Peran p53 pada Patogenesis Karsinoma Sel Basal (The Role of p53 in the Pathogenesis of Basal Cell Carcinoma) Cita Rosita Sigit Prakoeswa Dep/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo Surabaya ABSTRAK Konsep biologis epidermal dan adneksa kulit terkini mengubah pemahaman kita tentang patogenesis karsinoma sel basal (KSB). Kemajuan yang pesat tersebut menuntut kita untuk melakukan telaah yang menyeluruh tentang aspek molekuler dan seluler KSB. Hal ini meliputi peran lingkungan, genetik, sel prekursor dan keterlibatan penyimpangan proses apoptosis, sel proliferasi, diferensiasi serta penghantaran sinyal karsinogenesis. Aktivasi p53 terjadi sebagai respons dari berbagai stres pada sel, sehingga p53 dapat dikatakan sebagai “penjaga genom” serta dapat menghambat ekspansi dan proliferasi berbagai sel yang rusak. Pentingnya peran p53 sebagai supresi tumor dipertegas dengan fakta terjadinya gangguan fungsi p53 akibat mutasi spontan, pengurangan jumlah gen serta peningkatan kerentanan terhadap terjadinya tumor. Telah diketahui terdapatnya perubahan p53 sebagai gen supresi tumor pada berbagai keganasan pada manusia dan telah pula dilakukan berbagai studi tetang p53 pada KSB. Sekitar 50% KSB menunjukkan adanya mutasi pada p53 yang mencerminkan gambaran pengaruh ultra violet yang khas. Review ini bertujuan untuk menampilkan gambaran tentang perkembangan terkini mekanisme fungsi serta peran p53 pada terjadinya KSB. Kata kunci: Karsinoma Sel Basal, p53, penghantaran sinyal sel, genetik, lingkungan ABSTRACT Recent insights into the cell biology of the epidermis and its appendages are transforming our understanding of the pathogenesis of basal cell carcinoma (BCC). The significant progress that has been made warrrants a comprehensive review of the molecular and cellular pathology of BCC. The item addressed include environmental, genetic factors, the biology of precursor cell, and the contribution of abberations in processes such as apoptosis, cell proliferation, differentiation and signalling to carcinogenesis. Activation of p53 occurs in response to variety of cellular stresses, allows p53 to exert its function as a “guardian of the genome” and may block proliferative expansion of damaged cells. The importance of p53 in tumor suppression is underscored by the fact that any impairment of p53 function brought about direct mutation, reduced gene dosage or increased tumor susceptibility. It is given that p53 tumor suppresor gene is a commonly altered gene in many forms of human cancer, number of studies examined BCC for p53. Approximately half of sporadic BCCs studies were found to carry p53 mutation. Inactivating p53 mutation typically display UV signature features in BCC. The purpose of this review is to provide an overview of recent advances on the mechanism of p53 functions and its role in the development of BCC. Key words: Basal cell carcinoma, p53, cell signalling, genetic, environment PENDAHULUAN Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan keganasan kulit berasal dari sel yang tidak mengalami keratinisasi dan terdapat pada lapisan basal di epidermis. 1 KSB merupakan keganasan kulit tersering pada manusia, pada umumnya tumbuh lambat dan jarang metastasis tetapi dapat terjadi kerusakan yang hebat bila terlambat penatalaksanaannya. Pada tipe agresif (mikronoduler dan morfeaform) didapatkan angka rekurensi dan metastasis yang tinggi. 