ketidakjujuran akademis dan plagiarisme di perguruan tinggi

advertisement
KETIDAKJUJURAN AKADEMIS DAN PLAGIARISME
DI PERGURUAN TINGGI
I G A Sri Darmayani
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
ABSTRAK
Ketidakjujuran akademis dan plagiarisme seringkali ditemukan pada mahasiswa kedokteran.
Terdapat banyak faktor yang berperanan pada masalah ini, seperti penggunaan teknologi
internet, kurangnya keterampilan menulis, dan kurangnya penghargaan akademis. Usaha untuk
mencegah plagiarisme memerlukan peranan dari universitas, dosen, dan mahasiswa. Usaha ini
ditujukan untuk menciptakan suasana dimana plagiarisme adalah masalah yang penting, dan
utama di universitas. Mahasiswa perlu diinformasikan sejak awal tentang cara-cara mencegah
plagiarisme. Mereka perlu diberikan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan menulis secara
akademis dan perlu dibentuk unit yang melakukan latihan ini dan juga menyediakan software
untuk memeriksa tulisan mahasiswa dalam tujuan untuk mendeteksi plagiarisme.
Kata kunci : ketidakjujuran akademis, plagiarisme, mendeteksi plagiarisme
Pendahuluan
Ketidakjujuran akademis terutama plagiarisme saat ini sangat marak terjadi dan menjadi salah
satu masalah di perguruan tinggi. Di Indonesia, ada beberapa dosen yang menerima sanksi akibat
tindakan plagiarisme yang dilakukan dalam penulisan ilmiah untuk kenaikan pangkat atau
jabatan. Plagiarisme biasanya terjadi karena minimnya kemampuan menulis seseorang secara
akademis. Oleh karena itu, mempelajari kemampuan menulis akademis adalah hal yang sangat
penting bagi seorang mahasiswa (Gitanjali, 2004).
Di Kroasia, seorang peneliti, menemukan bahwa sebagian besar mahasiswa kedokteran
(>99%) mengaku penah melakukan ketidakjujuran akademis. Mahasiswa mengaku pernah
menyalin jawaban teman, mengikuti ujian atas nama orang lain, atau pun menggunakan berbagai
alasan untuk memperpanjang waktu pengumpulan tugas (Taradi, 2010).
Meningkatkan kesadaran terhadap kejujuran akademis dan pencegahan plagiarisme
membutuhkan kerja sama seluruh pihak di perguruan tinggi. Peranan universitas, dosen, dan
mahasiswa serta adanya sistem yang mendukung terciptanya kesadaran tersebut adalah hal
mutlak. Untuk itu, penulis mencoba mengangkat tulisan ini sebagai sebuah acuan guna
mengetahui permasalahan plagiarisme dan ketidakjujuran akademis di perguruan tinggi serta
solusinya.
Pengertian Ketidakjujuran Akademis dan Plagiarisme
Ketidakjujuran akademis didefinisikan sebagai 'intentional participation in deceptive practices
regarding one's academic work or the work of another' (tindakan tipu muslihat disengaja yang
berhubungan dengan tindakan akademis seseorang atau orang lain) (Gaberson 1997).
Plagiarisme berasal dari bahasa Latin yang artinya menculik. Ketika seseorang
melakukan tindakan plagiarisme, berarti orang tersebut dengan sengaja telah menculik hasil
karya orang lain. University of Melbourne's Policy in Academic Honesty and Plagiarism
mendefinisikan plagiarisme sebagai 'the use of another person's work without acknowledgement'
(penggunaan hasil karya seseorang tanpa adanya pengakuan terhadap penggunaan karya
tersebut) (University of Melbourne, 2011). Definisi ini tidak hanya meliputi kata-kata di dalam
teks, tetapi juga merujuk kepada semua elemen dari karya orang lain seperti ide dan argumen,
gambar, grafik, komposisi, struktur organisasi, perangkat lunak komputer, musik, maupun bunyi
(Gitanjali, 2004).
