GAYA HIDUP, STATUS GIZI DAN KUALITAS HIDUP MANUSIA LANJUT USIA YANG MASIH BEKERJA DI RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR 2013 QUALITY OF LIFE, NUTRITION STATUS AND LIFESTYLE OF ELDERLY PEOPLE WHO ARE STILL WORKING IN STELLA MARIS HOSPITAL MAKASSAR 2013 Islamiyah.1, Nurhaedar Jafar.2,Veny Hadju2 1 2 Rumah Sakit Stella Maris Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: Islamiyah. Rappocini Raya Lrng 5B No.8 Makassar HP: 081350523939 Email: [email protected] Abstrak Data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 1996, dari 2,6 juta lansia laki-laki yang berusia 60-64 tahun, 81 persen diantaranya berstatus bekerja (BPS 1997). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya hidup, status gizi serta kualitas hidup lansia yang masih bekerja di rumah sakit stella maris Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan analisa deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang berusia 45 hingga 49 tahun yang masih bekerja di rumah sakit stella maris. Tehnik pengambilan sampling adalah tehnik purposive sampling, yang mana sampel dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti, sehingga diperoleh sampel sebanyak 34 responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengukuran antropometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 jumlah sampel dalam penelitian ini terdapat 8 laki-laki dan 26 perempuan, dengan kelompok usia yang terbagi atas kelompok 50-54 tahun sebanyak 31 orang (91,2%), dan kelompok 55-59 tahun sebanyak 3 orang (8,8%). Para lansia ini rata-rata bekerja di bagian penunjang seperti di bagian laundry, rekam medik, keuangan, sebanyak 29 orang (85,3%), perawat sebanyak 3 orang (8,8%), IT sebanyak 1 orang (2,9%), Staf laboratorium sebanyak 1 orang (2,9%). Lansia beraktivitas berat sebanyak 24 orang dari 34 sampel. Lansia berkualitas hidup tinggi sebanyak 23 orang dari 34 sampel. Lansia berstatus gizi normal sebanyak 16 orang dari 34 sampel. Penelitian ini membuktikan bahwa lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris Makassar, masih berstatus gizi baik serta berkualitas hidup tinggi. Kata Kunci :Lansia,Status Gizi dan Kualitas Hidup Abstract National Labor Force Survey data (SAKERNAS) in 1996, from 2.6 million elderly men 60-64 years of age, 81 percent of them are still work (BPS 1997). This study aims to determine the quality of life, nutritional status and lifestyle of elderly people who are still working at the Stella Maris Hospital Makassar. This research is a quantitative study with a descriptive analysis. The population in this study were employees aged 45 to 49 years old who still work at the Stella Maris Hospital. Using purposive sampling technique, in which the sample is selected based on the criteria set by the researcher, in order to obtain sample of 34 respondents. Data collection was conducted through interviews and anthropometric measurements. The results showed that 34 samples in this study were 8 men and 26 women, with the age group 50-54 years consist of 31 people (91.2%), and 55-59 years group were 3 people (8.8%). Most of elderly in the samples are working in support part such as laundry, medical records, financial, as many as 29 people (85.3%), nurses 3 persons (8.8%), IT by 1 person (2.9% ), laboratory staff by 1 person (2.9%). Elderly people with strenuous activities are 24 from 34 samples. Elderly with high quality life are 23 of 34 samples. Elderly with normal nutritional status are 16 from 34 samples. This study proves that the elderly people who are still working at Stella Maris Hospital Makassar, has a good nutrition and high quality of life. Keywords: Deskriptif, Elderly, Nutritional Status and Quality of Life PENDAHULUAN Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap individu. Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan (45-59 tahun), lanjut usia (60-74 tahun), usia tua (75-90 tahun), dan usia sangat tua (di atas 90 tahun) (Mubarak,2006). Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Diseluruh dunia penduduk Lansia (usia 60 +) tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Mindset yang selama ini ada bahwa penduduk lanjut usia merupakan kelompok rentan yang hanya menjadi tanggungan keluarga, masyarakat dan negara, harus kita ubah. Kita harus menjadikan lanjut usia sebagai aset bangsa yang harus terus diberdayakan.(BPS,2009) Lanjut usia merupakan salah satu fase perkembangan manusia yang sangat menarik, ada beberapa alasan, yaitu : (1) fase usia lanjut kalau dibandingkan dengan fase-fase perkembangan manusia lainnya adalah sangat unik. Fase –fase yang lain berkembang secara progresif, sedangkan pada fase lanjut usia sebaliknya yaitu regresif dimana arah yang regresif ini ditandai dengan kemunduran secara fisik dan mental. (2) secara umum, untuk menghindari over generalisasi, kualitas kemampuan adaptasi orang lanjut usia terhadap perubahan-perubahan fisik dan mental yang bersifat regresif tersebut cukup buruk sehingga menyebabkan orang lanjut usia menjadi cukup rentan terhadap gangguan psikologis (Muis,2006). Secara umum, status kesehatan pada lansia tidak sebaik saat usia muda. Seringkali lansia menderita berbagai penyakit yang umumnya terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh (Puspitasari 2011) Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia. Badan Pusat Statistik (BPS). Hal yang menarik untuk dibahas dengan terjadinya peningkatan penduduk lansia ini adalah pandangan bahwa lansia bergantung kepada bagian penduduk yang lain, terutama pada pemenuhan kebutuhan hidupnya. Selain itu, keberadaan lansia juga dikaitkan dengan perhitungan rasio ketergantungan, yang merupakan perbandingan antara penduduk usia produktif dengan penduduk usia non produktif termasuk di dalamnya adalah lansia. Jika penduduk lansia tersebut semakin meningkat jumlahnya, maka beban penduduk usia produktif akan semakin besar (Rahardjo BW dkk. 2009). Data Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah warga lanjut usia bertambah dari tahun ke tahun. Kalau tahun 2000, jumlah warga berusia 65-70 tahun meningkat menjadi 22,7 juta jiwa, maka di tahun 2020 diperkirakan jumlah tersebut menjadi 30,1 juta jiwa atau sekitar 10 % dari total penduduk Indonesia. Sudah saatnya pemerintah memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan lansia karena sebagai warga negara kaum lansia pun mempunyai hak yang sama dengan kelompok usia lain. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Bureau of the Cencus USA bahwa di Indonesia sejak tahun 1990-2025 (sekitar 35 tahun) mempunyai jumlah lansia sebesar 414 % dan hal tersebut merupakan suatu angka tertinggi di dunia. (BPS,2009) Namun, pada kenyataannya masih banyak lansia yang bekerja untuk mencari nafkah, seperti terlihat dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 1996, dari 2,6 juta lansia laki-laki yang berusia 60-64 tahun, 81 persen diantaranya berstatus bekerja. Bahkan untuk lansia yang sudah berusia 65 tahun ke atas masih banyak yang bekerja, yaitu sebesar 57 % dari 3,8 juta lansia usia tersebut. Data SAKERNAS juga memper lihatkan bahwa sekitar 45 % lansia perempuan usia 60-64 tahun.Hal tersebut menunjukkan bahwa umumnya lansia di Indonesia masih dapat melakukan berbagai aktivitas dan masih banyak berperan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Tidaklah mengherankan bila pada kenyataannya lansia di Indonesia masih banyak yang harus bekerja, dan yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk bekerja. Banyaknya lansia yang masih bekerja di satu pihak dapat menunjukkan bahwa lansia memang masih aktif di pasar kerja dan berusaha untuk tidak tergantung pada penduduk lainnya, tapi di pihak lain dapat menjadi masalah jika mereka tidak diperhatikan sebagaimana mestinya. Hanya 11,6 % lansia yang berusia 60-64 tahun yang masih bekerja disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang relatif masih besar, serta secara fisik