e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS BERBANTUAN MEDIA MOZAIK UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK Ida Ayu Putri Septiana Dewi1, Anak Agung Gede Agung2, Didith Pramunditya Ambara3. 1,3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected].,[email protected]., [email protected] Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya perkembangan motorik halus pada anak kelompok B2 TK Pertiwi Bangli. Berdasarkan hasil observasi diperoleh data dari 24 anak, 10 anak mulai berkembang dan 10 anak masih belum berkembang, rata-rata M% sebesar 32,9%. Jika dikonvermasikan ke dalam PAP skala lima perkembangan motorik halus berada pada kriteria sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B2 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Pertiwi Bangli. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Metode yang digunakan adalah metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data yang dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak pada siklus I sebesar 55,6% yang berada pada kategori rendah dan siklus II meningkat menjadi sebesar 83.33% berada pada kategori tinggi. Terjadi peningkatan perkembangan motorik halus berbantuan media mozaik sebesar 27,73%. Setelah skor yang diperoleh dari siklus I ke siklus II maka diperoleh nilai gains skor sebesar 0,6 yang berada pada kategori sedang. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B2 TK Pertiwi Bangli. Kata kunci: Pemberian Tugas, Mozaik, Motorik Halus Abtract Background of this research about the luck of development fine motor in children group B2 kindergarten Pertiwi Bangli. Based on the observation data obtained from 24 chidren, 10 children begin develop and 10 children is still undeveloped average M percent around about 32,9 percent. If confirment into the scale five PAP development of fine motor is at in low creteria. Parpase this research to know enhancement development fine motor in children B2 smester II 2014/2015 at kindergarden Pertiwi Bangli. This research is action research carried out in two cycles. The method used is observation method with instruments such us observation sheet. The data analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative analysis. The result of research showed that application method of the provision of the task assisted media mosaic can improve the development of fine motor children on the first cycle of 55,6 percent are at low category and the second cycle increased to 83.33 percent are at high category. An increase in the development of fine motor assisted media mosaic of 27,73 percent. After the score obtainted from the first cycle to the second cycle then obtained score valve gains of 0,6 which are at medium category. The conclusion of this research that the application of the task assisted media mosaic can improve the development of fine motor in children group B2 kindergarden Pertiwi Bangli. Keywords: Delivery of task, Mozaik, Fine Motor e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) PENDAHULUAN Pada anak usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka yaitu masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa sosial emosional, konsep diri, dan nilai-nilai agama. Pengembangan seluruh potensi anak usia dini sesuai dengan hak anak sebagaimana diatur dalam UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang menyatakan “setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan diskriminasi” (Depdiknas, 2004). Sejalan dengan hal tersebut maka pendidikan anak usia dini merupakan dasar yang sangat penting dilaksanakan dalam usaha membekali anak untuk masa depannya. Untuk itu setiap pelajaran yang diberikan harus terarah pada pembentukan dasar yang kokoh. Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan bagi anak-anak melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD adalah pendidikan yang cukup penting dan bahkan menjadi landasan yang kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan kuat. Pendidikan anak usia dini sangat penting dilaksanakan karena pada usia sejak lahir sampai dengan 6 tahun berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, keterampindan intelektual harus tumbuh dan berkembang untuk mempersiapkan pendidikan anak lebih lanjut. Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru TK yang mengajar di kelompok B2 TK Pertiwi Bangli, diperoleh bahwa perkembangan motorik halus pada anak masih tergolong rendah sehingga dalam kegiatan pembelajaran belum mencapai tingkat pencapaian perkembangan anak, hal ini dapat dilihat dari indikator perkembangan motorik halus. Hal ini diperkuat dengan hasil penilaian yang memuat keterangan beberapa anak belum mencapai indikator yang dikembangkan. Anak yang belum mampu menempel dengan baik dikategorikan mendapat bintang satu (*) belum berkembang, sedangkan anak yang sudah mampu dengan bantuan guru dikategorikan mendapat bintang dua (**) mulai berkembang, dan anak yang sudah mampu menempel dikategorikan mendapat bintang tiga (***) berkembang sesuai harapan. Dari jumlah anak 16 orang yang mendapat bintang (*) sebanyak 9 anak, yang mendapat bintang (**) sebanyak 4 anak, dan yang mendapat bintang (***) sebanyak 3 anak. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus pada anak kelompok B2 TK Pertiwi Bangli perlu ditingkatkan lagi dengan menggunakan metode dan media dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran dalam perkembangan motorik halus pada anakmasih tergolong rendah, disebabkan karena guru selalu memberikan kegiatan pembelajaran yang kurang berfariasi, sehingga anak bosan. Hal ini terlihat dalam kegiatan sehari-hari yang diberikan guru dan media atau alat yang digunakan kurang berfariasi serta stimulus yang diberikan guru kurang optimal sehingga perkembangan yang di harapkan belum tercapai secara maksimal. Hal ini diperkuat dengan hasil penilaian yang memuat keterangan beberapa anak belum mencapai indikator yang dikembangkan. Berdasarkan permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa perlu adanya inovasi pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak dengan menerapkan metode dan media yang tepat. Hal ini dapat ditingkatakan dan diupayakan melalui kegiatan bermain sambil belajar, karena pendidikan anak usia dini identik dengan bermain. Melihat kondisi yang seperti ini penulis mencoba meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak dengan menerapkan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik. Penelitian tentang penerapan metode pemberian tugas pernah dilakukan e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) oleh Khasanah (2013) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan motorik halus menggunakan kegiatan mozaik sudah sangat baik. Hal tersebut dilihat dari hasil yang menunjukan bahwa sebagian besar atau sebesar 82,37% anak kelompok B di gugus II telah mempunyai kemampuan motorik halus dalam kategori yang sangat baik. Peneliti lain oleh Indraswari (2011) dengan hasil penelitian disetiap siklus telah menunjukkan adanya peningkatan perkembangan motorik halus anak dari siklus I pada umumnya masih terlihat rendah, pada siklus I peningkatan menempel anak terlihat masih kurang rapi yang dilanjutkan pada siklus II. Perkembangan motorik halus anak menjadi lebih meningkat serta menunjukan hasil yang positif. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pemberian tugas diharapkan dapat diterapkan untuk meningkatkan perkembangan motorik anak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini mengangkat judul “Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Mozaik Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Kelompok B2 Semester II DI TK Pertiwi Bangli Tahun 2014/2015”. Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan perkembangan motorik halus setelah penerapan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik pada anak kelompok B2 Semester II DiTK PertiwiBangli Tahun 2014/2015. Menurut Aqib (2013:50) “media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar.Dari pengertian diatas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar dapat pula dikatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. Menurut Gagne (dalam asyar, 2012:7) bahwa “media adalah berbagai komponen pada lingkungan pembelajaran yang membantu pembelajar untuk belajar”. Sedangkan Briggs (dalam Sadiman dkk, 2005:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Moeslichatoen (2004:181) menyatakan bahwa, metode pemberian tugas merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada anak TK yang harus dilaksanakan dengan baik. Tugas itu diberikan kepada anak TK untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk menyelesaikan tugas yang didasarkan pada petunjuk lansung dari guru yang sudah dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanaknan dari awal sampai tuntas. Menurut Djamarah dan Zain (2006:85) “metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Menurut Soemardjadi (dalam Sumanto, 2005:88) mozaik adalah suatu cara membuat kreasi gambar/lukisan atau hiasan yang dilakukan dengan cara menempelkan/merekatkan potonganpotongan atau bagian-bagian bahan tertentu yang ukurannya kecil-kecil. Mozaik ini pada mulanya dikenalkan di benua Eropa pada zaman Bizantium-Romawi. Sudjana, dkk (1994:24) mengatakan “mozaik berasal dari kata Bahasa inggris mosaic. Dijelaskan bahwa, mozaik adalah seni dekorasi bidang dari kepingan-kepingan berwarna yang disusun dan ditempelkan dengan perekat”. Menurut Soemarjadi (dalam Indraswari, 2012:4) “mozaik adalah elemen-elemen yang disusun sedemikian rupa dan direkatkan diatas sebuah permukaan bidang