STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL 2010 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dari hasil analisis, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan mempertimbangkan pelabuhan-pelabuhan terluar pada setiap pintu akses keluar masuk wilayah Indonesia yang diskenariokan, memperhatikan pelabuhan utama yang ada dengan hinterland kawasan industri yang sudah mapan, volume pergerakan komoditas yang signifikan dari dan ke suatu pelabuhan, serta mempertimbangkan hasil analisis minimum spanning tree yang menunjukkan total jarak minimum untuk menghubungkan antar pelabuhan dalam suatu jaringan, maka dapat dipilih 28 pelabuhan, baik pelabuhan umum maupun pelabuhan khusus yang dinilai layak dibuka untuk perdagangan luar negeri, yaitu: a. Pelabuhan laut umum, terdiri dari 14 pelabuhan yang meliputi Sabang, Belawan, Dumai, Tanjung Pinang / Selat Kijang, Batam (Batu Ampar, Kabil / Panau Nongsa, Sekupang), Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, Bitung, Tenau Kupang, dan Pelabuhan Ambon; b. Pelabuhan pantai, terdiri dari 3 pelabuhan yang meliputi Dabo Singkep, Kotabaru, dan Pelabuhan Fak-Fak; c. Pelabuhan khusus, terdiri dari 11 pelabuhan yang meliputi Kijang, Sambu Belakang Padang, Tanjung Uban, Manggar, Tanjung Pandan, Cigading, Merak, Gresik, Bunyu, Tanjung Santan, dan Pelabuhan Pulau Gebe. 2. Pelabuhan-pelabuhan yang memiliki pergerakan komoditas ekspor-impor yang cukup signifikan dan dirinci menurut komoditas, antara lain adalah: PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT VI-1 2010 a. STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL Untuk komoditas minyak dan gas bumi, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Dumai, Balikpapan, Panarukan, Tanjung Priok, Balongan, Cilacap, Tanjung Perak, dan Natuna; b. Untuk komoditas barang umum (General Cargo), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain Pelabuhan Tanjung Priok, Batam, Tanjung Perak, Tanjung Balai Karimun, Pekanbaru, dan pelabuhan Merak; c. Untuk komoditas batubara, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Tarakan, Banjarmasin, Tanjung Sangata, Kotabaru, Kumai, dan Pelabuhan Bontang; d. Untuk komoditas kayu dan olahan primernya, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Samarinda, Banjarmasin, Pontianak, Tarakan, Balikpapan, Tanjung Perak, Kumai, Merauke, Bontang, dan Pelabuhan Kijang; e. Untuk komoditas sembako, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Cigading, Tanjung Perak, Panjang, Tanjung Priok, dan pelabuhan Cilacap; f. Untuk komoditas minyak kelapa sawit (CPO), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Dumai, Belawan, teluk Bayur, Tanjung Balai Asahan, Panjang, Muntok, dan pelabuhan Bitung; g. Untuk komoditas bahan galian (Mine and Quarry), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Pulau Gebe, Pontianak, Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Sampit, Pomalaa, Sorong, Kendari, Ternate, Cigading, Kotabaru, dan Pelabuhan Kijang; h. Untuk komoditas biji-bijian lainnya (Other Grains), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Bontang, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Merak, Belawan, Tanjung Pinang, Gresik, Kotabaru, Cigading, amamapare, dan pelabuhan Cilacap; PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT VI-2 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL 2010 i. Untuk komoditas muatan cair dan bahan kimia lainnya (Other Liquid), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Merak, Bontang, Tanjung Priok, Tanjung Balai Karimun, Gresik, Senipah, Tanjung Perak, Tanjung Santan, Dumai, dan Pelabuhan Panjang; j. Untuk komoditas hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Panjang, Tanjung Priok, Merauke, Waisasera, Belawan, Fak-fak, Tanjung Perak, Cilacap, Ambon, dan Pelabuhan Cigading; k. Untuk komoditas peti kemas, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Belawan, Panjang, Pekanbaru, Batam, dan Pelabuhan Merak. 