KAJIAN JENIS TANAH DAN NAUNGAN TERHADAP HASIL DAN ANALISIS USAHA TANI SAMBILOTO (Andrographis Paniculata Ness) Sudarmi, Nugraheni Retnaningsih, Agustina Intan Niken Tari* Abstrak : Tujuan penelitian: mengkaji pengaruh jenis tanah terhadap hasil dan analisis usahatani sambiloto, mengkaji pengaruh naungan terhadap hasil dan analisis usahatani sambiloto, mengkaji interaksi jenis tanah dan naungan terhadap hasil dan analisis usahatani sambiloto. Metode penelitian, eksperimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap disusun secara faktorial, perlakuan terdiri dua faktor yaitu jenis tanah (T) dan tingkat naungan (N), dengan 3 ulangan. Jenis tanah ada 3 macam yaitu: 1) Gromosol, sebagai pembanding (T1); 2) Latosol (T2); 3) Regosol (T3). Naungan terdiri 4 level: 1) tanpa naungan, sebagai pembanding (N1); 2) Naungan 30% (N2); 3) Naungan 50% (N3) dan 4) Naungan 70% (N4). Data dianalisis dengan metode analisis ragam, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan Multiple Range Test ± = 0,05%. Hasil penelitian, jenis tanah berbengaruh sangat nyata terhadap hasil yaitu berupa berat simplisia hasil tertinggi pada jenis tanah Gromosol (T1) 19,473 gr/batang. Naungan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil/ berat simplisia, hasil terbaik pada (N1) 19,904 gr/batang. Ada interaksi jenis tanah dan naungan, hasil terbaik berat simplisia pada perlakuan tanah Gromosol naungan 30% atau T1N2 yaitu 23,300 gr/batang. Hasil Analisis Usahatani bahwa perlakuan interaksi tanah gromosol dengan naungan 30% (T1N2) memberikan keuntungan tertinggi yaitu Rp 20.225.000/ ha/musim tanam dan nilai R-C ratio tertinggi juga perlakuan tanah gromosol naungan 30% (T1N2) yaitu nilai RC-ratio 3,615 (RCratio >1) berarti usahatani sambiloto menguntungkan. Kata kunci : jenis tanah, naungan, hasil, analisis uasahatani, sambiloto. PENDAHULUAN Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) sudah umum digunakan dalam pengobatan tradisional di Cina, India dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Sejak dulu, orang Jawa menyebutnya sebagai obat segala obat karena dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sampai saat ini sambiloto merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan dalam industri jamu tradisional. Berdasarkan data Badan POM (2002), simplisia sambiloto termasuk dalam 50 jenis simplisia utama yang dibutuhkan oleh industri jamu. Dengan berkembangnya industri jamu tradisional, penyediaan bahan baku secara kontinyu menjadi masalah pokok, karena sambiloto dipanen dari habitat asli sehingga kualitas fisik tidak seragam serta tidak ada jaminan kontinyuitas penyediaannya untuk bahan baku obat (Sudarmi dan Nikentari, 2011) Pemanenan dari dari habitat asli secara terus menerus tanpa diimbangi budidaya dapat mengakibatkan kelangkaan dan mengancam keberadaan plasma nutfah sambiloto (Hanan, 1991; Anonim, 2001; Muliawati, 2002; Winarto, 2003; Syukur dan Hernani, 2001). Sampai saat ini tanaman sambiloto *Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Univet Bantara Sukoharjo Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511 1 Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis ..... belum dibudidayakan (tumbuh liar di bawah tegakan agro forestree seperti hutan jati, mahoni dll), sehingga Kandungan kimia sambiloto yang sudah diketahui yaitu : andrographolid, laktone, flavonoid, pengambilan bahan baku simplisia sambiloto sebagian besar dipenuhi dari pemanenan tanaman liar yang lokasinya tersebar. Kondisi demikian menyebabkan lokasi pemungutan sambiloto berpindah-pindah dan asam kersik, aldehid, mineral, alkane (Anonim, 2007 a ; Anonim, 2003 ; Yusron dan Januwati, 2004). Berbagai klaim khasiat sambiloto antara lain : untuk mempengaruhi mutunya. Produktivitas simplisia sambiloto dipengaruhi oleh tingkat naungan, baik secara kuantitas maupun kualitas (Pitono et al, 1996). meningkatkan imunitas terhadap infeksi kuman, anti diare, anti demam, anti bakteri, gangguan lever, anti diabet, anti peritrik, anti hepatoksik, anti malaria, anti inflamasi (Yusron dan Januawati, 2004 ; Muliawati Penelitian budidaya sambiloto yang telah dilakukan pada umumnya belum mengacu kepada kualitas dan Suharto, 2006 ; Heyne, 1987 ; Dalimartha, 