ANALISIS STRATEGI PEMASARAN ASURANSI

advertisement
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN
ASURANSI PROPERTI PADA PT. STACO JASAPRATAMA
Oleh
Yermiathika
H24103075
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN
ASURANSI PROPERTI PADA PT. STACO JASAPRATAMA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Yermiathika
H24103075
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN
ASURANSI PROPERTI PADA PT. STACO JASAPRATAMA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Yermiathika
H24103075
Menyetujui,
Agustus 2007
Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.
Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 9 Agustus 2007
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1985. Penulis adalah
anak terakhir dari empat bersaudara pasangan Maridin Siburian dan Sondang
Mutiara Simbolon.
Penulis mengawali pendidikan di TK Puri Asih pada tahun 1988 dan
memasuki Sekolah Dasar Swasta Sumbangsih Jakarta pada tahun 1991. Pada
tahun 1992 penulis berpindah ke Sekolah Dasar Swasta Budi Wanita Jakarta dan
lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 58 Jakarta dan lulus pada tahun
2000. Setelah tamat dari SLTP, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun
yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen.
Selama berkuliah di IPB, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa
Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB Komisi Kesenian dan peserta
berbagai seminar dan pelatihan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Bapa di surga, karena berkat kasih-Nya yang luar biasa
dan tidak pernah berakhir penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini merupakan hasil dari kegiatan penelitian yang berjudul
“Analisis Strategi Pemasaran Asuransi Properti Pada PT. Staco Jasapratama”.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. W.H. limbong, MS selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan
waktu
dan
tenaga
untuk
membimbing,
mengarahkan,
memberikan bantuan dan masukan kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA dan Eko Rudi Cahyadi, S.Hut,
MM atas kesediaannya untuk menjadi dosen penguji dan memberikan
masukan, kritik serta saran.
3. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi alasan bagiku untuk tidak pernah
menyerah dalam keadaan apapun. Love u mom, dad!! Kakakku Lys, abangku
Joy dan Ardian terimakasih buat doa dan dukungannya. Semoga yang kita
lakukan melalui studi kita ini bisa menyenangkan kedua orang tua kita.
Terimakasih untuk bang Rudy yang sudah membantu mencari tempat
penelitian dan Ega (keponakanku) untuk tawa dan candanya.
4. Pihak manajemen PT. Staco Jasapratama Jakarta atas kesediaan dan
bantuannya selama ini.
5. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Departemen Manajemen (Pak Acep, Mas
Adi, Mba Dina, Mas Yadi, Pak Maman).
6. Benedika Ferdian Hutabarat, yang selalu berdoa untuk segala kebaikan dalam
hidupku. Terimakasih telah mengajarkanku banyak hal, terimakasih untuk
dukungan dan semangatnya, terimakasih untuk cinta dan kasih sayangmu.
7. Para member Himatuti, Greth, Uci, Gilda, Rika, Agus. Senang punya sahabatsahabat seperti kalian yang telah memberikan warna dalam hidupku.
Terimakasih untuk doa, bantuan, dukungan dan semua yang sudah kita lalui
bareng-bareng sejak TPB. Thanks God to have you guys.
8. Carla, sahabatku sejak SMA. Senang kita bisa menjadi sahabat yang awet.
Terimakasih untuk doa dan dukungannya. Semoga cepat lulus ya.
9. Teman-teman satu bimbingan, Uci, Nela, Cici, Yenni, Boti. Senang bisa kenal
dan dekat dengan kalian. Banyak sekali yang kita lalui bersama. Susah dan
senang bersama, sehingga tidak pernah merasa sendirian. Terimakasih untuk
semua bantuan dan masukan yang kalian berikan.
10. Astrid, Mbo’e, Mancai, Nadya, Amik (makasih mik udah bantu ngurusin
konsumsi waktu sidang) and the genk, Okty and the genk, untuk semua anakanak Manajemen 40 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terimakasih
untuk pengalaman yang indah dan berkesan.
11. Komkes crew 40, Melda, Eboy, Besty, Ance, Milaya, Tina, Robin, David,
Edu. Kakak-kakak, abang-abang, dan teman-teman 41, 42, 43 di Komkes.
12. Teman-teman di Wisma Wina (Ia, Mine, Uut, Nana, Mba Putri, Mba Netty,
Mba Irine, Mba Mala, Mba Iin), teman-teman di Perwira 53 (Mey, Tika, Riri,
Anggi), teman-teman sekamar A1 043 (Dhita, Chandra, Lina).
13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut
membantu selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat dan membangun selalu diharapkan
demi kepentingan bersama yang lebih baik di masa akan datang. Akhirnya,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ..............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..........................................................................
iv
DAFTAR TABEL ................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
x
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .........................................................................
1.2. Perumusan Masalah .................................................................
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................
1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................
1.5. Batasan Penelitian ....................................................................
1
4
6
6
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis ......................................................................
2.1.1. Pemasaran ...................................................................
2.1.2. Strategi ........................................................................
2.1.3. Strategi Pemasaran ......................................................
2.1.4. Lingkungan Perusahaan ..............................................
2.1.5. Matriks IFE dan EFE ..................................................
2.1.6. Matriks IE ...................................................................
2.1.7. Matriks SWOT ............................................................
2.1.8. Matriks QSPM ............................................................
2.1.9. Asuransi .....................................................................
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................
2.3. Kerangka Pemikiran ................................................................
8
8
8
9
9
18
21
23
26
26
30
31
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................
3.2. Jenis dan Sumber Data .............................................................
3.3. Metode Penarikan Sampel .......................................................
3.4. Metode Pengumpulan Data ......................................................
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................
3.5.1. Pegolahan Data ...........................................................
3.5.2. Analisis Data ...............................................................
IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
34
34
34
34
35
35
35
4.1. Gambaran Umum Industri Asuransi Properti di Indonesia .....
4.2. Gambaran Umum PT. Staco Jasapratama ...............................
4.2.1. Sejarah Perkembangan Perusahaan ............................
4.2.2. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Perusahaan ......................
4.2.3. Struktur Organisasi......................................................
4.2.4. Tenaga Kerja ..............................................................
4.2.5. Kompensasi ................................................................
4.2.6. Kesejahteraan Karyawan ............................................
4.2.7. Fasilitas-fasilitas Perusahaan .....................................
36
39
39
41
42
47
48
48
49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Lingkungan Internal PT. Staco Jasapratama ..............
5.2. Kondisi Lingkungan Eksternal PT. Staco Jasapratama............
5.3. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
PT Staco Jasapratama ...............................................................
5.3.1. Kekuatan ....................................................................
5.3.2. Kelemahan .................................................................
5.3.3. Peluang .......................................................................
5.3.4. Ancaman ....................................................................
5.4. Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran .................................
5.4.1. Tahap masukan ...........................................................
5.4.2. Tahap pencocokan.......................................................
5.4.3. Tahap Keputusan .........................................................
50
59
71
72
73
75
77
80
80
84
88
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ........................................................................................
2. Saran .................................................................................................
91
91
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
93
LAMPIRAN ..........................................................................................
96
DAFTAR TABEL
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Halaman
Perkembangan jumlah perusahaan perasuransian di
Indonesia 2002-2005 dan Agustus 2006 ........................................
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ....................................
Matriks External Factor Evaluation (EFE) ..................................
Perbedaan asuransi jiwa dengan asuransi umum ..........................
Daftar perusahaan asuransi umum dengan modal di
Bawah 50 milyar rupiah dan tingkat Risk Based Capital
(RBC) pada tahun 2005-2006 .......................................................
Sepuluh peringkat perusahaan asuransi umum dengan
modal di bawah 50 milyar rupiah ..................................................
Rasio antara premi bruto dan PDB Indonesia dari tahun 2001
hingga tahun 2005 ..........................................................................
Perkembangan klaim bruto asuransi properti ................................
Pertumbuhan asuransi per Desember 2005-2006 ..........................
Tingkat inflasi di Indonesia ...........................................................
Perkembangan premi Bruto asuransi properti ................................
Kurs jual dollar terhadap rupiah .....................................................
Matriks IFE asuransi properti PT. Staco Jasapratama ...................
Matriks EFE asuransi properti PT. Staco Jasapratama ..................
Analisis matriks SWOT asuransi properti PT. Staco Jasapratama
3
19
20
28
37
38
39
39
62
63
63
64
81
83
85
DAFTAR GAMBAR
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Halaman
Konsep competitive strategy ..........................................................
Matriks Internal-External (IE) .......................................................
Matriks Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) ............
Kerangka pemikiran penelitian .....................................................
Matriks Internal-External (IE) asuransi properti PT. Staco
Jasapratama ....................................................................................
16
22
23
32
88
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Halaman
Struktur organisasi PT. Staco Jasapratama ...................................
Pertanyaan wawancara ...................................................................
Kuesioner pembobotan faktor internal perusahaan ........................
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) untuk pembobotan
asuransi properti PT. Staco Jasapratama .......................................
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) untuk pembobotan
asuransi properti PT. Staco Jasapratama .......................................
Kuesioner penilaian rating faktor internal perusahaan ..................
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) untuk penilaian
rating asuransi properti PT. Staco Jasapratama .............................
Kuesioner penilaian rating faktor eksternal perusahaan ...............
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) untuk pembobotan
asuransi properti PT. Staco Jasapratama .......................................
Kuesioner penelitian penentuan strategis terpilih dengan
Quantitative Strategic Planning Management (QSPM) ................
QSPM ............................................................................................
Hasil pengisian kuesioner pembobotan faktor internal
perusahaan .....................................................................................
Hasil pengisian kuesioner pembobotan faktor eksternal
perusahaan .....................................................................................
Hasil pengisian kuesioner penilaian rating faktor internal
perusahaan ......................................................................................
Hasil pengisian kuesioner penilaian rating faktor eksternal
perusahaan .....................................................................................
Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk Attractive Score pada
strategi 1 ........................................................................................
Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk Attractive Score pada
strategi 1 ........................................................................................
Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk Attractive Score pada
strategi 2 ........................................................................................
Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk Attractive Score pada
strategi 2 .........................................................................................
Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk Attractive Score pada
strategi 3 ........................................................................................
Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk Attractive Score pada
strategi 3 ........................................................................................
Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk Attractive Score pada
strategi 4 ........................................................................................
Hasil pengisian kuesioner QSPM untuk Attractive Score pada
strategi 4 ........................................................................................
Hasil analisis QSPM ....................................................................
95
122
128
129
130
131
132
133
134
136
137
139
140
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rasa aman bagi setiap manusia menjadi salah satu kebutuhan spiritual
yang dirasa penting untuk dapat menjalankan berbagai kegiatan dengan leluasa
tanpa “dihantui” rasa takut atau terancam. Aman berarti terhindar dari segala
bentuk kecelakaan, bencana, ancaman, gertakan, teror, dan tindak kejahatan
lainnya baik yang membahayakan jiwa maupun harta benda milik seseorang. Rasa
tidak aman dalam diri manusia dapat menimbulkan kecemasan atau kekhawatiran
yang dapat mengganggu pikiran maupun aktivitasnya. Begitu pula ketika
kebutuhan dalam hidup ingin dipenuhi, maka secara simultan berbagai risiko
mungkin akan muncul. Untuk itu ketika seseorang ingin menjalankan suatu
kegiatan atau ingin memenuhi kebutuhannya, maka harus dipertimbangkan
kembali berbagai risiko yang akan timbul yang dapat merugikan pihak-pihak yang
berkepentingan baik material maupun immaterial. Risiko-risiko tersebut antara
lain risiko sakit, meninggal dunia, kehilangan penghasilan, Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK), kehilangan asset karena berbagai kemungkinan peristiwa
(kebakaran, tabrakan, perampokan, bencana alam), dan lain-lain.
Berbagai tindakan dilakukan masyarakat modern untuk mengurangi dan
menindaklanjuti risiko. Tindakan tersebut antara lain adalah menyimpan harta
benda dalam brankas milik pribadi maupun menyewa milik lembaga tertentu,
menyewa pelindung pribadi (body guard) atau satpam, meminta perlindungan
secara pribadi kepada pihak yang berwajib, dan juga termasuk satu cara yang
mengadopsi mekanisme masyarakat tradisional (membuat lumbung desa untuk
menyimpan hasil panen dan pada musim paceklik seluruh warga berhak mendapat
santunan dari lumbung tersebut) namun dengan pendekatan orientasi laba yang
disebut asuransi.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa asuransi adalah salah satu
mekanisme pengalihan risiko dari satu pihak kepada pihak lain. Transaksi
pengalihan risiko itu diikat dalam surat perjanjian yang disebut perjanjian polis
asuransi.
Asuransi di Indonesia sudah lama hadir namun hasil riset menunjukkan
bahwa pemahaman masyarakat tentang asuransi dan manfaatnya masih sangat
rendah. Penilaian itu terutama jika dilihat dari sudut pandang tingkat penetrasi
industri untuk pasar nasional nasabah individual. Hanya masih sekitar lima juta
orang dari 220 juta jiwa penduduk Indonesia yang saaat ini tercatat sebagai
pemegang polis asuransi secara individual. Itu pun terdapat beberapa orang yang
memiliki polis lebih dari satu. Dan untuk peserta asuransi kelompok, mungkin
baru sekitar 30 juta polis, dan hal ini dinilai masih sangat kecil (Suruji, 2006).
Kajian Biro Riset InfoBank menunjukkan persaingan industri asuransi di
Indonesia, baik asuransi jiwa maupun asuransi umum selama 2005 dan semester
pertama 2006 semakin ketat (Admin, 2006). Industri asuransi adalah gabungan
dari perusahaan-perusahaan yang bidang usahanya melayani jasa asuransi.
Perkembangan jumlah perusahaan perasuransian di Indonesia dapat dilihat dalam
Tabel 1. Industri asuransi menghasilkan berbagai macam produk jaminan yang
dibutuhkan nasabah, antara lain asuransi jiwa, asuransi kebakaran, asuransi
kendaraan bermotor, asuransi properti/harta benda, dan lain-lain. Untuk industri
asuransi umum yang menyediakan asuransi properti sebagai produknya,
persaingan akan terjadi pada industri asuransi properti.
PT. Staco Jasapratama merupakan salah satu perusahaan asuransi umum di
Indonesia yang berdiri pada tanggal 10 Februari 1990. Status sebagai anak
perusahaan Bank Mandiri membuat posisi PT. Staco Jasapratama cukup kuat dan
didukung dengan permodalan yang jumlahnya meningkat secara bertahap sejalan
dengan perkembangan usahanya.
Selain asuransi kebakaran, produk andalan PT. Staco Jasapratama adalah
asuransi properti. Kedua produk tersebut memberikan kontribusi pendapatan
premi yang paling besar bagi perusahaan. Untuk dapat terus mempertahankan dan
meningkatkan keadaan tersebut PT. Staco Jasapratama membutuhkan kegiatan
pemasaran yang baik. Dengan adanya kegiatan pemasaran yang dapat
merencanakan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai, diharapkan PT. Staco
Jasapratama dapat meningkatkan pangsa pasarnya. Strategi pemasaran yang tepat
dan sesuai merupakan strategi yang menyesuaikan dengan kondisi lingkungan
perusahaan. Lingkungan perusahaan di bagi ke dalam dua kategori yaitu
lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan yang
menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki PT. Staco Jasapratama
dan lingkungan eksternal adalah lingkungan yang menggambarkan peluang dan
ancaman yang berasal dari luar PT. Staco Jasapratama. Untuk dapat menentukan
strategi
pemasaran
memaksimalkan
yang
tepat
PT.
Staco
Jasapratama
kekuatan
dan
meminimalkan
kelemahan
harus
mampu
serta
dapat
memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Perusahaan Perasuransian di Indonesia, 2006
No
Keterangan
Description
2002
2003
2004
2005
August
2006
1.
Asuransi Jiwa / Life Insurance
a. Negara / State-owned
b. Swasta Nasional / Private Nat.
c. Patungan / Joint Venture
60
1
36
23
60
1
38
21
57
1
38
18
51
1
34
16
51
1
34
16
2.
Asuransi Umum
a. Negara / State-owned
b. Swasta Nasional / Private Nat.
c. Patungan / Joint Venture
104
3
79
22
104
3
80
21
101
3
79
19
97
3
75
19
97
3
75
19
3.
Reasuransi / Reinsurance
a. Negara / State-owned
b. Swasta Nasional / Private Nat.
4
0
4
4
0
4
4
0
4
4
0
4
4
0
4
4.
Penyelenggara Program Asuransi &
Jamsostek / Companies which
Administer
Insurance
Social
Program & Workers’ Social
Security Program
2
2
2
2
2
5.
Penyelenggara Asuransi untuk PNS
dan ABRI / Companies which
Administer Insurance for Civil
Servants and Armed Forces
3
3
3
3
3
6.
Jumlah / Total (1-5)
173
173
167
157
157
7.
Pialang Asuransi
Brokers
104
120
128
134
154
9.
10.
Pialang Reasuransi / Rein. Brokers
19
21
19
21
29
Adjuster Asuransi / Loss Adjusters
25
25
30
30
30
Konsultan Aktuaria / Actuarial
Consultants
19
20
23
28
34
-
-
5
6
9
/
Insurances
11.
Agen Asuransi / Insurance Agents
Sumber : Federation of Indonesian Insurance Associations (FAPI), 2006
Agar
mampu
bersaing,
PT.
Staco
Jasapratama
harus
mampu
mengidentifikasi dan memahami kondisi yang ada. Strategi pemasaran merupakan
suatu cara yang digunakan untuk menghadapi persaingan yang ketat. Atas dasar
kondisi di atas, peneliti akan berusaha mengidentifikasi dan menganalisis strategi
pemasaran yang tepat dan sesuai bagi perusahaan dengan judul penelitian,
“Analisis Strategi Pemasaran Asuransi Properti Pada PT. Staco Jasapratama”.
1.2. Perumusan Masalah
Kondisi masyarakat Indonesia yang tingkat pendapatannya masih rendah
(diukur dengan pendapatan per kapita) membuat asuransi belum menjadi sebuah
kebutuhan, didukung pula adanya anggapan asuransi merupakan gaya hidup (life
style) kalangan ekonomi menengah keatas. Kesadaran masyarakat untuk
melindungi harta benda masih dianggap sebagai tindakan membuang-buang uang
dan sulit rasanya mengubah pandangan masyarakat bahwa asuransi merupakan
salah satu instrumen investasi. Namun Chief Economist Bank International
Indonesia memprediksikan bahwa kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2007
akan semakin membaik. Hal ini membuat efek yang baik bagi perekonomian
masyarakat di hampir semua sektor. Daya beli masyarakat akan mengalami
peningkatan, Turunnya suku bunga dan inflasi serta meningkatnya pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2007 menjadi ”angin segar” bagi para pelaku bisnis asuransi
umum (Admin, 2006).
Industri asuransi sebenarnya memiliki potensi berkembang pasca
terjadinya banjir yang melanda ibukota Jakarta, gelombang tsunami di Aceh dan
Sumatra Utara, gempa bumi dan sejumlah bencana lainnya yang terjadi di
Indonesia. Di kawasan rawan bencana ini, asuransi menjadi solusi yang tepat
untuk
memberikan
perlindungan
atas
kerugian
tersebut.
Namun
pada
kenyataannya potensi asuransi yang besar di Indonesia belum diimbangi
keikutsertaan masyarakat seperti yang diharapkan para pelaku bisnis asuransi.
Memang terjadi peningkatan permintaan pada asuransi properti namun
peningkatannya tidak terlalu besar dibanding asuransi jiwa (Arif, 2006). Hal ini
dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat mengantisipasi risiko bencana
(katastropik) dan manfaat dari proteksi harta benda. Dalam dunia asuransi di
Indonesia jaminan asuransi risiko banjir merupakan produk perluasan dari produk
asuransi properti, kebakaran dan kendaraan bermotor. Maksudnya adalah jika
seseorang hanya memiliki polis standar, kerugian yang diderita akibat banjir dan
gempa bumi tidak akan dijamin. Namun produk asuransi properti yang disediakan
oleh PT. Staco Jasapratama didalamnya sudah termasuk risiko banjir dan gempa
bumi. Oleh karena itu, hal tersebut seharusnya menjadi peluang yang baik bagi
PT. Staco Jasapratama untuk dapat meningkatkan volume penjualan produk
asuransi properti.
Terlalu
banyaknya
“pemain”
dalam
industri
asuransi
umum
mengakibatkan persaingan yang semakin ketat dan menimbulkan terjadinya
peristiwa perang tarif. Perang tarif terjadi di dua sektor asuransi yaitu asuransi
properti dan asuransi kendaraan bermotor (Ihsan, 2004). Pada tahun 2006
peristiwa perang tarif ini masih terjadi dan menyebabkan penurunan perolehan
premi bruto (Fajar, 2006). Peristiwa ini menjadi cerminan bagi PT. Staco
Jasapratama yang
memiliki produk unggulan asuransi properti. Produk ini
memberikan kontribusi pendapatan premi sekitar 65% per tahun. PT. Staco
Jasapratama harus mampu mempertahankan bahkan meningkatkan penjualan
produk tersebut walaupun terjadi peristiwa perang tarif. Jika kondisi perang tarif
ini dibiarkan, maka dapat membahayakan perusahaan (penanggung) dan juga
nasabah (pihak tertanggung). Akan terjadi kemungkinan perusahaan tidak dapat
membayar klaim. Pelayanan klaim menjadi hal yang vital bagi perusahaan
asuransi, karena akan berdampak pada citra dan posisi perusahaan di benak
nasabah (positioning).
Persaingan yang ketat menuntut perusahaan untuk dapat memperoleh dan
meningkatkan
pangsa
pasarnya
serta
mengharuskan
perusahaan
untuk
menciptakan strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Berbagai kondisi diatas menjadi tantangan tersendiri bagi PT. Staco Jasapratama.
Untuk tetap dapat bersaing dan meningkatkan penjualan produknya, PT. Staco
Jasapratama harus mampu merespon dengan positif. Apalagi setiap tahun
perusahaan menetapkan target penjualan yang harus dicapai. Seperti perusahaan
asuransi umum lainnya, PT. Staco Jasapratama selalu meningkatkan target
penjualan tiap tahun dengan tujuan bukan hanya untuk dapat bertahan namun
terus mengalami kemajuan. Hal ini mendukung bahwa perusahaan membutuhkan
strategi pemasaran yang tepat dan sesuai agar rencana peningkatan target
penjualan dapat tercapai.Strategi pemasaran yang tepat dan sesuai adalah strategi
yang menyesuaikan dengan kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan.
Lingkungan internal menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki PT.
Staco Jasapratama sedangkan lingkungan eksternal adalah lingkungan yang
menggambarkan peluang dan ancaman yang berasal dari luar PT. Staco
Jasapratama. Mengacu pada kondisi di atas, permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian kali ini adalah :
1. Bagaimana kondisi internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan PT. Staco
Jasapratama?
2. Bagaimana kondisi eksternal yang menjadi peluang dan ancaman PT. Staco
Jasapratama ?
3. Bagaimana alternatif strategi pemasaran terbaik yang dapat diterapkan oleh
PT. Staco Jasapratama berdasarkan kondisi lingkungan internal dan eksternal
saat ini ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) PT. Staco
Jasapratama.
2. Menganalisis lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) PT. Staco
Jasapratama.
3. Merumuskan alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan yang
diperoleh berdasarkan hasil analisis.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :
1. Bahan pertimbangan dalam menentukan dan menerapkan strategi pemasaran
tepat dan sesuai bagi PT. Staco Jasapratama.
2. Referensi dan pengetahuan untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini berfokus untuk mengidentifikasi dan menganalisis kondisi
lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang berpengaruh terhadap kegiatan
pemasaran melalui alternatif strategi pemasaran. Strategi pemasaran PT. Staco
Jasapratama yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi oleh strategi pemasaran
asuransi properti.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pemasaran
Menurut Kotler (2002) pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa saja yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk atau jasa yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran
menurut Assauri (2004) adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi
dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Rangkuti
(2005) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses kegiatan yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari
pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan,
menawarkan produk yang memiliki nilai komoditas.
2.1.2. Strategi
Marrus dalam Umar (2003), berpendapat bahwa strategi didefinisikan
sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus
pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana suatu tujuan dapat dicapai. Menurut Hamel dan Prahalad dalam
Rangkuti (2005), mendefinisikan bahwa strategi merupakan tindakan yang
bersifat inkremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di
masa depan. Porter (1997) berpendapat bahwa strategi adalah alat yang sangat
penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Strategi merupakan respon secara
terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta
kekuatan dan kelemahan internal yg dapat mempengaruhi organisasi.
2.1.3. Strategi Pemasaran
Tjiptono (2004), strategi pemasaran didefinisikan sebagai alat fundamental
yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan
keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan
program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.
Strategi pemasaran terdiri dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi manajemen
untuk mencapai tujuan bisnis dan permasalahannya dalam pasar sasaran, bauran
pemasaran, dan alokasi waktu (Kotler, 2002). Strategi pemasaran dalam Assauri
(2004) diartikan sebagai serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan
yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke
waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama
sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan
persaingan yang selalu berubah.
2.1.4. Lingkungan Perusahaan
Menurut Kotler dan Amstrong (1997), lingkungan perusahaan adalah para
pelaku dan kekuatan-kekuatan di luar perusahaan yang mempengaruhi
kemampuan manajemen pemasaran untuk mengembangkan dan mempertahankan
transaksi-transaksi dengan pelanggan sasarannya. Analisis terhadap lingkungan
perusahaan digunakan dalam memformulasikan strategi bersaing perusahaan.
A. Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal menurut Umar (2001) merupakan aspek-aspek yang ada
di dalam perusahaan. Analisis lingkungan internal adalah proses oleh perencana
strategi yang mengkaji faktor internal perusahaan untuk menentukan dimana
perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan yang berarti sehingga perusahaan
dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman dengan cara paling
efektif (Jauch dan Glueck, 1998). Faktor-faktor yang terkait dengan lingkungan
internal perusahaan meliputi : segmentation, targetting dan positioning serta
marketing mix.
1. Segmentation, Targetting, Positioning
a. Segmentation
Menurut Kotler (2000), segmentation (segmentasi) adalah tindakan
mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin
meminta produk dan atau strategi pemasaran tersendiri. Sedangkan menurut
Lupiyoadi (2006), segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi kelompok
pembeli yang dibedakan menurut kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku,
yang mungkin membutuhkan produk yang berbeda. Menurut Kotler (2002),
segmentasi pasar dapat dikelompokkan berdasarkan :
1. Segmentasi Geografis
Mengharuskan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda
seperti negara bagian, wilayah propinsi, kota atau lingkungan rumah tangga.
2. Segmentasi demografis
Pasar dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan variabel-variabel
demografis, seperti usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis
kelamin, penghasilan, jenis pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi,
kewarganegaraan dan kelompok sosial.
3. Segmentasi Psikologis
Para pembeli dibagi menjadi kelompok yang berbeda-beda berdasarkan kelas
sosial, gaya hidup, atau dan kepribadian.
4. Segmentasi perilaku
Para pembeli dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan sikap,
pengetahuan, pemakaian, atau tanggapan mereka terhadap suatu produk. Dan
variabel-variabel perilaku yang digunakan adalah kejadian, manfaat, status
pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan, tahap kesiapan pembeli dan
sikap.
b. Targetting
Targetting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang
akan dimasuki (Rangkuti, 2005). Menurut Lupiyoadi (2006), pasar taret terdiri
atas kumpulan pembeli dengan kebutuhan atau karakteristik serupa yang akan
dilayani perusahaan.
c. Positioning
Positioning dalam Tjiptono (2004) didefinisikan sebagai salah satu strategi
untuk memposisikan suatu produk sedemikian rupa sehingga dalam pemikiran
calon pelanggan, produk itulah yang terbaik bagi mereka dan kalau membutuhkan
produk itu mereka akan selalu mempertimbangkan produk itu terlebih dahulu.
Positioning mencakup perancangan dan penawaran citra perusahaan agar target
pasar mengetahui dan menganggap penting posisi perusahaan di mata pesaing
(Lupiyoadi, 2006).
2. Marketing Mix
Kotler (2002) mendefinisikan marketing mix (bauran pemasaran) adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Untuk pemasaran jasa, marketing
mix tidak hanya meliputi product, price, place, promotion (4P), tetapi juga
meliputi tiga elemen tambahan yaitu people, process, dan provision of customer
service (Payne dalam Tjiptono, 2004).
a. Product
Menurut Kotler dan Amstrong (1997) produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan,
atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk
mencakup obyek secara fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan ide. Produk
dalam Tjiptono (1997) diartikan sebagai pemahaman subyektif dari produsen atas
‘sesuatu’ yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi
melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetisi
dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.Produk menurut Lupiyoadi (2006)
merupakan keseluruhan konsep obyek atau proses yang memberikan sejumlah
nilai manfaat kepada konsumen. Yang dimaksud dalam pembahasan produk jasa
disini adalah total produk. Total produk terdiri dari : produk inti (core product)
merupakan fungsi inti dari produk tersebut, produk yang diharapkan (expected
product), produk tambahan (augmented product) dan produk potensial (potential
product). Tiga unsur selain core product merupakan unsur yang potensial untuk
dijadikan nilai tambahan bagi konsumen sehingga produk tersebut berbeda dengan
produk yang lain.
b. Price
Harga menurut Kotler dan Amstrong (1997) adalah jumlah uang yang
ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan
konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa.
Sedangkan Umar (2003) mengemukakan bahwa harga adalah sejumlah nilai yang
dipertukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk
yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar atau
ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua
pembeli.Dalam merumuskan strategi penentuan harga harus diperhatikan tujuan
dari penentuan harga itu sendiri (Lupiyoadi, 2006), antara lain : bertahan,
memaksimalkan
laba,
memaksimalkan
penjualan,
gengsi
atau
prestis,
pengembalian atas investasi (Return Of Investment-ROI). Metode dalam
penentuan harga antara lain penentuan harga biaya-plus (cost-plus pricing),
penentuan harga tingkat pengembalian (rate of return pricing), penentuan harga
paritas persaingan (competitive parity pricing), penentuan harga rugi (loss leading
pricing), penentuan harga berdasarkan nilai (value-based pricing) dan penentuan
harga relasional (relationship pricing).
c. Place
Tjiptono (1997) mengartikan distribusi sebagai kegiatan pemasaran yang
berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari
produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang
diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Lupiyoadi (2006)
menyatakan bahwa penyampaian jasa juga dapat melalui organisasi maupun orang
lain. Dalam penyampaian jasa ada tiga pihak yang terlibat, yaitu penyedia jasa,
perantara, dan konsumen.
Sehubungan dengan saluran distribusi maka perusahaan harus dapat memilih
saluran yang tepat untuk penyampaian jasanya, sebab akan sangat mempengaruhi
kualitas jasa yang diberikan. Saluran distribusi yang dapat dipilih antara lain
penjual langsung (direct sales), agen (agent) atau broker, agen/broker penjual
atau pembeli dan waralaba (franchises) dan pengantar jasa terkontrak (contracted
service diliverers).
d. Promotion
Kotler (2002) berpendapat bahwa promosi merupakan kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat produknya dan
meyakinkan pelanggan agar membeli produk tersebut. Menurut Umar (2003)
untuk mengkomunikasikan produk perlu disusun suatu strategi yang sering
disebut dengan strategi Bauran Promosi (Promotion –Mix) yang terdiri atas empat
komponen utama, yaitu : periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat
dan penjualan perorangan.
e. People
Menurut Kasmir (2000), kepuasan pelanggan tergantung kepada kualitas
yang terbaik, maka karyawan perlu dilatih agar menyadari pentingnya pekerjaan
yang mereka jalankan. Lupiyoadi (2006) menyatakan bahwa dalam hubungannya
dengan pemasaran jasa, maka ’orang’ yang berfungsi sebagai penyedia jasa sangat
mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam ’orang’ ini berarti
berhubungan dengan seleksi, pelatihan, motivasi, dan manajemen sumber daya
manusia. Pentingnya ’orang’ dalam pemasaran berkaitan erat dengan pemasaran
internal. Pemasaran internal adalah interaksi atau hubungan antar setiap karyawan
dan departemen dalam suatu perusahaan, dengan tujuan untuk mendorong people
agar dapat memberikan kinerja yang memuaskan kepada konsumennya.
f. Process
Proses disini maksudnya adalah proses jasa itu sendiri. Proses merupakan
gambaran dari prosedur, jadwal, pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal
rutin lainnya yang berkaitan dengan dihasilkannya produk atau jasa yang akan
disampaikan kepada konsumennya (Payne, 1993). Menurut Umar (2003), proses
mencerminkan bagaimana semua elemen bauran pemasaran jasa dikooordinasikan
untuk menjamin kualitas dan konsistensi jasa yang diberikan kepada konsumen.
Sedangkan menurut Lupiyoadi (2006), proses merupakan gabungan semua
aktivitas, umumnya terdiri atas prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas,
dan hal-hal rutin, di mana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.
g. Customer Service
Layanan konsumen (customer service) pada pemasaran jasa lebih dilihat
sebagai hasil dari kegiatan distribusi dan logistik, di mana pelayanan diberikan
kepada konsumen untuk mencapai kepuasan. Layanan konsumen meliputi
aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pra
tansaksi, saat transaksi, dan pasca transaksi. Menurut Kasmir (2000) pengertian
customer service secara umum adalah setiap kegiatan yang diperuntukkan atau
ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada nasabah melalui pelayanan yang
dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah. Seorang customer service
memegang peranan yang sangat penting, disamping memberikan pelayanan juga
sebagai pembina hubungan dengan masyarakat atau public relation.
B. Analisis Lingkungan Eksternal
Menurut Kotler (2002) lingkungan eksternal perusahaan terdiri dari berbagai
variabel (peluang dan ancaman) yang berada di luar suatu organisasi dan berada di
luar pengendalian jangka pendek manajemen puncak. Peluang adalah suatu
bidang kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara
menguntungkan. Sedangkan ancaman lingkungan adalah tantangan akibat
kecenderungan atau perkembangan yang kurang menguntungkan, yang akan
mengurangi penjualan dan laba jika tidak dilakukan dengan pemasaran defensif.
