BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntansi Biaya Setiap entitas usaha yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi selalu memerlukan prosedur pencatatan tentang proses produksi yang mengolah bahan-bahan tersebut. Proses tersebut meliputi: pemakaian bahan untuk proses produksi, perhitungan biaya produksi untuk menilai persediaan barang jadi ataupun barang setengah jadi dan persediaan bahan yang sedang diproses tetapi belum selesai, kesemuanya ini termasuk dalam bidang akuntansi biaya. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela, akuntansi biaya adalah bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan pelaporan informasi biaya yang digunakan. Disamping itu akuntansi biaya juga membahas tentang penentuan harga pokok dari “suatu produk” yang diproduksi dan dijual kepada pemesan maupun untuk pasar, serta untuk persediaan produk yang akan dijual.( Bastian Bustami dan Nurlela, 2013 : 4) Sedangkan menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah, akuntasni biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen di mana merupakan salah satu dari bidang khusus akuntansi yang menekankan pada penentuan dan pengendalian biaya. (Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah, 2012 : 4) 6 7 Jadi Akuntansi biaya juga dapat diartikan sebagai kunci atau alat yang penting guna membantu manajemen dalam melakukan penentuan dan pengendalian biaya dalam menghasilkan dan memasarkan produk. 2.1.2. Peranan Akuntansi Biaya Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 4),akuntansi biaya merupakan perangkat yang dibutuhkan manajemen untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas, meningkatkan efesiensi serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun yang bersifat rutin maupun bersifat strategis. Berkaitan dengan hal tersebut, maka akuntansi biaya dapat membantu manajemen dalam menyelesaikan tugas-tugas berikut : 1. Penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran operasi perusahaan. 2. Penetapan metode dan prosedur perhitungan biaya, pengendalian biaya, pembebanan biaya yang akurat, serta perbaikan mutu yang berkesinambungan. 3. Penentua nilai persediaan yang digunakan untuk kalkulasi biaya dan penetapan harga, evaluasi terhadap produk, evaluasi kinerja departemen atau divisi, pemeriksaan persediaan secara fisik. 4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk satu periode akuntansi, tahunan atau periode yang lebih singkat. 5. Memilih sistem dan prosedur dari alternatif yang terbaik, guna dapat menaikkan pendapatan maupun menurunkan biaya. Menurut Carter (2009 : 11), akuntansi biaya memperlengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, 8 perbaikan kualitas dan efisiensi, serta pengambilan keputusan baik yang bersifat rutin maupun yang bersifat strategik. Pengumpulan, penyajian , dan analisis dari informasi mengenai biaya dan manfaat membantu manajemen untuk menyelesaikan tugas – tugas berikut: 1. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam kondisi kompetitif dan ekonomi yang elah diprediksi sebelumnya. Suatu aspek penting dari rencana adalah potensinya untuk memotivasi orang agar berkinerja dengan cara yang konsisten dengan tujuan perusahaan. 2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pngendalian aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas.. 3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menetukan biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga dan untuk evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi. 4. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi satu tahun atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan eksternal. 5. Memilih diantara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya. 2.2. Klasifikasi Biaya Menurut Kautsar Riza Salman (2013 : 24), informasi biaya dibutuhkan pada berbagai level manajemen dalam menjalankan tugasnya,yaitu: 9 1. Manajemen Puncak: untuk menilai kinerja perusahaan secar keseluruhan.Contohnya : Analisis Laporan Keungan, Laporan Biaya Produksi. 2. Manajemen Madya: untuk menilai efisiensi kegiatan di dalam bagiannya. Contohnya: Laporan Biaya Produksi. 