strategi active knowledge sharing dalam meningkatkan motivasi

advertisement
STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD/MI
Muhiddinur Kamal
Dosen STAIN Bukittinggi, Sumatera Barat
Abstract: The instructional process must be able to build the students’ creativity in thinking and acquiring the
social skill of the students .The ability in constructing the new knowledge to improve the mastery on content
material. In running the instructional process the teacher need to realize and comprehend the philosophy of
learning that enable the student to develop the ability of thinking and social skill and learning many kinds of
instructional model to stimulate the students ability in learning. As the part of education, instruction, there is
need for being able to keep, develop and maximize the students’ innate potency both social and academic
potencies. The purpose of education is only for developing the cognitive ability, affective and the psychomotor
aspects of the student and ignore the social aspect of the student. In fact, the primary education face the
complicated aspects. The behavior in social life indicate the a dinamics changes. This characteristic, turn into a
specific problem for teacher in doing her job as a teacher. The fact that was found in the case of the aplication in
teaching learning process in Elementary school shows unsatiesfying outcome, both the quality of the
instructional process and social skill of the learner. The complains came from the people related on the students
awareness of the social life, need a deep comprehension and future studies in finding the various types of
solution. One of the strategies One of the alternated strategies in improving the instructional quality is the active
Knowlegde Sharing. This instructional strategy provide the student large opportunities in learning, and let the
student learning in a good atmosphere,expanding the knowledge, making the students motivation improved in
learning process.
Key words: Strategy, Active Knowledge Sharing, Motivation
Abstrak: Pembelajaran hendaknya mengarah pada pengembangan kreativitas berpikir dan keterampilan sosial
peserta didik. Peningkatan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru untuk meningkatkan penguasaan yang
baik terhadap pelajaran. Dalam pembelajaran guru hendaklah mengetahui dan memahami hakekat pembelajaran
yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan sosial peserta didik dan memahami berbagai
model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar. Sebagai bagian dari pendidikan, pembelajaran, haruslah melakukan pemeliharaan, mengembangan maupun pengoptimalan potensi peserta didik, apakah potensi kemampuan akademisnya maupun kemampuan sosialnya. Pendidikan tidak cukup hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan mengabaikan kemampuan sosial, bagaimanapun kemampuan
kognitif, afektif, psikomotor dan keterampilan sosial haruslah sejalan. Diakui pembelajaran di SD/MI memiliki
cakupan materi yang sangat luas dan kompleks. Selain itu perilaku sosial cenderung dinamis dan terus berubahubah. Karakteristik ini, menjadi persoalan tersendiri bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kenyataan yang terjadi dalam wilayah praktis pembelajaran di SD/MI mengindikasikan suatu yang kurang memuaskan, baik dari sisi kualitas pembelajaran maupun keterampilan/ sikap sosial peserta didik. Keluhan
masyarakat dan berbagai kalangan tentang rendahnya pemahaman siswa tentang kehidupan sosial, membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dalam mencari pemecahannya. Salah satu strategi pembelajaran yang diduga dapat memperbaiki kualitas pembelajaran adalah strategi pembelajaran Active Knowlegde Sharing. Strategi pembelajaran
ini memberikan kesempatan belajar lebih luas dan suasana kondusif kepada siswa untuk memperoleh, mengembangkan pengetahuan, sikap, sehingga dengan sendirinya motivasi belajar siswa dapat meningkat dalam pembelajaran.
Kata Kunci: strategi, Active Knowledge Sharing, motivasi
A. Pendahuluan
Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi yang dinamis antara siswa dengan guru
maupun siswa sesama siswa dalam rangka men-
capai tujuan yang telah ditentukan dan membangun hubungan sosial sesama umat manusia.
Proses interaksi pembelajaran pada prinsipnya
bergantung pada guru dan siswa dan juga siswa
367
Muhiddinur Kamal: Strategi Active Knowledge Sharin |368
sesama siswa. Dalam hal ini, interaksi mengisyaratkan adanya aktifitas setiap pihak, baik
siswa belajar dan guru yang mengajar maupun
proses interaksi sesama siswa dalam pembelajaran. Menurut Sudjana (1989:29) proses
pengajaran adalah keterpaduan antara proses belajar siswa dengan proses mengajar guru sehingga terjadi interaksi belajar mengajar.
