BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Pengetahuan Konsumen Apa yang konsumen beli, dimana mereka membeli, dan kapan mereka bergantung pada pengetahuan yang relavan dengan keputusan ini. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan pemahaman dan keyakinan konsumen tentang suatu produk yang dipasarkan, maka hal tersebut akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli. Di sepanjang pengalaman hidupnya, konsumen mempelajari sejumlah besar pengetahuan prosedural yang sebagian besar di antaranya sangat khusus untuk situasi tertentu. Ketika diaktifkan dari ingatan, produksi (pengetahuan) tersebut secara langsung dan otomatis mempengaruhi perilaku nyata seseorang. Menurut Mowen dan Engel (1985) definisi pengetahuan konsumen adalah tingkatan informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut, dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. 2.1.1.1 Jenis Pengetahuan Konsumen Anderson (Engel, Blacwell & Miniard, 2010) membagi pengetahuan dasar menjadi pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. pengetahuan deklaratif melibatkan fakta subyektif yang sudah diketahui. Pengetahuan prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat digunakan. (Tulving dalam Engel, Blackwell & Miniard, 2010) membagi pengetahuan deklaratif menjadi dua kategori, yaitu pengetahuan episodik yang melibatkan pengetahuan yang dibatasi dengan lintasan waktu dan pengetahuan sematik yang mengandung pengetahuan yang digeneralisasikan dan memberikan arti bagi dunia seseorang. 10 11 Pengetahuan umum konsumen bersifat episodik atau sematik (Tulving dalam Peter & Olson, 1999). Pengetahuan episodik berhubungan dengan kejadian khusus yang terjadi dalam hidup seseorang. Pengetahuan semanitik adalah pengetahuan tentang objek dan kejadian di lingkungan. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (Bruck, Mitchell dalam Peter & Olson,1999). Selain pengetahuan episodik dan semantik, konsumen juga memiliki pengetahuan yang berhubungan erat dengan suatu produk. Brucks (Engel, Blackwell & Miniard, 2010) membagi pengetahuan konsumen menjadi pengetahuan produk, pengetahuan pembelian dan pengetahuan pemakaian. Pengetahuan produk mencangkup kesadaran akan kategori dan merek produk didalam kategori produk, terminologi produk, atribut atau ciri produk dan kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan mengenai merek spesifik. Pengetahuan pembelian mencangkup informasi tentang dimana produk tersebut harus dibeli dan kapan harus membelinya. Pengetahuan pemakaian mencangkup informasi tentang operasi pemakaian dan situasi pembelian. Pengetahuan produk dan keterlibatan produk mengacu pada berbagai jenis pengetahuan arti dan kepercayaan yang direkam didalam ingatan konsumen. Pengetahuan produk yang diambil dari ingatan memiliki potensi mempengaruhi interpretasi dan integrasi proses. Keterlibatan produk mengacu pada pengetahuan konsumen tentang relevansi personal suatu produk dalam hidupnya (Peter & Olson, 1999). Sistem kognisi manusia dapat menginterpretasikan berbagai jenis informasi, oleh karena itu akan menghasilkan pengetahuan, arti dan kepercayaan (Durgee dan Stuardt dalam Peter & Olson, 1999). Seseorang memiliki dua jenis struktur pengetahuan, yaitu skema dan tulisan (Peter & Olson, 1999). Skema sebagian besar berisikan pengetahuan umum semantik dan episodik, sementara tulisan adalah jaringan pengetahuan produksi yang diorganisasi. 12 2.1.1.2 Mengukur Pengetahuan Konsumen Menurut Mowen dan Engel yang dikutip oleh Sumarwan (2011) definisi pengetahuan konsumen adalah tingkatan informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut, dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. 