laporan akhir pengembangan sekolah berkarakter

advertisement
LAPORAN AKHIR
PENGEMBANGAN SEKOLAH BERKARAKTER
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR
DALAM MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER
MELALUI MODEL PENDAMPINGAN DENGAN POLA LESSON STUDY
DI SEKOLAH DASAR NEGERI 4 DAN 7 BANYUNING
TIM PELAKSANA
Dr. I Nyoman Suardana, M.Si. (NIDN: 0023116603))
Prof. Dr. Ketut Suma, M.S. (NIDN: 0001015913)
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si (NIDN: 0031125821)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 244/UN48.15/LPM/2014
Tanggal 5 Maret 2015
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
0
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Program
2. Ketua Pelaksana
 Nama Lengkap
 Jenis Kelamin
 NIDN
 Disiplin Ilmu
 Pangkat/Golongan
 Jabatan
 Fakultas/Jurusan
 Alamat Kantor
 Telp/Faks/E-mail
 Alamat Rumah
 Telp/Faks/E-mail
3. Jumlah Anggota Pelaksana
4. Lokasi Kegaiatan
 Nama Desa
 Kecamatan
 Kabupaten/Kota
 Propinsi
5. Biaya yang Disetujui
6. Lama Kegiatan
: Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar
dalam Mengembangkan Pembelajaran Pendidikan Karakter
melalui Model Pendampingan dengan Pola Lesson Study
Di Sekolah Dasar Negeri 4 dan 7 Banyuning
: Dr. I Nyoman Suardana, M.Si.
: Laki-Laki
: 0023116603
: Pendidikan Kimia
: Pembina/IVa
: Lektor Kepala
: MIPA/Pendidikan Kimia
: Jalan Udayana Singaraja Bali
: (0362) 26327/(0362) 25735/[email protected]
: Jalan Bisma Gang Nusa Indah No. 10 Singaraja Bali
: 081936009408/[email protected]
: 2 Orang
: Kelurahan Banyuning
: Buleleng
: Buleleng
: Bali
: Rp. 28.200.000,- (Dua puluh delapan juta dua ratus ribu
rupiah)
: 7 bulan
0
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan pengabdian kepada masyarakat (P2M). P2M ini berjudul
"Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar dalam Mengembangkan Pembelajaran
Pendidikan Karakter Melalui Model Pendampingan dengan Pola Lesson Study Di Sekolah Dasar
Negeri 4 dan 7 Banyuning." Kegiatan P2M ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
dan keterampilan guru-guru SD Negeri 4 dan 7 Banyuning dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan perangkat pembelajaran pendidikan karakter dengan pola
Lessson Study. P2M ini dilaksanakan dalam bentuk seminar dan pelatihan serta
pendampingan kepada guru-guru dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan dengan pola lesson study.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Lembaga Pengabdian kepada
Masyarakat UNDIKSHA yang telah membiayai kegiatan P2M ini dan pihak-pihak yang
telah membantu terlaksananya kegiatan ini, terutama kepada kepala sekolah dan guruguru SD Negeri 4 dan 7 Banyuning yang hadir dalam kegiatan seminar dan pelatihan
serta implementasi perangkat pembelajaran pendidikan karakter. Akhirnya, semoga
hasil P2M ini berguna dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia dan tumbuhnya nilai-nilai karakter peserta didik.
iii
0
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR
DALAM MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER
MELALUI MODEL PENDAMPINGAN DENGAN POLA LESSON STUDY
DI SEKOLAH DASAR NEGERI 4 DAN 7 BANYUNING
ABSTRAK
Sekolah Dasar Negeri 4 dan 7 Banyuning pernah menerapkan kurikulum 2013 pada
Semester Ganjil Tahun Peljaran 2014/2015. Semua guru sudah mendapat pelatihan
dalam menerapkan kurikulum 2013. Namun, mereka menyatakan masih belum
memahami secara baik konsep dan aplikasi kurikulum 2013. Mereka mengalami
permasalahan terutama dalam melakukan evaluasi terhadap aspek sikap dan
menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik. Guru-guru dan kepala sekolah
juga belum memahami tentang lesson study. Kegiatan P2M ini bertujuan membantu
guru-guru SD Negeri 4 dan 7 Banyuning dalam meningkatkan kompetensinya dalam
mengembangkan pembelajaran pendidikan karakter melalui model pendampingan
dengan pola lesson study. Sasaran kegiatan P2M ini adalah guru-guru dan kepala SD
Negeri 4 dan 7 Banyuning. Metode pelaksanaan P2M adalah metode seminar dan
pelatihan serta pendampingan dengan pola lesson study. Seminar dan pelatihan
dilaksanakan tanggal 6, 7, dan 8 Juni 2015, sedangakan implementasinya tanggal 5, 12,
19, 26 September 2015. Kegiatan seminar dan pelatihan dihadiri oleh 16 peserta guru
dari SD Negeri 4 dan 7 Banyuning, kepala SD Negeri 4 dan 7 Banyuning, 1 orang
pengawas pendidikan dasar, dan 5 mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
UNDIKSHA. Hasil P2M menunjukkan bahwa kegiatan P2M ini dapat meningkatkan: 1)
pemahaman guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning tentang konsep dan implementasi
kurikulum 2013, pendidikan karakter, dan lesson study, 2) kompetensi guru-guru SDN 4
dan 7 Banyuning dalam mengembangkan, mengimplemnetasikan, dan mengevaluasi
pembelajaran pendidikan karakter, dan 3) kompetensi guru-guru SDN 4 dan 7
Banyuning dalam melaksanakan lesson study. Kegiatan P2M mendapat respon positif
dari guru-guru yang terlibat dalam kegiatan seminar dan pelatihan.
