BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Judul

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek
Judul proyek yang dipilih untuk perancangan tugas akhir ini adalah Indie
Community Music Center di Yogyakarta. Pada kasus ini, komunitas penyaji
musik indie adalah sekelompok seniman yang ingin menunjukkan kapasitas
dan sumbangsih dalam bidang musik di belantika musik secara independen
yang kemudian dijadikan dasar utama pengadaan bangunan, mulai dari segi
fungsional, sampai ke aspek konsep desain arsitekturalnya.
I.1.1 Tinjauan Umum Seni Musik
Seni menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, Balai
Pustaka, 1990, hlm.816) diartikan :
1. halus (tentang rabaan); kecil dan halus; tipis dan halus; lembut
dan enak didengar (tentang suara); mungil dan elok (tentang
tubuh)....dan seterusnya.
2. keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi
kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya).
3. kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi
(luar biasa).
Musik dijabarkan sebagai nada atau suara yang dijabarkan
sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan
(terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyibunyi itu). Menurut Ensiklopedia Nasional 1995, musik adalah suatu
cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur
dalam bentuk bunyi.
1
Jadi definisi dari seni musik kurang lebih adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan olahan nada atau suara yang mengandung
irama, lagu, dan keharmonisan hingga menghasilkan sebuah karya
yang lembut dan enak didengar serta memiliki nilai yang tinggi.
Sejak zaman purba, orang telah mengenal apa yang disebut
musik. Segala bunyi-bunyian yang kontinyu dan memiliki irama bisa
dikatakan sebuah musik. Dengan demikian, zaman dahulu ketika
manusia-manusia purba berkumpul, misalnya saat melakukan ritual
mistis yang dianutnya, kemudian mereka menabuh berbagai alat, mulai
dari kayu, bambu, dsb, hingga menimbulkan komposisi bunyi yang
berkesinambungan, dapat dikatakan bahwa mereka sedang memainkan
sebuah komposisi musik.
Musik adalah bahasa yang universal, yang artinya adalah bahasa
yang bisa diterima oleh siapapun di muka bumi ini. Orang dari negara
Amerika bisa mendengarkan musik tradisional dari Jawa, gamelan,
tanpa harus melalui penerjemah. Begitu pula sebaliknya. Tidak
diperlukan sebuah keahlian khusus untuk bisa mendengarkan karya
musik. Asalkan kita memiliki indera pendengar, kita bisa menikmati
karya-karya seni musik dari berbagai belahan bumi manapun.
Pada zaman sekarang, seni musik sudah menjadi sebuah
kebutuhan yang sangat vital bagi manusia. Setiap segi kehidupan
manusia tak dapat dilepaskan dari keberadaan musik. Hampir semua
orang menyukai musik. Entah itu orang tua yang menyukai musik
lembut, seperti jazz, ataupun anak-anak muda yang terobsesi dengan
ekspresi full power dari musik metal. Musik mampu membuat hidup
lebih bergairah. Jadi, jika dulu musik hanya dianggap sebagai hiburan di
kala senggang, sekarang musik dianggap sebagai sebuah kebutuhan
dan gaya hidup yang tak dapat dipisahkan.
Musik mampu mempengaruhi kondisi psikis kejiwaan seseorang.
Orang yang sedang sedih, bisa terhibur ketika mendengarkan musik
berlirik jenaka dengan komposisi alat-alat musik yang unik namun tetap
harmonis (misalnya musik Korncong Chaos, band asal yogyakarta).
Atau orang yang menjadi powerfull dalam pekerjaannya setelah
2
mendengarkan musik hard rock dengan tempo cepat dan lirik yang
membangkitkan semangat. Komposisi musik klasik bahkan sangat
mendukung pengembangan kecerdasan otak bayi yang sedang tumbuh
berkembang (Seni Aplikatif di Sekolah, Suryani, ST, 2001/7). Oleh
karena itu, tak dapat dibayangkan, apa jadinya dunia ini jika tanpa seni
musik.
I.1.2 Tinjauan Umum Musik Indie
Musik indie bukanlah suatu aliran musik, melainkan suatu jalur
penunjukan eksistensi diri jiwa para musisi. Dimana pada kenyataannya
musik sekarang kurang mendapat apresiasi dari para petinggi-petinggi
distribusi musik di Indonesia (maksudnya adalah label company/major
label), sehingga banyak para pekerja seni musik (band) dan
seanteronya lebih memilih indie. Karena dasar dari indie adalah
individuality, semua harus sendiri yang mengarah ke suatu kebebasan
berekspresi.
