IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Penelitian Pendahuluan, (2) Penelitian Utama dan (3) Tepung yang Terpilih Setelah Fermentasi 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan konsentrasi tepung ubi jalar yang dipilih untuk substrat yang akan digunakan pada penelitian utama. Penelitian pendahuluan yang dikerjakan meliputi penyegaran Aspergillus oryzae, pembuatan tepung ubi jalar tanpa fermentasi, analisis tepung ubi jalar tanpa fermentasi, pembuatan koji Aspergillus oryzae tanpa penambahan tepung ubi jalar, pembuatan koji Aspergillus oryzae yang ditambahkan tepung ubi jalar dengan konsentrasi yang berbeda, dan penentuan jumlah sel hidup koji Aspergillus oryzae. 4.1.1. Penyegaran Aspergillus oryzae Penyegaran Aspergillus oryzae dimulai dengan cara memindahkan biakan murni Aspergillus oryzae ke dalam media agar miring (PDA), kemudian dilakukan proses inkubasi selama 5 – 6 hari pada suhu 35 – 370C, pengamatan kapang Aspergillus oryzae dapat dilakukan secara visual, karena pertumbuhannya masih terlihat oleh pandangan mata. Media Pertumbuhan yang digunakan oleh Aspergillus oryzae dalam penyediaan kultur dan inokulum untuk proses fermentasi yaitu media PDA. Menurut Ruly (2008), PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi khamir dan kapang. Dapat juga untuk enumerasi khamir dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah 74 75 cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu kamar (20-25 0C). Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30 0C, tetapi beberapa jenis kapang dapat tumbuh pada suhu 35-37 0C atau lebih tinggi, seperti Aspergillus. Dalam pertumbuhan Aspergillus oryzae membutuhkan oksigen, kebanyakan kapang dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas, yaitu pH 28,5, tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau pH rendah (Fardiaz, 1992). Jika dilihat di bawah mikroskop, berbagai jenis kapang mempunyai struktur hifa dan spora yang berbeda-beda, dan karakteristik struktur tersebut digunakan untuk mengidentifikasi kapang. Spora kapang pada umumnya mempunyai warna tertentu tergantung dari jenis kapang, sehingga dapat dilihat secara langsung tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1988). 4.1.2. Pembuatan dan Analisis Tepung Ubi Jalar Tanpa Fermentasi Secara garis besar pembuatan tepung ubi jalar meliputi pengupasan, pengirisan atau penyawutan, pencucian, penjemuran atau pengeringan menggunakan oven pada suhu 500C selama 5 jam, kemudian penggilingan dan pengayakan 80 mesh (Suprapti, 2003). Komposisi kimia ubi jalar bervariasi tergantung dari jenis, usia, keadaan tumbuh dan tingkat kematangan. Ubi jalar merupakan sumber energi yang baik dalam bentuk karbohidrat. Ubi jalar mempunyai kandungan air yang cukup tinggi, sewaktu dipanen, ubi jalar 76 mengandung bahan kering antara 16 - 40% dan dari jumlah tersebut sekitar 75-90% adalah karbohidrat (Sulistiyo, 2006). Hasil analisis kimia tepung ubi jalar tanpa fermentasi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Analisis Kimia Tepung Ubi Jalar Tanpa Fermentasi Respon Analisis Tepung Ubi Jalar a Tepung Ubi Jalar b Kadar Air 9,58 % 10,56 % Kadar Protein 3,6 % 2,08 % Kadar Pati 31,35 % 45,30 % Kadar Amilosa 23,74 % 20,27 % Gel Konsistensi - 55,5 mm Sumber : (a) Yunisa, 2013 (b) Fauziah, 2017 Data pada Tabel 10, menunjukkan kadar air tepung ubi jalar yang diperoleh yaitu 10,56%, kondisi ini sudah memenuhi syarat kadar air yang aman untuk tepung yaitu <14% sehingga dapat mencegah pertumbuhan kapang (Winarno dan Jenie, 1974). Pada tabel di atas terdapat perbedaan komposisi kimia ubi jalar yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena umur panen umbi yang berbeda, serta tingkat kematangan umbi akan mempengaruhi kadar pati yang terkandung di dalam ubi jalar. Semakin lama umur panen, kandungan pati umbi semakin meningkat, tetapi setelah mencapai titik tertentu kandungan pati akan menurun. Hal ini sesuai dengan fase pertumbuhan ubi jalar dimana saat awal pertumbuhan terjadi pemanjangan dan petumbuhan cabang-cabang baru. Semakin banyak cabang, permukaan daun semakin luas, sehingga penyerapan sinar matahari semakin tinggi, akibatnya hasil fotosintesa dalam pembentukan pati yang cukup banyak. Namun, semakin tua umur 77 tanaman, aktivitas tanaman semakin menurun. Peristiwa ini menyebabkan kadar pati pada ubi jalar akan menurun dengan semakin menuanya umur umbi (Edmon and Ammerman, 1971 dalam Antarlina, 1997). Selain dipengaruhi oleh umur panen umbi, komposisi kimia yang terkandung pada tepung ubi jalar juga dipengaruhi oleh unsur-unsur kimia mikro dan makro yang terdapat di dalam tanah sebagai unsur hara, tinggi dan rendahnya dataran penanaman, pupuk yang digunakan, frekuensi pemberian pupuk, curah hujan, dan panjang waktu tanaman ubi jalar menerima sinar matahari selama ditanam. Unsur-unsur makro hara yang ada di dalam tanah dan dibutuhkan tanaman diantaranya N, P, K, Ca, S, dan Mg. Senyawa nitrogen yang ada di dalam tanah berfungsi sebagai pembentukan klorofil dan protein bagi tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Ginting (2010), menyatakan bahwa nilai gizi ubi jalar secara kualitatif dipengaruhi oleh varietas, lokasi tempat penanaman dan musim tanam. Pada musim kemarau dari varietas yang sama akan menghasilkan tepung yang memiliki nilai gizi yang relatif tinggi dari pada musim penghujan, demikian juga ubi jalar yang berdaging merah muda umumnya mempunyai kadar karoten lebih tinggi daripada yang berwarna putih. Ubi jalar yang berwarna putih lebih diarahkan untuk pengembangan tepung dan pati karena umbi yang berwarna cerah cenderung lebih baik kadar patinya dan warna tepung lebih menyerupai terigu (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). 78 4.1.3. Pembuatan Koji Aspergillus oryzae Tanpa Penambahan Tepung Ubi Jalar Pada tahap selanjutnya dilakukan pembuatan koji Aspergillus oryzae yaitu starter kering mikroorganisme yang akan digunakan pada proses fermentasi dalam pembuatan tepung ubi jalar fermentasi. Pembuatan koji Aspergillus oryzae tanpa penambahan tepung ubi jalar bertujuan untuk mengembangbiakkan koji dalam substrat yang banyak mengandung karbohidrat dan untuk penyediaan mikroorganisme dalam bentuk kering yang dapat memperpanjang umur simpan, serta digunakan untuk penambahan pada pembuatan koji yang ditambahkan tepung ubi jalar. Fermentasi koji berlangsung selama 2-3 hari, jika fermentasi terlalu cepat, maka aktivitas enzim yang dihasilkan oleh kapang belum mencapai maksimum sehingga tidak akan menghasilkan komponen penguraian substrat yang sempurna, sebaliknya makin lama waktu fermentasi semakin banyak spora dan amonia yang dihasilkan sehingga diduga menjadi off-flavor (Amalia,2008). Bakteri sebagai inokulum dalam proses fermentasi membutuhkan waktu lebih sedikit dibandingkan kapang karena waktu generatifnya lebih cepat yaitu 1 sampai 2 jam, sedangkan kapang 3 sampai 6 hari (Fardiaz, 1988). Lama fermentasi berkaitan dengan fase pertumbuhan mikroba yang akan terus berubah dari waktu ke waktu selama proses fermentasi berlangsung. Menurut Aisjah (1995) waktu inkubasi yang singkat mengakibatkan terbatasnya kesempatan mikroba untuk terus tumbuh dan berkembangbiak sehingga jumlah komponen substrat yang dapat diubah menjadi massa sel juga sedikit. Sebaliknya dengan waktu inkubasi yang lebih lama berarti akan semakin banyak kesempatan mikroba 79 untuk tumbuh dan berkembangbiak sampai tercapai fase stationer, yaitu laju pertumbuhan sama dengan nol dan jumlah massa sel total konsta. Lama inkubasi pada umumnya tergantung pada jenis mikroorganisme dan substrat yang digunakan. 