2,3 Angka insidensi KSB meningkat dari tahun ke tahun, antara lain disebabkan oleh peruba han kebiasaan sehari-hari yang berhubungan dengan pola paparan radiasi UV dan penggunaan bahan perusak ozone. Selain hal tersebut didapatkan peningkatan kesadaran masyarakat tentang bahaya keganasan kulit. 3 Predileksi utama KSB adalah area yang terpapar sinar matahari, sekitar 80% mengenai kepala dan leher dan sebesar 30% terjadi pada hidung. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan radiasi ultra violet (UV) sebagai faktor risiko utama KSB. Hubungan antara radiasi UV dengan KSB merupakan sesuatu yang kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tipe kulit serta pola dan jumlah dosis paparan tersebut. Selain paparan UV, telah diketahui Pengarang Utama 2 SKP. Pengarang Pembantu 1 SKP (SK PB IDI No. 318/PB/A.7/06/1990) 261 Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin beberapa faktor risiko terjadinya KSB antara lain genodermatosis, imunosupresi serta paparan berbagai karsinogen lain. 2,3 Radiasi UV, terutama UVB dengan spektrum 290–320 nm diduga sebagai faktor risiko utama KSB. Pada panjang gelombang tersebut dapat dipicu mutasi pada tumor-suppressor gene yang merupakan tempat tersering terjadinya imbas akibat kerusakan DNA. Fungsi normal tumor-suppressor adalah sebagai barier fisiologis terhadap ekspansi klonal dan mutasi gen, selain itu dapat menghalangi proliferasi sel yang berlebih maupun metastasis sel yang dikendalikan oleh oncogenes. Hilangnya fungsi supresi ini dapat diakibatkan oleh mutasi karena kerusakan genome, chromosomal rearrangement dan nondisjunction, konversi gen atau rekombinasi mitosis. 1 Aktivasi p53 terjadi sebagai respon dari berbagai stres pada sel, sehingga p53 dapat dikatakan sebagai penjaga genom serta dapat menghambat ekspansi dan proliferasi berbagai sel yang rusak. Pentingnya peran p53 sebagai supresi tumor dipertegas dengan fakta terjadinya gangguan fungsi p53 akibat mutasi spontan, pengurangan jumlah gen serta peningkatan kerentanan terhadap terjadinya tumor. Mutasi yang diinduksi oleh sinar UV berdampak pada gen p53 (p53) sebagai salah satu tumor-suppressor gene yang terletak pada kromosom lengan 17p13.1 diperkirakan berperan penting pada kasus KSB. 1,4 Telah diketahui terdapatnya perubahan p53 sebagai tumor-suppressor gene pada berbagai keganasan pada manusia, dan telah pula dilakukan berbagai studi tentang p53 pada KSB. Pada populasi kulit putih sekitar 50% KSB menunjukkan adanya mutasi pada gen p53, sementara Ghaderi (2005) melakukan penelitian pada KSB di Irak dengan hasil terdapat mutasi pada p53 sebesar 68,3%. Sebagian besar mutasi pada p53 menunjukkan pola khas yang mencerminkan gambaran pengaruh UV. 5 Makalah ini bertujuan membahas perkembangan terkini mekanisme molekuler p53 pada terjadinya KSB serta peran p53 sebagai target terapi KSB di masa depan. PROTEIN P53 DAN GEN P53 Protein p53 (p53) berperan sebagai tumor-suppressor disandi oleh gen p53 (p53). p53 merupakan faktor transkripsi dengan fungsi utama sebagai pengatur siklus sel dan sering mengalami mutasi pada berbagai kasus keganasan manusia, yaitu sekitar 50% dari keseluruhan keganasan pada manusia. 