EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) PADA BENTUK LAHAN ASAL VOLKANIS DI KECAMATAN PASRUJAMBE KABUPATEN LUMAJANG Ainun Zahriyah Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang e-mail: [email protected] ABSTRAK: Kecamatan Pasrujambe adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Lumajang yang memiliki bentuk lahan asal Volkanis dan merupakan daerah yang banyak mengembangkan tanaman kopi Robusta yang bernilai ekonomis. Luas lahan perkebunan rakyat total untuk tanaman kopi Robusta di Kecamatan Pasrujambe pada tahun 2010 adalah 732 Ha dengan nilai produktivitasnya sebesar 550 Kg/Ha/Tahun. Nilai produktivitas tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas tanaman kopi Robusta di Kecamatan Tempursari yang luas lahannya lebih kecil. Perkebunan kopi di beberapa desa di Kecamatan Pasrujambe juga ditanam pada lahan curam, hal ini dikhawatirkan akan memicu terjadinya erosi. Jika kegiatan budidaya tanaman kopi terus dilakukan tanpa diikuti dengan kegiatan evaluasi kesesuaian lahan maka dapat merugikan penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lahan dan mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta di Kecamatan Pasrujambe. Dengan menggunakan metode purposive sampling, maka dari dua puluh unit lahan yang ada, dipilih lima unit lahan sebagai sampel penelitian. Metode analisisnya adalah membandingkan (matching). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta pada bentuk lahan asal Volkanis di Kecamatan Pasrujambe pada unit lahan 1.A.I.K adalah cukup sesuai (S2nr), pada unit lahan 2.B.I.K adalah cukup sesuai (S2oa, nr, eh), pada unit lahan 2.B.II.K adalah cukup sesuai (S2nr, eh), pada unit lahan 2.B.III.K adalah sesuai marginal (S3rc, eh) dan pada unit lahan 4.D.I.K adalah sesuai marginal (S3rc). Kata kunci: evaluasi kesesuaian lahan, kopi robusta, bentuk lahan asal volkanis Kopi Robusta (Coffea canephora) kurang lebih 3 bulan, masa kering tersebut merupakan salah satu jenis kopi yang banyak sangat diperlukan karena kopi Robusta dibudidayakan oleh penduduk karena kopi melakukan penyerbukan silang. Curah hujan Robusta lebih mudah dibudidayakan jika yang paling baik untuk tanaman kopi adalah dibandingkan dengan tanaman kopi Arabika. daerah yang mempunyai curah hujan optimal Syarat tumbuh kopi Robusta antara lain dapat antara 2000 sampai 3000 mm per tahun ditanam pada ketinggian 0-1000 m dpl, tetapi (Mulyana, 1982:22). ketinggian optimal adalah 400-800 m dpl. Kecamatan Pasrujambe merupakan Temperatur rata-rata antara 21oC – 24oC. salah satu kecamatan di Kabupaten Kopi Robusta memerlukan masa kering Lumajang yang juga mengembangkan 1 2 tanaman kopi. Produk pertanian kopi yang tahun 2010 sebesar 732 Ha yang berarti sedang dikembangkan oleh pemerintah masih 7,5 % dari total luas Kecamatan Kecamatan Pasrujambe adalah produk Pasrujambe. Perkebunan kopi rakyat ini pertanian kopi organik. Hal ini dikarenakan memiliki luas tanaman menghasilkan (TM) kondisi pasar saat ini yang cenderung sebesar 669 Ha dan luas tanaman rusak (TR) meminati produk pertanian organik, sehingga sebesar 28 Ha. Produktivitas tanaman kopi di perlu adanya inovasi untuk menjadikan Kecamatan Pasrujambe sebesar 550 tanaman kopi sebagai salah satu produk Kg/Ha/Tahun, nilai produktivitas tersebut pertanian organik yang bernilai ekonomis masih lebih rendah jika dibandingkan dengan yang juga akan berpengaruh pada produktivitas tanaman kopi di Kecamatan peningkatan kesejahteraan petani kopi. Tempursari yang memiliki luasan tanaman Kecamatan Pasrujambe memiliki luas menghasilkan (TM) sebesar 637,5 Ha namun wilayah sebesar 97,30 km2 dan terletak di nilai produktivitasnya mencapai 725 barat Kabupaten Lumajang dengan Kg/Ha/Tahun. Menurut Djaenudin ketinggian + 400 m dpl sampai dengan + (2003:220), hasil kopi Robusta yang 1.200 m dpl, yang keseluruhan daerahnya diusahakan pada berbagai kondisi lahan dan berada di bawah lereng Gunung Semeru manajemen untuk perkebunan rakyat bisa sebelah timur. Kecamatan Pasrujambe mencapai 0,5 – 1,2 Ton/Ha, sehingga potensi memiliki topografi landai hingga curam produksi tanaman kopi di Kecamatan dengan tumbuhan yang dominan berupa Pasrujambe masih perlu ditingkatkan. tanaman kopi dan pisang. Kecamatan ini Perkebunan kopi banyak memiliki bentukan lahan asal Volkanis dibudidayakan pada lahan di bawah lereng dengan sub bentuk lahannya berupa Gunung Semeru, adanya hujan abu Gunung pegunungan Vulkanik Tua, Aliran Lava, Semeru dapat menghambat proses Aliran Lahar dan Dataran Vulkan dengan pembungaan. Perkebunan kopi di beberapa bahan induknya berupa batuan Andesit, desa