AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017 MANAJEMEN KEUANGAN SISA HASIL USAHA SEBELUM DAN SESUDAH PEMAKAIAN KPE (KARTU PEGAWAI NEGERI SIPIL ELEKTRONIK) EFA WAHYU PRASTYANINGTYAS Universitas Nusantara PGRI Kediri Email: [email protected] Abstract This research is a descriptive study using equalitative approach. Data were collected using interviews, observation and documentations. The results of this study indicate that financial management is applied differently. Before applied KPE namely: special savings members is not limited, members loans made easier because the pay system is still manual,facilitating sebrak postal cooperative services to members if the current installment or need a loan at any time. When applied KPE namely: special savings normalized to Rp 35.000,00, member loan amountis limited by the criteria of remaining balance in KPE, sebrak postal services abolished. Keywords: Finacial management, result operation residual, KPE, cooperatives Pendahuluan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Serba Usaha” Kecamatan Prambon adalah suatu koperasi yang beranggotakan Pegawai Negeri Sipil pada tingkat SD, TK dan PLB yang berlokasi di wilayah Kecamatan Prambon. Tepatnya di desa Sonoageng, kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk. Menurut peraturan kepala BKN nomor 7 tahun 2008 tentang Kartu PNS Elektronik, dengan menggunakan kartu tersebut akan mempermudah PNS dalam mendapatkan pelayanan: gaji, kesehatan, pensiun, tabungan hari tua, tabungan perumahan dan transaksi perbankan. Berdasarkan peraturan tersebut Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nganjuk pada september 2015 menerapkan Kartu PNS Elektronik (KPE) dan bekerjasama dengan Bank Jatim untuk pembayaran gaji PNS. Maka berdasarkan peraturan tersebut sistem pembayaran pinjaman yang dilakukan koperasi juga harus mengalami perubahan (perlu menyesuaikan) dengan kondisi yang ada. Sistem pembayaran gaji PNS yang lama berada pada tanggung jawab bendahara UPTD Pendidikan TK, SD dan PLB masingmasing kecamatan kemudian di teruskan kepada masing-masing bendahara TK, SD dan PLB. Sedangkan sistem yang baru PNS bisa langsung menggunakan KPE untuk pengambilan gajinya. Dengan perubahan sistem penerimaan gaji PNS di Kecamatan Prambon tentunya akan berpengaruh terhadap penghasilan yang akan didapat oleh KPRI “SERBA USAHA” Kecamatan Prambon. Penghasilan koperasi setelah diberlakukannya KPE mengalami penurunan, hal itu bisa dilihat dari perputaran uangnya dimana sebelum KPE kegiatan simpan pinjam bisa mencapai 300350 juta setelah diterapkan KPE menjadi 200 juta. Selain itu setelah adanya KPE pos jasa sebrak dihilangkan sehingga mengakibatkan penghasilan koperasi menurun dan hal tersebut berdampak pula pada penurunan SHU. Melihat fenomena tersebut maka merupakan sebuah tantangan baru bagi manajemen keuangan yang dijalankan oleh pengurus. Pengurus harus bisa membuat kebijakan baru agar tetap bisa menjalankan usaha koperasi tersebut dan bekerjasama dengan anggota agar tetap bisa menjalankan koperasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari KPRI “SERBA USAHA” Kecamatan Prambon, menunjukkan bahwa SHU yang di peroleh mengalami fluktuasi. manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE… 92 AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017 Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Mendeskripsikan manajemen keuangan SHU KPRI “SERBA USAHA” Kecamatan Prambon-Kabupaten Nganjuk sebelum dan sesudah menggunakan KPE. b) Mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat manajemen keuangan SHU pada KPRI “SERBA USAHA” Kecamatan Prambon-Kabupaten Nganjuk sebelum dan sesudah menggunakan KPE. Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik (KPE) adalah kartu identitas PNS yang memuat data PNS dan keluarganya secara elektronik. Kartu ini diberikan kepada setiap PNS dan tetap berlaku setelah PNS yang bersangkutan pensiun. KPE berfungsi multiguna untuk setiap pelayanan dibidang kepegawaian dan pengendalian data kepegawaian. Pada ketentuan pasal 1 ayat 1 disebutkan peraturan kepala BKN nomor 7 tahun 2008 adalah kartu identitas seorang PNS yang memuat data PNS dan keluarga secara elektronik. Pemberian KPE ini bertujuan memudahkan administrasi dan meningkatkan pelayanan kepada semua pegawai. Ada dua macam KPE yaitu KPE dan KPE tambahan. KPE diperuntukkan untuk diri PNS sendiri sedangkan KPE tambahan adalah identitas untuk suami atau istri serta anak yang masih menjadi tanggungan PNS atau penerima pensiun yang bersangkutan. Jadi jika secara administrasi benar, maka seorang PNS atau pensiunan, istri/suami, serta anak yang masih menjadi tanggungan masing-masing akan memiliki kartu berwarna kuning emas. Selain itu, KPE tambahan juga diberikan kepada orang tua PNS yang meninggal dan tidak meninggalkan suami, istri atau anak. KPE tambahan akan terus berlaku selama pemegangnya atau yang bersangkutan masih menjadi tanggungan PNS atau penerima pensiun. Tujuan utama adanya Kartu PNS Elektronik (KPE) adalah memberi kemudahan dalam hal layanan kepada pegawai negeri sipil, penerima pensiun dan juga keluarganya. Pelayanan ini dapat berupa layanan: gaji, kesehatan, pensiunan, tabungan hari tua, tabungan perumahan, transaksi perbankan, layanan lain-lain. Sementara layanan pemilik KPE tambahan berupa layanan: kesehatan, transaksi keuangan, layanan lain-lain. Besarnya SHU pada sebuah koperasi sangatlah penting untuk diketahui oleh anggota, karena anggota adalah sekaligus pengguna jasa koperasi. Menurut Rudianto (2010) menyatakan bahwa SHU adalah bagian dari pendapatan yang dikembalikan kepada anggota atas jasa-jasa yang telah diberikan kepada koperasi. Sedangkan menurut Sugiyarso (2011) SHU adalah gabungan dari hasil partisipasi neto dan laba kotor dengan non anggota, ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan beban lain serta beban perkoperasian dan pajak penghasilan badan koperasi. Menurut Undang-undang nomor 12 tahun 2012 tentang perkoperasian pasal 17 SHU adalah surplus hasil atau defisit hasil usaha yang diperoleh dari hasil atau pendapatan koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan pengeluaran atas berbagai beban usaha. Koperasi tidak menggunakan istilah laba atau keuntungan untuk menunjukkan selisih antara penghasilan yang diterima koperasi selama periode tertentu dengan pengorbanan (beban) yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan itu. Selisih ini di dalam koperasi disebut dengan sisa hasil usaha. Pada perusahaan umum sisa hasil usaha disebut dengan istilah laba rugi. SHU dibagikan setiap setahun sekali pada saat RAT, SHU biasanya diperoleh dari kegiatan anggota dan non anggota. SHU dari kegiatan anggota dibagikan pada anggota setelah terlebih dahulu dikurangi dengan cadangan yang telah ditentukan dan juga untuk beberapa bagian (persentase tertentu yang telah diatur dalam akte pendirian) seperti untuk pengurus, pegawai, dana sosial, dana pendidikan, dana pembangunan daerah kerja. Sisa hasil usaha dari non anggota tidak dibagikan ke anggota melainkan untuk cadangan koperasi, pengurus, pegawai, dana sosial, dana pendidikan dan dana pembangunan daerah kerja. manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE… 93 AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017 Jumlah SHU tahun berjalan akan terlihat dalam laporan perhitungan hasil usaha. Jika pencatatan transaksi dalam suatu koperasi berjalan dengan baik, SHU tahun berjalan biasanya tidak akan terlihat di neraca sebagai bagian dari ekuitas koperasi pada akhir periode tertentu karena sudah harus dialokasikan ke dalam berbagai dana dan cadangan. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sisa hasil usaha merupakan laba atau keuntungan yang diperoleh koperasi pada suatu periode tertentu yang akan digunakan oleh anggota untuk memenuhi kebutuhannya. Koperasi merupakan badan usaha yang didirikan dan dikelola oleh sekelompok masyarakat untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya baik dibidang ekonomi, sosial dan budaya. Dimana tujuan koperasi dibentuk demi meningkatken kesejahteraan ekonomi anggota masyarakat. Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara demokratis. Dalam prakteknya banyak dijumpai bahwa suatu koperasi tidak hanya menjalankan satu bidang usaha saja, akan tetapi beberapa bidang usaha juga dijalankan oleh koperasi demi memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat. Menurut Rudianto (2010) Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang memiliki lebih dari satu bidang usaha. Menurut Sudarwanto (2012) Koperasi yang menjalankan berbagai jenis bidang usaha disebut koperasi serba usaha. Bidang usaha yang digeluti koperasi bisa mencakup bidang simpan pinjam, penjualan barang konsumsi, hingga pemasaran barang anggota. Meskipun koperasi menjalankan aktivitas usaha lebih dari satu jenis bidang usaha yang terpenting adalah bahwa harus ada pengelompokkan atau pemisahan yang jelas atas transaksi kegiatan untuk kepentingan anggota dan transaksi kepada masyarakat atau non anggota. Aktivitas yang dilakukan koperasi tergantung pada jenis usaha yang dijalankan oleh koperasi. Koperasi serba usaha melakukan aktivitas simpan pinjam dan aktivitas jual beli, bahkan juga produksi. Metode Penelitian Metode penelitian in merupakan penelitian kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan mengenai manajemen keuangan SHU sebelum dan sesudah pemakaian KPE yang diterapkan oleh pengurus koperasi. Data yang diperoleh akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu membahas data dengan menyeluruh berdasarkan kenyataan dan dihubungkan dengan teori-teori yang ada untuk mendukung dalam pembahasan ini sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Temuan Penelitian dan Pembahasan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “SERBA USAHA” Kecamatan Prambon merupakan wadah organisasi koperasi yang beranggotakan pegawai negeri sipil di lingkup UPTD Pendidikan SD, TK dan PLB Kecamatan Prambon. Pada tanggal 19 desember 1968 koperasi ini telah mempunyai Badan Hukum nomor 551A/BH/II/12-67. Bidang usaha koperasi di awal berdirinya meliputi 3 bidang, yaitu simpanan, pinjaman dan pertokoan. Seiring perkembangan koperasi pada 10 tahun terakhir bidang usaha pertokoan ditutup karena pada bidang ini menyebabkan kredit macet. Hal itu disebabkan karena di sekitar kecamatan prambon banyak berdiri tokotoko yang fasilitasnya lebih lengkap dan lebih dekat dari pada koperasi. Modal KPRI “SERBA USAHA” antara lain berasal dari: (1) Simpanan Pokok anggota sebesar Rp 20.000,00 (2) Simpanan Wajib anggota sebesar Rp 30.000.000,00 (3) Simpanan Monosuko anggota sebesar Rp 25.000,00 dan (4) Simpanan Khusus anggota sebesar Rp 35.000,00 Simpanan pokok dibayar pada saat masuk menjadi anggota koperasi, simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota koperasi. Sedang simpanan wajib dibayar setiap bulan sekali selama anggota tersebut masih menjadi manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE… 94 AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017 anggota koperasi dan simpanan wajibpun tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota. Simpanan sukarela dan simpanan khusus dibayar setiap bulan sekali selama anggota tersebut masih menjadi anggota koperasi dan dapat diambil sewaktu-waktu selama yang bersangkutan menjadi anggota. Untuk mengelola modal yang ada diperlukan manajemen keuangan koperasi yang handal dari pengurus, karena akan mempengaruhi besarnya SHU yang di hasilkan oleh koperasi. Dengan adanya deregulasi baru tentang penerimaan gaji PNS dengan menggunakan Kartu PNS Elektronik (KPE) pada bulan mei 2015 tentunya juga akan mempengaruhi manajemen keuangan yang diterapkan. Dari hasil wawancara dengan ketua KPRI “SERBA USAHA” Bapak Muchtarom, S.Ag, penghasilan koperasi setelah diberlakukannya KPE mengalami penurunan hal itu disebabkan karena perputaran uang koperasi dari jasa sebrak dihentikan. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi besarnya SHU koperasi yang juga mengalami penurunan. Tabel 2 : Perkembangan Pinjaman, Simpanan dan SHU KPRI “SERBA USAHA” Kecamatan Prambon tahun 2013-2016 Jumlah Pinjaman Tahun Jumlah Anggota 2013 319 Rp 225.000.000 2014 309 Rp 185.000.000 2015 299 Rp 155.000.000 2016 289 Rp 105.000.000 (Rp) Lebih lanjut dijelaskan oleh Sekretaris 1 Bapak H. Machsun, S.Ag pada akhir tahun 2015 setelah diberlakukannya KPE pengurus mengambil kebijakan untuk mengembalikan modal koperasi yang berasal dari simpanan khusus anggota, karena modal yang dimiliki koperasi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan anggota. Jika tetap berada di koperasi maka akan banyak uang yang mengganggur karena koperasi harus memberikan jasa pada simpanan khusus 1%. Sehingga di awal 2016 kebijakan yang diambil yaitu simpanan khusus dinormalkan menjadi Rp 35.000,00. Sebelum diberlakukannya KPE simpanan khusus tidak dibatasi jumlahnya, anggota bebas untuk menyimpan baik dalam jumlah besar maupun kecil. Menurut Bendahara KPRI Bapak Sutaji, S.Pd menyatakan bahwa untuk melakukan potongan pinjaman koperasi tetap bekerja sama dengan UPTD, tetapi pemotongan tidak bisa langsung karena harus ada sisa saldo yang ada pada KPE. Perbedaan saldo yang harus tersisa di KPE untuk golongan 2 Rp 295.000,00 golongan 3 Rp 300.000,00 golongan 4 non kepala sekolah Rp398.000,00 dan golongan 4 kepala sekolah Rp 510.000,00. Dari hal tersebut menunjukkan ketidak leluasaan anggota untuk melakukan pinjaman sehingga mempengaruhi penghasilan koperasi. Kelemahan yang dihadapi Koperasi SHU bisa memotong langsung lewat yaitu tidak gaji seperti (Rp) (Rp) pihak bank atas pinjaman yang dilakukan anggota karena harus ada dana Rp 512.400.000 Rp 46.000.000 yang disisakan pada KPE. Sehingga Rp 472.200.000 pengurus Rp 43.000.000 mengambil kebijakan untuk Rp 442.500.000 memotong Rp 41.750.000 angsuran lewat KPE dan sisanya langsung lewat koperasi, dibayar Rp 392.100.000 diangsur Rp 41.000.000 paling akhir tanggal 15 tiap bulannya. Jumlah Simpanan Berdasarkan data di atas jumlah anggota koperasi mengalami penurunan, hal itu disebabkan beberapa anggota ada yang keluar (pensiun) maupun ada yang masuk (anggota baru) koperasi. Jumlah pinjaman, simpanan dan SHU juga mengalami penurunan. Penurunan pinjaman, simpanan dan SHU yang sangat tajam dimulai tahun 2015 karena sudah diberlakukannya KPE oleh pemerintah kabupaten Nganjuk. Sisa hasil usaha merupakan laba atau rugi yang diperoleh koperasi pada tiap tahunnya dan akan dibagikan kepada seluruh anggota. Dimana besarnya SHU yang diterima tergantung dari jasa yang diberikan baik kepada anggota maupun non anggota. Hasil wawancara dengan beberapa pengurus koperasi terkait tentang manajemen keuangan SHU yang dilakukan oleh pengurus koperasi sebelum adanya Kartu PNS Elektronik yaitu: manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE… 95 AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017 1) Memberi motivasi anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan transaksi anggota. 2) Mengurangi biaya-biaya pengeluaran yang tidak terlalu penting. 3) Memberi kemudahan anggota untuk melakukan pinjaman tanpa ada batasan yang rumit. 4) Koperasi membuka pos jasa sebrak untuk memudahkan anggota jika meminjam sewaktu-waktu di awal bulan. 