4.1.4. Pembuatan Koji Aspergillus oryzae dengan Penambahan Konsentrasi Tepung Ubi Jalar yang Bervariasi Pada pembuatan koji Aspergillus oryzae tahap II, dilakukan penambahan tepung ubi jalar dengan konsentrasi yang berbeda, bertujuan untuk mengadaptasikan pengembangbiakan mikroorganisme pada media yang akan digunakan untuk fermentasi dan memperbanyak jumlah sel hidup mikroorganisme pada substrat koji Aspergillus oryzae. Konsentrasi tepung ubi jalar yang ditambahkan pada koji Aspergillus oryzae yaitu 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5%, 0,6%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1,0%, 1,1%, 1,2%, 1,3%, 1,4% dan 1,5% dari berat bahan. Karbohidrat di dalam ubi jalar dapat dirombak oleh mikroorganisme menjadi bentuk gula-gula sederhana seperti glukosa. Glukosa digunakan sebagai sumber energi dan sumber karbon yang digunakan untuk membentuk material penyusun sel baru (Daniya, 2010). Penentuan jumlah konsentrasi tepung ubi jalar terpilih pada koji Aspergillus oryzae dilakukan dengan menghitung jumlah sel hidup Aspergillus oryzae yang ada di dalam koji. Koji dengan jumlah sel hidup terbanyak digunakan untuk fermentasi pada penelitian utama. Hasil perhitungan sel hidup di dalam koji Aspergillus oryzae dengan penambahan konsentrasi tepung ubi jalar yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 11. 80 Berdasarkan data pada Tabel 11. jumlah sel hidup yang paling banyak pada koji Aspergillus oryzae dengan penambahan tepung ubi jalar yaitu koji Aspergillus oryzae dengan konsentrasi tepung ubi jalar 0,8% yaitu sebanyak 653 sel hidup yang terlihat pada mikroskop dan hasil perhitungan total sel hidup adalah 54.416.667. Selama fermentasi, karbohidrat akan berkurang karena dirombak menjadi gula-gula sederhana. Penambahan tepung ubi jalar dengan konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan pertumbuhan inokulum yang tinggi, sehingga kemampuan mikroorganisme untuk melakukan fermentasi terhadap substrat akan berkurang. Kepadatan inokulum yang tinggi membuat inokulum sulit untuk tumbuh sempurna yang pada gilirannya menyebabkan kematian mikroorganisme (Rahman, 1992). Tabel 11. Hasil Penentuan ∑ Sel Hidup Koji Aspergillus oryzae dengan Penambahan Konsentrasi Tepung Ubi Jalar yang Bervariasi. No. Konsentrasi Tepung Ubi Jalar pada Koji Tahap II ∑ Sel Hidup (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 12.250.000 13.833.333 22.666.667 28.666.667 25.083.333 38.750.000 10.416.667 26.500.000 54.416.667 18.666.667 15.166.667 27.000.000 17.833.333 45.250.000 9.083.333 20.416.667 81 Perumbuhan optimum Aspergillus oryzae di dalam substrat koji terjadi pada konsentrasi tepung ubi jalar 0,8%, sesuai dengan kebutuhan karbon yang dibutuhkan oleh Aspergillus oryzae . 4.2. Hasil Penelitian Utama Hasil penelitian utama bertujuan untuk melihat adanya korelasi perlakuan yang dicobakan pada pembuatan tepung ubi jalar dengan cara fermentasi terhadap respon yang diuji yaitu kadar air, kadar pati, kadar protein, kadar amilosa, gel konsistensi dan amilografi. 4.2.1. Kadar Air Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Hasil analisis kadar air tepung ubi jalar setelah fermentasi dengan perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kadar Air Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Kadar Air Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi (%) Lama Fermentasi (Jam) Konsentrasi Koji Aspergillus oryzae 0,5 % 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0% 12 10,03 9,99 9,98 9,80 9,78 9,68 24 9,89 9,81 9,49 9,14 9,05 8,99 36 9,26 9,06 8,99 8,87 8,78 8,76 48 8,88 8,60 8,27 8,20 8,11 7,96 60 8,80 8,79 8,63 8,49 8,31 8,10 72 8,69 8,37 8,11 8,06 7,92 7,41 Kadar Air Tepung Ubi 10,56 Jalar Tanpa Fermentasi Data pada Tabel 12. menunjukkan lama waktu fermentasi ubi jalar selama 72 jam dengan rentang waktu sampling (pengamatan) 12 jam dan konsentrasi koji 0,5% memberikan kadar air tepung ubi jalar yang dihasilkan dari proses fermentasi menurun, dari kadar air awal sebelum fermentasi 10,56% menjadi 8,69% setelah 82 fermentasi. Hal yang sama akan memperlihatkan pula semakin banyak konsentrasi koji yang ditambahkan pada fermentasi ubi jalar, memperlihatkan kadar air tepung ubi jalar semakin rendah setelah akhir fermentasi. Pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae 3% dengan waktu fermentasi akhir 72 jam menunjukkan bahwa kadar air ubi jalar semakin menurun yaitu menjadi 7,41%, sedangkan pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang ditambahkan sebesar 0,5% dengan lama fermentasi yang paling singkat yaitu 12 jam menunjukkan kadar air sebesar 10,03%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentari koji yang ditambahkan pada waktu yang sama akan menghasilkan kadar air yang semakin menurun. Penurunan kadar air pada tepung ubi jalar yang telah difermentasi disebabkan karena semakin meningkatnya konsentrasi koji Aspergillus oryzae dan semakin lama waktu fermentasinya, akan mengakibatkan komponen-komponen kompleks yang terdapat pada irisan ubi jalar mengalami penguraian oleh Aspergillus oryzae, dan selama proses fermentasi berlangsung mengakibatkan air bebas yang terdapat pada permukaan irisan ubi jalar semakin meningkat, sehingga pada saat proses pengeringan irisan ubi jalar hasil fermentasi akan banyak air yang teruapkan. Keadaan ini yang menyebabkan kadar air pada tepung ubi jalar yang telah difermentasi akan semakin menurun. Magdalena (2010), kadar air yang tinggi pada produk tepung-tepungan akan sangat mengganggu stabilitas dari produk tersebut. Kandungan air yang tinggi pada produk tepung-tepungan akan membuat tepung tersebut menggumpal apabila disimpan. Dengan banyaknya kandungan air, kerusakan karena aktivitas mikroorganisme akan cepat terjadi. 83 Tepung fermentasi cenderung memiliki kadar air yang lebih rendah dari pada tepung kontrol. Penurunan kadar air disebabkan karena penguapan air terikat, sebelum fermentasi sebagian molekul air membentuk hidrat dengan molekulmolekul lain yang mengandung atom oksigen, karbohidrat, protein dan senyawa organik lainnya sehingga sukar diuapkan, namun selama proses fermentasi berlangsung enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba akan memecah karbohidrat dan senyawa-senyawa tersebut, sehingga air yang terikat berubah menjadi air bebas (Agustawa, 2012). Semakin tebal chips maka kadar air yang terkandung semakin tinggi, hal ini diduga karena selama proses fermentasi berlangsung, terjadi degradasi pati dalam bahan yang disertai dengan pembentukan gula-gula sederhana dan pelepasan air. Degradasi pati oleh mikroba menyebabkan menurunnya kemampuan bahan mempertahankan air, karena kehilangan gugus hidroksil yang mempunyai kemampuan yang besar untuk mempertahankan air sehingga struktur gugus hidroksil yang mudah dimasuki air. Selain itu, semakin luas permukaan chips pada proses fermentasi maka semakin banyak mikroba yang kontak dengan bahan dalam degradasi pati, sehingga semakin banyak jumlah air terikat yang terbebaskan, akibatnya tekstur bahan menjadi lunak dan berpori. Keadaan ini menyebabkan penguapan air selama proses pengeringan semakin mudah, dengan demikian kadar air akan semakin menurun dalam jangka pengeringan yang sama (Pusparani dan Yuwono, 2014). 84 Hasil analisis konsentrasi koji dan lama fermentasi memperlihatkan adanya korelasi terhadap penurunan kadar air tepung ubi jalar yang telah difermentasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12 dan Gambar13. 