di Kecamatan Pasrujambe juga ditanam Basal, Tefra Berbutir Halus, Tefra Berbutir pada lahan curam, hal ini dikhawatirkan akan Kasar, Aluvium Muda dan Breksi. Bahan memicu terjadinya erosi. Selain itu, induk ini akan berpengaruh terhadap proses penanaman dan perluasan tanaman kopi pembentukan tanah di Kecamatan Robusta saat ini dilakukan oleh petani pada Pasrujambe. lokasi bekas penebangan (Telecenter Semeru Berdasarkan data Statistik Perkebunan Kabupaten Lumajang (2010), Lumajang, 2011). Adanya perluasan lahan tersebut luas lahan perkebunan rakyat total untuk menunjukkan meningkatnya minat tanaman kopi di Kecamatan Pasrujambe pada masyarakat Kecamatan Pasrujambe untuk 3 menanam kopi Robusta. Jika kegiatan ditentukan sampelnya dengan menggunakan budidaya tanaman kopi tersebut terus metode purposive sampling. dilakukan tanpa diikuti dengan kegiatan Selanjutnya dilakukan penelitian yang evaluasi kesesuaian lahan maka dapat bertujuan mengumpulkan sejumlah data merugikan penggunanya. Oleh karena itu, berupa variabel dalam waktu bersamaan. kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Data diambil berdasarkan dokumentasi, Robusta di daerah penelitian sangat penting pengamatan di lapangan, pengukuran di untuk diketahui agar pemanfaatan lahan lapangan, hasil uji laboratorium dan dapat dimaksimalkan dengan harapan wawancara dengan warga setempat. Data terjadinya peningkatan produksi. yang diambil melalui dokumentasi meliputi Berlatar belakang dari pengembangan data curah hujan, temperatur, serta peta-peta komoditas tanaman kopi Robusta di yang akan di overlay. Data yang diambil dari Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang hasil pengamatan di lapangan yaitu data dan pentingnya evaluasi kesesuaian lahan penyiapan lahan, drainase dan penggunaan maka penelitian ini mengkaji tentang lahan. Data yang diambil dari hasil karakteristik lahan pada bentuk lahan asal pengukuran lapangan yaitu kedalaman tanah, Volkanis di Kecamatan Pasrujambe dan kemiringan lereng, bahan kasar. Uji menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk laboratorium dalam penelitian ini untuk budidaya tanaman kopi Robusta di wilayah mengetahui nilai Kejenuhan Basa, pH H2O, tersebut. C Organik, KTK, Tekstur dan Salinitas. Wawancara dilakukan dengan penduduk METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan setempat untuk mengetahui bahaya banjir yang ada pada daerah penelitian. Analisis data yang akan digunakan deskriptif evaluatif. Subjek dalam penelitian adalah membandingkan (matching) antara ini adalah seluruh wilayah yang memiliki karakteristik lahan daerah penelitian bentuk lahan asal Volkanis yang ada di berdasarkan hasil penelitian dengan syarat Kecamatan Pasrujambe Kabupaten tumbuh tanaman kopi Robusta yang telah Lumajang, sedangkan objek penelitian ditentukan oleh Pusat Penelitian dan didasarkan dari peta unit lahan yang Pengembangan Tanah dan Agroklimat merupakan hasil tumpang susun (overlay) Departemen Pertanian Versi 4 Tahun 2003 empat peta yaitu Peta Bentuk Lahan, Peta sehingga diketahui kelas kesesuaian Jenis Tanah, Peta Kemiringan Lereng, dan lahannya. Peta Penggunaan Lahan yang kemudian 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Unit Lahan Daerah Penelitian Berdasarkan Hasil dari overlay empat peta maka didapatkan dua puluh unit lahan. No Unit lahan Keterangan untuk kedua puluh unit lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Unit Lahan Wilayah Kecamatan Pasrujambe Bentuk lahan Jenis tanah Kelerengan 1 1.A.I.H 2 1.A.I.K 3 1.A.I.SB 4 1.A.III.H 5 1.A.III.SB 6 1.A.III.TL 7 2.B.I.K Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3) Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3) Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3) Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3) Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3) Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3) Aliran Lava (V.1.3) 8 2.B.I.SB Aliran Lava (V.1.3) 9 2.B.I.TL Aliran Lava (V.1.3) 10 2.B.II.H Aliran Lava (V.1.3) 11 2.B.II.K Aliran Lava (V.1.3) 12 2.B.II.SB Aliran Lava (V.1.3) 13 2.B.II.TL Aliran Lava (V.1.3) 14 2.B.III.H Aliran Lava (V.1.3) 15 2.B.III.K Aliran Lava (V.1.3) 16 2.B.III.SB Aliran Lava (V.1.3) 17 2.B.III.TL Aliran Lava (V.1.3) 18 3.C.I.TL 19 4.D.I.K Dataran Volkanik (V.1.5) Aliran lahar (V.1.2) 20 4.D.I.TL Aliran lahar (V.1.2) Asosiasi Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts Asosiasi Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts Asosiasi Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts Asosiasi Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts Asosiasi Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts Asosiasi Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Tropudalfs, Tropudults Asosiasi Dystrandepts, Tropudults, Eutropepts Asosiasi Dystrandepts, Tropudults, Eutropepts kelerengan 3-15 % kelerengan 3-15 % kelerengan 3-15 % kelerengan > 40 % kelerengan > 40 % kelerengan > 40 % kelerengan 3-15 % kelerengan 3-15 % kelerengan 3-15 % kelerengan 16-40 % kelerengan 16-40 % kelerengan 16-40 % kelerengan 16-40 % Kelerengan > 40 % kelerengan > 40 % kelerengan > 40 % kelerengan > 40 % kelerengan 3-15 % kelerengan 3-15 % kelerengan 3-15 % Penggunaan lahan Hutan Kebun Semak belukar Hutan Semak belukar Tegal/ladang Kebun Semak belukar Tegal/ladang Hutan Kebun Semak belukar Tegal/ladang Hutan Kebun Semak belukar Tegal/ladang Tegal/ladang Kebun Tegal/ladang Sumber: Analisis Data 2012 Dari seluruh unit lahan yang ada, maka didapatkan lima unit lahan yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Lima unit lahan tersebut beserta titik pengambilan sampelnya dijelaskan pada Tabel 1.2 5 No Unit lahan Tabel 1.2 Sampel Penelitian di Kecamatan Pasrujambe Bentuk Jenis tanah Kelereng- PenggunaTitik pengambilan sampel lahan an an lahan Koordinat Desa 1. 1.A.I.K Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3) 2. 2.B.I.K Aliran Lava (V.1.3) 3. 2.B.II.K Aliran Lava (V.1.3) 4. 2.B.III.K Aliran Lava (V.1.3) 5. 4.D.I.K Aliran lahar (V.1.2) Asosiasi Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Asosiasi Dystrandepts, Tropudults, Eutropepts 3-15 % Kebun S= 08o07’00,9” E= 113o01’29,8” Pasrujambe 3-15 % Kebun S= 08o06’51,8” E= 113o04’36,1” Jambearum 16-40 % Kebun S=8o07’04,4” E= 113o03’09,7” Pasrujambe > 40 % Kebun S= 08o05’57,6” E= 113o00’47,4” Pasrujambe 3-15 % Kebun S= 08o08’55,4” E= 113o08’05,6” Karanganom Sumber: Analisis Data 2012 Kelima unit lahan tersebut dipilih Penentuan nilai-nilai karakteristik sebagai sampel penelitian karena telah lahan yang berhubungan dengan kedalaman mewakili karakteristik lahan atau ciri-ciri dan tanah seperti tekstur, Kapasitas Tukar Kation sifat dari subjek yang memiliki variasi yang (KTK), reaksi tanah atau derajat keasaman berbeda di daerah penelitian. Selain itu, (pH), C-organik, Kejenuhan basa (KB) pemilihan kelima unit lahan tersebut disesuaikan dengan kedalaman zone diharapkan akan menunjukkan tingkat perakaran dari tanaman yang dievaluasi, kesesuaian lahan yang sesuai untuk tanaman untuk berbagai tanaman tahunan yang kopi Robusta. berakar tunggang (dikotil) perlu lebih dalam biasanya sampai kedalaman antara 60 sampai Karakteristik Lahan Daerah Penelitian Karakteristik lahan adalah suatu 100 cm (Djaenudin, 2003: 4). Maka dalam penelitian ini, sampel tanah yang diambil parameter lahan yang dapat diukur. adalah pada kedalaman antara 60 sampai 100 Karakteristik lahan akan menentukan tingkat cm, karena tanaman Kopi Robusta kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu. merupakan tanaman tahunan. Dalam penelitian ini, karakteristik lahan yang Data yang dikumpulkan berdasarkan diukur adalah yang mewakili kualitas lahan dokumentasi, uji laboratorium, pengamatan untuk temperatur (tc), ketersediaan air (wa), lapangan, pengukuran lapangan dan ketersediaan oksigen (oa), retensi hara (nr), wawancara dari masing-masing unit lahan toksisitas (xc), bahaya erosi (eh), bahaya tersaji dalam tabel 1.3. banjir (fh) dan penyiapan lahan (lp). 6 Tabel 1.3 Karakteristik Masing-Masing Unit Lahan di Daerah Penelitian Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan karakteristik lahan 1.A.I.K 2.B.I.K 2.B.II.K 2.B.III.K Nilai Nilai Nilai Nilai Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) 23,16oC 24,78oC 23,94oC 22,27oC Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 2602,15 Lamanya masa kering (bln) 2,8 Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Baik Media perakaran (rc) Tekstur Sedang Bahan kasar (%) 0,0006 Kedalaman tanah (cm) 120 Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) 41,29 Kejenuhan basa (%) 5 pH H2O 6,2 C-organik (%) 1,92 Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) 0,02 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) 6 Bahaya erosi Sangat ringan Bahaya banjir (fh) Genangan F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) 0 Singkapan batuan (%) 0 Sumber data: Data Primer dan Sekunder, 2012 4.D.I.K Nilai 26,09oC 2602,15 2,8 2602,15 2,8 2602,15 2,8 2602,15 2,8 Agak baik Baik Baik Baik Halus 0 160 Sedang 0 140 Agak kasar 0,75 120 Agak kasar 0 110 42,91 21 6,1 0,21 38,63 18 6,0 1,05 14,81 24 6,2 1,18 22,99 32 6,3 0,28 0,02 0,02 0,01 0,05 15 Ringan 22 Ringan 46 Sedang 8 Sangat ringan F0 F0 F0 F0 2 2 0 0 0 0 0 3 Tingkat Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Robusta Pada Bentuk Lahan Volkanis Di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. masing-masing unit lahan. Berdasarkan data karakteristik lahan tersebut, maka pada bagian ini akan dilakukan pengklasifikasian tingkat kesesuian lahan pada masing-masing Evaluasi kesesuaian lahan adalah proses penilaian terhadap sumberdaya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasilnya berupa arahan dan informasi tentang penggunaan lahan yang tepat sesuai dengan kondisi lahan yang ada. Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta pada bentuk lahan asal Volkanis di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang didasarkan pada karakteristik lahan yang telah dijelaskan sebelumnya, terhadap syarat tumbuh tanaman kopi Robusta yang dimiliki unit lahan. Analisis data yang digunakan yaitu metode matching (membandingkan) antara karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman kopi Robusta. Nilai kelas kesesuaian lahan didasarkan pada nilai terendah sebagai faktor pembatas evaluasi kesesuaian lahan. Faktor pembatas yang dimaksud, yaitu: temperatur rerata, curah hujan, lamanya masa kering, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, KTK liat, Kejenuhan basa, pH H2O, C-organik, 7 salinitas, kelerengan, bahaya erosi, genangan, dan tidak sesuai (N) bagi pengembangan batuan di permukaan dan singkapan batuan. tanaman kopi Robusta. Untuk tingkat Dari hasil matching tersebut, kemudian akan kesesuaian lahan yang ada di daerah diklasifikasikan ke dalam kelas sangat sesuai penelitian akan dijelaskan pada Tabel 1.4. (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) Tabel 1.4 Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Kecamatan Pasrujambe untuk Tanaman Kopi Robusta Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan 1.A.I.K Nilai Kls 2.B.I.K Nilai Kls Kelas kesesuaian lahan 2.B.II.K 2.B.III.K Nilai Kls Nilai Kls 4.D.I.K Nilai Kls Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) 23,16oC S1 24,78o C S1 23,94oC S1 22,27oC S1 26,09oC S2 Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 2602,15 S1 S1 2602,15 S1 2602,15 S1 2602,15 S1 2,8 S1 2602,1 5 2,8 S1 2,8 S1 2,8 S2 2,8 S1 Baik S1 Agak baik S2 Baik S1 Baik S1 Baik S1 Sedang S1 Halus S1 Sedang S1 S3 S1 S1 0 160 S1 S1 0 140 S1 S1 S1 S1 Agak kasar 0 110 S3 0,0006 120 Agak kasar 0,75 120 41,29 5 6,2 1,92 S1 S2 S1 S1 42,91 21 6,1 0,21 S1 S1 S1 S2 38,63 18 6,0 1,05 S1 S2 S1 S1 14,81 24 6,2 1,18 S2 S1 S1 S1 22,99 32 6,3 0,28 S1 S1 S1 S2 0,02 S1 0,02 S1 0,02 S1 0,01 S1 0,05 S1 6 SR S1 S1 15 Ringan S2 S2 22 Ringan S2 S2 46 Sedang S3 S2 8 SR S2 S1 F0 S1 F0 S1 F0 S1 F0 S1 F0 S1 0 0 S1 S1 2 2 S1 S1 0 0 S1 S1 0 0 S1 S1 0 3 S1 S1 Lamanya masa kering (bln) Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi Bahaya banjir (fh) Genangan Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%) Kelas Kesesuaian Lahan Sub Kelas Kesesuaian Lahan Unit Kelas Kesesuaian Lahan S2 S2 nr S2 nr-2 S2 S2 oa, S2 nr, S2 eh S2oa, S2nr-4, S2 eh-1, S2 eh-2 S2 S2 nr, S2 eh S3 S3 rc, S3 eh S3 S3 rc S2 nr-2, S2 eh-1, S2 eh-2 S3 rc-1, S3 eh-1 S3 rc-1 Sumber: Analisis Data 2012 Keterangan: SR : Sangat ringan S1 : Sangat Sesuai S2 : Cukup Sesuai S3 : Sesuai Marginal N : Tidak Sesuai S2 oa-2 S2 nr-2 S2 nr-3 S2 nr-4 S2 eh-1 S2 eh-2 S3 rc-1 S3 eh-1 : Faktor pembatas pada drainase : Faktor pembatas pada Kejenuhan Basa : Faktor pembatas pada pH H2O : Faktor pembatas pada C-organik : Faktor pembatas pada lereng : Faktor pembatas pada Bahaya erosi : Faktor pembatas pada tekstur : Faktor pembatas pada lereng S1 S1 8 Pembahasan pada unit lahan ini dapat diklasifikasikan ke dalam jenis tanah Dystrandepts, tanah Proses evaluasi kesesuaian lahan dengan menggunakan metode pembandingan Dystrandepts merupakan tanah baru berwarna kelam dengan tingkat basa rendah. (matching) antara karakteristik unit lahan Dalam unit lahan ini, Kejenuhan Basa dengan syarat tumbuh tanaman kopi Robusta yang rendah sebesar 5 %, menjadi faktor di lima unit lahan pada Tabel 1.4 memiliki pembatas dengan kelas kesesuaian cukup variasi tingkat kesesuaian lahan pada masing- sesuai (S2). Tanah yang mempunyai masing unit lahan dengan faktor kejenuhan basa rendah akan cenderung pembatasnya masing-masing. Faktor meracuni tanaman karena kandungan kation pembatas tersebut dapat diatasi dengan asam terlalu banyak. Usaha perbaikan yang melakukan usaha perbaikan. Menurut Rayes dapat dilakukan adalah dengan memberi (2006:186), usaha perbaikan terdiri dari tiga kapur (pengapuran). Dengan usaha perbaikan tingkat pengelolaan yaitu tingkat ini, maka dapat meningkatkan kesesuaian pengelolahan rendah, sedang, dan tinggi. lahan aktualnya dari cukup sesuai (S2) Berikut akan dijelaskan tingkat menjadi kesesuaian lahan potensial sangat kesesuaian lahan pada masing-masing unit sesuai (S1) dengan tingkat pengelolaan lahan dan penanganan yang dapat dilakukan sedang. terhadap faktor pembatas pada masing- 2. masing unit lahan yang ada pada bentukan Unit lahan 2.B.I.K Hasil evaluasi kesesuaian lahan lahan asal volkanis di Kecamatan Pasrujambe 2.B.I.K (aliran lava; Asosiasi Dystropepts, Kabupaten Lumajang. Eutropepts, Tropudalfs, lereng 3-15 %; 1. Kebun) menunjukkan bahwa kelas Unit lahan 1.A.I.K Hasil evaluasi kesesuaian lahan kesesuaian lahan untuk tanaman kopi 1.A.I.K (Pegunungan Volkanik Tua; Asosiasi Robusta adalah cukup sesuai (S2) dengan Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts; faktor pembatas berupa ketersediaan oksigen lereng 3-15 %; Kebun) menunjukkan bahwa (oa) pada karakteristik lahan drainase (S2 oa- kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi 1), faktor pembatas retensi hara (nr) pada Robusta adalah cukup sesuai (S2) dengan karakteristik lahan C-organik (S2 nr-4) serta faktor pembatas berupa retensi hara (nr) pada faktor pembatas bahaya erosi (eh) pada karakteristik lahan kejenuhan basa (S2 nr-2). karakteristik lahan lereng (S2 eh-1) dan Dari adanya data primer di atas beserta pengamatan pada profil tanah yang bahaya erosi (S2 eh-2). Dari adanya data primer di atas ada pada unit lahan 1.A.I.K, maka dapat beserta pengamatan pada profil tanah yang diketahui bahwa sampel tanah yang diambil ada pada unit lahan 2.B.I.K, maka sampel 9 tanah yang diambil pada unit lahan ini menurunnya kelas drainase tanah. Faktor diklasifikasikan ke dalam jenis tanah pembatas drainase ini dapat diatasi dengan Dystropepts, tanah Dystropepts merupakan perbaikan sistem drainase, seperti pembuatan tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan saluran drainase yang baik dan benar tingkat basa rendah. misalnya membuat parit. Dimana saluran Pada unit lahan ini, C-Organik yang pembuangan air (waterway) dibangun rendah 0,21%menjadi faktor pembatas menurut arah lereng dan merupakan saluran dengan kelas kesesuaian cukup sesuai (S2). pembuangan air aliran permukaan (Juarti, Nilai C-Organik menunjukkan kandungan 2004:76). Dengan usaha perbaikan ini, maka bahan organik di dalam tanah. Dalam dapat meningkatkan kesesuaian lahan mengatasi faktor pembatas ini, usaha yang aktualnya dari cukup sesuai (S2) menjadi dapat dilakukan adalah dengan memberi kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S1) pupuk organik atau pupuk alami yang dengan tingkat pengelolaan sedang. merupakan hasil akhir dari perubahan atau Unit lahan 2.B.I.K memiliki lereng peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa 15% (miring atau berbukit) dan bahaya erosi tanaman dan binatang, misalnya pupuk ringan. Kondisi lereng dan erosi saling kandang, pupuk hijau, kompos, guano, berkaitan. Penanganan pada kemiringan bungkil, tepung tulang dan sebagainya (Tim lereng relatif sulit karena merupakan suatu Karya Tani Mandiri, 2010: 63). Dengan bentuk alami dari topografi, namun usaha perbaikan ini, maka dapat kemiringan lereng dapat diatasi dengan meningkatkan kesesuaian lahan aktualnya pembuatan teras. Di samping itu pembuatan dari cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian teras juga memberi kesempatan air untuk lahan potensial sangat sesuai (S1) dengan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) (Juarti, tingkat pengelolaan rendah. 2004:72). Usaha perbaikan ini juga akan Unit lahan 2.B.I.K memiliki faktor mengurangi potensi terjadinya erosi, namun pembatas ketersediaan oksigen (oa) pada usaha ini membutuhkan modal yang relatif karakteristik lahan drainase (S2 oa-1). besar dan hanya dapat menaikkan satu Kondisi drainase pada unit lahan ini adalah tingkat kelas kesesuaian lahan aktualnya dari agak baik, meskipun tidak ditemukan adanya cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian lahan bercak tetapi tanah ini sedikit menggenang potensial sangat sesuai (S1) dengan tingkat jika turun hujan. Hal ini berkaitan dengan pengelolaan tinggi. tekstur tanah dari unit lahan 2.B.I.K yaitu liat 3. berdebu yang artinya fraksi liat merupakan Unit lahan 2.B.II.K Hasil evaluasi kesesuaian lahan fraksi penyusun tanah yang dominan yaitu 2.B.II.K (Aliran Lava; Asosiasi Dystropepts, 49%. Implikasi dari sifat ini adalah Eutropepts, Tropudalfs, lereng 16-40 %; 10 Kebun) menunjukkan bahwa