Menurut Umar (2003) lingkungan eksternal dibagi kedalam dua kategori yaitu :
(1) lingkungan jauh dan (2) lingkungan industri.
1. Lingkungan Jauh
Menurut Umar (2001) lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor
yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Lingkungan jauh ini
memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk berkembang, sekaligus
dapat menjadi hambatan dan ancaman. Lingkungan jauh terdiri dari faktor a)
Politik dan Hukum, b) Ekonomi c) Sosial, d) Teknologi.
a. Politik dan Hukum
Arah dan stabilitas dari faktor politik dan hukum merupakan pertimbangan
utama bagi manajer dalam memformulasikan strategi perusahaan. Faktor politik
dan hukum mendefinisikan parameter-parameter hukum dan bagaimana
pengaturan perusahaan harus beroperasi. Kendala-kendala politik diberlakukan
terhadap perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program
perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan polusi dan harga serta banyak
tindakan lainnya yang bertujuan untuk melindungi karyawan konsumen,
masyarakat umum dan lingkungan. Beberapa tindakan politik dan hukum juga
didisain untuk memberi manfaat dan melindungi perusahaan. Tindakan tersebut di
antaranya adalah hak paten, subsidi pemerintah, dan lain sebagainya.
b. Ekonomi
Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan
industri. Faktor ekonomi mengacu kepada sifat, cara, dan arah dari perekonomian
di mana suatu perusahaan akan atau sedang berkompetisi. Indikator dari kesehatan
perekonomian suatu negara antara lain adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga,
defisit atau surplus perdagangan, tingkat tabungan pribadi dan bisnis, serta produk
domestik bruto.
c. Sosial
Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan mencakup
keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup dari orang-orang
di lingkungan di mana perusahaan beroperasi. Faktor-faktor ini biasanya
dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis, pendidikan dan kondisi etnis.
Seandainya faktor sosial berubah maka permintaan untuk berbagai produk dan
aktivitas juga turut mengalami perubahan.
d. Teknologi
Faktor teknologi sebagaimana faktor-faktor lain dalam lingkungan umum
merefleksikan kesempatan dan ancaman bagi perusahaan. Kemajuan teknologi
secara dramatis telah mengubah produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing,
pelanggan, proses manufaktur, praktik-praktik pemasaran dan posisi persaingan.
Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, perkembangan produk,
merubah relative competitive cost serta membuat barang dan jasa menjadi cepat
usang. Perubahan teknologi dapat mengurangi atau menghilangkan perbedaan
biaya antar perusahaan, menciptakan proses produksi yang lebih singkat,
menciptakan kelangkaan pada tenaga teknikal serta mampu merubah nilai-nilai
dan harapan para stakeholders.
2. Lingkungan Industri
Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan dimana
bisnis perusahaan berada. Porter dalam Umar (2001) mengemukakan konsep
Competitive Strategy yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek
kekuatan bersaing dan R. E Freeman yang merekomendasikan aspek keenam
untuk melengkapinya, meliputi a) Ancaman Masuk Pendatang Baru, b)
Persaingan Sesama Perusahaan Dalam Industri, c) Persaingan Sesama Perusahaan
Dalam Industri, d) Kekuatan tawar-Menawar Pembeli, e) Kekuatan TawarMenawar Pemasok dan f) Pengaruh Kekuatan Stakeholder Lainnya. Gambaran
tentang konsep Competitive Strategy dapat dilihat dalam Gambar 1.
Pendatang Baru
Potensial
Ancaman masuknya
pendatang baru
Pengaruh kekuatan
Stakeholder lainnya
Para Pesaing Industri
Kekuatan tawar
Stakeholders
Menawar pembeli
Pembeli
Kekuatan tawar
menawar pemasok
Pemasok
Persaingan Antara
Perusahaan Yang Ada
Ancaman produk
pengganti
Produk Pengganti
Gambar 1. Konsep Competitive Strategy Michael R. Porter (Umar, 2003)
a. Ancaman Masuk Pendatang Baru
Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah
implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah,
terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang
terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah
ada. Ada beberapa faktor penghambat pendatang baru untuk masuk ke dalam
suatu industri yang sering disebut dengan hambatan masuk. Faktor-faktor
hambatan masuk yang dimaksud adalah skala ekonomi, diferensiasi produk,
kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan
biaya independen dan peraturan pemerintah.
b. Persaingan Sesama Perusahaan Dalam Industri
Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja
perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoly, perusahaan mempunyai
kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar. Sedangkan, dalam pasar
persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower
termasuk dalam hal harga produk. Menurut Porter, tingkat persaingan itu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jumlah kompetitor, tingkat pertumbuhan
industri, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas dan hambatan
keluar.
c. Ancaman Dari Produk Pengganti
Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan
bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda,
barang substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk
substitusi kuat bilamana konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit
dan jika produk substitusi itu mempunyai harga yang lebih murah atau kualitasnya
sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.
d. Kekuatan tawar-Menawar Pembeli
Para pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu mempengaruhi
perusahaan untuk menurunkan harga produk, meningkatkan mutu dan servis, serta
mengadu perusahaan dengan kompetitornya. Dengan demikian, beberapa kondisi
yang mungkin dihadapi perusahaan sehubungan dengan adanya kekuatan ini
antara lain adalah pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan, sifat
produk tidak terdiferensiasi dan banyak pemasok, switching cost pemasok adalah
kecil, pembeli mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah, sehingga sensitif
terhadap harga dan diferensiasi servis, produk perusahaan tidak terlalu penting
bagi pembeli, sehingga pembeli dengan mudah mencari substitusinya.
e. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Pemasok dapat
mempengaruhi
industri
lewat kemampuan
mereka
menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau servis. Pemasok menjadi
kuat apabila beberapa kondisi berikut terpenuhi, yaitu jumlah pemasok sedikit,
produk atau servis yang ada adalah unik dan mampu menciptakan switching cost
yang besar, tidak tersedia produk substitusi, pemasok mampu melakukan integrasi
ke depan dan mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang
dihasilkan perusahaan.
f. Pengaruh Kekuatan Stakeholder Lainnya
Kekuatan keenam yang ditambahkan oleh Freeman yang dikutip WheelenHunger adalah berupa kekuatan di luar perusahaan yang mempunyai pengaruh
dan kepentingan secara langsung bagi perusahaan. Stakeholder yang dimaksud
adalah pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat, kreditor, pemasok,
asosiasi dagang, kelompok yang mempunyai kepentingan lain, dan pemegang
saham. Pengaruh dari masing-masing stakeholder adalah bervariasi di antara
industri yang satu dengan yang lain.
2.1.5. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor
Evaluation (EFE)
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dianggap penting (Umar, 2001). Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
meruapakan alat perumusan strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dari suatu usaha, dan
matriks ini juga memberikan dasar untuk mengenali dan mengevaluasi hubungan
di antara bidang-bidang ini. Faktor-faktor internal yang dianalisis adalah
segmentation, targetting dan positioning serta bauran pemasaran yang terdiri dari
produk, harga, distribusi, promosi, orang, proses dan layanan konsumen. Tahapan
kerja dalam pembuatan matriks IFE menurut Umar (2001) adalah :
1. Buatlah daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang mempunyai
dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha) untuk aspek internal
yang mencakup perihal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) bagi
perusahaan.
2. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala yang
lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah
seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan
rata-rata industrinya.
3. Tentukan rating setiap critical success factors antara 1 sampai 4, di mana:
1 = sangat lemah
2 = tidak begitu lemah
3 = cukup kuat
4 = sangat kuat
Jadi, rating mengacu pada kondisi perusahaan sedangkan bobot mengacu pada
industri di mana perusahaan berada.
4. Kalikan bobot dan rating dari masing-masing factor untuk menenentukan nilai
skornya.
5. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang
dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya di bawah 2,5 menandakan
bahwa secara internal, perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berada
di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks
EFE, matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya
tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0. Tabel IFE
dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Bobot
Critical Success Factors
Kekuatan
Kelemahan
Rating
Skor
Setelah melalui tahap analisis faktor-faktor internal selanjutnya adalah
melakukan analisis faktor-faktor eksternal. Menurut Umar (2001), matriks
External Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan, baik pengaruh
langsung mapun tidak langsung. Faktor eksternal perusahaan yang akan dianalisis
yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri. Tabel EFE dapat dilihat dalam
Tabel 3.
Tabel 3. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Bobot
Critical Success Factors
Peluang
Rating
Skor
Ancaman
Tahapan kerja dalam pembuatan matriks EFE menurut Umar (2001) adalah :
1. Buatlah daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang mempunyai
dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha) untuk aspek eksternal
yang mencakup perihal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) bagi
perusahaan.
2. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala yang
lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah
seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan
rata-rata industrinya.
3. Tentukan rating setiap critical success factors antara 1 sampai 4, di mana:
1 = di bawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = di atas rata-rata
4 = sangat bagus
Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi perusahaan. Dengan
demikian, nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan.
4. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya untuk mendapatkan skor semua
critical success factors.
5. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang
dinilai. Skor total 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespons dengan
cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari
ancaman-ancaman di pasar industrinya. Sementara itu, skor total sebesar 1,0
menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang yang ada atau
tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal.
2.1.6. Matriks Internal-External (IE)
Matriks Internal-External (IE) dikembangkan dari model General Electric
(GE-Model). Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan internal
perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini
adalah untuk memperoleh strategi bisnis yang lebih mendetail (Rangkuti, 2005).
Umar (2001) mengemukakan bahwa matriks internal eksternal terdiri atas dua
dimensi yaitu total skor dari matriks IFE pada sumbu X dan total skor dari matriks
EFE pada sumbu Y. IE matrix bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU
(Strategic Bussiness Unit) perusahaan ke dalam matriks yang terdiri atas 9 sel.
IE Matrix serupa dengan BCG Matrix terutama pada kedua alat yang
berperan dalam memetakan SBU perusahaan dalam sebuah diagram skematis, di
mana ukuran dari lingkaran memperlihatkan persentase kontribusi pendapatan
(sales), dan pie slice memperlihatkan persentase kontribusi keuntungan.
Perlu diingatkan kembali bahwa masing-masing SBU perusahaan harus
membentuk IFE Matrix dan EFE Matrix-nya. Pada sumbu X dari IE Matrix,
skornya ada tiga, yaitu : skor 1,0-1,99 menyatakan bahwa posisi internal adalah
lemah, skor 2,0-2,99 posisinya adalah rata-rata, dan skor 3,0-4,0 adalah kuat.
Dengan cara yang sama, pada sumbu Y yang dipakai untuk EFE Matrix, skor 1,01,99 adalah rendah, skor 2,0-2,99 adalah sedang, dan skor 3,0-4,0 adalah tinggi.
IE Matrix memiliki tiga implikasi yang berbeda, yaitu :
a. SBU yang berada pada sel I, II atau IV dapat digambarkan sebagai Grow dan
Build. Strategi-strategi yang cocok bagi SBU ini adalah Strategi Intensif
seperti Market Development, dan Product Development atau Strategi
Terintegrasi seperti Backward Integration, Forward Integration, dan
Horizontal Integration.
b. SBU yang berada pada sel-sel III, V, atau VII paling baik dikendalikan dengan
strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategi-strategi yang umum dipakai yaitu
strategi Market Penetration dan Product Development.
c. SBU yang berada pada sel VI, VIII, atau IX dapat menggunakan strategi
Harvest atau Divesture.
Perusahaan yang dianggap paling sukses adalah perusahaan yang mampu
menghasilkan bisnis yang berada pada sel I. Matriks IE dapat dilihat dalam
Gambar 2.
Kuat
Rata-rata
Lemah
3,0-4,0
2,0-2,99
1,0-1,99
3,0
2,0
4,0
Tinggi
3,0-4,0
I
II
III
3,0
Sedang
2,0-2,99
IV
V
VI
2,0
Rendah
1,0-1,99
VII
VIII
IX
1,0
Hold and maintain
Harvest or Divest
Gambar 2. Matriks Internal Eksternal (Umar, 2003)
2.1.7. Matriks Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT)
Menurut Rangkuti (2005), analisis SWOT adalah suatu cara untuk
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan
strategi perusahaan yang dapat dilihat dalam Gambar 3.
Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor
internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil
suatu keputusan strategi perusahaan. Menurut Umar (2001) matriks SWOT
merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer
mengembangkan empat tipe strategi. Keempat tipe strategi yang dimaksud adalah:
1. Strategi Strength-Opportunity (S-O)
2. Strategi Weakness-Opportunity (W-O)
3. Strategi Strength-Threat (S-T)
4. Strategi Weakness-Threat (W-T)
Sebagaimana matriks-matriks sebelumnya memerlukan key success factors,
matriks SWOT pun demikian. Pada matriks ini, menentukan key success factors
untuk lingkungan eksternal dan internal merupakan bagian yang sulit sehingga
dibutuhkan judgement yang baik. Sementara itu, tidak ada satu pun matching tool
yang dianggap paling baik. Penjelasan mengenai keempat strategi di atas dapat
dijelaskan seperti di bawah ini.
Strategi Strength-Opportunity (S-O). Strategi ini menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Pada
umumnya, perusahaan berusaha melaksanakan strategi-strategi W-O, S-T atau WT untuk menerapkan strategi S-O. Oleh karena itu, jika perusahaan memiliki
banyak kelemahan, mau tidak mau perusahaan harus mengatasi kelemahankelemahan itu agar menjadi kuat. Sedangkan jika perusahaan menghadapi banyak
ancaman,
perusahaan
harus
berusaha
berkonsentrasi pada peluang-peluang yang ada.
menghindarinya
dan
berusaha
Strengths –S
Weaknesses-W
1.
1.
2.
2.
3. Catatlah
3. Catatlah
4. kekuatan-
4. kelemahan-
5. kekuatan
5. kelemahan
6. internal
6. internal
7. perusahaan
7. perusahaan
8.
8.
9.
9.
Opportunities-O
Strategi S-O
Strategi W-O
1.
1.
1.
2.
2.
2.
3. Catatlah
3. Daftar kekuatan
3.
4. peluang-
4. untuk meraih keuntungan
memperkecil
5. peluang
5. dari peluang yang ada
4. kelemahan dengan
6. eksternal
6.
5. memanfaatkan
7. perusahaan
7.
6. keuntungan dari peluang
8.
8.
7. yang ada
9.
9.
8.
IFAS
Kosong
(leave blank)
EFAS
Daftar
untuk
9.
Threats-T
Strategi S-T
Strategi W-T
1.
1.
1.
2.
2.
2.
3. Catatlah
3. Daftar kekuatan
3. Daftar untuk
4. ancaman-
4. untuk menghindari
4. memperkecil kelemahan
5. ancaman
5. ancaman
5. dan menghindari
6. eksternal
6.
6. ancaman
7. perusahaan
7.
7.
8.
8.
8.
9.
9.
9.
Gambar 3. Matriks SWOT (Umar, 2003)
Strategi Weakness-Opportunity (W-O). Strategi ini bertujuan untuk memperkecil
kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluangpeluang eksternal. Kadang kala perusahaan menghadapi kesulitan untuk
memanfaatkan peluang-peluang karena adanya kelemahan-kelemahan internal.
Strategi Strength-Threat (S-T). Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk
menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Hal ini
bukan berarti bahwa perusahaan yang tangguh harus selalu mendapatkan
ancaman.
Strategi Weakness-Threat (W-T). Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan
dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Suatu
perusahaan yang dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman
eksternal sesungguhnya berada dalam posisi yang berbahaya. Ia harus berjuang
untuk tetap dapat bertahan dengan melakukan strategi-strategi seperti merger,
declared bankruptcy, retrench, atau liquidation.
Secara lebih jelas, berikut ini adalah delapan tahap bagaimana penentuan
strategi dibangun melalui matriks SWOT. Tahapan yang dimaksud adalah :
1. Buat daftar peluang eksternal perusahaan.
2. Buat daftar ancaman eksternal perusahaan.
3. Buat daftar kekuatan kunci internal perusahaan.
4. Buat daftar kelemahan kunci internal perusahaan.
5. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat
hasilnya dalam sel strategi S-O.
6. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal dan
catat hasilnya dalam sel strategi W-O.
7. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan
catat hasilnya dalam sel strategi S-T.
8. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan
catat hasilnya dalam sel strategi W-T.
2.1.8. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) adalah suatu teknik yang
dipakai pada tahap ketiga dari kerangka kerja analisis strategi yang digunakan
untuk menentukan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari pelaksanaan
strategi alternatif. Direkomendasikan bagi ahli strategi untuk melakukan evaluasi
pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internalexternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (Umar, 2001). Menurut David
(2004), QSPM adalah alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi
strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor-faktor kritis untuk sukses
eksternal dan internal yang dikenali sebelumnya. Seperti alat analisis perumusan
strategi yang lain, QSPM memerlukan penilaian intuitif yang baik.
2.1.9. Asuransi
Menurut Djojosoedarsono (2003) asuransi adalah transaksi pertanggungan
yang melibatkan dua pihak, tertanggung dan penanggung. Penanggung menjamin
pihak tertanggung, bahwa ia akan mendapatkan penggantian terhadap suatu
kerugian yang mungkin akan dideritanya, sebagai akibat dari suatu peristiwa yang
semula belum tentu akan terjadi atau yang semula belum dapat ditentukan
saat/kapan terjadinya. Sebagai kontra prestasinya si tertanggung diwajibkan
membayar sejumlah uang kepada si penanggung, yang besarnya sekian persen
dari nilai pertanggungan, yang biasa disebut premi.
Menurut pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) RI
dalam Ali (2002) dalam asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Berdasarkan
definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung empat unsur, yaitu :
A. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada
pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
B. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang
(santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur
apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tertentu.
C. Suatu peristiwa (accident) yang tidak tertentu (tidak diketahui sebelumnya).
D. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu.
Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 dikemukakan rumusan
pengertian asuransi yang lebih lengkap, yaitu asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premia asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan
(Darmawi, 2004).
Menurut Tim Kerja Keagenan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (TKK
AAUI) (2004) prinsip atau doktrin asuransi adalah batasan-batasan atau
ketentuan-ketentuan dalam asuransi yang secara universal diakui sebagai prinsip
atau batas minimal yang harus diikuti dan dilaksanakan dengan baik, agar tidak
terjadi akibat-akibat yang menyimpang dari tujuan diselenggarakannya asuransi.
Enam prinsip asuransi tersebut adalah : 1) Insurable Interest, 2) Utmost Good,
3)Proximate Cause, 4) Indemnity, 5) Subrogasi dan 6) Kontribusi.
Manfaat asuransi bagi pihak yang terlibat langsung dalam asuransi (pihak
yang menjadi nasabah dari suatu perusahaan asuransi) menurut Djojosoedarsono
(2003) yaitu memberi rasa aman, melindungi keluarga dari perpecahan,
menghilangkan ketergantungan, menjamin kehidupan wanita karier, kontribusi
terhadap pendidikan, kontribusi terhadap lembaga sosial, memberikan manfaat
untuk pemupukan kekayaan, stimulasi menabung dan menyediakan dana yang
dibutuhkan untuk investasi.
Beberapa macam perusahaan asuransi yang sekarang ini sudah ada di
Indonesia antara lain menurut Djojosoedarsono (2003) :
A. Perusahaan Asuransi Jiwa
Perusahaan asuransi yang bidang usahanya risiko keuangan sebagai akibat
dari kematian orang-orang yang mempertanggungjawabkan jiwanya. Pembayaran
santunan dilakukan pada masa akhir kontrak (meskipun tidak terjadi peril) atau
kepada ahli warisnya bila menatian terjadi sebelum akhir kontrak.
B. Perusahaan Asuransi Kerugian/Umum
Perusahaan asuransi yang bidang usahanya menaggulangi risiko keuangan
sebagai akibat kerugian karena peril yang menimpa barang-barang atau
kepentingan yang dipertanggungkan. Dalam Tabel 4 dijelaskan perbedaan antara
asuransi jiwa dengan asuransi umum.
C. Perusahaan Reasuransi Umum
Perusahaan asuransi yang bidang usahanya menganggung risiko yang benarbenar terjadi dari pertanggungan yang telah ditutup oleh perusahaan asuransi jiwa
maupun asuransi kerugian. Jadi reasuransi adalah mempertanggungkan kembali
sejumlah risiko oleh sebuah perusahaan asuransi kepada perusahaan asuransi
lainnya (reinsurer).
Tabel 4. Perbedaan asuransi jiwa dengan asuransi kerugian
Asuransi Jiwa
Asuransi Umum
1. Objek pertanggungannya jiwa 1. Objek pertanggungannya harta
benda (bergerak maupun tidak
manusia.
bergerak).
2. Risikonya bersifat spekulatif :
2. Risiko yang dihadapi dua hal
a. Dapat terjadi
a. Yang pasti : kematian
b. Dapat tidak terjadi
b. Yang tidak pasti : kapan
terjadinya kematian
3. Risikonya bila terjadi hanya sekali 3. Kemungkinan terjadinya risiko
dapat berkali-kali demikian pula
dan klaim hanya dibayar sekali.
klaimnya.
4. Dalam premi terdapat unsur
4. Dalam premi terdapat unsur :
proteksi saja.
a. tabungan, dan
b. proteksi
5. Kontraknya umumnya berlaku 5. Kontraknya umumnya berlaku per
periode,
tergantung
pada
untuk jangka panjang.
keadaaan
objek
yang
dipertanggungkan, dapat per
tahun, per kegiatan dan dapat
diperpanjang.
6. Pasal 253 KUHD berlaku.
6. Pasal 253 KUHD tidak berlaku.
Sumber : Djojosoedarsono, 2003
D. Perusahaan Asuransi Sosial
Perusahaan asuransi yang bidang usahanya menanggung risiko finansial
masyarakat kecil yang kurang mampu. Perusahaan ini diselenggarakan oleh
Pemerintah atau badan-badan yang ditunjuk; dibentuk oleh Pemerintah.
Menurut TKK AAUI (2004), secara garis besar bidang asuransi terdiri dari
tiga golongan, yaitu :
A. Asuransi Umum
Yang terdiri dari asuransi untuk harta benda (property), kepentingan
keuangan (pecuaniary), tanggung jawab hukum (liability) dan asuransi diri
(asuransi kecelakaan dan asuransi kesehatan).
B. Asuransi Jiwa
Yang menyangkut masalah meninggalnya tertanggung dalam periode
asuransi atau tetap hidup sampai akhir periode polis asuransi jiwa juga
diperbolehkan untuk memasarkan produk asuransi kecelakaan dan kesehatan.
C. Asuransi Sosial
Adalah
program
asuransi
wajib
yang
diselenggarakan
Pemerintah
berdasarkan Undang-Undang. Maksud dan tujuan asuransi sosial adalah
menyediakan jaminan dasar bagi masyarakat dan tidak bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan-keuntungan komersial.
Pengertian asuransi properti bagi PT. Staco Jasapratama (2007) adalah
pertanggungan yang meberikan ganti rugi atas kerugian dan/atau kerusakan harta
benda dan/atau kepentingan tertanggung sehubungan dengan aktifitasnya yang
disebabkan dan/atau diakibatkan oleh kebakaran, petir, ledakan, kejatuhan
pesawat terbang, asap, kerusuhan, gempa bumi, banjir dan bahaya-bahaya lain
yang sifatnya tidak terduga, kecelakaan dan tiba-tiba. Harga Pertanggungan pada
asuransi properti yaitu :
A. Harga pertanggungan dihitung berdasarkan nilai harta benda pada saat
penutupan.
B. Apabila total harga pertanggungan lebih kecil dari pada total nilai harta benda
yang sebenarnya, makan akan terjadi pertanggungan dibawah harga sehingga
penggantian yang diberikan apabila terjadi kerugian akan dihitung secara
prorata (proporsional).
2.2. Studi Penelitian Terdahulu
Studi Penelitian Terdahulu merupakan studi terhadap penelitian-penelitian
yang telah dilakukan terdahulu yang menggunakan metode analisis kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) dan analisis matriks Internal Eksternal
(IE). Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang alternatif strategi pemasaran bagi perusahaan yang
sesuai dengan kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan.
Nurlayla (2005) dalam penelitiannya mengenai strategi pemasaran dengan
judul “Analisis Strategi Pemasaran Asuransi Jiwa Pada PT. Asuransi Jiwasraya”.
Selain adanya keterkaitan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan di PT. Staco Jasapratama, terdapat pula hal-hal yang dapat menjadi
masukan bagi perusahaan. Seperti kita ketahui bahwa keberhasilan suatu
perusahaan salah satunya ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam
rangka meningkatkan wawasan dan kemampuan SDM-nya, PT. Asuransi
Jiwasraya memiliki program pelatihan dan pendidikan (diklat). Pemberdayaan
SDM ditunjang oleh pendidikan dan pelatihan intensif yang dilakukan secara
berkala dan terencana dengan memberikan kesempatan kepada setiap pegawai
untuk belajar dan berlatih. Hal tersebut menjadi bahan referensi bagi penelitian
yang dilakukan di PT. Staco Jasapratama, yaitu apakah perusahaan telah memiliki
program pelatihan dan pendidikan (diklat) dalam rangka memperoleh SDM yang
berkompeten di bidang perasuransian. Karena dengan berbekal SDM yang
berkualitas, pelayanan yang memuaskan pun dapat diberikan kepada para
nasabah.
Pelayanan
yang
memuaskan
tersebut
dapat
menciptakan,
mempertahankan serta membangun loyalitas nasabah yang dapat menguntungkan
perusahaan.
Hasil analisis penelitian tersebut juga menyatakan bahwa PT. Jiwasraya
perlu mengkaji kembali strategi perusahaan terutama strategi pemasaran yang
telah dilakukan dengan mempertimbangkan adanya perubahan yang terjadi baik
pada lingkungan internal, lingkungan eksternal dan lingkungan industri. Hal
tersebut juga menjadi bahan referensi bagi peneliti untuk melihat apakah
perusahaan mampu merespons secara cepat dan positif setiap perubahan yang
terjadi baik di lingkungan internal maupun eksternal perusahaan, sehingga
perusahaan bukan hanya mampu bertahan di industri asuransi properti namun juga
mampu memperluas jangkauan pasar dengan melaksanakan strategi pemasaran
yang tepat dan sesuai.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Handayani (2006) dengan judul
”Analisis Strategi Pemasaran Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Cabang Bogor”. Dari hasil analisis disarankan meskipun saat ini pelayanan jasa
perbankan di Bank BRI cabang Bogor sudah cukup baik, Bank BRI Cabang
Bogor harus tetap terus menerus meningkatkan kualitas pelayanan yang sudah ada
saat ini. Sehingga pelayanan yang diberikan pun akan sesuai dengan
perkembangan dan kondisi masyarakat, serta kebutuhan, keinginan dan tuntutan
masyarakat yang terus berkembang.
Saran yang diberikan kepada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Cabang Bogor tidak jauh berbeda dengan saran yang diberikan kepada PT.
Jiwasraya, yaitu peningkatan pelayanan dalam rangka menciptakan, menjaga, dan
meningkatkan loyalitas nasabah. Hal tersebut menjadi bahan referensi bagi
peneliti untuk melihat apakah perusahaan telah memberikan pelayanan yang
memuaskan terhadap para nasabahnya dan hal-hal apa saja yang telah dilakukan
oleh perusahaan untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan tersebut.
Saran lainnya yang diberikan kepada Bank BRI Cabang Bogor yaitu lebih
meningkatkan dan mengoptimalkan kegiatan promosinya. Hal tersebut menjadi
pertanyaan bagi peneliti apakah perusahaan juga memiliki kelemahan yang sama
yaitu dalam bidang promosi. Promosi sebagai bagian dari bauran pemasaran
(marketing mix) memiliki peranan dan tujuan yang penting, yaitu mencapai target
pasar dan memberikan respon yang positif terhadap permintaan jasa.
Kerangka Pemikiran
Tinjauan teoritis yang telah dipaparkan di atas menjadi dasar pemikiran
bagi peneliti, sehingga terbentuklah bagan kerangka pemikiran yang dapat dilihat
dalam Gambar 5. Penelitian ini dimulai dengan mempelajari visi, misi, dan tujuan
perusahaan. Visi, misi, dan tujuan perusahaan akan diimplementasikan melalui
strategi pemasaran yang akan diciptakan dan dijalankan perusahaan. Untuk
memperoleh stategi pemasaran yang baik dan tepat maka strategi pemasaran
PT. Staco Jasapratama
Lingkungan Perusahaan
Analisis Lingkungan Internal
ƒ
ƒ
Segmentation,
Targetting, Positioning
Marketing mix
Matriks Internal Factor
Evaluation (IFE)
Analisis Lingkungan Eksternal
ƒ
ƒ
Lingkungan jauh
Lingkungan Industri
Matriks External Factor
Evaluation (EFE)
Matriks SWOT dan Matriks IE
Alternatif Strategi Pemasaran
Pengambilan Keputusan Strategi
Pemasaran Terbaik Dengan QSPM
Strategi Pemasaran Terbaik
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian
disesuaikan dengan kondisi lingkungan perusahaan. Kondisi lingkungan yang
dihadapi perusahaan terdiri dari dua macam. Yang pertama adalah lingkungan
internal perusahaan yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Lingkungan ini
menunjukkan kekuatan dan kelemahan perusahaan tersebut. Yang termasuk dalam
lingkungan internal yang akan dijadikan dasar analisis yaitu segmentation,
targetting, dan positioning serta marketing mix yang terdiri dari produk, harga,
distribusi, promosi, orang, proses dan layanan konsumen. Kondisi lingkungan
yang kedua adalah lingkungan eksternal perusahaan yang menunjukkan peluang
dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari luar. Lingkungan eksternal terdiri
dari lingkungan jauh dan lingkungan industri. Tahap selanjutnya adalah
memasukkan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan internal kedalam matriks
IFE dan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan eksternal kedalam matris EFE.
Hasil yang diperoleh dari faktor internal dan eksternal perusahaan dijadikan dasar
untuk kemudian dianalisis dengan matriks SWOT sehingga diperoleh beberapa
alternatif strategi pemasaran. Hasil dari faktor internal dan eksternal perusahaan
juga digunakan dalam analisis matriks IE. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
strategi bisnis yang lebih mendetail. Tahapan yang terakhir yaitu tahap
pengambilan keputusan memilih strategi pemasaran terbaik yang telah dihasilkan
dari perpaduan matriks SWOT dan matriks IE. Alternatif strategi yang memiliki
nilai TAS tertinggi adalah alternatif strategi terbaik yang sesuai dengan kondisi
perusahaan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. Staco Jasapratama yang terletak di Wisma
Tugu Raden Saleh Lt. 3, 4 & 5 Jl. Raden Saleh 44 Jakarta. Pertimbangan bahwa
perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan jasa di bidang asuransi
umum yang dipilih secara sengaja. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan
Mei sampai Juni 2007.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Divisi
Pemasaran, Wakil Kepala Divisi Pemasaran 1, dan Wakil Kepala Divisi
Pemasaran 2. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, data-data yang dimiliki
PT. Staco Jasapratama serta artikel dari website yang terkait dengan penelitian.
3.3. Metode Penarikan Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Responden yang diwawancarai dipilih dari Divisi Pemasaran, yaitu
Kepala Divisi Pemasaran, Wakil Kepala Divisi Pemasaran 1, dan Wakil Kepala
Divisi Pemasaran 2 dengan alasan dianggap mewakili perusahaan serta memiliki
pengetahuan dan wewenang yang terkait dengan penelitian.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dan
pengisian kuisioner oleh Kepala Divisi Pemasaran, Wakil Kepala Divisi
Pemasaran 1, dan Wakil Kepala Divisi Pemasaran 2 dengan alasan dianggap
memiliki pengetahuan dan wewenang mengenai data-data yang terkait dengan
penelitian ini. Selain itu, data juga diperoleh dari studi pustaka, literatur-literatur
perusahaan atau data-data yang dimiliki perusahaan dan artikel dari website yang
terkait dengan penelitian.
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1.Pengolahan Data
Analisis dalam penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi faktor-faktor
lingkungan internal dan eksternal PT. Staco Jasapratama. Data dan informasi yang
diperoleh dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki perusahaan dari lingkungan internal. Demikian pula dengan data
dan informasi yang diperoleh dari lingkungan eksternal diklasifikasikan secara
kualitatif untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.
Sedangkan pengolahan dan analisis secara kuantitatif (termasuk perhitungan)
dengan menggunakan alat bantu komputer melalui program Microsoft Excel.
Data dan informasi lingkungan perusahaan yang diolah dan dianalisis
meliputi lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Data dan informasi
mengenai lingkungan internal meliputi segmentasi, target pasar dan posisi pasar
serta bauran pemasaran. Data dan informasi yang menyangkut lingkungan
eksternal perusahaan mengenai lingkungan jauh dan lingkungan industri.
3.5.2.Analisis Data
Setelah mengolah dan menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan,
kemudian diteruskan dengan perumusan strategi. Perumusan strategi dilakukan
melalui tiga tahapan. Tahap pertama adalah tahap masukan dengan menggunakan
Internal Factor Evaluation (IFE) matriks untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta Eksternal
Factor Evaluation (EFE) matriks untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Tahap kedua
pencocokan dengan menggunakan matriks Internal Eksternal (IE) dan matriks
SWOT. Dari Matriks IE tersebut didapatkan strategi bisnis yang lebih mendetail
dan dari matriks SWOT didapatkan alternatif-alternatif strategi pemasaran yang
sesuai bagi perusahaan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang dihadapi perusahaan. Dan tahap yang terakhir adalah tahap keputusan
dengan menggunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
untuk menentukan dan memilih strategi pemasaran terbaik yang tepat bagi
perusahaan.
IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Industri Asuransi Properti di Indonesia
Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda sebagai
akibat berhasilnya Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan. Pada masa
tersebut perusahaan-perusahaan asuransi yang ada adalah perusahaan-perusahaan
yang didirikan oleh Belanda dan perusahaan-perusahaan yang merupakan kantor
cabang dari perusahaan Belanda, Inggris, dan negara lainnya. Namun pada tahun
1950 berdirilah sebuah perusahaan asuransi umum (dulu dikenal sebagai asuransi
kerugian) nasional yang pertama yaitu NV. Maskapai Asuransi Indonesia yang
kemudian pada tahun 2004 berganti nama menjadi PT. MAI PARK. Pada saat itu,
sebagai perintis perusahaan tersebut harus bersaing dengan perusahaan asuransi
asing yang lebih ungggul baik dalam faktor permodalan maupun pengetahuan
teknis. Kehadiran perusahaan tersebut telah memicu dan memunculkan
keberanian para pengusaha nasional untuk mendirikan perusahaan asuransi umum.
Keberanian ini didukung pula oleh Peraturan Pemerintah bahwa semua barang
impor yang masuk ke Indonesia harus diasuransikan. Peraturan ini dibuat dengan
tujuan menanggulangi pemakaian devisa untuk membayar premi asuransi di luar
negeri. Seiring pesatnya pembangunan di Indonesia, bidang perasuransian pun
mengalami
perkembangan yang pesat. Dalam upaya
menertibkan dan
meningkatkan mutu perasuransian di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan
berbagai kebijakan berupa ketentuan dan perundangan.
Masyarakat Indonesia mengenal dua jenis asuransi, yakni asuransi umum
dan asuransi jiwa. Setiap perusahaan asuransi umum menyediakan berbagai jenis
produk standar (termasuk asuransi properti) dan berbagai produk perluasan
jaminan yang bervariasi di setiap perusahaan. Berdasarkan kapasitas modal,
perusahaan asuransi umum dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu : (1)
perusahaan asuransi umum modal diatas 250 milyar rupiah, (2) perusahaan
asuransi umum modal 100-250 milyar rupiah, (3) perusahaan asuransi umum
modal 50-100 milyar rupiah dan (4) perusahaan asuransi umum dibawah 50
milyar rupiah. PT. Staco Jasapratama masuk dalam kelompok perusahaan asuransi
Tabel 5. Daftar Perusahaan Asuransi Umum dengan Modal di Bawah 50 Milyar
Rupiah dan Tingkat Risk Based Capital (RBC) Pada Tahun 2005-2006
No.
Nama Perusahaan
RBC (%)
2005
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
PT. As. Aiges Indonesia
PT. As. Aioi Indonesia
PT. As. Andika Raharja Putera
PT. As. Artarindo
PT. As. Asoka Mas
PT. As. Bhakti Bhayangkara
PT. As. Bina Griya Upakara
PT. As. Bosowa Periskop
PT. As. Bringin Sejahtera Arthamakmur
PT. As. Chubb
PT. As.Dharma Bangsa
PT. As.Eka Llyod Jaya
PT. As.Fadent Mahkota Sahid
PT. As.Ganesha Danamas
PT. As.Grasia Unisarana
PT. As.Hanjin Korindo
PT. As.Harta Aman Pratama Tbk.
PT. As.Himalaya Pelindung
PT. As.Indrapura
PT. As.Intra Asia
PT. As.Jamindo Gen. Ins.
PT. As.Jaya Inti
PT. As.Karyamas Sentralindo
PT. As.Llyod Indonesia
PT. As.Mitra Maparya
PT. As.Parolamas
PT. As.Prisma Indonesia
PT. As.Puri Asih
PT. As.Purna Arthanugraha
PT. As.Putra Mandiri
PT. As.Raya
PT. As.Samsung Tugu
PT. As.Sarijaya
PT. As.umum Centris
PT. As.Wanamekar Handayani
PT. As.Wuwungan
PT. Arthagraha General Ins.
PT. Asia Reliance Gen Ins.
PT. Aviva Insurance
PT. Batavia Mitratama Ins.
PT. Berdikari Insurance
PT. China insurance Ind.
PT. Citra Int’l Underwriters
PT. Danamon Asuransi
PT. Lig Insurance
PT. Maa General Ins.
PT. Maskapai As. Sonwelis
PT. Pasific Int’l Ind. Ins.
PT. Staco Jasapratama
PT. Tugu Kresna Pratama
Sumber : Majalah Media Asuransi, 2007
2006
254
274
275
1,005
188
213
(468)
135
190
307
243
479
182
1,120
159
189
200
170
403
135
300
970
132
425
245
188
125
(68)
243
190
127
231
133
1,968
2,110
267
141
61
208
314
177
460
262
5,095
152
122
326
508
178
206
207
535
227
1,474
159
305
(461)
141
177
862
189
427
333
(1,075)
393
162
195
333
384
146
258
216
132
117
332
180
126
122
208
166
166
267
136
1,224
178
304
132
147
424
325
81
202
246
12,526
134
120
410
176
180
176
umum dengan modal dibawah 50 milyar rupiah. Dalam Tabel 5 dapat dilihat
daftar perusahaan asuransi umum dan tingkat Risk Based Capital (RBC) tahun
2005-2006 yang dicapai setiap perusahaan yang berada dalam kelompok modal
dibawah 50 milyar rupiah.
Majalah Media Asuransi telah melakukan pemeringkatan terhadap
perusahaan asuansi umum dan asuransi jiwa di Indonesia. Empat kriteria penilaian
yang digunakan dalam penilaian adalah : (1) Harus mempublikasikan laporan
keuangan (balance sheet) di surat kabar paling lambat tanggal 14 Mei 2007, (2)
Harus membukukan laba dalam dua tahun buku terakhir yakni tahun 2005 dan
2006, (3) Harus mendapatkan opini ‘wajar tanpa pengecualian’ dari akuntan
publik yang melakukan audit laporan keuangan tersebut, (4) Harus memiliki rasio
solvabilitas (RBC) minimal 120 persen. Dapat dilihat dalam Tabel 6 sepuluh
perusahaan asuransi umum terbaik dengan modal dibawah 50 milyar rupiah.
Dalam hal ini PT. Staco Jasapratama tidak termasuk dalam kategori sepuluh
peringkat perusahaan asuransi umum terbaik.
Tabel 6. Sepuluh Peringkat Perusahaan Asuransi Umum Dengan Modal di Bawah
50 Milyar Rupiah
Peringkat
Nama Perusahaan
1
PT. As. Bringin Sejahtera Arthamakmur
2
PT. As. Parolamas
3
PT. As. Tugu Kresna Pratama
4
PT. As. Dharma Bangsa
5
PT. As. Himalaya Pelindung
6
PT. As. Fadent Mahkota Sahid
7
PT. As. Karyamas Sentralindo
8
PT. As. Andika Raharja Putera
9
PT. As. Bosowa Periskop
10
PT. As. Asoka Mas
Sumber : Majalah Media Asuransi, 2007
Industri asuransi memberikan kontribusi kepada Produk Domestik Bruto
(PDB) melalui premi bruto. Total premi bruto perusahaan asuransi umum di
Indonesia pada tahun 2005 adalah sebesar Rp 16.440,43 milyar. Penyebaran premi
bruto berdasarkan cabang asuransi umum pada tahun 2005 relatif sama dengan
tahun sebelumnya. Tiga cabang asuransi yang paling dominan di usaha asuransi
umum adalah harta benda/properti (31%), kendaraan bermotor (28%), dan
pengangkutan laut (8%). Dalam Tabel 7 dapat dilihat rasio antara premi bruto dan
PDB Indonesia dari tahun 2001 hingga tahun 2005.
Tabel 7. Rasio Antara Premi Bruto dan PDB Indonesia Dari Tahun 2001 Hingga
Tahun 2005
Premi bruto
Produk Domestik Bruto
Tahun
a/b
Total
Pertumbu
Total
(%)
(%)
han
(a)
(Rp milyar)
(%)
(Rp milyar)
2001
23.448,1
41
1.684.280,5
1,57
2002
30.181,2
29
1.863.274,8
1,87
2003
34.138,5
13
2.036.351,9
1,64
2004
41.403,3
21
2.261.724,5
1,83
2005
45.359,6
10
2.729.708,2
1,66
Sumber : Federation of Indonesian Insurance Associations (FAPI), 2006
Klaim bruto sektor asuransi umum pada tahun 2005 mengalami kenaikan
sebesar 45 persen, dari Rp 4.499,3 milyar pada tahun 2004 naik menjadi Rp
6.517,1 milyar pada tahun 2005. Perkembangan klaim bruto asuransi properti
secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 8. Dapat dilihat bahwa jumlah klaim pada
tahun 2002 sempat mengalami kenaikan, namun pada tahun 2003 hingga tahun
2005 terus mengalami penurunan. Jumlah klaim yang meningkat memberikan
pengaruh negatif bagi pertumbuhan industri asuransi karena dapat mengurangi
perolehan pendapatan dan kapasitas modal perusahaan asuransi.
Tabel 8. Perkembangan Klaim Bruto Asuransi Properti
Tahun
Klaim Bruto (Rp milyar)
2001
1.560,7
2002
2.523,6
2003
2.500,8
2004
1.478,1
2005
2.400,2
Sumber : Federation of Indonesian Insurance Associations (FAPI), 2006
4.2. Gambaran Umum PT. Staco Jasapratama
4.2.1. Sejarah Perkembangan Perusahaan
PT. Staco Jasapratama adalah sebuah perusahaan asuransi umum di
Indonesia yang didirikan pada tanggal 10 Februari 1990 dengan Akte Notaris H.
Asmawel Amin SH, dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dengan surat No. C.2.960.HT.01.01 tahun 1990 tertanggal 26 Februari
1990. Izin usaha telah diberikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia
dengan surat keputusan Nomor : Kep.230/KM.13/1990, tertanggal 5 April 1990.
PT. Staco Jasapratama yang bergerak di bidang asuransi umum didukung
dengan permodalan yang jumlahnya meningkat secara bertahap sejalan dengan
perkembangan usahanya. Diawali dengan jumlah modal dasar sebesar 15 juta
rupiah dan modal disetor sebesar 6 juta rupiah, secara bertahap ditingkatkan
sehingga kini memiliki modal dasar sebesar 50 juta rupiah dan modal disetor
sebesar 15,5 juta rupiah.
Produk-produk yang ditawarkan oleh PT. Staco Jasapratama adalah
asuransi kerusakan mesin, asuransi peralatan elektronik, asuransi pemasangan
mesin, asuransi rekayasa, asuransi kehilangan keuntungan, asuransi properti dan
industri,
asuransi
kebakaran
dan
perluasan
jaminan,
jaminan
akibat
ketidakjujuran, asuransi uang, asuransi kebongkaran, asuransi tanggung gugat,
asuransi tenaga kerja, asuransi kecelakaan diri, asuransi kendaraan bermotor,
asuransi penerbangan, asuransi pengangkutan.
PT. Staco Jasapratama hingga kini sudah memiliki enam kantor cabang
yaitu di Surabaya, Medan, Pekanbaru, Bandung, Semarang dan cabang Syariah
serta tiga kantor Perwakilan di Palembang, Makassar, dan Bali. Untuk
meningkatkan pelayanan, pengembangan jaringan usaha akan dilakukan secara
bertahap. Pemegang saham dan persentase kepemilikannya pada tahun 2007
terdiri dari :
1. Dana Pensiun Bank Mandiri Dua sebesar 33.07 persen
2. Yayasan Kesejahteraan Pensiunan Bank Dagang Negara sebesar 10.0 persen
3. PT. Tugu Pratama Interindo sebesar 13.17 persen
4. Dana Pensiun PERTAMINA sebesar 10.0 persen
5. Dana Pensiun Karyawan JAMSOSTEK sebesar: 7.52 persen
6. Dana Pensiun Karyawan TASPEN sebesar 7.52 persen
7. Dana Pensiun Jasa Raharja sebesar 3.76 persen
8. Dana Pensiun PT. Asuransi Jasa Indonesia sebesar 3.76 persen
9. PT. Quartasonni Puteri sebesar 6.19 persen
10. PT. Asuransi Ramayana, Tbk. sebesar 5.00 persen
Dukungan Reasuransi PT. Staco Jasapratama berasal dari dalam dan luar
negeri. Untuk dalam negeri dukungan berasal dari PT. Tugu Reasuransi Indonesia
(TUGU RE), PT. Reasuransi International Indonesia (REINDO), PT. Maskapai
Reasuransi Indonesia (MAREIN) dan PT. Reasuransi Nasional Indonesia
(NASIONAL RE). Sedangkan dukungan luar negeri berasal dari CIRe,
Hongkong; TOA Reinsurance, Singapore; R+V Re, Singapore; Mitsui Sumitomo
Reinsurance, Labuan; B.E.S.T Re. dan Tugu Insurance Company, Hongkong.
Untuk perusahaan akuntan PT Staco Jasapratama bekerjasama dengan HLB
Hadori & Rekan, Registered Public Accountants.
PT. Staco Jasapratama juga bekerjasama dengan beberapa bengkel
kendaraan bermotor yang akan menjadi bengkel rujukan perbaikan kendaraan
bermotor nasabahnya. Bengkel rekanan PT Staco Jasapratama adalah Thomas
Motor (PT. Berkah Tritunggal), CV. Daya Usaha, dan Diego Motor (PT. Karunia
Agung Service).
4.2.2. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Perusahaan
Visi PT. Staco Jasapratama adalah menjadi perusahaan asuransi umum
yang profesional, inovatif, efisien dan tumbuh seiring dengan kesempatan yang
terbuka serta diperhitungkan dalam industri, sesuai dengan kelasnya. Sedangkan
misi PT. Staco Jasapratama adalah :
1. Menciptakan, mengolah, dan memasarkan jasa asuransi umum yang bermutu
dengan kondisi yang kompetitif.
2. Memberikan pelayanan secara profesional dengan berorientasi pada kepuasan
stakeholders.
Dan nilai-nilai yang dipegang PT. Staco Jasapratama adalah :
1. Orientasi kepada customer dan bisnis
2. Keseimbangan yang dinamis dalam berbagai aspek antara lain kepentingan
stakeholder dan tujuan bisnis, antara kemampuan dan sasaran perusahaan
3. Profesionalisme
4. Inovatif
5. Strategic management dan strategic thinking
6. Efisien dan efektif
4.2.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan akan mempermudah
koordinasi antara karyawan dan pimpinan. Tugas,wewenang, dan tanggung jawab
lainnya akan menjadi lebih jelas, terarah, dan terstruktur dengan adanya struktur
organisasi. Setiap orang yang bekerja dalam perusahaan akan mengetahui kepada
siapa harus bertanggung jawab dan kepada siapa tanggung jawab harus diberikan,
sehingga tidak terjadi kesalahan pendelegasian tugas, wewenang, dan tanggung
jawab.
PT. Staco Jasapratama memiliki struktur organisasi sistematis sehingga
dapat membantu para karyawannya dalam menjalankan pekerjaannya masingmasing. Setiap karyawan dituntut untuk mengetahui dan menguasai bidang
pekerjaannya sesuai dengan divisinya. Berikut ini dipaparkan secara ringkas tugas
dan wewenang beberapa divisi. Untuk mengetahui secara terperinci tugas dan
wewenang dari masing-masing divisi dapat dilihat dalam Lampiran 1.
1. Kepala Divisi Teknik
Ringkasan pekerjaan Kepala Divisi Teknik adalah menyelenggarakan
kegiatan teknik underwriting, merumuskan penata laksanaan dan atau menentukan
kebijakan serta membuat perencanaan mengenai aktivitas Divisi Teknik untuk
tercapainya pendapatan premi dan menekan beban klaim dengan memperhatikan
anggaran yang telah ditetapkan. Wewenangnya adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan, menyetujui/menolak akseptasi penutupan asuransi sesuai
dengan batas wewenang yang ditetapkan.
2. Menyetujui/menolak kerjasama treaty dan atau penawaran fakultatif
rerasuransi sesuai dengan batas wewenang yang ditetapkan.
3. Menyetujui preliminary dan Definite Loss Advice untuk pembayaran klaim
sesuai dengan batas wewenang yang ditetapkan.
4. Menolak preliminary dan Definite Loss Advice untuk pembayaran klaim yang
tidak memenuhi syarat.
5. Mengadakan negosiasi untuk menjajaki kemungkinan kerja sama reasuransi
dengan pihak perusahaan reasuransi dalam dan luar negeri dan broker
reasuransi dalam dan luar negeri.
6. Mengatur sarana dan sumber daya manusia pada Divisi Teknik agar berdaya
guna dan berhasil guna.
7. Menanda tangani cover note, polis, nota memo, dan dokumen dan surat-surat,
fax sejauh yang menyangkut dan berhubungan dengan kegiatan divisi teknik.
8. Memutuskan pemberian ijin cuti bagi karyawan dibawah unit kerjanya.
2. Kepala Divisi Pemasaran
Ringkasan pekerjaan Kepala Divisi Pemasaran adalah merumuskan,
melaksanakan kebijaksanaan di bidang pemasaran dengan tugas utama menangani
kegiatan usaha yang bersumber dari ruang lingkup wilayah dari Group I, Group II,
Group III dan Group IV. Kantor Cabang Surabaya, Kantor Cabang Medan, Kantor
Cabang Semarang, Kantor Cabang Bandung, Kantor Cabang Pekanbaru dan
Kantor Cabang Syariah.
3. Wakil Kepala Divisi Pemasaran Satu
Ringkasan pekerjaan Wakil Kepala Divisi Pemasaran Satu adalah
membantu Kepala Divisi Pemasaran dalam merumuskan, melaksanakan
kebijaksanaan di bidang pemasaran dengan tugas utama menangani kegiatan
usaha yang bersumber dari ruang lingkup wilayah dari Group I dan Group II,
Cabang Semarang, Cabang Bandung dan Cabang Pekanbaru.
4. Wakil Kepala Divisi Pemasaran Dua
Ringkasan pekerjaan Wakil Kepala Divisi Pemasaran Dua adalah
membantu
kepala
divisi
pemasaran
dalam
merumuskan,
melaksanakan
kebijaksanaan di bidang pemasaran dengan tugas utama menangani kegiatan
usaha yang bersumber dari ruang lingkup wilayah dari Group III dan Group IV,
Cabang Semarang, Cabang Bandung dan Cabang Pekanbaru.
5. Kantor Perwakilan Palembang (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kantor Perwakilan Palembang (Pemasaran) adalah
sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Perwakilan Palembang.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
pemasaran dengan wilayah kerja yang telah ditentukan.
Wewenang untuk setiap Kantor Perwakilan adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani memo/surat/dokumen/laporan produksi.
2. Menandatangani polis sesuai batas wewenang yang ditetapkan.
3. Menandatangani pengeluaran cek sesuai batas wewenang yang ditetapkan.
4. Memutuskan menerima/menolak penutupan asuransi sesuai batas wewenang
yang telah ditentukan.
5. Menentukan besarnya discount, overriding commission sesuai batas
wewenang yang ditetapkan.
6. Memutuskan pemakaian kendaraan untuk karyawan di bawah unit kerjanya.
7. Memutuskan pemberian ijin cuti karyawan di bawah unit kerjanya.
6. Kantor Perwakilan Makasar (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kantor Perwakilan Makasar adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Perwakilan Makasar.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
pemasaran dengan wilayah kerja yang telah ditentukan.
7. Kepala Cabang Medan (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Medan adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Cabang Medan.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
pemasaran dengan wilayah kerja yang telah ditentukan.
Wewenang untuk setiap Kepala Cabang adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani memo/surat/dokumen/laporan produksi.
2. Menandatangani polis sesuai batas wewenang yang ditetapkan.
3. pengeluaran cek sesuai batas wewenang yang ditetapkan.
4. Memutuskan menerima/menolak penutupan asuransi sesuai batas wewenang
yang ditetapkan.
5. Menentukan besarnya discount, overriding commission sesuai batas
wewenang yang ditetapkan.
6. Memutuskan pemakaian kendaraan untuk karyawan Kantor Cabang.
7. pemberian izin cuti kayawan Kantor Cabang.
8. Kepala Cabang Bandung (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Bandung adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Cabang Bandung.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
pemasaran dengan wilayah kerja yang telah ditentukan.
9. Kepala Cabang Pekanbaru (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Pekanbaru adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Cabang Pekanbaru.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
pemasaran dengan wilayah kerja yang telah ditentukan.
10. Kepala Cabang Semarang (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Semarang adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Cabang Semarang.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
pemasaran dengan wilayah kerja yang telah ditentukan.
11. Kepala Cabang Surabaya (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Surabaya adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Cabang Surabaya.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
pemasaran dengan wilayah kerja yang telah ditentukan.
12. Kepala Cabang Syariah
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Syariah adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Cabang Syariah.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
pemasaran dengan wilayah kerja yang telah ditentukan.
13. Wakil Kepala Cabang (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Wakil Kepala Cabang adalah membantu kegiatan
pemasaran cabang dan menjaga portofolio premi atau nasabah-nasabah cabang
Pekanbaru. Wewenangnya adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan menerima/menolak penutupan asuransi sesuai batas wewenang
yang telah ditentukan.
2. Memutuskan pemakaian kendaraan untuk karyawan di bawah unit kerjanya.
3. Memutuskan pemberian ijin cuti karyawan di bawah unit kerjanya.
14. Group I
Ringkasan pekerjaan Group I adalah merencanakan, mengkoordinir,
melaksanakan dan memonitor pekerjaan pemasaran Group I dengan wilayah kerja
yang telah ditentukan. Wewenang setiap Group adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani memo/surat/dokumen/laporan produksi.
2. Menandatangani polis ko-asuransi sesuai batas wewenang yang ditetapkan.
3. Menandatangani surat renewel notice untuk setiap Group masing-masing.
4. Memutuskan
menerima/menolak
penutupan
asuransi
sesuai
batasan
wewenang yang telah ditentukan.
5. Memutuskan pemakaian kendaraan untuk karyawan di bawah unit kerjanya.
6. Memutuskan pemberian ijin cuti karyawan di bawah unit kerjanya.
15. Group II
Ringkasan pekerjaan Group II adalah merencanakan, mengkoordinir,
melaksanakan dan memonitor pekerjaan pemasaran group II dengan wilayah kerja
yang telah ditentukan.
16. Group III
Ringkasan pekerjaan Group III adalah merencanakan, mengkoordinir,
melaksanakan dan memonitor pekerjaan pemasaran group III dengan wilayah
kerja yang telah ditentukan.
17. Group IV
Ringkasan pekerjaan Group IV adalah merencanakan, mengkoordinir,
melaksanakan dan memonitor pekerjaan pemasaran group IV dengan wilayah
kerja, menangani bisnis dari Bank BRI, BUMN/BUMD, Bank DKI, Bank
Kesawan, Bukopin, dll.
18. Kepala Seksi Kepegawaian
Ringkasan pekerjaan Kepala Seksi Kepegawaian adalah mengkoordinir
kegiatan di bidang kepegawaian. Wewenangnya adalah sebagai berikut :
1. Memaraf uang kas bon untuk keperluan unit kerja seksi kepegawaian.
2. Menjelaskan kepada karyawan tentang peraturan perusahaan yang berkaitan
dengan peraturan kepegawaian.
3. Menjelaskan kepada karyawan tentang perhitungan gaji dan tunjangan
kesejahteraan.
4. Menyusun jadwal kerja dan target waktu karyawan yang berada di bawah unit
kerjanya.
5. Mengkoordinir dan mendelegasikan pekerjaan karyawan yang berada di
bawah unit kerjanya.
6. Mengusulkan kepada kepala bagian perbaikan kesejahteraan, proses
rekruitmen, keteraturan kepegawaian, efisiensi biaya pegawai.
7. Mengusulkan kepada kepala bagian jenis pemberian hukuman dan
penghargaan untuk karyawan yang memerlukan.
8. Melakukan negosiasi dengan pihak ekstern mengenai pembelian fasilitas
karyawan, seperti pakaian seragam dan medical check up.
9. Memberikan penilaian kinerja karyawan yang berada dibawah unit kerjanya.
10. Memberikan teguran dan penghargaan kepada karyawan yang berada di
bawah unit kerjanya.
11. Memutuskan pemberian ijin cuti bagi karyawan dibawah unit kerjanya.
12. Menjelaskan dan memberikan masukan kepada koperasi karyawan, bank, dsb,
perihal konduite riwayat kelancaran pembayaran pinjaman.
4.2.4. Tenaga Kerja
Jumlah karyawan PT. Staco Jasapratama sebanyak 132 orang. Terdiri dari
karyawan tetap 126 orang, karyawan kontrak 3 orang, dan karyawan honorer 3
orang. Komposisi karyawan berdasarkan latar belakang pendidikan formal adalah
sebagai berikut:
a. Pendidikan formal SMU 6 orang.
b. Pendidikan formal D3 40 orang.
c. Pendidikan formal S1 83 orang.
d. Pendidikan formal S2 3 orang.
e. Pendidikan profesi AAAIK 13 orang.
f.
Pendidikan profesi AAIK 1 orang.
g. Islamic Insurance Syariah (IIS) 1 orang.
4.2.5. Kompensasi
Kompensasi diberikan sebagai bentuk imbalan dari perusahaan atas
tenaga, waktu, dan pikiran yang telah dicurahkan setiap karyawan dalam
menyelesaikan
pekerjaannya.
PT.
Staco
Jasapratama
selalu
berusaha
melaksanakan kewajibannya untuk memberi kompensasi secara teratur kepada
setiap karyawan. Sistem pengupahan yang dipegang perusahaan mengacu pada
Peraturan Pemerintah tentang Upah Minimum Regional (UMR) untuk daerah
Kota Jakarta. Kompensasi (gaji dan upah) diberikan satu bulan sekali sesuai
dengan jabatan masing-masing dan dibayarkan melalui Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) Bank Mandiri. Perusahaan juga memberikan uang lembur bagi karyawan
yang bekerja melebihi standar jam kerja. Untuk karyawan yang bekerja melebihi
jam 7 malam, perusahaan memberikan uang lembur dan uang makan sedangkan
karyawan yang bekerja melebihi jam 9 malam akan diberikan uang lembur, uang
makan dan uang transpor taksi atau diantar oleh supir perusahaan. Namun
perusahaan tidak menyarankan karyawannya untuk lembur. Hal ini disebabkan
status gedung yang dipakai perusahaan adalah sewa, sehingga pemakaian diatas
jam 6 sore harus membayar biaya overtime.
4.2.6. Kesejahteraan karyawan
PT. Staco Jasapratama juga memberikan tunjangan dengan tujuan
mendorong kinerja yang maksimal dari setiap karyawan dan memiliki loyalitas
yang tinggi terhadap perusahaan. Tunjangan yang diberikan antara lain tunjangan
pengobatan, Bantuan Uang Makan Siang (BUMS), Tunjangan Hari Raya (THR),
tunjangan tenaga ahli, tunjangan jabatan.
4.2.7. Fasilitas-fasilitas Perusahaan
Fasilitas pada PT. Staco Jasapratama diberikan kepada karyawan yang
memiliki posisi atau jabatan tertentu. Wakil kepala divisi dan kepala divisi
diberikan fasilitas mobil dinas. Wakil kepala cabang diberikan fasilitas rumah
dinas, mobil dinas dan pulsa. Kepala bagian Divisi Pemasaran dan Teknik
mendapatkan fasilitas berupa pulsa setiap bulannya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Lingkungan Internal PT. Staco Jasapratama
Lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam
perusahaan. Kondisi lingkungan internal perusahaan dianalisis dan hasilnya akan
digunakan dalam proses penyusunan strategi pemasaran asuransi properti PT.
Staco Jasapratama. Hasil analisis terhadap kondisi internal perusahaan berupa
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor yang terkait
dengan lingkungan internal perusahaan meliputi Segmentation, Targetting, dan
Positioning serta Marketing Mix.
5.1.1. Segmentation, Targetting, Positioning Asuransi Properti PT. Staco
Jasapratama
1. Segmentation
Segmentation (segmentasi) merupakan tindakan mengidentifikasi dan
mengelompokkan pasar yang heterogen berdasarkan kriteria-kriteria tertentu,
sehingga dapat memudahkan perusahaan memilih segmen pasar yang dituju.
Pengelompokkan nasabah PT. Staco Jasapratama dilakukan berdasarkan dua
kriteria, yaitu : (a) sumber bisnis dan (b) jenis nasabah.
a. Sumber bisnis
PT. Staco Jasapratama membagi pasarnya berdasarkan sumber bisnis yang
diperoleh. Sumber bisnis perusahaan terdiri dari : (1) bank bisnis dan (2) non bank
bisnis.
1) Bank Bisnis
Bank bisnis maksudnya adalah bisnis yang diperoleh PT. Staco Jasapratama
yang berasal dari Bank Mandiri. Yang menjadi objek dalam bank bisnis antara
lain aset Bank Mandiri (gedung, inventaris kantor, kendaraan), jaminan kredit
(aset yang dijadikan agunan oleh debitur Bank Mandiri), dan lain-lain.
2) Non Bank Bisnis
Non bank bisnis maksudnya adalah bisnis yang diperoleh PT. Staco
Jasapratama yang berasal dari luar Bank Mandiri.
b. Jenis nasabah
Berdasarkan besarnya nilai pertanggungan Nasabah PT. Staco Jasapratama
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu (1) ritel dan (2) korporasi.
1) Ritel
Nasabah dalam kelompok ini memiliki nilai pertanggungan yang relatif lebih
kecil dibanding korporasi. Yang termasuk dalam kelompok ritel adalah
individu (tertanggung secara pribadi mengasuransikan rumah, kendaraan, dan
lain-lain), micro business (nasabah Bank Mandiri yang mengajukan kredit di
bawah 100 juta rupiah), small business (nasabah Bank Mandiri yang
mengajukan kredit antara 100 juta rupiah hingga 2 milyar rupiah) dan
commercial banking center (nasabah Bank Mandiri yang mengajukan kredit
antara 2 milyar rupiah hingga 25 milyar rupiah).
2) Korporasi
Nasabah dalam kelompok ini memiliki nilai pertanggungan yang relatif besar.
Yang termasuk dalam kelompok korporasi adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), perusahaan swasta nasional (non persero), bank dan nasabah Bank
Mandiri yang mengajukan kredit diatas 25 milyar rupiah.
2. Targetting
Targetting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar
yang akan dituju. Berdasarkan segmentasi diatas, yang menjadi target atau pasar
sasaran PT. Staco Jasapratama adalah bank bisnis, yaitu bisnis yang bersumber
dari Bank Mandiri. Pemilihan target didasarkan pada tujuan awal berdiri PT.
Staco Jasapratama sebagai anak perusahaan Bank Mandiri, yaitu melayani
nasabah pada bank bisnis. PT. Staco Jasapratama harus mampu bersaing dengan
perusahaan asuransi lain yang menjadi rekanan Bank Mandiri karena Bank
Mandiri tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Seiring berjalannya waktu,
PT. Staco Jasapratama tidak ingin terus bergantung pada Bank Mandiri. Langkah
yang telah diambil untuk mencapai persentase ideal (50% untuk bank bisnis dan
50% untuk non bank bisnis) menurut perusahaan adalah berusaha mengurangi
persentase perolehan bisnis dari bank bisnis tiap tahunnya. Pada tahun 2006
perbandingan persentase untuk bank bisnis dan non bank bisnis adalah 70 persen
berbanding 30 persen. Dan pada tahun 2007 ditargetkan dapat mencapai 65 persen
untuk bank bisnis dan 35 persen untuk non bank bisnis.
PT. Staco Jasapratama juga memilih pasar sasaran korporasi. Alasan
pemilihan sasaran tersebut karena perolehan premi dari korporasi jumlahnya
sangat besar hingga ada yang mencapai milyaran rupiah. Sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, untuk bisnis yang jumlahnya hingga limit tertentu (disesuaikan
dengan kapasitas modal perusahaan) perusahaan tidak dapat menyimpan sendiri
premi yang jumlahnya sangat besar tersebut, yang kebanyakan diperoleh dari
pasar korporasi. Perusahaan wajib membagikan bisnis tersebut kepada perusahaan
asuransi lain atau perusahaan reasuransi. Dan jika terjadi klaim, maka pembayaran
klaim akan dilakukan oleh PT. Staco Jasapratama beserta perusahaan lain atau
perusahaan reasuransi yang terlibat dalam bisnis tersebut. Bisnis yang terlalu
bergantung pada korporasi memiliki kelemahan, yaitu apabila perusahaan
kehilangan satu nasabah saja maka akan berpengaruh besar terhadap pendapatan
perusahaan yang berasal dari perolehan premi tersebut.
Pasar ritel juga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Perolehan premi
yang didapatkan dari pasar ritel dapat disimpan sendiri oleh perusahaan sehingga
dapat meningkatkan modal perusahaan. Namun yang menjadi kendala adalah
sulitnya untuk mencari pasar ritel. Nilai (premi) pasar ritel juga tidak terlalu besar
dibanding pasar korporasi. Contohnya adalah sebuah polis asuransi korporasi
bernilai 1 milyar rupiah mencerminkan 10.000 polis asuransi ritel. Pada tahun
2007 ini, PT Staco Jasapratama menargetkan bisnisnya 60 persen berasal dari
korporasi dan 40 persen berasal dari ritel, yang pada tahun sebelumnya mencapai
70 persen dan 30 persen. Pada tahun 2005 perusahaan berada dalam kondisi tidak
sehat, dimana persentase untuk pasar korporasi dan ritel masing-masing 80 persen
dan 20 persen. Kondisi ini menggambarkan bisnis perusahaan terlalu bergantung
pada korporasi yang berdampak tidak baik bagi perusahaan. Pasar korporasi dan
pasar ritel memiliki kegunaan masing-masing bagi perusahaan. Bisnis yang
diperoleh dari pasar korporasi digunakan untuk pertumbuhan perusahaan
sedangkan yang diperoleh dari pasar ritel digunakan untuk kekuatan perusahaan.
