gaya hidup, status gizi dan kualitas hidup manusia

advertisement
GAYA HIDUP, STATUS GIZI DAN KUALITAS HIDUP
MANUSIA LANJUT USIA YANG MASIH BEKERJA
DI RUMAH SAKIT STELLA MARIS
MAKASSAR
2013
QUALITY OF LIFE, NUTRITION STATUS AND LIFESTYLE
OF ELDERLY PEOPLE WHO ARE STILL WORKING
IN STELLA MARIS HOSPITAL
MAKASSAR
2013
Islamiyah.1, Nurhaedar Jafar.2,Veny Hadju2
1
2
Rumah Sakit Stella Maris
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin
Alamat Korespondensi:
Islamiyah.
Rappocini Raya Lrng 5B No.8 Makassar
HP: 081350523939
Email: [email protected]
Abstrak
Data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 1996, dari 2,6 juta lansia laki-laki yang
berusia 60-64 tahun, 81 persen diantaranya berstatus bekerja (BPS 1997). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gaya hidup, status gizi serta kualitas hidup lansia yang masih bekerja di rumah sakit stella
maris Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan analisa deskriptif. Populasi
dalam penelitian ini adalah karyawan yang berusia 45 hingga 49 tahun yang masih bekerja di rumah sakit
stella maris. Tehnik pengambilan sampling adalah tehnik purposive sampling, yang mana sampel dipilih
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti, sehingga diperoleh sampel sebanyak 34
responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengukuran antropometri. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 34 jumlah sampel dalam penelitian ini terdapat 8 laki-laki dan 26
perempuan, dengan kelompok usia yang terbagi atas kelompok 50-54 tahun sebanyak 31 orang (91,2%),
dan kelompok 55-59 tahun sebanyak 3 orang (8,8%). Para lansia ini rata-rata bekerja di bagian penunjang
seperti di bagian laundry, rekam medik, keuangan, sebanyak 29 orang (85,3%), perawat sebanyak 3 orang
(8,8%), IT sebanyak 1 orang (2,9%), Staf laboratorium sebanyak 1 orang (2,9%). Lansia beraktivitas
berat sebanyak 24 orang dari 34 sampel. Lansia berkualitas hidup tinggi sebanyak 23 orang dari 34
sampel. Lansia berstatus gizi normal sebanyak 16 orang dari 34 sampel. Penelitian ini membuktikan
bahwa lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris Makassar, masih berstatus gizi baik serta
berkualitas hidup tinggi.
Kata Kunci :Lansia,Status Gizi dan Kualitas Hidup
Abstract
National Labor Force Survey data (SAKERNAS) in 1996, from 2.6 million elderly men 60-64 years of
age, 81 percent of them are still work (BPS 1997). This study aims to determine the quality of life,
nutritional status and lifestyle of elderly people who are still working at the Stella Maris Hospital
Makassar. This research is a quantitative study with a descriptive analysis. The population in this study
were employees aged 45 to 49 years old who still work at the Stella Maris Hospital. Using purposive
sampling technique, in which the sample is selected based on the criteria set by the researcher, in order
to obtain sample of 34 respondents. Data collection was conducted through interviews and
anthropometric measurements. The results showed that 34 samples in this study were 8 men and 26
women, with the age group 50-54 years consist of 31 people (91.2%), and 55-59 years group were 3
people (8.8%). Most of elderly in the samples are working in support part such as laundry, medical
records, financial, as many as 29 people (85.3%), nurses 3 persons (8.8%), IT by 1 person (2.9% ),
laboratory staff by 1 person (2.9%). Elderly people with strenuous activities are 24 from 34 samples.
Elderly with high quality life are 23 of 34 samples. Elderly with normal nutritional status are 16 from 34
samples. This study proves that the elderly people who are still working at Stella Maris Hospital
Makassar, has a good nutrition and high quality of life.