Kata-kata kunci: pendidikan karakter, kurikulum 2013, lesson study, Banyuning
0
iv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...................................................................................................................... . i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................. iv
DAFTARA ISI ...................................................................................... ....................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ................ vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ........... vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Analisis Situasi ......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ....................................................... 2
1.3 Tujuan Kegiatan ........................................................................................ 3
1.4 Manfaat Kegiatan .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5
2.1 Pendidikan Karakter .................................................................................. 5
2.2 Nilai-nilai Pendidikan Karakter …………………………………………. 6
2.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter …………...……………………… 8
2.4 Pendidikan Karakter secara Terintegrasi dalam Pembelajaran ……….. 9
BAB III METODE PELAKSANAAN
……………………………...………..…… 18
3.1 Khalayak Sasaran .................................................................................... 18
3.2 Metode Pelaksanaan …...……................................................................ 18
3.3 Rencana Kegiatan ..……………………………………………………. 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………….……. 19
BAB V PENUTUP ………………….......................................................................... 25
5.1 Simpulan ........................................... ................................................... 25
5.2 Saran ........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 26
LAMPIRAN-LAMPIRAN
0v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ......... 7
Tabel 4.1. Respon Guru terhadap Seminar dan Pelatihan ……...………….....…….. 20
vi
0
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Foto Pembukaan Seminar dan pelatihan (Sambutan Ketua LPM)….......... 29
Gambar 2 Foto Peserta Mengikuti Acara Pembukaan Seminar dan Pelatihan….……. 29
Gambar 3 Foto Peserta Berlatih Mengembangkan Perangkat Pembelajaran ……… . 30
Gambar 4 Foto Peserta Dibimbing Mengembangkan Perangkat Pembelajaran ............ 30
Gambar 5 Foto Implementasikan Perangkat Pembelajaran oleh Guru Model 1 ..…... 31
Gambar 6 Foto Implementasikan Perangkat Pembelajaran oleh Guru Model 2 ...…. 31
Gambar 7 Foto Implementasikan Perangkat Pembelajaran oleh Guru Model 3 ........... 32
Gambar 8 Foto Implementasikan Perangkat Pembelajaran oleh Guru Model 4..….… 32
Gambar 9 Foto Observasi Implementasi Pembelajaran …………………………….. 33
Gambar 10 Foto Siswa Berdiskusi Mengerjakan Tugas Dibimbing oleh Guru …….. 33
Gambar 11 Foto-Foto Refleksi Pembelajaran .........…………………………...……. 35
0
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 dan 7 Banyuning merupakan dua sekolah dari
delapan sekolah dasar di Kelurahan Banyuning yang beralamat sama, yaitu di Jalan
Gempol 36a Singaraja Lingkungan Banyuning Barat Kabupaten Buleleng Propinsi Bali.
Pada saat ini (tahun 2015), SDN 4 Banyuning memiliki 6 rombongan belajar (rombel),
sedangkan SDN 7 Banyuning memiliki 5 rombel; SDN 7 Banyuning tidak memiliki
siswa kelas IV. Sarana dan prasarana (sumber daya) di sekolah ini sudah memadai
untuk mendukung pelaksanaan proses pembelajaran. Guru di SDN 4 Banyuning
berjumlah 9 orang, terdiri atas 6 guru PNS, 2 guru honorer, dan 1 guru PTT kabupaten.
Sementara itu, di SDN 7 Banyuning, jumlah guru juga sebanyak 9 orang, terdiri atas 8
guru PNS dan satu guru honorer. Guru-guru ini memiliki kualitas yang cukup baik dan
tidak jauh berbeda dengan guru-guru sekolah-sekolah lain di Kabupaten Buleleng. Di
SDN 4 dan 7 Banyuning memiliki masing-masing seorang tenaga administrasi honorer.
Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh SDN 7 Banyuning adalah sebagai
berikut. 1) Juara II Lomba Membuat Daksina Antar SD Kecamatan Buleleng Tahun
2010. 2) Juara II Lomba Membuat Klatkat Antar SD Kecamatan Buleleng Tahun 2010.
3) Juara III Lomba Menggambar Tingkat SD Se–Kecamatan Buleleng Tahun 2010. 4)
Juara I Cerdas Cermat Agama Hindu Antar Gugus Dalam Lomba PHDI Tk. Kecamatan
Tahun 2010. 5) Juara I Cerdas Cermat PHDI Tingkat Kabupaten Tahun 2010. 6) Juara
III Cerdas Cermat Agama Tingkat Provinsi Tahun 2010. 7) Juara I Cerdas Cermat
Agama Hindu (Widya Sabha) Tingkat Kecamatan Buleleng Tahun 2011. 8) Juara I
Cerdas Cermat Agama Hindu (Widya Sabha) Tingkat Kabupaten Buleleng Tahun 2011.
9) Juara II Cerdas Cermat Agama Hindu (Widya Sabha) Tingkat Provinsi Tahun 2011.
10) Juara I Cerdas Cermat Agama Hindu Tingkat Kecamatan (Kementrian Agama).
Tahun 2011. 11) Juara I Cerdas Cermat Agama Hindu Tingkat Kabupaten Buleleng
(Kementrian Agama) Tahun 2011. 12) Juara I Cerdas Cermat Agama Hindu Tingkat
Provinsi
(Kementrian Agama) Tahun 2011. 13) Juara Harapan I dan II Lomba
Menggambar Festival Surprize Berhadiah Dari BPR Indra Candra Tahun 2011. Dari
1
prestasi yang telah diraih oleh sekolah ini, menunjukkan bahwa sekolah ini memiliki
kualitas yang cukup baik.
Hasil wawancara dengan para guru dan kepala SDN 4 dan 7 Banyuning (2014),
dinyatakan bahwa kedua sekolah ini baru menerapkan kurikulum 2013 pada Semester
Ganjil Tahun Peljaran 2014/2015 yang diterapkan pada siswa Kelas I, II. IV, dan V.
Semua guru sudah mendapat pelatihan dalam menerapkan kurikulum 2013. Namun,
mereka menyatakan masih belum memahami secara baik konsep dan aplikasi kurikulum
2013. Mereka mengalami permasalahan terutama dalam melakukan evaluasi terhadap
aspek sikap dan menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik. Guru-guru dan
kepala sekolah juga belum memahami tentang lesson study. Lesson study merupakan
salah satu program pembinaan profesi guru yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Guru-guru ini sangat berharap agar pihak UNDIKSHA dapat
membantu dalam mendampingi mereka dalam melaksanakan kurikulum 2013,
mengembangkan pembelajaran pendidikan karakter, dan memberikan wawasan tentang
lesson study. Untuk itu, penulis memandang sangat perlu dilakukan pendampingan bagi
guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning dalam melaksanakan kurikulum 201/3 dan
mengembangkan pendidikan karakter. Kegaiatan ini akan dilakukan menggunakan pola
lesson study dengan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada guru-guru dari
tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran pendidikan karakter sesuai
kurikulum 2013 sehingga pembelajaran yang dilakukan mampu meningkatkan hasil
belajar dan menumbuh kembangkan karakter peserta didik secara optimal.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang disajikan pada analisis situasi di atas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
a. Guru-guru SD Negeri 4 dan 7 Banyuning belum memiliki pemahaman yang
memadai tentang konsep dan aplikasi kurikulum 2013
b. Guru-guru SD Negeri 4 dan 7 Banyuning mengalami permasalahan dalam
melakukan evaluasi sikap dan menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik
c. Guru-guru SD Negeri 4 dan 7 Banyuning belum memiliki pemahaman tentang
lesson study
d. Guru-guru SD Negeri 4 dan 7 Banyuning belum memiliki pemahaman dalam
mengembangan pembelajaran pendidikan karakter
2
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah yang dicarikan
solusinya melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat adalah apakah model
pendampingan dengan pola lesson study yang dilakukan dapat meningkatkan
kompetensi guru-guru SD Negeri 4 dan 7 Banyuning dalam dalam mengembangkan
pembelajaran pendidikan karakter. Rumusan masalah ini dapat dirinci lebih lanjut
menjadi beberapa masalah sebagai berikut
a. Bagaimanakah peningkatan pemahaman guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning tentang
konsep dan implementasi kurikulum 2013?