dan mental lansia tersebut masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Agar tetap sehat sampai tua, sejak muda seseorang perlu membiasakan gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar dan teratur dan tidak merokok. Hal ini tidak semudah yang dibayangkan. Gaya hidup sehat ini semestinya sudah dilakukan sejak masih muda sehingga ketika memasuki masa lansia seseorang dapat menjalani hidupnya dengan bahagia terhindar dari banyak masalah kesehatan. Demikian halnya dengan gaya hidup yang salah dapat memengaruhi kesehatan antara lain kurang minum air putih, kurang gerak, mengonsumsi makanan yang berkalori tinggi, kebiasaan istirahat yang tidak teratur dan kebiasaan merokok (Sediaoetama, 2004,dkk). Problematika yang dihadapi orang-orang yang telah lansia sangat khas. Mereka mengalami mengalami penurunan kondisi fisik dan juga masalah psikologis. Pada usia lanjut, seseorang tidak hanya harus menjaga kesehatan fisik tetapi juga menjaga agar kondisi mentalnya dapat menghadapi perubahan-perubahan yang mereka alami (Nugraheni, 2005). Masyarakat sekarang ini menganggap bahwa lansia itu hanya dapat berada dalam rumah, menikmati hari-harinya dengan hanya bersantai saja tanpa melakukan aktifitas apapun padahal disisi lain kita dapat menemukan fenomena-fenomena dimana lansia dalam menjalani masa-masanya dapat tetap produktif dan berguna bagi orang lain. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa dimana para lansia merasakan penurunan penurunan yang terjadi pada dirinya baik secara fisik dan psikologis. Sebagian lansia masih memandang usia tua dengan sikap yang menunjukkan keputusasaan, pasif, lemah dan tergantung dengan sanak saudara. Lansia tersebut kurang berusaha untuk mengembangkan diri sehingga lansia semakin cepat mengalami kemunduran baik jasmani maupun mental. Disisi lain pandangan ini tidak berarti bahwa kelompok lansia adalah kelompok orang yang homogen. (Indrasawari wiwi,dkk. 2012) Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Stella Maris Makassar masih terdapat beberapa lansia yang bekerja, sebagai perawat, cleaning service hingga laundry yang mana usia mereka berkisar 60-70 tahun, olehnya itu peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gaya hidup, status gizi serta kualitas para lansia tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya hidup, status gizi serta kualitas hidup lansia yang masih bekerja di rumah sakit stella maris Makassar BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah semua karyawan yang berusia 45 hingga 49 tahun yang masih bekerja di rumah sakit stella maris. Yang mana berdasarkan teori WHO mereka adalah lansia kelompok usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45-59 tahun. Dan sampel yang memenuhi syarat sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 orang Lansia yang masih bekderja di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan responden yang terpilih sebagai sampel dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai karakteristik lansia meliputi; usia, tingkat pendidikan serta jenis pekerjaan,Status gizi lansia meliputi; berat badan dan tinggi badan, Pola hidup meliputi; Makanan dan aktivitas fisik serta kualitas hidup; variable kualitas hidup dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner kualitas hidup WHOQOL-BREF yang terdiri dari 26 pertanyaan domain Analisis Data Data diolah dengan menggunakan program SPSS 17.0 dan Analisis univariat untuk mengetahui karakteristik responden, status gizi, gaya hidup serta kualitas hidup responden HASIL Karakteristik Responden Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden yaitu dari 34 jumlah sampel dalam penelitian ini terdapat 8 laki-laki dan 26 perempuan, dengan kelompok usia yang terbagi atas kelompok 50-54 tahun sebanyak 31 orang (91,2%), dan kelompok 55-59 tahun sebanyak 3 orang (8,8%). Dengan tingkat pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sebanyak 2 orang (5,9%), SMP 4 orang (11,8%), SMA 