsip-prinsip Alkitab, saya merasa frustrasi dengan diri sendiri. Namun, saya siap membuat perubahan yang diperlukan.—Efesus 4:22-24. Terutama pada awalnya, saya dihantui perasaan bersalah karena masa lalu saya yang kelam. Namun, Saksi yang mengajar saya sangat membantu. Ia menunjukkan kata-kata di Yesaya 1:18, ”Walaupun dosa-dosamu seperti bahan berwarna merah marak, itu akan dibuat putih seperti salju.” Ayat itu dan beberapa ayat Alkitab lainnya meyakinkan saya bahwa Bapak Surgawi kita berbelaskasihan dan ingin menyembuhkan luka orang yang bertobat. Setelah mengenal dan mengasihi Yehuwa sebagai Pribadi nyata, saya ingin membaktikan diri kepada-Nya. (Mazmur 40:8) Saya dibaptis pada 1992 di kebaktian internasional Saksi-Saksi Yehuwa di St. Petersburg, Rusia. MANFAAT YANG SAYA PEROLEH: Saya punya banyak teman akrab di kalangan penyembah Yehuwa. Sesekali, kami berkumpul untuk bermain musik yang menyenangkan dan menikmati karunia Allah ini. (Yakobus 1:17) Berkat istimewa lainnya adalah perkawinan saya dengan istri tercinta, Kristina. Dengannya, saya telah berbagi banyak hal—suka duka kehidupan, juga perasaan-perasaan saya yang terdalam. Seandainya saya tidak menjadi Saksi Yehuwa, saya mungkin sudah mati. Dulu, masalah dan kesulitan datang silih berganti. Sekarang, saya punya tujuan hidup yang jelas, dan saya merasa puas dengan kehidupan saya. ˇ 1 APRIL 2013 9 TAHUKAH ANDA? Mengapa Niniwe kuno disebut ”kota penumpahan darah”? Niniwe adalah ibu kota Imperium Asiria. Kota itu sangat kuat serta memiliki banyak istana dan kuil yang megah, jalan yang besar, juga tembok yang kokoh. Nabi Nahum menyebutnya sebagai ”kota penumpahan darah”.—Nahum 3:1. Sebutan itu cocok, karena pahatan pada dinding istana Sanherib di Niniwe membuktikan kekejaman orang Asiria. Salah satunya menggambarkan seorang tawanan yang dilumpuhkan ke tanah lalu lidahnya dicabut. Ada inskripsi yang membanggakan kisah bagaimana para tawanan digiring dengan tali yang dikaitkan pada hidung atau bibir. Kepala para raja yang kalah dikalungkan ke leher para pejabat yang ditawan. Pakar kebudayaan Asiria Archibald Henry Sayce menggambarkan kebiadaban yang biasa terjadi setelah suatu penaklukan, ”Kepala manusia ditumpuk di jalan yang dilewati sang penakluk; anak-anak lelaki dan perempuan dibakar hidup-hidup atau dieksekusi dengan cara yang lebih sadis; pria-pria disula, dikuliti hidup-hidup, dibutakan, tangan dan kakinya dibuntungi, atau telinga dan hidungnya dipotong.” ˇ PAHATAN PRAJURIT YANG MENENTENG KEPALA MUSUH DAN MENUMPUKNYA Erich Lessing/Art Resource, NY Mengapa orang Yahudi membangun pagar tembok di sekeliling atap mereka? Allah memerintahkan orang Yahudi, ”Apabila engkau membangun rumah baru, engkau harus membuat pagar tembok yang rendah untuk atap rumahmu, agar engkau tidak mendatangkan utang darah atas rumahmu bila seseorang jatuh dari situ.” (Ulangan 22:8) Pagar ini merupakan standar keselamatan yang penting karena keluarga-keluarga Yahudi pada zaman Alkitab melakukan banyak aktivitas di atap rumah mereka. Kebanyakan rumah orang Israel beratap datar. Atap, atau sotoh, adalah tempat yang ideal untuk menikmati hangatnya matahari dan udara yang segar, atau melakukan pekerjaan rumah tangga. Di musim panas, orang dapat tidur dengan nyaman di situ. (1 Samuel 9:26) Selain itu, seorang petani biasa menjemur rami dan biji-bijian sebelum digiling atau mengeringkan buah ara dan anggur di atap.