MODEL KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Oleh: Is Yuli Gunawan Abstrak Is Yuli Gunawan: Model Kepemimpinan Pembelajaran untuk meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Sekolah merupakan pusat pengembangan sumberdaya manusia dan merupakan pengembang kualitas sumberdaya manusia. Kualitas dan intelektualitas manusia bergantung pada pola pendidikan yang diterapkan di sekolah. Guru merupakan ujung tombak berhasinya proses pembelajaran. Keberhasilan guru dalam mengelola pendidikan bergantung pada situasi sekolah. Kepala sekolah merupakan orang yang paling bertanggungjawab dalam membangun sumberdaya manusia karena kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mengelola sekolah.. Oleh karena itu diperlukan model kepemimpinan kepala sekolah yang dapat meningkatkan motivasi kerja guru yang pada akhirnya akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Model kepemimpinan yang dapat meningkatkan motivasi baik motivasi kerja guru maupun motivasi belajar siswa adalah model kepemimpinan pembelajaran. Pada model kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah memiliki peran sebagai: (1) educator, (2) manager, (3) administrator, (4) supervisor, (5) motivator, (6) enterpreuner, (7) leader. Kata Kunci: kepemimpinan pembelajaran, dan motivasi siswa 1 A. LATAR BELAKANG Pada era global pengembangan sumber daya manusia menjadi sangat utama, karena sumber daya manusialah yang menjadi sandaran kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa akan bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Mejunya sumber daya manusia bergantung pada proses pendidikan yang dilaluinya. Kalau proses pendidikan dilakukan dengan asal asalan maka hasilnya adalah sumber daya manusia yang tidak berkualitas atau dengan kata lain sumber daya kita akan kalah dalam berkompetisi dengan Negara lain yang system pendidikannya sudah maju. Pendidikan pada prisipnya adalah untuk menyiapkan sumber daya manusia dalam menghadap era global yaitu era persaingan bebas anta Negara dalam hal khususnya kualitas sumber daya manusia. Melalui sekolah diharapkan proses pendidikan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, karena sekolah merupakan pusat pengembangan kualitas manusia. Sekolah dalam hal ini mencakup kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan serta siswa. Jadi tidak bertumpu pada satu komponen saja melainkan melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah. Sumber pengembangan itu sendiri dapat berasal dari dua faktor yaitu eksternal dan internal baik bagi pendidik, tenaga kependidikan maupun peserta didik. Faktor eksternal bagi pendidik maupun tenaga kependidikan dapat berasal dari pola kepemimpinan sekolah dan dari faktor internal berasal dari kondisi pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri, sedangkan bagi peserta didik faktor eksternal dapat berasal dari kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, dan keluarga sedangkan dari faktor internal adalah dari jiwa peserta didik itu sendiri. Namun pada dasarnya berkembang tidaknya peserta didik lebih dipengaruhi oleh factor eksternal dalam hal ini pengaruh dari komponen-komponen yan ada di sekolah. Kepala sekolah sebagai penggerak utama dalam proses pendidikan diharapkan memiliki kemampuan untuk membangun komponen-komponen yang ada di sekolah agar siap menghadapi tantangan di era global. Untuk membangun kualitas sumber daya manusia melalui dunia pendidikan, maka pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyatakan “Pendidikan nasional berfungsi 2 mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dari undang-undang tersebut diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kulaitas peserta didik sebagai generasi penerus bangsa menuju masa depan bangsa yang kuat dan berwibawa. Untuk mewujudkan citacita yang tertuang dalam undang-undang tersebut perlu adanya perubahan dalam system pembelajaran di sekolah yang sekiranya mampu memberikan kesempatan pada peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang medukung keberhasilan dalam menghadapi masa depan. Kepala sekolah sebagai orang nomer satu di sekolah berperan sangat penting dalam merubah system pendidikan. Keberhasilan suatu sekolah dalam system pembelajaran sangat bergantung pada pola kepemimpinan. Maka dari itu diperlukan adanya model kepemimpinan yang dapat membangun sekolah sebagai pusat belajar. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional menerbitkan peraturan tentang standar Kepala Sekolah yang tertuang dalam Permendiknas nomor 13 tahun 2007 menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah harus memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Dengan lima dimensi tersebut diharapkan seorang kepala sekolah mampu membangkitkan semangat kerja anggotanya dalam melaksanakan tugasnya secara optimal. Dengan tingginya semangat kerja secara optimal akan berdampak pada semangat belajar peserta didik yang pada akhirnya akan menghasilkan generasi bangsa. yang mampu berkompetisi dalam menghadapi masa depan bangsa. Dengan kata lain berhasil tidaknya sekolah dalam mencapai tujuan akan ditentukan oleh berhasil tidaknya kepala sekolah dalam merancang-bangun organisasi sekolah (Nurkolis: 2002). Dalam mengelola sekolah diperlukan suatu rencana yang terinci, sehingga tidak terjadi pelaksanaan yang tumpang tindih, kurang koordinasi, komunikasi yang kurang interaktif, kurang motivasi, tidak transparan, kurang teliti, dan kurang dipahami didasarkan atas 3 tugas dan fungsi organisasi. Kurang terprogramnya perencanaan sekolah, menjadikan prestasi kerja yang dicapai oleh sekolah tidak maksimal (Depdiknas,2004: 1). Untuk membangkitkan motivasi kerja baik pada pendidik maupun tenaga kependidikan yang dampaknya pada peningkatan motivasi belajar siswa diperlukan model kepemimpinan yang menitik beratkan pada pembelajaran yang sering disebut sebagai pemimpin pembelajaran atau instructional leadership, seperti pada kutipan dari para ahli pendidikan sebagai berikut: If our schools are to improve, we must redefine the principal’s role and move instructional leadership to the forefront (Buffie, 1989). If a school is to be an effective one, it will be because of the instructional leadership of the principal …. (Findley,1992). Effective principals are expected to be effective instructional leaders ...... the principal must be knowledgable about curriculum development, teachers and instructional effectiveness, clinical supervision, staff development, and teacher evaluation (Hanny, 1987). Dari kutipan-kutipan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa sangat perlu diterapkan model kepemimpinan yang menitik beratkan pada pembelajaran. B. KONSEP KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN 4 Daresh dan Playco (1995) mendefinisikan kepemimpinan pembelajaran sebagai upaya memimpin para guru agar mengajar lebih baik, yang pada gilirannya dapat memperbaiki prestasi belajar siswanya. Petterson (1993), mendefinisikan kepemimpinan pembelajaran sebagai berikut: a. Kepala sekolah mensosialisasikan dan menanamkan isi dan makna visi sekolahnya dengan baik. Dia juga mampu membangun kebiasaan-kebiasaan berbagi pendapat atau urun rembug dalam merumuskan visi dan misi sekolahnya, dan dia selalu menjaga agar visi dan misi sekolah yang telah disepakati oleh warga sekolah hidup subur dalam implementasinya b. Kepala sekolah melibatkan warga sekolah dalam pengambilan keputusan dan dalam kegiatan operasional sekolah. c. Kepala sekolah memberikan dukungan terhadap pembelajaran, misalnya dia mendukung bahwa pengajaran yang memfokuskan pada kepentingan belajar siswa. d. Kepala sekolah melakukan pemantauan terhadap proses belajar mengajar sehingga memahami lebih mendalam dan menyadari apa yang sedang berlangsung didalam kelas. e. Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator sehingga dengan berbagai cara dia dapat mengetahui kesulitan pembelajaran dan dapat membantu guru dalam mengatasi kesulitan belajar tersebut. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan pembelajaran atau instructional leadership adalah kepemimpinan yang memfokuskan/menekankan pada pembelajaran yang komponen-komponennya meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen (penilaian hasil belajar), penilaian serta pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah. Berdasarkan pengertian kepemimpinan pembelajaran tersebut, tujuan yang akan dicapai oleh penerapan kepemimpinan pembelajaran adalah 1). Kurikulum (apa yang diajarkan) mencakup pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang meliputi kegiatan perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah; pengembangan struktur dan muatan kurikulum; dan pembuatan kalender. 