Beberapa Tindakan yang Tergolong Ketidakjujuran Akademis dan Plagiarisme
Ada beberapa tindakan yang tergolong ketidakjujuran akademis dan plagiarism. Ketidakjujuran
akademis yang berhubungan dengan ujian misalnya: menunda ujian dengan berbagai alasan,
menyontek saat ujian, mencuri atau membeli soal ujian, maupun menyalahgunakan kedekatan
pribadi agar lulus ujian. Ketidakjujuran akademis lainnya seperti mengubah daftar kehadiran dan
meminta teman untuk menandatangani daftar hadir miliknya. Memalsukan tanda tangan dosen
dan mengumpulkan karya orang lain atas nama dirinya juga merupakan tindakan ketidakjujuran
akademis (Johanson 2010).
Selain hal tersebut diatas, ada beberapa kegiatan lain yang tergolong plagiarisme
diantaranya adalah : Menyalin secara langsung (atau mengizinkan untuk disalin) paragraf,
kalimat, atau bagian penting dari suatu kalimat. Menyalin ide, konsep, hasil penelitian, tabel
statistik, program komputer, disain, gambar, bunyi, atau teks juga termasuk plagiarisme. Dalam
melakukan paraphrase tidak boleh hanya mengganti kata dalam jumlah yang sedikit.
Menyatakan suatu ide spesifik atau interpretasi dan mengambil potongan-potongan dari berbagai
karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya merupakan salah satu bentuk plagiarisme.
Mengumpulkan hasil karya pribadi baik sebagian atau seluruhnya lebih dari satu kali untuk
memenuhi tugas mata kuliah yang berbeda juga termasuk plagiarisme (Monica et al., 2010).
Berdasarkan beberapa penelitian, masalah ketidakjujuran akademis dan plagiarisme
sangat banyak terjadi. Prilaku mencontek pada mahasiswa di India merupakan isu penting.
Dalam penelitian Monika dkk (2010) melaporkan bahwa 70 % dari subjek penelitian mengaku
pernah terlibat paling tidak sekali dalam pelanggaran akademis ketika ujian. Mayoritas subjek
merasa bahwa mencontek ketika ujian tidak memiliki efek signifikan terhadap masa depan
mereka (Monica et al., 2010). Penelitian di Sydney Australia, pada mahasiswa farmasi
ditemukan kurangnya pengetahuan mahasiswa tentang plagiarisme dan mahasiswa tidak
menganggap plagiarisme sebagai masalah serius (Ryan et al., 2009). Salah satu studi
menemukan bahwa plagiarisme dalam menulis essay sering terjadi pada mahasiswa kedokteran.
Penelitian di Kroasia melibatkan 198 mahasiswa kedokteran tahun kedua yang diberi tugas untuk
menulis sebuah essay berdasarkan satu dari empat artikel dan diperiksa dengan menggunakan
program komputer yang mendeteksi plagiarisme. Tingkat plagiarisme (plagiarism rate) tulisan
mahasiswa tersebut dihitung berdasarkan perbandingan jumlah kata-kata yang sama dengan
artikel referensi dengan total jumlah kata dalam essay. Dari penelitian tersebut didapatkan
jumlah mahasiswa yang tidak melakukan plagiarism sebanyak 9%. Mahasiswa dengan tingkat
plagiarisme kurang dari sepuluh persen sebanyak 34%. Rata-rata tingkat plagiarisme adalah
19 % (Billic-Zulle et al., 2005).
Faktor-Faktor penyebab Ketidakjujuran Akademis dan Plagiarisme
Penelitian yang dilakukan di Australia mendapatkan bahwa ada beberapa faktor yang membuat
tindakan plagiarisme dan ketidakjujuran akademis menjadi sangat sering dilakukan. Hal tersebut
menurut mereka adalah: sikap mahasiswa yang menganggap prilaku ketidakjujuran akademis
adalah hal biasa dan tidak adanya hukuman yang tegas terhadap hal itu. Kurangnya kemampuan
menuliskan referensi secara benar dan kurangnya pengetahuan tentang plagiarisme juga
menyebabkan hal ini terjadi. Kegiatan perkuliahan yang padat serta tugas perkuliahan yang
banyak yang disertai dengan mudahnya mendapatkan akses internet menyebabkan mahasiswa
menggunakan jalan pintas dengan meniru karya orang lain untuk menyelesaikan tugas dengan
cepat (Ryan et al., 2009).
Penyebab plagiarisme sangatlah bervariasi, diantaranya adalah: mahasiswa tidak memahami
perlunya mengakui dan menyebutkan hasil karya orang lain dalam tulisan yang dibuat.
Mahasiswa juga menganggap bahwa orang lain pun melakukan plagiarisme, sehingga hal ini
dianggap wajar dilakukan. Sering kali ditemukan handout yang diberikan dosen kepada
mahasiswa tidak mencantumkan referensi dengan benar. Adanya anggapan bahwa tugas yang
dikerjakan tidak akan dibaca oleh dosen, menyebabkan mahasiswa tidak serius mengerjakan
tugas dan melakukan plagiarism (Hill et al., 2011).
Jenis-jenis Plagiarisme
Berdasarkan sumber yang diplagiat, plagiarisme dibagi menjadi beberapa jenis: Plagiarisme
intra-corpal ini merupakan plagiarisme yang terjadi ketika mahasiswa menyalin sebagian atau
seluruh hasil karya orang lain atau mahasiswa lain. Banyaknya mata kuliah yang mengharuskan
mahasiswa mengumpulkan tugas dengan topik yang sama menyebabkan beberapa mahasiswa
langsung menyalin dan mengumpulkan tugas milik temannya. Ada juga mahasiswa yang
menyalin tugas mahasiswa lain yang sudah menyelesaikan mata kuliah tersebut di semester
sebelumnya (Ryan et al., 2009).
Jenis plagiarisme yang lain adalah Collusion. Collusion didefinisikan sebagai suatu
tindakan menyerahkan suatu tugas yang merupakan hasil dari kerja sama dengan orang lain baik
sebagian maupun seluruhnya yang diakui sebagai hasil karyanya sendiri. Kolusi melibatkan kerja
sama dua atau lebih mahasiswa dalam melakukan plagiarisme (Ryan et al., 2009).
Extra-corpal plagiarisme adalah jenis plagiarisme yang terjadi ketika mahasiswa
menyalin sumber yang berasal dari luar (bukan dari mahasiswa lain). Contoh yang paling jelas
adalah ketika mahasiswa menyalin sumber dari buku atau situs internet. Jenis plagiarisme ini
semakin banyak terjadi, diakibatkan oleh makin pesatnya kemajuan teknologi internet di mana
mahasiswa dapat mengakses begitu banyak sumber dalam waktu yang singkat (Ryan et al.,
2009).
Autoplagiarism terjadi ketika seorang mahasiswa mengumpulkan kembali tugas yang
pernah dikerjakannya di masa lalu untuk dilakukan penilaian atau publikasi tanpa adanya
acknowledgement. Meskipun tugas yang dikumpulkan adalah murni hasil karya mahasiswa
tersebut tetapi karena dilakukan publikasi ulangan tanpa adanya perubahan pada isi tugas
tersebut, maka hasil karya tersebut juga dikategorikan sebagai plagiasrisme (Ryan et al., 2009).
Cara-cara untuk mencegah Plagiarisme.
Plagiarisme dapat dihindari dengan cara secara tepat menyebutkan sumber ide, tulisan, dan
gambar (acknowledgment). Penyebutan tersebut dibutuhkan ketika karya orang lain digunakan
dalam karya pribadi. Setiap tulisan, ide, atau informasi yang tidak memiliki referensi akan
dianggap sebagai hasil karya pribadi penulis/pembuat karya yang bersangkutan. Penyebutan
sumber tersebut harus dicantumkan pada: kutipan langsung (quotation), penggunaan kata-kata
sendiri dalam menyajikan kembali tulisan/ide orang lain (paraphrasing), ikhtisar ide/tulisan
orang lain (Ryan et al., 2009).