Keywords: Deskriptif, Elderly, Nutritional Status and Quality of Life
PENDAHULUAN
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan
proses alami yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap individu. Organisasi kesehatan
dunia World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia
pertengahan (45-59 tahun), lanjut usia (60-74 tahun), usia tua (75-90 tahun), dan usia
sangat tua (di atas 90 tahun) (Mubarak,2006). Salah satu indikator keberhasilan
pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan
semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk
lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Undang-undang Nomor 13
tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia
adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Diseluruh dunia penduduk
Lansia (usia 60 +) tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok
usia lainnya. Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk
lanjut usia. Mindset yang selama ini ada bahwa penduduk lanjut usia merupakan
kelompok rentan yang hanya menjadi tanggungan keluarga, masyarakat dan negara,
harus kita ubah. Kita harus menjadikan lanjut usia sebagai aset bangsa yang harus terus
diberdayakan.(BPS,2009)
Lanjut usia merupakan salah satu fase perkembangan manusia yang sangat
menarik, ada beberapa alasan, yaitu : (1) fase usia lanjut kalau dibandingkan dengan
fase-fase perkembangan manusia lainnya adalah sangat unik. Fase –fase yang lain
berkembang secara progresif, sedangkan pada fase lanjut usia sebaliknya yaitu regresif
dimana arah yang regresif ini ditandai dengan kemunduran secara fisik dan mental. (2)
secara umum, untuk menghindari over generalisasi, kualitas kemampuan adaptasi orang
lanjut usia terhadap perubahan-perubahan fisik dan mental yang bersifat regresif
tersebut cukup buruk sehingga menyebabkan orang lanjut usia menjadi cukup rentan
terhadap gangguan psikologis (Muis,2006).
Secara umum, status kesehatan pada lansia tidak sebaik saat usia muda.
Seringkali lansia menderita berbagai penyakit yang umumnya terjadi akibat penurunan
fungsi organ tubuh (Puspitasari 2011)
Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun
2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya
tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia. Badan Pusat
Statistik (BPS). Hal yang menarik untuk dibahas dengan terjadinya peningkatan
penduduk lansia ini adalah pandangan bahwa lansia bergantung kepada bagian
penduduk yang lain, terutama pada pemenuhan kebutuhan hidupnya. Selain itu,
keberadaan lansia juga dikaitkan dengan perhitungan rasio ketergantungan, yang
merupakan perbandingan antara penduduk usia produktif dengan penduduk usia non
produktif termasuk di dalamnya adalah lansia. Jika penduduk lansia tersebut semakin
meningkat jumlahnya, maka beban penduduk usia produktif akan semakin besar
(Rahardjo BW dkk. 2009).
Data Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah warga lanjut usia
bertambah dari tahun ke tahun. Kalau tahun 2000, jumlah warga berusia 65-70 tahun
meningkat menjadi 22,7 juta jiwa, maka di tahun 2020 diperkirakan jumlah tersebut
menjadi 30,1 juta jiwa atau sekitar 10 % dari total penduduk Indonesia. Sudah saatnya
pemerintah memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan lansia karena sebagai warga
negara kaum lansia pun mempunyai hak yang sama dengan kelompok usia lain.
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Bureau of the Cencus USA bahwa di Indonesia
sejak tahun 1990-2025 (sekitar 35 tahun) mempunyai jumlah lansia sebesar 414 % dan
hal tersebut merupakan suatu angka tertinggi di dunia. (BPS,2009)
Namun, pada kenyataannya masih banyak lansia yang bekerja untuk mencari
nafkah, seperti terlihat dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun
1996, dari 2,6 juta lansia laki-laki yang berusia 60-64 tahun, 81 persen diantaranya
berstatus bekerja. Bahkan untuk lansia yang sudah berusia 65 tahun ke atas masih
banyak yang bekerja, yaitu sebesar 57 % dari 3,8 juta lansia usia tersebut. Data
SAKERNAS juga memper lihatkan bahwa sekitar 45 % lansia perempuan usia 60-64
tahun.Hal tersebut menunjukkan bahwa umumnya lansia di Indonesia masih dapat
melakukan berbagai aktivitas dan masih banyak berperan dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Tidaklah mengherankan bila pada kenyataannya lansia di Indonesia masih
banyak yang harus bekerja, dan yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk
bekerja. Banyaknya lansia yang masih bekerja di satu pihak dapat menunjukkan bahwa
lansia memang masih aktif di pasar kerja dan berusaha untuk tidak tergantung pada
penduduk lainnya, tapi di pihak lain dapat menjadi masalah jika mereka tidak
diperhatikan sebagaimana mestinya. Hanya 11,6 % lansia yang berusia 60-64 tahun
yang masih bekerja disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang relatif masih besar, serta
secara fisik dan mental lansia tersebut masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
Agar tetap sehat sampai tua, sejak muda seseorang perlu membiasakan gaya
hidup sehat. Gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang
bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar dan teratur dan tidak
merokok. Hal ini tidak semudah yang dibayangkan. Gaya hidup sehat ini semestinya
sudah dilakukan sejak masih muda sehingga ketika memasuki masa lansia seseorang
dapat menjalani hidupnya dengan bahagia terhindar dari banyak masalah kesehatan.