b. Bagaimanakah peningkatan kompetensi guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran pendidikan karakter?
c. Bagaimanakah peningkatan kompetensi guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning dalam
mengimplementasikan perangkat pembelajaran pendidikan karakter?
d. Bagaimanakah peningkatan kompetensi guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning dalam
melakukan evaluasi atau penilaian sikap peserta didik?
e. Bagaimanakah peningkatan kompetensi guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning dalam
melaksanakan lesson study?
1.3 Tujuan Kegiatan
Berdasarkan uraian yang disajikan pada analisis situasi di atas maka tujuan
kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut.
1 Meningkatkan pemahaman guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning tentang konsep dan
implementasi kurikulum 2013.
2 Meningkatkan
kompetensi
guru-guru
SDN
4
dan
7
Banyuning
dalam
Banyuning
dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran pendidikan karakter.
3 Meningkatkan
kompetensi
guru-guru
SDN
4
dan
7
mengimplementasikan perangkat pembelajaran pendidikan karakter.
3
4 Meningkatkan kompetensi guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning dalam melakukan
evaluasi atau penilaian sikap peserta didik.
5 Meningkatkan kompetensi guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning dalam melaksanakan
lesson study.
1.4 Manfaat Kegiatan
Manfaat yang diperoleh oleh peserta setelah mengikuti kegiatan P2M ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1.
Guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning mendapatkan informasi dan keterampilan
dalam melaksanakan kurikulum 2013.
2.
Guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning mendapatkan informasi dan keterampilan
mengembangkan pembelajaran pendidikan karakter.
3.
Guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning mendapatkan informasi dan keterampilan
dalam melaksanakan lesson study.
4.
Guru-guru SDN 4 dan 7 Banyuning memiliki pemahaman dan keterampilan dalam
mengembangkan pembelajaran pendidikan karakter melalui lesson study sehingga
profesionalisme guru senantiasa dapat ditingkatkan dan para siswa memiliki
karakter yang lebih baik sebagai pondasi untuk menjalani kehidupan yang lebih
baik dan bermartabat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Karakter
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas (Kemendiknas, 2010) adalah
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, watak.
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan
hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan,
bangsa dan Negara serta dunia internasional pada umumnya dengan menggunakan
potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasi.
David Elkind dan Freddy Sweet (Supriadi, nd) menyatakan bahwa pendidikan
karakter merupakan upaya untuk membantu peserta didik memahami, peduli, dan
berprilaku sesuai nilai-nilai etika yang berlaku. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik
melalui keteledanan bagaimana prilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan
materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai terkait lainnya.
Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilainilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih
banyak sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah. Menurut para ahli
psikologi (Kemdiknas, 2010), beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta
kepada tuhan dan ciptaan-Nya (alam beserta isinya), tanggang jawab, jujur, hormat dan
santun, kasih saying, peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang
menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, tolerasi, cinta damai, dan
cinta persatuan. Pendapat lain menyatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri atas:
dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab,
kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya identitas.
Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana
yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang
mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa
melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus
5
melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga
“merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik
(moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terusmenerus dipraktikkan dan dilakukan (Kemendiknas, 2011).
Dimensi-dimensi yang temasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah
kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai
moral (knowing moral value), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika
moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan
pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi
peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan
bentuk-bentuk sikap yang harus yang arus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran
akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaaan terhadap derita orang
lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control),
kerendahan hati (humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral
yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk
memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan baik (act morally) maka
dilihat tiga aspek lain dari karakter, kompetensi (competence), keinginan (will), dan
kebiasaan (habit).
Bardasarkan grand design yang dikembangkan Kemdiknas (2010) secara
psikologi dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan
fungsi dari seluruh potensi individu (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam konteks
interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat) dan berlangsung
sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologi dan
sosial kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: olah hati (spiritual and emotional
development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestik (physical and
kinesthetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and creativity development).
2.2 Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter diindentifikasi dari
sumber: (1) agama, (2) pancasila, (3) budaya, dan (4) tujuan pendidikan nasional
(Afandi, 2011). Berdasarkan sumber di atas, teridentifikasi nilai-nilai untuk pendidikan
karakter seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.
6
Tabel 2,1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
No Nilai Karakter
Deskripsi
1
Religius
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan
selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran
agamanya
2
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan
3
Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya
4
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan
5
Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
6
Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau
hasil baru berdasarkan apa yang telah dimiliki
7
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8
Demokratis
Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak
dan keewajiban dirinya dan orang lain
9
Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar
10
Semangat
kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya
11
Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsanya
12
Menghargai
prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain
13
Bersahabat/
komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerjasama dengan orang lain
14
Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang mneyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas`kehadiran dirinya
15
Senang
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
7
membaca
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
16
Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkannya
17
Peduli
lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
18
Tanggung
jawab
Sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),
Negara dan Tuhan YME
Meskipun telah dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan
pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya untuk melanjutkan nilai-nilai
prakondisi yang telah dikembangkan. Pemilihan nilai-nilai tersebut beranjak dari
kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing, yang dilakukan melalui
analisis konteks sehingga dalam implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaan
jenis nilai karakter yang dikembangkan antara satu sekolah dan/atau daerah yang satu
dengan lainnya. Implementasi nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan dapat
dimulai dari nilai-nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan, seperti:
bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
2.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Menurut Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Indonesia (dalam
Abidinsyah, 2011) dinyatakan ada beberapa prinsip dasar dalam pendidikan karakter
sebagai berikut.
