BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Judul proyek yang dipilih untuk perancangan tugas akhir ini adalah Indie Community Music Center di Yogyakarta. Pada kasus ini, komunitas penyaji musik indie adalah sekelompok seniman yang ingin menunjukkan kapasitas dan sumbangsih dalam bidang musik di belantika musik secara independen yang kemudian dijadikan dasar utama pengadaan bangunan, mulai dari segi fungsional, sampai ke aspek konsep desain arsitekturalnya. I.1.1 Tinjauan Umum Seni Musik Seni menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, Balai Pustaka, 1990, hlm.816) diartikan : 1. halus (tentang rabaan); kecil dan halus; tipis dan halus; lembut dan enak didengar (tentang suara); mungil dan elok (tentang tubuh)....dan seterusnya. 2. keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya). 3. kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi (luar biasa). Musik dijabarkan sebagai nada atau suara yang dijabarkan sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyibunyi itu). Menurut Ensiklopedia Nasional 1995, musik adalah suatu cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. 1 Jadi definisi dari seni musik kurang lebih adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan olahan nada atau suara yang mengandung irama, lagu, dan keharmonisan hingga menghasilkan sebuah karya yang lembut dan enak didengar serta memiliki nilai yang tinggi. Sejak zaman purba, orang telah mengenal apa yang disebut musik. Segala bunyi-bunyian yang kontinyu dan memiliki irama bisa dikatakan sebuah musik. Dengan demikian, zaman dahulu ketika manusia-manusia purba berkumpul, misalnya saat melakukan ritual mistis yang dianutnya, kemudian mereka menabuh berbagai alat, mulai dari kayu, bambu, dsb, hingga menimbulkan komposisi bunyi yang berkesinambungan, dapat dikatakan bahwa mereka sedang memainkan sebuah komposisi musik. Musik adalah bahasa yang universal, yang artinya adalah bahasa yang bisa diterima oleh siapapun di muka bumi ini. Orang dari negara Amerika bisa mendengarkan musik tradisional dari Jawa, gamelan, tanpa harus melalui penerjemah. Begitu pula sebaliknya. Tidak diperlukan sebuah keahlian khusus untuk bisa mendengarkan karya musik. Asalkan kita memiliki indera pendengar, kita bisa menikmati karya-karya seni musik dari berbagai belahan bumi manapun. Pada zaman sekarang, seni musik sudah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat vital bagi manusia. Setiap segi kehidupan manusia tak dapat dilepaskan dari keberadaan musik. Hampir semua orang menyukai musik. Entah itu orang tua yang menyukai musik lembut, seperti jazz, ataupun anak-anak muda yang terobsesi dengan ekspresi full power dari musik metal. Musik mampu membuat hidup lebih bergairah. Jadi, jika dulu musik hanya dianggap sebagai hiburan di kala senggang, sekarang musik dianggap sebagai sebuah kebutuhan dan gaya hidup yang tak dapat dipisahkan. Musik mampu mempengaruhi kondisi psikis kejiwaan seseorang. Orang yang sedang sedih, bisa terhibur ketika mendengarkan musik berlirik jenaka dengan komposisi alat-alat musik yang unik namun tetap harmonis (misalnya musik Korncong Chaos, band asal yogyakarta). Atau orang yang menjadi powerfull dalam pekerjaannya setelah 2 mendengarkan musik hard rock dengan tempo cepat dan lirik yang membangkitkan semangat. Komposisi musik klasik bahkan sangat mendukung pengembangan kecerdasan otak bayi yang sedang tumbuh berkembang (Seni Aplikatif di Sekolah, Suryani, ST, 2001/7). Oleh karena itu, tak dapat dibayangkan, apa jadinya dunia ini jika tanpa seni musik. I.1.2 Tinjauan Umum Musik Indie Musik indie bukanlah suatu aliran musik, melainkan suatu jalur penunjukan eksistensi diri jiwa para musisi. Dimana