Kegiatan pembelajaran menyangkut proses
yang meliputi banyak hal dan kompleks, sebab
menyangkut proses penciptaan lingkungan belajar, baik yang dilakukan oleh guru dengan siswa
maupun siswa sesama siswa agar terjadi proses
pembelajaran yang dinikmati oleh semua pelaku
pembelajaran. Upaya yang dilakukan guru tersebut sejalan dengan pandangan Gagne dan
Briggs (1979: 62), bahwa pembelajaran adalah
upaya menciptakan lingkungan agar mempengaruhi siswa untuk aktif belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran menekankan pada usaha untuk membangkitkan aktifitas siswa untuk
belajar, untuk membangun hubungan sosial dan
mengasah keterampilan yang bertujuan untuk
mencapai hasil yang maksimal.
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/
MI) merupakan jenis pendidikan yang sangat
strategis, karena merupakan pendidikan formal
paling awal yang memberikan landasan bagi
pendidikan selanjutnya yakni pendidikan di
tingkat SMP/MTs. Sejak dari sekolah dasar ini
proses pencerdasan anak bangsa secara formal
dimulai. Walaupun telah ada pendidikan formal
sejak Taman Kanak- Kanak namun secara umum di Indonesia, SD/MI dianggap sebagai awal pendidikan secara formal karena tidak semua Taman Kanak-Kanak tersedia khususnya di
pedesaan dan di daerah tertinggal.
Kenyataan yang terjadi dalam pendidikan
SD/MI saat ini, masih terdapat keluhan siswa
pasif dan bosan, motivasi belajar siswa yang
rendah dan sebagainya. Keluhan mengenai proses pembelajaran terekam melalui berbagai penelitian seperti membosankan, buku teks yang
penuh dengan fakta, terlalu kering dan proses
pembelajaan yang monoton. Keluhan tersebut
telah berjalan panjang tetapi perubahan dalam
pembelajaran belum mampu mengurangi keluhan tersebut (Hasan, 2007). Hal tersebut bisa
terjadi karena banyak hal, salah satunya karena
guru kurang kreatif dalam pembelajaran, walau-
pun guru telah mencoba menggunakan model,
pendekatan, metode dan strategi baru namun dalam pelaksanaannya masih monoton dengan media buku seperti pembelajaran-pembelajaran
biasanya. Sangat jarang guru memadukan strategi pembelajaran dengan metode pembelajaran
yang bervariasi. Padahal untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses pembelajaran di
kelas, ada dua komponen utama yang perlu diperhatikan yaitu strategi dan metode pembelajaran. Kedua komponen ini saling berkaitan
dan tidak bisa dipisahkan (Sudjana, 2005).
Oleh sebab itu pembelajaran lebih cenderung tidak disukai, hal ini dikarenakan dianggap
membosankan. Sebagian besar penyajian materi
mata pelajaran yang dilakukan banyak menggunakan metode ceramah atau guru lebih banyak
mendominasi siswa (teacher centered). Guru
terkesan kurang mampu menyusun sumber
belajar bagi siswa, memilih pendekatan dan
metode yang sesuai serta memilih media yang
tepat sebagai alat bantu dalam pembelajaran pada konsep tertentu. Kondisi inilah yang dirasa
kurang menarik bagi siswa sehingga menyebabkan rendahnya gairah dan motivasi belajar siswa
terhadap pelajaran serta rendahnya keterampilan
sosial peserta didik. Diantara perilaku siswa SD/
MI antara lain: 1) Siswa kurang berminat terhadap pelajaran yang ditunjukan oleh sikap mereka saat menerima pelajaran. 2) Siswa di kelas
cenderung pasif (saat pelajaran berlangsung)
seolah-olah belum siap menerima pelajaran. 3)
Siswa tidak mau bertanya selama dalam proses
pembelajaran. 4) Enggan mengerjakan latihan
soal-soal yang yang ada di buku latihan/LKS. 5)
Tidak mau mempelajari kembali hasil pembelajaran. Hal ini terlihat ketika ditanya tentang pelajaran yang lalu, masih bingung membuka catatannya. 6) Keterampilan sosial yang rendah.
Menurut Cronbach (1995: 23) menyatakan
bahwa : learning is shown by a change in
behavior as a result of experience. Sedangkan
menurut Ahmadi dan Supriyono (1990: 23),
salah satu ciri dari bermacam-macam tipe dan
tanggapan siswa dalam belajar terdapat tipe
motorik, artinya siswa akan mempunyai ingatan
kuat dari rangsangan yang bergerak.