kelas lereng antara 10-40% adalah teras kesesuaian lahan untuk tanaman kopi pematang/guludan atau teras bangku, namun Robusta adalah cukup sesuai (S2) dengan usaha ini membutuhkan modal yang relatif faktor pembatas retensi hara (nr) pada besar, dan hanya dapat menaikkan satu karakteristik lahan kejenuhan basa (S2 nr-2) tingkat kelas kesesuaian lahan aktualnya dari serta faktor pembatas bahaya erosi (eh) pada cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian lahan karakteristik lahan lereng (S2 eh-1) dan potensial sangat sesuai (S1) dengan tingkat bahaya erosi (S2 eh-2). pengelolaan tinggi. Dari adanya data primer di atas 4. Unit lahan 2.B.III.K beserta pengamatan pada profil tanah yang Hasil evaluasi kesesuaian lahan ada pada unit lahan 2.B.II.K, maka sampel 2.B.III.K (Aliran Lava; Asosiasi Dystropepts, tanah yang diambil pada unit lahan ini dapat Eutropepts, Tropudalfs, lereng > 40 %; diklasifikasikan ke dalam jenis tanah Kebun) menunjukkan bahwa kelas Dystropepts, tanah Dystropepts merupakan kesesuaian lahan untuk tanaman kopi tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan Robusta adalah sesuai marginal (S3) dengan tingkat basa rendah. faktor pembatas berupa media perakaran (rc) Pada unit lahan ini, Kejenuhan Basa pada karakteristik lahan tekstur (S3 rc-1), dan sebesar 18 %menjadi faktor pembatas dengan faktor pembatas bahaya erosi (eh) pada kelas kesesuaian cukup sesuai (S2), seperti karakteristik lahan lereng (S3 eh-1). yang telah dijelaskan sebelumnya pada unit Dari adanya data primer di atas lahan 1.A.I.K untuk menaikkan Kejenuhan beserta pengamatan pada profil tanah yang Basa maka usaha perbaikan yang dapat ada pada unit lahan 2.B.III.K, maka sampel dilakukan adalah dengan memberi kapur tanah yang diambil pada unit lahan ini dapat (pengapuran). Dengan usaha perbaikan ini, diklasifikasikan ke dalam jenis tanah maka dapat meningkatkan kesesuaian lahan Eutropepts, tanah Eutropepts merupakan aktualnya dari cukup sesuai (S2) menjadi tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S1) tingkat basa tinggi. Pada unit lahan ini, dengan tingkat pengelolaan sedang. karakteristik sifat tanah Eutropepts dapat Unit lahan 2.B.II.K memiliki lereng diketahui dengan adanya horizon penciri 22 % (miring atau berbukit) dan bahaya erosi Kambik yaitu horizon yg menunjukkan ringan. Kondisi lereng dan erosi saling indikasi yang lemah tetang adanya Argilik berkaitan. Semakin besar derajat kelerengan atau Spodik, ditunjukkan dengan adanya maka gangguan pada tanah akan sering tekstur lempung berpasir, dan dapat dilihat terjadi. Usaha perbaikannya adalah membuat dari nilai KB yang tinggi sebesar 24%. teras. Jenis teras yang dapat dibuat untuk 11 Unit lahan 2.B.III.K memiliki tekstur Tetapi merubah tekstur ini membutuhkan lempung berpasir yang artinya fraksi pasir waktu yang lama dan menurut Rayes (2007) merupakan fraksi penyusun tanah yang meskipun ada usaha perbaikan tidak merubah dominan yaitu 62%, debu 32% dan liat 6%. tingkat kelas kesesuaian lahan sehingga unit Tekstur lempung berpasir ini tergolong kelas lahan ini tetap pada kelas sesuai marginal tekstur agak kasar sehingga kurang baik (S3). untuk tanaman kopi Robusta. Tanah yang Unit lahan 2.B.III.K memiliki lereng terlalu banyak mengandung pasir akan yang agak curam sebesar 42 % dengan erosi semakin mudah akar berpenetrasi, serta yang terjadi masih sedang. Penanganan pada semakin mudah air dan udara untuk kemiringan lereng relatif sulit karena bersirkulasi dengan kata lain drainase dan merupakan suatu bentuk alami dari topografi. aerasi baik (air dan udara banyak tersedia Kemiringan lereng dapat diatasi dengan bagi tanaman), tetapi makin mudah pula air membuat teras. Dengan usaha perbaikan ini, untuk hilang dari tanah (Hanafiah, 2005:62), maka dapat meningkatkan kesesuaian lahan sehingga tanah cepat kering dan merana. aktualnya dari cukup sesuai (S3) menjadi Tekstur merupakan faktor pembatas kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S2) permanen yang sulit di atasi untuk biaya dan dengan tingkat pengelolaan tinggi. teknologi ditingkat petani. Untuk merubah 5. Unit lahan 4.D.I.K kelas tekstur tanah teramat sulit dan mahal Hasil evaluasi kesesuaian lahan terutama apabila diperhitungkan atas dasar 4.D.I.K (Aliran lahar; Asosiasi Dystrandepts, kemampuan finasial rata-rata petani saat ini. Tropudults, Eutropepts; lereng 3-15 %; Secara akademik tekstur yang mengandung Kebun) menunjukkan bahwa kelas banyak pasir dapat dipengaruhi dengan kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi menambahkan bahan halus maupun tanah liat Robusta