3. Positioning
Positioning adalah upaya mengkomunikasikan keunggulan produk yang
bersifat khas kepada pasar sasaran, sehingga produk perusahaan memiliki posisi
yang lebih baik dibanding produk pesaing. Dengan latar belakang pemegang
saham mayoritas Bank Mandiri, PT. Staco Jasapratama ingin dikenal sebagai
perusahaan asuransi yang berkualitas dan memberikan pelayanan yang
memuaskan bagi seluruh nasabah pada umumnya dan para nasabah segmen bank
bisnis pada khususnya. Perusahaan memusatkan pelayanan yang memuaskan pada
bank bisnis dikarenakan perusahaan telah memiliki pengalaman menangani bank
bisnis. Mulai dari kepentingan Bank Mandiri yang menyangkut aset-asetnya
sampai dengan nasabah Bank Mandiri. Dari pengalaman tersebut perusahaan
yakin bahwa bank lain juga memiliki kebutuhan yang sama, sehingga perusahaan
berusaha untuk terus membina hubungan baik dengan para pelaku perbankan.
Pelayanan dalam asuransi identik dengan pelayanan terhadap proses klaim.
Semakin cepat pembayaran klaim maka citra dan posisi perusahaan semakin baik
dalam benak nasabah. Perusahaan selalu berusaha agar pembayaran klaim dapat
dilakukan sebelum masa tenggang waktu yang ditetapkan, yaitu 30 hari sejak
persetujuan antara penanggung (perusahaan asuransi) dan tertanggung (nasabah)
tentang besarnya pembayaran klaim.
Pada tahun 2004 dan 2005 PT. Staco Jasapratama telah menerima
penghargaan berupa Trophy Infobank Award atas prestasi kinerja dengan predikat
"sangat bagus" yang diperoleh selama 5 tahun berturut-turut. Penghargaan ini juga
telah membantu perusahaan menciptakan citra dan posisi yang baik di mata
nasabah. Namun PT Staco Jasapratama tidak memiliki motto seperti beberapa
pesaingnya, yang dapat memudahkan masyarakat dan nasabah mengingat
perusahaan.
5.1.2. Marketing Mix
Marketing mix (bauran pemasaran) merupakan variabel-variabel yang
dapat dikendalikan atau dikontrol perusahaan melalui strategi pemasaran untuk
dapat menguasai pasar. Setiap variabel saling terkait dan saling mendukung satu
sama lain. Dengan marketing mix, pihak manajemen dapat mengimbangi bahkan
mengalahkan pesaingnya meskipun pesaing sendiri juga memiliki marketing mix.
Dalam konsep pemasaran jasa, variabel-variabel tersebut adalah : (1) Product, (2)
Price, (3) Place, (4) Promotion, (5) People, (6) Process dan (7) Customer service.
1. Product
Seperti perusahaan asuransi pada umumnya, nasabah dapat meramu
sendiri paket asuransi properti sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Sehingga paket asuransi properti yang dimiliki nasabah yang satu belum tentu
sama dengan yang dimiliki nasabah lainnya. Yang menjadi produk inti adalah
asuransi properti sedangkan produk lainnya merupakan produk tambahan, dalam
istilah perasuransian disebut perluasan jaminan.
Meskipun perolehan premi terbesar berasal dari produk asuransi properti
dan kebakaran, PT. Staco Jasapratama tidak pernah mengunggulkan kedua produk
asuransi tersebut. Perolehan premi yang tinggi pada produk asuransi properti
dikarenakan sumber bisnis terbesar perusahaan masih didominasi oleh bank bisnis
(Bank Mandiri). Nasabah Bank Mandiri yang mengajukan kredit (debitur)
diwajibkan memberikan agunan sebagai jaminan uang yang dipinjam akan
kembali. Setiap agunan yang dijaminkan wajib diasuransikan dan pada umumnya
80 persen nasabah menjaminkan harta benda (properti) yang dimilikinya. Hal
inilah yang menyebabkan produk asuransi properti sebagai salah satu kontributor
perolehan premi terbesar bagi perusahaan.
2. Price
Harga
merupakan
satu-satunya
unsur
bauran
pemasaran
yang
menghasilkan pemasukan bagi perusahaan, oleh karena itu dalam penetapannya
perusahaan harus memperhitungkan dengan seksama sehingga tujuan utama
perusahaan dapat tercapai, yaitu memaksimalkan laba sebesar-besarnya. Dalam
industri asuransi, harga dinyatakan dengan besarnya premi. Kebebasan nasabah
meramu sendiri paket asuransi propertinya membuat besar harga premi yang harus
dibayar setiap nasabah berbeda satu dengan yang lainnya. Semakin kompleks,
harga premi semakin tinggi.
Harga premi untuk asuransi properti dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
internal dan eksternal perusahaan. Yang termasuk faktor internal antara lain
okupasi (penggunaan), loss ratio, biaya administrasi, biaya excess of loss, margin
dan sejumlah analisa lainnya yang ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi harga premi adalah broker (pialang). Untuk segmen
non bank bisnis, PT. Staco Jasapratama cukup banyak mendapat bisnis dari
broker. Setiap bisnis yang diperoleh, perusahaan memberikan komisi kepada
broker sekitar 15 hingga 20 persen dari keuntungan yang didapatkan.
Asuransi properti tidak menerapkan aturan minimal premi seperti halnya
asuransi jiwa. Premi yang telah disepakati antara perusahaan dan nasabah dengan
rate tertentu dibayar hanya satu kali dengan masa berlaku tertentu. Apabila jangka
waktu perjanjian telah berakhir dan tidak ada klaim, maka premi yang dibayarkan
hilang. Nasabah dapat melanjutkan kembali mengasuransikan harta bendanya
melalui perpanjangan polis. Penurunan harga premi dapat terjadi apabila selama 5
tahun berturut-turut nasabah tidak pernah mengajukan klaim, nasabah lancar
membayar premi, dan kondisi aset yang diasuransikan dirawat dengan baik.
Harga dalam asuransi bersifat tidak baku (fleksibel). Hal ini pun berlaku
untuk korporasi dan ritel. Perbedaan premi disebabkan kecenderungan paket
asuransi properti korporasi lebih kompleks dibanding ritel yang bersifat standar.
Potongan harga (discount) pada asuransi properti sifatnya negosiasi.
Perusahaan memberikan diskon kepada nasabah tergantung loss rationya. Loss
ratio adalah pengalaman klaim selama tiga tahun belakangan. Semakin tinggi loss
ratio semakin sulit perusahaan memberikan diskon.
Peristiwa perang tarif yang terjadi pada asuransi properti sejak tahun 2004
hingga kini mempengaruhi harga premi yang ditawarkan. Perusahaan-perusahaan
asuransi bersaing dengan melakukan penurunan harga dengan tujuan untuk
memperoleh
nasabah.
Sepanjang
harga
premi
yang
berlaku
masih
menguntungkan, PT. Staco Jasapratama ikut dalam perang tarif. Namun apabila
harga premi dianggap tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan maka
perusahaan memutuskan untuk tidak ikut dalam perang tarif tersebut.
3. Place
Distribusi merupakan kegiatan yang bertujuan menyampaikan produk
yang dihasilkan agar sampai ke tangan konsumen. Asuransi properti
didistribusikan secara direct dan indirect. Yang disebut direct adalah perusahaan
langsung memasarkan asuransi properti kepada nasabah sedangkan yang disebut
indirect adalah perusahaan menggunakan perantara. Saluran distribusi yang
digunakan adalah broker (pialang). Namun tidak seperti kebanyakan perusahaan
asuransi, baik asuransi jiwa maupun asuransi umum, PT. Staco Jasapratama
belum memiliki agen sendiri. Perbedaan antara agen dan broker adalah broker
hadir mewakili kepentingan nasabah sedangkan agen mewakili kepentingan
perusahaan. Jalur distribusi pun lebih luas apabila perusahaan memiliki agen
sendiri.
4. Promotion
Promosi merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menarik
konsumen agar membeli dan mengkonsumsi produk yang dihasilkan. Promosi
yang telah dilakukan oleh PT. Staco Jasapratama antara lain :
a. Ikut terlibat dalam setiap kegiatan atau event yang diadakan Bank Mandiri.
b. Sponsorship dalam berbagai seminar yang berhubungan dengan asuransi.
c. Bakti sosial, antara lain mengundang dan menyantuni anak yatim piatu dalam
rangka memperingati hari keagamaan, mengadakan acara donor darah dalam
rangka memperingati hari ulang tahun perusahaan, dan lain-lain.
d. Promosi internal, dilakukan dengan membekali setiap karyawan pemasaran
dengan company profile, brosur, dan leaflet.
e. Menjalin hubungan baik dengan para nasabah guna menciptakan pertemanan
dan loyalitas. Contohnya adalah mengunjungi nasabah secara rutin.
Perusahaan
belum
menggunakan
iklan
sebagai
media
dalam
mempromosikan asuransi properti, baik media cetak maupun elektronik. Padahal
penggunaan iklan sebagai media dalam kegiatan promosi memiliki pengaruh yang
besar dan sudah banyak pesaing yang telah menggunakannya. Perusahaan juga
belum memiliki divisi yang khusus menangani promosi. Hingga saat ini promosi
masih dibawahi oleh divisi administrasi dan umum. Anggaran dana untuk
kegiatan promosi pun masih sangat terbatas.
5. People
People diartikan sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) atau karyawan
perusahaan. Setiap karyawan harus memiliki pengetahuan yang baik tentang
perusahaan dan produk yang dihasilkan, sehingga nasabah memperoleh informasi
dan masukan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Jumlah karyawan PT. Staco
Jasapratama sebanyak 132 orang. Terdiri dari karyawan tetap 126 orang,
karyawan kontrak 3 orang, dan karyawan honorer 3 orang. Komposisi karyawan
berdasarkan latar belakang pendidikan formal adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan formal SMU 6 orang
b. Pendidikan formal D3 40 orang
c. Pendidikan formal S1 83 orang
d. Pendidikan formal S2 3 orang
e. Pendidikan profesi AAAIK 13 orang
f. Pendidikan profesi AAIK 1 orang
g. Islamic Insurance Syariah (IIS) 1 orang
Lama bekerja karyawan rata-rata adalah 10 tahun. Dengan modal rata-rata
karyawan berpendidikan S1, perusahaan berusaha meningkatkan kualitas
karyawannya dengan melakukan pelatihan dan pengembangan karir. Pelatihan dan
pengembangan yang telah dilakukan antara lain in house training di bidang
pekerjaan masing-masing, pendidikan informal (kursus) yang berhubungan
dengan ilmu asuransi maupun ilmu lain yang masih terkait seperti bahasa Inggris.
Namun berbagai program pelatihan dan pendidikan (diklat) ini belum terstruktur
secara tertulis dan terinci. Divisi personalia bekerjasama dengan unit-unit kerja
mempertimbangkan dan memutuskan karyawan yang berhak mendapatkan
pelatihan dan pengembangan karir atau dengan kata lain karyawan tidak dapat
mengajukan diri untuk terlibat atau ikut dalam pelatihan dan pengembangan karir.
Setelah diputuskan siapa yang berhak, perusahaan menawarkan kepada yang
bersangkutan.
Evaluasi kinerja untuk karyawan tetap dilakukan setiap setahun sekali dan
untuk karyawan kontrak dilaksanakan sesuai dengan perjanjian yang tertera dalam
kontrak. Apabila karyawan tetap menunjukkan kinerja dan prestasi yang baik
maka karyawan tersebut berhak direkomendasikan untuk naik pangkat/jabatan dan
untuk karyawan kontrak dapat diangkat menjadi karyawan tetap.
6. Process
Process meliputi permintaan penutupan asuransi, penerbitan polis,
pembayaran premi, penyelesaian klaim dan perpanjangan polis apabila nasabah
tetap ingin mengasuransikan harta benda atau asetnya. Prosedur atau tahapan
dalam penerimaan dan persetujuan permohonan untuk simple risk dalam asuransi
properti sebagai berikut :
a. Nasabah mengisi formulir yang memuat data-data pribadi dan obyek yang
ditutup yang nantinya akan tercantum dalam polis.
b. Divisi Pemasaran mendistribusikan formulir tersebut ke Divisi Teknik
(underwriting).
c. Apabila Divisi Teknik menyatakan setuju untuk menutup aset tersebut maka
terbitlah polis, dan sebaliknya.
d. Polis diantar ke nasabah oleh divisi pemasaran.
Apabila dianggap perlu melakukan survey maka akan dilakukan oleh
Divisi Pemasaran. Survey wajib dilakukan untuk nasabah industrial (survey on the
spot). Pada survey tersebut akan dilihat antara lain tentang :
a. Penggunaan bangunan/tempat barang yang akan diasuransikan.
b. Jenis barang yang akan diasuransikan.
c. Konstruksi bangunan.
d. Alat pengaman/pemadam kebakaran.
e. Harga pertanggungan masing-masing barang yang diasuransikan.
f. Keadaan sekeliling masing-masing bangunan.
Prosedur penerimaan dan identifikasi klaim adalah sebagai berikut :
a. Nasabah melapor kepada perusahaan minimal 2x24 jam.
b. Pihak asuransi melakukan survey.
c. Nasabah melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan seperti polis, surat
keterangan atau berita acara dari keamanan atau kepolisian setempat, dan
dokumen-dokumen lain yang disesuaikan dengan jenis aset yang ditutup.
d. Divisi Teknik mengecek segala kelengkapan dokumen dan memprosesnya
serta melakukan penilaian terhadap besarnya klaim yang akan dibayarkan.
e. Setelah nasabah sepakat dengan besarnya klaim maka paling lambat 30 hari
sejak hari kesepakatan klaim harus cair.
Dukungan perusahaan reasuransi sangatlah penting bagi PT. Staco
Jasapratama. Perusahaan reasuransi yang dipilih menjadi leader adalah
perusahaan reasuransi luar negeri. Kaitannya dengan proses klaim adalah ketika
perusahaan mengalami kesulitan membayar klaim yang jumlahnya sangat besar.
Perusahaan dapat mengandalkan perusahaan reasuransi luar negeri yang memiliki
keunggulan dalam kapasitas modal sehingga proses pembayaran klaim tidak
berlarut.
Pada polis tertera jangka waktu yang diberikan perusahaan kepada nasabah
untuk segera melaksanakan kewajibannya membayar premi. Apabila nasabah
tidak melaksanakan kewajiban tersebut maka perusahaan tidak segan-segan
membatalkan polis secara sepihak sesuai dengan aturan yang berlaku.
7. Customer Service
Pada industri jasa, customer service menjadi hal yang sangat penting
karena akan mempengaruhi loyalitas nasabah. Pelayanan dalam industri asuransi
identik dengan pelayanan proses klaim. Seringkali proses pencairan klaim dirasa
berbelit dan bahkan seperti mempersulit nasabah, sehingga muncul kekecewaan
dan rasa tidak puas. Apabila hal ini sudah terjadi maka akan memberikan dampak
buruk bagi perusahaan. Nasabah yang kecewa tersebut akan menceritakan
pengalamannya kepada orang lain yang secara kebetulan sedang mencari
perusahaan asuransi untuk mengasuransikan harta bendanya.
Pelayanan yang diberikan PT. Staco Jasapratama antara lain :
a. Seperti pada umumnya industri asuransi properti, nasabah diberikan
kebebasan meramu sendiri paket asuransi yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya.
b. Untuk memudahkan nasabah memperoleh informasi yang dibutuhkannya
maka disediakan website dan layanan telpon selama jam kerja.
c. Pelayanan proses klaim yang singkat
PT. Staco Jasapratama selalu berusaha dengan cepat memberikan
tanggapan dan bantuan apabila nasabah mempunyai keluhan atau mengalami
kesulitan. Nasabah akan dilayani dengan sebaik mungkin sehingga loyalitas
nasabah tetap terjaga.
5.2. Kondisi Lingkungan Eksternal PT. Staco Jasapratama
Lingkungan eksternal merupakan aspek-aspek yang ada di luar
perusahaan. Kondisi lingkungan eksternal perusahaan dianalisis dan hasilnya akan
digunakan dalam proses penyusunan strategi pemasaran asuransi properti PT.
Staco Jasapratama. Hasil analisis terhadap kondisi eksternal perusahaan berupa
peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Faktor-faktor yang terkait
dengan lingkungan eksternal perusahaan meliputi lingkungan jauh dan lingkungan
industri.
5.2.1. Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan
pemasaran PT. Staco Jasapratama. Faktor lingkungan jauh yang memiliki
pengaruh terhadap kegiatan pemasaran perusahaan adalah : (1) politik dan hukum,
(2) ekonomi, (3) sosial dan (4) teknologi.
1. Politik dan Hukum
Kondisi politik dan hukum suatu negara akan mempengaruhi kebijakan
suatu perusahaan. Kondisi politik yang stabil dapat memberikan pengaruh yang
positif bagi perusahaan sedangkan kondisi politik yang tidak stabil dapat
memberikan pengaruh yang negatif bagi perusahaan, bahkan mampu mematikan
bisnis. Sebagai contoh kondisi politik yang tidak stabil di Indonesia pada tahun
1997. Ketidakstabilan politik dan keamanan telah memaksa banyak kegiatan
bisnis berhenti beroperasi karena mengalami kebangkrutan. Butuh waktu yang
lama untuk memulihkan kondisi politik dan mengembalikan kepercayaan investor
asing untuk berbisnis dan menanamkan modalnya di Indonesia. Namun seiring
berjalannya waktu kondisi politik di Indonesia mulai membaik walaupun belum
stabil benar.
Tingkat risiko yang tinggi akibat kondisi politik yang belum stabil
menyebabkan para pelaku bisnis dan investor merasa ragu untuk memulai atau
mempertahankan bisnisnya. Apabila para pelaku bisnis tersebut memutuskan
untuk menghentikan kegiatan bisnisnya maka peluang perusahaan untuk
memperoleh bisnis semakin kecil.
Kepedulian pemerintah terhadap industri asuransi properti masih kurang.
Hal ini terbukti dengan adanya peristiwa perang tarif sejak tahun 2004 pada
asuransi properti dan asuransi kendaraan bermotor. Asosiasi Asuransi Umum
(AAUI) telah menyuarakan hal ini kepada pemerintah dan KPPU untuk segera
mengambil tindakan. Namun nampaknya pemerintah sebagai regulator belum
serius membantu menyelesaikan peristiwa tersebut, terlihat belum adanya tindak
lanjut yang tegas dari pemerintah.
Namun usaha pemerintah untuk menciptakan keterbukaan terlihat dari
adanya peraturan kepada setiap perusahaan asuransi baik asuransi umum maupun
jiwa untuk menampilkan profil serta laporan keuangan yang dipublikasikan lewat
surat kabar. Dari laporan keuangan tersebut maka masyarakat dapat melihat
kualitas setiap perusahaan asuransi dari segi keuangan.
Pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai kesehatan keuangan
perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia yang tertuang dalam Keputusan
Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003 dalam pasal 2 ayat 1 yang berbunyi :
”Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi
tingkat solvabilitas paling sedikit 120 persen dari risiko kerugian yang mungkin
timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.”
Tingkat solvabilitas dalam asuransi lebih dikenal sebagai Risk Based Capital
(RBC). RBC yang mengalami peningkatan merupakan bentuk penyesuaian
kekuatan perusahaan asuransi dengan keadaan perekonomian Indonesia yang
membaik. RBC pada tahun 2002 sebesar 75 persen kemudian pada tahun 2003
meningkat menjadi 100 persen. Pada tahun 2004 hingga tahun 2007 RBC sebesar
120 persen.
PT. Staco Jasapratama sejak berdiri hingga tahun 2006 selalu melampui
tingkat RBC yang telah ditetapkan pemerintah. Pada tahun 2005 RBC PT. Staco
Jasapratama mencapai 180 persen dan pada tahun 2006 mengalami penurunan
sebesar 2 persen dari tahun sebelumnya yaitu 178 persen. Bagi PT. Staco
Jasapratama peningkatan RBC tidak dirasakan memberatkan perusahaan karena
setiap tiga bulan sekali Departemen Keuangan akan mengontrol kinerja
perusahaan asuransi melalui evaluasi. Hasil evaluasi akan membantu perusahaan
memperbaiki dan meningkatkan kinerja keuangannya. Namun RBC dapat menjadi
ancaman bagi perusahaan apabila peningkatannya terlalu tinggi atau perusahaan
dalam kondisi tidak sehat (penurunan kinerja).
2. Ekonomi
Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kebijakan
perusahaan. Pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan pertumbuhan
asuransi. Dalam Tabel 9 dapat dilihat pertumbuhan asuransi umum (43
perusahaan) di Indonesia. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi
umum di Indonesia mengalami pertumbuhan pada tahun 2006 dibanding tahun
sebelumnya. Klaim bruto pada tahun 2006 mengalami penurunan dibanding tahun
2005, hal ini mengindikasikan bahwa jumlah klaim yang diajukan nasabah
berkurang dan kondisi ini justru baik bagi industri asuransi umum. Sedangkan
variabel lainnya mengalami peningkatan pada tahun 2006 dibanding tahun 2005.
Tabel 9. Pertumbuhan Asuransi Umum per Desember 2005-2006
No
Keterangan
2005
2006
Pertumbuhan
(Rp juta)
(Rp juta)
(%)
1 Aset
21,223,931
23,741,332
11,86
2 Modal disetor
3,867,347
4,501,73
16,41
3 Modal sendiri
11,734,748
13,679,653
16,57
4 Premi bruto
15,026,497
15,497,757
3,14
5 Premi neto
6,547,138
7,241,303
10,60
6 Cadangan tekn
4,547,882
4,586,086
0,84
7 Investasi
14,113,851
16,220,539
14,93
8 Non investasi
7,088,400
7,519,396
6,08
9 Hasil investasi
880,185
1,296,704
47,32
10 Klaim bruto
7,027,380
7,007,556
(0,28)
11 Kewajiban
9,389,190
10,019,742
6,72
12 Jumlah beban
2,343,884
2,542,732
8,48
13 Laba
1,427,414
1,537,009
7,68
Sumber : Majalah Media Asuransi, 2007
Kondisi makro ekonomi Indonesia yang stabil membuat iklim bisnis di
Indonesia cukup mengalami perkembangan yang baik, termasuk PT. Staco
Jasapratama. Variabel ekonomi yang mempengaruhi kebijakan perusahaan adalah
suku bunga kredit, suku bunga Bank Indonesia, inflasi, Produk Domestik Bruto
(PDB), kurs Dollar dan kredit macet. Suku bunga kredit yang tinggi menyebabkan
nasabah harus membayar bunga yang tinggi atas pinjaman dana yang
diperolehnya dari bank. Pembayaran bunga yang tinggi tersebut membuat nasabah
mengenyampingkan kewajibannya membayar premi. Premi yang tidak tertagih
(out standing premi) tentunya akan merugikan perusahaan. Kondisi sebaliknya
dapat terjadi ketika suku bunga kredit mengalami penurunan seperti pada tahun
2007 ini.
Tingkat suku bunga merupakan landasan atau ukuran bagi layak atau tidak
layaknya suatu usaha atau investasi. Tingkat suku bunga juga merupakan
indikator penentuan tingkat pengembalian modal atas risiko yang ditanggung oleh
pemilik modal di pasar keuangan dan pasar modal. Suku bunga Bank Indonesia
berada pada tingkat 8,50 persen pada periode pertengahan Juni hingga awal Juli
2007 dan mengalami penurunan pada periode pertengahan hingga awal Agustus
2007 menjadi 8,25 persen. Tingkat suku bunga yang rendah akan mendorong
pertumbuhan ekonomi di sektor riil ke arah yang lebih baik.
Inflasi secara langsung mempengaruhi kinerja (tingkat laba) perusahaan di
sektor riil. Kenaikan inflasi dalam suatu periode dapat meningkatkan biaya
produksi sehingga laba perusahaan di sektor riil menjadi berkurang. Daya beli
masyarakat pun melemah akibat kenaikan inflasi, apalagi didukung bahwa
asuransi properti bukan merupakan salah satu kebutuhan pokok. Laju inflasi juga
mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam rencana target penjualan tahun
berikutnya. Dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa mulai akhir tahun 2006 hingga
pertengahan 2007 laju inflasi mengalami penurunan yang cukup besar dan hal ini
memberikan pengaruh yang positif bagi perusahaan.
Tabel 10. Tingkat Inflasi di Indonesia
Bulan/2006
Tingkat Inflasi (%)
Agustus
14.90
September
14.55
Oktober
6.29
November
5.27
Desember
6.60
Sumber : Bank Indonesia, 2007
Bulan/2007
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Tingkat Inflasi (%)
6.26
6.30
6.52
6.29
6.01
Industri asuransi umum termasuk asuransi properti memberikan kontribusi
kepada Produk Domestik Bruto (PDB) melalui premi bruto. Perkembangan premi
bruto asuransi properti secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 11. Dalam tabel
tersebut dapat terlihat bahwa premi bruto sejak tahun 2001 terus mengalami
peningkatan hingga tahun 2004, namun pada tahun 2005 premi bruto mengalami
penurunan.
Tabel 11. Perkembangan Premi Bruto Asuransi Properti
Tahun
Premi Bruto (Rp milyar)
2001
3.512,3
2002
4.797,6
2003
4.935,8
2004
5.766,8
2005
5.410,4
Sumber : Federation of Indonesian Insurance Associations (FAPI), 2006
Kurs Dollar berpengaruh terhadap perusahaan disebabkan oleh dua hal.
Yang pertama adalah perusahaan menggunakan perusahaan reasuransi luar negeri
sebagai reasuradurnya. Apabila nilai tukar Dollar terhadap Rupiah mengalami
peningkatan (Rupiah melemah) maka perusahaan harus membayar lebih mahal
kepada reasuradur. Dan hal yang kedua karena banyak nasabah perusahaan yang
membayar premi dengan menggunakan Dollar. Perusahaan dapat merugi apabila
nasabah membayar premi ketika nilai tukar Dollar terhadap Rupiah mengalami
penurunan (Rupiah menguat). Kurs jual Dollar terhadap Rupiah dapat dilihat
dalam Tabel 12.
Tabel 12. Kurs jual Dollar Terhadap Rupiah
Akhir
Nilai Jual
Akhir
Bulan/2006
(USD/RP)
Bulan/2007
Agustus
9.600
Januari
September
9.735
Februari
Oktober
9.610
Maret
November
9.665
April
Desember
9.520
Mei
Sumber : Bank Indonesia, 2007
Nilai Jual
(USD/RP)
9.590
9.660
9.618
9.583
9.328
Kredit macet juga menjadi hal yang dapat mempengaruhi kebijakan
perusahaan. Nasabah yang tidak mampu membayar dana pinjaman yang diperoleh
dari Bank Mandiri otomatis juga mengalami kesulitan membayar premi. Kesulitan
dana yang dihadapi mengakibatkan nasabah tersebut akan mendahulukan
kewajibannya membayar kredit dibanding premi. Kondisi ini akan merugikan
perusahaan karena premi tak tertagih (out standing premi) akan semakin
meningkat.
3. Sosial
Masyarakat tradisional yang menganut sistem gotong-royong menjadi
sinyal bahwa asuransi properti belum menjadi alternatif pilihan terbaik bagi
mereka apabila terjadi musibah. Mereka terbiasa mengumpulkan dana dari warga
sekitar atau bahkan seluruh warga Indonesia dan membagikannya kepada warga
yang terkena musibah.
Dalam sepuluh tahun terakhir ini, pertumbuhan asuransi lebih pesat
dibanding pertumbuhan pada periode 1980-1990an. Hal ini merupakan indikasi
bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk berasuransi semakin tinggi. Keputusan
perusahaan asuransi umum memperluas pasarnya dengan mendirikan kantor
cabang dan perwakilan di berbagai daerah juga menjadi indikasi bahwa
perusahaan asuransi menangkap peluang yang besar akibat meningkatnya
kesadaran masyarakat untuk berasuransi. Kasus-kasus asuransi yang diajukan ke
pengadilan pun semakin bertambah, dan hal ini mencerminkan tingkat kesadaran
hukum masyarakat semakin tinggi terutama terhadap hak-haknya.
Telah
berkembang
anggapan
dalam
masyarakat
bahwa
asuransi
merupakan gaya hidup (life style) kalangan ekonomi menengah keatas. Asuransi
sesungguhnya bukanlah gaya hidup namun suatu kebutuhan keamanan. Asalkan
memiliki insurance minded (tanpa memperhatikan kelas ekonomi ataupun tingkat
pendidikan) maka orang tersebut akan berusaha mengalokasikan dana untuk
mengasuransikan harta bendanya.
Tingginya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap asuransi membuat
mereka lebih selektif dalam memilih perusahaan asuransi umum yang
menyediakan produk asuransi properti. Perusahaan yang mampu menyediakan
kebutuhan dan keinginan serta memuaskan nasabah akan menjadi alternatif
pilihan terbaik. Oleh karena itu perusahaan harus peka dan mampu merespon
secara positif apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, dan kepuasan para
nasabahnya.
Bencana seperti banjir, gempa bumi, kerusuhan dan kebakaran yang terjadi
beberapa tahun belakangan ini di sejumlah daerah di Indonesia membuka peluang
yang besar bagi perusahaan asuransi untuk meningkatkan volume produksinya,
baik asuransi jiwa maupun asuransi umum. Bencana yang datang dengan tiba-tiba
dan mampu menghabiskan harta benda serta nyawa dengan sekejap membuat
banyak orang ketakutan jika sewaktu-waktu bencana datang menimpa mereka.
Namun pada kenyataannya peningkatan permintaan asuransi properti tidak terlalu
signifikan dibanding asuransi jiwa. Peningkatan terbesar terjadi di daerah
perkotaan sedangkan di daerah terpencil peningkatannya sangatlah kecil. Hal ini
dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat mengantisipasi risiko bencana
(katastropik) dan masih banyak masyarakat tradisional lebih memilih bersikap
pasrah daripada memproteksi harta bendanya dengan asuransi. Oleh karena itu,
pemerintah, asosiasi, dan perusahaan-perusahaan asuransi mempunyai tugas untuk
bersama-sama bergotong-royong mengkampanyekan pentingnya asuransi properti
kepada seluruh masyarakat dari berbagai kalangan.
4. Teknologi
Pesatnya perkembangan teknologi telah membuat perubahan ke arah
kemajuan. Jarak tidak lagi menjadi masalah karena teknologi informasi mampu
menjangkaunya hingga belahan dunia manapun dalam waktu yang sangat singkat
bahkan tidak ada perbedaan waktu (on-line). Internet hadir membuat dunia
menjadi tanpa batas. Bagi dunia asuransi, teknologi berperan sangat penting
karena dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan kepada
nasabahnya.
Bagi PT. Staco Jasapratama kemajuan teknologi dan informasi
memberikan manfaat yang sangat besar, yaitu mempermudah koordinasi seluruh
divisi di kantor pusat, kantor cabang, dan kantor perwakilan yang tersebar di
seluruh Indonesia. Walaupun sifatnya tidak real time (pada saat yang bersamaan)
namun komputer sudah terintegrasi dengan baik. Teknologi komputer juga
mempermudah dan mempercepat karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Dokumen, surat, dan informasi dapat dikirim melalui email hanya dalam beberapa
detik. Masyarakat juga dipermudah dengan semakin canggihnya teknologi.
Walaupun website perusahaan belum on-line namun masyarakat dapat
mengunjungi website perusahaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Kemajuan teknologi menjadi peluang besar bagi perusahaan apabila dimanfaatkan
dengan baik guna memenuhi kebutuhan nasabah dan menghadapi persaingan yang
semakin ketat.
5.2.2. Lingkungan Industri
1. Ancaman Masuk Pendatang Baru
Masuknya pendatang baru dalam industri asuransi properti dapat
memperburuk situasi persaingan yang kini sudah sangat ketat. Hambatanhambatan masuk dalam industri asuransi umum telah membuat jumlah perusahaan
asuransi umum (yang menyediakan produk asuransi properti) tidak mengalami
peningkatan, bahkan mengalami penurunan. Hambatan-hambatan tersebut adalah :
a. Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 yang menetapkan persyaratan
modal disetor minimal untuk perusahaan yang baru sebesar 100 milyar rupiah
untuk perusahaan asuransi dan 200 milyar untuk perusahaan reasuransi. Oleh
karena itu yang sering terjadi adalah pengambilalihan (akusisi atau merger)
perusahaan yang tidak sehat oleh perusahaan yang kuat dari segi finansial.
b. Tingkat persaingan di industri asuransi properti yang sudah sangat ketat.
Kemungkinan pendatang baru mendapatkan pangsa pasar apalagi merebut
sangatlah kecil karena sudah terlalu banyak ’pemain’ dalam industri ini.
c. Rasio kecukupan modal yang setiap tiga bulan sekali dievaluasi oleh
Departemen Keuangan. Setiap perusahaan asuransi umum harus mampu
memenuhi tingkat rasio yang telah ditetapkan oleh pemerintah supaya mampu
bertahan di industri tersebut.
d. Persyaratan jumlah tenaga ahli yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan
asuransi umum. Untuk kantor pusat ditetapkan minimal delapan orang
sedangkan untuk kantor cabang minimal satu orang.
e. Bagi perusahaan patungan (joint venture) berlaku Peraturan Pemerintah (PP)
No. 73 Tahun 1992 tentang modal setor minimal perusahaan patungan sebesar
15 milyar rupiah yang lebih besar dibanding perusahaan asuransi lokal.
