DAMPAK KEBAKARAN HUTAN TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI OLEH: RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 RIZKI AMALIA ADINDA PUTRI E34120047 RIZKI AYU LESTARI E34120096 KELAS MATA KULIAH KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM HAYATI PEMBIMBING: Dr.Ir. Ervizal A.M Zuhud, MS Dr.Ir. Yeni A. Mulyani, MSc DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini kami menyatakan bahwa makalah yang berjudul “Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Keanekaragaman Hayati” merupakan karya asli kami, bukan merupakan jiplakan dari karya orang lain dan pustaka yang kami gunakan telah kami sebutkan dalam daftar pustaka. Bogor, 16 Mei 2013 Mengetahui: Anggota 1 Anggota 2 Anggota 3 Rizki Kurnia Tohir Rizki Amalia Adinda Putri Rizki Ayu Lestari KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kekuatan dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebakaran Hutan Sebagai Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati “ Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Sumberdaya Alam Hayati. Shalawat dan salam semoga tercurah pula kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabat. Teriring doa dan harap semoga Allah meridhoi upaya yang kami lakukan. Dalam makalah ini dikemukakan bagaimana kebakaran hutan terjadi, penyebab yang ditimbulkan setelah terjadinya kebakaran hutan, dan beberapa antisipasi bagaimana cara penanggulangan kebakaran hutan. Penulis mengucapkan terima kasih Dr.Ir. Ervizal A.M Zuhud, MS dan Dr.Ir. Yeni A. Mulyani, MSc sebagai dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan dalam menyusun makalah ini. Penulis berharap makalah ini bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya bagi masyarakat sehingga dapat menjadi solusi dalam menanggulangi kebakaran hutan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Bogor, 16 Mei 2013 Penulis DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ i KATA PENGANTAR ................................................................................ ii DAFTAR ISI ............................................................................................... iii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Tujuan ............................................................................................. 2 II. PEMBAHASAN 2.1 Keanekaragaman Hayati ................................................................. 3 2.2 Kebakaran Hutan ............................................................................. 4 2.3 Penyebab Kebakaran Hutan ............................................................ 4 2.4 Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Keanekaragaman Hayati ...... 7 2.5 Penanggulangan kebakaran hutan ................................................... 8 III. PENUTUP 3.1 Simpulan ......................................................................................... 11 3.2 Rekomendasi ................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Indonesia merupakan hutan alam yang besar dengan ekosistem yang lengkap dan relatif tidak terganggu, sehingga proses ekologis dan suksesi dapat berlangsung dengan baik (Bryant dkk. 1997). Hutan sangat penting bagi kelangsungan kehidupan manusia dan merupakan habitat alami pertama bagi banyak spesies tumbuhan dan hewan. Indonesia yang disebut sebagai megabiodiversity karena memiliki keanekaragaman spesies satwa, tumbuhan yang tinggi, dan memiliki 15 formasi hutan alami, luasnya mencapai sekitar 199 juta ha (RePPProT , dalam Zuhud dan Putro 2000), memerlukan pengelolaan dan perindungan yang ekstra keras dari semua pihak. Turunnya fungsi hutan sebagaimana mestinya akhir-akhir ini menjadi isu nasional bahkan