Tanggung Jawab Hukum Pemegang Saham Portofolio Investasi

advertisement
Tanggung Jawab Hukum Pemegang Saham Portofolio Investasi (Studi Kasus
Piercing The Corporate Veil)
Juventia Yustica, Ranggalawe Suryasaladin
Program Studi Ilmu Hukum
Fakulras Hukum
Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Dalam kegiatan investasi , pemegang saham turut ikut berperan dalam kegiatan baik dalam
perusahaan maupun pasar modal. Kegiatan investasi yang semakin besar dan semakin mudah
untuk memasukiya, tidak sedikit pemegang saham memilki saham dalam perusahaan dan terdapat
kemungkinan pemegang saham mempunyai portofolio investasi. Namun hal ini dapat timbul
permasalah ketika pemegang saham dalam perseroan dikenakan prinsip piercing the corporate
veil yang mana prinsip tersebut membuat pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi.
Walaupun dalam prinsipnya, pemegang saham hanya bertanggung jawab secara terbatas dalam
suatu perseroan, salah satu tindakannya yaitu pemegang saham melakukan perbuatan melawan
hukum .
Law Liability on Shareholder Investment Portfolio (Case Study Piercing The Corporate
Veil)
Abstract
In investment activities, shareholder also played a role both in corporate activities and the capital
market activities. Investment activities that increasing and easier to enter it, not a little shareholder
have shares in corporation and there’s a possibility shareholder have an investment portfolio. It is
formed in order to determine shares collection owned by shareholder. But, this thing can cause a
problem when shareholder in a company charged with piercing the corporate veil principle which
makes shareholder held responsible personally. Although in principle, shareholder only have
limited responsibility in a company, one of the action is shareholder doing act against the law.
Keyword: Investment Portfolio, Liability on Shareholder, Piercing The Corporate Veil
Pendahuluan
pada awalnya hanya ada satu subjek hukum, yaitu manusia dan apabila
melihat pada sejarahnya bahwa sesungguhnya status badan hukum diberikan
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
kepada kumpulan orang-orang yang menjalankan kegiatan tertentu dengan status
charter atau dektrik yang diberikan penguasa atau raja, dimana diakui bahwa
siapa yang diberikan charter tersebut memiliki status sama dengan subjek hukum
manusia yang dapat memiliki hak dan kewajiban serta melakukan tindakantindakan dalam lalu lintas hukum di dalam masyarakat. Hal tersebut merupakan
suatu previlege dan pada awalnya tidak setiap orang bisa memperoleh previlege
untuk dianggap sebagai badan hukum atau corporation yang merupakan suatu
legal entities yang mandiri. Apabila sudah menerima previlege maka merupakan
suatu anugerah dari raja atau penguasa.1
Sehingga hal tersebut memiliki konotasi yang sama dengan apa yang
terjadi di Indonesia, sekalipun Indonesia tidak menganut sistem monarki, namun
untuk adanya suatu badan hukum, PT harus terdapat pengesahan terlebih dahulu
dari otoritas yaitu Menteri Kehakiman. Terdapat persamaan antara royal charter
yang memberikan status badan hukum kepada suatu corporation dengan
pengesahan sebagai badan hukum PT dengan Surat Keputusan Pengesahan dari
Menteri Kehakiman.2
Perseroan Terbatas saat ini sangat berkembang dengan pesat dan banyak
perseroan yang berdiri untuk melakukan kegiatan komersial di Indonesia. Untuk
dapat berdiri diperlukan organ-organ Perseroan, yang meliputi Direksi, Komisaris
dan Rapat Umum Pemegang Saham. Organ yang paling penting dalam perseroan
adalah RUPS karena didalamnya terdapat para pemegang saham yang menyimpan
modal dalam perseroan untuk mendukung berdirinya perseroan. Dalam hal ini,
pemegang saham tidak mejalankan manajemen tetapi pemegang saham perlu
diberikan perlindungan. Tetapi dalam dunia investasi dalam perseroan pemegang
saham sangat dibutuhkan karena saham merupakan modal utama untuk jalannya
perseroan. Dapat ditegaskan kembali bahwa perseroan merupakan persekutuan
modal.
1
Emmy Yuhassari, dkk, Perseroan Terbatas dan Good Corporate Governance, (Pusat
Pengkajian Hukum: Jakarta, 2005), Hlm 222.
2
Ibid. Hlm 222.