—Yosua 2:6. Atap rumah juga digunakan untuk beribadat, kepada Allah yang benar maupun kepada berhala. (Nehemia 8:16-18; Yeremia 19:13) Rasul Petrus naik ke atap di siang hari untuk berdoa. (Kisah 10:9-16) Jika dinaungi tanaman anggur atau daun palem, atap rumah bisa menjadi tempat istirahat yang menyenangkan. Buku The Land and the Book mengatakan bahwa di rumah orang Israel, ada tangga menuju atap yang letaknya ”di luar, namun masih di halaman rumah”. Jadi, seseorang dapat turun dari atap tanpa perlu masuk ke rumah. Hal ini selaras dengan peringatan Yesus untuk segera pergi dari kota yang akan dihancurkan, ”Hendaklah orang yang ada di sotoh rumah tidak turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya.”—Matius 24:17. ˇ 10 MENARA PENGAWAL MENDEKATLAH KEPADA ALLAH ”Teruslah Minta, dan Itu Akan Diberikan Kepadamu” Seorang murid meminta kepada Yesus, ”Tuan, ajarlah kami cara berdoa.” (Lukas 11:1) Dalam jawabannya, Yesus menceritakan dua perumpamaan yang mengajar kita caranya berdoa agar didengar Allah. Jika Anda pernah bertanya-tanya, ’Apakah doa saya didengar Allah?’ Anda pasti tertarik dengan jawaban Yesus.—Baca Lukas 11:5-13. Perumpamaan pertama menyoroti orang yang berdoa. (Lukas 11:5-8) Dikisahkan bahwa seorang pria kedatangan tamu pada tengah malam dan tidak punya apa-apa untuk dihidangkan. Ini adalah masalah mendesak bagi pria tersebut karena pada zaman itu, menerima tamu dianggap sebagai tugas suci. Jadi walaupun sudah larut, sang pria pergi ke rumah sahabatnya untuk meminjam roti.1 Awalnya, sang sahabat enggan bangun karena ia dan keluarganya sudah tidur. Selain itu, jika mereka miskin, seluruh keluarga tidur di lantai dalam satu ruangan. Namun, pria itu tanpa malu terus meminta dengan gigih, sampai sang sahabat akhirnya bangun dan meminjamkan apa yang dibutuhkan. Apa yang diajarkan perumpamaan Yesus ini tentang doa? Yesus memberi tahu bahwa kita perlu gigih—terus meminta, mencari, dan mengetuk. (Lukas 11:9, 10) Mengapa? Apakah Yesus memberi kesan bahwa saat kita berdoa, Allah enggan menjawab? Tidak. Inti perumpamaan Yesus adalah bahwa Allah tidak sama dengan sahabat yang ogah-ogahan tersebut. Sebaliknya, Allah ingin sekali mengabulkan permintaan orang yang berdoa dengan iman, asalkan itu pantas dan sesuai dengan kehendak-Nya. Iman kita bisa terlihat dari kegigihan kita. Dengan berulang kali meminta, kita menunjukkan bahwa kita sangat memerlukan apa yang kita minta dan bahwa kita sungguh-sungguh percaya bahwa Allah dapat memenuhinya—jika Ia menghendaki.