internasional. Penurunan fungsi hutan terjadi karena beberapa faktor dan menimbulkan ancaman terhadap keanekaragaman hayati. Kualitas dan kuantitas keanekaragaman hayati dapat berkurang, salah satu penyebab utama berkurangnya keanekaragaman hayati adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan merupakan fenomena global yang dapat terjadi di semua wilayah. Adanya semak belukar dan alang-alang menyebabkan keadaan cenderung lebih kering dan rentan terhadap api, ditambah lagi dengan adanya siklus kekeringan. Selain itu adanya perbuatan manusia yang sengaja membakar hutan untuk pembukaan lahan, memberikan tambahan faktor yang memicu terjadinya kebakaran hutan. Kebakaran hutan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap perusakan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis memaparkan bagaimana dampak negatif kebakaran hutan terhadap keanekaragaman hayati, sehingga diperlukan tindakan yang cepat mengingat kebakaran hutan bersifat eksplosif yaitu merusak segala macam yang dilewatinya secara cepat. 1.2 Tujuan Memberikan informasi penyebab kebakaran hutan, dampak kebakaran hutan terhadap keanekaragaman hayati, dan bagaimana cara menanggulangi kebakaran hutan sehingga dapat meminimalisir ancaman terhadap keanekaragaman hayati. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati merupakan bentuk kehidupan di bumi. Interaksi diantara berbagai makhluk hidup serta antara mereka dengan lingkungannya, mencakup seluruh bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk terkecil hingga terbesar. Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu keanekaragaman spesies, genetik, dan komunitas (Indrawan et al 2007). Keanekaragaman genetik adalah variasi genetik dalam satu spesies. Keanekaragaman hayati tingkat spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari semua kingdom. Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing. ketiga tingkatan keanekaragaman hayati itu diperlukan untuk kelanjutan hidup di bumi dan penting bagi manusia (Purvis dan Hector 2000). Suatu kawasan yang memiliki keanekaragaman ekosistem yang tinggi biasanya memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi dengan varietas genetis yang tinggi pula (IBSAP Dokumen Nasional 2004). Keanekaragaman hayati tidak tersebar merata di muka bumi ini, kawasan yang memiliki keanekaragaman yang tinggi adalah kawasan tropis seperti indonesia. Kawasan tropis ini merupakan pusat asal usul keanekaragaman hayati yang ada. Keanekaragaman yang terus menerus mengalami penurunan, dan diindikasikan sewaktu-waktu akan mengalami kepunahan. Kata punah dapat mempunyai banyak arti, tergantung pada situasinya. Suatu spesies dikatakan punah ketika tidak ada satu pun individu dari spesies itu yang masih hidup didunia. Keanekaragaman spesies di dunia mengalami penurunan paling drastis selama 30.000 tahun (indrawan et al 2007). Salah satu penyebab terjadinya penurunan keanekaragaman ini adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini merupakan faktor yang sangat rentan mengancam keanekaragaman hayati karena kebakaran hutan itu bersifat eksplosif (menghancurkan semua dengan cepat). 2.2 Kebakaran Hutan Kebakaran hutan pasti terjadi setiap tahunnya dengan jumlah luas lahan dan inensitas kebakaran yang berbeda beda. Kebakaran hutan adalah kebakaran yang terjadi di dalam kawasan hutan. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan ini tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga internasional. Salah satu dampak yang penting bagi kehidupan adalah terhadap keanekaragaman hayati. Kebakaran hutan dapat terjadi secara maupun tidak sengaja. Dapat diakibatkan melalui beberapa kegiatan berladang atau yang tidak sengaja (Purbowaseso 2004). Kebakaran hutan rentan terjadi pada saat musim kering (iklim global) yang disebut dengan El Nino. Pada saat iklim global ini terjadi keadaan hutan yang ada menjadi dominan kering, sehingga api mudah membakar material-material yang ada di hutan secara cepat. Kebakaran hutan pada tahun 1997 merupakan kebakarn hutan terparah, kebakaran hutan terjadi di 25 propinsi kecuali DKI Jakarta (Kementerian Lingkungan Hidup dan UNDP). Selama kebakaran hutan berbagai unsur hara akan hilang, akan merusak vegetasi penutupan yang akan mempengaruhi siklus hidrologi dan masih banyak dampak yang ditimbulkan oleh adanya kebakaran hutan. 2.3 Penyebab Kebakaran Hutan kebakaran hutan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Secara alami, beberapa faktor alam yang menyebabkan kebakaran adalah saling berkaitan antara iklim, tipe vegetasi, dan bahan-bahan sisa vegetasi. Sumber api umumnya berasal dari kejadian alam, seperti petir dan letusan gunung berapi (Darwo 2009). Menurut Manan (1994) kegiatan ladang berpindah, pembakaran padang alang-alang, rekreasi, berkemah di alam bebas, penebangan, pengembalaan, dan perburuan mempunyai potensi untuk terjadinya kebakaran hutan. Kebakaran juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: A. Kebakaran Hutan yang Disesabkan Karena Faktor Alam 1. Karakteristik Bahan Bakar Terdapat beberapa sifat yang mempengaruhi antara lain ukuran bahan bakar,susunan bahan bakar,volume bahan bakar, dan jenis bahan bakar.Ukuran bahan bakar ada kaitannya dengan sifat kebakaran yang terjadi. Bahan bakar yang halus yaitu bentuk daun,rumput dari serasah akan mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya,mudah mengering sehingga rentan terbakar.Volume bahan bakar dalam jumlah yang besar akan menyebabkan api lebih besar, sehingga terjadi kebakaran yang sulit dipadamkan. Menurut Sagala (1994) membedakan jenis bahan bakar yaitu serasah lantai hutan , serasah tebangan, tumbuhan bawah, kanopi, rumput, semak, alang-alang. Jenis bahan bakar bisa digunakan sebagai indikator intensitas kebakaran yang akan terjadi. Tumbuh-tumbuhan berdaun jarum lebih mudah terjadi kebakaran besar dibandingkan dengan daun lebar yang relatif lebih sulit terbakar. 2. Cuaca Faktor cuaca turut andil menyebabkan kebakaran hutan terjadi seperti angin, suhu, curah hujan, dan keadaan air tanah. Angin merupakan faktor pemacu dalam tingkah laku api. Adanya angin akan mempercepat pengeringan bahan bakar, sehingga api dapat berkobar dan merambat cepat, serta adanya angin akan mengarahkan api ke bahan bakar yang belum terbakar. Suhu udara tergantung dari intensitas panas matahari. Areal dengan intensitas penyinaran matahari yang tinggi akan menyebabkan lebih cepat bahan bakar di lantai hutan mengering, sehingga lebih mudah untuk terbakar.. Curah hujan memiliki pengaruh terhadap kondisi basah atau kering material yang ada. Bahan bakar yang mengandung kadar air tinggi dan kelembaban udara tinggi akan sulit terjadinya kebakaran hutan. maka kita harus memperhatikan pada bulan-bulan mana saja yang termasuk curah hujan tinggi atau rendah untuk mengantisipasi kebakaran hutan. Keadaan air pada tanah penting karena apabila suatu tanah kadar airnya menurun akan menyebabkan lapisan permukaan atas tanah akan mengering dan mudah terbakar. 