KEKHASAN VERBA PREFIKS TER

advertisement
KEKHASAN VERBA PREFIKS TERDALAM KORAN TEMPO OLAHRAGA
Makalah Nonseminar
Diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai
gelar Sarjana Humaniora
oleh
Sartika Izzati
NPM 1106013486
Program Studi Indonesia
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
KEKHASAN VERBA PREFIKS TERDALAM KORAN TEMPO OLAHRAGA
Sartika Izzati, Totok Suhardijanto
1. Program Studi Indonesia, FIB, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
2. Program Studi Indonesia, FIB, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembentukan kata berprefiks ter- inflektif dan derivatif dalam
Koran Tempo Olahraga yang terbit tanggal 11 – 17 Desember 2012. Selain itu juga bertujuan untuk
mendeskripsikan makna prefiks ter- dalam Koran Tempo Olahraga yang terbit tanggal 11 – 17 Desember 2012.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode simak, yaitu metode yang dilakukan dengan
cara menyimak penggunaan bahasa. Objek penelitian ini adalah penggunaan prefiks ter- dalam Koran Tempo
Olahraga yang terbit tanggal 11 – 17 Desember 2012. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perubahan pola
bentuk inflektif dari kata berprefiks ter- yang memiliki bentuk dasar verba menjadi kata berkategori verba, namun
juga ditemukan kata berprefiks ter- yang memiliki bentuk dasar nomina dan ajektiva yang berubah menjadi kata
berkategori verba setelah ditambahkan prefiks ter-. Begitu juga pada pola bentuk derivatif dari kata berprefiks teryang memiliki bentuk dasar nomina atau ajektiva menjadi kata berkategori verba, namun dalam data juga ditemukan
kata berprefiks ter- yang memiliki bentuk dasar verba dan tetap berkategori verba setelah ditambahkan prefiks ter-.
Adapun makna prefiks ter- inflektif yang ditemukan dalam data hanya makna ‘dapat/sanggup’ yang berjumlah
sebelas kata dan makna ‘sudah terjadi’ yang berjumlah dua belas kata, sedangkan dalam data terdapat semua makna
prefiks ter- derivatif yaitu ‘paling’ yang berjumlah sembilan kata, makna ‘dalam keadaan’ yang berjumlah 21 kata,
dan makna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ yang berjumlah satu kata.
Kata kunci: bidang olahraga; derivatif; inflektif; makna; prefiks ter-.
THE SPECIAL CHARACTERISTIC OF VERB WITH PREFIX TERIN TEMPO SPORT NEWSPAPER
Abstract
The purpose of this research is to explain the process of word formation of word with prefix ter- inflective and
derivative in Tempo Sport Newspaper which was published on 11 – 17 December 2012. Another purpose is to
explain the meaning of words with prefix ter- in Tempo Sport Newspaper which was published on 11 – 17
December 2012. This is a qualitative research using simak (observe) method; a method of observing the using of the
language. The object of this research is the using of prefix ter- in Tempo Sport Newspaper published on 11 – 17
December 2012. The result shows that there is a change in inflective pattern from the words with prefix ter- whose
base form are verb into verb, but there are also the words with prefix ter- whose base form are noun and adjective
has changed into verb after the addition of prefix ter-. This also occur in the derivative pattern of the words with
prefix ter- whose base form are noun or adjective has changed into verb, however, it is also found in the data that the
words that has prefix ter- whose base form are verb stay as verb even after added prefix ter- The meaning of
inflective prefix ter- found in the data are only the meaning of ‘dapat/sanggup (may/able)’ in eleven words and the
meaning of ‘sudah terjadi (occured)’ in twelve words, while all the meaning of the derivative prefix ter- found in the
data; they are ‘paling (most)’ in nine words, the meaning of ‘dalam keadaan (in a situation)’ in 21 words, and the
meaning of ‘terjadi dengan tiba-tiba (occur suddenly)’ in one word.
Keywords: sport field; derivatives; inflectives; meaning; prefix ter-.
1
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
1.
Pendahuluan
Bahasa memiliki berbagai macam definisi. Salah satunya bahasa merupakan sebuah
sistem (Kridalaksana, 2009: 3). Sebagai sistem, bahasa memiliki sejumlah unsur yang terkumpul
secara beraturan. Apabila terdapat salah satu bagian yang tidak terlihat, bagian lainnya dapat
ditebak atau diramalkan keseluruhan ujarannya. Selain itu dapat dikatakan bahwa bahasa bersifat
sistematis dan sistemis. Bahasa bersifat sistematis artinya bahasa dapat diuraikan atas satuansatuan terbatas yang terkombinasi dengan kaidah-kaidah yang dapat diramalkan. Menurut
Kridalaksana (2009: 4) Bahasa bukan merupakan sistem yang tunggal, melainkan bersifat
sistemis yaitu terdiri dari beberapa subsistem di antaranya subsistem fonologi, gramatika, dan
leksikon.
Dalam tulisan ini akan dibahas salah satu dari ketiga subsistem tersebut, yaitu subsistem
gramatika. Menurut Kridalaksana (2009: 4), subsistem gramatika atau tata bahasa terdiri atas
morfologi dan sintaksis. Subsistem morfologi mencakup kata, bagian-bagiannya, dan
kejadiannya, sedangkan subsistem sintaksis mencakup satuan-satuan yang lebih besar dari kata,
seperti frasa; klausa; kalimat; dan hubungan di antara satuan-satuan tersebut (2009: 7). Menurut
Kentjono (2009: 146), morfologi merupakan studi gramatikal struktur intern kata dan biasa
disebut tata kata atau tata bentuk. Adapun sintaksis merupakan studi gramatikal mengenai
kalimat atau sering disebut tata kalimat.