6 262 Vol. 20 No. 3 Desember 2008 p53 ditemukan pada akhir tahun 1970 dalam bentuk cellular 53-kd nuclear phosphoprotein yang terikat pada virus DNA SV40. Protein ini selain berpengaruh terhadap kontrol siklus sel, juga berperan pada perbaikan kerusakan DNA dan sintesis DNA, diferensiasi sel, serta program kematian sel (apoptosis). 7 p53 pada manusia terletak pada lengan pendek dari kromosom 17 (17p13.1). p53 membentuk tetramer melalui interaksi antar regio C-terminal pada protein tersebut, selanjutnya tetramer ini dapat mengenali tempat ikatan spesifik dan menstimulasi aktivasi gen target sebagai down stream. 8 p53 pada manusia terdiri dari 393 asam amino dan memiliki 5 domain: 9 – N-Terminal transcription-activation domain (TAD), yang berfungsi mengaktivasi faktor-faktor transkripsi, yaitu pada residu 1–42 – Domain yang kaya akan proline, penting untuk aktivitas apoptosis, terletak pada residu 80–94 – Central DNA-binding core domain (DBD) yang terdiri atas satu atom zinc dan beberapa asam amino Arginin. Terletak pada residu 100–300 – Ho mo - o ligomerisatio n d omain (O D) . p5 3 membutuhkan bentuk tetramerisasi domain ini untuk aktivitasnya secara in vivo. Terletak pada residu 307–355 – C-terminal yang terlibat pada proses downregulation pengikatan DNA pada central domain. Terletak pada residu 356–393. Mutasi dan deaktivasi p53 pada karsinogenesis terutama terjadi pada DBD. Mutasi ini akan merusak kemampuan protein untuk berikatan dengan targetnya pada sekuens DNA, dan kemudian mencegah terjadinya aktivasi transkripsi target gen yang merupakan down stream p53. PERAN P53 PADA PATOGENESIS MOLEKULAR KSB KSB berasal dari sel pluripotensial stratum basalis yang terbentuk secara terus-menerus sepanjang kehidupan manusia. Pada umumnya tumor berasal dari epidemis, tetapi dapat pula tumbuh dari selubung luar akar folikel rambut. 3 Karsinogenesis merupakan proses bertahap dan kompleks dari akumulasi perubahan genetik. 10 Pada etiopatogenesis kanker terdapat empat gen yang berperan penting yaitu: oncogen, tumor suppressor gene, gen penyandi apoptosis dan gen untuk repair DNA. Radiasi UV memiliki hubungan erat dalam Telaah Kepustakaan patogenesis terjadinya kanker kulit termasuk KSB dan diperkirakan p53 menjadi target utama radiasi sinar UV. Tidak hanya pada jaringan tumor ganas, mutasi p53 juga dijumpai pada keratosis aktinik, sehingga disimpulkan bahwa mutasi p53 terjadi pada awal proses karsinogenesis non melanoma, bahkan sebelum manifestasi klinisnya muncul. 11 Pada peristiwa stres sel antara lain kerusakan DNA, hipoksia, stres oksidatif maupun onkogen akan menginduksi berbagai mediator upstream untuk aktivasi p53 seperti 14ARF dan MDM2. Pada saat p53 aktif terjadi fosforilasi pada satu atau lebih residu serin pada N atau C terminus, selanjutnya akan terikat pada elemen enhancer/promotor yang merupakan target downstream dari p53.12 Tiga jalur penting sebagai downstream aktivasi p53 adalah sebagai berikut: 12 a. Mengaktivasi perbaikan DNA yang rusak. Pada keadaan normal, p53 dalam keadaan tidak aktif dan terikat pada protein Murine Double Minuta (MDM2) atau protein Human Double Minute (HMD2) yang berfungsi mencegah aktivasi p53. Saat terinduksi oleh berbagai karsinogen