STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD/MI Muhiddinur Kamal Dosen STAIN Bukittinggi, Sumatera Barat Abstract: The instructional process must be able to build the students’ creativity in thinking and acquiring the social skill of the students .The ability in constructing the new knowledge to improve the mastery on content material. In running the instructional process the teacher need to realize and comprehend the philosophy of learning that enable the student to develop the ability of thinking and social skill and learning many kinds of instructional model to stimulate the students ability in learning. As the part of education, instruction, there is need for being able to keep, develop and maximize the students’ innate potency both social and academic potencies. The purpose of education is only for developing the cognitive ability, affective and the psychomotor aspects of the student and ignore the social aspect of the student. In fact, the primary education face the complicated aspects. The behavior in social life indicate the a dinamics changes. This characteristic, turn into a specific problem for teacher in doing her job as a teacher. The fact that was found in the case of the aplication in teaching learning process in Elementary school shows unsatiesfying outcome, both the quality of the instructional process and social skill of the learner. The complains came from the people related on the students awareness of the social life, need a deep comprehension and future studies in finding the various types of solution. One of the strategies One of the alternated strategies in improving the instructional quality is the active Knowlegde Sharing. This instructional strategy provide the student large opportunities in learning, and let the student learning in a good atmosphere,expanding the knowledge, making the students motivation improved in learning process. Key words: Strategy, Active Knowledge Sharing, Motivation Abstrak: Pembelajaran hendaknya mengarah pada pengembangan kreativitas berpikir dan keterampilan sosial peserta didik. Peningkatan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap pelajaran. Dalam pembelajaran guru hendaklah mengetahui dan memahami hakekat pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan sosial peserta didik dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar. Sebagai bagian dari pendidikan, pembelajaran, haruslah melakukan pemeliharaan, mengembangan maupun pengoptimalan potensi peserta didik, apakah potensi kemampuan akademisnya maupun kemampuan sosialnya. Pendidikan tidak cukup hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan mengabaikan kemampuan sosial, bagaimanapun kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan keterampilan sosial haruslah sejalan. Diakui pembelajaran di SD/MI memiliki cakupan materi yang sangat luas dan kompleks. Selain itu perilaku sosial cenderung dinamis dan terus berubahubah. Karakteristik ini, menjadi persoalan tersendiri bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kenyataan yang terjadi dalam wilayah praktis pembelajaran di SD/MI mengindikasikan suatu yang kurang memuaskan, baik dari sisi kualitas pembelajaran maupun keterampilan/ sikap sosial peserta didik. Keluhan masyarakat dan berbagai kalangan tentang rendahnya pemahaman siswa tentang kehidupan sosial, membutuhkan pengkajian lebih lanjut dalam mencari pemecahannya. Salah satu strategi pembelajaran yang diduga dapat memperbaiki kualitas pembelajaran adalah strategi pembelajaran Active Knowlegde Sharing. Strategi pembelajaran ini memberikan kesempatan belajar lebih luas dan suasana kondusif kepada siswa untuk memperoleh, mengembangkan pengetahuan, sikap, sehingga dengan sendirinya motivasi belajar siswa dapat meningkat dalam pembelajaran. Kata Kunci: strategi, Active Knowledge Sharing, motivasi A. Pendahuluan Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi yang dinamis antara siswa dengan guru maupun siswa sesama siswa dalam rangka men- capai tujuan yang telah ditentukan dan membangun hubungan sosial sesama umat manusia. Proses interaksi pembelajaran pada prinsipnya bergantung pada guru dan siswa dan juga siswa 367 Muhiddinur Kamal: Strategi Active Knowledge Sharin |368 sesama siswa. Dalam hal ini, interaksi mengisyaratkan adanya aktifitas setiap pihak, baik siswa belajar dan guru yang mengajar maupun proses interaksi sesama siswa dalam pembelajaran. Menurut Sudjana (1989:29) proses pengajaran adalah keterpaduan antara proses belajar siswa dengan proses mengajar guru sehingga terjadi interaksi belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran menyangkut proses yang meliputi banyak hal dan kompleks, sebab menyangkut proses penciptaan lingkungan belajar, baik yang dilakukan oleh guru dengan siswa maupun siswa sesama siswa agar terjadi proses pembelajaran yang dinikmati oleh semua pelaku pembelajaran. Upaya yang dilakukan guru tersebut sejalan dengan pandangan Gagne dan Briggs (1979: 62), bahwa pembelajaran adalah upaya menciptakan lingkungan agar mempengaruhi siswa untuk aktif belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran menekankan pada usaha untuk membangkitkan aktifitas siswa untuk belajar, untuk membangun hubungan sosial dan mengasah keterampilan yang bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/ MI) merupakan jenis pendidikan yang sangat strategis, karena merupakan pendidikan formal paling awal yang memberikan landasan bagi pendidikan selanjutnya yakni pendidikan di tingkat SMP/MTs. Sejak dari sekolah dasar ini proses pencerdasan anak bangsa secara formal dimulai. Walaupun telah ada pendidikan formal sejak Taman Kanak- Kanak namun secara umum di Indonesia, SD/MI dianggap sebagai awal pendidikan secara formal karena tidak semua Taman Kanak-Kanak tersedia khususnya di pedesaan dan di daerah tertinggal. Kenyataan yang terjadi dalam pendidikan SD/MI saat ini, masih terdapat keluhan siswa pasif dan bosan, motivasi belajar siswa yang rendah dan sebagainya. Keluhan mengenai proses pembelajaran terekam melalui berbagai penelitian seperti membosankan, buku teks yang penuh dengan fakta, terlalu kering dan proses pembelajaan yang monoton. Keluhan tersebut telah berjalan panjang tetapi perubahan dalam pembelajaran belum mampu mengurangi keluhan tersebut (Hasan, 2007). Hal tersebut bisa terjadi karena banyak hal, salah satunya karena guru kurang kreatif dalam pembelajaran, walau- pun guru telah mencoba menggunakan model, pendekatan, metode dan strategi baru namun dalam pelaksanaannya masih monoton dengan media buku seperti pembelajaran-pembelajaran biasanya. Sangat jarang guru memadukan strategi pembelajaran dengan metode pembelajaran yang bervariasi. Padahal untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses pembelajaran di kelas, ada dua komponen utama yang perlu diperhatikan yaitu strategi dan metode pembelajaran. Kedua komponen ini saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan (Sudjana, 2005). Oleh sebab itu pembelajaran lebih cenderung tidak disukai, hal ini dikarenakan dianggap membosankan. Sebagian besar penyajian materi mata pelajaran yang dilakukan banyak menggunakan metode ceramah atau guru lebih banyak mendominasi siswa (teacher centered). Guru terkesan kurang mampu menyusun sumber belajar bagi siswa, memilih pendekatan dan metode yang sesuai serta memilih media yang tepat sebagai alat bantu dalam pembelajaran pada konsep tertentu. Kondisi inilah yang dirasa kurang menarik bagi siswa sehingga menyebabkan rendahnya gairah dan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran serta rendahnya keterampilan sosial peserta didik. Diantara perilaku siswa SD/ MI antara lain: 1) Siswa kurang berminat terhadap pelajaran yang ditunjukan oleh sikap mereka saat menerima pelajaran. 2) Siswa di kelas cenderung pasif (saat pelajaran berlangsung) seolah-olah belum siap menerima pelajaran. 3) Siswa tidak mau bertanya selama dalam proses pembelajaran. 4) Enggan mengerjakan latihan soal-soal yang yang ada di buku latihan/LKS. 5) Tidak mau mempelajari kembali hasil pembelajaran. Hal ini terlihat ketika ditanya tentang pelajaran yang lalu, masih bingung membuka catatannya. 6) Keterampilan sosial yang rendah. Menurut Cronbach (1995: 23) menyatakan bahwa : learning is shown by a change in behavior as a result of experience. Sedangkan menurut Ahmadi dan Supriyono (1990: 23), salah satu ciri dari bermacam-macam tipe dan tanggapan siswa dalam belajar terdapat tipe motorik, artinya siswa akan mempunyai ingatan kuat dari rangsangan yang bergerak. Pembelajaran di SD/MI selama ini cenderung menitik beratkan pada bagaimana menghabiskan materi pelajaran dari buku teks melalui 369 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 367-376 metode ceramah, dan menuliskan materi di papan tulis, sehingga siswa tidak begitu aktif dalam proses pembelajaran. Mereka hanya mendengar dan menulis apa yang diterangkan oleh gurunya. Ini tentu membosankan dan membuat siswa merasa tidak termotivasi atau malas, padahal tumbuhnya semangat dan keinginan belajar bukan karena atas paksaan tetapi karena dorongan atau motivasi dalam dirinya secara sadar untuk melakukan sesuatu agar mampu menguasai materi pelajaran hingga dapat meraih atau meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Kardisaputra (2003:49) bahwa siswa yang belajar disertai motivasi akan lebih berhasil daripada belajar tanpa motivasi. Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan keterampilan sosial di Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan. Salah satu strategi pembelajaran yang diduga dapat memperbaiki kualitas pembelajaran adalah strategi pembelajara Active Knowlegde Sharing. Strategi pembelajaran ini berangkat dari dasar pemikiran getting better learning yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar lebih luas dan suasana kondusif kepada siswa untuk memperoleh, mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, keaktifan serta keterampilan sosial seperti keterampilan bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. B. Pembahasan 1. Strategi Pembelajaran Strategi secara umum berarti suatu garisgaris besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Trianto: 2007). Strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan ( Nata: 2009). Jika dihubungkan dengan pembelajaran, strategi mengacu pada langkahlangkah terencana yang bermakna luas dan mendalam yang dihasilkan dari sebuah pemikiran yang mendalam berdasarkan teori-teori dan pengalaman-pengalaman. Strategi juga dapat dipahami sebagai kiat atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang optimal. Strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa. Strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Sanjaya (2008), berpendapat bahwa strategi pembelajaran merupakan garis besar haluan bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam memahami strategi pembelajaran ada dua hal yang mesti menjadi perhatian, pertama; strategi pembelajaran sebagai suatu tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode, pendekatan dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa suatu strategi baru sampai pada proses penyususnan rencana belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya arah dari semua keputusan penyususnan strategi adalah pencapaian tujuan. Jadi, strategi pembelajaran secara sederhan adalah langkah- langkah yang sengaja direncanakan berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. Pencapaian tujuan dalam strategi pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam menata pembelajaran dan menutup kelemahan yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa kegiatan. Sanjaya (2008), menyebutkan bahwa strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan. Adapun, strategi memiliki fungsi dalam pembelajaran, salah satunya mengaktifkan siswa. Zaini (2008) menyatakan bahwa pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi dalam aktivitas pembelajaran. Dalam memilih dan menetapkan strategi perlu ada beberapa pertimbangan-pertimbangan Muhiddinur Kamal: Strategi Active Knowledge Sharin |370 agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien serta proses pembelajaran dapat berlangsung menyenangkan. Adapun pertimbangan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan strategi pembelajaran antara lain: Pertama, pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, kedua, pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, ketiga, pertimbangan dari sudut siswa (Sanjaya: 2008). Sedangkan prinsip-prinsip umum dalam penggunaan strategi yang harus diperhatikan bagi guru adalah, 1) berorientasi pada tujuan, 2), aktivitas, 3) Individualitas, 4) Integritas. Sementara itu, prinsipprinsip khusus yang tidak kalah untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam menetapkan strategi adalah; 1). Interaktif, 2). Inspiratif, 3). Menyenangkan dan 4). Menantang. 2. Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing Active Knowledge Sharing (saling tukar pengetahuan) termasuk dalam belajar aktif learning. Active knowlwdge sharing (saling tukar pengetahuan) adalah satu strategi yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar materi pelajaran dengan cepat. Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan peserta didik disamping untuk membentuk kerjasama tim. Zaini dkk (2008), mengemukakan langkahlangkah pembelajaran dengan strategi pembelajaran active knowledge sharing (saling tukar pengetahuan) adalah sebagai berikut: a. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan di ajarkan. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat berupa: 1) Defenisi suatu istilah. 2) Pertanyaan dalam multiple choise. 3) Mengidentifikasi seseorang. 4) Menanyakan sikap atau tindakan yang mungkin dilakukan. 5) Melengkapi kalimat. b. Minta siswa untuk menjawab dengan sebaik-baiknya. c. Minta semua siswa untuk berkeliling mencari teman yang dapat membantu menjawab pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan jawabannya. d. Minta siswa untuk kembali ke tempat duduk mereka kemudian periksalah jawaban mereka. Jawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh peserta didik. Gunakan jawaban-jawaban yang muncul sebagai jembatan untuk mengenalkan topik yang penting di kelas. Melvin L Silbermen (2010), juga mengemukakan langka-langkah pembelajaran dengan strategi pembelajaran active knowledge sharing sebagai berikut: a. Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Pertanyaannya berupa kategori-kategori berikut ini: 1) Kata-kata untuk didefenisikan 2) Pertanyaan pilihan ganda mengenai fakta atau konsep 3) Orang yang hendak diidentifikasikan 4) Pertanyaan-pertnyaan tentang tindakan yang bisa diambil oleh seseorang dalam situasi tertentu 5) Kalimat tidak lengkap b. Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa. c. Perintahkan siswa untuk menyebar di dalam ruangan, mencari siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang mereka sendiri tidak tahu cara menjawabnya. Doronglah siswa untuk saling membantu. d. Perintahkan siswa untuk kembali ke tempat semula dan bahaslah jawaban yang mereka dapatkan. Isilah jawaban yang tak satupun siswa bisa menjawabnya. Gunakan informasi ini sebagai cara untuk memperkenalkan topik-topik penting dalam mata pelajaran. Sedangkan variasi proses pembelajaran yang dikembangkan antara lain: a. Berikan satu lembar kartu indeks kepada tiap siswa. Perintahkan siswa untuk menuliskan satu informasi yang menurut siswa akurat tentang materi yang diajarkan. Suruhlah untuk berpencar di dalam kelas, berbagi pendapat tentang apa yang mereka tuliskan pada kartu tersebut. Doronglah siswa untuk menuliskan informasi baru yang dikumpulkan oleh siswa lain. Bila siswa sudah kembali ke tempat masing-masing bahaslah informasi yang berhasil dikumpulkan. 371 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 367-376 b. Gunakan pertanyaan opini, bukannya pertanyaan faktual, atau gabungkan pertanyaan faktual dengan pertanyaan opini. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran active knowledge sharing merupakan salah satu stategi yang menuntut keaktifan siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan cara berbagi pengetahuan. Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Guru menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. b. Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa. c. Guru meminta siswa untuk menyebar di kelas, mencari teman yang dapat membantu menjawab pertanyaan yang mereka sendiri tidak tahu cara menjawabnya atau diragukan jawabannya. Doronglah siswa untuk saling membantu. d. Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk semula dan bahaslah jawaban yang mereka dapatkan. Guru memberikan jawaban yang tak satupun siswa bias menjawabnya. Gunakan informasi ini sebagai cara untuk memperkenalkan topik-topik penting dalam mata pelajaran. 3. Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari kata motif, yang mempunyai makna sebagai kekuatan yang terdapat pada diri untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Motivasi merupakan gambaran berbagai proses yang dapat membangun dan memulai perilaku, memberikan arah dan tujuan pada perilaku, memungkinkan perilaku untuk terus bertahan dan memberikan arahan pilihan yang harus dilakukan oleh sseorang. Motivasi merupakan suatu kekuatan yang tersembunyi di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk berbuat dengan cara tertentu Mulyasa (2006:57-60) mengatakan bahwa motivasi belajar mendorong seseorang untuk belajar lebih sungguh-sungguh dalam belajar dan berusaha menguasai materi pelajaran sehingga ia memperoleh keberhasilan. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyedia- kan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu. Hal ini bila ia tidak suka, maka akan berusaha mengalahkan perasaan itu. Hal senada juga di kemukakan oleh Ngalim: (2000) bahwa motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Maslow (1970) menyatakan motivasi adalah dorongan yang terdapat pada diri seseorang, untuk berperilaku sesuai dengan keinginan atau kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan atau kepuasan. Menurut Nasution (1990) yang dimaksud dengan motif adalah segala daya dorong yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi adalah suatu daya pendorong atau perangsang siswa untuk melakukan sesuatu terhadap belajar. Belajar pada dasarnya bukan hanya memberikan pengetahuan tapi juga proses untuk menghadapi dan memecahkan masalah. Guru harus mempertimbangkan minat dan lingkungan serta bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran. Motivasi merupakan salah satu pendukung bagi kesuksesan dalam belajar. Prayitno (1989:8) menyatakan bahwa motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Selain itu juga, Mc. Clelland dan Atkinson (1953) memandang bahwa motivasi belajar adalah usaha tinggi yang ditunjukkan seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Menurutnya usaha tinggi seseorang itu dapat dilihat dari usahanya dalam (1) memikul tanggung jawab pribadi atas apa yang telah diperbuatnya, (2) berusaha melakukan kegiatan yang melampaui standar keunggulan internal maupun eksternal dan berusaha mencari umpan balik atas perbuatannya, (3) berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik dan bersifat kreatif, (4) berusaha sekuat kemampuannya dalam mencapai cita-cita yaitu belajar keras, tekun, dan ulet, (5) cenderung memilih tugas dalam tingkat kesulitan moderat, (6) melakukan aktivitas untuk berprestasi sebaikbaiknya, (7) mengadakan antisipasi berencana untuk keberhasilan perencanaan tugas. Meskipun motivasi belajar merupakan suatu kekuatan, namun bukan merupakan subtansi Muhiddinur Kamal: Strategi Active Knowledge Sharin |372 yang dapat diamati. Menurut Syamsuddin (2002: 40) “motivasi seseorang dapat dilihat dari indikator berikut ini: pertama, frekuensi kegiatan belajar dilakukan, kedua, durasi kegiatan belajar dilakukan, ketiga, ketabahan, keuletan, dan kemampuan seseorang dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, keempat, devosi (pengorbanan) untuk mencapai tujuan, lima, persistensi (ketetapan dan kelekatan) pada tujuan, keenam, tingkat aspirasi (rencana, cita-cita, sasaran) yang hendak dicapai, ketujuh, tingkat kualifikasi perstasi atau out put yang dicapai, dan kedelapan, arah sikap terhadap sasaran kegiatan (like or dislike). Motivasi belajar pada hakekatnya dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2007: 23) Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar serta arah untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, menurut Wlodkowski dan Jaynes (2004: 19) ada empat hal utama yang mempengaruhi motivasi belajar anak yaitu: budaya, keluarga, sekolah dan anak itu sendiri. Budaya; setiap kelompok etnis melaksanakan dan menjalankan nilai-nilai pembelajaran dalam arti akademis maupun tradisional. Nilai-nilai ini ditransmisikan melalui jalur-jalur utama sebagai agama dominan, mitos atau dongeng-dongeng, legislasi politis atas pendidikan, status dan gaji guru, dan harapan-harapan orang tua atas usaha mempersiapkan anak-anak mereka untuk sekolah serta peran orang tua dalam kontribusinya dengan sekolah. Budaya juga banyak berbicara mengenai penghargaan bagi peserta didikpeserta didik yang belajar sehingga berhasil, seperti yang diha-rapkan. Pertama, budaya menjadi salah satu yang mempengaruhi motivasi belajar. Jepang terus disiarkan atas kemajuan teknologisnya, kesejahteraan ekonominya, dan prestasi skolastik dalam pelajaran anak-anak mereka. Dengan melakukan pengamatan lebih dekat kepada budaya Jepang, ketika dikaitkan dengan usaha pembelajaran dan pendidikan, maka satu contoh singkat mengenai betapa kuat sebuah pengaruh budaya sebagai sebuah sistem dapat ditemukan. Kedua, keluarga, faktor kedua yang mempengaruhi motivasi belajar adalah keluarga. Keluarga dipandang efektif memiliki sebuah tata aturan yang mudah untuk melakukan identifikasi karakter. Sebuah keluarga efektif melakukan pemantauan atas kemajuan anak-anak mereka secara umum bekerjasama dengan para guru. Mereka ingin tahu bagaimana dapat mendukung pelajaran-pelajaran sekolah dengan aktivitas-aktivitas rumah. Anak-anak melihat orang tua dan para guru sebagai