23 orang (67,6%) serta perguruan tinggi sebanyak 5 orang (14,7%). Sebagai karyawan di Rumah Sakit Stella Maris Makassar, para lansia ini rata-rata bekerja di bagian penunjang seperti di bagian laundry, rekam medik, keuangan, sebanyak 29 orang (85,3%), perawat sebanyak 3 orang (8,8%), IT sebanyak 1 orang (2,9%), Staf laboratorium sebanyak 1 orang (2,9%). Status pernikahan rata-rata lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris Makassar diantaranya; menikah 28 orang (82,4%), single 3 orang (8,8%), janda/duda mati sebanyak 2 orang (5,9%), serta bercerai 1 orang (2,9%) Analisis Univariat Pada tabel 2 Distribusi responden Pola makan Lansia pada penelitian ini terbagi atas dua kategori yaitu kurang dan cukup. Terdapat 17 orang (50%) lansia yang berada pada kategori pola makan cukup. Dan 50 orang juga berada pada kategori pola makan kurang. Pada tabel 3 Aktivitas fisik Lansia dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan kriteria METs. Terdapat 3 kriteria intensitas aktivitas fisik lansia yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu ringan, sedang dan berat. Lansia yang beraktivitas ringan sebanyak 3 orang (8,8%), sedang 7 orang (20,6%) dan berat 24 orang (70,6%). Pada tabel 4 kualitas hidup terbagi atas dua kelompok yaitu tinggi dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan kelompok Lansia yang kualitas hidupnya rendah sebanyak 11 orang (32,4%) dan yang kualitas hidupnya tinggi sebanyak 23 orang (67,6%). Pada tabel 4 status gizi lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris Makassar, diketahui lah gizi lansia tersebut, sebagai berikut; lansia dengan status gizi normal yaitu 18,5kg/m2 ≤ IMT ≤ 25 kg/m2 sebanyak 16 orang (47,1%), status gizi overweight yaitu IMT > 25 kg/m2 sebanyak 12 orang (35,3%) serta status gizi obesitas yaitu IMT ≥ 30 kg/m2 sebanyak 6 orang (17,6%) PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh para manusia lanjut usia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris, paling banyak hanya setingkat SMA, yaitu sebanyak 23 orang dari 34 manusia lanjut usia yang menjadi objek dalam penelitian ini. Penelitian oleh Affandi (2009) menyatakan secara keseluruhan tingkat pendidikan Lansia umumnya rendah, seperti halnya kondisi pendidikan penduduk Indonesia pada umumnya. Kondisi demikian sangat dimaklumi mengingat kebanyakan Lansia pada saat usia sekolah, mereka hidup dalam zaman penjajahan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi jenis pekerjaan, tingkat pendapatan lansia, dan bagaimana manajemen keuangan lansia di masa tuanya. Penelitian Setyoadi,dkk (2012) menyatakan terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan produktivitas kerja dengan hasil uji F yang memperoleh F hitung > f tabel (54,879 > 2,84) pada signifikansi 5%. Jenis pekerjaan para Lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris diantaranya sebagai perawat, petugas gudang farmasi, keuangan, bagian logistik, pekarya di ruangan OK, bagian laundry rumah sakit, serta staf laboratorium. berdasarkan hasil wawancara dengan lansia tersebut, beban kerja mereka rata-rata tidak berat, banyak pekerjaan yang dilakukan dengan duduk dibelakang meja saja, atau pekerjaan yang berhubungan dengan administratif. Banyaknya lansia yang masih bekerja di satu pihak dapat menunjukkan bahwa Lansia memang masih aktif di pasar kerja dan berusaha untuk tidak tergantung pada manusia lainnya, tapi di pihak lain mereka dapat menjadi masalah jika mereka tidak diperhatikan sebagaimana mestinya. Banyaknya Lansia yang masih bekerja disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang relative masih besar, serta secara fisik dan mental Lansia tersebut masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Status perkawinan lansia erat kaitannya dengan kualitas hidup lansia. Hasil penelitian menunjukkan jumlah lansia yang masih dalam status menikah sebanyak 28 orang (82,4%), dan yang berstatus single sebanyak 3 orang (8,8%). Adanya