Hematom Intraventrikular Disertai Hidrosefalus Obstruktif

advertisement
Dessy dan Dwita | Intraventricular Hematom Disertai Hidrosefalus Obstruktif
Hematom Intraventrikular Disertai Hidrosefalus Obstruktif
Dessy Eva Dermawaty, Dwita Oktaria
FakultasKedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Hidrosefalus adalah penyakit bedah saraf yang sering disebabkan oleh perdarahan intrakranial, tumor, infeksi intrakranial
dan cedera otak. Kelainan sekresi, sirkulasi dan penyerapan cairan serebrospinal (CSS) merupakan penyebab terjadinya
akumulasi berlebihan dari CSS ke dalam sistem ventrikel sehingga mengalami perluasan, yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otak dan defisit neurologis yang lama kelamaan menjadi hidrosefalus.Pembesaran ventrikel serebral
yang terus menerus dapat menyebabkan kompresi dan distorsi jaringan otak sehingga dapat menimbulkan efek merusak,
seperti respon inflamasi, gliosis, peregangan serat, kerusakan neuron dan jalur seluler, kerusakan akson periventrikel,
demielinasi, mengurangi aliran darah otak dan kadar oksigen, serta terjadi perubahan protein menjadi zat toksik di dalam
otak. Pada pasien kasus ini didapatkan beberapa keluhan berupa nyeri kepala dan kedua mata yang disertai muntah
proyektil. Diagnosis hidrosefalus selain berdasarkan gejala klinis juga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
khususdengan gold standard berupa CT-scan kepala. Pada hasil pemeriksaan fisik pada hidrosefalus berupa tidak dapat
menatap ke atas, penurunan visus serta terdapat kelainan pada ukuran kepala pasien. Kemudian dilakukan CT-scan kepala
dan didapatkan Intraventricular hematom disertai hydrocephalus obstruktif.Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam tatalaksana
hidrosefalus yaitu mengurangi produksi CSS, mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi, dan pengeluaran(CSS) kedalam organ ekstrakranial.Terapi yang diberikan dapat berupa obat-obatan seperti
asetazolamide golongan sulfonamide dan furosemide yang merupakan loop diuretic. Kedua obat tersebut berfungsi
menurunkan tekanan intrakranial (TIK) dengan meningkatkan pengeluaran cairan serebrospinal yang berlebih.Namun pada
kasus ini tidak ada perubahan setelah diberikan obat-obatan selama satu minggu, maka pasien direncanakan untuk
tindakan operasi VP Shunt.
Kata kunci: CSS, CT-scan, hidrosefalus, operatif
Intraventricular Hematoma Accompanied Obstructive Hydrocephalus
Abstract
Hydrocephalus is a disease of neurosurgery often caused by intracranial hemorrhage, tumors, intracranial infection and
brain injury. Abnormalities secretion, circulation and absorption of cerebrospinal fluid (CSS) is the cause of the excessive
accumulation of CSS into the ventricular system to undergo expansion, which can cause brain damage and neurological
deficits, which over time became hydrocephalus. Enlarged ventricles cerebral continuously can cause compression and
distortion of brain tissue that cause deleterious effects, such as the inflammatory response, gliosis, stretching the fiber,
neuron damage and cellular pathways, axonal damage periventricular, demyelination, reduce cerebral blood flow and
oxygen levels, and occurs protein changes into a toxic substance in the brain. In this case the patient obtained some
complaints of headache and eyes accompanied by projectile vomiting. Diagnosis of hydrocephaluscan be obtained from
clinical symptoms, physical examination and CT-scan of head as a gold standard. On physical examination, the patient’s eye
movement can’t look up, visual activity is decrease and there are abnormalities in the size of the patient's head. The result
of head CT-scan was Intraventricular hematoma with obstructive hydrocephalus. Basically there are three principles in the
management of hydrocephalus which reduces the production of CSS, affect the relationship between the production site
CSS with a place of absorption and expenses into extracranial organ. Drug can be given as initial therapy such as
Acetazolamide and furosemide. Both drugs decrease the function of intracranial pressure by increasing spending excess
cerebrospinal fluid. But in this case there is no change after being given medication for one week, then the patient is
planned for VP Shunt surgery.