seperti radiasi UV, yang berpotensi merusak DNA, maka terjadi fosforilasi p53 oleh beberapa protein antara lain Ataxia-Telangiectasia-Mutated (ATM) , Checkpoint Kinase 1 (CHK1) dan CHK2, selanjutnya p53 menjadi aktif. Setelah protein p53 teraktivasi, terjadi induksi siklus sel untuk memasuki fase istirahat agar sel rusak dapat diperbaiki dan terjadi pula pengaktifan apoptosis. Selain itu p53 juga berperan dalam proses Nucleotide Excision Repair (NER) maupun Base Excision Repair (BER). b. Menahan siklus sel pada titik G1/S regulation point saat terjadi kerusakan DNA. p53 memiliki efek regulator negatif terhadap perkembangan sel-sel kanker, dan keberadaannya pertama kali ditemukan pada kasus karsinoma kolon. Regulator negatif ini berfungsi sebagai “rem “ yang mencegah proliferasi sel yang tidak terkendali. Siklus sel berlangsung di bawah pengawasan p53, bila terbentuk sel yang abnormal atau defek genetik selama sel membelah secara kontinyu, maka sel akan masuk pada siklus istirahat (G1) sehingga akan ada cukup waktu untuk menghancurkan sel abnormal tersebut. Akumulasi p53 setelah kerusakan DNA menyebabkan siklus sel masuk pada fase G1/S dengan menginduksi ekspresi p21, yang selanjutnya akan membuat kompleks cdk-cyclin menjadi tidak aktif. Selain itu p53 juga dapat menginduksi sel masuk pada fase G2/M. Peran p53 pada Patogenesis Karsinoma Sel Basal c. Mengontrol proses apoptosis, jika kerusakan DNA tidak lagi dapat diperbaiki. Dengan adanya mekanisme apoptosis, maka dapat dipastikan sel-sel yang abnormal tidak akan dapat bertahan dan berlanjut sampai bereplikasi. p53 normal, yang merupakan produk dari p53, memiliki kemampuan untuk memastikan apakah sel yang abnormal tersebut telah dihancurkan dan tidak lagi membelah. Namun fungsi apoptosis ini menyimpang bila terjadi mutasi p53. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa Bcl-2 dan Bax merupakan down stream p53. Ekspresi Bax yang didinduksi oleh p53 dapat mempercepat proses apoptosis, dengan membentuk heterodimer dengan Bcl-2 lewat protein homolognya (BH1 dan BH2), sehingga mampu menghambat aktivitas Bcl-2. Keterlibatan Bcl-2 pada induksi apoptosis oleh p53 dibuktikan oleh studi yang dilakukan Miyashita pada tikus yang mengalami defisiensi p53, ekspresi Bcl-2 meningkat, diikuti menurunnya regulasi dari ekspresi Bax. Hasil ini membuahkan suatu hipotesis bahwa kemampuan apoptosis p53 sebagian disebabkan karena efek supresinya pada ekspresi Bcl-2. PENGARUH PAPARAN UV TERHADAP KERUSAKAN DNA DAN MUTASI P53 PADA KSB Analisis terhadap mutasi pada p53 menegaskan bahwa terdapat hubungan antara paparan UV, kerusakan DNA dan karsinoma pada kulit. Radiasi UVB dan UVC dapat menginduksi kerusakan DNA yang khas, menghasilkan dimer cyclobutane-type pyrimidine (CPD) dan pyrimidine (6-4) pyrimidone atau disebut juga (6-4) photoproducts. p53 memainkan peran penting sebagai pelindung sel dari kerusakan DNA akibat paparan UVB. Kerusakan DNA akibat paparan sinar UV mengaktivasi suatu mekanisme untuk menghapus DNA yang rusak, menunda kelanjutan siklus sel, perbaikan DNA atau apoptosis lewat aktivasi transkripsi gen yang merupakan down stream p53, seperti p21, MDM2, dan Bax. Secara normal, hanya sedikit p53 yang dapat dijumpai pada sel, namun akibat respon terhadap sinar