1) Karakter adalah sebuah keunikan individual, kelompok, masyarakat, atau bangsa.
Karakter bangsa bukanlah agregasi karakter perorangan karena karakter bangsa
terkait dengan core value yang didukung oleh masyarakatnya.
2) Pendidikan karakter merupakan sebuah proses berkelanjutan dan tidak pernah
berakhir (never ending process). Oleh karena itu diperlukan semacam rmusan utuh
manusia Indonesia dalam konteks ruang dan waktu.
3) Penyelenggaraaan Pendidikan Karakter diinferensi dari UU sisdiknas nomor 20
tahun 2003, yaitu: (1) watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, (2)
pencerdasan kehidupan bangsa sebagai tujuan kolektif, dan (3) pengembangan
potensi murid sebagai tujuan individual.
8
4) Proses pembelajaran harus bersifat koherensi sebagai upaya pendidikan manusia
yang utuh.
5) Proses pembelajaran, pembuatan kebijakan pendidikan dalam upaya pendidikan
karakter harus dilandasi pada teori dan ilmu pendidikan. Untuk itu diperlukan
revitalisasi LPTK dalam kerangka pendidikan karakter.
6) Proses pendidikan karakter dilandasi oleh pandangan holistic terhadap murid dalam
konteks kulturalnya. Pembelajaran dibangun sebagai proses kultural yang prosesnya
tidak linier dan bukan pula berupa mata pelajaran “Pendidikan Karakter”.
Pengembangan karakter menyatu dalam proses pendidikan semuanya.
7) Sekolah adalah lingkungan pembudayaan dan upaya pendidikan harus diposisikan
sebagai proses pembangunan karakter. Diperlukan perubahan mind set dari seluruh
steakholder.
8) Peran keluarga adalah pertama dan utama yang tak tergatikan dalam pendidikan
karakter. Oleh sebab itu, diperlukan community of learner yang memperkokoh
proses pendidikan informal.
9) Pendidikan karakter bersifat multi level, multi chanel, dan multi setting. Diperlukan
keteladanan dan oleh karena itu harus menjadi gerakan yang sejati dan holistik.
2.4 Pendidikan Karakter secara Terintegrasi dalam Pembelajaran
Dalam panduan pendidikan karakter di SMP (Kemendiknas, 2011) dinyatakan
bahwa pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam pembelajaran adalah pengenalan
nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui
proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua
mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta
didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk
menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai
dan menjadikannya perilaku.
Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata
pelajaran.
9
2.4.1 Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap ini silabus, RPP, dan bahan ajar disusun. Baik silabus, RPP, dan
bahan ajar dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi/
berwawasan pendidikan karakter. Cara yang mudah untuk membuat silabus, RPP, dan
bahan ajar yang berwawasan pendidikan karakter adalah dengan mengadaptasi silabus,
RPP, dan bahan ajar yang telah dibuat/ada dengan menambahkan/mengadaptasi
kegiatan pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai, disadarinya
pentingnya nilai-nilai, dan diinternalisasinya nilai-nilai. Berikut adalah contoh model
silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah mengintegrasikan pendidikan karakter ke
dalamnya.
a. Silabus dan RPP
Agar silabus dan RPP yang dikembangkan dapat memfasilitasi terjadinya
pembelajaran yang membantu peserta didik mengembangkan karakter, setidak-tidaknya
dilakukan perubahan pada tiga komponen silabus sebagai berikut.
1) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan
pembelajaran yang mengembangkan karakter
2) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang
terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter
3) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang
dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter
Penambahan dan/atau adaptasi kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik
penilaian harus memperhatikan kesesuaiannya dengan SK dan KD yang harus dicapai
oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian
yang ditambahkan dan/atau hasil modifikasi tersebut harus bersifat lebih memperkuat
pencapaian SK dan KD dan sekaligus mengembangkan karakter.
b. Bahan/buku ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh
terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang
mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan
pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan
adaptasi yang berarti. Apabila guru sekedar mengikuti atau melaksanakan pembelajaran
dengan berpatokan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada buku tesebut, pendidikan
10
karakter secara memadai belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang telah
dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu
diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah dengan cara
menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara
lainnya adalah dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku ajar
yang dipakai.
Sebuah kegiatan belajar (task), baik secara eksplisit atau implisit terbentuk atas
enam komponen. Komponen-komponen yang dimaksud adalah: (1) tujuan, (2) input, (3)
aktivitas, (4) pengaturan (setting), (5) peran guru, dan (6) peran peserta didik.
(1). Tujuan
Dalam hal tujuan, kegiatan belajar yang menanamkan nilai adalah apabila tujuan
kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada pengetahuan, tetapi juga sikap. Oleh
karenanya, guru perlu menambah orientasi tujuan setiap atau sejumlah kegiatan belajar
dengan pencapaian sikap atau nilai tertentu, misalnya kejujuran, rasa percaya diri, kerja
keras, saling menghargai, dan sebagainya.
(2). Input
Input
dapat
didefinisikan
sebagai
bahan/rujukan
sebagai
titik
tolak
dilaksanakannya aktivitas belajar oleh peserta didik. Input tersebut dapat berupa teks
lisan maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, charta, benda sesungguhnya,
film, dan sebagainya. Input yang dapat memperkenalkan nilai-nilai adalah yang tidak
hanya menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang juga menguraikan nilai-nilai yang
terkait dengan materi/pengetahuan tersebut.
(3). Aktivitas
Aktivitas belajar adalah apa yang dilakukan oleh peserta didik (bersama dan/atau
tanpa guru) dengan input belajar untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang
dapat membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai adalah aktivitas-aktivitas
yang antara lain mendorong terjadinya autonomous learning dan bersifat learnercentered. Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous learning dan berpusat pada
siswa secara otomatis akan membantu siswa memperoleh banyak nilai. Contoh-contoh
aktivitas belajar yang memiliki sifat-sifat demikian antara lain diskusi, eksperimen,
pengamatan/observasi, debat, presentasi oleh siswa, dan mengerjakan proyek.
11
(4). Pengaturan (Setting)
Pengaturan (setting) pembelajaran berkaitan dengan kapan dan di mana kegiatan
dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok.
Masing-masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu
penyelesaian tugas yang pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan peserta didik
terbiasa kerja dengan cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu
kerja kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama, saling
menghargai, dan lain-lain.
