bab 16 peningkatan investasi dan ekspor non migas

advertisement
BAB 16
PENINGKATAN INVESTASI
DAN EKSPOR NON MIGAS
BAB 16
PENINGKATAN INVESTASI
DAN EKSPOR NON-MIGAS
A. KONDISI UMUM
Pertumbuhan ekonomi dalam periode 1999–2003 rata-rata berkisar 3–3,5 persen per
tahun. Keadaan ini belum cukup untuk dapat mengembalikan situasi perekonomian
seperti sebelum krisis. Pertumbuhan ekonomi yang sebagian besar masih disumbang
oleh konsumsi masyarakat tersebut tidak akan berkelanjutan apabila tidak ada
peningkatan pendapatan. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk
mendorong peningkatan investasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Melalui berbagai upaya tersebut, pada tahun 2004 investasi mulai tumbuh. Dalam
tahun 2004 realisasi investasi berupa Pembentukan Modal Tetap Bruto meningkat 15,7
persen dan menyumbang sekitar 60 persen bagi pertumbuhan ekonomi. Meskipun
realisasinya meningkat, namun minat investasi dalam tahun 2004 masih lemah,
tercermin dari turunnya nilai persetujuan penanaman modal yang dikeluarkan BKPM
dalam rangka PMDN dan PMA masing-masing sekitar 26,8 persen dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, rendahnya kinerja investasi masih menghadapi beberapa
permasalahan dan tantangan pokok, yaitu sebagai berikut: (1) prosedur perijinan yang
terkait dengan investasi yang panjang, dimana prosedur perijinan untuk memulai usaha
di Indonesia termasuk sangat lama di Asia yang mencakup 12 prosedur dengan waktu
sekitar 151 hari, sedangkan prosedur perijinan investasi di RRC, Korea Selatan,
Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam berturut-turut hanya
membutuhkan sekitar 40 hari, 20 hari, 30 hari, 50 hari, 8 hari, 33 hari, dan 56 hari; (2)
rendahnya kepastian hukum yang tercermin dari masih banyaknya tumpang-tindih
kebijakan antara pusat dan daerah dan antar sektor serta belum diundangkannya RUU
Penanaman Modal guna lebih menjamin kepastian hukum di bidang investasi; (3) belum
menariknya insentif bagi kegiatan investasi, dimana jika dibandingkan dengan negaranegara lain, Indonesia termasuk tertinggal di dalam menyusun insentif investasi; (4)
rendahnya kualitas infrastruktur yang sebagian besar dalam keadaan rusak akibat krisis;
(5) iklim ketenagakerjaan yang kurang kondusif bagi berkembangnya investasi; dan (6)
kurangnya jaminan keamanan untuk melakukan kegiatan investasi/usaha.
Pada tahun 2004 ekspor nasional mengalami peningkatan sekitar 11,5 persen
dibandingkan tahun 2003, dan nilainya mencapai US$ 69,7 miliar. Peningkatan ekspor
tersebut dimotori oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 10,7 persen atau menjadi
US$ 53,6 miliar pada tahun 2004 yang diperoleh dari pertumbuhan ekspor industri
manufaktur sebesar 12,0 persen dan pertumbuhan ekspor pertambangan sebesar 9,2
persen. Nilai ekspor pertanian sendiri mengalami penurunan sebesar 6,5 persen.
Negara tujuan ekspor masih didominasi oleh tiga negara tujuan ekspor yaitu Jepang
dengan porsi 14,0 persen, diikuti Amerika Serikat 13,9 persen dan Singapura 8,8 persen.
Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan, kontribusi ekspor produk
industri manufaktur pada tahun 2004 naik menjadi 67,5 persen, sedangkan kontribusi
produk pertanian turun menjadi 3,5 persen. Pencapaian ekspor nasional pada tahun 2005
diperkirakan sebesar US$ 76,0 miliar (RPJM 2004–2009) dengan pertumbuhan sekitar
9,0 persen.
Dalam rangka mendukung kelancaran ekspor, telah dilaksanakan berbagai upaya
penghapusan peraturan daerah untuk kelancaran arus barang domestik dan
penyelenggaraan deregulasi kebijakan ekspor serta impor yang mengakibatkan biaya
tinggi. Pada tahun 2004, telah dilakukan pengkajian kembali atas 45 peraturan daerah
(perda) yang mengatur berbagai ijin dan mengusulkan agar 88 perda dicabut dan 3
perda dapat diterima. Dalam kaitannya dengan deregulasi ekspor dan impor, pada tahun
2004 telah dikeluarkan beberapa Keputusan Menteri mengenai penyederhaaan
ketentuan ekspor dan impor untuk beberapa komoditi penting seperti tekstil dan produk
tekstil (TPT), kayu dan produk kayu, kopi, dan sebagainya. Upaya ini akan dilanjutkan
pada tahun 2005 dalam rangka terus meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negeir
agar dapat sekaligus mendukung kinerja peningkatan daya saing produk-produk ekspor
nasional.
Meskipun telah dicapai perkembangan perdagangan ekspor dan upaya peningkatan
ekspor, masih terdapat permasalahan dan tantangan pokok yang dihadapi dalam bidang
perdagangan internasional adalah: (1) masih banyaknya proteksionisme dalam bentuk
blok perdagangan dan persaingan tidak sehat karena praktek oligopoli dan kartel dari
MNC serta subsidi terselubung dari negara maju, terjadinya relokasi investasi footloose
industry ke negara-negara pesaing baru; (2) masih besarnya konsentrasi pasar ekspor
pada tiga negara utama, yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura; (3) masih
rendahnya keragaman ekspor yang ditunjukkan oleh data BPS 2003 bahwa kontribusi
20 produk ekspor terbesar di dalam total ekspor non-migas (SITC 3 digit) masih sekitar
60,8 persen; (4) meningkatnya hambatan non tarif yang awalnya ditandai dengan isu
lingkungan seperti ecolabelling dan perlindungan terhadap spesies hewan tertentu, serta
isu pekerja anak pada produk-produk pertanian dan perikanan; dan (5) penterjemahan
kerangka perjanjian WTO (”July Package ’04”), terutama dalam kaitannya dengan
pengembangan pertanian dan pengentasan kemiskinan.
