13 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Kita

advertisement
Bab 2
Landasan Teori
2.1 Teori Penokohan
Kita sering mendengar istilah-istilah tokoh dan penokohan, watak dan
perwatakan, atau karakter dan karakteristik secara bergantian dengan pengertian
yang hampir sama dalam pembicaraan sebuah karya fiksi. Seperti halnya unsur
cerita atau plot cerita, tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam
karya fiktif.
Dalam cerita fiktif, berbagai macam istilah-istilah sering digunakan pada
tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakteristik
secara bergantian dengan pengertian yang hampir sama. Ada istilah yaitu
pengertian yang mengarah pada tokoh cerita dan pada teknik pengembangan
sebuah cerita.
Istilah "tokoh" menunjuk pada pelaku cerita. Watak, perwatakan dan
karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh
pembaca, lebih ke arah kualitas pribadi seorang tokoh. Jones dalam Nurgiyantoro
(2007:165) mengatakan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang
seseorang yang digambarkan dalam cerita.
Stanton (2007:165) mengemukakan bahwa penggunaan istilah "karakter"
(character) dalam berbagai literatur bahasa Inggris menyarankan pada dua
pengertian berbeda, yaitu sebagai tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap,
ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh
tersebut. Maka dari itu, character dapat memiliki arti 'pelaku cerita' dan
'perwatakan'.
Menurut Abrams (2007:165) tokoh cerita (character) adalah orang-orang
yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang ditafsirkan pembaca
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan
dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Hal ini dikemukakan kembali oleh Nurgiyantoro (2007:166) bahwa istilah
"penokohan" lebih luas pengertiannya daripada "tokoh" dan "perwatakan" sebab
13
14
ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan
bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
2.2 Teori Diskriminasi
Aminah, et.al (2009:3) mengemukakan diskriminasi adalah pembedaan
perlakuan. Perbedaan perlakuan tersebut bisa disebabkan warna kulit, golongan
atau suku , dan bisa pula karena perbedaan jenis kelamin, ekonomi, agama, dan
sebagainya.
Menurut Suzuki (1989 : 233) pengertian diskriminasi adalah sebagai
berikut :
差別とは何か。
人間は生まれながら心身両面にわたってきわめて大きな可能性を
潜在的 にもっており、この可能性を自ら伸ばそうとするのは、人
間の本性であ る。こうした可能性を実態化することによって、よ
り有利な条件を獲得 しようとする個人または集団の行為を、その
個人または集団に付随する 特性、または架空につくられた特性に
基づいて他者が阻止する行為、これが差別である。
「鈴木, 1989 : 23」
Terjemahan :
Apa itu diskriminasi?
Manusia mempunyai kemampuan dalam dirinya baik secara fisik
maupun mental, dan berusaha mengembangkan kemampuan tersebut,
adalah karakter dari diri manusia yang terbentuk karena hidup
berkelompok. Untuk mewujudkan karakter tersebut, seseorang atau suatu
kelompok akan berusaha bertindak untuk memperoleh kondisi yang lebih
menguntungkan, tindakan yang berhubungan dengan kelompok atau
seseorang yang dilakukan untuk mencegah agar kelompok lain
mendapatkan hal yang menguntungkaan atas dasar sesuatu yang fiktif
belaka, itulah yang disebut dengan diskriminasi.
Prasangka dan diskriminasi saling berhubungan karena penyebab awal
terjadinya diskriminasi adalah prasangka. Prasangka adalah perlakuan negatif
terhadap seseorang atau kelompok yang biasanya merupakan kaum minoritas
atau berbeda dengan yang lain. Secara tak langsung, prasangka membuat
perbedaan diri kita dengan orang lain mengingat manusia adalah makhluk sosial
yang ingin berbaur dengan seseorang yang memiliki persamaan dengan diri
mereka. Prasangka seringkali didasari pada ketidakpahaman, ketidakpedulian
pada kelompok “mereka“ atau ketakutan atas perbedaan.
