BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kebutuhan listrik telah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan
manusia. Hampir setiap sendi kehidupan manusia telah melibatkan listrik di
dalamnya. Dimulai sejak bangun tidur, mengecap dunia pendidikan, memenuhi
kebutuhan biologis, hingga kembali terlelap, semuanya memiliki hubungan
dengan listrik.
Pergeseran kebutuhan listrik ke arah kebutuhan primer tersebut tentu
berdampak kepada semakin besarnya permintaan listrik dari masyarakat. Di
Indonesia, PT. PLN sebagai perusahaan penyedia listrik milik negara, telah
memprediksi kebutuhan listrik hingga dua puluh tahun yang akan datang.
Hasilnya, kebutuhan listrik di Indonesia akan meningkat secara signifikan dalam
kurun waktu dua puluh tahun terakhir.
Sayangnya, tingginya angka kebutuhan listrik di Indonesia tidak sejalan
dengan ketersediaan sumber energi sebagai bahan utama pembangkit listrik.
Indonesia masih digandrungi penyakit ketergantungan terhadap energi fosil,
dimana energi fosil tersebut masuk pada kategori energi tak terbarukan yang akan
habis apabila digunakan terus menerus. Hal ini menimbulkan fenomena krisis
listrik sehingga memunculkan kebijakan manajemen listrik yang merugikan
masyarakat, seperti pergiliran pemadaman listrik.
Pergiliran pemadaman listrik dalam waktu sehari di pulau Sulawesi bisa
melebihi dua kali dalam sehari. Frekuensi pergiliran pemadaman yang terlalu
sering ini dapat menimbulkan masalah lain, yaitu rusaknya alat-alat elektronik
masyarakat. Rusaknya alat elektronik masyarakat, akan memaksa masyarakat
untuk mengeluarkan uangnya untuk membeli alat serupa. Kejadian yang berefek
domino ini berakhir pada permasalahan klasik masyarakat yanhg belum bisa
dijawab oleh pemerintah Indonesia, kemiskinan.
Ditambah, permasalahan listrik Indonesia bukan hanya soal menipisnya
sumber daya pembangkit energi, tetapi juga soal pendistribusian listrik yang
terlalu memusatkan diri di pulau Jawa. Sudah menjadi pengetahuan bersama
seluruh rakyat Indonesia, bahwa masih banyak daerah-daerah yang tidak terjamah
listrik.
Tidak terjamahnya seluruh wilayah Indonesia oleh listrik memiliki beragam
alasan, selain masih bergantungnya Indonesia terhadap sumber energi fosil,
diantaranya : 1) wilayah yang jauh dari kota, sehingga sulit dibangun infrastruktur
pendukung penyalur listrik, 2) tidak terdapatnya sumber energi listrik di daerah
tersebut.
Benarkah ada wilayah di Indonesia yang tidak memiliki sumber energi
untuk dijadikan listrik? Ternyata hampir-hampir seluruh wilayah negara kesatuan
Republik Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah untuk dijadikan
energi listrik. Sumatera, memiliki banyak blok-blok gas bumi yang belum
terjamah. Kalimantan, tengah tereksploitasi kekayaan alamnya berupa batu bara,
dan Kalimantan memiliki potensi energi lain berupa sungai, sebagaimana di
Papua. Pulau Jawa, pun memiliki blok-blok gas bumi yang sebagiannya tengah
terjamah oleh tangan-tangan asing. Sulawesi, di daerah Mamuju memiliki
kekayaan alam berupa uranium. Berlimpahnya sumber daya alam tersebut, masih
ditambah dengan berlimpahnya sinar matahari disepanjang wilayah Indonesia.
Salah satu sumber energi yang belum secara massif digunakan di Indonesia.
Maka permasalahan yang paling mungkin adalah belum dimanfaatkannya
secara maksimal sumber daya alam tersebut, dan permasalahan infrastruktur
sehingga listrik yang telah dihasilkan tidak sampai ke daerah-daerah pelosok.