(5). Peran guru
Peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar biasanya tidak dinyatakan
secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran guru pada umumnya ditulis pada buku
petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan
inferensi terhadap peran guru pada kebanyakan kegiatan pembelajaran apabila buku
guru tidak tersedia. Peran guru yang memfasilitasi diinternalisasinya nilai-nilai oleh
siswa antara lain guru sebagai fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan
balik. Mengutip ajaran Ki Hajar Dewantara, guru yang dengan efektif dan efisien
mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha (di depan,
guru berperan sebagai teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengahtengah peserta didik, guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka), tut
wuri handayani (di belakang, guru memberi semangat dan dorongan bagi peserta didik).
(6). Peran peserta didik
Seperti halnya dengan peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar, peran
siswa biasanya juga tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran siswa
pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara
implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap peran siswa pada kebanyakan
kegiatan pembelajaran. Agar peserta didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli,
dan menginternalisasi karakter, peserta didik harus diberi peran aktif dalam
pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai partisipan diskusi, pelaku
eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dan
sebagainya.
12
2.4.2 Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup,
dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang
ditargetkan.
(1). Pendahuluan
Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru: (a). menyiapkan
peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran; (b).
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari; (c). menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi
dasar yang akan dicapai; dan (d). menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.
Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai, membangun
kepedulian akan nilai, dan membantu internalisasi nilai atau karakter pada tahap
pembelajaran ini. Berikut adalah beberapa contoh.
a. Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
b.Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas
(contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
c. Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
d. Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
e. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh
nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
f. Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan:
disiplin)
g. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin,
santun, peduli)
h. Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
i. Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter
yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD
2. Inti
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007,
kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pada tahap eksplorasi peserta didik
13
difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan
sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada tahap elaborasi,
peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta
sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya
sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam. Pada
tahap konfirmasi, peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran dan kelayakan
dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa.
Berikut beberapa ciri proses pembelajaran pada tahap eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi yang potensial dapat membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai yang
diambil dari Standar Proses.
a. Eksplorasi
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis,
kreatif, kerjasama)
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan:
kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh
nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
b. Elaborasi
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang
ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
14
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh
nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan:
jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri,
kerjasama)
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk
yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai,
mandiri, kerjasama)
9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan
rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama)
c. Konfirmasi
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan:
saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan
dan kekurangan diri sendiri)
4) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta
didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
b) membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
15
c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi
(contoh nilai yang ditanamkan: kritis);
d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan:
cinta ilmu);
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
3. Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru: (a). bersama-sama dengan peserta didik dan/atau
sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan:
mandiri, kerjasama, kritis, logis); (b). melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang
ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan); (c). memberikan umpan
balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: saling
menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis); (d). merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas, baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar
peserta didik; (e). menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar internalisasi nilai-nilai terjadi
dengan lebih intensif selama tahap penutup.
a. Selain simpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan, agar peserta didik difasilitasi
membuat pelajaran moral yang berharga yang dipetik dari pengetahuan/keterampilan
dan/atau proses pembelajaran yang telah dilaluinya untuk memperoleh pengetahuan
dan/atau keterampilan pada pelajaran tersebut.
b. Penilaian tidak hanya mengukur pencapaian siswa dalam pengetahuan dan
keterampilan, tetapi juga pada perkembangan karakter mereka.
c. Umpan balik baik yang terkait dengan produk maupun proses, harus menyangkut
baik kompetensi maupun karakter, dan dimulai dengan aspek-aspek positif yang
ditunjukkan oleh siswa.
d. Karya-karya siswa dipajang untuk mengembangkan sikap saling menghargai karya
orang lain dan rasa percaya diri.
e. Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
16
kelompok diberikan dalam rangka tidak hanya terkait dengan pengembangan
kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian.
f. Berdoa pada akhir pelajaran.
2.4.3. Evaluasi Pencapaian Belajar
Pada dasarnya authentic assessment diaplikasikan. Teknik dan instrumen
penilaian yang dipilih dan dilaksanakan tidak hanya mengukur pencapaian akademik/
kognitif siswa, tetapi juga mengukur perkembangan kepribadian siswa. Bahkan perlu
diupayakan bahwa teknik penilaian yang diaplikasikan mengembangkan kepribadian
siswa sekaligus.
Teknik-teknik penilaian pencapaian peserta didik baik akademik maupun
kepribadian dapat dilakukan melalui: observasi (dengan lembar observasi/lembar
pengamatan), penilaian diri (dengan lembar penilaian diri/kuesioner), dan penilaian
antarteman (lembar penilaian antarteman).
2.4.4 Tindak Lanjut Pembelajaran
Tugas-tugas penguatan (terutama pengayaan) diberikan untuk memfasilitasi
peserta didik belajar lebih lanjut tentang kompetensi yang sudah dipelajari dan
internalisasi nilai lebih lanjut. Tugas-tugas tersebut antara lain dapat berupa PR yang
dikerjakan secara individu dan/atau kelompok baik yang dapat diselesaikan dalam
jangka waktu yang singkat ataupun panjang (lama) yang berupa proyek. Tugas-tugas
tersebut selain dapat meningkatkan penguasaan yang ditargetkan, juga menanamkan
nilai-nilai.
17
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Khalayak Sasaran
Khalayak
sasaran
dalam
pendampingan
pengembangan
pembelajaran
pendidikan karakter di SD Negeri 4 dan 7 Banyuning adalah: (1) guru-guru, (2) siswasiswa, dan (3) kepala sekolah. Pihak yang terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini adalah: (1) guru-guru dan kepala SD Negeri 4 dan 7 Banyuning, (2)
mahasiswa, dan (3) tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat Universitas
Pendidikan Ganesha.
3.2 Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam pendampingan ini adalah metode seminar dan
pelatihan. Seminar dilakukan untuk memberikan informasi tentang konsep kurikulum
2013, pendidikan karakter, dan lesson study. Sementara itu, pelatihan dilakukan dengan
cara melatih guru-guru dalam mengembangkan dan mengimplementasikan perangkat
pembelajaran pendidikan karakter dengan pola lesson study. Perangkat pembelajaran
yang dikembangkan berupa: RPP, LKPD, dan asesmennya sesuai kurikulum 2013.
