BAB VIII_Ketentuan Pengendalian

advertisement
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Wilayah diatur dalam
undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 dan diatur dalam Peraturan Pemerintah
RI nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 35, disebutkan
bahwa : “Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan
sanksi”. Dengan demikian fungsi pengendalian pemanfaatan ruang akan
disesuaikan dengan kebutuhan dan kedetailan rencana yang ada, dan
selanjutnya digunakan menciptakan tertib tata ruang. Dalam PP No. 26 Tahun
2008 pasal 85, disebutkan bahwa : “Arahan Pengendalian pemanfaatan ruang
Wilayah Nasional digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan pemanfaatan ruang wilayah nasional yang terdiri dari indikasi
Laporan Akhir
VIII - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
arahan peraturan zonasi sistem nasional, arahan perijinan, arahan pemberian
hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan
intensif dan disintensif, dan arahan sanksi.
bangunan), penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang
dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan
8.1
ARAHAN PENENTUAN ZONASI
Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 36,
berkelanjutan. Ketentuan lain yang dibutuhkan, antara lain, adalah ketentuan
pemanfaatan
ruang
yang
terkait
dengan
keselamatan
penerbangan,
disebutkan bahwa :
pembangunan pemancar alat komunikasi, dan pembangunan jaringan listrik
1.
Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan
tegangan tinggi.
ruang.
Peraturan zonasi di Kabupaten Ngawi diarahkan pada:
Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk
1.
2.
setiap zona pemanfaatan ruang.
3.
Peraturan zonasi ditetapkan dengan :
Perkotaan;
2.
Sebagai kelengkapan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perdesaan; serta
a. Peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional;
b. Peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem
Sebagai kelengkapan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
3.
Sebagai kelengkapan penyusunan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten.
provinsi; dan
c. Peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi.
4.
8.1.1
Indikasi Arahan penentuan Zonasi Untuk Struktur Ruang
Setiap rencana detail dan strategis tersebut dijelaskan kegiatan yang
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional meliputi indikasi arahan
peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri atas:
harus ada, boleh dan tidak boleh ada pada setiap zona. Adapun ketentuan
a. Sistem perkotaan nasional;
umum terkait peraturan zonasi untuk Struktur Ruang adalah sebagai berikut:
b. Sistem jaringan transportasi nasional;
c. Sistem jaringan energi nasional;
d. Sistem jaringan telekomunikasi nasional;
e. Sistem jaringan sumber daya air;
f. Kawasan lindung nasional; dan
g. Kawasan budi daya.
Dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 36, disebutkan bahwa
peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan
unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai
dengan rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus,
yang boleh, atau yang tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang
1.
Indikasi Arahan Peraturan zonasi sebagai kelengkapan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona seperti tertuang
dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan di Kabupaten Ngawi.
Dengan demikian peraturan zonasi ini hanya akan berlaku pada setiap zona
peruntukan sesuai RDTR Kawasan Perkotaan masing-masing ibu kota
kecamatan, dengan arahan sebagai berikut:

Pada setiap rencana kawasan terbangun dengan fungsi: perumahan,
perdagangan-jasa, industri, dan berbagai peruntukan lainnya, maka
harus ditetapkan besaran dan/atau luasan ruang setiap zona dan fungsi
utama zona tersebut;
yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang (koefisien dasar ruang
Laporan Akhir
VIII - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

Pada
setiap
kawasan
perkotaan
harus
mengupayakan
untuk



permukiman sebagian digunakan untuk fasilitas umum termasuk ruko)
melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi masing-masing ibukota
boleh dilakukan sepanjang saling menunjang atau setidaknya tidak
kecamatan dengan tetap menjaga harmonisasi intensitas ruang yang
menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;

Pada
setiap
lingkungan
permukiman
yang
dikembangkan
sebagai bagian dari RTH di kawasan perkotaan (misalnya tegalan di
disediakan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai sesuai
tengah kawasan perkotaan) pada dasarnya boleh dilakukan alih fungsi
kebutuhan masing-masing;
untuk kawasan terbangun dengan catatan komposisi atau perbandingan
Pada setiap pusat-pusat kegiatan masyarakat harus dialokasikan
antara kawasan terbangun dan ruang terbuka hijau tidak berubah
kawasan khusus pengembangan sektor informal;
sesuai RDTR Kawasan Perkotaan masing-masing;
Pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan adadi


Perubahan fungsi lahan boleh dilakukan secara terbatas, yakni pada
di kawasan perkotaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih
zona yang tidak termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi tetapi fungsi
fungsi;
utama zona harus tetap, dalam arti perubahan hanya boleh dilakukan
Kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan
sebagian saja, yakni maksimum 25% dari luasan zona yang ditetapkan;

Pada setiap kawasan terbangun untuk berbagai fungsi terutama
Dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara
keseluruhan fungsi dasarnya;
masing, dan tidak boleh dilakukan alih fungsi;

Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau tetapi bukan
harus
perkotaan harus tetap dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing
Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu (misalnya pada zona
mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun
ada;



Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan
permukiman padat harus menyediakan ruang evakuasi bencana sesuai
untuk fungsi yang bertentangan, misalnya permukiman digabung
dengan kemungkinan timbulnya bencana yang dapat muncul;
dengan industri polutan;
Pada setiap kawasan terbangun yang digunakan untuk kepentingan

Khusus pada kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan
publik juga harus menyediakan ruang untuk pejalan kaki dengan tidak
pembangunan diluar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari
mengganggu fungsi jalan;
rumija atau ruwasja, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti
Pada kawasan lindung yang ada di perkotaan baik kawasan lindung
yang telah ditetapkan, kecuali diikuti ketentuan khusus sesuai dengan
berupa ruang terbuka, misalnya lindung setempat, diarahkan untuk
kaidah design kawasan, seperti diikuti pemunduran bangunan, atau
tidak dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat digunakan untuk
melakukan kompensasi tertentu yang disepakati oleh stake holder
kepentingan lain selama masih menunjang fungsi lindung seperti wisata
terkait;
alam, jogging trac tepi sungai dengan ditata secara menarik. Pada

Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau perkotaan
kawasan lindung berupa bangunan, harus tetap dilakukan upaya
terutama bagian dari RTH kawasan Perkotaan tidak boleh dilakukan alih
konservasi, dan dapat dilakukan nilai tambah misalnya dengan
fungsi lahan;
melakukan revitalisasi, rehabilitas, dan sebagainya;
Laporan Akhir
VIII - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI

terbangun hanya dilakukan secara infitratif pada permukiman yang ada
Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan abadi
dan harus menggunakan lahan yang kurang produktif;
pangan di kawasan Perkotaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;

Pada
kawasan
yang
telah
ditetapkan
sebagai
kawasan
untuk
prasarana lingkungan permukiman yang memadai sesuai kebutuhan
maupun
masing-masing;
ketinggian
bangunan
yang
telah
dietapkan
tidak
boleh

Pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan abadi
masing-masing; serta
di kawasan perdesaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih
Pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat
fungsi;
komunikasi dan jaringan pengaman SUTT tidak boleh melakukan

kegiatan pembangunan dalam radius keamanan dimaksud.
2.
Pengembangan permukiman perdesaan harus menyediakan sarana dan
keselamatan penerbangan baik terkait fungsi ruang, intensitas ruang
melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ketentuan zona


Kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan
perdesaan
(misalnya
taman
lingkungan
permikiman)
harus
tetap
Indikasi Arahan Peraturan zonasi sebagai kelengkapan Rencana Detail
dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing-masing, dan tidak boleh
Tata Ruang Kawasan Perdesaan
dilakukan alih fungsi;
Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona seperti tertuang

Pada kawasan lindung yang ada di perdesaan diarahkan untuk tidak
dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan di Kabupaten Ngawi.
dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat ditambahkan kegiatan lain
Dengan demikian peraturan zonasi ini hanya akan berlaku pada setiap zona
selama masih menunjang fungsi lindung seperti wisata alam, penelitian,
peruntukan sesuai RDTR Kawasan Perdesaan masing-masing kecamatan,
kegiatan pecinta alam dan yang sejenis. Pada kawasan lindung berupa
dengan arahan sebagai berikut:
bangunan, harus tetap dilakukan upaya konservasi baik berupa situs,

Kawasan perdesaan umumnya terdiri atas kawasan terbangun tetapi
bangunan
bagian terbesar adalah ruang terbuka dengan fungsi utama pertanian.
perjuangan rakyat, dan sebagainya;
Pada
rencana
kawasan
perdagangan-jasa,
industri,
terbangun
dan
dengan
berbagai
fungsi:
peruntukan
perumahan,
lainnya
peninggalan
belanda,
bangunan
/
monumen
Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada kawasan
di
terbangun di perdesaan (misalnya pada zona permukiman sebagian
perdesaan dapat dilakukan penambahan fungsi yang masih saling
digunakan untuk fasilitas umum, termasuk kegiatan industri kecil,
bersesuaian, tetapi harus ditetapkan besaran dan/atau luasan ruang
pasar desa dsb) boleh dilakukan sepanjang saling menunjang atau
setiap zona dan fungsi utama zona tersebut. Pada kawasan tidak
setidaknya tidak menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah
terbangun atau ruang terbuka untuk pertanian yang produktif harus
ditetapkan;
dilakukan pengamanan khususnya untuk tidak dialihfungsikan non


bekas

Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau produktif di
pertanian;
perdesaan pada dasarnya boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan
Pada setiap kawasan perdesaan harus mengefisienkan ruang yang
terbangun secara terbatas dan hanya dilakukan pada lahan yang
berfungsi untuk pertanian dan perubahan fungsi ruang untuk kawasan
produktivitasnya
Laporan Akhir
kurang
tinggi,
dengan
catatan
komposisi
atau
VIII - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
perbandingan antara kawasan terbangun dan ruang terbuka hijau tidak

berubah sesuai RDTR Kawasan Perdesaan masing-masing;
rangka mendorong penyediaan lahan untuk prasarana transportasi
Dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara
darat tersebut
keseluruhan fungsi dasarnya, sesuai RDTR Kawasan perdesaan masing-

Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan
Peraturan zonasi untuk jaringan jalan nasional/provinsi/kabupaten
untuk fungsi yang bertentangan, misalnya sawah atau permukiman
disusun dengan memperhatikan :
digabung dengan gudang pupuk yang memiliki potensi pencemaran
(1). Pemanfaatan
jalan
nasional
/
jumlah kecil tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dengan
sesuai dengan fungsinya dan ketentuan yang berlaku;
(2). Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan nasional; dan
Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau produktif
(3). Pentapan garis sempadan bagunan di sisi jalan nasional /
provinsi/kabupaten yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan
Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan abadi
jalan.
pangan di kawasan perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;
Peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api disusun dengan
Pada
memperhatikan :
kawasan
maupun
yang
telah
ditetapkan
sebagai
kawasan
untuk
ketinggian
bangunan
yang
telah
dietapkan
tidak
boleh
melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ketentuan zona
masing-masing; serta
(1). Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringfan jalur kereta api
dilakukan dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
(2). Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta
Pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat
api yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan
komunikasi dan jaringan pengaman SUTT tidak boleh melakukan
transportasi perkeretaapian;
kegiatan pembangunan dalam radius keamanan dimaksud.
3.
sisi
tinggi yang kecenderungan pengembanbgfan ruangnya dibatasi
keselamatan penerbangan baik terkait fungsi ruang, intensitas ruang

sepanjang
Pada kawasan terbangun di perdesaan yang lokasinya terpencar dalam
di perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;

di
provinsi/kabupaten dengan tingkat intensitas menengah hingga
khusus misalnya vila harus dialokasikan secara tersendiri;

ruang
udara;
intensitas tinggi yang tidak serasi dengan kawasan sekitarnya. Fungsi

(3). menjamin kegiatan transportasi darat yang berkualitas tinggi dan
melindungi penggunaan lahan untuk prasarana transpotasi darat.
masing;

(2). mengakomodasi bermacam tipe prasarana transportasi darat dalam
(3). Pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak
Indikasi Arahan Penentuan Zonasi Untuk Sistem Prasarana Wilayah
lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta
a. Pengaturan Zonasi Untuk Zona Transportasi Darat
api;
Zona transportasi darat adalah zona yang ditujukan untuk :
(1). menyediakan lahan untuk pengembangan prasarana transportasi
(4). Pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur
kereta api dan jalan; dan
darat
Laporan Akhir
VIII - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
(5). Penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta
pemanfaatan
ruang
penempatan
api dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan
telekomunikasi
pengembangan jaringan jalur kereta api.
keselamatan aktifitas kawasan disekitarnya.
b. Pengaturan Zonasi Untuk Zona Sistem Jaringan Energi
yang
untuk
memperhitungkan
menara
aspek
pemancar
keamanan
dan
d. Pengaturan Zonasi Untuk Zona Sistem Jaringan Sumberdaya Air
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Energi ditujukan untuk
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Sumberdaya Air ditujukan
melindungi penggunaan lahan untuk jaringan energi berupa jaringan
untuk melindungi kawasan Sumberdaya air. Tata guna air meliputi
listrik dan jaringan migas. Arahan prasarana jaringan listrik dan
kebijakan penatagunaan dan penyelenggaraan air permukaan dan air
jaringan migas sebagaimana dimaksud pengelolaannya ada dibawah
tanah. Arahan pengelolaan tata guna air, dilakukan melalui upaya
instansi/badan/lembaga
kelestarian Sumberdaya air, yang terdiri dari:
sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan yang berlaku, antara lain :
(1). penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian baik
(1). Keberadaan pembangkit listrik disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan
ruang
di
sekitar
pembangkit
listrik
dengan
memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain;
air permukaan dan/atau air tanah.
(2). pengembangan daerah rawa, untuk pertanian dan/atau untuk
budidaya perikanan.
(2). Ketentuan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun
(3). pengendalian dan pengaturan banjir serta usaha untuk perbaikan
dengan memperhatikan ketentuan pelanggaran pemanfaatan ruang
sungai, waduk dan sebagainya serta pengaturan prasarana dan
bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan
sarana sanitasi.
peraturan perundang-undangan
(4). pengaturan dan penyediaan air minum, air perkotaan, air industri
(3). Di bawah jaringan tegangan tinggi tidak boleh ada fungsi bangunan
dan pencegahan terhadap pencemaran atau pengotoran air.
(5). pemeliharaan
yang langsung digunakan masyarakat
(4). Dalam kondisi di bawah jaringan tinggi terdapat bangunan maka
harus disediakan jaringan pengamanan.
ketersediaan
kuantitas
dan
kualitas
air
yang
berkelanjutan, melalui pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan
air dan daerah tangkapan air; pengisian air pada sumber air;
pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu; pengaturan daerah
(5). SPPBE tidak diletakkan di kawasan permukiman dan disesuaikan
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
sempadan sumber air dan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS);
rehabilitasi hutan dan lahan dan/atau pelestarian hutan lindung,
kawasan suaka alam, dan pelestarian alam.
c. Pengaturan Zonasi untuk Jaringan Telekomunikasi
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Telekomunikasi ditujukan
Peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air pada wilayah
untuk melindungi penggunaan lahan untuk jaringan telekomunikasi.
sungai disusun dengan memperhatikan :
Arahan
ada
(1). Pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan
peraturan
tetap menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan,
dibawah
prasarana
instansi/badan/lembaga
perundang-undangan
Laporan Akhir
telekomunikasi
yang
dimaksud,
sesuai
berlaku
pengelolaannya
ketentuan
dengan
memperhatikan
dan
VIII - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
(2). Pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas negara dan
lintas provinsi secara selaras dengan pemanfaatan ruang pada
wilayah sungai di negara /provinbsi yang berbatasan.
Zonasi
Untuk
Sistem
Persampahan
Pembatasan pemanfaatan ruang yang menurunkan kualitas fungsi
lingkungan.
Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona Kawasan Lindung
e. Pengaturan Zonasi Untuk Zona Sistem Persampahan
Peraturan

di Kabupaten Ngawi. Dengan demikian peraturan zonasi ini hanya akan
ditujukan
untuk
berlaku pada masing-masing jenis kawasan lindung, dengan arahan
mengatur penyediaan sarana dan prasarana persampahan dengan
sebagai berikut:
arahan sebagai berikut:
a. Peraturan Zonasi Kawasan Hutan Lindung Kabupaten adalah sebagai
(1). arahan
pengembangan
sistem
prasarana
lingkungan
yang
berikut :
digunakan lintas wilayah secara administratif dengan kerjasama
 Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah
 Pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas
kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan
sampah terutama di wilayah perkotaan;
(2). pengalokasian Lokasi Pengelolaan Akhir sesuai dengan persyaratan
 Pemanfaatan
ruang
kawasan
untuk
kegiatan
budidaya
hanya
diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi
teknis;
fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.
(3). pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan
sesuai dengan kaidah teknis dan dengan konsep 3R (Reuse, Reduce
b. Peraturan
zonasi
untuk
kawasan
resapan
air
disusun
dengan
memperhatikan:
dan Recycle);
(4). pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan
 Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak
terbangun
daya dukung lingkungan.
yang
memiliki
kemampuan
tinggi
dalam
menahan
limpasan air hujan;
(5). penyediaan ruang untuk TPS dan/atau LPA terpadu.
 Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun
8.1.2
1.
yang sudah ada; dan
Indikasi Arahan penentuan Zonasi Untuk Pola Ruang
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Kabupaten, dengan
daya terbangun yang diajukan izinnya.
memperhatikan:

Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa
Ketentuan
pelarangan
pemanfaatan
ruang
yang
membahayakan
Pembatasan
pemanfaatan
ruang
di
sekitar
kawasan
ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana alam; dan
Laporan Akhir
zonasi
untuk
sempadan
sungai
dan
kawasan
sekitar
 Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
 Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang
keselamatan umum;

c. Peraturan
danau/waduk disusun dengan memperhatikan:
mengubah bentang alam;

 Penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi
yang
telah
dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan
air;
VIII - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
 Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman
h. Untuk
kawasan
rawan
banjir
peraturan
zonasi
disusun
dengan
memperhatikan:
rekreasi; dan
 Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis,
 Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan
dan ancaman bencana;
perundang-undangan.
 Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
d. Peraturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air disusun dengan
memperhatikan:
dan
 Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan
 Pembatasan
 Pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap
pendirian
bangunan
kecuali
untuk
kepentingan
pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum.
 Penetapan batas dataran banjir;
mata air.
 Pemanfaatan
e. Peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau kota disusun dengan
memperhatikan:
dataran
banjir
bagi
ruang
terbuka
hijau
dan
pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan
 Pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
 Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman
 Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan
dan fasilitas umum penting lainnya.
 Penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan
i. Peraturan zonasi untuk kawasan pengungsian satwa disusun dengan
memperhatikan:
 Pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud
 Pemanfaatan untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
diatas.
 Pelestarian flora dan fauna endemik kawasan; dan
f. Peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
 Pembatasan pemanfaatan sumber daya alam.
disusun dengan memperhatikan:
 Pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan
 Pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai
2.
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Budi Daya Kabupaten
Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona Kawasan Lindung
dengan fungsi kawasan.
g. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor disusun dengan
di Kabupaten Ngawi. Dengan demikian peraturan zonasi ini hanya akan
memperhatikan:
berlaku pada masing-masing jenis kawasan lindung, dengan arahan
 Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis,
sebagai berikut:
a. Peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi dan disusun dengan
dan ancaman bencana;
 Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
 Pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan
dan
 Pembatasan
memperhatikan:
pendirian
bangunan
kecuali
untuk
pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum.
kepentingan
neraca sumber daya kehutanan;
 Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan hasil hutan; dan
Laporan Akhir
VIII - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
b. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian disusun dengan
f. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata disusun dengan
memperhatikan:
memperhatikan:
 Pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan
 Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya
rendah; dan
dukung dan daya tampung lingkungan;
 Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budi daya non
 Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
 Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan
pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana
utama.
pariwisata; dan
c. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan disusun dengan
g. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman disusun
memperhatikan:
dengan memperhatikan:
 Pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan
 Penetapan amplop bangunan;
dengan kepadatan rendah;
 Penetapan tema arsitektur bangunan;
 Pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan
 Penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan
sabuk hijau; dan
 Penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.
 Pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi
lestari.
3.
d. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertambangan disusun
Indikasi Arahan Peraturan zonasi sebagai kelengkapan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten
dengan memperhatikan:
Kawasan strategis di Kabupaten Ngawi yang ada adalah kawasan strategis
 Keseimbangan antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara
hankam, penunjang ekonomi wilayah, sosial budaya, lingkungan hidup.
risiko dan manfaat; dan
Peraturan pada kawasan strategis ini pada dasarnya disusun untuk setiap
 Pengaturan bangunan lain disekitar instalasi dan peralatan kegiatan
pertambangan
yang
berpotensi
menimbulkan
bahaya
dengan
memperhatikan kepentingan daerah.
memperhatikan:
Strategis di Kabupaten Ngawi
a. Arahan peraturan zonasi pada kawasan penunjang ekonomi adalah
 Pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan
kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia di wilayah sekitarnya; dan
pembangunan
peruntukan industri.
Laporan Akhir
yang telah dibuat di Kabupaten Ngawi. Dengan demikian peraturan zonasi
ini hanya akan berlaku pada setiap zona peruntukan sesuai RDTR Kawasan
e. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri disusun dengan
 Pembatasan
zona seperti tertuang dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis
perumahan
baru
sebagai berikut :
 Kawasan Penunjang ekonomi dalam skala besar umumnya berupa
kawasan perkotaan, terutama yang memiliki fungsi: perumahan,
sekitar
kawasan
perdagangan-jasa, industri, transportasi dan berbagai peruntukan
lainnya yang menunjang ekonomi wilayah. Pada kawasan ini harus
VIII - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ditunjang
sarana
dan
prasarana
yang
memadai
sehingga
menimbulkan minat investasi yang besar;
penyangga sehingga fungsi zona tidak boleh bertentangan secara
langsung pada zona yang berdekatan; serta
 Pada setiap bagian dari kawasan strategis ekonomi ini harus
 Untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pergerakan maka pada
diupayakan untuk mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk
kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan
kawasan terbangun melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi
diluar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija atau
kawasan masing-masing;
ruwasja, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah
 Pada kawasan strategis ecara ekonomi ini harus dialokasikan ruang
atau zona secara khusus untuk industri, perdagangan – jasa dan jasa
ditetapkan.
b. Peraturan zonasi pada kawasan sosio-kultural adalah sebagai berikut:
wisata perkotaan sehingga secara keseluruhan menjadi kawasan yang
 Kawasan sosio-kultural terdiri atas kawasan peninggalan sejarah
menarik. Pada zonasi ini hendaknya mengalokasikan kawasan
yakni arca, museum dan benteng. Secara umum kawasan ini harus
khusus pengembangan sektor informal pada pusat-pusat kegiatan
dilindungi dan salah satu fungsi yang ditingkatkan adalah untuk
masyarakat.
penelitian dan wisata budaya. Untuk itu pada radius tertentu harus
 Pada zona dimaksud harus dilengkapi dengan ruang
terbuka hijau
dilindungi dari perubahan fungsi yang tidak mendukung keberadaan
untuk memberikan kesegaran ditengah kegiatan yang intensitasnya
candi atau dari kegiatan yang intensitasnya tinggi sehingga menggagu
tinggi serta zona tersebut harus tetap dipertahankan;
estetika dan fungsi monumental museum dan benteng;
 Pada kawasan strategis ekonomi ini boleh diadakan perubahan ruang
pada zona yang bukan zona inti (untuk pergadangan – jasa, dan
 Bila
sekitar
kawasan
ini
sudah
terdapat
bangunan
misalnya
perumahan harus dibatasi pengembanganya;
industri) tetapi harus tetap mendukung fungsi utama kawasan
 Untuk kepentingan pariwisata boleh ditambahkan fungsi penunjang
sebagai penggerak ekonomi dan boleh dilakukan tanpa merubah
misalnya shouvenir shop atau atraksi wisata yang saling menunjang
fungsi zona utama yang telah ditetapkan;
tanpa menghilangkan identitas dan karakter kawasan;
 Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada ruang
 Pada zona ini tidak boleh dilakukan perubahan dalam bentuk
terbuka di kaweasan ini boleh dilakukan sepanjang masih dalam
peningkatan kegiatan atau perubahan ruang disekitarnya yang
batas ambang penyediaan ruang terbuka (tetapi tidak boleh untuk
dimungkinkan dapat mengganggu fungsi dasarnya;
RTH kawasan perkotaan);
 Dalam pengaturan kawasan strategis ekonomi ini zona yang dinilai
penting tidak boleh dilakukan perubahan fungsi dasarnya;
 Pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai permukiman bila
didekatnya akan diubah menjadi fungsi lain yang kemungkinan akan
mengganggu (misalnya industri) permukiman harus disediakan fungsi
 Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona ini tidak boleh
dilakukan untuk fungsi yang bertentangan, misalnya perdagangan
dan jasa yang tidak terkait museum dan pariwisata; serta
 Pada sekitar zona ini bangunan tidak boleh melebihi ketinggian
duapertiga dari museum dan benteng yang ada.
c. Arahan
pengaturan
zonasi
pada
kawasan
yang
memiliki
fungsi
lingkungan adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
VIII - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
 Pada kawasan ini yang termasuk dalam katagori zona inti harus
8.2
KETENTUAN PERIZINAN
Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
dilindungi dan tidak dilakukan perubahan yang dapat mengganggu
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
fungsi lindung;
 Pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan dan
terdapat kerusakan baik pada zona inti maupun zona penunjang
Dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 pasal 37 disebutkan bahwa :
1.
Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
harus dilakukan pengembalian ke rona awal sehingga kehidupan
menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
satwa langka dan dilindungi dapat lestari;
perundang-undangan.
 Untuk menunjang kelestarian dan mencegah kerusakan dalam
2.
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut
jangka panjuang harus melakukan percepatan rehabilitasi lahan;
kewenangan
 Pada zona-zona ini boleh melakukan kegiatan pariwisata alam
masing-masing
 Pada kawasan yang didalamnya terdapat zona terkait kemampuan
3.
ketentuan
peraturan
4.
pembuatan sumur-sumur resapan;
Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak
melalui prosedur yang benar, batal demi hukum.
tanahnya untuk peresapan air maka boleh dan disarankan untuk
Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah,
 Pada kawasan hutan lindung yang memiliki nilai ekonomi tinggi atau
fungsi produksi tertentu (misalnya terdapat komoditas durian,
dibatalkan
manggis, damar, rotan) boleh dimanfaatkan buah atau getahnya
kewenangannya.
tetapi tidak boleh mengambil kayu yang mengakibatkan kerusakan
5.
oleh
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
sesuai
dengan
Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana
dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.
fungsi lindung;
 Pada zona ini tidak boleh melakukan alih fungsi lahan yang
fungsi
dengan
perundang-undangan.
sekaligus menanamkan gerakan cinta alam;
mengganggu
sesuai
lindung
apalagi
bila
didalamnya
6.
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan
terdapat
pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak.
kehidupan berbagai satwa maupun tanaman langka yang dilindungi;
serta
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
7.
Pemberian izin pada kawasan yang ditetapkan sebagai pengendalian ketat
adalah
 Pada zona inti maupun penunjang bila terlanjur untuk kegiatan
kewenangan
pemerintah
propinsi,
sedangkan
kewenangan
budidaya khususnya permukiman dan budidaya tanaman semusim,
pemerintah Kabupaten adalah pada kawasan diluar itu di wilayah
tidak boleh dikembangkan lebih lanjut atau dibatasi dan secara
Kabupaten
bertahap dialihfungsikan kembali ke zona lindung.
8.
Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan
ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.
Laporan Akhir
VIII - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
9.
Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
5.
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan
diatur dengan peraturan pemerintah.
pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak.
Dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 37 dijelaskan bahwa,
6.
Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan
yang dimaksud dengan perizinan adalah perizinan yang terkait dengan izin
ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata
pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
ruang.
harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud adalah
7.
izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang.
Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.
Izin pemanfaatan ruang di Kabupaten Ngawi mengikuti Undang-undang
Izin Peruntukan Penggunaan Tanah diperlukan adanya pelaksanaan
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Ketentuan perizinan diatur oleh
pembangunan dengan pengaturan keserasian penataan lokasi bagi pentingnya
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menurut kewenangan masing-masing
pembangunan yang disesuaikan dengan RTRK. Khusus untuk Kawasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundandang-undangan. Izin pemanfaatan
pengendalian ketat (High Control Zone) regional, sesuai dengan Peraturan
ruang yang diberikan dalam rangka mewujudkan pembangunan secara terpadu,
Gubernur Nomor 61 Tahun 2006 tentang
pemanfaatan ruang secara lestari, optimal, seimbang dan serasi serta berhak
Pengendalian Ketat Skala Regional Di Provinsi Jawa Timur yang merupakan kawasan
diperoleh oleh setiap warga negara dan badan hukum.
yang memerlukan pengawasan secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya
Syarat-syarat izin pemanfaatan ruang sebagaimana tertuang dalam
Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan
untuk mempertahankan daya dukung, mencegah dampak negatif, menjamin
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, adalah :
proses pembangunan yang berkelanjutan, yang meliputi pemanfaatan ruang di
1.
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
sekitar kawasan perdagangan regional; wilayah aliran sungai, sumber air dan
wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut
stren kali dengan sempadannya; kawasan yang berhubungan dengan aspek
kewenangan
pelestarian Iingkungan hidup meliputi kawasan resapan air atau sumber daya
2.
3.
4.
masing-masing
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
air,
Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak
area/lingkup kepentingan pelabuhan, kawasan di sekitar jalan arteri/tol;
melalui prosedur yang benar, batal demi hukum.
prasarana wilayah dalam skala regional lainnya seperti area di sekitar jaringan
Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
pipa gas, jaringan SUTET, dan TPA terpadu; kawasan rawan bencana; kawasan
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah,
Iindung prioritas dan pertambangan skala regional; dan kawasan konservasi
dibatalkan
alami, budaya, dan yang bersifat unik dan khas, perijinannya :
oleh
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
sesuai
dengan
serta
transportasi
terkait
kawasan
jaringan
jalan,
perkeretaapian,
kewenangannya.
a.
Harus mendapatkan rekomendasi teknis dari Gubernur
Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin, dapat
b.
Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat a dilaksanakan sebelum
dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.
Laporan Akhir
pelaksanaan pembangunan fisik.
VIII - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
c.
Harus dilampiri dengan gambar teknis arsitektural (site plan, denah,
a. Pengenaan pajak yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya yang
tampak, potongan dan situasi); gambar teknis konstruksi sipil ; data
dibutuhkan
pendukung berupa penguasaan tanah, lokasi bangunan berupa sertifikat
pemanfaatan ruang; serta
hak milik atau bukti perjanjian sewa.
d.
untuk
mengatasi
dampak
yang
ditimbulkan
akibat
b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan
Pemanfaatan ruang yang dimohonkan harus memenuhi syarat zoning yang
akan diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri
penalti.
4.
Insentif
dan
disinsentif
diberikan
dengan
tetap
menghormati
hak
masyarakat.
Adapun ketentuan perizinan untuk Kabupaten Ngawi dapat dilihat pada tabel
5.
8.1 berikut ini.
Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;
b. Pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; serta
8.3
KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF
c. Pemerintah kepada masyarakat.
Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 38 disebutkan bahwa :
1.
6.
Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau
disinsentif oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
2.
Insentif
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
dan disinsentif diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 38 dijelaskan bahwa
penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan untuk perizinan
35,
yang
merupakan
skala kecil/individual sesuai dengan peraturan zonasi, sedangkan penerapan
perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan
insentif dan disinsentif secara bersamaan diberikan untuk perizinan skala
kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
besar/kawasan karena dalam skala besar/kawasan dimungkinkan adanya
a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa
pemanfaatan ruang yang dikendalikan dan didorong pengembangannya secara
bersamaan. Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan
ruang, dan urun saham;
b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang melalui
c. Kemudahan prosedur perizinan; serta
penetapan nilai jual objek pajak (NJOP) dan nilai jual kena pajak (NJKP)
d. Pemberian
penghargaan
kepada
masyarakat,
swasta
dan/atau
pemerintah daerah.
3.
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif
sehingga pemanfaat ruang membayar pajak lebih tinggi. Insentif dapat diberikan
antarpemerintah daerah yang saling berhubungan berupa subsidi silang dari
e. Contoh pada kawasan lindung
daerah yang penyelenggaraan pemanfaatan ruangnya memberikan dampak
Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, yang merupakan
kepada daerah yang dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam hal
perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi
pemerintah memberikan preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam
kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
mendukung perwujudan rencana tata ruang.
Berdasarkan ketentuan perundangan di atas, maka insentif diberikan
apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana pola
Laporan Akhir
VIII - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ruang dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan
b.
Pembatasan penyediaan infrastruktur;
Pemerintah ini. Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu
c.
Pengenaan kompensasi; dan/atau
dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
d.
Penalti.
Paraturan Pemerintah ini.
Adapun ketentuan lain mengenai insentif dan disinsentif ini adalah :
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat. Pemberian
insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai
dengan kewenangnnya.
Insentif kepada masyarakat terutama yang mendukung keberlangsungan
dan peningkatan kegiatan pertanian serta pengembangan kawasan strategis
kabupaten diberikan, antara lain dalam bentuk :
a.
Keringanan pajak
b.
Pemberian konpensasi
c.
Imbalan
d.
Sewa ruang
e.
Urun saham
f.
Penyediaan infrastruktur
g.
Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
h.
Penghargaan.
Disinsentif dari pemerintah kepada masyarakat dikenakan terutama yang
tidak mendukung keberlangsungan dan peningkatan kegiatan pertanian serta
pengembangan kawasan strategis kabupaten, antara lain, dalam bentuk :
a.
Pengenaan pajak yang tinggi;
b.
Pembatasan penyediaan infratruktur;
c.
Pengenaan kompensaan; dan/atau
d.
Penalti
Disinsentif dari pemerintah kepada masyarakat dikenakan, anatara lain,
dalam bentuk :
a.

Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilekukan menurut prosedur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundnag-undangan.

Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dikoordinasikan oleh dinas
terkait.
Pengenaan insentif dan disinsentif dapat dilihat pada table 8.1.
8.4
ARAHAN SAKSI
Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 38 disebutkan bahwa pengenaan
sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
Selanjutnya, dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 40 disebutkan bahwa
ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian pemanfaatan ruang diatur
dengan peraturan pemerintah. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 Bab XI Pasal 69 75, diuraikan secara jelas tentang ketentuan pidana atau sanksi bagi
pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang. Bentuk-bentuk ketentuan pidana
tersebut antara lain mengatur bahwa :
A.
Pasal 69
Pasal 69, berisikan ketentuan bahwa :
1. Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana
penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana
Pengenaan pajak yang tinggi;
Laporan Akhir
VIII - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.
banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
B.
D.
kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
Pasal 72, berisikan ketentuan bahwa Setiap orang yang tidak memberikan
(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima
akses
miliar rupiah).
dinyatakan sebagai milik umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
terhadap
kawasan
yang
oleh
peraturan
perundang-undangan
Pasal 70
huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan
Pasal 70, berisikan ketentuan bahwa :
denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
1. Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
E.
Pasal 73
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud
Pasal 73, berisikan ketentuan bahwa :
dalam Pasal 61 huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
1. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
juta rupiah).
37 ayat (7), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
2. Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan
(satu miliar rupiah).
hormat dari jabatannya.
3. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
F.
Pasal 74
kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana
Pasal 74, berisikan ketentuan bahwa :
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
1. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal
banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
70, Pasal 71, dan Pasal 72 dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana
4. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
C.
Pasal 72
penjara
dan
denda
terhadap
pengurusnya,
pidana
yang
dapat
kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan
(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima
3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69,
miliar rupiah).
Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72.
Pasal 71
2. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi
Pasal 71, berisikan ketentuan bahwa setiap orang yang tidak mematuhi
dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang
a. Pencabutan izin usaha; dan/atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf c, dipidana dengan pidana
b. Pencabutan status badan hukum.
G.
Laporan Akhir
Pasal 75
VIII - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
Pasal 75, berisikan ketentuan bahwa :

Peringatan tertulis;
1. Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana

Penghentian sementara kegiatan;
dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72, dapat

Penghentian sementara pelayanan umum;
menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana.

Penutupan lokasi;
2. Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud pada

Pencabutan izin;

Pembongkaran bangunan;

Pemulihan fungsi ruang; dan/atau Denda administrasi.
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.
Dalam pelaksanaannya di Kabupaten Ngawi maka pengenaan sanksi
dikenakan terhadap :

Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan
pola ruang wilayah Kabupaten Ngawi;

Pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi kabupaten;

Pemanfaatan
ruang
tanpa
izin
pemanfaatan
ruang
yang
diterbitkan
berdasarkan RTRW Kabupaten Ngawi;

Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Ngawi;

Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Ngawi;