2003). Menurut Winarto (2003) ekstrak sambiloto dapat simplisianya. Untuk merekomendasikan Standar Prosedur Operasional (SPO) budidaya dalam upaya merusak sel trophocyt dan trophoblast, berperanan dalam kondensasi cytoplasma dari sel tumor dan menuju Good Agricultural Practices (GAP) untuk menghasilkan simplisia terstandar diperlukan dukungan penelitian untuk penentuan lahan yang sesuai diantaranya tingkat naungan, jenis tanah, pemupukan dan lain-lain. Untuk itu perlu dilakukan penelitian budidaya sambiloto dengan faktor tumbuh yang dapat meningkatkan produksi dan mutunya. menghancurkan inti sel kanker. Sambiloto merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga dapat tumbuh baik pada daerah dataran rendah sampai daerah pegunungan (Sudarmi, 2008). Demikian pula sambiloto dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah seperti gromosol, litosol, latosol, andosol, podsol dan lain-lain, tetapi sampai saat ini belum bisa dipastikan daerah penghasil sambiloto karena keberadaanya masih menyebar. Sampai saat ini petani belum tertarik untuk membudidayakan sambiloto, dianggap tidak Ironisnya Indonesia sebagai Negara penghasil sambiloto, tetapi sampai sekarang sambiloto baru dikenal secara terbatas dikalangan orang-orang yang biasa mengkonsumsi jamu. Permasalahan Permasalahan pokok yang dihadapi dan perlu mendapat upaya penyelesaian yaitu : 1. Supaya tidak punah, perlu dilestarikan untuk menjaga plasma nutfah, karena sampai saat ini sambiloto belum dibudidayakan, apakah budidaya sambiloto dapat dilakukan di lahan marginal dan ternaungi supaya tidak mengganggu pemanfaatan lahan tanaman pangan. 2. Menjaga kuantitas guna memenuhi kebutuhan bahan baku obat tradisional dan fitofarmaka serta kualitas simplisia karena masih bercampur dengan tumbuhan lain. 3. Perlu dikaji analisis usahatani sambiloto agar menguntungkan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian budidaya sambiloto dengan memanfaatkan lahan marginal yang ternaungi sehingga tidak mengganggu lahan tanaman pangan, dengan pemberian faktor tumbuh yang optimal sehingga dapat meningkatkan produksi dan secara analisis usahatani menguntungkan. 2 petani yakin bahwa budidaya sambiloto menguntungkan. Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511 Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis ..... Maka rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah jenis tanah berpengaruh pada hasil sambiloto? 2. 3. 4. Apakah naungan berpengaruh terhadap hasil sambiloto? Apakah ada interaksi pengaruh jenis tanah dan naungan terhadap hasil sambiloto? Apakah budidaya sambiloto menguntungkan ditinjau secara analisis usahatani? Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian adalah : 1. 2. 3. 4. Mengkaji pengaruh jenis tanah terhadap hasil sambiloto. Mengkaji pengaruh naungan terhadap hasil sambiloto. Mengkaji interaksi pengaruh jenis tanah dan naungan terhadap hasil sambiloto. Mengkaji analisis usahatani sambiloto. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1 Sebagai bahan informasi yang berminat memperdalam tanaman obat sambiloto. 2 Dapat memberikan sumbangan bagi kebijakan dan program kerja dalam pengembangan agroindustri obat khususnya sambiloto. 3 Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan sambiloto. METODE PENELITIAN Gambaran penelitian tertera pada Gambar 1. Jenis Tanah Naungan : 0-30-50-70 % 0% : sebagai pembanding Budidaya Sambiloto -Gromosol : sbg pembanding -Latosol -Regosol Uji pendahuluan kandungan unsur hara Produksi berat segar Produksi berat kering Produksi simplisia Analisis Usahatani Gambar 1. Alur penelitian: kajian jenis tanah dan naungan pada hasil dan kandungan andrographolid sambiloto ( Andrographis paniculata Ness ). Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511 3 Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis ..... Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2013 Faktor kedua adalah jenis tanah, terdiri dari 3 level yaitu : s/d November 2013 di Kebun dan di Laboratorium Univet Bantara Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo T1 = Tanah Gromosol (diambil dari wilayah Kabupaten Sukoharjo). dengan ketinggian tempat ± 86 m dari permukaan laut. T2 = Tanah Latosol (diambil dari wilayah Jumantono Kabupaten Karanganyar). Bahan dan Alat yang Digunakan Bahan meliputi : Pupuk kandang kotoran sapi, yang dipesan dari peternak di Sukoharjo; Tanah (Gromosol, Latosol dan Regosol) ; Polybag/pot ; Benih sambiloto, dipesan dari petani di Kec. Wuryantoro, Kab. Wonogiri; Pupuk majemuk NPK, merk Phonska (15,15,15); Sekam; pestisida; Paranet untuk naungan dan lain-lain. Alat meliputi : Timbangan Elektrik Denver Instrument APX-203; Oven ; Flux meter merk DX-100 Digital Lux Meter, Tekemura elektrik Work LTD; Sprayer, selang plastik; Gergaji, sabit; meteran gulung; cangkul, tampah, ember; peralatan tulis dan lain-lain. T3 = Tanah Regosol (diambil dari wilayah Kabupaten Wonogiri). Jadi ada 12 kombinasi perlakuan, tiap perlakuan dibuat 10 tanaman, sehingga seluruhnya diperlukan 12 x 3 x 5 = 360 tanaman. Analisa Data 1. Data dianalisis menggunakan metode analisis ragam, apabila perlakukan menunjukkan pengaruh nyata terhadap perubah (variabel yang diamati) maka dilanjutkan dengan uji perbandingan rata-rata menggunakan uji jarak berganda Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada jenjang murad a = 0,05 (Christensen,1996). 2. Analisis Usahatani : untuk mengukur prinsipprinsip ekonomi dalam usahatani yaitu : Biaya , Penerimaan , Keuntungan dan RC – ratio. a. Biaya Rancangan Percobaan Percobaan lapangan yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis tanah dan naungan terhadap hasil dan kandungan andrographolid sambiloto merupakan percobaan 3x4 faktorial, disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan 3 ulangan Faktor pertama adalah tingkat naungan, terdiri dari 4 level yaitu : N1 = tanpa naungan (0%) N2 = dinaungi 30 % N3 = dinaungi 50 % N4 = NPK dinaungi 70 % Biaya total dari usha tani sambiloto dihitung dengan menggunakan rumus sbb: TC = TFC + TVC Keterangan : TC = Biaya total dari usahatani sambiloto (Rp). TFC = Total biaya tetap dari usahatani sambiloto ( Rp). TVC = Total biaya variabel dari usahatani sambiloto ( Rp ). 4 Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511 Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis ..... b. Penerimaan Nilai penerimaan total atau pendapatan kotor dari usahatani sambiloto dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TR = TPP x p TPP = Total produk sambiloto ( kg ). P c. = Harga produk per unit dari ushatani sambiloto ( Rp / kg ). Keuntungan Usahatani Keuntungan usahatani sambiloto dihitung dengan menggunakan rumus sbb : = TR – TC Keterangan : d. = Keuntungan usahtani sambiloto (Rp) TR = Penerimaan total dari usahatani sambiloto (Rp). TC = Biaya total dari usahatani sambiloto (Rp). RC- Ratio : Analisis imbangan biaya dan penerimaan. Analisis ini dapat dipakai untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi dan menunjukkan daya saing dari produk yang dihasilkan pada usahatani. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut : RC-ratio = TR TC Keterangan : RC – ratio : Return and Cost Ratio TR : Total Revenue TC : Total Cost HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Berat Simplisia Hasil tanaman sambiloto yaitu berupa simplisia, analisis ragam berat simplisia menunjukkan tingkat naungan (N) dan jenis tanah (T) berpegaruh sangat nyata dan ada interaksi kedua perlakuan. Rerata berat simplisia perlakuan N dan T disajikanTtabel 3. Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511 5 Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis ..... Tabel 1. Rerata berat simplisia sambiloto perlakuan tingkat naungan (N) dan jenis tanah (T) Perlakuan Berat simplisia (gram)/batang Perlakuan Berat simplisia (gram)/batang N1 N2 N3 N4 19,904 b 19,487 b 14,600 ab 8,970 a T1 T2 T3 19,473 c 12,596 a 15,151 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada DMRT 5 %. Dari Tabel 3, rerata berat simplisia tertinggi diperoleh pada perlakuan N1 yaitu 19,904 gram berbeda tidak nyata dengan N2 (19,487 gram) dan jenis tanah T1(gromosol) yaitu 19,473 gram, sedang rerata berat simplisia terendah pada N4 (8,970 gram). Hal ini berarti pemberian naungan sampai batas tertentu (30%), tidak berpengaruh pada fotosintesis tanaman sambiloto, sehingga tidak berpengaruh terhadap berat simplisia sambiloto. Produk bahan kering tanaman pada prinsipnya adalah hasil