pada kenyataannya musik sekarang kurang mendapat apresiasi dari para petinggi-petinggi distribusi musik di Indonesia (maksudnya adalah label company/major label), sehingga banyak para pekerja seni musik (band) dan seanteronya lebih memilih indie. Karena dasar dari indie adalah individuality, semua harus sendiri yang mengarah ke suatu kebebasan berekspresi. Seni musik modern berkembang sangat pesat di dunia. Hal ini salah satunya disebabkan karena jenis musik modern dapat diterima berbagai kalangan dan relatif mudah untuk dicerna sebagai musik hiburan. Indie Community Music Center di Yogyakarta adalah suatu wadah dari semua kegiatan dan distribusi, Performing and Creating, dan sebagainya untuk musisi-musisi di Yogyakarta ini. Dimana komunitaskomunitas musisi di Jogja yang sudah mulai banyak sehingga membutuhkan suatu tempat untuk mewadahinya. Sebuah tempat yang mampu menyalurkan ekspresi jiwa dalam bermusik. Menurut genealogy music wikipedia dictionary, musik modern bersumber dari 7 wilayah/negara utama di dunia, yaitu Perancis, Spanyol, Afrika, Jamaica, Amerika Serikat, Karibia-Kolombia- Venezuela, Portugal-Brasil. Masing-masing wilayah/negara melahirkan genre musik yang khas yang terkadang mendapat pengaruh dari negara lain. Seperti musik blues yang berasal dari wilayah Amerika 3 Serikat, yang pada awalnya adalah nyanyian bangsa kulit hitam yang berasal dari Afrika. I.1.3 Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Yogyakarta dikenal salah satunya sebagai kota budaya. Hal ini dikarenakan oleh beraneka-ragamnya budaya dan tradisi lokal masyarakat setempat yang masih dipelihara dengan kuat sampai saat ini. Beragam jenis seni lokal juga banyak. Mulai dari seni pertunjukan, seni tari, seni musik, dan lain-lain. Hal inilah yang menjadikan Yogyakarta sebagai tujuan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung dan menikmati segala kekayaan budaya di Yogyakarta ini. Selain sebagai Kota Budaya, Yogyakarta juga dikenal sebagai Kota Pelajar. Banyak pelajar dan mahasiswa dari luar kota dan luar pulau yang berduyun-duyun datang setiap tahunnya, memadati Yogyakarta demi untuk menimba ilmu pengetahuan di kota ini. Mereka yang datang dari daerah lain, membawa budaya dan tradisi mereka masing-masing, sehingga terjadilah akulturasi budaya dengan budaya lokal Yogyakarta. Masyarakat lokal memiliki pegangan yang kuat terhadap kebudayaan lokal mereka sendiri. Mereka selalu memegang teguh kebudayaan warisan leluhur yang diturunkan kepadanya, sehingga dalam proses akulturasi budaya, budaya lokal tidak akan luntur, namun justru kebudayaan Yogyakarta akan semakin berkembang dari waktu ke waktu. Beberapa uraian tersebut adalah salah satu alasan mengapa Yogyakarta sangat kondusif untuk pengembangan seni dan budaya tanpa menggeser nilai-nilai kebudayaan lokal yang telah ada. 4 I.1.4 Tinjauan Seni Musik di Yogyakarta Yogyakarta sebagai kota seni dan budaya telah banyak melahirkan seniman-seniman dan budayawan yang diakui di kancah nasional maupun internasional. Termasuk juga dalam bidang kesenian musik, baik musik tradisional, maupun musik-musik modern hasil akulturasi budaya luar dengan budaya lokal. Musik-musik tradisional seperti Gending Jawa, Campursari, dan Keroncong kian berkembang dengan banyaknya sanggar dan komunitas yang selalu melahirkan generasi-generasi penerus di bidang seni ini. Pengembangan ini juga tidak lepas dari peran serta masyarakat setempat (dan masyarakat nasional), sebagai penikmat musik (konsumen) yang memang mencintai seni musik lokal/tradisional. Efek globalisasi cukup terasa di Yogyakarta. Sebagai kota yang sedang tumbuh, pengaruh kemajuan zaman dari negara barat (selaku negara maju yang menjadi tolak