2). Proses belajar mengajar 5 meliputi, pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran, pemilihan metode mengajar dan metode belajar, penggunaan media pembelajaran dan fasilitas belajar lainnya, pengelolaan kelas, dan pemotivasian siswa. 3). Asesmen (evaluasi hasil belajar) meliputi aspek yang di evaluasi, metode evaluasi, dan pelaporan. (4). Penilaian kinerja guru dan pengembangan profesinya. (5) Layanan prima terhadap pembelajaran siswa, 6. Membangun warga sekolahnya menjadi komunitas pembelajaran. C. PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN Kepala sekolah yang menerapkan model kepemimpinan pembelajaran harus bisa berperan sebagai educator, manager, administrator, supervisor, motivator, enterpreneur, dan leader yang dimainkan secara bersama-sama. 1. Pendidik (Educator) Pendidik dalam dunia pendidikan sama artinya dengan guru. Ada dua pengertian tentang pendidik/guru yaitu pengertian secara informal dan pengertian secara formal. Secara informal dapat dikatakan bahwa guru adalah sosok orang yang memiliki kelebihan, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun kepribadiannya, yang berusaha secara sadar dan sengaja untuk mentransfer kelebihan tersebut kepada satu atau beberapa orang yang menjadi muridnya. Dari pengertian ini mengandung makna bahwa setiap orang bisa meraih kedudukan sebagai guru, dengan syarat memiliki kompetensi tertentu dan berkehendak mentransfer kompetensi itu kepada orang lain yang menjadi muridnya. Secara formal seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pada Bab I Pasal 1 bahwa : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, memberikan, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah 6 2. Manager (Manajer) Kepala sekolah sebagai manajer di sekolah. Tugas manajer pendidikan adalah merencanakan sesuatu atau mencari strategi yang terbaik, mengorganisasi dan mengkoordinasi sumber-sumber pendidikan yang masih berserakan agar menyatu dalam melaksanakan pendidikan, dan mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kepala Sekolah memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan, karena atas perannya sebagai manajer di sekolah dituntut untuk mampu : (1) mengadakan prediksi masa depan sekolah, misalnya tentang kualitas yang diinginkan masyarakat, (2) melakukan inovasi dengan mengambil inisiatif dan kegiatan-kegiatan yang kreatif untuk kemajuan sekolah, (3) menciptakan strategi atau kebijakan untuk mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut, (4) menyusun perencanaan, baik perencanaan strategis maupun perencanaan operasional, (5) menemukan sumber-sumber pendidikan dan menyediakan fasilitas pendidikan, (6) melakukan pengendalian atau kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan dan hasilnya. 3. Administrator Kepala sekolah sebagai administrator dalam lembaga pendidikan mempunyai tugas-tugas antara lain : melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan terhadap bidang-bidang seperti ; kurikulum, kesiswaan, kantor, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, dan perpustakaan. Jadi kepala sekolah harus mampu melakukan; (1) pengelolaan pengajaran; (2) pengelolaan kepegawaian; (3) pengelolaan kesiswaan; (4) pengelolaan sarana dan prasarana; (5) pengelolaan keuangan dan; (6) pengelolaan hubungan Kepala sekolah sebagai Administrator bertanggung jawab pula terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Hal tersebut mencakup seluruh kegiatan sekolah, seperti; proses belajar-mengajar, kesiswaan, 7 personalia, sarana prasarana, ketatausahaan dan keuangan serta mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat. Selain itu juga, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keadaan lingkungan sekolahnya. Maka sebagai syarat mutlak menjadi kepala sekolah yang berkompeten, harus mampu dengan baik melaksanakan fungsi – fungsi administrasi pendidikan, yang meliputi perencanaan, penyusunan organisasi sekolah, pengoordinasian dan pengarahan serta pengelolaan kepegawaian. 