adalah sesuai marginal (S3) dengan ke dalam tanah tetapi cara ini tidak dapat faktor pembatas berupa media perakaran (rc) direkomendasikan kepada masyarakat petani pada karakteristik lahan tekstur (S3 rc-1). lokal. Unit lahan 4.D.I.K memiliki curah Menurut Tanto (2009), adapun cara hujan 2.602,15 mm dan lamanya masa kering mengatasi tanah seperti ini adalah dengan 2,8 bulan, kondisi drainase baik, dengan menambahkan bahan organik seperti: tekstur lempung berpasir, kedalaman tanah kompos, bokashi pupuk kandang, pupuk efektif 110 cm, KTK liat sebesar 22,99%, organik daun hijau yang mudah busuk Kejenuhan Basa 32 %, pH H2O 6,3, ditambah dengan kotoran hewan, tanah dan kandungan C-Organik 0,28 %, Salinitas 0,05 air dengan perbandingan 1: 1: 1: 1, simpan ms/dm, kelerengan 8% erosi yang terjadi didalam drum dan biarkan selama 3 minggu. adalah erosi percik yang tergolong sangat 12 ringan. Dari adanya data tersebut beserta KESIMPULAN pengamatan pada profil tanah yang ada pada Kesimpulan unit lahan 4.D.I.K, maka sampel tanah yang Berdasarkan hasil penelitian dan diambil pada unit lahan ini dapat pembahasan tentang “Evaluasi Kesesuaian diklasifikasikan ke dalam jenis tanah Lahan Untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea Eutropepts, tanah Eutropepts merupakan Canephora) Pada Bentuk Lahan Asal tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan Volkanis Di Kecamatan Pasrujambe tingkat basa tinggi. Kabupaten Lumajang” maka dapat Faktor pembatas terberat pada unit lahan 4.D.I.K adalah tekstur dengan kelas disimpulkan sebagai berikut: 1. Kecamatan Pasrujambe secara kesesuaian lahan sesuai marginal (S3). Unit geomorfologi memiliki bentuk asal lahan 4.D.I.K memiliki tekstur lempung volkanis. Karakteristik lahan di daerah berpasir yang artinya fraksi pasir merupakan penelitian, secara umum adalah fraksi penyusun tanah yang dominan yaitu temperatur/suhu rata-rata 24,05oC, curah 70%, debu 21% dan liat 9%. Seperti yang hujan 2602,15 mm, lama masa kering 2,8 dijelaskan pada unit lahan 2.B.III.K, tekstur bulan, drainase baik, tekstur tanah lempung berpasir ini tergolong kelas tekstur lempung, liat, lempung berdebu, lempung agak kasar sehingga kurang baik untuk berpasir, bahan kasar < 15 %, kedalaman tanaman kopi Robusta. Dari segi nutrisi efektif tanah > 75 cm, KTK Liat > 16, biasanya tanah yang terlalu banyak kejenuhan basa > 20, pH H2O 6,0 – 6,5, mengandung pasir kurang subur bagi C-organik > 0,8, salinitas <1 mS/dm, tanaman. lereng < 8 % – > 40 %, bahaya erosi Tekstur merupakan faktor pembatas sangat ringan – sedang, batuan permukaan permanen yang sulit di atasi untuk biaya dan < 5 % dan singkapan batuan < 5 %. teknologi ditingkat petani. Usaha perbaikan 2. Kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi yang dapat dilakukan sama seperti yang Robusta pada satuan bentuk lahan asal dijelaskan pada unit lahan 2.B.III.K, tetapi Volkanis di Kecamatan Pasrujambe pada merubah tekstur membutuhkan waktu yang Unit lahan 1.A.I.K adalah cukup sesuai lama dan menurut Rayes (2007) meskipun (S2) dengan faktor pembatas kejenuhan ada usaha perbaikan tidak merubah tingkat basa (S2 nr-2); pada Unit lahan 2.B.I.K kelas kesesuaian lahan sehingga unit lahan adalah cukup sesuai (S2) dengan faktor ini tetap pada kelas sesuai marginal (S3). pembatas lama drainase (S2 oa-1), COrganik (S2 nr-4), lereng (S2 eh-1) dan Bahaya Erosi (S2 eh-2); pada Unit lahan 2.B.II.K adalah cukup sesuai (S2) dengan 13 faktor pembatas kejenuhan basa (S2 nr-2), yang sesuai untuk penggunaan lahan lereng (S2 eh-1) dan bahaya erosi (S2 eh- secara tepat. 2); pada Unit lahan 2.B.III.K adalah 3. Bagi pemerintah Kecamatan Pasrujambe sesuai marginal (S3) dengan faktor dengan adanya penelitian ini diharapkan pembatas tekstur (S3 rc-1) dan lereng (S3 dapat membantu dalam perencanaan eh-1); dan pada Unit lahan 4.D.I.K adalah penggunaan lahan serta dapat sesuai marginal (S3) dengan faktor meningkatkan perekonomian masyarakat pembatas tekstur (S3 rc-1). dengan budidaya tanaman kopi Robusta dan agar pemerintah bisa membantu masyarakat dalam usaha perbaikan Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di tersebut dengan menyediakan pupuk atas maka penelitian ini memberikan ataupun pembuatan teras untuk mengatasi informasi dan saran untuk pemanfaatan lahan kemiringan lereng dan bahaya erosi di di Kecamatan Pasrujambe khususnya untuk daerah penelitian. pengembangan tanaman kopi Robusta diantaranya sebagai berikut: 1. Perlu dilakukannya usaha perbaikan pada faktor pembatas ketersediaan oksigen (oa) pada karakteristik lahan drainase dengan cara pengaturan sistem drainase, faktor pembatas retensi hara (nr) pada karakteristik lahan kejenuhan basa dan COrganik dengan cara pengapuran, pemupukan atau pemberian bahan organik, faktor pembatas bahaya erosi (eh) pada karakteristik lahan lereng dan bahaya erosi dengan cara pembuatan teras atau penanaman tanaman penyangga, sedangkan untuk faktor pembatas media perakaran (rc) pada karakteristik lahan tekstur sulit untuk dilakukan perbaikan, tetapi bisa dilakukan upaya dengan pemberian bahan organik. DAFTAR RUJUKAN Aksi Agraris Kanisius. Bercocok Tanaman Kopi. 1974. Yogyakarta: Kanisius. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP). 2011. Evaluasi Lahan. (Online), (http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/eval uasi_lahan.php, diakses pada 03 Februari 2012) BAPPEDA Kabupaten Lumajang. 2008. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lumajang tahun 20082028. Lumajang: BAPPEDA Kabupaten Lumajang. Biro Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Lumajang dalam Angka 2011. Lumajang: BPS Kabupaten Lumajang. Bronto, Sutikno. 2001. Volkanologi. Yogyakarta: Sekolah TinggibTeknologi Nasional Yogyakarta. 2. Bagi masyarakat di daerah penelitian agar lebih memperhatikan pengelolaan lahan Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2011. Kopi. (Online), 14 (http://disbunjatim.go.id/komoditi_kopi .php, diakses tanggal 6 Februari 2012). Dinas Perkebunan Kabupaten Lumajang. 2010. Data Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2010 Kabupaten Lumajang. (Online), (lumajang.co.id/kebun.htm, diakses pada 03 Februari 2012) Djaenuddin, Marwan H., H. Subagyo., Mulyani, Anny., Suharta. 2003. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian Versi 4. Jakarta: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Foth, D, Henry. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: UGM Press Hanafiah, Ali, Kemas. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Juarti. 2004. Konservasi Lahan dan Air. Malang: UM Press. Kartasapoetra. 1988. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha untuk Merehabilitasinya. Jakarta: Bina Aksara. KOMINFO Jatim. 2011. Produksi Kopi Jatim 2011 Diprediksi Turun. (Online), (http://kominfo.jatimprov.go.id/watch/ 28490, diakses tanggal 6 Februari 2012). Mulyana, Wahyu. 1982. Segi Praktis Cocok Tanam Kopi. Semarang: CV. Aneka. Rayes, Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta: Andi Ritung, Sofyan. Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Bogor: Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre Suharto. 2007. Analisis Lansekap. Malang: Fakultas Pertanian jurusan Tanah UB. Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius. Tanto. 2009. Teknik Penyuburan Tanah. (Online), (http://tantoklik.blogspot.com/2009/01/ teknik-penyuburan-tanah.html, diakses tanggal 5 Juli 2012). Telecenter Semeru Lumajang. 2011. Profil Primatani Lumajang. (Online), (http://tcsemeru.wordpress.com/profilprima-tani-lumajang/, diakses tanggal 18 Februari 2012). Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Tanaman Kopi. Bandung: CV. Nuansa Aulia. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press 15 LAMPIRAN Tabel 1.5 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora) Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Lamanya masa kering (bln) Kelembaban udara (%) Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Gambut: Ketebalan (cm) Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi S1 Kelas kesesuaian lahan S2 S3 N 22 – 25 25 – 28 19 - 22 28 – 32 < 19 > 32 2.000 - 3.000 2–3 45 – 80 1.750 - 2.000 3.000 - 3.500 3–5 80-90; 35-45 1.500 - 1.750 3.500 - 4.000 5–6 > 90; 30-35 < 1.500 > 4.000 >6 < 30 Baik Agak baik agak terhambat, agak cepat terhambat, sangat terhambat, cepat halus, agak halus, sedang < 15 > 100 - agak kasar kasar, sangat halus 15 – 35 75 – 100 35 – 60 50 – 75 > 60 < 50 < 60 < 140 60 – 140 140 – 200 140 – 200 200 – 400 > 200 > 400 saprik+ saprik, hemik+ hemik, fibrik+ fibrik > 16 > 20 5,5 - 6,5 > 0,8 ≤ 16 ≤ 20 6,5 – 7,0 5,0 - 5,5 ≤ 0,8 <1 - 1–2 >2 - - - - > 175 125 – 175 75 – 125 < 75 <8 sangat rendah 8 – 16 rendah – sedang 16-50 Berat > 50 sangat berat F0 F1 > F1 5 – 15 5 – 15 15 – 40 15 – 25 > 40 > 25 Bahaya banjir (fh) Genangan F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber: Djaenudin (2003:221) dengan modifikasi. > 7,0 < 5,0 Keterangan: Tekstur sh = sangat halus (tipe liat 2:1) ; h = halus : ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar + = gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral Bahaya erosi sr = sangat ringan; r = ringan; sd = sedang; b = berat; sb = sangat berat