3. Waktu Siang hari adalah waktu yang rentan terjadinya kebakaran hutan, karena pada waktu siang tersebut keadaan kelembaban udara rendah, suhu udara tinggi dan angin bertiup kencang, sehingga berpotensi besar untuk terjadinya kebakaran hutan. Pada malam hari kondisi cuaca umumnya justru sebaliknya yaitu kelembaban udara tinggi,suhu udara rendah dan angin bertiup lebih tenang. Oleh karena itu waktu termasuk kedalam faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan. 4. Topografi Topografi adalah gambaran permukaan bumi yang meliputi relief dan posisi alamnya serta ciri-ciri yang merupakan hasil dari bentukan manusia. Tiga faktor yang biasanya berperanan penting yaitu kemiringan,arah lereng dan medan. Kemiringan yang curam memungkinkan terjadinya perambatan api yang cepat. Pada lereng curam api akan cepat naik kearah puncak dan lambat kearah bawah. Semakin curam, maka semakin cepat pula api menjalar. Wilayah dengan arah lereng menghadap matahari akan lebih cepat terjadinya pengeringan bahan bakar dibandingkan dengan wilyah yang memiliki arah kemiringan yang tidak menghadap matahari. Lereng yang langsung menghadap matahari akan terjadi hal-hal seperti kondisi suhu tinggi,angin yang bertiup kencang,rendahnya kelembaban udara dan kandungan air bahan bakar. B. Kebakaran Hutan yang Disebabkan oleh Faktor Manusia 1. Kesengajaan Manusia Kebakaran ini biasanya disebabkan oleh perilaku orang yang tidak bertanggung jawab. Pembakaran ini sengaja dilakukan karena ada maksud dan tujuan tertentu. Salah satunya adalah pembukaan lahan hutan oleh manusia dengan cara pembakaran hutan. Pembakaran hutan yang dilakukan untuk pembukaan lahan tersebut bukan hanya sekedar aksi bakar-bakar saja, tetapi dengan melakukan pembakaran hutan maka pembukaan lahan akan cepat dan biaya yang diperlukan sangat murah. Bandingkan dengan pembukaan lahan dengan pemotongan pohon satu demi satu maka memerlukan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar. 2. Kelalaian Manusia Biasanya orang yang bersangkutan tidak terlalu peduli dengan lingkungannya, sehinga ia dengan mudah melakukan hal yang berbahaya seperti membuang puntung rokok sembarangan.Kawasan hutan yang kering akan sangat responsif terhadap sumber api. Puntung rokok ini dapat berasal dari pengunjung hutan ataupun petugas jagawana yang menjaga hutan tersebut. Akibat yang ditimbulkan puntung rokok ini dapat menyebabkan kebakaran hutan yang cukup serius. Orang belum meyadari bahwa hal yang d anggap kecil dan tidak membahayakan seperti puntung rokok itu merupakan hal yang memiliki potensi kebakaran yang cukup besar. 2.4 Dampak Terhadap Keanekaragaman Hayati Kebakaran hutan mengakibatkan terjadinya perubahan fisik dan sifat kimia tanah hutan. Kebakaran hutan juga meningkatkan kandungan C, N, P, K, Ca, dan Mg. kebakaran hutan dapat menyebabkan penurunan penyerapan tanah, presentase air tanah yang tersedia, pH tanah. Sementara itu tumbuhan bawah bekas areal kebakaran mempunyai kerapatan dan penyebaran yang jauh lebih besar daripada tumbuhan yang tidak mengalami kebakaran, tetapi jumlah jenis pada areal kebakaran lebih kecil (Erizon 1985) Menurut kahfi (1986) kebakaran dapat merubah dominasi dan keragaman organisme tanah yang ada. Berkurangnya organisme tanah akibat kebakaran sangat ditentukan oleh intensitas kebakaran. Kebakaran hutan membawa dampak yang besar pada keanekaragaman hayati. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuhtumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit diperhitungkan. Hutan alam mungkin memerlukan ratusan tahun untuk berkembang menjadi sistem yang rumit yang mengandung banyak spesies yang saling tergantung satu sama lain. Pada tegakan dengan pohon-pohon yang ditanam murni, lapisan permukaan tanah dan tumbuhan bawahnya diupayakan relatif bersih. Pohon-pohon muda akan mendukung sebagian kecil spesies asli yang telah ada sebelumnya. Pohon-pohon hutan hujan tropis perlu waktu bertahun-tahun untuk dapat dipanen dan tidak dapat digantikan dengan cepat; demikian juga komunitasnya yang kompleks juga juga tidak mudah digantikan bila rusak. Luas hutan hujan tropika di dunia hanya meliputi 7 % dari luas permukaan bumi, tetapi