66 bab iv analisis pelaksanaan model pembelajaran aktif dalam

advertisement
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DALAM
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 1
WONOPRINGGO PEKALONGAN
A. Analisis Pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif dalam Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Wonopringgo Pekalongan
Pembahasan mengenai analisis data adalah dengan mengacu pada datadata sebelumnya, yaitu pada teori di bab II serta mengacu pula pada bab III.
Bahwa analisis pada penelitian ini adalah terkait dengan pelaksanaan model
pembelajaran aktif yang menggunakan metode-metode belajar sebagai berikut:
a.
Metode diskusi
Seperti yang telah tertera pada teori sebelumnya, dikemukakan bahwa
metode diskusi merupakan suatu metode di mana siswa dapat berkomunikasi
tentang materi pelajaran baik dengan guru ataupun sesama siswa. Selain itu
metode diskusi dapat meningkatkan motivasi belajar dan memberi
rangsangan agar siswa menjadi aktif. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru PAI kelas VII maupun guru PAI kelas VIII dan IX, sama-sama
memberikan keterangan bahwa metode diskusi sudah biasa diterapkan dalam
pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonopringgo. Hasil wawancara dengan
Ibu Rustiati selaku guru PAI kelas VII didapati bahwa diterapkannya metode
diskusi karena dalam kegiatan belajar mengajar siswa dituntut harus aktif.
Selain itu diperoleh pula keterangan dari Bapak Murtadho yang merupakan
66
67
guru PAI kelas VIII dan IX bahwa diterapkannya suatu metode pembelajaran
juga disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
Dari alasan-alasan dan dilandaskan pada teori sebelumnya, sangat tepat
apabila
metode
diskusi
diterapkan
pada
suatu
pembelajaran
yang
mengharuskan siswanya terlibat secara aktif. Metode diskusi untuk kelas VII
dilaksanakan pada materi pelajaran tentang sholat Jum’at, di mana siswa
dminta mendiskusikan apa itu sholat Jum’at beserta syarat-syaratnya.
Sedangkan
untuk
kelas
VIII
dilaksanakan
pada
materi
pelajaran
mengkonsumsi makanan dan minuman halal dan menjauhi yang haram.
b.
Metode proyek
Pada teori yang sudah ada telah dijelaskan bahwa metode proyek
merupakan salah satu metode yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik
untuk
menggunakan
unit-unit
kehidupan
sehari-hari
sebagai
pelajarannya agar siswa tertarik untuk belajar.
Seperti dari penuturan Ibu Rustiati diperoleh keterangan bahwa siswa
diminta untuk mencari artikel yang berhubungan dengan materi pelajaran
yaitu tentang empati anak terhadap orang tua. Yang kemudian dari artikel
tersebut siswa mempresentasikannya secara individu karena empati anak
terhadap orang tuanya tentu berbeda-beda pada setiap anak. Sedangkan dari
keterangan Bapak Murtadho, untuk kelas VIII metode ini digunakan dengan
memberikan tugas kepada siswa secara berkelompok mencari informasi dari
media belajar mengenai meneladani perilaku yang ditanamkan rasulullah dan
pemimpin Islam dalam kehidupan sehari-hari.
68
Dalam pendekatan pembelajaran saintifik pada kurikulum 2013
dijelaskan bahwa dalam mengerjakan tugas proyek, peserta didik memperoleh
kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Baik dari teori dan penuturan dari guru PAI di atas, peneliti menganalisis
dengan tugas proyek mencari artikel di internet tentang empati anak terhadap
orang tua, siswa dapat mengaplikasikan rasa empati kepada orang tua di
dalam dirinya. Tidak hanya dari segi sikap, segi keterampilan dan
pengetahuan juga dapat dilihat dari bagaimana siswa mampu memilih artikel
yang bagus dan bagaimana keterampilan siswa dalam mempresentasikannya.
Tidak hanya itu, dengan mencari informasi mengenai sikap-sikap mulia yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari juga tentunya dapat memupuk
sikap terpuji pada diri peserta didik.
c.
Metode portofolio
Pada teori dijelaskan bahwa metode portofolio berkenaan dengan
kumpulan yang sistematis dari pekerjaan siswa, portofolio merupakan
kumpulan karya siswa dari waktu ke waktu untuk memperlihatkan
perkembangan dan pertumbuhan siswa dalam mencapai tujuan kurikulum
tertentu.