Sementara itu, peranan perdagangan dalam negeri menjadi penting dalam
mendorong kelancaran arus barang dan jasa melalui peningkatan efisiensi sistem
distribusi nasional guna mendukung kelancaran barang ekspor. Permasalahan dan
tantangan yang dihadapi dalam peningkatan perdagangan dalam negeri adalah: (1)
masih tingginya biaya ekonomi yang harus ditanggung oleh dunia usaha secara
langsung menurunkan daya saing produk ekspor; (2) masih rendahnya penggunaan
produk dalam negeri, baik oleh industri maupun konsumen; (3) belum optimalnya
pemanfaatan mekanisme bursa berjangka komoditi sebagai sarana hedging price
discovery dan investasi; (4) belum optimalnya pelaksanaan dan penerapan perlindungan
konsumen; (5) maraknya ekses pelaksanaan otonomi daerah yang banyak menghambat
kelancaran distribusi barang dan jasa; (6) keterbatasan dan rendahnya kualitas
infrastruktur seperti jalan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, listrik dan jaringan
komunikasi merupakan faktor utama penyebab tingginya biaya ekspor; dan (7) masih
II.16 – 2
belum terintegrasinya sistem jaringan koleksi dan distribusi nasional yang kurang
mendukung peningkatan daya saing ekspor.
Penciptaan iklim persaingan usaha sehat dan peningkatan perlindungan konsumen
sangat penting untuk mendorong peningkatan daya saing produk ekspor yang berbasis
efisiensi dan kompetitif. Namun demikian, permasalahan dan tantangan yang masih
dihadapi dalam mewujudkan persaingan usaha yang sehat adalah: (1) masih lemahnya
tingkat kesadaran para pelaku usaha dalam memahami nilai-nilai persaingan usaha yang
sehat; (2) proses peradilan dalam penegakkan persaingan usaha masih belum berjalan
secara optimal; dan (3) masih adanya kelemahan substansi dalam materi hukum
undang-undang persaingan usaha (UU No. 5 Tahun 1999), termasuk masih kurangnya
harmonisasi dengan perangkat hukum lainnya. Sementara itu, permasalahan dan
tantangan yang dihadapi dalam perlindungan konsumen adalah percepatan upaya
penataan peraturan perundangan untuk meningkatkan efektifitas implementasi
penegakan perlindungan konsumen.
Sejak dibentuknya lembaga Badan Standardisasi Nasional (BSN) tahun 1997
kinerjanya terus meningkat dengan pengembangan mekanisme yang integrated di dalam
pengembangan SNI serta peningkatan kerjasama antar negara di dalam perjanjian
pengakuan standar (Mutual Recognition Agreement/MRA) guna menunjang
peningkatan akses pasar ekspor nasional.
Dalam rangka mendukung daya saing, penerapan standar dan penilaian kesesuaian
dalam kegiatan produksi dan perdagangan juga merupakan salah satu faktor yang sangat
penting. Pengembangan standardisasi nasional kita masih menghadapi beberapa
masalah dan tantangan terutama masih rendahnya pemahaman dan kemampuan
masyarakat dalam mengimplementasikan sistem Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal
ini disebabkan karena: (1) keterbatasan sistem yang mampu memfasilitasi stakeholders
untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan standar nasional dan internasional; (2)
keberterimaan SNI oleh pelaku pasar yang relatif rendah; dan (3) ketersediaan informasi
dan infrastruktur sistem akses informasi standardisasi yang belum mampu memenuhi
kebutuhan stakeholders.
Dalam tiga tahun terakhir berbagai peristiwa yang terjadi, seperti ancaman
keamanan global maupun dalam negeri serta wabah penyakit telah berdampak baik
langsung maupun tidak langsung pada menurunnya kinerja industri Pariwisata Nasional.
Namun demikian dengan berbagai upaya keras, secara perlahan tapi pasti industri
pariwisata mulai bangkit dari keterpurukannya dan bersamaan dengan itu perannya
sebagai salah satu industri yang memberikan andil cukup besar dalam mendorong
peningkatan penghasilan devisa negara semakin meningkat. Perkembangan jumlah arus
wisatawan asing (wisman) yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2004 meningkat
sekitar 19,0 persen menjadi 5,32 juta orang dibandingkan dengan tahun 2003. Dari
realisasi kunjungan wisman tersebut telah mampu menghasilkan devisa negara sebesar
US $ 4,8 miliar atau naik sebesar 12,0 prosen dibandingkan dengan tahun 2003 yang
sebesar US $ 4 miliar. Sementara itu, dengan pengelolaan yang memadai dan kondisi
lingkungan yang kondusif, jumlah wisman yang diperkirakan akan mengunjungi
Indonesia sekitar 5 juta orang dengan besarnya devisa yang dihasilkan sekitar USD 5,4
miliar.
II.16 – 3
Permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pariwisata antara lain
adalah: (1) belum pulihnya citra keamanan nasional akibat beberapa aksi terorisme di
dalam maupun di luar negeri; (2) belum optimal dan efektifnya pengelolaan pemasaran
baik dalam maupun luar negeri, (3) belum optimalnya pengembangan dan pengelolaan
destinasi pariwisata, terutama di daerah KATIMIN; (4) sebagai negara bahari, wisata
bahari belum dikembangkan secara optimal; (5) masih lemahnya sinergi regulasi di
semua level baik pusat maupun daerah yang akan berdampak pada rendahnya investasi
dan pembangunan indsutri pariwisata; (6) belum efektifnya pengelolaan informasi
pariwisata; (7) belum optimalnya pengembangan pariwisata domestik; (8) masih
lemahnya manajemen kemitraan dan jaringan kerja antarpelaku industri pariwisata dan
antara pelaku industri pariwista dan pelaku ekonomi-sosial lainnya; (9) masih
terbatasnya jumlah SDM profesional dalam industri pariwisata; dan (10) masih belum
memadainya sarana dan prasarana pendukung pengembangan industri pariwisata.