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
Dalam dunia yang sebenarnya hampir semua investasi mengandung unsur
ketidakpastian, sehingga setiap pemegang saham memiliki risiko masing-masing
terhadap investasi yang ditanamkannya. Dalam keadaan semacam itu dikatakan
bahwa pemegang saham tersebut menghadapi risiko dalam investasi yang
dilakukannya. Setiap pemegang saham memiliki sikap yang berbeda dalam
pengambilan risiko terhadap investasinya. Yang bisa dilakukan pemegang saham
adalah memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya dan
seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari
hasil yang diharapkan. Masalah tersebut bersangkutan dengan perhitungan nilai
yang diharapkan nilai yang diharapkan dan menyangkut penyebaran nilai. 3
Setiap pemegang saham diperlukan untuk merancang portofolio yang
sesuai dengan profil risiko masing-masing. Yang dimaksud dengan portofolio
investasi tersebut adalah menentukan alokasi asset atau menggabungkan beberapa
saham, obligasi dan pasar uang agar dengan mudah pemegang saham melihat
risiko investasinya. Hal ini dilakukan agar pemegang saham tidak perlu
melakukan evaluasi secara berkala untuk melihat ada atau tidaknya perbuahan
risiko investasi. Sehingga apabila pemegang saham telah mempunyai portofolio
investasinya, secara langsung pemegang saham sudah memiliki tanggung jawab
terhadap portofolio investasi. Ketika muncul suatu permasalahan terhadap
portofolio investasi tersebut baik dari perusahaan maupun dari pemegang saham
itu sendiri, pemegang saham memiliki tanggung jawab untuk mengurus portofolio
investasi. Karena pada dasarnya portofolio dibuat untuk memudahkan para
pemegang saham dalam berinvestasi dalam pasar modal. Selain pada portofolio
investasi, pemegang saham memiliki tanggung jawab secara pribadi apabila
terjadi suatu piercing the corporate veil yang dikenakan pada pemegang saham.
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1.
Bagaimanakah pengaturan mengenai tanggung jawab pemegang saham
dalam portofolio investasi?
2.
Bagaimanakah pengadilan memutuskan suatu kasus hukum berkaitan
3
Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, (UUP AMP YKPN:
Yogyakarta, 2003), Hlm 43.
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
dengan tanggung jawab pemegang saham dalam hal diterapkannya prinsip
piercing the corporate veil?
3.
Bagaimanakah pengaruh tanggung jawab pemegang saham portofolio
investasi dalam hal diterapkannya prinsip piercing the corporate veil?
Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki tujuan yang hendak dicapai,
yaitu:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara normatif dan yuridis piercing
the corporate yang terjadi pada kasus perbuatan melawan hukum dan tindak
pidana dengan menggunakan salah satu kasus yang berada di Negara Indonesia
dan di Negara Inggris tentang Tanggung Jawab Hukum Pemegang Saham
Portofolio Investasi (Studi Kasus Piercing The Corporate Veil)
Selain dari pada tujuan umum yang telah disebutkan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk:
1.
Untuk mengetahui bagaimana penjelasan secara menyeluruh mengenai
tanggung jawab pemegang saham dalam portofolio investasi
2.
Untuk mengetahui bagaimana pengadilan memutuskan suatu kasus hukum
berkaitan dengan tanggung jawab pemegang saham
dalam
hal
diterapkannya prinsip piercing the corporate veil.
3.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pada tanggung jawab
pemegang saham portofolio investasi dalam hal diterapkannya prinsip
piercing the corporate veil.
Tinjauan Teoritis
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang berbentuk yuridis normatif 4, dimana
penelitian yang mengacu kepada norma hukum yang terdapat pada peraturan
perundang-undangan dan putusan pengsdilan
4
Penelitian yang berbentuk yuridis-normatif adalah penelitian yang menekankan pada
penggunaan norma-norma hukum secara tertulis serta didukung dengan hasil wawancara dengan
narasumber dan informan.
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperolah data sekunder,
yang nantinya akan digunakan sebagai landasan teoritis sehingga berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti oleh peneliti guna mendukung data-data yang
diperoleh selama penelitian dengan cara mempelajari buku-buku, literature dan
sumber lain yang relevan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian.5
Tipologi penelitian ini bersifat eksploratoris, dimana penulis bertujuan untuk
menggambarkan atau menjelaskan lebih dalam dari suatu gejala.6 Gejala yang
akan digambarkan atau dijelaskan oleh penulis ialah bagaimana tanggung jawab
pemegang saham saham terhadap portofolio investasinya apabila pemegang
saham dikenakan prinsip piercing the corporate veil, apakah tanggung jawab
pemegang saham tersebut hanya sebatas pada modal yang ditanamkan atau
berpengaruh pada portofolio investasi yang dimilikinya. Sedangkan jenis data
yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni yang
mencakup antara lain, dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian
yang berbentuk laporan, buku harian dan seterusnya. Dalam hal ini data sekunder
adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan.7 Namun, jika menurut penulis
membutuhkan data yang lebih valid lagi dikarenakan penelitian yang penulis
angkat adalah berasal dari suatu gejala, maka penulis akan berusaha dan
menggunakan wawancara.
