63 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR

advertisement
Retno Sulistyowati | 63
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA GAMBAR
Retno Sulistyowati
[email protected]
Drs. Nyoto Harjono, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah guru dalam mengajar menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa pasif dalam menerima materi. Hal ini
menjadikan pembelajaran berlangsung tidak efektif, siswa kurang antusias dan kurang
konsentrasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbantuan dengan media gambar siswa kelas 5 SD
N Tlompakan 01 Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus setiap siklusnya ada tiga pertemuan. Instrumen yang
digunakan adalah observasi, tes, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan perbandingkan
prasiklus, siklus I dan siklus II. Perbandingan proses aktivitas guru mengalami peningkatan
setiap siklusnya yaitu siklus I mencapai 55% dari kondisi awal yang mencapai 29.41%,
kemudian meningkat ke siklus II mencapai 67.5%. Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar
siswa yaitu melalui rata-rata hasil belajar IPS prasiklus adalah 59.06, kemudian siklus I 65,
kemudian siklus II adalah 85.93. Berdasarkan analisis dan pembahasan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw berbantuan media gambar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar IPS siswa kelas 5.
Kata kunci: Jigsaw, media gambar, keaktifan, dan hasil belajar, IPS.
64 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang
melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya
interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.
Keberhasilan pendidikan tidak hanya bisa dilihat dari hasil yang diperoleh siswa tetapi juga
ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilengkapi dengan pendekatan atau strategi yang tepat.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru adalah proses pembelajaran yang dapat merangsang
siswa untuk dapat bekerjasama dengan teman-temannya, menumbuhkan sikap mandiri, kreatif,
dan dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan sehari-hari
dan dapat berbaur dengan kehidupan masyarakat.
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif
yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
proses belajar mengajar di kelas. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian
rupa dengan menggunakan model atau metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat
memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Berdasarkan hasil observasi di SDN Tlompakan 01 pada pembelajaran IPS yang terjadi
adalah guru belum menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif karena metode pembelajaran
yang digunakan hanya ceramah, diskusi tapi secara umum belum terarah dan tanya jawab juga
secara umum belum terarah, sehingga siswa hanya pasif dalam menerima materi. Pembelajaran
yang berlangsung tidak efektif, siswa kurang antusias dan konsentrasi dalam pembelajaran
sehingga siswa kurang memahami materi IPS yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di SDN Tlompakan 01 maka upaya untuk
mengatasi yaitu mengubah pembelajaran IPS dengan model yang tepat. Model pembelajaran
yang diterapkan guru harus sesuai dengan karakteristik siswa sehingga membuat siswa lebih
antusias dalam mengikuti pembelajaran IPS. Selain itu agar hasil belajar IPS mencapaik hasil
yang maksimal, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Dengan metode pembelajaran jigsaw di harapkan dapat membangun motivasi belajar IPS
siswa. Tujuan motivasi dari seorang guru kepada siswanya adalah untuk menggerakkan atau
memacu para siswa agar tumbuh kemauan dan keinginan untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dengan maksimal.
Berdasarkan hal di atas disusunlah sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul
penelitian: Upaya Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas 5 SD Negeri Tlompakan 01
Semester II Tahun Pelajaran 2016-2017.
KAJIAN PUSTAKA
Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau
rohani selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas yang mengarah
pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat
menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab
terhadap tugas yang diberikan.
Retno Sulistyowati | 65
Trinandita (Yasa, 2008:1) menyatakan “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam
proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa atau pun siswa dengan siswa. Hal
ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi.
Dimyati (Adijaya, 2004:12) menyatakan “aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar”. Siswa
memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri prilaku sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Interaksi siswa dengan guru.
Interaksi siswa dengan siswa.
Kerjasama kelompok.
Aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelompok.
Aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Aktivitas belajar siswa dalam menggunakan alat peraga.
Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi.
Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau prilaku siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Keaktifan siswa akan menyebabkan suasana pembelajaran akan lebih hidup karena
siswa mau aktif untuk belajar.
Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran dilihat dari pencapaian siswa pada hasil belajar
mereka. Menurut Naniek Sulistya Wardani dan Slameto (2012:54), hasil belajar harus
diidentifikasi melalui informasi pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku baik melalui
teknik tes maupun non tes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian
kompetensi hasil belajar yang mendasarkan pada kompetensi dasar seperti yang dikehendaki
dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Lebih lanjut dalam Dimyati dan Mudjiono (2002), ditemukan hasil
belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan guru. Kemudian Mulyono Abdurrahman (2009), berpendapat
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.