Demikian halnya dengan gaya hidup yang salah dapat memengaruhi kesehatan antara
lain kurang minum air putih, kurang gerak, mengonsumsi makanan yang berkalori
tinggi, kebiasaan istirahat yang tidak teratur dan kebiasaan merokok (Sediaoetama,
2004,dkk).
Problematika yang dihadapi orang-orang yang telah lansia sangat khas. Mereka
mengalami mengalami penurunan kondisi fisik dan juga masalah psikologis. Pada usia
lanjut, seseorang tidak hanya harus menjaga kesehatan fisik tetapi juga menjaga agar
kondisi mentalnya dapat menghadapi perubahan-perubahan yang mereka alami
(Nugraheni, 2005).
Masyarakat sekarang ini menganggap bahwa lansia itu hanya dapat berada
dalam rumah, menikmati hari-harinya dengan hanya bersantai saja tanpa melakukan
aktifitas apapun padahal disisi lain kita dapat menemukan fenomena-fenomena dimana
lansia dalam menjalani masa-masanya dapat tetap produktif dan berguna bagi orang
lain. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa dimana para lansia merasakan
penurunan penurunan yang terjadi pada dirinya baik secara fisik dan psikologis.
Sebagian lansia masih memandang usia tua dengan sikap yang menunjukkan
keputusasaan, pasif, lemah dan tergantung dengan sanak saudara. Lansia tersebut
kurang berusaha untuk mengembangkan diri sehingga lansia semakin cepat mengalami
kemunduran baik jasmani maupun mental. Disisi lain pandangan ini tidak berarti bahwa
kelompok lansia adalah kelompok orang yang homogen. (Indrasawari wiwi,dkk. 2012)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Stella Maris Makassar
masih terdapat beberapa lansia yang bekerja, sebagai perawat, cleaning service hingga
laundry yang mana usia mereka berkisar 60-70 tahun, olehnya itu peneliti tertarik untuk
melihat bagaimana gaya hidup, status gizi serta kualitas para lansia tersebut. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui gaya hidup, status gizi serta kualitas hidup lansia yang
masih bekerja di rumah sakit stella maris Makassar
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah semua karyawan yang berusia 45 hingga 49
tahun yang masih bekerja di rumah sakit stella maris. Yang mana berdasarkan teori
WHO mereka adalah lansia kelompok usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45-59
tahun. Dan sampel yang memenuhi syarat sampel dalam penelitian ini sebanyak 34
orang Lansia yang masih bekderja di Rumah Sakit Stella Maris Makassar.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung
dengan responden yang terpilih sebagai sampel dengan menggunakan kuesioner yang
berisi pertanyaan mengenai karakteristik lansia meliputi; usia, tingkat pendidikan serta
jenis pekerjaan,Status gizi lansia meliputi; berat badan dan tinggi badan, Pola hidup
meliputi; Makanan dan aktivitas fisik serta kualitas hidup; variable kualitas hidup
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner kualitas hidup WHOQOL-BREF yang
terdiri dari 26 pertanyaan domain
Analisis Data
Data diolah dengan menggunakan program SPSS 17.0 dan Analisis univariat
untuk mengetahui karakteristik responden, status gizi, gaya hidup serta kualitas hidup
responden
HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden yaitu dari 34 jumlah sampel
dalam penelitian ini terdapat 8 laki-laki dan 26 perempuan, dengan kelompok usia yang
terbagi atas kelompok 50-54 tahun sebanyak 31 orang (91,2%), dan kelompok 55-59
tahun sebanyak 3 orang (8,8%). Dengan tingkat pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar
sebanyak 2 orang (5,9%), SMP 4 orang (11,8%), SMA 23 orang (67,6%) serta
perguruan tinggi sebanyak 5 orang (14,7%). Sebagai karyawan di Rumah Sakit Stella
Maris Makassar, para lansia ini rata-rata bekerja di bagian penunjang seperti di bagian
laundry, rekam medik, keuangan, sebanyak 29 orang (85,3%), perawat sebanyak 3
orang (8,8%), IT sebanyak 1 orang (2,9%), Staf laboratorium sebanyak 1 orang (2,9%).