Di dalam studi morfologi terdapat proses morfologis, yaitu proses pembentukan kata dari
satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1987: 46). Menurut Ramlan ada empat
jenis proses morfologis, yaitu proses pembubuhan afiks, pengulangan, pemajemukan, dan
perubahan zero (1987: 47). Kridalaksana menyebutkan ada enam proses morfologis, yaitu
derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi, komposisi, dan derivasi balik (1992). Adapun
menurut Chaer (2008: 25), proses morfologi adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk
dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses
reduplikasi),
penggabungan
(dalam
proses
komposisi),
pemendekan
(dalam
proses
akronomisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Menurut Chaer ada lima jenis
proses morfologis, yaitu afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronomisasi, dan konversi.
2
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
Dalam tulisan ini akan dibahas proses morfologis afiksasi. Ramlan dalam bukunya tidak
spesifik menyebutkan jenis-jenis afiks seperti Kridalaksana dan Chaer. Menurut Kridalaksana
terdapat lima buah afiks dalam bahasa Indonesia (1992), antara lain prefiks; infiks; sufiks;
simulfiks; dan konfiks. Adapun Chaer menyebutkan ada enam buah afiks dalam bahasa Indonesia
yaitu prefiks; infiks; sufiks;konfiks; klofiks; dan afiks nasal (simulfiks) (2008). Menurut Chaer
(2008: 38) terdapat dua bentuk pembentukan kata, yaitu bentuk inflektif dan bentur derivatif,
sedangkan Ramlan dan Kridalaksana tidak menyebutkan kedua bentuk tersebut dalam
pembentukan kata bahasa Indonesia. Menurut penulis hal ini menarik, karena penelitian
mengenai bentuk inflektif dan derivatif dalam pembentukan kata belum terlalu banyak
ditemukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dideskripsikan bagaimana pola
pembentukan kata berbentuk inflektif dan derivatif dalam proses morfologis afiksasi. Chaer
membagi proses afiksasi menjadi tiga, yaitu afiksasi pembentukan verba, afiksasi pembentukan
nomina, dan afiksasi pembentukan ajektiva (2008).
Salah satu jenis afiks yang akan dijelaskan dalam tulisan ini adalah prefiks. Prefiks yang
dianalisis dalam tulisan ini hanya prefiks ter-. Prefiks ter- merupakan salah satu afiks pembentuk
verba. Prefiks ter- digunakan untuk membentuk verba pasif. Menurut Chaer (2008: 139) ada dua
macam prefiks ter- yaitu prefiks ter- inflektif dan prefiks ter- derivatif. Bentuk inflektif adalah
bentuk yang tetap. Adapun bentuk derivatif adalah bentuk yang tidak tetap atau berubah ketika
sudah ditambahkan prefiks ter-. Untuk itu akan dianalisis proses pembentukan kata yang
menggunakan prefiks ter- inflektif dan derivatif dalam Koran Tempo Olahraga yang terbit pada
Selasa tanggal 11 Desember 2012 sampai Senin tanggal 17 Desember 2012. Alasan penulis
menggunakan Koran Tempo Olahraga sebagai sumber data karena penggunaan bahasa dalam
Koran Tempo Olahraga telah mematuhi kaidah penulisan bahasa ranah jurnalistik, selain itu
Koran Tempo Olahraga juga lebih banyak menggunakan prefiks ter- daripada prefiks di-. Selain
itu akan dianalisis makna prefiks ter- yang terdapat dalam Koran Tempo Olahraga. Kemudian
akan dilihat apakah kata-kata tersebut berubah atau tetap setelah ditambahkan prefiks ter-. Jadi
rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana proses pembentukan kata berprefiks ter- inflektif dan derivatif dalam Koran
Tempo Olahraga tanggal 11 – 17 Desember 2012?
3
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
b. Makna prefiks ter- inflektif dan derivatif apa saja yang terdapat dalam Koran Tempo
Olahraga tanggal 11 – 17 Desember 2012?
c. Bagaimana pola verba berprefiks ter- inflektif dan derivatif yang terdapat dalam Koran
Tempo Olahraga tanggal 11 – 17 Desember 2012?
Tujuan dibuatnya tulisan ini adalah untuk menganalisis proses pembentukan kata
berprefiks ter- inflektif dan derivatif yang terdapat dalam Koran Tempo Olahraga. Selain itu
juga bertujuan untuk menganalisis makna prefiks ter- inflektif dan derivatif yang terdapat dalam
Koran Tempo Olahraga. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakah terdapat perubahan
pola dalam verba berprefiks ter- inflektif dan derivatif yang ditemukan dalam Koran Tempo
Olahraga. Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan mahasiswa, khususnya
mahasiswa yang memiliki minat di bidang linguistik. Selain itu penulis berharap nantinya
makalah ini dapat menjadi salah satu sumber acuan mahasiswa umum yang juga ingin meneliti
tentang pembentukan kata, khususnya proses afiksasi.
2.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Adapun metode yang digunakan
untuk memperoleh data adalah metode simak. Menurut Mahsun metode simak adalah metode
yang digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan
bahasa (2006: 90). Penggunaan bahasa yang disimak dalam hal ini tidak hanya berkaitan dengan
penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis, seperti naskahnaskah kuno, teks narasi, bahasa-bahasa pada media massa, dan lain-lain (Mahsun, 2006: 90).