3. Manajemen Operasional: untuk mengendalikan jalannya produksi Dari berbagai kebutuhan informasi biaya, dapat dilihat bahwa pada setiap jenjang manajemen yang berbeda membutuhkan informasi akuntansi biaya yang berbeda pula. Dengan demikian untuk analisis yang berbeda dibutuhkan informasi biaya yang berbeda (Different Cost for Different Purposes). Untuk memenuhi tujuan ini biaya harus diklasifikasikan berdasarkan cara tertentu. Sedangkan menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 11 ) klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting. Klasifikasi biaya yang umum digunakan adalah biaya dalam hubungan dengan produk, volume produksi, departemen dan pusat biaya, periode akuntansi, pengambilan keputusan 2.2.1. Biaya dalam Hubungannya dengan Produk Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 12) biaya erat kaitannya dengan produk yang dihasilkan perusahaan. Biaya yang terjadi dapat dengan mudah ditelusuri ke suatu produk dan ada yang sulit ditelusuri ke suatu produk. 10 Berdasarkan hubungannya dengan produk,biaya dapat diklasifikasikan ke dalam biaya-biaya berikut: 1. Biaya Produksi Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung,tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan. a. Biaya bahan baku langsung Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai,contoh: kain dalam pembuaan pakaian. Misalnya, pembelian bahan baku langsung sebanyak 1.000 kg denga harga Rp 5.000 per kg. Bila bahan baku langsung yang dipakai sebanyak 800 kg, maka biaya bahan baku langsung adalah sebesar Rp 4.000.000 (800 kg x Rp 5.000), sedangkan sisanya sebesar Rp 1.000.000 (200 kg x Rp 5.000) merupakan nilai persediaan bahan baku langsung akhir (bahan baku langsung yang belum terpakai). b. Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Misalnya, bila upah untuk membuat meja sebesar Rp 50.000 per unit, maka upah sebesar Rp 50.000 tersebut dibebankan sepenuhnya ke meja yang dihasilkan. Bila upah untuk membuat meja Rp 5.000 11 per jam, dan untuk menghasilkan satu meja diperlukan waktu 8 jam, maka upah yang akan dibebankan ke meja tersebut sebesar Rp 40.000 (8 jam x Rp 5.000). c. Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam mengubah bahan menjadi produk selesai. Biaya overhead dapat dikelompokkan menjadi 3 elemen berikut : a. Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong) Bahan tidak langsung adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. contoh : amplas, pola kertas, oli dan minyak pelumas paku yang dipakai untuk pembuatan perabot, benang untuk pembuatan baju dan sepatu. Misalnya, pembelian paku ukuran 1 inci sebanyak 1 kg dengan harga Rp 10.000. Paku ini dipakai untuk beberapa macam, produk, seperti meja, kursi, dipan, lemari, dan lainnya. Akan terlalu merepotkan menghitung berapa buah paku yang dipakai untuk masing-masing jenis produk dan kemungkinan paku yang bengkok atau hilang juga cukup banyak, serta nilainya juga relatif tidak material. b. Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. Contoh : gaji satpam pabrik, gaji pengawas pabrik, gaji resepsionis pabrik. 12 c. Biaya tidak langsung lainnya Biaya tidak langsung lain adalah biaya selain bahan tiyang dak langung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. Contoh : PBB, Listrik pabrik, sewa pabrik, peralatan pabrik. Dua dari tiga unsur utama biaya produksi dapat digolongkan secara terminologi biaya sebagai berikut : 1. Biaya utama Biaya utama adalah gabungan antara biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. 2. Biaya konversi Biaya konversi adalah biaya yang digunakan untuk merubah baan baku langsung menjadi produk selesai. Biaya ini merupakan gabungan antara biaya tenaga kerja langsung dengan biaya overhead pabrik. 2. Biaya Non Produksi biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. Biaya non produksi ini disebut dengan biaya komersial atau biaya operasi. Biaya ini dapat dikelompokan menjadi beberapa elemen : 1. Beban pemasaran Biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai dan siap dipasarkan ketangan konsumen. Contoh : beban iklan, promosi, komisi penjualan,gaji bagian penjualan. 13 2. Beban administrasi Biaya yang dikeluarkan dalam hubungan dengan kegiatan penentu kebijakan, pengarahan, pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Contoh : gaji administrasi kantor, sewa kantor, penyusutan kantor. 3. Beban keuangan Biaya yang muncul dalam melaksanakan fungsi-fungsi keuangan. Contoh : beban bunga. 2.2.2. Klasifikasi biaya dalam hubungan dengan volume produksi Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 15) biaya dalam hubungan dengan volume biaya atau perilaku biaya dapat dikelompokan menjadi elemen : 1. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per-unit tetap. Semakin tinggi output aktivitas, semakin tinggi total biayanya dan semakin rendah output aktivitasnya, semakin rendah total biayanya. Jika tidak ada aktivitas, maka tidak ada biaya. Jadi besar kecilnya biaya tergantung pada output aktivitas. Biaya fotocopi adalah contoh biaya variabel. Misalnya biaya photocopy Rp 100/lembar. Jika fotocopi sebanyak 1.000 lembar, maka total biayanya sebesar Rp 100.000 (Rp 100 x 1.000 lembar). Jika fotocopi sebanyak 5.000 lembar, maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 500.000 (Rp 100 x5000 lembar). Sering kali lembar yang difotocopi banyak, perusahaan memberikan potongan harga (diskon), sehingga harganya lebih murah. Misalkan, Rp 90/lembar. Dengan demikian, biaya fotocopi 14 Rp 100/ lembar adalah untuk batas (kisaran) tertentu.Di luar kisaran tersebut,biaya berubah. Dalam perusahaan dagang, semua biaya produksi dan beberapa biaya pemasaran dan administrasi merupakan biaya variabel, tetapi pada perusahaan manufaktur tidak semua biaya produksi pabrikasi adalah variabel, sebagian dari produksi adalah bersifat tetap. Sedangkan pada perusahaan yang bergerak dibidang jasa biaya variabel adalah tenaga kerja, bahan yang digunakan untuk melaksanakan jasa dan beberapa bagian biaya variabel, berikut ilustrasi gambar garis dari biaya variabel : y (rupiah) Garis x (unit) sumber : Akuntansi Biaya edisi 4 Bastian Bustami dan Nurlela, 2013 Gambar 2.1 Biaya variabel 2. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang tertentu, tetapi secara per-unit berubah. Semakin tinggi output aktivitas, semakin rendah biaya per unit. Sebaliknya, semakin rendah output aktivitas, semakin tinggi biaya per unit-nya. Jika diharapkan aktivitas meningkat melebihi aktivitas sekarang maka biaya tetap harus dinaikkan untuk menangani kenaikan volume 15 yang diinginkan. Misalnya adalah biaya penyusutan mesin dengan menggunkan metode garis lurus. Misalkan, biaya penyusutan mesin adalah Rp 1.000.000,- / tahun. Jika perusahaan memproduksi 100 unit, maka total biaya penyusutan mesin adalah tetap sebesar Rp 1.000.000,-, sedangkan biaya per unit-nya Rp 10.000,/unit (Rp 1.000.000/ 100 unit). Jika perusahaan memproduksi sebesar kapasitas normal, misalnya 1.000 unit, total biayanya adalah tetap sebesar Rp 1.000.000,-, sedangkan biaya per unit-nya turun menjadi Rp 1.000/unit (Rp 1.000.000 / 1.000 unit). Akan tetapi, perusahaan tidak dapat memproduksi diatas 1000 unit karena kapasitasnya hanya 1000 unit produk per tahun. Bila permintaan produk di atas 1.000 unit, maka perlu menambah kapasitas dengan membeli mesin baru. Oleh karena jumlah mesin bertmbah, maka total biaya penyusutan mesin juga akan bertambah. Karenanya, kita bisa menggunkan 0 – 1.000 unit sebagai batas relevan. Berikut gambaran dari garis biaya tetap : y (rupiah) Garis x (unit) sumber : Akuntansi Biaya edisi 4 Bastian Bustami dan Nurlela, 2013 Gambar 2.2 Biaya tetap 16 3. Biaya semi Biaya semi adalah biaya di dalamnya mengandung unsur tetap dan mengandung unsur variabel. Biaya semi ini dapat dikelompokan dalam dua elemen biaya yaitu: a. Biaya semi variabel Biaya semivariabel adalah biaya di dalamnya mengandung unsur tetap dan memperlihatkan karakter tetap dan variabel. Dari definisi di atas terlihat bahwa sebagian ciri-ciri biaya semivariabel mirip biaya variabel , yaitu total biayanya berubah sehubungan dengan perubahan output aktiitas, dan sebagian lagi ciricirinya mirip biaya tetap yaitu biaya per unit-nya berubah berbanding terbalik dengan perubahan output aktivitas. Hal ini dikarenakan biaya semivariabel mengandung dua unsur biaya : biaya tetap dan biaya variabel. Contoh : Biaya listrik, Telpon dan air, Perlengkapan, Pajak penghasilan, Asuransi jiwa kelompok karyawan. b. Biaya semi tetap Biaya semi tetap adalah biaya yang berubah dan volume secara bertahap. Contoh: Gaji penyelia 2.2.3. Klasifikasi biaya dalam hubungan dengan departemen produksi Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 16) perusahaan pabrik dapat dikelompokan menjadi segmen-segmen dengan berbagai nama seperti ; departemen, kelompok biaya, unit kerja yang dapat digunakan dalam mengelompokkan biaya menjadi biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen. 17 a. Biaya langsung departemen Biaya langsung departemen adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan. Contoh: Gaji mandor pabrik yang digunakan oleh departemen bersangkutan merupakan biaya langsung bagi departemen b. Biaya tidak langsung departemen Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan. Contoh: Biaya penyusutan dan biaya asuransi merupakan biaya yang manfaatnya digunakan secara bersama oleh masing-masing departemen, oleh karena itu biaya tersebut merupakan biaya tidak langsung departemen. 