berat segar yang dihilangkan kadar airnya dengan cara dioven pada suhu 60-70oC sehingga didapatkan berat konstan dan akhirnya yang tersisa adalah bahan organik yang hidup dalam biomassa (Harjadi, 1991). Jenis tanah Gromosol memberi hasil terbaik dimungkinkan dari hasil analisis tanah, jenis tanah gromosol paling baik kandungan N (Nitrogen) dan P (Pospor)nya sehingga dapat membantu penyediaan unsur hara tanaman, maka berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman sambiloto yang pada akhirnya dapat meningkatkan berat simplisianya. Menurut Sarief (1985), hasil tanaman terutama dipengaruhi tersedianya unsur hara N dan P yang berperanan dalam pertumbuhan tanaman. Hasil tanaman hampir seluruhnya ditentukan oleh pengambilan air dan unsur hara bagi tanaman yang diolah melalui proses biosintesis (Sitompul dan Guritno, 1995). Tabel 2. Rerata berat simplisia sambiloto pada interaksi jenis tanah dan tingkat naungan Perlakuan N1 N2 N3 N4 T1 T2 T3 21,589 d 15,789 bc 22,333 d 23,300 d 17,661 bc 17,500 bc 22,622 d 9,217 ab 11,961 abc 10,383 abc 7,717 ab 8,811 ab Keterangan : Angka-angka yg diikuti huruf sama menunjukkan berbeda tidak nyata DMRT 5 %. Berdasar tabel 2. Interaksi jenis tanah dan naungan, hasil tertinggi berat simplisia pada perlakuan tanah Gromosol dan naungan 30% atau T1N2 sebesar 23,300 gr/batang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanah Gromosol naungan 50% atau T1N3 (22,622 gr/batang). Hal ini berarti naungan sampai 50% tidak mempengaruhi berat simplisia sambiloto. Hal ini berarti sambiloto dapat berproduksi baik pada lahan ternaungi sehingga tanaman sambiloto dapat dibudidayakan pada lahan ternaungi (untuk memanfaatkan lahan di bawah tegakan hutan jati, mahoni dll). 6 Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511 Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis ..... 2. Analisis Usahatani Dalam budidaya sambiloto, hasil yang mempunyai nilai ekonomi adalah simplisianya. Oleh karena itu dalam perhitungan usahatani sambiloto berdasar dari jumlah simplisia yang dihasilkan permusim tanam per hektar lahan. Beberapa alat analisis yang digunakan untuk mengukur penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam uasahatani antara lain : Biaya , Penerimaan , Keuntungan dan RC – ratio. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Analisis pendapatan dan keuntungan usahatani sambiloto musim tanam 2013 Perlakuan Produksi (kg)/ha Biaya total (Rp) Pendapatan (Rp) Keuntungan (Rp) T1N1 3.454,24 7.735.000 25.906.800 18.171.800 T1N2 3.728,00 7.735.000 27.960.000 20.225.000 T1N3 3.619,52 7.735.000 27.146.400 19.411.400 T1N4 1.661,28 7.735.000 12.459.600 4.724.600 T2N1 2.526,24 7.735.000 18.946.800 11.211.800 T2N2 2.825,76 7.735.000 21.193.200 13.458.200 T2N3 1.474,72 7.735.000 11.060.400 3.325.400 T2N4 1.234,72 7.735.000 9.260.400 1.525.400 T3N1 3.573,28 7.735.000 26.799.600 19.064.600 T3N2 2.800,00 7.735.000 21.000.000 13.265.000 T3N3 1.913,76 7.735.000 14.353.200 6.618.200 T3N4 1.409,76 7.735.000 10.573.200 2.838.200 Sumber : analisis data primer. Keterangan - harga simplisia Rp 7000; / kg. - jarak tanam 25 x 25 cm, maka ada 160.000 tanaman / ha. Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511 7 Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis ..... Tabel 4. Analisis RC – ratio usahatani sambiloto musim tanam 2013 Perlakuan TR: Total Revenue (Rp) TC :Total cost (Rp) RC –ratio = TR/TC T1N1 25.906.800 7.735.000 3,349 T1N2 27.960.000 7.735.000 3,615 T1N3 27.146.400 7.735.000 3,509 T1N4 12.459.600 7.735.000 1,611 T2N1 18.946.800 7.735.000 2,449 T2N2 21.193.200 7.735.000 2,739 T2N3 11.060.400 7.735.000 1,456 T2N4 9.260.400 7.735.000 1,197 T3N1 26.799.600 7.735.000 3,465 T3N2 21.000.000 7.735.000 2,715 T3N3 14.353.200 7.735.000 1,856 T3N4 10.573.200 7.735.000 1,367 Sumber : analisis data primer Dari Tabel 3, diketahui bahwa dalam analisis usahatani sambiloto pada berbagai perlakuan, ternyata yang paling menguntungkan adalah perlakuan interaksi jenis tanah gromosol dan naungan 30% (T 1 N 2 ) yaitu diperoleh keuntungan sebesar Rp 20.225.000/ ha/ musim tanam. Dari Tabel 4, nilai RCratio tertinggi adalah perlakuan interaksi jenis tanah gromosol dan naungan 30% yaitu nilai RC-ratio 3,615 ini berarti harga RC-ratio > 1 artinya produk usahatani sambiloto mampu berdaya saing dan menguntungkan. KESIMPULAN 1. Naungan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil yaitu berupa berat simplisia. Hasil terbaik berat simplisia pada perlakuan tanpa naungan N1 2. Jenis tanah berpengaruh sangat nyata terhadap hasil sambiloto yang berupa berat simplisia, hasil tertinggi pada jenis tanah gromosol (T1) sebesar 19,473 gr/batang. 