Pelaksanaan metode portofolio ini sudah diterapkan pada pembelajaran
PAI di SMP Negeri 1 Wonopringgo, hal ini terbukti dari keterangan Ibu
Rustiati bahwa untuk tugas berkenaan dengan metode ini siswa diminta
membuat kaligrafi yang mana hasil terbaik untuk mewakili lomba mapsi.
Dalam hal ini tentunya siswa akan terpacu semangatnya untuk berlomba-
69
lomba menghasilkan karya terbaik mereka. Sedangkan dari keterangan Bapak
Murtadho disampaikan bahwa pelaksanaan metode portofolio adalah dengan
mengumpulkan tugas-tugas dari siswa dalam sebuah map. Hal ini juga bagus
karena dengan begitu guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar
siswanya.
d.
Metode demonstrasi
Dalam metode demonstrasi suatu materi pelajaran dapat disampaikan
dengan lebih jelas. Hal ini karena materi disampaikan dengan cara
diperagakan, sehingga selain bersifat aktif pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran juga lebih mendalam. Dari hasil wawancara dengan Ibu Rustiati
diperoleh keterangan bahwa sebelum beliau meminta siswa untuk
mempraktekkan materi pelajaran yang sedang dibahas, terlebih dahulu beliau
mempraktekkannya di depan kelas sehingga siswa melihat secara langsung.
Dari keterangan tersebut dapat diberikan kesimpulan bahwa metode
demonstrasi sudah diterapkan dalam pembelajaran PAI dengan baik, dengan
adanya metode ini perhatian siswa akan lebih berpusat ke materi pelajaran
karena guru tidak hanya menjelaskan tetapi juga mempraktekkannya di depan
para siswa.
Selain itu dari keterangan Bapak Murtadho siswa secara acak diminta
untuk mendemonstrasikan ayat al-qur’an dan hadis dengan benar. Dengan
demikian metode ini baik karena siswa akan lebih siap mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
70
e.
Metode tugas dan resitasi
Pemberian tugas kepada siswa juga merupakan salah satu metode
belajar aktif. Karena dalam hal ini siswa dituntut untuk mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang sudah diberikan oleh guru dalam kurun waktu
yang telah ditentukan. Lebih luas dari itu, pembelajaran PAI di SMP Negeri 1
Wonopringgo telah menerapkan metode tugas dan resitasi. Yang mana
metode ini mampu merangsang siswa untuk aktif belajar baik individu
ataupun kelompok. Pada teori yang sudah dipaparkan sebelumnya, ada tiga
fase yang harus dilalui siswa ketika diberi tugas oleh guru, yaitu fase
pemberian tugas, fase belajar di luar kelas, fase resitasi (pengulangan) untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas setelah dikerjakan.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dianalisis bahwa keuntungan
yang dapat diperoleh dari penerapan metode tugas dan resitasi adalah dapat
merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Selain itu membuat
siswa aktif belajar, siswa juga dapat mengembangkan kemandiriannya karena
tugas tersebut bisa saja dilakukan di luar kelas yang tidak mendapatkan
pengawasan langsung dari guru. Penerapan metode ini baik dan bersifat aktif,
akan tetapi guru harus mampu mengontrol siswa untuk tetap mengerjakan
tugasnya sendiri. Kemudian apabila tugas diberikan secara kelompok, guru
juga harus berusaha agar semua anggota kelompok bekerja sama secara aktif
dalam mengerjakan dan mempertanggungjawabkan tugasnya.
71
f.
Metode make a match (mencari pasangan)
Sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Murtadho diperoleh
keterangan bahwa dalam menerapkan metode make a match caranya yaitu
dengan menuliskan tiga hingga lima pertanyaan yang diurutkan secara logis,
kemudian setiap pertanyaan tersebut ditulis pada sepotong kertas yang diberi
tanda kapan pertanyaan tersebut harus diajukan, tanda tersebut misalnya
menggaruk kepala, menyembunyikan jari, dan sebagainya. Kemudian
memilih siswa yang akan mengajukan pertanyaan dan diberi penjelasan tata
caranya, serta diyakinkan pertanyaan itu tidak diketahui siswa lain. Setalah
itu dibuka sesi tanya jawab dengan menyebutkan topik yang akan dibahas
dengan isyarat yang pertama, lalu dijawab, begitu seterusnya. Setelah itu
dibuka forum untuk pertanyaan baru. Dengan begitu siswa lain akan
terangsang untuk bertanya.