2.2.4. Klasifikasi biaya dalam hubungan dengan periode waktu Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 16) dalam hubungannya dengan periode waktu biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya pengeluaran modal dan biaya pengeluaran pendapatan. 1. Biaya pengeluaran modal Biaya pengeluaran modal adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dalam jangka waktu yang panjang dan dilaporkan sebagai aktiva. Contoh : pembelian mesin dan peralatan. 2. Tidak Biaya pengeluaran pendapatan Biaya pengeluaran pendapatan adalah biaya yang memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Contoh : mesin atau peralatan 18 yang dibeli apabila dikonsumsi akan kehilangan kegunaan dan akan menimbulkan penyusutan. Penyusutan ini disebut sebagai pengeluaran pendapatan yang akan dilaporkan sebagai beban. 2.2.5. Biaya dalam hubungan dengan pengambilan keputusan Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 17) biaya dalam rangka pengambilan keputusan dapat dikelompokkan menjadi biaya relevan dan biaya tidak relevan. 1. Biaya relevan Biaya relevan adalah biaya masa akan datang yang berbeda dalam beberapa alternatif yang berbeda. Biaya relevan terdiri dari: a. Biaya diferensial Biaya diferensial adalah selesih biaya atau biaya yang berbeda dalam beberapa alternatif pilihan. Biaya diferensial disebut juga dengan biaya marginal atau biaya incremental. Contoh perusahaan mempunyai dua pilihan dalam penggunaan bahan yaitu logam dan besi. Jika menggunakan logam biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.100.000, sedangkan jika menggunakan logam biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.150.000. Dari keterangan diatas terlihat bahwa ada dua alternatif yang berbeda dengan dua biaya yang berbeda. Perbedaan tersebut sebesar Rp. 50.000. b. Biaya kesempatan Biaya kesempatan adalah kesempatan yang dikorbankan dalam memilih suatu alternatif. Contoh : perusahaan mempunyai dua alternatif yang bereda terhadap 19 sebuah mobil, apakah mobil tersebut dijual atau disewakan. Alternatif pertama, dengan menjual mobil akan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 50.000.000. alternati kedua, mobil tersebutdapat disewakan dengan pendapatan sebesar Rp. 60.000.000. jika alternatif yang dipilih menjaul mobil tersebut, maka ada kesempatan yang hilang yaitu sebesar Rp. 60.000.000 jika memilih disewakan. c. Biaya tersamar Biaya tersamar adalah biaya yang tidak kelihatan dalam catatan akuntansi tetapi mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Contoh: Biaya bunga d. Biaya nyata Biaya nyata adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan akibat memilih suatu alternatif. Contoh: biaya yang dikeluarkan akibat memilih jika menerima pesanan dari luar. e. Biaya yang dapat dilacak Biaya yang dapat dilacak adalah biaya yang dapat diketahui kepada produk selesai. Contoh: biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. 2. Biaya tidak relevan Biaya tidak relevan adalah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi keputusan apapun. Biaya tidak relevan dapat dikelompokan menjadi beberapa elemen : a. Biaya masa lalu Biaya masa lalu atau biaya history adalah biaya yang sudah dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi keputusan apapun. Contoh: biaya pembelian mesin 20 b. Biaya terbenam Biaya terbenam adalah biaya tidak dapat kembali. Contoh: kelebihan buku atas nilai sisa, supervisor pabrik, dan penyusutan banguan. 2.3. Pemisahan Biaya Tetap Dengan Biaya Variabel Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 28) pemisahan biaya tetap dengan biaya variabel merupakan hal yang penting, terutama dalam perencanaan, pengendalian biaya pada tingkat aktivitas yang berbeda. Pemisahan biaya variabel dan biaya tetap diperlukan untuk tujuan: a. Perhitungan tarif biaya overhead predeterminasi dan analisis varians b. Perhitungan biaya langsung dan analisis varians c. Analisis titik impas dan analisis biaya volume dan laba d. Analisis biaya differensial dan komparatif e. Analisis maksimiasi laba dan minimalisasi biaya jangka pendek f. Analisis anggaran modal g. Analisis profitabilitas pemasaran Untuk memisahkan biaya tetap dan biaya variabel dapat digunakan tiga metode yaitu : a. Metode titik tertinggi dan terendah (high Low Point Method) b. Metode Titik Sebaran (Statergraph Method) c. Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method) 21 2.4. Penentuan Harga Pokok Produksi Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 40) penentuan harga pokok produksi adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau jasa yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukan unsur biaya produksi variabel saja. Dalam penentuan harga pokok tersebut dapat digunakan dua cara yaitu : a. Metode Kalkulasi Biaya Penuh (Full costing) Kalkulasi Biaya Penuh adalah suatu metode dalam menentukan harga pokok suatu produk, seperti baiaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. b. Metode Kalkulasi Biaya Variabel (Variabel costing) Metode Kalkulasi Biaya Variabel adalah suatu metode suatu metode dalam menentukan harga pokok suatu produk, hanya mmperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel. Dalam metode ini biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi tetapi biaya overhead tetap akan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan dibebankan dalam laporan laba rugi tahun berjalan. 2.5. Akumulasi Biaya Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 40) akumulasi biaya adalah suatu cara untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan umtuk suatu produk dan jasa atau menyangkut suatu hal. Ada beberapa metode yang dapat 22 digunakan dalam akumulasi biaya, tetapi yang lazim digunakan adalah dua metode sebagai berkut : 1. Metode Akumulasi Biaya Pesanan (Job Order Costing) Akumlasi biaya pesanan adalah suatu metode yang digunakan dalam pengumpulan harga pokok suatu produk di mana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisah sesuai identitasnya. Akumulasi biaya pesanan ini dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan proses produksi secara terputus-putus seperti: pekerjaan kontruksi, bengkel, percetakan, industri garmen, katering makanan dan lain sebagainya. a. Karakteristik Biaya Pesanan Ada beberapa karaktersistik dari biaya pesanan diantaranya adalah: i. Sifat proses produksi yang dilakukan terputus-putus, dan tergantung pada pesanan yang diterima. ii. Spesifikasi dan bentuk produk tergantung pada pesanan. iii. Pencatatan biaya masing-masing pesanan dilakukan pada kartu biaya pesanan secara terperinci untuk masing-masing pesanan. iv. Total biaya produksi untuk setiap elemen biaya dikalkulasi setelah pesanan selesai. v. Biaya per unit dihitung dengan membagi total biaya produksi yang terdiri dari: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dibebankan, dengan total unit yang dipesan. 23 vi. Akumulasi biaya pada umumnya menggunakan biaya normal. vii. Produk yang sudah selesai dapat disimpan di gudang atau langsung diserahkan pada pemesan. Penentuan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dalam setiap pesanan. Dalam penentuan biaya berdasarkan pesanan ini dapat ditinjau dari tiga elemen yaitu: i. Akuntansi bahan baku memelihara catatan persediaan bahan baku langsung, membebankan bahan baku langsung ke pesanan dan membebankan bahan baku tidak langsung ke biaya overhead pabrik. ii. Akuntansi biaya tenaga kerja memelihara akun yang berhubungan dengan beban gaji, dan membebankan biaya tenaga kerja langsung ke pesanan dan membebankan biaya tenaga kerja tak langsung ke overhead pabrik. iii. Akuntansi biaya overhead pabrik mengakumulasi baiya overhead pabrik, memelihara catatan terinci dari overhead yang telah dikeluarkan, dan membebankan sebagian dari biaya overhead ke setiap pesanan. b. Manfaat Perhitungan Biaya Pesanan Penentuan biaya pesanan sangat bermanfaat untuk penetapan harga jual dan pengendalian biaya. Umumnya calon pelanggan selalu meminta estimasi biaya terlebih dahulu sebelum memesan, dan seringkali mereka memesan atau memberikan pekerjaan, membandingkannya dengan pesaing. Oleh sebab itu perusahaan harus dapat mengestimasi biaya secara akurat agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dan menghasilkan laba yang optimal. 