3. Ada interaksi perlakuan jenis tanah dan naungan terhadap hasil yang berupa berat simplisia yaitu pada perlakuan jenis tanah gromosol dan naungan 30% atau T1N2 (23,30 gr/batang ). 4. Hasil analisis usahatani, perlakuan interaksi tanah gromosol naungan 30% memberikan keuntungan tertinggi yaitu Rp 20.225.000/ ha/ musim tanam dan nilai R-C ratio tertinggi adalah perlakuan jenis tanah gromosol naungan 30% (T1N2) yaitu nilai RC-ratio 3,615 ini berarti harga RC-ratio >1 berarti produk usahatani sambiloto mampu berdaya saing dan menguntungkan. (19,904 gr/batang) dikuti naungan 30% N 2 (19,487gr/batang). 8 Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511 Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis ..... UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian No. 015/K6/KL/SP/2013, tanggal 16 Mei 2013 yang telah mendanai kegiatan penelitian ini. 2. Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Tradisional 3(1) : 9-16. Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Peneliian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. Harjadi,S. S. (1991). Pengantar Agronomi. PT. SARAN 1. Hanan. (1996). Beberapa Catatan Penting Tentang Sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Gramedia. Jakarta. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut analisis usahatani sambiloto diberbagai daerah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang peningkatan kadar senyawa aktifnya dan aplikasinya dalam pengobatan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2001). Andrographis paniculata Ness. htttp://www.Scirius.com. [ 15 Mei 2006]. ______. (2002). Pemakaian Simplisia Tahun 2002. Badan POM. Jakarta. ______. (2003). Andrographis paniculata Ness. htttp:/ /www.hartwick.edu. [ 25 Mei 2007]. ______. (2007). Sambiloto ( Andrographis paniculata Ness ). www.pd persi.co.id [10Juli 2007]. Muliawati, E. S. (2002). Kajian Tingkat Serapan Hara, Pertumbuhan dan Produksi Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan Tingkat Penyiraman. Prosiding Simposium Nasional II,Tumbuhan Obat dan Aromatik.251-255 ________, E.S. dan Suharto. (2006). Kajian Pemanfaatan GA3 Pada Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) di Beberapa Jenis Tanah. Pross. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIX. 230-235. Sarief, ES. (1985). Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana. Bandung. Sitompul,S.M. dan Guritno. (1995). Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Christensen, R. (1996). Analysis of variance, Design Sudarmi. (2008). Pengaruh berbagai asal benih and Regression : Applied Statistical Methods. Chapman and Hall. London. terhadap viabilitas sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Majalah Eksakta. ISSN: 085- Dalimartha, S. (2003). Tumbuhan Obat. Penebar Swadaya. Jakarta. Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511 2155. XXXIV No.4/17/2008. 39-48. 9 Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis ..... ______. dan Nikentari, I. (2011). Kajian Dosis Pupuk NPK dan Macam Media terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. 7 Desember 2011. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. 30-37. Sudiatsa (2000). Budidaya dan Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat-Langkah Awal Standarisasi Bahan Obat Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Syukur C. dan Hernani. (2001). Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Winarto, (2003). Sambiloto Budidaya Dan Pemanfaatan untuk Obat. Penebar Swadaya Jakarta. Yusron, M. dan Januwati, M. (2004). Pengaruh Kondisi Argoekologi terhadap Produksi dan Mutu Simplisia Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia. XXVI. Kelompok Kerja Nasional Tanaman Obat Indonesia. 211231. Indonesia. 10 Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511