3. Pelabuhan-pelabuhan yang terpilih berdasarkan tingkat efektivitas dan efisiensi dengan menggunakan jarak sebagai representasi biaya dan waktu tempuh dalam jaringan pelayanan pelabuhan untuk komoditas sejenis, antara lain adalah: a. Untuk komoditas minyak dan gas bumi, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Muntok, Kendari, Dumai, Sambu Belakang Padang, Merak, Tanjung Priok, Gresik, Kotabaru, Tanjung Santan, Makassar, dan Pelabuhan Ambon; b. Untuk komoditas barang umum (General Cargo), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain Pelabuhan Bunyu, Sambu Belakang Padang, Makassar, Dumai, Tanjung Pinang, Kijang, Blinyu, Manggar, Tanjung Pandan, Cigading, Tanjung Priok, Kotabaru, Tanjung Santan, dan Pelabuhan Fak-Fak; c. Untuk komoditas batubara, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Kuala Enok, Bunyu, Dumai, Tanjung Pinang, Muntok, Tanjung Pandan, Banjarmasin, Kotabaru, dan Pelabuhan Makassar; d. Untuk komoditas kayu dan olahan primernya, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Kijang, Banjarmasin, Balikpapan, PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT VI-3 2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL dan Pelabuhan Bontang; e. Untuk komoditas sembako, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Malahayati / Krueng Raya, Merak, Tanjung Priok, Tanjung Emas, dan Pelabuhan Makassar; f. Untuk komoditas minyak kelapa sawit (CPO), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Merak, Dumai, Kuala Enok, Muntok, Manggar, Tanjung Pandan, Tanjung Priok, Kotabaru, dan Pelabuhan Donggala / Pantoloan; g. Untuk komoditas bahan galian (Mine and Quarry), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Dabo Singkep, Manggar, Tanjung Pandan, Cigading, Tanjung Priok, Kotabaru, Kendari, Kedindi / Reo, dan Pelabuhan Pulau Gebe; h. Untuk komoditas biji-bijian lainnya (Other Grains), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Dabo Singkep, Dumai, Muntok, Manggar, Tanjung Pandan, Cigading, Merak, Tanjung Priok, Tanjung Batu, Tanjung Santan, Makassar, Labuhan Haji, Ambon, dan Pelabuhan Fak-Fak; i. Untuk komoditas muatan cair dan bahan kimia lainnya (Other Liquid), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Gresik, Dumai, Tanjung Uban, Bunyu, Ambon, dan Pelabuhan Fak-Fak; j. Untuk komoditas hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Celukan Bawang, Ambon, Kijang, Cigading, Tanjung Priok, Kendari, dan Pelabuhan Fak-Fak; k. Untuk komoditas peti kemas, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Muntok, Dumai, Kijang, Tanjung Priok, dan Pelabuhan Kotabaru. 4. Pelabuhan-pelabuhan yang terpilih berdasarkan tingkat efektivitas dan efisiensi PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT VI-4 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL 2010 dengan menggunakan jarak sebagai representasi biaya dan waktu tempuh dalam jaringan pelayanan pelabuhan untuk komoditas sejenis yang dikombinasikan dengan potensi volume pergerakan ekspor-impor dirinci menurut kategori komoditasnya, antara lain adalah: a. Untuk komoditas minyak dan gas bumi, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Dumai, Sambu Belakang Padang, Tanjung Priok, Gresik, dan Pelabuhan Kotabaru,; b. Untuk komoditas barang umum (General Cargo), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain Pelabuhan Sambu Belakang Padang, Tanjung Pinang, dan Pelabuhan Tanjung Priok; c. Untuk komoditas batubara, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Bunyu, Tanjung Pandan, Banjarmasin, dan Kotabaru; d. Untuk komoditas kayu dan olahan primernya, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Kijang, Banjarmasin, dan Balikpapan; e. Untuk komoditas sembako, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Tanjung Emas; f. Untuk komoditas minyak kelapa sawit (CPO), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Dumai; g. Untuk komoditas bahan galian (Mine and Quarry), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Dumai, Dabo Singkep, Manggar, Tanjung Pandan, Kotabaru, dan Pelabuhan Pulau Gebe; h. Untuk komoditas biji-bijian lainnya (Other Grains), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Dumai, Tanjung Priok, Tanjung Santan, dan Pelabuhan Makassar; i. Untuk komoditas muatan cair dan bahan kimia lainnya (Other Liquid), pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Gresik, Dumai, Tanjung Uban, Bunyu, dan Pelabuhan Merak; PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT VI-5 2010 j. STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL Untuk komoditas hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Ambon, Cigading, Tanjung Priok, dan Pelabuhan Fak-Fak; k. Untuk komoditas peti kemas, pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain adalah Pelabuhan Dumai, Kijang, Tanjung Priok, dan Pelabuhan Kotabaru. 