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik catat. Teknik catat
merupakan teknik lanjutan yang digunakan dalam metode simak. Menurut Mahsun, dalam
menggunakan teknik catat, penulis mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya
dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2006: 128). Langkah-langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini antara lain mencatat kalimat yang di dalamnya terdapat kata berprefiks ter-.
setelah itu, mendata kata-kata berprefiks ter- dalam Koran Tempo Olahraga. Kemudian
mengelompokkan makna prefiks ter- yang terdapat dalam Koran Tempo Olahraga. Lalu,
4
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
menentukan apakah kata-kata yang berprefiks ter- tersebut berbentuk prefiks ter- inflektif atau
derivatif.
3.
Analisis Prefiks Ter- Berdasarkan Teori Afiksasi Menurut Abdul Chaer
Afiks menurut Harimurti Kridalaksana adalah proses yang mengubah leksem menjadi
kata kompleks (1992: 28). Dalam proses ini, leksem berubah bentuknya menjadi kategori
tertentu, sehingga berstatus kata (atau bila telah berstatus kata berganti kategori), sedikit banyak
berubah maknanya. Menurut Chaer (2008: 23), afiks terbagi menjadi enam, yaitu prefiks; infiks;
sufiks;konfiks; klofiks; dan afiks nasal (simulfiks). Proses afiksasi yang akan dibahas di dalam
makalah ini hanya prefiks, khususnya prefiks ter- seperti yang telah disebutkan di atas. Di dalam
koran yang dijadikan sebagai bahan penelitian terdapat 57 kata berprefiks ter-, dan dilakukan
tanpa pengulangan.
Chaer memasukkan prefiks ter- ke dalam bagian afiks pembentuk verba, bersama dengan
prefiks ber-, per-, me-, di-, dan ke-. Sesuai maknanya, kata-kata yang berprefiks ter- dapat
berbentuk inflektif atau derivatif (2008: 38). Bentuk inflektif adalah bentuk yang tetap, misalnya
kata yang termasuk verba tetap menjadi verba meskipun sudah ditambahkan prefiks ter-.
Sebaliknya, bentuk derivatif adalah bentuk yang tidak tetap atau berubah ketika sudah
ditambahkan prefiks ter-, misalnya kata yang termasuk nomina berubah menjadi verba ketika
ditambahkan prefiks ter-. Menurut Chaer (2008: 139) prefiks ter- yang berbentuk inflektif
memiliki tiga makna yaitu ‘dapat/sanggup’, ‘tidak sengaja’, dan ‘sudah terjadi’. Adapun prefiks
ter- yang berbentuk derivatif juga memiliki tiga makna yaitu ‘paling’, ‘dalam keadaan’, dan
‘terjadi dengan tiba-tiba’.
3.1.Verba Berprefiks Ter- Inflektif
Dalam data terdapat 22 kata yang termasuk verba berprefiks ter- inflektif. Makna verba
berprefiks ter- inflektif yang ditemukan yaitu makna ‘dapat/sanggup’ yang berjumlah dua
belas kata dan makna ‘sudah terjadi’ yang berjumlah sepuluh kata. Adapun makna ‘tidak
sengaja’ tidak ditemukan di dalam data. Adapun pola pembentukan kata yang ditemukan
antara lain pola (V  V), pola (N  V), dan pola (A  V).
5
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
3.1.1. Pertama, akan dibahas verba berprefiks ter- inflektif bermakna ‘dapat/sanggup’.
Menurut Chaer (2008:139) verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna
‘dapat/sanggup’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
(+ sasaran). Verba berprefiks ter- inflektif bermakna ‘dapat/sanggup’ yang ditemukan
dalam data berjumlah dua belas kata. Pola pembentukan kata pada verba berprefiks
ter- inflektif yang ditemukan dalam data ada tiga, yaitu (V  V) yang berjumlah lima
kata, (N  V) yang berjumlah lima kata, (A  V) yang berjumlah dua kata. Berikut
ini merupakan analisis proses pembentukan kata dan makna ‘dapat/sanggup’ pada
verba berprefiks ter- inflektif.
(1) Pola (V  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang memiliki makna
‘dapat/sanggup’ yang ditemukan dalam data berjumlah lima kata, di antaranya
adalah kata terbilang, tercapai, terhindar, terlihat, dan terungkap. Dengan proses
pembentukan kata seperti berikut,
(bentuk dasar) + (prefiks)
(kata)
bilang
+ terterbilang
capai
+ tertercapai
hindar
+ terterhindar
lihat
+ terterlihat
ungkap
+ terterungkap
Kelima kata tersebut berpola (V  V) dan bermakna ‘dapat/sanggup’ karena
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Seperti yang terdapat
dalam beberapa contoh kalimat berikut ini,
“Semua ini tercapai karena dukungan dari teman-teman setim dan
para penggemar”. (Lionel Messi Ruarrr Biasa..., Koran Tempo
Olahraga, Selasa,
11 Desember 2012, hlm.A24)
“Menjelang sidang penting itu, PSSI dan pemerintah berbeda
pendapat
soal cara agar sepak bola Indonesia terhindar dari
sanksi”. (Halim Versus
Rita, Koran Tempo Olahraga, Jumat,
14 Desember 2012, hlm.A19)
Dalam kalimat di atas, kata tercapai dan terhindar
memiliki komponen (+
tindakan) yaitu mencapai dan menghindar dan (+ sasaran) yaitu dukungan dari
teman dan penggemar dan sanksi. Dengan kata lain tindakan mencapai dari kata
tercapai ditujukan atau disasarkan kepada dukungan dari teman dan penggemar,
sedangkan tindakan menghindar dari kata terhindar ditujukan atau disasarkan
6
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
kepada sanksi. Jadi, kata tercapai, terhindar, dan ketiga kata lainnya bermakna
‘dapat/sanggup’ yang berarti ‘dapat dibilang’, ‘dapat dicapai’, ‘dapat dihindari’,
‘dapat dikesankan’, dan ‘dapat dilihat’.