Daerah yang belum terjamah listrik adalah daerah pesisir. letak wilayah
pesisir yang berada di pinggir-pinggir pulau, tentu jauh dari pusat kota apalagi
pembangkit listrik yang dimiliki oleh PT. PLN., belum lagi, pulau-pulau kecil
berpenghuni yang jumlahnya ribuan di Indonesia. Hal demikian menjadi sebuah
ironi bagi Indonesia, negeri dengan garis pantai terpanjang di dunia, namun
wilayah pantainya belum dapat terjamah listrik secara baik.
Namun, untuk memenuhi kebutuhan listrik daerah pesisir akan jauh lebih
baik apabila dilakukan dengan memanfaatkan potensi energi lokal. Sehingga
dalam hal pembangunan, tidak terlalu banyak menghabiskan biaya. Mengingat
pula, daerah pesisir memiliki potensi energi yang cukup banyak dan variatif, serta
bertipe energi terbarukan.
Satu energi terbarukan yang belum banyak dipakai, dan cukup besar di
daerah pesisir adalah energi matahari. Energi matahari merupakan energi tak habis
atau energi terbarukan dengan memanfaatkan keberadaan matahari sebagai
sumber energinya. Dewasa ini, energi matahari tengah dikembangkan dengan
serius. Di negara-negara maju, pengalihan sumber energi fosil ke energi
terbarukan khususnya energi matahari di gedung-gedung perkotaan sedang
dilakukan. Di Indonesia, penggunaan energi matahari sebagai pembangkit masih
sedikit sekali digunakan. Pemanfaatan energi matahari biasanya menggunakan
solar panel, memanfaatkan foton-foton yang dipancarkan matahari untuk
menghasilkan listrik. Satu kelemahan panel surya adalah, harganya yang cukup
mahal dengan efisiensi yang belum besar. Cara pemanfaatan energi matahari yang
lain, adalah dengan menggunakan teknologi Concetrated Solar Power (CSP).
CSP merupakan suatu teknologi yang berfungsi untuk memusatkan sinar
matahari, sehingga pada titik yang difokuskan tersebut sinar matahari berubah
menjadi panas. Teknologi ini biasanya digunakan oleh negara-negara yang
memiliki wilayah dengan intensitas matahari yang tinggi, biasanya wilayah
tersebut adalah padang pasir.
Daerah pesisir, memiliki kesamaan dengan daerah padang pasir dalam hal
terik matahari. Pada siang hari, daerah pesisir akan terasa lebih panas. Namun,
belum diketahui berapa besar energi matahari yang dapat dikonversikan menjadi
energi listrik menggunakan CSP, sehingga belum diketahui pula seberapa baik
performa teknologi CSP jika digunakan di daerah pesisir pantai.
I.2. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diselesaikan berdasarkan uraian di atas adalah :
1. seberapa baik performa model CSP sebagai komponen pembangkit listrik
apabila diterapkan di daerah pantai.
2. berapa besar potensi daya dari energi matahari yang dapat ditangkap oleh
model CSP.
I.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah mengetahui performa model
CSP sebagai komponen pembangkit listrik ketika diterapkan di daerah pantai
Indonesia. Dengan performa yang dimaksud adalah :
1. Besar kenaikan suhu fluida dalam storage (T)
2. Panas yang bisa ditangkap oleh kolektor (Qu)
3. Daya energi matahari yang ditangkap oleh kolektor (Poutput)
4. Efisiensi kolektor panas matahari tipe PTSC yang dirancang dan
difabrikasi (η)
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui performa model CSP yang dirancang, sebagai dasar
pengembangan dalam penggunaan dengan skala yang lebih besar.
2. Mengetahui besarnya daya dari energi matahari yang bisa ditangkap
menggunakan model CSP, sebagai dasar pengembangan dalam
penggunaan dengan skala yang lebih besar.
3. Dihasilkannya model CSP untuk digunakan penelitian lebih lanjut di
Jurusan Teknik Fisika UGM.
Download