4. Supervisor Supervisi berasal dari dua kata yaitu : Super dan Vision. Dalam webster’s New World Dictionary istilah super berarti “higher in rank or position than, superior to (superintendent), a greater or better than others” (1991:1343) , Sedangkan kata vision berarti “the ability to perceive something not actually, as through mental acuteness keen foresight Pengertian supervise menurut pendapat Spears (1953): “...the process of bringing about improvement in instruction by working with people who are helping the pupils. It is a process of stimulating growth and a means of helping teachers to help themselves....” Artinya, bahwa supervisi pembelajaran merupakan proses mengupayakan peningkatan proses pembelajaran melalui kerjasama dengan orang yang membimbing peserta didik, proses melakukan stimulasi perkembangan, dan sebagai media bagi guru untuk memperbaiki diri. Menurut Sahertian (2000), supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara berkelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran dengan tujuan memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Supervisi merupakan pengembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang pada akhirnya perkembangan siswa. Perbaikan situasi belajar mengajar bertujuan untuk : (1) menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas agar siswa dapat mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan 8 secara optimal, (2) menyeleksi fasilitas belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas, (3) mengkoordinasikan kemauan siswa mencapai tujuan pendidikan, (4) meningkatkan moral siswa. Lebih lanjut Ngalim Purwanto (1987) mengemukakan bahwa: Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sekolah maupun guru, oleh karena itu program supervisi harus dilakukan oleh supervisor yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mengadakan hubungan antar individu dan ketrampilan teknis. Supervisor di dalam tugasnya bukan saja mengandalkan pengalaman sebagai modal utama, tetapi harus diikuti atau diimbangi dengan jenjang pendidikan formal yang memadai. 5. Motivator Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “ daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman,2001: 71) Motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). (Ngalim Purwanto, 2007 : 61). Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai. Jadi motivator adalah orang yang memberikan doronan atau motivasi agar sustu tujuan dapat tercapai. 6. Entrepreneur (Kewirausahaan) 9 Banyak orang beranggapan bahwa kewirausahaan hanyalah milik seorang pengusaha, namun yang sebenarnya kewirausahaan adalah milik para professional, misalnya dosen, kepala sekolah, guru, dokter, dan sebagainya. Menurut Davis E Rye dalam bukunya The Vest-Pocket Entrepreneur (1996), kewirausahaan merupakan pengetahuan terapan dari konsep dan teknik manajerial yang disertai risiko dalam mentransformasi sumberdaya menjadi output yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Hisrich-Peter (2005:535) menyatakan bahwa “intreprenership is one method for stimulating and capitalizing on individual in an organization who think that something can be done differently and better”. Dalam buku materi Kewirausahaan pada Pelatihan Penguatan Kompetensi Kepala Sekolah menyatakan: “Kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru secara kreatif dan inovatif untuk mewujudkan nilai tambah” (Overton, 2002). Kreatif berarti menghasilkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Inovatif berarti memperbaiki/memodifikasi/ mengembangkan sesuatu yang sudah ada. Nilai tambah berarti memiliki nilai lebih dari sebelumnya. 7. Pemimpin (Leader) Sekolah Menurut Lipoto (1988) peranan kepemimpinan kepala sekolah adalah sebagai: (1) figurehead (symbol); (2) leader (memimpin); (3) liason (antara); (4) monitor (memonitor); (5) disseminator (menyebarkan) informasi; (6) spokesmen (juru bicara); (7) entrepreneur ( wiraswasta); (8) Disturbance handler ( menangani gangguan); (9) Resource allocator (pengumpul dana); (j) negotiator ( perunding). Lebih lanjut Lipoto (1988) mengatakan bahwa sebagai pemimpin, maka kepala sekolah harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar dan sukarela melaksanakan kewajibannya secara baik sesuai dengan apa yang diharapkan pimpinan dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan kepala sekolah terutama ditujukan kepada para guru karena merekalah yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan. Namun demikian, kepemimpinan kepala sekolah juga ditujukan kepada para tenaga kependidikan lainnya serta siswa. 