BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pajak Penelitian tentang pengaruh

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pajak
Penelitian tentang pengaruh kewajiban moral, kualitas pelayanan dan
sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak penghasilan membutuhkan
kajian teori sebagai berikut:
1.1 Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, Sh dalam
buku “perpajakan” Mardiasmo (2008) :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum”.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsurunsur sebagai berikut:
a. Iuran dari rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa
uang (bukan barang).
b. Berdasarkan undang-undang.
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaannya.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara
langsung dapat ditunjuk.
Dalam
pembayaran
pajak
tidak
dapat
ditunjukkan
adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
11
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara
yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat
luas.
Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Andiani
yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, SH dalam buku “
pengantar ilmu hukum pajak “ (1991:2):
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menuurut peraturan-peraturan, dengan
tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Dalam definisi di atas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari
pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu mengatur.
Pajak apabila memperhatikan coraknya, dalam memberikan batasan
pengertian dapat dibedakan dari berbagai macam ragamnya yaitu dari segi
ekonomi, segi hukum, segi sosiologi dan lain sebagainya. Hal ini juga
akan mewarnai titik berat yang diletakkannya, sebagai contoh segi
penghasilan, segi daya beli, namun kebanyakan lebih bercorak pada
ekonomi (Waluyo, 2003).
1.2 Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian
pajak dari berbagai definisi terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu:
a. Fungsi penerimaan (budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan
bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
12
contoh yaitu dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai
penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi mengatur (regular)
Pajak
berfungsi
sebagai
alat
untuk
mengatur
atau
melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai
contoh yaitu dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap
minuman keras, dapat ditekan. Demikian terhadap barang mewah.
1.3 Pengelompokkan Pajak
1.3.1
Menurut Golongannya
1. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contohnya pajak penghasilan.
2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang ada pada akhirnya
dapat dibebankna atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contohnya pajak pertambahan nilai.
1.3.2
Menurut Sifatnya
1. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib
pajak. Contohnya pajak penghasilan.
2. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak. Contohnya pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
13
1.3.3
Menurut Lembaga Pemungutannya
1. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contohnya pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan
pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan,
dan bea materai.
2. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak daerah terdiri atas:
a. Pajak propinsi, contoh pajak kendaraan bermotor dan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor.
b. Pajak kabupaten/kota, contoh pajak hotel, pajak restoran dan
pajak hiburan.
1.4 Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan pemungutan pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.4.1
Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan membayar pajak, yang dapat disebabkan antara
lain :
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang sulit dipahami.
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan
baik.
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
14
1.4.2
Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan secara
langsung ditunjukkan kepada fiskus dengan tujuan untuk
menghindari pajak. Bentuknya antara lain :
a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara
melanggar undang-undang (menggelapkan pajak).
1.5 Pajak Penghasilan
Subjek pajak dan wajib pajak :
1.5.1
Orang Pribadi
a. Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal
atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
b. Warisan
yang
belum
terbagi
sebagai
satu
kesatuan,
menggantikan yang berhak. Warisan yang belum terbagi
dimaksud merupakan subjek pajak pengganti menggantikan
mereka yang berhak yaitu ahli waris. Masalah penunjukkan
warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti
dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang
berasal dari warisan tetap dapat dilaksanakan.
1.5.2
Badan
Terdiri dari PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan
nama dan bentuk apapun, firma, kongsii, koperasi, dana pensiunan,
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
15
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga dan bentuk
badan lainnya.
1.5.3
Badan Usaha Tetap (BUT)
Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. bentuk
usaha ini ditentukan sebagai subjek pajak tersendiri terpisah dari
badan.
2.
Kewajiban Moral
Mardiasmo (2008) menyatakan bahwa masyarakat enggan membayar
pajak, dapat disebabkan karena perkembangan intelektual dan moral dari
masyarakat, sistem perpajakan yang sulit dipahami, serta sistem kontrol yang
tidak dilaksankan dengan baik. Kewajiban moral merupakan individu yang
dipunyai oleh seorang tax professional, namun kemungkinan tidak memiliki
oleh tax professional yang lain.