Pemanfaatan ruang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau

Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
Terhadap Pelanggaran yang telah disebutkan di atas, dikenakan sanksi
administrasi sebagai berikut :
Laporan Akhir
VIII - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
Tabel 8.1
Arahan Ketentuan Perijinan, Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Insentif, Disinsentif dan Arahan Sanksi
Pada Kawasan Lindung Dan Budidaya Kabupaten Ngawi
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
KAWASAN LINDUNG
A. KAWASAN PERLINDUNGAN KAWASAN BAWAHANNYA
1.
HUTAN LINDUNG
Apabila ada hutan produksi
dan kegiatan budidaya
lainnya yang masuk dalam
hutan lindung agar
ditingkatkan upaya
konservasinya menjadi hutan
produksi terbatas.
Pada kawasan lindung,
kegiatan budidaya yang
diperkenankan adalah
kegiatan yang tidak
mengolah permukiman tanah
secara intensif seperti hutan
atau tanaman keras yang
panennya atas dasar
penebangan pohon secara
terbatas/terpilih sehingga
tidak terjadi erosi tanah
atau merubah bentang alam
seperti penambangan bahan
galian atau perindustrian,
kecuali kegiatan tersebut
mempunyai nilai ekonomi
tinggi bagi kepentingan
kabupaten, nasional maupun
regional..
Kegiatan yang ada di hutan
lindung yang tidak menjamin
fungsi lindung, secara bertahap
dikembalikan pada fungsi hutan
lindung. Proses peralian fungsi
disesuaikan dengan kondisi
fisik, sosial ekonomi setempat,
dan kemampuan pemerintah
dengan pengembalian yang
layak.
Kegiatan yang sudah ada dan tidak
menjamin fungsi lindung, secara
bertahap dikembalikan pada
fungsinya, dimana pelaksanaannya
disesuaikan dengan kondisi fisik,
sosial dan ekonomi setempat, dan
kemampuan pemerintah disertai
penggantian yang layak.
Perbuatan hukum yang
potensial mempersulit
perwujudan kegiatan hutan
lindung seperti pewarisan untuk
permukiman, atau jual beli
pada pihak yang ingin mengolah
tanah secara intensif atau
membangun bangunan fisik.
Kegiatan pariwisata yang
diperkenankan hanya kegiatan
melihat pemandangan
alam/ecowisata.
Pengembang kawasan budidaya di
kawasan ini dikenai pajak khusus
secara progesif yang digunakan
untuk kompensasi biaya pemulihan
dan pemeliharaan lingkungan.
Nilainya dihitung berdasarkan
kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan
budidaya di kawasan lindung.
Tanah rusak atau tanah gundul yang
ada di hutan lindung segera dilakukan
reboisasi, dan yang berada di luar
hutan lindung dilakukan penghijauan.
Hak atas tanah yang sudah ada di
hutan lindung tetap dihormati dan
masih boleh dikuasai sepanjang
kegiatan dan penggunaan tanahnya
memenuhi fungsi lindung dan
melakukan tindakan konservasi
secara intensif.
Pembangunan sarana dan
prasarana pada kawasan ini
dibatasi agar lestari. Bangunan
yang sudah ada dan tidak
mengganggu fungsi lindung
masih diperkenankan selama
dapat memenuhi ketentuan tata
Laporan Akhir
Kegiata budidaya yang ada segera
dikembalikan fungsinya pada hutan
lindung dan tidak diperkenankan
dieksploitasi dengan cara
penebangan kecuali dengan sangat
terbatas.
Pemilik/penguasa tanah
perorangan/bdn hukum yang
mencari keuntungan yang ada
sebelum penetapan rencana yg
mampu mewujudkan hutan
lindung di atas tanahnya
sendiri, berhak mendapatkan
pengurangan pengenaan pajak
bumi dan bangunan serta
pungutan lainnya yang yang
diperhitungkan karena
penguasaan atau pemilikan
tanah.
Untuk hak atas tanah, khususnya Hak Guna Bangunan tidak diperpanjang, kecuali bila difungsikan untuk
konservasi tanah dan air. Penguasaan tanah oleh masyarakat di hutan lindung dikenakan pajak yang lebih
tinggi, dimana pengaturannya akan diatur oleh Keputusan Bupati.
Penguasaan dan pemilikan tanah yang cenderung bertentangan dengan kegiatan konservasi, secara bertahap
dibebaskan hak ataas tanahnya dengan penggantian yang layak oleh pemerintah untuk dikembalikan fungsinya
menjadi hutan lindung, apabila pemilik/penguasa tanah tidak mampu mewujudkan hutan lindung di atas
tanahnya sendiri.
VIII - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
2.
RESAPAN AIR
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
Dilarang menyelenggarakan
kegiatan yang bersifat menutup
kemungkinan adanya infiltrasi
air ke dalam tanah.
Kegiatan yang sudah ada dan tidak
menjamin fungsi lindung, secara
bertahap dikembalikan pada
fungsinya, dimana pelaksanaannya
disesuaikan dengan kondisi fisik,
sosial dan ekonomi setempat, dan
kemampuan pemerintah disertai
penggantian yang layak.
Kegiatan budidaya yang
diperbolehkan adalah
kegiatan yang tidak
mengurangi fungsi lindung
kawasan
Pertambangan dan
perindustrian yang bersifat
membuka hutan tidak
diperkenankan.
Tanah rusak atau tanah gundul yang
ada segera dilakukan reboisasi, dan
yang berada di luar hutan lindung
dilakukan penghijauan.
Kegiatan yang masih boleh
dilaksanakan adalah
pertanian tanaman semusim
atau tahunan yang disertai
tindakan konservasi dan
ecowisata.
Perbuatan hukum yang
potensial mempersulit
perwujudan kegiatan fungsi
lindung tidak diperkenankan
kecuali kepada calon pemilik
tanah yang bersedia
mewujudkan fungsi lindung.
Hak atas tanah yang sudah ada tetap
dihormati dan masih boleh dikuasai
sepanjang kegiatan dan penggunaan
tanahnya masih memenuhi fungsi
lindung dan melakukan tindakan
konservasi secara intensif.
Pembangunan sarana dan
prasarana dibatasi agar
lestari. Bangunan yang sudah
ada dan tidak mengganggu
fungsi lindung diperkenankan
selama memenuhi ketentuan
tata bangunan dan tetap
melakukan tindakan
konservasi. Bangunan baru
tidak diijinkan.
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
Apabila pengambilalihan hak atas tanah atau hubungan yang telah ada sulit diwujudkandalam batas waktu
perencanaan karena keterbatasan anggaran pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah dapat
memprogramkan perwujudan hutan lindung melalui pemberian subsidi atau insentif kepada pemilik/ penguasa
lahan secara bertahap yaitu bantuan bibit, pembinaan teknis dan modal kerja.
Dapat dialokasikan sebagai
kebun campuran, tanaman
tahunan, hutan produksi
terbatas ataupun hutan
lindung
Kegiatan yang tidak
mengolah tanah secara
intensif, kecuali dipandang
memiliki nilai ekonomi yang
tinggi bagi kepentingan
gerional dan nasional.
Laporan Akhir
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
bangunan dan tetap melakukan
tindakan konservasi. Bangunan
baru tidak diijinkan.
Untuk hak atas tanah, khususnya Hak
Guna Bangunan tidak diperpanjang,
kecuali bila difungsikan untuk
konservasi tanah dan air.
Penguasaan dan pemilikan tanah
yang cenderung bertentangan dengan
kegiatan konservasi, secara bertahap
dibebaskan hak ataas tanahnya
dengan penggantian yang layak oleh
pemerintah untuk dikembalikan
fungsinya menjadi hutan lindung,
apabila pemilik/penguasa tanah tidak
mampu mewujudkan hutan lindung
di atas tanahnya sendiri.
Penguasaan tanah negara oleh
masyarakat yang belum
memperoleh hak atas tanah
menurut UUPA, bila kegiatan
penggarapnya sesuai dengan
fungsi lindung, pada tahap
pertama dapat diberikan Hak
Pakai (HP) dengan persyaratan
peningkatan intensitas
penggunaan tanah
mengutamakan fungsi lindung.
Apabila fungsi lindung telah
tercapai secara optimal dapat
ditingkatkan menjadi hak milik.
Pengembang kawasan budidaya di
kawasan ini dikenai pajak khusus
secara progesif yang digunakan
untuk kompensasi biaya pemulihan
dan pemeliharaan lingkungan.
Nilainya dihitung berdasarkan
kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan
budidaya di kawasan lindung.
Pemilik/penguasa tanah
perorangan/bdn hukum yang
mencari keuntungan sebelum
penetapan rencana yg mampu
mewujudkan fungsi lindung di
atas tanahnya sendiri, berhak
mendapatkan pengurangan
pengenaan pajak bumi dan
bangunan serta pungutan
lainnya yang diperhitungkan
karena penguasaan atau
pemilikan tanah.
VIII - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
DIIZINKAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
INSENTIF
Apabila pengambilalihan hak atas
tanah atau hubungan yang telah ada
sulit diwujudkandalam batas waktu
perencanaan karena keterbatasan
anggaran pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun daerah
dapat memprogramkan perwujudan
hutan lindung melalui pemberian
subsidi atau insentif kepada pemilik/
penguasa lahan secara bertahap yaitu
bantuan bibit, pembinaan teknis dan
modal kerja.
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Pemilik/penguasa tanah
perorangan/bdn hukum yang
mencari keuntungan yang ada
sebelum penetapan rencana yg
mampu mewujudkan fungsi
lindung di atas tanahnya
sendiri, berhak mendapatkan
pengurangan pengenaan pajak
bumi dan bangunan serta
pungutan lainnya yang
diperhitungkan karena
penguasaan/pemilikan tanah.
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
B. Kawasan Perlindungan Setempat
1.
Sempadan
Sungai
Laporan Akhir
Pada kawasan sempadan
sungai yang belum terbangun
diijinkan kegiatan pertanian
dengan jenis tanaman yang
sesuai seperti tanaman
keras, perdu, pelindung
sungai, pemasangan papan
reklame/pengumuman,
pemasangan fondasi dan
rentangan kabel listrik,
fondasi jembatan/jalan yg
bersifat sosial
kemasyarakatan, bangunan
bendung/bendungan dan
bangunan lalu lintas air
(seperti dermaga), gardu
listrik, bangunan
telekomunikasi dan
pengontrol/pengukur debit
air.
Dilarang mendirikan bangunan
di kawasan sempadan sungai
yang belum terbangun (IMB
tidak diberikan)
Pada kawasan ini dibangun jalan
inspeksi pada jalur jalan tertentu,
sekaligus berfungsi sebagai jalan
lintas pada umumnya.
Kegiatan/bentuk bangunan yang
secara sengaja dan jelas
menghambat arah dan
intensitas aliran air sama sekali
tidak diperbolehkan.
Tanah pada sempadan sungai dikelola
oleh instansi pemerintah dan
diberikan Hak Pakai.
Kegiatan lain yang justru
memperkuat fungsi
perlindungan kawasan
