LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 32 Tahun 1974 1 April 1974 Nomor : 2/P.D/DPRD – GR/1970. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG KABUPATEN GIANYAR MENETAPKAN PERATURAN DAERAH SEBAGAI BERIKUT : PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TENTANG : PAJAK POTONG HEWAN DAN SUMBANGAN WAJIB PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA ATAS PENJUALAN HEWAN Pasal 1. Yang dimaksud dalam peraturan Daerah ini dengan : 1. Pajak potong hewan ialah pajak yang dikenakan karena memotong hewan. 2. Sumbangan wajib pembangunan masyarakat desa ialah sumbangan yang dipungut dari para penjual/pedagang hewan guna dipakai pembiayaan pembangunan didesa. Pasal 2. Kecuali dengan tegas dinyatakan lain dalam peraturan ini maka yang dimaksud dengan : 1. HEWAN 2. Akhli 3. Pemotongan : ialah Sapi, Kerbau, Kuda, Babi, Kambing dan Biri2. : dokter Hewan atau petugas dinas Kehewanan/peternakan yang ditunjuk untuk menjalankan tugas dimaksud. : ialah menyembelih hewan dan/atau segala perbuatan yang nyata2 dapat dianggap sebagai tindakan langsung 4. Penjualan Hewan : 5. Pemotongan usaha : 6. Pemotongan Hajat 7. Pemotongan darurat : 8. Babi yang belum cukup umur 9. Daging : : : ditujukan untuk menyembelih hewan dimaksud dan tindakan selanjutnya atas hewan yang disembelih itu. segala tindakan yang bersifat ekonomi dimana terjadinya jual/beli atau kesepakatan terhadap permintaan dan penawaran. Ialah pemotongan hewan yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan/bersifat ekonomi/sebagai usaha. ialah pemotongan hewan yang dilakukan bukan bertujuan ekonomi yang bukan sebagai usaha. ialah pemotongan hewan yang terpaksa dilakukan kerena : hewan tsb. Menderita cacad baik karena pembawaan/kelahirannya maupun karena suatu peristiwa yang menyebabkan hewan tsb. menjadi cacad dank arena cacadnya itu hewan tsb. menurut pertimbangan akhli harus dipotong. ialah babi panjangnya kurang dari 65 cm, diukur dari ujung hidung melintas kepala dan punggung sampai kepangkal ekor. ialah daging hewan yang belum dimasak. Pasal 3. Hewan yang akan dipotong terlebih dahulu harus mendapat pemeriksaan dari akhli. 1. 2. 3. Pasal 4. Barang siapa melakukan potongan hewan diwajibkan membayar pajak potong hewan sebagai ditentukan dalam pasal 8. Pajak tsb. harus dilunasi pada saat mendapatkan surat potong hewan tersebut. a. Para pemotong hewan sebelum memotong hewanna diwajibkan terlebih dahulu meminta surat potong hewan yang selanjutnya disebut surat potong kepada Camat. b. Bila dipandang perlu Camat boleh menugaskan orang lain atas tanggung jawab Camat untuk menyerahkan surat potong tsb. Kepada pemotong hewan. Surat potong adalah suatu surat keterangan yang menyatakan bahwa : a. Sipemegang surat potong tsb. boleh memotong hewan tsb. dan telah membayar lunas pajak potong hewan dimaksud. b. Macam pemotongan (usaha, hajat, darurat) : c. Tanda/ciri2 dari hewan yang dipotong. Pasal 5. Pemotongan usaha harus dilakukan di rumah2 potong dimana telah ada rumah potong diwilyahnya, untuk memudahkan pengawasan, pemeriksaan bagi akhli. 1. 2. 3. 1. 2. 