—Markus 11:24; 1 Yohanes 5:14. Perumpamaan yang kedua menyoroti Sang ”Pendengar doa”, Yehuwa. (Mazmur 65:2) Yesus bertanya, ”Ba1 Sebuah keluarga biasa memanggang cukup banyak roti dalam sehari, jadi pinjam-meminjam roti sudah umum jika persediaan mereka habis. pak mana di antara kamu yang, jika putranya meminta ikan, mungkin akan memberinya ular sebaliknya daripada ikan? Atau jika ia juga meminta telur, akan memberinya kalajengking?” Jawabannya jelas—ayah yang baik tidak akan memberikan sesuatu yang berbahaya kepada anaknya. Kemudian, Yesus menjelaskan perumpamaan itu: Jika ayah manusia yang tidak sempurna ”memberikan pemberian yang baik” kepada anak-anaknya, ”terlebih lagi Bapak di surga akan memberikan roh kudus” —hadiah yang terbaik—kepada manusia yang meminta kepada-Nya!1—Lukas 11:11-13; Matius 7:11. Allah ingin sekali mengabulkan permintaan orang yang berdoa dengan iman Apa yang diajarkan perumpamaan ini tentang Yehuwa, Sang ”Pendengar doa”? Yesus ingin agar kita menganggap Yehuwa sebagai Bapak penyayang yang ingin sekali memenuhi kebutuhan anak-anak-Nya. Jadi, para penyembah Yehuwa dapat dengan leluasa mendekatiNya untuk menyampaikan permohonan. Dan, karena mengetahui bahwa Allah menginginkan apa yang terbaik, mereka akan dengan lapang hati menerima jawaban Allah, sekalipun hal itu tidak seperti yang mereka harapkan.2 ˇ 1 Yesus sering menggunakan alur penalaran ”terlebih lagi” —membandingkan satu hal dengan hal lain yang jauh lebih besar. Seorang pakar menjelaskan, ”Argumennya adalah, ’Jika A saja benar, apalagi B.’ ” 2 Untuk mengetahui lebih banyak tentang caranya berdoa agar didengar Allah, lihat pasal 17 buku Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? yang diterbitkan Saksi-Saksi Yehuwa. SARAN PEMBACAAN UNTUK APRIL Lukas 7-21 TIRULAH IMAN MEREKA NUH Ia ”Berjalan dengan Allah yang Benar” UH meluruskan punggungnya dan meregangkan otot-ototnya yang pegal. Bayangkan Nuh duduk di sebuah balok kayu besar, beristirahat sejenak sembari memandang rangka bahtera raksasa di hadapannya. Ia dapat mencium bau ter panas yang menusuk dan mendengar dentang peralatan beradu dengan kayu. Ia bisa melihat putra-putranya sibuk mengerjakan berbagai bagian dari struktur kayu yang besar itu. Ketiga putranya dan istri mereka serta istrinya yang tercinta telah bekerja keras membantunya selama puluhan tahun. Sudah banyak yang mereka selesaikan, tetapi masih ada banyak pekerjaan yang menanti! Penduduk sekitar menganggap Nuh dan keluarganya bodoh. Semakin kelihatan bentuk bahtera itu, orang-orang malah semakin menertawakan peringatan Nuh tentang banjir besar yang akan melanda seluruh bumi. Bencana itu terdengar dibuatbuat, sesuatu yang tidak mungkin terjadi! Mereka tidak habis pikir kenapa ada orang yang mau menyia-nyiakan kehidupannya—dan kehidupan keluarganya—untuk sesuatu yang tidak masuk akal. Namun, Allah yang Nuh sembah, Yehuwa, sama sekali tidak menganggap Nuh bodoh. Firman Allah mengatakan, ”Nuh berjalan dengan Allah yang benar.” (Kejadian 6:9) Apa maksudnya? Itu tidak mengartikan Allah berjalan di bumi, atau Nuh pergi ke surga. Maksudnya, Nuh begitu menaati dan mengasihi Allah sehingga ia seolah-olah berjalan dengan Yehuwa seperti dua orang sahabat. Ribuan tahun kemudian, Alkitab mengatakan tentang Nuh, ’Melalui imannya, ia menghukum dunia.’ (Ibrani 11:7) Bagaimana Nuh melakukan hal itu? Apa yang bisa kita pelajari dari imannya? N 12 MENARA PENGAWAL PRIA YANG LURUS DALAM DUNIA YANG BENGKOK Nuh hidup dalam dunia yang situasinya kian memburuk. Pada zaman Henokh, kakek buyut Nuh yang juga berjalan dengan Allah, keadaannya sudah parah. Henokh telah menubuatkan hari penghakiman yang akan menimpa orang-orang jahat. Sekarang, pada zaman Nuh, moral orang-orang jauh lebih bejat. Malah, Yehuwa menganggap bahwa dunia telah rusak karena sarat kekerasan. (Kejadian 5:22; 6:11; Yudas 14, 15) Apa yang membuat situasinya sedemikian memprihatinkan? Ada persoalan besar di antara putra-putra rohani Allah, para malaikat. Seorang malaikat telah memberontak melawan Yehuwa dan menjadi Setan Si Iblis dengan memfitnah Allah serta menggoda Adam dan Hawa untuk berbuat dosa. Pada zaman Nuh, malaikat-malaikat lain ikut memberontak. Mereka meninggalkan tugas di surga, pergi ke bumi, menjelma menjadi manusia, dan mengawini wanita-wanita cantik. Para malaikat durhaka yang sombong dan egois itu memberikan pengaruh yang sangat buruk bagi manusia di bumi.—Kejadian 3:1-5; 6:1, 2; Yudas 6, 7. Perkawinan yang menyalahi kodrat antara para wanita dan jelmaan malaikat menghasilkan keturunan hibrida yang tinggi besar dan sangat kuat. Alkitab menyebut mereka Nefilim, yang berarti ”Para Penumbang”—orang yang suka menyerang orang lain. Kaum Nefilim yang beringas dan suka menindas ini memperparah situasi dunia yang kejam. Tidak heran, Sang Pencipta menganggap bahwa ”kejahatan manusia sangat banyak di bumi dan setiap kecenderungan niat hatinya selalu jahat semata-mata”. Yehuwa menetapkan bahwa masyarakat fasik itu akan dibinasakan 120 tahun lagi.—Kejadian 6:3-5. Bayangkan sulitnya membina keluarga dalam lingkungan seperti itu! Namun, Nuh berhasil melakukannya. Ia menemukan istri yang baik. Setelah Nuh berusia 500 tahun, ia memiliki tiga putra —Sem, Ham, dan Yafet.1 Bersama istrinya, ia harus melindungi anak-anak mereka dari pengaruh buruk. Anak lelaki cenderung mengagumi ”orangorang perkasa” dan ”pria-pria yang termasyhur” —dan seperti itulah kaum Nefilim. Nuh dan istrinya pasti tidak bisa menutup-nutupi semua sepak terjang para raksasa itu, tetapi mereka dapat mengajarkan kebenaran yang menarik tentang Allah Yehuwa, Pribadi yang membenci kefasikan. Mereka harus membantu anak-anak mengerti bahwa semua kekerasan dan pemberontakan melukai hati Yehuwa. —Kejadian 6:6. Orang tua dewasa ini dapat memahami perasaan Nuh dan istrinya. Dunia kita juga marak dengan kekerasan dan pemberontakan. Hal-hal itu bahkan sudah meracuni hiburan anak-anak. Orang tua yang bijak berupaya semampu mereka untuk melawan pengaruh negatif itu dengan mengajar anak-anak tentang Yehuwa, Allah kedamaian yang akan mengakhiri semua kekerasan. (Mazmur 11:5; 37:10, 11) Mereka bisa berhasil, seperti Nuh dan istrinya. Putra-putra Nuh tumbuh menjadi pria-pria yang baik, dan mereka menikah dengan wanita-wanita yang juga mengutamakan Allah Yehuwa dalam kehidupan. 