pasangan hidup atau tidak adanya pasangan hidup mempengaruhi status kualitas hidup. Gizi merupakan salah satu hal yang berpotensi menganggu kesehatan usia lanjut. Hasil analisis statistik antara konsumsi gizi dan status kesehatan menunjukkan bahwa dari beberapa zat gizi yang dianalisis, tidak ada satu komponen zat gizi tertentu yang berhubungan nyata dengan status kesehatan. Pada penelitian ini rata-rata pola makan lansia yang kurang ataupun cukup sama banyaknya yaitu 17 orang (50%) yang pola makannya termasuk kategori cukup dan 17 orang kategori makannya kurang. Cukup jika makanan tersebut dikonsumsi tiap minggu, minimal 1x/minggu, kurang jika makanan dikonsumsi kurang dari 1x/minggu. Beberapa penelitian mengenai konsumsi pangan pada lansia juga menunjukkan hal serupa, tidak ada lansia yang memnuhi 100% kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Nadhira (2006) pada lansia laki-laki di Ciampea Bogor, menyatakan bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi usia 56 tahun keatas hanya mencapai 85%. Konsumsi makanan haruslah beragam karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung komposisi zat gizi yang lengkap. Oleh karena itu kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan yang lain sehingga diperoleh asupan gizi yang seimbang. Selain itu konsumsi makanan yang lebih beragam dapat memperbaiki kecukupan akan zat-zat gizi dan menunjukkan perlindungan terhadap serangan berbagai penyakit kronik yang berhubungan dengan proses penuaan. Status gizi dan keadaan gizi yang baik merupakan titik masuk utama untuk mengakhiri kemiskinan dan tonggak utama untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Status gizi yang buruk adalah perhatian utama pada lansia. Terdapat hubungan yang kompleks antara gizi, status kesehatan dan kualitas hidup lansia. Kebutuhan gizi dan kemampuannya untuk memetabolisme nutrient tertentu dipengaruhi oleh tingkat penyakit. Aktivitas fisik pada Lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris paling banyak berada pada kategori aktivitas berat yaitu sebanyak 24 orang (70,6%) dari 34 responden. Hasil wawancara dengan para lansia yang terkait dengan aktivitas fisik didapatkan bahwa ada lansia yang bekerja sebagai perawat, kepala rekam medik, staf laboratorium, staf gudang farmasi, staf keuangan, satpam serta pekarya yang mana mereka bekerja dari pagi hingga siang, selama ± 8 jam, sehingga mereka kelelahan. Aktivitas fisik yang dimiliki oleh lansia berpengaruh terhadap status kesehatan, untuk itu perlu pendekatan kepada lansia bahwa perlu memperhatikan aktivitas fisiknya sehari-hari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tety S (2005), yang menemukan bahwa usia 60-70 tahun mempunyai aktivitas yang tergolong tinggi, sedangkan umur > 70 tahun, cenderung rendah. Kemampuan lansia melakukan aktivitas fisik merupakan salah satu indikator kesehatan karena lansia mampu melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Kemampuan lansia untuk beraktivitas tidak terlepas dari keadekuatan sistem persyarafan dan musculoskeletal. Beberapa ahli mendapatkan kesimpulan bahwa aktifitas fisik dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih tenang, lebih kuat menghadapi stress dan gangguan hidup dan memiliki indeks massa tubuh yang cenderung normal (Kushartanti,2006) Kualitas hidup para lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris Makassar sebagian besar kualitas hidupnya tinggi yaitu sebanyak 23 orang (32,4%) dari 34 responden. dari ke 4 domain pada kualitas hidup, hanya domain lingkungan yang memiliki peranan besar pada kualitas hidup lansia. Kualitas hidup yang lebih menekankan bagaimana persepsi terkait dengan kepuasaan terhadap posisi dan keadaan di dalam hidupnya, cenderung dipengaruhi oleh sejauh mana tercapainya tugas perkembangan dalam kehidupan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tika (2003), secara umum subyek dalam penelitiannya memiliki kualitas hidup positif. Hal ini