IMPLEMENTASI TOKEN ECONOMY SEBAGAI SARANA MOTIVASI KONSUMSI SAYUR MAYUR PADA ANAK USIA DINI Awalina Fidiah Mawarti & Lu’lu’ul Umami IKIP PGRI MADIUN, Madiun Abstract This research intend to know about effectiveness the implementation of token economy as tool of motivation to consuming vegetables for kids. This research made at Muslimat 01 Kindergarten, Malang. The subject in concerned this research took by purposive sampling and total of subject are eight students. Data technique analysis was used descriptive quantitative analysis. The result of this research indicate that token economy applicable to motivation consume vegetables for kids. Key words: Token economy,motivation, vegetables Pendahuluan Indonesia menjadi negara dengan sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Bagi masyarakat, sayur mayur menjadi menu wajib dalam keseharian, sehingga hampir setiap menu makanan yang dihidangkan, akan ditemui beberapa macam sayuran. Sayur mayur juga menjadi bagian dari “empat sehat lima sempurna” yang telah lama dicanangkan oleh pemerintah. Alasan dari program pemerintah tersebut, dikarenakan tubuh manusia memerlukan asupan gizi yang cukup untuk menunjang aktifitas sehari-hari, diantaranya sebagai sumber vitamin dan protein. Beberapa waktu terakhir, mengkonsumsi sayur mayur menjadi permasalahan tersendiri bagi anak-anak. Sayur mayur menjadi makanan yang diabaikan keberadaannya karena tersisih oleh makanan cepat saji, camilan atau bahkan jajanan yang belum terjamin keseimbangan gizinya. Saat ini, berbagai macam makanan yang diperjual-belikan, sangat mudah untuk menarik perhatian anak-anak, terutama anak usia dini. Kemasan makanan didesain unik, bentuk dan warna yang menarik, disertai rasa yang nikmat, membuat anak menjadi lebih menyukai jajanan di luar dibandingkan masakan yang tersedia di rumah berupa sayur mayur dan berbagai pelengkapnya (lauk-pauk dan buah-buahan). Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa makanan yang diperjualbelikan dengan takaran gizi yang tidak seimbang dapat mengakibatkan gejala penyakit, seperti radang tenggorokan hingga obesitas/kegemukan pada anak. Pada awalnya, anak gemuk akan terlihat lucu dan menggemaskan bagi lingkungan, namun bila tidak dikontrol, akan mengakibatkan gejala obesitas yang dapat mengganggu kesehatan fisik, aktifitas dan kesehatan mental anak hingga anak tumbuh dewasa. Penelitian bidang psikologi kesehatan yang dilakukan oleh Rosenthal, dkk. (2013) membuktikan bahwa berat badan dan isu ras menjadi pemicu terjadinya bullying di kalangan remaja. Terkadang masalah kesehatan yang berdampak pada pertumbuhan fisik muncul selama masa anak-anak, kekurangan gizi dan infeksi kronis juga dapat mengganggu pertumbuhan walaupun seandainya masalah itu dapat diatasi. Harapannya adalah seorang anak memperoleh gizi yang cukup, sehingga dapat melakukan kegiatan fisik secara rutin setiap hari. Disebutkan oleh Javernik (dalam Santrock, 2002) bahwa kehidupan anak harus berpusat pada aktivitas, bukan pada makanan. Berbagai jenis penyakit mungkin tidak dikenali oleh anak-anak karena pemahaman mereka yang masih terbatas tentang hubungan makanan yang dikonsumsi dengan kesehatan tubuhnya. Di sinilah peran orangtua diperlukan untuk memberi pemahaman kepada sang anak bahwa sayur mayur merupakan elemen penting untuk kinerja tubuh manusia. Pemberian pemahaman kepada anak akan menjadi optimal jika disertai dengan keteladanan orangtua dalam mengkonsumsi sayur mayur. Bila hal ini dapat dipraktekkan dalam lingkungan keluarga, maka orangtua tidak akan kesulitan ketika anak dihadapkan dengan berbagai macam sayuran. Orangtua tidak perlu merasa khawatir masakan sayurnya akan tersisa atau tidak disukai. Pembiasaan diri dan keteladanan dari orang disekitarnya menjadi peran tersendiri bagi anak-anak. Disebutkan oleh Scaglioni, Salvioni dan Galimberti (2008) bahwa untuk mengembangkan sikap anak-anak dalam memilih makanan, diperlukan keterlibatan diri anak sejak dini, keluarga dan faktor lingkungan. Orangtua perlu memahami kerugian yang ditimbulkan jika memaksa atau memberi batasan makanan atau memaksa anak untuk makan. Berbagai macam tindakan dilakukan untuk membujuk anak hingga memutar