2.1.1.2.1 Pengetahuan Produk Menurut Sumarwan (2011) pengetahuan produk adalah kumpulan dari beberapa macam informasi mengenai produk. Menurut Nitissusastro (2012). Konsumen perlu mengetahui tentang karakteristik suatu produk, apabila konsumen kurang mengetahui informasi tentang karakteristik suatu produk bisa salah mengambil keputusan membeli. Pelaku usaha yang berpengalaman akan memberikan informasi, pendidikan dan pemahaman kepada setiap calon pembeli khususnya dan kepada masyarakat umumnya. 2.1.1.2.2 Perolehan Produk Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (2010), pengetahuan pembelian mencangkupi bermacam potongan informasi yang dimiliki konsumen yang berhubungan erat dengan pemerolehan produk. Dimensi dasar dari pengetahuan pembelian melibatkan informasi berkenaan dengan keputusan tentang dimana produk tersebut harus dibeli dan kapan pembelian harus terjadi. Pengetahuan produk meliputi berbagai informasi yang diproses oleh konsumen untuk memperoleh suatu produk. Pengetahuan produk terdiri atas pengetahuan tentang dimana membeli produk dan kapan membeli produk. Ketika konsumen memutuskan akan membeli suatu produk, maka ia akan menentukan dimana ia membeli produk tersebut dan kapan akan membelinya. Keputusan konsumen mengenai tempat pembelian produk akan sangat ditentukan oleh 13 pengetahuannya. Implikasi penting bagi strategi pemasaran adalah memberikan informasi kepada konsumen dimana konsumen bisa membeli produk (Sumarwan, 2011). 2.1.1.2.3 Pengetahuan Pemakaian Suatu produk akan memberi manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Agar produk tersebut bisa memberi manfaat yang maksiamal dan kepuasan yang tinggi kepada konsumen, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar (Sumarwan, 2011). Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (2010), kecakupan pengetahuan pemakaian konsumen penting karena beberapa alasan. Konsumen tentu saja lebih kecil kemungkinannya membeli suatu produk bila mereka tidak memiliki informasi yang cukup mengenai bayaimana cara menggunakan produk tersebut. Upaya pemasaran yang dirancang untuk membidik konsumen tentang bagaimana menggunakan produk pun dibutuhkan. 2.1.2 Keputusan Pembelian 2.1.2.1 Pengertian Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Menurut Kotler (2007) keputusan pembelian yaitu beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pebelian suatu produk. Kotler (2009) pun mendefinisikan keputusan pembelian konsumen yaitu keputusan pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Pengertian lain tentang keputusan pembelian menurut Schicfman dan Khanuk (2007), keputusan pembelian adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan 14 perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika pengambilan keputusan. Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu. Berdasarkan definisi disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah tindakan yang dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian sebuah produk. Oleh karena itu, pengambilan keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif pengenalan kebutuhan dengan tindak lanjut yang nyata. Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan dan kemudian dapat menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya. Dalam mempelajari keputusan pembelian konsumen, seorang pemasar harus melihat hal-hal yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan membuat suatu ketetapan bagaimana konsumen membuat keputusan pembeliannya. Pengambilan keputusan berpengaruh pada semua aspek dan kognisi dilibatkan dalam pengambilan keputusan konsumen termasuk pengetahuan, arti, kepercayaan yang diaktifkan dari ingatan serta proses perhatian dan pemahaman yang terlibat dalam menerjemahkan informasi baru dilingkungannnya. Akan tetapi, inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevalusi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini ialah suatu pilihan, yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku (Setiadi, 2010). 