Dalam upaya mencapai sasaran yang telah dicanangkan dan mengatasi
permasalahan yang ada, maka tantangan pokok yang dihadapi dalam pembangunan
industri pariwisata adalah: (1) Peningkatan citra Indonesia sebagai Negara tujuan utama
wisata dunia yang aman dan nyaman sehingga mampu menarik wisatawan berkunjung
ke Indonesia; (2) Peningkatan daya saing produk pariwisata melalui pengelolaan
destinasi yang lebih profesional, serta pemerataan pembangunan pariwisata yang selama
ini masih beorientasi ke Wilayah Indonesia Bagian Barat dengan menciptakan destinasi
yang kompetitif, terutama di wilayah KATIMIN; (4), Pengembangan wisata bahari; (5)
Peningkatan manajemen industri pariwisata melalui penguatan kemitraan dan jaringan
di dalam maupun di luar negeri; dan (6) Peningkatan fasilitas sarana dan prasarana serta
jasa yang mendukung pembangunan pariwisata.
B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006
Sasaran yang hendak dicapai dalam upaya meningkatkan investasi dan ekspor
adalah sebagai berikut:
1. Terwujudnya iklim investasi yang sehat dan kondusif sehingga mampu
meningkatkan investasi (PMTB) sekitar 11,1 persen dalam tahun 2006 dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1 persen dan sekaligus mengurangi
pengangguran terbuka;
2. Meningkatkan citra Indonesia sebagai salah satu negara tujuan investasi dan minat
investasi di Indonesia;
3. Meningkatnya pertumbuhan ekspor non migas sebesar 6,5 persen pada tahun 2006
atau menjadi sekitar USD 61,4 miliar dengan komposisi produk yang lebih beragam
dan kandungan teknologi yang semakin tinggi;
4. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas sistem distribusi nasional, tertib niaga dan
kepastian berusaha untuk mewujudkan perdagangan dalam negeri yang kondusif
dan dinamis dalam rangka mendukung peningkatan ekspor;
5. Meningkatnya keberterimaan (acceptance) produk nasional di pasar global; dan
6. Dalam tahun 2006 jumlah wisman yang akan berkunjung ke Indonesia diharapkan
meningkat menjadi 7 juta orang dengan jumlah devisa negara yang dihasilkan
sekitar US $ 6,3 miliar. Sementara itu, untuk parwisata domestik, diharapkan dalam
II.16 – 4
tahun 2006 mampu mencapai jumlah perjalanan yang ditargetkan, yaitu 209.000
jumlah perjalanan.
C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006
Dalam rangka mewujudkan sasaran di atas, arah kebijakan bagi peningkatan
investasi dan ekpor nasional antara lain adalah sebagai berikut:
1. Arah kebijakan bagi penciptaan iklim investasi yang sehat mencakup:
a. Memperpendek prosedur pemberian ijin penanaman modal baik PMA maupun
PMDN menjadi sekitar 30 hari;
b. Menjamin kepastian usaha, dengan menyelesaikan konflik kebijakan antara
pusat dan daerah serta konflik kebijakan antar sektor; dan
c. Menyusun peraturan pelaksanaan Undang-undang Penanaman Modal yang akan
diundangkan pada tahun 2005; dan
d. Memberikan insentif penanaman modal yang lebih menarik.
2. Arah kebijakan bagi peningkatan promosi dan kerjasama investasi mencakup:
a. Melakukan promosi investasi yang terkoordinasi baik di dalam maupun di luar
negeri, termasuk oleh pejabat promosi investasi di luar negeri.
b. Memfasilitasi peningkatan koordinasi dan kerjasama di bidang investasi dengan
berbagai instansi pemerintah dan dunia usaha.
c. Fasilitasi investasi dan kerjasama di wilayah tertinggal.
3. Arah kebijakan bidang perdagangan luar negeri adalah meningkatkan akses dan
perluasan pasar ekspor serta perkuatan kinerja eksportir dan calon eksportir.
Aspeknya meliputi:
a. Finalisasi konsep revitalisasi kinerja kelembagaan promosi ekspor dan perkuatan
kapasitas kelembagaan pelatihan eksportir kecil;
b. Peningkatan perbaikan kinerja diplomasi perdagangan internasional, baik untuk
negara maju maupun negara sedang berkembang;
c. Peningkatan fasilitasi perdagangan melalui penyederhanaan prosedur ekspor–
impor melalui inisiasi uji coba konsep single document, secara bertahap mulai
mengurangi sistem tata niaga untuk komoditi-komoditi non-strategis dan yang
tidak memerlukan pengawasan, dan perkuatan kapasitas lembaga uji mutu
produk ekspor-impor;
d. Optimalisasi sarana penunjang perdagangan internasional seperti kelembagaan
trade financing untuk ekspor; dan
e. Peningkatan keberterimaan (acceptance) produk di pasar global melalui
pengembangan SNI dan kerjasama standardisasi regional dan internasional.
4. Dalam rangka mendukung peningkatan eskpor, arah kebijakan perdagangan dalam
negeri mencakup:
a. Harmonisasi kebijakan pusat dan daerah, penyederhanaan prosedur, perijinan
yang menghambat kelancaran arus barang untuk tujuan ekspor;
b. Perkuatan kelembagaan perdagangan terutama kemetrologian, bursa berjangka
komoditi, dan kelembagaan persaingan usaha
c. Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri dan memfasilitasi
pengembangan prasarana distribusi tingkat regional dan prasarana subsistem
distribusi lokal.
II.16 – 5
d. Pengembangan perdagangan berjangka komoditi, pengembangan pasar lelang
lokal komoditi agro dan implementasi pembiayaan alternatif melalui sistim resi
gudang (WRS= warehouse receipt system) untuk mendukung revitalisasi
pertanian dan perdagangan.
e. Peningkatan efektivitas pelaksanaan perlindungan konsumen, tertib ukur, dan
perkuatan sistem pengawasan barang beredar dan jasa.
f. Fasilitasi kegiatan perdagangan untuk mendorong perekonomian di daerah
perbatasan, terpencil, pulau terluar, dan daerah paska konflik.