Status pernikahan rata-rata lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris
Makassar diantaranya; menikah 28 orang (82,4%), single 3 orang (8,8%), janda/duda
mati sebanyak 2 orang (5,9%), serta bercerai 1 orang (2,9%)
Analisis Univariat
Pada tabel 2 Distribusi responden Pola makan Lansia pada penelitian ini
terbagi atas dua kategori yaitu kurang dan cukup. Terdapat 17 orang (50%) lansia yang
berada pada kategori pola makan cukup. Dan 50 orang juga berada pada kategori pola
makan kurang.
Pada tabel 3 Aktivitas fisik Lansia dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan kriteria METs. Terdapat 3 kriteria intensitas aktivitas fisik lansia yang
ditemukan dalam penelitian ini, yaitu ringan, sedang dan berat. Lansia yang beraktivitas
ringan sebanyak 3 orang (8,8%), sedang 7 orang (20,6%) dan berat 24 orang (70,6%).
Pada tabel 4 kualitas hidup terbagi atas dua kelompok yaitu tinggi dan rendah.
Hasil penelitian menunjukkan kelompok Lansia yang kualitas hidupnya rendah
sebanyak 11 orang (32,4%) dan yang kualitas hidupnya tinggi sebanyak 23 orang
(67,6%).
Pada tabel 4 status gizi lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris
Makassar, diketahui lah gizi lansia tersebut, sebagai berikut; lansia dengan status gizi
normal yaitu 18,5kg/m2 ≤ IMT ≤ 25 kg/m2 sebanyak 16 orang (47,1%), status gizi
overweight yaitu IMT > 25 kg/m2 sebanyak 12 orang (35,3%) serta status gizi obesitas
yaitu IMT ≥ 30 kg/m2 sebanyak 6 orang (17,6%)
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang pernah
ditempuh oleh para manusia lanjut usia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella
Maris, paling banyak hanya setingkat SMA, yaitu sebanyak 23 orang dari 34 manusia
lanjut usia yang menjadi objek dalam penelitian ini. Penelitian oleh Affandi (2009)
menyatakan secara keseluruhan tingkat pendidikan Lansia umumnya rendah, seperti
halnya kondisi pendidikan penduduk Indonesia pada umumnya. Kondisi demikian
sangat dimaklumi mengingat kebanyakan Lansia pada saat usia sekolah, mereka hidup
dalam zaman penjajahan.
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi jenis pekerjaan, tingkat pendapatan
lansia, dan bagaimana manajemen keuangan lansia di masa tuanya. Penelitian
Setyoadi,dkk (2012) menyatakan terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan dan produktivitas kerja dengan hasil uji F yang memperoleh F
hitung > f tabel (54,879 > 2,84) pada signifikansi 5%.
Jenis pekerjaan para Lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris
diantaranya sebagai perawat, petugas gudang farmasi, keuangan, bagian logistik,
pekarya di ruangan OK, bagian laundry rumah sakit, serta staf laboratorium.
berdasarkan hasil wawancara dengan lansia tersebut, beban kerja mereka rata-rata tidak
berat, banyak pekerjaan yang dilakukan dengan duduk dibelakang meja saja, atau
pekerjaan yang berhubungan dengan administratif. Banyaknya lansia yang masih
bekerja di satu pihak dapat menunjukkan bahwa Lansia memang masih aktif di pasar
kerja dan berusaha untuk tidak tergantung pada manusia lainnya, tapi di pihak lain
mereka dapat menjadi masalah jika mereka tidak diperhatikan sebagaimana mestinya.
Banyaknya Lansia yang masih bekerja disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang
relative masih besar, serta secara fisik dan mental Lansia tersebut masih mampu
melakukan aktivitas sehari-hari.
Status perkawinan lansia erat kaitannya dengan kualitas hidup lansia. Hasil
penelitian menunjukkan jumlah lansia yang masih dalam status menikah sebanyak 28
orang (82,4%), dan yang berstatus single sebanyak 3 orang (8,8%). Adanya pasangan
hidup atau tidak adanya pasangan hidup mempengaruhi status kualitas hidup.
Gizi merupakan salah satu hal yang berpotensi menganggu kesehatan usia lanjut.