2.1.2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Pada gambar 2.1 menunjukan bahwa proses pengambilan keputusan oleh pembeli melalui 5 tahap. Proses pembelian dimulai beberapa tahap sebelum pembelian, konsumen harus mempertimbangkan untuk membeli dan tidak suatu produk. 15 1. Pengenalan Kebutuhan Konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang dinginksn dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. 2. Pencarian Informasi Konsumen mencari informasi yang disimpan didalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). 3. Evaluasi Alternatif Kosumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternative yang dipilih. 4. Pembelian Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu 5. Hasil Konsumen mengevaluasi apakah yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Gambar 2.1. Proses Keputusan Pembelian Sumber : Engel (2010) Model pengambilan keputusan yang tidak linier dan memperlihatkan interaksi antara perilaku, lingkungan dan kognisi adalah model pemrosesan kognitif 16 pengambilan keputusan konsumen yang dari Peter dan Olson yang terdapat pada gambar 2.2. Alasan utama menggunakan model tersebut karena pemecahan masalah nyata jarang yang berjalan dalam urutan linier seperti yang di gambarkan pada model generic, proses pemecahan masalah sesungguhnya melibatkan interaksi timbal balik ganda diantara proses kognitif konsumen, perilaku mereka serta aspek – aspek fisik dan sosial lingkungan serta sebagian besar proses dan pemecahan masalah sebenarnya melibatkan multi keputusan dan multi masalah. Gambar 2.2 Model Pemrosesan Kognitif Pengambilan Keputusan (Peter & Olson, 1999, terjemahaan: Damos Sihombing). 2.1.2.3 Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Konsep perilaku proses keputusan sebagian pemecahan masalah diungkapkan Dewey (1910) dan konsep ini kemudian diterjemahkan pada model proses pengambilan keputusan generic, yaitu melibatkan tahap pengenalan kebutuhan, 17 pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi pasca. Engel, Blackwell dan Miniard menggunakan pemecahan masalah sebagao dasar proses pengambilan keputusan. Pemecahan masalah menurut Engel, Blackwell dan Miniar mengacu pada tindakan bijaksana dan bernalar yang dijalankan untuk menghasilkan pemenuhan kebutuhan. Engel, Blackwell dan Miniard (2010) membagi kontinum pemecahan masalah menjadi pemecahan masalah yang diperluas, pemecahan masalah yang terbatas dan pemecahan masalah jajaran tengah. Pemecahan masalah yang diperluas melibatkan proses keputusan yang dirinci secara khusus dan teliti dan kosunmen akan melewati seluruh tahapan pembuatan keputusan, walaupun urutannya tidak sama persis. Pemecahan masalah yang terbatas menyederhanakan proses pengambilan keputusan dan mengurangi jumlah serta variasi sumber informasi, alternative dan kriteria evaluasi. Proses pengambilan keputusan generik masih mungkin diikuti, namun jangkauan dan ketetapannya berkurang. Misalnya tindakan tiba – tiba yang dicetuskan oleh peragaan produk atau promosi ditempat penjualan. Pemecahan masalah jajar tengah mengacu pada keputusan – keputusan yang berada diantara pemecahan masalah yang diperluas dan pemecahan masalah yang terbatas. Terkadang konsumen melakukan pembelian berulang-ulang. Engel, Blackwell dan Miniard (2010) menjelaskan dua kemungkinan yang menyebabkan konsumen melakukan hal ini, yaootu adanya pemecahan masalah yang berulang dan pengambilan keputusan kebiasaan. Pemecahan masalah yang berulang dapat disebabkan kekecewaan dengan alternative yang dibeli, pencarian variasi dan pertimbangan perubahan harga. Pengambilan keputusan kebiaan terjadi karena penyederhanaan kegiatan proses keputusan dan memungkinkan konsumen menanggulangi secara lebih efektif tekanan dari kehidupan. Kebiasaan pembelian didasarkan pada loyalitas merek dan inersia (dorongan membeli akibat tawaran yang menarik. 