3. Pasal 6. Daging yang akan diperdagangkan atau yang diperuntukkan bagi konsumsi umum/orang banyak terlebih dahulu harus mendapat pemeriksaan dari akhli demi menjaga kesehatan bagi konsumsi. a. Daging yang lebih baik setelah diberi oleh akhli baru boleh diperdagangkan/diberikan konsumen. b. Daging yang dinyatakan tidak baik, rusak tidak boleh dimakan, berbahaya untuk dimakan harus segera dimusnahkan dan untuk itu akhli segera mengambil tindakan atau memberi petunjuk seperlunya dalam pemusnaan daging tsb. Daging yang tidak/belum mendapat pemeriksaan akhli dilarang diperdagangkan atau diserahkan kepada konsumen. Pasal 7. Setiap hewan yang dipotong dikenakan ongkos pemeriksaan (keur) akhli : a. Untuk sapi/kerbau besar ………………………………….. Rp. 50,b. Untuk kuda sebesar ………………………………………. Rp. 50,c. Untuk babi, kambing biri2 sebesar ………………………. Rp. 25,yang harus dibayar lunas pada saat mendapatkan surat potong pada Camat Bagi hewan2 yang dipotong dirumah potong pemerintah dikenakan sewa rumah potong ; a. Untuk sapi/kerbau/kuda sebesar ………………………… Rp. 35,b. Untuk babi, kambing atau biri2 sebesar …………………. Rp. 25,yang harus dibayar lunas pada saat mendapatkan surat potong pada Ongkos periksa daging : 1e. Sapi, kerbau, kuda ……….. Rp. 50,2e. Babi, kambing, biri2………. Rp. 25,Pasal 8. Pajak potong ditetapkan sbb : I. Untuk seekor sapi atau kerbau : 1. pemotongan usaha ………………………………..... Rp. 100,- 2. pemotongan hajat ………………………………….. Rp. 75,3. pemotongan darurat ……………………………….. Rp. 50,II. Untuk seekor babi : 1. pemotongan usaha ……………………………….... Rp. 75,2. pemotongan hajat ………………………………….. Rp. 50,3. pemotongan darurat ……………………………….. Rp. 25,III. Untuk seekor kambing/biri2 : 1. pemotongan usaha ……………………………….... Rp. 75,2. pemotongan hajat ………………………………….. Rp. 50,3. pemotongan darurat ……………………………….. Rp. 50,IV. Untuk seekor kuda : …………………………………… Rp. 100,V. Untuk seekor babi yang belum cukup umur : ……. Rp. 25,VI. Retribusi Kulit : 1. Sapi/kerbau ………………………. Rp. 25,2. Biri2,kambing ……………………. Rp. 10,- 1. 2. 1. 2. Pasal 9 Untuk memperoleh potong hajat yang berkepentingan terlebih dahulu harus meminta surat keterangan dari kepala desanya yang menyatakan bahwa yang berkepentingan benar2 akan melakukan suatu hajat, dan dalam pelaksanaan hajat tsb. diperlukan pemotongan hewan. Atas penyerahan surat keterangan tsb. dalam ayat 1 diatas yang berkepentingan dapat diberikan surat potong hajat. Pasal 10. Pemotongan darurat diijinkan bila hewan yang akan dipotong atas keterangan akhli benar2 menderita cacat atau cedera sehingga tidak mungkin diobati, dipelihara atau dipekerjakan lagi dan oleh karenanya perlu segera dipotong. Pemotongan darurat boleh dilakukan sebelum mendapat ijin tsb. dalam ayat 1 diatas bila hewan yang akan dipotong karena kecelakaan yang dialaminya keadaannya sedemikian rupa sehingga hewan tsb. terpaksa harus segera dipotong demi menghindari kerugian ekonomi bagi pemiliknya. Dalam kejadian tsb. pemotongan dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah terjadinya pemotongan tsb. harus melaporkan kepada Camat dan membayar lunas pajak potong dimaksud, laporan mana harus dikuatkan dengan surat keterangan dari kepala desa tentang kecelakaan hewan yang dipotong tsb. Pasal 11. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 3. Pemotongan kuda hanya diperbolehkan terhadap kuda2 yang nyata2 tidak mungkin dirawat, dipelihara atau dipekerjakan lagi. Untuk pemotongan kuda, pemotongan terlebih dahulu harus meminta surat keterangan dari akhli yang menyatakan bahwa kuda yang akan dipotong itu benar2 sebagai tsb. dalam ayat 1 diatas. Kuda2 yang tidak seperti dimaksud dalam ayat 1 diatas dilarang untuk dipotong. Pasal 12. Pajak potong hewan tidak dipungut biaya lagi : a. Pemotongan hewan demi kepentingan Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar. b. Pemotongan hewan yang dilakukan se – mata2 demi kebutuhan dalam upacara2 keagamaan adat sesuai dengan ketentuan yang ada atau kelaziman yang berlaku. Untuk pemotongan tsb. ayat 1 diatas yang bersangkutan terlebih dahulu harus minta keterangan dari : a. Pemerintah bagi ayat 1a. b. Kepala Desa bagi ayat 1b Keterangan mana harus ditujukan kepada setiap pejabat yang datang memeriksanya. Pasal 13. Setiap jual beli hewan harus dilengkapi dengan surat keterangan jual beli yang dapat diminta kepada Kepala Desa diwilayahnya mana jual beli tsb. dilakukan/dari mana pemilik hewan tsb. berasal. Bagi setiap permintaan/penyerahan surat keterangan jual beli hewan dimaksud yang berkepentingan/si pemilik hewan diwajibkan membayar lunas sumbangan wajib pembangunan masyarakat desa atas penjualan hewan dimaksud yang besarnya ditetapkan dalam pasal 15 disamping beaya2 administrasi lainnya sesuai dengan ketentian yang berlaku. Surat keterangan jual beli tsb. adalah suatu tanda bukti yang menyatakan bahwa : a. Hewan yang dijual adalah milik sah dari sipenjual dan ciri2nya. b. Sumbangan wajib pembangunan masyarakat desanya telah dilunasi. Pasal 14. Jual beli hewan se – dapat2nya/harus dilakukan dipasar hewan yang telah disediakan untuk itu. Pasal 15. Besar sumbangan pembangunan masyarakat desa bagi jual beli hewan ditetapkan sbb. a. Untuk seekor sapi atau kerbau ……………………………. Rp. 100,b. Untuk seekor babi ……………………………………………… Rp. 50,c. Untuk seekor kuda ……………………………………………… Rp. 100,d. Untuk seekor kambing atau biri2 …………………………… Rp. 50,- 1. 2. 3. 4. Pasal 16. Atas pemungutan sumbangan pembangunan masyarakat desa tsb. Kepala Desa diberikan upah pungut sebesar 10 % dari jumlah sumbangan pembangunan masyarakat desa ynag dipungut setiap bulannya, upah pungut tsb. dipotongkan dari sumbangan pembangunan desa yang dipungutnya. Sumbangan pembangunan masyarakat desa atas jual beli hewan tsb. setelah dipotong upah pungut setiap bulan harus diserahkan oleh Kepala Desa kepada Badan Pembangunan setempat/Badan yang menggerakkan Pembangunan desa didesanya melalui bendahara lembaga desa tsb. sebagai dana Pembangunan masyarakat desanya. Dalam hal ini Kepala Daerah mempunyai hak penuh untuk mengawasi dan minta pertanggungan jawab terhadap penggunaan uang yang dimaksud melalui Kepala Desa yang bersangkutan. Dana tsb adalah sebagai perangsang untuk menghidupkan/menumbuhkan memupuk swadaya/swakerja dan swasembada masyarakat desa. Kepala Desa Cq. Badan Pembangunan setempat diberi hak/berhak mengolah/menggunakan dana tsb. bagi Pembangunan masyarakat desanya