Wibowo dan Yenni (2013) mengatakan bahwa moral wajib pajak
merupakan kepatuhan dan kesadaraan masyarakat dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya. Faktor ini mempengaruhi wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajaknnya, yang tidak berkembang begitu saja tanpa
pemerintah menyadari betapa pentingnya hal tersebut dan mengadakan
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
16
program yang luas dan berkesinambungan untuk mempengaruhi perubahan
dan perkembangan yang harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi negara
masing-masing. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi moral wajib pajak,
yaitu : kepercayaan kepada pemerintah bahwa pemerintah bersikap adil dalam
pembebanan pajak, rasa hormat wajib pajak terhadap pemerintah, dan
pemerintah harus dapat meyakinkan wajib pajak bahwa wajib pajak juga
memperoleh manfaat dari pembayaran pajak.
Mustikasari (2007) menjelaskan bahwa kewajiban moral merupakan
norma individu yang dipunyai oleh seseorang namun tidak dimiliki oleh
orang lain. Sedangkan moral adalah perbuatan/ucapan/tindakan seseorang
yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Kewajiban adalah sesuatu
yang harus dilakukan, oleh karena itu kewajiban moral adalah perbuatan atau
tindakan yang harus dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan rasa yang
berlaku di masyarakat.
Frey (1997) dalam Noviyanti (2013) memperkenalkan adanya moral pajak
atau disebut juga motivasi intrinsik individu untuk bertindak, yang didasari
oleh nilai-nilai yang dipengaruhi oleh norma-norma budaya. Menurut
pendapat ini moral pajak dapat dipahami sebagai penjelasan prinsip-prinsip
moral atau nilai-nilai yang diyakini seseorang mengapa membayar pajak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi moral pajak seperti:
a. Persepsi adanya kejujuran
b. Sikap membantu atau melayani dari aparat
c. Kepercayaan terhadap instansi pemerintah
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
17
d. Penghargaan atau rasa hormat dari aparat pajak
Sejumlah sifat-sifat individu lainnya moral pajak akan berbeda-beda
disetiap negara karena setiap negar memiliki kulturnya masing-masing. Teori
ini dengan pendeketan psikologi masyarakat, berpandangan bahwa antara
masyarakat dan pemerintah terdapat kontrak implisit yang mana masyarakat
menyadari bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban.
Selanjutnya Frey and Feld (2002) dalam Noviyanti (2013) menjelaskan
bahwa wajib pajak akan merespon positif atas bagaimana otoritas pajak
memperlakukan mereka. Khususnya kesediaan moral wajib pajak untuk
membayar pajak atau moral pajak akan meningkat manakala pejabat pajak
menghargai dan menghormati mereka, dan kemudian berdampak terhadap
masyarakat yang merasa puas dan meyakini bahwa pajak yang dipungut
benar-benar dipergunakan untuk kebutuhan publik. Sebaliknya manakala
pejabat pajak menganggap wajib pajak semata-mata sebagai subjek yang
harus dipaksa untuk membayar pajaknya, maka wajib pajak cenderung
merespon dengan aktif untuk mencoba menghindar membayar pajak. Greetz
and Wiede (1985) dalam Noviyanti (2013) menyimpulkan bahwa moral pajak
adalah etika yang mengukur seberapa jauh tingkat komitmen wajib pajak atau
kewajiban pertanggungjawaban warga negara mematuhi aturan pajak. Oleh
karena itu, apabila faktor komitmen ini hilang, maka tingkat etikapun
ternodai. Oleh karena itu, menipisnya etika dapat dipersalahkan atas
menurunnya tingkat kepatuhan pajak.
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
18
Wajib pajak memiliki kewajiban moral yang sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat, maka wajib pajak akan melakukan tindakan sesuai
dengan peraturan yang ada seperti membayar pajak, oleh karena itu jika
masyarakat memiliki kewajiban moral yang besar sehingga keinginan
melaporkan surat pemberitahuan (SPT) juga besar.
Kewajiban moral merupakan salah satu sifat yang mempengaruhi
kepatuhan dalam membayar pajak. Berikut ini adalah indikator kewajiban
moral (Mustikasari, 2007):
a. Melanggar etika
Dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, wajib pajak merasa
melanggar etika yang telah ada, jika tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan peraturan perpajakan yang ada. Sehingga
wajib pajak merasa bahwa memenuhi kewajiban perpajakannya
merupakan sesuatu yang wajib dilakukan.
b. Perasan bersalah
Dalam memenuhi kewajiban perpajakannya wajib pajak dituntut untuk
jujur dalam menghitung pajak terutangnya dengan benar dan melaporkan
SPT secara tepat waktu serta memenuhi semua kewajiban pajaknya.