10,5 y = -0,02x + 10,29 r = -0,957 Kadar air (%) 10,0 y = -0,027x + 10,265 r = -0,941 9,5 0,5 1 9,0 y = -0,03x + 10,18 r = -0,935 1,5 8,5 y = -0,026x + 9,892 r = -0,93 2 8,0 7,5 7,0 0 12 24 36 48 60 72 y = -0,029x + 9,8773 r = -0,941 2,5 y = -0,035x + 9,9653 r = -0,969 3 84 Waktu Fermentasi (Jam) Gambar 12. Hubungan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Air Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi 10,5 y = -0,407x + 10,108 r = -0,968 Kadar Air (%) 10,0 y = -0,407x + 10,108 r = -0,968 9,5 9,0 y = -0,197x + 9,2993 r = -0,971 8,5 y = -0,1766x + 8,9541 r = -0,962 8,0 7,5 y = -0,29x + 9,028 r = -0,978 7,0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae (%) y = -0,445x + 8,8733 3,5 r = -0,966 12 Jam 24 Jam 36 Jam 48 Jam 60 Jam 72 Jam Gambar 13. Hubungan Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae Terhadap Kadar Air Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Pada Gambar 12, terlihat bahwa semakin lama waktu fermentasi menunjukkan penurunan kadar air pada tepung ubi jalar pada konsentrasi koji 0,5% dan menunjukkan adanya korelasi negatif. Begitu juga pada konsentrasi 1%, 1,5%, 85 2%, 2,5%, 3%. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati -1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna tidak langsung. Pada Gambar 13, terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi koji menunjukkan penurunan kadar air tepung ubi jalar pada waktu fermentasi 12 jam dan menunjukkan adanya korelasi negatif. Begitu juga pada waktu fermentasi 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, dan 72 jam. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati -1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna tidak langsung. Pada Gambar 12 dan Gambar 13, memperlihatkan adanya korelasi waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang digunakan untuk fermentasi terhadap kadar air tepung ubi jalar yang telah difermentasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) masing-masing variabel yang besarnya mendekati -1, memperlihatkan korelasi sempurna tidak langsung, dimana waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang semakin meningkat memberikan kadar air pada tepung ubi jalar yang dihasilkan semakin menurun. Keadaan ini disebabkan karena proses pemanasan yang terjadi selama proses pembuatan tepung fermentasi. Pada saat irisan ubi jalar dikeringkan air bebas yang dihasilkan ini lebih banyak diuapkan, sehingga kadar air tepung yang dihasilkan semakin menurun. Air bebas dihasilkan dari lamanya waktu fermentasi dan banyaknya konsentrasi koji yang digunakan, karena pada saat fermentasi terjadi penguraian senyawa-senyawa kompleks yang terdapat di dalam ubi jalar, sehingga ir yang terdapat di dalam sel ubi jalar yang tadinya bersifat air tidak bebas enjadi air bebas akibat keja enzim yang dikeluarkan oleh Aspergillus oryzae. 86 Air yang diuapkan pada saat pengeringan suatu bahan merupakan air bebas yang terdapat di dalam permukaan bahan. Laju penguapan air bebas sebanding dengan perbedaan tekanan uap pada permukaan air dengan tekanan uap air di dalam udara pengering. Bila konsentrasi air permukaan cukup besar sehingga permukaan bahan tetap basah maka akan terjadi laju penguapan yang tetap (Henderson dan Pabis, 1967). 4.2.2. Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Hasil analisis kadar protein tepung ubi jalar setelah fermentasi dengan perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Lama Fermentasi (Jam) 12 24 36 48 60 72 Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Tanpa Fermentasi Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi (%) Konsentrasi Koji Aspergillus oryzae 0,5 % 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0% 6,53 6,54 6,56 6,59 6,69 6,70 6,63 6,78 6,96 6,80 7,09 7,41 7,00 7,32 7,40 7,05 7,14 7,49 7,16 7,30 7,54 7,94 8,21 8,26 7,38 7,41 7,90 8,11 8,37 8,40 7,99 8,34 8,37 8,58 8,79 8,85 2,20 Data pada Tabel 13. Menunjukkan lama waktu fermentasi ubi jalar selama 72 jam dengan rentang waktu sampling (pengamatan) 12 jam dan konsentrasi koji 0,5% memberikan kadar protein tepung ubi jalar yang dihasilkan dari proses fermentasi meningkat, dari kadar protein awal sebelum fermentasi 2,20% menjadi 7,99% setelah fermentasi. Hal yang sama akan memperlihatkan pula semakin banyak konsentrasi koji yang ditambahkan pada fermentasi ubi jalar, 87 memperlihatkan kadar protein tepung ubi jalar semakin meningkat setelah akhir fermentasi. Pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae 3% dengan lama waktu fermentasi akhir 72 jam menunjukkan bahwa kadar protein ubi jalar semakin meningkat yaitu menjadi 8.85%, sedangkan pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang ditambahkan sebesar 0,5% dengan lama fermentasi yang paling singkat yaitu 12 jam menunjukkan kadar protein sebesar 6,53%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentari koji yang ditambahkan pada waktu yang sama akan menghasilkan kadar protein yang semakin meningkat. Kadar protein tertinggi dihasilkan dari proses fermentasi yang berlangsung selama 72 jam dengan penambahan koji Aspergillus oryzae sebanyak 3%. Berdasarkan hasil analisis protein pada tepung ubi jalar yang telah difermentasi, menunjukkan bahwa konsentrasi koji yang meningkat dan waktu fermentasi yang semakin lama menyebabkan kadar protein semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi koji yang ditambahkan pada saat fermentasi mengakibatkan aktivitas enzim proteolitik yang dihasilkan oleh Aspergillus oryzae semakin meningkat untuk menguraikan protein menjadi asamasam amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan (Medikasari, 2009). Tumbuhnya kapang Aspergillus oryzae akan meningkatkan kandungan protein dalam tepung. Protein yang meningkat selama proses fermentasi dikarenakan adanya pengayaan protein dari sel mikroorganisme. Proses peningkatan kandungan protein karena adanya pembentukan single cell protein atau protein sel tunggal (Litchfield, 1983). Menurut Tannembaum (1971), protein sel 88 tunggal adalah istilah yang digunakan untuk protein kasar atau murni yang berasal dari mikroorganisme, seperti bakteri, khamir, kapang, ganggang dan protozoa. Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat menghasilkan enzim yang akan mendegradasi senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana dan mensintesis protein yang merupakan pengkayaan protein bahan (Darmawan, 2006). Peningkatan protein dalam proses fermentasi dapat diakibatkan oleh terbentuknya protein sel tunggal dan asam amino. Peningkatan kandungan protein kasar disebabkan oleh penambahan protein sel tunggal yang berasal dari N substrat menjadi N mikrobia. Penambahan protein kasar terjadi akibat biomassa sel bakteri yang menempel pada substrat. Kenaikan kadar protein pada substrat fermentasi padat diakibatkan oleh penambahan protein yang diperoleh dari peubahan nitrogen inorganik menjadi protein sel selama pertumbuhan kapang (Purwadaria dan Laelasari, 2004). Tingginya peningkatan protein pada substrat padat karena kapang sendiri mengandung asam nukleat yang dapat memberikan kontribusi N. Populasi mikroba yang tinggi mengakibatkan kandungan protein kasar tinggi karena mikroba sebagian besar terdiri dari protein (Wizna, 2009). Selain itu meningkatnya kandungan protein selama proses fermentasi karena glukosa akan diubah menjadi asam piruvat melalui jalur glikolisis kemudian dari proses glikolisis akan terbentuk senyawa-senyawa intermediet yang selanjutnya melalui proses aminasi maupun transaminasi dapat menghasilkan asam-asam amino. Terbentuk empat jenis asam amino, yaitu serin dibentuk dari sintesis 3-fosfo gliserat, serin akan menghasilkan glisin dan sistein serta alanin yang terbentuk dari 89 asam piruvat yang merupakan produk dari proses glikolisis (Mark et al., 1996). Ketika proses fermentasi selesai antara sel yang tumbuh dengan sisa substratnya tidak dipisahkan atau disebut dengan Microbial Biomass Product (MBP) sehingga protein akan terakumulasi dan terjadi peningkatan kandungan protein (Muhiddin, 2001). Hasil analisis konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang berbeda dengan lama waktu fermentasi yang berbeda pula terhadap perubahan kadar protein tepung ubi jalar yang telah difermentasi dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15 . Kadar Protein (%) 9,0 8,5 8,0 y = 0,0231x + 6,144 r = 0,971 0,5 y = 0,0258x + 6,1946 r = 0,9327 1 y = 0,0285x + 6,254 r = 0,9925 7,5 y = 0,0351x + 6,0346 r = 0,9789 7,0 y = 0,0366x + 6,174 r = 0,9705 6,5 0 12 24 36 48 60 72 Waktu Fermentasi (Jam) 1,5 2 2,5 3 y = 0,0345x + 6,4026 84 r = 0,981 Gambar 14. Hubungan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi 9,0 y = 0,076x + 6,4686 r = 0,9452 12 Jam y = 0,2668x + 6,478 r = 0,8996 24 Jam 8,0 y = 0,0891x + 7,0773 r = 0,419 36 Jam 7,5 7,0 y = 0,4931x + 6,872 r = 0,9829 48 Jam 6,5 y = 0,468x + 7,1093 r = 0,9689 60 Jam y = 0,3348x + 7,9006 3,5 r = 0,9764 72 Jam Kadar Protein (%) 8,5 6,0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae (%) Gambar 15. Hubungan Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae Terhadap Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi 90 Pada Gambar 14, terlihat bahwa semakin lama waktu fermentasi menunjukkan peningkatan kadar protein pada tepung ubi jalar pada konsentrasi koji 0,5% dan menunjukkan adanya korelasi positif. Begitu juga pada konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3%. Jika dibandingkan konsentrasi koji 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3% maka konsentrasi koji 3% mendekati nilai korelasi sempurna atau yang paling berkorelasi diantara konsentrasi yang lainnya. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna. Pada Gambar 15, terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi koji menunjukkan peningkatan kadar protein tepung ubi jalar pada waktu fermentasi 12 jam dan menunjukkan adanya korelasi positif. Begitu juga pada waktu fermentasi 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, dan 72 jam. Jika dibandingkan waktu fermentasi 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, dan 72 jam, maka waktu fermentasi 48 jam mendekati nilai korelasi sempurna atau yang paling berkorelasi diantara waktu fermentasi yang lainnya. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna. Pada Gambar 14 dan Gambar 15, memperlihatkan adanya korelasi waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang digunakan untuk fermentasi terhadap kadar protein tepung ubi jalar yang telah difermentasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) masing-masing variabel yang besarnya mendekati 1, memperlihatkan korelasi sempurna pengaruh waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang digunakan terhadap kadar protein tepung ubi jalar yang dihasilkan. Waktu fermentasi yang semakin lama dan konsentrasi koji yang semakin meningkat memberikan kadar protein pada tepung ubi jalar yang dihasilkan semakin 91 meningkat. Peningkatan kandungan protein selama proses fermentasi karena glukosa akan diubah menjadi asam piruvat melalui jalur glikolisis, setelah itu terjadi proses dehidrogenisasi asam piruvat yang mengubah asam piruvat menjadi asam laktat dengan bantuan enzim laktat dehidrogenase. Asam laktat yang terbentuk akan terurai menjadi protein sel tunggal. Terbentuk empat jenis asam amino, yaitu serin dibentuk dari sintesis 3-fosfo gliserat, serin akan menghasilkan glisin dan sistein serta alanin yang terbentuk dari asam piruvat yang merupakan produk dari proses glikolisis (Mark et al., 1996). Kadar protein mengalami kenaikan sejalan dengan meningkatnya waktu fermentasi, karena kemampuan enzim protease dalam pemecahan protein semakin besar seiring dengan semakin lama waktu fermentasi. Kenaikan kadar protein terjadi karena degradasi oleh enzim protease sehingga protein terdegradasi menjadi senyawa yang lebih sederhana, semakin lama fermentasi semakin banyak pula komponen-komponen yang terdapat didalam ubi jalar yang diuraikan (Yunisa, 2013). Protease merupakan enzim yang akan memotong polimer pada molekul protein sehingga dapat dihasilkan molekul-molekul yang lebih sederhana. Dalam hal ini, protease akan menghidrolisis ikatan polipeptida sehingga akan dihasilkan produk dekomposisi berupa senyawa sederhana seperti peptida dan asam amino, kemudian asam-asam amino akan terurai lebih lanjut menjadi komponenkomponen lain yang berperan dalam pembentukan cita rasa produk. Protease juga akan menghidrolisis molekul protein dalam bentuk yang lebih spesifik. (Yunisa, 2013). 92 4.2.3. Kadar Pati Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Data pada Tabel 14. menunjukkan lama waktu fermentasi ubi jalar selama 72 jam dengan rentang waktu sampling (pengamatan) 12 jam dan konsentrasi koji 0,5% memberikan kadar pati tepung ubi jalar yang dihasilkan dari proses fermentasi menurun, dari kadar pati awal sebelum fermentasi 55,83% menjadi 42,06% setelah fermentasi. Hal yang sama akan memperlihatkan pula semakin banyak konsentrasi koji yang ditambahkan pada fermentasi ubi jalar, memperlihatkan kadar pati tepung ubi jalar semakin menurun setelah akhir fermentasi. Pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae 3% dengan waktu fermentasi akhir 72 jam menunjukkan bahwa kadar pati tepung ubi jalar semakin menurun yaitu menjadi 39,56%, sedangkan pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang ditambahkan sebesar 0,5% dengan lama fermentasi yang paling singkat yaitu 12 jam menunjukkan kadar pati sebesar 45,37%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentari koji yang ditambahkan pada waktu yang sama akan menghasilkan kadar pati yang semakin menurun. Kadar pati tertinggi yang dihasilkan selama proses fermentasi berlangsung yaitu terjadi pada waktu 12 jam dengan penambahan koji Aspergillus oryzae sebanyak 0,5%, sedangkan kadar pati terendah yang dihasilkan selama proses fermentasi berlangsung yaitu terjadi pada waktu 72 jam dengan penambahan koji Aspergillus oryzae sebanyak 3%. Hasil analisis kadar pati tepung ubi jalar setelah fermentasi dengan perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 14. 93 Tabel 14. Kadar Pati Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Kadar Pati Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi (%) Lama Fermentasi (Jam) Konsentrasi Koji Aspergillus oryzae 0,5 % 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0% 12 45,37 45,09 44,41 43,94 42,74 42,61 24 44,53 44,41 43,90 43,48 42,52 42,49 36 44,02 43,78 43,28 42,80 42,42 42,10 48 43,36 42,53 42,38 41,59 41,08 40,57 60 43,00 42,17 42,13 42,05 41,45 40,43 72 42,06 41,59 41,14 40,50 40,01 39,56 Kadar Pati Tepung Ubi 55,83 Jalar Tanpa Fermentasi Penurunan kadar pati disebabkan karena selama proses fermentasi akan terjadi penguraian pati menjadi glukosa oleh enzim amilase yang dimiliki Aspergillus oryzae. Glukosa hasil penguraian akan digunakan oleh Aspergillus oryzae dalam menunjang pertumbuhan. Enzim amilase berperan dalam mengubah pati menjadi glukosa dengan memutuskan ikatan glukosida yaitu ikatan antara molekul glukosa pada polimer pati. Hasil pemecahan glukosa oleh enzim amilase akan digunakan untuk proses metabolisme. Proses metabolisme dimulai dengan mengolah glukosa menjadi asam piruvat karena proses metabolisme terjadi secara anaerob (fermentasi), maka asam piruvat yang terbentuk akan diubah menjadi produk fermentasi yaitu Adenosin Tri Phosphate (ATP) yang digunakan sebagai sumber energi kapang untuk tumbuh dan berkembang, kemudian hasil lainnya adalah alkohol dan CO2 sebagai hasil metabolisme (Hawusiwa et al., 2015; Chen and Johns, 1994). Menurut Zubaidah (2006), kadar pati mengalami penurunan sejalan dengan meningkatnya waktu fermentasi, karena kemampuan mikroba amilolitik dalam 94 pemecahan pati semakin besar seiring dengan semakin lama waktu fermentasi. Penurunan kadar pati terjadi dikarenakan hidrolisis pati oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh Aspergillus oryzae sehingga pati terdegradasi menjadi senyawa yang lebih sederhana dana semakin lama fermentasi semakin banyak komponenkomponen yang terdapat di dalam ubi jalar yang diuraikan. Hasil analisis konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang berbeda dengan waktu fermentasi yang berbeda pula terhadap perubahan kadar pati tepung ubi jalar yang telah difermentasi dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Pada Gambar 16, terlihat bahwa semakin lama waktu fermentasi menunjukkan penurunan kadar pati pada tepung ubi jalar. Pada konsentrasi koji 0,5% menunjukkan adanya korelasi negatif, begitu juga pada konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3%. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati -1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna tidak langsung. 46,0 y = -0,051x + 45,903 r = -0,993 0,5 Kadar Pati (%) 45,0 44,0 43,0 y = -0,06x + 45,808 r = -0,99 1 y = -0,053x + 45,129 r = -0,992 1,5 y = -0,054x + 44,663 r = -0,954 2 y = -0,043x + 43,524 r = -0,921 2,5 y = -0,054x + 43,589 84 r = -0,964 3 42,0 41,0 40,0 39,0 0 12 24 36 48 60 72 Waktu Fermentasi (Jam) Gambar 16. Hubungan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Pati Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi 95 y = -1,218x + 46,158 r = -0,98 12 Jam 44,0 y = -0,93x + 45,184 r = -0,972 24 Jam 43,0 y = -0,809x + 44,482 r = -0,996 36 Jam y = -1,09x + 43,827 r = -0,991 48 Jam y = -0,862x + 43,38 r = -0,935 60 Jam 46,0 Kadar Pati (%) 45,0 42,0 41,0 40,0 39,0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 y = -1,021x + 42,598 3,5r = -0,998 Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae (%) 72 Jam Gambar 17. Hubungan Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae Terhadap Kadar Pati Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Pada Gambar 17, terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi koji menunjukkan penurunan kadar pati tepung ubi jalar pada waktu fermentasi 12 jam dan menunjukkan adanya korelasi negatif. Begitu juga pada waktu fermentasi 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, dan 72 jam. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati -1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna tidak langsung. Pada Gambar 16 dan Gambar 17, memperlihatkan adanya korelasi waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang digunakan untuk fermentasi terhadap kadar pati tepung ubi jalar yang telah difermentasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) masing-masing variabel yang besarnya mendekati -1, memperlihatkan korelasi sempurna tidak langsung pengaruh waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang digunakan terhadap kadar pati tepung ubi jalar yang dihasilkan. Penurunan kadar pati disebabkan karena selama proses fermentasi akan terjadi penguraian pati menjadi glukosa oleh enzim amilase yang dimiliki Aspergillus oryzae. Glukosa hasil penguraian akan digunakan oleh Aspergillus 96 oryzae dalam menunjang pertumbuhan. Enzim amilase berperan dalam mengubah pati menjadi glukosa dengan memutuskan ikatan glukosida yaitu ikatan antara molekul glukosa pada polimer pati. Hasil pemecahan glukosa oleh enzim amilase akan digunakan untuk proses metabolisme. Menurut Syuhada (2010), secara kimiawi perubahan bahan selama proses fermentasi disebabkan oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati. Menurut Ramos et al., (2000), bakteri asam laktat dapat menghasilkan enzim ekstraseluler untuk menghidrolisis pati menjadi dekstrin dan gula sederhana yang selanjutnya dimanfaatkan untuk menghasilkan asam laktat, CO2, dan etanol. 4.2.4. Kadar Amilosa Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Hasil analisis kadar amilosa tepung ubi jalar setelah fermentasi dengan perlakuan lama fermentasi dan konsnetrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Kadar Amilosa Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Kadar Amilosa Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi (%) Lama Fermentasi (Jam) Konsentrasi Koji Aspergillus oryzae 0,5 % 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0% 12 19,54 19,90 16,88 23,05 25,47 19,26 24 25,75 26,28 25,11 25,35 30,80 27,41 36 23,49 25,67 24,58 22,97 24,14 27,37 48 22,77 25,27 23,17 23,62 23,86 23,09 60 22,20 22,65 23,33 21,68 21,64 19,50 72 24,22 23,33 23,54 25,03 25,67 25,47 Kadar Amilosa Tepung Ubi 20,27 Jalar Tanpa Fermentasi 97 Data pada Tabel 15. menunjukkan waktu fermentasi ubi jalar selama 72 jam dengan rentang waktu sampling (pengamatan) 12 jam dan konsentrasi koji 0,5% memberikan kadar amilosa tepung ubi jalar yang dihasilkan dari proses fermentasi meningkat, dari kadar amilosa awal sebelum fermentasi 20,27% menjadi 24,22% setelah fermentasi. Selama fermentasi ubi jalar berlangsung berdasarkan waktu dan konsentrasi koji yang bervariasi, perubahan kadar amilosa pada tepung ubi jalar tidak menetap, terjadi kenaikan dan penurunan pada waktu-waktu tertentu, namun rata-rata kadar amilosa pada tepung ubi jalar setelah fermentasi mengalami peningkatan. Pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae 3% dengan waktu fermentasi akhir 72 jam menunjukkan bahwa kadar amilosa ubi jalar semakin meningkat yaitu menjadi 25,47%, sedangkan pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang ditambahkan sebesar 0,5% dengan lama fermentasi yang paling singkat yaitu 12 jam menunjukkan kadar pati sebesar 19,54%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentari koji yang ditambahkan pada waktu yang sama akan menghasilkan kadar amilosa yang semakin meningkat. Menurut Zubaidah, dkk. (2006), peningkatan jumlah amilosa dikarenakan akibat putusnya rantai cabang amilopektin pada ikatan α-1,6 dan secara otomatis jumlah rantai cabang amilopektin berkurang dan meningkatnya jumlah rantai lurus amilosa sebagai hasil pemutusan ikatan cabang. Semakin meningkatnya waktu fermentasi, kadar pati semakin menurun seiring dengan meningkatnya kadar amilosa karena kemampuan enzim dalam mendegradasi pati meningkat dengan semakin bertambahnya waktu fermentasi. Kenaikan kadar amilosa disebabkan 98 karena saat fermentasi berlangsung enzim yang dihasilkan berperan dalam pemutusan ikatan rantai cabang amilopektin, sehingga jumlah amilosa meningkat. Semakin tinggi konsentrasi koji, semakin banyak enzim yang dihasilkan oleh mikroba yang dapat merombak pati pada ubi jalar menjadi senyawa-senyawa sederhana sebagai energi untuk aktivitas dan pertumbuhannya. Menurut Syuhada (2010), secara kimiawi perubahan bahan selama fermentasi disebabkan oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati. Menurut Ramos et all. (2000), bakteri asam laktat dapat menghasilkan enzim ektraseluler untuk menghidrolisis pati menjadi dekstrin dan gula sederhana yang selanjutnya dimanfaatkan untuk menghasilkan asam laktat, CO2 dan etanol. 4.2.5. Gel Konsistensi Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Hasil analisis gel konsistensi pada tepung ubi jalar yang telah difermentasi dengan perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Gel Konsistensi Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Gel Konsistensi (mm) Lama Fermentasi Konsentrasi Koji Aspergillus oryzae (Jam) 0,5 % 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0% 12 47,0 45,5 45,5 55,0 31,0 43,5 24 39,0 35,5 36,5 39,5 31,5 37,5 36 48,5 36,0 44,0 45,5 46,0 35,5 48 61,5 35,5 59,5 58,5 59,0 59,0 60 60,0 59,0 58,5 59,0 58,5 56,0 72 50,5 57,5 55,5 37,0 38,5 37,5 Gel Konsistensi Tepung 55,5 Ubi Jalar Tanpa Fermentasi Data pada Tabel 16. menunjukkan bahwa panjang gel konsistensi pada tepung ubi jalar sebelum difermentasi adalah 55,5 mm, hal ini menandakan 99 kandungan amilosa didalam tepung ubi jalar sebelum fermentasi berada pada posisi sedang, akibatnya gel yang terbentuk panjangnya kurang dari 100 mm yang berarti sedang. Setelah proses fermentasi berlangsung, terjadi penurunan dari amilopektin yang menyebabkan gel konsistensi pada tepung ubi jalar menjadi menurun panjangnya, namun kandungan amilosa pada tepung semakin meningkat. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 12 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 47 mm dan kadar amilosanya sebesar 19,54%, sedangkan pada waktu fermentasi selama 12 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 43 mm dengan kadar amilosa sebesar 19,26 %. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 24 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 39 mm dan kadar amilosanya sebesar 25,75%, sedangkan pada waktu fermentasi selama 24 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 37,5 mm dengan kadar amilosa sebesar 27.41%. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 36 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 48,5 mm dan kadar amilosanya sebesar 23,49%, sedangkan pada waktu fermentasi selama 36 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 35,5 mm dengan kadar amilosa sebesar 27.37%. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 48 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 61,5 mm dan kadar amilosanya sebesar 22,77%, sedangkan pada waktu fermentasi selama 48 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 59 mm dengan kadar amilosa sebesar 23.09%. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 60 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 60 mm dan kadar amilosanya sebesar 22,20%, sedangkan pada 100 waktu fermentasi selama 60 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 56 mm dengan kadar amilosa sebesar 19,5%. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 72 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 50,5 mm dan kadar amilosanya sebesar 24,22%, sedangkan pada waktu fermentasi selama 72 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 37,5 mm dengan kadar amilosa sebesar 25.47%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentari koji yang ditambahkan pada waktu yang sama akan menghasilkan gel tepung ubi jalar semakin pendek sedangkan kadar amilosa semakin meningkat. Pada gel yang mengandung amilosa sekitar 25% akan menghasilkan gel yang keras karena molekul pati membentuk jaringan, sebaliknya pada gel dengan amilosa yang rendah bertekstur lembut dan tidak memiliki jaringan (Copeland, 2009 dalam Indrasari dan Mardiah). 4.2.6. Amilografi Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Data pada Tabel 17, memperlihatkan viskositas balik tepung ubi jalar yang dibuat secara fermentasi untuk seluruh perlakuan menunjukkan lebih tinggi daripada viskositas balik tepung ubi jalar tanpa fermentasi. Hal ini disebabkan selama fermentasi berlangsung terjadi hidrolisis amilopektin yang memiliki rantai α-1,6 glukosidik menjadi α-1,4 glukosidik, hal ini menyebabkan granula-granula pati yang banyak mengandung rantai α-1,4 glukosidik lebih mudah menyerap air dan pecah. 101 Tabel 17. Viskositas Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Indikator Pengamatan Suhu Viskositas Viskositas Viskositas No. Sampel Gelatinisasi Puncak Dingin Balik (cP) 0 0 ( C) (cP) 50 C (cP) 1 a1b1 (12 jam 0,5 %) 81.9 2660.0 2660.0 2 a2b1 (12 jam 1,0 %) 92.6 300.0 300.0 3 a3b1 (12 jam 1,5 %) 83.1 2940.0 2940.0 4 a4b1 (12 jam 2,0 %) 82.0 2820.0 2820.0 5 a5b1 (12 jam 2,5 %) 81.3 2455.0 2455.0 6 a6b1 (12 jam 3,0 %) 94.2 45.0 45.0 7 a1b2 (24 jam 0,5 %) 84.9 2500.0 2500.0 8 a2b2 (24 jam 1,0 %) 80.8 2255.0 2255.0 9 a3b2 (24 jam 1,5 %) 79.3 2125.0 2125.0 10 a4b2 (24 jam 2,0 %) 79.8 2510.0 2510.0 11 a5b2 (24 jam 2,5 %) 82.1 2575.0 2665.0 90.0 12 a6b2 (24 jam 3,0 %) 81.0 3285.0 3965.0 680 13 a1b3 (36 jam 0,5 %) 88.8 3050.0 3050.0 14 a2b3 (36 jam 1,0 %) 88.4 2940.0 2940.0 15 a3b3 (36 jam 1,5 %) 82.0 3565.0 4025.0 460.0 16 a4b3 (36 jam 2,0 %) 83.0 4945.0 4945.0 17 a5b3 (36 jam 2,5 %) 88.1 2380.0 2380.0 18 a6b3 (36 jam 3,0 %) 85.5 3135.0 3135.0 19 a1b4 (48 jam 0,5 %) 88.2 1760.0 1760.0 20 a2b4 (48 jam 1,0 %) 83.3 2260.0 2260.0 21 a3b4 (48 jam 1,5 %) 87.6 2695.0 3735.0 1040.0 22 a4b4 (48 jam 2,0 %) 86.6 2925.0 3440.0 515.0 23 a5b4(48 jam 2,5 %) 87.5 3070.0 3070.0 24 a6b4 (48 jam 3,0 %) 87.4 2960.0 3940.0 980.0 25 a1b5 (60 jam 0,5 %) 86.8 2445.0 2445.0 26 a2b5 (60 jam 1,0 %) 85.6 3155.0 3155.0 27 a3b5 (60 jam 1,5 %) 82.8 4755.0 4755.0 28 a4b5 (60 jam 2,0 %) 89.1 2480.0 2480.0 29 a5b5 (60 jam 2,5 %) 90.2 2620.0 2620.0 30 a6b5 (60 jam 3,0 %) 87.1 3245.0 3245.0 31 a1b6 (72 jam 0,5 %) 86.9 2040.0 2040.0 32 a2b6 (72 jam 1,0 %) 81.2 3305.0 3980.0 675.0 33 a3b6 (72 jam 1,5 %) 87.6 2225.0 2555.0 660.0 34 a4b6 (72 jam 2,0 %) 88.9 2040.0 2375.0 335.0 35 a5b6 (72 jam 2,5 %) 86.2 3105.0 3205.0 100.0 36 a6b6 (72 jam 3,0 %) 85.3 3180.0 3280.0 100.0 37 Kontrol 82.5 55.0 155.0 100.0 102 Pada sampel tepung ubi jalar a1b1 – a4b2, a1b3 – a2b3, a4b3 – a2b4, a5b4, dan a1b5 – a1b6 dalam proses pemanasan sampai dengan suhu 950C tidak terjadi gelatinisasi (pelepasan air dari molekul pati), hal ini disebabkan pada saat granula pati pecah sampel tidak dapat diamati. Viskositas puncak tepung ubi jalar setelah fermentasi (saat granula pecah) lebih tinggi dibandingkan dengan tepung ubi jalar tanpa fermentasi, menunjukkan kemudahannya mengembang saat dipanaskan. Menurut Febriyanti (1990), yang dimaksud dengan suhu awal gelatinisasi adalah suhu pada saat viskositas pertama kali naik karena terjadinya pembengkakan granula pati yang irreversible. Viskositas maksimum atau viskositas puncak adalah titik maksimum viskositas pasta yang dihasilkan selama proses pemanasan. Sedangkan suhu viskositas maksimum adalah suhu saat tercapai viskositas maksimum. Stabilitas pati yang diukur adalah stabilitas viskositas selama periode pemanasan menggunakan parameter stabilitas pasta (SP) dan stabilitas viskositas selama periode pendinginan menggunakan parameter viskositas balik (VB). Viskositas balik didapat dari selisih antara viskositas akhir pendinginan dan viskositas akhir pemanasan konstan pada suhu 950C. Viskositas balik mencerminkan tingkat retrogradasi pati pada proses pendinginan (Cornell, 2000). Analisis sifat amilografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik pati dan viskositasnya. Sifat amilografi berkaitan dengan pengukuran viskositas tepung dengan konsentrasi tertentu selama pemanasan dan pengadukan. Perbedaan panjang rantai penyusun molekul amilopektin memberikan perbedaan yang signifikan terhadap sifat fisik, fisikokimia dan fungsional bahan. 103 Sifat amilografi tepung ubi jalar sebelum dan setelah fermentasi dengan perlakuan waktu dan konsentrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Gambar 18 sampai Gambar 54. Viscosity (cP) 190,00 140,00 90,00 40,00 -10,00 0 10 20 Time 30 40 50 Viscosity (cP) Gambar 18. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Sebelum Fermentasi 3250,00 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Viscosity (cP) Gambar 19. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 0,5%) 3250,00 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 20. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 1,0%) 104 330,00 Viscisity (cP) 280,00 230,00 180,00 130,00 80,00 30,00 -20,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 21. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a3b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 1,5%) 3250,00 Viscosity (cP) 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 22. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a4b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 2,0%) 2750,00 Viscosity (cP) 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 23. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a5b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 2,5%) 105 47,50 Viscosity (cP) 37,50 27,50 17,50 7,50 -2,50 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 24. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a6b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 0,5%) 2750,00 Viscosity 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 25. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 0,5%) Viscosity (cP) 2350,00 1850,00 1350,00 850,00 350,00 -150,00 0 10 20 Time 30 40 50 Gambar 26. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 1,0%) 106 Viscosity (cP) 1850,00 1350,00 850,00 350,00 -150,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 27. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a3b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 1,5%) Viscosity (cP) 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 28. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a4b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 2,0%) 3250,00 Viscosity (cP) 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 Time 30 40 50 Gambar 29. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a5b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 2,5%) 107 4250,00 3750,00 Viscosity (cP) 3250,00 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 30. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a6b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 3,0%) 3250 Viscosity (cP) 2750 2250 1750 1250 750 250 -250 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 31. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 0,5%) 3250,00 Viscosity (cP) 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 32. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 1,0%) Viscosity (cP) 108 4250,00 3750,00 3250,00 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 33. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a3b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 1,5%) 5500,00 Viscosity (cP) 4500,00 3500,00 2500,00 1500,00 500,00 -500,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 34. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a4b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 2,0%) 2750,00 Viscosity (cP) 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 35. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a5b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 2,5%) 109 3750,00 3250,00 Viscosity (cP) 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 36. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a6b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 3,0%) 1900,00 Viscosity (cP) 1400,00 900,00 400,00 -100,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 37. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 0,5%) 2750,00 Viscosity (cP) 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 38. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 1,0%) Viscosity (cP) 110 3750,00 3250,00 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 39. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a3b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 1,5%) 4000,00 3500,00 Viscosity (cP) 3000,00 2500,00 2000,00 1500,00 1000,00 500,00 0,00 -500,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 40. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a4b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 2,0%) 3250,00 Viscosity (cP) 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 41. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a5b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 2,5%) 111 4250,00 3750,00 Viscosity (cP) 3250,00 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 Time 30 40 50 Gambar 42. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a6b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 3,0%) 2750,00 Viscosity (cP) 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 43. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 0,5%). 3250,00 Viscosity (cP) 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 44. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 1,0%) 112 Viscosity (cP) 4500,00 3500,00 2500,00 1500,00 500,00 -500,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 45. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a3b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 1,5%) 2750,00 Viscosity (cP) 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 46. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a4b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 2,0%) 2750,00 Viscosity (cP) 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 Time 30 40 50 Gambar 47. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a5b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 2,5%) 113 3250,00 Viscosity (cP) 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 Time 30 40 50 Gambar 48. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a6b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 3,0%) 3250,00 Viscosity (cP) 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 Time 30 40 50 Viscosity (cP) Gambar 49. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b6 (Fermentasi 72 jam, Konsentrasi 0,5%) 4250,00 3750,00 3250,00 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 time 30 40 50 Gambar 50. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b6 (Fermentasi 72 jam, Konsentrasi 1,0%) 114 2800,00 Viscosity (cP) 2300,00 1800,00 1300,00 800,00 300,00 -200,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 51. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a3b6 (Fermentasi 72 jam, Konsentrasi 1,5%) 2750,00 Viscosity (cP) 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 52. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a4b6 (Fermentasi 72 jam, Konsentrasi 2,0%) 3750 3250 Viscosity (cP) 2750 2250 1750 1250 750 250 -250 0 10 20 Time 30 40 50 Gambar 53. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a5b6 (Fermentasi 72 jam, Konsentrasi 2,5%) 115 3750,00 Viscosity (cP) 3250,00 2750,00 2250,00 1750,00 1250,00 750,00 250,00 -250,00 0 10 20 30 40 50 Time Gambar 54. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a6b6 (Fermentasi 72 jam, Konsentrasi 3,0%) Pada Gambar 18 sampai Gambar 53, terlihat perbedaan sifat amilografi pada masing-masing tepung ubi jalar fermentasi berdasarkan perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi koji yang ditambahkan. Pada Gambar 17, menunjukkan bahwa tepung ubi jalar tanpa fermentasi memiliki viskositas balik yang lebih rendah dibandingkan dengan tepung ubi jalar fermentasi dengan perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi koji yang bervariasi. Hal ini disebabkan selama fermentasi terjadi hidrolisis amilopektin yang memiliki rantai α-1,6 glukosidik menjadi α-1,4 glukosidik, hal ini menyebabkan granula-granula pati yang banyak mengandung rantai α-1,4 glukosidik lebih mudah menyerap air dan pecah. Viskositas puncak tepung ubi jalar setelah fermentasi (saat granula pecah) lebih tinggi dibanding dengan tepung ubi jalar tanpa fermentasi, menunjukkan kemudahannya mengembang saat dipanaskan. Viskositas yang lebih tinggi menyebabkan tepung menjadi lebih lengket bila diberi air dan lebih mudah mengembang bila dipanaskan. 