Seni musik modern berkembang sangat pesat di dunia. Hal ini
salah satunya disebabkan karena jenis musik modern dapat diterima
berbagai kalangan dan relatif mudah untuk dicerna sebagai musik
hiburan.
Indie Community Music Center di Yogyakarta adalah suatu wadah
dari semua kegiatan dan distribusi, Performing and Creating, dan
sebagainya untuk musisi-musisi di Yogyakarta ini. Dimana komunitaskomunitas musisi di Jogja yang sudah mulai banyak sehingga
membutuhkan suatu tempat untuk mewadahinya. Sebuah tempat yang
mampu menyalurkan ekspresi jiwa dalam bermusik.
Menurut genealogy music wikipedia dictionary, musik modern
bersumber dari 7 wilayah/negara utama di dunia, yaitu Perancis,
Spanyol,
Afrika,
Jamaica,
Amerika
Serikat,
Karibia-Kolombia-
Venezuela, Portugal-Brasil. Masing-masing wilayah/negara melahirkan
genre musik yang khas yang terkadang mendapat pengaruh dari
negara lain. Seperti musik blues yang berasal dari wilayah Amerika
3
Serikat, yang pada awalnya adalah nyanyian bangsa kulit hitam yang
berasal dari Afrika.
I.1.3 Yogyakarta Sebagai Kota Budaya
Yogyakarta dikenal salah satunya sebagai kota budaya. Hal ini
dikarenakan oleh beraneka-ragamnya budaya dan tradisi lokal
masyarakat setempat yang masih dipelihara dengan kuat sampai saat
ini. Beragam jenis seni lokal juga banyak. Mulai dari seni pertunjukan,
seni tari, seni musik, dan lain-lain. Hal inilah yang menjadikan
Yogyakarta sebagai tujuan para wisatawan baik domestik maupun
mancanegara untuk berkunjung dan menikmati segala kekayaan
budaya di Yogyakarta ini.
Selain sebagai Kota Budaya, Yogyakarta juga dikenal sebagai
Kota Pelajar. Banyak pelajar dan mahasiswa dari luar kota dan luar
pulau yang berduyun-duyun datang setiap tahunnya, memadati
Yogyakarta demi untuk menimba ilmu pengetahuan di kota ini.
Mereka yang datang dari daerah lain, membawa budaya dan
tradisi mereka masing-masing, sehingga terjadilah akulturasi budaya
dengan budaya lokal Yogyakarta. Masyarakat lokal memiliki pegangan
yang kuat terhadap kebudayaan lokal mereka sendiri. Mereka selalu
memegang teguh kebudayaan warisan leluhur yang diturunkan
kepadanya, sehingga dalam proses akulturasi budaya, budaya lokal
tidak akan luntur, namun justru kebudayaan Yogyakarta akan semakin
berkembang dari waktu ke waktu.
Beberapa uraian tersebut adalah salah satu alasan mengapa
Yogyakarta sangat kondusif untuk pengembangan seni dan budaya
tanpa menggeser nilai-nilai kebudayaan lokal yang telah ada.
4
I.1.4 Tinjauan Seni Musik di Yogyakarta
Yogyakarta sebagai kota seni dan budaya telah banyak
melahirkan seniman-seniman dan budayawan yang diakui di kancah
nasional maupun internasional. Termasuk juga dalam bidang kesenian
musik, baik musik tradisional, maupun musik-musik modern hasil
akulturasi budaya luar dengan budaya lokal. Musik-musik tradisional
seperti Gending Jawa, Campursari, dan Keroncong kian berkembang
dengan banyaknya sanggar dan komunitas yang selalu melahirkan
generasi-generasi penerus di bidang seni ini. Pengembangan ini juga
tidak lepas dari peran serta masyarakat setempat (dan masyarakat
nasional),
sebagai
penikmat
musik
(konsumen)
yang
memang
mencintai seni musik lokal/tradisional.
Efek globalisasi cukup terasa di Yogyakarta. Sebagai kota yang
sedang tumbuh, pengaruh kemajuan zaman dari negara barat (selaku
negara maju yang menjadi tolak ukur negara berkembang) juga tidak
dapat terelakan. Masuknya budaya dan seni dunia ke Yogyakarta telah
membawa angin perubahan yang cukup besar. Musik-musik modern,
seperti pop, rock, jazz, reggae, metal, hardcore, punk, heavy metal,
dsb, berkembang cukup pesat. Segmen pendengarnya pun beraneka
ragam, mulai dari anak-anak sampai orang tua.