5. Arah kebijakan di sektor pariwisata meliputi:
a. Peningkatan strategi dan efektifitas promosi baik di dalam maupun di luar
negeri;
b. Mengembangkan dan meningkatkan jenis dan daya saing produk-produk wisata,
yang mempunyai potensi sangat besar, terutama pengembangan wisata bahari
dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan;
c. Meningkatkan efektifitas kemitraan dan koordinasi antar pelaku pariwisata dan
antara pelaku pariwisata dan pelaku ekonomi dan sosial lainnya terutama yang
berkaitan dengan penyediaan fasilitas jasa, sarana dan prasarana yang
mendukung pembangunan pariwisata;
d. Mensinergikan dan menyederhanakan regulasi, terutama yang berkaitan dengan
pembangunan pariwisata.
II.16 – 6
D. MATRIKS PROGRAM PEMBANGUNAN TAHUN 2006
No.
1.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
Sasaran Program
Program Peningkatan Iklim
Investasi dan Realisasi Investasi
Program Peningkatan Iklim Investasi
dan Realisasi Investasi
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Penyempurnaan peraturan
perundang-undangan di
bidang investasi;
2. Penyederhanaan prosedur
pelayanan penanaman modal;
3. Pemberian insentif
penanaman modal yang lebih
menarik;
4. Konsolidasi perencanaan
penanaman modal di pusat
dan daerah;
5. Pemantauan dan evaluasi,
serta pengawasan
pelaksanaan investasi, baik
asing maupun domestik;
6. Pengembangan sistem
informasi penanaman modal
di pusat dan daerah;
7. Perkuatan kelembagaan
penanaman modal di pusat
dan daerah; serta
8. Melakukan kajian kebijakan
penanaman modal baik dalam
dan luar negeri.
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Penyempurnaan peraturan
perundang undangan/peraturan
pelaksana UU Penanaman Modal
yang direncanakan akan
diundangkan pada tahun 2005;
2. Penyederhanaan prosedur pelayanan
pemberian izin penanaman modal
menjadi 30 hari;
3. Memberikan insentif penanaman
modal yang lebih menarik pada
bidang usaha yang merupakan
prioritas tinggi dalam skala
nasional, investasi yang membangun
infrastruktur yang juga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan
umum; yang menyerap tenaga kerja
dalam jumlah besar; yang
berorientasi ekspor; yang
melakukan inovasi teknologi; yang
dilakukan pada daerah-daerah yang
belum berkembang; yang dilakukan
oleh PMA dalam bentuk patungan;
yang membuka kesempatan untuk
kegiatan pelatihan bagi tenaga kerja
Indonesia; atau yang melakukan
kemitraan tertentu dengan UKMK.
4. Konsolidasi perencanaan
penanaman modal di pusat maupun
di daerah;
5. Pemantauan, evaluasi dan
Terwujudnya iklim investasi yang
sehat melalui reformasi kelembagaan
ekonomi di berbagai tingkatan
pemerintahan sehingga mampu
meningkatkan investasi (PMTB)
sekitar 11,1 persen dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi
sebesar 6,1 persen dan mengurangi
angka pengangguran .
II.16 – 7
Instansi Pelaksana
Badan Koordinasi
Penanaman Modal
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
86.000
No.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
Sasaran Program
Instansi Pelaksana
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
pengawasan pelaksanaan investasi
baik asing maupun domestik;
6. Pengembangan sistem informasi
penanaman modal di pusat dan
daerah;
7. Perkuatan kelembagaan penanaman
modal di pusat dan daerah; serta
8 Melakukan kajian kebijakan
penanaman modal baik dalam
maupun luar negeri
2.
Program Peningkatan Promosi
dan Kerjasama Investasi
Program Peningkatan Promosi dan
Kerjasama Investasi
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Penyiapan potensi
sumberdaya, sarana dan
prasarana daerah yang terkait
dengan investasi;
2. Fasilitasi terwujudnya
kerjasama strategis antara
usaha besar dengan UKMK;
3. Promosi investasi yang
terkoordinasi baik di dalam
dan di luar negeri;
4. Revitalisasi kinerja
kelembagaaan promosi
ekspor di luar negeri; dan
5. Mendorong dan memfasilitasi
peningkatan koordinasi dan
kerjasama di bidang investasi
dengan instansi pemerintah
dan dunia usaha baik di
dalam maupun di luar negeri.
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Penyiapan potensi sumber daya,
sarana dan prasarana daerah yang
terkait dengan investasi;
2. Fasilitasi terwujudnya kerjasama
strategis antara usaha besar dengan
UKMK;
3. Promosi investasi yang
terkoordinasi;
4. Revitalisasi kinerja kelembagaan
promosi investasi di luar negeri; dan
5. Fasilitasi peningkatan koordinasi
dan kerjasama di bidang investasi
dengan berbagai instansi
pemerintah dan dunia usaha.
6. Fasilitasi investasi dan kerjasama di
wilayah tertinggal.
Meningkatnya citra Indonesia sebagai
salah satu negara tujuan investasi yang
menarik dan minat investasi di
Indonesia.
II.16 – 8
Badan Koordinasi
Penanaman Modal,
Meneg Pembangunan
Daerah Tertinggal
54.000
No.
3.
4.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
Sasaran Program
Program Pengembangan
Standardisasi Nasional
Program Pengembangan Standardisasi
Nasional
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Pengembangan infrastruktur
kelembagaan standardisasi;
2. Pengembangan Standar
Nasional Indonesia (SNI);
3. Penguatan kelembagaan
standardisasi;
4. Peningkatan persepsi
masyarakat;
5. Pengembangan sistem
informasi standardisasi;
6. Perkuatan posisi Indonesia
dalam forum standardisasi
regional dan internasional;
dan
7. Peningkatan partisipasi
pemangku kepentingan dalam
proses standardisasi.