3.3 Rencana Kegiatan
Pendampingan dalam pengembangan pembelajaran pendidikan karakter di SD
Negeri 4 dan 7 Banyuning dilaksanakan melalui pola lesson study. Kegiatan diawali
dengan kegiatan seminar tentang konsep kurikulum 2013, pendidikan karakter, dan
lesson study. Tahap kedua, guru-guru dilatih mengembangkan perangkat pembelajaran
pendidikan karakter sesuai dengan kurikulum 2013. Tahap ketiga, implementasi
perangkat pembelajaran oleh guru model dan diobservasi oleh guru peserta lesson study
dan tim pelaksana P2M UNDIKSHA. Tahap keempat, refleksi pelaksanaan
pembelajaran. Pada tahap ini, dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran
guna perbaikan pembelajaran berikutnya. Kegiatan lesson study dilakukan minimal oleh
tiga guru model selama kegiatan P2M ini. Tahap terakhir dilakukan evaluasi baik proses
maupun produk. Evaluasi proses dilakukan terhadap proses pengembangan perangkat,
implementasi perangkat pembelajaran di kelas. Sementara itu, evaluasi hasil dilakukan
dengan menganalisis terhadap perangkat pembelajaran pendidikan karaketer yang telah
dikembangkan.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan P2M ini dilakukan dalam empat tahap sebagai berikut. Tahap pertama,
seminar tentang konsep kurikulum 2013, pendidikan karakter, dan lesson study. Tahap
kedua, guru-guru dilatih mengembangkan perangkat pembelajaran pendidikan karakter
sesuai dengan kurikulum 2013. Tahap ketiga, implementasi perangkat pembelajaran
oleh guru model dan diobservasi oleh guru peserta lesson study dan tim pelaksana P2M
UNDIKSHA. Tahap keempat, refleksi pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini,
dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran guna perbaikan pembelajaran
berikutnya.
4.1 Seminar: konsep kurikulum 2013, pendidikan karakter, dan lesson study
Kegaitan seminar tentang konsep kurikulum 2013, pendidikan karakter, dan
lesson study dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Juni 2015 di SD Negeri 4 Banyuning.
Kegiatan seminar dibuka oleh Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM)
Prof. Dr. Ketut Suma, M.S. (Foto Pembukaan Seminar disajikan pada Lampiran 2a).
Nara sumber dalam kegiatan ini adalah Prof. Dr. I Wayan Redhana, M.Si yang
didampingi oleh Prof. Dr. Ketut Suma, M.S; menyampaikan materi materi tentang
pendidikan karakter. Nara sumber yang kedua adalah Dr. I Made Kirna yang
didampingi oleh Prof. Dr. Ida Bagus Arnyana, M.Si; menyampaikan materi tentang
konsep kurikulum 2013. Nara sumber ketiga adalah I Made Suarsana, S.Pd., M.Si. yang
didampingi oleh Dr. I Nyoman Suardana, M.Si; menyampaikan materi tentang Lesson
Study. Kegiatan P2M ini, juga melibatkan lima orang mahasiswa dari Jurusan
Pendidikan Kimia sebagai tenaga lapangan yang membantu pelaksanaan seminar.
Kegiatan seminar ini dihadiri oleh 16 peserta guru dari SD Negeri 4 dan 7
Banyuning, kepala SD SD Negeri 4 dan 7 Banyuning, 1 orang pengawas pendidikan
dasar, dan 5 mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNDIKSHA. Daftar hadir
peserta disajikan pada Lampiran 1. Kegiatan seminar berlangsung dengan baik dan
lancar. Guru-guru sangat antusias mengikuti kegiatan seminar ini. Seminar ini mendapat
tanggapan positif dari guru-guru SD Negeri SD Negeri 4 dan 7 Banyuning yang terlibat
dalam kegiatan tersebut.
19
4.2 Pelatihan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Karakter
Pelatihan
pengembangan
perangkat
pembelajaran
pendidikan
karakter
dilaksanakan selama dua hari, pada tanggal 7 dan 8 Juni 2015. Dalam pengembangan
perangkat ini, guru-guru secara berkolaborasi menyusun perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang disusun berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) beserta asesmen pendidikan karakter. Perangakat
pembelajaran yang dirancang mengacu pada kurikulum 2013. Dalam menyusun
perangkat pembelajaran, guru-guru didampingi oleh tim pelaksanan P2M UNDIKSHA
(Lihat Lampiran 2a). Secara umum, guru-guru SD Negeri 4 dan 7 Banyuning sudah
mampu mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan karakter dan merancang perangkat
pendidikan karakter dengan baik.
Pada akhir pelatihan, guru-guru diminta tanggapannya terhadap pelaksanaan
seminar dan pelatihan ini. Adapun tanggapan atau respon guru-guru terhadap seminar
dan pelatihan disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Respon Guru terhadap Seminar dan Pelatihan
No
Respon (%)
Pertanyaan
SS
S
TS
STS
1
Setelah saya mengikuti seminar dan pelatihan, saya lebih
memahami konsep pendidikan karakte
14,29
85,71
-
-
2
Setelah saya mengikuti seminar dan pelatihan, saya lebih
memahami kurikulum 2013
7,14
92,86
-
-
3
Setelah saya mengikuti seminar dan pelatihan, saya lebih
memahami konsep lesson study
7,14
92,86
-
-
28,57
71,43
-
-
35,71
64,29
-
-
7,14
92,86
-
-
4
5
6
Setelah saya mengikuti seminar dan pelatihan, saya dapat
mengidentifikasi nilai-nilai karakter dari kompetensi dasar pada
setiap mata pelajaran
Setelah mengikuti seminar dan pelatihan, pengetahuan dan
keterampilan saya bertambah dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran pendidikan karakter terintegrasi dalam
pembelajaran
Setelah mengikuti seminar dan pelatihan, saya merasa dapat
mengimplementasikan pembelajaran pendidikan karakter dengan
baik
7
Setelah mengikuti seminar dan pelatihan, saya termotivasi untuk
menerapkan pembelajaran pendidikan karakter
35,71
57,14
-
7,14
8
Setelah mengikuti seminar dan pelatihan, saya termotivasi
melaksanakan LSLC berbasis sekolah
21,43
78,57
-
-
9
Seminar dan Pelatihan perangkat pembelajaran yang saya ikuti
telah menyadarkan saya akan kekurangan/kelebihan saya dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran pendidikan karakter
7,14
85,71
-
7,14
10
Seminar dan Pelatihan perangkat pembelajaran yang saya ikuti
telah menginspirasi saya untuk menjadi guru yang lebih kreatif
28,57
71,43
-
-
20
dan inovatif
11
Seminar dan Pelatihan perangkat pembelajaran yang saya ikuti
dapat meningkatkan motivasi saya untuk meningkatkan
kompetensi saya
21,43
71,43
-
7,14
12
Seminar dan Pelatihan perangkat pembelajaran yang saya ikuti
dapat meningkatkan pemahaman saya dalam merancang dan
mengimplementasi asesmen pendidikan karakter-
14,29
85,71
-
-
Rerata
19,05
79,17
-
7,14
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar guru setuju dan
sangat setuju terhadap seminar dan pelatihan tentang konsep kurikulum 2013,
pendidikan karakter, dan lesson study. Lebih lanjut, respon yang disampaikan guru-guru
yang dijaring melalui angket terbuka adalah sebagai berikut. 1) Guru-guru sangat setuju
dengan diadakan seminiar dan pelatihan ini karena menjadikan mereka lebih memahami
dan mampu mengidentifikasi nilai-nilai karakter dari KD untuk setiap mata pelajaran. 2)
Pelaksanaan seminar dan pelatihan ini sangat penting dan baik karena dapat menambah
pengetahuan guru-guru dalam mendidik anak-anak untuk meningkatkan pendidikan
karakter. 3) Pelaksanaan seminar dan pelatihan seperti ini perlu dilakukan secara
kontinu/berkelanjutan dan lebih sering dilaksanakan untuk menambah pengetahuan. 4)
Seminar dan pelatihan perlu diimbaskan kepada semua guru-guru SD di Kecamatan
Buleleng agar semua guru memiliki persepsi yang sama. 5) Seminar dan pelatihan ini
sangat membantu guru-guru dalam mengembangkan karakter peserta didik dan
pengembangan kuirkulum 2013.