18 Peter dan Olson (1999) membagi elemen pemecahan masalah ke dalam tiga elemen, yaitu penyajian masalah, proses pengintegrasian dan rencana keputusan. Penyajian masalah terdiri dari tujuan akhir, subtujuan yang diorganisasikan menjadi hierarkhi tujuan, pengetahuan produk yang relavan dan acuan sederhana yang diikuti konsumen untuk mencari, mengevaluasi dan mengintegrasikan pengetahuan untuk membuat keputusan. Proses pengintegrasian mencangkup dua tugas utama, yaitu alternatif pilihan harus dievaluasi berdasarkan kriteria pilihan dan kemudian salah satu alternative itu harus dipilih. Rencana keputusan dihasilkan dari proses mengindentifikasi, mengevaluasi dan memilih alternative yang melibatkan satu atau beberapa keinginan berperilaku. Rencana keputusan meningkatkan kemungkinan untuk benar – benar dilakukannya perilaku yang diinginkan. Sebagai pemasar, dalam model pemecahan masalah, perlu mendefinisikan unit pengambilan keputusan yang tepat agar strategi pemasaran dapat menimbulkan respon positif dari unit tersebut. Engel, Blackwell dan Miniard (2010) membagi peran yang sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan, yaitu: 1. Inisiator : seorang inisiator dari proses pembelian. 2. Pemberi pengaruh : individu yang opininya sangat dipertimbangkan didalam pilihan yang dievaluasi dan dipilih. 3. Pengambilan keputusan : orang dengan wewenang keuangan atau kekuasaan untuk mendiktekan pilihan akhir. 4. Pembeli : agen pembelian. 5. Pemakaian : konsumen aktual. Orang – orang dengan peran – peran tersebut dapat menjadi target audiens dalam komunikasi pemasaran. Pemasar memilih target yang tepat agar komunikasinya berjalan secara efektif fan efisien mencapai tujuan komunikasi pemasaran. 19 2.2. Kajian Penelitian Sebelumnya Dalam penelitian yang ditulis oleh Grujic, et al 2013 mengenai The Importance of Consumers' Knowledge About Food Quality, Labeling and Safety in Food Choice. Dengan tujuan untuk menyelidiki adanya perbedaan antara respon dari kelompok yang dipilih konsumen muda perwakilan terhadap informasi yang terkait dengan pengetahuan tentang kualitas makanan, pelabelan, keselamatan dan kondisi penggunaan produk, hasil survei dianalisis melintasi kelompok konsumen mengenai: (1) pendidikan dan (2) jenis kelamin, dengan variabel lain: (i) informasi yang berkaitan dengan kualitas makanan, label dan keamanan pangan, (ii) informasi yang berkaitan dengan keamanan pangan, (iii) informasi yang terkait dengan pengalaman individu dalam pembelian makanan, mempersiapkan dan memakan. Kuesioner menawarkan jawaban dengan tiga kelas penting. Penelitian kami menunjukkan bahwa kelompok siswa yang dibentuk atas dasar pendidikan dan jenis kelamin, dalam survei kami dianggap sebagai perwakilan dari orang dewasa muda, memiliki kepentingan yang berbeda untuk set yang dipilih dari informasi yang terdapat dalam laporan yang berhubungan dengan kualitas makanan, keamanan dan makanan pilihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk menginformasikan lebih baik dan pendidikan konsumen tentang kualitas dan keamanan pangan, label dan pelabelan, dan bagaimana menggunakan dan menginterpretasikan isi label. Hasil penelitian merupakan satu set kualitatif informasi yang berkaitan dengan preferensi makanan, yang dapat berguna untuk penciptaan dan pengembangan pedoman untuk pendidikan yang lebih baik dan menginformasikan konsumen. Penelitian selanjutnya yang di tulis oleh van der Merwe, et al (2013) yang berjudul Consumers' Knowledge of Food Label Information: an Exploratory Investigation in Potchefstroom, South Africa. Untuk mengetahui kemampuan konsumen untuk: mencari dan memanipulasi informasi label makanan, menilai akurasi klaim kandungan gizi dan klaim kesehatan yang/gizi yang diizinkan, dan mengidentifikasi simbol pada label makanan. 