Hal-hal di atas memiliki dampak
negatif maupun positif.
Kemungkinan dampak negatifnya adalah, dalam beberapa dekade ke
depan, seni musik tradisional di Yogyakarta akan tergilas habis oleh
seni musik modern yang lebih mendunia. Tidak akan terdengar lagi
bunyi gending jawa yang mengalun lembut dari gamelan. Dan
ekstremnya identitas Yogyakarta hilang. Yogyakarta akan menjadi
sama misalnya dengan California, dari segi seni dan budayanya.
Namun di samping hal-hal mengerikan di atas, terdapat dampak
positif yang rasaya lebih bisa masuk di akal. Dengan masuknya seni
musik modern, maka akan terjadi akulturasi budaya antara seni musik
modern dengan seni musik tradisional, yang justru akan semakin
mengembangkan seni musik tradisional itu sendiri. Sebagai contoh
5
dapat dilihat pada grup musik Sinten Remen yang dinahkodai oleh
Djaduk Ferianto. Grup ini memainkan berbagai jenis musik, mulai dari
pop, rock, sampai bossanova, dengan iringan instrument musik
tradisional jawa. Ada juga angkatan yuniornya, grup musik Kroncong
Chaos dengan style musik yang kurang lebih sama dengan Sinten
Remen. Mereka mampu mengkombinasikan musik tradisional dengan
musik modern (luar). Dan mereka berhasil.
Masyarakat setempat pun turut mendukung. Pangsa pasar musik
modern memang berkembang, namun pasar musik tradisional pun tidak
lantas surut. Digelarnya even berskala besar seperti ‘Soundrenalin’
merupakan bukti, bahwa pasar musik modern di Jogja
cukup
prospektif. Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) yang digelar rutin dan
selalu berjalan lancar adalah salah satu bukti teguhnya masyarakat
Jogja dalam melestarikan budaya warisan nenek moyangnya (dalam
hal ini musik).
Pengembangan musik modern di Yogyakarta dari tahun ke tahun
cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari fakta yang ada. Banyak bandband yang lahir di kota gudeg ini, telah mampu membuktikan diri untuk
tampil, bersaing masuk ke dalam pasar industri musik nasional.
Beberapa diantaranya bahkan telah mampu merambah ke negara
tetangga, seperti Sheila on 7 misalnya.
Berikut ini adalah daftar beberapa band berskala nasional (major
label) yang lahir di Jogja :
Tabel I.1 Band Yogya yang Telah Menghasilkan Album Rekaman Major Label
Dari Nama Band
Tahun
Aliran
Sheila On 7
1997
pop-rock
Jikustik
2000
pop-rock
Shaggy Dog
2000
ska
Mondayz
2001
rock
New Days
2001
rock
E’s Nanas
2001
pop-rock
6
Captain Jack
2002
rock
Stereovilla
2003
pop-retro
Satoe
2003
Pop
Endank Soekamti
2004
punk-rock
The Rain
2005
pop-rock
Letto
2006
pop-rock
Seventeen
2003
Pop
Hello
2008
Pop
Sumber : Pengamatan Penulis
Dalam industri musik modern, dikenal istilah indie label. Definisi
dari indie label kurang lebih adalah label rekaman independen yang
tidak berorientasi pada aspek komersial semata, namun yang lebih
penting adalah untuk menunjukkan idealisme musisi tersebut. Dalam
kenyataannya, banyak band yang telah sukses di jalur indie, yang
dalam perkembangan,
berusaha untuk memasuki jalur major.
Umumnya hal ini disebabkan karena band tersebut ingin memperluas
pasar musik mereka. Beberapa band yang masih berjuang dengan indie
labelnya :
Tabel I.2 Band Yogya yang Telah Menghasilkan Album Rekaman Indie Label
Nama Band
Aliran
Kowena
Reggae
Disdain
Hip-metal
Teknoshit
Techno
Something Wrong
Punk
Kornchonk Chaos
Keroncong-dangdut
The Produk Gagal
-
Sri Rejeki
-
Mock Me Not
Hip-metal
Bagaikan
Hip-metal
Jahanam
Hip-hop / rap
7
Crossbotom
Alternative
Kapas
Pop Alternative
dan lain-lain
Sumber : Pengamatan Penulis
Saat ini Yogyakarta diakui sebagai salah satu kota di Indonesia
yang menjadi barometer musik nasional, setelah Jakarta, Bandung, dan
Surabaya. Kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap Yogyakarta
adalah prestasi sekaligus tanggung jawab yang berat bagi masyarakat
Yogya pada umumnya, serta pelaku seni musik di Yogyakarta pada
khususnya.