(2) Pola (N  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang memiliki makna
‘dapat/sanggup’ yang ditemukan dalam data berjumlah lima kata, yaitu
terbendung,
terbukti,
tercipta,
terdongkrak,
terkesan.
Dengan
proses
pembentukan kata seperti berikut,
(bentuk dasar) + (prefiks)
(kata)
bendung
+ terterbendung
bukti
+ terterbukti
cipta
+ tertercipta
+ terterdongkrak
dongkrak
kesan
+ terterkesan
Kelima kata tersebut berpola (N  V) dan bermakna ‘dapat/sanggup’ karena
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Seperti yang terdapat
dalam contoh berikut ini,
“Setelah enam menit berjalan, gol tercipta dari tandukan Marip
Yepes saat menerima umpan Luca Antonini”. (Milan Tantang Juve
di Perempat Final, Koran Tempo Olahraga, Sabtu, 15 Desember
2012, hlm.A22)
“Para pemainnya, kata Rafa, akan kian terdongkrak rasa percaya
dirinya bila meraih hasil bagus di Piala Dunia Antarklub”. (Chelsea
Mencari Trofi, Koran Tempo Olahraga, Selasa, 11 Desember 2012,
hlm.A22)
Dalam kalimat di atas, kata tercipta dan terdongkrak memiliki komponen (+
tindakan) yaitu menciptakan dan mendongkrak dan (+ sasaran) yaitu tandukan
Marip Yepes dan rasa percaya dirinya. Dengan kata lain, tindakan menciptakan
dari kata tercipta ditujukan atau disasarkan kepada Tandukan Marip Yepes,
sedangkan tindakan mendongkrak dari kata terdongkrak ditujukan atau disasarkan
kepada rasa percaya dirinya. Jadi, kata terbendung, terbukti, tercipta,
terdongkrak, dan terkesan bermakna ‘dapat/sanggup’ yang berarti ‘dapat
dibendung’, ‘dapat dibuktikan’, ‘dapat diciptakan’, ‘dapat dihindari’, dan ‘dapat
dikesankan’.
7
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
(3) Pola (A  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang memiliki makna ‘dapat
sanggup’ dalam data ditemukan berjumlah dua kata, yaitu terbebas dan terbiasa.
Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,
(bentuk dasar) + (prefiks)
(kata)
Bebas
+ TerTerbebas
Biasa
+ TerTerbiasa
Kedua kata tersebut berpola (A  V) dan bermakna ‘dapat/sanggup’ karena
memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+ sasaran). Seperti yang terdapat
dalam contoh kalimat berikut,
“Mata, yang terbebas dari kawalan pemain belakang Monterrey,
segera menyapu bola itu dengan kaki kirinya dan merobek gawang
Monterrey”. (Kombinasi Mata-Torres Antarkan Chelsea ke Final,
Koran Tempo Olahraga, Jumat, 14 Desember 2012, hlm.A21)
“Terakhir, sebagai sarana transformasi penggunaan teknologi
bernama Protector Score System (PSS) agar atlet terbiasa
bertanding dengan standar Federasi Taekwondo Dunia (WTF)”.
(300 Taekwondoin Ikuti Indonesia Terbuka, Koran Tempo
Olahraga, Rabu, 12 Desember 2012, hlm.A20)
Dalam kalimat di atas, kata terbebas dan terbiasa memiliki komponen makna (+
tindakan) yaitu membebaskan dan membiasakan dan makna (+ sasaran) yaitu
kawalan pemain belakang dan bertanding. Dengan kata lain tindakan
membebaskan dari kata terbebas ditujukan atau disasarkan kepada kawalan
pemain belakang, sedangkan tindakan membiasakan dari kata terbiasa ditujukan
atau disasarkan kepada bertanding. Jadi, kata terbebas dan terbiasa bermakna
‘dapat/sanggup’ yang berarti ‘dapat dibebaskan’ dan ‘dapat dibiasakan’.
3.1.2. Selanjutnya adalah verba berprefiks ter- inflektif bermakna ‘sudah terjadi’. Verba ini
bermakna ‘sudah terjadi’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan) dan (+ keadaan). Dalam data yang ditemukan terdapat sepuluh kata verba
berprefiks ter- inflektif bermakna ‘sudah terjadi’ dan juga ditemukan tiga pola
pembentukan kata pada kesepuluh verba berprefiks ter- inflektif tersebut. Ketiga pola
tersebut antara lain, pola (V  V) yang berjumlah tujuh kata, (N  V) yang
berjumlah dua kata, dan (A  V) yang berjumlah satu kata. Berikut ini merupakan
8
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
analisis proses pembentukan kata dan makna ‘sudah terjadi’ pada verba berprefiks
ter- inflektif.