10 Hal senada dikatakan Wahjosumidjo (2001), peran kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah memiliki tanggung jawab menggerakkan seluruh sumberdaya yang ada di sekolah sehingga melahirkan etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan. Hick (dalam Wahjosumido, 2001) berpendapat bahwa untuk dapat menjadi pemimpin sekolah yang baik, kepala sekolah harus : (1) adil, (2) mampu memberikan sugesti (suggesting), (3) mendukung tercapainya tujuan (supplying objectives), (4) mampu sebagai katalisator, (5) menciptakan rasa aman (providing security), (6) dapat menjadi wakil organisasi (representing), (7) mampu menjadi sumber inspirasi (inspiring), (8) bersedia menghargai (prising). Dalam pelaksanaannya, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah, (Departemen Pendidikan Nasional, (2000) sangat dipengaruhi hal-hal sebagai berikut: (1) Kepribadian yang kuat; kepala sekolah harus mengembangkan pribadi agar percaya diri, berani, bersemangat, murah hati, dan memiliki kepekaan sosial. (2) Memahami tujuan pendidikan dengan baik; pemahaman yang baik merupakan bekal utama kepala sekolah agar dapat menjelaskan kepada guru, staf dan pihak lain serta menemukan strategi yang tepat untuk mencapainya. (3) Pengetahuan yang luas; kepala sekolah harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang yang lain yang terkait. (4) Keterampilan professional yang terkait dengan tugasnya sebagai kepala sekolah, yaitu: (a) keterampilan teknis, misalnya: teknis menyusun jadwal pelajaran, memimpin rapat. (b) keterampilan hubungan kemanusiaan, misalnya : bekerjasama dengan orang lain, memotivasi, guru dan staf. (c) Keterampilan konseptual, misalnya mengembangkan konsep pengembangan sekolah, memperkirakan masalah yang akan muncul dan mencari pemecahannya. Bagi kepala sekolah yang ingin berhasil menggerakkan para guru/staf dan para siswa harus mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa, dengan cara meyakinkan dan membujuk agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa apa yang dilakukan adalah benar. Pemimpin yang efektif selalu memanfaatkan kerjasama dengan para bawahan untuk mencapai cita-cita organisasi (Pidarta, 11 1990). Disamping itu menurut Mulyasa (2002), kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang; (1) mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif; (2) dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan; (3) mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan; (4) berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah; (5) bekerja dengan tim manajemen; (6) berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 12 DAFTAR PUSTAKA A.M. Sardiman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Burhanudin. Yusak, Administrasi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2005 Danim, Sudarwan. 2010 Profesi Kependidikan.Bandung: Alfabeta Deal, T.E. and Peterson, K.D. 1998. Shaping School Culture: The Heart of Leadership. San Fransisco, CA. Jossey Bass Publishers. F:\Mary Jo\Education Leadership Redesign Commission\Tennessee Standards for Instructional Leaders Packet.doc vlb 3/21/07 Fink, Elaine and B. Resnicl, Lauren (2003). Developing Principals as Instructional Leaders. Gunawan. Ary H., Admnistrasi Sekolah; Admnistrasi Pendidikan Mikro, Jakarta: Rineka Cipta, 1996 Guston, Sandra Lee. 2002. The Instructional Leadership toolbox: A Handbook for Improving Practice. California: Sage Publication. Hisrich, R.D. & Peters, M.P. 2002. Entrepreneurship. Fifth Edistion. New York: McGraw Hill Irwin. Nasution S., 2004, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. Overton, R. 2002. Are You an Entrepreneur? Singapore: Wharton. Purwanto Ngalim, 2002, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Syam, Muh Noor. 1980. Pengantar Dasar-dasar Kepedidikan.Surabaya: Usaha Nasional Tirtarahardja, Umar dan S.L La Sulo.2005.Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raneka Cipta. 13 BIODATA Name : Is Yuli Gunawan NIP : 19620727 199103 1 001 Jabatan : Widyaiswara Muda Unit Kerja : PPPPTK Seni dan Budaya Alamat Kantor : Jl. Kaliurang Km. 13 Klidon, Sukoharjo Ngaglik, Sleman Yogyakarta 14