Model Pembelajaran Jigsaw
Menurut Aronson (Miftahul Huda, 2011:159) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah
teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih
besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja
tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak
mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran yang terdiri dari tim-tim
belajar yang heterogen beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang peserta didik. Materi
pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung
jawab untuk mengajari bagian tersebut kepada anggota tim yang lain.
66 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dilandasi oleh pemikiran bahwa kegiatan belajar
hendak mendorong dan membantu peserta didik untuk terlibat membangun pengetahuan sehingga
mencapai pemahaman yang mendalam. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terdapat pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Sehingga dengan demikian siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada
anggota kelompoknya.
Media pembelajaran
Slamdino, dkk (2008) mengatakan bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan sumber
informasi.Media berarti menunjuk pada segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber
dan penerimaan. Lebih lanjut Briggs (1997) mengatakan bahwa media adalah peralatan fisik
untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemampuan atau ketrampilan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Salah satunya adalah media gambar.
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu
kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang
menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan-pesan atau materi
pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi
pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang
rumit dan komplek.
Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Tlompakan 01, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang. SDN Tlompakan 01 ini berlokasi di desa Tlompakan yang berada di daerah pedesaan
dan dalam lingkup pemukiman warga. Kondisi fisik bangunan SDN Tlompakan 01 ini cukup
memadahi yaitu terdiri dari 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang kantor guru, 1 ruang perpustakaan, 1
ruang UKS, 1 kantin, 2 kamar mandi untuk kamar mandi guru dan kamar mandi siswa, dan 6
ruang kelas dari kelas 1 sampai kelas 6.
Subjek penelitian adalah peserta didik kelas 5 yang berjumlah 16 siswa yang terdiri lagi 7
laki-laki dan 9 perempuan. Tingkat kecerdasaran setiap siswa berbeda-beda, ada yang aktif dan
ada yang pasif.Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas, sering di
singkat dengan PTK.
Desain penelitian ini merupakan rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah
siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap : perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan
(act & observe), dan refleksi (reflect).
Variabel di bedakan menjadi dua yaitu : Variabel bebas ( independent variable ) adalah
variabel yang diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain. Variabel bebas biasanya
dimanipulasi, diamati dan diukur untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel lain. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran tipe kooperatif Jigsaw. Variabel
tergantung ( dependent variable ) adalah variabel yang timbul sebagai akibat langsung dari
manipulasi dan pengaruh variabel bebas. Dalam penelitian, variabel tergantung diamati dan di
ukur untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitian ini
adalah keaktifan dan hasil belajar.
Indikator keberhasilan terdiri dari indikator proses dan indikator hasil. Indikaor proses
merupakan indikator keberhasilan dari proses pelaksanaan tindakan pembelajaran yang
Retno Sulistyowati | 67
dilakukkan oleh guru dan siswa melalui penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw. Indikator
hasil dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPS, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar IPS apabila secara signifikan mengalami
ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar IPS ≥ 72 dan mengalami ketuntasan
belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar IPS meningkat minimal 7 nilai KKM
≥ 72 yang ditentukkan oleh sekolah atau ketuntasan hasil secara klasikal sebesar ≥ 90% dari 16
siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Jigsaw.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas, sering di singkat
dengan PTK. PTK adalah penelitan tindakan yang dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki
tindakan pembelajaran yang dilakukkan oleh guru dikelas, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran (Arikunto, 2009).
Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah
siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap : perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan
(act & observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapa ini berlangsung secara berulang-ulang
sampai tujuan penelitian tercapai. Model tersebut digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Taggart
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prasiklus
Permasalahan yang muncul di kelas 5 SDN Tlompakan 01 adalah terkait dengan hasil belajar
yang rendah yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Berdasarkan faktor dari siswa yaitu kurangnya antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, ini dapat terlihat dari siswa yang asyik sibuk dengan mainannya sendiri ketika
guru menyampaikan materi sehingga siswa belum bisa fokus dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dan cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Kemudian faktor penyebab lainnya yang berasal dari guru yaitu masih kurangnya ketrampilan
guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran yang mampu menumbuhkan antusiasme siswa
untuk belajar.
68 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017
Hal ini terlihat dari hasil observasi aktivias guru yang mencapai rata-rata skor 5 dengan
persentase 29.41% dan observasi siswa mencapai persentase 17.64%. Hal ini juga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa pada nilai ulangan IPS kelas 5, nilai rata-rata siswa kelas 5 adalah
59.06. Dari nilai tersebut menunjukkan banyak siswa yang belum tuntas. Siswa yang tuntas
mencapai KKM ≥ 72 sebanyak 4 siswa dengan ketuntasan 25%, sedangkan yang belum tuntas
sebanyak 12 siswa dari 16 siswa dikelas dengan ketuntasan 75%.
