10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pajak Penelitian tentang pengaruh kewajiban moral, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak penghasilan membutuhkan kajian teori sebagai berikut: 1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, Sh dalam buku “perpajakan” Mardiasmo (2008) : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsurunsur sebagai berikut: a. Iuran dari rakyat kepada negara Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang). b. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 11 d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Andiani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, SH dalam buku “ pengantar ilmu hukum pajak “ (1991:2): “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menuurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”. Dalam definisi di atas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu mengatur. Pajak apabila memperhatikan coraknya, dalam memberikan batasan pengertian dapat dibedakan dari berbagai macam ragamnya yaitu dari segi ekonomi, segi hukum, segi sosiologi dan lain sebagainya. Hal ini juga akan mewarnai titik berat yang diletakkannya, sebagai contoh segi penghasilan, segi daya beli, namun kebanyakan lebih bercorak pada ekonomi (Waluyo, 2003). 1.2 Fungsi Pajak Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu: a. Fungsi penerimaan (budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 12 contoh yaitu dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi mengatur (regular) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian terhadap barang mewah. 1.3 Pengelompokkan Pajak 1.3.1 Menurut Golongannya 1. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya pajak penghasilan. 2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang ada pada akhirnya dapat dibebankna atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya pajak pertambahan nilai. 1.3.2 Menurut Sifatnya 1. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contohnya pajak penghasilan. 2. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak. Contohnya pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah. Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 13 1.3.3 Menurut Lembaga Pemungutannya 1. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contohnya pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea materai. 2. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas: a. Pajak propinsi, contoh pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor. b. Pajak kabupaten/kota, contoh pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan. 1.4 Hambatan Pemungutan Pajak Hambatan pemungutan pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1.4.1 Perlawanan Pasif Masyarakat enggan membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain : a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat. b. Sistem perpajakan yang sulit dipahami. c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 14 1.4.2 Perlawanan Aktif Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan secara langsung ditunjukkan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain : a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang. b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan pajak). 1.5 Pajak Penghasilan Subjek pajak dan wajib pajak : 1.5.1 Orang Pribadi a. Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak. Warisan yang belum terbagi dimaksud merupakan subjek pajak pengganti menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Masalah penunjukkan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tetap dapat dilaksanakan. 1.5.2 Badan Terdiri dari PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsii, koperasi, dana pensiunan, Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 15 persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga dan bentuk badan lainnya. 1.5.3 Badan Usaha Tetap (BUT) Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. bentuk usaha ini ditentukan sebagai subjek pajak tersendiri terpisah dari badan. 2. Kewajiban Moral Mardiasmo (2008) menyatakan bahwa masyarakat enggan membayar pajak, dapat disebabkan karena perkembangan intelektual dan moral dari masyarakat, sistem perpajakan yang sulit dipahami, serta sistem kontrol yang tidak dilaksankan dengan baik. Kewajiban moral merupakan individu yang dipunyai oleh seorang tax professional, namun kemungkinan tidak memiliki oleh tax professional yang lain. Wibowo dan Yenni (2013) mengatakan bahwa moral wajib pajak merupakan kepatuhan dan kesadaraan masyarakat dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Faktor ini mempengaruhi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajaknnya, yang tidak berkembang begitu saja tanpa pemerintah menyadari betapa pentingnya hal tersebut dan mengadakan Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 16 program yang luas dan berkesinambungan untuk mempengaruhi perubahan dan perkembangan yang harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi negara masing-masing. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi moral wajib pajak, yaitu : kepercayaan kepada pemerintah bahwa pemerintah bersikap adil dalam pembebanan pajak, rasa hormat wajib pajak terhadap pemerintah, dan pemerintah harus dapat meyakinkan wajib pajak bahwa wajib pajak juga memperoleh manfaat dari pembayaran pajak. Mustikasari (2007) menjelaskan bahwa kewajiban moral merupakan norma individu yang dipunyai oleh seseorang namun tidak dimiliki oleh orang lain. Sedangkan moral adalah perbuatan/ucapan/tindakan seseorang yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan, oleh karena itu kewajiban moral adalah perbuatan atau tindakan yang harus dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan rasa yang berlaku di masyarakat. Frey (1997) dalam Noviyanti (2013) memperkenalkan adanya moral pajak atau disebut juga motivasi intrinsik individu untuk bertindak, yang didasari oleh nilai-nilai yang dipengaruhi oleh norma-norma budaya. Menurut pendapat ini moral pajak dapat dipahami sebagai penjelasan prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang diyakini seseorang mengapa membayar pajak. Beberapa faktor yang mempengaruhi moral pajak seperti: a. Persepsi adanya kejujuran b. Sikap membantu atau melayani dari aparat c. Kepercayaan terhadap instansi pemerintah Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 17 d. Penghargaan atau rasa hormat dari aparat pajak Sejumlah sifat-sifat individu lainnya moral pajak akan berbeda-beda disetiap negara karena setiap negar memiliki kulturnya masing-masing. Teori ini dengan pendeketan psikologi masyarakat, berpandangan bahwa antara masyarakat dan pemerintah terdapat kontrak implisit yang mana masyarakat menyadari bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban. Selanjutnya Frey and Feld (2002) dalam Noviyanti (2013) menjelaskan bahwa wajib pajak akan merespon positif atas bagaimana otoritas pajak memperlakukan mereka. Khususnya kesediaan moral wajib pajak untuk membayar pajak atau moral pajak akan meningkat manakala pejabat pajak menghargai dan menghormati mereka, dan kemudian berdampak terhadap masyarakat yang merasa puas dan meyakini bahwa pajak yang dipungut benar-benar dipergunakan untuk kebutuhan publik. Sebaliknya manakala pejabat pajak menganggap wajib pajak semata-mata sebagai subjek yang harus dipaksa untuk membayar pajaknya, maka wajib pajak cenderung merespon dengan aktif untuk mencoba menghindar membayar pajak. Greetz and Wiede (1985) dalam Noviyanti (2013) menyimpulkan bahwa moral pajak adalah etika yang mengukur seberapa jauh tingkat komitmen wajib pajak atau kewajiban pertanggungjawaban warga negara mematuhi aturan pajak. Oleh karena itu, apabila faktor komitmen ini hilang, maka tingkat etikapun ternodai. Oleh karena itu, menipisnya etika dapat dipersalahkan atas menurunnya tingkat kepatuhan pajak. Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 18 Wajib pajak memiliki kewajiban moral yang sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat, maka wajib pajak akan melakukan tindakan sesuai dengan peraturan yang ada seperti membayar pajak, oleh karena itu jika masyarakat memiliki kewajiban moral yang besar sehingga keinginan melaporkan surat pemberitahuan (SPT) juga besar. Kewajiban moral merupakan salah satu sifat yang mempengaruhi kepatuhan dalam membayar pajak. Berikut ini adalah indikator kewajiban moral (Mustikasari, 2007): a. Melanggar etika Dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, wajib pajak merasa melanggar etika yang telah ada, jika tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perpajakan yang ada. Sehingga wajib pajak merasa bahwa memenuhi kewajiban perpajakannya merupakan sesuatu yang wajib dilakukan. b. Perasan bersalah Dalam memenuhi kewajiban perpajakannya wajib pajak dituntut untuk jujur dalam menghitung pajak terutangnya dengan benar dan melaporkan SPT secara tepat waktu serta memenuhi semua kewajiban pajaknya. Sehingga jika wajib pajak tidak memenuhi hal tersebut, maka wajib pajak akan memiliki perasaan bersalah pada dirinya. c. Prinsip hidup Tiap wajib pajak memiliki prinsip hidup yang berbeda-beda, ada wajib pajak yang memiliki prinsip hidup bahwa pajak merupakan hal yang Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 19 penting bagi dirinya, ada pula wajib pajak yang memiliki prinsip hidup bahwa pajak merupakan hal yang tidak penting untuk dirinya. 3. Kualitas Pelayanan Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003). Hakikat pelayanan umum adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan instansi pemerintahan di bidang pelayanan umum. b. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna (efisien dan efektif). c. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Menurut Supadmi (2009) secara sederhana kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Dengan demikian yang dikatakan kualitas disini adalah kondisi dinamis yang bisa menghasilkan : a. Produk yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. b. Jasa yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. c. Suatu proses yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. d. Lingkungan yang memenuhi atau melebihi pelanggan. Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 20 Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus menerus. Menurut Marini (2013) kualitas pelayanan adalah layanan suatu tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang berkaitan dengan produk dapat berupa fisik atau non fisik, pelayan, orang, dan proses dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampainnya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam Christina dan Putu (2012) menurut Tiptono (2002: 70) menyatakan bahwa adanya lima dimensi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu : a. Keandalan merupakan kemampuan para petugas pajak dalam memberikan pelayanan yang menjanjikan dengan segera dan memuaskan, keandalan dapat diimplementasikan dari kemudahan para wajib pajak dalam memperoleh formulir-formulir dalam melakukan kewajiban perpajakan, seperti Surat Pemberitahuan Terhutang (SPT). Wajib pajak dapat merasakan kemampuan dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan yang diharapkan. b. Daya tanggap merupakan karakteristik kecocokan dalam pelayanan manusia yaitu keinginan para petugas pajak untuk membantu wajib pajak dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Daya tanggap dapat diimplementasikan dari kemudahan wajib pajak dalam memperoleh penyuluhan atau bimbingan perpajakan dari petugas pajak. Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 21 c. Jaminan yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh petugas pajak bebas dari risiko, bahaya, atau keragu- raguan. Jaminan dapat diimplementasikan dari sikap yang ditunjukkan oleh petugas pajak. d. Empati yaitu meliputi kemudahan petugas pajak dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami para wajib pajak. Empati dapat diimplementasikan dari sikap yang ditunjukan oleh petugas pajak. e. Bukti langsung yaitu meliputi fasilitas fisik, pegawai, perlengkapan, dan komunikasi. Bukti langsung tersebut dapat diimplementasikan dari kenyamanan wajib pajak dengan fasilitas pada kantor pajak. 4. Sanksi Perpajakan Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian negara, khususnya yang berupa denda, bunga, dan kenaikan. Sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila wajib pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam undang-undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP). Sanksi Pidana merupakan sanksi berupa siksaan atau penderitaan. Sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan perpajakan dimana semakin besar kesalahan yang dilakukan seorang wajib pajak, maka sanksi yang diberikan juga akan semakin berat. Contoh pelanggaran yang sering dilakukan adalah keterlambatan dalam Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 22 membayar pajak, kurang bayar dan kesalahan dalam pengisian SPT ( Resmi , 2008 :71 dalam Fuadi dan Yenni, 2013 ) Menurut Mardiasmo (2008) sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Sanksi merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Sanksi perpajakan dikenakan kepada wajib pajak yang tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Menurut Nugroho (2006) wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Menurut Yadnyana (2009) pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur dengan indikator sebagai berikut: a. Sanksi administrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat. b. Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat. c. Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib pajak. d. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa terkecuali. e. Pengenaan sanksi atau pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan. Rustiyaningsih (2011) sanksi perpajakan diberikan kepada wajib pajak agar wajib pajak mempunyai kesadaran dan patuh terhadap kewajiban pajak. Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 23 Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. 5. Kepatuhan Perpajakan Wajib Pajak Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia “kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan”. ( Badudu dan Zain, 1994; 1013 dalam Christina dan Putu 2012). Menurut Robbins 2001 dalam Laksono dan Didik 2011 kepatuhan adalah motivasi seseorang kelompok, atau organisassi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Perilaku kepatuhan seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu, kelompok dan organisasi. Prinsip administrasi pajak yang diterima secara luas menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah kepatuhan sukarela. Kepatuhan sukarela merupakan tulang punggung system self assessment di mana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban pajaknya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan tersebut (Ismawan, 2001: 82 dalam Supadmi, 2009). Devano (2006) dalam Supadmi (2009) kepatuhan perpajakan diartikan suatu keadaan yang mana wajib pajak patuh dan mempunyai kesadaraan dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin dalam situasi sebagai berikut : a. Wajib pajak memahami dan berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 24 c. Menghitung jumlah pajak yang terhutang dengan benar. d. Membayar pajak yang terhutang tepat pada waktunya. Menurut Nurmantu (2003) dalam Aryati (2013) ada dua macam kepatuhan, yakni : a. Kepatuhan formal Adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai ketentuan dalam undang-undang perpajakan. b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtantif/hakekat memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000, wajib pajak dimasukkan dalam kategori wajib pajak patuh apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terkhir. b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam waktu sepuluh tahun terkhir. Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 25 d. Dalam dua tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 UU KUP dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terkhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling banyak 5%. e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal. Laporan auditnya harus disusun dalam bentuk panjang yang menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal. Dalam hal wajib pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit oleh akuntan publik dipersyaratkan untuk memenuhi ketentuan pada huruf a, b, c. dan d diatas. Menurut Christina dan Putu (2012) kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai suatu keadaaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Dalam hubungannya dengan kepatuhan wajib pajak maka pengertian kepatuhan atas pemenuhan kewajiban pajak penghasilan adalah suatu ketaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan perpajakan khususnya pajak penghasilan dan harus dilaksanakan oleh wajib pajak. 6. Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kepatuhan membayar pajak diantaranya penelitian yang dilakukan Yeyen dan Agus (2012) yang berjudul pengaruh kualitas layanan terhadap kepatuhan Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 26 membayar wajib pajak (studi kasus di KPP di Jakarta Kelapa Gading. Dengan menggunakan analisis regresi logistik maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa kualitas layanan tidak berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. Penelitian Prabawa dan Naniek (2012) dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kualitas pelayanan dan sikap wajib pajak secara simultan maupun secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi. Penelitian Winerungan (2013) menyimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis hasil analisis yang dilakukan terhadap wajib orang pribadi yang terdaftar pada KPP Manado dan KPP Bitung yaitu variabel sosialisasi perpajakan, pelayanan fiskus, dan sanksi perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Penelitian Aryati (2013) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, efek dari sikap optimis wajib pajak, jenis kelamin, pengetahuan tax professional, lingkungan dan moral berpengaruh secara positif sedangkan umur tax professional dan kondisi keuangan berpengaruh secara negatif. Penelitian Susanto (2013) dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis regresi menghasilkan semua variabel yang digunakan Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 27 yaitu variabel persepsi pelayanan aparat, persepsi pengetahuan wajib pajak dan persepsi pengetahuan korupsi jika pengujian yang dilakukan secara parsial tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Apabila dilakukan secara simultan akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak. 7. Kerangka Pemikiran Kewajiban moral merupakan moral individu yang dimiliki seseorang yang kemungkinan tidak dimiliki oleh orang lain, dalam hal ini adalah wajib pajak penghasilan. Seperti misalnya etika, prinsip hidup, perasaan bersalah yang nantinya dikaitkan dengan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam hal ini untuk kepatuhan pelaporan wajib pajak orang penghasilan. Dengan moral yang sehat dan kejujuran yang terbebas dari pengaruh negatif, wajib pajak dapat memenuhi kewajiban dalam perpajakan (Handayani, 2009). Tingkat kepatuhan pajak akan menjadi lebih tinggi ketika wajib pajak memiliki kewajiban moral yang lebih kuat (Handayani, 2009). Menurut Danuta (2009) dalam Christina dan Putu (2012) untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pelayanan. Menurut suryadi (2006) layanan yang baik menyebabkan kepatuhan wajib pajak meningkat. Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Pelayanan kepada pelanggan di katakan bermutu apabila memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau semakin kecil kesenjangan antara pemenuhan janji dengan harapan pelanggan adalah semakin mendekati Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 28 ukuran bermutu. Menyediakan jasa secara konsisten kepada pelanggan adalah pelayanan bermutu, pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan keamanan, kelancara, dan kepastian hukum kepada pelanggan (Yadnyana, 2009). Menurut Suryadi (2006) Jika kualitas pelayanan meningkat maka akan berdampak pada kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Sanksi adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan, dan denda adalah hukuman dengan cara membayar uang karena melanggar peraturan dan hukuman yang berlaku, sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi denda adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengna cara membayar uang. Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan kewajiban, tindakan yang diperkenankan dan tidak diperkenankan oleh masyarakat. Agar undang-undang dan peraturan tersebut dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya untuk hukum pajak. Undang-undang pajak dan peraturan pelaksanaannya tidak memuat jenis penghargaan bagi wajib pajak yang taat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan baik berupa prioritas untuk mendapatkan pelayanan publik ataupun piagam penghargaan. Walaupun wajib pajak tidak mendapatkan pengahargaan atas kepatuhannya dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, wajib pajak akan dikenakan banyak hukuman apabila alfa atau sengaja tidak melaksanakan kewajiban perpajakanya. Wajib pajak akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi denda akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 29 pajak yang harus dibayar wajib pajak, maka akan semakin berat bagi wajib pajak untuk melunasinya. Oleh sebab itu sikap dan pandangan wajib pajak terhadap sanksi denda diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Hal ini sangat relevan jika digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Bukti empiris seperti penelitian Purnomo (2008), telah menunjukkan bahwa sikap wajib pajak terhadap sanksi berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh kewajiban moral, kualitas pelayanan, dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak penghasilan orang pribadi. Gambar menyajikan kerangka pemikiran untuk pengembangan hipotesis pada penelitian ini. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yang digunakan yaitu, kewajiban moral, kualitas pelayanan, dan sanksi perpajakan. Sedangkan variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Kewajiban moral Ha2 Kualitas pelayanan Kepatuha Ha3 kepatuhan wajib pajak Orang pribadi Ha4 Sanksi perpajakan Ha1 Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014 30 8. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Ha1: kewajiban moral, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. b. Ha2 : kewajiban moral berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. c. Ha3 : kualitas pelayanan berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. d. Ha4 : sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. e. Ha5 : di antara kewajiban moral, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan yang paling mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi adalah sanksi perpajakan. Pengaruh Kewajiban Moral…, Elyn Febyanti, Fakultas Ekonomi UMP, 2014