BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Anjing adalah binatang liar yang hidup dengan cara berburu dalam kelompok sebelum menjadi peliharaan manusia. Hewan ini bergerak dengan cepat dalam berburu mangsa. Anjing yang kini kita temui biasa disebut anjing modern dengan nama ilmiah Canis familiaris. Anjing memiliki berbagai keistimewaan dalam pengelihatan, pendengaran, dan penciumannya. Bagi yang bisa melatihnya, anjing bisa diberdayakan membantu manusia mulai dari beburu, menjaga ternak, penjaga, hingga pelacak. Hal itu dimiliki karena kelebihan anjing dalam hal penciuman, pendengaran, dan pengelihatan yang berasal dari nenek moyangnya (Budiana, 2007). Luka didefinisikan suatu kerusakan integritas epithel dari kulit atau definisi yang lain terputusnya kesatuan struktur anatomi normal dari suatu jaringan akibat suatu trauma atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka dapat menyebabkan kerugian pada individu yang menderita, karena luka dapat menimbulkan rasa nyeri, kehilangan cairan dan darah serta perubahan fisiologik yang menyebabkan terjadinya komplikasi yang lebih parah dan dapat mengakibatkan kematian (Marzoeki, 1993). Luka irisan atau luka operasi merupakan luka yang disebabkan oleh benda tajam sehingga tepian luka berbatas jelas dan kerusakan yang diakibatkan tidak terlalu berat (Armistead, 1974; Heinze, 1974). Polimorfonuklear (PMN) adalah sel yang pertama menuju tempat terjadinya luka. Jumlah sel polimorfonuklear akan meningkat dengan cepat dan 1 2 akan mencapai puncak pada 24-48 jam. Fungsi utama dari polimorfonuklear ini adalah memfagositosis bakteri yang masuk. Penyembuhan luka normal dapat terjadi tanpa adanya sel polimorfonuklear sehingga kehadiran sel ini tidak begitu penting. Adanya sel ini mengindikasikan terjadinya kontaminasi bakteri. Bila pada jaringan luka tidak terjadi infeksi, sel PMN berumur pendek dan akan menurun jumlahnya setelah hari ketiga (Setiabudi, 2005). Fibroblas muncul pada dua puluh empat jam pasca terjadinya luka. Sel ini berdiferensiasi dari sel mesenkim local dan tidak langsung melekat pada kolagen atau fibrin dalam luka melainkan melalui protein (Cheville,1976dan Robbins et al., 1984). Setelah dua puluh empat jam pasca terjadi luka, fibroblas dan sel-sel endotel dari vesikuler akan berproliferasi membentuk suatu jaringan granulasi tanda kesembuhan luka. Fibroblas terdapat diantara serabut, bentuknya memanjang dengan inti runcing dan sitoplasma yang pucat. Fibroblas aktif pada hewan muda dan dalam jaringan ikat yang beregenerasi akibat luka. Fibroblas merupakan sel yang paling penting perannya dalam proses perbaikan membentuk jaringan penghubung baru dan menonjol pada kondisi kronik (Cheville,1976). Sambiloto di beberapa daerah dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat Jawa Tengah dan JawaTimur menyebut dengan nama bidara, sambiroto, sandiloto, sandilata, sambilata, takilo, paitan, dan sambiloto. Sambiloto diduga berasal dari kawasan asia tropik. Sambiloto sendiri termasuk dalam genus Andrographis. Genus initerdiridari 28 spesies, tetapi hanya sedikit yang berkhasiat obatdan yang paling popular adalah Andrographis paniculata. Tanaman ini digolongkan sebagai jenis perdu atau semak ini termasuk keluarga Acanthaceae 3 atau jeru-jeruan. Tinggi tanaman ini sangat bervariasi antara 30-100cm. Tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh cara penanaman, media penanaman, tempat penanaman, dan cara perawatannya (Prapanza dan Marianto 2003). Sambiloto kaya kandungan kimia, seperti laktone berupa deoxyandrographolide, andrographolide (zatpahit), homoandrographolide (daun dan cabang). Tanaman ini memiliki sifat rasa pahit dan dingin. Sambiloto berfungsi sebagai penurun panas/ panas dalam, antiracun, antipiretik, antiradang, anti bengkak, anti bakteri, analgesik, dan penghilang lembap. Sambiloto berperan dalam kondensasi sitoplasma piknosis, dan menghancurkan inti sel. Sambiloto juga efektif mengatasi infeksi, merangsang fagositosis, merusak sel trophacyt dan trophoblast (Hariana, 2006). Khasiat sambiloto yang beraneka ragam belum terlalu banyak dikaji dan dimanfaatkan untuk pengobatan modern. Salah satu khasiat sambiloto adalah sebagai obat luka, oleh karena itu kami melakukan penelitian untuk melihat kemampuan sambiloto dalam mengobati luka. Penelitian ini melihat kesembuhan luka secara mikroskopis. Parameter yang digunakan dalam penelitian adalah jumlah sel polimorfonuklear dan sel fibroblas pada luka iris pada hewan anjing. 4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daun sambiloto yang diberikan secara topikal terhadap kesembuhan luka iris pada anjing dengan melihat gambaran mikroskopiknya ditinjau dari jumlah sel polimorfonuklear dan sel fibroblas. Manfaat Penelitian Mengetahui pengaruh daun sambiloto dalam hubungannya dengan pembentukan sel polimorfonuklear dan sel fibroblas yang berperan dalam kesembuhan luka.