Dalam bermusik dibutuhkan 2 elemen mendasar yang sangat
penting yaitu kreativitas dan skill. Kreativitas sang musisi bisa diartikan
bagaimana dia mampu untuk mengeksplorasi kemudian menciptakan
sesuatu yang baru dan bernilai seni tinggi. Elemen yang kedua adalah
skill atau kemampuan menguasai instrumen sebagai sarana sang
musisi untuk mengkomunikasikan ide-ide kreatifnya.
Saat ini banyak lembaga musik di Yogyakarta yang menyediakan
dirinya sebagai wahana pengembangan skill dari para musisi atau
calon-calon musisi, baik formal (institusi/lembaga resmi) maupun
informal (lembaga non resmi). Berikut adalah lembaga pendidikan
musik formal di Yogyakarta :
Tabel I.3 Institusi yang Mempunyai Jurusan Musik di Yogyakarta
Nama
Institusi
ISI
Jumlah Siswa
Fakultas/Jurusan
1997
Seni Media Rekam / Seni
2478
1998
2004
2430
2498
82
106
86
82
211
396
Musik
UNY
Pendidikan Seni Drama
Pendidikan Seni Tari
Pendidikan Seni Musik
306
Sumber : Biro Pusat Statistik Yogyakarta
8
Dari tabel dapat dilihat bahwa jurusan seni dari masing-masing
institusi memiliki peminat cukup banyak, dan selalu sesuai dengan
kuota yang ditetapkan.
Dibandingkan dengan jumlah institusi formal, jumlah lembaga non
formal jauh lebih banyak. Belum lagi yang relatif kecil, seperti rental
studio musik yang sekaligus menyediakan kursus privat. Ada juga
beberapa musisi yang di waktu senggangnya sering menawarkan
kursus privat untuk para pemula.
Beberapa lembaga pendidikan musik informal yang cukup besar di
Yogyakarta :
Tabel I.4. Lembaga Pendidikan Musik informal yang cukup besar di Yogyakarta
Nama lembaga pendidikan
Alamat
musik
Diana Music
Jl. Pakuningratan
Sriwijaya Music
Jl. Kaliurang
Crescendo Music
Jl. I Dewa Nyoman Oka
Hana Music
Jl. Affandi
Nirai Music
Jl. Godean
Purwacaraka Music 1
Jl. AM Sangaji
Purwacaraka Music 2
Ring Road Utara (Ruko Casa
Grande)
Sumber : pengamatan penulis
I.1.5 Kelangsungan “Hidup” Musisi-Musisi di Yogyakarta
Saat ini banyak anggapan bahwa musik hanyalah sekedar hobi.
Padahal jika ditekuni lebih dalam, industri musik pun mampu menjadi
sebuah profesi yang menjanjikan. Sangat menyenangkan apabila
memiliki hobi yang sekaligus menjadi sebuah profesi. Banyak contoh
yang sudah membuktikan itu, seperti band pelopor rock n’ roll di
Indonesia, sebagai contoh band Slank yang eksis sejak tahun 1983
9
sampai dengan sekarang bahkan para personilnya benar-benar
mengandalkan hidup dari band. Slank beberapa kali unjuk gigi pada
masyarakat
internasional.
Dewa,
yang
tahun
lalu
(2006)
menandatangani kontrak dengan pihak label dari luar negeri, dan masih
banyak lagi.
Musisi yang sukses tersebut mempunyai kesamaan, yaitu bahwa
mereka memiliki jati diri yang khas. Mereka memiliki identitas, saat
orang mendengar musik Slank, orang akan langsung mengetahui
bahwa itu adalah Slank meskipun dia tidak melihatnya secara langsung.
Dari hal di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mampu bertahan
hidup di belantara industri musik yang ganas, seorang musisi atau
sebuah band harus memiliki identitas yang unik/khas. Proses untuk
sampai pada tahap itu cukup panjang dan butuh perjuangan yang
keras.