Pembahasan
Pemegang saham yaitu salah satu pelaku yang berada dalam pasar modal.
Pemegang saham dapat dibagi menjadi dua yaitu pemegang saham perorangan
dan pemegang saham lembaga. Pemegang saham memiliki peran penting dalam
kegiatan yang berjalan dalam perseroan terbatas tersebut.Pemegang saham dalam
persereoan merupakan salah satu organ dari Perseroan Terbatas yang harus
dimiliki semua Perusahaan. Dapat dikatakan sebagai Pemegang Saham dalam
perseroan terbatas ini dibuktikan dengan adanya kepemilikan saham pada
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI-Press, 2005), hlm. 250.
6
Ibid
7
Ibid., hlm.12
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
perseroan tersebut. Pengertian pemegang saham adalah mereka yang ikut serta
dalam modal perseroan dengan membeli satu atau lebih saham-saham. Selain itu,
dalam pasar modal pemegang saham memiliki peran penting bagi perekonomian
suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu:
-
Sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat Pemegang
Saham (investor).
-
Menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen
keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dll. Sehingga masyarakat
dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik
keuntungan dan risiko masing-masing instrument.8
Dalam hal ini, pemegang saham memiliki suatu tanggung jawab yang pada
hakekatnya tanggung jawab pemegang saham hanya sebatas jumlah nilai saham
yang disetornya. Namun, dia akan bertanggung jawab secara pribadi (tidak
terbatas) bila memenuhi salah satu kondisi, yaitu:9
-
Melakukan satu atau lebih hal yang mengakibatkan terjadinya
pengungkapan tabir perusahaan (piercing corporate veil; hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas), atau
-
Menjadi penanggung pribadi (personal guarantor) berdasarkan
perjanjian penanggungan pribadi sehubungan dengan transaksi
pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada perusahaan yang
bersangkutan berdasarkan perjanjian kredit atau pinjaman tertentu.
Menurut teori hukum perusahaan, dalam keadaan tertentu tabir tersebut
dapat disingkap oleh hakim.Artinya apabila terjadi atau terdapat keadaan yang
dimaksud, hakim dapat memutuskan agar pemegang saham bertanggung jawab
8
https://www.academia.edu/6858450/OJK_FEBI_Nov_2013. Pada tanggal 22 Oktober
2014 Jam 05.46 WIB.
9
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl209/tanggung-jawab-pemegang-saham.
Pada tanggal 22 Oktober 2012 Jam 05.24 WIB.
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
secara pribadi sampai kepada harta pribadinya kepada kreditor perseroan yang
dirugikan oleh perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan. Penyingkapan
corporate veil itu disebut priecing the corporate veil atau lifting the corporate
veil. Artinya, apabila terjadi atau terdapat hal-hal tertentu yang dimaksudkan itu,
pemegang saham tidak dilindungi oleh the doctrine of separate legal personality
of a company atau the principle of the company’s separate legal personality
tersebut.10
Dalam penerapan ke dalam hukum perseroan, doktrin piercing the
corporate
veil
tersebut
mengandung
pengertian
bahwa
hukum
tidak
memberlakukan prinsip terpisahnya tanggung jawab dan harta kekayaan badan
hukum dari tanggung jawab dan harta benda pemegang sahamnya, walaupun
secara de jure seluruh persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu Perseroan
Terbatas untuk menjadi suatu badan hukum telah sempurna dilakukan. Maka
dengan adanya doktrin piercing the corporate veil ini terdapatnya kemungkinan
dalam hal-hal tertentu pemegang saham ikut bertanggung jawab sampai kepada
harta pribadinya atas tindakan yang dilakukan oleh dan atas nama perseroan
sendiri.11
Pada prinsipnya, piercing the corporate veil akan diterapkan jika terdapat
keadaan bahwa sangat tidak adil jika dalam hal yang demikian, tanggung jawab
hanya dimintakan pada perusahaan sebagai badan hukum semata-mata. Misalnya
jika terjadi perbuatan transfer (pengalihan) aset/modal kepada pemegang saham
atau terjadi percampuran adukan antara bisnis dan finasial perusahaan dengan
pemegang saham, yang menyebabkan perusahaan tidak memiliki aset-asetnya.
Sungguh tidak adil, jika hanya perusahaan sebagai badan hukum hanya dapat
diklaim oleh pihak ketiga. Demikian juga jika terjadi tindakan-tindakan yang
misleading (menyesatkan), atau tidak layak yang dilakukan atas nama perusahaan
yang timbul dari perbuatan menyesatkan atau perbuatan melawan hukum.
10
Sutan Remi Sjahdeini, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Pailit, Jurnal
11
Bisnis, Volume 14, (Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2001). Hlm 108.