Pembelajaran di SD/MI selama ini cenderung menitik beratkan pada bagaimana menghabiskan materi pelajaran dari buku teks melalui
369 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 367-376
metode ceramah, dan menuliskan materi di papan tulis, sehingga siswa tidak begitu aktif dalam proses pembelajaran. Mereka hanya mendengar dan menulis apa yang diterangkan oleh gurunya. Ini tentu membosankan dan membuat siswa merasa tidak termotivasi atau malas, padahal
tumbuhnya semangat dan keinginan belajar bukan karena atas paksaan tetapi karena dorongan
atau motivasi dalam dirinya secara sadar untuk
melakukan sesuatu agar mampu menguasai materi pelajaran hingga dapat meraih atau meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut juga
dikemukakan oleh Kardisaputra (2003:49)
bahwa siswa yang belajar disertai motivasi akan
lebih berhasil daripada belajar tanpa motivasi.
Sehubungan dengan permasalahan di atas,
maka upaya peningkatan kualitas pembelajaran
dan keterampilan sosial di Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan.
Salah satu strategi pembelajaran yang diduga
dapat memperbaiki kualitas pembelajaran adalah strategi pembelajara Active Knowlegde Sharing. Strategi pembelajaran ini berangkat dari
dasar pemikiran getting better learning yang
menekankan pada pemberian kesempatan
belajar lebih luas dan suasana kondusif kepada
siswa untuk memperoleh, mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, keaktifan serta keterampilan sosial seperti keterampilan bekerjasama
yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.
B. Pembahasan
1. Strategi Pembelajaran
Strategi secara umum berarti suatu garisgaris besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan
(Trianto: 2007). Strategi mempunyai pengertian
suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak
dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan ( Nata: 2009). Jika dihubungkan dengan
pembelajaran, strategi mengacu pada langkahlangkah terencana yang bermakna luas dan
mendalam yang dihasilkan dari sebuah pemikiran yang mendalam berdasarkan teori-teori
dan pengalaman-pengalaman.
Strategi juga dapat dipahami sebagai kiat atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang optimal. Strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber
daya untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa. Strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk
menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Sanjaya (2008), berpendapat bahwa strategi pembelajaran merupakan garis besar haluan bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dalam memahami strategi pembelajaran ada dua hal yang mesti menjadi perhatian, pertama; strategi pembelajaran sebagai suatu tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode, pendekatan dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran.
Hal ini berarti bahwa suatu strategi baru sampai
pada proses penyususnan rencana belum sampai
pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu, artinya arah dari semua keputusan penyususnan strategi adalah
pencapaian tujuan.
Jadi, strategi pembelajaran secara sederhan
adalah langkah- langkah yang sengaja direncanakan berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa
hasil belajar bisa tercapai secara optimal. Pencapaian tujuan dalam strategi pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam menata pembelajaran dan menutup kelemahan yang kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa kegiatan.
Sanjaya (2008), menyebutkan bahwa strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan. Adapun, strategi
memiliki fungsi dalam pembelajaran, salah satunya mengaktifkan siswa. Zaini (2008) menyatakan bahwa pembelajaran aktif merupakan suatu
pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi
dalam aktivitas pembelajaran.
Dalam memilih dan menetapkan strategi
perlu ada beberapa pertimbangan-pertimbangan
Muhiddinur Kamal: Strategi Active Knowledge Sharin |370
agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif
dan efisien serta proses pembelajaran dapat berlangsung menyenangkan. Adapun pertimbangan
pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan strategi pembelajaran antara lain:
Pertama, pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, kedua, pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau
materi pembelajaran, ketiga, pertimbangan dari
sudut siswa (Sanjaya: 2008). Sedangkan prinsip-prinsip umum dalam penggunaan strategi
yang harus diperhatikan bagi guru adalah, 1)
berorientasi pada tujuan, 2), aktivitas, 3) Individualitas, 4) Integritas. Sementara itu, prinsipprinsip khusus yang tidak kalah untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam menetapkan strategi adalah; 1). Interaktif, 2). Inspiratif, 3). Menyenangkan dan 4). Menantang.
2. Strategi Pembelajaran Active Knowledge
Sharing
Active Knowledge Sharing (saling tukar pengetahuan) termasuk dalam belajar aktif
learning. Active knowlwdge sharing (saling tukar pengetahuan) adalah satu strategi yang dapat
membawa peserta didik untuk siap belajar
materi pelajaran dengan cepat. Strategi ini dapat
digunakan untuk melihat tingkat kemampuan
peserta didik disamping untuk membentuk kerjasama tim.
Zaini dkk (2008), mengemukakan langkahlangkah pembelajaran dengan strategi pembelajaran active knowledge sharing (saling tukar
pengetahuan) adalah sebagai berikut:
a. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan di ajarkan.
Pertanyaan-pertanyaan itu dapat berupa:
1) Defenisi suatu istilah.
2) Pertanyaan dalam multiple choise.
3) Mengidentifikasi seseorang.
4) Menanyakan sikap atau tindakan yang
mungkin dilakukan.