Kejujuran pada diri seorang penulis sangat diperlukan untuk mencegah plagiarisme.
Kejujuran merupakan dasar untuk menegakkan kebenaran, termasuk menegakkan dan
membangun kebenaran ilmiah. Hanya diri sendiri dan Tuhan yang benar-benar tahu bahwa
materi yang dikemukakan dalam bentuk kalimat ataupun data pada karya tulisnya itu asli milik
dirinya atau bersumber dari karya tulis orang lain. Kadang-kadang seorang penulis ingin
mengemukakan kalimat (konsep, teori, ataupun pernyataan) serta data (baik gambar maupun
angka) yang bersumber dari tulisan orang lain, namun tidak tahu cara merujuk sumber secara
benar. Di sinilah diperlukan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tata tulis, membuat
kalimat yang benar, mengutip kalimat baik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung
(Ryan et al., 2009).
Pengakuan terhadap karya orang lain yang dijadikan bahan pustaka merupakan salah
satu tindakan jujur seorang penulis, karena hal ini merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengakuan terhadap karya
orang lain dapat terekspresikan pada cara pengutipan kalimat dan data yang dituangkan dalam isi
tulisan, cara penulisan daftar pustaka, dan kata pengantar.
Menulis dengan kata-kata sendiri (Paraphrase) adalah salah satu cara untuk mencegah
plagiarisme. Dengan paraphrase, mahasiswa mengungkapkan kembali suatu pernyataan, baik
berupa satu kalimat atau satu paragraf, menjadi bentuk paragraf atau kalimat lain tanpa merubah
makna suatu ide atau gagasan. Sebelum melakukan paraphrase, mahasiswa harus mencerna
suatu ide dari sebuah tulisan dan kemudian menuliskannya kembali dengan kata-katanya sendiri.
Keterampilan menulis dengan kata-kata sendiri ini memerlukan pengetahuan tentang sinonim,
frase dalam kalimat dan juga kemampuan memahami dan mengolah kata-kata sehingga menjadi
sebuah kalimat (Anonim, 2011).
Peranan dosen dan staf pengajar dalam mencegah plagiarisme adalah dengan
memberikan keteladanan dalam kejujuran akademis, misalnya tidak menampilkan slide kuliah
yang copy-paste dari buku atau internet dan tidak menampilkan slide yang sama untuk sesi
kuliah yang berbeda. Menampilkan referensi pada setiap lecture notes dan presentasi dengan
kaidah yang benar juga merupakan cara pencegahan plagiarisme. Dosen juga harus membiasakan
diri untuk menginformasikan pentingnya kejujuran akademis dalam sesi perkuliahan. Tugas
tertulis yang diberikan harus bervariasi dari semester ke semester. Tingkat kesulitan tugas yang
diberikan, disesuaikan dengan kredit dari mata kuliah tersebut. Karena semakin sulit suatu tugas
maka semakin besar kemungkinan mahasiswa melakukan plagiarisme (Anonim, 2011).
Peran mahasiswa dalam meningkatkan kejujuran akademis adalah dengan membiasakan
diri untuk berlaku jujur dalam presensi kuliah, ujian, dan pembuatan karya tulis. Ketika ujian
mahasiswa tidak memberikan contekan kepada mahasiswa lainnya. Setiap mahasiswa harus
mengetahui peraturan universitas tentang kejujuran akademis dan plagiarisme. Dalam membuat
tulisan ilmiah mahasiswa harus membiasakan diri untuk menulis referensi dengan kaidah yang
benar dan membiasakan diri untuk menulis dengan kata-kata sendiri ketika mengambil suatu ide
dari tulisan lain. Lembaga penelitian mahasiswa dan badan eksekutif mahasiswa dapat
membantu pihak universitas dalam mengkampanyekan kejujuran akademis di kalangan
mahasiswa (Hrabak, 2004).