Hukum
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
Demikian juga jika perusahaan melakukan transaksi besar sementara modal yang
dimiliki terlalu kecil.12
Mengenai definisi portofolio investasi adalah kumpulan dari beberapa
jenis instrument investasi yang dirancang dengan komposisi tertentu untuk
mencapai target imbal hasil yang diharapkan. Selain itu, portofolio investasi juga
merupakan pengelolaan sekumpulan dana yang dikelola oleh manajer investasi,
baik berupa saham, obligasi, pasar uang atau efek/sekuriti lainnya. Dalam
perusahaan pada umumnya Pemegang Saham hanya bertanggung jawab sebatas
saham dia sendiri sehingga apabila Pemegang Saham mempunyai beberapa
investasi di perusahaan dan dibentuk dalam portofolio investasi, dilihat terlebih
dahulu apakah portofolio investasi tersebut mudah dicairkan untuk penggantian
kerugian perusahaan atau tidak.13
Bahwa pada umumnya pemegang saham memiliki portofolio investasi
untuk mencegah adanya risiko yang besar terhadap harta yang dimiliki oleh
pemegang saham. Karena dapat mempengaruhi terhadap jumlah saham yang
dimilikinya. Portofolio investasi mempunyai pengaruh pada setiap individu dan
memiliki kegunaan dalam mengurangi kewaspadaan para pemegang saham terakit
risiko yang besar apabila investasi mereka tidak di buat portofolio. Dalam
pembentukan portofolio tersebut mengacu pada Portofolio model Markowitz yang
menjelaskan
bahwa
“portofolio
efisien
yang
dibentuk
tujuan
untuk
meminimumkan standar deviasi yang merupakan ukuran risiko dari suatu
portofolio. Bentuk umum penyelesaian portofolio model Markowitz dapat
diselesaikan dengan pendekatan Two-Fund Theorem”.
Dengan adanya portofolio investasi yang muncul dalam pemegang saham,
muncul suatu tanggung jawab terhadap pemegang saham tersebut. Jika kita
berpedoman pada tanggung jawab pemegang saham terkait dikenakannya prinsip
piercing the corporate veil, maka pemegang saham bertanggung jawab secara
pribadi. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
12
UUPT secara terbatas mengakui prinsip piercing the corporate veil melalui pasal 3 ayat
(2) yang membuka kemungkinan tanggung jawab sampai meliputi harta kekayaan pribadi
pemegang saham untuk perikatan-perikatan yang dibuat atas nama perseroan
13
Hasil Wawancara dengan Dewi Sekar Arum, SH Tanggal 8 Januari 2015 Jam 11.15
WIB.
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
tentang Perseroan Terbatas), atau menjadi penanggung pribadi (personal
guarantor) berdasarkan perjanjian penanggungan pribadi sehubungan dengan
transaksi pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada perusahaan yang
bersangkutan berdasarkan perjanjian kredit atau pinjaman tertentu.
Jika dikaitkan dengan kasus yang berada di Indonesia mengenai perbuatan
melawan hukum, bahwa kasus tersebut erjadi ketika ketiga pengurus sekaligus
merupakan pemegang saham pada PT. Mulia Argo Persada melakukan
pemindahan hak atas sebanyak 6.200 lembar saham pada PT. Indotruba Tengah
terhadap PT. Mulia Argo Persada. Sehingga Yayasan Kartika Ekapaksi
mengajukan gugatan kepada para tergugat untuk mengembalikan saham tersebut
kepada Yayasan Kartika Ekapaksi. Selain itu, menyatakan pemindahan hak atas
saham milik Yayasan Kartika Ekapaksi pada PT. Indotruba Tengah kepada PT.
Mulia Argo Persada dinyatakan batal demi hukum dan para tergugat dikenai pasal
1365 BW mengenai perbuatan melawan hukum.
Namun, para pemegang saham dapat dikenakan prinsip piercing the
corporate veil karena para pemegang saham sekaligus pengurus PT. Mulia Argo
Persada melakukan perbuatan melawan hukum dimana mereka memindahkan hak
atas saham Yayasan Kartika Ekapaksi pada PT. Indotruba Tengah kepada PT.