Dari keterangan tersebut terlihat pembelajaran PAI dapat berjalan
dengan aktif dan menyenangkan. Selain itu dengan diterapkannya metode
belajar make a match akan memacu semua siswa yang ada di kelas untuk
bergerak aktif. Pembelajaran seperti ini dapat dikatakan menarik dan tidak
membosankan.
g.
Metode praktek
Penggunaan metode praktek juga turut berperan dalam pelaksanaan
metode pembelajaran aktif di SMP Negeri 1 Wonopringgo. Dari hasil
wawancara dengan beberapa siswa baik kelas VII, kelas VIII maupun kelas
72
IX rata-rata memberikan keterangan yang hampir sama, yaitu melaksanakan
praktek wudhu dan sholat di mushola sekolah.
Dalam teori yang terdapat pada bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa
metode praktek bertujuan agar peserta didik menjadi jelas dan mudah,
sekaligus dapat mempraktekkan materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Ketika peneliti melakukan pengamatan, peneliti melihat secara langsung kelas
VII sedang mempraktekkan sholat jama’ dan jama’ qasar di mushola sekolah
yang dipantau langsung oleh guru PAI. Metode ini diterapkan dengan baik
karena tidak hanya gerakan sholat yang diperhatikan namun juga bacaanbacaan sholat yang dilafalkan oleh siswa. Dalam pembelajaran ini tentunya
siswa terlibat secara aktif. Dapat dianalisis bahwa penerapan metode praktek
sudah baik karena sesuai dengan materi pelajaran dan dapat berjalan dengan
kondusif. Manfaat lain bagi siswa adalah siswa menjadi lebih paham dengan
materi pelajarannya karena secara langsung telah mempraktekkan.
Berdasarkan keterangan tersebut, metode-metode yang digunakan dalam
model pembelajaran aktif yang sudah diterapkan pada mata pelajaran PAI di SMP
Negeri 1 Wonopringgo secara keseluruhan dapat dilaksanakan dengan baik karena
melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, serta disesuaikan
dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Selain itu metode-metode yang
telah digunakan juga cukup bervariasi.
73
B. Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Pelaksanaan
Model
Pembelajaran Aktif dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 1 Wonopringgo Pekalongan
Dari hasil wawancara dengan guru PAI SMP Negeri 1 Wonopringgo,
diketahui
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
penerapan
model
pembelajaran aktif dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah sebagai
berikut:
1.
Tujuan yang berbeda dari masing-masing materi
Dalam kegiatan pembelajaran, suatu metode ditentukan oleh oleh tujuan
dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam wawancara yang telah
dilakukan, menurut penuturan Ibu Rustiati selaku guru PAI kelas VII
menuturkan bahwa pelaksanaan metode pembelajaran yang digunakan di
kelas disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
Selain itu diperoleh pula dari keterangan Bapak Murtadho yang
merupakan guru PAI kelas VIII dan IX bahwa pelaksanaan metode
pembelajaran tergantung dari sub tema atau materi yang akan dipelajari.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan metode-metode
pembelajaran aktif mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonopringgo
disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dari materi pelajaran yang
disampaikan di kelas.
2.
Perbedaan latar belakang individual anak
Dalam menerapkan metode pembelajaran tidak akan luput dari sasaran
penerapan metode tersebut, yang dalam hal ini adalah peserta didik. Guru
74
selaku perancang atau pengguna metode tentu harus melihat taraf
pengetahuan maupun kematangan dalam berpikir peserta didik.
Dari hasil wawancara dengan Ibu Rustiati diperoleh keterangan bahwa
metode pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran PAI disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Guru selalu berusaha mendampingi untuk
mengarahkan siswa dalam melakukan kegiatan belajar seperti pada saat
diskusi, kemudian mendemonstrasikan materi yang sedang dipelajari. Hal ini
dimaksudkan agar hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukan bisa
maksimal.
Dalam menentukan metode pembelajaran, siswa juga mempunyai peran
yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena dalam menentukan
metode pembelajaran, guru tentu akan melihat kematangan/pengetahuan dari
siswanya. Siswa-siswa di SMP Negeri 1 Wonopringgo hampir seluruhnya
mempunyai kematangan berpikir sesuai dengan taraf perkembangannya,
sehingga hal ini sangat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
3.