Meningkatkan kesadaran terhadap kejujuran akademis membutuhkan kerja sama
seluruh pihak. Perlunya suatu sistem yang mendukung terciptanya kesadaran tersebut adalah hal
mutlak. Peran yang dapat dilakukan universitas, dosen, dan mahasiswa untuk menerapkan
kejujuran akademis berupa membuat peraturan yang jelas dan praktis tentang ketidakjujuran
akademis dan hukuman yang diterapkan. Mencantumkan peraturan tersebut dalam berbagai
media di kampus (slide di setiap awal modul, buku pegangan mahasiswa, website universitas,
poster). Membuat sistem di mana pihak yang melaporkan ketidakjujuran akademis mendapatkan
perlindungan, misalnya jaminan kerahasiaan. Membuat modul khusus tentang kejujuran
akademis yang meliputi definisi, contoh, sanksi, plagiarisme. Menggunakan perangkat lunak
yang dapat mendeteksi plagiarisme. Pada saat ujian, menciptakan suasana ujian yang
meminimalisir perilaku ketidakjujuran akademis, seperti mewajibkan untuk mematikan seluruh
perangkat elektronik dan menaruhnya di depan kelas. Membuat lembar pernyataan untuk
bersikap jujur sebelum ujian berlangsung dan membuat posisi duduk antar mahasiswa tidak
berdekatan. Membentuk badan khusus yang membimbing mahasiswa untuk membuat karya tulis
sesuai kaidah yang benar, dan menulis referensi sesuai kaidah yang telah ditetapkan
(referencing). Melakukan kerja sama dengan badan kerohanian mahasiswa maupun staf untuk
ikut mengkampanyekan kejujuran akademis di kalangan mahasiswa dan staf pengajar (Johanson,
2010).
Cara Mendeteksi Plagiarisme
Dr. Stephen Morgan dari University of Melbourne membuat suatu quick checklist yang dapat
dipakai untuk mendeteksi plagiarisme. Quick checklist ini sebaiknya dipakai sebelum dan
sesudah membuat sebuah tulisan (Ryan et al., 2009).
Selain Quick checklist tersebut, ada sebuah perangkat software yang dapat digunakan
untuk mengetahui tindakan plagiarisme yang dilakukan oleh seseorang. Software tersebut
bernama Turnitin. Turnitin adalah perangkat lunak berbasis internet yang digunakan untuk
mendeteksi plagiarisme. Program ini bekerja dengan membandingkan karya tulis dalam format
elektronik dengan karya tulis lain yang telah ada. Karya tulis lain yang telah ada tersebut
mencakup buku, tulisan peneliti lain yang telah dikumpulkan, maupun halaman situs internet,
jurnal ilmiah, dan lain-lain. Turnitin digunakan oleh lebih kurang dari 10.000 institusi di 126
negara. University of Melbourne telah menggunakan program ini sejak Juli 2004. Program ini
akan mendeteksi bagian mana yang memiliki kesamaan dengan tulisan yang sudah ada. Laporan
dari program ini adalah dalam bentuk originality report. Turnitin tidak dapat memutuskan
apakah plagiarisme telah dilakukan. Dosenlah yang memiliki tanggung jawab untuk menentukan
kualitas originality report dan menilai apakah bagian tulisan yang diidentifikasi oleh Turnitin
sebagai non-original dapat ditentukan sebagai plagiarisme (University of Melbourne, 2011).
Beberapa website dapat digunakan untuk mendeteksi plagiarisme diantaranya:
Copyscape (http://www.copyscape.com) yang merupakan duplicate content checker. Karena
keakuratannya, copyscape sering dijadikan pedoman untuk menilai apakah suatu tulisan unik
atau tidak. Pada versi gratisnya, copyscape hanya memperbolehkan kita mengecek URL yang
telah ada, jadi kita tidak akan bisa mengecek keunikan tulisan yang belum dipublikasikan ke
internet. Anda bisa menentukan indeks yang akan digunakan oleh copyscape, yaitu Google atau
Yahoo.
Website lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi plagiarisme adalah The
Plagiarism Checker (http ://www.dustball.com/cs/plagiarism.checker/. Kelebihan dari website
ini adalah mampu mengecek tulisan yang belum dipublikasikan.