4.3. Implementasi Perangkat Pembelajaran
Implementasi perangkat pembelajaran pendidikan karakter sesuai dengan
kurikulum 2013 dilaksanakan dengan pola lesson study pada tanggal 5, 12, 19, dan 26
September 2015. Ada empat guru model yang mengimplementasikan perangkat
pembelajaran, dua guru model dari SD Negeri 4 Banyning dan dua guru model dari SD
Negeri 7 Banyuning. Guru-guru model tersebut adalah: 1) Ni Wayan Darmini, S.Pd.
membelajaran tema “Hidup Rukun” pada siswa kelas II, 2) Ni Nyoman Uni Puspita,
S.Pd. membelajarkan tema “Perubahan Wujud Benda” pada siswa kelas V, 3) Komang
Desi Sundari, S.Pd. membelajarkan tema “Diriku” pada siswa kelas I, dan 4) Dra. Made
Metri Adnyani membelajarkan tema “Perubahan Wujud Benda” pada siswa kelas V.
Foto-foto implemnetasi perangkat pembelajaran melalui lesson study disajikan pada
Lampiran 2b. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru model diobservasi oleh guru-guru
21
observer dan tim pelaksana P2M UNDIKSHA. Seusai kegiatan pembelajaran, dilakukan
refleksi untuk mengetahui keterlaksanaan dari pembelajaran yang dilakukan guna
perbaikan pembelajaran berikutnya. Foto-foto kegiatan refleksi pada ditunjukkan pada
Lampiran 2c.
Hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh keempat guru model dapat
diuraikan sebagai berikut.
a) Guru Model 1: Ni Wayan Darmini, S.Pd. dari SD Negeri 4 Banyuning
Pada saat refleksi, guru model menyampaikan bahwa beliau sudah berupaya
melakukan persiapan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, tetapi dalam
kegiatan diskusi masih didominasi oleh siswa yang pintar. Pandangan guru model ini,
juga ditemukan oleh observer bahwa guru model sudah melaksanakan pembelajaran
dengan baik, tetapi dalam kegiatan diskusi belum semua siswa dapat terlibat secara aktif
dan diskusi lebih didominasi oleh siswa-siswa yang pintar. Dalam kegiatan
pembelajaran ditemukan beberapa siswa yang kurang aktif dan saling bercanda dengan
temannya. Walaupuan demikian, sebagian siswa sudah belajar secara menyenangkan
dan termotivasi. Guru-guru ini sangat merasakan manfaat pelaksanaan lesson study ini,
yaitu guru model merasa lebih siap melakukan pembelajaran dan siswa lebih sungguhsungguh belajar karena diamati oleh banyak observer.
b) Guru Model 2: Ni Nyoman Uni Puspita, S.Pd. dari SD Negeri 4 Banyuning
Menurut pandangan guru model bahwa beliau sudah berupaya menyiapkan
media yang menarik dan memanfaatkan LCD dengan baik, tetapi kegiatan diskusi
kelompok belum berjalan optimal karena terbatasnya sarana, yaitu kamus bahasa
Indonesia yang tersedia di sekolah hanya satu buah; kamus ini dimanfaatkan oleh siswa
dalam mencari arti kata-kata penting yang ada dalam suatu bacaan. Dengan terbatsnya
jumlah kamus ini menyebabkan banyak waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian
pembelajaran dan pembelajaran manjadi kurang oltimal. Pandangan guru model ini,
didukung juga oleh temuan observer bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik
dengan menggunakan materi yang dekat dengan kehiddupan siswa (kontekstual), ada
interaksi yang baik antar siswa dan guru dengan siswa, tetapi dalam kegiatan diskusi
belum semua siswa dapat terlibat secara aktif karena terbatasnya kamus bahasa
Indonesia yang disediakan guru. Terhadap siswa yang belum aktif, guru nodel sudah
22
berusaha mengaktifkan siswa dengan cara memberi teguran dan membimbing mereka
menggunakan kamus.
c) Guru Model 3: Komang Desi Sundari, S.Pd. dari SD Negeri 7 Banyuning
Menurut pandangan guru model bahwa beliau sudah menyiapkan pembelajaran
dengan baik dan melakukan pembelajaran tematik yang kontekstual. Semua siswa sudah
belajar dan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Hal senada juga diungkapkan
oleh observer bahwa semua siswa telah mengikuti pembelajaran dengan baik, siswa
sangat antosias belajar, pembelajaran inspiritif dan menyenangkan, serta siswa yang
ditunjuk untuk menyampaikan hasil pekerjaannya, mampu menggambar benda dengan
baik dan menyebutkan ciri-ciri fisiknya.