2. Persaingan Sesama Perusahaan Dalam Industri
Terlalu banyaknya jumlah perusahaan asuransi umum (yang menyediakan
produk asuransi properti) membuat tingkat persaingan dalam industri ini sangat
ketat. Perebutan ceruk pasar yang kecil membuat industri asuransi properti
memaksa terjadi perang tarif. Peristiwa perang tarif adalah suatu kondisi dimana
perusahaan asuransi saling bersaing dan berebut mendapatkan pasar dengan
melakukan penurunan harga premi. Perusahaan yang menawarkan premi terendah
akan menjadi alternatif terbaik bagi nasabah. Pada jangka pendek tampaknya
menguntungkan nasabah tetapi pada jangka menengah dan panjang perusahaan
asuransi menghadapi situasi yang sulit pada saat klaim terjadi. Dana-dana premi
tidak mencukupi untuk mengatasi klaim-klaim terutama klaim industrial. Pada
akhirnya nasabah harus menerima proses penyelesaian klaim yang berlarut-larut
atau bahkan perusahaan mencoba mengelak untuk membayar klaim dengan dalih
seolah-olah kejadian atau peristiwa yang telah terjadi tidak pas untuk dibayar
klaimnya.
Berbagai upaya telah dilakukan perusahaan patungan untuk menarik minat
nasabah di pasar lokal Indonesia. Beberapa perusahaan patungan bahkan telah
membuka cabang asuransi syariah untuk melayani kebutuhan nasabahnya. Namun
upaya tersebut belum berhasil mendongkrak pangsa pasarnya dan menggeser
asuransi lokal di posisi puncak bisnis asuransi umum Indonesia.
Bagi PT. Staco Jasapratama perusahaan patungan tidak menjadi ancaman.
Dari segi modal antara perusahaan asuransi lokal dan perusahaan patungan
keduanya memiliki kapasitas yang sama. Namun bukan berarti perusahaan
patungan tidak memiliki keunggulan. Keunggulan yang patut diperhatikan dan
diperhitungkan adalah pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus. Apabila
perusahaan patungan tidak mampu memenuhi permintaan nasabah atas risikorisiko khusus maka perusahaan patungan dapat dengan mudah melempar
permintaan tersebut ke grup usahanya di luar negeri.
Pesaing perusahaan adalah perusahaan asuransi lain yang menjadi rekanan
Bank Mandiri yang jumlahnya mencapai 70 perusahaan. Bank Mandiri
mengelompokkan perusahaan asuransi yang menjadi rekanannya ke dalam tiga
kelompok yaitu :
a. Kelompok A, kumpulan perusahaan asuransi umum yang diperkenankan
memperoleh bisnis korporasi yang besar (agunan kredit diatas 25 milyar
rupiah).
b. Kelompok B, kumpulan perusahaan asuransi umum yang diperkenankan
memperoleh bisnis korporasi sedang (agunan kredit hingga 25 milyar rupiah).
c. Kelompok C, kumpulan perusahaan asuransi umum yang diperkenankan
memperoleh bisnis kecil (agunan kredit di bawah 5 milyar rupiah).
PT. Staco Jasapratama berada dalam kelompok A, oleh karena itu yang
menjadi pesaing potensial adalah perusahaan asuransi lain yang berada dalam
kelompok A. Dimana perusahaan yang berada dalam kelompok A adalah
perusahaan-perusahaan besar seperti Jasindo, Lippo General Ins. Tbk., Wahana
Tata dan lainnya sehingga tingkat persaingannya sangatlah ketat. Apalagi Bank
Mandiri tidak pernah memberikan perlakuan khusus kepada PT. Staco
Jasapratama walaupun statusnya adalah anak perusahaan Bank Mandiri.
3. Ancaman Produk Pengganti
Produk pengganti atau substitusi adalah produk yang memiliki fungsi
sama tetapi berbeda karakter, yang dapat menggantikan posisi produk lain.
Adanya produk penggganti dapat menjadi ancaman apabila harganya lebih murah
tetapi memiliki kualitas yang sama atau bahkan lebih tinggi. Asuransi adalah salah
satu mekanisme pengalihan risiko (transfer risk) dari satu pihak kepada pihak
lain. Risiko dapat dihadapi sendiri (self insurance) atau dialihkan kepada pihak
ketiga, yaitu perusahaan asuransi. Dari sisi perusahaan tidak ada produk
pengganti, namun dari sisi pemilik aset terdapat dua alternatif yaitu berasuransi
atau menanggung sendiri segala risiko yang harus dihadapi.
4. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Jumlah perusahaan asuransi umum yang terlalu banyak dan semakin
beragamnya produk melalui perluasan-perluasan jaminan membuat nasabah
dengan leluasa memilih perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Kekuatan yang dimiliki nasabah antara lain menurunkan harga
premi, pelayanan yang memuaskan, dan produk yang dilengkapi dengan berbagai
perluasan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Yang paling menarik minat nasabah adalah penawaran harga premi.
Apabila perusahaan menawarkan harga premi yang relatif tinggi maka nasabah
dengan kekuatannya mampu menurunkan, dengan ancaman akan berpindah ke
perusahaan lain yang bersedia menyetujui harga premi yang ditawarkan nasabah.
Tingginya tingkat pengetahuan nasabah akibat kemajuan teknologi dan informasi
membuat posisi nasabah semakin kuat.
Perusahaan-perusahaan saling bersaing dengan menawarkan berbagai
keuntungan. Berbagai hal dilakukan perusahaan pesaing untuk dapat merebut
pasar, oleh karena itu perusahaan harus mampu memberikan keunggulan yang
kompetitif dalam segala aspek sehingga loyalitas nasabah tetap terjaga.
5. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Untuk industri jasa seperti asuransi properti, yang dimaksud pemasok
adalah perusahaan reasuransi. Namun perusahaan reasuransi bertindak sebagai
pemasok ketika klaim terjadi, terutama klaim industrial yang jumlahnya sangat
besar. Ketika bisnis besar diperoleh maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku
perusahaan tidak dapat menyimpan seluruh premi tersebut. Perusahaan wajib
membagikan bisnis tersebut kepada perusahaan asuransi lain atau perusahaan
reasuransi. Ketika klaim terjadi, maka pembayarannya akan dilakukan oleh
perusahaan bersama perusahaan asuransi lain atau perusahaan reasuransi yang
terlibat dalam bisnis tersebut.
Untuk bisnis kecil seperti ritel, perusahaan tidak perlu berbagi dengan
perusahaan reasuransi atau perusahaan asuransi lain sehingga ketika klaim terjadi
maka pembayaran dilakukan oleh perusahaan saja. Dari hal tersebut maka dapat
dikatakan bahwa pemasok tidak memiliki kekuatan mempengaruhi perusahaan.
6. Pengaruh Kekuatan Stakeholders Lainnya
Stakeholders adalah kekuatan di luar perusahaan yang memiliki pengaruh
dan kepentingan secara langsung bagi perusahaan. Stakeholders yang dimaksud
antara lain pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat, asosiasi dagang,
pemegang saham. Stakeholders yang mempengaruhi PT. Staco Jasapratama
adalah pemerintah, asosiasi dagang, dan pemegang saham.
Pemerintah
mempengaruhi
perusahaan
melalui
regulasi
yang
ditetapkannya. Semestinya setiap perusahaan asuransi harus menaati regulasi yang
berlaku dan setiap perusahaan asuransi yang melanggar regulasi tersebut akan
mendapat teguran atau sanksi dari pemerintah. Namun pada kenyataannya
pemerintah belum menjalankan tugas dan wewenangnya sebagai regulator.
Kontrol yang kurang dan ketidaktegasan pemerintah membuat pertumbuhan
asuransi properti tidak seperti yang diharapkan.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) sebagai asosiasi dagang
asuransi umum memiliki fungsi dan tugas pokok. Adapun fungsi AAUI adalah :
1. Badan persatuan dan musyawarah untuk kepentingan industri asuransi umum.
2. Wahana komunikasi, informasi, konsultasi antar anggota menenai hal-hal
yang berkaitan dengan permasalahan yang timbul dalam industri asuransi
untuk mencari pemecahan sebaik-baiknya.
3. Badan yang menetapkan tarif, standarisasi polis dan klausula sesuai kebutuhan
industri.
4. Badan yang membantu pemerintah atau lembaga yang berwenang dalam
pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian.
5. Wadah kerjasama dalam penanganan risiko khusus yang karena sifatnya
memerlukan penanganan bersama.
Tugas pokok AAUI adalah :
1. Memupuk dan memelihara kerukunan para anggota.
2. Meningkatkan kesadaran anggota mematuhi perundangan yang berlaku.
3. Mewujudkan perilaku profesional sebagai rasa tanggung jawab anggota
kepada masyarakat.
4. Mewakili anggota dalam pelbagai forum baik lembaga pemerintah maupun
lembaga lainnya, di dalam dan luar negeri.
5. Menciptakan iklim usaha yang sehat dan transparan dalam rangka
mewujudkan peran nyata industri asuransi dalam pembangunan perekonomian
Indonesia.
6. Menciptakan peluang usaha dan mengarahkan anggota untuk menggalang
kerjasama nasional dan internasional.
AAUI dalam mengawasi industri asuransi umum berusaha menjaga
kondisi kebebasan untuk memasang harga premi, karena kebebasan dapat
menciptakan kompetisi yang sehat. Namun kebebasan tersebut harus berada pada
batas-batas yang tidak boleh dilanggar. Jika pelanggaran terjadi maka dapat
membahayakan dan mengacaukan tatanan asuransi.
Pemegang saham PT. Staco Jasapratama mayoritas adalah Bank Mandiri.
Setiap kebijakan perusahaan harus diketahui dan disetujui para pemegang saham.
Ketika suatu kebijakan telah diketahui dan disetujui, perusahaan memiliki
wewenang untuk menjalankannya dan pemegang saham turut mengawasi jalannya
kebijakan tersebut.
5.3. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman PT. Staco
Jasapratama
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap lingkungan
internal dan eksternal PT. Staco Jasapratama maka diperoleh kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap ketepatan strategi
pemasaran yang akan dihasilkan.
5.3.1. Kekuatan
Kekuatan yang dimiliki oleh PT. Staco Jasapratama dalam memasarkan
asuransi properti antara lain : (1) Pelayanan proses klaim yang singkat, (2)
Perusahaan reasuransi luar negeri sebagai leader, (3) Pengalaman menangani
bank bisnis, (4) Membina hubungan baik dengan perusahaan asuransi lain, broker,
dan pelaku perbankan, (5) Mendapatkan penghargaan yang dapat meningkatkan
posisi dan citra di mata nasabah, (6) Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas. Penjelasan dari masing-masing kekuatan dijabarkan berikut ini.
1. Pelayanan proses klaim yang singkat
Dalam rangka membangun citra yang baik di mata nasabah maka
perusahaan selalu berusaha memberikan pelayanan yang memuaskan. Pelayanan
dalam asuransi identik dengan pelayanan terhadap proses klaim. Semakin cepat
pembayaran klaim maka citra dan posisi perusahaan semakin baik. Perusahaan
selalu berusaha agar pembayaran klaim dapat dilakukan sebelum masa tenggang
waktu yang ditetapkan, yaitu 30 hari sejak persetujuan antara penanggung
(perusahaan asuransi) dan tertanggung (nasabah) tentang besarnya pembayaran
klaim.
2. Perusahaan reasuransi luar negeri sebagai leader
Dukungan perusahaan reasuransi (reasuradur) sangatlah penting bagi
perusahaan terutama ketika klaim industrial yang jumlahnya sangat besar terjadi.
Perusahaan reasuransi yang dipilih menjadi leader adalah perusahaan reasuransi
luar negeri. Pemilihan ini didasarkan pada kapasitas modal perusahaan reasuransi
luar negeri yang lebih besar dibanding perusahaan reasuransi lokal. Sehingga
proses pembayaran klaim yang berlarut karena tidak tersedianya dana dapat
dihindari.
3. Pengalaman menangani bank bisnis
Dengan latar belakang pemegang saham mayoritas Bank Mandiri, PT.
Staco Jasapratama memfokuskan diri pada bank bisnis. Pemilihan fokus ini
didasarkan pada pengalaman perusahaan yang telah banyak menangani bank
bisnis. Mulai dari kepentingan Bank Mandiri yang menyangkut aset-asetnya
sampai dengan nasabah Bank Mandiri. Dengan bermodalkan pengalaman tersebut
perusahaan berharap bank-bank lain dapat mempertimbangkan perusahaan agar
dapat menjadi perusahaan rekanan bank-bank tersebut.
4. Membina hubungan baik dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku
perbankan
Perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan adalah pihakpihak diluar perusahaan yang membantu memberikan kontribusi pada banyaknya
bisnis yang diperoleh perusahaan selain perusahaan mencari sendiri. Peningkatan
networking dilakukan sebagai upaya memantapkan posisi perusahaan dalam
penerimaan premi asuransi properti. Oleh karena itu perusahaan menjalin dan
membina hubungan yang baik dengan pihak-pihak tersebut.
5. Mendapatkan penghargaan yang dapat meningkatkan citra dan posisi yang
baik di mata nasabah
Pada tahun 2004 dan 2005 PT. Staco Jasapratama mendapatkan
penghargaan berupa Trophy Infobank Award atas prestasi kinerja dengan predikat
"sangat bagus" yang diperoleh selama 5 tahun berturut-turut. Penghargaan
tersebut telah membuktikan bahwa perusahaan memiliki kualitas yang baik atas
kinerjanya. Berhasilnya perusahaan menyandang predikat ”sangat bagus’
membantu perusahaan menciptakan citra dan posisi yang baik di mata nasabah.
6. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
Dari segi pendidikan formal, sebagian besar karyawan PT. Staco
Jasapratama berpendidikan S1. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan
memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dengan modal SDM
yang berkualitas perusahaan memiliki kesempatan untuk semakin berkembang ke
arah kemajuan.
5.3.2. Kelemahan
Kelemahan yang dimiliki oleh PT. Staco Jasapratama dalam memasarkan
asuransi properti antara lain : (1) Promosi kurang gencar, (2) Bisnis masih
bergantung pada Bank Mandiri, (3) Program pelatihan dan pendidikan (diklat)
belum terstruktur, (4) Belum memiliki agen sendiri, (5) Belum memiliki motto.
Penjelasan dari masing-masing kelemahan dijabarkan berikut ini.
1. Promosi kurang gencar
Kegiatan promosi yang telah dilakukan PT. Staco Jasapratama adalah ikut
terlibat dalam setiap kegiatan atau event yang diadakan Bank Mandiri,
sponsorship dalam berbagai seminar yang berhubungan dengan asuransi, bakti
sosial, promosi internal, dan menjalin hubungan baik dengan para nasabah guna
menciptakan pertemanan dan loyalitas.
Perusahaan belum menggunakan iklan sebagai media promosinya padahal
sudah banyak perusahaan pesaing yang telah menggunakan media tersebut. Yang
menjadi kendala adalah perusahaan belum memiliki divisi yang khusus
menangani promosi. Anggaran untuk biaya promosi pun masih sangat terbatas.
2. Bisnis masih bergantung pada Bank Mandiri
Status sebagai anak perusahaan Bank Mandiri membuat PT. Staco
Jasapratama bergantung pada Bank Mandiri. Namun ketergantungan ini akan
berdampak tidak baik bagi perusahaan. Bank Mandiri sendiri tidak pernah
memberikan perlakuan khusus kepada perusahaan. Apabila suatu saat perusahaan
hanya mendapat porsi yang kecil atas bisnis Bank Mandiri, secara otomatis
pendapatan perusahaan atas premi akan mengalami penurunan.
3. Program pelatihan dan pendidikan (diklat) belum terstruktur
Dalam rangka meningkatkan kualitas karyawannya, PT. Staco Jasapratama
memberikan pelatihan dan pengembangan karir. Namun pelatihan dan pendidikan
(diklat) ini belum terstruktur secara tertulis dan terinci. Pelatihan dan
pengembangan karir diberikan apabila terdapat tawaran dari perusahaan dan
tentunya kesempatan tersebut hanya ditawarkan kepada karyawan yang dianggap
pantas oleh perusahaan. Karyawan tidak dapat mengajukan diri untuk ikut dalam
pelatihan dan pemngembangan karir.
4. Belum memiliki agen sendiri
Hingga saat ini perusahaan belum memiliki agen sendiri padahal asuransi
identik dengan agen. Saluran distribusi yang digunakan perusahaan adalah broker.
Perbedaan antara agen dan broker adalah agen hadir mewakili kepentingan
perusahaan sedangkan broker mewakili kepentingan nasabah. Dari penjelasan
tersebut jelas bahwa akan lebih menguntungkan bagi PT. Staco Jasapratama
apabila memiliki agen sendiri.
5. Belum memiliki motto
Motto adalah kumpulan kata-kata menarik yang menggambarkan visi dan
misi suatu perusahaan. Motto diciptakan guna membangun ingatan dalam benak
nasabah. Selain itu, dengan motto karyawan perusahaan selalu termotivasi untuk
mewujudkan makna dari motto tersebut. Beberapa perusahaan asuransi telah
memiliki motto dalam rangka menciptakan positioning, namun hingga saat ini PT.
Staco Jasapratama belum memiliki motto.
5.3.3. Peluang
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka peluang yang dapat
dimanfaatkan PT. Staco Jasapratama adalah : (1) Meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya asuransi, (2) Berbagai bencana yang menimpa
Indonesia belakangan ini, (3) Tidak ada produk pengganti, (4) Kewajiban
mengasuransikan aset yang menjadi agunan bagi debitur Bank Mandiri, (5)
Keputusan Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003 mengenai kesehatan
keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia, (6) Kondisi makro
ekonomi Indonesia yang membaik, (7) Perkembangan teknologi informasi, (8)
Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 mengenai syarat modal disetor
minimum 100 milyar rupiah. Penjelasan dari masing-masing peluang dijabarkan
berikut ini.
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi properti
Seiring berkembangnya zaman, cara hidup dan berpikir masyarakat pun
ikut mengalami perkembangan. Salah satu diantaranya adalah pola pikir
masyarakat terhadap proteksi harta benda. Sebagian masyarakat tidak lagi hanya
memikirkan kebutuhan barang-barang konsumsi saja, namun mulai menyadari dan
merencanakan perlindungan terhadap harta bendanya. Berbagai risiko yang
mungkin dan harus dihadapi menjadi alasan utama mengapa mereka
mengalokasikan dananya untuk asuransi properti.
2. Berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini
Asuransi properti menjadi salah satu bisnis yang memiliki potensi untuk
berkembang pasca terjadinya berbagai bencana yang terjadi di Indonesia. PT.
Staco Jasapratama memiliki kesempatan meningkatkan volume produksinya
apabila peluang ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan. Sehingga
tidak heran banyak perusahaan asuransi umum fokus pada asuransi properti.
3. Tidak ada produk pengganti
Asuransi adalah salah satu mekanisme pengalihan risiko (transfer risk)
dari satu pihak kepada pihak lain. Risiko dapat diatasi dengan dua cara yaitu
dihadapi sendiri (self insurance) atau dialihkan kepada pihak ketiga, yaitu
perusahaan asuransi. Sehingga apabila musibah terjadi tidak ada pilihan selain
menanggung sendiri apabila tidak ikut dalam asuransi.
4. Kewajiban mengasuransikan aset yang menjadi agunan bagi debitur Bank
Mandiri
Nasabah Bank Mandiri yang mengajukan kredit (debitur) diwajibkan
memberikan agunan sebagai jaminan uang yang dipinjam akan kembali. Setiap
agunan yang dijaminkan wajib diasuransikan, pada umumnya 80 persen nasabah
menjaminkan harta benda (properti) yang dimilikinya. Hal ini menjadi peluang
besar bagi PT. Staco Jasapratama untuk meningkatkan kapasitas produksi asuransi
properti.
5. Keputusan Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003 mengenai kesehatan
keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia
Adanya
Keputusan
Menteri
Keuangan
RI
No.424/KMK.06/2003
mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia
menjadi peluang bagi perusahaan. Kemampuan solvabilitas PT. Staco Jasapratama
yang mencapai bahkan melebihi ketetapan yang berlaku menjadi salah satu faktor
yang dapat meningkatkan image perusahaan. Tingkat solvabilitas dalam asuransi
lebih dikenal sebagai Risk Based Capital (RBC). Dan adanya peraturan tersebut
menjadi hambatan masuk bagi perusahaan pendatang baru.
6. Kondisi makro ekonomi Indonesia yang membaik
Kondisi makro ekonomi Indonesia yang stabil membuat iklim bisnis di
Indonesia termasuk perusahaan asuransi mengalami perkembangan. Variabel
ekonomi yang mempengaruhi kebijakan PT. Staco Jasapratama adalah suku bunga
kredit, suku bunga Bank Indonesia, inflasi, Product Domestik Bruto (PDB), kurs
Dollar dan kredit macet.
7. Perkembangan teknologi informasi
Pesatnya perkembangan teknologi telah membuat perubahan ke arah
kemajuan. Bagi dunia asuransi teknologi berperan sangat penting karena
pelayanan yang diberikan kepada nasabahnya menjadi lebih cepat dan efisien.
Kemajuan teknologi menjadi peluang besar bagi PT. Staco Jasapratama apabila
dimanfaatkan dengan baik guna memenuhi kebutuhan nasabah dan menghadapi
persaingan yang semakin ketat.
8. Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 mengenai syarat modal disetor
minimum 100 milyar rupiah
Syarat modal disetor yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
(PP) No. 63 Tahun 1999 menjadi hambatan masuk bagi perusahaan asuransi baru.
Pendatang baru dalam dunia asuransi dapat membuat kondisi persaingan yang kini
sudah ketat menjadi semakin sangat ketat.
5.3.4 Ancaman
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka ancaman yang harus
dihindari PT. Staco Jasapratama adalah : (1) Kekuatan tawar-menawar pembeli
yang tinggi, (2) Perusahaan asuransi lain dalam kelompok A (rekanan Bank
Mandiri yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar), (3)
Meningkatnya kredit macet, (4) Pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus
oleh perusahaan patungan (joint venture), (5) Tingkat persaingan yang tinggi, (6)
Kurangnya kontrol dari pemerintah, (7) Belum stabilnya kondisi politik dan
hukum di Indonesia, (8) Peningkatan Risk Based Capital (RBC). Penjelasan dari
masing-masing ancaman dijabarkan berikut ini.
1. Kekuatan tawar-menawar pembeli yang tinggi
Pembeli (nasabah) memiliki kekuatan tawar-menawar yang dapat menjadi
ancaman bagi PT. Staco Jasapratama. Nasabah memiliki kekuatan untuk
menurunkan harga premi, pelayanan yang memuaskan, dan produk yang
dilengkapi dengan berbagai perluasan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Jumlah perusahaan asuransi yang banyak membuat nasabah dengan leluasa
memilih perusahaan yang menawarkan berbagai keuntungan yang menarik.
Perusahaan dapat kehilangan loyalitas nasabahnya hingga pada akhirnya nasabah
memutuskan untuk beralih ke perusahaan asuransi lain yang dianggap dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginannya.
2. Perusahaan asuransi lain dalam kelompok A (rekanan Bank Mandiri yang
diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar)
Pesaing potensial PT. Staco Jasapratama adalah perusahaan asuransi lain
yang berada di dalam kelompok A yang menjadi perusahaan rekanan Bank
Mandiri. Kelompok A adalah kelompok teratas yang diperkenankan memperoleh
bisnis korporasi yang besar (agunan kredit diatas 25 milyar rupiah). PT. Staco
Jasapratama sebagai anak perusahaan Bank Mandiri tidak pernah diperlakukan
secara khusus. Hal ini menjadi ancaman apabila PT. Staco Jasapratama tidak
mampu bersaing dengan perusahaan asuransi umum lainnya.
3. Meningkatnya kredit macet
Peningkatan kredit macet dapat menjadi ancaman bagi PT. Staco
Jasapratama karena akan menurunkan penerimaan premi asuransi properti.
Nasabah yang tidak mampu membayar dana pinjaman yang diperoleh dari Bank
Mandiri otomatis juga mengalami kesulitan membayar premi. Kesulitan dana
yang dihadapi mengakibatkan nasabah tersebut akan mendahulukan kewajibannya
membayar kredit dibanding premi. Kondisi ini akan merugikan perusahaan karena
premi tak tertagih (out standing premi) akan semakin meningkat.
4. Pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus oleh perusahaan patungan
(joint venture)
Keunggulan yang patut diperhatikan dan diperhitungkan dari perusahaan
patungan (joint venture) adalah pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus.
Apabila perusahaan patungan tidak mampu memenuhi permintaan nasabah atas
risiko-risiko khusus maka perusahaan patungan dapat dengan mudah melempar
permintaan tersebut ke grup usahanya di luar negeri. Hal ini dapat menjadi
ancaman bagi PT. Staco Jasapratama karena nasabah akan lebih tertarik kepada
perusahaan patungan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
5. Tingkat persaingan yang tinggi
Terlalu banyaknya ’pemain’ dalam industri asuransi properti membuat
tingkat persaingannya sangat ketat. Perebutan ceruk pasar yang kecil memaksa
terjadinya perang tarif. Peristiwa perang tarif adalah suatu kondisi dimana
perusahaan asuransi saling bersaing dan berebut mendapatkan pasar dengan
melakukan penurunan harga premi. Perusahaan yang menawarkan premi terendah
akan menjadi alternatif terbaik bagi nasabah. Pada jangka pendek tampaknya
menguntungkan nasabah tetapi pada jangka menengah dan panjang perusahaan
asuransi menghadapi situasi yang sulit pada saat klaim terjadi. Dana-dana premi
tidak mencukupi untuk mengatasi klaim-klaim terutama klaim industrial. Dan
pada akhirnya kondisi ini akan merugikan kedua belah pihak, perusahaan
mendapat citra yang buruk di mata nasabahnya dan nasabah harus menerima
pembayaran klaim yang berlarut karena tidak adanya dana.
6. Kurangnya kontrol dari pemerintah
Pemerintah sebagai regulator dan pengawas seharusnya lebih fokus dan
serius dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Peristiwa perang tarif
pada asuransi properti yang terjadi sejak tahun 2004 dapat menggambarkan
kurangnya keseriusan pemerintah dalam mendukung tumbuhnya industri asuransi
properti.
Kurangnya pengawasan dan ketidaktegasan pemerintah dalam
menegakkan hukum menyebabkan para pelaku industri asuransi properti sudah
tidak menaati regulasi yang ada dan hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi PT.
Staco Jasapratama.
7. Belum stabilnya kondisi politik dan hukum di Indonesia
Kondisi politik dan hukum di Indonesia yang belum stabil akan
mempengaruhi kelangsungan bisnis PT. Staco Jasapratama. Kondisi politik yang
tidak stabil dapat memberikan pengaruh yang negatif bagi perusahaan. Politik
bagi industri asuransi properti berpengaruh secara tidak langsung. Kondisi politik
yang belum stabil menyebabkan tingkat
risiko usaha masih tinggi. Hal ini
menyebabkan tingkat kepercayaan para pelaku bisnis dan investor asing untuk
berbisnis atau menanamkan modalnya di Indonesia menjadi berkurang.
8. Peningkatan Risk Based Capital (RBC)
Tingkat solvabilitas dalam asuransi lebih dikenal sebagai Risk Based
Capital (RBC). Peningkatan RBC dapat menjadi ancaman bagi PT. Staco
Jasapratama apabila peningkatannya terlalu besar atau kinerja perusahaan sedang
mengalami penurunan.
5.4. Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran
Setelah menganalisis dan mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan
eksternal perusahaan, tahap selanjutnya adalah perumusan strategi yang meliputi
tahap masukan, tahap pencocokan, dan tahap pengambilan keputusan.
5.4.1. Tahap masukan
Tahap masukan merupakan tahap memasukkan hasil analisis dan
identifikasi lingkungan lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) ke dalam
matriks IFE dan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) ke dalam matriks
EFE.
1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matriks
IFE
digunakan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
internal
perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting.
Kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah pelayanan proses klaim yang singkat;
perusahaan reasuransi luar negeri sebagai leader; pengalaman menangani bank
bisnis; membina hubungan baik dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan
pelaku perbankan; mendapatkan penghargaan yang dapat meningkatkan citra dan
posisi di mata nasabah; Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Kelemahan yang dimiliki perusahaan adalah promosi kurang gencar, bisnis
masih bergantung pada Bank Mandiri, program pelatihan dan pendidikan (diklat)
belum terstruktur, belum memiliki agen sendiri, belum memiliki motto.
Berdasarkan Tabel 13 matriks IFE, dapat dilihat bahwa PT. Staco
Jasapratama memiliki kekuatan utama yaitu pengalaman menangani bank bisnis
dengan skor sebesar 0,392. Mendapatkan penghargaan yang dapat meningkatkan
citra dan posisi di mata nasabah dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas memiliki skor yang sama yaitu 0,385 berada pada posisi kedua dan
ketiga. Pelayanan proses klaim yang singkat menempati posisi keempat dengan
skor 0,350. Posisi kelima dan keenam dengan skor masing-masing 0,326 dan
0,205 adalah membina hubungan baik dengan perusahaan asuransi lain, broker,
dan pelaku perbankan dan perusahaan reasuransi luar negeri sebagai leader.
Kelemahan utama yang dimiliki PT. Staco Jasapratama adalah program
pelatihan dan pendidikan (diklat) belum terstruktur dengan skor 0,121. Diurutan
kedua yang menjadi kelemahan adalah belum memiliki agen sendiri dengan skor
0,126. Bisnis masih bergantung pada Bank Mandiri dengan skor 0,129 menempati
posisi ketiga. Promosi kurang gencar dengan skor 0,130 dan belum memiliki
motto dengan skor 0,175 menempati posisi yang keempat dan kelima.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total nilai skor terbobot sebesar 2,724.
Hal ini menunjukkan bahwa PT. Staco Jasapratama memiliki posisi internal yang
kuat karena berada di atas nilai rata-rata yaitu 2,5. Artinya adalah perusahaan
mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang
ada.
Tabel 13. Matriks IFE Asuransi Properti PT Staco Jasapratama
No.
1
2
3
4
5
6
Faktor Strategis Internal
Kekuatan
Pelayanan proses klaim yang singkat
Perusahaan reasuransi luar negeri
sebagai leader
Pengalaman menangani bank bisnis
Membina hubungan baik dengan
perusahaan asuransi lain, broker, dan
pelaku perbankan
Mendapatkan penghargaan yang
dapat meningkatkan citra dan posisi
di mata nasabah
Sumber Daya Manusia (SDM) yang
Bobot (a)
Rating (b)
Skor
Terbobot
(axb)
0,105
0,056
3,33
3,67
0,350
0,205
0,098
0,098
4,00
3,33
0,392
0,326
0,105
3,67
0,385
0,105
3,67
0,385
0,098
0,077
1,33
1,67
0,130
0,129
0,091
1,33
0,121
0,063
0,105
1
2
1,67
0,126
0,175
2,724
berkualitas
1
2
3
4
5
Kelemahan
Promosi kurang gencar
Bisnis masih bergantung pada Bank
Mandiri
Program pelatihan dan pendidikan
(diklat) belum terstruktur
Belum memiliki agen sendiri
Belum memiliki motto
Total
2. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan yang meliputi peluang dan ancaman. Peluang yang dimiliki
perusahaan adalah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
asuransi, berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini, tidak ada
produk pengganti, kewajiban mengasuransikan aset yang menjadi agunan bagi
kreditur Bank Mandiri, Keputusan Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003
mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia,
kondisi makro ekonomi Indonesia yang membaik, perkembangan teknologi
informasi, Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 mengenai syarat modal
disetor minimum 100 milyar rupiah.
Ancaman yang dimiliki perusahaan adalah kekuatan tawar-menawar
pembeli yang tinggi, perusahaan asuransi lain dalam kelompok A ( rekanan Bank
Mandiri yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar),
meningkatnya kredit macet, pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus oleh
perusahaan patungan (joint venture), tingkat persaingan yang tinggi, kurangnya
kontrol dari pemerintah, belum stabilnya kondisi politik dan keamanan di
Indonesia, peningkatan Risk Based Capital (RBC).
Berdasarkan Tabel 14 matriks EFE, dapat dilihat bahwa PT. Staco
Jasapratama memiliki peluang utama yaitu Keputusan Menteri Keuangan RI
No.424/KMK.06/2003 mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan
reasuransi di Indonesia dengan skor sebesar 0,256. Kondisi makro ekonomi
Indonesia yang membaik dan posisi di mata nasabah dan kewajiban
mengasuransikan aset yang menjadi agunan bagi kreditur Bank masing-masing
dengan memiliki skor 0,236 dan 0,217 berada pada posisi kedua dan ketiga.
Berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini dan meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi memiliki skor yang sama
yaitu 0,213 menempati posisi keempat dan kelima. Posisi keenam dan ketujuh
dengan skor masing-masing 0,204 dan 0,153 adalah perkembangan teknologi
informasi dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 mengenai syarat
modal disetor minimum 100 milyar rupiah. Dan posisi yang terakhir adalah tidak
produk pengganti dengan skor 0,135.
Tabel 14. Matriks EFE Asuransi Properti PT Staco Jasapratama
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
Faktor Strategis Eksternal
Peluang
Meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya asuransi
Berbagai bencana yang menimpa
Indonesia belakangan ini
Tidak ada produk pengganti
Kewajiban mengasuransikan aset yang
menjadi agunan bagi kreditur Bank
Mandiri
Keputusan Menteri Keuangan RI
No.424/KMK.06/2003
mengenai
kesehatan keuangan perusahaan asuransi
dan reasuransi di Indonesia
Kondisi makro ekonomi Indonesia yang
membaik
Perkembangan teknologi informasi
Peraturan Pemerintah (PP) No. 63
Tahun 1999 mengenai syarat modal
disetor minimum 100 milyar rupiah
Ancaman
Kekuatan tawar-menawar pembeli yang
tinggi
Perusahaan
asuransi
lain
dalam
kelompok A (rekanan Bank Mandiri
yang diperkenankan memperoleh bisnis
korporasi yang besar)
Meningkatnya kredit macet
Pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko
khusus oleh perusahaan patungan (joint
venture)
Tingkat persaingan yang tinggi
Kurangnya kontrol dari pemerintah
Belum stabilnya kondisi politik dan
hukum di Indonesia
Peningkatan Risk Based Capital (RBC)
Total
Bobot (a)
Rating (b)
Skor
Terbobot
(axb)
0,064
3,33
0,213
0,064
3,33
0,213
0,058
0,059
2,33
3,67
0,135
0,217
0,064
4,00
0,256
0,059
4,00
0,236
0,051
0,051
4,00
3,00
0,204
0,153
0,059
2,33
0,137
0,064
4,00
0,256
0,064
0,058
2,67
2,67
0,171
0,155
0,059
0,059
0,058
3,33
3,00
2,67
0,196
0,177
0,155
0,064
1
4,00
0,256
3,130
Ancaman utama yang dimiliki PT. Staco Jasapratama adalah kekuatan
tawar-menawar pembeli yang tinggi dengan skor 0,137. Diurutan kedua dan
ketiga ditempati oleh pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus oleh
perusahaan patungan (joint venture) dan belum stabilnya kondisi politik dan
hukum di Indonesia memiliki skor yang sama yaitu 0,155. Meningkatnya kredit
macet dengan skor 0,171 menempati posisi keempat. Kurangnya kontrol dari
pemerintah dan tingkat persaingan yang tinggi dengan skor 0,177 dan tidak
memiliki motto dengan skor 0,196 menempati posisi yang kelima dan keenam.