20 Hasil penelitian menunjukkan secara umum kesadaran kesehatan dan label responden, karena kebanyakan dari mereka (> 80 %) dapat menemukan informasi label dan mengidentifikasi simbol dan klaim kandungan gizi tertentu meskipun hanya 53 % yang mampu menghitung jumlah porsi. Namun demikian, ketidakmampuan ditemukan untuk menilai akurasi dari beberapa klaim kandungan nutrisi dan diperbolehkan klaim kesehatan/gizi. Lebih berpendidikan, muda, responden Afrikaans - dan berbahasa Inggris tampaknya lebih luas mengenai informasi label makanan. Responden yang diberitahu tentang gizi juga diberitahu tentang informasi label, sementara praktik membaca label mengakibatkan keputusan pembelian - label dipengaruhi. Program pendidikan pada label makanan harus dimulai dengan latar belakang gizi yang dapat diterapkan oleh konsumen selama membaca label dan keputusan pembelian. Penelitian oleh Guneri, Yurt, Kaplan and Delen (2009) yang berjudul The Influence of Children on Family Purchasing Decisions in Turkey. Penelitian ini berfokus pada pengaruh anak-anak pada keluarga pembelian pengambilan keputusan di Turki, sebuah negara dengan karakteristik budaya yang berbeda. Penelitian ini memberikan bukti empiris berdasarkan dara, yang dikumpulkan dari 849 keluarga. Temuan juga menunjukkan bahwa anak-anak lebih berpengaruh pada pengakuan kebutuhan, di mana untuk membeli, kapan harus membeli dan yang untuk membeli sub-keputusan. di sisi lain, orang tua menganggap anak-anak untuk memiliki sedikit pengaruh pada pengambilan keputusan keluarga, karena mereka menyatakan diri mereka sebagai unit yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan keluarga. Studi ini menunjukkan bahwa orang tua understimate peran anak-anak mereka pada keputusan membeli keluarga. 2.3 Kerangka Pemikiran Perkembangan produk makanan akhir ini sangat pesat mulai dari produk belum jadi, setengah jadi, atau jadi, bahkan makanan instan pun sudah banyak 21 tersedia di pasaran. Kesehatan seakan diabaikan oleh konsumen agar cita rasa mereka terpenuhi.. Informasi mengenai pengetahuan produk sudah disampaikan akan bahaya yang tertera pada kemasan dan cara penggunaan MsG. Hal ini konsumen harus lebih selektif dalam memilih produk yang akan dipilih. Kerangka pemikiran dimaksudkan untuk menggambarkan paradigma penelitian sebagai jawaban atas masalah penelitian. Dalam kerangka pemikiran tersebut terdapat satu variable independent (Pengetahuan konsumen) yang mempengaruhi variabel dependen (keputusan pembelian). Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh pengetahuan konsumen terhadap keputusan pembelian MsG sehingga dengan adanya kedua hal tersebut akan mendorong konsumen untuk memutuskan pembelian produk MsG. Pengetahuan didedifinisikan oleh Engel sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di pasar tersebut pengetahuan konsumen. Informasi yang diingat bersifat selektif, artinya hanya informasi yang konsumen rasakan paling penting dan paling menarik saja yang diingat. Sumber – sumber informasi bagi konsumen meliputi pengalaman pribadi, pengamatan model maupun dari kegiatan konsumen lainnya maupun dari alat – alat komunikasi pemasaran. Misalnya apabila informasi yang terkandung di dalam kegiatan promosi ataupun didalam media cetak dianggap penting atau menarik, maka konsumen akan menyimpannya di dalam ingatan. Semakin sering konsumen menemukan informasi yang penting atau menarik, maka tingkat pengetahuannya cenderung bertambah. Konsumen memanfaatkan pengetahuan untuk menemukan masalah kebutuhan, mencari informasi dan mengevaluasi alternative pemecahan