ukur negara berkembang) juga tidak dapat terelakan. Masuknya budaya dan seni dunia ke Yogyakarta telah membawa angin perubahan yang cukup besar. Musik-musik modern, seperti pop, rock, jazz, reggae, metal, hardcore, punk, heavy metal, dsb, berkembang cukup pesat. Segmen pendengarnya pun beraneka ragam, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Hal-hal di atas memiliki dampak negatif maupun positif. Kemungkinan dampak negatifnya adalah, dalam beberapa dekade ke depan, seni musik tradisional di Yogyakarta akan tergilas habis oleh seni musik modern yang lebih mendunia. Tidak akan terdengar lagi bunyi gending jawa yang mengalun lembut dari gamelan. Dan ekstremnya identitas Yogyakarta hilang. Yogyakarta akan menjadi sama misalnya dengan California, dari segi seni dan budayanya. Namun di samping hal-hal mengerikan di atas, terdapat dampak positif yang rasaya lebih bisa masuk di akal. Dengan masuknya seni musik modern, maka akan terjadi akulturasi budaya antara seni musik modern dengan seni musik tradisional, yang justru akan semakin mengembangkan seni musik tradisional itu sendiri. Sebagai contoh 5 dapat dilihat pada grup musik Sinten Remen yang dinahkodai oleh Djaduk Ferianto. Grup ini memainkan berbagai jenis musik, mulai dari pop, rock, sampai bossanova, dengan iringan instrument musik tradisional jawa. Ada juga angkatan yuniornya, grup musik Kroncong Chaos dengan style musik yang kurang lebih sama dengan Sinten Remen. Mereka mampu mengkombinasikan musik tradisional dengan musik modern (luar). Dan mereka berhasil. Masyarakat setempat pun turut mendukung. Pangsa pasar musik modern memang berkembang, namun pasar musik tradisional pun tidak lantas surut. Digelarnya even berskala besar seperti ‘Soundrenalin’ merupakan bukti, bahwa pasar musik modern di Jogja cukup prospektif. Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) yang digelar rutin dan selalu berjalan lancar adalah salah satu bukti teguhnya masyarakat Jogja dalam melestarikan budaya warisan nenek moyangnya (dalam hal ini musik). Pengembangan musik modern di Yogyakarta dari tahun ke tahun cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari fakta yang ada. Banyak bandband yang lahir di kota gudeg ini, telah mampu membuktikan diri untuk tampil, bersaing masuk ke dalam pasar industri musik nasional. Beberapa diantaranya bahkan telah mampu merambah ke negara tetangga, seperti Sheila on 7 misalnya. Berikut ini adalah daftar beberapa band berskala nasional (major label) yang lahir di Jogja : Tabel I.1 Band Yogya yang Telah Menghasilkan Album Rekaman Major Label Dari Nama Band Tahun Aliran Sheila On 7 1997 pop-rock Jikustik 2000 pop-rock Shaggy Dog 2000 ska Mondayz 2001 rock New Days 2001 rock E’s Nanas 2001 pop-rock 6 Captain Jack 2002 rock Stereovilla 2003 pop-retro Satoe 2003 Pop Endank Soekamti 2004 punk-rock The Rain 2005 pop-rock Letto 2006 pop-rock Seventeen 2003 Pop Hello 2008 Pop Sumber : Pengamatan Penulis Dalam industri musik modern, dikenal istilah indie label. Definisi dari indie label kurang lebih adalah label rekaman independen yang tidak berorientasi pada aspek komersial semata, namun yang lebih penting adalah untuk menunjukkan idealisme musisi tersebut. Dalam kenyataannya, banyak band yang telah sukses di jalur indie, yang dalam perkembangan, berusaha untuk memasuki jalur major. Umumnya hal ini disebabkan karena band tersebut ingin memperluas pasar musik mereka. Beberapa band yang masih berjuang dengan indie labelnya : Tabel I.2 Band Yogya yang Telah Menghasilkan Album Rekaman Indie Label Nama Band Aliran Kowena Reggae Disdain Hip-metal Teknoshit Techno Something Wrong Punk Kornchonk Chaos Keroncong-dangdut The Produk Gagal - Sri Rejeki - Mock