5) Melengkapi kalimat.
b. Minta siswa untuk menjawab dengan sebaik-baiknya.
c. Minta semua siswa untuk berkeliling mencari teman yang dapat membantu menjawab
pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan jawabannya.
d. Minta siswa untuk kembali ke tempat duduk
mereka kemudian periksalah jawaban mereka. Jawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh peserta didik. Gunakan jawaban-jawaban yang muncul sebagai
jembatan untuk mengenalkan topik yang
penting di kelas.
Melvin L Silbermen (2010), juga mengemukakan langka-langkah pembelajaran dengan
strategi pembelajaran active knowledge sharing
sebagai berikut:
a. Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
Pertanyaannya berupa kategori-kategori berikut ini:
1) Kata-kata untuk didefenisikan
2) Pertanyaan pilihan ganda mengenai fakta atau konsep
3) Orang yang hendak diidentifikasikan
4) Pertanyaan-pertnyaan tentang tindakan
yang bisa diambil oleh seseorang dalam
situasi tertentu
5) Kalimat tidak lengkap
b. Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka
bisa.
c. Perintahkan siswa untuk menyebar di dalam
ruangan, mencari siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang mereka sendiri tidak
tahu cara menjawabnya. Doronglah siswa
untuk saling membantu.
d. Perintahkan siswa untuk kembali ke tempat
semula dan bahaslah jawaban yang mereka
dapatkan. Isilah jawaban yang tak satupun
siswa bisa menjawabnya. Gunakan informasi ini sebagai cara untuk memperkenalkan
topik-topik penting dalam mata pelajaran.
Sedangkan variasi proses pembelajaran yang
dikembangkan antara lain:
a. Berikan satu lembar kartu indeks kepada tiap siswa. Perintahkan siswa untuk menuliskan satu informasi yang menurut siswa akurat tentang materi yang diajarkan. Suruhlah
untuk berpencar di dalam kelas, berbagi
pendapat tentang apa yang mereka tuliskan
pada kartu tersebut. Doronglah siswa untuk
menuliskan informasi baru yang dikumpulkan oleh siswa lain. Bila siswa sudah kembali ke tempat masing-masing bahaslah informasi yang berhasil dikumpulkan.
371 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 367-376
b. Gunakan pertanyaan opini, bukannya pertanyaan faktual, atau gabungkan pertanyaan
faktual dengan pertanyaan opini.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran active knowledge sharing
merupakan salah satu stategi yang menuntut keaktifan siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan cara berbagi pengetahuan. Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
b. Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka
bisa.
c. Guru meminta siswa untuk menyebar di kelas, mencari teman yang dapat membantu
menjawab pertanyaan yang mereka sendiri
tidak tahu cara menjawabnya atau diragukan
jawabannya. Doronglah siswa untuk saling
membantu.
d. Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk semula dan bahaslah jawaban
yang mereka dapatkan. Guru memberikan
jawaban yang tak satupun siswa bias menjawabnya. Gunakan informasi ini sebagai
cara untuk memperkenalkan topik-topik
penting dalam mata pelajaran.
3. Pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif, yang
mempunyai makna sebagai kekuatan yang terdapat pada diri untuk berbuat atau melakukan
sesuatu. Motivasi merupakan gambaran berbagai proses yang dapat membangun dan memulai
perilaku, memberikan arah dan tujuan pada perilaku, memungkinkan perilaku untuk terus bertahan dan memberikan arahan pilihan yang harus dilakukan oleh sseorang.
Motivasi merupakan suatu kekuatan yang
tersembunyi di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk berbuat dengan cara tertentu
Mulyasa (2006:57-60) mengatakan bahwa motivasi belajar mendorong seseorang untuk belajar
lebih sungguh-sungguh dalam belajar dan berusaha menguasai materi pelajaran sehingga ia
memperoleh keberhasilan. Motivasi dapat juga
dikatakan serangkaian usaha untuk menyedia-
kan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang
itu mau dan ingin melakukan sesuatu. Hal ini bila ia tidak suka, maka akan berusaha mengalahkan perasaan itu. Hal senada juga di kemukakan
oleh Ngalim: (2000) bahwa motivasi bagi siswa
dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif,
dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan
dalam melakukan kegiatan belajar.
Maslow (1970) menyatakan motivasi adalah
dorongan yang terdapat pada diri seseorang, untuk berperilaku sesuai dengan keinginan atau
kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan atau kepuasan. Menurut Nasution (1990) yang dimaksud dengan motif adalah segala daya dorong
yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu.
