Retno Sulistyowati | 63 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA GAMBAR Retno Sulistyowati [email protected] Drs. Nyoto Harjono, M.Pd. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah guru dalam mengajar menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa pasif dalam menerima materi. Hal ini menjadikan pembelajaran berlangsung tidak efektif, siswa kurang antusias dan kurang konsentrasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbantuan dengan media gambar siswa kelas 5 SD N Tlompakan 01 Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus setiap siklusnya ada tiga pertemuan. Instrumen yang digunakan adalah observasi, tes, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan perbandingkan prasiklus, siklus I dan siklus II. Perbandingan proses aktivitas guru mengalami peningkatan setiap siklusnya yaitu siklus I mencapai 55% dari kondisi awal yang mencapai 29.41%, kemudian meningkat ke siklus II mencapai 67.5%. Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa yaitu melalui rata-rata hasil belajar IPS prasiklus adalah 59.06, kemudian siklus I 65, kemudian siklus II adalah 85.93. Berdasarkan analisis dan pembahasan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbantuan media gambar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa kelas 5. Kata kunci: Jigsaw, media gambar, keaktifan, dan hasil belajar, IPS. 64 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Keberhasilan pendidikan tidak hanya bisa dilihat dari hasil yang diperoleh siswa tetapi juga ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilengkapi dengan pendekatan atau strategi yang tepat. Proses pembelajaran yang dilakukan guru adalah proses pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk dapat bekerjasama dengan teman-temannya, menumbuhkan sikap mandiri, kreatif, dan dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan sehari-hari dan dapat berbaur dengan kehidupan masyarakat. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model atau metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Berdasarkan hasil observasi di SDN Tlompakan 01 pada pembelajaran IPS yang terjadi adalah guru belum menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif karena metode pembelajaran yang digunakan hanya ceramah, diskusi tapi secara umum belum terarah dan tanya jawab juga secara umum belum terarah, sehingga siswa hanya pasif dalam menerima materi. Pembelajaran yang berlangsung tidak efektif, siswa kurang antusias dan konsentrasi dalam pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi IPS yang diberikan oleh guru. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di SDN Tlompakan 01 maka upaya untuk mengatasi yaitu mengubah pembelajaran IPS dengan model yang tepat. Model pembelajaran yang diterapkan guru harus sesuai dengan karakteristik siswa sehingga membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran IPS. Selain itu agar hasil belajar IPS mencapaik hasil yang maksimal, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dengan metode pembelajaran jigsaw di harapkan dapat membangun motivasi belajar IPS siswa. Tujuan motivasi dari seorang guru kepada siswanya adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswa agar tumbuh kemauan dan keinginan untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dengan maksimal. Berdasarkan hal di atas disusunlah sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul penelitian: Upaya Meningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas 5 SD Negeri Tlompakan 01 Semester II Tahun Pelajaran 2016-2017. KAJIAN PUSTAKA Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Retno Sulistyowati | 65 Trinandita (Yasa, 2008:1) menyatakan “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa atau pun siswa dengan siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Dimyati (Adijaya, 2004:12) menyatakan “aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar”. Siswa memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri prilaku sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Interaksi siswa dengan guru. Interaksi siswa dengan siswa. Kerjasama kelompok. Aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelompok. Aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dalam menggunakan alat peraga. Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi. Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau prilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa akan menyebabkan suasana pembelajaran akan lebih hidup karena siswa mau aktif untuk belajar. Hasil Belajar Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran dilihat dari pencapaian siswa pada hasil belajar mereka. Menurut Naniek Sulistya Wardani dan Slameto (2012:54), hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes maupun non tes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian kompetensi hasil belajar yang mendasarkan pada kompetensi dasar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Lebih lanjut dalam Dimyati dan Mudjiono (2002), ditemukan hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Kemudian Mulyono Abdurrahman (2009), berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Aronson (Miftahul Huda, 2011:159) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran yang terdiri dari tim-tim belajar yang heterogen beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang peserta didik. Materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mengajari bagian tersebut kepada anggota tim yang lain. 66 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dilandasi oleh pemikiran bahwa kegiatan belajar hendak mendorong dan membantu peserta didik untuk terlibat membangun pengetahuan sehingga mencapai pemahaman yang mendalam. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terdapat pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Sehingga dengan demikian siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Media pembelajaran Slamdino, dkk (2008) mengatakan bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi.Media berarti menunjuk pada segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerimaan. Lebih lanjut Briggs (1997) mengatakan bahwa media adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau ketrampilan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Salah satunya adalah media gambar. Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan-pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Tlompakan 01, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. SDN Tlompakan 01 ini berlokasi di desa Tlompakan yang berada di daerah pedesaan dan dalam lingkup pemukiman warga. Kondisi fisik bangunan SDN Tlompakan 01 ini cukup memadahi yaitu terdiri dari 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang kantor guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 kantin, 2 kamar mandi untuk kamar mandi guru dan kamar mandi siswa, dan 6 ruang kelas dari kelas 1 sampai kelas 6. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas 5 yang berjumlah 16 siswa yang terdiri lagi 7 laki-laki dan 9 perempuan. Tingkat kecerdasaran setiap siswa berbeda-beda, ada yang aktif dan ada yang pasif.Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas, sering di singkat dengan PTK. Desain penelitian ini merupakan rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap : perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect). Variabel di bedakan menjadi dua yaitu : Variabel bebas ( independent variable ) adalah variabel yang diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran tipe kooperatif Jigsaw. Variabel tergantung ( dependent variable ) adalah variabel yang timbul sebagai akibat langsung dari manipulasi dan pengaruh variabel bebas. Dalam penelitian, variabel tergantung diamati dan di ukur untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar. Indikator keberhasilan terdiri dari indikator proses dan indikator hasil. Indikaor proses merupakan indikator keberhasilan dari proses pelaksanaan tindakan pembelajaran yang Retno Sulistyowati | 67 dilakukkan oleh guru dan siswa melalui penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw. Indikator hasil dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPS, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar IPS apabila secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar IPS ≥ 72 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar IPS meningkat minimal 7 nilai KKM ≥ 72 yang ditentukkan oleh sekolah atau ketuntasan hasil secara klasikal sebesar ≥ 90% dari 16 siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Jigsaw. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas, sering di singkat dengan PTK. PTK adalah penelitan tindakan yang dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki tindakan pembelajaran yang dilakukkan oleh guru dikelas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran (Arikunto, 2009). Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap : perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapa ini berlangsung secara berulang-ulang sampai tujuan penelitian tercapai. Model tersebut digambarkan sebagai berikut : Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Taggart HASIL DAN PEMBAHASAN Prasiklus Permasalahan yang muncul di kelas 5 SDN Tlompakan 01 adalah terkait dengan hasil belajar yang rendah yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan faktor dari siswa yaitu kurangnya antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, ini dapat terlihat dari siswa yang asyik sibuk dengan mainannya sendiri ketika guru menyampaikan materi sehingga siswa belum bisa fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Kemudian faktor penyebab lainnya yang berasal dari guru yaitu masih kurangnya ketrampilan guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran yang mampu menumbuhkan antusiasme siswa untuk belajar. 