(1) Pola (V  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang bermakna ‘sudah terjadi’
dalam data ditemukan berjumlah tujuh kata, yaitu tercatat, terjadi, terkena,
terlempar, terpilih, tersebut, dan tersingkir. Dengan proses pembentukan kata
sebagai berikut,
(bentuk dasar) + (prefiks)
(kata)
+ tertercatat
catat
jadi
+ terterjadi
kena
+ terterkena
lempar
+ terterlempar
pilih
+ terterpilih
+ tertersebut
sebut
singkir
+ tertersingkir
Ketujuh kata tersebut berpola (V  V) dan bermakna ‘sudah terjadi’ karena
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ keadaan). Seperti yang terdapat
dalam contoh kalimat di bawah ini,
“Kegagalan di Piala Liga ini memberi tekanan lebih besar bagi
Wenger, yang juga harus melihat timnya terlempar dari posisi
empat besar Liga Primer”. (Arsenal Disingkirkan Tim Gurem,
Koran Tempo Olahraga, Kamis, 13 Desember 2012, hlm.A23)
“Sebelumnya, sebagai juara bertahan, tim asuhan Rafael Benitez itu
juga tersingkir di babak penyisihan grup Liga Champions”.
(Corinthians Juarai Piala Dunia Antarklub, Koran Tempo Olahraga,
Senin, 17 Desember 2012, hlm.A21)
Dalam kalimat di atas kata terlempar dan tersingkir memiliki komponen makna
(+tindakan) yaitu melempar dan menyingkir dan komponen makna (+ keadaan)
yaitu gagal dan juara bertahan. Dengan kata lain, tindakan melempar dari kata
terlempar merupakan keadaan dari kegagalan di Piala Liga, sedangkan tindakan
menyingkir dari kata tersingkir merupakan keadaan dari juara bertahan. Jadi kata
terlempar, tersingkir, dan kelima kata lainnya bermakna ‘sudah terjadi’ yang
berarti ‘sudah terjadi (lempar)’, ‘sudah terjadi (singkir)’, dan lain-lain.
9
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
(2) Pola (N  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang bermakna ‘sudah terjadi’
dalam data ditemukan berjumlah dua kata, yaitu tercipta dan tergambar. Dengan
proses pembentukan kata sebagai berikut,
(bentuk dasar) + (prefiks)
(kata)
cipta
+ tertercipta
gambar
+ tertergambar
Kedua kata tersebut berpola (N  V) dan bermakna ‘sudah terjadi’ karena
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ keadaan). Seperti yang terdapat
dalam contoh kalimat di bawah ini,
“Dari tiga pertandingan, El Shaarawy sudah mengoleksi satu gol
yang tercipta ke gawang Prancis, bulan lalu.” (Gli Azzurri Kian
Berwarna, Koran Tempo Olahraga, Minggu, 16 Desember 2012,
hlm.B3)
“Bakatnya itu sudah tergambar dalam penampilannya bersama tim
nasional Italia.” (Kesempatan Lain Bagi Balotelli, Koran Tempo
Olahraga, Kamis, 13 Desember 2012, hlm.A22)
Dalam kalimat di atas kata tercipta dan tergambarr memiliki komponen makna (+
tindakan) yaitu menciptakan dan menggambarkan dan komponen makna (+
keadaan) yaitu mengoleksi gol ke gawang Perancis dan bakat. Dengan kata lain,
tindakan menciptakan dari kata tercipta merupakan keadaan dari mengoleksi gol
ke gawang Perancis, sedangkan tindakan menggambarkan dari kata tergambar
merupakan keadaan dari bakat yang sudah tergambar. Jadi kata tercipta dan
tergambar bermakna ‘sudah terjadi’ yang berarti ‘sudah terjadi (cipta)’ dan ‘sudah
terjadi (gambar)’.
(3) Pola (A  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang bermakna ‘sudah terjadi’
dalam data ditemukan berjumlah satu kata, yaitu ternyata. Dengan proses
pembentukan kata sebagai berikut,
(bentuk dasar) + (prefiks)
(kata)
nyata
+ terternyata
Kata tersebut berpola (A  V) dan bermakna ‘sudah terjadi’ karena memiliki
komponen makna (+ tindakan) dan (+ keadaan). Seperti yang terdapat dalam
contoh kalimat di bawah ini,
“Jika ternyata mereka masih menemui jalan buntu, ia menggaransi
Indonesia akan dijatuhi sanksi. (Blatter Sebut Indonesia Terima
10
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
Kado Natal, Koran Tempo Olahraga, Minggu, 16 Desember 2012,
hlm.B2)
Dalam kalimat di atas kata ternyata memiliki komponen makna (+ tindakan) yaitu
menyatakan dan komponen makna (+ keadaan) yaitu masih menemui jalan buntu.
Dengan kata lain, tindakan menyatakan dari kata ternyata merupakan keadaan
dari masih menemui jalan buntu. Jadi kata ternyata bermakna ‘sudah terjadi’ yang
berarti ‘sudah terjadi (nyata)’.
3.2. Verba Berprefiks Ter- Derivatif
Dalam data terdapat 34 kata yang termasuk verba berprefiks ter- derivatif. Makna verba
berprefiks ter- derivatif yang ditemukan di dalam data yaitu makna ‘paling’ yang
berjumlah sebelas kata, makna ‘dalam keadaan’ berjumlah 21 kata, dan makna ‘terjadi
dengan tiba-tiba’ yang berjumlah satu kata. Adapun pola pembentukan kata yang
ditemukan dalam data yaitu pola (N  V), pola (A  V), dan pola (V  V).