diutamakan obyek2 yang bersifat produktif. Pasal 17. Daging hewan yang berasal dari pemotongan hajat dilarang untuk : a. diperdagangkan oleh siapapun. b. diserahkan, disimpan sebagai persediaan daging yang akan diperdagangkan. c. diangkut keluar Daerah Kabupaten Gianyar dimana hewan tsb. dipotong, kecuali bila hal tsb. telah mendapat ijin dari Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar. Pasal 18. Dilarang membeli, menawarkan, menyerahkan dan atau menyimpan sebagai persediaan untuk diperdagangkan daging2 yang berasal dari pemotongan hewan tanpa ijin. Pasal 19. Pajak potong yang telah dibayar dapat diminta kembali oleh pemegang surat ijin potong apabila ternyata kemudian bahwa : Daging dari hewan yang dipotong dinyatakan oleh akhli tidak boleh diperdagangkan/dimakan sebab berbahaya bagi kesehatan. Pasal 20. Daging dari hewan yang dipotong yang telah dinyatakan berbahaya untuk dimakan oleh akhli kecuali kulitnya, harus segera dimusnahkan dibawah pengawasan polisi/pagar praja. Pasal 21. Untuk mendapatkan kembali pajak potong hewan dimaksud dalam pasal 14 diatas yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada petugas yang mengeluarkan ijin potong hewan tsb. dengan disertai surat keterangan dari akhli yang dinyatakan bahwa hewan yang dipotongnya benar2 dagingnya tidak boleh diperdagangkan/dimakan sebab membahayakan kesehatan konsumen. Pasal 22. Dilarang memotong hewan tanpa memiliki surat ijin memotong hewan dari Camat. 1. 2. 3. Pasal 23. Dihukum dan hukuman kurungan se – lama2nya 1 (satu) bulan atau denda se – tinggi2nya Rp. 1000,- (seribu rupiah). a. Barang siapa melanggar pasal 3,4,6. b. Barang siapa melanggar pasal 10,12,13. c. Barang siapa melanggar pasal 17,18. d. Barang siapa melanggar pasal 22. Terhadap pelanggaran yang terjadi atas pasal 22 diatas maka hewan yang dipotong maupun daging dan bagian2nya beserta alat2 yang dipergunakan untuk melakukan pelanggaran tsb. dapat disita oleh Pemerintah Daerah. Barang siapa yang memberi petunjuk dan atau pertolongan/bantuan yang nyata dalam menemukan, mengusut atau menjadikan terang nyata perbuatan yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini dapat diberikan premi se – tinggi2nya Rp. 100,- (seratus rupiah). 1. 2. 3. Pasal 24. Peraturan ini disebut : Peraturan Pajak Potong Hewan dan Sumbangan Wajib Pembangunan Masyarakat Desa atau penjualan hewan Daerah Kabupaten Gianyar. Peraturan ini mulai berlaku sejak ditetapkan. Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Swatanra Tk. II Gianyar No. 5/DPRD/1959 tentang mengadakan dan memungut pajak potong hewan tidak berlaku lagi. DITETAPKAN DI : GIANYAR PADA TANGGAL : 2 NOPEMBER 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG KABUPATEN GIANYAR KETUA t.t.d (I MADE RAKWA).BUPATI KEPALA DAERAH KABUPATEN GIANYAR, t.t.d. (ANAK AGUNG GDE PUTRA S.H).Peraturan Daerah ini dianggap telah disahkan berdasarkan pasal 79 ayat (1) Undang–Undang No. 18 tahun 1965 jo Undang – Undang No. 6 tahun 1969. Sekretaris Daerah Propinsi Bali, t.t.d. (DRS. SEMBAH SUBHAKTI).- Diundangkan di Denpasar pada tanggal 1 April 1974 Sekretaris Daerah Propinsi Bali t.t.d. (DRS. SEMBAH SUBHAKTI).-