BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti ini terbuka kesempatan luas bagi berbagai organisasi untuk berkecimpung dalam pasar internasional. Banyaknya perusahaan yang bermunculan membuat persaingan di dunia industri ini semakin ketat. Mempertahankan kelangsungan hidup organisasi tidak lagi menjadi hal yang mudah. Organisasi harus memiliki keunggulan yang unik dibandingkan organisasi lainnya untuk terus bertahan di pasar global. Berbagai cara dilakukan oleh organisasi-organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi tersebut. Inovasi-inovasi dilakukan agar organisasi dapat menawarkan produk dan jasa yang unik sehingga mampu menarik perhatian konsumen. Namun salah satu aset terpenting dalam suatu organisasi yang sering kali dilupakan dan terabaikan adalah sumber daya manusia (SDM). Tanpa SDM yang loyal dan berkualitas tujuan organisasi tidak akan mungkin tercapai. Cara yang paling sering digunakan untuk mempertahankan SDM dalam suatu organisasi adalah dengan memberikan upah tinggi serta pemberian bonus-bonus lainnya. Cara ini sesuai dengan teori klasik di mana manusia bekerja hanya untuk uang dan memandang pekerjaan sebagai hal yang tidak menyenangkan. Mungkin cara ini dapat mempertahankan SDM untuk beberapa waktu lamanya, tetapi manusia cenderung cepat jenuh dengan rutinitas, terlebih lagi apabila rutinitas itu semakin membosankan dan ia merasa tidak dihargai. Salah satu cara yang paling efektif untuk mempertahankan SDM yang berkualitas di era ini adalah dengan menciptakan iklim organisasi yang baik dan sehat. Iklim komunikasi organisasi menurut Pace dan Faules (1993: 147) adalah gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antar persona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Sesuai dengan teori hubungan manusia yang di oleh F. J. Roethlisberger dan William J. Dickson pada tahun 1939 (dipopulerkan oleh Elton Mayo) dan dikutip dalam buku Communication and Human Behavior oleh Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart (2006: 299), bahwa manusia bekerja ingin dihargai dan dipandang sebagai seorang pribadi. Manusia ingin dipandang sebagai seseorang yang penting dan berguna. Singkat kata, manusia ingin diperlakukan sebagai layaknya seorang manusia, bukan mesin. Keinginan ini lebih penting daripada uang dalam memotivasi manusia bekerja. Iklim organisasi menurut Pace dan Faules terbentuk dari kegiatan komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Terdapat dua jenis iklim komunikasi organisasi, yaitu iklim komunikasi yang positif dan iklim komunikasi yang negatif. Iklim komunikasi yang positif mendorong produktivitas kerja karyawan dalam suatu organisasi, sehingga memudahkan tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan iklim komunikasi yang negatif dapat menghambat produktivitas karyawan dalam organisasi tersebut, bahkan berujung pada kehancuran organisasi. Iklim organisasi merupakan bagian penting yang menentukan kelangsungan hidup suatu organisasi, sesuai dengan yang dikatakan oleh Pace dan Faules (1993: 148) karena iklim organisasi memengaruhi cara hidup anggota-anggota dalam organisasi tersebut seperti kepada siapa mereka berbicara, siapa yang mereka sukai, bagaimana perasaan mereka, bagaimana kegiatan kerja mereka, bagaimana perkembangan mereka, apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana cara mereka menyesuaikan diri dengan organisasi. Iklim organisasi yang baik memberi kesempatan kepada para anggota organisasi untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan, lebih berani mengeksplor diri dan kemampuan mereka dalam berkarya, berani menghadapi tantangan, dan menunjukkan kualitas serta tanggung jawab mereka dalam setiap performa di organisasi. Hubungan komunikasi yang bersifat dua arah (ciri-ciri teori hubungan manusia), baik dari atasan ke bawahan maupun bawahan ke atasan berpengaruh besar dalam menciptakan peningkatan produktivitas karyawan dalam suatu organisasi. Produktivitas adalah pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini. Secara definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. Penulis menyadari betapa pentingnya iklim organisasi bagi kelangsungan hidup organisasi. Seperti yang ditulis oleh Yahoo News pada 16 Januari 2013 yang lalu mengenai halhal yang memicu stress karyawan, di antaranya adalah hubungan yang kaku antara atasan dan bawahan serta pendapat karyawan yang tidak pernah didengarkan oleh atasannya. Hal-hal tersebut membuat karyawan menjadi stress, tidak bekerja sepenuh hati karena ia berada di bawah tekanan, mengundurkan diri dan pada akhirnya perusahaan harus merekrut pegawai baru lagi, memberikan pelatihan lagi dari nol yang tentunya akan sangat merepotkan dan membuat tujuan perusahaan semakin sulit tercapai. Restoran Bebek Tepi Sawah di Living World (PT. Tunas Nuansa Indonesia) dipilih penulis sebagai objek penelitian karena restoran semi franchise ini tergolong restoran besar dan eksklusif yang berada di kawasan Mal. Selain itu restoran ini juga selalu ramai dipadati pengunjung. Restoran Bebek Tepi Sawah Living World yang berada di bawah naungan PT. Tunas Nuansa Indonesia memiliki karyawan yang cukup banyak untuk ukuran restoran di mall , tidak hanya karyawan front office saja, tetapi juga karyawan back office. Maka Bebek Tepi Sawah Living World yang lebih sering disingkat dengan BTS LW dapat mendukung penelitian penulis mengenai komunikasi organisasi. Selain itu alasan lain penulis memilih PT. Tunas Nuansa Indonesia sebagai objek penelitian ini karena penulis pernah melakukan kerja magang selama dua bulan di perusahaan ini. Setelah melakukan kerja magang di PT. Tunas Nuansa Indonesia, penulis merasa terdapat beberapa kubu dalam perusahaan tersebut. Di mana hubungan antara kubu yang satu dengan kubu lainnya kurang harmonis. Namun produktivitas kerja di PT. Tunas Nuansa Indonesia menunjukkan hasil yang memuaskan. Ketertarikan penulis akan interaksi sosial serta hipotesis yang dimiliki penulis selama melakukan kerja magang di perusahaan tersebut semakin meningkatkan rasa ingin tahu penulis akan iklim komunikasi organisasi di PT. Tunas Nuansa Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas dan dengan menyadari kuatnya pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap produktivitas kerja karyawan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Tingkat Produktivitas Kerja Karyawan di Restoran Bebek Tepi Sawah Living World”. Harapan penulis adalah dengan dilakukannya penelitian ini, Restoran BTS LW (PT. Tunas Nuansa Indonesia) dapat memperoleh gambaran bagaimana iklim komunikasi organisasi di perusahaannya serta dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu acuan untuk mendongkrak produktivitas kerja karyawan-karyawannya. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil suatu perumusan masalah sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh yang signifikan antara iklim komunikasi organisasi dengan tingkat produktivitas kerja karyawan di PT. Tunas Nuansa Indonesia (Restoran Bebek Tepi Sawah Living World)?” 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara iklim komunikasi organisasi terhadap tingkat produktivitas kerja karyawan di Restoran Bebek Tepi Sawah Living World. 1.4 MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengujian teori-teori komunikasi organisasi dan di masa yang akan datang dapat dijadikan referensi bagi peneliti komunikasi organisasi selanjutnya, khususnya mengenai análisis iklim komunikasi organisasi dalam kegiatan berorganisasi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi, juga dapat dijadikan suatu acuan dasar bagi suatu organisasi khususnya PT. Tunas Nuansa Indonesia untuk menciptakan iklim komunikasi organisasi yang kondusif di dalamnya.