Kegiatan pokok:
1. Menyusun peraturan dan kebijakan
standardisasi nasional;
2. Penguatan infrastruktur perumusan
SNI dan penyetaraan SNI dengan
standar internasional;
3. Meningkatkan kapasitas
kelembagaan standar dan penilaian
kesesuaian;
4. Peningkatan kesadaran masyarakat
terhadap standar dan penilaian
kesesuaian;
5. Pengembangan Sistem Informasi
SNI;
6. Meningkatkan partisipasi
masyarakat standardisasi; dan
7. Mengembangkan kerjasama antar
lembaga standardisasi dalam forum
standardisasi regional.
Program Peningkatan dan
Pengembangan Ekspor
Program Peningkatan dan
Pengembangan Ekspor
Kegiatan-kegiatan Pokok
1. Pengembangan strategi
pemantapan ekspor sehingga
mampu meningkatkan kinerja
ekspor nasional, termasuk
pemanfaatan preferensi
dengan mitra dagang;
2. Harmonisasi kebijakan ekspor
antar-instansi terkait dan
dunia usaha;
Kegiatan-kegiatan Pokok
1. Peningkatan kualitas pelayanan
kelembagaan Pusat Promosi ekspor
(ITPC) sesuai kebutuhan eksportir
secara berkelanjutan dan perluasan
pembukaan kantor baru di
negara/kawasan mitra dagang sesuai
potensi pasar ekspornya, serta
perkuatan kapasitas kelembagaan
promosi daerah;
Instansi Pelaksana
Meningkatnya penyusunan dan
penerapan SNI, meningkatnya
kapasitas kelembagaan infrastruktur
standardisasi, dan meningkatnya
kerjasama standardisasi baik bilateral
maupun multilateral, terutama ke
negara tujuan ekspor utama
Badan Standardisasi
Nasional
Meningkatnya efisiensi pelayanan
ekspor-impor, perluasan pasar,
diversifikasi mata dagangan ekspor
non-migas dan mendorong
peningkatan nilai ekspor
Dep. Perdagangan
Kantor Kementerian
Koordinator Bidang
Perekonomian, Badan
Standardisasi Nasional
II.16 – 9
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
28.285
319.300
No.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
3. Peningkatan kualitas
pelayanan kelembagaan Pusat
Promosi ekspor (ITPC) sesuai
kebutuhan eksportir secara
berkelanjutan dan perluasan
pembukaan kantor baru di
negara/kawasan mitra dagang
sesuai potensi pasar
ekspornya, serta perkuatan
kapasitas kelembagaan
promosi daerah;
4. Peningkatan kualitas
pelayanan kepada para
eksportir dan calon eksportir
melalui pendekatan support
at company level;
5. Fasilitasi peningkatan mutu
produk komoditi pertanian,
perikanan dan industri yang
berpotensi ekspor;
6. Melanjutkan deregulasi dan
debirokratisasi melalui
penyederhanaan prosedur
ekspor dan impor dengan ke
arah penyelenggaraan konsep
single document;
7. Perkuatan kapasitas
laboratorium penguji produk
ekspor-impor;
8. Peningkatan jaringan
informasi ekspor dan impor
agar mampu merespon
kebutuhan dunia usaha
terutama eksportir kecil dan
menengah; dan
9. Pengembangan dan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
Peningkatan kualitas pelayanan
kepada para eksportir dan calon
eksportir melalui pendekatan support
at company level;
Inisiasi uji coba konsep single
document dalam rangka
melanjutkan deregulasi dan
debirokratisasi prosedur ekspor dan
impor;
Perkuatan kapasitas laboratorium
penguji produk ekspor-impor;
Peningkatan jaringan informasi
ekspor dan impor agar mampu
merespon kebutuhan dunia usaha
terutama eksportir kecil dan
menengah;
Pengembangan mekanisme
alternatif bantuan teknis dan
finansial langsung ke perusahaan
(support at company level) bagi
eksportir dan calon eksportir kecil –
menengah potensial untuk
menjamin efektivitas pembinaan;
dan
Koordinasi peningkatan dan
pengembangan daya saing ekspor.
II.16 – 10
Sasaran Program
Instansi Pelaksana
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
No.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
Sasaran Program
Instansi Pelaksana
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
implementasi fasilitasi ekspor
dan impor seperti
kelembagaan trade financing
untuk ekspor.
5.
Program Peningkatan Kerjasama
Perdagangan Internasional
Program Peningkatan Kerjasama
Perdagangan Internasional
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Peningkatan kualitas
partisipasi aktif dalam
berbagai fora internasional
(mencakup kerjasama
multilateral, regional,
bilateral, dan perdagangan
lintas batas) sebagai upaya
mengamankan kepentingan
ekonomi nasional dan
sekaligus meningkatkan
hubungan dagang dengan
negara mitra dagang
potensial;
2. Fasilitasi penyelesaian
sengketa perdagangan
(termasuk advokasi dan
bantuan teknis) seperti:
dumping, subsidi dan
safeguard;
3. Peningkatan efektivitas
koordinasi penanganan
berbagai isu-isu perdagangan
internasional baik
multilateral, regional dan
bilateral maupun pendekatan
komoditi;
4. Monitoring dan evaluasi
Kegiatan-kegiatan Pokok
1. Peningkatan kualitas partisipasi
aktif dalam berbagai fora
internasional (mencakup kerjasama
multilateral, regional, bilateral, dan
perdagangan lintas batas) sebagai
upaya mengamankan kepentingan
ekonomi nasional dan sekaligus
meningkatkan hubungan dagang
dengan negara mitra dagang
potensial;
2. Fasilitasi penyelesaian sengketa
perdagangan (termasuk advokasi
dan bantuan teknis) seperti:
dumping, subsidi dan safeguard;
3. Peningkatan efektivitas koordinasi
penanganan berbagai isu-isu
perdagangan internasional baik
multilateral, regional dan bilateral
maupun pendekatan komoditi;
4. Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan kesepakatan kerjasama
multilateral, regional, dan bilateral;
5. Sosialisasi hasil-hasil kesepakatan
perundingan multilateral (WTO)
dan kerjasama regional (ASEAN,
APEC, ASEM) serta kerjasama
intra dan antar regional; serta
Meningkatnya kerjasama perdagangan
multilateral regional, dan bilateral,
serta optimalisasi pemanfaatan skemaskema perdagangan sehingga
meningkatkan posisi rebut tawar dan
akses pasar ekspor
II.16 – 11
Dep. Perdagangan
177.974
No.