Me Not Hip-metal Bagaikan Hip-metal Jahanam Hip-hop / rap 7 Crossbotom Alternative Kapas Pop Alternative dan lain-lain Sumber : Pengamatan Penulis Saat ini Yogyakarta diakui sebagai salah satu kota di Indonesia yang menjadi barometer musik nasional, setelah Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap Yogyakarta adalah prestasi sekaligus tanggung jawab yang berat bagi masyarakat Yogya pada umumnya, serta pelaku seni musik di Yogyakarta pada khususnya. Dalam bermusik dibutuhkan 2 elemen mendasar yang sangat penting yaitu kreativitas dan skill. Kreativitas sang musisi bisa diartikan bagaimana dia mampu untuk mengeksplorasi kemudian menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai seni tinggi. Elemen yang kedua adalah skill atau kemampuan menguasai instrumen sebagai sarana sang musisi untuk mengkomunikasikan ide-ide kreatifnya. Saat ini banyak lembaga musik di Yogyakarta yang menyediakan dirinya sebagai wahana pengembangan skill dari para musisi atau calon-calon musisi, baik formal (institusi/lembaga resmi) maupun informal (lembaga non resmi). Berikut adalah lembaga pendidikan musik formal di Yogyakarta : Tabel I.3 Institusi yang Mempunyai Jurusan Musik di Yogyakarta Nama Institusi ISI Jumlah Siswa Fakultas/Jurusan 1997 Seni Media Rekam / Seni 2478 1998 2004 2430 2498 82 106 86 82 211 396 Musik UNY Pendidikan Seni Drama Pendidikan Seni Tari Pendidikan Seni Musik 306 Sumber : Biro Pusat Statistik Yogyakarta 8 Dari tabel dapat dilihat bahwa jurusan seni dari masing-masing institusi memiliki peminat cukup banyak, dan selalu sesuai dengan kuota yang ditetapkan. Dibandingkan dengan jumlah institusi formal, jumlah lembaga non formal jauh lebih banyak. Belum lagi yang relatif kecil, seperti rental studio musik yang sekaligus menyediakan kursus privat. Ada juga beberapa musisi yang di waktu senggangnya sering menawarkan kursus privat untuk para pemula. Beberapa lembaga pendidikan musik informal yang cukup besar di Yogyakarta : Tabel I.4. Lembaga Pendidikan Musik informal yang cukup besar di Yogyakarta Nama lembaga pendidikan Alamat musik Diana Music Jl. Pakuningratan Sriwijaya Music Jl. Kaliurang Crescendo Music Jl. I Dewa Nyoman Oka Hana Music Jl. Affandi Nirai Music Jl. Godean Purwacaraka Music 1 Jl. AM Sangaji Purwacaraka Music 2 Ring Road Utara (Ruko Casa Grande) Sumber : pengamatan penulis I.1.5 Kelangsungan “Hidup” Musisi-Musisi di Yogyakarta Saat ini banyak anggapan bahwa musik hanyalah sekedar hobi. Padahal jika ditekuni lebih dalam, industri musik pun mampu menjadi sebuah profesi yang menjanjikan. Sangat menyenangkan apabila memiliki hobi yang sekaligus menjadi sebuah profesi. Banyak contoh yang sudah membuktikan itu, seperti band pelopor rock n’ roll di Indonesia, sebagai contoh band Slank yang eksis sejak tahun 1983 9 sampai dengan sekarang bahkan para personilnya benar-benar mengandalkan hidup dari band. Slank beberapa kali unjuk gigi pada masyarakat internasional. Dewa, yang tahun lalu (2006) menandatangani kontrak dengan pihak label dari luar negeri, dan masih banyak lagi. Musisi yang sukses tersebut mempunyai kesamaan, yaitu bahwa mereka memiliki jati diri yang khas. Mereka memiliki identitas, saat orang mendengar musik Slank, orang akan langsung mengetahui bahwa itu adalah Slank meskipun dia tidak melihatnya secara langsung. Dari hal di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mampu bertahan hidup di belantara industri musik yang ganas, seorang musisi atau sebuah band harus memiliki identitas yang unik/khas. Proses untuk sampai pada tahap itu cukup panjang dan butuh perjuangan yang keras. Dengan berkumpulnya berbagai jenis musik dalam satu wadah, diharapkan akan memancing ide-ide segar