3.2.1. Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna ‘paling’ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ keadaan). Verba berprefiks ter- derivatif bermakna
‘paling’ yang ditemukan dalam data berjumlah sembilan kata. Terdapat tiga pola
pembentukan kata pada verba ter- derivatif bermakna ‘paling’ yang ditemukan di
dalam data. Ketiga pola tersebut antara lain, pola (N  A) berjumlah dua kata, pola
(A  A) berjumlah enam kata, dan pola (A  V) berjumlah satu kata. Berikut ini
adalah analisis verba berprefiks ter- derivatif yang memiliki makna ‘paling’,
(1) Pola (N  A) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘paling’ yang
ditemukan dalam data berjumlah dua kata, yaitu terakhir dan teratas. Dua kata
tersebut berasal dari kata dasar akhir dan atas yang termasuk dalam kelas kata
nomina, namun setelah ditambahkan prefiks ter- kedua kata tersebut berubah
kelas katanya menjadi ajektiva. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,
(bentuk dasar) + (prefiks)
(kata)
akhir
+ terterakhir
atas
+ terteratas
Kedua kata tersebut bermakna ‘paling’ karena memiliki komponen makna (+
keadaan). Seperti yang terdapat dalam kalimat di bawah ini,
11
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
“Namun itu adalah kesempatan terakhir yang diberikan kepada
PSSI untuk menormalkan situasi”. (FIFA: Kesempatan Terakhir
bagi PSSI, Koran Tempo Olahraga, Sabtu, 15 Desember 2012,
hlm.A20)
“Posisi teratas yang diraih MU pada awal musim ini menjadi
menarik melihat penampilan tim itu yang cenderung lemah di lini
pertahanan”. (Setan Merah Jaga Jarak, Koran Tempo Olahraga,
Sabtu, 15 Desember 2012, hlm.A23)
Dalam kalimat tersebut kata terakhir dan teratas memiliki komponen makna (+
keadaan) yaitu di akhir dan di atas. Jadi kata terakhir dan teratas dalam kalimat
tersebut bermakna ‘paling’ yang berarti ‘paling akhir’ dan ‘paling atas’.
(2) Pola (A  A) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘paling’ yang
ditemukan dalam data berjumlah enam kata, yaitu terbaik, terbaru, terbanyak,
termahal, termuda, dan terutama. Keenam kata ini berasal dari kata dasar baik,
baru, banyak, mahal, muda, dan utama yang termasuk dalam kelas kata ajektifa.
Kelas katanya tidak berubah setelah ditambahkan prefiks ter-. Dengan proses
pembentukan kata sebagai berikut,
(bentuk dasar) + (prefiks)
(kata)
+ terterbaik
baik
baru
+ terterbaru
+ terterbanyak
banyak
Keenam kata yang ditemukan dalam data tersebut bermakna ‘paling’ karena
memiliki komponen makna (+ keadaan). Seperti yang terdapat dalam kalimat
berikut,
“Sebelumnya, Serena diberi penghargaan sebagai petenis terbaik
versi WTA untuk keempat kalinya. Ia pernah menerima
penghargaan tersebut pada 2002, 2008, dan 2009”. (Djokovic dan
Serena Terbaik, Koran Tempo Olahraga, Kamis, 13 Desember
2012, hlm.A20)
“Dia menjadia pemain termuda di Liga Inggris yang mencetak 150
gol sepanjang kariernya”. (Gol ‘Pekgo’ Wayne Rooney, Koran
Tempo Olahraga, Selasa, 11 Desember 2012, hlm.A23)
Dalam kalimat di atas, kata terbaik dan termuda memiliki komponen makna (+
keadaan) yaitu baik dan muda. Jadi, kata terbaik, termuda, dan keempat kata
12
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
lainnya yang ditemukan dalam data bermakna ‘paling’ yang berarti dalam
keadaan ‘paling baik’, ‘paling baru’, ‘paling banyak’, ‘paling mahal’, ‘paling
muda’, dan ‘paling utama’.
(3) Pola (A  V) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘paling’ yang
ditemukan dalam data berjumlah satu kata, yaitu terpenting. Kata terpenting
berasal dari kata dasar penting yang termasuk dalam kelas kata ajektiva. Setelah
ditambahkan prefiks ter- kata penting berubah menjadi verba. Dengan proses
pembentukan kata sebagai berikut
(bentuk dasar) + (prefiks)
(kata)
+ terterpenting
Penting
Kata terpenting yang ditemukan dalam data bermakna ‘paling’ karena memiliki
komponen makna (+ keadaan). Seperti yang terdapat dalam kalimat di bawah ini,
“Yang terpenting, pemerintah segera menengahi masalah dualisme
ini sesuai dengan surat FIFA,” ujarnya. (Agum: Saatnya PSSI dan
KPSI Tanggalkan Ego, Koran Tempo Olahraga, Sabtu, 15
Desember 2012, hlm.A20)
Dalam kalimat di atas, komponen makna (+ keadaan) pada kata terpenting adalah
penting. Jadi kata terpenting memiliki makna ‘paling’ yang berarti dalam keadaan
‘paling penting’.