Hasil analisis statistik antara konsumsi gizi dan status kesehatan menunjukkan bahwa
dari beberapa zat gizi yang dianalisis, tidak ada satu komponen zat gizi tertentu yang
berhubungan nyata dengan status kesehatan. Pada penelitian ini rata-rata pola makan
lansia yang kurang ataupun cukup sama banyaknya yaitu 17 orang (50%) yang pola
makannya termasuk kategori cukup dan 17 orang kategori makannya kurang. Cukup
jika makanan tersebut dikonsumsi tiap minggu, minimal 1x/minggu, kurang jika
makanan dikonsumsi kurang dari 1x/minggu.
Beberapa penelitian mengenai konsumsi pangan pada lansia juga menunjukkan
hal serupa, tidak ada lansia yang memnuhi 100% kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Nadhira (2006) pada lansia laki-laki di Ciampea Bogor,
menyatakan bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi usia 56 tahun keatas hanya
mencapai 85%. Konsumsi makanan haruslah beragam karena tidak ada satu jenis
makanan yang mengandung komposisi zat gizi yang lengkap. Oleh karena itu
kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan
susunan zat gizi jenis makanan yang lain sehingga diperoleh asupan gizi yang
seimbang. Selain itu konsumsi makanan yang lebih beragam dapat memperbaiki
kecukupan akan zat-zat gizi dan menunjukkan perlindungan terhadap serangan berbagai
penyakit kronik yang berhubungan dengan proses penuaan.
Status gizi dan keadaan gizi yang baik merupakan titik masuk utama untuk
mengakhiri kemiskinan dan tonggak utama untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik. Status gizi yang buruk adalah perhatian utama pada lansia. Terdapat hubungan
yang kompleks antara gizi, status kesehatan dan kualitas hidup lansia. Kebutuhan gizi
dan kemampuannya untuk memetabolisme nutrient tertentu dipengaruhi oleh tingkat
penyakit.
Aktivitas fisik pada Lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris
paling banyak berada pada kategori aktivitas berat yaitu sebanyak 24 orang (70,6%) dari
34 responden. Hasil wawancara dengan para lansia yang terkait dengan aktivitas fisik
didapatkan bahwa ada lansia yang bekerja sebagai perawat, kepala rekam medik, staf
laboratorium, staf gudang farmasi, staf keuangan, satpam serta pekarya yang mana
mereka bekerja dari pagi hingga siang, selama ± 8 jam, sehingga mereka kelelahan.
Aktivitas fisik yang dimiliki oleh lansia berpengaruh terhadap status kesehatan, untuk
itu perlu pendekatan kepada lansia bahwa perlu memperhatikan aktivitas fisiknya
sehari-hari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tety S
(2005), yang menemukan bahwa usia 60-70 tahun mempunyai aktivitas yang tergolong
tinggi, sedangkan umur > 70 tahun, cenderung rendah.
Kemampuan lansia melakukan aktivitas fisik merupakan salah satu indikator
kesehatan karena lansia mampu melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan, dan
bekerja. Kemampuan lansia untuk beraktivitas tidak terlepas dari keadekuatan sistem
persyarafan dan musculoskeletal. Beberapa ahli mendapatkan kesimpulan bahwa
aktifitas fisik dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih tenang, lebih kuat
menghadapi stress dan gangguan hidup dan memiliki indeks massa tubuh yang
cenderung normal (Kushartanti,2006)
Kualitas hidup para lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris
Makassar sebagian besar kualitas hidupnya tinggi yaitu sebanyak 23 orang (32,4%) dari
34 responden. dari ke 4 domain pada kualitas hidup, hanya domain lingkungan yang
memiliki peranan besar pada kualitas hidup lansia. Kualitas hidup yang lebih
menekankan bagaimana persepsi terkait dengan kepuasaan terhadap posisi dan keadaan
di dalam hidupnya, cenderung dipengaruhi oleh sejauh mana tercapainya tugas
perkembangan dalam kehidupan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tika (2003), secara
umum subyek dalam penelitiannya memiliki kualitas hidup positif. Hal ini terlihat dari
gambaran fisik subyek yang selalu menjaga kesehatan dengan terus makan sayuran,
mengkonsumsi vitamin serta berolahraga. Subyek juga berusaha mengatur tidur
minimal 8 jam perhari, mengurangi pekerjaan berat dan mengerjakan pekerjaan yang
ringan.