68 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 Hal ini terlihat dari hasil observasi aktivias guru yang mencapai rata-rata skor 5 dengan persentase 29.41% dan observasi siswa mencapai persentase 17.64%. Hal ini juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada nilai ulangan IPS kelas 5, nilai rata-rata siswa kelas 5 adalah 59.06. Dari nilai tersebut menunjukkan banyak siswa yang belum tuntas. Siswa yang tuntas mencapai KKM ≥ 72 sebanyak 4 siswa dengan ketuntasan 25%, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 12 siswa dari 16 siswa dikelas dengan ketuntasan 75%. Siklus I Aktivitas Belajar Data tentang aktivitas belajar diambil saat melakukan pembelajaran siklus I. Pada siklus I peneliti melakukan penelitian dengan melakukan observasi aktivitas guru dan siswa dengan indikator masing-masing 20 indikator. Pada siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 11 dengan persentase 55% dan rata-rata skor aktivitas siswa mencapai 8.5 dengan persentase 42.5%. Hasil Belajar Hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas 5 SDN Tlompakan 01 diperoleh melalui pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus I. hasil tes yang diperoleh sebagai berikut : nilai tertinggi adalah 90, nilai terendah adalah 25, dan nilai rata-rata adalah 65. Masih ada 9 siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM dan 7 siswa yang tuntas atau sudah mencapai KKM. Siklus II Aktivitas Belajar Setelah melakukkan tindak lanjut pembelajaran dengan melakukan pembelajaran siklus II. Pada siklus II aktivitas guru maupun siswa mengalami peningkatan. Pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 13.5 dengan persentase 67.5 dan aktivitas siswa menjadi 11.5 dengan persentease 57.5% Hasil Belajar Hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas 5 SDN Tlompakan 01 diperoleh melalui pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus II. Hasil tes yang diperoleh sebagai berikut : nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah adalah 70, dan nilai rata-rata adalah 85.93. Masih ada 1 siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM dan 15 siswa yang tuntas atau sudah mencapai KKM. Analisis Komparatif Perbandingan hasil penelitian prasiklus, siklus I, dan siklus II setelah dilakukkan pengamatan saat proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut : Tabel 1. Perbandingan Analisis Observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Retno Sulistyowati | 69 Berdasarkan tabel 1 tentang perbandingan analisis rata-rata observasi aktivitas guru dan siswa telah terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II dengan penerapan model Jigsaw. Pada pra siklus aktivitas guru hanya mencapai 5 dengan persentase 29.41% dan aktivitas siswa mencapai 3 dengan persentase 17.64%. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata aktivitas guru mencapai 11 dengan persentase 55% kemudian aktivitas siswa mencapai 8.5 dengan persentase 42.5%. Pada siklus II rata-rata aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 13.5 dengan persentase 67.5% dan aktivitas siswa mencapai rata-rata 11.5 dengan persentase 57.5%. Perbandingan rata-rata hasil belajar IPS Prasiklus, Siklus I, dan siklus II sebagai berikut : Tabel 2. Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar IPS PraSiklus, Siklus I dan Siklus II Pada tabel diatas terlihat prasiklus nilai rata-rata 59.06, pada siklus I 65, dan siklus II rataratanya 85.90. Dengan demikian pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw berbantuan media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 5 SDN Tlompakan 01. Pembahasan Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukkan oleh peneliti di kelas 5 SDN Tlompakan 01, diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian dilaksanakan pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih cenderung menggunakan cara lama yaitu ceramah, diskusi yang belum terarah, dan hanya tanya jawab seadanya, guru menilai menggunakan pembelajaran menggunakan ceramah jauh lebih praktis daripada harus menggunakan beragam model pembelajaran yang inovatif. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas 5 SDN Tlompakan 01 menyebabkan siswa kelas 5 kurang antusias dan pasif didalam proses belajar mengajar. Semua kegiatan di dalam pembelajaran masih di dominasi oleh guru sehingga dalam pelaksanaan bukan merupakan hal yang baru bila ditemui siswa yang asyik bermain sendiri dan bercerita dengan teman sebangku, kebanyakan siswa cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas 5 SDN Tlompakan 01. Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II terlihat rata-rata kemampuasn siswa didalam proses maupun hasil tindakan pembelajaran semakin baik dan selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti setiap proses pembelajaran. Dengan penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw pembelajaran yang berlangsung menjadi jauh lebih menarik dan bermakna bagi siswa, proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru melainkan siswa juga ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Interaksi yang muncul antara siswa dengan siswa dan kerjasama yang terjalin dalam kegiatan diskusi membentuk situasi belajar yang kondusif. Penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw memberikan banyak hal positif bagi siswa, salah satunya dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS. Selain itu model Jigsaw membuat siswa dapat belajar mengenai materi pelajaran dalam suasana yang menyenangkan ketika berdiskusi. 