3.2.2. Selanjutnya, verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna ‘dalam keadaan’ apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian). Verba
berprefiks ter- derivatif yang bermakna ‘dalam keadaan’ ditemukan dalam data
sebanyak 21 kata. Dengan tiga pola pembentukan kata, yaitu pola (V  V) sebanyak
tiga belas kata, pola (N  V) sebanyak lima kata, dan pola (A  V) sebanyak tiga
kata. Berikut ini adalah analisis proses pembentukan kata dan makna dalam verba
berprefiks ter- derivatif bermakna ‘dalam keadaan’
(1) Pola (V  V) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘dalam keadaan’
yang ditemukan dalam data berjumlah empat belas kata, antara lain terduduk,
tergantung, terpaksa, tertantang, tertinggal, dan lain-lain. Kelima kata di atas
berasal dari kata dasar duduk, gantung, paksa, tantang, dan tinggal yang termasuk
13
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
dalam kelas kata verba. Setelah ditambahkan prefiks ter- kelas katanya tetap
berbentuk verba. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,
(bentuk dasar) + (prefiks)
(kata)
duduk
+ terterduduk
gantung
+ tertergantung
paksa
+ terterpaksa
tantang
+ tertertantang
tinggal
+ tertertinggal
Kelima kata di atas bermakna ‘dalam keadaan’ karena memiliki komponen makna
(+ keadaan) dan (+ kejadian). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat berikut,
“PSSI terpaksa melakukannya di lobi hotel di Palangkaraya,
Kalimantan Tengah, karena tak bisa masuk ruangan akibat tak
mendapat restu dari pemerintah”. (Hikayat Perseturuan PSSI dan
KPSI, Koran Tempo Olahraga, Sabtu, 15 Desember 2012,
hlm.A21)
“Tertinggal satu gol, Newcastle bangkit dan terus menyerang
pertahanan City”. (Mancini Masih Khawatir, Koran Tempo
Olahraga, Senin, 17 Desember 2012, hlm.A22)
Dalam kalimat di atas, kata terpaksa dan tertinggal bermakna ‘dalam keadaan’
karena memiliki komponen makna (+ keadaan) yaitu dipaksa dan ditinggal, dan
komponen makna (+ kejadian) yaitu melakukan sesuatu di lobi hotel dan
Newcastle bangkit dan terus menyerang. Jadi, kata terpaksa, tertinggal, dan dua
belas kata lainnya bermakna ‘dalam keadaan’ yang berarti ‘dalam keadaan paksa’
dan ‘dalam keadaan tinggal’.
(2) Pola (N  V) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘dalam keadaan’
yang ditemukan dalam data berjumlah lima kata, yaitu terkecoh, ternama,
terpengaruh, tersisa, dan tertutup. Kelima kata tersebut berasal dari kata dasar
kecoh, nama, pengaruh, sisa, dan tutup yang termasuk dalam kelas kata nomina.
Setelah ditambahkan prefiks ter-, kelima kata di atas berganti menjadi verba.
Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,
(bentuk dasar)
kecoh
nama
pengaruh
sisa
+
+
+
+
+
(prefiks)
terterterter-
(kata)
terkecoh
ternama
terpengaruh
tersisa
14
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
tutup
+ tertertutup
Kelima kata di atas bermakna ‘dalam keadaan’ karena memiliki komponen makna
(+ keadaan) dan (+ kejadian). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat berikut,
“Klub-klub tak ternama berhasil nyelonong masuk final, seperti
yang dilakukan TP Mazembe dari Kongo pada 2010”. (Piala Dunia
Terbaik di Dunia, Koran Tempo Olahraga, Rabu, 12 Desember
2012, hlm.A24)
“Namun, Manajer Arsenal, Arsene Wanger, sepertinya tak
terpengaruh oleh kekalahan anak-anak asuhnya”. (Arsenal
Disingkirkan Tim Gurem, Koran Tempo Olahraga, Kamis, 13
Desember 2012, hlm.A23)
Dalam kalimat tersebut kata ternama dan terpengaruh bermakna ‘dalam keadaan’
karena memiliki komponen milik (+ keadaan) yaitu tak dinamai dan tak
dipengaruhi, dan komponen makna (+ kejadian) yaitu berhasil nyelonong masuk
final dan kekalahan anak-anak asuhnya. Jadi, kata ternama, terpengaruh, dan
ketiga kata lainnya bermakna ‘dalam keadaan’ yang berarti ‘dalam keadaan
dinamai’, ‘dalam keadaan dipengaruhi’ dan lain-lain.
(3) Pola (A  V) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘dalam keadaan’
yang ditemukan dalam data berjumlah dua kata, yaitu terlambat dan terpisah.
Kedua kata tersebut berasal dari kata dasar lambat dan pisah yang termasuk dalam
kelas kata ajektiva. Setelah ditambahkan prefiks ter- kedua kata tersebut berganti
menjadi verba. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,
(bentuk dasar) + (prefiks)
(kata)
+ terterlambat
lambat
pisah
+ terterpisah
Kedua kata di atas bermakna ‘dalam keadaan’ karena memiliki komponen makna
(+ keadaan) dan (+ kejadian). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat berikut,
“Kaki Davide Santon terlambat menghalau bola tersebut”.