6.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
pelaksanaan kesepakatan
kerjasama multilateral,
regional, dan bilateral;
5. Sosialisasi hasil-hasil
kesepakatan perundingan
multilateral (WTO) dan
kerjasama regional (ASEAN,
APEC, ASEM) serta
kerjasama intra dan antar
regional; dan
6. Perkuatan SDM Atase
Perdagangan termasuk
penyediaan tenaga magang
6. Perkuatan SDM Atase Perdagangan
termasuk penyediaan tenaga
magang.
Program Persaingan Usaha
Program Persaingan Usaha
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Revisi terhadap berapa materi
Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 yang berpotensi
terjadinya disharmonisasi
terhadap kebijakan dan
peraturan yang berkaitan
dengan persaingan usaha;
2. Peningkatan penerapan
kebijakan dan peraturan
dalam persaingan usaha;
3. Pengembangan instrumen
aplikasi Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999;
4. Pengembangan jaringan kerja
antar lembaga;
5. Peningkatan kualitas
penanganan perkara dan
rekomendasi kebijakan; dan
6. Perkuatan kelembagaan
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Penanganan terhadap pelanggaraan
UU No. 5 1999;
2. Peningkatan penerapan kebijakan
dan peraturan dalam persaingan
usaha;
3. Pengembangan instrumen aplikasi
Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999;
4. Pengembangan jaringan kerja antar
lembaga;
5. Peningkatan kualitas penanganan
perkara dan rekomendasi kebijakan;
serta
6. Perkuatan kelembagaan persaingan
usaha antara lain yang mencakup
pengembangan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana
pendukung.
Sasaran Program
Meningkatnya daya saing nasional
berbasis efisiensi, berlangsungnya
mekanisme pasar yang berkeadilan,
dan berkurangnya berbagai hambatan
usaha.
II.16 – 12
Instansi Pelaksana
Dep. Perdagangan
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
23.000
No.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
Sasaran Program
Instansi Pelaksana
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
persaingan usaha antara lain
yang mencakup
pengembangan sumber daya
manusia, sarana dan
prasarana pendukung
7.
Program Perlindungan
Konsumen dan Pengamanan
Perdagangan
Program Perlindungan Konsumen dan
Pengamanan Perdagangan
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Pemberdayaan konsumen dan
peningkatan kapasitas
lembaga perlindungan
konsumen termasuk kapasitas
lembaga penyelesaian
sengketa konsumen;
2. Perkuatan sistem dan
pelaksanaan pengawasan
barang beredar terutama
terhadap pengawasan barangbarang strategis, obat dan
makanan;
3. Peningkatan pelayanan
informasi dan advokasi
terhadap kebijakan
perlindungan konsumen guna
meningkatkan kesadaran
konsumen terhadap
pentingnya standar barang
dan jasa, terutama di bidang
obat dan makanan;
4. Penyempurnaan peraturan
perundang-undangan
perdagangan dalam negeri
yang terkait dengan ekspor-
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Pemberdayaan konsumen dan
peningkatan kapasitas lembaga
perlindungan konsumen termasuk
kapasitas lembaga penyelesaian
sengketa konsumen;
2. Perkuatan sistem dan pelaksanaan
pengawasan barang beredar
terutama terhadap pengawasan
barang-barang strategis, obat dan
makanan;
3. Peningkatan pelayanan informasi
dan advokasi terhadap kebijakan
perlindungan konsumen guna
meningkatkan kesadaran konsumen
terhadap pentingnya standar barang
dan jasa, terutama di bidang obat
dan makanan;
4. Penyempurnaan peraturan
perundang-undangan perdagangan
dalam negeri yang terkait dengan
wajib daftar perusahaan dalam
rangka mendukung formalisasi
usaha, tremasuk KUKM; eksporimpor, tertib usaha, tertib ukur,
perlindungan konsumen dan
Meningkatnya daya saing nasional
berbasis efisiensi, dan meningkatnya
perlindungan terhadap konsumen
II.16 – 13
Dep. Perdagangan
41.816,9
No.
8.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
Sasaran Program
impor, tertib usaha, tertib
ukur, perlindungan konsumen
dan pengawasan barang
beredar dan jasa;
5. Sosialisasi dan bimbingan
teknis pengelolaan standar
dan laboratorium metrologi
legal serta pelaksanaan
pengawasan ukuran, takaran,
timbangan, dan
perlengkapannya (UTTP);
dan Perkuatan kapasitas
kelembagaan yang menangani
sengketa dagang internasional
dan perlindungan industri
dalam negeri termasuk
dukungan operasionalisasi
kegiatannya (anti-dumping
dan safeguard);
pengawasan barang beredar dan
jasa;
5. Sosialisasi dan bimbingan teknis
pengelolaan standar dan
laboratorium metrologi legal serta
pelaksanaan pengawasan ukuran,
takaran, timbangan, dan
perlengkapannya (UTTP); serta
6. Perkuatan kapasitas kelembagaan
yang menangani sengketa dagang
internasional dan perlindungan
industri dalam negeri termasuk
dukungan operasionalisasi
kegiatannya (anti-dumping dan
safeguard).