15
Dampak
diskriminasi
seseorang/kelompok
yang
terhadap
mendapatkan
seseorang
atau
diskriminasi
kelompok
akan
yaitu
mengalami
pengurangan, penyimpangan, penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau
pemenuhan hak-hak dasarnya sebagai manusia. (Aminah, et.al, 2009:6)
Aminah, et.al (2009:4) mengemukakan jenis diskriminasi yang sering
terjadi di masyarakat yaitu :
1. Diskriminasi berdasarkan suku/etnis, ras, dan agama/keyakinan
2. Diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan gender
3. Diskriminasi terhadap penyandang cacat
4. Diskriminasi terhadap pada penderita HIV/ AIDS
5. Diskriminasi karena kasta sosial
Diskriminasi bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah
adanya prasangka. Prasangka adalah sikap bermusuhan yang ditunjukkan
terhadap suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut
mempunyai ciri yang tak menyenangkan. Menurut Baron & Byrne (1991:76)
prasangka adalah sikap (umumnya negatif) kepada anggota kelompok tertentu
yang didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok. Umumnya
prasangka terjadi karena ketidakpahaman, ketidakpedulian pada kelompok
“mereka”, atau ketakutan atas perbedaan. Prasangka makin diperparah dengan
cap buruk (stigma/ stereotype). Diskriminasi adalah tindakan memperlakukan
orang lain tidak adil hanya karena dia berasal dari kelompok tertentu (Aminah,
et.al , 2009 : 5– 6)
Suzuki (1989 : 233) menyebutkan berbagai macam kategori yang
menyebabkan terjadinya diskriminasi di Jepang, yaitu sebagai berikut :
こうして、差別のよりどころないし口実とされる特性には、自然的
カテごりーとして、性、年齢、身体的特徴ないし人種、心身障害な
どがあり、社会的.歴史的カテゴリーとして、出自(生まれ、家
柄)、民族、国籍、身分、宗教、言語、社会的地位、貧富、職業、
学歴、思想などがある。
Terjemahan :
Dengan demikian, karakteristik yang menjadi alasan dasar terjadinya
diskriminasi berdasarkan kategori alamiah, yaitu ada jenis kelamin, usia,
karakteristik fisik, ras, cacat jasmani dan rohani, sosial. Kategori sejarah
termasuk hubungan darah (tempat kelahiran, latar belakang keluarga) ada
16
suku/etnis, kebangsaan, kedudukan, agama, bahasa, status sosial, kaya dan
miskin, pekerjaan, latar belakang pendidikan, paham/pemikiran.
Melihat dari kutipan kalimat di atas, dapat dilihat bahwa diskriminasi
dapat terjadi karena pekerjaan, cacat jasmani dan karakteristik fisik.
2.3 Konsep Hibakusha
Hibakusha adalah korban bom atom yang selamat dari pemboman
Hiroshima dan Nagasaki. Bila diterjemahkan secara harfiah, hibakusha adalah
‘Orang yang terkena dampak ledakan‘ yang merujuk kepada korban bom atom
yang terkena luka dampak radiasi. Hal yang membedakan hibakusha dengan
masyarakat Jepang lainnya adalah kondisi fisik yang diderita dimana mereka
menderita luka bakar serta penyakit radiasi.
Menurut Badan Bantuan Dana Korban Bom Atom, (Atomic Bomb
Survivors Affairs Division Health and Welfare Department, Nagasaki prefectural,
2007) hibakusha didefinisikan dalam berbagai kategori, yaitu :
1.
Orang yang berada dalam jarak beberapa kilometer dari hiposenter
bom
2.
Orang berada dalam jarak dua kilometer dari hiposenter bom dalam
waktu dua minggu
3.
Orang yang terkena radiasi dari kejatuhan bom
4.
Bayi yang belum lahir namun wanita yang mengandung bayi tersebut
termasuk salah satu kategori yang memiliki ciri-ciri di atas.
Orang yang terkena dampak ledakan bom atom dan penyakit radiasi tidak
hanya orang Jepang, tetapi orang asing juga yaitu orang Korea, orang China dan
beberapa orang Eropa dan Asia Tenggara dimana orang Korea adalah mayoritas.