kekuatan yang disatukan untuk membantu mereka berhasil di sekolah. Orang tua merupakan guru pertama dan utama dalam kehidupan seorang anak. Orang tua juga menumbuhkan atau meruntuhkan keyakinan dan kepercayaan diri seorang anak. Namun apa yang menjadi masalah adalah usaha terbaik yang orang tua mampu lakukan selama ia memiliki waktu bersama anak-anak. Ketiga, sekolah, sebagaimana halnya keluarga efektif, sekolah-sekolah efektif adalah sekolah yang memberi kesempatan bagi peserta didik-mu-ridnya untuk mengembangkan segala kemam-puan yang dimilikinya. Di sini guru mempunyai posisi penting karena mereka adalah mata rantai utama dalam transfer pengetahuan. Keempat, yang mempengaruhi motivasi belajar adalah diri anak atau peserta didik tersebut yang disebut juga faktor intrinsik. Dengan faktor intrinsik peserta didik menyadari bahwasanya mereka bertanggung jawab atas pembelajaran yang dijalaninya, mereka cenderung untuk tidak menyalahkan orang lain ketika pembela- 373 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 367-376 jaran mereka tidak berjalan dengan baik. Mereka menyadari manfaat dari kerja keras dan tahu bahwa harus ekerja keras untuk meraih kemajuan. Mereka mengetahui bagaimana memanfaatkan sumber yang ada, seperti perpustakaan, dan bertanya untuk membantu ketika memerlukan hal tersebut. Mereka memandang masa lalu mereka dalam belajar lebih sebagai informasi daripada sebagai kegagalan dan lebih sering belajar dari kesalahan-kesalahannya. Dan mereka merupakan peserta didik yang mampu mengatur diri. Mereka secara umum mempersiapkan, mengorganisir, dan belajar dengan arah dan ketetapan mereka sendiri, walaupun mereka masih memerlukan bimbingan dan dorongan orang tua. Dari seluruh kemungkinan bagi pengembangan motivasi belajar, maka yang terbaik menurut Wlodkoski dan Jaynes (2004: 29) adalah ketika terdapat harmonisasi diantara keempat aspek yang mempengaruhi. Ketika nilai-nilai budaya bertindak sebagai bagian yang dibutuhkan bagi pembelajaran, di keluarga maupun sekolah yang memberikan dukungan penuh atas nilai-nilai ini, maka anak akan tahu, menerima dan mengidentifikasikan dengan cara yang sama. 5. Karakteristik Pembelajaran di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/ MI) merupakan bagian dari pendidikan dasar di Indonesia berfungsi untuk menuntaskan wajib belajar pada tingkat pendidikan dasar. Adapun tujuan pendidikan dasar adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada sisiwa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan menengah. Adapun tujuan pendidikan di SD/MI secara secara rinci dapat dipilah menjadi tiga kelompok. Pertama, menanamkan kemampuan dasar baca-tulis-hitung. Kemampuan ini dianggap sebagai prasyarat bagi setiap orang untuk mampu hidup secara wajar dalam masyarakat yang selalu berkembang. Kedua, Menanamkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya. Keterampilan dasar ini sering disebut de- ngan ”life skill”berupa keterampilan yang diperlukan oleh setiap orang agar mampu menjalani hidup secara wajar dan sukses. Ketiga, mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan lanjutan, setelah siswa menyelesaikan pendidikan dasar dan dianggap telah memiliki kemampuan untuk jenjang pendidikan selanjutnya. (Wardani: 2009). Secara khusus pendidikan Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) bahwa tujuan mata pelajaran di Sekolah Dasar adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional maupun global. Berpijak pada rumusan hakekat pendidikan yang diuraikan diatas, upaya pencapaian tujuannya dapat ditempuh melalui pengembangan kemampuan siswa dalam praktek pembelajaran dengan tujuan tidak hanya mencapai standar akademik saja, tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan secara utuh dan seimbang. Ini berarti bahwa tujuan pendidikan SD/MI menyangkut segi-segi wawasan pengetahuan, keterampilan yang dimiliki, sikap yang dibentuknya, kepercayaan akan nilai yang diyakininya rasa keindahan, kepedulian sesama manusia dan lingkungannya, estetika dan lain-lain. Semua aspek tersebut dapat dikembangkan secara menyeluruh dan terpadu dalam program pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Pembelajaran di SD/MI paling tidak memiliki tujuan untuk dapat mendewasakan peserta didik melalui penerapan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai, pengembangan kemampuan dan penguasaan berbagai hal, meningkatkan serta mempertajam kemampuan berpikir kritis