Kesimpulan
Penerapan kejujuran akademis membutuhkan kerja sama dari seluruh pihak yaitu universitas,
dosen, dan mahasiswa. Pada intinya, usaha tersebut bertujuan untuk menciptakan suatu
lingkungan yang kondusif di mana seluruh pihak terbiasa untuk menerapkan kejujuran akademis.
Pihak universitas memiliki peran besar untuk memulainya dengan menetapkan peraturan tentang
kejujuran akademis, membentuk sebuah divisi khusus yang mendidik mahasiswa untuk memiliki
kemampuan menulis secara akademis, dan menggunakan perangkat lunak khusus untuk
mendeteksi plagiarisme. Pihak dosen sebagai pengajar perlu memberikan keteladanan terhadap
kejujuran akademis. Sedangkan mahasiswa sebagai pusat dari kegiatan akademis di universitas
perlu ikut andil dalam mengkampanyekan kejujuran akademis di kalangan mereka sendiri,
membiasakan diri untuk jujur, dan melatih diri sendiri untuk menulis secara akademis.
Tindakan
manusia
dalam
kehidupannya
merupakan
ekspresi
dari
penerapan
pengetahuannya, ekspresi dari kepatuhannya terhadap norma. Oleh karena itu, kendatipun
seseorang tahu tentang apa yang disebut plagiarisme serta dampak negatifnya, bisa saja orang
tersebut melakukan plagiarisme karena hal ini menyangkut kualitas moral seseorang.
Keseimbangan
tiga dimensi dalam manajemen plagiarisme yaitu pencegahan, deteksi, dan
sanksi sangat penting dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Plagiarism and how to avoid it. Academic Skill Unit. Diunduh pada tanggal 6
November 2011. Tersedia di www.services. unimelb.edu.au/asu/
2. Anonim. Referencing Essentials. Academic Skill Unit. Diunduh pada tanggal 6 November
2011. Tersedia di www.services.unimelb.edu.au/asu/
3. Billic-Zulle L, Frkovic V, Azman TTJ, Petrovecki MP. Prevalence of plagiarism among
mediccal students. Croat Med J 2005; 46(1):126-31.
4. Gaberson KB. Academic dishonesty among nursing students. Nursing Forum 1997; 32(3):
14-20
5. Gitanjali B. Academic dishonesty in Indian medical college. J Postgraduate Med 2004; 40:
281-4.
6. Hill C, Mayrhofer A, Lovelock R. Academic honesty in schools one school's experience.
Diunduh
pada
tanggal
6
November
2011.
Tersedia
di
http://www.usyd.
edu.au/ab/policies/AcademicHonesty_Cwk.pdf
7. Hrabak M, Vujaklija A,Vodopivec I, Hren D, Hren D, Marusic M, et al. Academic
misconduct among medical students in a post-communist country. Medical Education 2004;
38: 276-85.
8. Johanson LS. Encouraging academic honesty: a nursing imperative. JNC 2010; 27(3): 26771.
9. Monica M, Ankola AV, Ashookkumar BR, Hebbal I. Attitude and tendency of cheating
behaviors amongst undergraduate student in a Dental Institutions of India. Eur J Dent E'due
2010; 14: 79-83.
10. Ryan G, Bonanno H, Krass I, Scouller K, Smith L. Undergraduate and postgraduate
pharmacy student's perception of plagiarism and academic honesty. AmJPharm Educ 2009;
73; 105
11. Taradi SK, Taradi M, Knezevic T, Dogas Z. Students comes to medical schools prepared to
cheat: a multi-campus investigation. J MedEthics 2010; 36: 666-70.
12. University of Melbourne. Advice. Diunduh pada tangal 6 November 2011. Tersedia di http://
academichonesty.unimelb.edu.au/ advice.html
13. University of Melbourne. Policy. Diunduh pada tanggal 6 November 2011. Tersedia di
http://academichonesty.unimelb. edu.au/policv.html
Download