Keywords:CSS, CT-scan, hydrocephalus, operation
Korespondensi: Dessy Eva Dermawaty, S.Ked., alamatJl. Bumi Manti 1 No.74 Kedaton Bandar Lampung, HP 082110805797, email [email protected]
Pendahuluan
Hidrosefalus adalah penyakit bedah saraf
yang sering disebabkan oleh perdarahan
intrakranial, tumor, infeksi intrakranial dan
cedera otak. Kelainan sekresi, sirkulasi dan
penyerapan cairan serebrospinal (CSS)
menyebabkan akumulasi berlebihan dari CSS
ke dalam sistem ventrikel sehingga mengalami
perluasan,
yang
dapat
menyebabkan
kerusakan jaringan otak dan defisit neurologis
yang lama kelamaan menjadi hidrosefalus.1
Pembesaran ventrikel serebral yang
terus menerus dapat menyebabkan kompresi
dan distorsi jaringan otak sehingga dapat
menimbulkan efek merusak, seperti respon
inflamasi, gliosis, peregangan serat, kerusakan
J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017|13
Dessy dan Dwita | Intraventricular Hematom Disertai Hidrosefalus Obstruktif
neuron dan jalur seluler, kerusakan akson
periventrikel, demielinasi, mengurangi aliran
darah otak dan kadar oksigen, serta terjadi
perubahan protein menjadi zat toksik di dalam
otak. Hidrosefalusjuga dapat menyebabkan
tingkat kecerdasan (skor IQ) yang rendah,
ketidakmampuan dalam belajar, kehilangan
memori, retardasi mental, gangguan gaya
berjalan, serta inkontinensia urin. Hal ini dapat
terjadi tergantung pada luas dan durasi
ventrikulomegali, tingkat kompresi jaringan
otak, faktor usia serta onset terjadinya
hidrosefalus.2
Kasus
Seorang perempuan bernama Nn.D yang
berusia 20 tahun, belum menikah datang
dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang
dirasakan sejak kurang lebih satu minggu
sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan
hampir di seluruh bagian kepala seperti
tertekan benda berat dan terkadang seperti
ditusuk-tusuk. Pasien awalnya memang sering
mengalami keluhan nyeri kepala, namun
keluhan nyeri yang dirasakan hanya sementara
dan hilang bila dibuat istirahat ataupun diberi
obat pereda sakit kepala. Namun, sejak satu
minggu ini pasien mengalami keluhan nyeri
kepala yang benar-benar hebat hingga pasien
mengalami kesulitan beraktivitas jika terjadi
serangan, kemudian sakit yang dialami
dirasakan terus-menerus dan tidak hilang
dengan istirahat ataupun diberikan obat.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada
kedua matanya yang disertai penglihatan kabur
sejak satu minggu yang lalu. Pasien mengaku
penglihatan kabur yang dialami lama kelamaan
memberat dan menurun secara mendadak
bersamaan dengan keluhan nyeri kepala hebat.
Hal ini membuat pasien mengalami kesulitan
untuk melihat benda-benda yang berada di
dekatnya. Pasien juga mengaku bahwa sering
mengalami mual yang hilang timbul sejak satu
minggu yang lalu. Keluhan mual yang dirasakan
muncul mendadak meskipun pasien tidak
sedang makan.Sesekali pasien juga mengalami
muntah, yang bersifat mendadak dan
menyembur. Semua keluhan yang dialami
pasien diakui awal munculnya bersamaan
dengan keluhan nyeri kepala hebat.
Pasien baru pertama kali mengalami
keluhan seperti ini, pasien tidak memiliki
riwayat penyakit darah tinggi ataupun kencing
J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017|14
manis. Pasien juga tidak memiliki riwayat
trauma
dan
kelainan
refraksi
mata
sebelumnya. Pasien juga baru pertama kali
datang untuk berobat. Pasien mengaku bahwa
tidak ada anggota keluarga maupun kerabat
yang memiliki keluhan yang sama.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampaksakitsedang. Berat
badan 45 kg, tinggi badan 150 cm, IMT 20
kg/m2
(normal).
Kesadaran
composmentisdengan GCS 15 (E4M6V5),
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86x/menit,
frekuensi napas 24x/menit, suhu 36,50C.
Pada status generalis, mata, telinga,
hidung
dan
mulut
dalam
batas
normal.Tenggorokan, leher, abdomen, paru
dan jantung tidak ada kelainan. Ekstremitas
superior dan inferior dekstra dan sinistra dalam
batas normal. Sedangkan pada pemeriksaan
kepala didapatkan Lingkar Kepala (LP) sebesar
95cm dan pada kulit kepala teraba lunak serta
fontanel yang menonjol.