Jadi motivasi adalah suatu daya pendorong
atau perangsang siswa untuk melakukan sesuatu
terhadap belajar. Belajar pada dasarnya bukan
hanya memberikan pengetahuan tapi juga proses
untuk menghadapi dan memecahkan masalah.
Guru harus mempertimbangkan minat dan lingkungan serta bahan pelajaran dari berbagai mata
pelajaran. Motivasi merupakan salah satu pendukung bagi kesuksesan dalam belajar.
Prayitno (1989:8) menyatakan bahwa motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi
yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi
juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas
siswa kepada tujuan belajar. Selain itu juga, Mc.
Clelland dan Atkinson (1953) memandang bahwa motivasi belajar adalah usaha tinggi yang ditunjukkan seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Menurutnya usaha tinggi seseorang itu dapat dilihat dari usahanya dalam
(1) memikul tanggung jawab pribadi atas apa
yang telah diperbuatnya, (2) berusaha melakukan kegiatan yang melampaui standar keunggulan internal maupun eksternal dan berusaha
mencari umpan balik atas perbuatannya, (3) berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik dan bersifat kreatif, (4) berusaha sekuat
kemampuannya dalam mencapai cita-cita yaitu
belajar keras, tekun, dan ulet, (5) cenderung memilih tugas dalam tingkat kesulitan moderat, (6)
melakukan aktivitas untuk berprestasi sebaikbaiknya, (7) mengadakan antisipasi berencana
untuk keberhasilan perencanaan tugas.
Meskipun motivasi belajar merupakan suatu
kekuatan, namun bukan merupakan subtansi
Muhiddinur Kamal: Strategi Active Knowledge Sharin |372
yang dapat diamati. Menurut Syamsuddin
(2002: 40) “motivasi seseorang dapat dilihat dari indikator berikut ini: pertama, frekuensi kegiatan belajar dilakukan, kedua, durasi kegiatan
belajar dilakukan, ketiga, ketabahan, keuletan,
dan kemampuan seseorang dalam menghadapi
rintangan dan kesulitan, keempat, devosi (pengorbanan) untuk mencapai tujuan, lima, persistensi (ketetapan dan kelekatan) pada tujuan, keenam, tingkat aspirasi (rencana, cita-cita, sasaran) yang hendak dicapai, ketujuh, tingkat kualifikasi perstasi atau out put yang dicapai, dan kedelapan, arah sikap terhadap sasaran kegiatan
(like or dislike).
Motivasi belajar pada hakekatnya dorongan
internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2007: 23)
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau
kekuatan dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar serta arah untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.
4. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Motivasi Belajar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar, menurut Wlodkowski dan
Jaynes (2004: 19) ada empat hal utama yang
mempengaruhi motivasi belajar anak yaitu: budaya, keluarga, sekolah dan anak itu sendiri.
Budaya; setiap kelompok etnis melaksanakan
dan menjalankan nilai-nilai pembelajaran dalam
arti akademis maupun tradisional. Nilai-nilai ini
ditransmisikan melalui jalur-jalur utama sebagai
agama dominan, mitos atau dongeng-dongeng,
legislasi politis atas pendidikan, status dan gaji
guru, dan harapan-harapan orang tua atas usaha
mempersiapkan anak-anak mereka untuk sekolah serta peran orang tua dalam kontribusinya
dengan sekolah. Budaya juga banyak berbicara
mengenai penghargaan bagi peserta didikpeserta didik yang belajar sehingga berhasil,
seperti yang diha-rapkan.
Pertama, budaya menjadi salah satu yang
mempengaruhi motivasi belajar. Jepang terus
disiarkan atas kemajuan teknologisnya, kesejahteraan ekonominya, dan prestasi skolastik dalam
pelajaran anak-anak mereka. Dengan melakukan
pengamatan lebih dekat kepada budaya Jepang,
ketika dikaitkan dengan usaha pembelajaran dan
pendidikan, maka satu contoh singkat mengenai
betapa kuat sebuah pengaruh budaya sebagai sebuah sistem dapat ditemukan.
Kedua, keluarga, faktor kedua yang mempengaruhi motivasi belajar adalah keluarga. Keluarga dipandang efektif memiliki sebuah tata
aturan yang mudah untuk melakukan identifikasi karakter. Sebuah keluarga efektif melakukan pemantauan atas kemajuan anak-anak mereka secara umum bekerjasama dengan para guru. Mereka ingin tahu bagaimana dapat mendukung pelajaran-pelajaran sekolah dengan aktivitas-aktivitas rumah. Anak-anak melihat orang
tua dan para guru sebagai kekuatan yang disatukan untuk membantu mereka berhasil di
sekolah. Orang tua merupakan guru pertama dan
utama dalam kehidupan seorang anak. Orang
tua juga menumbuhkan atau meruntuhkan keyakinan dan kepercayaan diri seorang anak.