d) Guru Model 4: Dra. Made Metri Adnyani dari SD Negeri 7 Banyuning
Menurut pandangan guru model bahwa beliau jugasudah menyiapkan
pembelajaran dengan baik, tetapi pelaksanaan pembelajaran belum optimal. Beliau
berharap agar para observer dapat memberikan masukan demi perbaikan pembelajaran
berikutnya. Hal berbeda yang ditemukan observer bahwa pembelajaran yang dilakukan
oleh guru model sudah sangat baik, pembelajaran berlangsung kondussif, menyenankan,
interaksi antar siswa sangat baik, dan siswa sangat antosias belajar. Walaupun
demikian, salah seorang observer juga menemukan bahwa ada dua orang siswa yang
tidak belajar. Tampaknya kedua siswa ini belum mampu mengikuti pembelajaran setara
dengan teman-temannya. Setelah ditelusuri dan ditanyakan kepada guru model, ternyata
kedua siswa ini belum bisa membaca dengan lancar dan perlu penanganan secara
khusus. Menurut para guru di sekolah ini, siswa ini lebih cocok dibelajarkan pada
sekolah luar biasa, tetapi orang tua siswa belaum mau memindahkan anak mereka dan
berpandangan bahwa anaknya adalah ada yang normal seperti teman-teman sebayanya.
Oleh karena itu, sekolah merasa kesulitan menangani kedua siswa ini. Hapan guru agar
para pengambil kebijakan mampu memberikan solusi untuk kedua siswa ini.
Berdasarkan hasil pelaksanaan lesson study yang dilakukan oleh keempat guru
model ditemukan bahwa pembelajaran secara umum sudah baik, tetapi belum optimal.
Manfaat dalam pelaksanaan lesson study adalah siswa lebih disiplin dalam megikuti
pembelajaran karena hadirnya observer dan guru lebih siap dalam melaksanakan
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Di samping itu,
guru-guru sudah mampu menyusun rancangan pembelajaran pendidikan karakter
23
dengan baik serta mampu memberikan penilaian sesuai indikator yang telah ditentukan.
Oleh karena itu, pelaksanakan lesson study yang berkesinambungan sangat penting
dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, meningkatkan profesionalisme
guru, dan meningkatkan kolegialitas sesama guru.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1) Kegiatan P2M ini dapat meningkatkan pemahaman guru-guru SDN 4 dan 7
Banyuning tentang konsep dan implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter,
dan lesson study.
2) Kegiatan P2M ini dapat meningkatkan kompetensi guru-guru SDN 4 dan 7
Banyuning dalam mengembangkan perangkat pembelajaran pendidikan karakter.
3) Kegiatan P2M ini dapat meningkatkan kompetensi guru-guru SDN 4 dan 7
Banyuning dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran pendidikan
karakter
4) Kegiatan P2M ini dapat meningkatkan kompetensi guru-guru SDN 4 dan 7
Banyuning dalam melakukan evaluasi atau penilaian sikap peserta didik.
5) Kegiatan P2M ini dapat meningkatkan kompetensi guru-guru SDN 4 dan 7
Banyuning dalam melaksanakan lesson study.
5.2 Saran
1) Guru-guru diharapkan terus melanjutkan pelaksanaan pembelajaran pendidikan
karakter dengan pola lesson study di sekolahnya masing-masing sehingga
profesionalisme guru dapat terus dikembangkan dan menumbuh kembangkan
karakter peserta didik
2) Bagi para pelaksana kegiatan P2M, model pengelolaan pemdidikan karakter ini
perlu juga dilakukan terhadap guru-guru di SD lain, atau dilakukan kepada guru
SMP dan SMA sebagai salah satu upaya meningkatkan pengelolaan pendidikan
karakter di sekolah.
25
Daftar Pustaka
Abidinsyah. 2011. Urgensi Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Peradaban
Bangsa yang Bermatabat. Socioscientia. 3(1), 1-8.
Afandi, R. 2011. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar. Pedagogia. 1(1), 85-98.
Anonim. 2008. Profil SD Negeri 1 Banjar Jawa. www. google.com/search?cli. Diakses
tanggal 9 Pebruari 2014.
Dantes, N. 2011. Pembinaan Guru Profesional Berbasis Karakter. Materi Pendidikan
dan Latihan Profesi Guru (PLPG). UNDIKSHA.
Kemendiknas, Ditjen Manajemen Dikdasmen, Direktorat Pembinaan SMP. 2010.
Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah. www.google com/search?cli.
Diakses tanggal 10 Pebruari 2014.
Kemendiknas, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum dan Pembukuan.
2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemendiknas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Supriyadi, E. nd. Pengembangan Pendidikan Karakter Di Sekolah. www.google
com/search?cli. Diakses tanggal 10 Pebruari 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Zuchdi, D., Prasetya, Z.K., & Masruri, M.S. 2010. Pengembangan Model Pendidikan
Karakter Terintegrasi dalam Pembelakaran Bidang Studi Di Sekolah. Cakrawala
Pendidikan. Th XXIX Edisi Khusus Dies Natalis UNY. Hal 1-12.
26
Lampiran 1. Daftar Hadir Peserta
27
28
Lampiran 2a. Foto-Foto Kegiatan Seminar dan Pelatihan Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Pendidikan Karakter
Gambar 1 Foto Pembukaan Seminar dan pelatihan (Sambutan Ketua LPM)
Gambar 2 Foto Peserta Mengikuti Acara Pembukaan Seminar dan Pelatihan
29
Gambar 3 Foto Peserta Berlatih Mengembangkan Perangkat Pembelajaran
Gambar 4 Foto Peserta Dibimbing Mengembangkan Perangkat Pembelajaran
30
Lampiran 2b. Foto-Foto Kegiatan Implementasi Perangkat Pembelajaran
Pendidikan Karakter
Gambar 5 Foto Implementasikan Perangkat Pembelajaran oleh Guru Model 1
Gambar 6 Foto Implementasikan Perangkat Pembelajaran oleh Guru Model 2
31
Gambar 7 Foto Implementasikan Perangkat Pembelajaran oleh Guru Model 3
Gambar 8 Foto Implementasikan Perangkat Pembelajaran oleh Guru Model 4
32
Gambar 9 Foto Observasi Implementasi Pembelajaran
Gambar 10 Foto Siswa Berdiskusi Mengerjakan Tugas Dibimbing oleh Guru
33
Lampiran 2c. Foto-Foto Kegiatan Refleksi Implementasi Perangkat Pembelajaran
Pendidikan Karakter
34
Gambar 11 Foto-Foto Refleksi Pembelajaran
35
Download