1 Manusia kala itu umurnya jauh lebih panjang daripada kita sekarang, mungkin karena mereka hidup lebih dekat dengan kesempurnaan dan kesehatan yang semula dimiliki Adam dan Hawa. ”BUATLAH BAGIMU SEBUAH BAHTERA” Suatu hari, hidup Nuh berubah. Yehuwa berbicara kepada hamba yang Ia kasihi ini dan memberi tahu bahwa Ia akan menghukum dunia kala itu. Allah memerintahkan Nuh, ”Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu pohon yang bergetah.” —Kejadian 6:14. Berbeda dengan anggapan beberapa orang, bentuk bahtera ini tidak seperti kapal. Bahtera ini tidak memiliki haluan dan buritan atau pun lunas dan kemudi. Bentuk badan bahtera juga tidak melengkung seperti kapal. Pada dasarnya, bahtera itu adalah kotak kayu raksasa. Yehuwa memberikan perincian yang cermat soal ukuran dan rancangan bahtera itu, juga petunjuk untuk melapisi bagian dalam dan luarnya dengan ter. Ia memberitahukan alasannya kepada Nuh, ”Aku akan mendatangkan air bah ke atas bumi . . . Segala yang ada di bumi akan mati.” Namun, Allah memberikan perintah kepada Nuh, ”Engkau harus masuk ke dalam bahtera itu, engkau bersama putra-putramu, istrimu, dan istri putra-putramu.” Nuh juga harus membawa masuk dua ekor dari setiap jenis binatang. Hanya mereka yang ada dalam bahtera yang dapat selamat dari Air Bah!—Kejadian 6:17-20. Sebuah megaproyek menanti Nuh. Bahtera itu sangat besar—panjangnya 133 meter, lebarnya 22 meter, dan tingginya 13 meter. Itu jauh lebih besar daripada kapal kayu mana pun, bahkan yang dibuat pada zaman modern. Apakah Nuh mencoba mengelak, mengeluh bahwa itu terlalu sulit, atau mengubah perinciannya agar lebih mudah dikerjakan? Alkitab mengatakan, ”Nuh melakukannya Nuh dan istrinya harus melindungi anak-anak mereka dari pengaruh buruk menurut semua yang Allah perintahkan. Ia melakukannya tepat seperti itu.”—Kejadian 6:22. Pekerjaan itu memakan waktu puluhan tahun, mungkin 40 sampai 50 tahun. Mereka harus menebang pohon lalu mengangkut, memotong, membentuk, kemudian menyambung kayu-kayunya. Bahtera itu bertingkat tiga, dan memiliki sejumlah ruangan serta sebuah pintu di salah satu sisinya. Ada juga jendela-jendela di sekeliling bagian atas. Atapnya dibuat agak miring dan sedikit menjorok supaya air hujan bisa turun.—Kejadian 6:14-16. Seraya tahun-tahun berlalu dan bahtera mulai terbentuk, Nuh pasti sangat menghargai dukungan keluarganya. Namun, ada tugas lain yang kemungkinan bahkan lebih sulit daripada membangun bahtera. Alkitab memberi tahu kita bahwa Nuh adalah ”pemberita keadilbenaran”. (2 Petrus 2:5) Ia dengan berani memperingatkan orang-orang dalam masyarakat yang bejat itu bahwa pembinasaan akan segera datang. Apa tanggapan mereka? Yesus belakangan menyebutkan bahwa orang-orang kala itu ”tidak memberikan perhatian”. Ia mengatakan bahwa mereka begitu sibuk dengan urusan sehari-hari—makan, minum, dan menikah—sampai-sampai mereka tidak menggubris Nuh. (Matius 24:37-39) Banyak orang juga mengejek Nuh dan keluarganya. Ada yang bahkan mengancam dan menyerang dia. Namun, Nuh dan keluarganya tidak menyerah. Segala sesuatu dalam dunia waktu itu membuat prioritas hidup Nuh dan keluarganya, yaitu membangun bahtera, kelihatan bodoh, aneh, dan sia-sia. Meskipun demikian, mereka terus bekerja. Keluarga Kristen dewasa ini bisa banyak belajar dari iman Nuh dan keluarganya. Bukankah kita juga hidup pada ”hari-hari terakhir” sistem ini? (2 Timotius 3:1) Yesus mengatakan bahwa masa hidup kita mirip dengan masa ketika Nuh membangun bahtera. Jika orang-orang bersikap apatis terhadap berita tentang Kerajaan Allah, mengejek, atau bahkan menindas kita, ingatlah Nuh. Kita bukanlah yang pertama mengalami