Namun apa yang menjadi masalah adalah usaha
terbaik yang orang tua mampu lakukan selama
ia memiliki waktu bersama anak-anak.
Ketiga, sekolah, sebagaimana halnya keluarga efektif, sekolah-sekolah efektif adalah sekolah yang memberi kesempatan bagi peserta
didik-mu-ridnya untuk mengembangkan segala
kemam-puan yang dimilikinya. Di sini guru
mempunyai posisi penting karena mereka
adalah mata rantai utama dalam transfer
pengetahuan.
Keempat, yang mempengaruhi motivasi
belajar adalah diri anak atau peserta didik tersebut yang disebut juga faktor intrinsik. Dengan
faktor intrinsik peserta didik menyadari bahwasanya mereka bertanggung jawab atas pembelajaran yang dijalaninya, mereka cenderung untuk
tidak menyalahkan orang lain ketika pembela-
373 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 367-376
jaran mereka tidak berjalan dengan baik.
Mereka menyadari manfaat dari kerja keras dan
tahu bahwa harus ekerja keras untuk meraih kemajuan. Mereka mengetahui bagaimana memanfaatkan sumber yang ada, seperti perpustakaan, dan bertanya untuk membantu ketika memerlukan hal tersebut. Mereka memandang masa lalu mereka dalam belajar lebih sebagai informasi daripada sebagai kegagalan dan lebih sering belajar dari kesalahan-kesalahannya. Dan
mereka merupakan peserta didik yang mampu
mengatur diri. Mereka secara umum mempersiapkan, mengorganisir, dan belajar dengan arah
dan ketetapan mereka sendiri, walaupun mereka
masih memerlukan bimbingan dan dorongan
orang tua.
Dari seluruh kemungkinan bagi pengembangan motivasi belajar, maka yang terbaik menurut Wlodkoski dan Jaynes (2004: 29) adalah
ketika terdapat harmonisasi diantara keempat
aspek yang mempengaruhi. Ketika nilai-nilai
budaya bertindak sebagai bagian yang dibutuhkan bagi pembelajaran, di keluarga maupun
sekolah yang memberikan dukungan penuh atas
nilai-nilai ini, maka anak akan tahu, menerima
dan mengidentifikasikan dengan cara yang
sama.
5. Karakteristik Pembelajaran di Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/
MI) merupakan bagian dari pendidikan dasar di
Indonesia berfungsi untuk menuntaskan wajib
belajar pada tingkat pendidikan dasar. Adapun
tujuan pendidikan dasar adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada sisiwa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga negara dan umat
manusia serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan menengah.
Adapun tujuan pendidikan di SD/MI secara
secara rinci dapat dipilah menjadi tiga kelompok. Pertama, menanamkan kemampuan dasar
baca-tulis-hitung. Kemampuan ini dianggap sebagai prasyarat bagi setiap orang untuk mampu
hidup secara wajar dalam masyarakat yang selalu berkembang. Kedua, Menanamkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat
bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya. Keterampilan dasar ini sering disebut de-
ngan ”life skill”berupa keterampilan yang diperlukan oleh setiap orang agar mampu menjalani
hidup secara wajar dan sukses. Ketiga, mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan lanjutan, setelah siswa menyelesaikan pendidikan
dasar dan dianggap telah memiliki kemampuan
untuk
jenjang
pendidikan
selanjutnya.
(Wardani: 2009).
Secara khusus pendidikan Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) bahwa tujuan mata pelajaran di Sekolah Dasar adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
(1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
(2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional
maupun global.
Berpijak pada rumusan hakekat pendidikan
yang diuraikan diatas, upaya pencapaian tujuannya dapat ditempuh melalui pengembangan
kemampuan siswa dalam praktek pembelajaran
dengan tujuan tidak hanya mencapai standar
akademik saja, tetapi menyangkut seluruh aspek
kehidupan secara utuh dan seimbang. Ini berarti
bahwa tujuan pendidikan SD/MI menyangkut
segi-segi wawasan pengetahuan, keterampilan
yang dimiliki, sikap yang dibentuknya, kepercayaan akan nilai yang diyakininya rasa keindahan, kepedulian sesama manusia dan lingkungannya, estetika dan lain-lain. Semua aspek
tersebut dapat dikembangkan secara menyeluruh dan terpadu dalam program pendidikan
yang diselenggarakan di sekolah.