otak untuk membuat menu yang mengandung sayur mayur menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua, khususnya bagi para ibu. Salah satu tindakan membujuk yang mungkin dilakukan oleh para ibu adalah memberi hadiah (reward) bila sang anak mau mengkonsumsi sayuran yang telah disediakan oleh ibu. Pemberian hadiah melalui cara token economy merupakan salah satu bentuk tindakan yang biasa digunakan dalam dunia psikologi. Tujuan dari pemberian hadiah tersebut adalah untuk membentuk pembiasaan sikap positif terhadap individu. Hadiah yang diberikan kepada anak diharapkan menjadi motivasi yang berkelanjutan bagi anak-anak, sehingga pada akhirnya anak-anak terbiasa dengan sikap positif yang dibentuk. Di sisi lain, dorongan orangtua terhadap anaknya untuk mengkonsumsi sayur mayur, akan meminimalisir kemungkinan anak terserang sakit. Berdasarkan kebutuhan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menerapkan terapi token economy sebagai sarana motivasi anak mengkonsumsi sayur mayur pada anak usia dini, sehingga meningkatkan sikap positif yang diharapkan. Terapi tersebut dipilih karena ekonomis dari segi biaya, dapat diterapkan dimana pun, bukan hanya di kelas, dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Hal ini memungkinkan bagi setiap orangtua atau keluarga yang memiliki anak dengan kesulitan mengkonsumsi sayur mayur, dapat mengimplementasikan terapi tersebut. Token Economy Pengertian Token Economy Kazdin (1978) menyatakan bahwa token economy adalah pengkondisian untuk memberi penguatan melalui kartu, koin, tiket, bintang, tanda check. Hal itu merupakan penguat secara umum karena dapat diubah dan disesuaikan dengan kondisi yang mengarah pada sistem penguatan. Sistem penguatan berdasarkan token mengarah pada token economy. Menurut Ayllon dan Azrin, token economy merupakan sistem untuk memotivasi klien agar menunjukkan sikap yang diharapkan dan mengurangi sikap yang tidak diinginkan. Fungsi dari token di sini, tidak jauh berbeda dengan penggunaan uang pada sistem ekonomi. Pemberian token digunakan untuk memberi penguatan pada sikap/ hal yang dinilai baik atau pelayanan. Penguatan yang diberikan seringkali berupa makanan atau hal lain yang dapat dikonsumsi, kegiatan dan hak-hak istimewa. Penilaian terhadap token untuk memberi penguatan harus spesifik, sehingga diketahui dengan jelas berapa banyak token yang diperlukan untuk memperoleh berbagai macam penguatan (sebagai hadiah). Sikap atau perilaku yang menjadi target juga harus eksplisit dalam suatu program. Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa token economy adalah suatu pengkondisian untuk memotivasi individu agar menunjukkan sikap yang diharapkan dan mengurangi sikap yang tidak diinginkan dengan menggunakan media penguatan seperti kartu atau hal lainnya. Elemen dalam token economy Beberapa elemen penting dalam token economy, antara lain: 1. Daftar sikap yang ingin dicapai dan nilai token untuk klien, bisa diberikan atau dikurangi pada setiap hal yang ditunjukkan; 2. Daftar untuk sistem pemberian penguatan dan nilai setiap token; 3. Jenis token yang digunakan; 4. Prosedur dan aturan yang jelas untuk menerapkan token economy. Motivasi Pengertian Motivasi Chaplin (2001) menyebutkan bahwa motivasi sebagai suatu variabel yang mempengaruhi organisme untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu agar dapat membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju ke suatu sasaran. Menurut Walgito (2002), menyatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Berbeda dengan kedua pendapat tersebut, menurut Sarwono (2012), motivasi merujuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, perilaku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada tindakan atau perbuatan. Baskara, dkk (2008), mengurai motivasi dalam beberapa bagian, yaitu: 1. Dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan 2. Komitmen, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tujuan kelompok 3. Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan 4. Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang mempengaruhi individu, sehingga memunculkan tindakan atau perbuatan untuk mencapai tujuan dan mempertahankan hal yang telah dicapai meskipun ada suatu halangan. Karakter motivasi Steers dan Porter (dalam Atamimi: 2011) menyebutkan bahwa motivasi memiliki tiga karakter utama, yaitu: 1. Menggerakkan; 2. Mengarahkan perilaku; 3. Bagaimana perilaku dipertahankan atau dipelihara. Sayur Mayur Pengertian sayur mayur Dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “sayur” merujuk pada daun-daunan, tumbuh-tumbuhan, polongan dan sebagainya, yang dapat dimasak. Kata “sayur-mayur” memiliki makna berbagai-bagai sayur (seperti kubis, kangkung, bayam), dan bila menemukan kata “sayur-sayuran”, kata tersebut memiliki arti yang sama dengan kata sayurmayur. Menurut Royston (2001), sayur mayur yang sehat adalah sayur hijau yang didalamnya banyak mengandung zat-zat penting yang diperlukan tubuh, seperti vitamin B, vitamin C, zat besi, dan yodium. Hal ini dikarenakan semua zat tersebut adalah sumber dari serat. Berdasarkan uraian tersebut, maka disimpulkan bahwa sayur mayur adalah berbagai macam sayur yang di dalamnya banyak mengandung zat-zat penting yang diperlukan tubuh. Kandungan gizi dalam sayur mayur Keseimbangan gizi dalam tubuh diperlukan oleh setiap orang, tidak terkecuali bagi anakanak. Setiap hari, tubuh memerlukan serat, berbagai macam vitamin dan mineral yang seimbang. Fungsinya adalah untuk menjaga kesehatan tubuh. Santrock (2002) menyebutkan bahwa kebiasaan memberi makan dan makan ialah aspek-aspek perkembangan yang penting selama masa awal anak-anak. Apa yang dimakan oleh anak berpengaruh terhadap pertumbuhan rangka, bentuk tubuh, dan kerentanan terhadap penyakit. Scaglioni, Salvioni dan Galimberti (2008) menyatakan bahwa untuk mengembangkan sikap anak-anak dalam memilih makanan, diperlukan keterlibatan diri anak sejak dini, keluarga dan faktor lingkungan. Konsumsi sayur bertujuan untuk memperoleh beberapa asupan gizi yang terkandung di dalam sayuran. Parker (2007) menyebutkan bahwa gizi meliputi semua zat yang berguna bagi tubuh, dimana zat tersebut diubah menjadi energi, terutama karbohidrat dan lemak, protein memiliki peran dalam pembentukan sel-sel pada tiap strukturnya. Vitamin dan mineral juga berfungsi untuk menjaga kesehatan. Vitamin adalah zat organik yang banyak diubah ke dalam molekulmolekul yang mendukung enzim untuk mengontrol proses metabolisme tubuh. Vitamin akan selalu dibutuhkan karena hanya sedikit vitamin yang dapat diproduksi oleh tubuh. Mineral adalah zat anorganik seperti, kalsium, zat besi, chlorida, dan yodium. Semua diperlukan untuk proses metabolisme dan fungsi-fungsi tertentu, seperti peran zat besi untuk hemoglobin di dalam sel darah merah. Adapun kandungan gizi di dalam sayur mayur (Royston, 2001), antara lain: 1. Vitamin A, diperlukan oleh tubuh untuk kesehatan kulit,mata, gigi, dan tulang. Makanan yang mengandung vitamin A, seperti: susu; kuning telur; dan sayuran yang berwarna hijau. 2. Vitamin B, diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai peran di dalam tubuh, khususnya aktivitas sel-sel tubuh. Vitamin B dapat diperoleh dengan mengkonsumsi ikan, dan biji-bijian. 3. Vitamin C, diperlukan oleh tubuh untuk membantu daya kekebalan tubuh terhadap penyakit. Vitamin C banyak terkandung di dalam buah segar dan kentang. 4. Vitamin D, diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang menjadi lebih kuat. Vitamin ini dapat diperoleh melalui sinar matahari dan mengkonsumsi makanan, seperti: minyak ikan; telur; dan margarin/mentega. 5. Kalsium, diperlukan oleh tubuh untuk membantu penguatan tulang dan gigi, otot dan saraf pun membutuhkan kalsium agar dapat berfungsi dengan baik. Kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, dan berbagai sayuran yang berwarna hijau. 6. Sodium, diperlukan karena memegang peranan penting untuk cairan tubuh,seperti: darah; keringat; dan airmata. Sodium juga berperan penting pada kerja jaringan syaraf. Zat ini dapat diperoleh dengan mengkonsumsi garam (sodium chloride). 7. Potasium, diperlukan oleh tubuh untuk menjaga kerja/fungsi syaraf, selain itu bisa ditemukan pada darah. Potasium dapat diserap melalui daging, ikan, buah-buahan, dan berbagai macam sayuran. 