Mulia Argo Persada sebanyak 6.200 lembar saham. Walaupun dalam putusan
hakim pada pengadilan tingkat pertama tersebut hanya mengenakan pasal 1365
KUHPerdata mengenai perbuatan melawan hukum tanpa menerapkan prinsip
piercing the corporate veil, yang seharusnya prinsip tersebut dapat dikenakan
kepada ketiga pemegang saham PT. Mulia Argo Persada. Karena setelah
melakukan wawacara dengan salah satu hakim, ketiga pemegang saham dapat
dikenakan prinsip piercing the corporate veil karena tindakan tersebut memnuhi
syarat adanya prinsip piercing the corporate veil dengan dikenai pasal 3 ayat (2)
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Mengenai kasus kedua, dijelaskan bahwa kasus tersebut adalah putusan
Banding pada Pengadilan Banding Divisi Kriminal terkait dengan kasus pidana
yang dilakukan berkaitan dengan Perusahaan. Perusahaan ini mempekerjakan
sejumlah banyak orang dan diperdagangkan dengan perusahaan. Tidak ada saran
bahwa perusahaan selain bisnis yang hanya ada kaitannya pada relasi dengan
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
Jaringan Rail yang terdapat ilegalitas. Saat putusan membuat perintah penyitaan
terhadap Sale sejumlah £ 1.900.000, yang telah mengaku bersalah atas korupsi
setelah memberikan suap kepada karyawan Jaringan Rail senilai £ 7.000 dengan
maksud mengamankan pekerjaan untuknya di Perusahaan, namun dalam
Pengadilan Banding hakim telah mencabut putusannya mengenai piercing the
corporate veil yang dijatuhkan kepada Sale, karena dinilai tindakan yang
dilakukan Sale tidak ada kaitannyadengan piercing the corporate veil.
Berdasarkan penjelasan kedua kasus tersebut, bahwa prinsip piercing the
corporate veil dapat dikenakan kepada pemegang saham apabila ia memenuhi
salah satu unsur piercing the corporate veil. Mengenai kriteria prinsip piercing the
corporate veil pada Negara Indonesia maupun di Negara Inggris tidak diatur
secara khusus. Namun di Negara Indonesia dijelaskan dalam pasal 3 ayat (2)
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada awalnya
mengenai tanggung jawab pemegang saham diberikan terbatas sesuai dengan
saham yang ia setor kepada perusahaan, namun hal tersebut tidak berlaku lagi
ketika pemegang saham melakukan tindakan yang dapat dikenakan prinsip
piercing the corporate veil. Selain dikenakan nya prinsip tersebut dengan pasal 3
ayat (2) UUPT, Sale dapat dikenakan piercing the corprate veil dengan pasal 7
Undang-Undang Perseroan Terbatas, karena perusahaan Sale hanya memiliki
pemegang saham tunggal yang seharusnya syarat pemegang saham dalam
perseroan paling sedikit memiliki dua pemegang saham. Sehingga pemegang
saham bertanggung jawab secara pribadi terkait tindakan yang telah dilakukan
misalnya mengganti kerugian yang dialami perusahaan dengan diambil saham
milik pemegang saham tersebut dan apabila saham yang ia setor di perusahaan
tersebut tidak mencukupi, maka kekayaan pribadi yang dimiliki oleh pemegang
saham yang bersangkutan akan terlibat dalam penggantian kerugian yang dialami
perusahaan.
Berdasarkan fakta dalam kasus tersebut tidak ditemukan adanya pemegang
saham yang memiliki portofolio investasi. Dalam hal ini, putusan tersebut hanya
menjelaskan mengenai perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemegang
saham sehingga pemegang saham memiliki tanggung jawab secara pribadi yang
merupakan suatu pengecualian terhadap prinsip dalam perseroan, dimana pada
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
prinsipnya pemegang saham hanya bertanggung jawab secara terbatas sebatas
saham yang ia setor kepada perseroan. Berdasarkan penjelasan diatas, dalam
kasus tersebut tidak terdapat pemegang saham yang memiliki portofolio investasi.
Para tergugat yaitu Tuan Darsono, Tuan Siswanto dan Tuan Joso Prayitno
memiliki saham yang terdapat di
PT. Mulia Argo Persada. Para tergugat tersebut dimungkinkan mempunyai
portofolio investasi, karena jika mereka mempunyai dana investasi tidak mungkin
mereka menyimpan investasi tersebut hanya pada satu perusahaan. Apabila para
tergugat hanya menyimpan seluruh dana investasi mereka hanya di satu
perusahaan, resiko yang akan ditanggung mereka jauh lebih besar dibanding
resiko yang dimana dana investasi tersebut terpisah dari perusahaan satu dengan
perusahaan yang lainnya hal tersebut dilakukan melalui cara diversifikasi. Pada
umumnya para pemegang saham memiliki portofolio investasi baik secara
individu maupun dengan kolektif yang melalui manager investasi dan portofolio
investasi merupakan hal penting bagi pemegang saham.
Pemegang saham melanggar undang-undang terutama dalam pasal 3 ayat
(2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengenai
piercing the corporate veil, terdapat hubungan antara tanggung jawab pemegang
saham pada portofolio investasinya jika piercing the corporate veil terjadi.
