BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi bersifat dinamis dan terus berkembang dengan inovasi terbaru. Perusahaan yang terbuka terhadap perkembangan teknologi akan mengalami kemajuan dan mampu bersaing dengan perusahaan lain. Penerapan teknologi yang lebih baik oleh perusahaan akan mempengaruhi kualitas dari perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu pemilihan dan penggunaan teknolgi bukan hanya mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan. Proses produksi menggunakan teknologi modern yang memungkinkan adanya potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan) mencatat sepanjang tahun 2013 jumlah peserta yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang. Dari jumlah kecelakaan tersebut sebagian besar atau sekitar 69,59 persen terjadi di dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Sebanyak 34,43% penyebab kecelakaan kerja dikarenakan posisi tidak aman atau ergonomis dan 32,12 persen pekerja tidak memakai peralatan yang safety. Universitas Sumatera Utara Menurut Suma’mur yang dikutip oleh Arif tahun 2011, sumber- sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya, maka sumber-sumber bahaya tersebut harus ditemukan dengan melakukan identifikasi sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja. Pemerintah mengeluarkan Undang- Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional (Undang-Undang No.1 Tahun 1970). Prosedur identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penentuan pengendalian risiko telah masuk dalam persyaratan pemenuhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini menjadi pertimbangan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang sekarang sudah diperbarui menjadi Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2013 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), yang menyebutkan pengusaha harus mempertimbangkan identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko dalam menyusun rencana keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Risiko dapat dikurangi dengan menurunkan peluang terjadinya risiko. Peran dari manajemen risiko diharapkan dapat mengetahui potensi bahaya serta risiko yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian.Manajemen risiko menjadi kebutuhan yang strategis dan Universitas Sumatera Utara menentukan perbaikan kinerja dari perusahaan. Manajemen risiko diperlukan untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi (Darmawi,2004). Pada jurnal internasional tahun 2012 “The Effects of Risk Assessment (Hirarc) on Organisational Performance in Selected Contruction Companies in Nigeria” menyebutkan ada keterkaitan antara penilaian risiko (HIRARC) dengan menurunnya insidensi kecelakaan. Hasil menunjukkan dari keenam perusahaan konstruksi yang diteliti, kinerja organisasi menjadi lebih baik ( mengurangi kecelakaan atau tingkat insiden, peningkatan produktivitas) tergantung pada penilaian risiko (HIRARC) (Agwu, 2012). Dalam hasil penelitian Arief tahun 2011 menunjukkan bahwa kesesuaian penerapan manajemen risiko pada PT Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya dengan prosedur PR-00-SHE-025 tentang identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko K3 sangatlah penting dalam pertimbangan pelaksanaan manajemen risiko. Terutama dalam hal pengendalian risiko perusahaan. Peraturan Menteri BUMN No.Per-01/MBU/2011 pasal 25 ayat 3 bagian keenam menyatakan pelaksanaan program manajemen risiko dapat dilakukan dengan membentuk unit kerja tersendiri yang ada dibawah Direksi, dalam pelaksanaannya berada pada Direktorat Direktur Utama sehingga pelaksanaan penerapannya menjadi independent. Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari Universitas Sumatera Utara pihak manajemen atau pengolahan risiko mempunyai peran dalam pelaksanaan kebijakan K3 berupa pelaksanaan manajemen risiko. PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Pabatu Tebing Tinggi merupakan salah satu pabrik kelapa sawit (PKS) yang melakukan budidaya dan pengolahan buah kelapa sawit secara kontiniu, mulai dari pembibitan sampai menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel. PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Pabatu sangat mengutamakan perlindungan terhadap karyawan di tempat kerja dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) perusahaan. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan, implementasi manajemen risiko di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Unit Usaha Pabatu dimulai sejak tahun 1999, bersamaan dibentuknya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Penerapan manajemen risiko pada PTPN IV Unit Usaha Pabatu dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012, dilaksanakan setahun sekali pada bulan April- Mei yang dilaksanakan oleh Tim Manajemen Risiko. Proses pengolahan Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit di PTPN IV ini dimulai dari jembatan timbang (menimbang TBS) yang akan ditumpahkan di area loading ramp (penimbunan sementara TBS). Area loading ramp ini terjadi proses sortasi (pensortiran TBS) yang kemudian akan ditumpahkan ke lori menuju sterillizer (perebusan TBS) yang dikaitkan menggunakan tali capstand. Buah yang sudah terlepas dari janjangan dipress, sehingga terjadi pemisahan antara bagian padat dengan bagian cair. Bagian cair Universitas Sumatera Utara berupa minyak masuk menuju stasiun klarifikasi. Bagian padat dibawa menuju stasiun pengolahan biji. Pengolahan pada pabrik kelapa sawit juga didukung oleh instalasi pada stasiun pendukung, diantaranya adalah stasiun boiler, power plant, water treatment serta satisun pengolahan limbah. Pelaksanaan manajemen risiko dilakukan dengan menggunakan metode HIRAC (Hazard Identification, Risk Assaament & Control) pada proses kerja disetiap stasiun yang ada di PKS PTPN IV Unit Usaha Pabatu. Hasil HIRAC (Hazard Identification, Risk Assaament & Control) disetiap stasiun kerja yang dilakukan pada tahun 2013-2014 yang terdiri dari identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko didapatkan bahwa bahaya yang teridentifikasi yaitu luka bakar, gangguan pernafasan, patah tulang, gangguan penglihatan, kulit melepuh. Pada hasil penilaian dan pengendalian risiko, risiko bersifat high risk dan moderate risk serta pengendaliannya berupa mematuhi instruksi kerja dan pemberian APD, rambu K3 serta APAR. Pabrik kelapa sawit PTPN IV Unit Usaha Pabatu ini, sudah melaksanakan manajemen risiko, namun masih terdapat insiden kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja berupa gangguan pernafasan, iritasi mata, gangguan pendengaran, luka, dan iritasi kulit. Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengetahui apakah penerapan manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV Unit Usaha Pabatu Tebing Tinggi Tahun 2015 sudah terpenuhi atau tidak berdasarkan Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012. Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana penerapan manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV Unit Usaha Pabatu Tebing Tinggi tahun 2015”. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV Unit Usaha Pabatu Tebing Tinggi tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen risiko perusahaan dari identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko serta mengetahui pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan acuan Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 di PTPN IV Unit Usaha Pabatu Tebing Tinggi. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan bagi pihak perusahaan PTPN IV Unit Usaha Pabatu khususnya mengenai penerapan manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit (PKS). 2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai penerapan manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV Unit Usaha Pabatu. Universitas Sumatera Utara 3. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen risiko perusahaan dari identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko serta mengetahui pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan acuan Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012. 4. Untuk menambah kepustakaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya mengenai manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV Unit Usaha Pabatu. Universitas Sumatera Utara