sehingaa membentuk gambar atau desain”. Menurut Suherman dan Rizal (2010:138) “lukisan mozaik adalah lukisan yang menggunakan teknik menempel pecahan kaca, porselen, butir, batu e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) berwarna atau biji-bijian yang disusun sesuai pola gambar”. Material umum yang sering digunakan dalam karya seni mozaik adalah kayu, kertas, kain, plastik, kaca, keramik, pecahan genteng, batu, daun, paku, dan lain sebagainya. Sementara material yang digunakan dalam karya seni mozaik untuk anak usia dini antara lain kertas, kancing baju, potongan kain, biji-bijian, daun kering, potongan tripleks yang kecil-kecil, biji korek api, dan lain sebagainya (Pamadhi dan Evan, 2011:5.17). Bahan dalam pembuatan karya seni mozaik menurut Pamadhi dan Evan (2011:5.17) mengatakan material umum yang sering digunakan dalam karya seni mozaik adalah kayu, kertas, kain, plastik, kaca, keramik, pecahan genteng, batu, daun, paku, dan lain sebagainya. Sementara material yang digunakan dalam karya seni mozaik untuk anak usia dini antara lain kertas, kancing baju, potongan kain, biji-bijian, daun kering, potongan tripleks yang kecil-kecil, biji korek api, dan lain sebagainya. METODE Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan padatanggal13 April 2015 pada kelompok BII di TK Pertiwi Bangli, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli dalam kegiatan pembelajaran. Kelompok yang menjadi sasaran penelitian adalah kelompok BII yang berjumlah 24 anak, yang terdiri dari 13 orang perempuan dan 11 orang laki-laki. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatkan perkembangan kognitifanak di TKPertiwi Bangli pada semester II.Model penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, dan kedua siklus tersebut dapat digambarkan dalam model seperti gambar berikut ini. Menurut Borg dalam Kanca,(2010: 110) bahwa “tujuan utama PTK adalah pengembangan keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya sendiri, dan bukannya bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan”. Menurut Ojan dalam Kanca, (2010: 115), Terdapat empat bentuk PTK yaitu: (1) Guru Sebagai Peneliti, (2) Penelitian Tindakan Kolaboratif, (3) Simultan Terintegrasi, (4) Administrasi Sosial Eksperimental. Dalam penelitian ini, bentuk penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah guru sebagai peneliti, yaitu guru dalam hal ini berperan dalam PTK. Menurut Ojan dalam Kanca, (2010: 115). Terdapat empat bentuk PTK yaitu : (1) Guru Sebagai Peneliti, (2) Penelitian Tindakan Kolaboratif, (3) Simultan Terintegrasi, (4) Administrasi Sosial Eksperimental. Dalam penelitian ini, bentuk penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah guru sebagai peneliti, yaitu guru dalam hal ini berperan dalam PTK. “Dalam bentuk PTK guru sebagai peneliti, mempunyai ciri-ciri penting, yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses PTK. Peneliti mencari permasalahan sendiri untuk memecahkan melalui penelitian tindakan kelas, sedangkan keterlibatan pihak luar hanya bersifat konsultatif” (Kanca, 2010: 115). Dalam PTK guru dapat menelti sendiri terhadap pembelajaran yang dilakukan di kelas. Dengan PTK, guru memberikan penelitian terhadap siswa dari berbagai aspek selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui PTK ini, guru dapat melakukan penelitian terhadap proses atau hasil yang diperoleh secara reflektif di kelas. Sehingga hasil penelitian dapat dipakai untuk memperbaiki praktek pembelajarannya. Dari uraian di atas dapat didefinisikan bahwa PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus masingmasing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Dalam penelitian ini siklus ini kemungkinan akan dilakukan siklus berikutnya, apabila siklus sebelumnya tidak memenuhi kriteria. e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Kanca, 2010: 129) Pertama, perencanaan yaitu dalam tahap ini peneliti Perencanaan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah meminta ijin dan menyamakan apersepsi dengan guru tentang metode dan media yang akan digunakan selama melakukan penelitian. Tindakan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak.Kedua, Dalam tahap pelaksanaan ini, proses pembelajaran yang diterapkan, disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan yaitu media mozaik dalam meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok BII TK Pertiwi Bangli. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari lima tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, dan cara membuat karya seni mozaik. Rancangan penelitian tindakan kelasPerencanaan pada tahap ini peneliti menyiapkan RKH, membuat lembar daftar pengamatan atau pedoman observasi untuk dijadikan acuan pengamatan dalam mengetahui perkembangan motorik halus anak, mempersiapkan berbagai peralatan permainan serta perlengkapan lainnya yang diperlukan dan yang dapat membantu guru dalam membimbing dan membelajarkan anak TK secara baik, mendesain alat evaluasi/penilaian yang digunakan untuk melihat dan mengetahui hasil pelaksanaan tindakan dan perkembangan motorik halus anak. Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah melaksanakan aktivitas proses belajar sambil bermain bersama anak di kelas dalam rangka mengembangkan motorik halus yang sesuai dengan rencana kegiatan pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan sebelum tindakan dilakukan, dan tentunya dengan memilih tema yang sesuai dengan kurikulum TK dan lingkungan kehidupan sekitar anak. Observasi pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan observasi atau pengamatan yang skema dan faktual terhadap pelaksanaan tindakan dalam proses kegiatan pembelajaran anak TK. Kegiatan ini dilakukan secara berkolaborasi dengan salah satu guru TK Pertiwi Bangli, dan selanjutnya mencatat semua kejadian-kejadian penting dan perubahan-perubahan serta hal-hal lain yang nampak dalam aktivitas mengajar dan belajar sambil bermain anak, semua hal ini dalam pengamatan dan pencatatannya diupayakan evaluasi atau penilaiannya relevan dan sesuai dengan aspek-aspek pengamatan yang ingin diselidiki pada anak. Refleksi Hasil-hasil pengamatan dan pencatatan yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan serta dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini, dapat diketahui kelemahan dan kekurangan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran dalam satu siklus. Setelah diketahui hal-hal yang dimaksud, maka diambil suatu keputusan apakah tindakan tersebut dapat dianggap terselesaikan ataukah dipandang masih perlu perbaikan-perbaikan sehingga siklus e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) tindakan selanjutnya masih harus dilakukan lagi. Cara Membuat Karya Seni Mozaik prinsip kerjanya yaitu menempelkan potongan-potongan benda. Benda-benda tersebut ditempel dengan menggunakan lem, pada pola atau bidang gambar yang telah ditentukan. Apabila menginginkan pewarna pada karya mozaik maka harus dipilih bahan atau material mozaik yang akan ditempel yang memiliki warna asli, sehingga nantinya tidak perlu menambahkan pewarna setelah ditempelkan. Hal ini akan mengurangi niliai artistik dari bentuk karya tersebut. Untuk menghasilkan corak gambar yang elastis atau dekoratif maka harus mengatur warna tersebut dari susunan materialnya (Pamadhi dan Evan 2011:5.27). Untuk mengumpulkan data tentang perkembangan motorik halus anak pada kelompok B2 TK Pertiwi Bangli menggunakan metode observasi.Metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan ”pengamatan” secara sistematis tentang suatu objek tertentu. (Agung 2012:61).Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang perkembangan motorik halus anak kelompok B2 TK Pertiwi Bangli adalah dengan menggunakan lembar observasi, yang terdiri dari empat indikator, yaitu: menggambar bebas dengan berbagai media, menempel bagian-bagian dan potongan-potongan kecil dari kertas berwarna, menempel bagian-bagian dan potongan-potongan kecil dari kertas berwarna dengan rapi dan memenuhi pola gambar yang telah disediakan, membuat pola gambar, menggunting kertas, dan menempel di gambar yang telah disediakan, menggunting dengan berbagai media berdasarkan bentuk/pola (lurus, lengkung, gelombang, zig-zag, lingkaran, segitiga, segiempat). Penelitian tindakan kelas ini menggunakanmetode analisis data, yaitu analisis deskriptif kuantitatif. Analisis statistik deskriptif adalah cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti disribusi frekuensi, grafik, modus (Mo), Median (Me), angka rata-rata (Mean), dan standar deviasi, untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif adalah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik inferensial untuk menguji suatu hipotesis penelitian yang diajukan peneliti, dan kesimpulan ditarik berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis (Agung, 2012:68). Tingkat perkembangan motorik halus dapat ditentukan dengan membandingkan M% atau rata-rata persen ke dalam kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala lima kriteria sebagai berikut. Presentase Skor Kriteria Perkembangan Motorik Halus Pada Anak 90-100 Sangat tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat rendah (Agung, 2014:118) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian ini dilaksanakan di TK Pertiwi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu dari bulan April 2015 sampai dengan bulan Mei 2015 yang mana jumlah siswa kelompok B2 semester II adalah 24 anak, yang terdiri dari 13 orang perempuan dan 11 orang laki-laki. Penelitian ini, dilaksanakan dalam dua siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari siklus I 16 kali pertemuan, yaitu 11 kali pertemuan untuk tindakan pembelajaran dan 5 kali untuk evaluasi akhir, dan pada siklus II 12 kali pertemuan, yaitu 7 kali pertemuan untuk tindakan pembelajaran e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) dan 5 kali untuk evaluasi akhir, masingmasing pertemuan menerapkan RKM dan RKH. Data yang dikumpulkan adalah mengenai peningkatan perkembangan motorik halus anak dengan menggunakan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik untuk meningkatkan perkembangan motorik halus. Data yang dikumpulkan adalah penerapan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil analisisnya dipapar kan sebagai berikut. Grafik 3. Perkembangan motorik halus berbantuan media mozaik pada Siklus II. Grafik 2. Perkembangan motorik halus berbantuan media mozaik pada Siklus I Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo<Me<M (10<11<11,2), yang menunjukkan bahwa data-data perkembangan motorik halus pada siklus I merupakan kurva juling positif. Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo<Me<M (18<17<16), yang menunjukan kurve juling negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor perkembangan motorik halus pada siklus II cenderung tinggi. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: 1).Penjelasan guru terlalu cepat, sehinggabeberapa anak kebingungan saat pelajaran berlangsung. Keaktifan anak masih kurang, 2)terlihat hanya beberapa anak yang mau mengerjakan tugas menggambar bebas yang diberikan oleh guru. 3) Bentuk gambar mozaik kurang menarik, sehingga anak mulai terlihat bosan pada akhir pertemuan pada siklus I. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah sebagai berikut. 1)Menjelaskan ulang langkah-langkah model pemberian tugas kepada anak, 2)Guru memberikan kebebasan kepada anak pada saat menggambar dan memotivasi anak agar mau melakukan kegiatan menggambar e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) bebas, 3) Menambahkan bentuk gambar mozaik yang menarik untuk anak. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pemberian tugas berbantuan media motorik halus dapat meningkatkan perkembangan motork halus pada anak kelompok B2 di TK Pertiwi Bangli. Berdasarkan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif terhadap perkembangan motorik halus anak melalui penerapan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik diperoleh Mean (rata-rata) skor perkembangan motorik halus anak kelompok B2 di TK Pertiwi Bangli dari data siklus I sebesar 11,12 mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 16,66. Rata-rata persentase perkembangan motorik halus anak juga mengalami peningkatan. Rata-rata persentase perkembangan motorik halus anak kelompok B2 di TK Pertiwi Bangli pada siklus I sebesar 55,6%, ini berada pada tingkat penguasaan 40-64% yang berarti bahwa perkembangan motorik halus anak pada siklus I berada pada kriteria rendah. Pada siklus II rata-rata persentase 83,33%, ini berada pada tingkat penguasaan 8089% yang berarti bahwa perkembangan motorik halus anak pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini dikatakan berhasil karena adanya peningkatan dalam perkembangan motorik halus pada anak kelompok B2 TK Pertiwi Bangli yaitu dari kriteria rendah ke kriteria tinggi. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode pemverian tugas berbantuan media mozaik, dapat meningkatkan keterampilan menyimak anak kelompok B2 di TK Pertiwi Bangli. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik sangat efektif untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Pada siklus I terdapat masalah yang menjadi penyebabnya yaitu: penjelasan guru terlalu cepat, keaktifan anak masih kurang, dan bentuk gambar mozaik kurang menarik. Hal ini dapat ditingkatkan pada siklus II yaitu dengan menjelaskan ulang langkah-langkah model pemberian tugas kepada anak, membimbing dengan baik anak yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan kemampuan anak kepada anak yang kurang aktif, dan menambahkan bentuk gambar mozaik yang menarik untuk anak. Metode pemberian tugas ternyata efektif untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Moeslichatoen (2004:181) menyatakan bahwa, metode pemberian tugas merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada anak TK yang harus dilaksanakan dengan baik. Tugas itu diberikan kepada anak TK untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk menyelesaikan tugas yang didasarkan pada petunjuk lansung dari guru yang sudah dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanaknan dari awal sampai tuntas. Saat anak mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru anak akan merasa senang dan tumbuh percaya diri akan kemampuan anak, sehingga meningkatkan harga diri seorang anak. Pernyataan ini dilakukan