HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI DENGAN PARTISIPASI SUAMI TERHADAP KEHAMILAN DI BALAI PENGOBATAN SUMBER SEHAT MARGA ASIH KABUPATEN BANDUNG Yayat Suryati, Oyoh, Mega Rahayu Dwijayanti STIKES A. Yani Cimahi ABSTRAK Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun psikologi sosial seorang wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi dan janinnya. Kabupaten Bandung mempunyai jumlah penduduk sebanyak + 5 Juta Jiwa yang terbagi dalam 30 lebih kecamatan. Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2009 terdapat sekitar 10% dan angka kematian bayi (AKB) sebanyak 36,02 %. Angka tersebut terutama AKB masih cukup tinggi.Data partisipasi suami berupa peran aktif suami mengantarkan ibu memeriksakan kehamilan mencapai 42% dari jumlah ibu hamil yang memeriksakannya di klinik, balai pengobatan dan puskesmas di wilayah kabupaten Bandung.Sisanya ibu hamil memeriksakan kehamilannya sendiri atau dengan saudara. Penelitian ini bertujuan, untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan suami dengan partisipasi suami terhadap kehamilan.Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif korelasi.Menggunakan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 30 responden di Balai Pengobatan Sumber Sehat.Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik Quota sampling.Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisa data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat (Chi square). Hasil penelitian diperoleh data Dari 30 responden terdapat 9 (81,8%) yang berpengetahuan kurang dan tidak aktif, sedangkan suami yang berpengetahuan baik dan aktif sebanyak 10 (71,4%). Ada terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan suami terhadap partisipasi terhadap kehamilan dengan p value = 0,013. Dari 30 responden terdapat sebanyak 14 (46,7%) hampir sebagian responden berpengetahuan baik. Dari 30 responden terdapat sebanyak 16 (53,3%) sebagian besar responden yang aktif dalam partisipasi terhadap kehamilan. Diharapkan pada Balai Pengobatan Sumber sehat Marga Asih kabupaten Bandung dapat memberikan pelayanan secara promotif dan preventif seperti penyuluhan pada suami tentang partisipasi terhadap kehamilan. Diharapkan bagi peneliti lain untuk menggunakan rancangan penelitian case control agar hubungan yang di teliti lebih kuat. Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Partisipasi suami, Kehamilan Kepustakaan : 31,1999 - 2010 A. PENDAHULUAN Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress, tapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar, sedangkan hamil yaitu mengandung janin dalam rahim (Bobak, 2005). Periode antenatal adalah suatu kondisi yang dipersiapkan secara fisik dan psikologis untuk kelahiran dan menjadi orang tua. Pada periode ini terutama perempuan yang sehat akan mencari petunjuk dan perawatan secara teratur. Kunjungan antenatal biasanya dimulai segera setelah tidak mendapat haid (menstruasi), sehingga bisa diidentifikasi diagnosis dan perawatan terhadap kelainan yang mungkim muncul pada ibu hamil.Kehamilan membutuhkan waktu 9 bulan kalender atau 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi 3 periode yaitu trimester I dari minggu ke-1 sampai 13, trimester II dari minggu ke -14 sampai 26, trimester III dari minggu ke-27 sampai 38-40 (akhir kehamilan) (Salmah, 2006). Jurnal Kesehatan Kartika 1 Selama kehamilan, ibu memerlukan adaptasi dengan berbagai perubahannya terutama pada ibu yang mengalami kehamilan pertama. Secara fisik ibu hamil akan merasa letih, lesu dan sebagainya. Sedangkan secara psikologis ibu hamil akan dibayangi dan dihantui rasa cemas serta takut akan hal-hal yang mungkin akan terjadi baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya. Hal-hal seperti itulah yang harus diketahui oleh sang ibu dan sang ayah. Secara umum, sang ibu akan merasakan rasa cemas akan hal-hal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang berada dalam suatu proses yang tidak dapat berubah kembali. Emosi wanita yang sedang hamil juga sangatlah labil.Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan.Ibu menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan. Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi pengalaman kepada orang lain (Varney, 2006). Kehamilan istri, disatu sisi bisa menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi seorang calon ayah, apalagi yang baru pertama mengalaminya. Kadang di sisi lain, kecemasan senantiasa menghantui pikiran seorang suami berkaitan dengan keadaan istri. Bagaimana mengantisipasi perasaan cemas dan kekhawatiran selama istri hamil. Sebagai calon ayah, perasaan itu tentu tak jauh beda dengan yang dialami istri sebagai calon ibu. Bahagia, cemas, bangga, bingung, bercampur menjadi satu.Istri yang baru pertama hamil, sangat membutuhkan perhatian lebih dari suami. Biasanya calon ibu seringkali mengalami perubahan emosi yang sering membuatnya tidak merasa