Dengan dikaitkan dengan kasus diatas, pemegang saham bertanggung jawab
secara pribadi terkait pemindahan hak atas saham Yayasan Kartika Ekapaksi pada
PT. Indotruba kepada PT. Mulia Argo Persada sebesar 6.200 lembar saham,
sehingga apabila jumlah saham para tergugat tidak mencukupi untuk
menggantikan saham Yayasan Kartika Ekapaksi, maka para tergugat (pemegang
saham) dapat dikenakan harta pribadi mereka yaitu investasi mereka yang terdapat
pada perusahaan lain. Hal ini dapat dikenakan karena para tergugat telah
melakukan kesalahan sehingga melanggar piercing the corporate veil dan
diperkenankan menggantikan dengan kekayaan mereka yang lain karena tidak
cukupnya saham para tergugat yang ada pada PT. Mulia Argo Persada.
Dalam kasus di Negara Inggris, dalam faktanya Sale tidak memiliki
portofolio investasi. Namun apabila Sale memiliki saham yang tidak hanya pada
Perusahaan Sale Service and Maintanance misalnya dia memilki saham di
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
perusahaan lainnya dan dibentuknya suatu portofolio untuk mengurangi risiko
terhadap sahamnya. Karena dimungkinkan pemegang saham yang memiliki
beberapa investasi di sejumlah perusahaan membentuk portofolio investasinya
untuk mengurangi suatu risiko apabila terjadi suatu kerugian yang berdampak
pada sejumlah investasi yang lain. Hal ini berlaku ketika pemegang saham berlaku
secara pribadi dan mengharuskan untuk mengganti kerugian perusahaan dengan
saham yang ditempatkan pada perusahaan tersebut atau saham lainnya yang
ditempatkan pada perusahaan yang lain.
Sehingga terdapat suatu akibat apabila tergugat (pemegang saham) yang
memiliki portofolio investasi dikenakan prinsip piercing the corporate veil, secara
umum tanggung jawab tersebut mengacu pada pasal 3 ayat (2) Undang-Undang
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Hal tersebut membuat tergugat
bertanggung jawab secara pribadi. Tidak adanya keterkaitan mengenai portofolio
investasi tersebut, dalam tahapan aset investasi, portofolio investasi merupakan
aset yang sulit dicairkan. Dan apabila dalam portofolio investasinya sedang
mengalami negatif dalam arti sedang mengalami rugi, keuntungan tersebut tidak
dapat diambil.14
Kesimpulan
1. Pemegang saham memiliki tanggung jawab khususnya pada saham yang
mereka setor dalam suatu perseroan. Walaupun pada hakekatnya tanggung
jawab pemegang saham hanya sebatas pada jumlah nilai saham yang
disetornya, namun ia dapat bertanggung jawab secara pribadi (terbatas)
apabila memenuhi suatu kondisi tertentu misalnya melakukan satu atau
lebih hal yang mengakibatkan piercing the corporate veil atau menjadi
penanggung pribadi berdasarkan perjanjian penanggungan pribadi
sehubungan dengan transaksi pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada
perusahaan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kredit atau
pinjaman tertentu.
Mengenai piercing the corporate veil yang dapat dikenakan pada
14
Hasil Wawancara dengan Dewi Sekar Arum, SH Tanggal 8 Januati 2015 Jam 11.15
WIB.
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
pemegang saham secara tegas tidak diatur secara khusus, namun dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijelaskan
secara tersirat dalam pasal 3 ayat (2). Dimana pemegang saham dapat
dikenakan piercing the corporate veil apabila melanggar ketentuan yang
telah diatur dalam pasal tersebut. Mengenai diberlakukannya doktrin
piercing the corporate veil ini bertujuan menghindari hal-hal yang tidak
adil terutama bagi pihak di luar perseroan dari tindakan sewenang-wenang
atau tidak layak yang dilakukan atas nama perseroan, baik yang terbit dari
suatu transaksi dengan pihak ketiga ataupun yang timbul dari perbuatan
menyesatkan atau perbuatan melawan hukum.
2. Terdapat dua kasus yang dibahas dalam pembahasan ini, yakni:
a.
Perbuatan Melawan Hukum yang terjadi di Negara Indonesia.
Dalam putusan hakim, hakim hanya menjatuhkan pasal mengenai
perbuatan melawan hukum yaitu pasal 1365 KUHPerdata dan tidak
menjatuhkan pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 207
tentang Perseroan Terbatas yang menjelaskan mengenai perbuatan
melanggar hukum yang dilakukan oleh pemegang saham. Sehingga
para pemegang saham tersebut dikenakan tanggung jawab secara
pribadi dalam untuk menggantikan saham milik Yayasan Kartika
Ekapaksi sebesar 6.200 lembar saham. Para pemegang saham tersebut
dapat diberlakukan prinsip piercing the corporate veil, karena sudah
terlihat bahwa para pemegang saham melakukan perbuatan melawan
hukum yang secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan PT. Mulia
Argo Persada. Sehingga ketiga pemegang saham tersebut dapat
menggantikan keseluruhan kerugian yang dialami PT. Mulia Argo
Persada untuk mengembalikan saham Yayasan Kartika Ekapaksi dan
menggantikan keuntungan Yayasan Kartika Ekapaksi yang hilang.