Perusahaan asuransi lain dalam kelompok A (rekanan Bank Mandiri yang
diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar) dan peningkatan Risk
Based Capital (RBC) berada pada posisi ketujuh dan kedelapan dengan skor yang
sama yaitu 0,256.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total nilai skor terbobot sebesar
3,13. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Staco Jasapratama berada pada posisi
ekstern yang kuat dengan mampu memanfaatkan peluang yang ada serta dapat
menghadapi ancaman.
5.4.2. Tahap pencocokan
Tahap pencocokan adalah tahap perumusan strategi berdasarkan hasil
analisis dan identifikasi kondisi internal dan eksternal perusahaan. Pada tahap
pencocokan model yang digunakan adalah matriks SWOT dan matriks IE.
1. Matriks Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT)
Matriks SWOT menganalisis faktor internal perusahaan berupa kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dan faktor eksternal perusahaan berupa
peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan untuk menghasilkan alternatif
strategi yang akan dilaksanakan perusahaan. Empat alternatif strategi yang
dihasilkan dapat dilihat dalam Tabel 15. Penjelasan secara lebih rinci mengenai
strategi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Strategi Strength-Opportunity (S-O)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih
peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Strategi S-O secara umum yang
dihasilkan adalah memperluas pangsa pasar untuk meningkatkan volume produksi
dengan mengoptimalkan pelayanan proses klaim dan membina hubungan baik
dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan. Langkah-langkah
yang
dilakukan
adalah
memasuki
daerah-daerah
terpencil;
menjangkau
masyarakat yang sadar berasuransi melalui kerjasama dengan perusahaan asuransi
lain, broker, dan pelaku perbankan; merebut nasabah pesaing melalui daya tarik
proses klaim yang singkat.
Strategi ini dapat dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan dan memanfaatkan peluang yang ada. Kekuatan perusahaan berupa
Tabel 15. Analisis Matriks SWOT Asuransi Properti PT. Staco Jasapratama
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Peluang (O) :
1. Meningkatnya
kesadaran
masyarakat
terhadap
pentingnya asuransi
2. Berbagai
bencana
yang
menimpa
Indonesia
belakangan ini
3. Tidak ada produk pengganti
4. Kewajiban mengasuransikan
aset yang menjadi agunan bagi
kreditur Bank Mandiri
5. Keputusan Menteri Keuangan
RI
No.424/KMK.06/2003
mengenai kesehatan keuangan
perusahaan
asuransi
dan
reasuransi di Indonesia
6. Kondisi
makro
ekonomi
Indonesia yang membaik
7. Perkembangan
teknologi
informasi
8. Peraturan Pemerintah (PP) No.
63 Tahun 1999 mengenai
syarat modal disetor minimum
100 milyar rupiah
Ancaman (T) :
1. Kekuatan
tawar-menawar
pembeli yang tinggi
2. Perusahaan
asuransi
lain
dalam kelompok A (rekanan
Bank
Mandiri
yang
diperkenankan
memperoleh
bisnis korporasi yang besar)
3. Meningkatnya kredit macet
4. Pelayanan yang cepat untuk
risiko-risiko
khusus
oleh
perusahaan patungan (joint
venture)
5. Tingkat
persaingan
yang
tinggi
6. Kurangnya campur tangan
pemerintah
7. Belum
stabilnya
kondisi
politik dan keamanan di
Indonesia
8. Peningkatan
Risk
Based
Capital (RBC)
Kekuatan (S) :
1. Pelayanan proses klaim yang
singkat
2. Perusahaan reasuransi luar negeri
sebagai leader
3. Pengalaman menangani bank
bisnis
4. Membina hubungan baik dengan
perusahaan asuransi lain, broker,
dan pelaku perbankan
5. Mendapatkan penghargaan yang
dapat meningkatkan citra dan
posisi di mata nasabah
6. Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas.
Kelemahan (W) :
1. Promosi kurang gencar
2. Bisnis masih bergantung
pada Bank Mandiri
3. Program pelatihan dan
pendidikan (diklat) belum
terstruktur
4. Belum memiliki agen
sendiri
5. Tidak memiliki motto
S-O
W-O
1. Memasuki
daerah-daerah
terpencil (O2, O6, S4).
2. Menjangkau masyarakat yang
sadar
berasuransi
melalui
kerjasama dengan perusahaan
asuransi lain, broker, dan pelaku
perbankan (O1, S4).
3. Merebut
nasabah
pesaing
melalui daya tarik proses klaim
yang singkat (O2, S1).
1.
2.
W-T
S-T
1.
2.
3.
Memberikan pelayanan yang
memuaskan melalui proses
klaim yang singkat sehingga
menarik minat nasabah (S1, S6,
T1, T2).
Meningkatkan volume bisnis
yang berasal dari bank-bank
yang memiliki kebutuhan yang
sama dengan Bank Mandiri
(S3, T5).
Menginformasikan
dan
memajang gambar trophy yang
diperoleh perusahaan pada
setiap bentuk promosi yang
dilakukan (S5, T8).
Menciptakan
produk
baru yang bersaing di
pasaran (W1, O1).
Menambah
fitur-fitur
berupa
perluasan
jaminan yang dapat
menarik minat nasabah
(W1, O1, O2, O3).
1.
2.
3.
4.
Membuat divisi khusus
yang menangani bidang
promosi (W1, T5).
Meningkatkan anggaran
dana promosi (W1, T2).
Beriklan melalui media
cetak dan elektronik
(W1, T5).
Memiliki agen sendiri
(W4, T2, T5).
pelayanan proses klaim yang singkat dapat memberikan keuntungan bagi asuransi
properti PT. Staco Jasapratama dalam memasuki dan memperluas pasar. Membina
hubungan baik dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan
menjadi sarana pendukung kegiatan pemasaran perusahaan.
Peluang bagi perusahaan untuk dapat memperluas pangsa pasarnya
semakin terbuka lebar dengan semakin membaiknya kondisi makro ekonomi
Indonesia, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi, dan
berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini.
b. Strategi Weakness-Opportunity (W-O)
Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal
perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Strategi W-O
secara umum yang dihasilkan adalah melakukan inovasi produk yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah dalam menghadapi persaingan yang
ketat sehingga loyalitas nasabah tetap terjaga. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah menciptakan produk baru yang bersaing di pasaran, menambah fitur-fitur
berupa perluasan jaminan yang dapat menarik minat nasabah.
Strategi ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk
mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan. Inovasi produk membutuhkan
kegiatan promosi dalam rangka memperkenalkan dan menginformasikan produk
tersebut kepada masyarakat dan nasabah. Dengan adanya inovasi produk tersebut,
kelemahan perusahaan berupa promosi yang kurang gencar dapat diminimalkan.
Peluang yang ada dapat dimanfaatkan perusahaan untuk dapat menerapkan
strategi tersebut. Tidak adanya produk pengganti menjadi peluang bagi
perusahaan karena asuransi properti menjadi satu-satunya pilihan proteksi
terhadap harta benda selain menanggung sendiri segala risiko yang harus
dihadapi. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi dan
berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini juga menjadi peluang
yang besar bagi perusahaan karena dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan
dan menawarkan produk serta inovasinya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
mereka.
c. Strategi Strength-Threat (S-T)
Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau
mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Strategi S-T secara umum
yang dihasilkan adalah menciptakan brand image melalui pelayanan proses klaim
dan pengalaman menangani bank bisnis. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
memberikan pelayanan yang memuaskan melalui proses klaim yang singkat
sehingga menarik minat nasabah, meningkatkan volume bisnis yang berasal dari
bank-bank yang memiliki kebutuhan yang sama dengan Bank Mandiri,
menginformasikan dan memajang gambar trophy yang diperoleh perusahaan pada
setiap bentuk promosi yang dilakukan.
Strategi ini adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki
untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. Pelayanan dalam asuransi identik
dengan proses klaim. Kekuatan perusahaan berupa proses pelayanan klaim yang
singkat, pengalaman menangani bank bisnis, mendapatkan penghargaan berupa
Trophy Infobank Award dan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dapat menciptakan citra dan posisi yang baik di mata nasabah.
Strategi ini dilakukan untuk menghadapi ancaman yang ada. Perusahaan
asuransi lain dalam kelompok A (rekanan Bank Mandiri yang diperkenankan
memperoleh bisnis korporasi yang besar) dan tingkat persaingan yang tinggi dapat
menjadi ancaman apabila perusahaan tidak mampu bersaing dengan mereka.
Peningkatan Risk Based Capital (RBC) juga menjadi ancaman apabila perusahaan
tidak mampu mencapai RBC yang telah ditetapkan sehingga muncul image yang
negatif di mata nasabah.
d. Strategi Weakness-Threat (W-T)
Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi
kelemahan internal serta menghindari ancaman. Strategi W-T secara umum yang
dihasilkan adalah melakukan berbagai bentuk kegiatan promosi secara kontinu
dan memiliki agen sendiri sehingga memperluas jangkauan pasar. Langkahlangkah yang dilakukan adalah membuat divisi khusus yang menangani bidang
promosi, meningkatkan anggaran dana promosi, beriklan melalui media cetak dan
elektronik, memiliki agen sendiri.
Strategi ini dilakukan untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki
untuk mengatasi ancaman yang ada. Dengan adanya strategi promosi kelemahan
perusahaan berupa promosi yang kurang gencar, bisnis yang masih bergantung
pada Bank Mandiri, dan belum memiliki motto dapat teratasi. Selain itu
kelemahan
perusahaan
adalah
belum
memiliki
agen
sendiri
sehingga
mempengaruhi luas jangkauan pasar yang dapat dicapai perusahaan.
Ancaman yang ada berupa perusahaan asuransi lain dalam kelompok A
(rekanan Bank Mandiri yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang
besar), pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus oleh perusahaan patungan
(joint venture), dan tingkat persaingan yang tinggi dapat diatasi dengan kegiatan
promosi yang kontinu untuk menampilkan keunggulan kompetitif perusahaan.
2. Matriks Internal-External (IE)
Total Skor Matriks IFE
Kuat
Rata-rata
Lemah
3,0-4,0
2,0-2,99
1,0-1,99
3,0
2,0
4,0
Tinggi
3,0-4,0
I
II
III
3,0
Sedang
2,0-2,99
IV
V
VI
2,0
Rendah
1,0-1,99
VII
VIII
IX
1,0
Gambar 5. Matriks Internal Eksternal Asuransi Properti
PT Staco Jasapratama
Matriks IE merupakan gabungan dari matriks IFE dan EFE yang
dipetakan dalam dua dimensi, yaitu total skor terbobot dari matriks IFE pada
sumbu vertikal dan total skor terbobot dari matriks EFE pada sumbu horizontal.
Matriks IE digunakan untuk menentukan posisi perusahaan. Berdasarkan hasil
analisis faktor internal dengan menggunakan matriks IFE maka diperoleh total
skor terbobot sebesar 2,724. Sedangkan hasil analisis faktor eksternal dengan
menggunakan matriks EFE diperoleh total skor terbobot sebesar 3,130.
Berdasarkan kedua nilai skor tersebut, PT. Staco Jasapratama berada pada
sel II (Grow and Build). Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif
yang meliputi market penetration, market development, dan product development
dan strategi terintegrasi yang meliputi backward integration, forward integration,
dan horizontal integration.
5.4.3. Tahap Keputusan
Tahap keputusan digunakan untuk menentukan strategi alternatif mana
yang paling baik untuk dipilih perusahaan dan teknik yang digunakan adalah
QSPM. Berdasarkan hasil analisis yang didapat dari matriks SWOT dihasilkan
beberapa alternatif strategi pemasaran yang dimasukkan ke dalam matriks QSP.
Strategi-strategi tersebut adalah :
1. Strategi S-O yaitu memasuki daerah-daerah terpencil; menjangkau masyarakat
yang sadar berasuransi melalui kerjasama dengan perusahaan asuransi lain,
broker, dan pelaku perbankan; merebut nasabah pesaing melalui daya tarik
proses klaim yang singkat.
2. Strategi W-O yaitu menciptakan produk baru yang bersaing di pasaran,
menambah fitur-fitur berupa perluasan jaminan yang dapat menarik minat
nasabah.
3. Strategi S-T yaitu memberikan pelayanan yang memuaskan melalui proses
klaim yang singkat sehingga menarik minat nasabah, meningkatkan volume
bisnis yang berasal dari bank-bank yang memiliki kebutuhan yang sama
dengan Bank Mandiri, menginformasikan dan memajang gambar trophy yang
diperoleh perusahaan pada setiap bentuk promosi yang dilakukan.
4. Strategi W-T yaitu membuat divisi khusus yang menangani bidang promosi,
meningkatkan anggaran dana promosi, beriklan melalui media cetak dan
elektronik, memiliki agen sendiri.
Berdasarkan hasil analisis matriks QSP (Lampiran 21) diperoleh alternatif
strategi yang menjadi prioritas, yaitu memasuki daerah-daerah terpencil;
menjangkau masyarakat yang sadar berasuransi melalui kerjasama dengan
perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan; dan merebut nasabah
pesaing melalui daya tarik proses klaim yang singkat dengan nilai TAS tertinggi
yaitu sebesar 6,718. Strategi prioritas yang kedua yaitu memberikan pelayanan
yang memuaskan melalui proses klaim yang singkat sehingga menarik minat
nasabah, meningkatkan volume bisnis yang berasal dari bank-bank yang memiliki
kebutuhan yang sama dengan Bank Mandiri, menginformasikan dan memajang
gambar trophy yang diperoleh perusahaan pada setiap bentuk promosi yang
dilakukan dengan nilai TAS sebesar 6,501. Strategi prioritas yang ketiga yaitu
membuat divisi khusus yang menangani bidang promosi, meningkatkan anggaran
dana promosi, beriklan melalui media cetak dan elektronik, memiliki agen sendiri
dengan nilai TAS sebesar 6,499. Dan strategi prioritas yang terakhir adalah
menciptakan produk baru yang bersaing di pasaran dan menambah fitur-fitur
berupa perluasan jaminan yang dapat menarik minat nasabah dengan nilai TAS
sebesar 6,459.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal PT.
Staco Jasapratama, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
1. Faktor internal yang menjadi kekuatan utama PT. Staco Jasapratama adalah
pengalaman menangani bank bisnis dan faktor yang menjadi kelemahan utama
adalah program pelatihan dan pengembangan belum terstruktur. PT. Staco
Jasapratama harus mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan
meminimalkan kelemahan yang ada sehingga perusahaan mampu merespon
setiap perubahan yang terjadi di dalam lingkungan internal perusahaan.
2. Faktor yang menjadi peluang utama PT. Staco Jasapratama adalah Keputusan
Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003 mengenai kesehatan keuangan
perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia dan faktor eksternal yang
menjadi ancaman utama adalah kekuatan tawar-menawar pembeli yang tinggi.
PT. Staco Jasapratama harus mampu memanfaatkan peluang yang ada dan
mengatasi ancaman yang ada sehingga perusahaan mampu merespon setiap
perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan.
3. Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT diperoleh beberapa alternatif
strategi pemasaran dan berdasarkan hasil analisis matriks IE diketahui bahwa
posisi perusahaan berada pada sel II dengan strategi yang sesuai adalah Grow
and Build. Sedangkan berdasarkan perhitungan dengan matriks QSP
didapatkan strategi prioritas yang dapat diterapkan perusahaan, yaitu
memasuki daerah-daerah terpencil; menjangkau masyarakat yang sadar
berasuransi melalui kerjasama dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan
pelaku perbankan; dan merebut nasabah pesaing melalui daya tarik proses
klaim yang singkat dengan nilai TAS tertinggi yaitu sebesar 6,718.
2. Saran
Berikut ini merupakan saran yang diberikan kepada perusahaan dalam
rangka mengahadapi persaingan yang ada, yaitu :
1. Bersama asosiasi, pemerintah, dan perusahaan lain bersama-sama melakukan
kegiatan edukasi kepada masyarakat terutama daerah-dareah terpencil tentang
pentingnya asuransi properti sebagai sarana proteksi harta benda. Selain
kepada masyarakat publik, edukasi hendaknya juga dilakukan di sekolah dan
kampus dengan tujuan memperkenalkan asuransi sejak dini.
2. Terus membina dan mempertahankan hubungan baik dengan perusahaan
asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan dalam rangka memperluas
jangkauan pasar.
3. Merancang program pelatihan dan pendidikan (diklat) guna memperoleh
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten di bidang asuransi umum,
sehingga pelayanan yang memuaskan pun dapat diberikan kepada para
nasabahnya.
4. Melakukan kegiatan promosi secara kontinu dengan tujuan memperkenalkan
dan menjual produk asuransi properti kepada masyarakat publik, terutama
masyarakat perkotaan yang cenderung memiliki kesadaran berasuransi
(insurance minded). Contohnya adalah berpromosi melalui iklan di media
cetak dan elektronik.
DAFTAR PUSTAKA
Admin.
2006.
Edukasi
Risiko
Asuransi
Masih
Kurang.
http://www.klaimasuransi.com/fullnews.php?id.berita=75. [ April 2007].
Arif, A. 2006. Asuransi di Tanah Bencana. http://www.kompas.com/kompascetak/0610/18/Asuransi/3040555.htm. [ April 2007].
Assauri, S. 2004. Manajemen Pemasaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Biro Perasuransian dan Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia. 2006.
Indonesian Insurance, Jakarta.
David, F. R. 2004. Manajemen Strategis : Konsep; Edisi Ketujuh. PT INDEKS,
Jakarta.
Darmawi, H. 2004. Manajemen Asuransi. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Djojosoedarsono, S. 2003. Prinsip-Prinsip Manajemen Resiko Asuransi. Salemba
Empat, Jakarta.
Fajar, M. 2006. Saatnya Menghapus Kemubaziran. http://www.kompas.com/
kompas-cetak/0610/18/Asuransi/3040481.htm. [ April 2007].
Ali, H. A. 2002. Pengantar Asuransi. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Handayani, G. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Pada PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk Cabang Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hartono, S. R. 1985. Asuransi dan Hukum Asuransi. IKIP Semarang Press,
Semarang.
Ihsan, A. 2004. Depkeu : Persaingan Industri Asuransi Sudah Tidak Sehat.
htttp://www.tempointeraktif.com. [ April 2007].
Infobank. 2007. Laba Perbankan Kembali Naik. No. 339 Vol. XXIX. PT.
Infobank, Jakarta.
Jauch, L. R. dan W. F. Glueck. 1998. Manajemen Strategi dan Kebijakan
Perusahaan. (Terjemahan). Airlangga, Jakarta.
Kasmir, 2000. Manajemen Perbankan. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Kotler, P. 2000a. Manajemen Pemasaran; Edisi Millenium (Jilid 1). Prehalindo,
Jakarta.
_______. 2000b. Manajemen Pemasaran; Edisi Millenium (Jilid 2). Prehalindo,
Jakarta.
_______. 2002. Manajemen Pemasaran; Analisis, Perencanaan, Implementasi,
dan Pengendalian. Terjemahan. Prehalindo, Jakarta.
_______ dan G. Amstrong. 1997. Dasar - Dasar Pemasaran. Edisi kesembilan.
Terjemahan. Intermedia, Jakarta.
Majalah Media Asuransi. 2007. Tetap Tumbuh Meski Lebih Rendah Dari
Sebelumnya. Special Edition. PT. Media Asuransi, Jakarta.
Majalah Media Asuransi. 2007. Usuransi Umum Terbauk Dengan Ekuitas di
Bawah 50 Milyar Rupiah. Special Edition. PT. Media Asuransi, Jakarta.
Lupiyoadi, Rambat dan A. Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi
Kedua. Salemba Empat, Jakarta.
Nurlayla, L. 2005. Analisis Strategi Pemasaran Asuransi Jiwa Pada PT Asuransi
Jiwasraya. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Payne, A. 1993. The Essence of Servive Marketing : Pemasaran Jasa. ANDI
Yogyakarta, Yogyakarta.
Purnomo, S. H. dan Zulkieflimansyah. 1996. Manajemen Strategi : Sebuah
Konsep Pengantar. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia
Pustaka Umum, Jakarta.
Suruji, A. 2006. Tak Akan Pernah Sampai Tujuan Tanpa Langkah Pertama.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0610/18/Asuransi/3039585.htm.
[ April 2007].
Staco Jasapratama, PT. 2007. http://www.stacoinsurance.com. [April 2007].
Tim Kerja Keagenan AAUI. 2004. Buku Panduan Agen Asuransi Umum. Asosiasi
Asuransi Umum Indonesia, Jakarta.
Tjiptono, F. 2004. Pemasaran Jasa. Banyumedia Publishing, Malang.
_________. 1997. Strategi Pemasaran. ANDI, Yogyakarta.
Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisis Kelayakan
Rencana Bisnis Secara Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Umum,
Jakarta.
Umar, H. 2001. Strategic Management in Action : Konsep, Teori, dan Teknik
Menganalisis Manajemen Strategis : Strategic Business Unit Berdasarkan
Konsep Michael R. Porter, Fred R. David, dan Wheleen-Hunger/Husein
Umar. PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Setyahadi, A., Siwi Y. C., dan Benny D. K. 2006. Munculnya Kegairahan Baru
Dunia Asuransi di Yogyakarta. http://www.kompas.com/kompascetak/0610/18/Asuransi/3040553.htm. [ April 2007].
http://www. bi.go.id/web/id/Indikator+Moneter+Perbankan/inflasi/. [ Juli 2007].
http://www. bi.go.id/web/id/Indikator+Moneter+Perbankan/kurs+BI. [ Juli 2007].
http://www. bi.go.id/web/id/Indikator+Moneter+Perbankan/SBI. [ Juli 2007].
1. Wakil Kepala Divisi Teknik
Ringkasan pekerjaan Wakil Kepala Divisi Teknik adalah membantu Divisi
Teknik terselenggaranya kegiatan teknik underwriting, merumuskan penata
laksanaan dan atau menentukan kebijakan serta membuat perencanaan mengenai
aktivitas Divisi Teknik untuk tercapainya pendapatan premi dan menekan beban
klaim dengan memperhatikan anggaran yang telah ditetapkan. Wewenang Wakil
Kepala Divisi Teknik adalah sebagai berikut:
1. Memutuskan, menetujui/menolak akseptasi penutupan asuransi sesuai dengan
batas wewenang yang ditetapkan.
2. Menyetujui/menolak kerjasama treaty dan atau penawaran fakultatif
rerasuransi sesuai dengan batas wewenang yang ditetapkan.
3. Menyetujui Preliminary dan Definite Loss Advice untuk pembayaran klaim
sesuai dengan batas wewenang yang ditetapkan.
4. Menolak Preliminary dan Definite Loss Advice untuk pembayaran klaim yang
tidak memenuhi syarat.
5. Membantu kepala divisi mengadakan negosiasi untuk menjajaki kemungkinan
kerja sama reasuransi dengan pihak perusahaan reasuransi dalam dan luar
negeri dan broker reasuransi dalam dan luar negeri.
6. Membantu divisi mengatur sarana dan sumber daya manusia pada Divisi
Teknik agar berdaya guna dan berhasil guna.
7. Menanda tangani cover note, polis, nota memo, dan dokumen dan surat-surat,
fax sejauh yang menyangkut dan berhubungan dengan kegiatan Divisi Teknik.
8. Memutuskan pemberian ijin cuti bagi karyawan dibawah unit kerjanya.
2. Kepala Seksi Marine 1
Ringkasan pekerjaan Kepala Seksi Marine 1 adalah sebagai berikut :
1. Menganalisa Risiko dari Permohonan Penutupan Asuransi (SPPA) atau
permintaan perpanjangan penutupan asuransi (Renewal Quatation) yang
meliputi jenis asuransi marine cargo, asuransi marine hull, asuransi uang
(Cash in Transit insurance, Cash in Safe/Cash in Cashier Box Ins.) direct
bisnis dan indirect bisnis (ko-asuransi) sesuai dengan kebijaksanaan
perusahaan dan treaty (Management Policy).
2. Mengawasi re-input polis-polis yang diterbitkan oleh kantor cabang sesuai
dengan jenis asuransi yang ditangani.
Wewenang Kepala Seksi Marine 1 adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan, menerima, menolak akseptasi penutupan asuransi sesuai dengan
wewenang yang ditetapkan/diberikan.
2. Menandatangani dokumen underwriting seperti polis/endorsemen, note
debit/kredit
berikut
lampirannya
sesuai
dengan
wewenang
yang
diberikan/ditetapkan.
3. Menandatangai surat/fax/memo yang menyangkut dan berhubungan dengan
kegiatan operasional bidang asuransi yang dikerjakan.
4. Memberikan izin cuti dan izin lainnya bagi karyawan yang berada dibawah
unit kerja.
5. Memberikan penilaian kinerja bagi karyawan yang berada dibawah unit kerja.
3. Kepala Bagian (Underwriting Non Marine Divisi Teknik)
Ringkasan pekerjaan Kepala Bagian (Underwriting Non Marine Divisi
Teknik) adalah mengelola, mengkoordinir dan mengawasi tata laksana proses
teknik akseptasi dan proses administrasi dokumen underwriting penutupan
asuransi bidang kebakaran dan engineering secara langsung (Staco sebagai
penerbit polis) maupun ko-asuransi(Staco sebagai ko-member).
Wewenang Kepala Bagian (Underwriting Non Marine Divisi Teknik)
adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan, menerima, dan menolak akseptasi penutupan asuransi sesuai
dengan wewenang yang ditetapkan/diberikan.
2. Memberikan disposisi kepada unit kerja bawahannya dan memberikan
keputusan terhadap usulan yang disampaikan.
3. Menandatangani dokumen underwriting seperti polis/endorsemen, note
debit/kredit
berikut
lampirannya
sesuai
dengan
wewenang
yang
diberikan/ditetapkan.
4. Menandatangai surat/fax/memo yang menyangkut dan berhubungan dengan
kegiatan operasional bidang asuransi yang dikerjakan.
5. Memberikan izin cuti dan izin lainnya bagi karyawan yang berada dibawah
unit kerja.
6. Memberikan penilaian kinerja bagi karyawan yang berada dibawah unit kerja.
4. Kepala Seksi Korporasi (Bagian Underwriting Non Marine)
Ringkasan pekerjaan Kepala Seksi Korporasi (Bagian Underwriting Non
Marine) adalah sebagai berikut :
1. Melakukan proses teknik akseptasi secara ko-asuransi (Staco sebagai komember maupun ko-leader) penutupan asuransi bidang kebakaran dan
engineering.
2. Melakukan koordinasi pemeriksaan dokumen underwriting berupa penerbitan
polis/endorsemen, note kredit/debit berikut lampirannya yang diperoleh dari
ko-asuradur/broker untuk selanjutnya dilakukan proses teknik administrasi
berupa entry data, distribusi, dan file.
Wewenang Kepala Seksi Korporasi (Bagian Underwriting Non Marine)
adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan, menerima, menolak akseptasi penutupan asuransi sesuai dengan
wewenang yang ditetapkan/diberikan.
2. Menandatangani dokumen underwriting seperti polis/endorsemen, note
debit/kredit
berikut
lampirannya
sesuai
dengan
wewenang
yang
diberikan/ditetapkan.
3. Menandatangai surat/fax/memo yang menyangkut dan berhubungan dengan
kegiatan operasional bidang asuransi yang dikerjakan.
4. Memberikan izin cuti dan izin lainnya bagi karyawan yang berada dibawah
unit kerja.
5. Memberikan penilaian kinerja bagi karyawan yang berada dibawah unit kerja.
5. Kepala Seksi Ritel (Underwriting Non Marine)
Ringkasan pekerjaan Kepala Seksi Ritel (Underwriting Non Marine)
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan proses teknik akseptasi secara langsung (Staco sebagai penerbit
polis) penutupan asuransi bidang kebakaran dan engineering.
2. Melakukan koordinasi proses teknik administrasi dokumen underwriting
berupa penerbitan cover note, polis/endorsemen, note kredit/debit berikut
lampirannya untuk selanjutnya di distribusi dan file.
Wewenang Kepala Seksi Ritel (Underwriting Non Marine) adalah sebagai
berikut :
1. Memutuskan, menerima, menolak akseptasi penutupan asuransi sesuai dengan
wewenang yang ditetapkan/diberikan.
2. Menandatangani dokumen underwriting seperti polis/endorsemen, note
debit/kredit
berikut
lampirannya
sesuai
dengan
wewenang
yang
diberikan/ditetapkan.
3. Menandatangai surat/fax/memo yang menyangkut dan berhubungan dengan
kegiatan operasional bidang asuransi yang dikerjakan.
4. Memberikan izin cuti dan izin lainnya bagi karyawan yang berada dibawah
unit kerja.
5. Memberikan penilaian kinerja bagi karyawan yang berada dibawah unit kerja.
6. Kepala Seksi Klaim Marine
Ringkasan pekerjaan Kepala Seksi Klaim Marine adalah bertanggung
jawab atas pemrosesan klaim dari mulai penerimaan sampai dengan penyelesaian
dan pembayaran klaim marine cargo, marine hull, kendaraan bermotor, aneka,
liability dan aviation, sampai dengan batas Rp 5.000.000,- serta memberikan
layanan klaim kepada tertanggung secara proporsional. Wewenang Kepala Seksi
Klaim Marine adalah sebagai berikut:
1. Menangani, menyetujui, atau menolak permintaan klaim marine sampai batas
Rp 5.000.000,2. Menandatangani surat/fax/memo yang menyangkut proses klaim marine
sampai dengan Rp 5.000.000,-.
3. Menandatangani nota kredit pembayaran klaim sampai dengan Rp 5.000.000,.
4. Memberikan izin cuti dan izin lainnya bagi karyawan yang berada dibawah
unit kerja.
5. Memberikan penilaian kinerja bagi karyawan yang berada dibawah unit kerja.
7. Kepala Seksi Klaim Non Marine
Ringkasan pekerjaan Kepala Seksi Klaim Non Marine adalah bertanggung
jawab atas pemrosesan klaim dari mulai penerimaan sampai dengan penyelesaian
dan pembayaran klaim non marine (fire dan engineering) sampai dengan Rp
20.000.000,- serta memberikan layanan klaim kepada tertanggung secara
proporsional. Wewenang Seksi Klaim Non Marine adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani, menyetujui, atau menolak permintaan klaim non marine
sampai dengan Rp 20.000.000,2. Menandatangani surat/fax/memo yang menyangkut proses klaim non marine
sampai dengan Rp 20.000.000,-.
3. Menandatangani nota kredit pembayaran klaim sampai dengan Rp
20.000.000,-.
4. Memberikan izin cuti dan izin lainnya bagi karyawan yang berada dibawah
unit kerja.
5. Memberikan penilaian kinerja bagi karyawan yang berada dibawah unit kerja.
8. Kepala Bagian
Ringkasan
pekerjaan
Kepala
bagian
adalah
mengkoordinir
dan
bertanggung jawab atas pekerjaan/tugas yang dilakukan di bagian reasuransi baik
treaty maupun fakultatif. Wewenang Kepala bagian adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan, menyetujui/menolak atas penawaran fakultatif sesuai dengan
batas wewenang yang ditetapkan.
2. Mengadakan negosiasi untuk menjajaki kerja sama reasuransi dengan pihak
ceding companies dalam dan luar negeri.
3. Menandatangani slip reasuransi beserta nota debetnya.
4. Menandatangani
internal
dokumen/surat
menyurat/dokumen
sesuai
wewenang.
5. Memberikan izin cuti dan izin lainnya bagi karyawan yang berada dibawah
unit kerja.
6. Memberikan penilaian kinerja bagi karyawan yang berada dibawah unit kerja.
9. Kasie Fakultatif
Ringkasan pekerjaan Kasie Fakultatif adalah bertanggung jawab dalam
menentukan akseptasi bisnis inward (sesuai dengan kapasitasnya) dan
menentukan spread of risk dalam penempatan excess suatu pertanggungan kepada
reasuradur. Wewenang Kasie Fakultatif adalah sebagai berikut :
1. Mengaksep penawaran inward facultative sesuai dengan kapasitas yang sudah
ditentukan oleh perusahaan.
2. Menolak setiap penawaran inward facultative yang tidak sesuai dengan
Pedoman Klasifikasi Risiko atau Underwriting guidance.
3. Menempatkan bisnis outward facultative kepada reasuradur yang sudah
diketahui dan disetujui oleh Kabag Reasuransi, Kepala Divisi Teknik, dan
Direktur Teknik.
4. Memberikan izin cuti dan izin lainnya bagi karyawan yang berada dibawah
unit kerja.
5. Memberikan penilaian kinerja bagi karyawan yang berada dibawah unit kerja.
10. Kasie Treaty
Ringkasan pekerjaan Kasie Treaty adalah sebagai berikut :
1. Bertanggung jawab dalam pembuatan laporan data-data yang dibutuhkan
untuk renewal treaty tahun mendatang.