mengandung lebih dari 50 % total jenis yang ada di seluruh dunia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa hutan hujan tropika merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati terpenting di dunia. Namun, jika kebakaran terjadi pada areal hutan ini, maka banyak spesies yang akan berkurang dan menjadi terancam punah (Soemarsono 1997) Kehilangan keanekaragaman hayati secara umum juga berarti bahwa spesies yang memiliki potensi ekonomi dan sosial mungkin hilang sebelum mereka ditemukan. Sumberdaya obat-obatan dan bahan kimia yang bermanfaat yang dikandung oleh spesies liar mungkin hilang untuk selamanya. Kekayaan spesies yang terdapat pada hutan hujan tropis mungkin mengandung bahan kimia dan obat-obatan yang berguna. Banyak spesies lautan mempertahankan dirinya secara kimiawi dan ini merupakan sumber bahan obat-obatan yang penting 2.5 Pencegahan Kebakaran Hutan Menurut Purbowaseso (2004) Pencegahan merupakan upaya yang dilakukan pada fase sebelum kejadian berlangsung. Upaya yang di lakukan untuk mencegah kebakaran hutan antara lain: A. Membuat Peta Kerawanan Kebakaran Peta kerawanan kebakaran hutan dapat dibuat dengan bantuan citra satelit yang memanfaatkan saluran termal. Berdasarkan citra satelit tersebut dari beberapa tahun dapat dipetik titik-titik api pada wilayah tertentu. Dengan demikian pada wilayah tertentu dapat diketahui kelas kerawanannya.Sehingga wilayah yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi dapat mendapatkan pengawasan yang intensif. B. Pemantauan Cuaca Kegiatan yang dimaksudkan di sini adalah memantau tingkat kerawanan api. Kerawanan api tergantung pada faktor hujan, suhu, kelembaban, struktur bahan bakar, susunan bahan bakar, angina dan topografi sehingga perlu diadakan satsiun pemantauan cuaca. C. Penyiapan Regu Pemadam Penyapan regu pemadam kebakaran yang cepat tanggap dan sigap apabila terjadi kebakaran hutan sangat diperlukan guna meminimalisir jumlah luas hutan yang terkena api. Pemilihan regu pemadam kebakaran harus dengan baik sehingga terbentuk regu yang cepat tanggap. D. Pembangunan Menara Pengawas Menara pengawas harus diletakkan ditempat yang strategis dan mudah dijangkau.Pengawasan terhadap munculnya kebakaran hutan harus dilakukan secara rutin unuk mendeteksi kebakaran hutan secara dini. E. Penyiapan Peralatan Pemadam Alat pemadam yang harus disiapkan pada dasarnya dibagi menjadi empat, yaitu peralatan perorangan, peralatan kelompok, peralatan bantuan, dan sarana bantuan nasional. Peralatan kebakaran yang lengkap akan membantu pengendalian api secara cepat, sehingga peralatan pemadaman ini sangat diperlukan. F. Membuat Sekat Bakar Sekat bakar di bedakan menjadi dua, yaitu jalur kuning dan jalur hijau. Jalur kuning adalah sekat dengan lebar tertentu (biasanya 12-20 m) dan mengelilingi areal sampai bertemu gelang dan sekat dalam kondisi bersih dari bahan bakar. Jalur hijau dibedakan dengan jalur kuning terletak pada penanaman pohon yang tahan api pada jalur hijau. G. Penyuluhan Penyuluhan merupakan kegiatan penting dalam rangka menyadarkan seluruh pihak yang terkait dengan pembakaran hutan. Agar penyuluhan dapat efektif, maka orang yang disuluh sebagai objek harus tepat.Materi yang disampaikan harus dalam bahasa yang mudah diterima dan materi bersifat teknis. H. Membentuk Organisasi Penanggulangan Kebakaran Hutan Tugas organisasi ini adalah membuat undang-undang tentang kebakaran hutan. Seperti yang telah ada yaitu seksi kebakaran hutan dibawah Sub-Direktorat Perlindungan Hutan. BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Kebakaran hutan sangat berpotensi mengancam keanekaragaman hayati. Kebakaran hutan dapat mempengaruhi ekosistem hutan dan keanekaragaman hayati. Semua