dari para musisi untuk mengeksplorasi musik dan menciptakan hal-hal baru yang fenomenal. I.2 Latar Belakang Permasalahan Industri musik saat ini seperti dikebiri, dimana para seniman musik sudah banyak yang merasa untuk dapat menyajikan atau menyuguhkan di khalayak umum terutama para penikmat musik karena pada faktanya kendali ada di tangan major label (label company), sehingga timbul suatu kemauan dan usaha secara independen untuk berani menerobos semua hal itu. Dengan semakin banyaknya bermunculan seniman-seniman musik baru hingga sampai tak terhitung di Indonesia ini terutama di daerah Yogyakarta maka dibutuhkan suatu keberanian untuk menggebrak, mematahkan kendali para petinggi-petinggi industri musik (major label). Spesifikasi dari proyek ini adalah sebuah pusat seni musik yang mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan musik, yang terdiri dari tempat pelatihan skill para musisi (belajar-mengajar), tempat berlatih, mencipta, berkomunitas, dan tempat unjuk kebolehan. Di sini para musisi 10 akan berlatih dan memperdalam skill supaya menjadi musisi yang lebih berkualitas yang senantiasa terasah kreativitasnya dengan keberadaan komunitas musik yang selalu mengikuti perkembangan. Musik indie tercipta dari semangat kemandirian dan kebebasan untuk menuangkan ide-ide kreatif ke dalam bentuk musik, layaknya sebuah gerakan, musik indie selalu berusaha menampilkan keberagaman untuk memecah kemonotonan dan kebakuan. Seperti halnya dalam dunia musik, dalam dunia arsitektur pun terdapat prinsip-prinsip dan aliran-aliran yang biasanya menjadi pedoman para perancang. Prinsip-prinsip dan aliran-aliran tersebut secara tidak langsung mengekang kebebasan perancang dan perkembangan arsitektur itu sendiri, sehingga melahirkan kebakuan pada bidang arsitektur. Fenomena tersebut kemudian melahirkan era baru yang disebut Arsitektur Dekonstruksi yang merupakan bagian dari Arsitektur Post Modern. Konsep Arsitektur Dekonstruksi dapat menjadi pendekatan untuk menerapkan karakter musik indie yang mandiri dan bebas, tanpa tergantung dan dipengaruhi prinsip-prinsip yang telah baku dan mapan, ke dalam konsep perancangan dan bentuk bangunannya. Wacana Dekonstruksi telah membuka perspektif baru dalam dunia rancang bangun. Namun rancangan dekonstruksi memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang tinggi, karena itu perlu ketekunan dan kesabaran. Tanpa itu semua yang terjadi adalah rancangan yang betul-betul semrawut baik tampilan maupun konsep dan logika berpikirnya. Dekonstruksi juga memberikan kesempatan pada semua eksponen yang marjinal, disini arsitektur local dan vernakular mendapat kesempatan untuk diangkat kembali, sudah barang tentu perilaku didefinisikan lagi pada konteks yang baru. 11 I.3 Rumusan Permasalahan Bagaimanakah rancangan suatu wadah bagi komunitas musik indie di Yogyakarta yang berfungsi sebagai sarana mencipta, menampilkan dan berkomunitas untuk menunjukkan eksistensi para musisi di jalur indie dengan memaksimalkan pendekatan pengolahan arsitektur tampilan dekonstruksi eksterior yang bangunan mencerminkan melalui karakter independen? I.4 Tujuan Dan Sasaran I.4.1 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari perancangan Indie Community Music Center di Yogyakarta ini adalah untuk menciptakan sebuah konsep rancangan bagi komunitas musik indie Yogyakarta yang berfungsi sebagai sarana mencipta, menampilkan dan berkomunitas untuk menunjukkan eksistensi para musisi di jalur indie dengan memaksimalkan pengolahan tampilan eksterior bangunan melalui pendekatan arsitektur dekonstruksi yang mencerminkan karakter independen. I.4.2 Sasaran Sasaran yang akan dicapai adalah : a. Menemukan kesesuaian karakter musik indie dengan konsep arsitektur dekonstruksi. b. Menentukan alat pembantuk karakter ruang dan bangunan Indie Community Music Center di Yogyakarta. c. Mentransformasikan karakter musik indie yang sesuai dengan konsep arsitektur dekonstruksi menjadi karakter bentuk dan tampilan eksterior bangunan Indie Commuity Music Center di Yogyakarta dengan alat pembentuk karakter yang telah ditentukan. 