5. Akses ke wilayah Indonesia untuk ekspor dan impor diskenariokan melalui empat pintu, yaitu: a. Pintu akses barat untuk melayani pergerakan ekspor impor ke dan dari kawasan Asia Selatan, Middle East, Afrika, dan Eropa, dengan pelabuhan terluarnya adalah Pelabuhan Sabang; b. Pintu akses utara pertama untuk melayani pergerakan ekspor impor ke kawasan Asia Tenggara, dengan pelabuhan terluarnya adalah Pelabuhan Batam; c. Pintu akses utara kedua untuk melayani pergerakan ekspor impor ke dan dari kawasan Asia Timur dan Amerika, dengan pelabuhan terluarnya adalah Pelabuhan Bitung; d. Pintu akses selatan untuk melayani pergerakan ekspor impor ke dan dari kawasan Australia dan Papua Nugini,dengan pelabuhan terluarnya adalah Pelabuhan tenau Kupang. 6. Empat pelabuhan utama, yaitu Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Pelabuhan Makassar, mengingat kawasan industri yang menjadi hinterland andalannya sudah sangat berkembang, maka empat pelabuhan tersebut masih diperankan sebagai pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri. PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT VI-6 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL 2010 6.2. REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, dan penarikan kesimpulan, dapat diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1. Pelabuhan-pelabuhan yang telah ditetapkan sebagai pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri perlu ditinjau ulang, mengingat pada kenyataannya banyak yang tidak melakukan aktivitas ekspor impor. Meskipun ada kegiatan ekspor impor, namun volumenya tidak signifikan, sehingga biaya operasionalnya tidak sebanding dengan volume pergerakan ekspor impornya. Di samping itu, perlu menetapkan suatu pelabuhan sebagai pintu gerbang pada setiap akses keluar atau masuk wilayah NKRI; 2. Ada 4 hal pokok yang harus dipertimbangkan dalam menentukan suatu pelabuhan menjadi pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri: a. mendukung pengembangan ekonomi wilayah hinterland-nya, membawa makna bahwa pelabuhan tersebut harus mampu berperan sebagai pintu akses orang dan/atau barang dari dan ke luar negeri, secara efektif dan efisien. Artinya, pelabuhan tersebut sudah memiliki modal awal berupa dukungan demand lalulintas pergerakan barang dan/atau orang yang akan dilayaninya secara cukup memadai, dari kota-kota besar dan kotakota perdagangan di sekitarnya; b. letak geografis yang menguntungkan, membawa makna bahwa pelabuhan tersebut setidaknya terletak pada jalur perdagangan laut internasional, memiliki kedalaman alur dan kolam pelabuhan yang memadai, mampu mengakomodasi prediksi perkembangan teknologi dimensi kapal di masa depan, serta ketersediaan lahan baik dari sisi darat maupun sisi lautnya; c. layak diperankan sebagai hub untuk kawasan sekitarnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan pelabuhan tersebut tidak hanya bertumpu pada volume pergerakan dari dan ke kawasan hinterland-nya, namun juga lebih berperan sebagai tempat alih muat PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT VI-7 2010 STUDI OPTIMALISASI JUMLAH PELABUHAN TERBUKA DALAM RANGKA EFISIENSI PEREKONOMIAN NASIONAL atau cargo transshipment yang porsinya diharapkan lebih besar dibanding cargo throughput-nya, sehingga letak dalam jaringan transportasi nasional sangat dipertimbangkan; d. didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai. Untuk itu, perlu juga dipertimbangkan ketersediaan lahan yang cukup, peralatan bongkar muat yang canggih, sistem transportasi akses ke hinterland yang memadai, baik berupa moda jalan, moda kereta api, moda laut yang berperan sebagai feeder, atau bahkan moda angkutan sungai danau dan penyeberangan, serta dukungan manajemen pelabuhan yang modern dan ramah lingkungan. 3. Untuk mengantisipasi tantangan perubahan teknologi dan dimensi kapal yang semakin besar di masa depan, pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri juga harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. terletak pada rute laut internasional, dan mendukung pengembangan ekonomi kota-kota besar dan kota-kota perdagangan hinterland-nya; b. kedalaman alur dan kolam pelabuhan harus lebih dari 14 meter; c. dermaga peti kemas harus cukup panjang, setidaknya 500 meter; d. tersedia Container Yard setidaknya 400 ribu meter persegi; e. peralatan bongkar muat yang canggih sehingga dapat meningkatkan efisiensi dermaga dan fasilitas transportasi pendukung yang memadai; f. sistem transportasi akses dari dan ke pelabuhan untuk mendukung agregasi dan dispersi yang cepat, termasuk jalan, kereta api, atau moda angkutan lainnya; g. modernisasi manajemen pelabuhan yang disediakan bagi pengguna jasa yang berkualitas dan ramah lingkungan; h. container transshipment yang memiliki porsi lebih tinggi dari container throughput-nya. PT. SCALARINDO UTAMA CONSULT VI-8