Dengan berkumpulnya berbagai jenis musik dalam satu wadah,
diharapkan akan memancing ide-ide segar dari para musisi untuk
mengeksplorasi musik dan menciptakan hal-hal baru yang fenomenal.
I.2 Latar Belakang Permasalahan
Industri musik saat ini seperti dikebiri, dimana para seniman musik
sudah banyak yang merasa untuk dapat menyajikan atau menyuguhkan di
khalayak umum terutama para penikmat musik karena pada faktanya kendali
ada di tangan major label (label company), sehingga timbul suatu kemauan
dan usaha secara independen untuk berani menerobos semua hal itu.
Dengan semakin banyaknya bermunculan seniman-seniman musik baru
hingga sampai tak terhitung di Indonesia ini terutama di daerah Yogyakarta
maka dibutuhkan suatu keberanian untuk menggebrak, mematahkan kendali
para petinggi-petinggi industri musik (major label).
Spesifikasi dari proyek ini adalah sebuah pusat seni musik yang mampu
menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan musik, yang terdiri dari
tempat pelatihan skill para musisi (belajar-mengajar), tempat berlatih,
mencipta, berkomunitas, dan tempat unjuk kebolehan. Di sini para musisi
10
akan berlatih dan memperdalam skill supaya menjadi musisi yang lebih
berkualitas yang senantiasa terasah kreativitasnya dengan keberadaan
komunitas musik yang selalu mengikuti perkembangan.
Musik indie tercipta dari semangat kemandirian dan kebebasan untuk
menuangkan ide-ide kreatif ke dalam bentuk musik, layaknya sebuah
gerakan, musik indie selalu berusaha menampilkan keberagaman untuk
memecah kemonotonan dan kebakuan.
Seperti halnya dalam dunia musik, dalam dunia arsitektur pun terdapat
prinsip-prinsip dan aliran-aliran yang biasanya menjadi pedoman para
perancang. Prinsip-prinsip dan aliran-aliran tersebut secara tidak langsung
mengekang kebebasan perancang dan perkembangan arsitektur itu sendiri,
sehingga melahirkan kebakuan pada bidang arsitektur. Fenomena tersebut
kemudian melahirkan era baru yang disebut Arsitektur Dekonstruksi yang
merupakan bagian dari Arsitektur Post Modern.
Konsep Arsitektur Dekonstruksi dapat menjadi pendekatan untuk
menerapkan karakter musik indie yang mandiri dan bebas, tanpa tergantung
dan dipengaruhi prinsip-prinsip yang telah baku dan mapan, ke dalam konsep
perancangan dan bentuk bangunannya.
Wacana Dekonstruksi telah membuka perspektif baru dalam dunia
rancang bangun. Namun rancangan dekonstruksi memerlukan pengetahuan
dan keterampilan yang tinggi, karena itu perlu ketekunan dan kesabaran.
Tanpa itu semua yang terjadi adalah rancangan yang betul-betul semrawut
baik tampilan maupun konsep dan logika berpikirnya.
Dekonstruksi juga memberikan kesempatan pada semua eksponen
yang marjinal, disini arsitektur local dan vernakular mendapat kesempatan
untuk diangkat kembali, sudah barang tentu perilaku didefinisikan lagi pada
konteks yang baru.
11
I.3 Rumusan Permasalahan
Bagaimanakah rancangan suatu wadah bagi komunitas musik indie di
Yogyakarta yang berfungsi sebagai sarana mencipta, menampilkan dan
berkomunitas untuk menunjukkan eksistensi para musisi di jalur indie dengan
memaksimalkan
pendekatan
pengolahan
arsitektur
tampilan
dekonstruksi
eksterior
yang
bangunan
mencerminkan
melalui
karakter
independen?
I.4 Tujuan Dan Sasaran
I.4.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari perancangan Indie Community
Music Center di Yogyakarta ini adalah untuk menciptakan sebuah
konsep rancangan bagi komunitas musik indie Yogyakarta yang
berfungsi sebagai sarana mencipta, menampilkan dan berkomunitas
untuk menunjukkan eksistensi para musisi di jalur indie dengan
memaksimalkan pengolahan tampilan eksterior bangunan melalui
pendekatan arsitektur dekonstruksi yang mencerminkan karakter
independen.