Sehingga jika wajib pajak tidak memenuhi hal tersebut, maka wajib pajak
akan memiliki perasaan bersalah pada dirinya.
c. Prinsip hidup
Tiap wajib pajak memiliki prinsip hidup yang berbeda-beda, ada wajib
pajak yang memiliki prinsip hidup bahwa pajak merupakan hal yang
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
19
penting bagi dirinya, ada pula wajib pajak yang memiliki prinsip hidup
bahwa pajak merupakan hal yang tidak penting untuk dirinya.
3.
Kualitas Pelayanan
Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara
tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta
kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003). Hakikat pelayanan umum
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan instansi
pemerintahan di bidang pelayanan umum.
b. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan
sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya
guna dan berhasil guna (efisien dan efektif).
c. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat
dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
Menurut Supadmi (2009) secara sederhana kualitas adalah suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan
lingkungan
yang
memenuhi
atau
melebihi
harapan
pihak
yang
menginginkannya. Dengan demikian yang dikatakan kualitas disini adalah
kondisi dinamis yang bisa menghasilkan :
a. Produk yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Jasa yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
c. Suatu proses yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
d. Lingkungan yang memenuhi atau melebihi pelanggan.
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
20
Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang
dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus menerus.
Menurut Marini (2013) kualitas pelayanan adalah layanan suatu tindakan
atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang
berkaitan dengan produk dapat berupa fisik atau non fisik, pelayan, orang,
dan proses dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta
ketepatan penyampainnya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Dalam Christina dan Putu (2012) menurut Tiptono (2002: 70) menyatakan
bahwa adanya lima dimensi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
kualitas pelayanan, yaitu :
a. Keandalan merupakan kemampuan para petugas pajak dalam memberikan
pelayanan yang menjanjikan dengan segera dan memuaskan, keandalan
dapat diimplementasikan dari kemudahan para wajib pajak dalam
memperoleh formulir-formulir dalam melakukan kewajiban perpajakan,
seperti Surat Pemberitahuan Terhutang (SPT). Wajib pajak dapat
merasakan kemampuan dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan
yang diharapkan.
b. Daya tanggap merupakan karakteristik kecocokan dalam pelayanan
manusia yaitu keinginan para petugas pajak untuk membantu wajib pajak
dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Daya tanggap dapat
diimplementasikan dari kemudahan wajib pajak dalam memperoleh
penyuluhan atau bimbingan perpajakan dari petugas pajak.
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
21
c. Jaminan yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki oleh petugas pajak bebas dari risiko, bahaya, atau
keragu- raguan. Jaminan dapat diimplementasikan dari sikap yang
ditunjukkan oleh petugas pajak.
d. Empati yaitu meliputi kemudahan petugas pajak dalam melakukan
hubungan komunikasi yang baik dan memahami para wajib pajak. Empati
dapat diimplementasikan dari sikap yang ditunjukan oleh petugas pajak.
e. Bukti langsung yaitu meliputi fasilitas fisik, pegawai, perlengkapan, dan
komunikasi. Bukti langsung tersebut dapat diimplementasikan dari
kenyamanan wajib pajak dengan fasilitas pada kantor pajak.
4.
Sanksi Perpajakan
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi
administrasi merupakan pembayaran kerugian negara, khususnya yang berupa
denda, bunga, dan kenaikan. Sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila
wajib pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditentukan
dalam undang-undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (UU KUP).
Sanksi Pidana merupakan sanksi berupa siksaan atau penderitaan. Sanksi
perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan perpajakan dimana semakin besar kesalahan yang dilakukan
seorang wajib pajak, maka sanksi yang diberikan juga akan semakin berat.
Contoh pelanggaran yang sering dilakukan adalah keterlambatan dalam
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
22
membayar pajak, kurang bayar dan kesalahan dalam pengisian SPT ( Resmi ,
2008 :71 dalam Fuadi dan Yenni, 2013 )
Menurut Mardiasmo (2008) sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan)
akan dituruti/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat
pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Sanksi
merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus
agar norma perpajakan dipatuhi. Sanksi perpajakan dikenakan kepada wajib
pajak yang tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Menurut Nugroho (2006) wajib pajak akan memenuhi kewajiban
perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak
merugikannya. Menurut Yadnyana (2009) pandangan tentang sanksi
perpajakan tersebut diukur dengan indikator sebagai berikut:
a. Sanksi administrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup
berat.
b. Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat.
c. Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk
mendidik wajib pajak.
d. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa terkecuali.
e. Pengenaan sanksi atau pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan.