Pada pemeriksaan darah lengkap
didapatkan Hb 11,9 gr/dL, leukosit 5800/uL,
hematokrit 33%, trombosit 311.000/uL. Lalu
pasien dilakukan pemeriksaan CT-scan kepala
dengan kesan intraventricular hematom
disertai hydrocephalus obstruktif.
Pasiendiberikanterapisecaramedikament
osadannon-medikamentosa.
Terapimedikamentosaberupa pemasangan dan
pemberian infus kristaloid (Ringer Laktat)
sebanyak dua puluh tetes per menit, injeksi
furosemide20 mg per 8 jam, injeksi ketorolac
30 mg per 8 jam dan injeksi ranitidine 50 mg
per 12 jam.
Terapinon-medikamentosa
yang
diberikankepada
pasien
berupaedukasimengenaipenyakit hidrosefalus.
Selain itu pasien juga dianjurkan untuk tetap
berbaring dengan posisi kepala dan badan
dalam satu bidang dan kepala sedikit
ditingkatkan sebesar 30°. Namun setelah
seminggu diberikan pengobatan, kondisi pasien
tidak mengalami perubahan. Kemudian
diberikan penjelasan ke keluarga pasien bahwa
selain dari obat-obatan penanganan salah
satunya dengan tindakan operatif yaitu
pemasangan selang yang dimasukkan ke dalam
kepala pasien.
Pembahasan
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang
berarti air dan chepalon yang berarti kepala.
Dessy dan Dwita| Intraventricular Hematom Disertai Hidrosefalus Obstruktif
Hidrosefalus merupakan penumpukan CSSyang
secara aktif dan berlebihan pada satu atau
lebih ventrikel otak atau ruang subarachnoid
yang dapat menyebabkan dilatasi sistem
ventrikel otak. Keadaan ini disebabkan oleh
karena terdapat ketidakseimbanganantara
produksi dan absorpsi dari CSS. Bila akumulasi
CSS yangberlebihan terjadi diatas hemisfer
serebral, keadaan ini disebut higroma subdural
atau koleksi cairan subdural.3
Pada kasus akumulasi cairan yang
berlebihan terjadi pada sistem ventrikuler,
keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus
internal.Selain itu beberapa lesi intrakranial
menyebabkan
peningkatan
tekanan
intrakranial (TIK), namun tidak sampai
menyebabkan hidrosefalus.4
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus
dan mengalir dari ventrikel lateral ke dalam
ventrikel III, kemudian melalui aquaductus
silviimasuk ke ventrikel IV. Di sana cairan ini
memasuki spatium liquor serebrospinalis
externum melalui foramen lateralis dan
medialis dari ventrikel IV. Pengaliran CSS ke
dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui
villi arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus
venosus atau ke dalam lacuna lateralis; dan
sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi
spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam
plexus venosus yang padat dan ke dalam
selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus
lymphaticus).4
Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4
cc/menit atau antara 0,2-0,5% volume total per
menit dan ada yang menyebut antara 14-38
cc/jam. Sekresi total CSS dalam 24 jam adalah
sekitar 500-600 cc, sedangkan jumlah total CSS
adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi
pertukaran atau pembaharuan dari CSS
sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumlah
total CSS berkisar 20-50 cc dan akan meningkat
sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang
dewasa.2Hidrosefalus timbul akibat terjadi
ketidakseimbangan antara produksi dengan
absorpsi dan adanya gangguan sirkulasi CSS.
Pada dewasa dapat timbul “hidrosefalus
tekanan normal” akibat dari perdarahan
subarachnoid, meningitis, trauma kepala, dan
idiopatik. Dengan trias gejala gangguan mental
(dementia), gangguan koordinasi (ataksia),
gangguan kencing (inkontinentia urin).6
Pasien pada kasus ini mengeluhkan nyeri
kepala hebatseperti tertekan benda berat dan
terkadang seperti ditusuk-tusuk yang tak
tertahankan hampir di seluruh bagian kepala.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada kedua
matanya dengan penglihatan kedua mata
kabur yang lama kelamaan memberat dan
menurun secara mendadak berbarengan
dengan keluhan nyeri kepala hebat. Pasien juga
mengalami mual muntah terutama saat pasien
mengalami keluhan pusing berputar. Keluhan
yang dialami oleh pasien dapat diakibatkan
adanya penumpukkan cairan serebrospinal
yang menimbulkan peningkatan TIK. Tanda
peningkatan TIK yang terjadi dapat berupa
muntah proyektil yang khas dan hal ini terjadi
pada pasien.