sempadan sungai tetap boleh
dilaksanakan tapi dengan
pengendalian agar tidak
mengubah fungsi kegiatannya di
masa yg akan datang.
Jika aliran sungai berpindah tempat,
termasuk kegiatan pelurusan sungai
atau kegiatan teknis pengairan
lainnya, maka aliran sungai lama
menjadi tanah negara bebas yang
dapat dimohon hak tanahnya.
Prioritas pemberian hak tanah
diberikan kepada bekas pemilik tanah
yang tanahnya terkena aliran sungai
yang baru, sekaligus sebagai
kompensasi tanahnya yang hilang.
Kegiatan lain yang tidak
memanfaatkan lahan secara
luas dapat diperbolehkan.
Untuk kawasan terbangun
diadakan program konsolidasi
tanah dan pemeliharaan
Tanah timbul di sungai berstatus
tanah negara bebas.
Pengembang kawasan budidaya di
kawasan ini dikenai pajak khusus
secara progesif yang digunakan
untuk kompensasi biaya pemulihan
dan pemeliharaan lingkungan.
Nilainya dihitung berdasarkan
kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan
budidaya di kawasan lindung.
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
VIII - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
DIIZINKAN
Kegiatan yang mampu
melindungi atau
memperkuat tebing sungai
atau saluran dari
kelongsoran, kegiatan yang
tidak memperlambat
jalannya arus air, kecuali
memang sengaja bermaksud
untuk memperlambat laju
arus air seperti pembuatan
cek dam atau krib, atau
dam, atau pembelok arus air
sungai.
2.
Sekitar
danau/waduk/ra
wa
Laporan Akhir
Perikanan, ecowisata,
pertanian dengan jenis
tanaman yang diijinkan,
pemasangan papan
pengumuman, pemasangan
fondasi dan rentang kabel,
fondasi jalan/jembatan,
bangunan lalu lintas air,
pengambilan dan
pembuangan air serta
bangunan yang mendukung
kelestarian kawasan.
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
lingkungan, sedangkan yang
belum terbangun dilarang
memberikan IMB.
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
Pemilikan atau penguasaan tanah
yang tidak sesuai, dibina untuk
menyesuaikan kegiatannya agar
serasi atau sejalan secara bertahap,
dengan jalan membebaskan mereka
dari pengenaan pajak bumi dan
bangunan atau bentuk sumbangan
lainnya yang dikaitkan dengan
pemilikan atau penguasaan tanah.
Apabila ybs tidak mampu
melaksanakan penyesuaian dengan
sukarela, maka pemerintah baik
pusat maupun daerah dapat
melakukan pembebasan lahan secara
bertahap yang peruntukannya untuk
konservasi.
aspek fungsi lindung kawasan.
Dilarang menyelenggarakan
kegiatan yang mengganggu
kelestarian daya tampung
waduk seperti pendirian
bangunan, permukiman dan
penanaman tanaman semusim
yang mempercepat
pendangkalan.
Penggunaan tanah terus diusahakan
dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan konservasi atau green
belt wajib diusahakan.
Pemilik/penguasa tanah
perorangan/bdn hukum yang
mencari keuntungan yang ada
sebelum penetapan rencana yg
mampu mewujudkan fungsi
lindung, berhak mendapatkan
pengurangan pengenaan PBB
serta pungutan lainnya yang
diperhitungkan karena
penguasaan/pemilikan tanah.
Pengembang kawasan budidaya di
kawasan ini dikenai pajak khusus
secara progesif yang digunakan
untuk kompensasi biaya pemulihan
dan pemeliharaan lingkungan.
Nilainya dihitung berdasarkan
kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan.
Kegiatan yang diperkenankan
adalah kegiatan yang berkaitan
dengan wisata seperti hotel,
rumah makan, tempat rekreasi
dengan tetap mengupayakan
pembangunan fisik yang mampu
mencegah terjadinya
sedimentasi ke dalam
waduk/danau.
Pemilikan atau penguasaan tanah
yang tidak sesuai, dibina untuk
menyesuaikan kegiatannya agar
serasi atau sejalan secara bertahap,
dengan jalan membebaskan mereka
dari pengenaan pajak bumi dan
bangunan atau bentuk sumbangan
lainnya yang dikaitkan dengan
pemilikan atau penguasaan tanah.
Apabila ybs tidak mampu
melaksanakan penyesuaian dengan
sukarela, maka pemerintah dapat
melakukan pembebasan lahan
bertahap yang diprogramkan untuk
kegiatan sabuk hijau / green belt.
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan
budidaya di kawasan lindung.
Pada kawasan yang sudah terbangun
diadakan program konsolidasi dan
pemeliharaan lingkungan.
Tanah pada kawasan sekitar waduk
dikuasai oleh negara dan apabila
dimiliki oleh masyarakat dibebaskan
dengan penggantian yang layak dan
dapat diberikan Hak Pakai pada Dinas
Pekerjaan Umum Pengairan.
VIII - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
3.
Sekitar Mata Air
DIIZINKAN
Kegiatan yang diutamakan
adalah kegiatan
penghutanan atau tanaman
tahunan yang produksinya
tidak dengan menebang
pohon.
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
Dilarang melakukan penggalian
atau perubahan bentuk medan
atau pembangunan bangunan
fisik yang mengakibatkan
penutupan jalannya mata air
serta mengganggu keberadaan
dan kelestarian mata air.
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
Kegiatan yang sudah ada dan dapat
mengganggu fungsi kawasan
dipindahkan dengan penggantian
yang layak.
Persawahan dan perikanan
masih diperkenankan.
Kawasan sekitar mata air yang
sumber airnya dikelola oleh BUMD PDAM dapat diberikan hak pakai.
Kegiatan yang masih
diperkenankan adalah
pertanian dengan jenis
tanaman yang tidak
mengganggu mata air,
pemasangan papan
reklame/pengumuman,
pondasi dan rentangan kabel
listrik, kegiatan sosial
masyarakat yang tidak
menggunakan tanah secara
menetap atau terus menerus
dan bangunan lalu lintas air.
Areal tanah pada kawasan sempadan
mata air dikuasai langsung oleh
negara. Jjika dikuasai masyarakat,
diadakan penggantian yang layak.
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
Pemilik/penguasa tanah
perorangan/bdn hukum yang
mencari keuntungan yang ada
sebelum penetapan rencana yg
mampu mewujudkan fungsi
lindung di atas tanahnya
sendiri, berhak mendapatkan
pengurangan pengenaan pajak
bumi dan bangunan serta
pungutan lainnya yang yang
diperhitungkan karena
penguasaan atau pemilikan
tanah.
Pengembang kawasan budidaya di
kawasan ini dikenai pajak khusus
secara progesif yang digunakan
untuk kompensasi biaya pemulihan
dan pemeliharaan lingkungan.
Nilainya dihitung berdasarkan
kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan.
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan
budidaya di kawasan lindung.
Pemilik/penguasa tanah
perorangan/bdn hukum yang
mencari keuntungan yang ada
sebelum penetapan rencana yg
mampu mewujudkan fungsi
lindung di atas tanahnya
sendiri, berhak mendapatkan
pengurangan pengenaan pajak
bumi dan bangunan serta
pungutan lainnya yang yang
diperhitungkan karena
penguasaan atau pemilikan
tanah.
Pengembang kawasan budidaya di
kawasan ini dikenai pajak khusus
secara progesif yang digunakan
untuk kompensasi biaya pemulihan
dan pemeliharaan lingkungan.
Nilainya dihitung berdasarkan
kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan.
Tindakan konservasi yang diutamakan
adalah yang bersifat vegetatif.
Kegiatan yang sifatnya tidak sesuai
dengan ketentuan, baik secara
swadaya maupun penggantian yang
layak oleh pemerintah menjadi tanah
yang langsung dimiliki oleh negara,
dan pemerintah memrogramkan
secara bertahap penggunaan tanah
yang mampu memelihara kelancaran
jalannya mata air.
Penyesuaian kegiatan yang mendukung pengkonservasian mata air.
C. KAWASAN SUAKA ALAM, PELESTARIAN ALAM DAN CAGAR BUDAYA
1.
Cagar Alam
Laporan Akhir
Kegiatan lain selain
perlindungan plasma nutfah
yang diperkenankan tetap
berlangsung di dalam
kawasan ini adalah kegiatan
ecowisata yang tidak
membbutuhkan lahan,
penelitian dan kegiatan yang
bermanfaat bagi peningkatan
ilmu pengetahuan yang tidak
merusak lingkungan atau pos
pengawas yang
pengelolaannya diupayakan
Dilarang menyelenggarakan
kegiatan pembangunan yang
mengakibatkan penurunan
kualitas lingkungan dan
perlindungan plasma nutfah.
Kegiatan yang sudah ada di dalam
kawasan cagar alam yang
mengganggu fungsi kawasan secara
bertahap akan dipindahkan dengan
diberi penggantian yang layak oleh
pemerintah
VIII - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
DIIZINKAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
sedemikian rupa sehingga
ekosistem binatang, ikan,
atau tumbuhan langka yang
dilindungi tidak terganggu.
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan
budidaya di kawasan lindung.
2.
Suaka
margasatwa
Ecotourisme dan penelitian
yang tidak mengganggu
habitat.
Dilarang menyelenggarakan
kegiatan yang mengakibatkan
terganggunya fungsi suaka
amargasatwa.
Kegiatan yang sudah ada di dalam
kawasan cagar alam yang tidak sesuai
dan mengganggu fungsi kawasan
secara bertahap akan dipindahkan
dengan diberi penggantian yang layak
oleh pemerintah
Pemilik/penguasa tanah
perorangan/bdn hukum yang
mencari keuntungan yang ada
sebelum penetapan rencana yg
mampu mewujudkan fungsi
lindung di atas tanahnya
sendiri, berhak mendapatkan
pengurangan pengenaan pajak
bumi dan bangunan serta
pungutan lainnya yang yang
diperhitungkan karena
penguasaan atau pemilikan
tanah.
Pengembang kawasan budidaya di
kawasan ini dikenai pajak khusus
secara progesif yang digunakan
untuk kompensasi biaya pemulihan
dan pemeliharaan lingkungan.
Nilainya dihitung berdasarkan
kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan.
3.
Taman Wisata
Alam
Kegiatan ecotourisme
terbatas dan penelitian yang
tidak merusak taman wisata
alam.
Dilarang melakukan kegiatan
yang tidak menunjang
perlindungan terhadap taman
wisata alam.
Kegiatan yang sudah ada di dalam
kawasan cagar alam yang tidak sesuai
dan mengganggu fungsi kawasan
secara bertahap akan dipindahkan
dengan diberi penggantian yang layak
oleh pemerintah
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan
budidaya di kawasan lindung.
Dilarang melaksanakan kegiatan
permukiman
Untuk daerah yang sudah terbangun,
hendaknya diadakan penyuluhan akan
bahaya yang mungkin terjadi pada
