manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah

advertisement
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
MANAJEMEN KEUANGAN SISA HASIL USAHA SEBELUM DAN SESUDAH
PEMAKAIAN KPE (KARTU PEGAWAI NEGERI SIPIL ELEKTRONIK)
EFA WAHYU PRASTYANINGTYAS
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Email: [email protected]
Abstract
This research is a descriptive study using equalitative approach. Data were collected using
interviews, observation and documentations. The results of this study indicate that financial
management is applied differently. Before applied KPE namely: special savings members is
not limited, members loans made easier because the pay system is still manual,facilitating
sebrak postal cooperative services to members if the current installment or need a loan at any
time. When applied KPE namely: special savings normalized to Rp 35.000,00, member
loan amountis limited by the criteria of remaining balance in KPE, sebrak postal services
abolished.
Keywords: Finacial management, result operation residual, KPE, cooperatives
Pendahuluan
Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI) “Serba Usaha” Kecamatan Prambon
adalah suatu koperasi yang beranggotakan
Pegawai Negeri Sipil pada tingkat SD, TK
dan PLB yang berlokasi di wilayah
Kecamatan Prambon. Tepatnya di desa
Sonoageng, kecamatan Prambon, Kabupaten
Nganjuk.
Menurut peraturan kepala BKN nomor
7 tahun 2008 tentang Kartu PNS Elektronik,
dengan menggunakan kartu tersebut akan
mempermudah PNS dalam mendapatkan
pelayanan:
gaji,
kesehatan,
pensiun,
tabungan hari tua, tabungan perumahan dan
transaksi perbankan. Berdasarkan peraturan
tersebut Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Nganjuk pada september 2015
menerapkan Kartu PNS Elektronik (KPE)
dan bekerjasama dengan Bank Jatim untuk
pembayaran gaji PNS. Maka berdasarkan
peraturan tersebut sistem pembayaran
pinjaman yang dilakukan koperasi juga harus
mengalami perubahan (perlu menyesuaikan)
dengan kondisi yang ada.
Sistem pembayaran gaji PNS yang lama
berada pada tanggung jawab bendahara
UPTD Pendidikan TK, SD dan PLB masingmasing kecamatan kemudian di teruskan
kepada masing-masing bendahara TK, SD
dan PLB. Sedangkan sistem yang baru PNS
bisa langsung menggunakan KPE untuk
pengambilan gajinya. Dengan perubahan
sistem penerimaan gaji PNS di Kecamatan
Prambon tentunya akan berpengaruh
terhadap penghasilan yang akan didapat oleh
KPRI “SERBA USAHA” Kecamatan
Prambon.
Penghasilan
koperasi
setelah
diberlakukannya
KPE
mengalami
penurunan, hal itu bisa dilihat dari
perputaran uangnya dimana sebelum KPE
kegiatan simpan pinjam bisa mencapai 300350 juta setelah diterapkan KPE menjadi 200
juta. Selain itu setelah adanya KPE pos jasa
sebrak dihilangkan sehingga mengakibatkan
penghasilan koperasi menurun dan hal
tersebut berdampak pula pada penurunan
SHU.
Melihat fenomena tersebut maka
merupakan sebuah tantangan baru bagi
manajemen keuangan yang dijalankan oleh
pengurus. Pengurus harus bisa membuat
kebijakan baru agar tetap bisa menjalankan
usaha koperasi tersebut dan bekerjasama
dengan anggota agar tetap bisa menjalankan
koperasi. Berdasarkan data yang diperoleh
dari KPRI “SERBA USAHA” Kecamatan
Prambon, menunjukkan bahwa SHU yang di
peroleh mengalami fluktuasi.
manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE…
92
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Mendeskripsikan manajemen keuangan
SHU
KPRI
“SERBA
USAHA”
Kecamatan
Prambon-Kabupaten
Nganjuk
sebelum
dan
sesudah
menggunakan KPE.
b) Mendeskripsikan faktor-faktor apa saja
yang mendukung dan menghambat
manajemen keuangan SHU pada KPRI
“SERBA
USAHA”
Kecamatan
Prambon-Kabupaten Nganjuk sebelum
dan sesudah menggunakan KPE.
Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik
(KPE) adalah kartu identitas PNS yang
memuat data PNS dan keluarganya secara
elektronik. Kartu ini diberikan kepada setiap
PNS dan tetap berlaku setelah PNS yang
bersangkutan pensiun. KPE berfungsi
multiguna untuk setiap pelayanan dibidang
kepegawaian
dan
pengendalian
data
kepegawaian. Pada ketentuan pasal 1 ayat 1
disebutkan peraturan kepala BKN nomor 7
tahun 2008 adalah kartu identitas seorang
PNS yang memuat data PNS dan keluarga
secara elektronik. Pemberian KPE ini
bertujuan memudahkan administrasi dan
meningkatkan pelayanan kepada semua
pegawai.
Ada dua macam KPE yaitu KPE dan
KPE tambahan. KPE diperuntukkan untuk
diri PNS sendiri sedangkan KPE tambahan
adalah identitas untuk suami atau istri serta
anak yang masih menjadi tanggungan PNS
atau penerima pensiun yang bersangkutan.
Jadi jika secara administrasi benar, maka
seorang PNS atau pensiunan, istri/suami,
serta anak yang masih menjadi tanggungan
masing-masing
akan
memiliki
kartu
berwarna kuning emas. Selain itu, KPE
tambahan juga diberikan kepada orang tua
PNS
yang
meninggal
dan
tidak
meninggalkan suami, istri atau anak. KPE
tambahan akan terus berlaku selama
pemegangnya atau yang bersangkutan masih
menjadi tanggungan PNS atau penerima
pensiun.
Tujuan utama adanya Kartu PNS
Elektronik
(KPE)
adalah
memberi
kemudahan dalam hal layanan kepada
pegawai negeri sipil, penerima pensiun dan
juga keluarganya. Pelayanan ini dapat berupa
layanan:
gaji,
kesehatan,
pensiunan,
tabungan hari tua, tabungan perumahan,
transaksi perbankan, layanan lain-lain.
Sementara layanan pemilik KPE tambahan
berupa
layanan:
kesehatan,
transaksi
keuangan, layanan lain-lain.
Besarnya SHU pada sebuah koperasi
sangatlah penting untuk diketahui oleh
anggota, karena anggota adalah sekaligus
pengguna jasa koperasi. Menurut Rudianto
(2010) menyatakan bahwa SHU adalah
bagian dari pendapatan yang dikembalikan
kepada anggota atas jasa-jasa yang telah
diberikan kepada koperasi. Sedangkan
menurut Sugiyarso (2011) SHU adalah
gabungan dari hasil partisipasi neto dan laba
kotor dengan non anggota, ditambah atau
dikurangi dengan pendapatan dan beban lain
serta beban perkoperasian dan pajak
penghasilan badan koperasi.
Menurut Undang-undang nomor 12
tahun 2012 tentang perkoperasian pasal 17
SHU adalah surplus hasil atau defisit hasil
usaha yang diperoleh dari hasil atau
pendapatan koperasi dalam satu tahun buku
setelah dikurangi dengan pengeluaran atas
berbagai beban usaha. Koperasi tidak
menggunakan istilah laba atau keuntungan
untuk
menunjukkan
selisih
antara
penghasilan yang diterima koperasi selama
periode tertentu dengan pengorbanan (beban)
yang dikeluarkan untuk
memperoleh
penghasilan itu. Selisih ini di dalam koperasi
disebut dengan sisa hasil usaha.
Pada perusahaan umum sisa hasil
usaha disebut dengan istilah laba rugi. SHU
dibagikan setiap setahun sekali pada saat
RAT, SHU biasanya diperoleh dari kegiatan
anggota dan non anggota. SHU dari kegiatan
anggota dibagikan pada anggota setelah
terlebih dahulu dikurangi dengan cadangan
yang telah ditentukan dan juga untuk
beberapa bagian (persentase tertentu yang
telah diatur dalam akte pendirian) seperti
untuk pengurus, pegawai, dana sosial, dana
pendidikan, dana pembangunan daerah
kerja. Sisa hasil usaha dari non anggota tidak
dibagikan ke anggota melainkan untuk
cadangan koperasi, pengurus, pegawai, dana
sosial,
dana
pendidikan
dan
dana
pembangunan daerah kerja.
manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE…
93
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
Jumlah SHU tahun berjalan akan
terlihat dalam laporan perhitungan hasil
usaha. Jika pencatatan transaksi dalam suatu
koperasi berjalan dengan baik, SHU tahun
berjalan biasanya tidak akan terlihat di
neraca sebagai bagian dari ekuitas koperasi
pada akhir periode tertentu karena sudah
harus dialokasikan ke dalam berbagai dana
dan cadangan. Berdasarkan beberapa definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa sisa hasil
usaha merupakan laba atau keuntungan yang
diperoleh koperasi pada suatu periode
tertentu yang akan digunakan oleh anggota
untuk memenuhi kebutuhannya.
Koperasi merupakan badan usaha yang
didirikan dan dikelola oleh sekelompok
masyarakat untuk memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya baik
dibidang ekonomi, sosial dan budaya.
Dimana tujuan koperasi dibentuk demi
meningkatken
kesejahteraan
ekonomi
anggota masyarakat. Secara umum koperasi
dipahami sebagai perkumpulan orang yang
secara sukarela mempersatukan diri untuk
berjuang
meningkatkan
kesejahteraan
ekonomi mereka melalui pembentukan
sebuah badan usaha yang dikelola secara
demokratis.
Dalam prakteknya banyak dijumpai
bahwa suatu koperasi tidak hanya
menjalankan satu bidang usaha saja, akan
tetapi beberapa bidang usaha juga dijalankan
oleh koperasi demi memenuhi kebutuhan
anggota dan masyarakat. Menurut Rudianto
(2010) Koperasi Serba Usaha adalah koperasi
yang memiliki lebih dari satu bidang usaha.
Menurut Sudarwanto (2012) Koperasi
yang menjalankan berbagai jenis bidang
usaha disebut koperasi serba usaha. Bidang
usaha yang digeluti koperasi bisa mencakup
bidang simpan pinjam, penjualan barang
konsumsi, hingga pemasaran barang anggota.
Meskipun koperasi menjalankan aktivitas
usaha lebih dari satu jenis bidang usaha yang
terpenting adalah bahwa harus ada
pengelompokkan atau pemisahan yang jelas
atas transaksi kegiatan untuk kepentingan
anggota dan transaksi kepada masyarakat
atau non anggota.
Aktivitas yang dilakukan koperasi
tergantung pada jenis usaha yang dijalankan
oleh koperasi. Koperasi serba usaha
melakukan aktivitas simpan pinjam dan
aktivitas jual beli, bahkan juga produksi.
Metode Penelitian
Metode penelitian in merupakan
penelitian
kualitatif,
yaitu
dengan
mendeskripsikan
mengenai
manajemen
keuangan SHU sebelum dan sesudah
pemakaian KPE yang diterapkan oleh
pengurus koperasi. Data yang diperoleh akan
dianalisa dengan menggunakan metode
deskriptif, yaitu membahas data dengan
menyeluruh berdasarkan kenyataan dan
dihubungkan dengan teori-teori yang ada
untuk mendukung dalam pembahasan ini
sehingga diperoleh suatu kesimpulan.
Temuan Penelitian dan Pembahasan
Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI) “SERBA USAHA” Kecamatan
Prambon merupakan wadah organisasi
koperasi yang beranggotakan pegawai negeri
sipil di lingkup UPTD Pendidikan SD, TK
dan PLB Kecamatan Prambon. Pada tanggal
19 desember 1968 koperasi ini telah
mempunyai
Badan
Hukum
nomor
551A/BH/II/12-67. Bidang usaha koperasi
di awal berdirinya meliputi 3 bidang, yaitu
simpanan, pinjaman dan pertokoan. Seiring
perkembangan koperasi pada 10 tahun
terakhir bidang usaha pertokoan ditutup
karena pada bidang ini menyebabkan kredit
macet. Hal itu disebabkan karena di sekitar
kecamatan prambon banyak berdiri tokotoko yang fasilitasnya lebih lengkap dan lebih
dekat dari pada koperasi.
Modal KPRI “SERBA USAHA”
antara lain berasal dari: (1) Simpanan Pokok
anggota sebesar Rp 20.000,00 (2) Simpanan
Wajib anggota sebesar Rp 30.000.000,00 (3)
Simpanan Monosuko anggota sebesar Rp
25.000,00 dan (4) Simpanan Khusus anggota
sebesar Rp 35.000,00
Simpanan pokok dibayar pada saat
masuk menjadi anggota koperasi, simpanan
pokok tidak dapat diambil kembali selama
yang bersangkutan menjadi anggota koperasi.
Sedang simpanan wajib dibayar setiap bulan
sekali selama anggota tersebut masih menjadi
manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE…
94
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
anggota koperasi dan simpanan wajibpun
tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan menjadi anggota. Simpanan
sukarela dan simpanan khusus dibayar setiap
bulan sekali selama anggota tersebut masih
menjadi anggota koperasi dan dapat diambil
sewaktu-waktu selama yang bersangkutan
menjadi anggota.
Untuk mengelola modal yang ada
diperlukan manajemen keuangan koperasi
yang handal dari pengurus, karena akan
mempengaruhi besarnya SHU yang di
hasilkan oleh koperasi. Dengan adanya
deregulasi baru tentang penerimaan gaji PNS
dengan menggunakan Kartu PNS Elektronik
(KPE) pada bulan mei 2015 tentunya juga
akan mempengaruhi manajemen keuangan
yang diterapkan.
Dari hasil wawancara dengan ketua
KPRI
“SERBA
USAHA”
Bapak
Muchtarom, S.Ag, penghasilan koperasi
setelah diberlakukannya KPE mengalami
penurunan hal itu disebabkan karena
perputaran uang koperasi dari jasa sebrak
dihentikan. Hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi besarnya SHU koperasi yang
juga mengalami penurunan.
Tabel
2 : Perkembangan Pinjaman,
Simpanan dan SHU KPRI “SERBA
USAHA” Kecamatan Prambon tahun
2013-2016
Jumlah
Pinjaman
Tahun
Jumlah
Anggota
2013
319
Rp 225.000.000
2014
309
Rp 185.000.000
2015
299
Rp 155.000.000
2016
289
Rp 105.000.000
(Rp)
Lebih lanjut dijelaskan oleh Sekretaris
1 Bapak H. Machsun, S.Ag pada akhir tahun
2015 setelah diberlakukannya KPE pengurus
mengambil kebijakan untuk mengembalikan
modal koperasi yang berasal dari simpanan
khusus anggota, karena modal yang dimiliki
koperasi sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan anggota. Jika tetap berada di
koperasi maka akan banyak uang yang
mengganggur
karena
koperasi
harus
memberikan jasa pada simpanan khusus 1%.
Sehingga di awal 2016 kebijakan yang
diambil yaitu simpanan khusus dinormalkan
menjadi
Rp
35.000,00.
Sebelum
diberlakukannya KPE simpanan khusus tidak
dibatasi jumlahnya, anggota bebas untuk
menyimpan baik dalam jumlah besar
maupun kecil.
Menurut Bendahara KPRI Bapak
Sutaji, S.Pd menyatakan bahwa untuk
melakukan potongan pinjaman koperasi tetap
bekerja sama dengan UPTD,
tetapi
pemotongan tidak bisa langsung karena
harus ada sisa saldo yang ada pada KPE.
Perbedaan saldo yang harus tersisa di KPE
untuk golongan 2 Rp 295.000,00 golongan 3
Rp 300.000,00 golongan 4 non kepala
sekolah Rp398.000,00 dan golongan 4 kepala
sekolah Rp 510.000,00. Dari hal tersebut
menunjukkan ketidak leluasaan anggota
untuk melakukan pinjaman sehingga
mempengaruhi penghasilan koperasi.
Kelemahan yang dihadapi Koperasi
SHU bisa memotong langsung lewat
yaitu tidak
gaji seperti
(Rp)
(Rp) pihak bank atas pinjaman yang
dilakukan
anggota karena harus ada dana
Rp 512.400.000
Rp 46.000.000
yang disisakan pada KPE. Sehingga
Rp 472.200.000 pengurus
Rp 43.000.000
mengambil kebijakan untuk
Rp 442.500.000 memotong
Rp 41.750.000
angsuran lewat KPE dan sisanya
langsung lewat koperasi, dibayar
Rp 392.100.000 diangsur
Rp 41.000.000
paling akhir tanggal 15 tiap bulannya.
Jumlah
Simpanan
Berdasarkan data di atas jumlah
anggota koperasi mengalami penurunan, hal
itu disebabkan beberapa anggota ada yang
keluar (pensiun) maupun ada yang masuk
(anggota baru) koperasi. Jumlah pinjaman,
simpanan dan SHU juga mengalami
penurunan. Penurunan pinjaman, simpanan
dan SHU yang sangat tajam dimulai tahun
2015 karena sudah diberlakukannya KPE
oleh pemerintah kabupaten Nganjuk.
Sisa hasil usaha merupakan laba atau
rugi yang diperoleh koperasi pada tiap
tahunnya dan akan dibagikan kepada seluruh
anggota. Dimana besarnya SHU yang
diterima tergantung dari jasa yang diberikan
baik kepada anggota maupun non anggota.
Hasil wawancara dengan beberapa
pengurus
koperasi
terkait
tentang
manajemen keuangan SHU yang dilakukan
oleh pengurus koperasi sebelum adanya
Kartu PNS Elektronik yaitu:
manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE…
95
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
1) Memberi motivasi anggota untuk
berpartisipasi dalam kegiatan transaksi
anggota.
2) Mengurangi biaya-biaya pengeluaran
yang tidak terlalu penting.
3) Memberi kemudahan anggota untuk
melakukan pinjaman tanpa ada
batasan yang rumit.
4) Koperasi membuka pos jasa sebrak
untuk memudahkan anggota jika
meminjam sewaktu-waktu di awal
bulan.
5) Tidak memberi batasan kepada
anggota tentang besarnya simpanan
khusus per bulan.
Sedangkan manajemen keuangan SHU yang
dilakukan oleh pengurus koperasi setelah
adanya Kartu PNS Elektronik yaitu:
1) Memberi motivasi anggota untuk
berpartisipasi dalam kegiatan transaksi
anggota.
2) Melakukan
penghematan
dengan
mengurangi biaya-biaya pengeluaran.
3) Memberi batasan kepada anggota untuk
melakukan pinjaman karena untuk
pemotongan ada pembatasan saldo yang
harus tersisa pada KPE.
4) Meniadakan pos jasa sebrak.
5) Memberi batasan kepada anggota untuk
simpanan khusus harus senilai Rp
35.000,00.
Faktor
pendukung
dan
penghambat
manajemen keuangan SHU sebelum KPE
yaitu:
a. Faktor Pendukung
1) Tidak ada aturan yang membatasi
anggota
untuk
mengajukan
pinjaman ke koperasi
2) Pos
jasa
sebrak
sangat
mempengaruhi
penghasilan
koperasi karena jumlahnya sangat
besar bisa mencapai di atas 70 juta
per bulan.
3) Simpanan khusus tidak dibatasi
sehingga
meningkatkan
modal
koperasi.
4) Penagihan
terhadap
pinjaman
sangat lancar, piutang tidak tertagih
tidak ada.
5) SHU mengalami peningkatan tiap
tahun.
b. Faktor Penghambat
Menurut pengurus tidak ada, semua
berjalan lancar.
Faktor
pendukung
dan
penghambat
manajemen keuangan SHU setelah KPE
yaitu:
a. Faktor Pendukung
1) Koperasi lebih selektif dalam
memberikan pinjaman kepada
anggota.
b. Faktor Penghambat
1) Adanya aturan yang membatasi
anggota untuk pinjam di koperasi.
2) Meniadakan pos jasa sebrak
sehingga perputaran uang menjadi
berkurang.
3) Membatasi
jumlah
simpanan
khusus per bulan
4) Penagihan
terhadap
pinjaman
setelah KPE kurang lancar, piutang
tidak tertagih yang muncul 2% per
bulan.
5) Koperasi tidak bisa memotong
langsung jumlahnya pinjaman pada
gaji anggota karena harus ada sisa
saldo pada KPE.
Diantara semua bentuk manajemen
keuangan SHU untuk meningkatkan sisa
hasil usaha yang manfaatnya langsung dapat
dinikmati adalah bidang simpan pinjam.
Sehingga
koperasi
dituntut
untuk
menyediakan modal yang cukup agar
kebutuhan anggota terpenuhi. Salah satunya
adalah dengan meningkatkan sisa hasil
usahanya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
peneliti dapat dari laporan tahunan yang
diberikan oleh bendahara, peneliti melihat
laporan selama 4 tahun terakhir yaitu tahun
2013-2014 sebelum adanya KPE dan tahun
2015-2016 setelah adanya KPE. Dua tahun
sebelum KPE sisa hasil usaha mengalami
penurunan tetapi tidak terlalu tajam,
sedangkan setelah adanya KPE penurunan
SHU cukup tajam. Hal tersebut disebabkan
jumlah anggota juga mengalami penurunan
yang dikarenakan pensiun maupun keluar.
Menurut Hariadi (2010) menyatakan
bahwa bisnis apapun terdapat tiga
kemungkinan cara untuk meningkatkan laba,
yaitu:
1) Meningkatkan volume usaha
manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE…
96
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
Di dalam koperasi serba usaha ini
volume usaha dapat dikatakan jumlah
atau total dari transaksi-transaksi yang
terjadi pada periode tertentu.
2) Menaikkan harga penjualan
Koperasi bisa menaikkan jumlah
simpanan
anggota
untuk
setiap
tahunnya.
3) Mengurangi biaya
Dengan mengurangi biaya pengeluaran
maka pendapatan yang diperoleh akan
tetap meningkat. Meningkatkan efisiensi
biaya merupakan sisi lain ke arah
peningkatan SHU.
Menurut Widiyati (2010) untuk
memperbesar usaha dan mencari keuntungan
koperasi harus mengutamakan pelayanan
kepada anggota-anggotanya, karena memang
untuk memperoleh pelayananlah orang akan
tertarik untuk menjadi anggota koperasi. Jadi
salah satu cara yang bisa ditempuh untuk
meningkatkan SHU adalah dengan cara
menambah anggota koperasi.
Menurut penjelasan di atas maka
peneliti menginterpretasikan beberapa hal
tentang manajemen keuangan SHU yang bisa
dilakukan pengurus untuk meningkatkan sisa
hasil usaha yaitu:
1)
2)
3)
4)
Mengadakan
pendidikan
atau
pelatihan kepada pengurus koperasi.
Menyalurkan modal yang terhimpun
dari simpanan ke dalam bentuk
pinjaman.
Menambah jumlah anggota setiap
tahunnya.
Memotivasi anggota untuk aktif
berpartisipasi dalam koperasi.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan
maka
peneliti
menemukan
beberapa
kesimpulan tentang manajemen keuangan
SHU yang dilakukan pengurus adalah
sebagai berikut:
1. Manajemen keuangan yang diterapkan
antara sebelum dan sesudah adanya
Kartu PNS mengalami perbedaan hal
itu dapat kita lihat dari:
Sebelum KPE:
a) Memberi motivasi anggota untuk
berpartisipasi dalam kegiatan transaksi
anggota.
b) Mengurangi biaya-biaya pengeluaran
yang tidak terlalu penting.
c) Memberi kemudahan anggota untuk
melakukan pinjaman tanpa ada batasan
yang rumit.
d) Koperasi membuka pos jasa sebrak
untuk memudahkan anggota jika
meminjam sewaktu-waktu di awal
bulan.
e) Tidak memberi batasan kepada anggota
tentang besarnya simpanan khusus per
bulan.