Siklus I
Aktivitas Belajar
Data tentang aktivitas belajar diambil saat melakukan pembelajaran siklus I. Pada siklus I
peneliti melakukan penelitian dengan melakukan observasi aktivitas guru dan siswa dengan
indikator masing-masing 20 indikator. Pada siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 11
dengan persentase 55% dan rata-rata skor aktivitas siswa mencapai 8.5 dengan persentase 42.5%.
Hasil Belajar
Hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas 5 SDN Tlompakan 01 diperoleh melalui
pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus I. hasil tes yang diperoleh sebagai berikut : nilai tertinggi
adalah 90, nilai terendah adalah 25, dan nilai rata-rata adalah 65. Masih ada 9 siswa yang belum
tuntas atau belum mencapai KKM dan 7 siswa yang tuntas atau sudah mencapai KKM.
Siklus II
Aktivitas Belajar
Setelah melakukkan tindak lanjut pembelajaran dengan melakukan pembelajaran siklus II.
Pada siklus II aktivitas guru maupun siswa mengalami peningkatan. Pada siklus II rata-rata skor
aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 13.5 dengan persentase 67.5 dan aktivitas siswa
menjadi 11.5 dengan persentease 57.5%
Hasil Belajar
Hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas 5 SDN Tlompakan 01 diperoleh melalui
pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus II. Hasil tes yang diperoleh sebagai berikut : nilai tertinggi
adalah 100, nilai terendah adalah 70, dan nilai rata-rata adalah 85.93. Masih ada 1 siswa yang
belum tuntas atau belum mencapai KKM dan 15 siswa yang tuntas atau sudah mencapai KKM.
Analisis Komparatif
Perbandingan hasil penelitian prasiklus, siklus I, dan siklus II setelah dilakukkan
pengamatan saat proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Perbandingan Analisis Observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Retno Sulistyowati | 69
Berdasarkan tabel 1 tentang perbandingan analisis rata-rata observasi aktivitas guru dan
siswa telah terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II dengan
penerapan model Jigsaw. Pada pra siklus aktivitas guru hanya mencapai 5 dengan persentase
29.41% dan aktivitas siswa mencapai 3 dengan persentase 17.64%. Setelah pelaksanaan tindakan
siklus I rata-rata aktivitas guru mencapai 11 dengan persentase 55% kemudian aktivitas siswa
mencapai 8.5 dengan persentase 42.5%. Pada siklus II rata-rata aktivitas guru mengalami
peningkatan menjadi 13.5 dengan persentase 67.5% dan aktivitas siswa mencapai rata-rata 11.5
dengan persentase 57.5%.
Perbandingan rata-rata hasil belajar IPS Prasiklus, Siklus I, dan siklus II sebagai berikut :
Tabel 2. Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar IPS
PraSiklus, Siklus I dan Siklus II
Pada tabel diatas terlihat prasiklus nilai rata-rata 59.06, pada siklus I 65, dan siklus II rataratanya 85.90. Dengan demikian pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw berbantuan
media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 5 SDN Tlompakan 01.
Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukkan oleh peneliti di kelas 5 SDN
Tlompakan 01, diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian dilaksanakan pembelajaran yang
diterapkan oleh guru masih cenderung menggunakan cara lama yaitu ceramah, diskusi yang
belum terarah, dan hanya tanya jawab seadanya, guru menilai menggunakan pembelajaran
menggunakan ceramah jauh lebih praktis daripada harus menggunakan beragam model
pembelajaran yang inovatif. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas 5 SDN
Tlompakan 01 menyebabkan siswa kelas 5 kurang antusias dan pasif didalam proses belajar
mengajar. Semua kegiatan di dalam pembelajaran masih di dominasi oleh guru sehingga dalam
pelaksanaan bukan merupakan hal yang baru bila ditemui siswa yang asyik bermain sendiri dan
bercerita dengan teman sebangku, kebanyakan siswa cenderung mengacuhkan proses
pembelajaran yang tengah berlangsung. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas 5 SDN Tlompakan 01.
Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II terlihat
rata-rata kemampuasn siswa didalam proses maupun hasil tindakan pembelajaran semakin baik
dan selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan aktif
mengikuti setiap proses pembelajaran. Dengan penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw
pembelajaran yang berlangsung menjadi jauh lebih menarik dan bermakna bagi siswa, proses
pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru melainkan siswa juga ikut terlibat dalam proses
pembelajaran. Interaksi yang muncul antara siswa dengan siswa dan kerjasama yang terjalin
dalam kegiatan diskusi membentuk situasi belajar yang kondusif. Penerapan model pembelajaran
tipe Jigsaw memberikan banyak hal positif bagi siswa, salah satunya dibuktikan dengan adanya
peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS. Selain itu model Jigsaw membuat siswa dapat
belajar mengenai materi pelajaran dalam suasana yang menyenangkan ketika berdiskusi.