Pembelajaran di SD/MI paling tidak memiliki tujuan untuk dapat mendewasakan peserta didik melalui penerapan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai, pengembangan kemampuan dan penguasaan berbagai hal,
meningkatkan serta mempertajam kemampuan
berpikir kritis dan kreatif dan mampu mengambil keputusan secara tepat dan mandiri serta
membantu peserta didik untuk memperoleh keterampilan sosial.
Muhiddinur Kamal: Strategi Active Knowledge Sharin |374
Tujuan pendidikan di atas dapat tercapai dengan baik apabila bahan pendidikan diorganisasikan secara secara bervariasi mulai dari pendekatan mono struktur disiplin ilmu, inter struktur dan trans struktur disiplin ilmu. Hal di atas,
menandaskan bahwa pembelajaran di SD/MI
menghimpun nilai-nilai yang bersumber dari
falsafah pendidikan, yaitu diarahkan tidak hanya
pada pengembangan disiplin keilmuan, melainkan juga pada pembinaan karakter manusia
yang bertanggung jawab sebagai individu,
masyarakat dan sebagai warga masyarakat dunia.
Pembelajan di SD/MI tidak terpisah atau tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi, saling
berhubungan dan saling melengkapi. Dengan
kata lain, pendidikan mempunyai peran membantu dalam menyiapkan warga negara yang demokratis dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan yang didukung oleh
penguasaan disiplin ilmu-ilmu.
Sedangkan unsur lainnya dari pendidikan di
SD/MI adalah melatih keterampilan (skill) yang
mencakup: keterampilan berfikir, keterampilan
akademik dan keterampilan sosial (Jarolimek,
1993:6). Unsur-unsur keterampilan tersebut dapat dilatihkan kepada siswa melalui proses pembelajaran. Tugas penting lainnya tentang orientasi nilai (value) dalam pendidikan, dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan pribadi
peserta didik dalam menghayati dan menghargai
nilai-nilai dasar (core value) dari masyarakat
dan bangsanya, memahami nilai bagi dirinya
dan orang lain dalam menelaah masalahmasalah lokal hingga global dan menghargai keanekaragaman sistem nilai yang dimiliki oleh
berbagai sistem kebudayaan. Untuk itu, implikasi pendidikan bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan, tetapi menghasilkan warga
negara yang berpendirian teguh, bertanggung
jawab, mandiri, siap bersaing, selalu ingin tahu
dan berpandangan jauh ke depan.
Adapun tujuan pendidikan di SD/MI dapat
dikelompokkan kepada tiga tiga kategori yaitu:
pengembangan kemampuan intelektual siswa,
pengembangan kemampuan rasa tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat dan berbangsa serta pengembangan kemampuan siswa
yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan (Hasan, 1996: 107).
Sedangkan Somantri (2001: 99) menjelaskan, IPS bertujuan agar peserta didik lebih
mengenal orang lain di sekitarnya, menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan mengembangkan kebudayaan, kesenian, senitari, musik
tradisional daerah, nasional, adat istiadat daerah
dan sebagainya.
Pendapat senada dikemukakan Al Muchtar
(2004: 40) yang mengemukakan bahwa tujuan
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mengembangkan kemampuan baik intelektual maupun
emosional siswa untuk dapat memahami dan
memecahkan masalah sosiol dalam rangka
memperkuat partisipasi sebagai warga negara
dalm kehidupan masyarakat.
6. Strategi Active Knowledge Sharing dalam
Kaitannya dengan Motivasi Belajar Siswa
SD/MI
Belajar pada dasarnya bukan hanya memberikan pengetahuan tetapi juga proses menghadapi dan memecahkan masalah, pengembangan
pribadi, dan sikap terhadap dunia (Nasution,
1990: 87). Pada saat menentukan bahan pelajaran guru harus mempertimbangkan minat dan
perkembangan anak, lingkungan dan bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran. Motivasi
merupakan salah satu pendukung bagi kesuksesan dalam belajar.
Mengenai bagaimana membudayakan belajar Skeel (1995:112), menjelaskan bahwa
The childern first must be motivated to learn.
By showing they except the childern to be
successful, teacher assist them in building
good self concept. As the childern gain
confidence, they become less dependent on
teacher. As they become involved in learning
activities, their interest increases. Hopefully,
they will then understand their role as
learner”.
Penjelasan di atas dapat ditafsirkan bahwa
pada tahap awal guru dituntut untuk memberikan motivasi tentang pentingnya belajar untuk
meraih sukses dan membangun kesadaran diri.
Peserta didik akan memiliki kepercayaan diri
yang besar dan bersamaan dengan itu ketergantungan terhadap guru semakin menipis. Semakin tinggi aktifitas belajar yang dilakukan siswa,
375 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 367-376
maka minat terhadap belajar akan semakin tinggi.