itu semua. ”MASUKLAH . . . KE DALAM BAHTERA ITU” Puluhan tahun telah berlalu, dan bahtera itu hampir rampung. Nuh kini berusia kira-kira 600 tahun, dan ia telah kehilangan beberapa orang yang 14 MENARA PENGAWAL dikasihinya. Ayahnya, Lamekh, meninggal.1 Lima tahun kemudian, kakek Nuh, Metuselah, meninggal pada usia 969—dan dialah manusia tertua dalam sejarah Alkitab. (Kejadian 5:27) Metuselah dan Lamekh pernah hidup sezaman dengan manusia pertama, Adam. Pada tahun yang sama, Nuh menerima instruksi lagi dari Allah Yehuwa, ”Masuklah, engkau dan seluruh rumah tanggamu, ke dalam bahtera itu.” Allah juga memberi tahu Nuh untuk membawa semua jenis binatang ke dalam bahtera—yang bisa digunakan untuk korban sebanyak tujuh ekor, dan selebihnya dua ekor.—Kejadian 7:1-3. Itu pastilah pemandangan yang tak terlupakan! Ratusan binatang—dengan segala ukuran, bentuk, dan sifat—berbondong-bondong datang. Ada yang berjalan, terbang, melata, dan merayap. Kita hanya bisa membayangkan betapa sulitnya Nuh membujuk, menarik, dan mendorong semua binatang itu agar masuk ke tempat mereka dalam bahtera. Alkitab mengatakan bahwa ”masuklah mereka . . . kepada Nuh ke dalam bahtera”.—Kejadian 7:9. Orang yang skeptis mungkin bertanya, ’Mana mungkin itu terjadi? Mana bisa semua binatang itu hidup damai dalam ruang terbatas?’ Coba renungkan: Apakah Pencipta alam semesta tidak mampu mengendalikan binatang ciptaan-Nya, mungkin menjinakkan mereka jika perlu? Ingatlah, Yehuwa 1 Lamekh menamai putranya Nuh—mungkin berarti ”Istirahat; Penghiburan”—dan bernubuat bahwa sesuai dengan namanya, Nuh akan membuat manusia beristirahat dari kerja keras menggarap tanah yang terkutuk. (Kejadian 5:28, 29) Lamekh tak sempat melihat nubuat ini tergenap. Walaupun Allah jelas-jelas memberkati Nuh, orang-orang mengejek dia dan mengabaikan beritanya adalah Allah yang juga membelah Laut Merah dan membuat matahari berhenti. Jadi, Ia pasti sanggup melaksanakan semua yang digambarkan dalam kisah Nuh. Dan, itulah yang terjadi! Memang, Allah dapat menggunakan cara lain untuk menyelamatkan binatang-binatang itu. Namun, dengan bijaksana Allah memilih cara yang mengingatkan kita akan tugas yang awalnya Ia berikan kepada manusia untuk mengurus semua makhluk hidup di bumi. (Kejadian 1:28) Banyak orang tua dewasa ini bisa menggunakan cerita Nuh untuk mengajar anak-anak mereka bahwa Yehuwa menghargai manusia dan binatang ciptaan-Nya. Yehuwa memberi tahu Nuh bahwa Air Bah akan datang tujuh hari lagi. Pastilah itu minggu tersibuk bagi keluarga Nuh. Bayangkan repotnya menempatkan semua binatang dan pakan dengan rapi serta membawa masuk barang-barang mereka sendiri. Istri dan para menantu Nuh kemungkinan sibuk mempersiapkan tempat tinggal yang nyaman di dalam bahtera. Sementara itu, bagaimana dengan orang-orang di sekitarnya? Mereka tetap ”tidak memberikan perhatian”—sekalipun dapat melihat di depan mata bahwa Yehuwa jelas-jelas memberkati semua upaya Nuh. Ratusan hewan yang berduyun-duyun masuk ke bahtera pasti juga menarik perhatian mereka. Namun, kita tidak usah heran dengan sikap apatis mereka. Orang-orang dewasa ini tidak memerhatikan banyak bukti yang menunjukkan bahwa kita