Sesudah KPE:
a) Memberi motivasi anggota untuk
berpartisipasi dalam kegiatan transaksi
anggota.
b) Melakukan
penghematan
dengan
mengurangi biaya-biaya pengeluaran.
c) Memberi batasan kepada anggota untuk
melakukan pinjaman karena untuk
pemotongan ada pembatasan saldo yang
harus tersisa pada KPE.
d) Meniadakan pos jasa sebrak.
e) Memberi batasan kepada anggota untuk
simpanan khusus harus senilai Rp
35.000,00.
2. Faktor pendukung dan penghambat
manajemen keuangan SHU sebelum
KPE yaitu:
Faktor Pendukung:
a) Tidak ada aturan yang membatasi
anggota untuk mengajukan pinjaman
ke koperasi.
b) Pos jasa sebrak sangat mempengaruhi
penghasilan koperasi karena jumlahnya
sangat besar bisa mencapai di atas 70
juta per bulan.
c) Simpanan khusus tidak dibatasi
sehingga
meningkatkan
modal
koperasi.
d) Penagihan terhadap pinjaman sangat
lancar, piutang tidak tertagih tidak ada.
e) SHU mengalami peningkatan tiap
tahun.
Faktor Penghambat:
a. Menurut pengurus tidak ada, semua
berjalan lancar.
manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE…
97
AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017
Fator pendukung dan penghambat
manajemen keuangan SHU setelah KPE
yaitu:
Hariadi,
Bambang.
2010.
Akuntansi
Manajemen Suatu Sudut Pandang.
Yogyakarta: BPFE.
Faktor Pendukung:
Husnan, Suad. 2011. Manajemen Keuangan
Teori dan Penerapan (Keputusan jangka
Pendek). Yogyakarta: BPFE
a. Koperasi
lebih
selektif
memberikan
pinjaman
anggota.
dalam
kepada
Faktor Penghambat:
a. Adanya aturan yang membatasi anggota
untuk pinjam di koperasi.
b. Meniadakan pos jasa sebrak sehingga
perputaran uang menjadi berkurang.
c. Membatasi jumlah simpanan khusus per
bulan.
d. Penagihan terhadap pinjaman setelah
KPE kurang lancar, piutang tidak
tertagih yang muncul 2% per bulan.
e. Koperasi tidak bisa memotong langsung
jumlahnya pinjaman pada gaji anggota
karena harus ada sisa saldo pada KPE.
Daftar Referensi
Arthur J. Keown. 2011. Manajemen Keuangan
jilid 1. PT Indeks Edisi Bahasa
Indonesia.
Darmono. 2011. Manajemen Keuangan
Berbasis Balanced Scorecard. Bandung: PT
Bumi Aksara.
http://www.bankaceh.co.id/?page_id=911
KPE – Kartu PNS Elektronik menuju
PNS Profesional dan Sejahtera.
diakses 15 januari 2017.
https://www.kanreg12bkn.id/kpe-kartupegawai-elektronik. Kartu Pegawai
Elektronik. diakses 18 januari 2015.
Mulyasa E. 2010. Manajemen Berbasis Sekolah.
Bandung Remaja Rosda Karya.
Peraturan kepala BKN nomor 7 tahun 2008
tentang Kartu Pegawai Negeri Sipil
Elektronik.
Rudianto. 2010. Akuntansi Koperasi Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga
Sudarwanto, Adenk. 2013. Akuntansi
Koperasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Undang-undang Republik Indonesia. 2012.
UU No.17 tentang Perkoperasian.
Jakarta.
Widiyati, Ninik. 2010. Manajemen Koperasi.
Jakarta: Rineka Cipta.
manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE…
98
Download