24 c. Kerugian dalam Proses Produksi Kerugian dalam proses produksi berdasarkan pesanan tidak dapat dihindari, kerugian ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya adalah sisa bahan, produk cacat dan produk rusak. Sisa bahan pada umumnya operasi perusahaan manufacturing yang menggunakan sistem biaya berdasarkan pesanan tidak bisa menghindari kerugian akibat terjadi sisa bahan. Manajemen yang terlibat dalam proses produksi harus dapat bekerja sama guna mengurangi kerugian semacam ini seminimal mungkin. Para penganut “zero defect” menyatakan bahwa ukuran untuk mengurangi kerugian tersebut merupakan biaya efektif karena total biaya pabrikasi jangka panjang akan menurun sejalan menurunnya presentase sisa bahan. Dalam proses pabrikasi sisa bahan dapat berasal dari : pengolahan kurang baik, suku cadang rusak atau cacat yang tidak bisa diretur, stock bahan terlalu lama, penghentian proyek-proyek percobaan dan mesin-mesin pengolahan sudah terlalu tua. Perlakuan sisa bahan, jumlah sisa bahan yang terjadi pada perusahaan manufaktur sebaiknya ditelusuri sepanjang waktu dan dianalisis untuk menentukan apakah hal tersebut karena penggunaan bahan yang kurang efisien, apakah hal ini dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Apabila sisa bahan ini memang selalu terjadi dan sisa bahan tersebut laku dijual maka perlakuan 25 hasil penjualan sisa bahan dapat: ditutup ke ikhtsar laba-rugi, pengurangan harga pokok penjualan, dikreditkan ke pengendali overhead pabrik. Produk cacat adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, tetapi secara ekonomis produk tersebut dapat diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu, dimana biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki lebih rendah.faktor penyebab terjadinya produk cacat ada dua yaitu karena kesalahan dan bersifat normal. Produk rusak adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan mengelurkan biaya tertentu, dimana biaya yang dikeluarkan cenderung lebih besar dari nilai jual setelah produk tersebut diperbaiki.produk rusak ini umumnya diketahui setelah proses produksi selesai. Faktor penyebabnya ada dua karena kesalahan dan bersifat normal. 2. Metode Akumulasi Biaya Proses (Process Costing) Penentuan biaya proses adalah suatu meode dimana bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik dibebankan kepusat biaya atau departemen. Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk yang hasil ditentukan dengan membagi total biaya atau kepusat biaya atau departemen tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat biaya yang bersangkutan. 2.1 Karakteristik Penentuan Biaya Proses Ada beberapa karaktersistik dari biaya proses diantaranya adalah: a. Aktivitas produksi bersifat terus menerus 26 b. Produk bersifat massa, dengan tujuannya mengisi persediaan yang siap dijual. c. Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya relatif homogen dan berdasarkan standar. d. Biaya yang dibebankan kesetiap unit membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. e. Pengumpulan biaya dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu. 2.2 Aliran produk Dalam penentuan biaya aliran suatu produk yang berkaitan dengan pembebanan biaya dapat diklasifikasikan : a. Aliran Produk secara Berurutan Suatu format aliran produksi fisik dimana setiap proses produk dilakukan dalam urutan langkah yang sama. Berikut contoh gambar dari aliran produk berurutan : Sumber : Akuntansi Biaya edisi 4 Bastian Bustami dan Nurlela, 2013 Gambar2.3 Aliran Produk Berurutan 27 2.3 Arus Biaya Dan Akumulasi Biaya Arus biaya produksi dalm perhitungan biya proses secara umum sama dengan perhitunan biaya pesanan. Begitu bahan baku dibeli, biaya bahan baku ini mengalir ke dalam akun persediaan bahan baku. Biaya bahan baku ini mengalir ke dalam akun persediaan bahan baku. Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dibebankan akan mengalir ke dalam akun produk dalam proses. Ketika produk selesai, biaya produk yang telah mengalir dari akun produk dalam proses ke produk jadi. Setelah produk terjual biaya produk jadi dipindahkan ke akun harga pokok produk jadi dipindahkan ke akun haga pokok penjualan. Untuk penjurnalan secara umum sama dengan yag terdapat pada perhitungan biaya pesanan. Akumulasi biaya proses,mengembangkan prosedur untuk: 1. Pengumpulan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik untuk masing-masing departemen 2. Perhitungan biaya per-unit untuk masing-masing departemen 3. Memindahkan biaya dari departemen sebelumnya ke departemen berikutnya atau ke gudang produk jadi. 4. Membebankan biaya ke produk dalam proses yang terdapat pada setiap departemen.