12 d. Menyusun hasil transformasi tersebut menjadi konsep perencanaan dan perancangan Community Music Center di Yogyakarta. I.5 Lingkup Pembahasan Pembahasan mengenai Indie Community Music Center di Yogyakarta adalah pembahasan karakter indie dalam konteks jalur musik yang menjadi tonggak awal perubahan akan kekangan industri musik baru-baru ini. Sedangkan pembahasan mengenai arsitektural adalah pada tata ruang dan tampilan eksterior bangunan yang melingkupi komposisi massa, hirarki. Secara mendalam akan dibahas dengan pendekatan filosofi arsitektur dekonstruksi sebagai dasar transformasi. I.6 Metode Pembahasan 1.6.1 Pola Prosedural Menggunakan metode transformasi filosofis indie dengan arsitektur dekonstruksi, dimana karakter indie sangat relevan dengan konsep arsitektur dekonstruksi yang mandiri dan bebas, tanpa tergantung dan dipengaruhi prinsip-prinsip yang telah baku dan mapan. 13 1.6.2 Tata langkah Bagan I.1 Bagan Kerangka Tata Langkah Jogja Indie Community Music Center Latar Belakang : Pengekangan industri musik oleh major label. BAB I Permasalahan : wadah bagi komunitas musik indie Yogyakarta yang berfungsi sebagai sarana mencipta, menampilkan dan berkomunitas untuk menunjukkan eksistensi para musisi di jalur indie dengan pengolahan tata ruang dan tampilan eksterior bangunan melalui pendekatan arsitektur dekonstruksi yang mencerminkan karakter independen. BAB II Tinjauan Umum : Mengetahui perkembangan Industri musik indie dan kondisi perkembangan musik Indie di Kota Budaya Yogyakarta. BAB IV Analisis Arsitektural : BAB III Deskripsi dan Tinjauan Lokasi. Analisis program ruang, analisis filosofi musik indie, analisis arsitektur dekonstruksi, dan transformasi konsep desain. BAB III Analisis Non Permasalahan : Site, kebutuhan ruang, besaran ruang, dll. BAB V Konsep Arsitektural : Konsep Perencanaan dan Perancangan Jogja Indie Community Center. (Sumber : Music Penulis) Sumber : Analisa Penulis 14 I.7 Sistematika Pembahasan Dalam perencanaan dan perancangan Indie Community Music Center di Yogyakarta ini, akan digunakan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang pengadaan proyek, latar belakang permasalahan, sasaran rumusan pembahasan, permasalahan, lingkup tujuan pembahasan, dan metoda pembahasan dan kerangka pola piker perancangan. BAB II TINJAUAN MUSIC CENTER DAN INDIE COMMUNITY MUSIC CENTER DI YOGYAKARTA Berisi tentang penjelasan proyek , meliputi : teori tentang music center, esensi Indie Community Music Center di Yogyakarta serta sedikit latar belakang permasalahannya. BAB III DESKRIPSI DAN SPESIFIKASI PROYEK Berisi paparan mengenai esensi Indie Community Music Center di Yogyakarta, analisis pelaku dan pola aktivitas, site, program ruang, dan lokasi Indie Community Music Center di Yogyakarta. BAB IV ANALISIS ARSITEKTURAL Berisi analisis tentang program ruang, filosofi musik indie dan arsitektur dekonstruksi serta proses transformasi karakter musik indie ke dalam bangunan Indie Community Music Center di Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur dekonstruksi. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INDIE COMMUNITY MUSIC CENTER DI YOGYAKARTA Berisi konsep perencanaan dan perancangan yang mencakup konsep secara teknis dalam perencanaan dan perancangan Indie Community Music Center di Yogyakarta. 15