Orang Korea atau Korean hibakusha adalah bangsa asing yang mayoritas
korban ledakan bom atom dan menderita dampak radiasi. Pada tahun 1910 hingga
1945, Jepang menjajah Korea dan mempekerjakan orang Korea sebagai tenaga
kerja karena harga tenaga kerja orang Korea sangat murah. Menurut Miyata
(1990:463) orang Korea yang dipekerjakan adalah para komunitas petani yang
kehilangan lahannya, kehilangan mata pencarian atau tak memiliki pekerjaan, dan
pergi dari desanya untuk mengadu nasib. Pada saat itu, Jepang ingin mengambil
17
alih Manchuria dan mulai pecahnya perang dengan China sehingga Jepang
mempercepat masuknya pekerja Korea di Hiroshima dan Nagasaki mengingat
pada masa ini, Hiroshima dan Nagasaki adalah kota industri.
Orang China juga termasuk salah satu korban bom atom, meski belum
diketahui jumlahnya namun lebih sedikit dibandingkan orang Korea. Alasan orang
China berada di Jepang dan masalah yang dihadapinya, tak beda jauh dengan
yang dialami orang Korea. Pada masa perang dunia kedua, beberapa orang China
berada di Hiroshima adalah pelajar asing, tenaga pekerja industri, dan penduduk
Manchuria ketika Jepang menguasai China dan menjadikan Manchuria sebagai
negara boneka. Para pelajar China umumnya belajar di Universitas Hiroshima
bagian literatur dan sains. Ketika Perang Pasifik pecah, beberapa pelajar kembali
ke China namun ada beberapa yang memilih menetap.
Orang Eropa dan Asia Tenggara yang terkena dampak ledakan dan
menderita penyakit umumnya adalah pelajar dan tahanan perang. Sekitar dua
puluh orang Asia Tenggara adalah orang terpelajar atau anggota keluarga kerajaan
dimana mereka diundang oleh pemerintah Jepang untuk belajar di Jepang yang
berlokasi di Hiroshima. Sekitar dua puluh pemuda terpilih untuk belajar di
Hiroshima yang berasal dari Filipina, Jawa, Sumatera, Borneo, Malaysia dan
Burma. Tahanan perang yang terkena bom atom mayoritas adalah orang-orang
Jawa dan beberapa orang Amerika serta orang Belanda.
Ada empat jenis hibakusha, yaitu hibakusha, hibakusha nisei jidai,
hibakusha sansei, dan nijyuu hibakusha.
1. Hibakusha : korban bom atom atau korban generasi pertama, yang terkena
langsung ledakan bom atom dan menderita penyakit akibat paparan radiasi.
2. Hibakusha nisei jidai : korban generasi kedua, atau disebut juga anak-anak
bom. Orang tua mereka merupakan hibakusha dimana orang tua mereka
sudah meninggal akibat penyakit radiasi dan usia anak-anak ini masih muda.
3. Hibakusha sansei jidai : korban generasi ketiga. Kakek atau nenek mereka
termasuk salah satu hibakusha yang menderita penyakit radiasi dan anak
yang dikandungnya secara tak langsung terkena penyakit radiasi di dalam
rahim sang ibu.
18
4. Nijyuu hibakusha : korban yang menderita efek kedua bom. Efek kedua bom
yang dimaksud adalah korban menderita luka bakar dan penyakit radiasi dari
ledakan bom Hiroshima dan Nagasaki.
Menurut Yuzaki (1990:394) terdapat kategori orang yang terkena dampak
bom atom baik secara langsung maupun tak langsung, yaitu :
19
Tabel 1 Kategori Orang yang Terkena Dampak Bom Atom
I. Korban Bom Atom-hibakusha
II. Orang yang terkena dampak
Secara
Penduduk kota
Anggota keluarga
Jauh dari kota
langsung
atau kota
korban bom
pada saat
sebelah pada
pemboman tapi
saat pemboman
anggota keluarga
hilang
Secara tak
Pendatang awal
Anggota baru
Tinggal bersama
langsung
yang datang ke
dari keluarga
dengan korban
kota yang
yang terkena
bom atom
terkena dampak
dampak bom
(sebagaimana
radiasi atau
yang dijelaskan
penyebab
pada kolom
lainnya. Korban
sebelah) atau
lain yang
kehilangan
terkena dampak
anggota keluarga
radioaktif pada
saat atau setelah
pemboman.