70 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan analisis tindakan pada bab IV mengenai hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di kelas 5 SDN Tlompakan 01, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS pada materi perjuangan para
tokoh pejuang pada penjajahan Belanda dan Jepang dapat meningkatkan proses dan hasil belajar
IPS siswa kelas 5 Semester II SDN Tlompakan 01 Tahun Pelajaran 2016/2017. Melalui tahap
berdiskusi model pembelajaran koopeeratif tipe Jigsaw berdampak pada meningkatnya antusias
siswa di dalam proses pembelajaran, siswa juga menjadi aktif dan berani dalam menyampaikan
materi kepada teman-temannya sehingga interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa lebih
akrab. Suasana belajar yang aktif dalam pembelajaran tersebut mempengaruhi kemampuas siswa
dalam memahami setiap materi sehingga hasil belajar IPS yang diperoleh mengalami
peningkatan.
Diketahui hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan pertama persentase perolehan
skor 50% dan pertemuan kedua perolehan skor meningkat menjadi 60%. Pada siklus II
pertemuan pertama perolehan persentase skor 65% dan pada pertemuan kedua diperoleh
persentase menjadi 70%. Rata-rata aktivitas guru siklus I mencapai 55% pada siklus II rataratanya 67.5%. Peningkatan juga terlihat pada hasil observasi aktivitas siswa, ini dibuktikan pada
meningkatnya perolehan persentase skor aktivitas siswa setiap siklusnya. Pada siklus I pertemuan
pertama persentase skor aktivitas siswa ialah 30% dan pertemuan kedua persentase skor ialah
55%. Pada siklus II pertemuan pertama persentase skor mencapai 50% dan pertemuan kedua
persentase skor mencapai 65%. Rata-rata hasil obserbasi aktivitas siswa siklus I mencapai 42.5%
dan untuk siklus II mencapai rata-rata 57.5%.
Seiring dengan hasil aktivitas guru dan siswa yang meningkat tersebut maka berpengaruh
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 5 yang juga turut meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dari
perolehan nilai siswa dari kondisi awal atau prasiklus hingga pelaksanaan tiap siklusnya. Pada
prasiklus mula-mula nilai rata-rata hasil tes IPS adalah 59.06 dengan persentase ketuntasan
sebesar 25%. Kemudian setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan menggunakan model
Jigsaw, hasil belajar IPS siswa kelas 5 mengalami peningkatan menjadi dengan perolehan nilai
rata-rata 65 dengan persentase ketuntasan 43.75%, kemudian setelah pelaksanaan tindakan
pembelajaran pada siklus II nilai rata-rata evaluasi IPS meningkat menjadi 85.93 dengan
persentase ketuntasan 93.75%. Sehingga penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas 5 SDN Tlompakan 01 Semester
II Tahun pelajaran 2016/2017.
Retno Sulistyowati | 71
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas
Dimyati dan Mulyono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar Celeban Timur. Yogyakarta.
Isjoni.2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Mardhiyah, Laila. 2009. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran
matematika melalui metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SDN Purworejo kec.Suruh
kab. Semarang. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana
Muslimin, Ibrahim. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurulwati. 2000. Model-Model Pembelajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press
Sapriya. 2008. Hakekat Pendidikan IPS. Arifahanwar.com
Slavin, Robert E.2005. Cooperative Learning.Bandung: Nusa Media
Slamdino, Sharon E, dkk. 2008. Instructional Technology and Media for Learning. Pearson
Merrill Prentice Hall: Ohio
Slameto, 2015. Metodologi Penelitian&Inovasi Pendidikan. Salatiga:Satya Wacana University
Press
Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya.
Suratmi, Sri. 2011. Upaya Meningkatkan prestasi belajar matematika melalui penerapan model
cooperative learning tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri degan kecamatan Winong
kabupaten pati semester I tahun 2011-2012. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana
Suwarso, dkk.2007. Pendidikan IPS (Pembelajaran IPS). Widya Sari Press Salatiga
Tahaphari, Cicik Asti. 2010.Peningkatan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran PKn melalui
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bagi siswa kelas IV SDN Wulung 4 Randublatung kab.
Blora. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana
Trianto. 2009.Mendesain Pembelajaran Inovatif-Profresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana 2010
Wardani, Naniek S, dkk. 2012. Asesmen Pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga
Download