dengan adanya peningkatan sekor dari siklus I ke siklus II selama penelitian dilakukan. Adapun kelemahan penelitian ini adalah keterbatasan waktu yang disediakan pihak sekolah, karena mendekati akhir semester. Kelemahan ini yang menyebabkan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak kelompok B2 di TK Pertiwi Bangli berakhir di siklus II. Menurut Aqib (2013:50) “media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar.Dari pengertian diatas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar dapat e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) pula dikatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. Menurut Gagne (dalam asyar, 2012:7) bahwa “media adalah berbagai komponen pada lingkungan pembelajaran yang membantu pembelajar untuk belajar”. Sedangkan Briggs (dalam Sadiman dkk, 2005:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Soemardjadi (dalam Sumanto, 2005:88) mozaik adalah suatu cara membuat kreasi gambar/lukisan atau hiasan yang dilakukan dengan cara menempelkan/merekatkan potonganpotongan atau bagian-bagian bahan tertentu yang ukurannya kecil-kecil. Mozaik ini pada mulanya dikenalkan di benua Eropa pada zaman Bizantium-Romawi. Sudjana, dkk (1994:24) mengatakan “mozaik berasal dari kata Bahasa inggris mosaic. Dijelaskan bahwa, mozaik adalah seni dekorasi bidang dari kepingankepingan berwarna yang disusun dan ditempelkan dengan perekat”. Menurut Soemarjadi (dalam Indraswari, 2012:4) “mozaik adalah elemen-elemen yang disusun sedemikian rupa dan direkatkan diatas sebuah permukaan bidang sehingaa membentuk gambar atau desain”. Menurut Suherman dan Rizal (2010:138) “lukisan mozaik adalah lukisan yang menggunakan teknik menempel pecahan kaca, porselen, butir, batu berwarna atau biji-bijian yang disusun sesuai pola gambar”. Material umum yang sering digunakan dalam karya seni mozaik adalah kayu, kertas, kain, plastik, kaca, keramik, pecahan genteng, batu, daun, paku, dan lain sebagainya. Sementara material yang digunakan dalam karya seni mozaik untuk anak usia dini antara lain kertas, kancing baju, potongan kain, biji-bijian, daun kering, potongan tripleks yang kecil-kecil, biji korek api, dan lain sebagainya (Pamadhi dan Evan, 2011:5.17). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Terdapat peningkatan perkembangan motorik halus anak kelompok B2TK Pertiwi Bangli setelah menerapkanmetode pemberian tugas berbantuan media mozaik untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B2 Semester II di TK Pertiwi Bangli sebesar 27,73%. Ini terlihat peningkatan rata-rata persentase perkembangan motorik halus pada siklus I sebesar 55,6% yang berada pada kategori rendah menjadi sebesar 83,33% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Peningkatan rata-rata siklus I ke siklus II terkategori sedang terlihat pada nilai gains skor sebesar 0,61. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran yaitu, Kepada guru, disarankan lebih kreatif dalam memilih dan menerapkan metode serta media pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak. Kepada peserta didik, disarankan lebih memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga hasil belajar anak dapat meningkat. Kepada kepala, sekolah disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai metode dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efesien dan inovatif. Kepada peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada penerapan metode pemberian tugas untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak agar mencapai hasil yang optimal sebagai penyempurnaan dari penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat menjadikan acuan dan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan terhadap penelitian yang akan dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) --------. A. A Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Aditya Media Publishing. Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inivatif). Bandung: Yrama Widya. Arikunto. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Asyhar, Resyandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Kanca. I Nyoman. 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Mulyani, Y. Dan Juliska G. 2007. Belajar di Rumah untuk Anak Usia Dini Prasekolah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Pamadhi, H. Dan Evan S. 2011. Seni Ketrampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI. Sudjana, T. dkk. 1994. Pendidikan Seni. Bandung: Grafindo Media Utama. Suhermawan, R. dan Rizal A. 2010. Seni Rupa. Jakarta: Pusat Pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Sumantri, MS. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti. Sunarto, H dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Renika Cipta. Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.