dan kreatif dan mampu mengambil keputusan secara tepat dan mandiri serta membantu peserta didik untuk memperoleh keterampilan sosial. Muhiddinur Kamal: Strategi Active Knowledge Sharin |374 Tujuan pendidikan di atas dapat tercapai dengan baik apabila bahan pendidikan diorganisasikan secara secara bervariasi mulai dari pendekatan mono struktur disiplin ilmu, inter struktur dan trans struktur disiplin ilmu. Hal di atas, menandaskan bahwa pembelajaran di SD/MI menghimpun nilai-nilai yang bersumber dari falsafah pendidikan, yaitu diarahkan tidak hanya pada pengembangan disiplin keilmuan, melainkan juga pada pembinaan karakter manusia yang bertanggung jawab sebagai individu, masyarakat dan sebagai warga masyarakat dunia. Pembelajan di SD/MI tidak terpisah atau tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi, saling berhubungan dan saling melengkapi. Dengan kata lain, pendidikan mempunyai peran membantu dalam menyiapkan warga negara yang demokratis dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan yang didukung oleh penguasaan disiplin ilmu-ilmu. Sedangkan unsur lainnya dari pendidikan di SD/MI adalah melatih keterampilan (skill) yang mencakup: keterampilan berfikir, keterampilan akademik dan keterampilan sosial (Jarolimek, 1993:6). Unsur-unsur keterampilan tersebut dapat dilatihkan kepada siswa melalui proses pembelajaran. Tugas penting lainnya tentang orientasi nilai (value) dalam pendidikan, dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan pribadi peserta didik dalam menghayati dan menghargai nilai-nilai dasar (core value) dari masyarakat dan bangsanya, memahami nilai bagi dirinya dan orang lain dalam menelaah masalahmasalah lokal hingga global dan menghargai keanekaragaman sistem nilai yang dimiliki oleh berbagai sistem kebudayaan. Untuk itu, implikasi pendidikan bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan, tetapi menghasilkan warga negara yang berpendirian teguh, bertanggung jawab, mandiri, siap bersaing, selalu ingin tahu dan berpandangan jauh ke depan. Adapun tujuan pendidikan di SD/MI dapat dikelompokkan kepada tiga tiga kategori yaitu: pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan rasa tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat dan berbangsa serta pengembangan kemampuan siswa yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan (Hasan, 1996: 107). Sedangkan Somantri (2001: 99) menjelaskan, IPS bertujuan agar peserta didik lebih mengenal orang lain di sekitarnya, menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan mengembangkan kebudayaan, kesenian, senitari, musik tradisional daerah, nasional, adat istiadat daerah dan sebagainya. Pendapat senada dikemukakan Al Muchtar (2004: 40) yang mengemukakan bahwa tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mengembangkan kemampuan baik intelektual maupun emosional siswa untuk dapat memahami dan memecahkan masalah sosiol dalam rangka memperkuat partisipasi sebagai warga negara dalm kehidupan masyarakat. 6. Strategi Active Knowledge Sharing dalam Kaitannya dengan Motivasi Belajar Siswa SD/MI Belajar pada dasarnya bukan hanya memberikan pengetahuan tetapi juga proses menghadapi dan memecahkan masalah, pengembangan pribadi, dan sikap terhadap dunia (Nasution, 1990: 87). Pada saat menentukan bahan pelajaran guru harus mempertimbangkan minat dan perkembangan anak, lingkungan dan bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran. Motivasi merupakan salah satu pendukung bagi kesuksesan dalam belajar. Mengenai bagaimana membudayakan belajar Skeel (1995:112), menjelaskan bahwa The childern first must be motivated to learn. By showing they except the childern to be successful, teacher assist them in building good self concept. As the childern gain confidence, they become less dependent on teacher. As they become involved in learning activities, their interest increases. Hopefully, they will then understand their role as learner”. Penjelasan di atas dapat ditafsirkan bahwa pada tahap awal guru dituntut untuk memberikan motivasi tentang pentingnya belajar untuk meraih sukses dan membangun kesadaran diri. Peserta didik akan memiliki kepercayaan diri yang besar dan bersamaan dengan itu ketergantungan terhadap guru semakin menipis. Semakin tinggi aktifitas belajar yang dilakukan siswa, 375 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 367-376 maka minat terhadap belajar akan semakin tinggi. Menurut Syamsuddin (2000: 37) motivasi