70 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 PENUTUP Simpulan Berdasarkan analisis tindakan pada bab IV mengenai hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelas 5 SDN Tlompakan 01, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS pada materi perjuangan para tokoh pejuang pada penjajahan Belanda dan Jepang dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPS siswa kelas 5 Semester II SDN Tlompakan 01 Tahun Pelajaran 2016/2017. Melalui tahap berdiskusi model pembelajaran koopeeratif tipe Jigsaw berdampak pada meningkatnya antusias siswa di dalam proses pembelajaran, siswa juga menjadi aktif dan berani dalam menyampaikan materi kepada teman-temannya sehingga interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa lebih akrab. Suasana belajar yang aktif dalam pembelajaran tersebut mempengaruhi kemampuas siswa dalam memahami setiap materi sehingga hasil belajar IPS yang diperoleh mengalami peningkatan. Diketahui hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan pertama persentase perolehan skor 50% dan pertemuan kedua perolehan skor meningkat menjadi 60%. Pada siklus II pertemuan pertama perolehan persentase skor 65% dan pada pertemuan kedua diperoleh persentase menjadi 70%. Rata-rata aktivitas guru siklus I mencapai 55% pada siklus II rataratanya 67.5%. Peningkatan juga terlihat pada hasil observasi aktivitas siswa, ini dibuktikan pada meningkatnya perolehan persentase skor aktivitas siswa setiap siklusnya. Pada siklus I pertemuan pertama persentase skor aktivitas siswa ialah 30% dan pertemuan kedua persentase skor ialah 55%. Pada siklus II pertemuan pertama persentase skor mencapai 50% dan pertemuan kedua persentase skor mencapai 65%. Rata-rata hasil obserbasi aktivitas siswa siklus I mencapai 42.5% dan untuk siklus II mencapai rata-rata 57.5%. Seiring dengan hasil aktivitas guru dan siswa yang meningkat tersebut maka berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 5 yang juga turut meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dari perolehan nilai siswa dari kondisi awal atau prasiklus hingga pelaksanaan tiap siklusnya. Pada prasiklus mula-mula nilai rata-rata hasil tes IPS adalah 59.06 dengan persentase ketuntasan sebesar 25%. Kemudian setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan menggunakan model Jigsaw, hasil belajar IPS siswa kelas 5 mengalami peningkatan menjadi dengan perolehan nilai rata-rata 65 dengan persentase ketuntasan 43.75%, kemudian setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II nilai rata-rata evaluasi IPS meningkat menjadi 85.93 dengan persentase ketuntasan 93.75%. Sehingga penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw terbukti dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas 5 SDN Tlompakan 01 Semester II Tahun pelajaran 2016/2017. Retno Sulistyowati | 71 DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas Dimyati dan Mulyono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar Celeban Timur. Yogyakarta. Isjoni.2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Mardhiyah, Laila. 2009. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran matematika melalui metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SDN Purworejo kec.Suruh kab. Semarang. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Muslimin, Ibrahim. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Rineka Cipta. Nurulwati. 2000. Model-Model Pembelajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press Sapriya. 2008. Hakekat Pendidikan IPS. Arifahanwar.com Slavin, Robert E.2005. Cooperative Learning.Bandung: Nusa Media Slamdino, Sharon E, dkk. 2008. Instructional Technology and Media for Learning. Pearson Merrill Prentice Hall: Ohio Slameto, 2015. Metodologi Penelitian&Inovasi Pendidikan. Salatiga:Satya Wacana University Press Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya. Suratmi, Sri. 2011. Upaya Meningkatkan prestasi belajar matematika melalui penerapan model cooperative learning tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri degan kecamatan Winong kabupaten pati semester I tahun 2011-2012. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Suwarso, dkk.2007. Pendidikan IPS (Pembelajaran IPS). Widya Sari Press Salatiga Tahaphari, Cicik Asti. 2010.Peningkatan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran PKn melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bagi siswa kelas IV SDN Wulung 4 Randublatung kab. Blora. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Trianto. 2009.Mendesain Pembelajaran Inovatif-Profresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana 2010 Wardani, Naniek S, dkk. 2012. Asesmen Pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga