BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buruh Harian Lepas (BHL) Buruh

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buruh Harian Lepas (BHL)
Buruh dapat diartikan sebagai semua orang yang bekerja dan terdaftar
namanya di perusahaan serta menerima gaji atau upah secara langsung dari
perusahaan tempat dia bekerja, baik yang aktif bekerja maupun yang sedang cuti izin
dengan perusahaan, sedang mengikuti training, berstatus buruh tetap, kontrak, harian
lepas maupun borongan. Pengertian lainnya, buruh adalah orang yang senang hati
melakukan usaha, kerja-keras, berjerih payah untuk menghasilkan produk atau
barang. Buruh adalah pemilik jasa dan orang yang melahirkan karya.Buruh bukanlah
orang yang tergelincir pada lilitan ekonomi dan tunduk dalam suatu pekerjaan, tetapi
orang yang mengaktifkan diri, berjalan terus dan aktif memenuhi kegiatan produksi.
Buruh memiliki sifat yang memberikan dan berunsur membangun, mencipta dan
menghidupkan (Steven. http://www.sulutlink.com
diakses pada tanggal 25
September 2014 pukul 21:55 Wib)
Buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang diikat dengan hubungan kerja
dari hari-kehari dan menerima penerimaan upah sesuai dengan banyaknya hari kerja,
atau jam kerja atau banyak barang atau jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut
buruh harian lepas (BHL) karena buruh yang bersangkutan tidak ada kewajiban
untuk masuk kerja dan tidak mempunyai hak yang sama seperti buruh tetap.
Umumnya buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang mengerjakan pekerjaan yang
sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman.
Dalam penelitian ini buruh harian lepas yang dimaksud adalah pekerja lepas
di bidang pertanian karena mereka hanya bekerja disektor pertanian. Sehingga
mereka lebih tepat dikatakan buruh tani. Buruh tani dalam pengertian yang
sesungguhnya memperoleh penghasilan terutama dari bekerja yang mengambil upah
untuk para pemilik tanah atau para petani penyewa tanah. Sebagian besar dari
mereka atas dasar jangka pendek, dipekerjakan dan dilepas dari hari ke hari.
Disamping itu melakukan pekerjaan yang diupah, buruh harian itu juga melakukan
perdagangan kecil kecilan, menjual pisang, rokok dan hasil pertanian secara kecilkecilan, menjualnya berdasarkan komisi dan kadang-kadang ada juga dari mereka
yang menanami sebidang tanah kehutanan dengan perjanjian (Sajogyo, 1995: 112)
Dalam tingkah lakunya terhadap orang-orang yang diluar dari kelompoknya,
buruh tani biasa menyerah saja pada nasibnya, ia ingin memperbaiki keadaannya,
tetapi ia tidak tahu caranya, karena itu ia menyerah saja. Kelompok ini biasanya
curiga terhadap segala sesuatu yang datang dari luar lingkungannya. Akan tetapi
sekalipun kedengarannya bertentangan, pada akhirnya buruh tani itu paling percaya
kepada pertimbangan para majikan mereka. Tentu saja kepercayaan itu ada batasnya,
tetapi dalam berhubungan dengan mereka, sekurang-kurangnya buruh itu tahu di
mana mereka berdiri. Dalam beberapa keadaan pendapat para majikan itu sangat
menentukan, sedangkan pendapat orang-orang yang berusaha menjadi pemimpin
buruh tani dalam perjuangan mereka untuk memperbaiki kondisi hidup, tidak
diterima. Terbukti bahwa pendapat mereka kurang diperhatikan dibandingkan
dengan pendapat majikan. Tidak ada jawaban atau badan pemerintahan yang benarbenar memberikan perhatiannya, baik langsung maupun tidak langsung, kepada
buruh tani dan nasibnya. Buruh tani hidup dari hari ke hari saja dan tidak
memperhatikan rencana masa depan misalnya dengan menabung.
Sajogyo memberikan cirri-ciri buruh tani yang bekerja dengan upah harian
lepas sebagai berikut:
Kegiatan Ekonomi
1. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan
digaji sebagai pekerja harian
2. Setelah hasil pertanian dipungut, buruh tani diperbolehkan
menanami tanah-tanah itu selama masa sekitar enam bulan
sebelum tanah ditanami oleh para pemilik lahan atau tuan tanah
3. Diwaktu mereka tidak dipekerjakkan sebagai buruh, para buruh
tani melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan
laba kira-kira sama besarnya dengan gaji mereka
Kedudukan sosial
1. Para buruh tani berada ditingkat terendah dalam lapisan
masyarakat. Mereka tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan
mereka tidak mempunyai kedudukan yang akan dipertahankan
maupun yang akan hilang. Posisi seperti ini mempunyai pengaruh
besar terhadap nilai-nilai norma kelompok itu.
2. Buruh tani hidup untuk menyambung nyawa saja, karena tidak ada
benda atau orang yang menjamin kehidupan mereka di masa
depan. Kenyataan ini mempunyai implikasi penting terhadap
rencana-rencana pembangunan yang telah dipertimbangkan
sebaik-baiknya berada diluar pengertian buruh tani.
3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang
kecerdasan, juga tidak mempunyai pengalaman untuk mengelola
pertanian. Mereka telah biasa bekerja sebagai buruh tani
sepanjang hidup karena itu mereka tahu sedikit mengenai
pekerjaan pertanian seperti mencangkul, menanam, menyiangi,
dan memanen.
4. Buruh tani sebagai kelompok sama sekali tidak terikat kepada
desa mereka. Banyak dari mereka berasal dari tempat lain, dan
kalau telah datang waktunya mereka berpindah ketempat yang
baru dimana mereka berharap menemukan kesempatan untuk
berhasil atau mendapatkan gaji yang lebih besar dan kerja yang
lebih ringan (Sajogyo, 1995: 113-114).
2.2 Kehidupan Sosial Ekonomi
2.2.1 Pengertian Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Apabila dilihat dari kata kehidupan yang sebenarnya adalah cara atau keadaan
tentang hidup, dan arti kata sosial adalah sesuatu yang berkenan di masyarakat,
sedangkan arti ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan
pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian, dan
perdagangan (Astarhadi, 1995 : 52).
Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai suatu sisitem (sistem
sosial), yaitu suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling
berhubungan dalam kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia
atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Oleh karena itu kehidupan
sosial pada dasarnya ditandai dengan:
1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukurannya berjumlah dua orang
atau lebih.
2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu
yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup
lama
dan
hidup
bersama,
maka
akan
terjadi
adaptasi
dan
pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai
kesatuan (kelompok).
3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Suatu kehidupan sistem bersama (Nasution, 2003 : 10 )
Dalam kehidupan sosial yang telah dikemukakan pada sebelumnya
mengartikan bahwa adanya interaksi yang terjadi dalam masyarakat. Adanya
hubungan-hubungan sosial atau hubungan yang saling mempengaruhi dengan kata
lain terjadi interaksi sosial. Interaksi ini pertama sekali terjadi pada keluarga, dimana
ada terjadi hubungan antara ayah, ibu dan anak. Dari adanya interaksi antara anggota
keluarga maka akan muncullah hubungan dengan masyarakat luar.
Dalam kehidupannya manusia mempunyai banyak kebutuhan, dan sudah
menjadi keharusan baginya untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik moral maupun
material. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia tidak terlepas dari manusia lain
sebagai akibat keberadaannya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut manusia juga saling berinteraksi satu sama
lain, disamping sebagai makhluk pribadi.
Kehidupan sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang
menyangkut interaksinya dan perilaku ekonomi dari masyarakat yang berhubungan
dengan pendapatan dan pemanfaatannya. Bila berbicara mengenai kehidupan sosial
ekonomi berarti juga membahas tentang kebutuhan dan bagaimana seseorang
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, dan pemanfaatan hasil ekonomi yang
diperoleh. Jadi, kehidupan sosial ekonomi yang dimaksud adalah cara-cara yang
diterapkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, serta
pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang diperoleh, dan juga berbicara
mengenai keadaan hidup sehari-hari.
Berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi yang didalamnya terdapat
unsur kebutuhan dan pemenuhannya, Abraham Maslow mengelompokkan 5 tingkat
kebutuhan manusia, yaitu:
1. Kebutuhan dasar fisiologis/ kebutuhan fisik (Physiological Needs) yang
diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti kebutuhan akan
makanan, istirahat, udara segar, air, vitamin, dan sebagainya. Kebutuhan
ini merupakan kebutuhan primer.
2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs) ditujukan oleh anak dengan
pemenuhan kebutuhan secara pasti, berkelanjutan, dan teratur. Anak
mudah terganggu dalam situasi yang dirasakan sebagai situasi yang
membahayakan, situasi yang kacau, tak menentu, ia mudah menarik diri
dalam situasi asing baginya. Anak membutuhkan perlindungan yang
memberi rasa aman.
3. Kebutuhan untuk mencintai dan cintai (Love Needs) merupakan dorongan
atau keharusan baginya untuk mendapatkan tempat dalam suatu
kelompok dimana ia memperoleh kehangatan perasaan dan hubungan
dengan masyarakat lain secara umum.
4. Kebutuhan akan harga diri (Estem Needs) menuntut pengalaman individu
sebagai pribadi yang bernilai, sebagai manusia yang berarti dalam
memiliki martabat. Pemenuhan kebutuhan ini akan menimbulkan rasa
percaya
diri
sendiri,
menyadari
kekuatan-kekuatannya,
dibutuhkan dan mempunyai arti bagi lingkungannya.
merasa
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization) memberikan
dorongan
kepada
setiap
individu
untuk
mengembangkan
atau
mewujudkan seluruh potensi dalam dirinya. Dorongan ini merupakan
dasar perjuangan setiap individu untuk merealisasikan dirinya, untuk
menentukan dirinya/ identitasnya, dan menjadi diri sendiri. Kebutuhan ini
tumbuh secara wajar dalam diri setiap manusia (Maslow, 1994: 43).
Kebutuhan-kebutuhan
tersebut
harus
dipenuhi
oleh
manusia
demi
kelangsungan hidupnya, mendorong manusia untuk bekerja sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demikianlah konsekuensi yang tidak dapat ditawar
lagi. Manusia memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, karena dengan
demikian manusia akan mendapatkan hasil yang dapat digunakan demi kelangsungan
hidupnya.
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial
masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan posisi tertentu dengan
seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status.
(Koentjaraningrat, 1990: 56)
2.2.2 Indikator Sosial Ekonomi
Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial
ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981: 38). Berdasarkan hal
tersebut kita dapat mengklasifikasikan keadaan sosial ekonominya, yang dapat
dijabarkan sesuai dengan indikator sebagai berikut :
A. Pendapatan
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan
ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status
sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christopher dalam Sumardi (2004)
mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima
oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya.
Sedangkan Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai
berikut:
1. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya
regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya
berasal dari:
a)
Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja
lembur dan kerja kadang-kadang.
b)
Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,
penjualan dari kerajinan rumah.
c)
Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik
tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak
milik.
2. Pendapatan yang berupa barang yaitu : Pembayaran upah dan gaji yang
ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan
kreasi.
Berkaitan dengan hal tersebut mendefinisikan pendapatan adalah sebagai Seluruh
penerimaan baik berupa uang ataupun barang baik dari pihak lain maupun dari
hasil sendiri, dengan jalan dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini.
Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi
4 golongan yaitu:
1. Golongan Sangat Tinggi : Golongan pendapatan sangat tinggi adalah
jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 perbulan
2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara
Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 perbulan
3. Golongan Pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata
dibawah antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000, 00 perbulan.
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.
1.500.000,00 perbulan (Wijaksana,1992: 52)
Berdasarkan kategori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapatan juga
sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang
mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat
ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok setiap keluarga
biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dan
penghasilan insidentil.
B. Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu
kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan
sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan
pemukiman sebagai mana mestinya.
Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina
rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan
menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai status lambing sosial
(Mukono,2000: 25). Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan
area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992).Menurut WHO (World
Health Organization), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk kesehatan kelu arga dan individu (Komisi WHO
Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan
sehat apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah
dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan
kebisingan 45-55 dB.A, (2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan, (3) Melindungi
penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih,
sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan
memenuhi syarat kesehatan, serta (4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh,
tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan,
bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992: 55 dan Azwar, 1996 :
64).
Berdasarkan Undang-undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, terdapat beberapa pengertian dasar, yaitu:
1.
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga.
2.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempal tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan.
3.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
4.
Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai
bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana
lingkungan yang terstruktur.
5.
Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
6.
Rumah sebagai bangunan yang merupakan bagian dari suatu pemukiman
yang utuh dan tidak semata-mata merupakan tempat bernaung untuk
melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik belaka,
melainkan juga tempat tinggal, tempat beristirahat setelah menjalani
perjuangan hidup sehari-hari
7.
Permukiman adalah satuan kawasan perumahan lengkap dengan prasarana
lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas sosial yang mengandung
keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan
kehidupan
8.