Tabel 1. Penyebab Hidrosefalus dengan Produksi
Cairan CSS
Produksi
Sirkulasi
Absorpsi
Meningkat
oleh karena
papilloma
plexus
choroideus
Normal
Normal
Terhambat
 Aquaductus silvii
 Foramen
Magendi
&
Luscha(sindrom
Dandy-Walker)
 Ventrikel III
 Ventrikel IV
 RuangSubarachn
oid
disekitar
medulaoblongat
a, pons, dan
mesensefalon
Normal
Menurun
 Trauma
 Subarachnoid
hemorrhage
 Gangguan
pembentukan
villi arachnoid
 Post meningitis
 Kadar protein
CSS yang sangat
tinggi
Note : Bila produksi cairan serebrospinal meningkat sirkulasi dan
absorpsi normal. Namun bila terjadi hambatan akan
menyebabkan penimbunan cairan di ventrikel otak yang akan
menjadi hidrosefalus.5
Gejala hidrosefalus pada orang dewasa
berupa sakit kepala, kesadaran menurun,
gelisah, mual, muntah, hiperfleksi seperti
kenaikan tonus anggota gerak, gangguan
perkembangan fisik dan mental, papil edema;
ketajaman penglihatan akan menurun dan
lebih lanjut dapat mengakibatkan kebutaan
bila terjadi atrofi papila N.II.6 Meskipun tidak
didapatkan terdapat hiperfleksi seperti
kenaikan tonus anggota gerak.
Penegakkan diagnosis hidrosefalus selain
berdasarkan gejala klinis yang didapatkan
melalui anamnesis bisa juga dilakukan
pemeriksaan fisik berupa tanda-tanda vital
untuk mengetahui apakah terdapat hipertensi
atau tidak, namun pada pasien tidak terdapat
kelainan pada tanda-tanda vitalnya.
J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017|15
Dessy dan Dwita | Intraventricular Hematom Disertai Hidrosefalus Obstruktif
Kemudian dilakukan pemeriksaan pada
kepala berupa bentuk, ukuran, konsistensi
kepala apakah keras atau lunak yang
diakibatkan terdapatnya cairan di dalam
kepala. Pada pemeriksaan kepala pasien
terdapat kelainan berupa konsistensi yang
lunak, fontanel yang menonjol dan ukuran
lingkar kepala sebesar 95 cm (normalnya 8090cm). Namun pada pemeriksaan mata
didapatkan penglihatan pasien menurun
padahal sebelumnya pasien tidak ada kelainan
refraksi. Pada visus pasien didapatkan <3/60
OD dan <3/60 OS. Pasien juga tidak bisa
melihat keatas dan saat dilakukan pemeriksaan
akomodasi mata sulit dinilai. Hal ini dapat
disebabkan karena ventrikel otak terdesak oleh
akumulasi
CSS
yang
berlebih
yang
menyebabkan N.II dan N.III tertekan.7
Sedangkan pada hasil pemeriksaan fisik
pada hidrosefalus berupa tidak dapat menatap
ke atas dan melakukan akomodasi merupakan
tanda tekanan pada tectal plate. Dari hasil
pemeriksaan fisik pasien tersebut mengarah ke
diagnosis hidrosefalus.7
Untuk
lebih
mendukung
dalam
penegakkan diagnosis hidrosefalus terutama
pada orang dewasa yang terkadang ditemukan
pada pemeriksaan fisiknya normal, maka dapat
dilakukan
pemeriksaan
penunjang.
Pemeriksaan penunjang dapat berupa foto
rontgen kepala, transluminasi, CT-scan kepala,
pemeriksaan
cairan
serebrospinal,
ventrikulografi dan USG.7
Gold
standarddalam
menunjang
penegakkan diagnosis hidrosefalus adalah CTscan kepala.Pada hidrosefalus obstruktif CTscan sering menunjukkan adanya pelebaran
dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat
terlihat gambaran ventrikel lebih besar
dibandingkan dengan occipital horns pada anak
yang berusia remaja. Ventrikel IV sering
ukurannya normal dan adanya penurunan
densitas oleh karena terjadi reabsorpsi
transependimal dari CSS.7
Sedangkan pada hidrosefalus komunikan
gambaran CT-scan menunjukkan dilatasi ringan
dari semua sistem ventrikel termasuk ruang
subarakhnoid di proksimal dari daerah
sumbatan.Keuntungan
CT-scankepala
berupagambaran lebih jelas, non traumatic,
menentukan prognosis,menentukan penyebab
hidrosefalus.7
Pada pasien ini didapatkan hasil CT-scan
berupaintraventricular
hematom
disertai
J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017|16
hydrocephalus obstruktif. Meski penyebab
terjadinya hematom intraventrikular belum
diketahui dengan pasti, namun bisa
dipengaruhi akibat adanya penumpukkan CSS
yang berlebih yang menyebabkan pembuluh
darah di otak terdesak sehingga mengalami
pelebaran
pembuluh
darah
di
otak
(aneurisma).8Hal ini yang nantinya akan
menyebabkan terjadinya ruptur sehingga darah
keluar dan terbentuk suatu hematoma.9
Berikut gambarannya.