terlihat dari gambaran fisik subyek yang selalu menjaga kesehatan dengan terus makan sayuran, mengkonsumsi vitamin serta berolahraga. Subyek juga berusaha mengatur tidur minimal 8 jam perhari, mengurangi pekerjaan berat dan mengerjakan pekerjaan yang ringan. Kualitas hidup merupakan konsep kesehatan multidimensi terutama memperlihatkan gejala subyektif yang mempengaruhi perasaan seseorang dan fungsi kesehariannya. Kualitas hidup mencakup beberapa area penting seperti perasaan seseorang, ketidakmampuan melaksanakan tugas, dan fungsi fisik, psikologis, dan sosial. Ada hal-hal yang mempengaruhi kualitas hidup, antara lain; mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan penderitaan orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis, mengembangkan sikap empati (Ghozally, 2005). Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Yenny (2006) kualitas hidup Lansia cenderung menurun seiring bertambahnya usia, dimana penyakit kronik secara bermakna menurunkan kualitas hidp Lansia. Seseorang yang berhasil mencapai usia lanjut, maka upaya utama yang harus dilakukan adalah memperbaiki status gizi lansia agar tetap bertahan pada kondisi optimum sehingga kualitas kehidupan lansia juga baik. Perubahan gizi lansia disebabkan oleh perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Pemenuhan kebutuhan asupan zat gizi lansia yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang dialami oleh lansia. Status gizi pada lansia dalam penelitian ini termasuk baik, karena terdapat 16 orang lansia (47,1%) yang status gizinya normal dimana hasil pengukuran IMT mereka antara 18,5 kg/m2 dan ≤ 25 kg/m2. Hal ini sejalan dengan pola konsumsi mereka yang mana dari 34 sampel terdapat 17 orang (50%) dengan pola makan cukup yaitu mengkonsumsi makanan tiap minggu, minimal 1x/minggu dengan skor ≥ 10. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Nadimin (2010) terlihat 50% responden dari penelitiannya yang mengalami obesitas memiliki pola makan yang kurang baik. Dalam arti,umumnya mereka mengkonsumsi makanan sumber energi berlebihan dan kurang kandungan serat seperti dari buah dan sayur. Penelitian yang dilakukan oleh Wiwi,dkk (2012), pada lansia dengan status gizi baik, lansia sendiri yang memilih menu makanan yang akan disediakan, lebih memilih makan bersama dengan anggota keluarga yang lain di meja makan, makanan yang sesuai dengan gizi seimbang dan bervariasi, dan tekstur makanan disesuaikan dengan kemampuan lansia untuk mengunyah. Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismayanti,dkk (2011) status gizi lansia yang ada di PSTW unit Abiyoso Yogyakarta, menunjukkan bahwa responden dengan status gizi baik terbanyak 20 responden yang status gizinya baik dari 53 responden yang diteliti. Status gizi yang tidak baik dapat terjadi karena ketidakseimbangan gizi, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan, menyebabkan lansia kurang gizi atau terjadi kegemukan. KESIMPULAN DAN SARAN Setelah penelitian dilakukan terkait dengan gambaran gaya hidup, status gizi dan kualitas hidup lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris Makassar, maka disimpulkan bahwa gaya hidup lansia yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris, terdiri dari aktivitas fisik dan pola makan. Subyek penelitian yang beraktivitas fisik sebanyak 24 orang (70,6%) dari 34 sampel, dan pola makan cukup sebanyak 17 orang (50%) dari 34 sampel. Status gizi yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris, cukup baik, karena sebanyak 16 responden ( 47,1%) dari 34 sampel berstatus gizi normal. Kualitas hidup yang masih bekerja di Rumah Sakit Stella Maris, juga baik karena sebanyak 23 orang dari 34 responden berkualitas hidup yang tinggi selanjutnya. dengan mengacu pada hasil penelitian ini diharapkan pihak management Rumah Sakit Stella Maris menjaga dan lebih meningkatkan gaya hidup, status gizi serta kualitas hidup karyawan yang berusia 50 tahun keatas yang berisiko bergaya hidup rendah, status gizi rendah serta yang berkualitas hidup rendah. DAFTAR PUSTAKA Affandi (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia Memilih Untuk Bekerja. Journal Of Indonesia Applied Economics Vol 3, No.2, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Badan Pusat Statistik (2009). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2009.Jakarta ׃Badan Pusat Statistik Ghozally,F,R (2005). Kecerdasan Emosi dan Kualitas Hidup. Jakarta.Edsa Mahkota Kushartanti (2006) Pengaruh latihan range of motion (ROM) terhadap fleksibilitas sendi pada lansia di Panti Wreda Wening Wardoyo Ungaran, Jurnal Media Ners,1׃5-7. Mubarak, dkk. (2006). Buku ajar ilmu keperawatan komunitas 2: Teori dan aplikasi dalam praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik, dan keluarga. Jakarta: Sagung Seto Muis (2006) Gizi Pada Usia Lanjut. Di dalam: Matrono H. H & Boedhi-Darmojo R, editor. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FK UI hlm. 539-547. Nadhira (2006). Keadaan sosial ekonomi, pengetahuan gizi, gaya hidup, konsumsi pangan,dan status gizi lansia laki-laki di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jabar. Jurnal Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor, 32׃6-8 Nadimin (2010). Pola Makan,Aktivitas Fisik dan Status Gizi Pegawai Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan,Volume XI,edisi 1 Januari 2011 Nugraheni, S.D (2005). Hubungan antara Kecerdasan Ruhaniah dengan Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lanjut usia. Jurnal Ilmiah Psikologi INSIGHT Th, 2 ׃7-9 Ismayanti N & Solikha (2011). Hubungan antara Pola Konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,234׃4-6 Puspitasari (2011). Keragaan Konsumsi Pangan, Status Kesehatan, Tingkat Depresi Dan Status Gizi Lansia Peserta dan Bukan Peserta Program Home Care Di Tegal Alur,Jakbar. Jurnal IPB Bogor,45׃5-7. Rahardjo BW et al. (2009). Panduan Menuju Lanjut Usia Sehat. Jakarta: Lembaga Lanjut Usia Indonesia (LLI). Sediaoetama (2004), Ilmu Gizi, Jakarta Timur: Dian Rakyat Setyoadi., Noerhamdani.& Ermawati F. (2012). Perbedaan tingkat kualitas hidup pada wanita lansia di komunitas dan panti. Jurnal Ilmu keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Tety S (2005). Gambaran Aktivitas Fisik dan Gaya hidup Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar (Skripsi). Universitas Hasanuddin Makassar Tika (2003). Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Sudah Memasuki Masa Menopause. Jurnal Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma,432׃3-5 Wiwi I., Thaha R. & Jafar N (2012). Pola Pengasuhan Gizi dan Status Gizi Lanjut Usia di Puskesmas Lau Kabupaten Maros. Jurnal Program Studi Ilmu Gizi,78׃7-8. Yenny & Herwana E (2006). Prevalensi Penyakit Kronik dan Kualitas Hidup pada Lanjut Usia di Jakarta Selatan. Jurnal Universa Medicina,I Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti 5׃3-5 LAMPIRAN Tabel 1. Distribusi Karakteristik Umum Lansia Di Rumah Sakit Stella Maris 2013 Karakteristik n % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total 8 26 34 23,5% 76,5% 100% 31 3 35 91,2% 8,8% 100% 5 23 4 2 34 14,7% 67,6% 11,8% 5,9% 100% 29 3 1 1 34 85,3% 8,8% 2,9% 2,9% 100% 3 28 1 2 34 8,8% 82,4% 2,9% 5,9% 100% Umur 50-54 thn 55-59 thn Total Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi SMA SMP SD Total Jenis Pekerjaan Bagian penunjang Perawat IT Staf Laboratorium Total Status Pernikahan Single Menikah Bercerai Janda/duda Total Sumber: Data Primer 2013 Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasar Pola Makan pada Lansia Pola Makan n % Kurang 17 50% Cukup 17 Total 34 50% 100% Sumber: Data Primer 2013 Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Aktivitas Fisik Aktivitas Fisik n % Berat 24 70,6% Sedang 7 20,6% Ringan 3 8,8% Total 34 100% Sumber: data primer 2013 Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kualitas Hidup Kualitas Hidup n % Tinggi 23 67,6% Rendah 11 32,4% Total 34 100% Sumber: Data Primer 2013