Rustiyaningsih (2011) sanksi perpajakan diberikan kepada wajib pajak
agar wajib pajak mempunyai kesadaran dan patuh terhadap kewajiban pajak.
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
23
Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib
pajak.
5.
Kepatuhan Perpajakan Wajib Pajak
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia “kepatuhan berarti tunduk atau
patuh pada ajaran atau aturan”. ( Badudu dan Zain, 1994; 1013 dalam
Christina dan Putu 2012). Menurut Robbins 2001 dalam Laksono dan Didik
2011 kepatuhan adalah motivasi seseorang kelompok, atau organisassi untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Perilaku kepatuhan seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu,
kelompok dan organisasi.
Prinsip administrasi pajak yang diterima secara luas menyatakan bahwa
tujuan yang ingin dicapai adalah kepatuhan sukarela. Kepatuhan sukarela
merupakan tulang punggung system self assessment di mana wajib pajak
bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban pajaknya dan kemudian
secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan tersebut (Ismawan,
2001: 82 dalam Supadmi, 2009).
Devano (2006) dalam Supadmi (2009) kepatuhan perpajakan diartikan
suatu keadaan yang mana wajib pajak patuh dan mempunyai kesadaraan
dalam
memenuhi
kewajiban
perpajakan.
Kepatuhan
dan
kesadaran
pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin dalam situasi sebagai berikut :
a. Wajib pajak memahami dan berusaha untuk memahami semua ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
24
c. Menghitung jumlah pajak yang terhutang dengan benar.
d. Membayar pajak yang terhutang tepat pada waktunya.
Menurut Nurmantu (2003) dalam Aryati (2013) ada dua macam
kepatuhan, yakni :
a. Kepatuhan formal
Adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban
perpajakan secara formal sesuai ketentuan dalam undang-undang
perpajakan.
b. Kepatuhan material
adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtantif/hakekat
memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa
undang-undang perpajakan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000,
wajib pajak dimasukkan dalam kategori wajib pajak patuh apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a.
Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan untuk semua
jenis pajak dalam dua tahun terkhir.
b.
Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak.
c.
Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam waktu sepuluh tahun terkhir.
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
25
d.
Dalam dua tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 UU KUP dan dalam hal terhadap
wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan
yang terkhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.
e.
Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit
oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau
pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi
fiskal. Laporan auditnya harus disusun dalam bentuk panjang yang
menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal. Dalam hal wajib
pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit oleh akuntan publik
dipersyaratkan untuk memenuhi ketentuan pada huruf a, b, c. dan d
diatas.
Menurut Christina dan Putu (2012) kepatuhan perpajakan didefinisikan
sebagai suatu keadaaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Dalam hubungannya
dengan kepatuhan wajib pajak maka pengertian kepatuhan atas pemenuhan
kewajiban pajak penghasilan adalah suatu ketaatan untuk melakukan
ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan perpajakan khususnya pajak
penghasilan dan harus dilaksanakan oleh wajib pajak.
6.
Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kepatuhan
membayar pajak diantaranya penelitian yang dilakukan Yeyen dan Agus
(2012) yang berjudul pengaruh kualitas layanan terhadap kepatuhan
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
26
membayar wajib pajak (studi kasus di KPP di Jakarta Kelapa Gading. Dengan
menggunakan analisis regresi logistik maka dapat diperoleh kesimpulan
bahwa kualitas layanan tidak berpengaruh positif terhadap kepatuhan
membayar pajak.
Penelitian Prabawa dan Naniek (2012) dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model analisis regresi linear berganda dengan bantuan program
SPSS. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kualitas pelayanan dan sikap
wajib pajak secara simultan maupun secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi.
Penelitian
Winerungan
(2013)
menyimpulkan
bahwa
dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis hasil analisis
yang dilakukan terhadap wajib orang pribadi yang terdaftar pada KPP
Manado dan KPP Bitung yaitu variabel sosialisasi perpajakan, pelayanan
fiskus, dan sanksi perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.
Penelitian
Aryati
(2013)
mengenai
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak badan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, efek dari sikap optimis wajib pajak, jenis kelamin,
pengetahuan tax professional, lingkungan dan moral berpengaruh secara
positif sedangkan umur tax professional dan kondisi keuangan berpengaruh
secara negatif.