(Mancini Masih Khawatir, Koran Tempo Olaharaga, Senin, 17
Desember 2012, hlm.A22)
“Dihubungi terpisah, Deputi Sekretaris Jenderal PSSI, Saleh
Ismail Mukadar, mengatakan belum membahas rumusan
penyelesaian masalah seperti yang dikehendaki FIFA”. (Jalan
Menuju Damai Masih Panjang, Koran Tempo Olahraga, Senin, 17
Desember 2012, hlm.A20)
15
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
Dalam kalimat di atas kata terlambat dan terpisah bermakna ‘dalam keadaan’
karena memiliki komponen makna (+ keadaan) yaitu lambat dan pisah, dan
komponen makna (+ kejadian) yaitu menghalau bola dan membahas rumusan
penyelesaian masalah FIFA. Jadi kata terlambat dan terpisah bermakna ‘dalam
keadaan’ yang berarti ‘dalam keadaan lambat’, dan ‘dalam keadaan pisah’.
3.2.3. Verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Dalam data ditemukan satu kata
yang termasuk verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘terjadi dengan tiba-tiba’,
yaitu terkejut. Kata terkejut yang terdapat dalam data berpola (A  V). Kata terkejut
berasal dari kata dasar kejut yang termasuk dalam kelas kata ajektiva. Kata kejut
kemudian berubah kelas katanya menjadi verba setelah ditambahkan prefiks ter-.
Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,
(bentuk dasar)
+ (prefiks)
(kata)
kejut
+ terterkejut
Kata terkejut bermakna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ karena memiliki komponen makna
(+ kejadian). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat berikut,
“Tapi Ryan Giggs, gelandang senior MU, sama sekali tak
terkejut oleh terpilihnya Rooney”. (Rooney, Sang Katalis,
Koran Tempo Olahraga, Sabtu, 15 Desember 2012,
hlm.A22)
Dalam kalimat di atas, kata terkejut bermakna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ karena
memiliki komponen makna (+ kejadian) yaitu terpilihnya Rooney. Jadi, kata terkejut
yang terdapat dalam data bermakna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ yang berarti ‘tiba-tiba
kejut’.
4. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembentuan kata berprefiks terinflektif dan derivatif. Selain itu juga dideskripsikan makna prefiks ter- inflektif dan derivatif
yang terdapat dalam data. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat tiga pola
pembentukan kata berprefiks ter- yaitu pola (V  V), (N  V), dan (A  V). Dari ketiga pola
tersebut terlihat bahwa terjadi perubahan dalam prefiks ter- inflektif dan derivatif. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bentuk inflektif adalah bentuk yang tetap. Namun yang
16
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
ditemukan di dalam data tidak hanya prefiks ter- yang berpola (V  V), tetapi juga ditemukan
prefiks ter- berpola (N  V) dan (A  V).
Begitu juga prefiks ter- bentuk derivatif yang merupakan bentuk tidak tetap. Dalam data
yang ditemukan terdapat prefiks ter- derivatif berpola (V  V). Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perubahan bentuk. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa prefiks ter- inflektif tidak
hanya berpola (V  V), tetapi juga dapat berpola (A  V) dan (N  V) tergantung konteks
kalimat di dalam data. Begitu juga prefiks ter- derivatif yang seharusnya berpola (N  V) dan
(A  V) ternyata di dalam data juga ditemukan prefiks ter- derivatif berpola (V  V).
Makna prefiks ter- inflektif yang ditemukan dalam data hanyalah makna ‘dapat/sanggup’
dan ‘sudah terjadi’. Prefiks ter- inflektif yang bermakna ‘dapat/sanggup’ yang ditemukan dalam
data berjumlah dua belas kata, sedangkan prefiks ter- inflektif yang bermakna ‘sudah terjadi’
berjumlah sepuluh kata. Adapun makna prefiks ter- derivatif yang ditemukan dalam data antara
lain makna ‘paling’, ‘dalam keadaan’, dan ‘terjadi dengan tiba-tiba’. Prefiks ter- derivatif yang
bermakna ‘paling’ yang ditemukan dalam data berjumlah sebelas kata. Adapun prefiks terderivatif yang bermakna ‘dalam keadaan’ berjumlah 21 kata dan prefiks ter- derivatif bermakna
‘terjadi dengan tiba-tiba’ berjumlah satu kata.
5. Saran
Penulis sadar bahwa penelitian ini masih kurang sempurna. Oleh sebab itu penulis
menyarankan kepada penulis yang ingin meneliti tentang pembentukan kata untuk lebih
memahami materi yang ingin diteliti. Selain itu, penulis juga menyarankan untuk menggunakan
sumber data yang berbeda agar ditemukan kekhasan lain yang tidak ditemukan dalam penelitian
ini.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul.. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta
Kentjono, Djoko. 2009. “Morfologi”. Dalam Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT
Lauder (Ed). Pesona Bahasa, halaman 146.
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
17
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
Kridalaksana, Harimurti. 2009. “Bahasa dan Linguistik”. Dalam Kushartanti, Untung Yuwono,
Multamia RMT Lauder (Ed). Pesona Bahasa, halaman 3, 4, dan 7.
Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder (Ed). 2009. Pesona Bahasa: Langkah
Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
M.S., Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ramlan, M. 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.
Sumber Data
Koran Tempo Olahraga, Selasa 11 Desember 2012
Koran Tempo Olahraga, Rabu 12 Desember 2012
Koran Tempo Olahraga, Kamis 13 Desember 2012
Koran Tempo Olahraga, Jumat 14 Desember 2012
Koran Tempo Olahraga, Sabtu 15 Desember 2012
Koran Tempo Olahraga, Minggu 16 Desember 2012
Koran Tempo Olahraga, Senin 17 Desember 2012
18
Kekhasan verba…, Sartika Izzati, FIB UI, 2015
Download