masa yang akan datang, secara
bertahap dan terencana permukiman
dipindahkan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan
budidaya di kawasan lindung.
Untuk daerah yang sudah terbangun,
hendaknya diadakan penyuluhan akan
bahaya yang mungkin terjadi pada
masa yang akan datang, secara
bertahap dan terencana permukiman
dipindahkan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan
budidaya di kawasan lindung.
D. KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM
1.
Rawan Bencana
banjir
Pembangunan saluran
drainase dan kegiatan yang
pencegah bencana banjir.
Dilarang melakukan kegiatan
yang berdampak buruk dan
mempengaruhi kelancaran tata
drainase dan penanggulangan
banjir lainnya.
2.
Rawan bencana
erosi / longsor
Laporan Akhir
Tertutup bagi kegiatan
permukiman, persawahan,
tanaman semusim dan kegiatan
budidaya lainnya yang
berbahaya bagi keselamatan
manusia dan lingkungan.
VIII - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
DIIZINKAN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
Pemilik/penguasa tanah
perorangan/bdn hukum yg
mencari keuntungan sebelum
penetapan rencana yg mampu
mewujudkan fungsi lindung di
atas tanahnya,berhak
mendapatkan pengurangan PBB
serta pungutan lainnya yang
diperhitungkan karena
penguasaan/pemilikan tanah.
Pengembang kawasan budidaya di
kawasan ini dikenai pajak khusus
secara progesif yang digunakan
untuk kompensasi biaya pemulihan
dan pemeliharaan lingkungan.
Nilainya dihitung berdasarkan
kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan.
Diadakan penertiban penguasaan dan
pemilikan tanah serta pembinaan dan
pemanfaatannya yang seimbang
antara kepentingan KPH dengan
masyarakat setempat bagi kawasan
yang fisiknya berupa hutan rakyat,
tegalan atau penggunaan non hutan
lainnya dan sudah menjadi lahan
garapan masyarakat.
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan
budidaya di kawasan lindung.
Dilarang melaksanakan
pembangunan fisik dengan
fungsi yang tidak mendukung
kegiatan pertanian, kecuali
kawasan tersebut berada di
kawasan perkotaan dimana
kawasan lainnya tidak dapat
menampung kegiatan
pembangunan yang dibutuhkan
kawasan perkotaan.
Perlu pengaturan debit air irigasi,
sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan air.
Pengenaan PBB yang lebih
tinggi bagi penguasa/pemilik
tanah yang tidak mampu
menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Pengurangan PBB bagi
penguasa/pemilik tanah yang
mampu menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan.
Pemanfaatan lahan untuk
kegiatan pertanian bukan lahan
basah.
Pada lereng > 8% perlu
memperhatikan pengelolaan teknis
budidaya padi sawah sesuai SK
Menteri Pertanian No. 175/KPT/RC200/54/1987 tentang Pedoman Pola
Pembangunan Pertanian di daerah
Aliran Sungai.
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
E. KAWASAN HUTAN PRODUKSI
1.
Hutan Produksi
Pemanfaatan hasil hutan
dengan memperhatikan
prinsip-prinsip kelestarian
lingkungan
Dilarang menyelenggarakan
pemanfaatan lahan untuk
fungsi-fungsi yang berdampak
negatif terhadap keseimbangan
ekologis.
Pembangunan infrastruktur
yang diijinkan adalah yang
dibutuhkan untuk menunjang
kegiatan pemanfaatan hasil
hutan.
Hutan produksi di luar kawasan hutan
yang dikelola oleh masyarakat (hutan
rakyat) dapat diberikan Hak Pakai
atau Hak Milik sesuai dengan syarat
subyek sebagai pemegang hak.
Apabila kriteria kawasan berubah
fungsinya menjadi utan lindung,
pemanfaatannya disesuaikan dengan
lebih mengutamakan upaya
konservasi (mis: kawasan hutan
produksi dengan tebang pili).
Kawasan hutan produksi yang ada
dan fisiknya masih berupa hutan,
tetap dipertahankan untuk hutan
produksi.
F. KAWASAN PERTANIAN
1.
Kawasan
Pertanian Lahan
basah
Penanaman tanaman padi
secara terus menerus sesuai
dengan pola tanam tertentu.
Penanaman tanaman selain
padi, dengan
mempertimbangkan tingkat
ketersediaan air dan
optimalisasi kemampuan
produksi.
Kegiatan penelitian
diijinkan.
Laporan Akhir
Perlu pemeliharaan sumber air untuk
menjaga kelangsungan irigasi.
Mengendalikan permukiman dan
budidaya lainnya.
VIII - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
DIIZINKAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
Pemanfaatan untuk
pembangunan infrastruktur
penunjang kegiatan
pertanian (irigasi)
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi tanaman padi secara terus menerus dengan pola tanam sesuai dengan
penetapan bupati. Penggunaan jenis tanaman lainnya selain padi diperkenankan apabila air tidak mencukupi
atau adanya pertimbangan pencapaian target ptimal, seperti penyelenggaraan tanaman palawija. Untuk
mengoptimalkan produksi tersebut wajib berpedoman pada pola tanam yang ditetapkan setiap tahun oleh
Pemerintah Kabupaten Ngawi.
Usaha pertanian berupa tegalan atau kebun campur, kebun sayur atau hutan rakyat pada areal yang potensial
untuk memperoleh irigasi dan jaringan irigasi yang dibangun pemerintah dan mampu menjangkau tanah yang
dimilikinya disarankan diubah menjadi sawah. Apabila tidak mampu, pemerintah daerah memprogramkan
tanah miliknya menjadi peserta program pencetakan sawah baru.
Pembangunan gedung , perumahan dan pabrik atau bangunan fisik di kawasan pertanian lahan basah di luar
kawasan perkotaan tidak diperkenankan kecuali bangunan fisik pendukung prasarana irigasi.
Untuk perkampungan atau bangunan fisik yang ada tidak diperkenankan melebar atau meluas ke areal sawah
yang ada dan dinyatakan sebagai kawasan pertanian lahan basah atau bukan sawah tetapi berpotensi untuk
berkembang menjadi sawah.
Perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian wajib memperhatikan rencana produksi pangan
secara nasional maupun regional serta ada Izin lokasi dna izin perubahan Penggunaan Tanah.
Pembangunan yang bersifat non pertanian diusahakan agar tidak menggunakan areal pertanian yang subur,
beririgasi teknis, setengah teknis dan sederhana, serta berfungsi utama melindungi sumber daya alam dan
warisan budaya.
Pelaksanaan konservasi tanah atas dasar status irigasi, produktivitas, sifat penggunaan tanah (perkotaan dan
perdesaan) dan letak, serta luas tanah dilakukan secara bertahap.
2.
Kawasan
Perkebunan /
Pertanian Lahan
kering
Laporan Akhir
Pemanfaatan lahan untuk
agrobisnis, agroindustri dan
agrowisata, penelitian yang
tidak merusak lingkungan.
Pemanfaatan untuk lahan
pertambangan dengan syarat
memiliki nilai tinggi serta tidak
mengganggu keseimbangan
lingkungan.
Mempertahankan tanaman keras yang
ada. Budidaya lain yang
diperkenankan pada kawasan
budidaya > 8 % perlu mengacu pada
SK Menteri Pertanian No.
175/KPT/RC-200/54/1987 tentang
Pedoman Pola Pembangunan
Pertanian di daerah Aliran Sungai
Pengenaan PBB yang lebih
tinggi bagi penguasa/pemilik
tanah yang tidak mampu
menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Pengurangan PBB bagi
penguasa/pemilik tanah yang
mampu menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Konservasi sungai sebagai
kawasan pertanian lahan
basah dengan
mempertimbangkan daya
dukung lingkungan
Pemanfaatan lahan untuk
kegiatan penyediaan sarana dan
prasarana jalan, listrik, air
minum, jaringan irigasi, serta
pipa minyak/gas dengan syarat
tidak menurunkan kualitas
lingkungan.
Apabila setelah sepuluh
tahunpemilik/penguasa lahan tidak
mampu menciptakan kondisi
kawasan, pemerintah dapat
melakukan pembebasan tanah untuk
dikuasai langsung oleh negara yang
selanjutnya diprogramkan untuk
memenuhi persyaratan kawasan.
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan.
Pengusahaan tanaman keras
yang sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman dan dapat
diberikan hak guna usaha.
Dilarang menyelenggarakan
pemanfaatan lahan untuk
fungsi-fungsi yang berdampak
negatif terhadap keseimbangan
ekologis.
VIII - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
DIIZINKAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
Dapat diubah menjadi lahan
basah dengan
memperhatikan potensi fisik
kawasan dan rencana
pengembangan jaringan
irigasi.
Penyediaan sarana dan
prasarana jalan, listrik, air
minum, jaringan irigasi, pipa
minyak dan gas yang tidak
menurunkan daya dukung
kawasan pertanian.
3.
Kawasan
Peternakan
Pemanfaatan lahan untuk
kegiatan pemeliharaan,
pembiakan dan penyediaan
pakan.
Pemanfaatan lahan untuk
kegiatan industri pengolahan
pakan dan hasil ternak secara
permanen.
Pemilihan lokasi diutamakan pada
tanah yang tidak produktif dan
terpisah dari lahan pertanian
penduduk sekitarnya.
Pengenaan PBB yang lebih
tinggi bagi penguasa/pemilik
tanah yang tidak mampu
menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Pengurangan PBB bagi
penguasa/pemilik tanah yang
mampu menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Pemanfaatan lahan untuk
kegiatan
penelitian/pengembangan
teknologi peternakan yang
tidak merusak lingkungan.
pemanfaatan lahan untuk
kegiatan-kegiatan lainnya yang
berdampak negatif terhadap
produktifitas peternakan dan
terhadap kualitas lingkungan.
Untuk memasok kebutuhan makanan
bagi peternakan hewan besar perlu
pengembangan jenis tanaman
makanan ternak (diversifikasi
tanaman makanan ternak dan
pengolahan limbah tanaman pangan)
agar kelangsugnan usaha
pengembangan peternakan terjaga.
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan.
Pembangunan prasarana
yang dibutuhkan untuk
kegiatan peternakan unggas.
Lokasi pengembangan peternakan hewan besar tidak menggunakan areal lahan produktif pertanian serta tidak
jauh dari lokasi padang rumput atau tanaman makanan ternak.
Untuk peternakan unggas, jarak daerah usaha kurang lebih 3 km dari pusat kota untuk mempermudah
prasarana atau untuk memperoleh jenis makanan ternak produksi pabrik.
Usaha peternakan di luar kawasan peternakan dan tidak memenuhi syarat lokasi bagi jenis ternak tertentu,