8. Zat besi, diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, yaitu zat yang terkandung dalam sel darah merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Zat besi ini dapat diperoleh dengan mengkonsumsi daging, roti, nasi, kentang atau umbi-umbian, dan di semua sayuran mengandung zat besi. Gambar 1. Alur landasan teori implementasi token economy sebagai sarana motivasi anak usia dini mengkonsumsi sayur mayur Metode Populasi penelitian ini adalah siswa dari Taman Kanak-kanak Muslimat 01 Singosari, Malang. Sampel penelitian diambil secara purposive sampling, sehingga diperoleh delapan siswa yang memiliki karakteristik: berusia 4-6 tahun, susah untuk mengkonsumsi sayur. Pengumpulan data ini menggunakan wawancara dengan orangtua siswa, dan checklist lembar token. Metode analisis data penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil Setelah dilakukan analisis data penelitian, maka hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa token economy dapat meningkatkan minat anak untuk mengkonsumsi sayur mayur. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan nilai rata-rata tiap minggu yang menunjukkan peningkatan minat anak untuk mengkonsumsi sayur mayur. Nilai rata-rata pada minggu pertama diperoleh 3,375 dan mengalami peningkatan sebesar 0,25 pada minggu kedua,sehingga diperoleh nilai rata-rata 3,625. Nilai rata-rata mengalami peningkatan pada minggu ketiga sebesar 0,625, dan diperoleh nilai rata-rata 4,25. Berikut data perolehan nilai rata-rata dan perolehan token setiap siswa: Tabel 1: Data perolehan nilai rata-rata dan perolehan token Siswa Minggu 1 1 3 2 3 3 4 4 4 5 2 6 4 7 4 8 3 3,375 Rata-rata Minggu 2 3 4 4 3 3 4 4 4 3,625 Minggu 3 4 5 4 4 4 4 4 5 4,25 Perolehan token @ siswa 10 12 12 11 9 12 12 12 Berdasarkan perhitungan tersebut, menunjukkan bahwa token economy dapat digunakan sebagai sarana motivasi untuk mengkonsumsi sayur mayur, khususnya pada anak usia dini. Pernyataan ini membuktikan bahwa token economy dapat digunakan oleh siapa saja dan dimanapun, termasuk oleh orangtua ketika di rumah. Hasil wawancara dengan orangtua siswa menunjukkan bahwa anak-anak tidak mau memakan sayur dikarenakan beberapa hal, antara lain: 1) rasa yang “aneh” karena tidak mengetahui jenis sayur tersebut; 2) bila di masak, bentuk dan warnanya tidak menarik; 3) sayur sering diolah dengan cara yang sama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah terapi apapun tidak akan mengubah atau meningkatkan minat anak untuk mengkonsumsi sayur mayur, sehingga perlu dilakukan pembiasaan secara berkelanjutan. Ketergantungan terhadap hadiah/reward juga perlu diperhatikan agar anak dapat mempertahankan sikap positifnya. Hal ini dapat berjalandalam rentangan waktu yang lama bila ada kerjasa atau kesinambungan antara pihak yang terkait dengan diri anak, sehingga perlu dukungan dari lingkungan sekitar, terutama lingkungan keluarga. Pembahasan Dari hasil penelitian diketahui bahwa anak usia dini tidak senang untuk mengkonsumsi sayur mayur karena 1) rasa yang “aneh” karena tidak mengetahui jenis sayur tersebut; 2) bila di masak, bentuk warnanya tidak menarik; 3) sayur sering diolah dengan cara yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Scaglioni, Salvioni dan Galimberti (2008) bahwa untuk mengembangkan sikap anak-anak dalam memilih makanan, diperlukan keterlibatan diri anak sejak dini, keluarga dan faktor lingkungan. Dalam penelitian ini, alasan yang sesuai adalah anak tidak mengetahui jenis sayur tersebut. Dengan mengenalkan jenis sayuran kepada anak sejak usia dini, akan membentuk pembiasaan pada diri anak. hal ini sesuai dengan peningkatan nilai rata-rata subjek pada tiap minggunya (skor 3,375 pada minggu pertama, skor 3,625 pada minggu kedua, dan skor 4,45 pada minggu ketiga). Token yang diberikan dalam penelitian ini berupa stempel gambar yang pada akhirnya ditekarkan dengan barang (seperti alat menggambar), namun hal tersebut tidak mengurangi esensi dari sistem token economy. Sesuai dengan pendapat Kazdin (1978) bahwa token economy adalah pengkondisian untuk memberi penguatan melalui kartu, koin, tiket, bintang, tanda check. Hal itu merupakan penguat secara umum karena dapat diubah dan disesuaikan dengan kondisi yang mengarah pada sistem penguatan. Stempel yang diberikan