2. Membuat laporan periodik sebagaimana disyaratkan dalam schedule treaty.
3. Membuat laporan dan analisa untuk keperluan manajemen.
Wewenang Kasie Treaty adalah sebagai berikut :
1. Mengusulkan penawaran treaty kepada Kabag R/A, Kadiv Teknik dan direksi
setelah dianalisa.
2. Memberikan izin cuti dan izin lainnya bagi karyawan yang berada dibawah
unit kerja.
3. Memberikan penilaian kinerja bagi karyawan yang berada dibawah unit kerja.
11. Wakadiv. Keu. & Akt. (Divisi keuangan/Administrasi)
Ringkasan
pekerjaan
Wakadiv.
Keu.
&
Akt.
(Divisi
keuangan/administrasi) adalah merumuskan kebijakan dan melaksanakan serta
mengawasi kegiatan di bidang keuangan, akuntansi, dan sistem informasi.
Wewenang :
1. Menandatangani memorandum/surat/laporan sesuai batas wewenang yang
ditetapkan.
2. Melaksanakan penilaian kinerja karyawan kepala bagian dan kepala seksi
yang berada di Divisi Keuangan/Akuntansi.
3. Mengadakan pembinaan dan pengarahan untuk kemungkinan peningkatan
keterampilan/kemampuan bawahannya.
4. Memutuskan pemberian ijin cuti bagi karyawan kepala bagian dan kepala
seksi yang berada di divisi keuangan/akuntansi.
5. Mengajukan permintaan kebutuhan sarana dan prasarana untuk keperluan
divisi keuangan/akuntansi.
12. Kepala Bagian (Divisi Keuangan/Administrasi)
Ringkasan pekerjaan Kepala Bagian (Divisi Keuangan dan Administrasi)
adalah merencanakan, mengkoordinir, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan
adminstrasi perusahaan.Wewenang Kepala Bagian (Divisi Keuangan dan
Administrasi) adalah sebagi berikut :
1. Menandatangani memorandum/surat/laporan sesuai batas wewenang yang
ditetapkan.
2. Melaksanakan penilaian kinerja karyawan kepala seksi dan karyawan yang
berada di unit kerjanya.
3. Mengadakan pembinaan dan pengarahan untuk kemungkinan peningkatan
keterampilan/kemampuan bawahannya.
4. Mengawasi kegiatan serta tingkah laku bawahannya.
5. Memutuskan pemberian ijin cuti bagi karyawan di bawah unit kerjanya.
13. Kepala Seksi (Divisi Keuangan Akuntansi Bagian Akuntansi)
Ringkasan pekerjaan Kepala Seksi (Divisi Keuangan Akuntansi Bagian
Akuntansi) adalah melaksanakan kegiatan administrasi atas transaksi teknik
perasuransian/akuntansi asuransi. Wewenang Kepala Seksi (Divisi Keuangan
Akuntansi Bagian Akuntansi) adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani memorandum/surat/laporan sesuai batas wewenang yang
ditetapkan.
2. Melaksanakan penilaian kinerja karyawan yang berada di unit kerjanya.
3. Mengadakan pembinaan dan pengarahan terhadap bawahannya.
4. Mengawasi kegiatan serta tingkah laku bawahannya.
5. Memutuskan pemberian ijin cuti bagi karyawan di bawah unit kerjanya.
14. Kasie Akuntansi (Divisi akuntansi & Keuangan)
Ringkasan Pekerjaan Kasie Akuntansi (Divisi Akuntansi & Keuangan)
adalah melaksanakan tugas-tugas kegiatan administrasi atas transaksi non teknik
perasuransian/akuntansi non asuransi yang berhubungan dengan biaya-biaya yang
dibayar di muka, beban usaha, dan aktiva tetap. Wewenang Kasie Akuntansi
(Divisi Akuntansi & Keuangan) adalah jabatan ini bertanggung jawab terhadap
kelancaran, kelengkapan adminstrasi kepada kepala seksi.
15. Kepala Bagian Keuangan (Divisi Keuangan/Administrasi)
Ringkasan
pekerjaan
Keuangan/Administrasi)
adalah
Kepala
Bagian
Keuangan
mengelola
pelaksanaan
(Divisi
pemupukan
dan
penempatan dana untuk memperoleh hasil yang optimal. Wewenang Kepala
Bagian Keuangan (Divisi Keuangan/Administrasi) adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani memorandum/surat/laporan sesuai batas wewenang yang
ditetapkan.
2. Menandatangani cek/giro bilyet, perintah bayar lainnya, aplikasi transfer
bersama-sama dengan salah satu direktur.
3. Melakukan penilaian kinerja karyawan yang berada di unit kerjanya.
4. Mengadakan pembinaan dan pengarahan yang berada di unit kerjanya.
5. Mengawasi kegiatan serta tingkah laku bawahannya.
6. Memutuskan pemberian ijin cuti bagi karyawan di bawah unit kerjanya.
16. Kasie Utang Piutang (Bagian Keuangan Divisi Keuangan/Administrasi)
Ringkasan pekerjaan Kasie Utang Piutang (Bagian Keuangan Divisi
Keuangan/Administrasi) adalah mengkoordinir tugas-tugas penagihan dan
pembayaran hutang-piutang dan memelihara kolektibilitas pada tingkat yang
optimal guna menunjang usaha peusahaan. Wewenang Kasie. Utang Piutang
(Bagian Keuangan Divisi Keuangan/Administrasi) adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani
surat/memorandum
sesuai
dengan
wewenang
yang
ditentukan.
2. Menugaskan
bawahan
untuk
melakukan
kunjungan
ke
tertanggung
(perusahaan atau perorangan) dalam rangka penagihan.
3. Menilai kinerja karyawan yang berada di bawah unit kerjanya.
4. Membina dan mengarahkan karyawan di bawah unit kerjanya.
5. Memutuskan pemberian cuti bagi karayawan di bawah unit kerjanya.
17. Kasie Kas dan Bank (Bagian Keuangan Divisi Keuangan/Administrasi)
Ringkasan pekerjaan Kasie Kas dan Bank (Bagian Keuangan Divisi
Keuangan/Administrasi) adalah mengkoordinir kegiatan menjaga dan memonitor
posisi keuangan perusahaan serta mempersiapkan dana dan merencanakan
pembayaran secara internal dan eksternal. Wewenang Kasie Kas dan Bank
(Bagian Keuangan Divisi Keuangan/Administrasi) adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani
surat/memorandum
sesuai
dengan
wewenang
yang
ditetapkan.
2. Memperbaiki/mengoreksi atas kesalahan pada bukti pembayaran (CDV) dan
bukti penerimaan (CCV).
3. Menilai kinerja karyawan yang berada dibawah unit kerjanya.
4. Membina dan mengarahkan karyawan dibawah unit kerjanya.
5. Memutuskan pemberian cuti bagi karyawan dibawah unit kerjanya.
18. Kasie Kas dan Bank (Bagian Sistim Informasi Manajemen Divisi
Keuangan dan Akuntansi)
Ringkasan pekerjaan Kasie Kas dan Bank (Bagian Sistim Informasi
Manajemen Divisi Keuangan dan Akuntansi) adalah sebagai berikut :
1. Membuat perencanaan dan merumuskan penyusunan sistem komputer
perusahaan.
2. Mendayagunakan bagian Sistem Informasi Manajemen (SIM) agar rencana
kerja divisi
keuangan dan akuntansi yang digariskan dapat dilaksanakan
secara efektif dan
efesien. Pendayagunaan ini mencakup aspek Sumber Daya
Manusia (SDM) , sarana dan peralatan. Aspek SDM meliputi pembagian
kerja, pendelegasian wewenang dan hubungan kerja baik vertikal maupun
horizontal.
3. Memimpin bagian dalam mencapai tujuan yang digariskan dalam rencana
kerja dan anggaran perusahaan. Kepemimpinan mencakup pengarahan,
koordinasi dan pengintegrasian dari seluruh sumber daya bagian SIM.
4. Melaksanakan sitem pelaporan yang memungkinkan pengukuran hasil yang
telah dicapai dibandingkan dengan rencana kerja dan anggaran yang
digariskan.
5. Menyiapkan, menganalisis dan menginterpretasikan laporan operasi bagian
Sistem Informasi Manajemen.
Wewenang Kasie Kas dan Bank (Bagian Sistim Informasi Manajemen
Divisi Keuangan dan Akuntansi) adalah sebagai berikut :
1. Mendayagunakan sumber daya dalam peralatan dan perabotan kantor, ruangan
dan sarana lain yang berada dalam penguasaannya.
2. Memerintah karyawan bagiannya untuk melaksanakan pekerjaan lembur
maupun pekerjaan lain yang berhubungan dengan aktivitas bagiannya
3. Mengatur dan menyetujui jadwal cuti dan ijin karyawan bagiannya.
4. Menyetujui dan menandatangani seluruh dokumen yang diterima dan
diterbitkan oleh bagiannya sesuai dengan kebijakan perusahaan.
19. Kasie Sistem Informasi (Bagian Sistim Informasi Manajemen Divisi
Keuangan/Administrasi)
Ringkasan pekerjaan Kasie Sistem Informasi (Bagian Sistim Informasi
Manajemen Divisi Keuangan/Administrasi) adalah menjaga, memelihara dan
memberikan informasi kepada pemakai untuk kelancaranpenggunaan sistem.
Wewenang Kasie Sistem Informasi (Bagian Sistim Informasi Manajemen Divisi
Keuangan/Administrasi) adalah jabatan ini bertanggung jawab terhadap
kelancaran, kelengkapan administrasi kepada Kepala Bagian
20. Wakadiv Administrasi (Divisi Administrasi)
Ringkasan pekerjaan Wakadiv Administrasi (Divisi Administrasi) adalah
sebagai berikut :
1. Merumuskan kebijakan dan melaksanakan serta mengawasi kegiatan dibidang
Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum.
2. Merumuskan kebijakan dan melaksanakan tata usaha divisi (office
management)
3. Menyusun dan memonitor implementasi perencanaan anggaran biaya.
Wewenang Wakadiv Administrasi (Divisi Administrasi) adalah sebagai
berikut :
1. Medandatangani memorandum / surat / dokumen / laporan sesuai dengan
batas wewenang yang ditetapakan.
2. Melaksanakan penilaian kinerja karyawan kepala bagian dan kepala seksi
yang berada di divisi administrasi.
3. Mengadakan pembinaan dan pengarahan untuk kemungkinan peningkatan
keterampilan / kemampuan bawahannya.
4. Memutuskan pemberian izin cuti bagi karyawan Kabag dan Kasie yang berada
di divisi administrasi.
5. Menandatangani pengeluaran kas bon sesuai dengan batas wewenang yang
ditetapkan.
21. Kepala Bagian (Bagian Umum Divisi Administrasi)
Ringkasan pekerjaan Kepala Bagian (Bagian Umum Divisi Administrasi) adalah
menyelenggarakan kegiatan kesekretariatan dan merencanakan, mengkoordinir,
mengelola, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan pengadaan, pemakaian,
pemeliharaan serta pengamanan harta milik perusahaan. Wewenang Kepala
Bagian (Bagian Umum Divisi Administrasi) adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani memorandum/surat/dokumen/laporan sesuai dengan batas
wewenang yang ditetapkan.
2. Menandatangani permohonan kas bon sesuai dengan batas wewenang yang
ditetapkan
3. Melaksanakan penilaian kinerja karyawan kepala seksi dan karyawan yang
berada di unit kerjanya.
4. Mengadakan pembinaan dan pengarahan untuk kemungkinan peningkatan
keterampilan/kemampuan bawahannya.
5. mengawasi kegiatan serta tingkah laku bawahannya.
6. Memutuskan pemberian izin cuti bagi karyawan dibawah unit kerjanya
22. Kepala Bagian (Bagian Sumber Daya Manusia Divisi Administrasi)
Ringkasan pekerjaan Kepala Bagian (Bagian Sumber Daya Manusia Divisi
Administrasi) adalah menyelenggarakan kegiatan perencanaan, penerimaan,
penempatan, pendidikan, pengembangan dan kesejahteraan dibidang kepegawaian
serta penataan sistem organisasi. Wewenang Kepala Bagian (Bagian Sumber
Daya Manusia Divisi Administrasi) adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani memorandum/surat/dokumen/laporan sesuai dengan batas
wewenang yang ditetapkan.
2. Menilai kinerja karyawan yang berada dibawah unit kerjanya.
3. Mengadakan pembinaan dan pengarahan untuk kemungkinan peningkatan
keterampilan/kemampuan bawahannya.
4. mengawasi kegiatan serta tingkah laku bawahannya.
5. Memutuskan pemberian izin cuti bagi karyawan dibawah unit kerjanya.
26. Kabag Pengawasan Intern
Sebagai aparat direktur utama di bidang pengawasan intern merumuskan
Program Kerja Pengelolaan Pengawasan Intern sebagai penjabaran strategi
perusahaan di bidang pengawasan, pengendalian manajemen serta pemeriksaan
langsung atas pencacatan, prosedur operasional, fisik untuk mengamankan harta
milik perusahaan, dan melaksanakan agar seluruh program kerja yang ditetapkan
perusahaan dapat berjalan secara efektif, efisien, dan optimal.
Bertanggung jawab atas pencapaian dan keberhasilan operasional di
bidang pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan yang telah didelegasikan
kepada para kepala seksi di bawah pengawasannya sesuai dengan pedoman yang
telah digariskan.
Melakukan koordinasi antara bagian pengawasan internal dan seksi yang
berada
dibawah
binaannya
dengan
obyek
yang
diperiksa
(seluruh
divisi/bagian/cabang dalam struktur organisasi perusahaan) untuk mendorong
pencapaian hasil operasional perusahaan secara optimal.
Wewenang dan tanggung jawab Kabag Pengawasan Intern adalah sebagai
berikut :
1. Menyusun sistem operasional prosedur dan pedoman prosedur pengawasan di
bidangnya secara efektif dan efisien sesuai dengan kewenangan yang
diberikan oleh direktur utama.
2. Menyusun rencana kerja dan anggaran bagian pengawasan intern, PKPT
(Program Kerja Pemeriksaan Tahunan), menetapkan bidang-bidang yang
mengandung risiko dan menilai artinya dalam hubungannya dengan faktorfaktor operasional, biaya, jadwal dan kualitas, klarifikasi tugas pemeriksaan
menurut
tingkat
risiko,
penting
dan
seringnya
pemeriksaandan
mempertanggungjawabkannya kepada direktur utama.
3. Merumuskan
pendelegasian
dan
mengusulkan
kewenangan
kepada
dibidang
direktur
pengawasan,
utama
mengenai
pengendalian,
dan
pemeriksaan kepada sekuruh aparat Pengawasan Intern, dan khususnya
sebagai aparat fungsional menetapkan/menunjuk personalia pemeriksaan dan
tanggung jawab :
a. Sebagai penanggung jawab :
1) Mengelola dan bertanggung jawab atas keseluruhan kebijakan pemeriksaan.
2) Membahas seluruh masalah prinsip dengan pimpinan obyek yang diperiksa.
3) Mereview Konsep laporan hasil pemeriksaan.
4) Menyetujui laporan hasil pemeriksaan.
b. Sebagai pengawas :
1) Mengawasi kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh tim-tim yang
dibawahinya.
2) Menyetujui program pemeriksaan yang disusun oleh ketua tim.
3) Mereview Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang dibuat oleh ketua tim.
4) Mereview konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (KHP) serta membahasnya
dengan ketua tim.
5) Membahas hasil pemeriksaan dengan pejabat yang diperiksa.
c. Sebagai ketua tim :
1) Memimpin langsung pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan di lapangan (obyek
pemeriksaan),
bertanggung
jawab
atas
kelancaran
dn
keberhasilan
pelaksanaan pemeriksaan yang telah ditetapkan.
2) Mereview dan/atau membuat, Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) sebelumnya,
serta mempelajari informasi lainnya.
3) Membuat perencanaan dan melakukan pelaksanaan pemeriksaan mencakup :
a) Persiapan pemeriksaan (melakukan pertemuan, pendahuluan dengan pimpinan
tertinggi dari obyek pemeriksaan dan mencari/mendapatkan informasi umum
tentang semua aspek yang berhubungan dengan kegiatan obyek).
b) Pemeriksaan pendahuluan (melakukan penelaahan ketentuan/peraturan yang
berlaku, melaksanakan pengujian terbatas terhadap sistem pengendalian
manajemen dalam bentuk penyusunan program pemeriksaan).
c) Pemeriksaan lanjutan atau pemeriksaan terinci (berdasarkan temuan dalam
pemeriksaan pendahuluan secara fungsional atau pemeriksaan rutin secara
struktural menetapkan bentuk temuan dan mengembangkan temuan, maka
diusulkan pelaksanaan pemeriksaan lanjutan, dan apabila usulan disetujui oleh
kepala pengawasan internal menyusun program pemeriksaan lanjutan).
4) Mereview, dan/atau membuat program pemeriksaan/langkah-langkah kerja
untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pemeriksaan.
5) Mereview, dan/atau menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) berdasarkan
prosedur pemeriksaan yang telah dilaksanakan dan menginventarisasi masalah
yang ditemukan.
6) Membimbing para pelaksana/anggota pemeriksa dalam timnya.
7) Mereview hasil pekerjaan para pelaksana.
8) Menyusun konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dengan :
a) Mendiskusikan hasil pemeriksaan dengan atasan
b) Menyusun hasil penilaian atas penerapan kebijakan direksi dan hasil analisa
atas penyimpangan/ketidak patuhan terhadap kebijakan direksi.
c) Memberikan saran perbaikan atas hasil temuan baik yang ditujukan kepada
obyek yang diperiksa maupun kepada direksi.
d. Anggota tim :
1) Mempelajari dan membuat usulan program pemeriksaan/langkah-langkah
kerja untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pemeriksaan.
2) Melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan penugasan yang ada, berpedoman
pada prosedur/langkah-langkah kerja, norma serta pedoman pemeriksaan yang
telah disepakati.
3) membuat dan menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) atas pelaksanaan
pemeriksaan yang telah dilakukan.
4) Menginventarisasi masalah yang ditemukan untuk dibicarakan dengan ketua
tim.
5) Membantu penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) sesuai dengan
pengarahan dan petunjuk atasan/ketua tim/pengawas/penanggung jawab
pemeriksaan.
4. Memberikan penjelasan dan keterangan teknis dan non teknis dari hasil
pemeriksaan internal kepada eksternal auditor setelah mendapat rekomendasi
dari direktur utama, dan mewakili direktur utama untuk melakukan pertemuan
dengan pihak luar, atau departemen/pemerintah sebatas kewenangan yang
diberikan oleh direktur utama.
5. Bertanggung jawab dalam perencanaan dan penyelenggaraan program
pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM di pengawasan intern. Untuk
kelancaran tugasnya kepala bagian pengawasan Intern melakukan koordinasi
dengan bagian SDM.
6. Berwenang mengeluarkan surat eksternal dan internal dalam rangka
pelaksanaan kebijakan yang telah digariskan oleh direktur utama sebatas
kewenangan yang diberikan oleh direktur utama, terutama yang menyangkut
tentang kelancaran dan keberhasilan pemeriksaan sesuai dengan sasaran dan
tujuan pemeriksaan.
7. Mengusulkan pengaturan, penempatan personil kepala seksi dan staf di bagian
Pengawasan Intern, baik untuk pelaksanaan operasional Pengawasan Intern.
8. Berdasarkan
pengamatan
dan
untuk
maksud
pembinaan
karyawan,
memberikan usulan kepada direktur utama tentang pemberian sanksi,
penghargaan, dan mengusulkan pendidikan bagi kepala seksi, staf bagian
pengawasan intern.
9. Mengevaluasi prestasi bawahan dalam rangka penilaian kondite bawahannya,
memberikan laporan kepada direktur utama.
27. Kantor Perwakilan Palembang (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kantor Perwakilan Palembang (Pemasaran) adalah
sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Perwakilan Palembang.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
pemasaran dengan wilayah kerja :
a. PT Bank Mandiri Kanwil II meliputi :
1) Kanwil II Palembang + Palembang CCO/BPC
2) HUB Bengkulu A. Yani + S. Parman
3) HUB Palembang A. Rivai
4) HUB Bank Mandiri Jambi
b. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kanwil II
c. PT Bank Mandiri JCCO Kanwil II
d. Bank-bank lain di luar PT Bank Mandiri
e. Kantor Cabang/Kantor Perwakilan Broker Asuransi
f. Pos langsung
Wewenang setiap Kantor Perwakilan adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani memo/surat/dokumen/laporan produksi.
2. Menandatangani polis sesuai batas wewenang yang ditetapkan.
3. Menandatangani pengeluaran cek sesuai batas wewenang yang ditetapkan.
4. Memutuskan menerima/menolak penutupan asuransi sesuai batas wewenang
yang telah ditentukan.
5. Menentukan besarnya discount, overriding commission sesuai batas
wewenang yang ditetapkan.
6. Memutuskan pemakaian kendaraan untuk karyawan di bawah unit kerjanya.
7. Memutuskan pemberian ijin cuti karyawan di bawah unit kerjanya.
28. Kantor Perwakilan Makasar (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kantor Perwakilan Makasar adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Perwakilan Makasar.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
pemasaran dengan wilayah kerja :
a. PT Bank Mandiri Kanwil X meliputi :
1) HUB Makasar Kartini
2) HUB Ambon Patimura
3) HUB Ambon Merdeka
4) HUB Sorong A. Yani
5) HUB Sorong Basuki Rakhmat
6) HUB Watampone
b. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kanwil X
c. PT Bank Mandiri JCCO Kanwil X
d. Bank-bank lain di luar PT Bank Mandiri
e. Kantor Cabang/Kantor Perwakilan Broker Asuransi
f. Pos langsung
29. Kepala Cabang Medan (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Medan adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Cabang Medan.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
pemasaran dengan wilayah kerja :
a. PT Bank Mandiri Kanwil I meliputi :
1) HUB Medan Imam Bonjol
2) HUB Medan Balai Kota
3) HUB Pematangsiantar
b. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kanwil I
c. PT Bank Mandiri JCCO Kanwil I
d. Bank-bank lain di luar PT Bank Mandiri
e. Kantor cabang/kantor perwakilan broker asuransi
f. Pos langsung
30. Kepala Cabang Bandung (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Bandung adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Cabang Bandung.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
pemasaran dengan wilayah kerja :
a. PT Bank Mandiri Kanwil VI meliputi :
1) HUB Bandung Asia Afrika
2) HUB Bandung Sukarno Hatta
3) HUB Suropati
4) HUB Bandung Braga
5) HUB Cirebon Yos Sudarso
b. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kanwil VI
c. PT Bank Mandiri JCCO Kanwil VI
d. Bank-bank lain di luar PT Bank Mandiri
e. Kantor cabang/kantor perwakilan broker asuransi
f. Pos langsung
31. Kepala Cabang Pekanbaru (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Pekanbaru adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Cabang Pekanbaru.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
pemasaran dengan wilayah kerja :
a. PT Bank Mandiri Kanwil I meliputi :
1) HUB Pekanbaru Sudirman Bawah
2) HUB Batam Imam Bonjol
3) HUB Padang Lapangan Imam Bonjol
4) HUB Tanjung Pinang-Kepulauan Riau
b. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kanwil I
c. PT Bank Mandiri JCCO Kanwil I
d. Bank-bank lain di luar PT Bank Mandiri
e. Kantor Cabang/Kantor Perwakilan Broker Asuransi
f. Pos langsung
Kantor cabang Pekanbaru membawahi Kantor Cabang Perwakilan
Palembang dengan wilayah kerja :
a. PT Bank Mandiri Kanwil II meliputi :
1) Kanwil II Palembang + Palembang CCO/BPC
2) HUB Bengkulu A. Yani + S. Parman
3) HUB Palembang A. Rivai
4) HUB Palembang Arief
5) HUB Bank Mandiri Jambi
b. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kanwil II
c. PT Bank Mandiri JCCO Kanwil II
d. Bank-bank lain di luar PT Bank Mandiri
e. Kantor cabang/kantor perwakilan broker asuransi
f. Pos langsung
32. Kepala Cabang Semarang (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Semarang adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
operasional Kantor Cabang Semarang.
dan
memonitor
tugas
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
pemasaran dengan wilayah kerja :
a. PT Bank Mandiri Kanwil VII meliputi :
1) HUB Semarang Pemuda
2) HUB Semarang Pahlawan
3) HUB Jogjakarta Sudirman
4) HUB Solo Sriwedari
b. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kanwil VII
c. PT Bank Mandiri JCCO Kanwil VII
d. Bank-bank lain di luar PT Bank Mandiri
e. Kantor cabang/kantor perwakilan broker Asuransi
f. Pos langsung
33. Kepala Cabang Surabaya (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Surabaya adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Cabang Surabaya.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
pemasaran dengan wilayah kerja :
a. PT Bank Mandiri Kanwil VIII meliputi :
1) HUB Surabaya Niaga
2) HUB Surabaya Basuki Rahmat
3) HUB Surabaya Genteng Kali
4) HUB Jember Alun-alun
5) HUB Malang Wahid Hasyim
6) HUB Denpasar Veteran
b. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kanwil
VIII
c. PT Bank Mandiri JCCO Kanwil VIII
d. Bank-bank lain di luar PT Bank Mandiri
e. Kantor cabang/kantor perwakilan broker asuransi
f. Pos langsung
Kantor cabang Pekanbaru membawahi Kantor Cabang Perwakilan
Palembang dengan wilayah kerja :
a. PT Bank Mandiri Kanwil X meliputi :
1) HUB Makasar Kartini
2) HUB Ambon Patimura
3) HUB Ambon Merdeka
4) HUB Sorong A. Yani
5) HUB Sorong Basuki Rakhmat
6) HUB Watampone
b. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kanwil X
c. PT Bank Mandiri JCCO Kanwil X
d. Bank-bank lain di luar PT Bank Mandiri
e. Kantor cabang/kantor perwakilan broker asuransi
f. Pos langsung
34. Kepala Cabang Syariah
Ringkasan pekerjaan Kepala Cabang Syariah adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan,
mengkoordinir,
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
melaksanakan
dan
memonitor
tugas
operasional Kantor Cabang Syariah.
2. Merencanakan,
mengkoordinir,
pemasaran dengan wilayah kerja :
a. PT Bank Syari’ah Mandiri (BSM)
b. PT Bank Muamalat
c. PT Bank Syari’ah Mega Indonesia
d. PT Bank Tabungan Negara Syari’ah
e. Broker PT Amanah Jamisi Indonesia
f. Broker PT Binasentra Purna
g. Broker PT Fresnel
h. Pos langsung
35. Wakil Kepala Cabang (Divisi Pemasaran)
Ringkasan pekerjaan Wakil Kepala Cabang adalah membantu kegiatan
pemasaran cabang dan menjaga portofolio premi atau nasabah-nasabah cabang
Pekanbaru antara lain :
1. PT Bank Mandiri Kanwil I meliputi :
a. HUB Pekanbaru Sudirman bawah
b. HUB Batam Imam Bonjol
c. HUB Padang Lapangan Imam Bonjol
d. HUB Tanjung Pinang – Kepulauan Riau
2. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kanwil I
3. PT Bank Mandiri JCCO Kanwil I
4. Bank-bank lain di luar PT Bank Mandiri
5. Kantor cabang/kantor perwakilan broker asuransi
6. Pos langsung
Wewenang Wakil Kepala Cabang adalah sebagai berikut :
4. Memutuskan menerima/menolak penutupan asuransi sesuai batas wewenang
yang telah ditentukan.
5. Memutuskan pemakaian kendaraan untuk karyawan di bawah unit kerjanya.
6. Memutuskan pemberian ijin cuti karyawan di bawah unit kerjanya.
36. Group I
Ringkasan pekerjaan Group I adalah merencanakan, mengkoordinir,
melaksanakan dan memonitor pekerjaan pemasaran group I dengan wilayah kerja:
1. PT Bank Mandiri Kanwil II meliputi :
a. HUB Bandar Lampung Malahayati
b. SPOKE Tanjung Enim dan Muara Enim
c. SPOKE Baturaja
d. SPOKE Metro
e. SPOKE Bandarjaya
f. SPOKE Kotabumi dan sekitarnya
g. SPOKE Tanjung Karang Bambung Kuning
2. PT Bank Mandiri Kanwil III meliputi :
a. HUB Jakarta Kota
b. HUB Jakarta Gambir
c. HUB Jakarta Tanjung Priok
d. HUB Jakarta S. Parman
e. HUB Jakarta Kyai Tapa
f. HUB Jakarta Daan Mogot
3. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Jakarta
Kota
4. PT Bank Mandiri JCCO Jakarta Kota
5. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kelapa
Gading dan Bekasi
6. PT Bank Mandiri JCCO Kelapa Gading dan Bekasi
7. PT Bank Mandiri region V/Jakarta Sudirman meliputi :
a. HUB Sudirman
b. HUB Plaza Mandiri
c. HUB Kebayoran Falatehan
d. HUB Fatmawati
e. HUB Pondok Indah
f. HUB Bintaro
g. HUB Pasar Rebo
8. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Jakarta
Sudirman
9. PT Bank Mandiri JCCO Jakarta Sudirman
10. Pos Langsung
11. Broker PT Gelora Jasatama
12. Broker PT Krida Upaya Tunggal
13. Broker PT Caraka Mulya
14. Broker Estetika
15. Broker PT Mitra Dana
16. Broker PT Pilar
17. Broker PT Metanoya
Wewenang setiap Group adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani memo/surat/dokumen/laporan produksi.
2. Menandatangani polis ko-asuransi sesuai batas wewenang yang ditetapkan.
3. Menandatangani surat renewel notice untuk setiap Group masing-masing.
4. Memutuskan
menerima/menolak
wewenang yang telah ditentukan.
penutupan
asuransi
sesuai
batasan
5. Memutuskan pemakaian kendaraan untuk karyawan di bawah unit kerjanya.
6. Memutuskan pemberian ijin cuti karyawan di bawah unit kerjanya.
37. Group II
Ringkasan pekerjaan Group II adalah merencanakan, mengkoordinir,
melaksanakan dan memonitor pekerjaan pemasaran group II dengan wilayah
kerja:
1. PT Bank Mandiri Kanwil IV/Jakarta Thamrin meliputi :
a. HUB Jakarta Cikini
b. HUB Jakarta Jatinegara Timur
c. HUB Jakarta Pulogadung
d. HUB Jakarta Kebon Sirih
e. HUB Jakarta Thamrin
f. HUB Jakarta Imam bonjol
g. HUB Jakarta Casablanca
2. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Jakarta
Thamrin
3. PT Bank Mandiri JCCO Jakarta Thamrin
4. PT Bank Mandiri Kanwil VI meliputi : Bogor Juanda dan sekitarnya
5. PT Bank Mandiri Kantor Pusat meliputi :
a. PT Bank Mandiri CRG
b. PT Bank Mandiri CBC Plaza Mandiri
c. PT Bank Mandiri Treasury Trading
d. PT Bank Mandiri Corporate Banking 1,2,& 3
e. PT Bank Mandiri Satuan Kerja Audit Intern
f. PT Bank Mandiri Electric Banking Group
g. PT Bank Mandiri Asset Management Group
h. Customer Loan
i. Koperasi karyawan PT Bank Mandiri
j. PT Bank Mandiri
6. Broker PT Gelora Jasatama
7. Broker PT Krida Upaya Tunggal
8. Broker PT Caraka Mulya
9. Broker Estetika Jasatama
10. Pos Langsung
38. Group III
Ringkasan pekerjaan Group III adalah merencanakan, mengkoordinir,
melaksanakan dan memonitor pekerjaan pemasaran group III dengan wilayah
kerja :
1. PT IBS (Insurance Brooking Service)
2. PT TIB (Tugu Insurance Broker)
3. Beringin Sejahtera Makmur (BSM)
4. PT Murindo
5. PT UIB (United Insurance Broker)
6. PT JPS (Jaya Proteksi Sakti)
7. PT Marsh
8. PT Fresnel
9. PT Binya Kaya
10. PT Talisan
11. PT DSR (Duta Sewu Raya)
12. PT NIB
13. PT Krida Upata Tunggal
14. Broker PT Accette
15. Broker PT Metropolitan
16. Broker PT Bina Sentra Purna
17. PT MPM (Megah Putra Manunggal)
18. PT KBRU ( Kali Besar Raya Utama)
19. PT Antara
20. PT Advis Terapan proteksi
21. PT Pro Asia
22. Marga
23. PT Indosurance
24. PT Sapta Mills
25. PT Lumbung Sari
26. PT Mitra Suksestama
27. PT Jasa Indonesia
28. PT RIB (Rajawali Insurance Broker)
29. Pos Langsung
39. Group IV
Ringkasan pekerjaan Group IV adalah merencanakan, mengkoordinir,
melaksanakan dan memonitor pekerjaan pemasaran group IV dengan wilayah
kerja, menangani bisnis dari
1. Bank Kesawan, Bukopin, dll.
2. Bank BRI, BUMN/BUMD, dan Bank DKI.
40. Kepala Bagian (Klaim)
Ringkasan pekerjaan Kepala Bagian (Klaim) adalah sebagai berikut :
1. Melakukan penelitian dan analisa klaim yang diajukan tertanggung mapun koasuradur serta penyampaian keputusan klaim kepada tertanggung maupun koasuradur.
2. Menyelesaikan recovery klaim dari reasuradur.
3. Menyelesaikan salvage recovery klaim (bila ada).
Wewenang Kepala Bagian (Klaim) adalah sebagai berikut :
1. Memeberikan persetujuan klaim atas saham Staco sebesar Rp 1.500.000,- s/d
Rp 5.000.000,-.
2. Menandatangani surat/fax/memo yang menyangkut dan berhubungan dengan
kegiatan operasional bagian klaim.
3. Menandatangani nota yang menyangkut proses pembayaran klaim sampai
dengan Rp 5.000.000,-.
4. Memberikan izin cuti dan izin lainnya bagi karyawan yang berada dibawah
unit kerja.