masalah. Pada saat konsumen memiliki kebutuhan (merasakan adanya masalah), maka informasi dari lingkungan maupun yang tersimpan didalam ingatan akan merecall. Pada tahapan mengenali masalah dan mencari informasi, sisi kognitif konsumen berperan sangat aktif. Selain dipertimbangkan secara rasional, suatu produk juga 22 dipertimbangkan secara hedonis, yaitu unsure suka memilah – milah sesuai keinginan dan keyakinannya. Konsumen dapat mereasa yakin akibat adanya pengetahuan tentang produk. Setelah konsumen memanfaatkan pengetahuan untuk mencari informasi akan kerugian dan keuntungan suatu produk MsG, kemudian konsumen mulai memilih keputusan pembelian. Konsumen tidak langsung memilih produk MsG tetapi konsumen akan melewati beberapa tahap, konsumen mengenali kebutuhan untuk mengetahui perbedaan keadaan yang diinginkan, kemudian konsumen mulai mencari informasi untuk memuaskan kebutuhan, tahap terakhir hasil yang akan diambil konsumen untuk memilih barang. Untuk mencapai tahapan ini konsumen harus lebih selektif dalam memilih produk MsG. Konsumen harus memiliki banyak informasi dan pengetahuan mengenai produk, pengetahuan pembelian dan pengetahuan pemakaian sebelum membeli atau mempengaruhi menggunakan konsumen produk dalam MsG. menentukan Pengetahuan konsumen dapat keputusan pembelian dalam menentukan pilihan itu sendiri. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dibuat paradigma penelitian seperti terlihat pada gambar 2.3 dibawah ini : 23 Pengetahuan Produk Pengetahuan Perolehan Produk Keputusan Pembelian Konsumen Terhadap Produk MsG Pengetahuan Pemakaian Gambar 2.3 Paradigma Penelitian 2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitian Shirin dan Kambiz (2010) mendalami struktur keputusan pembelian konsumen. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, menyelidiki niat pembelian dan pencarian informasi niat lebih komprehensif. Selain itu, penelitian ini menyoroti bahwa pengetahuan tentang produk terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan niat pencarian informasi. Mengingat fakta bahwa para peneliti telah mencapai berbagai hasil tentang hubungan antara dua variabel tersebut, maka penelitian ini dapat menjelaskan sebagian dari ambiguitas sebelumnya. WTO memfasilitasi kecenderungan melihat dan menikmati produk yang berbeda dari berbagai negara. Sehingga perusahaan menemukan strategi kompetitif dari banyak negara. Sehubungan dengan terdapatnya bukti dari negara asal gambar pada pengambilan keputusan konsumen, disarankan agar pemasar menganggap masalah ini selain brand image, mereka dapat menggunakan strategi bersaing yang paling tepat. 24 Jika negara dari citra asal positif, pemasar harus mengambil keuntungan dan termasuk fitur dari negara asal image dalam strategi iklan mereka. Jika negara asal menyiratkan citra negatif, maka wajar bila pemasar lebih menekankan pada produk dan pemasaran. Kegiatan fokus pada iklan fitur produk untuk menarik lebih banyak konsumen dan beralih pikiran konsumen dari negara asal, karena kenyataan bahwa pengetahuan produk konsumen yang meninggalkan efek positif pada keputusan konsumen, pengetahuan produk dapat merekomendasikan bahwa perusahaan akan mendapatkan keuntungan dengan membuat lebih banyak upaya untuk lebih menginformasikan konsumen tentang produk mereka. Terlepas dari pengaruh pada niat pembelian, konsumen dilengkapi dengan tingkat yang lebih tinggi pengetahuan tentang produk tertentu cenderung menjadi khawatir tentang menggunakannya. Proses menginformasikan dapat dicapai dengan menggunakan berbagai saluran media. Dilihat dari penelitian sebelumnya pengetahuan produk sangat penting karena konsumen perlu mengetahui barang yang akan dibelinya sesuai dengan kebutuhan, dari pihak perusahaan pun harus memberikan informasi yang lebih agar