belajar tersebut timbul dan berkembang dengan jalan: 1) datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrinsik); dan 2) datang dari lingkungan (ekstrinsik). Pendapat lain dikemukakan oleh Surya (2003: 98) yang menyatakan bahwa motivasi akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, peringatan, percontohan dan sebagainya. Penerapan strategi pembelajaran yang sesuai dan cocok dengan tingkat perkembangan peserta didik di SD/MI akan memberi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, mengkonstuksi pengetahuan dan pengalaman akan dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar tersebut. Bagaimanapun juga motivasi belajar siswa khususnya pada tingkat SD/MI sangat ditentukan oleh penerapan strategi, pendekatan dan metode yang dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran Active Knowlegde Sharing salah satu strategi pembelajarn yang dianggap dapat memotivasi siswa dalam belajar, karena dalam strategi pembelajaran ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengembang diri dalam pembelajaran berupa berpikir aktif dan juga berbagi dengan yang lainnya. Sedikitnya ada empat unsur yang terkandung dalam pembelajaran Active Knowledge Sharing sehingga dapat meningkat motivasi belajar siswa pada jenjang SD/MI. Pertama, Knowledge, sebagai tujuan utama dari pendidikan yaitu membantu para peserta didik sendiri untuk mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya, dalam strategi ini peserta didik dibawa untuk mengenal dirinya dan lingkungannya bukan dikenalkan guru siapa diri mereka. Kedua, Skill, yang mencakup keterampilan berpikir (thinking skills). Ketiga, Attitudes, yang terdiri atas tingkah laku berpikir (intelectual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior). Keempat Value, yaitu nilai yang terkandung didalam kehidupan, dimana peserta didik berbagi dengan teman-temannya sehingga akan terbangun sikap sosial pada diri peserta didik. Dan uraian tersebut di atas dapat pahami bahwa penerapan strategi yang tepat dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik karena dengan penerapan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa maka akan lebih menarik dan bermakna bagi siswa dalam pembelajaran. Paling tidak peserta didik akan merasa bahwa pendidikan itu bertujuan untuk dapat mendewasakan mereka melalui penerapan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai, pengembangan kemampuan dan penguasaan berbagai hal, meningkatkan serta mempertajam kemampuan berfikir kreatif, kritis dan mampu mengambil keputusan secara tepat dan mandiri serta membantu untuk memperoleh ketrampilan dan sikap sosial. Jika peserta didik SD/MI telah merasakan pendidikan itu kebutuhan mereka dengan sendirinya motivasi belajar siswa juga akan meningkat. C. Penutup Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. Penerapan strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Pembelajaran dengan menggunakan strategi active knowledge sharing berdampak positif pada peningkatan motivasi belajar siswa, artinya pembelajaran dengan menggunakan strategi active knowledge sharing mampu meningkatkan motivasi belajar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dimungkinkan karena proses pembelajaran telah berubah, semula paradigma pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berorientasi pada proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), yang memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun atau merekonstruksi pengetahuannya ataupun pemahamannya sendiri. Muhiddinur Kamal: Strategi Active Knowledge Sharin |376 Referensi Anitah, Sri, Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: UT Press, 2010 Prayitno, Belferik Manullang, Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa, Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2010 Nata, Abuddin, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009 Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011 Silberman, Melvin L., Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia, 2011 Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006 Suherman, Erman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA. 2003. Suprayekti, dkk. Pembaharuan Pembelajaran SD. Jakarta: UT Press, 2011 Trianto, Model- Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007. Wardani, I.G.A.K,. Perspektif Pendidikan SD. Jakarta: UT Press, 2009 Zaini, Hisyam. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008