kepada subjek dapat memotivasi anak untuk mencapai sikap positif yang diharapkan dan mengurangi sikap yang tidak diinginkan. Dari penelitian ini juga tampak bahwa subjek memiliki motivasi untuk mengkonsumsi sayur mayur. Keengganan mengkonsumsi sayur yang muncul di minggu pertama berangsur berkurang hingga minggu ketiga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chaplin (2001) menyebutkan bahwa motivasi sebagai suatu variabel yang mempengaruhi organisme untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu agar dapat membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju ke suatu sasaran. Sikap yang ditunjukkan oleh subjek pun sesuai dengan uraian Baskara, dkk (2008), mengurai motivasi dalam beberapa bagian, yaitu: 1. Dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan 2. Komitmen, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tujuan kelompok 3. Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan 4. Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan. Sikap subjek yang sesuai dengan uraian di atas adalah: (1) Dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan. Dalam hal ini, subjek memiliki dorongan untuk menjadi lebih baik(lebih sehat) dengan mengkonsumsi sayur mayur; (2) Komitmen, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tujuan kelompok. Komitmen subjek untuk mengikuti sistem yang diterapkan dalam token economy sesuai dengan teman satu sama lain; dan (3) Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan. Usaha untuk memperjuangkan hal yang diimpikan dari token economy ini, menjadi bentuk keteguhan subjek terhadap komitmennya. Alasan lain yang diutarakan subjek tidak menyukai sayur mayur adalah karena ketika dimasak, bentuk dan warnanya tidak menarik. Di sini diperlukan peranan orangtua untuk memberi pengertian bahwa terdapat kandungan gizi dalam berbagai sayur yang diperlukan oleh tubuh.Menurut Royston (2001), sayur mayur yang sehat adalah sayur hijau yang didalamnya banyak mengandung zat-zat penting yang diperlukan tubuh, seperti vitamin B, vitamin C, zat besi, dan yodium. Hal ini dikarenakan semua zat tersebut adalah sumber dari serat. Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang diajukan untuk para orangtua adalah pertama, kenalkan anak pada sayur mayur sejak usia dini, sehingga memudahkan bagi orangtua untuk mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi. Kedua, jelaskan manfaat kandungan gizi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak, sehingga menimbulkan minat untuk mengkonsumsi berbagai macam sayuran. Ketiga, berusaha mensiasati olahan sayur agar tidak monoton dan disukai oleh anak-anak. DAFTAR PUSTAKA Atamimi, N. (2011). Keterampilan psikologis model BK “PROAKTIF”. Disertasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Pskologi UGM. Baskara, A., Soetjipto, H. P., Atamimi, N. Kecerdasan emosi ditinjau dari keikutsertaan dalam program meditasi. Jurnal psikologi volume 35, no 2, 101-115. Chaplin, J.P. (2001). Kamus lengkap psikologi. Ed 1 cet ke 27. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kazdin, A. E. (1978). Behavior modification in applied setting. Ed 5. ______ : ______ Rosenthal, L., Earnshaw, V. A., Scott, A. C., Henderson, K. E., Peters, S. M., McCaslin, M., Ickovics J. R. (2013). Weight- and race-based bullying: Health associations among urban adolescents. Journal of health psychology. Oct, 22, 1-12, DOI: 10.1177/1359105313502567 Royston, A. (2001). Under the microscope, digesting: how we fuel the body. Connecticut: Grolier. Santrock, J. W. (2002). Life span development:perkembangan masa hidup. Jilid 1. Jakarta:Erlangga. Sarwono, S. W. (2012). Pengantar psikologi umum cet ke-4. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Steers, R. M., Porter, L. W., (1983). Motivation and work behavior. (3th ed). New York: McGraw-Hill Book Company Teddlie, C., Tashakkori, A. (2003). Major Issues & Controversies in the Use of Mixed Methods in the Social and Behavioral Sciences. Dalam A. Tashakkori, C. Teddlie (Ed.) Handbook of Mixed Methods in Social & Behavioral Research (3-50). California: Sage. Walgito, B. (2002). Psikologi sosial (suatu pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.