Gambar 1. CT-scan Kepala Nn. D
Terapi medikamentosa hidrosefalus
ditujukan
untuk
membatasi
evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi
cairan dari pleksus khoroid atau upaya
meningkatkan penyerapan cairan CSS. Dapat
dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama
pada pusat pelayanan kesehatan dimana
sarana bedah saraf tidak ada.10
Pada pasien diberikan terapi berupa
injeksi furosemide, injeksi ketorolac dan injeksi
ranitidine. Pemberian injeksi furosemide pada
pasien sudah tepat diberikan.Obat yang sering
digunakan
adalah
asetazolamide
dan
furosemide untuk menurunkan tekanan
intrakranial yang tinggi dengan meningkatkan
pengeluaran aliran cairan serebrospinal.
Asetazolamidemerupakaninhibitoranhydrase
karbonat,nonbacteriostatic
derivatsulphonamide.10Pemberian
obat
asetazolamide diberikan per oral 2-3 x 125
mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan sampai
maksimal 1.200 mg/hari.Furosemide adalah
obat yang termasuk loop diuretic yang
merupakan turunan asam antranilat.10 Obat
ini bekerja dengan cara membuang cairan
berlebih di dalam tubuh. Sedangkan pemberian
Dessy dan Dwita| Intraventricular Hematom Disertai Hidrosefalus Obstruktif
obat furosemide diberikan per oral, 1,2
mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari.10
Namun pada kasus ini tidak ada
perubahan setelah diberikan terapi selama
satu minggu, maka pasien direncanakan untuk
operasi VP Shunt.10 Pada penderita gawat yang
menunggu operasi biasanya dapat diberikan
Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang
diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit
untuk menurunkan tekanan intrakranial.
Namun, pada kasus ini pasien tidak mengalami
kegawatan sehingga tidak dilakukan pemberian
manitol.10
Untuk tindakan operatif VP-Shunt
terdapat 2 pilihan tindakan berupa Third
Ventrikulostomi dan operasi pintas. Pertama
dengan Third Ventrikulostomiyaitu dengan
lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui
daerah khiasma optikum, dengan bantuan
endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga
CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.10
Kedua
dengan
Operasi
Pintas
atauShunting. Ada 2 macam cara pada operasi
Pintas/Shunting yaitu dengan cara eksternal
dan internal. Pada cara eksternal, CSS dialirkan
dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang
berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.11Pada pungsi lumbal berulang
akan terjadi penurunan tekanan CSS secara
intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS
oleh
vili
arakhnoidalis
akan
lebih
mudah.Indikasi lumbal pungsi berulang yakni
umumnya dikerjakan pada hidrosefalus
komunikan terutama pada hidrosefalus yang
terjadi setelah perdarahan subarakhnoid,
periventrikular-intraventrikular dan meningitis
TBC. Diindikasikan juga pada hidrosefalus
komunikan dimana shunttidak bisa dikerjakan
atau
kemungkinan
akan
terjadi
10
herniasi(impending herniation).
Pada cara internal, CSS dialirkan dari
ventrikel ke dalam anggota tubuh lain meliputi
Ventrikulo-Sisternal yakni CSS dialirkan ke
sisterna magna (Thor Kjeldsen), VentrikuloAtrial yakni CSS dialirkan ke atrium kanan,
Ventrikulo-Sinus yakni CSS dialirkan ke sinus
sagitalis superior, Ventrikulo-Bronkhial yakni
CSS dialirkan ke Bronkhus, VentrikuloMediastinal
yakni CSS dialirkan ke
mediastinum dan Ventrikulo-Peritoneal yakni
CSS
dialirkan
ke
rongga
10
peritoneum. Komplikasi
dari
tindakan
Shunting meliputi infeksi, hematoma subdural,
obstruksi, keadaan CSS yang rendah, asites
serta kraniosinostosis.10
Simpulan
Hidrosefalus merupakan suatu keadaan
dimana terjadi ketidakseimbangan antara
produksi dan absorpsi dari CSS.