Perumahan dan pemukiman merupakan kesatuan fungsional, sebab
pembangunan perumahan harus berlandaskan suatu pola pemukiman yang
menyeluruh, yaitu tidak hanya meliputi pembangunan fisik rumah saja,
melainkan juga dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana umum dan
fasilitas sosial, terutama di daerah perkotaan yang mempunyai permasalahan
majemuk dan multidimensional.
Pengertian mengenai perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan. (Sastra, 2006:29)
Adapun Persyaratan Perumahan dan Permukiman adalah:
1. Persyaratan Dasar Perumahan
Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen
perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan
pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas
bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan
tinggi.
2) Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang
batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam.
3) Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas),
kemudahan
berkomunikasi
(internal/eksternal,
langsung
atau
tidak
langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan
tersedia).
4) Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan
penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang
ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/
setu/ sungai/ kali dan sebagainya;
5) Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan
pertumbuhan fisik/ pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan
kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
6) Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak
pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna
lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan.
7) Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan
keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama
aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/ lokal setempat.
b. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.
Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan
mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta pengaruhnya
terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan
yang dimaksud.
2. Persyaratan Dasar Permukiman
Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan
permukiman menyangkut kehidupan manusia termasuk kebutuhan manusia yang
terdiri dari berbagai aspek. Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang
ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai berikut:
a. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain
seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada
pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya
b. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan
pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain
c. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan
cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang
lebat sekalipun
d. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi
yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah
e. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan
sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun
tanki septik komunal
f. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara
teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman
g. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anakanak, lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan
sesuai dengan skala besarnya permukiman itu.
h. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon
C. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang. Pada dasarnya pengertian pendidikan sesuai dengan Undang-undang
Sisdiknas No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’
dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses
atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara yang tak lain adalah Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu
tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.
Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
D. Kesehatan
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948
menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik,
mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kelemahan. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi
Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi
kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif
menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
E. Sandang dan Pangan.
Sandang adalah pakaian manusia.Pakaian menjadi kebutuhan primer
pertamawalaupun manusia tidak bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena manusia
adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal
yang paling penting.Sedangkan pangan adalah sumber makanan bagi manusia dan
merupakan kebutuhan primer.Pangan ini meliputi pekerjaan dan hal-hal serupa yang
bertujuan menghasilkan pangan bagi kehidupan manusia. Manusia hidup dalam
masyarakat pasti butuh bekerja untuk memperoleh nafkah.
F. Interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut
hubungan antarindividu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksiatau hubungan timbal balik
atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya
didalam amasyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai
cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok
sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.
Menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang
masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran
mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga
dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa saling
mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka
menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi
dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu
lain. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/Haryanto.S.pd diakses
pada tanggal 1 September 2014).
2.3 Adaptasi Bertahan
Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan para buruh harian
lepas dengan situasi lingkungan yang berubah. Sedangkan adapatsi struktural
merupakan perubahan aplikasi tindakan, kebiasaan para buruh harian lepas dalam
menanggapi perubahan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya.strategi
adaptasi yaitu cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh buruh harian lepas untuk
mempertahankan hidupnya dengan tetap eksis sebagai buruh harian lepas.
Edi Suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan
bahwa definisi dari strategi bertahan hidup adalah kemampuan seseorang dalam
menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai masalah yang melingkupi
kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi penanganan masalah ini pada
dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola
segenap aset yang dimilikinya.Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga
miskin
dalam
menanggapi
goncangan
dan
tekanan
(Shock
and
Stress)
(Suhartono.2007. http://www.policy.hu diakses tanggal 20 Oktober 2014 pukul 19:00
wib).
Berdasarkan konsepsi ini, Moser membuat kerangka analisis yang disebut
“The Aset Vurnerability”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan aset yang
digunakan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan strategi tertentu dalam
mempertahankan kelangsungan hidup seperti:
a. Aset Tenaga Kerja (labour Asets)
Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga
untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga.
b. Aset Modal Manusia (Human Capital Asets)
Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan
kapasitas orang atau bekerja atau ketrampilan dan pendidikan yang
menentukan umpan balik atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang
dikeluarkannya.
c. Aset Produktif (Productive Asets)
Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman, untuk keperluan
hidupnya.
d. Aset Relasi Rumah Tangga atau Keluarga (Household Relation Asets)
Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga
besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme “uang
kiriman” (remiitances).
e. Aset Modal Sosial ( Sosial Capital Asets)
Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga lokal, arisan dan pemberi
kredit informasi dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.
Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan adaptasi bertahan hidup atau strategi
dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai
cara yang dapat dikelompokkan menjadi 3 cara yaitu:
1. Strategi aktif yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga
untuk (Misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam
kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar atau
sebagainya).
2. Strategi pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (Misalnya
pengeluaran sandang, pangan,pendidikan dan sebagainya).
3. Strategi jalinan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun
formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan
(Misalnya meminjam uang tetangga, meminjam uang ke rentenir atau
bank dan sebagainya).
(Suhartono. 2007. http://www.policy.hu diakses tanggal 20 Oktober 2014
pukul 19:56 Wib)
Sebagian besar peneliti mengenai adaptasi bertahan menggunakan keluarga
atau rumah tangga sebagai unit analisis.Meskipun istilah keluarga dan rumah tangga
sering dipertukarkan, keduanya sedikit memiliki perbedaan.Keluarga menunjukan
hubungan normatif antara orang-orang yang memiliki ikatan biologis, sedangkan
rumah tangga pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu
memiliki hubungan darah.Baik anggota keluarga maupun rumah tangga umumnya
memiliki kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara
bersama-sama.
Konsep mata pencaharian (Livelihood) sangat penting dalam memahami
adaptasi bertahan karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang dianggap sama
dengan strategi mata pencaharian (Livelihood Strategies). Suatu mata pencaharian
meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai maupun barang), lembaga-lembaga
sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan
menjamin kehidupan.Suatu kehidupan ditunjang oleh interaksi antara orang, asset
nyata dan asset yang tidak nyata. Orang menunjuk pada kemampuan mencari nafkah
(Livelihood Capabilities) asset nyata menunjuk pada simpanan (makanan, emas,
tabungan) dan sumber-sumber (tanah, air, sawah, tanaman, binatang ternak)
sedangkan assettidak nyata menunjuk pada klaim dan akses yang merupakan
kesempatan-kesempatan
untuk
menggunakan sumber,
simpanan,
pelayanan,
informasi, barang-barang, teknologi, pekerjaan, dan pendapatan.
Strategi yang dilakukan keluarga miskin dalam mengadaptasi naiknya harga
kebutuhan pokok:
1.
Pengontrolan konsumsi dan pengeluaran yaitu mengurangi jenis dan pola
makan, membeli barang-barang murah, mengurangi pengeluaran untuk
pendidikan dan kesehatan, mengurangi kunjungan ke desa, memperbaiki
rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri
2.
Pengubahan komposisi keluarga
3.
Menanam tananam yang bisa dikonsumsi dipekarangan rumah
4.
Sistem gotong royong diantara anggota keluarga dan anggota masyarakat
dalam mengelola makanan dan sumber daya manusia pada masa krisis
5.
Penggantian makanan yang dikonsumsi dengan yang lebih murah atau
terjangkau misalnya: mengganti ikan dengan telur
6.
Penjualan simpanan benda-benda berharga seperti emas, perabot rumah
tangga untuk memperoleh tambahan uang
7.
Penjualan asset produktif seperti tanah, binatang ternak untuk
memperoleh tambahan uang
8.
Peminjaman kredit dari bank, anggota keluarga, pedagang atau lintah
darat
9.
Produksi dan perdagangan skala kecil seperti membuka warung atau
kedai
10. Pemanfaatan bantuan pemerintah dimasa krisis misalnya melalui
program
Jaringan
Pengamanan
Sosial
(JPS)
(Miles.
2011.
http://www.damandiri.or.id diakses tanggal 20 Oktober 2014 pukul 20:22
Wib)
2.4 Kesejahteraan Sosial
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara dan dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Menurut Suharto (2009:1) pengertian kesejahteraan sosial sebagai berikut
:Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan
aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah
maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan
kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial dan peningkatan kualitas hidup
individu, kelompok dan masyarakat.
Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial,
keuangan, kesehatan dan rekreasi semua individu masyarakat.Berdasarkan Pasal 3
UU Nomor 11 tahun 2009 tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan:
1.
Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup;
2.
Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian;
3.
Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani
masalahkesejahteraan sosial
4.
Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha
dalam
penyelenggaraan
kesejahteraan
sosial
secara
melembaga
dan
berkelanjutan
5.
Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan
6.
Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditujukan kepada: perseorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Sedangkan yang menjadi prioritas adalah mereka yang
memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria
masalah sosial: kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan
sosial, dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak
kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
2.5 Kerangka Pemikiran
Lapangan pekerjaan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemenuhan sosial
ekonomi keluarga namun saat ini lapangan pekerjaan semakin sempit dengan jumlah
tenaga kerja yang semakin bertambah.Kenyataannya, banyak masyarakat yang tidak
memiliki kemampuan sesuai pekerjaan tersebut.Ini memaksa masyarakat semakin
bingung untuk bisa memenuhi sosial ekonomi keluarga.Banyak masyarakat yang
harus memilih pekerjaan lainnya yang dirasakan cukup membantu sosial ekonomi
keluarga walaupun itu sangat memaluka.Salah satu pekerjaan yang dirasa bisa
mendapatkan uang untuk memenuhi sosial ekonomi keluarga adalah sebagai buruh
harian lepas.
Buruh Harian Lepas (BHL) merupakan buruh yang diikat dengan hubungan
kerja dari hari-kehari dan menerima upah sesuai dengan banyaknya hari kerja, atau
jam kerja atau banyak barang dan jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut buruh
harian lepas (BHL) karena buruh yang bersangkutan tidak ada kewajiban untuk
masuk kerja dan tidak mempunyai hak yang sama seperti buruh tetap. Umumnya
buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang mengerjakan pekerjaan yang sifatnya
tidak terus menerus tetapi bersifat musiman.
Setiap manusia memiliki sejumlah kebutuhan dalam rangka mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Secara umum kebutuhan manusia terdiri dari: kebutuhan
fisik dan biologis (kebutuhan untuk hidup), kebutuhan keselamatan dan keamanan,
kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia harus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.Demikian pula buruh harian lepas yang bekerja
untuk dapat memenuhi kebutuhan pokonya sehari-hari. Dengan tidak mengandalkan
ketrampilan
khusus
dan
tingkat
pendidikan
sebagai
syarat
tetapi
hanya
mengandalkan fisik mereka.
Kehidupan sosial ekonomi berkaitan dengan cara manusia memenuhi
kebutuhannya
yang
ditentukan
tingkat
pendapatan
yang
diterima
dan
pemanfaatannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kehidupan sosial ekonomi
buruk membuat mereka harus menggunakan adaptasi bertahandalam memenuhi
kehidupan sehari-hari sehingga kesejahteraan buruh dapat tercapai. Strategi adaptasi
merupakan kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Adapun indikator
yang ditentukan dalam mengukur adaptasi bertahan tersebut adalah optimalisasi
sumber daya manusia atau keluarga,, pengontrolan konsumsi dan pengeluaran,
pemanfaatan jaringan. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah bagan alir
pemikiran.
`
Bagan Alir Pemikiran
Buruh Harian Lepas
Upaya Pemenuhan Kebutuhan
Kehidupan Sosial Ekonomi
1. Pendapatan
2. Kondisi Perumahan
3. Kesehatan
4. Pendidikan
5. Sandang dan Pangan
6. Interaksi
Kehidupan Sosial Ekonomi Buruk
Adaptasi Bertahan Indikatornya
adalah
1. Optimalisasi Sumber daya Manusia
atau keluarga
2. Pengontrolan konsumsi dan
pengeluaran
3. Pemanfaatan Jaringan
2.6 Definisi Konsep
Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan
berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal lain yang sejenis. Konsep
diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang
mempunyai ciri-ciri yang sama. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan
sejumlah pengertian yangdigunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi
tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat
mengaburkan tujuan penelitian (silalahi, 2009:23).
Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian ilmiah menunjukanbahwa
untuk mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti oleh peneliti.Peneliti
berupaya menggiring pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep itu sesuai
dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh sipeneliti, jadi definisi konsep adalah
pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian
(Siagian, 2011:136 & 138).
Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah:
1. Kondisi adalah keadaan yang dapat dilihat dan diukur berdasarkan
beberapa indikator dalam suatu peristiwa atau keadaan dalam suatu
kurun waktu dan ruang tertentu.
2. Kehidupan sosial ekonomi adalah yang berkaitan dengan cara manusia
memenuhi kebutuhannya yang ditentukan oleh tingkat pendapatan
yang diterima. Kebutuhan merupakan segala yang diperlukan untuk
melangsungkan kehidupan hidup manusia yang didasarkan kepada
kondisi pendapatan, kondisi perumahan, kondisi kesehatan, kondisi
pendidikan, dan kondisi sandang dan pangan.