Menurut Syamsuddin (2000: 37) motivasi
belajar tersebut timbul dan berkembang dengan
jalan: 1) datang dari dalam diri individu itu
sendiri (intrinsik); dan 2) datang dari
lingkungan (ekstrinsik). Pendapat lain dikemukakan oleh Surya (2003: 98) yang menyatakan
bahwa motivasi akan terjadi apabila ada pemacu
tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, peringatan, percontohan dan sebagainya.
Penerapan strategi pembelajaran yang sesuai
dan cocok dengan tingkat perkembangan peserta
didik di SD/MI akan memberi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran, mengkonstuksi pengetahuan dan
pengalaman akan dapat meningkatkan minat
dan motivasi belajar tersebut. Bagaimanapun
juga motivasi belajar siswa khususnya pada
tingkat SD/MI sangat ditentukan oleh penerapan
strategi, pendekatan dan metode yang dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran.
Strategi pembelajaran Active Knowlegde
Sharing salah satu strategi pembelajarn yang dianggap dapat memotivasi siswa dalam belajar,
karena dalam strategi pembelajaran ini peserta
didik diberi kesempatan untuk mengembang diri
dalam pembelajaran berupa berpikir aktif dan
juga berbagi dengan yang lainnya. Sedikitnya ada empat unsur yang terkandung dalam pembelajaran Active Knowledge Sharing sehingga dapat meningkat motivasi belajar siswa pada jenjang SD/MI.
Pertama, Knowledge, sebagai tujuan utama
dari pendidikan yaitu membantu para peserta
didik sendiri untuk mengenal diri mereka
sendiri dan lingkungannya, dalam strategi ini
peserta didik dibawa untuk mengenal dirinya
dan lingkungannya bukan dikenalkan guru siapa
diri mereka. Kedua, Skill, yang mencakup keterampilan berpikir (thinking skills). Ketiga,
Attitudes, yang terdiri atas tingkah laku berpikir
(intelectual behavior) dan tingkah laku sosial
(social behavior). Keempat Value, yaitu nilai
yang terkandung didalam kehidupan, dimana
peserta didik berbagi dengan teman-temannya
sehingga akan terbangun sikap sosial pada diri
peserta didik.
Dan uraian tersebut di atas dapat pahami
bahwa penerapan strategi yang tepat dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik karena
dengan penerapan strategi pembelajaran yang
berpusat pada siswa maka akan lebih menarik
dan bermakna bagi siswa dalam pembelajaran.
Paling tidak peserta didik akan merasa bahwa
pendidikan itu bertujuan untuk dapat mendewasakan mereka melalui penerapan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai, pengembangan kemampuan dan penguasaan berbagai hal, meningkatkan serta mempertajam
kemampuan berfikir kreatif, kritis dan mampu
mengambil keputusan secara tepat dan mandiri
serta membantu untuk memperoleh ketrampilan
dan sikap sosial. Jika peserta didik SD/MI telah
merasakan pendidikan itu kebutuhan mereka dengan sendirinya motivasi belajar siswa juga akan meningkat.
C. Penutup
Dalam proses belajar, motivasi seseorang
tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah
patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas.
Penerapan strategi pembelajaran Active
Knowledge Sharing merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Pembelajaran dengan menggunakan strategi
active knowledge sharing berdampak positif pada peningkatan motivasi belajar siswa, artinya
pembelajaran dengan menggunakan strategi
active knowledge sharing mampu meningkatkan
motivasi belajar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dimungkinkan
karena proses pembelajaran telah berubah, semula paradigma pembelajaran berpusat pada
guru (teacher centered) menjadi pembelajaran
yang berorientasi pada proses pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered),
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
membangun atau merekonstruksi pengetahuannya ataupun pemahamannya sendiri.
Muhiddinur Kamal: Strategi Active Knowledge Sharin |376
Referensi
Anitah, Sri, Strategi Pembelajaran di SD.
Jakarta: UT Press, 2010
Prayitno, Belferik Manullang, Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa, Pasca
Sarjana Universitas Negeri Medan, 2010
Nata, Abuddin, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2009
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011
Silberman, Melvin L., Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia, 2011
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006
Suherman, Erman, Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.
2003.
Suprayekti, dkk. Pembaharuan Pembelajaran
SD. Jakarta: UT Press, 2011
Trianto, Model- Model Pembelajaran Inovatif.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007.
Wardani, I.G.A.K,. Perspektif Pendidikan SD.
Jakarta: UT Press, 2009
Zaini, Hisyam. Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008
Download