UV, terjadi induksi kadar p53. Dengan tingginya kadar p53 ini, siklus sel akan memasuki fase istirahat (G1), yang memungkinkan terjadinya perbaikan seluler untuk meniadakan lesi pada DNA sebelum DNA mengalami sintesis dan mitosis lebih lanjut. Proses apoptosis juga meningkat sehingga dapat disimpulkan gen p53 merupakan 263 Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin sarana untuk memperbaiki kerusakan DNA atau untuk mengeliminasi sel yang mengalami kerusakan DNA yang berlebihan. 8 Ziegler (2000) melakukan penelitian yang menunjukkan pentingnya fungsi p53 yang intact. Mereka menggunakan tikus yang secara genetik memiliki sedikit p53 dibandingkan dengan yang memiliki p53 normal. Kedua kelompok tikus ini dipapar dengan radiasi UV artifisial, kemudian dilakukan studi terhadap epidermis tikus percobaan tersebut. Mereka mengamati adanya sel-sel sunburn, merupakan sel-sel piknotik yang telah mati sebagai hasil dari mekanisme apoptosis paska paparan sinar matahari. Pada tikus yang memiliki fungsi p53 normal, sel-sel sunburn tersebar pada lapisan epidermis, hal ini mencerminkan terjadi respons normal terhadap efek perusakan oleh radiasi sinar UV. Sedangkan pada tikus yang memiliki sedikit p53, sel-sel sunburn yang tampak juga dalam jumlah yang sedikit. 13 Pada kebanyakan kanker, terjadi mutasi missense (mutasi yang mengubah suatu kodon spesifik yang menyandi satu asam amino menjadi asam amino lain). Protein yang dihasilkan akan mengalami perubahan fungsi. Seringkali terjadi hilangnya suatu alel, sehingga terjadi lost of heterogenicity (LOH), yang banyak dijumpai pada karsinoma kolon, paru dan kandung kemih. Pada kasus-kasus KSB frekuensi LOH lebih rendah dibandingkan keganasan lain dan lebih sering terjadi mutasi langsung secara independen pada kedua alel untuk p53 menghasilkan bentuk mutant p53 akibat paparan berulangkali radiasi UV. 8 Jenis mutasi yang terjadi pada umumnya merupakan transisi sekuens dipyrimidine C T dan CC TT yang karakteristik untuk mutasi yang disebabkan oleh UVB. 2 UV dapat mengakibatkan kerusakan pada dimer cytosine yang tidak dapat diperbaiki, sehingga terjadi mutasi tandem (dua atau lebih salinan sekuensi DNA yang tersusun dalam urutan head-to tail di sepanjang kromosom), di mana dua residu cytosine digantikan oleh dua basa thymin. Mutasi ini dapat terjadi pada kodon 241, 248, 250 dan 258. Deteksi mutasi pada tandem sekuens CC TT pada kodon 247 dan 248 lebih banyak dilakukan dengan alasan: mutasi tandem tersebut lebih spesifik dibandingkan mutasi tunggal C T. selain itu kodon 248 menyandi asam amino arginin yang berperan penting dalam fungsi tumor supressor Mutasi p53 merupakan prediktor KSB, terdapat dose response relationship dimana terjadi peningkatan risiko KSB seiring dengan peningkatan frekuensi mutasi. 10,14,15 264 Vol. 20 No. 3 Desember 2008 Pada penelitian yang dilakukan Bholshakov (2003), didapatkan mutasi p53 pada tandem sekuens CC TT, sebesar 66% pada KSB agresif (tipe mikro nodular dan morfeaform) dan 38% KSB pada non agresif. Hal ini menunjukkan peran dari radiasi UV terhadap terjadinya KSB agresif, selain itu mutasi p53 dapat pula dijadikan prediktor KSB agresif. 13 Selain mengakibatkan perubahan bentuk p53 menjadi mutant p53, sinar UV secara langsung juga mengakibatkan hilangnya fungsi normal gen ini sebagai tumorsupressor yang memudahkan berkembangnya sifat keganasan. 