Perbedaan lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan metode
pembelajaran yang akan digunakan. Ketika seorang siswa banyak tinggal di
lingkungan orang-orang yang merupakan pemerhati pendidikan, guru tentu
akan mudah menentukan metode yang akan digunakan. Karena dalam hal ini
siswa lebih banyak memiliki pengalaman dari lingkungan yang ditinggalinya.
Guru harus bisa memanfaatkan pengalaman dari lingkungan siswa untuk
75
memulai pelajaran, serta untuk membantu pemahaman siswa. Karena dengan
cara tersebut pembelajaran akan lebih bermakna dan mudah dipahami.
Dari keterangan yang diberikan oleh Ibu Rustiati melalui wawancara,
kondisi lingkungan peserta didik dapat dilihat ketika siswa diminta
mempraktekkan sholat. Apabila siswa dididik agama oleh lingkungan
keluarganya
tentu
siswa
tidak
mengalami
kesulitan
dalam
mempraktekkannya, sebaliknya apabila siswa berada pada lingkungan
keluarga yang kurang perhatian terhadap pendidikan agama maka siswa bisa
saja menjumpai kesulitan.
Guru PAI SMP Negeri 1 Wonopringgo dalam melaksanakan
pembelajaran sudah memanfaatkan lingkungan sekitar siswa, meskipun hal
ini tidak dilakukan secara langsung, melainkan hanya melihat dari hasil
belajar yang dilakukan oleh siswa. Namun dalam pembelajaran, hal ini sangat
membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.
4.
Perbedaan pribadi dan kemampuan guru
Guru tentunya mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran. Keberhasilan dari pelaksanaan metode pembelajaranpun sangat
ditentukan oleh kualitas guru tersebut. Semakin baik kualitas guru, semakin
baik pula dalam mencapai keberhasilan dari tujuan pembelajaran.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Ibu Kartikaningsih selaku
kepala sekolah SMP Negeri 1 Wonopringgo, menuturkan bahwa guru PAI di
SMP Negeri 1 Wonopringgo sudah mempunyai standar kompetensi yang
mumpuni. Selain itu dengan melihat pengabdian Bapak Murtadho maupun
76
Ibu Rustiati yang sudah cukup lama mengajar, tentu sarat dengan
pengalaman. Selain itu dari hasil ulangan yang dilakukan banyak siswa yang
sudah mencapai KKM. Terlebih lagi adanya upaya yang terus dilakukan
dalam meningkatkan SDM guru PAI melalui MGMP, seminar-seminar, dan
pelatihan-pelatihan. Serta adanya kerjasama antara kepala sekolah dengan
pengawas bina dari kemenag. Dengan demikian guru PAI SMP Negeri 1
Wonopringgo mempunyai kualitas yang bagus dan sudah sesuai dengan
bidangnya.
5.
Perbedaan sarana dan prasarana
Dalam menentuka metode pembelajaran yang tepat digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar, guru juga tentunya akan melihat fasilitas yang
disediakan oleh pihak sekolah. Semakin lengkap fasilitas yang dimiliki oleh
suatu sekolahan, akan semakin variatif pula guru dalam menggunakan metode
pembelajaran.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh melalui wawancara, Ibu
Kartikaningsih menuturkan bahwa untuk segi sarana dan prasarana di SMP
Negeri 1 Wonopringgo secara keseluruhan sudah memenuhi standar. Hal ini
dapat dilihat dari perpustakaan dengan koleksi buku yang cukup lengkap serta
ditunjang dengan disediakannya al-qur’an dalam jumlah yang tidak sedikit.
Selain itu dari segi tempat ibadah, multimedia, sudah tersedia dan
kondisinyapun baik.
77
Tidak hanya penuturan dari Ibu Kartikaningsih, berdasarkan wawancara
dengan Bapak Murtadho diperoleh keterangan bahwa persoalan sarana
prasarana sudah terpenuhi.
Sehingga berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar
di SMP Negeri 1 Wonopringgo sudah terpenuhi, antara lain adalah
disediakannya perpustakaan, ruang kesenian, sarana ibadah, laboratorium,
ruang TIK, dua buah lapangan untuk upacara dan olahraga, media
pembelajaran seperti LCD proyektor dan sound system sudah disediakan
disetiap kelas. Di mana fasilitas-fasilitas tersebut selalu mendapatkan
perawatan sehingga dalam kondisi yang layak dijadikan sebagai penunjang
kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran secara
maksimal.
Download