b. Tindak Pidana yang terjadi di Negara Inggris. pengajuan banding
yang dilakukan oleh Sale, Hakim memutuskan untuk mencabut
piercing the corporate veil dengan pernyataan bahwa dalam tindakan
Sale tidak ada kaitannya dengan piercing the corporate veil, hal ini
dapat dilihat mengenai pendapat Mr. Goose yang menyampaikan
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
bahwa
pengadilan
tidak
boleh
mengangkat
“veil”
dengan
mempertimbangkan posisi perusahaan. Pembayaran oleh Jaringan Rail
dilakukan kepada perusahaan dan tidak kepada Sale. Kegiatan yang
melanggar hukum murni diberikan kepada Sale dan tidak melibatkan
piercing the corporate veil dalam pelanggaran tersebut. Sale bertindak
untuk kepentingannya sendiri dan tidak menggunakan perusahaan
sebagai kejahatan yang dilakukan. Sehingga hakim berpendapat bahwa
yang dilakukan oleh Sale murni tindak pidana. Padahal jika ditelaah
lebih detail, tindakan Sale dalam memenuhi kepentingan pribadinya
tersebut secara tidak langsung menggunakan perusahaannya. Maka
seharusnya Hakim tetap memutuskan untuk menerapkan prinsip
piercing the coporate veil pada tindakan yang telah dilakukan Sale.
3. Terdapat suatu akibat hukum yang dapat dikenakan pemegang saham yang
memiliki portofolio investasi, dimana mereka diberlakukan tanggung
jawab secara umum yang dapat dikenakan pasal 3 ayat (2) UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Karena saat
pemegang saham tersebut dikenakan prinsip piercing the corporate veil
yang merupakan pengenaan tanggung jawab pemegang saham secara
pribadi, prinsip yang pada awalnya pemegang saham bertanggung jawab
secara sebatas saham yang disetornya kepada pemegang saham sudah
tidak berlaku. Dengan adanya akibat hukum tersebut, muncul suatu akibat
ekonomi baik pada pemegang saham maupun perusahaan lain yang terlibat
dalam saham pemegang saham tersebut. Dengan dikenakan prinsip
piercing the corporate veil, harta pemegang saham sudah otomatis
berkurang dikarenakan harus menggantikan kerugian pada perusahaan
yang
baik
dimanfaatkan
oleh
pemegang
saham
maupun
yang
membuktikan bahwa pemegang saham ikut terlibat dalam perbuatan
melawan hukum. Selain itu, perusahaan lain yang dimana pemegang
saham yang terkena piercing the corporate veil menyetor sejumlah saham
ikut mendapatkan suatu dampak yang berpengaruh bagi perusahaan,
dimana perusahaan tersebut akan kehilangan saham yang sudah disetor
dan secara tidak langsung keuntungan yang harus didapat perusahaan
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
tersebut menghilang.
Saran
1. Diperlukan pertimbangan hakim yang menerapkan prinsip piercing the
corporate veil
terkait dengan tindakan pemegang saham yang
bersangkutan dalam ke dua kasus tersebut.
2. Diperlukan pengaturan yang lebih spesifik mengenai tanggung jawab
pemegang saham yang memerlukan portofolio investasi untuk mendukung
pengaturan tanggung jawab pemegang saham yang diatur dalam pasal 3
ayat (2) UUPT
Kepustakaan
A. Studi Pustaka
Ananda, Henry, Optimalisasi Portofolio Investasi (Deposito dan Saham) Untuk
Meningkatkan Hasil Investasi Pada PT. Asuransi Karyamas Setralindo.
Skripsi, 2003.
Fuady, Munir (a), Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law &
Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, cet. 1. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2002.
Fuady, Munir (b), Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Ketiga.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996.
Hamilton, Robbert W, The Law of Corporations. St. Paul, Minn: West Publishing
Co, 1996.
Haris, Freddy, Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban
Pemberitahuan Oleh Direksi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hariyani, Iswi, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Jakarta: Transmedia
Pustaka, 2010.
Herujito, Yayat M, Manajemen. Bogor: Grasindo, 2001.
Husnan, Suad, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UUP AMP
YKPN: Yogyakarta, 2003.
Irmiati, Sri, Tinjuauan Yuridis Atas Korelasi Pengaturan Pasal 36 UU No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Cross Holding) dengan Piercing
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
The Corporate Veil. Depok: Skripsi, 2010.
Irianto, Muhamad, Tanggung Jawab Hukum Pengurus Emiten Pailit Terhadap
Investor Pasar Modal: Studi Kasus PT. Fiskaragung Perkasa, Tbk.
Skripsi, 2003.