116 Suhu gelatinisasi diawali dengan pembengkakan granula pati yang bersifat irreversible dan diakhiri dengan hilangnya sifat kristal dari granula pati. Suhu gelatinisasi pati berbeda untuk setiap bahan. Suhu gelatinisasi umumnya dibagi menjadi tiga tahap yaitu suhu awal, suhu puncak dan suhu akhir. Suhu awal gelatinisasi adalah suhu pada saat granula pati mulai mengembang. Pengembangan grranula pati disebabkan oleh penetrasi molekul air yang terperangkap dalam molekul-molekul pati. Suhu awal gelatinisasi dapat terlihat saat kurva mulai naik tajam. Suhu gelatinisasi dapat dibagi menjadi suhu gelatinisasi rendag (55-69,50C), suhu gelatinisasi sedang (70-74,50C), dan suhu gelatinisasi tinggi (>74,50C). Penyerapan akan semakin intensif seiring dengan meningkatnya suhu pemanasan sehingga menyebabkan granula membesar hingga pada suatu titik pembesaran granula pati yang bersifat irreversible (Winarno, 2002). Semakin meningkat suhu pemanasan, semakin meningkat pengembangan granula. Pembesaran granula pati menyebabkan peningkatan viskositas pati secara bertahap. Setelah pembesaran pati mencapai maksimal, granula pati akan pecah sehingga pemanasan lebih lanjut akan menurunkan viskositas larutan pati dan kurva amilogram membentuk sebuah viskositas (Parker, 2003). Viskositas balik (set back viscosity) menunjukkan tingkat pengenceran setelah dingin. Semakin besar viskositas baliknya menggambarkan bahwa pati mudah mengalami retrogradasi. Pati yang mempunyai viskositas balik tinggi cocok dibuat atau dicampur untuk produk biskuit, mie, cookies dan jenis-jenis roti lainnya. Pati yang mempunyai viskositas balik rendah cocok dibuat atau dicampur untuk produk semi cair, seperti saos, puding, bubur dan produk lainnya yang sejenis 117 (Setyawan dan Richana, 2006). Dari hasil analisis amilografi dapat ditentukan bahwa tepung ubi jalar fermentasi dianggap cocok untuk produk biskuit, mie, cookies dan jenis roti lainnya. 4.3. Tepung yang Terpilih Setelah Fermentasi Sampel tepung ubi jalar fermentasi yang terpilih, diaplikasikan dalam pembuatan mi kering berdasarkan sifat amilografi yang telah dijelaskan sebelumnya, sampel yang terpilih yaitu sampel dengan perlakuan lama fermentasi 72 jam dan konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang ditambahkan 1% (a2b6). Pada pembuatan mi kering ubi jalar ditambahkan tepung tapioka, CMC, garam, sodium tripolisfosfat (STPP), natrium karbonat, dan kalium karbonat. Penambahan tepung tapioka dimaksudkan agar mi ubi jalar berwarna lebih terang, penambahan tepung terigu berfungsi sebagai bahan tambahan yang akan memberikan sumer glutenin yang dapat membuat tekstur mie kering menjadi lebih elastis. CMC digunakan untuk kehalusan dan kekenyalan mie, dan garam ditambahkan untuk memperkuat tekstur mi dan memberi cita rasa pada mi. Natrium tripolifosfat digunakan sebagai bahan pengikat air agar adonan tidak mengalami pengerasan atau pengeringan dipermukaan sebelum proses pembentukan lembaran mi. Natrium karbonat dan kalium karbonat merupakan unsur dari air abu yang ditambahkan untuk meningkatkan kehalusan dan kekenyalan mi. Proses pembuatan mi kering ubi jalar terdiri dari tahapan pencampuran bahan, pembentukan lembaran, pembentukan mie, pengukusan dan pengeringan. Pengukusan bertujuan agar adonan mengalami gelatinisasi, tingkat gelatinisasi sangat menentukan tekstur dan daya rehidrasi mi yang dihasilkan. Berdasarkan 118 hasil penelitian Sugiyono, dkk., 2011, menyatakan bahwa mi kering ubi jalar terbaik diperoleh melalui tahap pengukusan pertama selama 20 menit dan pengukusan kedua selama 10 menit. Mi ubi jalar terbaik memiliki kadar air 5,86%, kadar abu 3,10%, kadar lemak 0,23%, kadar protein 2,66% dan kadar karbohidrat 88,15%. Penentuan sampel terpilih yang sudah di aplikasikan dalam pembuatan mie kering selanjutnya dilakukan uji organoleptik yaitu menggunakan uji kesukaan panelsis terhadap respon produk yang diuji dengan skala hedonik yang ditransformasikan ke skala numerik (Soekarto, 1985). Panelis yang digunakan untuk menguji mie kering tepung ubi jalar fermentasi sebanyak 30 panelis dan respon yang diuji terhadap mie kering yang dihasilkan meliputi warna, rasa, dan tekstur. Berikut ini adalah skala hedonik yang digunakan dalam Tabel 18. Tabel 18. Skala Hedonik Skala Hedonik Skala Numerik Sangat suka Suka Agak suka Agak tidak suka Tidak suka Sangat tidak suka 6 5 4 3 2 1 Sumber : Kartika dkk, 1988 Data pada Tabel 19, menunjukan hasil pengamatan uji hedonik terhadap atribut rasa, warna dan tekstur sebelum dan setelah rehidrasi pada mie kering tepung ubi jalar fermentasi dengan lama fermentasi 72 jam dan konsentrasi koji 1%, diamana nilai rata-rata panelis pada atribut rasa adalah 4,4 yang yang menunjukkan panelis agak suka; atribut warna adalah 4,2 yang menunjukkan panelis agak suka; atribut 119 tekstur sebelum rehidrasi adalah 4,5 yang menunjukkan panelis suka, dan atribut tekstur setelah rehidrasi adalah 4,53 yang menunjukkan panelis suka. Data hasil uji organoleptik mie kering tepung ubi jalar fermentasi dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Data Hasil Uji Organoleptik mie kering tepung ubi jalar fermentasi Atribut Mutu Sampel Fermentasi 72 jam, konsentrasi koji 1% (a2b6) Rasa Warna 4,4 4,2 Tekstur Tekstur Sebelum Setelah Rehidrasi Rehidrasi 4,5 4,53 Total 17,76 Terdapat empat macam rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Konsep tersebut sebenarnya hanya penyederhanaan, rangsangan yang diterima oleh otak, karena rangsangan elektris yang diteruskan dari sel perasa sebenarnya sangatlah kompleks. Diketahui bahwa rasa manis berasal dari senyawa gula seperti sukrosa, pahit oleh quinine, asin oleh garam, dan asam oleh berbagai jenis asam. Rasa dari produk makanan pada umumnya tidak hanya terdiri dari satu rasa saja akan tetapi merupakan gabungan berbagai macam yang terpadu sehingga menimbulkan cita rasa makanan yang utuh (Kartika dkk, 1988). Menurut deMan (1997), rasa umum disepakati bahwa hanya ada empat rasa dasar yaitu manis, pahit, masam dan asin. Kepekaan terhadap rasa terdapat pada kuncup rasa pada lidah. Hubungan antara struktur kimia suatu senyawa lebih mudah ditentukan dengan rasanya. Pada produk mie kering tepung ubi jalar fermentasi dengan perlakuan lama fermentasi 72 jam dan konsentrasi 1% yang dapat dirasakan konsumen yaitu rasa khas mie. 120 Warna memegang peranan penting yang mempengaruhi penerimaan konsumen karena merupakan kesan pertama yang akan dinilai konsumen. Secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang menentukan sebelum faktor lain dipertimbangkan. Mie tepung ubi jalar berwarna lebih gelap dibandingkan dengan mie yang terbuat dari tepung terigu. Hal ini dikarenakan sedikitnya substitusi tepung terigu yang ditambahkan pada pembuatan mie kering, serta tidak adanya penambahan zat warna pada mie kering. Dalam pembuatan mie terigu biasanya ditambahkan pewarna kuning tartrazine. Sugiyono (2010) melaporkan nilai 0Hue mi hotong 70,47 dan Suseno (2010) melaporkan nilai 0Hue mie hotong yang dicampur terigu sebesar 77,11, penambahan terigu pada pembuatan mie keringdapat meningkatkan warna kuning. (Sugiyono, 2011). Mie ubi jalar sebelum direhidrasi memiliki tekstur keras. Setelah rehidrasi, tekstur mie ubi jalar menjadi lunak dan cenderung lengket satu sama lain. Hal ini disebabkan karena mie ubi jalar hanya ditambahkan sedikit terigu, sehingga kandungan glutenin pada mie kering masih sangat rendah. Pada mie yang terbuat dari tepung terigu akan terbentuk tekstur yang lebih elastis karena kandungan glutenin yang terdapat pada tepung terigu itu sendiri (Sugiyono, 2011). Mie ubi jalar dapat direhidrasi dalam waktu 3,5 – 5 menit (lama masak optimum). Waktu rehidrasi ini mirip dengan waktu rehidrasi mie terigu yaitu 3 – 5 menit dan lebih singkat dibandingkan dengan waktu rehidrasi mie sagu atau mie hotong. Waktu rehidrasi mie sagu dilaporkan 7 – 9 menit (Purwani, 2006) dan waktu rehidrasi mie hotong 6,5 menit (Sugiyono, 2010).