konsumen tertarik akan produk yang dipasarkan dan konsumen bisa memutuskan ingin membeli porduk yang sesuai dengan informasi yang diterimanya. Berdasarkan premis tersebut maka kajian ini menguji hipotesis sebagai berikut: H1 : Pengetahuan produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk MsG. Menurut penelitian Dickson dan sawyer (1990), beberapa statistik umum memberikan perspektif yang menarik tentang apa yang terjadi pada titik pembelian.Waktu rata-rata antara tiba dan bentuk tampilan kategori produk kurang dari 12 detik. Sekitar 42% dari pembelanja yang menghabiskan lima detik atau kurang, 25% menghabiskan lebih dari 15 detik, 85% dari jumlah pembelian hanya merek yang dipilih, dan 90% dari pembeli fisik diperiksa hanya satu ukuran. 25 Konsisten dengan waktu singkat yang dihabiskan di tempat pembelian, jumlah pembeli yang dilaporkan dengan cheking harga tidak tinggi. sedikit lebih dari setengah (57,9%) dari pembeli mengaku telah memeriksa harga item yang dipilih dan kurang dari satu dari empat (21,6) melaporkan memeriksa harga sebuah merek alternatif. Beberapa alasan yang berbeda diberikan untuk memeriksa harga item yang dipilih. Alasan yang paling umum diberikan oleh pembeli yang memeriksa harga sederhana kebiasaan (44%), diikuti dengan memeriksa untuk membantu membuat pilihan brand (31,7%), harga memutuskan berapa banyak untuk membeli (28,7%), dan memutuskan apakah akan membeli atau tidak membeli formulir kategori (21,5%). hanya 13,9% mengatakan mereka memeriksa harga untuk mengingat sampai waktu berikutnya dan 12,8% memeriksa harga untuk membandingkan harga antara supermarket. Pembeli yang mengaku tidak memiliki harga yang diperiksa yang paling mungkin untuk menjelaskan baik bahwa ini adalah kasus di mana harga tidak begitu penting (67,8%) atau mereka sudah tahu harga perkiraan (40%). Alasan lain termasuk juga bergegas (11,9) menggunakan kupon (10,1%) dan sudah tahu harga yang tepat (6,9%). Pengetahuan pembeli mencangkupi bermacam potongan informasi yang berhubungan erat dengan pemerolehan produk. Hal ini bisa berupa konsumen melihat harga sebelum membeli produk MsG dan seberapa mudah konsumen mendapatkan produk MsG. Maka kajian ini menguji hipotesis sebagai berikut : H2: Pengetahuan perolehan produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk MsG. Dalam penelitian Hayden dan Sproul (1984), bedak tertelan sengaja bedak bayi adalah masalah kesehatan anak-anak yang penting dan peringkat sekitar 1% dari semua panggilan ke kontrol racun pusat mengenai bayi di bawah usia 3 tahun. Dalam kesempatan langka, kasus tersebut telah mengakibatkan parah aspirasi pneumonia dan kematian. Meskipun potensi ini bahaya kesehatan, bedak bayi terus digunakan oleh jutaan orang tua untuk perawatan kulit rutin bayi mereka. Meskipun banyak 26 dokter mencegah penggunaan bedak bayi, kebanyakan pembibitan rumah sakit memberikan ibu gratis promosi paket yang berisi produk bayi dari berbagai jenis, termasuk bedak bayi. Kami bertanya-tanya apakah ini tidak tertulis kebijakan rumah sakit menyediakan bedak bayi gratis mungkin ditafsirkan sebagai dukungan medis dan mungkin mempengaruhi kejadian penggunaan bedak di antara pasien. Untuk meneliti efek ini mungkin untuk mengevaluasi keyakinan pasien tentang risiko dan manfaat dari penggunaan bedak bayi. Kecukupan pengetahuan pemakaian konsumen penting karena konsumen harus memiliki informasi yang banyak agar tidak salah memilih produk. Konsumen harus mengetahui bagaimana manfaat produk, dan cara pemakaian produk. Dengan memahami cara pemakaian dan manfaat konsumen tidak merasa dirugikan oleh perusahaan dan begitu sebaliknya. Oleh karena itu, kajian ini menguji hipotesis sebagai berikut : H3: Pengetahuan pemakaian berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk MsG.