Gejala hidrosefalus pada orang dewasa
berupa sakit kepala, kesadaran menurun,
gelisah, mual, muntah, hiperfleksi seperti
kenaikan tonus anggota gerak, ketajaman
penglihatan akan menurun dan lebih lanjut
dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi
atrofi papila N.II. Pada pasien kasus ini
didapatkan beberapa keluhan berupa nyeri
kepala dan kedua mata yang disertai muntah
proyektil.Diagnosa
hidrosefalus
selain
berdasarkan gejala klinis juga diperlukan
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan
khusus.Pada hasil pemeriksaan fisik pada
hidrosefalus berupalingkar kepala (LP) sebesar
95 cm, tidak dapat menatap ke atas,
penurunan visus serta terdapat kelainan pada
ukuran kepala pasien. Kemudian dilakukan CTscan kepala dan didapatkan Intraventricular
hematom disertai hydrocephalus obstruktif.
Penentuan
terapi
hidrosefalus
berdasarkan ada tidaknya fasilitas.Pada
dasarnya ada 3 prinsip dalam tatalaksana
hidrosefalus yaitu mengurangi produksi CSS,
mempengaruhi hubungan antara tempat
produksi CSS dengan tempat absorbsi,
pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ
ekstrakranial. Terapi yang diberikan dapat
berupa obat-obatan seperti asetazolamidedan
furosemide yangberfungsi menurunkan TIK
dengan meningkatkan pengeluaran cairan
serebrospinal yang berlebih.Namun pada kasus
ini tidak ada perubahan setelah diberikan obatobatan selama satu minggu, maka pasien
direncanakan untuk tindakan operasi VP Shunt.
Daftar Pustaka
1. Shaolin Z, Zhanxiang W, Hao X, Feifei Z,
Chaiquang H, Donghan C, et al.
Hydrocephalus induced viaintraventricular
kaolin injectionin adult rats. Folia
Neuropathol. 2015; 53(1):60-8.
2. Owler BK, Pena A, Momjian S, Czosnyka Z,
Czosnyka M, Harris NG, et al. Changes in
cerebral blood flow during cerebrospinal
fluid pressure manipulation in patients
with normal pressure hydrocephalus: a
J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017|17
Dessy dan Dwita | Intraventricular Hematom Disertai Hidrosefalus Obstruktif
methodological
study.
JCerebBloodFlowMetab. 2004; 24:579-87.
3. Williams MA, McAllister JP, Walker ML,
Kranz DA, Bergsneider M l. Priorities for
hydrocephalus research: report from a
National Institutes of Health-sponsored
workshop. J Neurosurg. 2007; 107:345-57.
4. Del BMR. Neuropathology and structural
changes in hydrocephalus.Dev Disabil Res
Rev. 2010; 16:16-22.
5. BhargavD,YingH,BenjaminS.
Hydrocephalus: the role of cerebral
aquaporin-4 channels and computational
modeling considerations of cerebrospinal
fluid. JNS. 2016; 41(3):E8.
6. Choi I, Park HK, Chang JC, Cho SJ, Choi SK,
Byun BJ.Clinical factors for the
development
of
posttraumatic
hydrocephalus
after
decompressive
craniectomy. J Korean Neurosurg Soc.
2008; 43:227-31.
7. Lusis E, Vellimana A, Sarah C. Transient
obstructive hydrocephalus due to
intraventricular hemorrhage: a case report
and review of literature. J Clin Neurol.
2013; 9(3):192-5.
8. Khan F, Rehman A, Shahzad M, Ehsan M.
Ventriculoperitoneal (VP) shunt surivival in
patient developing hydrocephalus after
cranial surgery. Turk Neurosurg. 2016;
26(3):369-77.
9. Achrol AS dan Steinberg GK. Personalized
Medicine
in
cerebrovascular
neurosurgery: precision neurosurgical
management of cerebral aneurysms and
subarachnoid hemorrhage. Front Surg.
2016;3:34.
10. Farhat B, Widodo MA, Istiadjid MS, Abdul
HB. Pengaruh BDNF dan neurotrophin
receptor pada derajat hidrosefalus
kongenital pasca ventrikulo peritoneal
shunt. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2013;
27(3).
J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017|18
Download