proses ekologis di hutan akan mengalami gangguan dikarenakan kebakaran hutan. Keanekaragaman hayati yang melimpah mulai dari keanekaragaman hayati tingkat gen, spesies, dan ekositem dapat hancur oleh kebakaran hutan. Kondisi lingkungan turut mempengaruhi potensi terjadinya kebakaran hutan, termasuk di dalamnya cuaca, waktu, bahan bakar, dan topografi. Keadaan lingkungan yang kering menyebabkan api mudah terpancing dan berkobar. Kebakaran hutan yang bersifat eksplosif yaitu merusak semua dan dengan waktu yang singkat dijadikan alat oleh manusia untuk peoses pembukaan lahan. Pembukaan lahan dengan cara pembakaran hutan memiliki keuntungan yang besar. Mulai dari waku yang digunakan untuk pembukaan lahan yang relatif singkat dan biaya yang terjangkau, menjadikan manusia tergiur untuk melakukan hal itu tanpa memperdulikan bagaimana keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya akan terganggu bahkan mati. 3.2 Rekomendasi Solusi yang telah diuraikan di atas diharapkan dijalankan dengan baik dan membuat sistem pengelolaan pencegahan kebakaran yang tertata rapi, dan memperkuat koordinasi antara pihak-pihak yang terkait. Pemantauan potensi kebakaran hutan hendaknya dipegang oleh orang yang memiliki kompetensi di bidang itu dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap lingkungan. Perlu adaya penyuluhan secara besar-besaran bahwa keanekaragaman hayati itu sangat perlu dilindungi untuk menopang kehidupan manusia di bumi. DAFTAR PUSTAKA Bryant, D., Nielsen, D. Dan L.Tangley.1997. The Last Frontier Forest: Ecosystem and Econimies on the Edge. World resource institute. Washington DC Darwo. 2009. Perilaku Api Dan Sebab Akibat Kebakaran Hutan .Dalam :Teknik Pencegahan Kebakaran Hutan Melalui Partisipasi Masyarakat. Prosiding.Workshop, Kabanjahe, 11-12 maret.Kabanjahe : Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam dan Dinas Kehutanan Kabupaten Karo, hlm. 71-72. Erizon. 1985. Studi Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Tanah, Tumbuhan Bawah, dan Tegakan Hutan pada Kelompok Hutan Sungai Pesab dan Sungai Seleg di Muara Wahau, Kalimantan Timur. Skripsi. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. IBSAP Dokumen Nasional. 2004. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Indrawan M, Richard BP, Jatna S. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Kahfi E.1986. Pengaruh Kebakaran Hutan Dan Organisme Tanah di Jampang Tengah , Sukabumi, Jawa Barat.Skripsi. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Kementerian lingkungan hidup dan UNDP. 1998. Ringkasan Eksekutif – Kebakaran Hutan dan Lahan Di Indonesia. Manan S. 1994. Forest Fire Protection, Alternative and Reality. Dalam :Forest Rehabilitation and Forest Protection from Fire.Prosiding.Workshop, Samarinda, 31 januari-2 februari. Samarinda : Departemen Kehutanan dan ITTO, hlm. 14-16. Purbowaseso B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Jakarta : Rineka Cipta. Purvis, A. & A. Hector. 2000. Getting The Measure Of Boidiversity. Nature 405: 212-219 Sagala.1994. Aspek Pengendalian Api Pada Reboisasi di Alang-alang. Banjarbaru : Balai Teknologi Reboisasi Banjarbaru. Soemarsono. 1997. Kebakaran Lahan, Semak Belukar dan Hutan di Indonesia (Penyebab, Upaya dan Perspektif Upaya di Masa Depan). Dalam :Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Prosiding.Workshop, Yogyakarta, 16 Desember.Yogyakarta : Departemen kehutanan, hlm. 1-14. Zuhud, E.AM. dan Putro, H.R. 2000. Penyelamatan Keanekaragaman Hayati dalam Ekosistem Hutan Alam yang Masih Tersisa. Dalam Prosiding Simposium Nasional Pengelolaan Pemuliaan dan Plasma Nutfah. Bogor, 22-23 Agustus 2000. Kerjasama Perkebunan, Komnas Plasma Nutfah. Perimpi, Balitbangtan, Ditjen