Kualitas hidup merupakan konsep kesehatan multidimensi terutama
memperlihatkan gejala subyektif yang mempengaruhi perasaan seseorang dan fungsi
kesehariannya. Kualitas hidup mencakup beberapa area penting seperti perasaan
seseorang, ketidakmampuan melaksanakan tugas, dan fungsi fisik, psikologis, dan
sosial. Ada hal-hal yang mempengaruhi kualitas hidup, antara lain; mengenali diri
sendiri, adaptasi, merasakan penderitaan orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap
optimis, mengembangkan sikap empati (Ghozally, 2005). Sementara itu penelitian yang
dilakukan oleh Yenny (2006) kualitas hidup Lansia cenderung menurun seiring
bertambahnya usia, dimana penyakit kronik secara bermakna menurunkan kualitas hidp
Lansia.
Seseorang yang berhasil mencapai usia lanjut, maka upaya utama yang harus
dilakukan adalah memperbaiki status gizi lansia agar tetap bertahan pada kondisi
optimum sehingga kualitas kehidupan lansia juga baik. Perubahan gizi lansia
disebabkan oleh perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Pemenuhan kebutuhan
asupan zat gizi lansia yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang dialami oleh lansia. Status
gizi pada lansia dalam penelitian ini termasuk baik, karena terdapat 16 orang lansia
(47,1%) yang status gizinya normal dimana hasil pengukuran IMT mereka antara 18,5
kg/m2 dan ≤ 25 kg/m2. Hal ini sejalan dengan pola konsumsi mereka yang mana dari 34
sampel terdapat 17 orang (50%) dengan pola makan cukup yaitu mengkonsumsi
makanan tiap minggu, minimal 1x/minggu dengan skor ≥ 10. Sementara itu penelitian
yang dilakukan oleh Nadimin (2010) terlihat 50% responden dari penelitiannya yang
mengalami obesitas memiliki pola makan yang kurang baik. Dalam arti,umumnya
mereka mengkonsumsi makanan sumber energi berlebihan dan kurang kandungan serat
seperti dari buah dan sayur.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiwi,dkk (2012), pada lansia dengan status gizi
baik, lansia sendiri yang memilih menu makanan yang akan disediakan, lebih memilih
makan bersama dengan anggota keluarga yang lain di meja makan, makanan yang
sesuai dengan gizi seimbang dan bervariasi, dan tekstur makanan disesuaikan dengan
kemampuan lansia untuk mengunyah. Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ismayanti,dkk (2011) status gizi lansia yang ada di PSTW unit Abiyoso
Yogyakarta, menunjukkan bahwa responden dengan status gizi baik terbanyak 20
responden yang status gizinya baik dari 53 responden yang diteliti. Status gizi yang
tidak baik dapat terjadi karena ketidakseimbangan gizi, yaitu ketidakseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan, menyebabkan lansia kurang gizi atau terjadi kegemukan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah penelitian dilakukan terkait dengan gambaran gaya hidup, status gizi
dan kualitas hidup lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris Makassar,
maka disimpulkan bahwa gaya hidup lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella
Maris, terdiri dari aktivitas fisik dan pola makan. Subyek penelitian yang beraktivitas
fisik sebanyak 24 orang (70,6%) dari 34 sampel, dan pola makan cukup sebanyak 17
orang (50%) dari 34 sampel. Status gizi yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella
Maris, cukup baik, karena sebanyak 16 responden ( 47,1%) dari 34 sampel berstatus gizi
normal. Kualitas hidup yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris, juga baik
karena sebanyak 23 orang dari 34 responden berkualitas hidup yang tinggi selanjutnya.
dengan mengacu pada hasil penelitian ini diharapkan pihak management Rumah Sakit
Stella Maris menjaga dan lebih meningkatkan gaya hidup, status gizi serta kualitas
hidup karyawan yang berusia 50 tahun keatas yang berisiko bergaya hidup rendah,
status gizi rendah serta yang berkualitas hidup rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia Memilih
Untuk Bekerja. Journal Of Indonesia Applied Economics Vol 3, No.2, Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya
Badan Pusat Statistik (2009). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2009.Jakarta ‫ ׃‬Badan
Pusat Statistik
Ghozally,F,R (2005). Kecerdasan Emosi dan Kualitas Hidup. Jakarta.Edsa Mahkota
Kushartanti (2006) Pengaruh latihan range of motion (ROM) terhadap fleksibilitas sendi
pada lansia di Panti Wreda Wening Wardoyo Ungaran, Jurnal Media Ners,1‫׃‬5-7.