Misalnya orang
yang terjebak
dalam “black
rain” atau
terlibat dalam
kegiatan
penyelamatan
langsung
terkena atau
pembuangan
mayat diluar
kota
20
Terpapar
Radiasi di
Generasi
Anak dan cucu
dalam
dalam rahim ibu
berikutnya
dari semua
rahim
kelompok
Sumber : Yuzaki dalam Hiroshima and Nagasaki : The Physical, Medical,
and Social Effects of the Atomic Bombings (1981)
Science of Council Japan (1990:117) mengatakan korban bom atom atau
hibakusha berasal dari pengaruh simultan panas, ledakan, dan radiasi. Tahap akut
luka bom atom dapat dianggap sebagai akibat tindakan yang kompleks dan
kemungkinan luka pada tubuh manusia diklarifikasikan sesuai dengan mekanisme
mereka masing-masing.
1. Luka bakar bom termal
a. Luka bakar termal primer : luka bakar ledakan
b. Luka bakar termal sekunder : luka bakar hangus, luka bakar kontak, luka
bakar api
2. Trauma bom
a. Cedera primer : luka ledakan
b. Cedera sekunder : cedera dikubur, cedera kompresi, cedera fragmen
3. Penyakit radiasi bom
a. Penyakit radiasi primer
b. Penyakit radiasi sekunder
White (1990:128) mengatakan bahwa setelah melakukan diskusi umum
dan mendeskripsikan secara rinci, efek radiasi dapat ditemukan dimana saja
bahkan ke jaringan vital baik dalam tubuh hewan maupun tubuh manusia.
21
Tabel 2 Dosis Seluruh Tubuh pada Radiasi dan Efek Akut (Hibakusha)
Dosis (Rontgen)
Efek Biologis
Kurang dari 1
Tak ada efek yang terdeteksi
10
Perubahan kualitatif, hampir tak
terdeteksi dalam limposit
100
Radiasi akut ringan (sakit di
beberapa bagian tubuh, sedikit
penurunan jumlah sel darah putih,
kemungkinan mual dan muntah,
penekanan sementara aktivitas
hematopoietik
1000
Sel darah dan pembentukan
trombosit menurun drastis. Terjadi
kerusakan pada mukosa
gastrointestinal, radiasi parah akut,
mati dalam waktu 30 hari
10.000
Disorientasi langsung atau koma,
mati dalam beberapa jam
100.000
Kematian beberapa mikroorganisme
1.000.000
Kematian beberapa bakteri (bakteri
dalam tubuh)
10.000.000
Kematian pada seluruh organ
tubuh
Sumber : Warren dalam Hiroshima and Nagasaki : The Physical, Medical, and
Social Effects of the Atomic Bombings (1981)
22
Menurut laporan investigasi kesehatan pada korban bom atom hiroshima
yang dilakukan Army Medical School, Provisional Tokyo First Army Hospital
(1990:130) gejala awal radiasi terbagi dalam tiga tahap. Tahap pertama, penderita
menderita rasa mual, muntah, polydipsia (rasa haus tak tertahankan), anorexia
(kehilangan nafsu makan) demam dimana kadang terjadi demam tinggi, dan diare.
Tahap kedua, terjadinya epilation (rontoknya rambut dari akar) dengan
mudah. Kadang gusi mulai memerah dan berubah warna menjadi ungu kemerahan
yang disertai pembengkakan, kesakitan dan hemorrhagic (sindrom yang
menunjukkan kecenderungan pendarahan spontan yang berakibat penurunan
tekanan darah, kecacatan atau keduanya.)
Secara garis besar, orang yang menderita penyakit radiasi memiliki gejala
awal berupa rasa mual dan muntah, diare, demam, kerontokan rambut dan gigi
tanpa rasa sakit, pembengkakan gusi yang disertai perubahan warna serta
menderita sakit ngilu di sekitar badan dan hilang nafsu makan.
Download