hidup pada hari-hari terakhir sistem ini. Dan, seperti yang dinubuatkan rasul Petrus, akan datang pengejek-pengejek yang mengolok-olok orang yang mengindahkan peringatan Allah. (2 Petrus 3:3-6) Pada zaman Nuh, orang-orang pasti juga mengejek Nuh dan keluarganya. Kapan ejekan itu berhenti? Catatan Alkitab menceritakan bahwa setelah Nuh sekeluarga dan binatang-binatang ada dalam bahtera, ”Yehuwa menutup pintu di belakangnya”. Jika para pengejek ada di dekat bahtera pada saat itu, mereka pasti terdiam melihat tindakan Allah tersebut. Kalau itu belum mempan, hujan yang datang setelahnya pasti membungkam mereka! Dan, hujan deras terus tercurah tanpa henti—sehingga akhirnya bumi pun terendam, tepat seperti apa yang Yehuwa katakan.—Kejadian 7:16-21. Apakah Yehuwa senang akan kematian orang fasik? Tidak! (Yehezkiel 33:11) Ia telah memberikan banyak kesempatan bagi mereka untuk bertobat dan melakukan apa yang benar. Apakah mereka sebenarnya bisa menaati Allah? Haluan hidup Nuh menjadi jawabannya. Nuh menunjukkan bahwa keselamatan bisa diperoleh apabila kita berjalan dengan Allah dan menaati semua perintah-Nya. Dalam pengertian itulah imannya menghukum dunia kala itu; iman Nuh dengan jelas menunjukkan bahwa masyarakat di sekitarnya layak dihukum karena sangat fasik. Iman Nuh juga menyelamatkan keluarganya. Jika kita meniru iman Nuh, kita pun dapat menyelamatkan diri kita dan juga orang-orang yang kita sayangi. Seperti Nuh, Anda dapat berjalan dengan Yehuwa, seperti dengan seorang sahabat. Dan, persahabatan itu bisa bertahan selamanya! 1 APRIL 2013 15 PERTANYAAN ALKITAB DIJAWAB Mungkinkah kita memahami Alkitab? Alkitab adalah Firman Allah. Itu bagaikan sepucuk surat dari ayah yang penyayang. (2 Timotius 3:16) Dalam Alkitab, Allah menjelaskan bagaimana kita dapat menyenangkan Dia, mengapa Ia membiarkan kejahatan, dan apa yang akan Ia lakukan bagi manusia di masa depan. Namun, para guru agama telah memutarbalikkan ajaran Alkitab, sehingga banyak orang berpikir bahwa mereka tidak akan pernah bisa memahami isi Alkitab.—Kisah 20:29, 30. Allah Yehuwa ingin agar kita mengetahui kebenaran tentang Dia. Oleh karena itu, Ia memberi kita buku yang dapat dipahami.—Baca 1 Timotius 2:3, 4. Bagaimana kita dapat memahami Alkitab? Selain memberi kita Alkitab, Yehuwa menyediakan bantuan untuk memahaminya. Ia mengutus Yesus untuk mengajar kita. (Lukas 4:16-21) Yesus membantu para pendengarnya memahami Alkitab dengan mengutip berbagai ayat.—Baca Lukas 24:27, 32, 45. Yesus mendirikan sidang jemaat Kristen agar pekerjaan yang telah ia mulai bisa berlanjut. (Matius 28:19, 20) Dewasa ini, para pengikut Yesus yang sejati membantu orang-orang memahami apa yang Alkitab ajarkan tentang Allah. Jika Anda ingin memahami Alkitab, Saksi-Saksi Yehuwa akan dengan senang hati membantu Anda.—Baca Kisah 8:30, 31. Untuk keterangan lebih lanjut, lihat pasal 2 buku ini, diterbitkan Saksi-Saksi Yehuwa APA YANG Sebenarnya ALKITAB AJARKAN? DAPATKAN JAWABAN BERBAGAI PERTANYAAN ALKITAB DI WEB s n o Unduhan gratis majalah ini dan terbitan sebelumnya m q Artikel dan kegiatan untuk orang tua, remaja, dan anak-anak p Alkitab online dalam kira-kira 50 bahasa wp13 04/01-IN