Mubarak, dkk. (2006). Buku ajar ilmu keperawatan komunitas 2: Teori dan aplikasi
dalam praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik, dan
keluarga. Jakarta: Sagung Seto
Muis (2006) Gizi Pada Usia Lanjut. Di dalam: Matrono H. H & Boedhi-Darmojo R,
editor. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI hlm. 539-547.
Nadhira (2006). Keadaan sosial ekonomi, pengetahuan gizi, gaya hidup, konsumsi
pangan,dan status gizi lansia laki-laki di Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor, Jabar. Jurnal Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor, 32‫׃‬6-8
Nadimin (2010). Pola Makan,Aktivitas Fisik dan Status Gizi Pegawai Dinas Kesehatan
Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan,Volume XI,edisi 1 Januari 2011
Nugraheni, S.D (2005). Hubungan antara Kecerdasan Ruhaniah dengan Kecemasan
Menghadapi Kematian pada Lanjut usia. Jurnal Ilmiah Psikologi INSIGHT Th,
2 ‫׃‬7-9
Ismayanti N & Solikha (2011). Hubungan antara Pola Konsumsi dan Aktivitas Fisik
dengan Status Gizi Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso
Yogyakarta. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta,234‫׃‬4-6
Puspitasari (2011). Keragaan Konsumsi Pangan, Status Kesehatan, Tingkat Depresi
Dan Status Gizi Lansia Peserta dan Bukan Peserta Program Home Care Di
Tegal Alur,Jakbar. Jurnal IPB Bogor,45‫׃‬5-7.
Rahardjo BW et al. (2009). Panduan Menuju Lanjut Usia Sehat. Jakarta: Lembaga
Lanjut Usia Indonesia (LLI).
Sediaoetama (2004), Ilmu Gizi, Jakarta Timur: Dian Rakyat
Setyoadi., Noerhamdani.& Ermawati F. (2012). Perbedaan tingkat kualitas hidup pada
wanita lansia di komunitas dan panti. Jurnal Ilmu keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya
Tety S (2005). Gambaran Aktivitas Fisik dan Gaya hidup Usia Lanjut di Wilayah Kerja
Puskesmas Kassi-Kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar (Skripsi).
Universitas Hasanuddin Makassar
Tika (2003). Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Sudah Memasuki Masa Menopause.
Jurnal Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma,432‫׃‬3-5
Wiwi I., Thaha R. & Jafar N (2012). Pola Pengasuhan Gizi dan Status Gizi Lanjut Usia
di Puskesmas Lau Kabupaten Maros. Jurnal Program Studi Ilmu Gizi,78‫׃‬7-8.
Yenny & Herwana E (2006). Prevalensi Penyakit Kronik dan Kualitas Hidup pada
Lanjut Usia di Jakarta Selatan. Jurnal Universa Medicina,I Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti 5‫׃‬3-5
LAMPIRAN
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Umum Lansia Di Rumah Sakit Stella Maris
2013
Karakteristik
n
%
Jenis Kelamin
 Laki-laki
 Perempuan
Total
8
26
34
23,5%
76,5%
100%
31
3
35
91,2%
8,8%
100%
5
23
4
2
34
14,7%
67,6%
11,8%
5,9%
100%
29
3
1
1
34
85,3%
8,8%
2,9%
2,9%
100%
3
28
1
2
34
8,8%
82,4%
2,9%
5,9%
100%
Umur
 50-54 thn
 55-59 thn
Total
Tingkat Pendidikan
 Perguruan Tinggi
 SMA
 SMP
 SD
Total
Jenis Pekerjaan
 Bagian penunjang
 Perawat
 IT
 Staf Laboratorium
Total
Status Pernikahan
 Single
 Menikah
 Bercerai
 Janda/duda
Total
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasar Pola Makan pada Lansia
Pola Makan
n
%
Kurang
17
50%
Cukup
17
Total
34
50%
100%
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik
n
%
Berat
24
70,6%
Sedang
7
20,6%
Ringan
3
8,8%
Total
34
100%
Sumber: data primer 2013
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kualitas Hidup
Kualitas Hidup
n
%
Tinggi
23
67,6%
Rendah
11
32,4%
Total
34
100%
Sumber: Data Primer 2013
Download