6 HEDGEHOG SIGNALLING Selain mutasi p53, pada KSB juga terdapat mutasi pada gen penyandi Patched homologue 1 (PTCH1) yang terletak pada kromosom 9q22, maupun berbagai gen lain yang terlibat pada jalur Hedgehog menyebabkan peningkatan regulasi jalur tersebut, dan akhirnya terjadi peningkatan proliferasi. Aktivasi jalur Hedgehog didapatkan terutama pada KSB familial, tetapi didapatkan pula pada sekitar 30-40% KSB sporadik. Terikatnya Sonic Hedgehog (SHH) pada (PTCH 1) yang merupakan tumor supressor akan menginduksi G protein coupled receptor smoothened (SMO), yang selanjutnya akan menginduksi GLI sebagai faktor transkripsi. Selain itu mutasi pada PTCH1 juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya KSB dengan terjadinya signal tranduksi pada SMO dan GLI. 2,11 KETERKAITAN HEDGEHOG SIGNALLING DAN P53 Pada beberapa studi yang membandingkan terjadinya mutasi UVB pada p53 dan PTCH pada KSB menunjukkan frekuensi mutasi p53 (50–60%) lebih besar dibandingkan PTCH (30–40%), dengan demikian diduga jalur p53 lebih berperan pada KSB dibanding jalur SHH, selain itu kemungkinan terdapat jalur lain berperan pada tidak aktifnya PTCH1. Tetapi berbeda dengan studi tersebut di atas, Kim (2002) menemukan tiga dari empat KSB memiliki mutasi khas UV pada sampel dengan mutasi p53 yang bersamaan dengan mutasi PTCH1. Hal ini tidak hanya memperkuat keterlibatan UV tetapi juga terdapatnya peran genetik multifaktorial pada patogenesis KSB. 5,16 Beberapa studi telah menunjukkan peran mutasi pada p53 dan PTCH1 pada KSB. Selanjutnya telah pula dilakukan beberapa studi yang membuktikan Telaah Kepustakaan keterkaitan antara kedua gen tersebut. Gailani (1996) menemukan hilangnya DNA marker pada kromosom 9q disertai mutasi p53 pada tujuh dari 18 sampel KSB (39%), sementara studi yang dilakukan Zhang (2001) menghasilkan penemuan mutasi p53 dan PTCH1 pada KSB sebesar 38%. 17 Tidak berbeda dengan kedua studi di atas, Ling (2001) menemukan hilangnya kedua alel PTCH1 bersamaan dengan mutasi p53 pada enam dari delapan sampel KSB sporadis. 9 Pada studi tentang pengaruh radiasi UV dan ion yang dilakukan oleh Mizuno (2006) juga didapatkan interaksi antara p53 dan PTCH1. 18 Berbagai studi tersebut menunjukkan kemungkinan keterkaitan kedua gen tersebut pada terjadinya tumorigenesis KSB. 19 P53 SEBAGAI TARGET TERAPI DAN PENCEGAHAN KSB B e r ba g a i r i se t te l a h di l a k uk a n unt uk pengembangan modalitas terapi berdasarkan peran p53 pada KSB. Antara lain Jee (2002) membuktikan bahwa curcumin yang selama ini dikenal dapat menginduksi apoptosis pada leukemia dan hepatoma, ditemukan dapat pula berperan pada induksi apoptosis pada KSB. Selain mengiduksi apoptosis, curcumin dapat meningkatkan ekspresi p53 dan meningkatkan kemampuan p53 dalam pengikatan DNA, selanjutnya curcumin dapat pula menginduksi peningkatan ekspresi p21 sebagai target downstream p53.20 Riset yang dilakukan Benjamin (2008) pada tikus yang diberi paparan UVB, didapatkan deteksi mutasi p53 pada kulit tikus sebelum dapat terdeteksi KSB secara klinis. Hal ini memungkinkan p53 sebagai end point uji efektivitas fotoproteksi tabir surya. Lebih lanjut didapatkan penurunan ekspresi mutan p53 serta tidak terjadinya keganasan kulit pada pemberian tabir surya SPF 15 sebelum dilakukan paparan UVB. 21 Tang (2007) menemukan bahwa restore p53 pada tikus dapat diinduksi oleh CP-31398. Meski belum pernah dilakukan uji klinis pada manusia, tampaknya CP-31398 tidak hanya berpotensi sebagai terapi KSB tetapi dapat juga sebagai proteksi K SB.22 KEPUSTAKAAN 1. Carucci JA, Leffell DJ. Basal Cell Carcinoma. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolf K, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7 th ed. Philadelphia: WB Saunders Co; 2008. p. 1036–42. 2. Rubin AI, Chen EH, Ratner D. Current Concepts Basal Cell Carcinoma. N Engl J Med 2005; 353: 2262–9. Peran p53 pada Patogenesis Karsinoma Sel Basal 3. Ramsey ML. Basal Cell Carcinoma. Emedicine May[cited 2006 May 9]. Available from: URL: http:/// www.emedicine.com/derm/topic47.ht m. 4. Martinez MAR, Ruiz IRG, Fransisco G, Neto CF, Cabral LS. Molecular Genetic of Melanoma Skin Cancer. An Bras Dermatol 2006; 81(5): 405–19. 5. Ghaderi R, Haghighi F. Immunohistochemistry Assessment of P53 Protein in Basal Cell Carcinoma. Iran J. Allergy Asthma Imunol 2005; 4(4): 167–71. 6. Leffel DJ. The Scientific Basis of Skin Cancer. J Am Acad Dermatol 2000; 42(issue 1): s18–22. 7. Benjamin CL, Ananthaswamy HN. P53 and the Pathogenesis of Skin Cancer. J Toxicol and Apl Pharmacol 2007; 244 (issue 3): 241–8. 8. Ratner D, Peacocke M, Zhang H, Xiao LP, Hui CT. UV Specific P53 and PTCH Mutation in Sporadic Basal Cell Carcinoma of Sun-Exposed Skin. J Am Acad Dermatol 2001; 44(2): 293–7. 9. Ling G. p53 Alteration in Human Skin., Uppsala, Sweden: Acta Universitatis Upsaliensis, 2001. Dissertation. 10. Ouhtit A, Nakazawa H, Amstrong BK, Kricker A, Tan E, Yamasaki H, et al. UV-Radiation-Specific P53 Mutation Frequency in Normal Skin as a Predictor Risk of Basal Cell Carcinoma. J Natl Cancer Inst 1998; 90(7): 523–30. 11. Tilli CMLJ, Steensel MAM, Krekels GAM, Neumann HAM, Ramaekers FCS. Molecular Aetiology and Pathogenesis of Basal Cell Carcinoma. Br J Dermatol 2005; 152: 1108–24. 12. Melnikova VO, Annanthaswamy HN. p53 Protein and Nonmelanoma Skin Cancer. In: Reichrath J, editor. Molecular Mechanisms of Basal Cell and Squamous Cell Carcinomas. New York: Springer; 2006. p. 66–79. 13. Bolshakov S, Walker CM, Strom SS, Selvan MS, Clayman GL, Naggar AE, et al. P53 Mutation in Human Agressive and Nonagressive Basal and Squamous Cell Carcinomas. Clin Cancer Res 2003; 9: 228–34. 14. Mari GG, Sarasin A. TP53 Mutation in Human Skin Cancer. Human Mutation 2003; 21: 217–28. 15. Skinner AM, Turker MS. High Frequency Induction of CC to TT Tandem Mutation in DNA Repair-proficient Mammalian Cells. Photochemistry and Photobiology 2008; 84: 222–7. 16. Sra KK, Tarbox MB, Aboutalebi S, Rady P, Shipley GL, Dao DD, et al. Molecular Diagnosis of Cutaneous Diseases. Arch Dermatol 2005; 141: 225–41. 17. Zhang H, Ping XL, Lee PK, Wu XL, Yao YJ, Zhang MJ, et al. Role of PTCH and p53 Genes in EarlyOnset Basal Cell Carcinoma. Am J Pathol 2001; 158: 381–5. 18. Mizuno T, Tokuoka S, Kishikawa M, Nakashima E, Mabuchi K, Iwamoto KS. Molecular Basis of Basal Cell Carcinogenesis in the Atomic-bomb Survivor Population: p53 and PTCH Gene Alteration. Carcingenesis 2006; 27(11): 2286–94. 265