diusahakan pemindahannya ke tempat yang memenuhi persyaratan.
Apabila pemilik/penguasa tanah tidak memiliki niat untuk melakukan usaha peternakan di kawasan ini,
kegiatan semula dapat tetap dipertahankan dengan syarat jika ada pihak tertentu yang berniat mengusahakan
ternak di kawasan tersebut, bersedia melepaskan tanahnya dengan penggantian yang layak.
Pihak-pihak yang telah mengusahakan ternak di kawasan tersebut harus melakukan pengamanan, sehingga
tidak mengganggu kegiatan lainnya seperti pemagaran bagi ternak besar atau penanaman sabuk hijau / green
belt bagi ternak unggas.
4.
Kawasan
Perikanan
Laporan Akhir
Kegiatan pemijahan,
pemeliharaan dan
pendinginan ikan serta
penelitian yang bertujuan
untuk pengembangan
Pemanfaatan lahan untuk
fungsi-fungsi non perikanan.
Perlu pemeliharaan air untuk
menjaga kelangsungan usaha
pengembangan perikanan.
Diusahakan lokasi di luar kawasan
yang mudah tergenang air.
Pengenaan PBB yang lebih
tinggi bagi penguasa/pemilik
tanah yang tidak mampu
menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Pengurangan PBB bagi
penguasa/pemilik tanah yang
mampu menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
VIII - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
DIIZINKAN
kegiatan budidaya perikanan
dan ecotourisme yang tidak
merusak lingkungan.
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
Pemanfaatan lahan untuk
fungsi-fungsi yang berdampak
negatif terhadap keseimbangan
ekologis.
Sarana dan prasarana
pendukung budidaya ikan
dan kegiatan perikanan
lainnya.
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
Untuk perairan umum perlu diatur
jenis dan alat tangkapnya untuk
menjaga kelestarian sumber hayati
perikanan.
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan.
Kegiatan yang sudah ada dan tidak
sejalan dengan kegiatan perikanan
tetap dipertahankan dengan syarat
tidak melakukan perluasan dan
pengembangan.
G. Kawasan Pertambangan
Kegiatan yang diijinkan
adalah penelitian,
penambangan, pengolahan
awal dan pengemasan,
pengangkutan, pengelolaan
dan pemantauan kawasan.
Pemanfaatan lahan yang
berpotensi mengganggu
kegiatan produktifitas
pertanian.
Kegiatan yang sudah ada yang tidak
menunjang kegiatan penambangan
dan membahayakan kegiatan
tersebut, secara bertahap
dipindahkan dengan penggantian yang
layak
Pengenaan PBB yang lebih
tinggi bagi penguasa/pemilik
tanah yang tidak mampu
menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Pengurangan PBB bagi
penguasa/pemilik tanah yang
mampu menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Jenis bangunan yang
diijinkan adalah bangunan
pengolahan dan penunjang,
fasilitas pengangkutan dan
penunjangnya, pos
pengawasan dan kantor
pengelola, balai penelitian.
Kegiatan pertambangan yang
tidak bernilai ekonomi tinggi
dan mengabaikan kelestarian
lingkungan.
Kegiatan penambangan yang sudah
selesai diselenggarakan hendaknya
melakukan konservasi dan rehabilitasi
lahan seingga lahan bekas tambang
dapat berbahaya dan dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan
produktif lainnya
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan.
Perlu dilakukan peninjauan secara periodik mengenai kelangsungan kegiatan penambangan. Bila tidak
memiliki nilai lebih hendaknya kegiatan penambangan dihentikan dan dikembalikan fungsinya menjadi
kawasan yang sesuai dengan peruntukan budidaya lainnya.
Kegiatan penambangan hendaknya
memenuhi persyaratan penambangan
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
H. KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI
Pemanfaatan lahan untuk
pembangunan bangunan dan
infrastruktur yang
menunjang kegiatan industri.
Laporan Akhir
Pemanfaatan lahan untuk
fungsi-fungsi yang berdampak
negatif terhadap keseimbangan
ekologis.
Perbuatan hukum diperkenankan
apabila calon subjek mempunyai niat
untuk melakukan kegiatan industri
melalui pengesahan kawasan industri.
Untuk penguasa/pemilik tanah
yg melakukan penyesuaian
kegiatan industri secara
sukarela berhak mendapat
insentif 40 % dari tarif normal.
Calon pengusaha/pemilik tanah
dimana kegiatannya dapat
mengganggu dikenakan PBB lebih
tinggi hingga 160 % dari tarif
normal.
VIII - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
DIIZINKAN
Penguasaan/pemilikan tanah
yang telah ada dan tidak
sejalan dengan kegiatan
industri, dengan syarat tidak
diintensifkan atau diperluas
pada kawasan industri.
Penguasaan/pemilikan
penggunaan dan
pemanfaatan lahan yang
telah ada sepanjang
mendukung kegiatan utama
diijinkan pada kawasan
industri.
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
Untuk kegiatan atau bangunan
baru yang tidak serasi dengan
kegiatan industri seperti
permukiman, pertanian,
perusahaan dan jasa
perkantoran yang tidah ada
hubungannya dengan industri
tidak diperkenankan.
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
Penguasaan/pemilikan tanah yang
telah ada & tidak sejalan dengan
kegiatan industri tetap dapat
dipertahankan dengan syarat tidak
diintensifkan atau diekstensifkan ke
kawasan industri. Selama kawasan
belum digunakan untuk kegiatan
industri, pemiliki tanah masih dapat
meneruskan usaha yang telah
diselenggarakan.
Pengenaan PBB yang lebih
tinggi bagi penguasa/pemilik
tanah yang tidak mampu
menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Pengurangan PBB bagi
penguasa/pemilik tanah yang
mampu menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Pemerintah wajib menyediakan
prasarana di luar dan menuju
kawasan industri serta
mempromosikan kawasan kepada
investor baik dalam maupun luar
negeri.
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan.
Perusahaan kawasan wajib memiliki persetujuan prinsip, izin lokasi dan HGB Industri. Jika HGB induk belum
diterbitkan, perusahaan industri dapat mengajukan permohonan HGB untuk kaplingnya. Permohonan hak
tanah dan perpanjangan izin lokasi dan HGB Induk. Jika HGB induk belum diterbitkan, perusahaan industri
dapat mengajukan permohonan HGB untuk kaplingnya.
Permohonan hak tanah dan perpanjangan ijin lokasi oleh perusahaan kawasan industri baru diperkenankan
setelah pengusaha memenuhi persyaratan teknis administrasi dan menguasai tanah secara kelompok dalam
bentuk blok minimal 25 % dari area yang dimohon.
Kegiatan industri wajib dikenakan AMDAL. Limbah yang keluar harus berada dibawah ambang yang
diperkenankan sebelum air limbah disalurkan ke drainase umum.
Kegiatan industri terutama yang menggunakan fasilitas penanaman modal (industri besar) yang berpotensi
menimbulkan polutan tidak diperkenankan membangun industri di luar wilayah industri serta diarahkan dan
ditampung lokasinya di wilayah industri.
Penguasaan/pemilikan dan pemanfaatan tanah yang telah ada pada saat penetapan ini sepanjang mendukung
kegiatan utama dijinkan.
Subyek yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah tempat kegiatan yang bukan kegiatan industri
dilarang memperluas kegiatan.
Apabila kegiatan terganggu dengan kegiatan industri, ybs berhak meminta penggantian yang layak, dimana
prioritas utama pada pengusaha industri yang mengganggu. Jiak keberatan, maka penggantian ditanggung
oleh pemerintah.
Industri rumah tangga dan industri kecil sebaiknya dibina dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat
secara ekonomi.
Untuk industri rumah tangga lokasinya dapat tersebar dengan catatan industri tersebut tidak menggunakan
bahan baku yang berbayaha dan tidak menimbulkan dampak lingkungan seperti industri kerajinan, makanan
kecil dsb. Selain itu dari industri rumah tangga tersebut diharapkan akan muncul keterkaitan ekonomi yang
banyak agar timbul dampak lanjutan yang positif sehingga menunjang pertumbuhan industri itu sendiri.
Laporan Akhir
VIII - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
ARAHAN KEGIATAN
KAWASAN
DIIZINKAN
DILARANG/DIIZINKAN DENGAN
SYARAT
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
INSENTIF
DISINSENTIF DAN ARAHAN SANKSI
I. KAWASAN PARIWISATA
Kegiatan yang diijinkan
adala kunjungan atau
pelancongan, olahraga dan
rekreasi, pertunjukan dan
hiburan, komersial,
menginap/bermalam,
pengamatan, pemantauan,
pengawasan dan pengelolaan
kawasan.
Vandalisme dan tindakantindakan lainnya yang dapat
mengurangi nilai obyek wisata
serta dapat mencemari
lingkungan.
Jenis bangunan yang
diijinkan adalah gardu
pandang, restoran dan
fasilitas penunjang lainnya,
fasilitas rekreasi,olahraga,
tempat pertunjukan, pasar
dan pertokoan wisata, serta
fasilitas parkir, fasilitas
pertemuan, hotel, cottage,
kantor pengelola dan pusat
informasi serta bangunan
lainnya yang dapat
mendukung upaya
pengembangan wisata yang
ramah lingkungan,
disesuaikan dengan karakter
dan lokasi wisata yang akan
dikembangkan
Untuk kegiatan ecotourisme
pengembangan yang dilakukan
tidak bertentangan dengan
fungsi kawasan, sehingga harus
disesuaikan dengan fungsi
kawasan tersebut, terutama
pada kawasan lindung.
Untuk mempertahankan kawasan
wisata diperlukan pengawasan dan
pengendalian daya tampung kegiatan
pariwisata agar tetap terjamin
kenyamanan dan keamanan
lingkungannya; menguasai dan
mengendalikan kegiatan pariwisata
agar tidak mengganggu kelancaran
lalu lintas regional; menguasai dan
mengendalikan kegiatan pariwisata di
kawasan budidaya dan kawasan
lindung yang dapat menimbulkan
kerusakan alam, lingkungan, sosial
dan budaya.
Pengenaan PBB yang lebih
tinggi bagi penguasa/pemilik
tanah yang tidak mampu
menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Pengurangan PBB bagi
penguasa/pemilik tanah yang
mampu menghasilkan kondisi yang
disyaratkan.
Dukungan insentif berupa
prasarana dan sarana bagi yang
memberikan dukungan pada
aspek fungsi lindung kawasan.
Tidak diberikannya sarana dan
prasarana penunjang kegiatan.
Sumber : Rencana
Laporan Akhir
VIII - 28
Download