I.4.2 Sasaran
Sasaran yang akan dicapai adalah :
a. Menemukan kesesuaian karakter musik indie dengan konsep
arsitektur dekonstruksi.
b. Menentukan alat pembantuk karakter ruang dan bangunan Indie
Community Music Center di Yogyakarta.
c. Mentransformasikan karakter musik indie yang sesuai dengan
konsep arsitektur dekonstruksi menjadi karakter bentuk dan
tampilan eksterior bangunan Indie Commuity Music Center di
Yogyakarta dengan alat pembentuk karakter yang telah ditentukan.
12
d. Menyusun hasil transformasi tersebut menjadi konsep perencanaan
dan perancangan Community Music Center di Yogyakarta.
I.5 Lingkup Pembahasan
Pembahasan mengenai Indie Community Music Center di Yogyakarta
adalah pembahasan karakter indie dalam konteks jalur musik yang menjadi
tonggak awal perubahan akan kekangan industri musik baru-baru ini.
Sedangkan pembahasan mengenai arsitektural adalah pada tata ruang dan
tampilan eksterior bangunan yang melingkupi komposisi massa, hirarki.
Secara mendalam akan dibahas dengan pendekatan filosofi arsitektur
dekonstruksi sebagai dasar transformasi.
I.6 Metode Pembahasan
1.6.1 Pola Prosedural
Menggunakan
metode
transformasi
filosofis
indie
dengan
arsitektur dekonstruksi, dimana karakter indie sangat relevan dengan
konsep arsitektur dekonstruksi yang mandiri dan bebas, tanpa
tergantung dan dipengaruhi prinsip-prinsip yang telah baku dan mapan.
13
1.6.2 Tata langkah
Bagan I.1 Bagan Kerangka Tata Langkah
Jogja Indie Community Music Center
Latar Belakang :
Pengekangan industri musik oleh
major label.
BAB I
Permasalahan :
wadah bagi komunitas musik indie Yogyakarta yang
berfungsi sebagai sarana mencipta, menampilkan dan
berkomunitas untuk menunjukkan eksistensi para musisi
di jalur indie dengan pengolahan tata ruang dan tampilan
eksterior bangunan melalui pendekatan arsitektur
dekonstruksi yang mencerminkan karakter independen.
BAB II
Tinjauan Umum :
Mengetahui perkembangan Industri musik indie dan
kondisi perkembangan musik Indie di Kota Budaya
Yogyakarta.
BAB IV
Analisis Arsitektural :
BAB III
Deskripsi dan Tinjauan
Lokasi.
Analisis program ruang, analisis
filosofi musik indie, analisis
arsitektur
dekonstruksi,
dan
transformasi konsep desain.
BAB III
Analisis Non Permasalahan :
Site, kebutuhan ruang,
besaran ruang, dll.
BAB V
Konsep Arsitektural :
Konsep Perencanaan dan Perancangan Jogja
Indie Community
Center.
(Sumber : Music
Penulis)
Sumber : Analisa Penulis
14
I.7 Sistematika Pembahasan
Dalam perencanaan dan perancangan Indie Community Music Center
di Yogyakarta ini, akan digunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang pengadaan proyek, latar belakang
permasalahan,
sasaran
rumusan
pembahasan,
permasalahan,
lingkup
tujuan
pembahasan,
dan
metoda
pembahasan dan kerangka pola piker perancangan.
BAB II
TINJAUAN MUSIC CENTER DAN INDIE COMMUNITY
MUSIC CENTER DI YOGYAKARTA
Berisi tentang penjelasan proyek , meliputi : teori tentang
music center, esensi Indie Community Music Center di
Yogyakarta serta sedikit latar belakang permasalahannya.
BAB III
DESKRIPSI DAN SPESIFIKASI PROYEK
Berisi paparan mengenai esensi Indie Community Music
Center di Yogyakarta, analisis pelaku dan pola aktivitas,
site, program ruang, dan lokasi Indie Community Music
Center di Yogyakarta.
BAB IV
ANALISIS ARSITEKTURAL
Berisi analisis tentang program ruang, filosofi musik indie
dan arsitektur dekonstruksi serta proses transformasi
karakter musik indie ke dalam bangunan Indie Community
Music Center di Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur
dekonstruksi.
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INDIE
COMMUNITY MUSIC CENTER DI YOGYAKARTA
Berisi konsep perencanaan dan perancangan yang
mencakup konsep secara teknis dalam perencanaan dan
perancangan
Indie
Community
Music
Center
di
Yogyakarta.
15
Download