nyaman, hingga sedikit besar perhatian suami akan sangat berarti bagi istri. Menurut Badan Kesehatan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN,2001) partisipasi suami dalam kehamilan dapat ditunjukkan dengan: memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri., mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan minimal4 kali selama kehamilan, memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anemia, menentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) bersama istri sesuai dengan kemampuan dan kondisi masingmasing daerah, melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini mungkin bila terjadi hal-hal yang menyangkut kesehatan selama kehamilan (perdarahan, eklampsi dan lain-lain), menyiapkan biaya persalinan. Menurut Lestariningsih (2008) keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan nutrisi untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilan (Lestariningsih, 2008, Info Lengkap Agar Suami Lebih Berperan Dalam Kehamilan, ¶ 1, http://www.bibilung.wordpress.com, diperoleh tanggal 1 Februari 2010). Jika kurangnya peran serta maupun pengetahuan suami terhadap kehamilan ibu dapat menyebabkan bermacam-macam keadaan mulai dari kekurangan nutrisi terhadap ibu dan janin, bahkan sampai pada kematian. Kematian Ibu dan janin bisa terjadi dalam kehamilan, hal itu dikarenakan tidak segera mendapat pertolongan tenaga kesehatan jika terjadi sesuatu, karena umumnya keluarga ibu dan janin terutama suami tidak mengenali tanda-tanda komplikasi yang mengancam jiwa, lamban mengambil keputusan mencari pertolongan, sangat jauh untuk mendapatkan perawatan yang memadai atau sering disebut “3 terlambat”. Ketidak tahuan bahaya itu hingga kini masih dialami oleh sebagian besar para suami.Berdasarkan informasi diatas maka sangatlah penting peran suami dalam mengetahui dan ikut aktif menjaga ibu hamil agar tidak terjadi hal-hal terburuk seperti kematian ibu dan bayi (Jalilah, 2008). Tingkat pengetahuan suami terhadap kehamilan di beberapa daerah dinilai masih kurang. Sebagai gambaran bahwa telah dilakukan penelitian oleh Nurul Hidayatun Jalilah di Puskesmas Pare, Kabupaten Tumenggung, Jawa Tengah menunjukkan tingkat pengetahuan suami terhadap kehamilan Jurnal Kesehatan Kartika 2 hanya 12 responden dari 33 responden yang diteliti atau hanya 35%. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor kepercayaan dan kurangnya pendidikan (Jalilah, 2008). Di Jawa Barat AKI mencapai 38 per 1000 kelahiran dan AKB sebesar 226 per 100.000 kelahiran.Faktor tingginya angka kematian bayi di Jawa Barat disebabkan minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya kesehatan, terutama pengetahuan dalam menjaga serta memeriksakan kesehatan kandungannya ketika hamil.Peran seperti ini tidak saja dilakukan oleh ibu tetapi keikutsertaan suami sebagai calon ayah sangatlah diperlukan (Tribun Jabar, 23 Januari 2010). Dari hasil studi pendahuluan di balai pengobatan Sumber Sehat pada tanggal 18 sampai 20 Maret 2010 terdapat 10 dari 20 ibu hamil yang diantar oleh suaminya. Hasil wawancara terhadap suami yang mengantar istrinya periksa kehamilan menunjukkan bahwa 7 orang suami tidak mengetahui gizi ibu hamil dan 8 orang suami tidak mengetahui apa yang harus diperhatikan terhadap ibu yang sedang hamil. Padahal partisipasi suami saat kehamilan sangatlah penting dan dapat membuat ketenangan jiwa ibu hamil. Selama kehamilan, ibu memerlukan adaptasi dengan berbagai perubahannya terutama pada ibu yang mengalami kehamilan pertama. B. METODOLOGI PENELITIAN Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Metode deskriptif korelasi adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utuama mengetahui gambaran atau deskipsi tentang suatu situasi dengan menghubungkan antara variabel, sedangkan Cross sectional dimana peneliti melakukan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005). Variabel Independen • Tingkat Pengetahuan suami terhadap kehamilan Variabel Dependen Partisipasi suami terhadap kehamilan • Pendapatan • Budaya = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti Gambar 3.1 Kerangka Konsep (Sumber : BKKBN, 2000) Jurnal Kesehatan Kartika 3 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang mengantarkan istrinya periksa di Balai Pengobatan Sumber Sehat Marga Asih Kabupaten Bandung dari periode tahun 2009-2010 pada bulan September 2009 – Februari 2010 adalah 180 orang. Pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik asidental sampling pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2005).Pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan lembar kuesioner kepada responden kemudian diberi penjelasan tentang petunjuk pengisian dalam memberikan jawaban pada lembar kuesioner yaitu identitas responden dan data khusus pada lembar kuesioner untuk mendapatkan data tentang tingkat pengetahuan suami tentang kehamilan dan partisipasi suami tentang kehamilan. Dalam analisis data penulis menggunakan analisa univariat untukmengetahui distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).Dan analisabivariat analisa ini digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antar variabel yaitu variabel independen dan . dependen.proses pengolahan data menggunakan uji statistic chi – square ( C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Univariat a. Gambaran responden tentang tingkat pengetahuan suami. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan suami di Balai Pengobatan Sumber Sehat Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Pengetahuan suami Kurang Cukup Baik Jumlah Frekuensi 11 5 14 30 % 36,7 16,7 46,7 100 Berdasarkan hasil analisis tabel 1 didapatkan bahwa dari 30 responden terdapat sebanyak 14 (46,7%) responden berpengetahuan baik. Pengetahuan merupakan informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Irmayanti, 2007). Suami dengan berpengetahuan baik hal ini merupakan hal yang positif karena dengan pengetahuan suami dapat mengetahui cara menjaga pola makan ibu hamil, yang diperoleh dari buku-buku pengetahuan atau pengalaman orang lain dan Suami dapat memahami bagaimana menjaga pola makan ibu hamil karena pola makan ibu hamil sangat penting guna kelancaran asupan gizi bagi ibu dan janin jika tidak dijaga maka janin atau ibu akan terganggu kesehatannya. Dalam hal ini peran perawat pun tidak kalah pentingnya, perawat dituntut untuk lebih meningkatkan peran dan fungsinya terutama di dalam pelaksanaan peran perawat sebagai educator. Disni perawat harus mampu memberikan pendidikan kesehatan untuk pasangan suami istri (PUS) khususnya untuk suami, agar para suami senantiasa mengetahui apa saja yg dibutuhkan ibu dalam masa kehamilan. Jurnal Kesehatan Kartika 4 Tingkat pengetahuan suami terhadap kehamilan di beberapa daerah dinilai masih kurang. Sebagai gambaran bahwa telah dilakukan penelitian oleh Nurul Hidayatun Jalilah di Puskesmas Pare, Kabupaten Tumenggung, Jawa Tengah menunjukkan tingkat pengetahuan suami terhadap kehamilan hanya 12 responden dari 33 responden yang diteliti atau hanya 35%. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor kepercayaan dan kurangnya pendidikan (Jalilah, 2008). Diperkuat oleh Notoatmodjo (2005) dan Sarwono (2005) beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan diantaranya pengalaman, pendidikan, kepercayaan, umur, pekerjaan, dan sumber informasi. b. Gambaran responden tentang partisipasi suami. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Partisipasi Suami di Balai Pengobatan Sumber Sehat Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Partisipasi suami Tidak aktif Aktif Jumlah Frekuensi 14 16 30 % 46,7 53,3 100 Berdasarkan hasil analisis tabel 2 didapatkan bahwa dari 30 responden terdapat sebanyak 16 (53,3%) yang aktif dalam partisipasi terhadap kehamilan. Partisipasi adalah keikutsertaan suami dalam proses pengambilan keputusan dan menetapkan berbagai langkah yang di perlukan untuk melaksanakan keputusan yang sudah di ambil (http://www.partisipasi-suami-dalam-asuhankehamilan.com diperoleh pada tanggal 05 MARET 2010). Suami yang berpartisipasi aktif hal ini sangat positif karena Partisipasi suami saat kehamilan sangat penting dan dapat membantu ketenangan jiwa istri. Suami dapat membantu beberapa tugas istri sehingga,istri lebih banyak istirahat terutama menjelang persalinan. Suami dapat membelikan dan membacakan bacaan yang bermanfaat sesuai pandangannya, sehingga pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan janin makin baik.Dalam situasi mengidam, mungkin istri memerlukan bantuan suami untuk mendapatkan makanan yang diinginkan.Dengan demikian telah memberikan perhatian khusus pada janin dan ikut serta memelihara kejiwaan secara tidak langsung (Manuaba, 1999). Menurut Badan Kesehatan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN,2001) partisipasi suami dalam kehamilan dapat ditunjukkan dengan: memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri., mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan minimall 4 kali selama kehamilan, memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anemia, menentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) bersama istri sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing daerah, melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini mungkin bila terjadi hal-hal yang menyangkut kesehatan selama kehamilan (perdarahan, eklampsi dan lain-lain), menyiapkan biaya persalinan. Jurnal Kesehatan Kartika 5 2. Analisa Bivariat Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan suami dengan partisipasi suami terhadap kehamilan. Tabel 3 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan suami dengan partisipasi suami terhadap kehamilan. Partisipasi Tingkat Pengetahuan suami Kurang Cukup Baik Jumlah Total Tidak aktif n % n % n % 9 1 4 14 2 4 10 16 18,2 80,0 71,4 53,3 11 5 14 30 100 100 100 100 81,8 20,0 28,6 46,7 aktif Pvalue 0,013 Dari hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan suami dengan partisipasi terhadap kehamilan diperoleh sebanyak 9 (81,8%) bahwa hampir seluruh responden yang berpengetahuan kurang dan tidak aktif, sedangkan sebagian besar responden yang berpengetahuan baik dan aktif sebanyak 10 (71,4%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,013 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami dengan partisipasi suami terhadap kehamilan. Hasil penelitian diperoleh data Dari 30 responden terdapat 9 (81,8%) yang berpengetahuan kurang dan tidak aktif, sedangkan suami yang berpengetahuan baik dan aktif sebanyak 10 (71,4%). %). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,013 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami dengan partisipasi suami terhadap kehamilan. Hal tersebut diatas sesuai dengan yang dikemukakan oleh BKKBN (2009) bahwa semakin rendah tingkat pengetahuan suami maka akses informasi kesehatan ibu hamil akan berkurang sehingga partisipasi suami juga menjadi tidak aktif. Menurut BKKBN (2000) pengetahuan suami dipengaruhi banyak faktor antara lain pengalaman, pendidikan, kepercayaan, umur , pekerjaan dan sumber informasi sedangkan faktor yang mempengaruhi partisipasi suami dalam perlindungan kesehatan reproduksi ibu hamil adalah budaya, pedapatan, tingkat pendidikan. Adapun data yang mendukung hal tersebut antara lain 24% memperoleh sumber informasi berdasarkan pengalaman kehamilan istri sebelumnya, 36% memperoleh informasi dari petugas kesehatan. Suami yang berpengetahuan baik dan aktif, hal ini menunjukan hal yang positif karena suami sangat menyayangi istrinya sehingga dapat memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri.Misalnya Mendorong dan mengantar istri untukmemeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan minimall 4 kali selama kehamilan, Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anemia, Suami juga dapat mengetahui cara menjaga pola makan ibu hamil, hal tersebut didapat dari buku-buku pengetahuan atau pengalaman orang lain.sertaMenentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) bersama istri sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing daerah.Partisipasi suami sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan janin ibu (Manuaba, 1999). Jurnal Kesehatan Kartika 6 Hal serupa dikemukakan Lestariningsih (2008) keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan nutrisi untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilan (Lestariningsih, 2008, Info Lengkap Agar Suami Lebih Berperan Dalam Kehamilan, ¶ 1, http://www.bibilung.wordpress.com, diperoleh tanggal 1 Februari 2010). Jika kurangnya peran serta maupun pengetahuan suami terhadap kehamilan ibu dapat menyebabkan bermacam-macam keadaan mulai dari kekurangan nutrisi terhadap ibu dan janin, bahkan sampai pada kematian. D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan suami terhadap kehamilan yang berhubungan partisipasi suami terhadap kehamilan di Balai pengobatan sumber sehat marga asih kabupaten bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Hampir sebagian responden berpengetahuan baik. b. Sebagian besar responden yang aktif dalam partisipasi terhadap kehamilan. c. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan suami dengan pertisipasi terhadap kehamilan. 2. Saran a. Diharapkan pada Balai Pengobatan Sumber sehat Marga Asih kabupaten Bandung dapat memberikan pelayanan secara promotif dan preventif seperti penyuluhan pada suami tentang partisipasi terhadap kehamilan. b. Diharapkan bagi peneliti lain untuk menggunakan rancangan penelitian case controlagar hubungan yang di teliti lebih kuat dan juga menambahkan variabel lain seperti pendidikan dan pendapatan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006).Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bobak, dkk.(2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Budiono, (2000).Kamus Bahasa Indonesia Baku.Surabaya: Penerbit Alumni Farrer, H. (2001). Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Suandi (2008) Angka Kematian Ibu Kabupaten Bandung Tertinggi di Asean. Tersedia di http://www.ssffmp.or.id/berita/ diperoleh pada tanggal 29 Januari 2010 Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Litin, C.S. (2007). Mayo Clinic Family Health Book: Panduan Kesehatan Keluarga. Jakarta: PT Gramedia. Jurnal Kesehatan Kartika 7 ……………(2005). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasinya.Jakarta: PT Rineka Cipta. Litin, C.S (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.Jakarta: PT Rineka Cipta. Nurgiantoro, B. dkk.(2009). Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nursalam.(2003). Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Rianto, A. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Saifuddin, A.B. (2004). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jurnal Kesehatan Kartika 8