Program Peningkatan Efisiensi
Perdagangan Dalam Negeri
Program Peningkatan Efisiensi
Perdagangan Dalam Negeri
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Perumusan, alternatif solusi,
dan implementasi
penyelesaian permasalahan
termasuk harmonisasi dari
berbagai perangkat peraturan
perundang-undangan tentang
distribusi dan sarana
penunjang perdagangan baik
di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah;
2. Deregulasi dan
debirokratisasi dalam rangka
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Perumusan, alternatif solusi, dan
implementasi penyelesaian
permasalahan termasuk harmonisasi
dari berbagai perangkat peraturan
perundang-undangan tentang
distribusi dan sarana penunjang
perdagangan baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah;
2. Deregulasi dan debirokratisasi
dalam rangka mengurangi hambatan
perdagangan;
3. Promosi penggunaan produksi
Terciptanya sistem koleksi dan
jaringan distribusi nasional,
optimalisasi sarana distribusi,
meningkatnya kemampuan masyarakat
dalam mengakses dan memperluas
pasar, guna mendorong peningkatan
aktivitas perdagangan dalam negeri
yang semakin efisien, efektif, serta
pemberdayaan produksi dalam negeri
II.16 – 14
Instansi Pelaksana
Dep. Perdagangan
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
72.959,4
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
No.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
mengurangi hambatan
perdagangan;
Promosi penggunaan
produksi dalam negeri;
Fasilitasi pengembangan
prasarana distribusi tingkat
regional dan prasarana subsistem distribusi pada daerah
tertentu (kawasan perbatasan
dan daerah terpencil) dalam
rangka peningkatan efisiensi
perdagangan;
Peningkatan efektivitas dan
ketersediaan jaringan
informasi distribusi baik di
tingkat pusat maupun di
daerah;
Peningkatan pengawasan dan
pembinaan usaha,
kelembagaan dan kemitraan
di bidang perdagangan;
Pemberdayaan dagang kecil
dan menengah melalui
peningkatan SDM, akses
pasar dan kemitraan usaha;
Perkuatan kapasitas
kelembagaan perdagangan
bursa komoditi (PBK)
termasuk menyiapkan
penyempurnaan berbagai
perangkat peraturan kebijakan
dan operasional PBK; dan
Pemantapan dan
pengembangan Pasar Lelang
Lokal dan Regional serta
sarana alternatif pembiayaan
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
Sasaran Program
dalam negeri;
4. Fasilitasi pengembangan prasarana
distribusi tingkat regional dan
prasarana sub-sistem distribusi pada
daerah tertentu (kawasan perbatasan
dan daerah terpencil) dalam rangka
peningkatan efisiensi perdagangan
Peningkatan efektivitas dan
ketersediaan jaringan informasi
distribusi baik di tingkat pusat
maupun di daerah;
5. Peningkatan pengawasan dan
pembinaan usaha, kelembagaan dan
kemitraan di bidang perdagangan
Pemberdayaan dagang kecil dan
menengah melalui peningkatan
SDM, akses pasar dan kemitraan
usaha;
6. Perkuatan kapasitas kelembagaan
perdagangan bursa komoditi (PBK)
termasuk menyiapkan
penyempurnaan berbagai perangkat
peraturan kebijakan dan operasional
PBK; serta
7. Pemantapan dan pengembangan
Pasar Lelang Lokal dan Regional
serta sarana alternatif pembiayaan
melalui Sistem Resi Gudang (SRG).
II.16 – 15
Instansi Pelaksana
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
No.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
Sasaran Program
Instansi Pelaksana
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
melalui Sistem Resi Gudang
(SRG).
9.
Program Pengembangan
Pemasaran Pariwisata
Program Pengembangan Pemasaran
Pariwisata
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Optimalisasi kegiatan
pameran baik yang bertaraf
nasional maupun
internasional baik di dalam
maupun di luar negeri baik
pada negara-negara mitra
pariwisata potensial maupun
negara-negara yang memilki
kedekatan secara historis dan
kultural dengan Indonesia,
seperti Asia Timur, India dan
Timur Tengah;
2. Fasilitasi pemasaran paketpaket wisata dan jaringan
distribusinya;
3. Fasilitasi kerjasama
pemasaran antar negara,
antar pusat dengan daerah,
dan antar pelaku industri
pariwisata dalam bentuk
aliansi strategis, seperti
kerjasama antar travel agent
dan antar tour operator,
antara pelaku pariwisata
dengan perusahaan
transportasi udara, laut dan
darat;
4. Peningkatan sadar wisata di
kalangan masyarakat, baik
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Optimalisasi kegiatan pameran baik
yang bertaraf nasional maupun
internasional baik di dalam maupun
di luar negeri baik pada negaranegara mitra pariwisata potensial
maupun negara-negara yang
memilki kedekatan secara kultural
dengan Indonesia, seperti Asia
Timur, Asia Selatan dan Timur
Tengah;
2. Memfasilitasi pemasaran paketpaket wisata dan jaringan
distribusinya, dengan
mengedepankan destinasi baru di
luar pulau Jawa dan Bali, termasuk
wilayah perbatasan yang
mempunyai potensi untuk
pengembangan pariwisata;
3. Memfasilitasi kerjasama pemasaran
antar negara, antar pusat dengan
daerah, dan antar pelaku industri
pariwisata dalam bentuk aliansi
strategis, seperti kerjasama antar
travel agent dan antar tour
operator, antara pelaku pariwisata
dengan perusahaan transportasi
udara, laut dan darat;
4. Peningkatan sadar wisata di
kalangan masyarakat, abik sebagai
Mendorong terjadinya peningkatan
jumlah wisatawan mancanegara dan
peningkatan penerimaan devisa negara
serta peningkatan perjalanan
wisatawan nusantara.
II.16 – 16
Dep. Kebudayaan dan
Pariwisata
107.258,5
No.
10.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
Sasaran Program
sebagai tuan rumah maupun
sebagai calon wisatawan;
5. Memotivasi dan memberikan
kemudahan bagi perjalanan
wisata domestik; dan
6. Pengembangan sistim
informasi yang efisien dan
efektif.
tuan rumah maupun sebagai calon
wisatawan;
5. Memotivasi dan memberikan
insentif bagi perjalanan domestik;
dan
6. Mengembangkan sistim informasi
yang efisien dan efektif.
Program Pengembangan
Destinasi Pariwisata
Program Pengembangan Destinasi
Pariwisata
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Mendorong pertumbuhan dan
perkembangan investasi
dalam industri pariwisata
melalui penyederhanaan
perizinan dan insentif
perpajakan bagi investor.
2. Mendorong pengembangan
daya tarik wisata unggulan di
setiap propinsi (“one province
one primary tourism
destination”) secara bersama
dengan pemerintah daerah,
swasta dan masyarakat;
3. Pengembangan paket-paket
wisata yang kompetitif di
masing-masing destinasi
pariwisata;
4. Peningkatan kualitas
pelayanan dan kesiapan
daerah tujuan wisata dan asetaset warisan budaya sebagai
obyek daya tarik wisata yang
kompetitif.