Kansil, CST, Hukum Perusahaan Indonesia Bagian I, Buku Keempat. Jakarta:
Pradnya Paramita, 1992.
Nasarudin, Irsan, et al., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011.
Pahlevi, Rizal, Portofolio Sebagai Alternatif Keputusan Investasi Studi Penelitan
pada Saham BEI, Malang: Skripsi, 2008.
Panjaitan, Hulman, Hukum Penanaman Modal Asing. Jakarta: Ind-Hill Co, 2003.
Salim, H, Budi Sutrisno, Hukum Investasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Pesada, 2012.
Sihombing, Jonker, Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Bandung: PT.
Alumni, 2009.
Sitio, Arifin, Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga,
2001.
Sjahdeini, Sutan Remi, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Pailit,
Jurnal Hukum Bisnis, Volume 14, Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum
Bisnis, 2001.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press, 2005.
Tandelilin, Eduardus, Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Widjaja, Gunawan, Wulandari Risnamanitis, Go Public dan Go Private di
Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Group, 2007.
Wuisang, Edwin Jeffry Herald,
Tanggung Jawab Pribadi Pemegang Saham,
Direksi dan Komisaris PT: Studi Putusan-Putusan Pengadilan di
Indonesia. Skripsi, 2006.
Yuhassari, Emmy, et al., Perseroan Terbatas dan Good Corporate Governance.
Pusat Pengkajian Hukum: Jakarta, 2005.
Usman, Rachmadi, Dimensi Hukum Perusahaan: Perseroan Terbatas, Bandung:
PT. Alumni, 2004.
B. Perundang-Undangan
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN No.
106 Tahun 2007, TLN No. 4756.
Indonesia, Undang-Undang Perkoperasian, UU No. 17 Tahun 2012, LN No. 212
Tahun 2012, TLN No. 5355.
Indonesia, Undang-Undang Penanaman Modal, UU No. 25 Tahun 2007, LN No.
67 Tahun 2007, TLN No. 4724.
Indonesia, Undang-Undang Yayasan, UU No. 28 Tahun 2004, LN No. 115 Tahun
2004, TLN No. 4430.
C. Artikel
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20170307-S57-Penerapan%20prinsip.pdf.
Pada tanggal 22 Oktober 2014 Jam 20.51 WIB.
Kamus Bisnis dan Bank, “Portofolio Investasi” http://www.mediabpr.com/kamusbisnis-bank/portofolio_investasi.aspx, diunduh 23 September 2014.
http://peni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9313/PsrModal+Trasnp.pdf.
Pada tanggal 16 Oktober 2014 Jam 16.13 WIB.
http://www.legal-dictionary.org/ld.asp?q=Piercing+the+Corporate+Veil.
Pada
tanggal 26 Desember 2014 Jam 16.28 WIB.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4bf2cc7d1817b/hukum-perusahaan.
Pada tanggal 26 Desember 26 Desember 2014 Jam 16.45 WIB.
file:///F:/Bahan%20Skripsi/Portofolio/Pengertian%20portofolio%20Menurut%20
Para%20Ahli.htm. Pada tanggal 13 Oktober 2014 jam 07.25 WIB.
http://aria.bapepam.go.id/reksadana/files/edukasi/Mari%20merancang%20portofo
lio.pdf. Pada tanggal 9 Oktober 14 jam 11.37 WIB.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl209/tanggung-jawab-pemegangsaham. Pada tanggal 22 Oktober 2012 Jam 05.24 WIB.
http://9oro.blogspot.com/2011/03/piercing-corporate-veil.html. Pada tanggal 26
November 2014 Jam 05.40 WIB.
file:///F:/Bahan%20Skripsi/Portofolio/Pengertian%20portofolio%20Menurut%20
Para%20Ahli.htm. Pada tanggal 13 Oktober 2014 jam 07.25 WIB.
https://www.academia.edu/3635945/Manusia_dan_Tanggung_Jawab_Serta_Penga
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
bdian. Pada tanggal 01 Januari 2015 Jam 08.57 WIB.
http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/aset_tak_likuid.aspx. Pada tanggal
8 Januari 2015 Jam 19.39 WIB.
D. Lain-Lain
Hasil Wawancara dengan Pak Rangga Handika Dosen FEUI tanggal 30 Oktober
2014 jam 18.10 WIB.
Hasil Wawancara dengan Pak Ibrahim Senen Tanggal 30 Oktober 2014 Jam 10.15
WIB.
Hasil Wawancara dengan Hakim Panji Answinartha Putra, SH., MH., Tanggal 16
Desember 2014 Jam 15.15 WIB.
Hasil Wawancara dengan Dewi Sekar Arum, SH Tanggal 8 Januari 2015 Jam
11.15 WIB.
Tanggung jawab..., Juventia Yustica, FH, 2014
Download