Penelitian
Susanto
(2013)
dapat
disimpulkan
bahwa
dengan
menggunakan analisis regresi menghasilkan semua variabel yang digunakan
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
27
yaitu variabel persepsi pelayanan aparat, persepsi pengetahuan wajib pajak
dan persepsi pengetahuan korupsi jika pengujian yang dilakukan secara
parsial tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Apabila dilakukan secara
simultan akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak.
7.
Kerangka Pemikiran
Kewajiban moral merupakan moral individu yang dimiliki seseorang
yang kemungkinan tidak dimiliki oleh orang lain, dalam hal ini adalah wajib
pajak penghasilan. Seperti misalnya etika, prinsip hidup, perasaan bersalah
yang nantinya dikaitkan dengan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam hal
ini untuk kepatuhan pelaporan wajib pajak orang penghasilan. Dengan moral
yang sehat dan kejujuran yang terbebas dari pengaruh negatif, wajib pajak
dapat memenuhi kewajiban dalam perpajakan (Handayani, 2009). Tingkat
kepatuhan pajak akan menjadi lebih tinggi ketika wajib pajak memiliki
kewajiban moral yang lebih kuat (Handayani, 2009).
Menurut Danuta (2009) dalam Christina dan Putu (2012) untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dapat dilakukan melalui peningkatan
kualitas pelayanan. Menurut suryadi (2006) layanan yang baik menyebabkan
kepatuhan wajib pajak meningkat. Pelayanan adalah suatu proses bantuan
kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan
hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.
Pelayanan kepada pelanggan di katakan bermutu apabila memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan atau semakin kecil kesenjangan antara
pemenuhan janji dengan harapan pelanggan adalah semakin mendekati
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
28
ukuran bermutu. Menyediakan jasa secara konsisten kepada pelanggan adalah
pelayanan bermutu, pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan
keamanan, kelancara, dan kepastian hukum kepada pelanggan (Yadnyana,
2009). Menurut Suryadi (2006) Jika kualitas pelayanan meningkat maka akan
berdampak pada kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan.
Sanksi adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan,
dan denda adalah hukuman dengan cara membayar uang karena melanggar
peraturan dan hukuman yang berlaku, sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi
denda adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan
dengna cara membayar uang. Undang-undang dan peraturan secara garis
besar berisikan hak dan kewajiban, tindakan yang diperkenankan dan tidak
diperkenankan oleh masyarakat. Agar undang-undang dan peraturan tersebut
dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya untuk
hukum pajak. Undang-undang pajak dan peraturan pelaksanaannya tidak
memuat jenis penghargaan bagi wajib pajak yang taat dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan baik berupa prioritas untuk mendapatkan pelayanan
publik ataupun piagam penghargaan. Walaupun wajib pajak tidak
mendapatkan
pengahargaan
atas
kepatuhannya
dalam
melaksanakan
kewajiban perpajakan, wajib pajak akan dikenakan banyak hukuman apabila
alfa atau sengaja tidak melaksanakan kewajiban perpajakanya.
Wajib pajak akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi
denda akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
29
pajak yang harus dibayar wajib pajak, maka akan semakin berat bagi wajib
pajak untuk melunasinya. Oleh sebab itu sikap dan pandangan wajib pajak
terhadap sanksi denda diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak. Hal ini sangat relevan jika digunakan
sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Bukti empiris seperti penelitian
Purnomo (2008), telah menunjukkan bahwa sikap wajib pajak terhadap sanksi
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh
kewajiban moral, kualitas pelayanan, dan sanksi perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak penghasilan orang pribadi. Gambar menyajikan
kerangka pemikiran untuk pengembangan hipotesis pada penelitian ini.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen
dan variabel dependen. Variabel independen yang digunakan yaitu, kewajiban
moral, kualitas pelayanan, dan sanksi perpajakan. Sedangkan variabel
dependen yaitu kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Kewajiban moral
Ha2
Kualitas pelayanan
Kepatuha
Ha3
kepatuhan wajib pajak
Orang pribadi
Ha4
Sanksi perpajakan
Ha1
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
30
8.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas tersebut, maka hipotesis dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a. Ha1: kewajiban moral, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan
berpengaruh positif signifikan secara simultan terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi.
b. Ha2 : kewajiban moral berpengaruh positif signifikan secara parsial
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
c. Ha3 : kualitas pelayanan berpengaruh positif signifikan secara parsial
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
d. Ha4 : sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan secara parsial
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
e. Ha5 : di antara kewajiban moral, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan
yang paling mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi adalah sanksi perpajakan.
Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014
Download