5. Memberikan penilaian kinerja bagi karyawan yang berada dibawah unit kerja.
41. Wakil Kepala Cabang
Ringkasan pekerjaan Wakil Kepala Cabang adalah membantu kegiatan
pemasaran cabang dan menjaga portofolio premi atau nasabah-nasabah cabang
Pekanbaru antara lain :
1. PT Bank Mandiri Kanwil I meliputi :
a. HUB Pekanbaru Sudirman bawah
b. HUB Batam Imam Bonjol
c. HUB Padang Lapangan Imam Bonjol
d. HUB Tanjung Pinang – Kepulauan Riau
2. PT Bank Mandiri CBC/SBDC/Mikro yang berada di wilayah kerja Kanwil I
3. PT Bank Mandiri JCCO Kanwil I
4. Bank-bank lain di luar PT Bank Mandiri
5. Kantor cabang/kantor perwakilan broker asuransi
6. Pos langsung
Wewenang Wakil Kepala Cabang adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan menerima/menolak penutupan asuransi sesuai batas wewenang
yang telah ditentukan.
2. Memutuskan pemakaian kendaraan untuk karyawan di bawah unit kerjanya.
3. Memutuskan pemberian ijin cuti karyawan di bawah unit kerjanya.
Lampiran 2. Pertanyaan Wawancara
PERTANYAAN WAWANCARA
PT. STACO JASAPRATAMA
Wisma Tugu Raden Saleh Lt. 3, 4 & 5 Jl.Raden Saleh 44 Jakarta
I. Pertanyaan Tentang Gambaran Umum Perusahaan
1. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Staco Jasapratama?
2. Dimana lokasi perusahaan berada dan mengapa perusahaan tersebut
didirikan disana?
3. Apa yang menjadi visi, misi, dan tujuan dari PT. Staco Jasapratama?
4. Bagaimana struktur organisasi serta tugas dan wewenang pada setiap
jabatan yang ada pada PT. Staco Jasapratama?
II. Pertanyaan Tentang Segmentation, Targetting, dan Positioning
1. Segmen pasar mana yang dituju oleh PT. Staco Jasapratama untuk produk
asuransi properti ?
2. Mengapa perusahaan memilih segmen pasar tersebut ?
3. Apakah ada pesaing yang menguasai segmen pasar tersebut ?
Ya
Sebutkan ………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
Tidak
4. Bagaimana pembagian persentase antara segmen pasar ritel/konsumen
dengan korporat ?
5. Siapa yang menjadi pasar sassaran dari PT. Staco Jasapratama ?
6. Mengapa perusahaan memilih pasar sasaran tersebut ?
7. Apakah ada pasar sasaran lain yang lebih menguntungkan ?
Ya
Tidak
8. Posisi apa yang ingin ditempati oleh PT. Staco Jasapratama?
9. Mengapa perusahaan memilih posisi tersebut ?
Lampiran 2 (lanjutan)
10. Hal-hal yang dilakukan untuk mendapatkan posisi tersebut ?
III. Pertanyaan Tentang Bauran Pemasaran
A. Pertanyaan Tentang Bauran Produk
1. Produk apa saja yang dihasilkan oleh PT. Staco Jasapratama ?
2. Apa yang menjadi produk utama dan mengapa menjadi produk utama?
3. Apa yang membedakan antara jenis produk yang satu dengan yang
lainnya ?
B. Pertanyaan Tentang Bauran Harga
1. Apakah terdapat perbedaan harga antara nasabah perseorangan/ritel
dengan korporasi/lembaga ?
Ada
Alasan ...………………………………………………………..
………………………………………………………………….
Tidak
2. Berapa harga yang ditetapkan untuk nasabah perseorangan/ritel ?
3. Berapa harga yang ditetapkan untuk nasabah korporasi/lembaga ?
4. Apakah ada potongan harga untuk pelanggan atau pembelian dalam
jumlah tertentu ?
Ada
Sebutkan………………………………………………………..
………………………………………………………………….
Tidak
5.
Bagaimana metode penetapan harga yang digunakan ?
6. Faktor apa yang mempengaruhi harga ?
C. Pertanyaan Tentang Bauran Promosi
1. Bentuk promosi apa yang digunakan?
2. Media apa saja yang digunakan untuk sasaran promosi ?
D. Pertanyaan Tentang Bauran Distribusi
1. Bagaimana cara perusahaan dalam mendistribusikan produknya ?
2. Saluran distribusi apa yang digunakan?
Lampiran 2 (lanjutan)
E. Pertanyaan Tentang Bauran Orang
1. Berapa jumlah karyawan PT. Staco Jasapratama saat ini ?
2. Apa rata-rata latar pendidikan dari seluruh karyawan ?
3. Berapa tahun rata-rata lama bekerja dari seluruh karyawan ?
4. Setiap berapa bulan diadakan evaluasi terhadap kinerja karyawan ?
5. Pelatihan dan pengembangan apa yang sudah dilakukan untuk
memperbaiki kualitas SDM di PT. Staco Jasapratama ?
F. Pertanyaan Tentang Proses
1. Bagaimana proses operasional sehari-harinya ?
2. Bagaimana prosedur penerimaan dan identifikasi klaim ?
3. Bagaimana prosedur penerimaan dan persetujuan permohonan
asuransi?
4. Bagaimana prosedur penanganan pembayaran premi yang bermasalah?
G. Pertanyaan Tentang Pelayanan Jasa
1. Apakah ada fasilitas konsultasi, kritik dan saran untuk nasabah ?
Ya
Tidak
2. Apakah setiap keluhan nasabah segera diberi tanggapan ?
Ya
Tidak
IV.Pertanyaan Tentang Lingkungan Industri
1. Apakah terdapat produk pengganti dalam industri ini ?
Ya
Sebutkan………………………………………………………..
………………………………………………………………….
Tidak
2. Siapa yang menjadi pesaing potensial dari perusahaan ini ?
3. Bagaimana kekuatan-kekuatan pesaing potensial tersebut ?
4. Apakah terdapat hambatan keluar dari industri ini ?
Lampiran 2 (lanjutan)
Ya
Sebutkan………………………………………………………..
………………………………………………………………….
Tidak
5. Bagaimana permintaan nasabah terhadap produk asuransi properti PT.
Staco Jasapratama ?
6. Apakah terdapat perusahaan baru yang memasuki pasar asuransi
properti di Indonesia ?
Ya
Sebutkan………………………………………………………..
………………………………………………………………….
Tidak
7. Apakah
terdapat
faktor-faktor
yang
mempermudah
masuknya
pendatang baru ?
V. Pertanyaan Tentang Lingkungan Jauh
1. Bagaimana pengaruh kebijakan politik atau hukum pemerintah
terhadap PT. Staco Jasapratama?
2. Apakah terdapat Undang-Undang yang memiliki pengaruh terhadap
berlangsungnya kegiatan pemasaran produk asuransi umum PT. Staco
Jasapratama?
Ya
Sebutkan………………………………………………………..
………………………………………………………………….
Tidak
3. Bagaimana pengaruh dari kondisi ekonomi Indonesia saat ini terhadap
kebijakan perusahaan ?
4. Bagaimana pengaruh inflasi yang cukup tinggi bagi PT. Staco
Jasapratama?
5. Bagaimana pengaruh suku bunga bagi PT. Staco Jasapratama?
6. Apakah gaya hidup masyarakat yang semakin beragam mempengaruhi
kegiatan pemasaran PT. Staco Jasapratama?
Lampiran 2 (lanjutan)
Ya
Sebutkan………………………………………………………..
………………………………………………………………….
Tidak
7. Apakah permintaan akan meningkat seiring dengan berubah gaya
hidup yang meningkat ?
Ya
Tidak
KUESIONER PENELITIAN PENENTUAN BOBOT DAN RATING
FAKTOR STRATEGIS INTERNAL DAN FAKTOR STRATEGIS
EKSTERNAL PEMASARAN
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN
ASURANSI PROPERTI PADA PT. STACO JASAPRATAMA
Nama Responden : .........................
Jabatan
: .........................
Diharapkan Bapak/Ibu dapat mengisi kuesioner ini secara lengkap, objektif, dan
benar adanya, karena kuesioner ini adalah untuk penelitian skripsi dengan tujuan
ilmiah sehingga diperlukan data yang valid dan akurat.
Oleh
Yermiathika
H24103075
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
Lampiran 3. Kuesioner Pembobotan Faktor Internal Perusahaan
PENENTUAN BOBOT
Tujuan :
Mendapatkan penilaian responden mengenai faktor-faktor strategis internal
maupun eksternal pemasaran yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap
seberapa besar faktor tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk keberhasilan
pemasaran asuransi properti pada PT. Staco Jasapratama.
Petunjuk Umum :
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden.
3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukan secara
langsung (tidak menunda untuk menghindari ketidak konsistenan atas
jawaban).
4. Responden berhak untuk menambahkan atau mengurangi hal-hal yang sudah
tercantum dari kuesioner ini, memiliki pandangan berbeda dengan responden
lainnya atau dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan
yang kuat.
Petunjuk Khusus :
1. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategis internal dan
eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah :
1 = tidak penting
2 = kurang penting
3 = biasa saja
4 = penting
5 = sangat penting
Pemberian
bobot
masing-masing
faktor
strategis
dilakukan
dengan
memberikan tanda (X) pada tingkat kepentingan (1-5) yang paling sesuai
menurut responden.
2. Penentuan bobot merupakan pendapat masing-masing responden terhadap
faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang telah ditinjau dari segi
pemasaran.
Lampiran 4. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Untuk Pembobotan
Asuransi Properti Pada PT. Staco Jasapratama
No
Faktor Internal
R1
1
2
3
4
5
6
Kekuatan
Pelayanan proses klaim
yang singkat
Perusahaan reasuransi luar
negeri sebagai leader
Pengalaman
menangani
bank bisnis
Membina hubungan baik
dengan perusahaan asuransi
lain, broker, dan pelaku
perbankan
Mendapatkan penghargaan
yang dapat meningkatkan
citra dan posisi di mata
nasabah
Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas
1
2
3
4
5
Kelemahan
Promosi kurang gencar
Bisnis masih bergantung
pada Bank Mandiri
Program pelatihan dan
pendidikan (diklat) belum
terstruktur
Belum
memiliki
agen
sendiri
Belum memiliki motto
Bobot
R2
Rataan
R3
Lampiran 5. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Untuk Pembobotan
Asuransi Properti Pada PT. Staco Jasapratama
No
Faktor Eksternal
R1
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
Peluang
Meningkatnya
kesadaran
masyarakat
terhadap
pentingnya asuransi
Berbagai
bencana
yang
menimpa
Indonesia
belakangan ini
Tidak ada produk pengganti
Kewajiban mengasuransikan
aset yang menjadi agunan bagi
debitur Bank Mandiri
Keputusan Menteri Keuangan
RI
No.424/KMK.06/2003
mengenai kesehatan keuangan
perusahaan
asuransi
dan
reasuransi di Indonesia
Kondisi
makro
ekonomi
Indonesia yang membaik
Perkembangan
teknologi
informasi
Peraturan Pemerintah (PP) No.
63 Tahun 1999 mengenai
syarat modal disetor minimum
100 milyar rupiah
Ancaman
Kekuatan
tawar-menawar
pembeli yang tinggi
Perusahaan
asuransi
lain
dalam kelompok A (rekanan
Bank
Mandiri
yang
diperkenankan
memperoleh
bisnis korporasi yang besar)
Meningkatnya kredit macet
Pelayanan yang cepat untuk
risiko-risiko
khusus
oleh
perusahaan patungan (joint
venture)
Tingkat
persaingan
yang
tinggi
Kurangnya
kontrol
dari
pemerintah
Belum
stabilnya
kondisi
politik
dan
hukum
di
Indonesia
Peningkatan
Risk
Based
Capital (RBC)
Bobot
R2
Rataan
R3
Lampiran 6. Kuesioner Penilaian Rating Faktor Internal Perusahaan
PENENTUAN RATING
Tujuan :
Mendapatkan penilaian responden mengenai faktor-faktor strategis internal
pemasaran yaitu dengan cara pemberian rating terhadap seberapa besar faktor
tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk keberhasilan pemasaran asuransi
properti pada PT. Staco Jasapratama.
Petunjuk Umum :
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden.
3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukan secara
langsung (tidak menunda untuk menghindari ketidak konsistenan atas
jawaban).
4. Responden berhak untuk menambahkan atau mengurangi hal-hal yang sudah
tercantum dari kuesioner ini, memiliki pandangan berbeda dengan responden
lainnya atau dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan
yang kuat.
Petunjuk Khusus :
1. Alternatif pemberian rating terhadap faktor-faktor strategis internal yang
tersedia untuk kuesioner ini adalah :
1 = sangat lemah
2 = tidak begitu lemah
3 = cukup kuat
4 = sangat kuat
Pemberian rating masing-masing faktor strategis internal dilakukan dengan
memberikan tanda (X) pada tingkat kepentingan (1-4) yang paling sesuai
menurut responden.
2. Penentuan rating merupakan pendapat masing-masing responden terhadap
faktor-faktor strategis internal yang telah ditinjau dari segi pemasaran.
Lampiran 7. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Untuk Penilaian
Rating Asuransi Properti Pada PT. Staco Jasapratama
No
Faktor Internal
R1
1
2
3
4
5
6
Kekuatan
Pelayanan proses klaim
yang singkat
Perusahaan reasuransi luar
negeri sebagai leader
Pengalaman
menangani
bank bisnis
Membina hubungan baik
dengan perusahaan asuransi
lain, broker, dan pelaku
perbankan
Mendapatkan penghargaan
yang dapat meningkatkan
citra dan posisi di mata
nasabah
Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas
1
2
3
4
5
Kelemahan
Promosi kurang gencar
Bisnis masih bergantung
pada Bank Mandiri
Program pelatihan dan
pendidikan (diklat) belum
terstruktur
Belum
memiliki
agen
sendiri
Belum memiliki motto
Rating
R2
Rataan
R3
Lampiran 8. Kuesioner Penilaian Rating Faktor Eksternal Perusahaan
PENENTUAN RATING
Tujuan :
Mendapatkan penilaian responden mengenai faktor-faktor strategis eksternal
pemasaran yaitu dengan cara pemberian rating terhadap seberapa besar faktor
tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk keberhasilan pemasaran asuransi
properti pada PT. Staco Jasapratama.
Petunjuk Umum :
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden.
3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukan secara
langsung (tidak menunda untuk menghindari ketidak konsistenan atas
jawaban).
4. Responden berhak untuk menambahkan atau mengurangi hal-hal yang sudah
tercantum dari kuesioner ini, memiliki pandangan berbeda dengan responden
lainnya atau dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan
yang kuat.
Petunjuk Khusus :
1. Alternatif pemberian rating terhadap faktor-faktor strategis eksternal yang
tersedia untuk kuesioner ini adalah :
1 = di bawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = di atas rata-rata
4 = sangat bagus
Pemberian rating masing-masing faktor strategis eksternal dilakukan dengan
memberikan tanda (X) pada tingkat kepentingan (1-4) yang paling sesuai
menurut responden.
2. Penentuan rating merupakan pendapat masing-masing responden terhadap
faktor-faktor strategis eksternal yang telah ditinjau dari segi pemasaran.
Lampiran 9. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Untuk Penilaian
Rating Asuransi Properti Pada PT. Staco Jasapratama
No
Faktor Eksternal
R1
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
Peluang
Meningkatnya
kesadaran
masyarakat
terhadap
pentingnya asuransi
Berbagai
bencana
yang
menimpa
Indonesia
belakangan ini
Tidak ada produk pengganti
Kewajiban mengasuransikan
aset yang menjadi agunan bagi
debitur Bank Mandiri
Keputusan Menteri Keuangan
RI
No.424/KMK.06/2003
mengenai kesehatan keuangan
perusahaan
asuransi
dan
reasuransi di Indonesia
Kondisi
makro
ekonomi
Indonesia yang membaik
Perkembangan
teknologi
informasi
Peraturan Pemerintah (PP) No.
63 Tahun 1999 mengenai
syarat modal disetor minimum
100 milyar rupiah
Ancaman
Kekuatan
tawar-menawar
pembeli yang tinggi
Perusahaan
asuransi
lain
dalam kelompok A (rekanan
Bank
Mandiri
yang
diperkenankan
memperoleh
bisnis korporasi yang besar)
Meningkatnya kredit macet
Pelayanan yang cepat untuk
risiko-risiko
khusus
oleh
perusahaan patungan (joint
venture)
Tingkat
persaingan
yang
tinggi
Kurangnya
kontrol
dari
pemerintah
Belum
stabilnya
kondisi
politik
dan
hukum
di
Indonesia
Peningkatan
Risk
Based
Capital (RBC)
Bobot
R2
Rataan
R3
KUESIONER PENELITIAN
PENENTUAN STRATEGI TERPILIH
DENGAN QSPM
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN
ASURANSI PROPERTI PADA PT. STACO JASAPRATAMA
Nama Responden : .........................
Jabatan
: .........................
Diharapkan Bapak/Ibu dapat mengisi kuesioner ini secara lengkap, objektif, dan
benar adanya, karena kuesioner ini adalah untuk penelitian skripsi dengan tujuan
ilmiah sehingga diperlukan data yang valid dan akurat.
Oleh
Yermiathika
H24103075
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian Penentuan Strategis Terpilih Dengan
QSPM
KUESIONER PENELITIAN
PENENTUAN STRATEGI TERPILIH DENGAN QSPM
Tujuan :
Untuk menetapkan kemenarikan relatif dari alternatif-alternatif strategi yang telah
diperoleh melalui analisis matriks SWOT dan matriks IE, guna menetapkan
strategi yang terbaik untuk direkomendasikan kepada perusahaan. Alternatif
strategi pemasaran yang dihasilkan adalah :
1. Memasuki daerah-daerah terpencil; menjangkau masyarakat yang sadar
berasuransi melalui kerjasama dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan
pelaku perbankan; merebut nasabah pesaing melalui daya tarik proses klaim
yang singkat.
2. Menciptakan produk baru yang bersaing di pasaran dan menambah fitur-fitur
berupa perluasan jaminan yang dapat menarik minat nasabah.
3. Memberikan pelayanan yang memuaskan melalui proses klaim yang singkat
sehingga menarik minat nasabah, meningkatkan volume bisnis yang berasal
dari bank-bank yang memiliki kebutuhan yang sama dengan Bank Mandiri,
menginformasikan dan memajang gambar trophy yang diperoleh perusahaan
pada setiap bentuk promosi yang dilakukan.
4. Membuat divisi khusus yang menangani bidang promosi, meningkatkan
anggaran dana promosi, beriklan melalui media cetak dan elektronik, memiliki
agen sendiri.
Petunjuk Pengisian :
Tentukan Attractive Score (AS) atau daya tarik dari masing-masing faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) untuk
masing-masing alternatif strategi pemasaran sebagaimana disebut diatas dengan
cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu.
Pilihan Attractive Score (AS) pada isian berikut terdiri dari :
1 = tidak menarik
2 = agak menarik
3 = secara logis menarik
4 = sangat menarik
Lampiran 12. Hasil Pengisian Kuesioner Pembobotan Faktor Internal
Perusahaan
Hasil Pengisian Kuesioner Pembobotan Faktor Internal Perusahaan
(Berdasarkan Rataan Dari Responden 1, 2, 3)
No
1
2
3
4
5
6
Faktor Internal
Kekuatan
Pelayanan proses klaim
yang singkat
Perusahaan reasuransi
luar negeri sebagai
leader
Pengalaman menangani
bank bisnis
Membina
hubungan
baik dengan perusahaan
asuransi lain, broker,
dan pelaku perbankan
Mendapatkan
penghargaan yang dapat
meningkatkan citra dan
posisi di mata nasabah
Memiliki Sumber Daya
R1
Bobot
R2
R3
Rataan
Nilai
Bobot
5
5
5
5
0,105
1
3
4
2,67
0,056
4
5
5
4,67
0,098
5
5
4
4,67
0,098
5
5
5
5
0,105
5
5
5
5
0,105
4
4
5
3
5
4
4,67
3,67
0,098
0,077
4
5
4
4,33
0,091
1
4
4
3
0,063
4
5
4
5
47,68
0,105
1
Manusia (SDM) yang
berkualitas
1
2
3
4
5
Kelemahan
Promosi kurang gencar
Bisnis
masih
bergantung pada Bank
Mandiri
Program pelatihan dan
pendidikan
(diklat)
belum terstruktur
Belum memiliki agen
sendiri
Belum memiliki motto
Total
Lampiran 13. Hasil Pengisian Kuesioner Pembobotan Faktor Eksternal
Perusahaan
Hasil Pengisian Kuesioner Pembobotan Faktor Eksternal Perusahaan
(Berdasarkan Rataan Dari Responden 1, 2, 3)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
Faktor Eksternal
Peluang
Meningkatnya kesadaran
masyarakat
terhadap
pentingnya asuransi
Berbagai bencana yang
menimpa
Indonesia
belakangan ini
Tidak
ada
produk
pengganti
Kewajiban
mengasuransikan
aset
yang menjadi agunan bagi
debitur Bank Mandiri
Keputusan
Menteri
Keuangan
RI
No.424/KMK.06/2003
mengenai
kesehatan
keuangan
perusahaan
asuransi dan reasuransi di
Indonesia
Kondisi makro ekonomi
Indonesia yang membaik
Perkembangan teknologi
informasi
Peraturan Pemerintah (PP)
No. 63 Tahun 1999
mengenai syarat modal
disetor minimum 100
milyar rupiah
Ancaman
Kekuatan tawar-menawar
pembeli yang tinggi
Perusahaan asuransi lain
dalam
kelompok
A
(rekanan Bank Mandiri
yang
diperkenankan
memperoleh
bisnis
korporasi yang besar)
Meningkatnya
kredit
macet
Pelayanan yang cepat
untuk risiko-risiko khusus
oleh perusahaan patungan
(joint venture)
R1
Bobot
R2
R3
Rataan
Nilai
Bobot
5
5
5
5
0,064
5
5
5
5
0,064
4
5
4
4,33
0,058
5
5
4
4,67
0,059
5
5
5
5
0,064
4
5
5
4,67
0,059
4
4
4
4
0,051
4
3
5
4
0,051
4
5
5
4,67
0,059
5
5
5
5
0,064
5
5
5
5
0,064
4
5
4
4,33
0,058
Lampiran 13 (lanjutan)
5
6
7
8
Tingkat persaingan yang
tinggi
Kurangnya kontrol dari
pemerintah
Belum stabilnya kondisi
politik dan hukum di
Indonesia
Peningkatan Risk Based
Capital (RBC)
Total
4
5
5
4,67
0,059
4
5
5
4,67
0,059
4
4
5
4,33
0,058
5
5
5
5
0,064
74,34
1
Lampiran 14. Hasil Pengisian Kuesioner Penilaian Rating Faktor Internal
Perusahaan
Hasil Pengisian Kuesioner Penilaian Rating Faktor Internal Perusahaan
(Berdasarkan Rataan Dari Responden 1, 2, 3)
No
Faktor Internal
R1
1
2
3
4
5
6
Kekuatan
Pelayanan proses klaim yang
singkat
Perusahaan reasuransi luar
negeri sebagai leader
Pengalaman menangani bank
bisnis
Membina hubungan baik
dengan perusahaan asuransi
lain, broker, dan pelaku
perbankan
Mendapatkan
penghargaan
yang dapat meningkatkan citra
dan posisi di mata nasabah
Sumber
Daya
Manusia
Rating
R2
R3
Rataan
Rating
3
4
3
3,33
4
3
4
3,67
4
4
4
4
3
4
4
3,33
3
4
4
3,67
3
4
4
3,67
1
2
1
1
2
2
1,33
1,67
1
1
2
1,33
2
2
2
1
2
2
2
1,67
(SDM) yang berkualitas
1
2
3
4
5
Kelemahan
Promosi kurang gencar
Bisnis masih bergantung pada
Bank Mandiri
Program
pelatihan
dan
pendidikan (diklat) belum
terstruktur
Belum memiliki agen sendiri
Belum memiliki motto
Lampiran 15. Hasil Pengisian Kuesioner Penilaian Rating Faktor Eksternal
Perusahaan
Hasil Pengisian Kuesioner Penilaian Rating Faktor Eksternal Perusahaan
(Berdasarkan Rataan Dari Responden 1, 2, 3)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
Faktor Eksternal
Peluang
Meningkatnya
kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya
asuransi
Berbagai bencana yang menimpa
Indonesia belakangan ini
Tidak ada produk pengganti
Kewajiban mengasuransikan aset
yang menjadi agunan bagi
debitur Bank Mandiri
Keputusan Menteri Keuangan RI
No.424/KMK.06/2003 mengenai
kesehatan keuangan perusahaan
asuransi dan reasuransi di
Indonesia
Kondisi
makro
ekonomi
Indonesia yang membaik
Perkembangan
teknologi
informasi
Peraturan Pemerintah (PP) No.
63 Tahun 1999 mengenai syarat
modal disetor minimum 100
milyar rupiah
Ancaman
Kekuatan
tawar-menawar
pembeli yang tinggi
Perusahaan asuransi lain dalam
kelompok A (rekanan Bank
Mandiri yang diperkenankan
memperoleh bisnis korporasi
yang besar)
Meningkatnya kredit macet
Pelayanan yang cepat untuk
risiko-risiko
khusus
oleh
perusahaan patungan (joint
venture)
Tingkat persaingan yang tinggi
Kurangnya
kontrol
dari
pemerintah
Belum stabilnya kondisi politik
dan hukum di Indonesia
Peningkatan Risk Based Capital
(RBC)
R1
Rating
R2
R3
Rataan
Rating
4
4
2
3,33
4
4
2
3,33
2
4
3
4
2
3
2,33
3,67
4
4
4
4,00
4
4
4
4,00
4
4
4
4,00
2
3
4
3,00
3
1
3
2,33
4
4
4
4,00
1
2
4
4
3
2
2,67
2,67
2
1
4
4
4
4
3,33
3,00
2
3
3
2,67
4
4
4
4
Lampiran 16. Hasil Pengisian Kuesioner QSPM Untuk Attractive Score Pada
Strategi 1
Hasil Pengisian Kuesioner QSPM Untuk Attractive Score Pada Strategi 1
(Berdasarkan Rataan Dari Responden 1, 2, 3)
No
Faktor Internal
R1
1
2
3
4
5
6
Kekuatan
Pelayanan proses klaim yang
singkat
Perusahaan reasuransi luar
negeri sebagai leader
Pengalaman menangani bank
bisnis
Membina hubungan baik
dengan perusahaan asuransi
lain, broker, dan pelaku
perbankan
Mendapatkan
penghargaan
yang dapat meningkatkan citra
dan posisi di mata nasabah
Sumber
Daya
Manusia
Attractive Score
R2
Rataan
R3
4
4
4
4,00
4
4
4
4,00
4
4
4
4,00
4
4
4
4,00
4
4
4
4,00
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
3
4,00
3,67
4
4
3
3,67
4
2
2
4
2
4
2,67
3,33
(SDM) yang berkualitas
1
2
3
4
5
Kelemahan
Promosi kurang gencar
Bisnis masih bergantung pada
Bank Mandiri
Program
pelatihan
dan
pendidikan (diklat) belum
terstruktur
Belum memiliki agen sendiri
Belum memiliki motto
Lampiran 17. Hasil Pengisian Kuesioner QSPM Untuk Attractive Score Pada
Strategi 1
Hasil Pengisian Kuesioner QSPM Untuk Attractive Score Pada Strategi 1
(Berdasarkan Rataan Dari Responden 1, 2, 3)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
Faktor Eksternal
Peluang
Meningkatnya
kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya
asuransi
Berbagai bencana yang menimpa
Indonesia belakangan ini
Tidak ada produk pengganti
Kewajiban mengasuransikan aset
yang menjadi agunan bagi
debitur Bank Mandiri
Keputusan Menteri Keuangan RI
No.424/KMK.06/2003 mengenai
kesehatan keuangan perusahaan
asuransi dan reasuransi di
Indonesia
Kondisi
makro
ekonomi
Indonesia yang membaik
Perkembangan
teknologi
informasi
Peraturan Pemerintah (PP) No.
63 Tahun 1999 mengenai syarat
modal disetor minimum 100
milyar rupiah
Ancaman
Kekuatan
tawar-menawar
pembeli yang tinggi
Perusahaan asuransi lain dalam
kelompok A (rekanan Bank
Mandiri yang diperkenankan
memperoleh bisnis korporasi
yang besar)
Meningkatnya kredit macet
Pelayanan yang cepat untuk
risiko-risiko
khusus
oleh
perusahaan patungan (joint
venture)
Tingkat persaingan yang tinggi
Kurangnya
kontrol
dari
pemerintah
Belum stabilnya kondisi politik
dan hukum di Indonesia
Peningkatan Risk Based Capital
(RBC)
R1
Attractive Score
R2
R3
Rataan
4
4
3
3,67
4
4
3
3,67
4
1
4
4
2
4
3,33
3,00
4
3
4
3,67
4
4
4
4,00
4
4
3
3,67
4
4
2
3,33
1
4
3
2,67
4
4
4
4,00
4
4
3
3
4
3
3,67
3,33
1
3
4
4
3
4
2,67
3,67
3
3
3
3,00
4
4
4
4,00
Lampiran 18. Hasil Pengisian Kuesioner QSPM Untuk Attractive Score Pada
Strategi 2
Hasil Pengisian Kuesioner QSPM Untuk Attractive Score Pada Strategi 2
(Berdasarkan Rataan Dari Responden 1, 2, 3)
No
Faktor Internal
R1
1
2
3
4
5
6
Kekuatan
Pelayanan proses klaim yang
singkat
Perusahaan reasuransi luar
negeri sebagai leader
Pengalaman menangani bank
bisnis
Membina hubungan baik
dengan perusahaan asuransi
lain, broker, dan pelaku
perbankan
Mendapatkan
penghargaan
yang dapat meningkatkan citra
dan posisi di mata nasabah
Sumber
Daya
Manusia
Attractive Score
R2
Rataan
R3
3
4
3
3,33
4
4
2
3,33
4
3
2
3,00
4
4
3
3,33
3
4
4
3,67
4
4
4
4,00
4
4
4
4
3
2
3,67
3,33
4
4
3
3,67
3
1
4
4
2
4
3,00
3,00
(SDM) yang berkualitas
1
2
3
4
5
Kelemahan
Promosi kurang gencar
Bisnis masih bergantung pada
Bank Mandiri
Program
pelatihan
dan
pendidikan (diklat) belum
terstruktur
Belum memiliki agen sendiri
Belum memiliki motto
Lampiran 19. Hasil Pengisian Kuesioner QSPM Untuk Attractive Score Pada
Strategi 2
Hasil Pengisian Kuesioner QSPM Untuk Attractive Score Pada Strategi 2
(Berdasarkan Rataan Dari Responden 1, 2, 3)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
Faktor Eksternal
Peluang
Meningkatnya
kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya
asuransi
Berbagai bencana yang menimpa
Indonesia belakangan ini
Tidak ada produk pengganti
Kewajiban mengasuransikan aset
yang menjadi agunan bagi
debitur Bank Mandiri
Keputusan Menteri Keuangan RI
No.424/KMK.06/2003 mengenai
kesehatan keuangan perusahaan
asuransi dan reasuransi di
Indonesia
Kondisi
makro
ekonomi
Indonesia yang membaik
Perkembangan
teknologi
informasi
Peraturan Pemerintah (PP) No.
63 Tahun 1999 mengenai syarat
modal disetor minimum 100
milyar rupiah
Ancaman
Kekuatan
tawar-menawar
pembeli yang tinggi
Perusahaan asuransi lain dalam
kelompok A (rekanan Bank
Mandiri yang diperkenankan
memperoleh bisnis korporasi
yang besar)
Meningkatnya kredit macet
Pelayanan yang cepat untuk
risiko-risiko
khusus
oleh
perusahaan patungan (joint
venture)
Tingkat persaingan yang tinggi
Kurangnya
kontrol
dari
pemerintah
Belum stabilnya kondisi politik
dan hukum di Indonesia
Peningkatan Risk Based Capital
(RBC)
R1
Attractive Score
R2
R3
Rataan
4
4
3
3,67
4
4
3
3,67
4
4
4
4
2
2
3,33
3,33
2
3
3
2,67
4
4
3
3,67
4
4
2
3,33
4
4
2
3,33
3
4
3
3,33
4
4
3
3,67
1
4
3
3
2
2
2,00
3,00
4
4
4
4
4
2
4,00
3,33
3
3
2
2,67
1
4
3
2,67
Lampiran 20. Hasil Pengisian Kuesioner QSPM Untuk Attractive Score Pada
Strategi 3
Hasil Pengisian Kuesioner QSPM Untuk Attractive Score Pada Strategi 3
(Berdasarkan Rataan Dari Responden 1, 2, 3)
No
Faktor Internal
R1
1
2
3
4
5
6
Kekuatan
Pelayanan proses klaim yang
singkat
Perusahaan reasuransi luar
negeri sebagai leader
Pengalaman menangani bank
bisnis
Membina hubungan baik
dengan perusahaan asuransi
lain, broker, dan pelaku
perbankan
Mendapatkan
penghargaan
yang dapat meningkatkan citra
dan posisi di mata nasabah
Sumber
Daya
Manusia
Attractive Score
R2
Rataan
R3
4
4
4
4,00
4
4
3
3,67
4
4
2
3,33
4
4
3
3,67
4
4
3
3,67
4
4
3
3,67
3
4
3
3
3
2
3,00
3,00
4
3
2
3,00
1
4
4
4
3
3
2,67
3,67
(SDM) yang berkualitas
1
2
3
4
5
Kelemahan
Promosi kurang gencar
Bisnis masih bergantung pada
Bank Mandiri
Program
pelatihan
dan
pendidikan (diklat) belum
terstruktur
Belum memiliki agen sendiri
Belum memiliki motto
Download