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Mendorong pertumbuhan dan
perkembangan investasi dalam
industri pariwisata melalui konsep
simplifikasi perizinan dan insentif
perpajakan bagi investor;
2. Mendorong pertumbuhan daya tarik
wisata unggulan di setiap propinsi
(“one province one primary tourism
destination”) bersama-sama dengan
pemerintah daerah, swasta dan
masyarakat;
3. Pengembangan paket-paket wisata
yang kompetetif di masing-masing
destinasi pariwisata;
4. Pengembangan paket-paket wisata
yang kompetetif di masing-masing
destinasi pariwisata;
5. Revitalisasi dan pembangunan
kawasan pariwisata baru, termasuk
pula prasarana dan sarana dasarnya
(seperti jaringan jalan, listrik,
telekomunikasi, air bersih dan
sarana kesehatan);
Terlaksananya revitalisasi peraturan
dan daya tarik wisata di destinasi
pariwisata unggulan, berkembangnya
destinasi pariwisata baru yang berbasis
ekowisata dan wisata bahari terutama
di Kawasan Timur Indonesia melalui
peningkatan kapasitas dan pelayanan
usaha pariwisata, serta peningkatan
jaringan kerjasama antar pelaku
pariwisata dan antara pelaku pariwisata
dan pelaku ekonomi-potensial lainnya
dalam pengembangan destinasi
pariwisata baru.
II.16 – 17
Instansi Pelaksana
Dep. Kebudayaan dan
Pariwisata
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
31.520,3
No.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
5. Revitalisasi dan
pembangunan kawasan
pariwisata baru, termasuk
pula prasarana dan sarana
dasarnya (seperti jaringan
jalan, listrik, telekomunikasi,
air bersih dan sarana
kesehatan);
6. Pemberian insentif dan
kemudahan bagi pelaku usaha
pariwisata dalam membangun
produk pariwisata (daya tarik
dan sarana pariwisata);
7. Pemberian perhatian khusus
kepada pengembangan
kawasan ekowisata dan
wisata bahari, terutama di
lokasi-lokasi yang
mempunyai potensi obyek
wisata alam bahari yang
sangat besar; dan
8. Pengembangan pariwisata
yang berdaya saing melalui:
(a) terbangunnya komitmen
nasional agar sektor-sektor di
bidang keamanan, hukum,
perbankan; perhubungan, dan
sektor terkait lainnya dapat
memfasilitasi berkembangnya
kepariwisataan terutama pada
wilayah-wilayah yang
memiliki destinasi pariwisata
unggulan; (b) Harmonisasi
dan simplifikasi perangkat
peraturan baik di tingkat
pusat, daerah dan antara pusat
6. Pemberian insentif dan kemudahan
bagi pelaku usaha pariwisata dalam
membangun produk pariwisata
(daya tarik dan sarana pariwisata);
7. Pemberian perhatian khusus kepada
pengembangan kawasan ekowisata
dan wisata bahari, terutama di
lokasi-lokasi yang mempunyai
potensi obyek wisata alam bahari
yang sangat besar; dan
8. Pengembangan pariwisata yang
berdaya saing melalui: (a)
terbangunnya komitmen nasional
agar sektor-sektor di bidang
keamanan, hukum, perbankan;
perhubungan, dan sektor terkait
lainnya dapat memfasilitasi
berkembangnya kepariwisataan
terutama pada wilayah-wilayah
yang memiliki destinasi pariwisata
unggulan; (b) Harmonisasi dan
simplifikasi perangkat peraturan
baik di tingkat pusat, daerah dan
antara pusat dan daerah; (c)
Memformulasi, menerapkan, dan
mengawasi standar industri
pariwisata yang dibutuhkan.
Sasaran Program
II.16 – 18
Instansi Pelaksana
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
No.
Program/
Kegiatan Pokok RPJM
Program/
Kegiatan Pokok RKP 2006
Sasaran Program
Instansi Pelaksana
Pagu Indikatif
(Juta Rupiah)
dan daerah; (c)
memformulasi, menerapkan,
dan mengawasi standar
industri pariwisata yang
dibutuhkan.
11.
Program Pengembangan
Kemitraan
Program Pengembangan Kemitraan
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Pembangunan dan perkuatan
jaringan database dan
informasi kebudayaan dan
kepariwisataan, baik di dalam
negeri (antara pusat-propinsi,
dan kabupaten/kota) dan luar
negeri termasuk
pengembangan SDM-nya;
2. Pengembangan Litbang dan
pengembangan SDM dalam
bentuk joint research, dualtraining serta aliansi strategis
terutama dengan lembaga
sejenis di luar negeri; dan
3. Fasilitasi pembentukan forum
komunikasi antar pelaku
industri budaya dan
pariwisata dan pelaku sosioekonomi lainnya.
Kegiatan-kegiatan Pokok:
1. Pembangunan dan perkuatan
jaringan database dan informasi
kebudayaan dan kepariwisataan,
baik di dalam negeri (antara pusatpropinsi, dan kabupaten/kota) dan
luar negeri termasuk pengembangan
SDM-nya;
2. Pengembangan Litbang dan
pengembangan SDM dalam bentuk
joint research, dual-training serta
aliansi strategis terutama dengan
lembaga sejenis di luar negeri; dan
3. Fasilitasi pembentukan forum
komunikasi antar pelaku industri
budaya dan pariwisata dan pelaku
sosio-ekonomi lainnya
Terlaksananya jaringan sistem
informasi kebudayaan dan pariwisata
antar pusat dan daerah, terlaksananya
litbang dan terciptanya SDM yang
profesional yang mampu mendukung
untuk meningkatkan kapasitas
pengelolaan kepariwisataan nasional
dan daerah, serta terselenggaranya
forum komunikasi antar pelaku
industri budaya dan pariwisata
II.16 – 19
Dep. Kebudayaan dan
Pariwisata
88.990,4
Download