3. Adaptasi bertahan hidup adalah kemampuan seseorang dalam
menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan
yang melingkupi hidupnya.
4. Buruh adalah semua orang yang bekerja dan terdaftar namanya di
perusahaan serta menerima gaji atau upah secara langsung dari tempat
dia kerja, baik yang aktif bekerja maupun yang sedang cuti dengan
perusahaan, sedang mengikuti training, berstatus buruh tetap, kontrak,
harian lepas maupun borongan.
5. Buruh harian lepas adalah buruh yang bekerja yang diikat dengan
hubungan kerja dari hari ke hari dan menerima upah pembayaran upah
sesuai dengan banyaknya hari kerja atau jam kerja dan banyaknya
barang atau jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut buruh lepas
adalah karena buruh bersangkutan tidak ada kewajiban untuk masuk
kerja setiap hari dan tidak mempunyai hak uang sama seperti pada
buruh tetap. Umumnya buruh harian lepas adalah buruh yang
mengerjakan pekerjaan yang sifatnya tidak terus menerus tetapi
bersifat musiman.
2.7 Definisi Operasional
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau
operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya
dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian
dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsepkonsep yang mengambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi,2009:120).
Defenisi operasional sering disebut sebagai proses operasionalisasi konsep,
yang berarti menjadi konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika
konsep sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan.
Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar
terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut
terangkat dan terbuka (Siagian,2011:141).
Adapun yang menjadi definisi operasional dalam Kondisi Kehidupan Sosial
Ekonomi Buruh Harian Lepas di Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang adalah:
1. Kondisi pendapatan yaitu jumlah upah yang diterima sebagai imbalan jasa
dengan satuan perhitungan bulanan,atau penghasilan, jumlah yang ditanggung
dan tabungan.
2. Kondisi Perumahan adalah tempat tinggal keluarga buruh harian lepas dengan
indikator:
a. Tersedianya sarana air minum
b. Tersedianya sarana penerangan
c. Tersedianya sarana MCK
d. Adanya jendela dan ventilasi untuk keluar masuknya udara dan cahaya
e. Jumlah anggota keluarga yang menempatinya
f. Kondisi fisik bangunan
3. Kondisi Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit yang dialami oleh
buruh harian lepas dengan indikator:
a. Kesehatan mental yaitu meliputi keyakinan akan ajaran agama,
keteguhan mengindahkan norma-norma sosial dan hukum.
b. Kesehatan fisik meliputi penyakit yang pernah diderita oleh para buruh
harian lepas
c. Kesehatan sosial yaitu suatu keadaan yang dialami buruh harian lepas
dalam interaksi dengan lingkungan tempat tinggalnya
4. Kondisi pendidikan anak adalah keadaan pendidikan anak responden saat ini
dibangku sekolah dengan tingkat pendidikan dan jumlah anak yang sekolah
5. Kondisi pangan adalah jenis makanan yang dikonsumsi oleh buruh harian lepas
setiap harinya yang diukur melalui indikator:
a. Kwalitas jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi
b. Kwalitas jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari
6. Kondisi sandang adalah jenis pakaian yang dipakai dan berapa kali dalam
setahun membeli pakaian.
7. Interaksi sosial adalah hubungan komunikasi dengan anak, keluarga, tetangga,
dan perkumpulan yang ada.
Adaptasi bertahan hidup adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan
seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi
kehidupannya. Strategi adaptasi ini dapat diukur dari indikator sebagai berikut:
1. Optimalisasi Sumber Daya Manusia atau Keluarga
a. Migrasi ke desa atau ke kota lain
b. Meningkatkan jumlah anggota rumah tangga untuk memaksimalkan
pendapatan
c. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain baik secara temporer
maupun permanen
2. Pengontrolan konsumsi dan pengeluaran
a. Mengurangi jenis dan pola makanan
b. Membeli barang-barang murah
c. Mengurangi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan
d. Mengurangi kunjugan ke desa
e. Memperbaiki rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri
3. Pemanfaatan jaringan yaitu menjalin relasi, baik secara informal maupun
formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan
(Misalnya mengadaikan barang, meminjam uang tetangga, meminjam
uang ke rentenir atau bank dan sebagainya)
Download