5) Tidak memberi batasan kepada anggota tentang besarnya simpanan khusus per bulan. Sedangkan manajemen keuangan SHU yang dilakukan oleh pengurus koperasi setelah adanya Kartu PNS Elektronik yaitu: 1) Memberi motivasi anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan transaksi anggota. 2) Melakukan penghematan dengan mengurangi biaya-biaya pengeluaran. 3) Memberi batasan kepada anggota untuk melakukan pinjaman karena untuk pemotongan ada pembatasan saldo yang harus tersisa pada KPE. 4) Meniadakan pos jasa sebrak. 5) Memberi batasan kepada anggota untuk simpanan khusus harus senilai Rp 35.000,00. Faktor pendukung dan penghambat manajemen keuangan SHU sebelum KPE yaitu: a. Faktor Pendukung 1) Tidak ada aturan yang membatasi anggota untuk mengajukan pinjaman ke koperasi 2) Pos jasa sebrak sangat mempengaruhi penghasilan koperasi karena jumlahnya sangat besar bisa mencapai di atas 70 juta per bulan. 3) Simpanan khusus tidak dibatasi sehingga meningkatkan modal koperasi. 4) Penagihan terhadap pinjaman sangat lancar, piutang tidak tertagih tidak ada. 5) SHU mengalami peningkatan tiap tahun. b. Faktor Penghambat Menurut pengurus tidak ada, semua berjalan lancar. Faktor pendukung dan penghambat manajemen keuangan SHU setelah KPE yaitu: a. Faktor Pendukung 1) Koperasi lebih selektif dalam memberikan pinjaman kepada anggota. b. Faktor Penghambat 1) Adanya aturan yang membatasi anggota untuk pinjam di koperasi. 2) Meniadakan pos jasa sebrak sehingga perputaran uang menjadi berkurang. 3) Membatasi jumlah simpanan khusus per bulan 4) Penagihan terhadap pinjaman setelah KPE kurang lancar, piutang tidak tertagih yang muncul 2% per bulan. 5) Koperasi tidak bisa memotong langsung jumlahnya pinjaman pada gaji anggota karena harus ada sisa saldo pada KPE. Diantara semua bentuk manajemen keuangan SHU untuk meningkatkan sisa hasil usaha yang manfaatnya langsung dapat dinikmati adalah bidang simpan pinjam. Sehingga koperasi dituntut untuk menyediakan modal yang cukup agar kebutuhan anggota terpenuhi. Salah satunya adalah dengan meningkatkan sisa hasil usahanya. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti dapat dari laporan tahunan yang diberikan oleh bendahara, peneliti melihat laporan selama 4 tahun terakhir yaitu tahun 2013-2014 sebelum adanya KPE dan tahun 2015-2016 setelah adanya KPE. Dua tahun sebelum KPE sisa hasil usaha mengalami penurunan tetapi tidak terlalu tajam, sedangkan setelah adanya KPE penurunan SHU cukup tajam. Hal tersebut disebabkan jumlah anggota juga mengalami penurunan yang dikarenakan pensiun maupun keluar. Menurut Hariadi (2010) menyatakan bahwa bisnis apapun terdapat tiga kemungkinan cara untuk meningkatkan laba, yaitu: 1) Meningkatkan volume usaha manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE… 96 AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017 Di dalam koperasi serba usaha ini volume usaha dapat dikatakan jumlah atau total dari transaksi-transaksi yang terjadi pada periode tertentu. 2) Menaikkan harga penjualan Koperasi bisa menaikkan jumlah simpanan anggota untuk setiap tahunnya. 3) Mengurangi biaya Dengan mengurangi biaya pengeluaran maka pendapatan yang diperoleh akan tetap meningkat. Meningkatkan efisiensi biaya merupakan sisi lain ke arah peningkatan SHU. Menurut Widiyati (2010) untuk memperbesar usaha dan mencari keuntungan koperasi harus mengutamakan pelayanan kepada anggota-anggotanya, karena memang untuk memperoleh pelayananlah orang akan tertarik untuk menjadi anggota koperasi. Jadi salah satu cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan SHU adalah dengan cara menambah anggota koperasi. Menurut penjelasan di atas maka peneliti menginterpretasikan beberapa hal tentang manajemen keuangan SHU yang bisa dilakukan pengurus untuk meningkatkan sisa hasil usaha yaitu: 1) 2) 3) 4) Mengadakan pendidikan atau pelatihan kepada pengurus koperasi. Menyalurkan modal yang terhimpun dari simpanan ke dalam bentuk pinjaman. Menambah jumlah anggota setiap tahunnya. Memotivasi anggota untuk aktif berpartisipasi dalam koperasi. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan maka peneliti menemukan beberapa kesimpulan tentang manajemen keuangan SHU yang dilakukan pengurus adalah sebagai berikut: 1. Manajemen keuangan yang diterapkan antara sebelum dan sesudah adanya Kartu PNS mengalami perbedaan hal itu dapat kita lihat dari: Sebelum KPE: a) Memberi motivasi anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan transaksi anggota. b) Mengurangi biaya-biaya pengeluaran yang tidak terlalu penting. c) Memberi kemudahan anggota untuk melakukan pinjaman tanpa ada batasan yang rumit. d) Koperasi membuka pos jasa sebrak untuk memudahkan anggota jika meminjam sewaktu-waktu di awal bulan. e) Tidak memberi batasan kepada anggota tentang besarnya simpanan khusus per bulan. Sesudah KPE: a) Memberi motivasi anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan transaksi anggota. b) Melakukan penghematan dengan mengurangi biaya-biaya pengeluaran. c) Memberi batasan kepada anggota untuk melakukan pinjaman karena untuk pemotongan ada pembatasan saldo yang harus tersisa pada KPE. d) Meniadakan pos jasa sebrak. e) Memberi batasan kepada anggota untuk simpanan khusus harus senilai Rp 35.000,00. 2. Faktor pendukung dan penghambat manajemen keuangan SHU sebelum KPE yaitu: Faktor Pendukung: a) Tidak ada aturan yang membatasi anggota untuk mengajukan pinjaman ke koperasi. b) Pos jasa sebrak sangat mempengaruhi penghasilan koperasi karena jumlahnya sangat besar bisa mencapai di atas 70 juta per bulan. c) Simpanan khusus tidak dibatasi sehingga meningkatkan modal koperasi. d) Penagihan terhadap pinjaman sangat lancar, piutang tidak tertagih tidak ada. e) SHU mengalami peningkatan tiap tahun. Faktor Penghambat: a. Menurut pengurus tidak ada, semua berjalan lancar. manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE… 97 AKADEMIKA; Vol. 15. No.2 Agustus 2017 Fator pendukung dan penghambat manajemen keuangan SHU setelah KPE yaitu: Hariadi, Bambang. 2010. Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang. Yogyakarta: BPFE. Faktor Pendukung: Husnan, Suad. 2011. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan jangka Pendek). Yogyakarta: BPFE a. Koperasi lebih selektif memberikan pinjaman anggota. dalam kepada Faktor Penghambat: a. Adanya aturan yang membatasi anggota untuk pinjam di koperasi. b. Meniadakan pos jasa sebrak sehingga perputaran uang menjadi berkurang. c. Membatasi jumlah simpanan khusus per bulan. d. Penagihan terhadap pinjaman setelah KPE kurang lancar, piutang tidak tertagih yang muncul 2% per bulan. e. Koperasi tidak bisa memotong langsung jumlahnya pinjaman pada gaji anggota karena harus ada sisa saldo pada KPE. Daftar Referensi Arthur J. Keown. 2011. Manajemen Keuangan jilid 1. PT Indeks Edisi Bahasa Indonesia. Darmono. 2011. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard. Bandung: PT Bumi Aksara. http://www.bankaceh.co.id/?page_id=911 KPE – Kartu PNS Elektronik menuju PNS Profesional dan Sejahtera. diakses 15 januari 2017. https://www.kanreg12bkn.id/kpe-kartupegawai-elektronik. Kartu Pegawai Elektronik. diakses 18 januari 2015. Mulyasa E. 2010. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung Remaja Rosda Karya. Peraturan kepala BKN nomor 7 tahun 2008 tentang Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik. Rudianto. 2010. Akuntansi Koperasi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Sudarwanto, Adenk. 2013. Akuntansi Koperasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Undang-undang Republik Indonesia. 2012. UU No.17 tentang Perkoperasian. Jakarta. Widiyati, Ninik. 2010. Manajemen Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta. manajemen keuangan sisa hasil usaha sebelum dan sesudah pemakaian KPE… 98